BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Persediaan Definisi Persediaan Salah satu upaya perusahaan manufaktur untuk dapat mempertahankan kelancaran dan kesinambungan proses produksi dan penjualan barang-barang hasil produksinya adalah dengan adanya persediaan. Hal ini disebabkan karena baik proses produksi maupun penjualan barang hasil produksi harus menunggu waktu selama barang belum dipakai atau belum dijual. Selain itu tanpa adanya persediaan perusahaan akan dihadapkan pada resiko pada suatu jangka waktu tertentu dimana mereka tidak dapat memenuhi permintaan konsumen. Oleh karena itu dibutuhkan dana atau mungkin strategi manajemen yang khusus untuk menangani masalah persediaan agar tersedianya persediaan dengan jumlah dan kualitas yang baik serta biaya persediaan yang relatif murah. Definisi persediaan menurut Sofyan Assauri (2004;169) adalah: Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunanya dalam suatu proses produksi. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Indonesia (PSAK No 14) pengertian persediaan adalah: Persediaan adalah aktiva: Tersedia untuk dijual dalam kegiatan-kegiatan usaha normal Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. (2002;14.1) Dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan bahan atau barang-barang yang sengaja disediakan oleh perusahaan untuk dipergunakan di masa yang akan datang dan disimpan untuk sementara waktu untuk tujuan tertentu.

2 Jenis-jenis Persediaan Pada umumnya jenis persediaan yang terdapat pada perusahaan manufaktur dikelompokkan oleh Lukman Syamsudin (2002: ) menjadi: 1. Persedian bahan baku (raw materials stock) Merupakan persediaan yang dibeli oleh perusahaan untuk diproses menjadi barang setengah jadi dan akhirnya menjadi barang jadi atau barang yang diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari pemasok/perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan industri yang menggunakan. 2. Persediaan barang dalam proses (work in process/progress stock) Merupakan barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam suatu pabrik atau barang yang sudah dirubah bentuknya tetapi perlu diproses kembali menjadi barang jadi. 3. Persediaan barang jadi (finished goods stock) Merupakan persediaan barang yang telah selesai diproses tapi belum dijual namun telah siap dijual kepada pelanggan atau konsumen. 4. Persediaan bahan pembantu, Merupakan barang-barang yang diperlukan untuk membantu dalam proses produksi guna berhasilnya proses produksi perusahaan Fungsi Persediaan Proses produksi dalam suatu perusahaan tidak dapat berjalan tanpa adanya bahan baku pada saat dibutuhkan. Persediaan timbul karena adanya penawaran dan permintaan yang berada pada tingkat yang berbeda-beda, sehingga material yang tersedia berbeda dengan yang dibutuhkan. Fungsi persediaan biasanya dihubungkan dengan kegiatan penyediaan bahan-bahan yang dianggap perlu dalam arti jumlah, mutu, dan pada saat serta tempat yang tepat dengan memperhitungkan biaya yang terendah selaras dengan kualitas yang direncanakan terlebih dahulu untuk menjamin kontinuitas proses produksi. Adapun alasan perusahaan (manfaat yang diperoleh) dari menyimpan persediaan, seperti dikemukakan oleh Supriyono dalam bukunya Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk teknologi Pemanufakturan Maju (1994;310) adalah: 1. Menyeimbangkan biaya pemesanan (setup) dan biaya penyimpanan. 2. Memenuhi permintaan pelanggan (memenuhi tanggal pengiriman). 3. Menghindari penghentian fasilitas pemanufakturan

3 15 4. Memanfaatkan keuntungan potongan harga. 5. Mengantisipasi kenaikan harga di masa depan. 2.2 Pengendalian Persediaan Definisi Pengendalian Persediaan. Pengendaliaan persediaan merupakan bagian dalam perencanaan jangka pendek yang berarti memiliki peran yang penting dalam proses produksi. Pengendalian persediaan akan menentukan kelancaran proses produksi yang dilaksanakan oleh perusahaan. Tersedianya bahan baku pada saat dibutuhkan dengan jumlah dan kualitas yang tepat merupakan syarat dalam menunjang kelancaran proses produksi, selain faktor tenaga kerja, mesin dan modal. Bila pengendalian persediaan dilakukan dengan baik maka efisiensi dan efektivitas produksi yang diharapkan akan tercapai yang berarti produktivitas perusahaan akan meningkat. adalah: yaitu: Definisi pengendalian persediaan menurut Sofyan Assauri (2004;176) Pengendalian persediaan adalah mengatur tersedianya suatu tingkat persediaan yang optimum yang dapat memenuhi kebutuhan bahanbahan dalam jumlah, mutu dan pada waktu yang tepat serta jumlah biaya yang rendah seperti yang diharapkan. Adapun definisi pengendalian persediaan menurut Supriyono (1999;400), Pengendalian persediaan adalah suatu fungsi terkoordinasi di dalam organisasi yang terus-menerus disempurnakan untuk meletakkan pertanggungjawaban atas pengelolaan bahan dan persediaan pada umumnya, serta menyelenggarakan suatu pengendalian internal yang menjamin adanya dokumen dasar pembukuan yang mendukung sahnya suatu transaksi yang berhubungan dengan bahan Jadi masalah persediaan tidak terbatas pada penetapan jumlah serta komposisi persediaan saja, tetapi memiliki pengertian yang lebih luas kerena didalamnya tercakup pula masalah bagaimana mempertahankan pelaksanaan pengendalian yang efektif dan efisien.

4 16 Namun pengendalian persediaan tidak dapat dilaksanakan dengan baik tanpa adanya perencanaan yang baik. Oleh karena itu sebelum proses produksi dilaksanakan, perusahaan harus memuat perencanaan yang baik. Rencana produksi tersebut memuat antara lain jumlah barang yang dihasilkan (tujuan produksi), jumlah kebutuhan bahan baku untuk mencapai tujuan tersebut dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut (aktivitas yang harus dilakukan), serta hal-hal yang harus dipersiapkan untuk mengantisipasi penyelewenganpenyelewengan yang mungkin terjadi Tujuan Pengendalian Persediaan Pengendalian persediaan dijalankan untuk memelihara keseimbangan antara kerugian serta penghematan dari adanya suatu tingkat persediaan tertentu, dan besarnya biaya dan modal yang dibutuhkan untuk mengadakan persediaan tersebut. Tujuan pengendalian persediaan menurut Sofyan Assauri (2004;177) adalah: 1. Menjaga agar jangan sampai perusahaan mengalami kehabisan persediaan, sehingga dapat mengakibatkan terhentinya proses produksi. 2. Menjaga agar pengadaan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar sehingga biaya-biaya yang timbul tidak terlalu besar. 3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena hal ini akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar. Dari tujuan di atas, pada dasarnya dapat dikatakan bahwa tujuan dari pengendalian persedian adalah untuk memperoleh kuantitas dan kualitas bahan baku yang tepat, pada waktu yang tepat dan dengan biaya yang minimum. Dengan kata lain pengendalian persediaan bertujuan menjamin tersedianya bahan baku pada tingkat yang optimal, agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar pada tingkat biaya minimum Manajemen Persediaan Just In Time Just In Time pada awal mulanya merupakan suatu manajemen persediaan. Manajemen persediaan Just In Time menolak pandangan tradisional yang

5 17 menganggap persediaan sebagai salah satu alat untuk mengatasi masalah produksi. Dimana menurut pandangan tradisional, persediaan pada tingkat tertentu dianggap dapat mengatasi masalah-masalah pada proses produksi yang dapat menyebabkan proses produksi terhenti. Filosofi Just In Time menyatakan bahwa persediaan tidak dapat memecahkan masalah yang ada, namun hanya menutupi atau menyembunyikan masalah. Semua tipe persediaan dianggap sebagai kewajiban; barang dalam proses, bahan baku, barang jadi, komponen dan lain sebagainya. Dengan mengeliminsi ruang penyimpanan, tidak saja kita menghemat ruang, tetapi juga tidak mengijinkan persediaan yang rusak bisa tersembunyi sampai semua orang tidak tahu siapa yang melakukan hal tersebut. Dengan persediaan yang minimal atau tanpa persediaan, pengendalian material dapat menjadi lebih mudah dan tidak mahal. Manajemen persediaan Just In Time merupakan bagian-bagian dari sistem pembelian atau produksi Just In Time secara keseluruhan. Sistem Just In Time menekankan pada pengurangan pemborosan serta menemukan cara-cara yang efisien dan produktif untuk mengerjakan sesuatu. Sistem produksi Just In Time mengurangi persediaan ke titik yang tidak signifikan dengan cara: 1. Mereorganisasi pemanufakturan ke dalam sel-sel. 2. Menggunakan pendekatan demand pull (tarikan permintaan). 3. Mengembangkan hubungan kemitraan dalam laba dengan para pemasok. 4. Menekankan pengendalian mutu total dan pemeliharaan pencegahan total. Menurut Hansen dan Mowen (1998:90) persediaan Just In Time adalah: Just In Time inventory policy is an operating policy that calls for materials, partially processed good, and finished good to be delivered to the location. Where they are to be processed or sold, at exactly the time they are needed. In a perfect application, minimal inventories would be held in a Just In Time environment. Dalam Just In Time setiap operasi, pabrik hanya memproduksi apa yang diperlukan untuk operasi berikutnya atau untuk memuaskan pelanggan. Bahan

6 18 atau sub perakitan datang tepat waktu untuk produksi sehingga dapat memenuhi permintaan. Salah satu pengaruh Just In Time adalah mengurangi persediaan sampai pada tingkat yang sangat rendah, dan jika memungkinkan sampai sama dengan nol. Pengejaran target persediaan nol sangat penting bagi keberhasilan Just In Time.Namun gagasan untuk pengejaran persediaan nol harus menentang alasanalasan tradisional untuk menyimpan persediaan yang tidak lagi dipandang valid. Salah satu tujuan sistem Just In Time adalah untuk menghilangkan persediaan penyangga buffer inventories yang dulunya digunakan untuk menyokong jalur produksi. 2.3 Konsep Just In Time Definisi Just In Time Pemanufakturan Just In Time mempunyai arti memproduksi produk yang diperlukan dengan jumlah sesuai dengan keperluan pada waktu diperlukan. Definisi Just In Time menurut The American Production and Inventory Control Soceity (APICS) adalah : A philosophy of manufacturing based on planned elimination of all waste and continuous improvement of productivity it encompasses the succesfull execution of all manufacturing activities required to produce a final product, from design engineering to delivery and including all stages of conversion from raw material onward the primary elements include having only the required inventory when needed; to improve quality to zero defects; to reduce lead time by reducing setup times, queue lengths ands lot sizes, to incrementally revise the operations themselves; and to accomplish these things at minimum cost. Adapun pengertian Just In Time menurut Supriyono (1999;124) adalah sebagai berikut: Just In Time adalah suatu filosofi yang memusatkan pada eliminasi aktivitas pemborosan dengan cara memproduksi produk sesuai dengan permintaan konsumen dan hanya membeli bahan sesuai dengan kebutuhan produksi.

7 19 Berdasarkan definisi Just In Time diatas maka dapat disimpulkan bahwa Just In Time merupakan suatu filosofi sistem produksi yang berdasarkan pada penghapusan semua pemborosan pada aktivitas yang tidak menambah nilai produk dan perbaikan yang berkesinambungan pada produktivitas. Hal ini dapat tercapai bila penghapusan pemborosan tersebut berhasil dilaksanakan pada semua aktivitas pemanufakturan yang dilakukan, mulai dari pembuatan teknik produksi sampai dengan pengiriman dan meliputi semua tahapan yang diperlukan untuk mengubah bahan baku menjadi produk jadi. Elemen utama untuk penghapusan pemborosan meliputi: memiliki persediaan sesuai dengan keperluaan pada saat diperlukan, memperbaiki kualitas untuk mencapai kecacatan nol, mengurangi tenggang waktu produksi dengan mengurangi waktu yang diperlukan untuk menyiapkan mesin dan pekerjaan selanjutnya, panjang antrian dan ukuran lot, meninjau kembali proses produksi dan mencapai hal tersebut dengan biaya yang minimum. Sistem produksi Just In Time berprinsip bahwa suatu produk diproduksi hanya pada saat dibutuhkan dan hanya sejumlah yang diminta oleh konsumen. Bila proses produksi terdiri atas beberapa tahap, maka tahap berikutnya tidak akan produksi sampai ada tanda dari tahap berikutnya yang menunjukkan suatu kebutuhan untuk produksi. Bahan atau subperakitan datang tepat waktu (Just In Time) untuk memproduksi sehingga dapat memenuhi permintaan. Sistem produksi Just In Time merupakan filosofi dari perbaikan yang berkesinambungan (continous improvement) dimana aktivitas tidak bernilai tambah yang mengakibatkan pemborosan ditentukan dan dihilangkan. Tujuan penghilangan aktivitas tersebut untuk mengurangi biaya, memperbaiki kualitas, memperbaiki performa, memperbaiki kinerja pengiriman produk, serta meningkatkan fleksibilitas terhadap perubahan permintaan Dasar-Dasar Just In Time Pendekatan Just in Time berakar dari kanban, sistem pergerakan bahan baku yang dipelopori oleh Toyota. Gagasan Just In Time telah berkembang dari

8 20 akarnya, teknologi arus bahan baku. Hal itu mempunyai pengaruh yang penting pada strategi perusahaan, tidak saja pada pemanufakturannya, tetapi juga pada pemasok dan pengaturan pendistribusian. Dasar-dasar Just In Time menurut Steven Nahmias (2001;358) adalah sebagai berikut: 1. Persediaan barang setengah jadi ( work in process) dikurangi sampai mendekati minimum. Berapa jumlah barang setengah jadi yang diperbolehkan merupakan ukuran seberapa ketat sistem Just In Time tersebut dijalankan. Lebih sedikit barang setengah jadi yang ditetapkan dalam sistem, maka berbagai tahapan produksi akan bekerja dengan lebih seimbang. 2. Just In Time adalah produksi dengan sistem tarik. Produksi pada setiap tahapan dilakukan hanya bila diminta. Arus informasi pada sistem Just In Time diteruskan secara berurutan dari satu tahap ke tahap selanjutnya. 3. Just In Time meluas melebihi batasan pabrik pemanufakturan. Hubungan yang khusus dengan para pemasok harus dilakukan untuk menjamin pengiriman berdasarkan pada keperluan. Pemasok dan pemanufakturan harus mempunyai lokasi yang cukup berdekatan jika penerapam Just In Time mengikutsertakan pemasok. 4. Keuntungan Just In Time meluas melebihi penghematan pada persediaan dan biaya yang terkait dengan persediaan. Pabrik dapat berjalan dengan lebih efisien tanpa ada kekacauan yang disebabkan oleh persediaan bahan baku dan barang setengah jadi yang menghambat sistem dan produksi. Masalah yang berhubungan dengan kualitas dapat diidentifikasi pengerjaan ulang dan pemeriksaan barang jadi diminimalkan. 5. Pendekatan Just In Time memerlukan komitmen yang serius dari manajemen tingkat atas dan para pekerjanya. Pekerja perlu memelihara kewaspadaan mereka terhadap sistem dan produk dan mereka juga diberi kuasa untuk dapat menghentikan proses produksi jika mereka melihat ada sesuatu yang salah. Manajemen harus memberikan kepada para pekerja suatu fleksibilitas Sejarah Just In Time Setelah perang dunia ke-2, kebanyakan perusahaan jepang mulai melakukan usaha untuk memperbaiki produktivitas dan menghapuskan pemborosan pada fasilitas manufaktur mereka. Just In Time adalah filosofi manajemen jepang yang telah diterapkan sejak tahun 1970-an oleh banyak

9 21 perusahaan manufaktur di jepang. Filosofi ini pertama kali dikembangkan oleh Toyota Motor Company di jepang oleh Taiichi Ohno sebagai alat untuk memenuhi permintaan konsumen dengan mengusahakan keterlambatan yang minimum. Taiichi Ohno sering disebut bapak dari Just In Time (JIT). Untuk mengetahui kenapa sistem produksi Just In Time dikembangkan, penting bagi kita untuk mengerti sedikit tentang sejarah dan budaya jepang. Jepang adalah negara kecil dengan sumber daya yang sedikit dan mempunyai populasi yang besar. Oleh karena itu, orang-orang di jepang selalu hati-hati untuk tidak membuang-buang sumber daya mereka dengan percuma termasuk juga ruang (terutama tanah) serta waktu dan tenaga kerja. Pemborosan adalah hal yang tidak disukai karena negara tersebut mempunyai ruang yang sangat kecil dan sumber-sumber daya alam yang sedikit. Sejak saat itu, orang-orang jepang telah termotivasi untuk memaksimalkan keuntungan dari sumber daya yang mereka miliki, walaupun jumlahnya sedikit. Penting juga bagi masyarakat untuk memelihara rasa penghargaan diantara mereka dengan tujuan agar mereka dapat bekerja dan hidup bersama dengan baik dan efektif dalam populasi yang padat. Sebagai hasilnya, prilaku kerja mereka tercermin dalam filosofi untuk meminimalkan pemborosan dan memelihara rasa penghargaaan terhadap sesama. Just In Time sebagai contoh dari filosofi ini, berdasarkan pada tiga aturan yaitu: (1) meminimalkan segala bentuk pemborosan, (2) memperbaiki proses dan sistem produksi secara terus- menerus, (3) memelihara pemberian penghargaan kepada semua pekerja. 2.4 Elemen-elemen Just In Time Sistem produksi dengan filosofi Just In Time berusaha menghilangkan pemborosan. Menurut Russel (1998;715) elemen-elemen Just In Time adalah: 1. Tenaga kerja yang fleksibel 2. Tata letak pabrik berbentuk manufaktur sel 3. Sistem produksi tarik 4. Ukuran lot kecil 5. Penyiapan mesin cepat

10 22 6. Perataan tingkat produksi 7. Pengendalian mutu total 8. Pemeliharaan pencegahan kerusakan mesin 9. Jaringan kerja dengan pemasok Tenaga Kerja yang Fleksibel Filosofi Just In Time memberikan penghargaan yang besar kepada tenaga kerja. Tenaga kerja menjadi komponen yang penting, karena merekalah yang menjalankan proses produksi dan mengetahui jalan proses produksi. Agar sistem produksi dengan filosofi Just In Time dapat berjalan dengan baik diperlukan tenaga kerja yang multifungsi dan dapat membantu menemukan serta memecahkan masalah. Sistem produksi Just In Time memerlukan tenaga kerja yang multifungsi karena Just In Time bertujuan untuk menghilangkan pemborosan dan peningkatan produktivitas pekerja. Pekerja multifungsi menurut Schroeder (2000;374) adalah: 1. Mampu mengoperasikan berbagai mesin dalam satu kelompok kerja 2. Mampu menghentikan mesin dan pindah dari satu pekerja ke pekerjaan lain dimana komponen diperlukan 3. Mampu menyiapkan mesin-mesin untuk produksi selanjutnya 4. Mampu melakukan pemeliharaan mesin secara rutin 5. Mampu melakukan pemeriksaan pada komponen Untuk seorang pekerja bisa menjadi seorang pekerja yang multifungsi maka pekerja tersebut diberikan pelatihan dan dilakukan rotasi pekerjaan secara rutin. Pemberdayaan pekerja dilakukan dengan memberikan otorisasi kepada personil operasional untuk merencanakan, mengendalikan dan mengambil keputusan tanpa otorisasi eksplisit dari manajemen tingkat menengah dan puncak (Hansen,1998;133). Pekerja mempunyai partisipasi yang besar dalam organisasi karena berperan dalam menemukan dan memecahkan masalah. Para pekerja bekerja secara tim. Dengan hal tersebut pekerja jadi merasa memiliki andil dan penghargaan sehingga rasa tanggung jawab pekerja terhadap pekerjaan dapat meningkat.

11 Tata Letak Pabrik Bentuk Sel Pemanufakturan Perubahan pada tata letak pabrik diperlukan agar dapat menerapkan Just In Time dengan baik. Tata letak pabrik harus mendukung penyederhanaan dan perbaikan proses dan arus produksi. Sistem produksi Just In Time menggunakan sel-sel pemanufakturan untuk tata letak produksinya. Definisi Manufacturing Cell menurut Hansen (1998;132) adalah: Manufacturing cell is a plant layout whereby production equipment is arranged so all pieces of equipment required to produce a particular part are grouped together to minimize the movement of semiprocessed units during the production process. Sometimes called a minifactory. Berdasarkan definisi Hansen, sel-sel manufaktur tersebut berisi mesin-mesin yang dikelompokkan dalam satu kelompok, biasanya dalam semiproses. Mesin-mesin tersebut diatur sehingga mereka dapat digunakan untuk melakukan berbagai operasi secara beraturan. Setiap sel ditetapkan untuk membuat produk tertentu atau kelompok produk. Produk pindah dari satu mesin ke mesin lain mulai dari proses pertama sampai produk itu selesai diproduksi. Tiap sel manufaktur tersebut jadi seperti pabrik kecil, dimana tiap tim pekerja dalam sel dapat mengatur operasi mereka sendiri. Suatu komponen atau bahan baku yang masuk ke sel manufaktur akan keluar saat sudah menjadi produk jadi. Dengan tata letak sel pemanufakturan, jarak antara satu mesin atau peralatan dengan mesin atau peralatan lain menjadi dekat, sehingga penyampaian komponen atau barang setengah diproses dari satu mesin ke mesin lain menjadi lebih mudah. Bentuk pemanufakturan sel dengan model u, dapat memudahkan pekerja untuk pindah dari satu mesin ke mesin lain tanpa harus berjalan jauh sehingga dapat mengoperasikan lebih dari satu mesin. Pekerja ditugaskan pada sel tesebut dan dilatih agar ia dapat mengoperasikan semua mesin dalam sel tersebut. Oleh karena itu pekerja pada perusahaan Just In Time mempunyai multidisciplinary skill, bukan terspesialisasi.

12 Sistem Produksi Tarik Filosofi Just In Time pada sistem produksi adalah memproduksi produk pada saat diperlukan dan hanya pada jumlah yang diminta oleh konsumen, permintaan menarik produk melalui proses produksi. Setiap proses memproduksi hanya sebanyak yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan dari proses selanjutnya. Tidak ada produksi yang dilakukan sampai ada tanda dari proses selanjutnya yang mengindikasi bahwa perlu ada produksi. Bahan baku dan komponen datang tepat waktu (Just In Time) untuk digunakan oleh produksi. Maka berdasarkan filosofi tersebut sistem produksi Just In Time menggunakan sistem produksi tarik (System Demand Pull). Sistem produksi tarik yang dikembangkan oleh perusahaan manufaktur Jepang, memadukan pengendalian dengan tingkat sediaan yang rendah. Sistem produksi tarik penting untuk diterapkan karena hal tersebut merupakan hal yang kritikal untuk dapat tercapainya pelaksanaan Just In Time yang sukses. Definisi sistem produksi tarik menurut Evereet E. Adam (1992;576) adalah: Pull manufacturing system is a system of production in which products are produced only as they are ordered by customer or to replace those taken for use. Berdasarkan definisi di atas sistem produksi tarik adalah suatu sistem produksi dimana produk diproduksi hanya pada saat mereka dipesan oleh konsumen dan untuk menggantikan produk yang telah diambil untuk digunakan oleh operasi berikutnya. Sistem produksi tarik, sering dideskripsikan sebagai sistem produksi Just In Time, menekankan pada kesederhanaan dan koordinasi yang erat antara pusatpusat kerja. Perusahaan mengadaptasi jadwal produk jadi saat permintaan produk berubah. Dalam bereaksi terhadap permintaan konsumen, perakitan terakhir menempatkan pesanan produksi untuk perakitan pendahuluan dan komponen yang dibutuhkan yang diteruskan lewat sistem. Arus informasi pada sistem produksi Just In Time diteruskan secara berurutan dari satu tahap ke tahap yang selanjutnya.

13 25 Penerapan sistem produksi tarik dapat dibantu dengan penerapan sistem kanban. Sistem kanban menurut Yasuhiro (1993;21) adalah suatu sistem informasi yang secara serasi mengendalikan jumlah produksi atas dasar tarikan permintaan (demand pull) dalam setiap proses. Sistem kanban bertanggung jawab untuk menjamin produk (komponen) yang diperlukan diproduksi pada jumlah yang sesuai kebutuhan dan pada waktu diperlukan. Sistem kanban dapat memelihara kedisiplinan pelaksanaan sistem tarik karena ia mengotorisasi produksi dan pergerakan bahan baku atau komponen (Russel, 1998;719) Ukuran Lot Kecil Sistem produksi Just In Time adalah produksi dengan lot ukuran kecil. Maksud lot ukuran kecil disini adalah usaha pencapaian produksi lot satuan atau satu potong. Idealnya tiap unit produk diproduksi dengan ukuran lot satuan (Hernadez, 1993;14). Produksi lot kecil maksudnya adalah agar produksi dilakukan dalam batch kecil dan persediaan dapat dikurangi. Ukuran lot satuan dapat diberlakukan untuk ukuran produksi tiap unit dan pemesanan komponen. Produksi dengan lot satuan dapat meningkatkan fleksibilitas terhadap perubahan permintaan dan permintaan konsumen dapat dengan cepat diproses. Produksi dengan lot satuan hanya ekonomis bila waktu yang dibutuhkan untuk penyiapan mesin dan perlengkapan singkat atau mendekati nol. Pada sistem produksi Just In Time kuantitas satu adalah ukuran lot yang ideal untuk sebuah produk dibuat melalui proses. Dengan produksi lot satuan maka persediaan barang setengah jadi menjadi berkurang atau bisa menjadi nol karena produk langsung diproses oleh proses selanjutnya. Pemesanan komponen dengan lot satuan dapat mengurangi jumlah persediaan yang berada pada jalur produksi. Ukuran lot yang ideal adalah bila lot yang dikirimkan ke pusat kerja hanya mencukupi pasokan komponen untuk satu hari kerja produksi saja (Hernadez, 1993;14). Dengan menguragi ukuran lot, bahan baku didistribusikan melalui proses hanya mengalami sedikit penambahan dan arus menjadi stabil.

14 Penyiapan Mesin Cepat Produksi berdasarkan permintaan biasanya memproduksi sejumlah kecil produk. Memproduksi dalam jumlah kecil hanya ekonomis jangka waktu penyiapan singkat. Akivitas penyiapan melalui pemindahan bahan baku, perubahan setelan mesin, penyiapan peralatan dan melakukan pengetesan, semua yang harus dilakukan pada saat produksi diubah untuk membuat satu model ke model lainnya. Memendekkan waktu penyiapan dapat dilakukan dengan membuat jalur produksi untuk produk tunggal jika peralatan disusun untuk membuat produk tunggal, maka penyiapan akan dapat dihilangkan dan produk dapat diproduksi pada ukuran batch apa aja, bahkan bisa dengan ukuran batch yang sangat kecil. Single setup mengarah pada waktu penyiapan dengan satu digit menit, yaitu kurang dari sepuluh menit (Schoeder, 2000;373) Perataan Tingkat Produksi Manajer membuat jadwal induk produksi dengan membuat rencana penjualan bulanan. Setiap bulan, bagian penjualan memperkirakan permintaan untuk tiga bulan berikutnya. Perkiraan ini didaftar sesuai dengan model dan spesifikasi utama. Selain data penjualan para manajer juga harus mempertimbangkan kapasitas produksi pabrik pada waktu membuat rencana produksi. Proses dari perencanaan produksi berawal dari rencana produksi jangka panjang, yang dibagi lagi menjadi rencana tahunan, bulanan, dan harian. Jadwal produksi dibuat untuk jadwal produksi bulanan (mingguan) dan harian, sehingga produksi yang seragam dapat tercapai. Jadwal produksi harus stabil agar dapat tercapai suatu jadwal produksi yang stabil. Kestabilan ini diperlukan untuk dapat menentukan jumlah sediaan komponen yang dibutuhkan dan tingkat produksi bulanan dan harian (Schroeder, 2000;376). Ketika jadwal produksi bulanan telah dibuat, maka informasi tersebut

15 27 harus disampaikan kepada semua pekerja dan pemasok. Hal ini dilakukan agar mereka dapat mengatur kapasitas mereka yaitu yang berkaitan dengan jumlah pekerja yang diperlukan, overtime, subcontracting dan kemungkinan peralatan baru. Master skedul menggambarkan permintaan konsumen dalam basis harian. Jadwal produksi dapat mengurangi persediaan work in process dan bahan mentah atau bahan baku. Master skedul merupakan kunci menstabilkan proses poduksi dan persyaratan pemasok Pengendalian Kualitas Pengendalain kualitas menjadi fungsi dari arus yang berkelanjutan pada operasi manufaktur. Agar sistem Just In time dapat berjalan dengan baik maka kualitas harus benar-benar baik, karena tidak ada cadangan persediaan yang dapat menggantikan produk yang cacat. Pencapaian cacat nol adalah tujuan Just In Time. Tujuan ini dapat dicapai dengan cara perusahan mencari masalah kualitas pada sumber masalah, memecahkan masalah tersebut dan tidak membiarkan produk yang cacat tersebut terlewatkan. Sejak awal pembuat komponen dan produk bertanggung jawab untuk memproduksi komponen dan produk dengan kualitas yang sempurna. Sistem kualitas Just In Time mendorong untuk memecahkan segala masalah dengan pemasok sebelum part tersebut dikirimkan dan masalah pada pekerja saat produk tersebut dibuat (Hernadez, 1993;15). Oleh karena tujuan tersebut, tanggung jawab atas kualitas produk ada pada pekerja, bukan pada inspektor dan tanggung jawab atas kualitas komponen ada pada pemasok. Pekerja diberi otoritas yaitu bila pekerja menemukan suatu yang abnormal pada jalur produksi maka ia dapat menghentikan jalur produksi dengan menekan kenop penyetop dan seluruh jalur produksi akan berhenti. Dan pemasok harus mengirimkan komponen-komponen dengan kualitas yang sempurna. Partisipasi pekerja pada tiap tingkatan sangat penting untuk kesuksesan Just In Time. Pekerja berpartisipasi dalam menemukan masalah kualitas,

16 28 menghentikan produksi bila diperlukan, memberikan ide-ide untuk perbaikan dan menganalisa proses produksi Pemeliharaan Pencegahan Total Pada perusahaan yang menerapkan Just In Time, kerusakan mesin bisa menghentikan seluruh peralatan dan mesin-mesin di bagian hilir produksi karena tidak ada komponen yang dapat dikerjakan. Oleh karena itu perusahaan dengan produksi Just In Time menerapkan pemeliharaan pencegahan secara luas sehingga penghentian tersebut tidak akan muncul. Pemeliharaan pencegahan (Preventive Maintenance), merupakan filosofi Just In Time dimana dilakukan pengecekan serta perbaikan pada perlengkapan produksi secara harian dan periodik, sehingga waktu gunanya dapat lebih panjang dibandingkan dengan batas waktu tradisional (Adam, 1992;538). Kegagalan atau kerusakan mesin sebesar nol adalah tujuan dari pemeliharaan pencegahan. Dengan memberikan banyak perhatian pada pemeliharaan, kebanyakan kemacetan mesin dapat dihindari. Pemeliharaan untuk pencegahan mesin yang dapat menghentikan kerja mesin adalah dengan cara mengoperasikan mesin-mesin serta peralatan dengan lebih lambat dan stabil untuk menghindari kapasitas berlebih (Meredith, 1992;543). Tujuan ini relatif lebih mudah dicapai pada lingkungan pemanufakturan Just In Time karena pekerjanya mempunyai keahlian interdiciplined. Pekerja tersebut dilatih untuk dapat melakukan aktivitas pemeliharaan mesin-mesin yang mereka operasikan, terutama untuk melakukan perawatan dan perbaikan kecil karena sifat sistem tarikan (pull trough) pada Just In Time Jaringan Kerja dengan Pemasok Jaringan kerja dengan pemasok yang dapat diandalkan juga merupakan hal yang penting bagi Just In Time. Just In Time menginginkan pengiriman komponen yang sering dan tepat sampai diproses produksi pada saat dibutuhkan. Komponen

17 29 yang dikirimkan juga harus berkualitas tinggi karena tidak ada persedian komponen untuk menggantikan kualitas yang jelek. Hal ini dapat dilakukan dengan mempunyai sedikit pemasok. Pemasok yang tersertifikasi dan membangun hubungan erat serta kontrak kerja jangka panjang dengan mereka. Dengan penggunaan kontrak jangka panjang, pemasok kadang-kadang bersedia untuk kondisi special seperti menempatkan pabriknya pada radius tertentu dari perusahaan Just In Time, mengadopsi teknik pengendalian mutu total, dan mengijinkan pemeriksaan yang sering oleh eksekutif perusahaan dan spesialis kualitas. 2.5 Keuntungan Penerapan Produksi Just In Time Sistem Just In Time pada pengurangan pemborosan serta menemukan caracara yang efisien dan produktif untuk mengerjakan sesuatu. Dengan melakukan perbaikan secara terus-menerus pada proses produksinya maka Just In Time akan memperbaiki proses produksi sehingga dapat meningkatkan produktivitas, menurunkan biaya, meningkatkan fleksibilitas. Menurut Meredith (1992;545) secara umum ada 3 keuntungan utama dari segi keuangan yaitu: 1. Penghematan biaya, karena pengurangan persediaan, pengurangan produk cacat, kerusakan yang lebih sedikit, meningkatkan jam kerja, mengurangi pengerjaan ulang. 2. Peningkatan pendapatan, karena pelayanan dan kualitas lebih baik kepada konsumen. Lebih cepat merespon permintaan konsumen dan waktu tunggu yang lebih pendek berpengaruh kepada margin dan level penjualan yang lebih tinggi. 3. Penghematan investasi, karena ruang untuk menyimpan yang digunakan lebih sedikit, persediaan dikurangi sehingga perputarannya mencapai 50 sampai 100 kali setahun, volume pekerjaan yang dilakukan pada fasilitas yang meningkat. Keuntungan penerapan Just In Time dilihat dari sisi non keuangan menurut Russel (1998;733) adalah:

18 30 1. Peningkatan kualitas Penerapan produksi Just In Time dapat meningkatkan kualitas. Tujuan produksi Just In Time adalah mencapai kualitas yang sempurna dengan cara menerapkan elemen-elemen Just In Time. 2. Peningkatan produktivitas Pengurangan aktivitas yang tidak bernilai tambah dapat meningkatkan efisiensi waktu dalam bekerja. Hal ini akan menyebabkan meningkatnya output unit produksi per jam kerja produksi. Selain itu produktivitas tenaga kerja juga meningkat karena penggunaan sumber daya yang lebih baik yaitu sumber daya manusia yang fleksibel. 3. Pengurangan tenggang waktu produksi Tenggang waktu produksi adalah waktu yang diperlukan mulai dari pesanan atau permintaan diterima sampai dengan menjadi barang jadi (Horngren, 2000;888). Tenggang waktu produksi meliputi waktu proses, waktu pergerakan, waktu menunggu, waktu penyiapan. 4. Penurunan tingkat persediaan Salah satu efek dari Just In Time adalah mengurangi persediaan sampai pada tingkat yang sangat rendah dan jika mungkin ke tingkat nol. Pengejaran target persediaan nol sangat penting bagi keberhasilan Just In Time. Penerapan produksi Just In Time mengurangi persediaan ke titik yang tidak signifikan dengan cara: a) Mereorganisasi pemanufakturan ke dalam sel-sel b) Menggunakan pendekatan tarikan permintaan (demand pull). c) Mengembangkan hubungan kemitraan dalam laba dengan para pemasok d) Menekankan pengendalian mutu total dan pemeliharaan pencegahan total. 5. Pengurangan setup times Pengurangan waktu penyiapan mesin dapat dilakukan dengan cara mengurangi tata letak mesin berbentuk sel pemanufakturan. Bila waktu penyiapan telah dikurangi, maka perusahaan tidak saja memperoleh keuntungan dari arus produksi yang lebih lancar, tenggang waktu produksi yang lebih pendek dan penurunan tingkat persediaan tetapi juga tercapainya fleksibilitas terhadap perubahan jadwal produksi yang terjadi karena adanya suatu kejadian, kerusakan yang tidak diharapkan, masalah konsumen dan lain sebagainya. 6. Perbaikan pada performa pengiriman Kinerja pengiriman tepat waktu merupakan situasi dimana produk atau jasa tersebut diantarkan tepat pada jadwal yang telah ditetapkan (Horngren, 1997;996). Kinerja pengiriman tepat waktu merupakan suatu elemen penting dalam kepuasan pelanggan sebab pelanggan berharap mendapatkan barang atau jasa seperti yang diharapkannya.

19 31 7. Meningkatkan fleksibilitas perusahaan dalam menanggapi permintaan konsumen dalam hal kualitas yang lebih baik dan ragam yang lebih banyak Fleksibilitas merupakan kemampuan dari sistem pemanufakturan untuk secara sukses beradaptasi pada perubahan kondisi lingkungan dan kebutuhan proses (Adam, 1992;581). Fleksibilitas dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam bersaing. Tenggang waktu produksi yang lebih pendek dapat meningkatkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi pengiriman tepat waktu dan cepat tanggap terhadap permintaan pasar. 2.6 Kinerja Perusahaan Pengertian Kinerja Perusahaan Menurut Mulyadi (1997;419) menyatakan mengenai penilaian kinerja ini sebagai berikut: Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawanya berdasarkan sasaran, standar, dan criteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1995; ): Penilaian mempunyai arti proses atau cara menilai. Dalam bahasa Indonesia sering diartikan dengan kata measurement yang berarti sistem pengukuran Kinerja mempunyai pengertian kemampuan kerja. Dalam bahasa inggris sering diartikan dengan performance yang mempunyai arti pelaksanaan Menurut Kohler s Dictionary For Accounting (1984;347) General term applied to part or all the conduct or activities of an organization over a periode time, often with reference to some standard such as post or projected cost an efficiency base, management responsibility or accountability or the like Pentingnya Kinerja Perusahaan Non Keuangan Informasi non keuangan dapat menjadi indikator kunci untuk mengetahui seberapa baik penerapan strategi yang telah dipilih oleh perusahaan. Kebanyakan akuntan, manajer dan para manajer lain telah mengetahui bahwa kegunaan prestasi non keuangan tidak terbatas pada evaluasi prestasi. Ukuran prestasi non

20 32 keuangan dapat menjadi piranti bagi perencanaan dan pengendalian proses produksi serta untuk mengevaluasi prestasi suatu departemen, tim pekerja dan manajer produk atau pabrik Alasan meningkatnya perhatian yang diberikan pada ukuran ini mencakup (Hammer, 1996;34) adalah: 1. Ketidakpuasan terhadap ukuran yang hanya berhubungan dengan keuangan semata-mata. Ukuran prestasi keuangan komprehensif seperti total biaya atau laba akuntansi yang dilaporkan oleh lini produk atau divisi tidak selalu dianggap tepat untuk keperluan pengambilan keputusan secara khusus. 2. Meningkatnya pengakuan di antara orang-orang non akuntan bahwa ukuran keuangan yang dihasilkan oleh sistem akuntansi dasar suatu perusahaan mencakup ukuran akuntansi biaya yang dipengaruhi oleh fenomena yang tidak selalu relevan dengan tujuan tertentu yang telah dibuat. 3. Ketidakpuasan terhadap cara kerja yang lambat dimana akuntansi perusahaan dan departemen pemrosesan data dapat menambah, menghapus dan memodifikasi ukuran-ukuran keuangan tradisional pada saat kebutuhan meningkat. Data akuntansi termasuk ukuran akuntansi biaya, biasanya diproses dengan apa yang disebut sistem pemrosesan data yang besar dan sangat sistematis. 4. Ketidakpuasan terhadap ukuran keuangan dalam penggunaannya di pabrik. Ukuran ini mudah sekali diinterprestasikan secara salah sebagai dorongan yang tidak tepat untuk penggunaan berlebihan atas kapasitas yang ada hanya untuk meningkatkan ukuran pemanfaatan yang dilaporkan. 5. Ketidakpuasan terhadap ukuran keuangan pada efisiensi pemrosesan. Dalam praktek, beberapa sistem biaya gagal mengambil keuntungan dari keluwesan berbagai ukuran pengendalian. Beberapa ukuran prestasi non keuangan menghitung atau mempresentasekan peristiwa yang diinginkan atau yang tidak dan bermaksud mengukur efisiensi atau keefektifan proses produksi Kinerja Perusahaan Non Keuangan untuk Penerapan Just In Time Pengukuran kinerja untuk mengevaluasi dan mengendalikan sistem produksi Just In Time menurut Horngren(1997;762) adalah:

21 33 1. Jumlah hari persediaan disimpan 2. Unit yang diproduksi per jam 3. Tenggang waktu produksi 4. Total waktu penyiapan mesin Total waktu produksi 5 Jumlah unit yang memerlukan pengerjaan ulang atau cacat Total unit yang dimulai dan selesai diproduksi Pengukuran kinerja untuk mengukur reliabilitas sistem Just In Time menurut Atkinson (2001;244) adalah: 1. Defect rates 2. Cycle times 3. Percentage of time that deliveries on time 4. Order accurancy 5. Actual production as a percentage of planned production 6. Actual machine time available compared with planned machine time available. Kinerja non keuangan tersebut adalah: 1. Efektifitas produksi Adalah bahwa produk yang diproduksi oleh perusahaan harus dapat membawa hasil atau berguna bagi perusahaan. 2. Efisiensi waktu produksi Adalah bahwa produk yang diproduksi oleh perusahaan sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan. 3. Ketepatan waktu pengiriman Adalah bahwa produk yang akan dikirimkan kepada pelanggan harus tepat waktu sesuai dengan perjanjian. 4. Kualitas produksi Adalah bahwa perusahaan harus bisa menghasilkan produksi yang berkualitas agar dapat bersaing dengan para kompetitor. 5. Efisiensi kerja mesin Adalah bahwa kerja mesin untuk memproses produksi harus dapat dipergunakan secara efisien.

22 34 6. Lamanya persediaan disimpan Adalah bahwa seberapa lama persediaan tersebut disimpan di dalam gudang. 2.7 Hubungan Tingkat Penerapan Sistem Tepat Waktu (Just In Time) pada Sistem Just In Time adalah usaha untuk meningkatkan produktivitas dengan cara mengurangi pemborosan yang selalu dilakukan pada proses produksi. Pemborosan tersebut disebabkan karena adanya aktivitas yang tidak bernilai tambah, tetapi aktivitas tersebut tetap dilakukan. Pemborosan tersebut dapat dihilangkan dengan cara menghilangkan atau mengurangi aktivitas tidak bernilai tambah tersebut, karena dengan pengurangan serta penghilangan aktivitas yang tidak bernilai tambah maka proses produksi dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien. Untuk mengetahui sejauh mana perusahaan telah mencapai hasil tersebut maka dapat dilakukan pengukuran dan evaluasi pada segi non keuangannya. Informasi mengenai non keuangan tersebut dapat dijadikan indikator kunci untuk mengetahui seberapa baik penerapan strategi yang dilakukan oleh perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa proses produksi yang menerapkan Just In Time akan meningkatkan laba perusahaan termasuk juga kinerja non keuangan.

23 35

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Darsini Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi manajemen adalah sistem akuntansi yang berupa informasi yang hasilnya ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer keuangan, manajer

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) II YULIATI, SE, MM PRINSIP DASAR JUST IN TIME ( JIT ) 3. Mengurangi pemborosan (Eliminate Waste) Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM Konsep Just In Time (JIT) adalah sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaanperusahaan terbaik yang ada

Lebih terperinci

Hubungan Tingkat Penerapan Sistem Tepat Waktu (Just In Time) pada Sistem Produksi dengan Kinerja Non Keuangan

Hubungan Tingkat Penerapan Sistem Tepat Waktu (Just In Time) pada Sistem Produksi dengan Kinerja Non Keuangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa dekade akhir ini banyak organisasi perusahaan telah melakukan investasi pada teknologi-teknologi baru untuk tetap bersaing. Teknologi merupakan sumber

Lebih terperinci

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus PENERAPAN JUST IN TIME PADA INDUSTRI FASHION SEBAGAI PENJAMINAN KUALITAS (QUALITY ASSURANCE) ABSTRAKSI Sistem Just in Time telah menjadi satu pendekatan umum dalam pengelolaan bahan baku/persediaan. Semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mursyidi (2008:174) Just In Time (JIT) dikembangkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mursyidi (2008:174) Just In Time (JIT) dikembangkan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Just In Time 2.1.1.1. Pengertian Just In Time Menurut Mursyidi (2008:174) Just In Time (JIT) dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan otomotif di Jepang

Lebih terperinci

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Lean Thinking dan Lean Manufacturing Lean Thinking dan Lean Manufacturing Christophel Pratanto No comments Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 3 LEAN PRODUCTION SYSTEM

BAB 3 LEAN PRODUCTION SYSTEM BAB 3 LEAN PRODUCTION SYSTEM By Ir. B. INDRAYADI,MT JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1 2 1 3 PRODUCTION INFORMATION SYSTEM FORECASTING MASTER PRODUCTION SCHEDULE PRODUCT STRUCTURE

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.1.1 Penelitian Ravishankar (2011) Penelitian yang dilakukan Ravishankar (2011) bertujuan untuk menganalisa pengurangan aktivitas tidak bernilai tambah

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Zulian Zamil : 2003).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Zulian Zamil : 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka melaksanakan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan rakyat, sektor yang memegang peranan penting setelah sektor pertanian adalah sektor manufaktur.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) A. Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada Perusahaan Roti Roterdam Malang. Berdasarkan hasil analisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada Perusahaan Roti Roterdam Malang. Berdasarkan hasil analisis 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelitian Indah (2004) dengan judul penelitian yaitu: Efisiensi perencanaan bahan baku dalam usaha untuk mencapai efisiensi tingkat

Lebih terperinci

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA APLIKASI JUST IN TIME (JIT) PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA 1. Pengertian Metode Just In Time (JIT) Manufaktur JIT adalah suatu sistem berdasarkan tarikan permintaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

Bahan Ajar SISPRO MAHOP :) 2012/2013

Bahan Ajar SISPRO MAHOP :) 2012/2013 PENJADWALAN Penjadwalan adalah aspek yang penting dalam pengendalian operasi baik dalam industri manufaktur maupun jasa. Dengan meningkatkan titik berat kepada pasar dan volume produksi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Di era perdagangan bebas saat ini menyebabkan iklim kompetisi yang tinggi di

Bab I PENDAHULUAN. Di era perdagangan bebas saat ini menyebabkan iklim kompetisi yang tinggi di Bab I Pendahuluan 1 Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era perdagangan bebas saat ini menyebabkan iklim kompetisi yang tinggi di segala bidang. Kondisi tersebut memaksa perusahaan harus dapat bekerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Just In Time Pada tahun 1970 konsep Just In Time mulai dipopulerkan oleh Mr. Taiichi Ohno dan rekannya di Toyota Motor Company, Jepang. Akar dari konsep Just In Time dapat ditelusuri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bagi banyak perusahaan industri, salah satu aset yang memerlukan perhitungan yang cermat adalah persediaan, karena pada umumnya persediaan merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

Evaluasi Sistem Bisnis Lean Oleh: Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma master Black Belt

Evaluasi Sistem Bisnis Lean Oleh: Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma master Black Belt 1. Apa Itu Lean? Evaluasi Sistem Bisnis Lean Oleh: Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma master Black Belt Lean adalah suatu upaya terus-menerus (continuous improvement efforts) untuk: menghilangkan pemborosan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam tugas akhir ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem Just In Time Dalam situasi persaingan pasar global yang sangat kompetitif sekarang ini, dimana pasar menetapkan harga (produsen harus mengikuti harga pasar yang berlaku)

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota

Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota Bab 5 Ringkasan Perubahan dalam dunia industri di Jepang terjadi setelah berakhirnya Perang Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota atau disebut juga dengan Sistem

Lebih terperinci

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi Sistem Produksi Sistem Produksi 84 Produksi Produksi disebut juga dengan istilah manufaktur merupakan salah satu fungsi dalam perusahaan (fungsi lainnya a.l pemasaran, personalia, dan finansial). Produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan tersebut tidak hanya bersifat evolusioner namun seringkali sifatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan tersebut tidak hanya bersifat evolusioner namun seringkali sifatnya 12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan hidup dalam lingkungan yang berubah cepat, dinamik, dan rumit. Perubahan tersebut tidak hanya bersifat evolusioner namun seringkali sifatnya revolusioner.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Productive Maintenance Total Productive Maintenance (TPM) adalah teknik silang fungsional yang melibatkan beberapa bagian fungsional perusahaan bukan hanya pada Bagian

Lebih terperinci

TOC dan Just In Time (JIT)

TOC dan Just In Time (JIT) TOC dan Just In Time (JIT) 1. Hubungan TOC dan JIT Adapun yang mejadi tujuan seorang manajer mengaplikasikan JIT dalam perusahaannya adalah mengurangi waktu yang digunakan produk dalam pabrik. Jika saja

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gambaran Umum Pokok pembahasan pada tesis ini hanya akan difokuskan dalam rangka mengetahui bagaimana Janssen Cilag Indonesia dapat mencapai titik optimum di dalam manajemen persediaannya

Lebih terperinci

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS) VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM A. Pengertian Toyota Production System (TPS) Perusahaan berupaya untuk meningkatkan taraf kehidupan keryawan melalui usaha yang berkelanjutan untuk menghasilkan laba, sekaligus

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Just in Time. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

Akuntansi Biaya. Just in Time. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen. Akuntansi Biaya Modul ke: Just in Time Fakultas FEB Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Just in Time Just In Time adalah filosofi yang dipusatkan pada pengurangan biaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama dan Tahun Penelitian : Fifi Irmalinda (2004) Judul Penelitian : Perencanaan dan Pengawasan Persediaan pada PT. Samafitro Perwakilan Medan Perumusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Fungsi Untuk mengetahui bahwa fungsi suatu sistem tersebut dapat berjalan dengan baik, maka kita perlu mengetahui terlebih dahulu definisi dari fungsi itu sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia industri semakin maju, hal itu terbukti dengan banyaknya bermunculan industri-industri baru yang memproduksi berbagai macam

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Produksi 1.1.1 Pengertian Proses Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pada setiap perusahaan, baik perusahaan kecil, perusahaan menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Produksi Toyota. Sistem produksi Toyota dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation dan telah dipakai oleh banyak perusahaan Jepang sebagai ekor dari krisis

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017

MANAJEMEN PERSEDIAAN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 MANAJEMEN PERSEDIAAN HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 Biaya Persediaan Manajemen persediaan merupakan hal yang mendasar dalam membangun keunggulan kompetitif perusahaan dalam jangka panjang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB 13 MANAJEMEN SEDIAAN

BAB 13 MANAJEMEN SEDIAAN BAB 13 MANAJEMEN SEDIAAN 1 Biaya Sediaan Manajemen sediaan merupakan hal yang mendasar dalam membangun keunggulan kompetitif perusahaan dalam jangka panjang. Kualitas, rekayasa produk, harga, kelebihan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya perusahaan-perusahaan di berbagai bidang. Hal ini mendorong banyak pengusaha untuk lebih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntansi Menurut (Jerry J.Weygandt 2007:5) pengertian akuntansi adalah : Suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laju perekonomian yang semakin meningkat dan tingkat persaingan yang semakin tajam, suatu perusahaan harus lebih giat dalam mencapai tujuan. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi tidak terlepas dari pengertian manajemen. Dengan istilah manajemen yang dimaksudkan adalah

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, banyak terjadi perubahan yang cukup drastis pada lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, banyak terjadi perubahan yang cukup drastis pada lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini, banyak terjadi perubahan yang cukup drastis pada lingkungan bisnis dunia secara global. Menurut Hansen dan Mowen (2000:15-18) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JUST IN TIME DALAM MENINGKATKATKAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI

IMPLEMENTASI JUST IN TIME DALAM MENINGKATKATKAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI IMPLEMENTASI JUST IN TIME DALAM MENINGKATKATKAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI Luqman Hakim Fakultas Teknik Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo E-mail: hqm_az@yahoo.com Abstrak Tujuan Just

Lebih terperinci

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga BAB II A. Manajemen Operasi Manajemen Operasi membahas bagaimana membangun dan mengelola operasi suatu organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga pengendalian sistim

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Jenis-Jenis Anggaran 1. Pengertian Anggaran Pengertian anggaran terus berkembang dari masa ke masa. Dulu anggaran hanya merupakan suatu alat untuk menyeimbangkan

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Just in Time (JIT) dan Backflushing. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis

Akuntansi Biaya. Just in Time (JIT) dan Backflushing. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis Akuntansi Biaya Modul ke: Just in Time (JIT) dan Backflushing Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis Program Studi Akuntansi Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI www.mercubuana.ac.id Just In Time (JIT)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan ekonomi dewasa ini dimana dunia usaha tumbuh dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien dalam menghadapi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN VALUE-ADDED ACTIVITIES

PENGELOLAAN VALUE-ADDED ACTIVITIES PENGELOLAAN VALUE-ADDED ACTIVITIES dan NON-VALUE- ADDED ACTIVITIES MELALUI ANALISIS MANUFACTURING CYCLE EFFECTIVENESS (MCE) DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI PRODUKSI (Studi Kasus Pada UD Karya Tunggal Sidoarjo)

Lebih terperinci

ACTIVITY-BASED MANAGEMENT

ACTIVITY-BASED MANAGEMENT ACTIVITY-BASED MANAGEMENT Activity-based management (ABM) dimulai dari pemahaman yang mendalam personel tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya. Proses analisis nilai merupakan pendekatan

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM MENGELOLA PERSEDIAAN PERUSAHAAN. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Akuntansi

Manajemen Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM MENGELOLA PERSEDIAAN PERUSAHAAN. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Akuntansi Modul ke: 12 MENGELOLA PERSEDIAAN PERUSAHAAN Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi Idik Sodikin,SE,MBA,MM Manajemen persediaan Kriteria persediaan o Persediaan pada perusahaan dagang Persediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Semua jenis perusahaan baik itu perusahaan manufaktur, perusahaan jasa dan perusahaan dagang memiliki persediaan sebagai aktiva lancar. Persediaan bagi perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perekonomian sekarang ini, perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perekonomian sekarang ini, perusahaan dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Dalam perkembangan perekonomian sekarang ini, perusahaan dituntut untuk meningkatkan efektivitasnya. Meningkatkan efektivitas mencakup kemampuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan 2.1.1 Uji Kenormalan Liliefors Perumusan ilmu statistika juga berguna dalam pengendalian persediaan dan biasanya digunakan untuk mengetahui pola distribusi

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Modul ke: Just In Time And Backflushing 07FEB. Fakultas. Angela Dirman, SE., M.Ak. Program Studi Manajemen

Akuntansi Biaya. Modul ke: Just In Time And Backflushing 07FEB. Fakultas. Angela Dirman, SE., M.Ak. Program Studi Manajemen Akuntansi Biaya Modul ke: Just In Time And Backflushing Fakultas 07FEB Angela Dirman, SE., M.Ak Program Studi Manajemen Content Just in time, Backflushing Competence Mahasiswa mampu mendeskripsikan system

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Produksi Peranan manajemen dalam pelaksanaan sistem produksi adalah agar dapat dicapai tujuan yang diharapkan perusahaan untuk menghasilkan barang atau jasa dalam

Lebih terperinci

MENGENAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME SYSTEM)

MENGENAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME SYSTEM) MENGENAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME SYSTEM) I. Sistem Produksi Barat Sistem produksi yang paling banyak dipakai saat ini adalah yang berasal dari Eropa dan Amerika. Sistem produksi tersebut

Lebih terperinci

Nama : Mutiara Dey NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Widada, SE.,MM,

Nama : Mutiara Dey NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Widada, SE.,MM, PERBANDINGAN METODE EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY) DAN JIT (JUST IN TIME) TERHADAP EFISIENSI BIAYA PERSEDIAAN PADA KOVEKSI RANTI Nama : Mutiara Dey NPM : 21209532 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Widada,

Lebih terperinci

Just in time dalam Manajemen Logistik

Just in time dalam Manajemen Logistik Just in time dalam Manajemen Logistik Kerjakan secara benar sejak awal Bambang Shofari 1 JIT Menghasilkan produk/jasa yang dibutuhkan pada saat dibutuhkan oleh customers dalam jumlah sesuai kebutuhan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan (financial) perusahaan merupakan salah satu indikator penting

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan (financial) perusahaan merupakan salah satu indikator penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keuangan (financial) perusahaan merupakan salah satu indikator penting yang mempengaruhi stabilitas dan eksistensi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya,

Lebih terperinci

Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi

Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi TI4002-Manajemen Rekayasa Industri Teknik Industri, FTI ITB Hasil Pembelajaran Setelah menyelesaikan perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu: Menjelaskan pengertian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Kerja Dari penelitian menerangkan bahwa, Perancangan kerja merupakan suatu disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prosedur dan prinsip

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Just In Time Just In Time merupakan manufacturing philosophy yang mulai diterapkan di Jepang pada tahun tujuh puluhan dan mulai diterapkan oleh perusahaanperusahaan

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN SISTEM JUST IN TIME TERHADAP BIAYA OVERHEAD PABRIK STUDI KASUS PADA PT XYZ

PENGARUH PENERAPAN SISTEM JUST IN TIME TERHADAP BIAYA OVERHEAD PABRIK STUDI KASUS PADA PT XYZ PENGARUH PENERAPAN SISTEM JUST IN TIME TERHADAP BIAYA OVERHEAD PABRIK STUDI KASUS PADA PT XYZ Nama : Octaviana Debhora S. NPM : 21209639 Pembimbing : B. Sundari, SE, MM Perusahaan hidup dalam lingkungan

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad, SE, MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengelolaan Persediaan Materi Pembelajaran Persediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Sistem informasi akuntansi persediaan merupakan sebuah sistem yang memelihara catatan persediaan dan memberitahu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi adalah perubahan tuntutan customer terhadap kualitas produk dan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi adalah perubahan tuntutan customer terhadap kualitas produk dan ANALISIS PENGAMBILAN KREDIT BERDASARKAN SYARIAH OLEH SEKTOR USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2003 Slamet Tedy Siswoyo F.0198067 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perusahaan-perusahaan disegala bidang usaha menghadapi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perusahaan-perusahaan disegala bidang usaha menghadapi berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini, perusahaan-perusahaan disegala bidang usaha menghadapi berbagai tantangan baru. Persaingan internasional, teknologi yang semakin modern, perubahan

Lebih terperinci

Pengendalian Proses Produksi dalam Agribisnis. Manajemen Agrobisnis

Pengendalian Proses Produksi dalam Agribisnis. Manajemen Agrobisnis Pengendalian Proses Produksi dalam Agribisnis Manajemen Agrobisnis Tujuan Mengorganisir produksi menggunakan prinsip ekonomi Pengambilan keputusan pembelian yang efisien Pentingnya pengendalian persediaan

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Pengantar Sistem Produksi Lanjut BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Definisi Sistem Sekelompok entitas atau komponen yang terintegrasi dan berinteraksi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu

Lebih terperinci

HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017

HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 Lean Manufacturing Lean manufacturing adalah pendekatan yang didesain untuk meniadakan buangan dan memaksimalkan nilai bagi pelanggan. Pendekatan ini memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Persediaan Bahan Baku 2.1.1.1. Pengertian Persediaan Persediaan bahan baku merupakan aktiva perusahaan yang digunakan untuk proses produksi didalam suatu

Lebih terperinci

Strategi Peningkatan Produktivita s

Strategi Peningkatan Produktivita s MODUL PERKULIAHAN Strategi Peningkatan Produktivita s Sejarah Toyota Production System (TPS) Fakultas Program Pascasarjana Program Studi Magister Teknik Industri Tatap Kode MK Muka 01 B11536CA (M-203)

Lebih terperinci

Just-in-Time Production Systems (JITPS) in Developing. Countries: The Nigerian Experience

Just-in-Time Production Systems (JITPS) in Developing. Countries: The Nigerian Experience TUGAS PPIC Just-in-Time Production Systems (JITPS) in Developing Countries: The Nigerian Experience Kamla-Raj 2010 J Soc Sci, 22(2): 145-152 (2010) Oleh: Chandra Silvi (105100303111002) Dyah Intani Enggaela

Lebih terperinci

BAB II PROCESS VALUE ANALYSIS

BAB II PROCESS VALUE ANALYSIS 13 BAB II PROCESS VALUE ANALYSIS II.1. Activity Based Management II.1.1. Definisi Activity Based Management (ABM) atau manajemen berdasarkan aktivitas adalah pendekatan yang luas dan terpadu yang memfokuskan

Lebih terperinci

ADVANCED MANAGEMENT ACCOUNTING (Akuntansi Manajemen Lanjut)

ADVANCED MANAGEMENT ACCOUNTING (Akuntansi Manajemen Lanjut) Dosen: Christian Ramos K INVENTORY MANAGEMENT (Manajemen Persediaan) ADVANCED MANAGEMENT ACCOUNTING (Akuntansi Manajemen Lanjut) REFERENSI: HANSEN & MOWEN, Managerial Acconting (BOOK) 1 Biaya Persediaan

Lebih terperinci

JUST-IN-TIME ( JIT )

JUST-IN-TIME ( JIT ) 1. Pengertian JIT JUST-IN-TIME ( JIT ) Dalam pengertian luas, JIT adalah suatu filosofi tepat waktu yang memusatkan pada aktivitas yang diperlukan oleh segmen-segmen internal lainnya dalam suatu organisasi.

Lebih terperinci

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis . Mata Kuliah Semester PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis : IV Pertemuan Ke : 13 Pokok Bahasan Dosen : Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

Week 11 SIA SIKLUS PRODUKSI. Awalludiyah Ambarwati

Week 11 SIA SIKLUS PRODUKSI. Awalludiyah Ambarwati Week 11 SIA SIKLUS PRODUKSI Awalludiyah Ambarwati Production Methods Continuous Processing creates a homogeneous product through a continuous series of standard procedures. Batch Processing produces discrete

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah: 10 2.1. Persediaan 2.1.1. Pengertian Persediaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam perusahaan setiap manajer operasional dituntut untuk dapat mengelola dan mengadakan persediaan agar terciptanya efektifitas

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ir. Rini Anggraini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, Indonesia tidak luput

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, Indonesia tidak luput BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, Indonesia tidak luput dari persaingan perekonomian global yang sedang terjadi di dunia saat ini. Persaingan perekonomian

Lebih terperinci

AKTIFITAS GUDANG & PENANGANAN BAHAN

AKTIFITAS GUDANG & PENANGANAN BAHAN AKTIFITAS GUDANG & PENANGANAN BAHAN. Aktifitas Pergudangan : Penerimaan & Penanganan Penyimpanan Pengeluaran Pengendalian / Pengontrolan Perawatan Aktifitas gudang dijalankan dengan baik akan mempengaruhi

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan : stok dari elemen-elemen/item-item untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang atau bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Traditional Methods, Cost Centre, Just In Time methods, Inventory. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: Traditional Methods, Cost Centre, Just In Time methods, Inventory. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT The production process is a very important activity in the manufacturing company. production function is a cost center that will determine the amount or size of production costs and affect the

Lebih terperinci

SIKLUS PRODUKSI. Tiga fungsi SIA dasar dalam siklus produksi, yaitu:

SIKLUS PRODUKSI. Tiga fungsi SIA dasar dalam siklus produksi, yaitu: SIKLUS PRODUKSI Siklus produksi adalah serangkaian kegiatan usaha yang berulang dan operasi pemrosesan data yang terkait berhubungan dengan pembuatan produk. Tiga fungsi SIA dasar dalam siklus produksi,

Lebih terperinci