NASKAH PUBLIKASI FEAR OF SUCCESS DAN FEAR OF FAILURE DITINJAU DARI GENDER DAN NEED FOR ACHIEVEMENT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NASKAH PUBLIKASI FEAR OF SUCCESS DAN FEAR OF FAILURE DITINJAU DARI GENDER DAN NEED FOR ACHIEVEMENT"

Transkripsi

1 NASKAH PUBLIKASI FEAR OF SUCCESS DAN FEAR OF FAILURE DITINJAU DARI GENDER DAN NEED FOR ACHIEVEMENT Oleh: DIAN FITRIA KS BAGUS RIYONO UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI YOGYAKARTA 2006

2 FEAR OF SUCCESS DAN FEAR OF FAILURE DITINJAU DARI GENDER DAN NEED FOR ACHIEVEMENT Dian Fitria Ks Bagus Riyono Intisari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fear of success dan fear of failure dilihat dari perbedaan gender dan need for achievement. Hipotesis yang diajukan antara lain ada perbedaan fear of success dan fear of failure pada pria dan wanita, serta ada korelasi antara need for achievement dengan fear of success dan fear of failure. Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan PT BRI Wonosobo, baik yang bekerja di kantor cabang ataupun di unit-unit yang tersebar di wilayah Wonosobo. Jumlah subjek yang ikut serta dalam penelitian adalah 53 orang. Adapun skala yang digunakan adalah Skala Fear of Success yang disusun berdasarkan gambaran-gambaran takut sukses dari Horner (Paludi, 1992), Skala Fear of Failure yang disusun berdasarkan teori dari beberapa ahli dan Skala Need for achievement yang mengacu pada The Work and Family Orientation Questionaire dari Spence & Helmreich (Paludi, 1992). Analisis data dengan menggunakan bantuan Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 11.5 for windows. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya perbedaan fear of success maupun fear of failure pada pria dan wanita. Dan ada korelasi negatif yang signifikan antara need for achievement dengan fear of success dan fear of failure. Kata Kunci: Fear of Success, Fear of Failure dan Need for achievement

3 Pengantar Manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang bervariatif dan kompleks. Karenanya, mereka berupaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan melakukan berbagai macam aktivitas, salah satunya adalah dengan bekerja. Psikiater J.A.C. Brown, dalam bukunya yang berjudul The Social Psichology Of Industry menyatakan bahwa kerja merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia, sebab aspek kehidupan yang memberikan status kepada masyarakat (Anoraga, 2005). Dengan status inilah masyarakat kemudian memberikan penilaian kepada manusia tersebut. Untuk mendapatkan penilaian positif, manusia berusaha mencapai tujuan-tujuannya dalam bekerja. Dalam seting organisasi, tujuan tersebut bisa berupa gaji maupun kesempatan untuk mengaktualisasikan diri dengan mencapai status yang terpandang. Status identik dengan karir, dimana seorang individu tidak hanya sekedar bekerja namun memiliki kedudukan yang berarti di tempat kerjanya, berprestasi, mampu menunjukkan kemampuan yang dimiliki semaksimal mungkin dan berani menerima tantangan dalam pekerjaannya. Namun untuk mendapatkan karir yang maksimal tidaklah mudah. Munculnya kendala baik dari dalam diri individu itu sendiri maupun dari lingkungan luarnya terkadang menghambat pencapaian karirnya, sehingga tidak sedikit dari mereka yang justru menghindari karir atau prestasinya tersebut. Tak jarang seorang individu harus merasakan kecemasan-kecemasan akan penolakan dari lingkungan sosial ketika usaha mencapai prestasi mengalami

4 kegagalan, atau justru saat ia berhasil mencapai prestasi tinggi. Menurut Birney (Fried-Buchalter, 1997), masyarakat masih sering menolak individu yang gagal, meskipun ia telah berusaha keras. Oleh karena itu, agar bisa diterima dalam masyarakat, meraka yang mengalami ketakutan akan konsekuensi gagal ini terpaksa menentukan tujuan mereka jauh di bawah potensinya, sehingga kegagalan bisa dihindari. Ketakutan akan kegagalan ini disebut sebagai fear of Failure. Begitu juga dengan individu yang telah mencapai karir tinggi. Keberhasilan tidak sepenuhnya mendatangkan kebahagiaan. Adanya penolakan sosial, perasaan ragu-ragu dan perasaan bersalah karena merasa dirinya tidak normal / berbeda dengan orang lain, serta takut akan dikucilkan atau kesepian merupakan akibat negatif dari keberhasilan yang diperolehnya (Horner dalam Dowling, 1992). Menurut Horney (Fried-Buchalter, 1997) penolakan karena keberhasilan ini muncul dalam lingkungan yang bersifat kompetitif. Keberhasilan sering kali memunculkan kecemburuan, kekecewaan dan kebencian dari pihak lain, terutama pihak yang mengalami kekalahan atau yang tidak mengharapkan individu tersebut berhasil, sehingga ia memilih untuk berprestasi biasa-biasa saja namun tetap diterima lingkungan sosialnya. Ketakutan semacam ini disebut dengan fear of success. Dalam penelitiannya, Horner (Dowling, 1992) menemukan bahwa ada perbedaan yang sangat besar antara respon pria dan wanita dalam menghadapi kemungkinan sukses. Para pria menunjukkan kegairahan terhadap kemungkinan mengembangkan karir yang cemerlang. Namun sebaliknya bagi wanita, takut

5 kehilangan kelayakan sebagai teman kencan atau pasangan hidup dan dianggap tidak feminin menjadi alasan kuat munculnya fear of success. Beban moril dan tanggung jawab dalam menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga dan wanita bekerja, menyebabkan wanita lebih cenderung mengalami fear of success dan fear of failure ketimbang pria. Banyak karyawan wanita yang menunjukkan kecemasan dan perasaan bersalah terhadap perannya sebagai ibu rumah tangga. Birnbaum (Arinta & Azwar, 1993) melaporkan bahwa satu dari enam wanita profesional mengalami konflik dalam mengkombinasi karir dan rumah tangga. Walaupun mereka lebih merasa bahagia dalam pekerjaan kantor daripada sebagai ibu rumah tangga, tetapi pada saat yang sama merasakan bersalah karena merasa tidak adekuat dalam peran rumah tangga (Klinger dalam Arinta & Azwar). Menurut Mc Clellend (As ad, 1999) timbulnya perilaku untuk mengejar suatu keberhasilan / prestasi tidak terlepas dari kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam diri manusia. Salah satunya adalah kebutuhan berprestasi (need for achievement), yakni suatu kebutuhan untuk mencapai sukses yang diukur berdasarkan standar kesempurnaan dalam diri seseorang. Kebutuhan ini berhubungan erat dengan pekerjaan dan mengarahkan tingkah laku pada usaha untuk mencapai prestasi tertentu. Parker dan Khusmir (Gibson dkk, 1995) berpendapat bahwa individu yang memfokuskan pada pencapaian sukses berbeda dengan individu yang fokusnya menghindari kegagalan. Individu yang mempunyai kebutuhan akan prestasi

6 rendah cenderung takut gagal dan kurang mau menanggung resiko dalam mencapai prestasi tinggi (Elida dalam Resnani, 2004). Menurut Murray (Hall & Lindzey, 1993), kebutuhan mengarahkan organisme untuk mencari atau menghindari, mengarahkan perhatian dan memberi respon terhadap jenis-jenis tekanan tertentu. Individu dengan kebutuhan perstasi yang tinggi akan berusaha menyelesaikan sesuatu yang sulit, mengatasi rintanganrentangan, mencapai standar yang tinggi, menyaingi dan mengungguli orang lain serta meningkatkan harga diri dengan menyalurkan bakat secara berhasil. Jadi, tinggi rendahnya kebutuhan akan prestasi seseorang akan mengarahkan perilakunya dalam mengejar prestasinya, termasuk bagaimana ia memberikan respon terhadap tekanan atau konflik alam pencapaian prestasinya. Hal inilah yang selanjutnya ingin peneliti coba ketahui. Peneliti mencoba lebih menggali mengenai ada tidaknya hubungan antara ketakutan akan sukses dan takut gagal ditinjau dari gender dan kebutuhan prestasi. Hipotesis Penelitian 1 Ada perbedaan fear of success dan fear of failure pada pria dan wanita 2 Ada korelasi antara kebutuhan berprestasi (need for achievement) dengan fear of success dan fear of failure.

7 Metode Penelitian Identifikasi Variebel-veriabel penelitian Variabel Bebas : Gender dan Need to Achieve Variabel Tergantung : Fear of Success dan Fear of Failure 1. Gender dan Kebutuhan Berprestasi (Need for Achievement) a. Gender merupakan atribut, tingkah laku, karakteristik kepribdian dan harapan yang berhubungan dengan jenis kelamin seseorang dalam budaya yang berlaku. b. Need for achievement atau kebutuhan akan prestasi merupakan kebutuhan seorang individu untuk mencapai keberhasilan dengan membuat standar kesempurnaan / keunggulan yang tinggi bagi dirinya, yang dinilai dari kemampuannya dalam menghadapi dan menyelesaikan kesulitan, serta keinginan untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki. Need for achievement diukur dengan mengacu pada the Work and Family Orientation Questionnaire (WOFO) dari Spence & Helmreich, dan peneliti mengembangkannya dengan teori yang ada. Aspek-aspek yang diungkap yakni; (1) Work Orientation (orientasi kerja), keinginan untuk bekerja keras dan menyelesaikan dengan sebaik mungkin; (2) Mastery (penguasaan tugas), kecondongan memilih tugas-tugas yang sulit / mudah dan menetapkan standar bagi dirinya; dan (3) Competitiveness (menyukai persaingan), enjoy dalam situasi kompetitif dan keinginan untuk menyelesaikan tugas lebih baik daripada orang lain. (Paludi, 1992). Skor

8 yang tinggi menunjukkan bahwa subjek mempunyai keebutuhan prestasi yang tinggi. Begitu juga sebaliknya, skor yang rendah mengidikasikan rendahnya kebutuhan prestasi pada subjek. 2. Fear of Success dan Fear of Failure a. Fear of Success merupakan dilemma yang terjadi pada individu karena adanya konflik antara keinginan yang kuat untuk berprestasi yang berlawanan dengan harapan prestasi itu bagi lingkungan sosial dan orangorang terdekatnya, dimana dilemma yang ekstrim akan memunculkan ketakutan / kecemasan akan prestasinya, sehingga individu cenderung menghindari prestasi untuk mengatasinya. Alat ukur yang digunakan dalam mengungkap ada tidaknya fear of success disusun berdasarkan gambaran loss of femininity, social rejection dan disaproval dari Horner, yaitu (1) Konsekuensi negatif setelah sukses, (2) Perasaan negatif karena sukses, (3) Ekspresi diri yang menggambarkan adanya konflik karena sukses yang diperoleh dan (4) Perilaku menjauh atau menghindari kemungkinan sukses (Paludi, 1992). b. Fear of failure merupakan ketakutan atau kecemasan individu mengenai pandangan dan konsekuensi negatif akibat kegagalan dalam mengejar prestasi, sehingga ia cenderung menghindari situasi yang berhubungan dengan kemungkinan-kemungkinan tersebut. Aspek-aspek fear of failure antara lain: (1) Bayangan konsekuensi negatif akibat gagal, (2) Menurunkan standar keunggulan untuk menghindari resiko gagal, (3)

9 Menghindari feed-back dan tanggung jawab akan kegagalan, (4) Menghindari persaingan dan (5) Menghindari tugas. Semakin tinggi skor item favorable dan semakin rendah skor item unfavorable yang diperoleh subjek, mengindikasikan tingginya ketakutanketakutan tersebut. Semakin rendah skor item favorable dan makin tinggi skor item unfavorable, maka mengindikasikan bahwa subjek mempunyai fear of failure dan fear of success yang rendah. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah karyawan dan karyawati yang bekerja di PT BRI Wonosobo, baik yang bertempat di cabang maupun di unit-unit yang tersebar di wilayah Wonosobo. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode skala yang terdiri dari tiga skala, yaitu Skala Fear of Success, Skala Fear of Failure dan Skala Need for Achievement. Skala-skala tersebut disusun dengan menggunakan model skala likert dengan lima alternatif jawaban. Sebelum digunakan dalam penelitian, masing-masing skala diuji cobakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan reabilitasnya. Kedua analisis dilakukan dengan menggunakan fasilitas program komputer Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 11.5 for windows.

10 Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan adalah dengan menggunakan korelasi Product Moment dari Karl Pearson dan uji-t. Data penelitian selanjutnya dianalisis menggunakan fasilitas program komputer SPSS versi 11.5 for windows. Hasil Penelitian 1 Uji Normalitas Signifikansi variable-variabel penelitian dari hasil uji normalitas dengan tes Kolmogrorov-Smirnov menunjukkan arah normal, dengan probabilitas diatas 0,05 (p>0,05). Untuk sebaran skor variabel need for achievement, K-SZ menunjukkan angka 0,980 dengan p=0,292 untuk subskala Work Orientation, K- SZ=0,951 dan p=0,326 untuk subskala Mastery, K-SZ=0,770 dan p=0,594 untuk subskala Competitiveness. Sedangkan untuk variabel fear of success nilai K- SZ=1,154 dan p=0,139 dan variable fear of failure K-SZ=0,770 dengan P=0, Uji Hipotesis Setelah terpenuhinya uji asumsi, maka selanjutnya dilakukan analisis uji hipotesis. Analisis untuk mengetahui ada tidaknya hubungan, peneliti menggunakan teknik korelasi Spearman. Sedangkan untuk melihat perbedaan, peneliti menggunakan uji t. Hasil uji hipotesis terangkum dalam tabel-tabel berikut:

11 Tabel 1 Hasil Uji t antara Pria dan Wanita Mean Pria Fear of Success 9,2252 Fear of Failure 12,1238 Mean Wanita - 9,2614 t = -0,058 p = 0,954 12,4468 t = -0,499 p = 0,620 Tabel 2 Korelasi Antara Fear of Success, Fear of Failure dan Need for Achievement Variabel Fear of Success Fear of Failure Need for achievement Work Orientation Mastery Competitiveness * Signifikan (p<0,05) r = - 0,376* p = 0,007 r = - 0,613* p = 0,000 r = - 0,722* p = 0,000 r = - 0,076 p = 0,612 r = - 0,604* p = 0,000 r = - 0,531* p = 0,000 Pembahasan Hasil analisis penelitian ini adalah tidak ditemukan adanya perbedaaan fear of success dan fear of failure pada pria dan wanita, berarti hipotesis ditolak. Meskipun banyak orang memahami pendapat tradisional tentang perbedaan gender, namun kini mereka sering kali mengabaikan stereotip ini dan cenderung tidak menampilkan perbedaan gender (Swim dalam Baron & Byrne, 2003).

12 Diekman & Eagly (Baron & Byrne, 2003) menyatakan bahwa definisi tingkah laku yang pantas berubah sejalan dengan bergulirnya waktu, khususnya stereotip wanita akhir-akhir ini, terdapat perubahan yang besar dalam peran wanita dibandingkan pria. Perkembangan zaman, tuntutan hidup dan beban ekonomi yang makin tinggi, serta makin maraknya gerakan emansipasi wanita mengubah pandangan tradisional mengenai peran wanita disektor domestik. Kini masyarakat mulai menerima wanita yang bekerja dan berkarir. Selain itu, sikap toleransi / penerimaan dan pengertian dari sebagian kaum pria terhadap keberhasilan atau prestasi pasangan hidupnya juga mulai menunjukkan perubahan yang positif, bahkan mereka menginginkan atau mendorong pasangan hidupnya untuk berkarir. Menurut Sarlito ( setiap orang mempunyai dorongan untuk maju. Dorongan untuk maju itu tidak terhambat oleh fear of success, melainkan pada ada tidaknya dukungan sosial terhadap diri seseorang. Akibatnya, seseorang akan jauh dari fear of success kalau ia percaya diri. Kepercayaan diri timbul jika ia dipercaya oleh orang lain di sekitar dirinya, khususnya yang terdekat, seperti orang tua, suami / pasangan, kerabat atau teman dekat. Hasil penelitian ini tentunya sangat tidak relevan dengan teori fear of success dari Horner yang menyatakan bahwa fear of success merupakan hasil dari gender role stereotyping dan sangat melekat pada wanita. Hasil lain menyatakan bahwa fear of failure bebas gender. Hal ini mendukung hasil dari beberapa penelitian mengenai fear of failure yang juga tidak menunjukkan adanya perbedaan pada pria dan wanita (Fried-Buchalter,

13 1997). Fear of failure merupakan komponen dari motivasi berprestasi (Weiner, 1972; Cllemmer, 1975), di mana setiap orang baik pria maupun wanita mempunyai keinginan dan dorongan untuk berprestasi yang berbeda-beda, terlepas dari pengaruh gender. Jadi jelaslah bahwa fear of success dan fear of failure tidak dipengaruhi oleh gender yang didasarkan pada perbedaan biologis. Menurut Mackoff (Baron & Byrne, 2003), perbedaan terbesar antara perempuan dan laki-laki adalah dalam cara kita memperlakukan mereka. Sehingga fear of success dan fear of failure pada pria dan wanita di duga dalam konteks gender yang didasarkan pada sikap dan pandangan individu mengenai maskulinitas dan femininitas sebagai atribut dari kombinasi antara proses belajar dan biologis. Hasil dari uji hipotesis yang kedua yaitu bahwa secara umum ada korelasi negatif yang signifikan antara need for achievement dengan fear of success dan fear of failure. Berarti hipotesis yang diajukan diterima, yaitu bahwa semakin tinggi kebutuhan akan prestasi pada seorang individu, maka fear of success dan fear of failure-nya rendah. Begitu sebaliknya, individu dengan kebutuhan akan prestasi yang rendah mengindikasikan tingginya fear of success dan fear of failure. Seorang individu yang mempunyai kebutuhan dan keinginan yang kuat untuk berprestasi akan mengembangkan potensinya semaksimal mungkin dan berupaya keras untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya tersebut. Jadi, semakin tinggi need, maka akan semakin kuatlah keinginan untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya. Menurut Spangler (Kalat, 1999) Individu dengan

14 kebutuhan berprestasi yang tinggi cenderung mengantarkannya pada kesuksesan.. Mereka yang benar-benar secara konsisten mengarahkan diri pada pencapaian prestasi cenderung menuntut diri untuk berusaha lebih keras dan selalau berupaya mengatasi kesulitan-kesulitan dan tantangan yang menghambat prestasinya. Parker dan Khusmir (Gibson dkk, 1995) berpendapat bahwa individu yang memfokuskan pada pencapaian sukses berbeda dengan individu yang fokusnya menghindari kegagalan. Individu yang mempunyai kebutuhan akan prestasi rendah cenderung takut gagal dan kurang mau menanggung resiko dalam mencapai prestasi tinggi (Elida dalam Resnani, 2004). Menurut Murray (Hall & Lindzey, 1993), kebutuhan mengarahkan organisme untuk mencari atau menghindari, mengarahkan perhatian dan memberi respon terhadap jenis-jenis tekanan tertentu. Individu dengan kebutuhan perstasi yang tinggi akan berusaha menyelesaikan sesuatu yang sulit, mengatasi rintangnarentangan, mencapai standar yang tinggi, menyaingi dan mengungguli orang lain serta meningkatkan harga diri dengan menyalurkan bakat secara berhasil. Peranan keberhasilan dalam motivasi dan kinerja tugas sangat jelas. Bila seseorang merasa gagal, maka dia cenderung tidak akan lagi mengusahakan agar sukses. Selanjutnya, jalan menuju keberhasilan akan tertutup sama sekali. Penelitian yang dilakukan oleh Richard de Charms menunjukkan bahwa mengharapkan kegagalan dan perasaan tidak berdaya terletak pada ketidakberhasilan melakukan tugas. Setelah perasaan ini berhasil menguasai dirinya, maka harapan negatif ini nantinya akan dipertahankan oleh bagaimana ia memandang dirinya (Davidoff, 1981).

15 Tinggi rendahnya kebutuhan akan prestasi seseorang akan mengarahkan perilakunya dalam mengejar prestasinya. Kebutuhan akan prestasi yang tinggi pada umumnya mampu mendorong seseorang untuk berani meraih dan memanfaatkan kesempatan yang telah terbuka luas baginya untuk mencapai pemuasan pemenuhan kebutuhan prestasinya atau keberhasilan dalam kariernya nanti, sehinngga ia akan selalu berupaya keras untuk mengejar kesuksesan dan menghadapi kendaala-kendala yang menghambat karirnya. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan fear of success maupun fear of failure pada pria dan wanita. Selain itu, fear of success dan fear of failure mempunyai korelasi negatif dengan need for achievement. Semakin tinggi kebutuhan berprestasi maka fear of success dan fear of failure-nya rendah. Saran-saran 1 Bagi karyawan / karyawati Fear of success dan fear of failure lumrah dialami oleh setiap orang. Namun hal itu sedini mungkin bisa dihindari jika ia mendapatkan dukungan sosial dari orang-orang di sekitarnya, seperti lingkungan kerja dengan menekankan persaingan yang sehat dan dukungan dari orang terdekatnya (orang tua, suami / pasangan, atau keluarganya dan rekan-rekannya).

16 2 Bagi peneliti selanjutnya Pada penelitian selanjutnya, peneliti dapat mengadakan pendekatan yang lebih baik dengan subjek, sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi fear of success maupun fear of failure lebih dapat diketahui. Pendekatan bisa dilakukan dengan metode wawancara maupun check list mengenai kinerja subjek penelitian. Kemudian apabila peneliti selanjutnya hendak melakukan penelitian yang sejenis dengan penelitian ini, hendaknya lebih memperhastikan faktor gender berdasarkan konstruk sosial, seperti bagaimana sikap subjek terhadap peran jenis feminin dan maskulin. Selain itu, perlu memperhatikan ada tidaknya dukungan sosial dalam mengejar karir, terutama dari orang terdekat subjek.

17 DAFTAR PUSTAKA Anoraga, P Psikologi Kerja. Cetakan ke-tiga. Jakarta: Rineke Cipta. As ad Seri Ilmu Sumber Daya Manusia PSIKOLOGI INDUSTRI. Edisi ke-empat. Yogyakarta: Liberty. Azwar, S Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baron, R. A. & Byrne, D Psikologi Sosial. Jilid 1 Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga. Buchalter-Fried Fear of Success, Fear of Failure, and The Imposter Phenomenon Among Male and Female Marketing Managers. Sex roles: A Journal of Research. (Desember, 1997). Climmer, J. A PSYCHOLOGY TODAY An Introduction. Third Edition. United States by Random House. Inc Davidoff, L. L Psikologi Suatu Pengantar. Edisi ke-dua jilid 2. Jakarta: Erlangga. Dowling, C Tantangan Wanita Modern: Ketakutan Wanita akan Kemandirian. Jakarta: Erlangga. Gibson, dkk ORGANISASI; Perilaku, Struktur dan Proses. Edisi 8 Jilid 1. Jakarta: Binarupsa Aksara. Hall, C. S. & Lindzey, G PSIKOLOGI KEPRIBADIAN 2: Teori-teori Holistik (Organistik-Fenomenologis). Yogyakarta: Kanisius. Kalat, W. J Introduction to Psychology. 5th Edition. North Caroline State University. Paludi, M.A Psychology of Women. Hunter College: City of Univercity of New York.

18 Resnani Hubungan Antara Kebutuhan Akan Sukses dan Ketekunan Belajar Mahasiswa D-II PGSD Prajabatan UPP 01 FIKIP FISIP UNIB tahun Akademik 2002/2003. Jurnal Penelitian UNIB. Vol X No 2, (Juli 2004). Santosa, S SPSS Versi 10: Mengolah Data Statistik secara Profesional. Cetakan Keempat. Jakarta: Gramedia. Tim Penyusun Pedoman Penyusunan Usulan Skripsi dan Penyusunan Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UII. Weiner, B Theories of Motivation: from Mechanism of Cognitive. Markham Publishing Company Ketika Hasrat Meraih Sukses Lenyap.

Journal of Social and Industrial Psychology

Journal of Social and Industrial Psychology JSIP 1 (1) (2012) Journal of Social and Industrial Psychology http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/sip PENGARUH SITUASI KOMPETISI KERJA TERHADAP FEAR OF SUCCESS PADA PEGAWAI WANITA Ratna Mulya Sari

Lebih terperinci

KETAKUTAN SUKSES PADA WANITA KARIR DITINJAU DARI KONFLIK PERAN GANDA

KETAKUTAN SUKSES PADA WANITA KARIR DITINJAU DARI KONFLIK PERAN GANDA 1 KETAKUTAN SUKSES PADA WANITA KARIR DITINJAU DARI KONFLIK PERAN GANDA Lilyant Ch Daeng, Sri Hartati, Endang Widyastuti Universitas Setia Budi dan Universitas Gadjah Mada ABSTRAK Wanita Karir yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Ketakutan akan kesuksesan terjadi pada laki-laki dan perempuan akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Ketakutan akan kesuksesan terjadi pada laki-laki dan perempuan akan 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Ketakutan akan kesuksesan terjadi pada laki-laki dan perempuan akan tetapi fear of success cenderung lebih besar dialami oleh wanita karena dalam situasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan bagi sumber daya wanita untuk berkarya. Khususnya di kota-kota besar dimana

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan bagi sumber daya wanita untuk berkarya. Khususnya di kota-kota besar dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang serba kompetitif menuntut dunia usaha memberi lebih banyak ruang bagi sumber daya manusia untuk berkarya. Situasi dan kondisi demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya tingkat perbedaan.

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL Dwi Rezka Kemala Ira Puspitawati, SPsi, Msi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA DISUSUN OLEH SUGESTI HANUNG ANDITYA SUS BUDIHARTO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Perbandingan Fear of Success dengan Jenis Kelamin. Gender

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Perbandingan Fear of Success dengan Jenis Kelamin. Gender BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Peneliti akan menguraikan tentang gambaran umum subjek berdasarkan jenis kelamin. Kemudian menjelaskan secara deskriptif dengan di sertai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN. FEAR of SUCCESS PADA WANITA BEKERJA

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN. FEAR of SUCCESS PADA WANITA BEKERJA HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN FEAR of SUCCESS PADA WANITA BEKERJA Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana-S1 Psikologi Disusun oleh: YULIANA FATMA SARI F 100 040

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kebutuhan ini tercermin dengan adanya dorongan untuk meraih kemajuan dan

BAB II LANDASAN TEORI. kebutuhan ini tercermin dengan adanya dorongan untuk meraih kemajuan dan BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Berprestasi 1. Definisi Motivasi berprestasi Menurut Mc. Clelland (1987) motivasi berprestasi adalah sebuah kebutuhan untuk dapat bersaing atau melampaui standar pribadi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin banyak wanita yang bekerja di sektor formal. Ada yang sekedar untuk

BAB I PENDAHULUAN. makin banyak wanita yang bekerja di sektor formal. Ada yang sekedar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, sebagaimana juga yang terjadi di seluruh penjuru dunia, makin banyak wanita yang bekerja di sektor formal. Ada yang sekedar untuk menyambung nafkah dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Untuk beberapa orang bekerja itu merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP PERAN GENDER TERHADAP MINAT BELAJAR BIDANG TATA BOGA SISWA LAKI-LAKI KELAS X DI SMK SAHID SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KONSEP PERAN GENDER TERHADAP MINAT BELAJAR BIDANG TATA BOGA SISWA LAKI-LAKI KELAS X DI SMK SAHID SURAKARTA 30 HUBUNGAN ANTARA KONSEP PERAN GENDER TERHADAP MINAT BELAJAR BIDANG TATA BOGA SISWA LAKI-LAKI KELAS X DI SMK SAHID SURAKARTA Astri Carissia Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi sebagian orang dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DITINJAU DARI MASA KERJA

PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DITINJAU DARI MASA KERJA 1 PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DITINJAU DARI MASA KERJA Indah Lestari M. Bachtiar INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kepuasan kerja karyawan ditinjau dari masa kerja. Dugaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, tetapi banyak istri yang bekerja juga. Wanita yang pada

Lebih terperinci

Nomer : Jenis Kelamin : Kuliah di : Usia : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : PETUNJUK PENGISIAN

Nomer : Jenis Kelamin : Kuliah di : Usia : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : PETUNJUK PENGISIAN Nomer : Jenis Kelamin : Kuliah di : Usia : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut, kemudian jawablah dengan sungguh-sungguh sesuai

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Tahap selanjutnya yang perlu dilakukan setelah memperoleh data adalah menganalisis data penelitian. Tahap pertama yang dilakukan yaitu uji asumsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. 1. Variabel Dependen: Perilaku mengemudi agresif

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. 1. Variabel Dependen: Perilaku mengemudi agresif BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian 1. Variabel Dependen: Perilaku mengemudi agresif 2. Variabel Independen: Kepribadian kompetitif B. Definisi Operasional 1. Perilaku

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Persepsi Terhadap Pengembangan Karir 1. Definisi Persepsi Pengembangan Karir Sunarto (2003) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keadaaan ekonomi yang tidak stabil saat ini membuat banyak wanita di

BAB I PENDAHULUAN. Keadaaan ekonomi yang tidak stabil saat ini membuat banyak wanita di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaaan ekonomi yang tidak stabil saat ini membuat banyak wanita di Indonesia harus turut bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Wanita yang pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kuantitatif, yaitu metode yang menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasi yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara kepercayaan diri dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai

BAB III METODE PENELITIAN. serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas metode yang digunakan dalam menjawab permasalahan serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai pendekatan penelitian,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Peneliti menggunakan tryout dengan alasan bahwa dengan menggunakan tryout diharapkan item pada skala ini lebih valid dan reliable untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya kepemimpinan partisipatif dan Work

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN Oleh: HANDINI IKA PRATIWI SUS BUDIHARTO FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel yang diteliti (Azwar, 2012, h.5). Variabel Tergantung : Motivasi Berprestasi Pada Siswa

BAB III METODE PENELITIAN. variabel yang diteliti (Azwar, 2012, h.5). Variabel Tergantung : Motivasi Berprestasi Pada Siswa BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif sebagai metode penelitian. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data numerik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian adalah merupakan suatu rangkain kegiatan ilmiah yaitu dalam rangka pemecahan suatu permalasahan. Hasil penelitian tidak perna dimaksudkan sebagai suatu pemecahan langsung

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. tidaknya sebaran skor variable serta linier atau tidaknya hubungan. antara variabel bebas dengan variabel tergantungnya.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. tidaknya sebaran skor variable serta linier atau tidaknya hubungan. antara variabel bebas dengan variabel tergantungnya. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi dilaksanakan terlebih dahulu sebelum melakukan uji hipotesis. Uji asumsi ini menyangkut normalitas dan linieritas yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelit ian yang digunakan dalam

BAB 3 METODE PENELITIAN. metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelit ian yang digunakan dalam BAB 3 METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menekankan analisinya pada data-data numerikal (angka) tentang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan tempat penelitian. Orientasi tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Ketakutan Sukses. Menurut Horner dalam Riyanti (2007) k etakutan untuk sukses adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Ketakutan Sukses. Menurut Horner dalam Riyanti (2007) k etakutan untuk sukses adalah 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ketakutan Sukses 1. Pengertian Ketakutan Sukses Menurut Horner dalam Riyanti (2007) k etakutan untuk sukses adalah disposisi yang bersifat stabil dan mulai muncul sejak awal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Brand Image sedangkan variabel dependen (terikat) adalah Keputusan

BAB III METODE PENELITIAN. Brand Image sedangkan variabel dependen (terikat) adalah Keputusan 36 BAB III METODE PENELITIAN A. VARIABEL DAN DEFENISI OPERASIONAL 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel independen (bebas) adalah Brand Image sedangkan variabel dependen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Jenis penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif yang bersifat korelasi untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan tergantung.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS VII DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 8 JAKARTA BARAT

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS VII DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 8 JAKARTA BARAT Hubungan Antara Dukungan Sosial Dan Motivasi Berprestasi Siswa Kelas VII... Jakarta Barat HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS VII DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 8 JAKARTA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Yakni penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada pola-pola numerikal (angka)

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh: ARRIJAL RIAN WICAKSONO F 100 090 117 Kepada : FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa alternatif keputusan atau tindakan dimana tidak semua fakta yang

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa alternatif keputusan atau tindakan dimana tidak semua fakta yang 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan kuantitatif dengan penekanan analisisnya menggunakan metode statistika dimana menurut Broot dan Cox (dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Variabel penelitian memiliki beberapa jenis, pada peneltian ini jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. 1. Variabel Dependen : Kesejahteraan Psikologis. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. 1. Variabel Dependen : Kesejahteraan Psikologis. B. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel 1. Variabel Dependen : Kesejahteraan Psikologis 2. Variabel Independen : Tuntutan Pekerjaan B. Definisi Operasional 1. Kesejahteraan Psikologis Kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan di uraikan tentang tipe penelitian, identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif yaitu menekankan analisisnya pada data data numerical (angka) yang diolah dengan metode

Lebih terperinci

Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa. Atrie Bintan Lestari. Hendro Prabowo, SPsi

Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa. Atrie Bintan Lestari. Hendro Prabowo, SPsi Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa Atrie Bintan Lestari Hendro Prabowo, SPsi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional kuantitatif. Penelitian korealasional kuantitatif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, yang suatu penelitian dituntut menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel Tergantung : Kecemasan sebelum berlomba Variabel Bebas : Dukungan sosial B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Kecemasan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Rudi Prasetyo 04320307

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pada hakekatnya penelitian merupakan wadah untuk mencari kebenaran atau untuk memberikan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan oleh para

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEPUASAN KERJA ANTAR DIVISI PADA PT. SBT

PERBEDAAN KEPUASAN KERJA ANTAR DIVISI PADA PT. SBT PERBEDAAN KEPUASAN KERJA ANTAR DIVISI PADA PT. SBT Budiono, Erik Saut H Hutahaean, Diah Himawati Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Abstrak Manajemen PT. SBT menganggap kasus turnover

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskriptif kuantitatif. Maka pendekatan penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskriptif kuantitatif. Maka pendekatan penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Kegiatan teoritis dan empiris pada penelitian ini diklasifikasikan dalam metode deskriptif kuantitatif. Maka pendekatan penelitian ini adalah observasi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Tergantung : Kinerja Karyawan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Tergantung : Kinerja Karyawan BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini antara lain : 1. Variabel Tergantung : Kinerja Karyawan 2. Variabel Bebas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel terikat (Dependent

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel terikat (Dependent BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel terikat (Dependent Variable) yaitu kinerja karyawan dan variabel bebas (Independent Variable) yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional kuantitatif. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PEMENUHAN KEBUTUHAN BERAFILIASI DENGAN KONFORMITAS PADA MAHASISWA SEMESTER PERTAMA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PEMENUHAN KEBUTUHAN BERAFILIASI DENGAN KONFORMITAS PADA MAHASISWA SEMESTER PERTAMA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PEMENUHAN KEBUTUHAN BERAFILIASI DENGAN KONFORMITAS PADA MAHASISWA SEMESTER PERTAMA Oleh: Dahlia Rahayu Kusumadwewi Mira Aliza Rachmawati PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kaum perempuan di sektor publik. Tampak tidak ada sektor publik yang belum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kaum perempuan di sektor publik. Tampak tidak ada sektor publik yang belum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di era globalisasi sekarang ini menimbulkan berbagai macam perubahan, salah satu dari perubahan tersebut ditandai dengan meningkatnya peran kaum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan, untuk

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan, untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah Hubungan dukungan sosial dengan efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 57 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Variabel adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. independent (bebas) dan variabel dependet (terikat). Variabel bebas yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. independent (bebas) dan variabel dependet (terikat). Variabel bebas yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel yaitu variabel independent (bebas) dan variabel dependet (terikat).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Untuk dapat meneliti konsep empirik, konsep tersebut harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Menurut Arikunto (2006), variabel adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang Berawal dari pemikiran dan kemauan yang kuat untuk mengembangkan pendidikan di Kedungkandang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan data skala motivasi berprestasi dan skala peran jenis dilakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian dengan menggunakan teknik ANOVA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Awal Salah satu tahap yang harus dilalui sebelum penelitian dilaksanakan adalah perlunya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Tergantung : Gaya Manajemen Konflik 2. Variabel Bebas : Kompetensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Kuantitatif metode yang menggunakan pengukuran disertai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Kerlinger (2000:483) rancangan penelitian merupakan rencana dan stuktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisisnya pada data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika

BAB III METODE PENELITIAN. analisisnya pada data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dalam suatu penelitian ilmiah digunakan sebagai pedoman bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Jenis penelitian pada penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Penelitian Sebelum mengadakan penelitian langkah awal yang harus dilakukan adalah persiapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian 3.1.1. Pendekatan penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identitas Variabel Variabel merupakan suatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda, menurut (Sugioyo, 2001), variabel

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. menyelesaikan studi di Fakultas Psikologi UKM Bandung, maka saya bermaksud untuk

KATA PENGANTAR. menyelesaikan studi di Fakultas Psikologi UKM Bandung, maka saya bermaksud untuk LAMPIRAN 1 KATA PENGANTAR Dengan hormat, Dalam rangka penulisan skripsi sebagai tugas akhir yang harus dipenuhi guna menyelesaikan studi di Fakultas Psikologi UKM Bandung, maka saya bermaksud untuk mengadakan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melalui berbagai penelitian terdahulu tentang kepuasan kerja dan work life

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melalui berbagai penelitian terdahulu tentang kepuasan kerja dan work life BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Penelitian ini dimulai dengan merumuskan variabel penelitian melalui berbagai penelitian terdahulu tentang kepuasan kerja dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan Kuantitatif. Metode yang digunakan adalah multikorelasional yakni menghubungkan dua variabel konsep diri dan kinerja,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional

BAB III METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian dan definisi operasional Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah prokrastinasi akademik sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang diteliti yaitu komunikasi

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang diteliti yaitu komunikasi BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang diteliti yaitu komunikasi interpersonal dan keharmonisan keluarga. Untuk jenis penelitian kuantitatif ini, maka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian dalam penelitian ini meliputi variabel bebas dan variabel terikat. Variabel tersebut yaitu : 1. Variabel Bebas : Budaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel merupakan sesuatu yang menjadi sasaran penyelidikan dan suatu yang mengacu pada variasi baik dalam jenis maupun tingkatannya (Hadi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PEELITIA Pembahasan metode penelitian ini akan menguraikan: a) jenis penelitian. b) Identifikasi variabel penelitian, c) Defenisi oprasional penelitian, d) populasi dan teknik pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran terhadap BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. adalah gambaran umum subjek penelitian berdasarkan data demografi ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. adalah gambaran umum subjek penelitian berdasarkan data demografi ibu BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Subjek dalam penelitian ini adalah 32 ibu rumah tangga yang bekerja di PT Sinar Karya Duta Abadi. Dari 35 wanita yang bekerja di bagian kantor,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA PERUSAHAAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA KARYAWAN PRODUKSI CV. CAHYO NUGROHO JATI SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA PERUSAHAAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA KARYAWAN PRODUKSI CV. CAHYO NUGROHO JATI SUKOHARJO . HUBUNGAN ANTARA BUDAYA PERUSAHAAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA KARYAWAN PRODUKSI CV. CAHYO NUGROHO JATI SUKOHARJO Agustina Dwisari Handa Endah Mujiasih Achmad mujab Masykur Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan deduktif yang berangkat dari permasalahan-permasalahan dari

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan deduktif yang berangkat dari permasalahan-permasalahan dari BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif, maksud dari metode penelitian ini adalah penelitian yang identik dengan pendekatan deduktif

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak

Bab I PENDAHULUAN. Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh berbagai perubahan yang secara terus menerus berlangsung. Kemajuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan menampilkan hasil berupa angka-angka. Sedangkan metode dalam

BAB III METODE PENELITIAN. dan menampilkan hasil berupa angka-angka. Sedangkan metode dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Karena dalam pengolahan data peneliti menggunakan perhitungan statistik yang telah baku dan menampilkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version

LAMPIRAN. PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version LAMPIRAN KATA PENGANTAR Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar sarjana di Fakultas Psikologi UKM Bandung, salah satu persyaratan tugas yang harus dipenuhi adalah melakukan penelitian. Sehubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang identik dengan pendekatan deduktif yang berangkat dari persoalan-persoalan umum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Pendekatan pendekatan kuantitatif menekankan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat kuantitatif, karena menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa. Penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat hidup secara berkelompok dalam suatu kesatuan sistem sosial atau organisasi. Salah satu bidang dalam organisasi yaitu bidang politik (Wirawan,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. analisisnya pada data data numerikal (angka angka) tentang perilaku. yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 2010).

BAB 3 METODE PENELITIAN. analisisnya pada data data numerikal (angka angka) tentang perilaku. yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 2010). BAB 3 METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menekankan analisisnya pada data data numerikal (angka angka)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif. Metode kuantitatif menurut Robert Donmoyer (Given, 2008), adalah pendekatan-pendekatan

Lebih terperinci