II. TINJAUAN PUSTAKA. Suatu negara terlibat dalam perdagangan internasional, menurut Krugman

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA. Suatu negara terlibat dalam perdagangan internasional, menurut Krugman"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN USTAKA 2.. erdagangan Internasional Suatu negara terlibat dalam perdagangan internasional, menurut Krugman dan Obstfeld (2000) didasarkan oleh dua alasan, yang mana setiap alasan tersebut memberikan kontribusi dalam mendatangkan manfaat bagi negara yang melakukan perdagangan. ertama, suatu negara terlibat dalam perdagangan karena setiap negara berbeda satu dengan yang lain. Negara seperti individu dapat memperoleh manfaat dari perbedaan dengan melakukan kesepakatan untuk menghasilkan sesuatu yang dapat dilakukannya dengan baik, dengan kata lain melakukan spesialisasi. Kedua, suatu negara melakukan perdagangan untuk mencapai skala ekonomi dalam produksi. Jika setiap negara hanya menghasilkan beberapa jenis produk tertentu, maka setiap negara dapat menghasilkan produk dalam skala yang lebih besar dan lebih efisien dari pada jika mencoba menghasilkan semua produk yang dibutuhkan. erdagangan internasional secara teori membahas hubungan ekonomi antar negara di dunia yang merupakan refleksi dari munculnya saling ketergantungan (interdependence) antara satu negara dengan negara lainnya karena adanya perbedaan dalam memiliki dan mengakses faktor-faktor produksi (resources) yang dibutuhkan. Suatu negara mungkin memiliki sumber daya alam yang melimpah tetapi tidak memiliki teknologi dan modal untuk memprosesnya, sebaliknya negara lainnya miskin sumber daya alam tetapi memiliki teknologi yang mampu menjadikan sumber daya alam tersebut lebih dekat pada penggunaan akhir dan memiliki nilai guna yang lebih tinggi (Salvatore dalam Heriawan, 2

2 2002). Teori-teori perdagangan secara umum banyak memusatkan perhatian pada persoalan pola perdagangan internasional yang dapat berbeda dan bergeser karena perbedaan dalam memiliki dan mengakses faktor-faktor produksi andangan Merkantilis ada awal perkembangannya, perdagangan internasional terjadi karena masing-masing negara berkepentingan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduknya dengan mengambil keuntungan sebesar-besarnya dari hubungan perdagangan tersebut. andangan Merkantilis mulai populer pada abad 6. enganut pandangan ini berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi sebuah negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor dan sesedikit mungkin impor. Surplus ekspor yang dihasilkan selanjutnya digunakan untuk menguasai logam-logam mulia khususnya emas dan perak sebagai simbol kekayaan dan kekuatan yang akan memberikan kemakmuran bagi penduduknya. Dengan demikian pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mendorong ekspor sebesar-besarnya dan mengurangi serta membatasi impor sehingga diharapkan dapat mendorong output dan kesempatan kerja nasional. andangan Merkantilis tersebut mendorong berkembangnya kolonialisme pada saat itu. ada saat ini kekayaan suatu negara diukur dengan cadangan sumber daya manusia, hasil produksi manusia, serta kekayaan alam yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa. Semakin besar cadangan tersebut maka akan semakin besar arus barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia sehingga akan semakin besar pula standar hidup masyarakat negara tersebut. emikiran 3

3 Merkantilis berkembang terutama di negara-negara Barat. Terdapat kecenderungan munculnya kembali neomerkantilisme yang diakibatkan oleh kenyataan semakin tingginya pengangguran yang sangat mengkhawatirkan pemerintahan suatu negara. Hal ini mendorong pemerintah untuk melakukan retriksi terhadap impor agar dapat mendorong kembali produksi domestik dan kesempatan kerja Keunggulan Absolut Keunggulan absolut didasari oleh pemikiran bahwa dua negara akan melakukan perdagangan secara sukarela jika keduanya mendapatkan keuntungan. Jika salah satu negara memperoleh keuntungan sementara negara lainnya mengalami kerugian, maka tidak akan terjadi perdagangan. emikiran ini merupakan reaksi terhadap pandangan Merkantilis yang percaya bahwa suatu negara hanya dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan dengan mengorbankan negara lain (zero-sum game). Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations (776) mengemukakan bahwa suatu negara dapat mengkonsentrasikan untuk menghasilkan suatu barang saja dan menjual sebagiannya untuk memperoleh barang lainnya dan tidak perlu ada kekhawatiran atas perdagangan yang mereka lakukan. Menurut Adam Smith, perdagangan antara dua negara didasarkan kepada keunggulan absolut. Jika suatu negara lebih efisien dari pada negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi (memiliki keunggulan absolut), namun kurang efisien dibanding dengan negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya (memiliki kerugian absolut), maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara 4

4 masing-masing melakukan spesialisasi dalam komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan menukarnya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut. Dengan proses ini, sumber daya di kedua negara dapat digunakan dalam cara yang paling efisien. Secara umum keunggulan absolut suatu negara terjadi apabila untuk satu unit masukan yang sama, negara tersebut dapat menghasilkan suatu barang dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan negara lain. Maka negara tersebut akan melakukan spesialisasi untuk menghasilkan produk yang memiliki keunggulan absolut tersebut. Atau dengan kata lain untuk menghasilkan satu unit barang tertentu, suatu negara dapat menghasilkannya dengan jumlah jam tenaga kerja yang lebih sedikit dibandingkan dengan negara lain sebagai cerminan produktivitas. Keunggulan absolut dapat diilustrasikan dalam contoh berikut. Misalkan ada dua negara yaitu Home dan Foreign yang menghasilkan dua komoditi yang sama yaitu gandum dan kain. Teori diatas mengasumsikan bahwa hanya ada satu faktor produksi yaitu tenaga kerja yang dinotasikan dengan L sebagai total sumber daya yang digunakan. Teknologi dimasing-masing negara ditunjukkan oleh produktivitas tenaga kerjanya dalam bentuk jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit gandum dan kain yang dinotasikan oleh a LG dan alk untuk Home, sedangkan di Foreign dengan notasi alg dan a LK. Setiap perekonomian memiliki sumber daya yang terbatas, maka terdapat batasan dalam menghasilkan suatu produk. Terdapat trade-off dalam memproduksi dua komoditi di suatu negara yang menggunakan satu faktor produksi yang sama dimana untuk menghasilkan tambahan satu karung gandum 5

5 maka perekonomian harus mengorbankan satuan tertentu dari kain yang dihasilkan. Trade-off ini dapat digambarkan dalam bentuk kurva kemungkinan produksi (production possibility frontier) yang menunjukkan jumlah maksimum gandum yang dapat diproduksi pada jumlah tertentu kain yang dihasilkan. Ketika hanya ada satu faktor produksi maka kurva kemungkinan produksi suatu perekonomian akan berbentuk garis lurus. Jika QG adalah jumlah gandum yang dihasilkan, dan QK adalah jumlah kain yang dihasilkan, maka tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan gandum adalah alg QG sedangkan tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan kain adalah alk di suatu negara dapat dinyatakan sebagai berikut: Q K. Maka batasan produksi alg Q G + alk Q K L ada saat kurva kemungkinan produksi merupakan garis lurus maka biaya korbanan (opportunity cost) dari satu karung gandum dinyatakan dalam kain adalah konstan. Opportunity cost ini dapat didefinisikan sebagai jumlah kain yang dihasikan dalam perekonomian yang harus dikorbankan untuk menghasilkan tambahan gandum. Untuk menghasilkan tambahan satu karung gandum akan dibutuhkan alg jam tenaga kerja. Setiap jam tenaga kerja ini dapat digunakan pula untuk menghasilkan alk meter kain maka opportunity cost dari gandum dinyatakan oleh kain adalah a a. LG LK Keunggulan absolut dapat diperlihatkan oleh ilustrasi numerik pada Tabel, dimana dua negara menghasilkan dua komoditi yang sama yaitu gandum dan kain. ada Tabel terlihat bahwa keunggulan suatu negara dalam menghasilkan 6

6 suatu produk didasarkan pada produktifitas tenaga kerjanya yang ditunjukkan oleh banyaknya jam kerja untuk menghasilkan satu unit produk. Tabel. Contoh Keunggulan Absolut Negara Gandum Kain Home a LG = 6 jam/ karung a LK = 4 jam/ meter Foreign a = jam/ karung a = 5 jam/ meter LG Sumber: Salvatore, 997. Home memiliki keunggulan absolut dalam menghasilkan kain karena jam kerja yang digunakan untuk menghasilkan satu meter kain lebih rendah dari pada di LK Foreign dimana a LK < a LK. Sedangkan Foreign memiliki keunggulan absolut dalam menghasilkan gandum dimana a LG > a LG menunjukkan bahwa produktivitas di Home dalam menghasilkan gandum lebih rendah. Maka berdasarkan pemikiran Adam Smith, sebaiknya Home berkonsentrasi untuk menghasilkan dan mengekspor kain, dan mengimpor gandum dari Foreign untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Sedangkan Foreign berspesialisasi untuk menghasilkan gandum dan mengimpor kain Keunggulan Komparatif David Ricardo mengembangkan pemikiran baru mengenai keunggulan komparatif berdasarkan pemahaman mengenai keunggulan absolut. Dasar pemkiran tersebut adalah bahwa perdagangan internasional tetap akan memberikan manfaat pada suatu negara walaupun negara bersangkutan tidak memiliki keunggulan absolut apapun, sepanjang masih ada perbedaan rasio harga antara dua barang di negara-negara yang berdagang. ada tahun 87 David 7

7 Ricardo menerbitkan buku yang berjudul rinciple of olitical Economy and Taxation, yang berisikan penjelasan mengenai hukum keunggulan komparatif. Hukum keunggulan komparatif menyatakan bahwa meskipun suatu negara kurang efisien atau tidak memiliki keunggulan absolut dibandingkan negara lain dalam memproduksi kedua komoditi, namun masih terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara yang tidak memiliki keunggulan absolut harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih kecil dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut yang lebih besar. Komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih kecil berarti memiliki keunggulan komparatif. Hukum keunggulan komparatif dari Ricardo didasarkan pada sejumlah asumsi yang disederhanakan yaitu () hanya terdapat dua negara dan dua komoditi, (2) perdagangan bersifat bebas, (3) terdapat mobilitas tenaga kerja yang sempurna di dalam negara namun tidak ada mobilitas antara dua negara, (4) biaya produksi konstan, (5) tidak terdapat biaya transportasi, dan (6) tidak ada perubahan teknologi. Sebagai ilustrasi, misalkan terdapat dua negara yaitu Home dan Foreign yang menghasilkan dua produk yang sama yaitu gandum dan kain. roduktifitas dalam menghasilkan gandum dan kain di masing-masing negara diperlihatkan pada Tabel 2. Tabel 2. Contoh Keunggulan Komparatif Negara Gandum Kain Home a LG = 6 jam/ karung a LK = 4 jam/ meter Foreign a = jam/ karung a = 2 jam/ meter LG Sumber: Salvatore, 997. LK 8

8 erbedaan Tabel 2 dengan Tabel adalah produktivitas Foreign dalam menghasilkan kain meningkat dimana sebelumnya untuk menghasilkan satu meter kain menghabiskan 5 jam tenaga kerja tetapi sekarang hanya membutuhkan 2 jam tenaga kerja. Hal ini menyebabkan Home tidak memiliki keunggulan absolut dalam menghasilkan gandum maupun kain. Namun itu tidak berarti bahwa Home tidak dapat melakukan perdagangan karena masih ada keunggulan komparatif. roduktivitas tenaga kerja dalam teori keunggulan komparatif dinyatakan dalam bentuk relatif dimana produktivitas menggambarkan tingkat teknologi tertentu di masing-masing negara. Komoditi yang memiliki keunggulan komparatif ditunjukkan oleh produktivitas relatifnya yang lebih tinggi. Tabel 2 memperlihatkan bahwa produktivitas relatif dalam menghasilkan kain lebih tinggi di Home dari pada menghasilkan gandum karena a a > a a atau LG LG LK LK a a < a a dimana rasio kebutuhan tenaga kerja untuk menghasilkan LK LG LK LG satu meter kain dibandingkan satu karung gandum lebih rendah di Home dari pada di Foreign. Maka dapat disimpulkan bahwa Home memiliki keunggulan komparatif dalam menghasilkan kain. Oleh karena itu Home berspesialisasi untuk menghasilkan kain yang kelebihan produksinya akan diekspor, sedangkan gandum akan diimpor dari Foreign yang lebih efisien dalam memproduksinya. Kurva kemungkinan produksi mengilustrasikan berbagai kombinasi produk yang dapat dihasilkan di dalam perekonomian. Untuk mengetahui apa yang perekonomian produksi secara aktual dapat diperlihatkan oleh harga dalam bentuk harga relatif dua produk dalam perekonomian yaitu harga suatu produk yang dinyatakan oleh produk lain. Dalam perekonomian yang sederhana seperti pada ilustrasi sebelumnya dimana tenaga kerja adalah satu-satunya faktor 9

9 produksi, penawaran gandum dan kain akan dinyatakan oleh perpindahan tenaga kerja ke sektor mana yang memberikan upah tertinggi. Jika dimisalkan G dan K adalah harga gandum dan harga kain, dan tidak ada profit dalam model satu faktor ini, maka upah per jam di sektor gandum akan sama dengan nilai dari berapa yang pekerja dapat hasilkan dalam satu jam. Oleh karena itu tingkat upah pekerja per jam di sektor gandum dinyatakan oleh a, sedangkan tingkat upah per jam di sektor kain dinyatakan oleh a G LG K LK. Upah di sektor gandum akan lebih tinggi jika > a a, karena setiap G K LG LK orang akan ingin bekerja pada industri yang menawarkan upah tertingi, maka perekonomian akan berspesialisasi pada produksi gandum. Begitu pula sebaliknya jika upah di sektor kain yang lebih tinggi. Opportunity cost dari gandum yang dinyatakan oleh kain adalah a LG a LK, maka dapat disimpulkan bahwa perekonomian akan berspesialisasi untuk menghasilkan gandum jika harga relatif gandum lebih besar dari opportunity cost-nya, dan sebaliknya perekonomian akan berspesialisasi untuk menghasilkan kain jika harga relatif gandum lebih rendah dari opportunity cost-nya. Dengan adanya perdagangan internasional, Home tidak harus menghasilkan dua komoditi sendiri. Dua negara mendapatkan manfaat dari perdagangan dengan adanya spesialisasi karena perdagangan dianggap sebagai metode atau cara tidak langsung dari produksi. Akan tetapi teori keunggulan komparatif yang dikemukakan oleh Ricardo ini memiliki kelemahan. ertama, teori ini meramalkan tingkat spesialisasi yang ekstrim dimana dalam dunia nyata sangat jarang ditemukan. Kedua, mengabaikan kemungkinan peranan skala ekonomi sebagai penyebab perdagangan, sehingga model ini gagal menjelaskan 20

10 arus perdagangan yang cukup besar antar negara yang tampaknya sama. Kelemahan ini memunculkan pemikiran baru yang dikenal dengan model Heckscher-Ohlin (HO) yang menggunakan asumsi teknologi identik tetapi dengan faktor produksi yang lebih dari satu (Siregar, 2000) Heckscher-Ohlin ara ekonom klasik sebelumnya beranggapan bahwa keunggulan komparatif di suatu negara bersumber dari perbedaan tingkat produktivitas tenaga kerja sebagai satu-satunya faktor produksi yang diperhitungkan secara eksplisit. Namun dasar pemikiran tersebut tidak memberikan penjelasan rinci mengenai penyebab perbedaan tingkat produktivitas. Heckscher-Ohlin mencoba mengembangkan pandangan klasik tersebut dengan menelaah penyebab munculnya keunggulan komparatif bagi setiap negara dan dampak yang ditimbulkan oleh perdagangan terhadap pendapatan faktor produksi di kedua negara yang terlibat. Faktor penentu utama keunggulan komparatif bagi masing-masing negara yang merupakan landasan dalam melakukan perdagangan menurut Heckscher- Ohlin adalah kelimpahan faktor secara relatif atau kepemilikan faktor-faktor produksi yang berbeda antara satu negara dengan negara lain. Atas dasar alasan ini maka model H-O disebut juga sebagai Teori Kepemilikan Faktor (Factor Endowment Theory) atau Teori roporsi Faktor (Factor roportion Theory). Teori Heckscher-Ohlin atau teori kelimpahan faktor dalam Salvatore (997) didefinisikan ke dalam dua buah teorema yang saling berhubungan yaitu teorema H-O dan teorema penyamaan harga faktor. Menurut teorema H-O suatu 2

11 negara akan mengekspor komoditi yang produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah dan murah di negara itu, dan dalam waktu bersamaan negara tersebut akan mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan sumber daya yang relatif langka dan mahal di negara itu. Teorema ini menjelaskan bahwa kelimpahan faktor dan harganya secara relatif merupakan penyebab perbedaan harga relatif antara dua negara yang menjadi dasar untuk melakukan perdagangan. Teorema penyamaan harga faktor (price factor eualization theorem) hanya berlaku jika teorema H-O berlaku. Selanjutnya teorema ini lebih popular dengan sebutan teorema Heckscher-Ohlin-Samuelson (H-O-S). Teorema ini mendefinisikan bahwa perdagangan internasional akan mendorong terjadinya penyamaan harga-harga faktor, baik secara relatif maupun secara absolut di antara negara-negara yang terlibat di dalamnya. Dengan demikian harga-harga faktor produksi baik secara relatif maupun absolut lambat laun akan sama besarnya karena adanya perdagangan internasional. engujian empiris pertama terhadap model H-O dilakukan oleh Leontif untuk data-data perekonomian Amerika Serikat tahun 947 yang hasilnya kemudian lebih dikenal dengan sebutan paradox Leontif. Kesimpulan yang dihasilkan Leontif adalah bahwa ternyata Amerika Serikat cenderung mengekspor produk yang padat tenaga kerja dan mengimpor produk yang padat modal yang bertentangan dengan prediksi model H-O. Namun berdasarkan studi terakhir, kemunculan paradox tersebut bukanlah suatu hal yang aneh mengingat pada saat itu terdapat hal-hal teknis dan berbagai bentuk keterbatasan metodologis serta kelemahan analisis yang tidak dapat dihindari. 22

12 2..5. Analisis Keseimbangan arsial Tanpa adanya perdagangan internasional, harga-harga relatif dari berbagai komoditi di masing-masing negara mencerminkan keunggulan komparatif yang dimilikinya, yang merupakan dasar bagi berlangsungnya perdagangan yang menguntungkan antara kedua belah pihak. erbedaan harga komoditi di masingmasing negara disebabkan oleh adanya perbedaan pada faktor-faktor pembentuk harga di dalam negeri seperti tingkat biaya produksi, jumlah produksi dan konsumsi. Harga relatif komoditi dalam kondisi ekuilibrium pada saat perdagangan internasional sudah berlangsung, tercapai dalam kurun waktu tertentu yang merupakan hasil dari proses pertemuan kekuatan-kekuatan penawaran dan permintaan. Analisis keseimbangan parsial mencoba untuk menjabarkan proses penentuan harga komoditi relatif pada kondisi ekuilibrium setelah terjadi perdagangan internasional. Gambar menunjukkan proses terciptanya harga komoditi relatif ekuilibrium dengan adanya perdagangan ditinjau dari analisis keseimbangan parsial. Dengan adanya perdagangan internasional, negara Home akan melakukan produksi dan konsumsi gandum pada titik C berdasarkan harga relatif gandum terhadap kain sebesar 3, sedangkan Foreign akan melakukan produksi dan konsumsi di titik C berdasarkan harga relatif gandum sebesar. Setelah perdagangan berlangsung, harga relatif gandum akan berkisar antara dan 3, apabila kedua negara memiliki kekuatan perekonomian yang sama. Jika harga berlaku di atas maka Foreign akan menghasilkan gandum lebih banyak dari permintaan domestik dimana kelebihan produksi tersebut akan diekspor ke Home. Sedangkan jika harga yang berlaku lebih rendah dari 3, maka Home akan 23

13 mengalami peningkatan permintaan domestik yang mendorong dilakukannya impor gandum. asar di Negara Foreign asar Dunia G K G K G K asar di Negara Home 3 Ekspor S ES 3 C S 2 A C B D E E ED A Impor B D 0 Q 0 Q G G 0 Q G Gambar. Keseimbangan arsial Sumber: Salvatore, 997. Kurva permintaan dan penawaran di pasar dunia menunjukkan bahwa saat tingkat harga relatif di 2, kuantitas impor komoditi yang diminta oleh Home yaitu sebesar AB akan persis sama dengan kuantitas ekspor yang ditawarkan oleh Foreign yaitu A B. Dengan demikian 2 adalah harga relatif ekuilibrium setelah berlangsungnya perdagangan di antara kedua negara tersebut dimana EE menunjukkan kuantitas perdagangan yang terjadi Hambatan dalam erdagangan erkembangan pemikiran tentang perdagangan bebas, didasari oleh harapan bahwa perdagangan bebas akan dapat memaksimalkan output dunia dan memberikan manfaat bagi setiap negara yang terlibat. Tetapi dalam kenyataanya masih banyak negara yang menerapkan berbagai bentuk hambatan terhadap berlangsungnya perdagangan internasional yang disebut dengan kebijakan 24

14 perdagangan. Hambatan terhadap perdagangan terbagi dalam dua bentuk yaitu () tarif, yang terkait dengan pengenaan pajak dan bea masuk pada barang yang diperdagangkan, dan (2) non-tarif, yang berkaitan dengan berbagai instrumen kebijakan yang kompleks untuk menyembunyikan motif proteksi Hambatan Tarif Tarif menurut Krugman dan Obstfeld (2000) pada dasarnya adalah pajak atau cukai yang bersifat diskriminatif yang dikenakan jika suatu komoditi melintasi suatu daerah pabean. Tarif merupakan bentuk kebijakan perdagangan yang paling tua dan hambatan perdagangan paling transparan, yang secara tradisional digunakan sebagai sumber penerimaan pemerintah. Ada dua macam tarif yaitu tarif impor dan tarif ekspor atau pajak ekspor. Sedangkan jenis tarif berdasarkan mekanisme penghitungannya yang pertama adalah tarif ad valorem adalah pajak yang dikenakan berdasarkan persentase tertentu dari nilai barang yang diimpor. Kedua adalah tarif spesifik yang dikenakan sebagai beban tetap pada setiap unit barang yang diimpor. Sedangkan yang terakhir adalah tarif campuran yang merupakan gabungan dari keduanya. Tarif Impor Definisi dari tarif impor adalah pajak yang dikenakan kepada komoditi yang diimpor dari negara lain. Tarif impor umumnya digunakan untuk melindungi produsen domestik dalam menghadapi persaingan dengan produk impor yang lebih murah, selain itu juga sebagai salah satu sumber pemasukan bagi negara. Secara grafis, dampak tarif impor diperlihatkan oleh Gambar 2 dengan asumsi, 25

15 hanya ada dua negara yaitu Home sebagai negara pengimpor dan Foreign sebagai negara pengekspor, tarif yang diberlakukan adalah tarif spesifik, dan importir adalah negara besar dimana perubahan pada permintaan impor akan mempengaruhi harga dunia. Tarif impor yang diberlakukan akan menggeser kurva ED vertikal ke bawah menjadi ED t sebesar jumlah tarif yang dikenakan. Hal ini menyebabkan harga dunia turun dari menjadi W t dimana merupakan harga yang diterima oleh eksportir yang menyebabkan turunnya kelebihan penawaran di Foreign sebesar 3 4. ada negara importir, produk impor menjadi relatif lebih mahal dibandingkan dengan produk domestik sehingga jumlah barang yang diimpor Home turun menjadi 2 3. Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan tarif impor terhadap suatu produk menyebabkan penurunan harga produk di negara eksportir sehingga volume ekspor berkurang. Sedangkan di negara importir terjadi kenaikan harga produk, penurunan konsumsi, peningkatan produksi domestik, penurunan volume impor, dan adanya penerimaan pemerintah dari tarif. asar Foreign (eksportir) asar Dunia asar Home (importir) S S t ES t W t a b c d D e f E ED t ED g h i j k D 0 Q 0 Q Q Q Q 2 Gambar 2. Dampak emberlakuan Tarif Impor Sumber: Krugman, 2000 dan Tweeten,

16 Tabel 3. Dampak emberlakuan Tarif Impor terhadap Kesejahteraan Eksportir Importir Surplus Konsumen Surplus rodusen enerimaan emerintah Net National Welfare a -(a + b + c + d) - -(b + c + d) -(g + h + i + j) g i + k k (h + j) Net World Welfare Sumber: Tweeten, (b + d + h + j) = e + f emberlakuan tarif impor memberikan dampak pada kesejahteraan baik di negara eksportir, importir maupun dunia. Tabel 3 memperlihatkan bahwa di negara eksportir terjadi penurunan kesejahteraan nasional sebesar (b + c +d). Sedangkan dampak tarif impor terhadap kesejahteraan di negara importir ditentukan oleh elastisitas penawaran ekspornya (ES). Semakin elastis kurva penawaran ekspor maka daerah (h + j) akan lebih besar dari daerah k yang berarti bahwa negara importir akan dirugikan dengan adanya tarif. Dampak tarif impor secara umum, akan menurunkan kesejahteraan dunia karena produsen di negara eksportir menerima harga yang lebih rendah sedangkan konsumen di negara importir harus membayar harga yang lebih tinggi. Tarif Ekspor Definisi dari pajak atau tarif ekspor adalah pajak untuk semua komoditi yang diekspor. Secara grafis, dampak tarif ekspor diperlihatkan oleh Gambar 3 dengan asumsi, hanya ada dua negara yaitu Home sebagai negara pengimpor dan Foreign sebagai negara pengekspor, tarif yang diberlakukan adalah tarif spesifik, dan eksportir adalah negara besar dimana perubahan pada jumlah ekspor dapat mempengaruhi harga dunia. 27

17 asar Foreign (eksportir) asar Dunia ES te asar Home (importir) S W te k a b c d S te e f E ES ED te g h i j D D Q 0 Q Q 0 Q Q Gambar 3. Dampak emberlakuan Tarif Ekspor Sumber: Krugman, 2000 dan Tweeten, 992. Tarif ekspor yang diberlakukan akan menggeser kurva ES vertikal ke atas menjadi ES te sebesar jumlah tarif yang dikenakan yang berakibat pada penurunan penawaran. ada kasus negara besar hal ini menyebabkan peningkatan harga dunia dari menjadi W te dimana merupakan harga yang diterima oleh importir yang menyebabkan turunnya konsumsi dan naiknya produksi domestik di Home. ada negara eksportir harga domestik turun sehingga konsumsi domestik di Foreign naik menjadi 2. Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan tarif ekspor terhadap suatu produk menyebabkan penurunan harga produk domestik, peningkatan biaya ekspor, naiknya konsumsi domestik di negara eksportir, penurunan produksi domestik sehingga volume ekspor berkurang dan adanya penerimaan pemerintah dari tarif. Sedangkan di negara importir terjadi kenaikan harga produk, yang mendorong peningkatan produksi domestik dan penurunan konsumsi sehingga menyebabkan penurunan volume impor. 28

18 ada Tabel 4 diperlihatkan dampak dari tarif ekspor terhadap kesejahteraan baik di negara eksportir, importir maupun bagi dunia, berdasarkan ilustrasi pada Gambar 3. Tabel 4. Dampak emberlakuan Tarif Ekspor terhadap Kesejahteraan Eksportir Importir Surplus Konsumen Surplus rodusen enerimaan emerintah Net National Welfare a -(a + b + c + d) c + k k (b + d) -(g + h + i + j) g - -(h + i + j) Net World Welfare Sumber: Tweeten, (b + d + h + j) = e + f Tarif ekspor memberikan dampak terhadap penurunan kesejahteraan nasional di negara importir sebesar daerah (h + i + j), sedangkan dampak tarif bagi kesejahteraan di negara eksportir sangat tergantung pada elastisitas permintaan dan penawaran. Jika pada tingkat pajak ekspor tertentu daerah (b + d) lebih besar dari pada k, maka kesejahteraan nasional bersih bagi eksportir akan memburuk. ajak ekspor digunakan oleh suatu negara biasanya adalah untuk melindungi konsumen domestik dari harga komoditas ekspor yang tinggi dan untuk mendapatkan penerimaan bagi negara. Namun ternyata dampak dari tarif ekspor secara umum, akan menurunkan kesejahteraan dunia karena produsen di negara eksportir menerima harga yang lebih rendah sedangkan konsumen di negara importir harus membayar harga yang lebih tinggi Hambatan Non-Tarif Tarif adalah bentuk kebijakan perdagangan yang paling sederhana. ada perkembangan praktek perdagangan di dunia saat ini umumnya intervensi pemerintah dilakukan dengan menggunakan instrumen-instrumen kebijakan 29

19 lainnya seperti subsidi ekspor, kuota impor, konsep pembatasan ekspor secara sukarela (voluntary export restraints), persyaratan kandungan lokal dan lain sebagainya. Subsidi Ekspor ada dasarnya menurut Salvatore (997), subsidi ekspor adalah pembayaran langsung atau pemberian keringanan pajak dan bantuan subsidi kepada para eksportir atau calon eksportir nasional dan/ atau pemberian pinjaman berbunga rendah kepada para pengimpor asing dalam rangka memacu ekspor suatu negara. emberian subsidi ini umumnya ditujukan untuk meningkatkan pendapatan produsen yang akan mendorong peningkatan ekspor sehingga harga dunia turun dan permintaan impor meningkat. asar Foreign (eksportir) asar Dunia asar Home (importir) su W su a b c d g f e D S su ES ED ES su S i j k l D 0 Q 0 Q Q Q Q Gambar 4. Dampak emberian Subsidi Ekspor Sumber: Krugman, 2000 dan Tweeten, 992. Ilustrasi pemberian subsidi diperlihatkan oleh Gambar 4, dimana kebijakan tersebut akan menggeser kurva penawaran ekspor ke kanan bawah yang menunjukkan peningkatan dalam volume ekspor. Berdasarkan asumsi bahwa 30

20 negara pengekspor adalah negara besar maka harga dunia turun dari menjadi W su yang merupakan harga yang diterima oleh negara importir sehingga volume perdagangan meningkat menjadi Q. Dampak pemberian subsidi pada produsen di Foreign sebagai negara eksportir sebesar su menyebabkan harga domestik meningkat menjadi su sehingga kelebihan penawaran yang dapat di ekspor meningkat menjadi, 4 namun hal ini merugikan konsumen domestik karena harus membayar harga yang lebih mahal untuk komoditi yang di ekspor yang berakibat pada turunnya surplus konsumen di negara eksportir. Sedangkan di Home sebagai negara importir terjadi peningkatan permintaan impor dari 2 3 menjadi 4 dunia. karena turunnya harga Tabel 5. Dampak emberian Subsidi Ekspor terhadap Kesejahteraan Eksportir Importir Surplus Konsumen Surplus rodusen enerimaan emerintah Net National Welfare -(a + b) a + b + c -(b + c + d + e + f + g) -(b + d + e + f + g) i + j + k -(i + j) - k Net World Welfare -(b + d + j + l) Sumber: Tweeten, 992. Tabel di atas menunjukkan dampak pemberian subsidi terhadap kesejahteraan yang menunjukkan bahwa ternyata kebijakan ini merugikan konsumen di negara eksportir karena surplus konsumen berkurang sebesar daerah (a + b). Selain itu pemerintah juga mengalami peningkatan pengeluaran yang cukup besar sehingga dapat disimpulkan bahwa kebijakan pemberian subsidi ekspor akan menurunkan tingkat kesejahteraan nasional di negara eksportir yang ditunjukkan oleh daerah (b + d + e + f + g). 3

21 Kuota Hambatan perdagangan dalam bentuk kuota adalah pembatasan secara langsung terhadap jumlah ekspor atau impor. Kuota impor merupakan pembatasan langsung atas jumlah barang yang boleh diimpor dengan tujuan untuk melindungi sektor industri domestik tertentu. embatasan ini biasanya diberlakukan dengan memberikan lisensi kepada beberapa kelompok individu atau perusahaan domestik untuk mengimpor suatu produk yang jumlahnya langsung dibatasi. Dampak kuota impor ternyata dapat menggagalkan mekanisme pasar, memicu distorsi dan korupsi yang akhirnya menimbulkan pemborosan yang merugikan perekonomian negara yang disebabkan oleh munculnya rent seeking karena tergiur pada keuntungan monopoli yang cukup besar jika memiliki lisensi impor. Sedangkan kuota ekspor saat ini yang penting adalah dalam bentuk pembatasan ekspor secara sukarela (VER, Voluntary Export Restraints). ada bentuk pembatasan ekspor ini, suatu negara selaku pengimpor mendorong atau bahkan memaksa negara lain untuk mengurangi ekspornya secara sukarela. Dampak ekonomi jika pembatasan ekspor ini berhasil, hampir sama dengan pemberlakukan kuota impor, perebedaannya adalah pembatasan ekspor ini dilakukan oleh negara pengekspor sehingga dampak pendapatan berupa terciptanya keuntungan monopoli akan diterima oleh pengekspor. Secara grafis, pemberlakuan kuota impor dapat dijelaskan oleh Gambar 5. Home sebagai negara importir diasumsikan adalah negara besar dalam perdagangan sehingga dapat mempengaruhi harga dunia. embatasan impor yang dilakukan negara importir sebesar 2 menyebabkan patahnya kurva permintaan ED sehingga menjadi elastis sempurna yang menghasilkan 32

22 keseimbangan baru di Q dengan jumlah perdagangan yang lebih rendah. Keseimbangan baru tersebut menghasilkan tingkat harga u yang lebih rendah dari W. Tingkat harga tersebut menyebabkan terjadinya kelebihan permintaan di negara importir yang dapat dihilangkan pada tingkat harga domestik u, pada perpotongan kurva permintaan dengan kurva penawaran domestik yang baru. engenaan kuota sama halnya dengan tarif impor yang menguntungkan produsen namun merugikan konsumen karena konsumen harus menerima tingkat harga yang lebih tinggi. asar Foreign (eksportir) asar Dunia asar Home (importir) S ES S S u W u a b c d u e i f g h D ED u ED D Q 0 Q Q0 Q Q Gambar 5. Dampak emberlakuan Kuota Impor Sumber: Krugman, 2000 dan Tweeten, 992. Tabel 6 menunjukkan dampak pemberlakuan kuota impor terhadap kesejahteraan dimana negara eksportir secara nasional akan mengalami penurunan kesejahteraan karena berkurangnya surplus produsen. Sedangkan bagi negara importir, kuota akan bermanfaat jika daerah i lebih besar dari daerah (g + h). Secara umum kuota atau pembatasan impor akan menurunkan kesejahteraan dunia. 33

23 Tabel 6. Dampak emberlakuan Kuota Impor terhadap Kesejahteraan Eksportir Importir Surplus Konsumen Surplus rodusen enerimaan Kuota Net National Welfare a -(a + b + c + d) - -(b + c + d) -(e + f + g + h) e f + i i (g + h) Net World Welfare -(b + d + g + h) Sumber: Tweeten, 992. Sedangkan untuk pemberlakuan kuota ekspor dapat diperlihatkan oleh Gambar 6. embatasan ekspor ini pada dasarnya adalah untuk menjamin ketersediaan produk ekspor tersebut di dalam negeri, selain itu juga ditujukan untuk pengawasan produksi dan pengendalian harga agar stabil. Kuota ekspor yang dilakukan oleh negara Foreign selaku eksportir menyebabkan kurva ES patah sehingga perdagangan terjadi dalam jumlah yang lebih sedikit dari 4 menjadi sebesar Q. Hal ini berdampak pada peningkatan harga dunia menjadi u sedangkan harga di negara eksportir turun. Kenaikan harga dunia tersebut menyebabkan penurunan volume perdagangan. u W u a asar Foreign (eksportir) e b c d S D u asar Dunia ES u ES ED f asar Home (importir) g h i S D D Q 0 Q Q0 Q Q Gambar 6. Dampak emberlakuan Kuota Ekspor Sumber: Tweeten,

24 Tabel 7. Dampak emberlakuan Kuota Ekspor terhadap Kesejahteraan Eksportir Importir Surplus Konsumen Surplus rodusen enerimaan Kuota Net National Welfare a + b -(a + b + c + d) c + e -d + e -(f + g + h + i) f - -(g + h + i) Net World Welfare -(d + g + i) Sumber: Tweeten, 992. emberlakuan kuota ekspor meningkatkan surplus konsumen di negara eksportir sebesar (a + b) karena harga yang diterima konsumen untuk komoditi yang diekspor menjadi lebih rendah. Sebaliknya surplus produsen di negara eksportir menurun cukup besar dan di negara importir total kesejahteraan nasionalnya menurun sebesar (g + h + i). Secara umum kuota atau pembatasan ekspor akan menurunkan kesejahteraan dunia Error Correction Model Analisis regresi klasik dan permodelan yang digunakan oleh para ekonom yang berkembang pada tahun 70 an, umumnya disebut dengan pendekatan specific to general. andangan tradisional ini dalam analisisnya didasarkan pada data deret waktu yang secara khusus diasumsikan stasioner. Namun dalam kenyataannya data deret waktu yang digunakan dalam studi ekonomi empiris hampir selalu menggunakan variabel-variabel yang umumnya tidak stasioner seperti pendapatan, konsumsi, permintaan uang, tingkat harga, arus perdagangan, dan nilai tukar mata uang. Hal ini, menurut esaran dan Smith dalam Siregar (2004) menyebabkan model ekonomi klasik yang dihasilkan gagal memprediksi beberapa resesi ekonomi yang terjadi karena tidak mencerminkan data sebenarnya sehingga tidak efektif jika digunakan untuk tujuan peramalan dan evaluasi kebijakan. 35

25 engabaian terhadap sifat non stasioner dari data deret waktu menyebabkan tingginya korelasi antara variabel dependen dan independen walaupun secara aktual keduanya tidak terkait yang disebut dengan spurious correlation. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memberikan perhatian terhadap sifat statistika dari data deret waktu yang terkait dengan sifat non stasioner. Suatu data deret waktu X t dikatakan stasioner jika: a. E (X t ) = konstan untuk semua t b. Var (X t ) = konstan untuk semua t c. Cov (X t, X t+k ) = konstan untuk semua t dan semua k 0 endekatan yang banyak digunakan untuk mengatasi spurious correlation adalah dengan menarik difference atas variabel dependen dan independen. Misalkan (Thomas, 997): Y t = β + β 2 X t + ε t...(2.) Jika Y dan X pada persamaan di atas adalah variabel tren maka akan menimbulkan keraguan dalam estimasi karena akan menimbulkan masalah spurious correlation, maka di lag satu periode sebagai berikut: Y t = + β 2 X t + ε t β...(2.2) engurangan persamaan (2.) dengan persamaan (2.2) menghasilkan: Y = β 2 + υ...(2.3) t X t t ersamaan (2.3) di atas sudah bebas dari masalah spurious. endekatan dengan difference ternyata menimbulkan beberapa masalah yang tidak bisa diabaikan. Terjadi autokorelasi karena υ t = ε t ε t. Selain itu juga hilangnya informasi mengenai keseimbangan jangka panjang karena model tersebut hanya dapat menjelaskan hubungan jangka pendek. Oleh karena itu 36

26 model dengan difference tidak dapat digunakan untuk perencanaan kebijakan dan peramalan dalam perdagangan produk pertanian yang membutuhkan informasi jangka panjang. Error Correction Model (ECM) merupakan model alternatif yang dapat mengatasi kedua masalah tersebut dengan menggunakan pendekatan general to specific. Model ini memiliki berbagai kegunaan, tetapi manfaat yang paling penting adalah menyediakan suatu pendekatan dalam menghadapi masalah non stasioner dari time series dan spurious correlation (Thomas, 997). Spesifikasi ECM dapat diperoleh dari parameterisasi model autoregressive distributed lag (ARDL). Misalkan model ARDL yang menunjukkan hubungan jangka pendek dengan menyertakan nilai bedakala adalah sebagai berikut: y t = b0 + b xt + b2 xt + µ yt + ε t, 0 < µ <...(2.4) Setelah persamaan (2.4) diparameterisasi, maka diperoleh persamaan dalam bentuk ECM: y t = b xt λ ( yt β 0 βxt ) + ε t...(2.5) dimana: λ = µ, = λ, β = b + ) λ β 0 b0 ( b2 Model ECM secara alami akan mencapai keseimbangan dalam jangka panjang dimana λ menunjukkan kecepatan dalam mencapai keseimbangan. Sedangkan y β β x ) menunjukkan kombinasi linier yang disebut ( t 0 t kointegrasi yang merupakan kombinasi variabel-variabel non stasioner. Kombinasi linier ini disebut error yang bersama λ membentuk mekanisme dalam mengoreksi kesalahan untuk mencapai kondisi ekuilibrium dalam jangka panjang. Jika kondisi ekuilibrium ditunjukkan oleh Yt = β 0 + βx t maka apabila: 37

27 Y t < 0 + βx t β ; error < 0, dikoreksi oleh λ sehingga naik ke arah ekuilibrium. Y t > 0 + βx t β ; error > 0, dikoreksi oleh λ sehingga turun ke arah ekuilibrium. Mekanisme koreksi ini terjadi dengan syarat setiap variabel harus terintegrasi dalam order yang sama Tinjauan enelitian Terdahulu enelitian yang dilakukan oleh Syaraf (985) bertujuan untuk memperoleh perkiraan fungsi penawaran ekspor karet rakyat Indonesia ke negara-negara konsumen. Untuk mendapatkan perkiraan fungsi tersebut dilakukan analisis keeratan hubungan pengaruh peubah-peubah terhadap variasi volume penawaran ekspor karet rakyat Indonesia dengan eksportir produsen karet rakyat. Analisis ini diharapkan dapat menemukan peubah-peubah mana yang dominan pengaruhnya bagi eksportir dalam memilih daerah pemasaran hasil yang menguntungkan. Dalam analisis, dilakukan pengujian dengan menggunakan regresi linear berganda. engujian dilakukan dengan dua tahap yakni, dengan menggunakan data urut waktu untuk menguji peubah-peubah yang berpengaruh secara umum dan menggunakan data seksi silang (cross section) untuk menguji peubah-peubah yang bersifat khusus. eubah bersifat khusus yang dimaksud adalah peubahpeubah yang mempengaruhi volume penawaran ekspor oleh eksportir yang berhubungan dengan lokasi dan fasilitas pelabuhan ekspornya. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa jumlah produksi bahan olahan karet rakyat, harga karet alam beda kala, harga karet sintetis, dan nilai tukar memiliki pengaruh positif terhadap 38

28 ekspor Indonesia. Sedangkan tingkat bunga berpengaruh positif terhadap ekspor karet alam Indonesia ke Singapura, tetapi berpengaruh negatif terhadap ekspor ke Amerika Serikat. Hendratno (989) melakukan penelitian terhadap perdagangan karet alam TSR dan RSS+ Indonesia di dunia dengan membangun sistem pasar dunia yang terdiri dari empat kelompok persamaan yaitu persamaan permintaan, penawaran, harga, dan keseimbangan pasar. endekatan linear model AIDS (Almost Ideal Demand System) digunakan untuk menentukan permintaan karet alam Indonesia. Secara rinci, elastisitas share permintaan karet alam dari berbagai wilayah pasar dihitung dengan menggunakan rumus elastisitas dari sistem permintaan model Armington. Sedangkan formulasi penawaran karet alam Indonesia menggunakan model autoregresif. engujian model dilakukan dengan metode OLS (Ordinary Least Suare) dan GLS (Generalized Least Suare). Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa harga karet alam di pasar domestik, peubah trend, dan jumlah penawaran atau produksi bedakala dapat menjelaskan 74 persen dari variasi produksi karet alam di pasar domestik dan berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 0 persen. enelitian yang dilakukan Limbong (994) adalah mengenai keragaan karet alam Indonesia ditinjau dari jenis pengusahaan dan wilayah produksi. enjelasan mengenai keragaan ini dilakukan dengan membangun model ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan yang terdiri dari lima kelompok persamaan yaitu persamaan luas areal karet, produktivitas produksi, ekspor karet, dan harga karet alam. Dari analisis yang dilakukan ternyata bahwa dua peubah bebas yang berpengaruh nyata terhadap ekspor karet adalah peubah impor karet 39

29 alam dunia dan nilai tukar. Selanjutnya pada pendugaan persamaan harga karet alam di pasar domestik, yang mempunyai pengaruh nyata adalah nilai tukar dan harga karet alam bedakala di pasar domestik. Elastisitas harga karet alam di pasar domestik terhadap stok karet alam Indonesia untuk jangka pendek inelastis tetapi untuk jangka panjang elastis. Elwamendri (2000) melakukan penelitian mengenai perdagangan karet alam antara negara produsen utama dan Amerika Serikat. Analisis dilakukan dengan membangun model ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan yang terdiri dari tiga kelompok persamaan yaitu persamaan penawaran ekspor karet alam spesifikasi teknis, permintaan impor karet spesifikasi teknis Amerika Serikat dan harga ekspor karet spesifikasi teknis. Hasil analisis menunjukkan bahwa kurva penawaran ekspor ketiga negara produsen utama ke Amerika Serikat mempunyai kemiringan positif dengan elastisitas harga atas penawaran adalah inelastis. Kurva permintaan impor karet spesifikasi teknis Amerika Serikat bersifat inelastis. Sedangkan harga ekspor karet spesifikasi teknis di negara produsen utama baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang tidak responsif terhadap perubahan harga di pasar Amerika Serikat. Dari angka-angka elastisitas dapat diketahui bahwa harga ekspor karet spesifikasi teknis Indonesia lebih responsif terhadap perubahan harga di Amerika Serikat dibandingkan dengan dua negara produsen lainnya. ada penelitian yang dilakukan oleh Ermi Tety (2002) tentang penawaran dan permintaan karet alam Indonesia di pasar domestik dan internasional, analisis dilakukan dengan membangun model ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan. Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa peubah-peubah yang 40

30 berpengaruh terhadap penawaran ekspor karet alam Indonesia ke masing-masing negara tujuan ekspor (AS, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan) adalah harga ekspor karet alam Indonesia, produksi, nilai tukar Rupiah terhadap US$, pajak ekspor, dan jumlah ekspor karet alam bedakala ke masing-masing negara. Faktorfaktor yang berpengaruh terhadap penawaran karet alam negara-negara pesaing Indonesia yaitu Thailand dan Malaysia adalah harga ekspor karet alam, produksi, dan nilai tukar mata uang negara pengekspor. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku impor dari ke empat negara utama yaitu Amerika Serikat, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan adalah harga impor karet alam, harga impor karet sintetis, nilai tukar, pendapatan perkapita masing-masing negara, dan jumlah impor bedakala masing-masing negara. Untuk harga karet alam internasional dipengaruhi oleh rasio total permintaan impor dan total penawaran ekspor serta harga karet internasional bedakala enelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terhadap komoditas karet alam memberikan gambaran mengenai faktor-faktor atau peubah-peubah yang mempengaruhi penawaran, permintaan, dan harga karet alam. ada penelitian-penelitian tersebut terdapat perbedaan dalam model yang digunakan, peubah dalam setiap persamaan, metode pendugaan parameter yang digunakan, dan data yang dianalisis. Hal tersebut menyebabkan penelitian satu dengan penelitian lainnya memiliki perbedaan dalam hasil analisis. Kesimpulan umum yang dapat diambil dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai karet alam di atas adalah: 4

31 . Model ekonometrika ekspor karet alam yang dibangun sebagian besar merupakan formulasi dari model persamaan parsial dan model persamaan simultan. 2. Data deret waktu dari variabel yang digunakan untuk perhitungan pendugaan dalam penelitian-penelitian tersebut diasumsikan stasioner. 3. Karet alam yang dianalisis kebanyakan dianggap sebagai satu jenis mutu komoditas, sedangkan harga karet alam didasarkan pada harga jenis lateks. Berdasarkan kesimpulan di atas maka penelitian ini mencoba untuk menganalisis perdagangan karet alam dengan menggunakan model ekonometrika dinamis. Bentuk pendekatan ekonometrika dinamis yang dapat mengatasi masalah ketidakstasioneran adalah dengan menggunakan metode kointegrasi dan Error Correction Model (ECM). Kointegrasi digunakan untuk memisahkan spesifikasi dan estimasi dari hubungan ekonomi jangka panjang dan penyesuaian dinamis jangka pendek yang menuju ke keseimbangan jangka panjang. Sedangkan ECM digunakan untuk menyediakan suatu pendekatan dalam menghadapi masalah non stasioner dari time series dan spurious correlation serta mengatasi kelemahan teori ekonomi dalam mengidentifikasi pola waktu dan penyesuaian dinamis (dynamic adjustment) dari proses pencapaian keseimbangan jangka panjang. Sehingga dengan demikian dapat diketahui berapa lama suatu perubahan memberikan dampak terhadap arus perdagangan karet alam Indonesia. Metode ini telah dipakai dalam berbagai penelitian untuk masalah-masalah perdagangan internasional antar negara. Cantavella et al. (200) melakukan penelitian mengenai perdagangan negara-negara Uni Eropa dengan MERCOSUR dan NAFTA. enelitian ini 42

32 bertujuan untuk menganalisis perbedaan yang sangat signifikan dalam perilaku ekspor negara-negara Uni Eropa ke kawasan kerjasama regional di Amerika (MERCOSUR dan NAFTA). Analisis dilakukan dengan mengestimasi fungsi permintaan ekspor untuk periode Hasil yang diperoleh menunjukkan pola keseimbangan jangka panjang dari fungsi permintaan ekspor negara-negara Uni Eropa ke kawasan MERCOSUR dan NAFTA. Dalam penelitian ini ECM digunakan untuk menduga penyesuaian atau adjustment variabel-variabel menuju keseimbangan jangka panjang. Ekspor negara-negara Uni Eropa menunjukkan beragam perilaku arus perdagangan ke negara-negara MERCOSUR dan NAFTA yang ditunjukkan oleh perbedaan dalam elastisitas harga dan pendapatan. enelitian lain yang dilakukan oleh Niemi (2003) adalah mengenai model ekonometrika untuk peramalan arus perdagangan di pasar negara-negara Uni Eropa untuk ekspor produk pertanian ASEAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membangun suatu susunan dinamis model ekonometrika berdasarkan teori yang dapat menangkap dampak jangka pendek dan jangka panjang dari perubahan pendapatan dan harga, serta yang dapat digunakan untuk prediksi dan simulasi kebijakan dalam berbagai kondisi alternatif yang diasumsikan. endekatan ekonometrika yang digunakan adalah ECM dengan tujuan untuk menekankan pada fungsi perdagangan dinamis. Model ekonometrik dibangun untuk tujuh komoditas pertanian yaitu ubi kayu, coklat, kelapa, kelapa sawit, lada, karet, dan teh. enelitian ini menunjukkan bahwa konsep kointegrasi dan ECM tepat untuk mempelajari arus perdagangan yang memiliki data deret waktu non stasioner. Hasil keseluruhan estimasi fungsi permintaan impor untuk komoditas pertanian yang tercakup dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat respon permintaan 43

33 yang relatif lemah terhadap perubahan pendapatan di Uni Eropa. Hasil tersebut juga menunjukkan sifat dasar respon harga yang inelastis pada permintaan impor di Uni Eropa. Implikasi kebijakan dalam bentuk tarif dan non tarif ternyata tidak terlalu signifikan di dalam merubah kuantitas impor yang diminta. ada penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2004) mengenai pangsa sektor pertanian jangka panjang dan dinamika ekspor pertanian, digunakan aplikasi ECM dan VECM. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kebijakan yang dilakukan dari sisi supply berpotensi untuk dapat meningkatkan kinerja ekspor dari komoditas pertanian tradisional begitu pula dengan non tradisional. angsa pertanian jangka panjang adalah sebelas persen, dimana transisi kearah tersebut harus dipersiapkan dengan baik terutama industri agar dapat meningkatkan serapan surplus tenaga kerja dari pedesaan, menampung produkproduk pertanian dan meningkatkan prasarana pemasaran. Berdasarkan penelitian ini ternyata metode yang digunakan potensial untuk peramalan berbagai komoditas dengan sistem berukuran kecil, evaluasi kebijakan, dan untuk meneliti mekanisme transmisi harga. 44

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-teori 2.1.1 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Perdagangan Internasional Teori tentang perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat maju, yaitu dimulai dengan teori klasik tentang keunggulan

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM INDONESIA KE NEGARA-NEGARA IMPORTIR UTAMA DWI WAHYUNIARTI PRABOWO

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM INDONESIA KE NEGARA-NEGARA IMPORTIR UTAMA DWI WAHYUNIARTI PRABOWO DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM INDONESIA KE NEGARA-NEGARA IMPORTIR UTAMA DWI WAHYUNIARTI PRABOWO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 i SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 19 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Perdagangan Internasional Pola perdagangan antar negara disebabkan oleh perbedaan bawaan faktor (factor endowment), dimana suatu negara akan mengekspor

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti yang sederhana adalah suatu proses yang timbul sehubungan dengan pertukaran

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Areal Tanaman Perkebunan Perkembangan luas areal perkebunan perkebunan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pengembangan luas areal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM 7.1. Dampak Kenaikan Pendapatan Dampak kenaikan pendapatan dapat dilihat dengan melakukan simulasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan teori-teori yang digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan teori-teori yang digunakan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan teori-teori yang digunakan untuk menerangkan pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), kurs, cadangan devisa, tingkat suku bunga riil, dan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti sempit adalah merupakan suatu gugus masalah yang timbul sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perdagangan Antarnegara Tingkat perekonomian yang paling maju ialah perekonomian terbuka, di mana dalam perekonomian terbuka ini selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Karet Remah (crumb rubber) Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pada penelitian tentang penawaran ekspor karet alam, ada beberapa teori yang dijadikan kerangka berpikir. Teori-teori tersebut adalah : teori

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, III. KERANGKA TEORI Pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dapat dilihat dari sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, keterkaitan ketiga pasar tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini terdapat berbagai hasil penelitian sebelumnya oleh peneliti lain, baik itu dalam penelitian pada umumnya maupun penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Permintaan Menurut Sugiarto (2002), pengertian permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Penawaran Menurut Sukirno (2013) teori penawaran menerangkan tentang ciri hubungan antara harga sesuatu barang dan jumlah barang yang ditawarkan para

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Daya Saing Perdagangan Internasional pada dasarnya merupakan perdagangan yang terjadi antara suatu negara tertentu dengan negara yang

Lebih terperinci

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF. Wahono Diphayana

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF. Wahono Diphayana TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF Wahono Diphayana 1. MERKANTILISME a. Pandangan Merkantilisme Mengenai PI Suatu negara akan kaya atau makmur dan kuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat diartikan sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat diartikan sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan Internasional dapat diartikan sebagai transaksi perdagangan antara subyek ekonomi negara yang satu dengan negara yang lain, baik

Lebih terperinci

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang teori perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia mulai mengalami liberalisasi perdagangan ditandai dengan munculnya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) pada tahun 1947 yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS 37 III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Fungsi Permintaan Gula Keadaan konsumsi dan permintaan suatu komoditas sangat menentukan banyaknya komoditas yang dapat digerakkan oleh sistem tata niaga dan memberikan arahan

Lebih terperinci

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. KERANGKA PEMIKIRAN 52 IV. KERANGKA PEMIKIRAN 4.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Sesuai dengan tujuan penelitian, kerangka teori yang mendasari penelitian ini disajikan pada Gambar 10. P P w e P d Se t Se P Sd P NPM=D CP O

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perdagangan internasional membahas alasan alasan serta pengaruh pembatasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perdagangan internasional membahas alasan alasan serta pengaruh pembatasan 9 BAB II 2.1 Teori Perdagangan Internasional TINJAUAN PUSTAKA Teori perdagangan internasional menganalisa dasar dasar terjadinya perdagangan internasional serta serta keuntungan yang diperoleh. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan dua analisis untuk membuat penilaian mengenai pengaruh ukuran negara dan trade facilitation terhadap neraca perdagangan, yaitu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa dokumen-dokumen yang terkait dengan judul penelitian, diantaranya

Lebih terperinci

Bisnis Internasional Pertemuan Ketiga Bab 5 Teori Perdagangan Internasional

Bisnis Internasional Pertemuan Ketiga Bab 5 Teori Perdagangan Internasional Bisnis Internasional Pertemuan Ketiga Bab 5 Teori Perdagangan Internasional REFERENSI : CHARLES W. L. HILL INTERNATIONAL BUSINESS EDISI 7 PERTEMUAN KETIGA Outline Gambaran Tentang Teori Perdagangan Merkantilisme

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Tarif Bawang Merah Sejak diberlakukannya perjanjian pertanian WTO, setiap negara yang tergabung sebagai anggota WTO harus semakin membuka pasarnya. Hambatan perdagangan

Lebih terperinci

TEROI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

TEROI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEROI PERDAGANGAN INTERNASIONAL I. TEORI PRA KLASIK MERKANTILISME MERKANTILISME ADALAH SUATU ALIRAN EKONOMI YANG TUMBUH DAN BERKEMBANG PESAT PADA ABAD XVI XVIII DI EROPA BARAT. IDE POKOK MERKATILISME ADALAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ekspor dan impor suatu negara terjadi karena adanya manfaat yang diperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ekspor dan impor suatu negara terjadi karena adanya manfaat yang diperoleh 126 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kajian Ekspor Ekspor dan impor suatu negara terjadi karena adanya manfaat yang diperoleh akibat transaksi perdagangan luar negeri. Perdagangan dapat

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS INDONESIA TAHUN JURNAL PUBLIKASI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS INDONESIA TAHUN JURNAL PUBLIKASI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS INDONESIA TAHUN 1993-2013 JURNAL PUBLIKASI OLEH : Nama : Futikha Kautsariyatun Rahmi Nomor Mahasiswa : 12313269 Jurusan : Ilmu Ekonomi FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 12 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Keseimbangan Pasar Menurut Baye (2010), pembentukan harga keseimbangan pasar ditentukan oleh interaksi antara pemintaan dan penawaran pasar. Harga keseimbangan

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI INDONESIA TAHUN (Pendekatan Error Correction Model) Erikson Manurung

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI INDONESIA TAHUN (Pendekatan Error Correction Model) Erikson Manurung FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI INDONESIA TAHUN 1991 2011 (Pendekatan Error Correction Model) Erikson Manurung Nurcahyaningtyas Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003)

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003) TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Harga suatu barang ekspor dan impor merupakan variabel penting dalam merncanakan suatu perdagangan internasional. Harga barang ekspor berhadapan dengan

Lebih terperinci

permintaan karet alam Indonesia, khususnya analisis yang lebih mendalam dengan membedakan wilayah produksi dan

permintaan karet alam Indonesia, khususnya analisis yang lebih mendalam dengan membedakan wilayah produksi dan S tudi terdahulu yang menganalisis penawaran dan permintaan karet alam Indonesia, khususnya analisis yang lebih mendalam dengan membedakan wilayah produksi dan jenis pnogusahaan masih sangat terbatas.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional ekonomi KELAS XII IPS - KURIKULUM 2013 01 Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR Perdagangan internasional merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan antara negara satu dengan negara lainnya dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam hubungan dengan penelitian ini, maka beberapa teori yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yangn memengaruhi impor di kawasan ASEAN+6 dan non

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Dalam perdagangan domestik para pelaku ekonomi bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas ekonomi yang dilakukannya. Demikian halnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI A. Definisi Pengertian perdagangan internasional merupakan hubungan kegiatan ekonomi antarnegara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang atau jasa atas dasar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Tambunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Tambunan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan Internasional dapat didefinisikan sebagai perdagangan antar negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara III. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, menganalisis harga dan integrasi pasar spasial tidak terlepas dari kondisi permintaan, penawaran, dan berbagai kebijakan

Lebih terperinci

PERNYATAAN ORISINALITAS...

PERNYATAAN ORISINALITAS... Judul : PENGARUH KURS DOLLAR AMERIKA SERIKAT, LUAS AREA BUDIDAYA, INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR, JUMLAH PRODUKSI TERHADAP EKSPOR UDANG INDONESIA TAHUN 2000-2015 Nama : I Kadek Widnyana Mayogantara NIM

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ketentuan yang berlaku (Rinaldy, 2000: 77). Dalam aktivitas ekspor ada beberapa tahapan - tahapan yang

BAB II LANDASAN TEORI. ketentuan yang berlaku (Rinaldy, 2000: 77). Dalam aktivitas ekspor ada beberapa tahapan - tahapan yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ekspor Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Rinaldy, 2000: 77). Dalam aktivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perdagangan Internasional Menurut Boediono (2005:10) perdagangan diartika n sebagai proses tukar menukar yang didasarkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PENELITIAN

III. KERANGKA PENELITIAN 23 III. KERANGKA PENELITIAN 3.1 Teori Harga Harga merupakan sinyal utama yang menjadi arah bagi pengambilan keputusan produsen, konsumen dan dan pelaku pemasaran dalam pasar. Menurut Kohls & Uhl (2002),

Lebih terperinci

2. Penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang lebih

2. Penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang lebih VIll. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Produksi karet alam Indonesia dipengaruhi oleh harga domestik, luas areal, upah tenaga kerja dan produksi karet alam bedakala, tetapi tidak responsif (inelastis)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan salah satu upaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan salah satu upaya untuk mengatasi masalah bagi suatu negara dalam memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Banyak keuntungan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB merupakan total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi di wilayah (regional)

Lebih terperinci

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

Msi = x 100% METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan IPB,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian Suherwin (2012), tentang harga Crude Palm Oil dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga CPO dunia. Tujuan umum penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia selalu berusaha untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. Pembangunan ekonomi dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan produksi pertanian tidak sebesar laju permintaan pangan. Tabel 1.1

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan produksi pertanian tidak sebesar laju permintaan pangan. Tabel 1.1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Permasalahan pangan di sisi penyediaan saat ini adalah permintaan pangan yang tinggi seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk, sementara pertumbuhan produksi

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN 2001 2015 JURNAL Oleh: Nama : Ilham Rahman Nomor Mahasiswa : 13313012 Jurusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kakao Menurut Badan Perijinan dan Penanaman Modal Provinsi Kalimantan Barat (2009), tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peramalan merupakan unsur yang penting dalam pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Peramalan merupakan unsur yang penting dalam pengambilan keputusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peramalan merupakan unsur yang penting dalam pengambilan keputusan karena beberapa faktor yang berpengaruh, tidak dapat ditentukan pada saat keputusan diambil.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

IX. KESIMPULAN DAN SARAN 203 IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Analisis terhadap faktor-faktor yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada dasarnya untuk memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat (social welfare) tidak bisa sepenuhnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Perdagangan luar negeri adalah perdagangan barang-barang suatu negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Perdagangan luar negeri adalah perdagangan barang-barang suatu negara BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori perdagangan internasional Perdagangan luar negeri adalah perdagangan barang-barang suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Daya Saing Komoditi Mutiara Indonesia di Negara Australia, Hongkong, dan Jepang Periode 1999-2011 Untuk mengetahui daya saing atau keunggulan komparatif komoditi

Lebih terperinci

Bab IV. Metode dan Model Penelitian

Bab IV. Metode dan Model Penelitian Bab IV Metode dan Model Penelitian 4.1 Spesifikasi Model Sesuai dengan tinjauan literatur, hal yang akan diteliti adalah pengaruh real exchange rate, pertumbuhan ekonomi domestik, pertumbuhan ekonomi Jepang,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama pasar beras mencakup kegiatan produksi dan konsumsi. Penelitian ini menggunakan persamaan simultan karena memiliki lebih dari satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai acuan atau referensi untuk melakukan penelitian ini. Dengan adanya penelitian terdahulu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Daya Saing Analisis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif digunakan untuk mempelajari kelayakan dan prospek serta kemampuan komoditi susu sapi lokal dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Salvatore (1997) perdagangan internasional merupakan bagian dari ekonomi internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak

BAB III METODE PENELITIAN. minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa seberapa besar volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak kelapa

Lebih terperinci

EKONOMI INTERNASIONAL. Irwan Sukmawan, S.Pd,,MM.

EKONOMI INTERNASIONAL. Irwan Sukmawan, S.Pd,,MM. EKONOMI INTERNASIONAL Irwan Sukmawan, S.Pd,,MM. Materi Ekonomi Internasional Pendahuluan Teori Klasik Teori Neo Klasik Teori Alternatif Kebijakan Perdagangan Pendahuluan Ilmu Ekonomi Internasional I :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilannya, sedangkan untuk

Lebih terperinci

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM :

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : 1306105133 ABSTRAK Kebutuhan sehari-hari masyarakat di era globalisasi

Lebih terperinci

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA 9 # ts ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA DI PASAR DOMESTIK DAN INTERNASIONAL OIeh SOHAR THOMAS GUBTOM A26.0308 JURUSAN ILMU-ILMU SOSlAL EKONOMI PERTAIPIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTAWlAfU

Lebih terperinci

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA 9 # ts ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA DI PASAR DOMESTIK DAN INTERNASIONAL OIeh SOHAR THOMAS GUBTOM A26.0308 JURUSAN ILMU-ILMU SOSlAL EKONOMI PERTAIPIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTAWlAfU

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Pengertian Globalisasi Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan menyulut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah kegiatan perdagangan barang-barang dan jasa, yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah kegiatan pertukaran barang ataupun jasa yang dilakukan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA TUGAS MAKALAH KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA Oleh : IRFAN NUR DIANSYAH (121116014) PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NIAGA FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 2011 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan perdagangan internasional. Salah satu kegiatan perdagangan internasional yang sangat penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber

Lebih terperinci

BAB I PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP EKONOMI INTERNASIONAL

BAB I PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP EKONOMI INTERNASIONAL BAB I PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP EKONOMI INTERNASIONAL Pengertian Ekonomi Internasional diartikan sebagai bagian ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis tentang transaksi dan permasalahan ekonomi

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 1 PENGERTIAN GLOBALISASI Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang lebih menekankan pada

Lebih terperinci

Materi Minggu 3. Teori Perdagangan Internasional (Merkantilisme Klasik)

Materi Minggu 3. Teori Perdagangan Internasional (Merkantilisme Klasik) E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 15 Materi Minggu 3 Teori Perdagangan Internasional (Merkantilisme Klasik) Merkantilisme adalah suatu teori ekonomi yang menyatakan bahwa kesejahteraan suatu negara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi yang pernah dilakukan di Indonesia. tenaga kerja dengan variabel pertumbuhan ekonomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi yang pernah dilakukan di Indonesia. tenaga kerja dengan variabel pertumbuhan ekonomi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati, studi empiris dari penelitian sebelumnya dan Studi empiris yang dibahas

Lebih terperinci