PENDAHULUAN. 1 Pray, W. S. and J. J. Pray, 2005, Managing Dry Skin, US Pharmacist, 5; 30(3) (24 November 2006)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN. 1 Pray, W. S. and J. J. Pray, 2005, Managing Dry Skin, US Pharmacist, 5; 30(3) (24 November 2006)"

Transkripsi

1 PENDAHULUAN Xerosis adalah suatu istilah untuk kulit kering yang sering terjadi pada bagian tumit kaki, siku, dan jari-jari tangan. Xerosis pada tumit kaki merupakan kondisi kulit kering pada tumit kaki yang cukup parah hingga terjadi pecah-pecah. Xerosis disebabkan berkurangnya kelembaban akibat hilangnya lipid dan faktor pelembab alami di stratum corneum. Xerosis pada tumit kaki pertama kali ditunjukkan oleh gejala kekeringan dengan permukaan kulit yang menjadi bersisik, keras, dan rasa tidak nyaman (Draelos, 2000). Kondisi yang berkelanjutan akan menyebabkan permukaan kulit retak dan pecah-pecah yang berakibat timbulnya iritasi dan inflamasi. Xerosis dapat menimbulkan masalah yang cukup serius bila tidak ditangani sejak dini. Jika kedalaman pecahan tersebut cukup dalam hingga lapisan dermis, akan menimbulkan pendarahan yang memicu infeksi oleh jamur dan bakteri. Xerosis pada tumit kaki dapat terjadi pada kulit yang terpapar bahan kimia seperti deterjen (yang dapat melarutkan lipid kulit), cuaca yang ekstrem seperti musim kemarau, pada orang-orang tua sebagai akibat usia, dan juga karena kelainan genetik. Selain itu, xerosis dapat disebabkan oleh pemakaian obat tertentu seperti obat diuretik atau penderita penyakit tertentu seperti penyakit ginjal 1. Xerosis dapat diatasi dengan menggunakan pelembab yang berfungsi menjaga kelembaban kulit dan membuat kulit menjadi lebih lembut. Pelembab yang ideal untuk mencegah xerosis harus memiliki mekanisme kerja oklusif dan humektan untuk meningkatkan kadar air serta emolien untuk melembutkan kulit yang kasar. Peningkatan kadar air pada permukaan kulit melalui mekanisme kerja oklusif membentuk lapisan film tipis di atas permukaan kulit, sedangkan melalui mekanisme kerja humektan memungkinkan air terikat dan tertarik pada stratum corneum. Emolien memungkinkan dapat melembutkan kulit dengan cara mengisi ruang-ruang desquamating keratinosit. Bahan pelembab dengan mekanisme kerja oklusif berupa petrolatum, lanolin, beeswax, lesitin, dan minyak tumbuhan, sedangkan bahan pelembab dengan mekanisme kerja humektan berupa propilenglikol, urea, gliserin, dan asam α-hidroksi (Baumann, 2002). 1 Pray, W. S. and J. J. Pray, 2005, Managing Dry Skin, US Pharmacist, 5; 30(3) (24 November 2006) 1

2 2 Penelitian ini bertujuan membuat krim pelembab yang berbahan dasar minyak biji bunga matahari, urea, dan lanolin. Minyak biji bunga matahari memiliki mekanisme kerja pelembab oklusif dan emolien serta kaya akan asam linoleat yang merupakan prekursor pembentukan seramid. Seramid merupakan salah satu komponen lipid dalam kulit (Möller, 2002). Urea memiliki mekanisme kerja pelembab humektan dan juga merupakan salah satu komponen dari faktor pelembab alami pada sel keratinosit yang terdapat di stratum corneum. Lanolin memiliki mekanisme kerja pelembab oklusif, humektan, dan emolien serta mengandung kolesterol yang terkandung dalam lipid intrasel yang berada di antara sel-sel keratinosit pada stratum corneum (Baumann, 2002). Karena tumit kaki sering digunakan untuk berjalan, bentuk sediaan yang dibuat adalah sediaan krim yang menggunakan basis emulsi dengan jenis air dalam minyak agar dapat bertahan cukup lama, serta tidak mudah hilang atau tercuci oleh air.

3 BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas kulit, patologi kulit kering, iritasi, pelembab, krim dan evaluasi sediaan yang terkait dengan penelitian. 1.1 Kulit Kulit adalah organ terbesar dari tubuh manusia yang menyusun sistem integumen. Bobot sistem integumen sekitar 16% dari bobot total tubuh dan memiliki luas permukaan sekitar 1,5 2 m 2. Sistem integumen terdiri atas membran kutaneus dan struktur aksesori. Membran kutaneus terdiri atas lapisan epidermis dan dermis, sedangkan sistem aksesori terdiri atas rambut, kuku, dan kelenjar-kelenjar eksokrin. Kulit memiliki ph antara 4,2 sampai 5,6 (Martini, 2001) Struktur dan Fisiologi Kulit Kulit memiliki fungsi utama sebagai pelindung dan barier jaringan organ-organ dalam tubuh. Selain itu, kulit memiliki fungsi lain untuk mengekskresi garam, air, dan senyawa organik buangan melalui kelenjar-kelenjar eksokrin, menjaga suhu tubuh, dalam sintesis dari vitamin D 3, penyimpanan nutrien tubuh dan mendeteksi adanya sentuhan, tekanan, rasa sakit, dan stimulus suhu untuk diteruskan ke sistem saraf pusat (Martini, 2001). Kulit terbagi atas dua lapisan yaitu lapisan epidermis dan lapisan dermis. Lapisan dermis berisi kolagen yang memberikan keelastisan dan kekuatan pada kulit. Selain itu juga terdapat pembuluh darah, pembuluh limfatik, dan ujung-ujung saraf. Lapisan epidermis adalah lapisan terluar dari kulit. Bagian ini adalah bagian terpenting karena lapisan ini memberikan tekstur dan kelembaban serta terlibat dalam warna kulit. Lapisan epidermis tidak memiliki pembuluh darah sehingga nutrisi diperoleh dari lapisan dermis (Martini, 2001). Keratinosit yang juga dikenal sebagai korneosit adalah sel utama yang menyusun epidermis. Keratinosit dibentuk dari bagian dasar dari epidermis pada DEJ (dermalepidermal junction). Sel-sel ini berasal dari sel stem, yang disebut juga sebagai lapisan 3

4 4 basal karena posisinya pada bagian dasar. Ketika sel stem berkembang, akan dibentuk selsel anak yang akan bergerak menuju bagian atas epidermis. Pergerakan dari sel anak ini menuju ke bagian atas dan mengalami pematangan sel atau kematian sel. Pergerakan ini disebut proses keratinisasi. Ketika sel-sel tersebut bergerak ke atas dan mengalami pematangan akan berkembang dengan perbedaan-perbedaan tertentu. Perbedaan ini yang akan membentuk lapisan-lapisan pada bagian epidermis (Baumann, 2002). Lapisan epidermis terbagi atas lima lapisan berdasarkan perbedaan karakteristik yaitu : a. Stratum corneum Stratum corneum (lapisan tanduk) adalah lapisan terluar dari epidermis merupakan massa padat sel yang telah kehilangan inti sel dan granul, digambarkan sebagai lapisan mati karena tidak terjadi sintesis protein dan tidak ada respon selular sel hidup. Lapisan ini terdiri atas lapisan dari sel yang terkeratinasi pada kulit normal dengan ketebalan bervariasi antara 0,02-0,3 mm. Lapisan ini relatif lebih tebal pada telapak tangan dan kaki yaitu sekitar 0,4 0,6 mm (Harry, 1962). Lapisan ini memiliki keratinosit yang disebut brick yang dikelilingi oleh matriks ganda lipid dan protein yang disebut mortar. Mortar berfungsi sebagai pelindung kulit dan mencegah penguapan air berlebihan (Baumann, 2002). b. Stratum lucidum Stratum lucidum merupakan lapisan yang paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Lapisan ini merupakan lapisan penghubung antara lapisan tanduk dan lapisan granular. Sel-sel pada lapisan ini tipis dan berisi keratin (Baumann, 2002). c. Stratum granulosum Lapisan ini terdiri atas 3-5 lapisan keratinosit ditempatkan pada lapisan viabel teratas dari epidermis. Pada lapisan ini dibentuk serabut-serabut keratin dan keratohialin. Sel granular ini menunjukkan proses anabolik seperti sintesis filaggrin, kornifikasi sel bungkus, dan keratin berbobot molekul tinggi serta proses katabolik seperti disolusi dari inti sel dan organel sel. Keratohialin mengandung profilaggrin yang merupakan prekursor pembentukan filaggrin. Filaggrin akan berikatan silang dengan filamen keratin untuk menghasilkan kekuatan dan struktur (Baumann, 2002).

5 5 d. Stratum spinosum Lapisan ini terdiri atas 8 10 lapisan sel-sel keratinosit yang dihubungkan dengan desmosom. Desmosom adalah struktur kompleks yang dibuat molekul-molekul adhesi dan protein lainnya yang berperan penting dalam adhesi sel dan transport sel seperti involukrin, keratolinin, dan lorikrin. Sel ini mengandung lipid seperti seramid, kolesterol, dan asam lemak, enzim-enzim seperti protease, asam fosfat, lipase, dan glikosidase. Lipid-lipid ini terdapat dalam granul lamelar yang akan bermigrasi ke permukaan dan membebaskan lipid dengan cara eksositosis bertujuan melingkupi permukaan untuk menyediakan penahan/ pelindung (Baumann, 2002). e. Stratum germinativum atau stratum basal Lapisan ini merupakan lapisan dasar dari epidermis. Lapisan basal ini terdiri dari 10% sel stem, 50% dari sel yang beramplifikasi, dan 40% sel postmitotik yang lebih utama menjadi sel suprabasal yang memiliki peran dalam pertumbuhan kulit. Sel-sel stratum germinativum akan bergerak menjadi stratum corneum akibat adanya pembelahan sel oleh sel stem secara mitosis. Selain itu, sel yang bergerak ini akan mengalami proses keratinisasi hingga mencapai permukaan. Siklus sel ini berlangsung umumnya 26 sampai 42 hari. Lapisan ini yang akan membentuk tekstur kulit pada manusia (Baumann, 2002) Absorpsi pada Kulit Absorpsi pada kulit dapat dilakukan dengan permeasi melalui sel-sel stratum corneum atau lipid intrasel dan penetrasi melalui appendagel. Penetrasi melalui appendagel memiliki luas permukaan yang lebih kecil. Dua teori yang dapat menjelaskan penetrasi kulit ini adalah: a. Teori transappendagel Transappendagel merupakan penetrasi melalui kelenjar keringat ekrin dan folikel rambut. Penetrasi melalui kelenjar keringat ekrin kemungkinannya kecil karena peningkatan permeabilitas tidak terjadi pada daerah ini. Peningkatan permeabilitas hanya terjadi pada permukaan kulit yang tipis dan difusi obat akan melawan arah dari pengeluaran keringat. Penetrasi melalui folikel rambut yang paling mungkin terjadi karena obat langsung masuk menuju dermis dan tidak dihambat oleh sel keratin. Hal ini akan menyebabkan obat dapat dengan mudah berdifusi. Obat yang bersifat lipofil

6 dihipotesakan akan melarut dengan sebum yang kemudian akan diserap langsung menuju ke dermis (Lund, 1994). 6 b. Teori transepidermal Transepidermal merupakan penetrasi secara difusi pasif. Difusi pasif dikenal sebagai mekanisme transport melalui epidermis dan transport aktif pada sel-sel stratum corneum. Ada dua rute absorpsi transepidermal yaitu melibatkan tortous antar sel stratum corneum dan difusi langsung obat melalui sel (Lund, 1994) Kelembaban Kulit Lapisan epidermis terutama stratum corneum merupakan lapisan terluar permukaan yang memiliki keseimbangan antara air dan lipida tertentu untuk menjaga agar kulit tersebut tetap elastis dan tidak kasar. Lipid berfungsi menjaga faktor pelembab alami tetap di dalam sel sehingga tidak terjadi penguapan air secara berlebihan. Faktor pelembab alami terbentuk dari penguraian filaggrin dan berfungsi menahan air tetap berada di dalam sel. Faktor pelembab alami terdiri dari asam amino, asam karboksilat pirolidon, asam laktat, dan urea (Lodén, 2005). Lipid ini disusun oleh seramid sebanyak 40%, kolesterol 25%, dan asam lemak bebas %, diikuti dengan sejumlah kecil trigliserida dan ester stearil (Möller, 2002). Bila kandungan lipid berkurang maka kelembaban akan menurun berakibat korneosit akan memisah dan kulit menjadi pecah. Kelembaban kulit normal berkisar antara % (Draelos, 2000). Lapisan terdalam dari stratum corneum mengandung banyak air tetapi pada lapisan terluar kandungan airnya tergantung pada kelembaban relatif lingkungan. Kelembaban kulit memperngaruhi keplastisan dari stratum corneum. Terganggunya ikatan air karena efek samping dari toksin eksogen atau senyawa endogen dari stratum corneum dapat menghasilkan kondisi yang abnormal dan fenomena patologi (Baumann, 2002) Patologi Xerosis Xerosis dikarakterisasi dengan berkurangnya kelembaban yang mencapai kadar kelembaban kurang dari 10% di stratum corneum. Hal ini dapat terjadi karena peningkatan pada transepidermal waterloss (TEWL) karena berkurangnya permeabilitas pelindung. Kelembaban yang berkurang akan menyebabkan terjadinya pemisahan korneosit. Ketika kulit menjadi terlalu kering, kulit akan mengeras, memerah, dan berkembang menjadi

7 7 retak. Bila retakan menjadi melebar dan semakin dalam akan sampai pada bagian dermis kulit dan dapat berkibat pendarahan yang akan memicu infeksi. Kondisi ini dapat terjadi lebih parah pada daerah tubuh yang dengan relatif sedikit kelenjar minyak seperti tangan dan kaki 1. Xerosis memiliki karakteristik tertentu yang dapat diamati secara visual, sentuhan, dan sensori. Pengamatan visual ditunjukkan oleh kulit yang mengalami kemerahan, permukaan yang kusut, lapisan putih, dan retakan. Pengamatan sentuhan ditunjukkan oleh kulit yang terasa kasar dan ganjil ketika disentuh. Pengamatan sensori ditunjukkan oleh kulit yang dirasakan kering, tidak nyaman, nyeri, sensasi sengatan, dan gatal (Lodén, 2005). Faktor-faktor yang mempengaruhi xerosis yaitu cuaca (suhu dan kelembaban), paparan bahan kimia dan mikroorganisme, penuaan dan stress fisiologi, genetik, atopic eczema, psoriasis, dan ichtyosis (Lodén, 2005). Selain itu, penggunaan obat-obat diuretik dapat mengakibatkan xerosis 1. Gejala pertama terjadi kekeringan kulit yaitu munculnya warna suram hitam-putih dan perubahan topografi kulit. Dengan memburuknya kondisi kulit, akan terjadi penurunan kohesi antar sel keratinosit berakibat ujung sel keratinosit akan menggulung dan muncul ruam pada kondisi kering. Jika berlanjut akan terbentuk sisik, kulit yang berlapis-lapis dan permukaan kulit terasa kasar. Penampilan kulit yang kasar menjadi suram karena kurang mampu merefleksikan cahaya dibandingkan permukaan kulit yang halus. Kulit terasa kurang elastis (pliable) dengan penarikan dan peregangan. Retakan dan pecahan akan muncul sebagai hasil dari penurunan elastisitas (Baumann, 2002). Kulit kering sebagai hasil dari penurunan kadar air pada stratum corneum, yang memicu abnormal desquamation dari keratinosit. Gangguan pada struktur normal lapis ganda dari lipid pada kondisi kulit kering karena adanya keterlibatan dari asam lemak dan seramid. Desmosom dan desmoglein I dapat meningkat pada orang yang mengalami kulit kering sehingga dirasakan kulit menjadi kasar. Enzim pengurai desmosom menjadi rusak saat konsentrasi air dalam stratum corneum tidak mencukupi (Baumann, 2002). 1 Pray, W. S. and J. J. Pray, 2005, Managing Dry Skin, US Pharmacist, 5; 30(3) (24 November 2006)

8 8 1.2 Iritasi Kulit Iritasi adalah hal penting yang harus diperhatikan dalam formulasi kosmetik dan bahanbahan kebutuhan rumah tangga. Bahan-bahan yang dapat menyebabkan iritasi harus dihindari karena dapat menimbulkan kerusakan pada kulit. Secara umum, terdapat dua istilah yang terkait dengan iritasi yaitu iritasi dan sensitisasi. Iritasi yang terjadi mulai saat kontak langsung dengan kulit, efek terjadi secara cepat (iritan pertama) atau setelah beberapa jam (iritan kedua). Proses penyembuhannya terjadi seiring dengan berkurangnya konsentrasi. Bahan yang menimbulkan sensitisasi diartikan sebagai senyawa yang menghasilkan efek merusak pada kulit pada kontak kedua atau pengulangan kontak yang diikuti karena kontak pertama yang tidak berbahaya. Tetapi ada beberapa senyawa yang menghasilkan kedua mekanisme tersebut. Selain itu, fotosensitisasi dan fotoiritan adalah suatu kondisi iritasi atau sensitisasi dikarenakan adanya cahaya (Harry, 1962). Jika zat yang bersifat iritan digunakan pada kulit, reaksi pertama yang mungkin terjadi adalah kemerahan diakibatkan oleh dilatasi pembuluh darah kecil dari kulit. Inflamasi terjadi karena cairan yang keluar dari pembuluh darah akan menembus lapisan dermis dan berada di antara sel keratinosit. Inflamasi merupakan reaksi karakteristik dari sel hidup, ketika sel-sel mati maka tidak terjadi inflamasi walaupun terpapar oleh panas (Harry, 1962). 1.3 Kosmetik Secara umum, kosmetik dibagi dalam 2 golongan besar yaitu kosmetika dan kosmesetikal. Kosmetika adalah bahan yang digunakan dengan cara mengoleskan, menuangkan, menaburkan, menyemprotkan, atau jenis pemakaian lain pada tubuh atau bagian tubuh manusia untuk tujuan membersihkan, memperindah, mempercantik, atau mengubah penampilan. Kosmesetikal adalah penggunaan bahan yang dapat mempengaruhi struktur dan fisiologi kulit, cenderung memperbaiki fungsi beberapa komponen pada kulit, di mana terjadi penetrasi atau permeasi melalui stratum corneum. Yang tergolong dalam kosmetika yaitu sediaan-sediaan untuk tujuan dekoratif seperti lipstick, pewarna pipi, pewarna mata, pewarna rambut, dan pewarna kuku. Sediaan-sediaan untuk tujuan perawatan diri seperti pelembab, sabun, pembersih, prostetik, antipenuaan dini, dan kosmetik bayi. Yang tergolong ke dalam kosmesetikal adalah obat jerawat, shampo antiketombe, pasta gigi, deodorant/anti prespirant, pemutih, dan tabir surya. Pada

9 9 sediaan kosmesetikal, secara umum jarang digunakan pewarna dan pewangi dikarenakan dapat menyebabkan iritasi (Jellinek, 1970). 1.4 Pelembab Pelembab adalah campuran kompleks senyawa kimia yang dibuat dengan tujuan membuat kulit menjadi lebih lembut dan elastis dengan meningkatkan hidrasi kulit. Mekanisme kerja pelembab dibagi menjadi tiga yaitu oklusif, humektan, dan emolien. Pelembab yang baik mengandung kombinasi dari ketiga mekanisme tersebut (Baumann, 2002) Oklusif Oklusif adalah mekanisme kerja pelembab dengan membentuk lapisan film di permukaan kulit dengan tujuan mencegah hilangnya air dari stratum corneum. Pada umumnya yang tergolong oklusif adalah lemak dan minyak lemak. Bahan-bahan yang memiliki mekanisme oklusif merupakan bahan pelembab terbaik tetapi kurang dapat diterima dengan baik karena sifatnya yang berminyak. Sebagai contoh adalah petrolatum, minyak mineral, parafin, skualen, dimetikon, minyak kedelai, minyak biji anggur, malam lebah, propilenglikol, dan lanolin (Baumann, 2002) Humektan Humektan adalah mekanisme pelembab dengan cara menarik air atau menyerap air.. Humektan dapat membantu menjerat air dari udara yang kemudian dapat berpenetrasi ke dalam kulit, bila kelembaban relatif rendah. Tetapi humektan dapat juga menarik air dari bagian epidermis dan dermis yang dapat menyebabkan kulit menjadi kering. Maka sebaiknya penggunaan humektan dikombinasikan dengan bahan oklusif. Mekanisme humektan yang menarik air penetrasi ke dalam kulit, akan mengakibatkan pengembangan stratum corneum yang memberikan persepsi kulit halus dengan sedikit kerut. Contoh berbagai bahan dengan mekanisme humektan antara lain gliserin, sorbitol, natrium hialuronat, urea, propilenglikol, asam α-hidroksi, dan gula (Baumann, 2002) Emolien Mekanisme kerja dari emolien yaitu mengisi ruang antara desquamating keratinosit untuk membentuk permukaan yang halus. Emolien dapat meningkatkan kohesi dari sel-sel keratinosit sehingga ujung-ujung sel tidak menggulung. Selain itu, ada beberapa bahan dengan mekanisme kerja emolien yang juga memiliki mekanisme kerja pelembab sebagai

10 10 humektan dan oklusif. Sebagai contoh lanolin, minyak mineral, dan petrolatum (Baumann, 2002) Bahan-bahan Pelembab yang Digunakan Minyak bunga matahari merupakan kandungan biji Helianthus annuus Linne (famili Compositae). Minyak ini terdiri atas campuran gliserida yang kaya akan komponen asam tak jenuh. Kandungan asam tak jenuh ganda dari minyak bunga matahari sangat dipengaruhi oleh iklim. Kandungan asam linoleatnya berkisar antara %, kandungan yang paling banyak terdapat pada biji yang tumbuh di daerah dingin atau daerah utara. Dari minyak bunga matahari diketahui kandungan asam linoleatnya 66% dan asam oleatnya 23% (Tyler, 1988). Asam linoleat merupakan prekursor dari pembentukan seramid. Seramid merupakan salah satu komponen lipid dalam kulit (Möller, 2002). Minyak biji bunga matahari diperkirakan memiliki mekanisme kerja oklusif dan emolien. Lanolin adalah lemak dari bulu domba, Ovis aries Linne (famili Bovidae). Lanolin mengandung % air dan disebut bulu lemak hidrous. Lanolin berwarna putih kekuningan, seperti salep yang mempunyai bau khas. Ketika dipanaskan dengan uap, lanolin terpisah menjadi dua lapis. Jika pemanasan dilanjutkan dengan pengadukan akan terbentuk lapisan lagi di bawahnya. Kandungan yang paling penting adalah kolesterol dan isokolesterol. Lanolin juga mengandung ester dari lanopalmitat, lanoserat, karnaubik, oleat, miristik, dan asam lemak lainnya. Lanolin digunakan sebagai basis salep penyerap air, penyembuhan lokal, komposisi krim kulit dan kosmetik (Tyler, 1988). Kolesterol yang terkandung merupakan salah satu komponen dalam stratum corneum. Lanolin memiliki mekanisme kerja pelembab oklusif dan emolien. Urea adalah salah satu komponen dari faktor pelembab alami dalam sel keratinosit yang memiliki peran penting dalam menjaga kelembaban kulit. Urea memiliki sifat humektan dan mendorong proses desquamation dengan mengaktifkan enzim pengurai desmosom. Peningkatan konsentrasi urea akan meningkatkan daya ikat air di stratum corneum (Draelos, 2000). 1.5 Krim Krim adalah bentuk sediaan semisolida yang viskos dan pada umumnya merupakan emulsi minyak dalam air dan air dalam minyak. Emulsi adalah sistem termodinamika yang tidak

11 11 stabil terdiri paling sedikit dua fasa cairan yang tak bercampur di mana fasa satu terdispersi sebagai globul (fasa terdispersi) dan fasa yang lainnya sebagai fasa cair (fasa kontinyu), distabilisasi dengan adanya agen pengemulsi. Pada sistem emulsi pada umumnya ukuran globul yang terbentuk antara ,000 nanometer (Martin, 1993). Krim digunakan untuk mengobati kulit untuk tujuan preparatif atau profilaksis di mana efek oklusif yang tinggi tidak diperlukan. Krim emulsi pada umumnya memiliki sistem non-newtonian dan sifat rheologi pseudoplastis dan memberikan yield value yang rendah. Karakteristik aliran dan viskositas dapat berubah-ubah tergantung pada tingkat kehomogenan dan tekanan yang diberikan selama proses (Martin, 1993). Dalam formulasi krim diperlukan bahan-bahan sebagai fasa minyak, bahan-bahan yang digunakan sebagai fasa air dan agen pengemulsi. Selain itu, penggunaan air dapat menjadi sumber nutrisi bagi mikroba maka diperlukan pengawet dan juga peningkat konsistensi bila viskositas dirasakan tidak mencukupi. Bila digunakan minyak yang berasal dari bahan alam, sebaiknya digunakan antioksidan dikarenakan minyak dari bahan alam dapat mengalami oksidasi. Terdapat empat tipe basis krim bila digolongkan menurut sifat fisikokimia : a. Basis lemak Basis ini pada umumnya merupakan basis anhidrat dan mengandung minyak tidak larut air seperti minyak tumbuhan, lemak hewan, malam, hidrokarbon, silikon, atau ester sintetik tertentu. Basis ini tidak diabsorpsi, hanya menimbulkan efek oklusif pada permukaan tubuh. Basis ini banyak digunakan sebagai emolien dan pembawa inert. Kekurangan dari basis ini adalah tidak mudah dibersihkan karena bersifat berlawanan dengan air yang hidrofilik. Waktu kontak antara basis dengan kulit lebih lama karena kekakuannya (Lund, 1994). b. Basis absorpsi Basis yang mengandung pembawa yang bersifat anhidrat, menyerap air dari udara dan basis lemak hidrofobik dalam emulsi air dalam minyak. Basis yang umum digunakan lanolin anhidrat, wol alkohol, malam lebah, dan kolesterol. Basis ini relatif mudah untuk disebarkan dan kurang oklusif bila dibandingkan dengan basis lemak (Lund, 1994).

12 12 c. Basis emulsi Basis emulsi adalah basis di mana digunakan sistem emulsi. Adanya dua fasa tak bercampur dan zat penstabil (emulgator). Jenis basis dua jenis yaitu air dalam minyak dan minyak dalam air. Bila tipe air dalam minyak, maka bersifat lipofil sedangkan tipe minyak dalam air maka akan bersifat hidrofil sehingga lebih mudah dicuci. Selain itu, basis sistem ini lebih mudah untuk disebarkan dan diterima secara luas oleh masyarakat. Jenis basis ini banyak digunakan oleh produk kosmetik dan telah dipakai dalam jangka waktu yang cukup lama (Lund, 1994). d. Basis larut air Basis yang menggunakan bahan-bahan yang hidrofil seperti makrogol, polietilenglikol, dan lain sebagainya. Konsistensi dari basis tergantung dari komposisi dari padat dan cair dalam formula. Keuntungan basis ini adalah larut dalam air, sangat mudah dibersihkan, stabil, tidak berminyak, dan sesuai dengan banyak zat aktif. Kerugian basis ini perlu digunakan pengawet dan sangat mudah tercuci sehingga waktu kontak sangat cepat (Lund, 1994). Teknologi formulasi dan pembuatan krim dengan basis emulsi sama dengan pembuatan emulsi. Dalam formulasi krim digunakan agen peningkat konsistensi. Terdapat empat metode dalam prinsip pembuatan krim (Crowley, 2005), yaitu : a. Metode penambahan fasa internal ke fasa eksternal b. Metode penambahan fasa eksternal ke fasa internal, teknik musilago kering c. Metode pencampuran kedua fasa setelah pemanasan d. Metode alternatif dengan penambahan kedua fasa pada emulgator Evaluasi sediaan krim bertujuan untuk menjamin keefektifan dan keamanan sediaan yang akan digunakan dan sebagai arahan dalam pengembangan formulasi. Evaluasi sediaan krim meliputi stabilitas fisika, kimia dan mikrobiologi. a. Stabilitas fisika krim Stabilitas fisika krim meliputi pemeriksaan organoleptik, penentuan jenis emulsi, penentuan viskositas, penentuan ukuran globul, dan penentuan ketidakstabilan emulsi. Secara umum, terdapat dua pengujian dalam menentukan ketidakstabilan emulsi yaitu uji freeze-thaw dan uji menggunakan sentrifugasi. Uji freeze-thaw merupakan pengujian yang melibatkan pengaruh dua suhu terhadap sistem emulsi sedangkan uji

13 13 menggunakan sentrifugasi memberikan tekanan atau gaya yang cukup tinggi terhadap sistem emulsi. Stabilitas krim juga dapat diamati dengan penyimpanan pada suhu tertentu (Idson, 1989). Pemeriksaan organoleptik adalah jenis evaluasi yang mengamati penampilan luar dari suatu sediaan. Pengamatan dilakukan terhadap perubahan warna dan bau yang tercium ketika tutup sediaan dibuka. Pengamatan kehomogenan dengan mengoleskan pada kaca. Penentuan jenis emulsi meliputi metode warna, metode pengenceran, dan metode konduktivitas. Metode warna menggunakan pewarna seperti sudan merah atau metilen biru di mana sudan merah larut dalam minyak dan metilen biru larut dalam air. Metode pengenceran dilakukan dengan mengencerkan fasa luar dengan minyak atau air. Penentuan jenis emulsi yang pasti dapat dilakukan melalui pengujian daya hantar. Dua kawat yang dihubungkan dengan suatu baterai lampu senter dicelupkan ke dalam emulsi minyak dalam air akan terjadi suatu ayunan pada miliamperemeter. Peristiwa tersebut terjadi karena air yang bersifat konduktor sebagai fasa luar memungkinkan terjadinya suatu aliran listrik. Pada emulsi air dalam minyak, fasa luar berfungsi sebagai isolator, sehingga suatu ayunan yang jelas pada amperemeter terhenti (Swarbrick, 2005). Penentuan viskositas atau kekentalan krim pada umumnya menggunakan viskosimeter Brookfield yang merupakan viskosimeter banyak titik yang dapat ditentukan pengukuran pada beberapa harga kecepatan geser sehingga diperoleh rheogram yang sempurna. Penentuan viskositas dilakukan untuk mengetahui viskositas sediaan yang dibuat dan digunakan sebagai salah satu parameter untuk mengamati terjadinya perubahan selama penyimpanan. Penentuan ukuran globul ditujukan untuk mengetahui kehomogenan sediaan yang dibuat. Penentuan dapat menggunakan mikroskop tetapi kurang akurat untuk dilakukan karena berbagai faktor dari luar yang mempengaruhi. Penentuan ukuran globul dapat digunakan Coulter Counting dan Coulter Centrifugal Photosedimentometer untuk memperoleh data yang lebih akurat. Selain itu, penetapan daya hantar listrik dari suatu sistem emulsi dapat dilakukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi (Martin,

14 ). Digunakan dua elektroda platina, yang dihubungkan dengan suatu alat ukur daya hantar dicelupkan dalam emulsi. Pengamatan waktu sampai muncul suatu perubahan nilai hantaran (Swarbrick, 2005). Pengujian menggunakan sentrifugasi dengan cara krim diputar dengan kecepatan tertentu selama waktu tertentu kemudian diamati ketidakstabilan yang mungkin terjadi. Sentrifugasi krim dengan kecepatan 3750 rpm selama 5 jam menunjukkan kestabilan selama satu tahun atau menggunakan ultrasentrifugasi (Idson, 1989). b. Stabilitas kimia krim Stabilitas kimia krim meliputi penentuan ph. Penentuan ph dapat dilakukan menggunakan ph meter untuk mengukur ph krim jenis minyak dalam air. c. Stabilitas mikrobiologi Pengujian stabilitas mikrobiologi meliputi uji efektivitas pengawet antimikroba. Mikroba yang digunakan untuk pengujian antara lain Candida albicans, Aspergillus niger, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Media yang dapat digunakan adalah Soybean-Casein Digest Agar. Masing-masing mikroba dibuat inokula terlebih dahulu kemudian dicampurkan dengan sediaan dan diinkubasi pada suhu tertentu selama beberapa hari kemudian diamati terjadinya pertumbuhan mikroba (Ditjen POM, 1995). Sebaiknya krim yang telah dibuat terutama untuk sediaan kosmetika dilakukan pengujian keamanan melalui uji iritasi. Pengujian iritasi dapat dilakukan pada hewan percobaan dan manusia. Metode pengujian yang umum untuk dilakukan adalah pengujian Draize pada punggung dan konjungtiva kelinci. Pengujian terhadap kelinci dapat dijadikan dasar untuk lebih memperhatikan cara pengujian terhadap manusia bila hasil pada pengujian kelinci menunjukkan hasil positif.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal formulasi, dilakukan orientasi untuk mendapatkan formula krim yang baik. Orientasi diawali dengan mencari emulgator yang sesuai untuk membentuk krim air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji tumbuhan canola, yaitu tumbuhan asli Kanada Barat dengan bunga berwarna kuning. Popularitas dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Evaluasi Sediaan a. Hasil pengamatan organoleptis Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan krim berwarna putih dan berbau khas, gel tidak berwarna atau transparan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. xerosis yang akan menyebabkan berkurangnya elastisitas kulit sehingga lapisan

BAB I PENDAHULUAN. xerosis yang akan menyebabkan berkurangnya elastisitas kulit sehingga lapisan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumit pecah adalah suatu keadaan klinis yang di tandai dengan terdapatnya fisura pada tumit. Fisura yang terjadi pada tumit pecah akibat dari kulit kering atau xerosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang menutupi permukaan tubuh. Fungsi kulit secara keseluruhan adalah antara lain kemampuannya sebagai penghadang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada

Lebih terperinci

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets I. Formula Asli R/ Krim Kosmetik II. Rancangan Formula Nama Produk : Jumlah Produk : 2 @ 40 g Tanggal Pembuatan : 16 Januari 2013 No. Reg : No. Bets : Komposisi : Tiap 40 g mengandung VCO 15% TEA 2% Asam

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi jernih yang terbentuk dari fasa lipofilik, surfaktan, kosurfaktan dan air. Dispersi mikroemulsi ke dalam air bersuhu rendah akan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Ekstraksi simplisia segar buah duku dilakukan dengan cara dingin yaitu maserasi karena belum ada data tentang kestabilan komponen ekstrak buah duku terhadap panas.

Lebih terperinci

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis KULIT MANUSIA FUNGSI KULIT Membantu mengontrol temperatur tubuh Melindungi tubuh dari kuman Melindungi struktur dan organ vital dari perlukaan Terlibat dalam proses pembuangan sampah sisa metabolisme tubuh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2 1. Berikut ini merupakan kandungan keringat, kecuali?? SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2 Air NaCl Urea Glukosa Kulit merupakan salah satu alat ekskresi. Kulit mengeluarkan

Lebih terperinci

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA @Dhadhang_WK Laboratorium Farmasetika Unsoed 1 Pendahuluan Sediaan farmasi semisolid merupakan produk topikal yang dimaksudkan untuk diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Dilakukan identifikasi dan karakterisasi minyak kelapa murni menggunakan GC-MS oleh LIPI yang mengacu kepada syarat mutu minyak kelapa SNI 01-2902-1992. Tabel 4.1.

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan. BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Air suling, cangkang telur ayam broiler, minyak VCO, lanolin, cera flava, vitamin E asetat, natrium lauril sulfat, seto stearil alkohol, trietanolamin (TEA), asam stearat, propilenglikol,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Staphylococcus aureus merupakan salah satu mikroorganisme yang hidup di kulit (Jawetz et al., 1991). Kulit merupakan organ tubuh manusia yang sangat rentan terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit, atau cutis dalam bahasa Latin, merupakan organ yang terletak paling luar sehingga membungkus seluruh tubuh manusia. Luas permukaan kulit pada orang dewasa sekitar

Lebih terperinci

Proses Menua Intrinsik Proses Menua Ekstrinsik

Proses Menua Intrinsik Proses Menua Ekstrinsik Perbedaan gel dan emulgel? Emulgel merupakan terdiri dari 2 fase yang dimana gabungan antara fase emulsi dan fase gel.sedangkan gel merupakan terdiri dari satu fase saja yaitu terdiri dari basis gel dan

Lebih terperinci

Studi Biofarmasetik Sediaan melalui Kulit

Studi Biofarmasetik Sediaan melalui Kulit Studi Biofarmasetik Sediaan melalui Kulit Dewa Ayu Swastini ANATOMI FISIOLOGI KULIT FUNGSI KULIT : Pembatas terhadap serangan fisika kimia Termostat suhu tubuh Pelindung dari serangan mikroorganisme dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Meksiko Selatan, Amerika Tengah, dan benua Amerika yang beriklim tropis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Meksiko Selatan, Amerika Tengah, dan benua Amerika yang beriklim tropis. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Buah Jambu Biji Tanaman jambu biji bukan merupakan tanaman asli indonesia. Dari berbagai sumber pustaka menyebutkan bahwa tanaman jambu biji diduga berasal dari Meksiko

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah Allium shoenoprasum L. yang telah dinyatakan berdasarkan hasil determinasi di Herbarium Bandungense Sekolah Ilmu dan

Lebih terperinci

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit FISIOLOGI KULIT Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh, serta bersambung dengan selaput lendir yang melapisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tubuh manusia terbentuk atas banyak jaringan dan organ, salah satunya adalah kulit. Kulit adalah organ yang berfungsi sebagai barrier protektif yang dapat mencegah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Metode Baumann Metode Baumann adalah sebuah metode untuk menentukan tipe wajah berdasarkan kadar kandungan minyak pada wajah. Beberapa studi telah menunjukkan jika banyak pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil daripada jaringan kulit lainnya. Dengan demikian, sifat barrier stratum korneum

BAB I PENDAHULUAN. kecil daripada jaringan kulit lainnya. Dengan demikian, sifat barrier stratum korneum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara anatomi, kulit terdiri dari banyak lapisan jaringan, tetapi pada umumnya kulit dibagi menjadi tiga lapis jaringan yaitu epidermis, dermis dan lapis lemak di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lobak mulai dikenal bangsa China sekitar tahun 500 SM. Lobak sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lobak mulai dikenal bangsa China sekitar tahun 500 SM. Lobak sering BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Lobak Lobak mulai dikenal bangsa China sekitar tahun 500 SM. Lobak sering disebut dengan lobak cina/lobak oriental. Tanaman lobak memiliki akar tunggang dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetik merupakan sediaan yang digunakan di luar badan guna membersihkan, menambah daya tarik, dan memperbaiki bau badan tetapi tidak untuk mengobati penyakit (Tranggono

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan kosmetika dekoratif digunakan sehari-hari untuk mempercantik diri. Salah satu contoh kosmetika dekoratif yang sering digunakan adalah lipstik. Lipstik merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C 29 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan terhadap bahan baku vitamin C meliputi pemerian, kelarutan, identifikasi dan penetapan kadar. Uji kelarutan dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Satu Penentuan Formula Pembuatan Sabun Transparan Penelitian tahap satu merupakan tahap pemilihan formula pembuatan sabun trasnparan. Hasil penelitian tahap satu ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara tropis memungkinkan berbagai tanaman buah tropis dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Hal ini menyebabkan buah tropis banyak dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah melindungi tubuh dari lingkungan misalnya radiasi sinar ultraviolet, bahan

BAB I PENDAHULUAN. adalah melindungi tubuh dari lingkungan misalnya radiasi sinar ultraviolet, bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kulit, atau cutis dalam bahasa Latin, merupakan organ yang terletak paling luar sehingga membungkus seluruh tubuh manusia. Salah satu fungsi utama kulit adalah melindungi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Buah Anggur Buah merupakan salah satu jenis makanan yang banyak mengandung vitamin serta mineral yang sangat dibutuhkan oleh manusia, buah anggur merah merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS 2.1 Tumit 2.1.1 Anatomi Tumit Tumit merupakan bangunan yang berada pada bagian posterior telapak kaki, yang terbentuk oleh proyeksi

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.1 Karakteristik Minyak Atsiri Wangi Hasil penelitian menunjukkan minyak sereh wangi yang didapat desa Ciptasari Pamulihan, Kabupaten Sumedang dengan pengujian meliputi bentuk,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kulit kering merupakan salah satu masalah kulit yang sering dijumpai, dimana kulit kering akan terlihat kusam, permukaan bersisik, kasar dan daerah putih kering merata

Lebih terperinci

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru O R G A N P E N Y U S U N S I S T E M E K S K R E S I K U L I T G I N J A L H A T I P A R U - P A R U kulit K ULIT K U L I T A D A L A H O R G A

Lebih terperinci

Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut:

Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut: Histologi kulit Kulit merupakan organ tubuh paling luar dan membatasi bagian dalam tubuh dari lingkungan luar. Luas kulit pada orang dewasa sekitar 1.5 m 2 dan beratnya sekitar 15% dari berat badan secara

Lebih terperinci

KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU

KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU Oleh Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Makalah ini Disusun Oleh Sri Hastuti (10604227400) Siti Khotijah

Lebih terperinci

Luka dan Proses Penyembuhannya

Luka dan Proses Penyembuhannya Luka dan Proses Penyembuhannya Anatomi Kulit Epidermis Dermis Subkutan 1 Epidermis Merupakan lapisan kulit terluar, tidak terdapat serabut saraf maupun pembuluh darah Berupa sel-sel berlapis gepeng yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses normal seiring dengan pertambahan usia, kulit akan mulai mengendur dan berkerut. Hal ini disebabkan fungsi fisiologis dari organ terutama kulit mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk daerah beriklim tropis yang merupakan tempat endemik penyebaran nyamuk. Dari penelitiannya Islamiyah et al., (2013) mengatakan bahwa penyebaran nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Radiasi sinar matahari yang mengenai permukaan bumi merupakan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Radiasi sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan membuat sediaan lipstik dengan perbandingan basis lemak cokelat dan minyak jarak yaitu 60:40 dan 70:30

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kosmetik Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minyak canola telah dipopulerkan beberapa ribu tahun yang lalu, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minyak canola telah dipopulerkan beberapa ribu tahun yang lalu, dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Canola Minyak canola telah dipopulerkan beberapa ribu tahun yang lalu, dan semakin meningkat penggunaan serta pengolahannya pada tahun 1960 (Rieger, dkk., 2002).Canola

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Madu

Proses Pembuatan Madu MADU PBA_MNH Madu cairan alami, umumnya berasa manis, dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar); atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar); atau ekskresi serangga cairan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Pengeringan yang dilakukan dua kali dalam penelitian ini bertujuan agar pengeringan pati berlangsung secara merata. Setelah dikeringkan dan dihaluskan

Lebih terperinci

PENGERTIAN KOSMETIKA. PENGERTIAN : Sediaan/paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan

PENGERTIAN KOSMETIKA. PENGERTIAN : Sediaan/paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan I.TEORI PENGERTIAN KOSMETIKA PENGERTIAN : Sediaan/paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir &organ kelamin luar), gigi dan rongga mulut untuk : membersihkan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenis yang dikenal saat ini. Strawberry yang dibudidayakan sekarang ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenis yang dikenal saat ini. Strawberry yang dibudidayakan sekarang ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Buah Strawberry Tanaman strawberry telah dikenal sejak zaman Romawi, tetapi bukan jenis yang dikenal saat ini. Strawberry yang dibudidayakan sekarang ini disebut strawberry

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai masa kehidupan pertama ekstrauterin sampai dengan usia 28

BAB 1 PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai masa kehidupan pertama ekstrauterin sampai dengan usia 28 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Neonatus bearti baru saja dilahirkan. Dalam dunia kedokteran, neonatus didefenisikan sebagai masa kehidupan pertama ekstrauterin sampai dengan usia 28 hari atau 4 minggu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan berdasarkan variasi konsentrasi bahan peningkat viskositas memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh kita yang melindungi bagian dalam tubuh dari gangguan fisik maupun mekanik, gangguan panas atau dingin, dan gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Staphylococcus aureus adalah salah satu bakteri penyebab infeksi piogenik pada kulit. Infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus antara lain bisul, jerawat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran gas, perlindungan terhadap patogen, dan memiliki fungsi barrier untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran gas, perlindungan terhadap patogen, dan memiliki fungsi barrier untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cerminan kesehatan. Kulit terletak paling luar dan membatasi dengan lingkungan hidup manusia. 1 Kulit

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen). Daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen) sebelum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dengan paparan sinar matahari yang berlebih sehingga berisiko tinggi terhadap berbagai kerusakan kulit (Misnadiarly, 2006). Salah

Lebih terperinci

SHERLY JULIANI FORMULASI DAN UJI EFEK KRIM PELEMBAB UNTUK MENGATASI XEROSIS PADA TUMIT KAKI PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

SHERLY JULIANI FORMULASI DAN UJI EFEK KRIM PELEMBAB UNTUK MENGATASI XEROSIS PADA TUMIT KAKI PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI SHERLY JULIANI FORMULASI DAN UJI EFEK KRIM PELEMBAB UNTUK MENGATASI XEROSIS PADA TUMIT KAKI PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2007 Pada kutipan atau saduran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radiasi sinar UV yang terlalu lama pada kulit dapat menyebabkan timbulnya penyakit kulit seperti kanker kulit dan reaksi alergi pada cahaya/fotoalergi (Ebrahimzadeh

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta)

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta) BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Propolis Gold (Science&Nature ), minyak lavender (diperoleh dari PT. Martina Berto), aquadest, Crillet 4 (Trimax), Crill 4 (diperoleh dari PT. Pusaka Tradisi Ibu), setostearil

Lebih terperinci

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan

Lebih terperinci

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa A. Pengertian Sabun Sabun adalah garam alkali dari asam-asam lemak telah dikenal secara umum oleh masyarakat karena merupakan keperluan penting di dalam rumah tangga sebagai alat pembersih dan pencuci.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I. Definisi

PEMBAHASAN. I. Definisi PEMBAHASAN I. Definisi Gel menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), merupakan sistem semi padat, terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,

Lebih terperinci

Iklim tropis di Indonesia menjadikan negara kita ini memperoleh sinar. matahari sepanjang tahun. Pengaruh menguntungkan dari sinar matahari adalah

Iklim tropis di Indonesia menjadikan negara kita ini memperoleh sinar. matahari sepanjang tahun. Pengaruh menguntungkan dari sinar matahari adalah BABI PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Iklim tropis di Indonesia menjadikan negara kita ini memperoleh sinar matahari sepanjang tahun. Pengaruh menguntungkan dari sinar matahari adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada lima spesies labu yang umum dikenal, yaitu Cucurbita maxima,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada lima spesies labu yang umum dikenal, yaitu Cucurbita maxima, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Buah Labu Kuning Ada lima spesies labu yang umum dikenal, yaitu Cucurbita maxima, Cucurbita ficifolia, Cucurbita mixta, Cucurbita moschata, dan Cucurbita pipo L (Anonim,

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR FINAL PROJECT TK Dosen Pembimbing : Ir. Sri Murwanti, M.T. NIP

PRESENTASI TUGAS AKHIR FINAL PROJECT TK Dosen Pembimbing : Ir. Sri Murwanti, M.T. NIP PRESENTASI TUGAS AKHIR FINAL PROJECT TK 090324 Dosen Pembimbing : Ir. Sri Murwanti, M.T. NIP. 19530226 198502 2 001 INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011 I.1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bagian yang bersentuhan langsung dengan lingkungan, Fungsi utama kulit adalah

TINJAUAN PUSTAKA. bagian yang bersentuhan langsung dengan lingkungan, Fungsi utama kulit adalah TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit merupakan lapisan terluar dari tubuh manusia sehingga menjadi bagian yang bersentuhan langsung dengan lingkungan, Fungsi utama kulit adalah sebagai pelindung. Fungsi perlindungan

Lebih terperinci

Biofarmasetika sediaan perkutan

Biofarmasetika sediaan perkutan Biofarmasetika sediaan perkutan Pendahuluan Konsep pemakaian sediaan obat pada kulit telah lama diyakini dapat dilakukan zaman mesir kuno, papyrusyang telah mencantumkan berbagai sediaan obat untuk pemakaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang merupakan permukaan luar organisme dan membatasi lingkungan dalam tubuh dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang merupakan permukaan luar organisme dan membatasi lingkungan dalam tubuh dengan v vi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang merupakan permukaan luar organisme dan membatasi lingkungan dalam tubuh dengan lingkungan luar. Kulit berfungsi untuk melindungi

Lebih terperinci

Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes

Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes Obat Luka Diabetes Untuk Komplikasi Diabetes Pada Kulit Diabetes dapat mempengaruhi setiap bagian tubuh Anda, termasuk juga kulit. Sebenarnya, permasalahan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Hasil determinasi Citrus aurantifolia (Christm. & Panzer) swingle fructus menunjukan bahwa buah tersebut merupakan jeruk nipis bangsa Rutales, suku Rutaceae, marga Citrus,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wajah yang dapat dibantu dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan

I. PENDAHULUAN. wajah yang dapat dibantu dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penampilan kulit adalah indikator utama dari usia. Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap pengaruh luar, baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia.

Lebih terperinci

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 LEMAK DAN MINYAK Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal sedangkan karbohidrat dan protein

Lebih terperinci

1. Formula sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak

1. Formula sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak Contoh si Sediaan Salep 1. sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak Vaselin Putih 82,75% Ekstrak Hidroglikolik Centellae Herba 15 % Montanox 80 2 % Mentol 0,05 % Nipagin 0,15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan bahan minuman yang terkenal tidak hanya di Indonesia, tetapi juga terkenal di seluruh dunia. Hal ini karena seduhan kopi memiliki aroma yang khas yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Penelitian ini diawali dengan pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan bahan baku yang akan digunakan dalam formulasi mikroemulsi ini dimaksudkan untuk standardisasi agar diperoleh

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi yang stabil secara termodinamika dengan ukuran globul pada rentang 10 nm 200 nm (Prince, 1977). Mikroemulsi dapat dibedakan dari emulsi biasa

Lebih terperinci

PAPER BIOKIMIA PANGAN

PAPER BIOKIMIA PANGAN PAPER BIOKIMIA PANGAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia terkait erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari urusan sandang dan pangan, bahan bakar, obat-obatan sampai bahan konstruksi

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium SBRC LPPM IPB dan Laboratorium Departemen Teknologi Industri Pertanian FATETA IPB mulai bulan September 2010

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012).

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit kering merupakan salah satu masalah kulit yang umum dijumpai pada masyarakat khususnya bagi yang tinggal di iklim tropis seperti Indonesia, namun banyak dari masyarakat

Lebih terperinci

Karakteristik mutu daging

Karakteristik mutu daging Karakteristik mutu daging Oleh: Elvira Syamsir (Tulisan asli dalam Kulinologi Indonesia edisi Maret 2011) Mutu merupakan gabungan atribut produk yang dinilai secara organoleptik dan digunakan konsumen

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING (Laporan Penelitian) Oleh PUTRI CYNTIA DEWI JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PETANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina. Menurut laporan, kedelai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina. Menurut laporan, kedelai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Kacang Kedelai Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina. Menurut laporan, kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengumpulan Getah Jarak Pengumpulan getah jarak (Jatropha curcas) berada di Bandarjaya, Lampung Tengah yang berusia 6 tahun. Pohon jarak biasanya dapat disadap sesudah berumur

Lebih terperinci

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK Faridha Yenny Nonci, Nurshalati Tahar, Qoriatul Aini 1 1 Jurusan Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

Masalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra.

Masalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra. Masalah Kulit Umum pada Bayi Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra. Brosur ini memberikan informasi mendasar tentang permasalahan kulit yang lazimnya dijumpai pada usia dini sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

KELOMPOK 4 : SEDIAAN GEL

KELOMPOK 4 : SEDIAAN GEL KELOMPOK 4 : SEDIAAN GEL Nevirka Miararani ( M0614039 ) Nia Novita Sari( M0614040 ) Nugraha Mas ud ( M0614041 ) Nur Diniyah ( M0614042 ) Pratiwi Noor ( M0614043 ) Raissa Kurnia ( M0614044 ) Raka Sukmabayu

Lebih terperinci

Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri

Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri Kompetensi Dasar : Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri Indikator : 1. Menyebutkan organ-organ penyusun sistem ekskresi pada manusia.

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK (Laporan Penelitian) Oleh RIFKY AFRIANANDA JURUSAN TEKNOLOGI HASIL

Lebih terperinci

SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS)

SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Salep, krim, gel dan pasta merupakan sediaan semipadat yang pada umumnya digunakan pada kulit.

Lebih terperinci

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) sering disebut tanaman kehidupan karena bermanfaat bagi kehidupan manusia diseluruh dunia. Hampir semua bagian tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk berupa spiral pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk berupa spiral pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Pepaya 2.1.1 Pepaya (Carica papaya L.) Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit, tumbuh hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk

Lebih terperinci

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003).

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau

Lebih terperinci

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pendahuluan Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pelarut lain yang digunakan adalah etanol dan minyak. Selain digunakan secara oral, larutan juga

Lebih terperinci