ARAHAN PENGEMBANGAN KOTA PALEMBANG SEBAGAI KOTA PUSAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ARAHAN PENGEMBANGAN KOTA PALEMBANG SEBAGAI KOTA PUSAKA"

Transkripsi

1 SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR ARAHAN PENGEMBANGAN KOTA PALEMBANG SEBAGAI KOTA PUSAKA TAUFIQ ARDHAN DOSEN PEMBIMBING Putu Gde Ariastita, ST., MT. PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2014

2 LATAR BELAKANG Kota Palembang telah ditetapkan sebagai Kota Pusaka (SK Walikota Palembang No. 373 Tahun 2012 dan P3KP Kemen. PU) Namun sampai saat ini belum dikembangkan secara maksimal Perlu adanya arahan pengembangan Kota Pusaka di Kota Palembang berdasarkan potensi yang dimiliki 1. Sebagai kota tua yang memiliki banyak peninggalan bersejarah. Mulai dari peninggalan zaman Kerajaan Sriwijaya sampai dengan zaman kemerdekaan. 2. RTRW Kota Palembang tahun telah ditetapkan dua kawasan strategis terkait sosial budaya. Kawasan di sepanjang tepian Sungai Musi dan Kawasan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya. 3. Salah satu anggota Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) 1. Penyelenggaraan pembangunan belum mengintegrasikan pelestarian pusaka kota 2. Tidak terintegrasinya pembangunan saranaprasarana baru dalam kawasan pusaka kota 3. Kurangnya pemeliharaan, tidak adanya pengawasan dan pengendalian atas perubahan bentuk pusaka kota oleh pemiliknya 4. Semakin menurunnya kualitas dan keberadaan pusaka kota

3 RUMUSAN MASALAH Kota Palembang telah ditetapkan sebagai Kota Pusaka Namun sampai saat ini belum dikembangkan secara maksimal. Hal ini dikarenakan ketidaktahuan, ketidakpedulian, ketidakmampuan dan salah urus. Oleh karena itu, perlu adanya arahan pengembangan Kota Pusaka di Kota Palembang berdasarkan potensi yang dimiliki. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengembangan Kota Pusaka di Kota Palembang

4 TUJUAN DAN SASARAN PENELITIAN TUJUAN Merumuskan arahan pengembangan Kota Palembang sebagai Kota Pusaka SASARAN Mengidentifikasi objek yang berpotensi mendukung Kota Palembang sebagai Kota Pusaka Menentukan zonasi/mintakat kawasan Kota Pusaka di Kota Palembang Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan Kota Pusaka di Kota Palembang Menganalisa arahan pengembangan Kota Pusaka di Kota Palembang.

5 PETA ADMINISTRASI

6 TINJAUAN PUSTAKA Pusaka Pusaka Budaya Pusaka Alam Pusaka Saujana menil ai Kerangka Teori Kota Pusaka Pengembangan Kota Pusaka Komponen Kota Pusaka Wilayah kabupaten Pusaka Kawasan bersejarah Bentukan alam istimewa Lansekap budaya Indikator: Fungsi penggunaan lahan kota pusaka Partisipasi masyarakat Kualitas komponen kota pusaka Kelembagaan kota pusaka Karakteristik masyarakat di kawasan kota pusaka Kualitas sumberdaya manusia Aksesibiltas kota pusaka Indikator kota pusaka: Nilai Kelangkaan komponen kota pusaka Nilai Keistimewaan komponen kota pusaka Nilai Kesejarahan komponen kota pusaka Nilai Kejamakan pada komponen kota pusaka Nilai Estetika komponen kota pusaka Nilai ilmu pengetahuan pada komponen kota pusaka Objek yang berpotensi mendukung Kota Palembang sebagai Kota Pusaka Zonasi/mintakat kawasan Kota Pusaka berdasarkan karakteristik objek pusaka Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan Kota Pusaka di Kota Palembang Arahan Pengembangan Kota Pusaka Palembang

7 Tiga komponen pembentuk kota pusaka Sintesa Pustaka Shidarta dan Budiharjo (1989) Arthur Pedersen (2002) Operational Guidelines for the Implementation of Ernawi (2012) the World Heritage Convention, UNESCO (2011) 1. Kawasan bersejarah 2. Bentukan alam istimewa 3. Lansekap budaya Recommendation Concerning the Preservation of Cultural Property Endangered by Public or Private Works (1968) Washington Charter for the Conservation of Historic Towns and Urban Areas (1987) Piagam Pelestarian Kota Pusaka Indonesia (2013) Nairobi Recommendation Concerning the Safeguarding and Contemporary Role of Historic Areas (1976) Vienna Memorandum on World Heritage and Contemporary Architecture Managing the Historic Urban Landscape (2005) Indikator Nilai Kelangkaan komponen kota pusaka Nilai Keistimewaan komponen kota pusaka Nilai Kesejarahan komponen kota pusaka Nilai Kejamakan pada komponen kota pusaka Nilai Estetika komponen kota pusaka Nilai ilmu pengetahuan pada komponen kota pusaka Variabel Ciri khas pada komponen kota pusaka. Ketersediaan kegiatan budaya pada komponen kota pusaka Umur komponen kota pusaka Lokasi terjadinya peristiwa bersejarah Jenis bangunan yang sama Arsitektur kawasan pada komponen kota pusaka Teknologi yang digunakan dalam pembangunan

8 Sintesa Pustaka Zonasi kawasan kota pusaka Sunarto (2008) UU No. 11 Tahun 2010 Dwianto (2009) Musadal (2008) Bawaono (2003) Indikator Variabel Batas Budaya Persebaran Objek Kota Pusaka Aktivitas masyarakat Jenis/perilaku kegiatan masyarakat Fasilitas pendukung kota pusaka Ketersediaan fasilitas pendukung kota pusaka

9 Sintesa Pustaka Pengembangan kota pusaka Danisworo dalam Fuady (1997) Lynch dalam Mulyandari (2010) Budihardjo (1992) OWHC (2003) Piagam Washington (1987) Indikator Fungsi penggunaan lahan kota pusaka Partisipasi masyarakat Kualitas kota pusaka Kelembagaan pusaka komponen kota Karakteristik masyarakat di kawasan kota pusaka Aksesibiltas kota pusaka Kualitas sumberdaya manusia Variabel Perubahan fungsi penggunaan lahan kota pusaka Tingkat partisipasi masyarakat Kondisi fisik bangunan (landmark) pada kawasan kota pusaka Bentuk dan masa bangunan pada kota pusaka Dukungan kebijakan terkait kota pusaka Jenis kegiatan masyarakat kawasan kota pusaka Peningkatan aksesibilitas kota pusaka Peningkatan kualitas sumberdaya manusia

10 METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian : Rasionalisme Jenis Penelitian : Deskriptif Berpikir Deduktif: bersifat umum-dari pengetahuan, teori-teori, hukumhukum menuju khusus (Burhan, 2010). Bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti (Nazir, 1988).

11 Responden Penelitian Penentuan responden dalam penelitian ini, dilakukan melalui analisis stakeholder. Analisis stakeholder menurut McCracken dalam Farizal (2007) merupakan instrument awal sebagai alat untuk memahami konteks social dan kelembagaan dari sebuah program atau kebijakan. Proses Analisis Stakeholder McCracken, 1998

12 Analisis Stakeholder Sasaran 1 Kelompok Stakeholder Stakeholder Posisi Stakeholder Pemerintah Dinas PU CK dan Perumahan Kepala Bangunan Bidang Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang Balai Arkeologi Palembang Kepala Bidang Kebudayaan Staf Balai Arkeologi Palembang Akademisi Akademisi Universitas Sriwijaya Akademisi Universitas Indo Global Mandiri Dosen Arsitektur Dosen PWK

13 Analisis Stakeholder Sasaran 3 dan 4 Kelompok Stakeholder Pemerintah Stakeholder Bappeda Kota Palembang Dinas PU CK dan Perumahan Kota Palembang Dinas Tata Kota Palembang Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang Balai Arkeologi Palembang Posisi Stakeholder Kepala Bidang Ruang Sub Tata Kepala Bidang Bangunan Kepala Bidang Perencanaan Kepala Bidang Kebudayaan Alasan Pemilihan Sebagai pembuat kebijakan penataan ruang termasuk program pengembangan wilayah di Kota Palembang Pihak yang memiliki kepentingan besar terhadap pengembangan permukiman Pihak yang memiliki kepentingan dalam hal perumusan kebijakan teknis pengembangan kota Pihak yang memiliki pengaruh terhadap pelestariang dan pengembangan kebudayaan masyarakat kota Peneliti Arkeolog Pihak yang memiliki pengaruh terhadap pelestarian situs arkeologi terhadap perkembangan kota

14 Analisis Stakeholder Sasaran 2 dan 3 Akademisi Akademisi Universitas Sriwijaya Akademisi Universitas Indo Global Mandiri Masyarakat Tokoh masyarakat Kampung Kapiten 7 Ulu Tokoh Masyarakat Kampung 13 Ulu Arab Tokoh Masyarakat Kampung 3-4 Ulu Dosen Arsitektur Dosen PWK Ketua RT Kampung Kapiten 7 Ulu Ketua RT Kampung Arab 13 Ulu Ketua RT Kampung 3-4 Ulu Pihak yang paham secara teoritis dan memiliki pandangan terkait pengembangan kota khususnya kota pusaka di lokasi penelitian Pihak yang paham secara teoritis dan memiliki pandangan terkait pengembangan kota khususnya kota pusaka di lokasi penelitian Pihak yang memiliki pengaruh terhadap pengembangan kota pusaka di wilayah penelitian Pihak yang memiliki pengaruh terhadap pengembangan kota pusaka di wilayah penelitian Pihak yang memiliki pengaruh terhadap pengembangan kota pusaka di wilayah penelitian

15 TEKNIK ANALISIS Sasaran Input Data Teknik Analisis Hasil Akhir Mengidentifikasi objek yang berpotensi mendukung Kota Palembang sebagai Kota Pusaka Menentukan zonasi/mintakat kawasan kota pusaka di Kota Palembang Menganalisa faktorfaktor yang mempengaruhi pengembangan Kota Pusaka di Kota Palembang Menganalisa arahan pengembangan Kota Pusaka Palembang Variabel sasaran 1 Hasil sasaran 1 dan variabel sasaran 2 Hasil sasaran 2 dan variabel sasaran 3 Hasil sasaran 3 Analisis Expert Judgement dengan menggunakan Skala Likert Analisis Deliniasi Objek yang berpotensi mendukung Kota Palembang sebagai Kota Pusaka Zonasi/mintakat kawasan Kota Pusaka Palembang Analisis Delphi Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan Kota Pusaka di Kota Palembang Analisis Delphi Arahan pengembangan Kota Pusaka Palembang

16 SASARAN 1 Expert judgement Pendapat dari para ahli/stakeholder berdasarkan para ilmu pengetahuan dan pengalaman untuk merespon suatu permasalahan yang sesuai dengan topik dalam diskusi peneliti dan ahli. skala likert Untuk mendapatkan objek yang berpotensi mendukung Kota Palembang sebagai Kota Pusaka berdasarkan pendapat responden Objek yang berpotensi mendukung Kota Palembang sebagai Kota Pusaka

17 SASARAN 2 Analisis penentuan zonasi ini dilakukan untuk mendapatkan mintakat atau zonasi. Dalam analisa zonasi digunakan teknik analisis deliniasi Pemerintah Kota Palembang, selaku pemberi kebijakan zonasi/mintakat kawasan kota pusaka Balai Arkeologi Palembang selaku institusi yang berwenang melakukan perlindungan dan perawatan komponen kota pusaka Masyarakat sebagai pelaku/berinteraksi secara langsung dengan komponen kota pusaka

18 SASARAN 3 Teknik delphi adalah cara yang paling efektif untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan rencana implementasi perkotaan rinci. Hal ini sangat berguna dalam situasi di mana tidak ada kriteria standar yang ada untuk evaluasi (Taleai dan Mansuorian dalam Wicaksono, 2012). Input: Variabel-variabel sasaran 3 Proses: Wawancara terhadap responden Output: Hasil wawancara diolah menjadi faktor

19 SASARAN 4 Teknik analisis delphi dengan melibatkan stakeholder sebagai pakar yang memliki pengaruh, sehingga didapatkan konsensus kesepakatan terhadap kebijakan arahan pengembangan Kota Pusaka di Kota Palembang Input: Hasil Sasaran 3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan Kota Pusaka di Kota Palembang Proses: Wawancara terhadap responden Output: Arahan Pengembangan Kota Pusaka di Kota Palembang berdasarkan pendapat responden

20 Luas wilayah Kota Palembang sebesar 400,61 km 2 yang secara administrasi terbagi atas 16 kecamatan dan 107 kelurahan Gambaran umum Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat Sebelah Timur dan Muara Enim : Kabupaten Banyuasin : Kabupaten Banyuasin : Kabupaten Banyuasin : Kabupaten Ogan Ilir Jumlah penduduk Kota Palembang pada pertengahan tahun 2013 adalah sebesar jiwa Laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,86% Kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Ilir Timur I sebesar ,85 jiwa/km 2 kecamatan dengan tingkat kepadatan terendah adalah Kecamatan Sematang Borang yaitu sebesar 625,88 jiwa/km 2

21 HASIL DAN PEMBAHASAN 1 Analisa Skala likert Identifikasi Objek yang dapat mendukung Kota Palembang sebagai Kota Pusaka Skala Pengukuran Likert Untuk Mengidentifikasi Objek yang Berpotensi Mendukung Kota Palembang Sebagai Kota Pusaka Kelas Interval Nilai Penjelasan Kelas Interval Nilai Objek yang kurang berpotensi Objek yang cukup berpotensi Objek yang sangat berpotensi Sumber: Penulis, 2014 (diadaptasi dari Sugiono, 2010)

22 HASIL DAN PEMBAHASAN Persebaran objek yang dapat mendukung Kota Palembang sebagai Kota Pusaka

23 Rekapitulasi Penilaian Objek yang Berpotensi mendukung Kota Palembang sebagai Kota Pusaka Berdasarkan Pendapat Stakeholder No Objek yang berpotensi R1 R2 R3 R4 R5 Jumlah Kategori penilaian mendukung Kota Palembang sebagai Kota Pusaka 1. Benteng Kuto Besak Sangat Berpotensi 2. Masjid Agung Sangat Berpotensi 3. Kampung Kapiten Sangat Berpotensi 4. Kelenteng Chandra Nadi 155 Sangat Berpotensi 10 Ulu Kampung Arab Al 145 Sangat Berpotensi Munawar 13 Ulu Kampung Assegaf Cukup Berpotensi 7. Makam Kesultanan 95 Cukup Berpotensi Palembang Darussalam Pasar 16 Ilir Sangat Berpotensi 9. Sekanak Sangat Berpotensi 10. Jalan Merdeka Sangat Berpotensi

24 11. PT. Pusri Rekapitulasi Penilaian Objek yang berpotensi mendukung Kota Palembang sebagai Kota Pusaka Berdasarkan Pendapat Stakeholder 12. PT. Pertamina Plaju 13. Kampung 3-4 Ulu 14. Talang Semut 15. Pelabuhan Boom Baru 16. Sungai Musi 17. Situs Karanganyar 18. Bukit Siguntang 19. Pulau Kemaro 20. Lansekap Budaya di Sepanjang Sungai Musi Sumber: Hasil Analisa, Kurang Berpotensi 60 Kurang Berpotensi 147 Sangat Berpotensi 102 Cukup Berpotensi 60 Cukup Berpotensi 138 Sangat Berpotensi 97 Cukup Berpotensi 95 Cukup Berpotensi 97 Cukup Berpotensi 149 Sangat Berpotensi R1: Responden 1 (Balai Arkeologi Palembang) R2:Responden 2 (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Palembang) R3: Responden 3 (Dinas PU CK dan Perumahan) R4: Responden 4 (Dosen Teknik Arstektur Universitas Sriwijaya) R5: Responden 5 (Dosen PWK Universitas Indo Global Mandiri)

25 Kategori Potensi Objek yang Dapat Mendukung Kota Palembang Sebagai Kota Pusaka Sangat Berpotensi Cukup Berpotensi Kurang Berpotensi 1. Benteng Kuto Besak 2. Masjid Agung 3. Kampung Kapiten 7 Ulu 4. Kelenteng Chandra Nadi 10 Ulu 5. Kampung Arab Al Munawar 13 Ulu 6. Pasar 16 Ilir 7. Sekanak 8. Jalan Merdeka 9. Kampung 3-4 Ulu 10. Sungai Musi 11. Lansekap Budaya di sepanjang Sungai Musi Sumber: Hasil Analisa, Kampung Assegaf 2. Makam Kesultanan Palembang Darussalam 3. Talang Semut 4. Situs Karanganyar 5. Bukit Siguntang 6. Pulau Kemaro 1. PT. Pusri 2. PT. Pertamina Plaju 3. Pelabuhan Boom Baru

26

27 2 Analisa Deliniasi Menentukan zonasi/mintakat kawasan Kota Pusaka di Kota Palembang Bagan Proses Analisa Deliniasi Persebaran Objek Kota Pusaka Zonasi/mintakat Kawasan Kota Pusaka di Kota Palembang

28 Zonasi/Mintakat Kawasan Kota Pusaka di Kota Palembang

29 Analisa Deliniasi Menentukan zonasi/mintakat kawasan Utama Kota Pusaka di Kota Palembang Bagan Proses Analisa Deliniasi Persebaran Objek Kota Pusaka Ketersediaan fasilitas penunjang kota pusaka Aktivitas masyarakat kawasan kota pusaka Zonasi/mintakat Kawasan Utama Kota Pusaka di Kota Palembang

30 Zonasi/Mintakat Kawasan Utama Kota Pusaka di Kota Palembang

31 Zonasi/Mintakat Kawasan Utama Kota Pusaka di Kota Palembang Batas asli situs berupa pagar terluar dari kelenteng dan aktivitas budaya yang ada di Kelenteng tersebut seperti upacara perayaan Imlek, dsb. Terdapat fasilitas perdagangan dan jasa yang menjual perlengkapan upacara agama etnis Tionghoa yang berada di Koridor Jalan Benteng. Permukiman etnis Tionghoa di sekitar Kelenteng

32 3 Analisa Delphi Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan Kota Pusaka di Kota Palembang Variabel berdasarkan sintesa pusataka 1. Perubahan fungsi penggunaan lahan kota pusaka 2. Tingkat partisipasi masyarakat 3. Kondisi fisik bangunan (landmark) pada kawasan kota pusaka 4. Bentuk dan masa bangunan pada kawasan kota pusaka 5. Dukungan kebijakan terkait kota pusaka 6. Jenis kegiatan masyarakat kawasan kota pusaka 7. Peningkatan aksesibilitas kawasan kota pusaka 8. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia + Variabel baru berdasarkan hasil eksplorasi delphi 1. Kepemilikan Lahan 2. Peningkatan Ekonomi Kreatif Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan Kota Pusaka di Kota Palembang 1. Faktor Perubahan Fungsi Penggunaan Lahan Kota Pusaka 2. Faktor Sumber Daya Manusia (SDM) Kawasan Kota Pusaka 3. Faktor Keaslian Bangunan pada kawasan Kota Pusaka 4. Faktor Implementasi Kebijakan terkait Pengembangan Kota Pusaka 5. Faktor Aktivitas Kebudayaan Masyarakat pada Kawasan Kota Pusaka 6. Faktor Peningkatan Aksesibilitas di Kawasan Kota Pusaka 7. Faktor Kepemilikan Lahan Kawasan Kota Pusaka 8. Faktor Pengembangan Ekonomi Kreatif Kawasan Kota Pusaka

33 4 Analisa Delphi Analisa arahan pengembangan Kota Pusaka di Kota Palembang Arahan Pengembangan Kota Pusaka di Kota Palembang Faktor Perubahan Fungsi Penggunaan Lahan Kawasan Kota Pusaka Sumber Daya Manusia Keaslian Bangunan pada Kawasan Kota Pusaka Arahan Tetap mempertahankan tata guna lahan di mintakat inti dan memperbolehkan fungsi penggunaan lahan baru di mintakat pendukung dan penyangga dengan syaratsyarat pelestarian Memberikan penyadaran dan pemahaman terhadap masyarakat dengan cara sosialisasi dan lokakarya terkait dengan bangunan bersejarah yang ada merupakan aset yang berharga bagi kota atau kawasan kota yang perlu dilestarikan dan dijaga keasliannya Mempertahankan wujud bangunan asli baik bentuk dan massa bangunan serta adanya pemeliharaan bangunan bangunan bersejarah tersebut.

34 Implementasi Kebijakan Aktivitas Kebudayaan Masyarakat Kawasan Kota Pusaka Memuat substansi pelestarian kota pusaka ke dalam rencana tata ruang kawasan (RDTRK) dan rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL) yang masuk ke dalam zonasi kawasan kota pusaka. Menggiatkan atraksi-atraksi budaya dan menjadikan kegitan tersebut sebagai kegiatan rutin. Peningkatan Aksesibiltas Perlu peningkatan infratruktur di kawasan kota pusaka sebagai upaya mendukung pengembangan kota namun harus tetap tidak merusak objek kota pusaka. Kepemilikan Lahan Kawasan Kota Pusaka Pengembangan Ekonomi Kreatif Pembebasan tanah/lahan yang mempunyai atau terdapat bangunan bersejarah untuk mempermudah pelestarian maupun perawatan Pemberian modal usaha dan pelatihan bagi masyarakat terkait dengan usahausaha kreatif yang dapat dikembangkan di kawasan kota pusaka.

35 Arahan Umum Pengembangan Kota Pusaka di Kota Palembang Arahan yang Terkonsensus tanpa Perubahan 1. Tetap mempertahankan tata guna lahan di mintakat inti dan memperbolehkan fungsi penggunaan lahan baru di mintakat pendukung dan penyangga dengan syarat-syarat pelestarian 2. Memberikan penyadaran dan pemahaman terhadap masyarakat dengan cara sosialisasi dan lokakarya terkait dengan bangunan bersejarah yang ada merupakan aset yang berharga bagi kota atau kawasan kota yang perlu dilestarikan dan dijaga keasliannya. 3. Mempertahankan wujud bangunan asli baik bentuk dan massa bangunan serta adanya pemeliharaan bangunan-bangunan bersejarah tersebut. 4. Memuat substansi pelestarian kota pusaka ke dalam rencana tata ruang kawasan (RDTRK) dan rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL) yang masuk ke dalam zonasi kawasan kota pusaka 5. Menggiatkan atraksi-atraksi budaya dan menjadikan kegitan tersebut sebagai kegiatan rutin. 6. Perlu peningkatan infratruktur di kawasan kota pusaka sebagai upaya mendukung pengembangan kota namun harus tetap tidak merusak objek kota pusaka. 8. Pemberian modal usaha bagi masyarakat terkait dengan usaha-usaha kreatif yang dapat dikembangkan di kawasan kota pusaka. Arahan yang Terkonsensus dengan Perubahan 7. Melakukan kerjasama Pemerintah dengan Masyarakat pemilik lahan yang terdapat bangunan bersejarah untuk samasama melestarikannya dengan memberikan insentif keringanan PBB. Sebelumnya pembebasan tanah/lahan yang mempunyai atau terdapat bangunan bersejarah untuk mempermudah pelestarian maupun perawatan

36 Arahan Pengembangan Kota Pusaka di Kota Palembang pada Kawasan Benteng Kuto Besak dan Sekitarnya Mintakat Inti 1. Mengalihfungsikan jenis kegiatan pada Benteng Kuto Besak yaitu perkantoran TNI menjadi fasilitas umum museum disertai dengan relokasi kantor TNI ke wilayah MAKODAM II Sriwijaya 2. Mengadakan lokakarya dan sosialisasi berkala dan intensif 3. Mempertahankan wujud bangunan asli Benteng Kuto Besak, Masjid Agung dan Kantor Walikota Palembang 4. Memuat substansi pelestarian kota pusaka ke dalam tata ruang 5. Menjadikan kegiatan budaya bernuansa Kerajaan Palembang Darussalam sebagai kegiatan rutin (eventual) tahunan Kota Palembang 6. Pemberian insentif keringanan PBB pada bangunan bersejarah

37 Arahan Pengembangan Kota Pusaka di Kota Palembang pada Kawasan Benteng Kuto Besak dan Sekitarnya Mintakat Pendukung 1. Mengizinkan alihfungsi lahan perdagangan dan jasa dengan syarat jenis kegitan yang mendukung kegiatan perkantoran 2. Memuat substansi pelestarian kota pusaka ke dalam tata ruang 3. Menyediakan jalur pejalan kaki di Jalan Kedatan sebagai salah satu sarana menuju kawasan

38 Arahan Pengembangan Kota Pusaka di Kota Palembang pada Kawasan Benteng Kuto Besak dan Sekitarnya Mintakat Penyangga 1. Mengizinkan alihfungsi lahan perdagangan dan jasa dengan syarat jenis kegitan yang mendukung kegiatan keagamaan umat Islam 2. Memuat substansi pelestarian kota pusaka ke dalam tata ruang 3. Menyediakan jalur pejalan kaki di Jalan Datuk Moh Akib sebagai salah satu sarana menuju kawasan 4. Meningkatkan pengembangan ekonomi kreatif melalui pemberian pelatihan keterampilan kepada masyarakat mengenai kerajinan sarung songket.

39 KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa dari berbagai objek yang berpotensi mendukung Kota Palembang sebagai Kota Pusaka maka didapatkan hasil bahwa objek yang sangat berpotensi ialah Benteng Kuto Besak, Masjid Agung, Kantor Walikota, Sekanak, Pasar 16 Ilir, Kampung 3-4 Ulu, Kampung Kapiten 7 Ulu, Kelenteng Chandra Nadi 10 Ulu dan Kampung Arab Al-Munawar 13 Ulu Arahan pengembangan Kota Pusaka di Kota Palembang 1. Tetap mempertahankan tata guna lahan di mintakat inti dan memperbolehkan fungsi penggunaan lahan baru di mintakat pendukung dan penyangga dengan syarat-syarat pelestarian situs/objek kota pusaka yang ada di mintakat inti 2. Memberikan penyadaran dan pemahaman terhadap masyarakat dengan cara sosialisasi dan lokakarya terkait dengan bangunan bersejarah yang ada merupakan aset yang berharga bagi kota atau kawasan kota yang perlu dilestarikan dan dijaga keasliannya. 3. Mempertahankan wujud bangunan asli baik bentuk dan massa bangunan serta adanya pemeliharaan bangunan bangunan bersejarah tersebut. 4. Memuat substansi pelestarian kota pusaka ke dalam rencana tata ruang kawasan (RDTRK) dan rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL) yang masuk ke dalam zonasi kawasan kota pusaka.

40 Arahan pengembangan Kota Pusaka di Kota Palembang 5. Menggiatkan atraksi-atraksi budaya dan menjadikan kegitan tersebut sebagai kegiatan rutin. 6. Perlu peningkatan infratruktur di kawasan kota pusaka sebagai upaya mendukung pengembangan kota namun harus tetap tidak merusak objek kota pusaka. 7. Melakukan kerjasama pemerintah dengan pemilik lahan yang terdapat bangunan bersejarah untuk sama-sama melestarikannya dengan cara pemberian insentif seperti keringanan biaya PBB 8. Pemberian modal usaha dan pelatihan bagi masyarakat terkait dengan usahausaha kreatif yang dapat dikembangkan di kawasan kota pusaka

41 SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Arahan Pengembangan Kota Palembang Sebagai Kota Pusaka

Arahan Pengembangan Kota Palembang Sebagai Kota Pusaka JUNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No.2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-212 Arahan Pengembangan Kota Sebagai Kota Pusaka Taufiq Ardhan dan Putu Gde Ariastita Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota,

Lebih terperinci

PELESTARIAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

PELESTARIAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN Rancangan Perkuliahan PELESTARIAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN Oleh: Jonny Wongso, ST, MT Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini membahas berbagai pengertian, konsep, prinsip dan metode pelestarian bangunan

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

Dasar Kebijakan Pelestarian Kota Pusaka 1. Tantangan Kota Pusaka 2. Dasar Kebijakan terkait (di Indonesia) 3. Konvensi Internasional

Dasar Kebijakan Pelestarian Kota Pusaka 1. Tantangan Kota Pusaka 2. Dasar Kebijakan terkait (di Indonesia) 3. Konvensi Internasional 1. Tantangan 2. Dasar terkait (di Indonesia) 3. Konvensi Internasional Source: PU-PPI. (2011). - Langkah Indonesia Membuka Mata Dunia. Jakarta: Direktorat Jenderal Penataan Ruang bersama-sama adan Indonesia

Lebih terperinci

Arahan Pengendalian Pembangunan Kawasan Cagar Budaya Candi Tebing Gunung Kawi Tampak Siring Kabupaten Gianyar

Arahan Pengendalian Pembangunan Kawasan Cagar Budaya Candi Tebing Gunung Kawi Tampak Siring Kabupaten Gianyar Arahan Pengendalian Pembangunan Kawasan Cagar Budaya Candi Tebing Gunung Kawi Tampak Siring Kabupaten Gianyar PREVIEW IV TUGAS AKHIR I NYOMAN ARTO SUPRAPTO 3606 100 055 Dosen Pembimbing Putu Gde Ariastita,

Lebih terperinci

6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan

6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan 6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan Hasil dalam perubahan kawasan dapat dilihat berdasarkan teori-teori yang digunakan pada perencanaan ini. Dalam hal perancangan kawasan ini menggunakan teori yang sangat

Lebih terperinci

Tugas Akhir PW Dosen Pembimbing : Ir. Heru Purwadio, MSP

Tugas Akhir PW Dosen Pembimbing : Ir. Heru Purwadio, MSP Tugas Akhir PW 09-1333 Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Sawah Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit dikabupaten Siak-Riau Ikhlas Saily NRP 3607 100 027 Dosen Pembimbing : Ir. Heru Purwadio, MSP PROGRAM

Lebih terperinci

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERBAIKAN LINGKUNGAN FISIK PERMUKIMAN (STUDI KASUS : KECAMATAN RUNGKUT) Disusun Oleh: Jeffrey Arrahman Prilaksono 3608 100 077 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

JUDUL RUMUSAN INSENTIF DAN DISINSENTIF PENGENDALIAN KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN GIANYAR

JUDUL RUMUSAN INSENTIF DAN DISINSENTIF PENGENDALIAN KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN GIANYAR JUDUL RUMUSAN INSENTIF DAN DISINSENTIF PENGENDALIAN KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN GIANYAR OLEH : NGAKAN GEDE ANANDA PRAWIRA 3610100004 DOSEN PEMBIMBING : PUTU GDE ARIASTITA ST., MT. JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang publik merupakan tempat berinteraksi bagi semua orang tanpa ada batasan ruang maupun waktu. Ini merupakan ruang dimana kita secara bebas melakukan segala macam

Lebih terperinci

Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar

Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-255 Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar Ngakan Gede Ananda Prawira

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus 30 KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Wilayah perencanaan situs Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jarak kompleks candi

Lebih terperinci

1.2. Perumusan Masalah

1.2. Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Palembang merupakan kota tertua di Indonesia dengan latar belakang sejarah Kerajaan Sriwijaya (Abad VI-XII) yang merupakan kerajaan Maritim terbesar pada jamannya.

Lebih terperinci

Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar

Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar Ngakan Gede Ananda Prawira dan

Lebih terperinci

Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Berbasis Partisipasi Masyarakat (Studi Kasus: Kawasan Cagar Budaya Bubutan, Surabaya)

Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Berbasis Partisipasi Masyarakat (Studi Kasus: Kawasan Cagar Budaya Bubutan, Surabaya) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 C-63 Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Berbasis Partisipasi Masyarakat (Studi Kasus: Kawasan Cagar Budaya Bubutan, Surabaya) Volare Amanda Wirastari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Palembang merupakan kota tertua di Indonesia berumur setidaknya 1324 tahun jika berdasarkan prasasti Sriwijaya yang dikenal sebagai prasasti Kedudukan Bukit. Menurut

Lebih terperinci

Oleh : CUCU HAYATI NRP Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc

Oleh : CUCU HAYATI NRP Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc Oleh : CUCU HAYATI NRP. 3606 100 018 Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kawasan Kota Tua merupakan salah satu kawasan potensial di Kota Padang. Kawasan ini memiliki posisi yang strategis, nilai sejarah yang vital, budaya yang beragam, corak

Lebih terperinci

KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR

KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR 3609100043 Latar Belakang Memiliki potensi pariwisata yang cukup banyak dan beragam Selama ini pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan paradigma rasionalistik. Metodologi kualitatif merupakan prosedur

BAB III METODE PENELITIAN. dengan paradigma rasionalistik. Metodologi kualitatif merupakan prosedur BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma rasionalistik. Metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang

Lebih terperinci

BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran

BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran Siak Sri Indrapura merupakan ibukota kabupaten Siak. Secara administratif,

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SUNGAI MUSI KOTA PALEMBANG

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SUNGAI MUSI KOTA PALEMBANG ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SUNGAI MUSI KOTA PALEMBANG Aditha Agung Prakoso Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta Jl. Laksda Adisucipto Km. 5 Yogyakarta 55281 Indonesia Email: aaprakoso@gmail.com

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 37 TAHUN : 2009 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN KLASIFIKASI KAWASAN CAGAR BUDAYA DAN BENDA CAGAR BUDAYA

Lebih terperinci

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya Penulis : Mia Ermawati, dan Dosen

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kota Kota merupakan suatu komponen yang rumit dan heterogen. Menurut Branch (1996: 2) kota diartikan sebagai tempat tinggal dari beberapa ribu atau lebih penduduk, sedangkan

Lebih terperinci

Gambar 1 Kerangka pemikiran 2 TINJAUAN PUSTAKA. Lanskap Sejarah

Gambar 1 Kerangka pemikiran 2 TINJAUAN PUSTAKA. Lanskap Sejarah 4 Gambar 1 Kerangka pemikiran 2 TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Sejarah Lanskap merupakan bentang alam yang memiliki karakteristik tertentu dan keberadaannya dinikmati oleh panca indera manusia (Simonds dan Starke

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Palembang, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kota Palembang H. TARJONO SANTOPAWIRO NIP

Sekapur Sirih. Palembang, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kota Palembang H. TARJONO SANTOPAWIRO NIP Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010

Lebih terperinci

Penetuan Tema Ruang Terbuka Hijau Aktif Di Kota Malang Berdasarakan Preferensi Masyarakat

Penetuan Tema Ruang Terbuka Hijau Aktif Di Kota Malang Berdasarakan Preferensi Masyarakat C38 Penetuan Tema Ruang Terbuka Hijau Aktif Di Kota Malang Berdasarakan Preferensi Masyarakat Bagiar Adla Satria dan Prananda Navitas Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Lebih terperinci

PUSAT PERBELANJAAN PASAR FESTIVAL Di Kawasan Waterfont Pusat Kota Pelembang

PUSAT PERBELANJAAN PASAR FESTIVAL Di Kawasan Waterfont Pusat Kota Pelembang LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT PERBELANJAAN PASAR FESTIVAL Di Kawasan Waterfont Pusat Kota Pelembang Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

POLA PERKEMBANGAN PERMUKIMAN KAMPUNG ASSEGAF PALEMBANG

POLA PERKEMBANGAN PERMUKIMAN KAMPUNG ASSEGAF PALEMBANG POLA PERKEMBANGAN PERMUKIMAN KAMPUNG ASSEGAF PALEMBANG Wienty Triyuly Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl. Raya Palembang-Prabumulih km 32 Indralaya OI 30662 Email

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi salah satu daftar warisan budaya dunia (world heritage list) dibawah

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi salah satu daftar warisan budaya dunia (world heritage list) dibawah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kompleks Candi Prambanan merupakan salah satu cagar budaya Indonesia yang menjadi salah satu daftar warisan budaya dunia (world heritage list) dibawah UNESCO sejak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini merupakan metode survey. Pabundu (1996, hlm. 9) menjelaskan bahwa metode survey bertujuan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep

Lebih terperinci

KONSEP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA DILI TIMOR LESTE

KONSEP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA DILI TIMOR LESTE Tesis RA092389 KONSEP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA DILI TIMOR LESTE JOSÉ MANUEL MANIQUIN 3208205003 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Rima Dewi Suprihardjo, M.I.P Ir. Putu Rudy Satiawan, MSc PROGRAM

Lebih terperinci

Analisa Potensi Pariwisata pada KAMPUNG KAPITEN DI PALEMBANG

Analisa Potensi Pariwisata pada KAMPUNG KAPITEN DI PALEMBANG Analisa Potensi Pariwisata pada KAMPUNG KAPITEN DI PALEMBANG Oleh: Widya Fransiska Febriati 1 widyafrans76@yahoo.com Abstraksi Palembang sebagai kota yang dibelah oleh sungai Musi memiliki potensi wisata

Lebih terperinci

SAYEMBARA GAGASAN DESAIN PENATAAN DAN PELESTARIAN KAWASAN PUSAKA

SAYEMBARA GAGASAN DESAIN PENATAAN DAN PELESTARIAN KAWASAN PUSAKA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA IKATAN ARSITEK INDONESIA SAYEMBARA GAGASAN DESAIN PENATAAN DAN PELESTARIAN KAWASAN PUSAKA Kawasan Pusaka di Bogor dan di

Lebih terperinci

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-218 Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya Mia Ermawati dan Ema Umilia

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Situs Sangiran (Sangiran Early Man Site) adalah salah satu Kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Situs Sangiran (Sangiran Early Man Site) adalah salah satu Kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Situs Sangiran (Sangiran Early Man Site) adalah salah satu Kawasan Warisan Budaya Dunia yang ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 1996 dengan nomor register C.593. Kawasan

Lebih terperinci

Arahan Pengembangan Kawasan Cagar Budaya Singosari Malang sebagai Heritage Tourism

Arahan Pengembangan Kawasan Cagar Budaya Singosari Malang sebagai Heritage Tourism JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No.2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-154 Arahan Pengembangan Kawasan Cagar Budaya Singosari Malang sebagai Heritage Tourism Lilik Krisnawati dan Rima Dewi Suprihardjo

Lebih terperinci

PREVIEW II ARAHAN PENGENDALIAN ALIH FUNGSI DAERAH RESAPAN AIR MENJADI LAHAN TERBANGUN DI KECAMATAN LEMBANG, BANDUNG

PREVIEW II ARAHAN PENGENDALIAN ALIH FUNGSI DAERAH RESAPAN AIR MENJADI LAHAN TERBANGUN DI KECAMATAN LEMBANG, BANDUNG PREVIEW II ARAHAN PENGENDALIAN ALIH FUNGSI DAERAH RESAPAN AIR MENJADI LAHAN TERBANGUN DI KECAMATAN LEMBANG, BANDUNG NASTITI PREMONO PUTRI (3609100069) DOSEN PEMBIMBING : IR. HERU PURWADIO,MSP LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

Revitalisasi Desa Bungaya sebagai Desa Wisata Budaya di Kabupaten Karangasem

Revitalisasi Desa Bungaya sebagai Desa Wisata Budaya di Kabupaten Karangasem 1 Revitalisasi Desa Bungaya sebagai Desa Wisata di Kabupaten Karangasem Ni Luh Jaya Anggreni dan Ema Umilia Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan

Lebih terperinci

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 33 METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian mengenai Rencana Penataan Lanskap Kompleks Candi Muara Takus sebagai Kawasan Wisata Sejarah dilakukan di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bengawan Solo :

BAB I PENDAHULUAN. Bengawan Solo : BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Judul Proyek Studio Konsep Perancangan Arsitektur yang diangkat adalah Bengawan Solo Tree House Resort (Pengembangan Urban Forest III Surakarta). Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN PENDEKATAN PENELITIAN TAHAPAN PENELITIAN METODE PENGUMPULAN DATA METODE ANALISA VARIABEL PENELITIAN METODE SAMPLING BAB III METODE PENELITIAN 10 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUASIN

GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUASIN GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN POTENSI KABUPATEN BANYUASIN BANYUASIN GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUASIN Kec. Tungkal Ilir Kec. Betung Kec. Suak Tapeh Kec. Pulau Rimau Kec. Tanjung Lago Kec. Kec. Banhyuasin Sembawa

Lebih terperinci

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Fungsi Ekologis Terciptanya Iklim Mikro 81% responden menyatakan telah mendapat manfaat RTH sebagai pengatur iklim mikro.

Lebih terperinci

Kriteria Pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep

Kriteria Pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep 1 Kriteria Pengembangan Desa sebagai Desa Wisata di Kabupaten Mira Hawaniar 1, Rimadewi Suprihardjo 2 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kabupaten Ngawi mempunyai sumber daya budaya berupa objek/situs cagar budaya yang cukup banyak dan beragam jenisnya. Dari semua objek/situs cagar budaya yang berada

Lebih terperinci

KONSEP REVITALISASI PERMUKIMAN DI KAWASAN TUA KASTEEL NIEUW VICTORIA KOTA AMBON. oleh

KONSEP REVITALISASI PERMUKIMAN DI KAWASAN TUA KASTEEL NIEUW VICTORIA KOTA AMBON. oleh KONSEP REVITALISASI PERMUKIMAN DI KAWASAN TUA KASTEEL NIEUW VICTORIA KOTA AMBON oleh DIANE ELIZABETH DE YONG 3208201830 Latar Belakang PENDAHULUAN Bangsa Portugis membangun benteng tahun 1588 dan diberi

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 74 TAHUN 2008

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 74 TAHUN 2008 GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KLASIFIKASI KAWASAN CAGAR BUDAYA DAN BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

1.4 Lingkup Poinbahnsan 8

1.4 Lingkup Poinbahnsan 8 DAFTAR ISI Halaman Judul Lembar Pengesahan Halairiari Motto Halaman Persembahan Kaia Penganfar Daftarlsi Daflar Gambar DaftarTabel Abtraksi ' n 1U 1V v vii X1 xiii xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

Kriteria Pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep

Kriteria Pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-245 Kriteria Pengembangan Desa sebagai Desa Wisata di Kabupaten Mira Hawaniar dan Rimadewi Suprihardjo Program Studi Perencanaan

Lebih terperinci

PEDOMAN REVITALISASI KAWASAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 18/PRT/M/2011

PEDOMAN REVITALISASI KAWASAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 18/PRT/M/2011 SOSIALISASI MAKASSAR, 10-12 MEI 2011 PEDOMAN REVITALISASI KAWASAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 18/PRT/M/2011 1. Landasan Hukum dan Teori 2. Peraturan Menteri PU 3. Kegiatan Revitalisasi Kawasan

Lebih terperinci

Perlindungan Hukum Terhadap Cagar Budaya Candi Muarajambi Yang Berpotensi Sebagai World Cultural Heritage. Oleh: Rahayu Repindowaty Harahap 1 ABSTRAK

Perlindungan Hukum Terhadap Cagar Budaya Candi Muarajambi Yang Berpotensi Sebagai World Cultural Heritage. Oleh: Rahayu Repindowaty Harahap 1 ABSTRAK Perlindungan Hukum Terhadap Cagar Budaya Candi Muarajambi Yang Berpotensi Sebagai World Cultural Heritage Oleh: Rahayu Repindowaty Harahap 1 ABSTRAK Warisan Dunia yang di dalamnya meliputi warisan budaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi Sidang Tugas Akhir Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi Mia Ermawati (3610100035) Dosen Pembimbing: Ema Umilia, ST., MT Hertiari Idajati, ST. MSc Isi Presentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk berdasarkan proyeksi sensus penduduk tahun 2012 yaitu 2,455,517 juta jiwa, dengan kepadatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian tentang Ketahanan pangan yang mendukung perubahan lingkungan di komunitas RW. 10 Kelurahan Leuwigajah, Kampung Adat Cireundeu menggunakan metode penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kawasan bersejarah kerap diiringi dengan perubahan fungsi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kawasan bersejarah kerap diiringi dengan perubahan fungsi dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan kawasan bersejarah kerap diiringi dengan perubahan fungsi dan terkadang diikuti perubahan fisik bangunan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan pemilik bangunan.

Lebih terperinci

Penentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan

Penentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan C1 Penentuan Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan Dwi Putri Heritasari dan Rulli Pratiwi Setiawan Perencanaan Wilayah dan Kota,

Lebih terperinci

3 METODE Rancangan Penelitian

3 METODE Rancangan Penelitian Peningkatan kesadaran perusahaan terhadap perlunya perilaku tanggung jawab sosial terjadi secara global. Para pengambil kebijakan di perusahaan semakin menyadari bahwa tujuan tanggung jawab sosial adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kawasan Pusaka Kawasan pusaka dalam suatu kota adalah bukti perkembangan kota tersebut. Bagaimana dimulainya kota, potensi awal kota, kawasan strategis pada

Lebih terperinci

Arahan Pengendalian Alih Fungsi Daerah Resapan Air Menjadi Lahan Terbangun di Kecamatan Lembang, Bandung

Arahan Pengendalian Alih Fungsi Daerah Resapan Air Menjadi Lahan Terbangun di Kecamatan Lembang, Bandung JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Arahan Pengendalian Alih Fungsi Menjadi Lahan Terbangun di Kecamatan Lembang, Bandung Nastiti Premono Putri, Heru Purwadio

Lebih terperinci

Penentuan Deliniasi Kawasan Cagar Budaya di Kabupaten Ngawi

Penentuan Deliniasi Kawasan Cagar Budaya di Kabupaten Ngawi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Penentuan Deliniasi Kawasan Cagar Budaya di Krismadhita Cytonia Rohananda dan Rimadewi Suprihardjo Jurusan Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman suku bangsa, budaya, dan keindahan alam yang mempesona. Keindahan alam yang dimiliki oleh Indonesia menyimpan banyak

Lebih terperinci

OPTIMASI POTENSI ARTEFAK BUDAYA PADA KORIDOR SUNGAI MUSI UNTUK PENGEMBANGAN WISATA SEJARAH DI KOTA PALEMBANG

OPTIMASI POTENSI ARTEFAK BUDAYA PADA KORIDOR SUNGAI MUSI UNTUK PENGEMBANGAN WISATA SEJARAH DI KOTA PALEMBANG Dr. Ir. H. A. Tutut Subadyo., MSIL OPTIMASI POTENSI ARTEFAK BUDAYA PADA KORIDOR SUNGAI MUSI UNTUK PENGEMBANGAN WISATA SEJARAH DI KOTA PALEMBANG Dr. Ir. H. A. Tutut Subadyo., MSIL. 1 tutut_subadyo@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Pariwisata dikenal sebagai suatu bentuk rangkaian kegiatan kompleks yang berhubungan dengan wisatawan dan orang banyak, serta terbentuk pula suatu sistem di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB V PENERAPAN KONSEP MAGERSARI DI KAWASAN PERMUKIMAN

BAB V PENERAPAN KONSEP MAGERSARI DI KAWASAN PERMUKIMAN BAB V PENERAPAN KONSEP MAGERSARI DI KAWASAN PERMUKIMAN Penerapan konsep magersari pada kawasan permukiman magersari adalah berupa usulan perbaikan terhadap kawasan permukiman magersari, yang menghasilkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota adalah sebuah tempat dimana manusia hidup, menikmati waktu luang, berkomunikasi, dan bersosialisasi dengan manusia lain. Kota juga merupakan wadah dimana keseluruhan

Lebih terperinci

BAB 4 VISI DAN MISI KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA

BAB 4 VISI DAN MISI KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA BAB 4 VISI DAN MISI KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan jangka panjang 20 (dua puluh) tahun. Visi harus dapat menunjukkan

Lebih terperinci

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibahas dalam tesis ini. 1 Subkawasan Arjuna pada RTRW kota Bandung tahun merupakan kawasan Arjuna

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibahas dalam tesis ini. 1 Subkawasan Arjuna pada RTRW kota Bandung tahun merupakan kawasan Arjuna BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan Arjuna terletak pada bagian Barat Kota Bandung ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Cagar Budaya oleh Pemerintah Kota Bandung (RTRW Kota Bandung 2003-2013).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan

Lebih terperinci

2015 KEMENARIKAN SUNGAI MUSI SEBAGAI WISATA SUNGAI DI KOTA PALEMBANG

2015 KEMENARIKAN SUNGAI MUSI SEBAGAI WISATA SUNGAI DI KOTA PALEMBANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wisata sungai (river tourism) sudah banyak berkembang di dunia. Banyak negara yang mengusung tema wisata sungai untuk menarik perhatian wisatawan datang ke negaranya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan di Indonesia tahun terakhir ini makin terus digalakkan dan ditingkatkan dengan sasaran sebagai salah satu sumber devisa andalan di samping

Lebih terperinci

Sumatera Selatan. Jembatan Ampera

Sumatera Selatan. Jembatan Ampera Laporan Provinsi 169 Sumatera Selatan Jembatan Ampera Jembatan Ampera adalah sebuah jembatan di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan sebesar 1,49 % pada tahun Badan Pusat Statistik (BPS,

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan sebesar 1,49 % pada tahun Badan Pusat Statistik (BPS, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia terus meningkat setiap tahunnya dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49 % pada tahun 2000-2010. Badan Pusat Statistik (BPS, 2010) mempublikasikan

Lebih terperinci

Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya

Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-125 Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya Rivina Yukeiko

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) C124 Arahan Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Kecamatan Kenjeran dengan Pendekatan Eco-Settlements Bayu Arifianto Muhammad dan Haryo Sulistyarso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaban. Pengalihan kewenangan pemeliharaan dan pelestarian kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. keberadaban. Pengalihan kewenangan pemeliharaan dan pelestarian kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian kemajuan kebudayaan suatu bangsa tidak dapat dilepaskan dari peninggalan budaya dan sejarah bangsa sehingga mampu menjadi simbol identitas keberadaban. Pengalihan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Palembang Kota Palembang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis Kota Palembang terletak antara 2 52' - 3 5' Lintang Selatan dan 104 37'

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 410 Desember 2011 (Lampiran 2), bertempat di wilayah Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. lain, seperti misalnya pengaruh kebudayaan Tionghoaterhadap kebudayaan Indonesia.Etnis

1. PENDAHULUAN. lain, seperti misalnya pengaruh kebudayaan Tionghoaterhadap kebudayaan Indonesia.Etnis 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda satu sama lain, meskipun begitu, beberapa dari kebudayaan tersebut memiliki pengaruh yang menonjol terhadap

Lebih terperinci

Zonasi Kawasan Terdampak Akibat Pembangunan Interchange TOL di Kabupaten Jombang

Zonasi Kawasan Terdampak Akibat Pembangunan Interchange TOL di Kabupaten Jombang JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-207 Zonasi Kawasan Terdampak Akibat Pembangunan Interchange TOL di Kabupaten Jombang Anggra Sukma Setyagama dan Ardy Maulidy

Lebih terperinci

Zonasi Kawasan Terdampak Akibat Pembangunan Interchange TOL di Kabupaten Jombang

Zonasi Kawasan Terdampak Akibat Pembangunan Interchange TOL di Kabupaten Jombang JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Zonasi Kawasan Terdampak Akibat Pembangunan Interchange TOL di Kabupaten Jombang Anggra Sukma Setyagama, Ardy Maulidy Navastara

Lebih terperinci

Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development

Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development C481 Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development Virta Safitri Ramadhani dan Sardjito Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH Reny Kartika Sary Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang Email : renykartikasary@yahoo.com Abstrak Rumah Limas

Lebih terperinci

LILIK KRISNAWATI DOSEN PEMBIMBING : Dr. Ir. Rimadewi Suprihardjo, MIP

LILIK KRISNAWATI DOSEN PEMBIMBING : Dr. Ir. Rimadewi Suprihardjo, MIP ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN CAGAR BUDAYA SINGOSARI MALANG SEBAGAI HERITAGE TOURISM LILIK KRISNAWATI 3610100034 DOSEN PEMBIMBING : Dr. Ir. Rimadewi Suprihardjo, MIP ALUR PIKIR PENELITIAN Latar Belakang

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Pada awal abad ke-15 berdirilah Kesultanan Palembang yang berkuasa sampai datangnya

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Pada awal abad ke-15 berdirilah Kesultanan Palembang yang berkuasa sampai datangnya LAMPIRAN-LAMPIRAN A. Profil Sumatera Selatan Provinsi Sumatera Selatan sejak berabad yang lalu dikenal juga dengan sebutan Bumi Sriwijaya, pada abad ke-7 hingga abad ke-12 Masehi wilayah ini merupakan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA Gambaran Umum Wilayah Luas wilayah Kota Yogyakarta: 3.250 Ha (32,5 Km 2 ) Kota Yogyakarta memiliki 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 614 Rukun Warga (RW), dan 2.524 Rukun

Lebih terperinci

Arahan Pengendalian Konversi Lahan Pertanian ke Non-Pertanian di Kabupaten Gresik

Arahan Pengendalian Konversi Lahan Pertanian ke Non-Pertanian di Kabupaten Gresik Arahan Pengendalian Konversi Lahan Pertanian ke Non-Pertanian di Kabupaten Gresik Oleh: Fajar Firmansyah 3604100031 Dosen Pembimbing : Ir. Heru Purwadio, MSP. Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Insentif dan Disinsentif Pada Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai Instrumen Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian di Sidoarjo

Penentuan Nilai Insentif dan Disinsentif Pada Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai Instrumen Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian di Sidoarjo JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (26) 2337-352 (23-928X Print) F-47 Penentuan Nilai Insentif dan Disinsentif Pada Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai Instrumen Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu wilayah/kota berdampak pada perubahan sosial, ekonomi, geografi, lingkungan dan budaya sehingga diperlukan fasilitas penunjang untuk melayani kebutuhan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERIZINAN CAGAR BUDAYA

RANCANGAN PERIZINAN CAGAR BUDAYA RANCANGAN PERIZINAN CAGAR BUDAYA A.Pelindungan Cagar Budaya 1. Izin pengalihan kepemilikan cagar budaya 2. Izin pencarian cagar budaya 3. Izin memindahkan cagar budaya 4. Izin memisahkan cagar budaya 5.

Lebih terperinci

itripbudaya: Aplikasi Berbasis Android Untuk Pengembangan Heritage Tourism di Kota Gresik

itripbudaya: Aplikasi Berbasis Android Untuk Pengembangan Heritage Tourism di Kota Gresik SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 PENELITIAN itripbudaya: Aplikasi Berbasis Android Untuk Pengembangan Heritage Tourism di Kota Gresik Karina Pradinie (1), Putu Gde Ariastita (1), Azka Nur Medha (1) Karina.haricahyono@gmail.com

Lebih terperinci

Penentuan Kegiatan Untuk Lahan Bekas Lapangan Tenis Jalan Embong Sawo

Penentuan Kegiatan Untuk Lahan Bekas Lapangan Tenis Jalan Embong Sawo Penentuan Kegiatan Untuk Lahan Bekas Lapangan Tenis Jalan Embong Sawo Dimas Ario Arumbinang 3607100002 2011 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi

Lebih terperinci

PENDEKATAN VISUAL ABSORPTION CAPABILITY UNTUK PELESTARIAN KAWASAN BANGUNAN KUNO DI KOTA PASURUAN

PENDEKATAN VISUAL ABSORPTION CAPABILITY UNTUK PELESTARIAN KAWASAN BANGUNAN KUNO DI KOTA PASURUAN PENDEKATAN VISUAL ABSORPTION CAPABILITY UNTUK PELESTARIAN KAWASAN BANGUNAN KUNO DI KOTA PASURUAN Oktavia Altika Dewi, Antariksa, Kartika Eka Sari Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci