BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI"

Transkripsi

1 BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Kesimpulan PT PERTAMINA (Persero) khususnya Divisi Supply dan Distribusi merencanakan, mengevaluasi dan mengoptimasi sistem distribusi dan transportasi serta kinerja internal depot yang dititik beratkan pada pengaturan rute kapal. Kebijakan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengefisienkan dan mengoptimalkan jalur distribusi dari rantai pasok PT PERTAMINA (Persero). Pengalokasian lokasi barrier inventory sebagai salah satu pengendalian dan pencegahan terjadinya depot kritis dan krisis, diambil dengan mempertimbangkan kebijakan PT PERTAMINA (Persero) yang membatasi flow of material BBM tidak melewati wilayah envelope masing-masing karena hal tersebut akan mengganggu sistem distribusi secara keseluruhan dari sistem envelope tersebut. Pada keadaan jalur distribusi eksisting yang sedang diterapkan PT PERTAMINA (Persero), banyak sekali jalur distribusi yang tidak efisien dan efektif, hal ini teridentifikasi dari: 1. Kegiatan operasi suplai dan distribusi dilakukan dengan full capacity sehingga bila terjadi sesuatu akan rentan terhadap kondisi kritis. 2. Tidak ada pembatasan (clustering) pergerakan produk ataupun kapal, akibatnya sering terjadi pergerakan yang tidak efisien dari Indonesia Timur ke Indonesia Barat dan sebaliknya. 3. Monitoring dan pengendalian menjadi sangat kompleks dikarenakan luas areal pengamatan yang terlalu besar (menganggap seluruh wilayah Indonesia sebagai satu envelope/satu daerah pengamatan). 4. Pola supply dan distribusi yang kompleks yang disebabkan: kondisi geografis, ketersediaan produk, jumlah kapal dan infrastruktur yang kurang handal. 5. Kegiatan supply & distribution terpola oleh perhitungan material balance yang dihitung berdasarkan angka rencana produksi kilang yang sudah ditentukan untuk memenuhi demand dengan biaya serendah mungkin, sehingga tidak ada mitigasi dalam jumlah yang cukup jika terjadi krisis BBM di depot-depot penyalur. 135

2 6. Waktu round trip days (RTD) lebih lama yang berakibat ongkos operasional menjadi mahal. Rute kapal yang tidak tetap menyebabkan utilitas kapal menjadi rendah. 7. Terjadinya penumpukan jalur distribusi di luar ketentuan-ketentuan alur material (flow of material). Keadaan ini sering terjadi bila salah satu depot mengalami kondisi krisis dan kritis, sehingga dilakukan pengambilan BBM dari depot atau tempat lain yang masih memiliki persediaan berlebih untuk menutupi kekurangan depot tersebut. Akan tetapi hal tersebut berakibat terganggunya sistem pemasaran dan alur rantai pasok. (Contoh: Peristiwa kelangkaan premium di Bali dan Manado pada bulan Maret 2008) 8. Ketidakpastian yang tinggi dalam pengiriman produk BBM dari kilang (1 st tier) ke depot utama/terminal transit/instalasi (2 nd tier), dan dari depot utama/terminal transit/instalasi (2 nd tier) sampai depot penyalur (3 rd tier). Contoh: Tingkat RTD tidak sesuai dengan KPI yang ditetapkan oleh PT PERTAMINA (Persero). 9. Biaya transportasi (freight cost) yang tinggi untuk pengiriman barang ke tempat tujuan, contohnya pengiriman produk dari Indonesia Barat ke Indonesia Timur. (Contoh: Pengiriman BBM dari Terminal Transit Tanjung Uban (Riau) ke Terminal Transit Wayame (Ambon). 10. Terjadinya ketidaktersediaan barang (premium, kerosine, dan solar) di beberapa depot sehinga depot mengalami kodisi kritis (safety stock <3 hari) dan krisis (safety stock <1 hari). 11. Terjadinya double handling (1 depot dilayani oleh dua sumber), hal ini mengakibatkan antrian padaa saat backloading/bongkar muat kapal di dermaga depot tersebut. Berdasarkan beberapa kondisi di atas, maka PT PERTAMINA (Persero) membutuhkan suatu sistem yang dapat diandalkan dengan penekanan kepada efisiensi dan efektivitas dari sistem rantai pasok terutama jalur distribusi. Salah satu cara untuk mencapai hal tersebut adalah dengan cara merencanakan dan merancang suatu sistem jalur distribusi yang efisien dan efektif yang dititikberatkan kepada penghematan freigt cost, penentuan rute dan jalur distribusi serta penentuan barrier inventory. Hal ini dilakukan sebagai salah satu bentuk dari perbaikan atau improvement dari PT 136

3 PERTAMINA (Persero). Perencanaan dan perancangan rute tersebut melalui beberapa tahap berikut ini: 1. Teridentifikasinya rute dan jalur distribusi di masing-masing envelope dengan mengeluarkan usulan alternatif penentuan rute distribusi yang efisien dan sesuai dengan keterbatasan yang dimiliki oleh perusahaan, seperti keterbatasan moda angkutan dan kebijakan jumlah depot yang dilalui dalam pola multy-port tidak boleh melebihi 3 buah depot. Desain rute-rute distribusi ini mengacu pada kombinasi teknik analisis saving matrix dan material balance (alur pasok) dan permintaan/realisasi demand, selain mengacu pada kombinasi analisis tersebut, desain rute-rute ini mengacu pada usulan kebijakan perusahaan yang membagi wilayah distribusi menjadi 5 zona atau dikenal dengan pola envelope. Dengan kombinasi tersebut diharapkan dapat teridentifikasi rute-rute yang optimal. 2. Teridentifikasinya freight cost (ongkos operasional dan distribusi kapal) yang optimal sesuai dengan usulan perbaikan jalur distribusi. 3. Teridentifikasinya lokasi barrier depot sebagai barrier inventory ditiap envelope, hal tersebut didasari dengan pertimbangan inventory barrier direncanakan sebagai bentuk penanggulangan awal apabila terjadi depot kritis dan krisis. Dari hasil analisis serta usulan alternatif pemilihan rute rantai pasok terpadu, didapatkan perbandingan tingkat efisiensi dan efektivitas dalam pemberlakuan pola distribusi, dalam hal ini indikator dari tingkat efisiensi dan efektivitas diukur dari lima indikator yang masing-masing mewakili efisiensi dan efektivitas penggunaan moda dan operasional depot. Kelima indikator tersebut adalah: Tabel 4.1 Indikator Perbandingan Pola Lama dan Pola Envelope No Indikator Pola Lama Pola Envelope KPI 1 Freight Cost tidak jelas Rata-rata $6,2/KL Disesuaikan dengan masingmasing rute 2 Jumlah kapal tanker 118 kapal 93 kapal Tidak melebihi 100 kapal 3 RTD (Round Trip Days ) tidak jelas Rata-rata 5,8 hari Disesuaikan dengan masingmasing rute 4 Utilitas Kapal tidak jelas 70% > 70 % 5 Occupancy Kapal 81% 82,4% > 45% 137

4 4.2 Tahapan Pelaksanaan Rute distribusi Envelope Hasil akhir dari proyek akhir ini adalah berupa rute distribusi rantai pasok BBM terpadu yang telah disesuaikan dengan kondisi tanki timbun, daya angkut kapal, karakter demand, jarak dengan supply point terdekat, visibilitas volume supply dan kondisi geografis. Dengan berjalannya rute-rute yang telah direncanakan ini, diharapkan akan menghemat biaya operasional perusahaan, terutama dalam hal pendistribusian BBM dan menjadi pedoman jalur distribusi untuk moda kapal tanker di Indonesia yang dijalankan oleh PT PERTAMINA (Persero). Berikut ini adalah penjelasan bagaimana cara mengubah sistem distribusi lama menjadi sistem distribusi baru yang terintegrasi dimulai dari usulan kebijakan, sosialisasi sistem, sumberdaya yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem pola baru, rentang waktu proses, dan riset lanjutan yang dapat mempertajam hasil akhir proyek akhir ini Rencana Implementasi Rencana implementasi rantai pasok terpadu ini terdiri dari transformasi dari sistem yang sudah berjalan kepada pendekatan perencanaan atau usulan, hal pertama yang harus di implementasikan adalah verifikasi kecukupan sumber, sarana dan prasana distribusi, verifikasi kelengkapan sarana dan prasarana depot khususnya pada sarana dan prasarana backloading kapal, hal tersebut dirasakan penting karena sangat berhubungan erat dengan pendistribusian produk dari depot utama ke depot penyalur. Tahapan ke-dua adalah sosialisasi usulan sistem rantai pasok terpadu ke masingmasing fungsi disertai dengan pengadaan workshop tentang pro-kontra distribusi pola baru, sehingga pertimbangan rute menjadi lebih matang. Tahap selanjutnya atau tahap ke-tiga adalah persiapan sistem distribusi yang lebih menekankan pada persiapan perangkat lunak/software dan verifikasi ulang persiapan infrastruktur depot seperti sarana backloading, kondsisi pompa, sistem pengukuran, dan lain-lain secara lebih menyeluruh. Tahap ini bisa berbarengan dengan uji coba sistem yang diterapkan sebagai pilot project. Tahapan akhir adalah penetapan kebijakan usulan sistem distribusi baru, dan sosialisasi kebijakan kepada fungsi-fungsi terkait, seiring dengan tahapan tersebut akan dilakukan tahapan audit internal terutama pada bagian sumber daya manusia, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kesiapan manajemen PT PERTAMINA (Persero) dalam menjalankan sistem yang diusulkan. Salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi manajemen dalam hal menjalankan usulan pola distribusi baru adalah 138

5 dengan menyelenggarakan pelatihan-pelatihan khusus pada fungsi-fungsi terkait yang berwenang untuk menjalankan sistem tersebut. Berikut ini adalah tahapan-tahapan implementasi sistem rantai pasok terpadu yang akan dijalankan: Langkah 1 Verifikasi Sarana dan Prasarana Langkah 2 Sosialisasi dan Workshop Langkah 3 Persiapan Sistem + Uji Coba Sistem Langkah 4 Pelaksanaan Langkah 5 Evaluasi hasil dan menentukan langkah berikutnya Gambar 4.1 Tahapan Implementasi Sistem Distribusi Envelope Penjelasan bagan diatas adalah sebagai berikut: 1. Verifikasi kelayakan, kecukupan dan kelengkapan sarana prasana distribusi. Verifikasi ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat apakah sarana dan prasarana distribusi yang dimiliki sudah cukup siap untuk menjalankan pola sistem distirbusi baru. Verifikasi kelengkapan sarana dan prasarana ini antara lain: a) Moda kapal yang digunakan dari tipe Long Range (LR) sampai dengan tipe LIGHTER sesuai dengan bobot tonase yang dibutuhkan untuk menjalankan pola distribusi baru. b) Kelengkapan kecukupan tanki timbun, hal ini untuk mempermudah dan sebagai syarat utama dalam menjalankan program tersebut. Dengan 139

6 verifikasi tersebut maka kepastian supply secara tidak langsung akan tercapai karena salah satu indikator kepastian suplai adalah keberadaan jumlah tanki timbun yang memadai. c) Verfikasi kelengkapan sarana dan prasarana backloading. Verifikasi ini sangat berkaitan langsung dengan kecepatan pendistribusian produk di dermaga atau pelabuhan. Fasilitas dan jumlah backloading harus sesuai dengan rute moda kapal yang digunakan, bila ditemukan ketidak cocokan sarana dan prasarana backloading maka PT PERTAMINA (Persero) harus memperbarui sarana dan prasarana tersebut, agar dapat memenuhi syarat yang dibutuhkan sebuah kapal untuk bersandar. 2. Sosialisasi usulan sistem dan workshop distribusi pola baru. Sosialisasi sistem distribusi pola baru tersebut dilakukan secara serempak dengan menginformasikan kepada 7 wilayah operasional dan 4 wilayah pemasaran yang menjadi wilayah distribusi dari PT PERTAMINA (Persero). Setelah informasi tersebut telah disosialisasikan, lalu masing-masing manajer wilayah operasional diundang ke kantor pusat untuk rapat luar biasa yang bertujuan untuk mendapatkan feedback/jajak pendapat serta masukan dari masing-masing manajer terkait mengenai penerapan sistem tersebut. Kegiatan workshop dilakukan kepada setiap masing-masing depot utama yang terkait dalam hal penerapan sistem tersebut. Kegiatan tersebut bertujuan untuk membuat program kerja dan sistem kerja guna mendukung implementasi sistem tersebut. Kegiatan ini meliputi 7 manajer wilayah operasional serta 4 wilayah pemasaran dan distribusi BBM. Setelah jajak pendapat dan workshop ini dilakukan lalu masuk pada tahapan selanjutnya yakni persiapan sistem dan ujicoba sistem distribusi baru yang berfungsi sebagai pilot project. 3. Persiapan Sistem dan Uji Coba Sistem Persiapan sistem lebih menakankan pada alur informasi distribusi di seluruh wilayah Indonesia dengan pembagian 5 daerah envelope. Persiapan sistem ini lebih banyak dilakukan di kantor pusat PT PERTAMINA (Persero) yang berfungsi sebagai pusat kontrol jalur distribusi. Tahap uji coba sistem ini adalah tahapan yang sangat penting untuk melihat tingkat efektivitas dari sistem tersebut. Tahap uji coba ini dilakukan berdasarkan 140

7 zona prioritas yang ditentukan berdasarkan hasil musyawarah jajak pendapat dan workshop. Hal tersebut dilakukan tanpa mengganggu sistem distribusi yang sedang berjalan. Tahap uji coba sitem tersebut mengidentifikasikan berbagai kemungkinan seperti: a) Tingkat efektivitas sistem distribusi pola baru. b) Keterlambatan pengiriman barang c) Tingkat stock out di masing-masing depot. d) Kesesuaian keadaan tingkat service level dan RTD yang telah ditetapkan sebelumnya dengan kenyataan di lapangan. 4. Pelaksanaan sisten distribusi pola envelope. Pelaksanaan pola distribusi baru dilakukan berdasarkan hasil uji coba sistem yang telah dievaluasi sebelumnya. Pemilihan prioritas wilayah envelope dengan pola distribusi baru ini diputuskan berdasarkan musyawarah yang telah dilakukan sebelumnya pada tahap jajak pendapat dan workshop. 5. Tahapan terakhir adalah tahap evaluasi yang berfungsi sebagai penilaian dan penentuan langkah selanjutnya, sehingga jalur distribusi baru dapat berjalan di seluruh wilayah Indonesia dengan optimal Sumberdaya Sumberdaya yang dibutuhkan untuk menjalankan dan merealisasikan sistem ini terbagi ke dalam dua macam sumberdaya yakni: sumberdaya fisik dan sumberdaya manusia. Pada umumnya sumberdaya fisik sudah tersedia dan telah dimiliki oleh PT PERTAMINA (Persero), seperti jumlah armada kapal tanker, software/perangkat lunak sebagai sarana penjadwalan dan pengendalian pergerakan distribusi BBM serta sumberdaya yang dimiliki oleh masing-masing depot, seperti fasilitas penyaluran BBM yang menggunakan kapal tanker, pipa, RTW, mobil tanker dan tongkang. Sumberdaya fisik yang harus dimiliki PT PERTAMINA (Persero) adalah sistem informasi yang terintegrasi antara depot-depot utama, depot-depot penyalur dan kilang. Dengan memiliki sumberdaya tersebut perusahaan dapat menjalankan sistem ini dengan baik. Selain sistem yang terintegrasi, PT PERTAMINA (Persero) harus menambah atau memperbaiki sarana dan prasarana depot-depot yang masih kurang memadai. Sarana dan prasarana tersebut berkaitan dengan pembuatan sarana backloading, penambahan 141

8 kapasitas tanki timbun dan perubahan kapasitas tanki timbun. Berikut ini adalah hasil analisis mengenai depot-depot yang memerlukan penambahan dan perubahan kapasitas timbun tersebut. Untuk memperjelas gambaran ilustrasi di atas dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan pada bagian lampiran A sampai E. Tabel 4.2 Optimasi Sarana dan Prasarana Internal Depot Penambahan Volume Perubahan Komposisi Envelope 1 6 depot 3 depot Envelope 2 1 depot 2 depot Envelope 3 4 depot Envelope 4 4 depot 8 depot Envelope 5 2 depot 5 depot TOTAL 17 depot 18 depot Selain sumberdaya fisik yang menunjang untuk menjalankan usulan sistem tersebut. Sumberdaya manusia sebagai pelaku utama yang memiliki kompetensi untuk menjalankan sistem tersebut mutlak harus dimiliki oleh PT PERTAMINA (Persero). Berikut adalah prakiraan sumberdaya manusia dengan kompetensi yang dibutuhkan: 1. Tenaga ahli transportasi laut dan perkapalan. 2. Tenaga ahli pergudangan dan operasional. 3. Tenaga ahli rantai pasok dan distribusi perkapalan. 4. Tenaga ahli Information Technology (IT) Rentang Waktu Penerapan Sistem Distribusi Envelope Rentang waktu yang dipersiapkan untuk menjalankan tahapan implementasi sistem rantai pasok terpadu tersebut, yaitu selama 10 bulan yang terbagi ke dalam 5 tahap implementasi yang telah dijelaskan pada Bagian Untuk lebih jelasnya mengenai rentang waktu serta tingkat pencapaian sistem dapat dilihat pada Tabel 4.3. Waktu terlama terjadi pada tahap pertama yaitu selama 3 bulan, hal tersebut dikarenakan tahapan ini merupakan tahapan yang terpenting untuk menilai kelayakan pola sistem distribusi baru yang disesuaikan dengan kondisi infrastruktur di lapangan. Dengan verifikasi sarana dan prasarna yang menyeluruh diharapkan rute distribusi BBM disetiap envelope benar-benar optimal dan dapat berjalan dengan sempurna. 142

9 Tabel 4.3 Milestone Implementasi Sistem Distribusi Envelope Tahap Jenis Fungsi yang terkait Waktu Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Verifikasi Sarana dan Prasarana Sosialisasi + Workshop Persiapan Sistem + Uji Coba Sistem 7 Wilayah Operasional dan distribusi 4 Wilayah pemasaran Fungsi Supply dan Distribusi Fungsi Niaga dan Pemasaran Fungsi Operasional Kilang Fungsi Perkapalan 7 Wilayah Operasional dan distribusi 4 Wilayah pemasaran Fungsi Supply dan Distribusi Fungsi Niaga dan Pemasaran Fungsi Operasional Kilang Fungsi Keuangan Fungsi Perkapalan Wilayah Operasional dan distribusi Fungsi Supply dan Distribusi Fungsi Operasional Kilang Fungsi Perkapalan Fungsi Supply dan Distribusi 7 Wilayah Operasional dan distribusi 4 Wilayah Pemasaran Fungsi Perkapalan 7 Wilayah Operasional dan distribusi 4 Wilayah pemasaran Fungsi Supply dan Distribusi Fungsi Niaga dan Pemasaran Fungsi Operasional Kilang Fungsi Keuangan Fungsi Perkapalan 3 Bulan 2 Bulan 2 Bulan Tahap 4 Pelaksanaan 2 Bulan Tahap 5 Evaluasi 1 Bulan Tahapan sosialisasi sampai dengan pelaksanaan berjalan masing-masing selama 2 bulan. Waktu ini dirasakan cukup karena pada masa verifikasi sarana dan prasaran di lapangan, sistem pola distribusi baru yang akan dijalankan telah sedikit banyak diketahui oleh fungsi-fungsi terkait. Pelaksanaan dilakukan selama dua bulan dengan pertimbangan 2 periode waktu pemenuhan demand BBM ke depot-depot penyalur. Tahap evaluasi sistem merupakan tahap yang sangat penting dilakukan, karena meyangkut penyempurnaan sistem dan penentuan langkah strategi distribusi yang akan dilakukan berikutnya. 143

10 Lang kah 5 EVALUASI Langk ah 5 Langkah5 4 Pelaksanaan Langkah5 3 Persiapan dan Uji Coba Langkah 2 Sosialisasi dan Workshop Langkah 1 Verifikasi Sarana dan Prasarana Gambar 4.2 Ilustrasi Time Line Implementasi Sistem Distribusi Envelope Indikator Pencapaian Indikator pencapaian ini adalah salah satu tolak ukur yang bertujuan untuk mengukur seberapa efektifkah berjalannya sistem yang telah dibuat, di samping itu indikator pencapaian juga mengukur kemajuan dari penerapan sistem yang tergambar dari tahapan-tahapan implementasi. Berikut ini adalah tolak ukur dari tingkat efektivitas dari sistem distribusi envelope. Tabel 4.4 Key Performance Indicator untuk Sistem Distribusi Envelope KPI Deskripsi Pencapaian Target Gangguan Pengantaran produk dari kilang, depot utama dan depot penyalur tepat waktu Produk tiba tepat waktu 98% Tidak terjadi delay / barang tidak dikirim 100% Gangguan dari alam (Force Major ), seperti badai dan Human Error Volume thruput dari kilang, depot utama dan depot penyalur tepat jumlah atau volume BBM yang dikirim tidak berkurang Volume pengiriman sesuai dengan jumlah thruput yang ditetapkan Tingkat penyusutan produk sesuai dengan yang telah ditetapkan / sesuai standar 98% Gangguan dari alam (Force Major ), seperti badai dan Human Error Inventory/ Tingkat tanki timbun di depot-depot penyalur Tidak terjadinya depot kritis (safety stock < 3 hari) yang berakibat pada terjadinya depot krisis (safety stock < 1 hari) 98% Keterlambatan pengiriman dari sumber supply (kilang dan depot utama) 144

11 Sedangkan tolak ukur atau indikator pencapaian implementasi sistem distribusi tersebut dibagi dalam beberapa tahap implementasi, Berikut adalah indikator pencapaian untuk implementasi sistem distribusi tersebut: Tabel 4.5 Key Performance Indicator untuk Implementasi Sistem Distribusi Envelope KPI Deskripsi Pencapaian Target Gangguan Tahap 1 Verifikasi Sarana dan Prasarana Inventarisir semua fasilitas depot dan kapal telah selesai dilakukan 98% Sistem informasi yang buruk Tahap 1 Sosialisasi + Workshop Informasi sistem distribusi pada fungsi yang dituju dan bekerja dengan optimal, efektif dan efisien 90% Sistem informasi yang buruk + Human error + Missed Comuncation Tahap 2 Persiapan Sistem + Uji Coba Sistem Rapat Koordinasi fungsi terkait, Pelatihan dan uji coba sistem sesuai dengan zona yg telah ditentukan 90% Human error Tahap 3 Pelaksanaan Semua sistem distribusi telah berjalan dengan sempurna di semua zona operasional dan distribusi 98% Human error + Force Major Tahap 4 Evaluasi Hasil evaluasi dan penentuan langkah selanjutnya 100% 4.3 Penelitian Lanjutan Keberadaan sistem distribusi hanya bersifat tindakan awal sebagai salah satu realisasi perbaikan yang diusulkan untuk mengoptimalkan sistem rantai pasok di PT PERTAMINA (Persero). Untuk melengkapi sistem ini agar dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan diperlukan riset-riset pendukung untuk menjalankan sistem tersebut, yang tidak terkaji dalam penelitian proyek akhir ini. Penelitian tersebut dapat berupa kajian kinerja internal depot yang lebih menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengendalian pasokan supply dan demand dari depot-depot penyalur. Berikut adalah usulan riset lanjutan untuk melengkapi dan mendukung sistem rantai pasok tersebut: 1. Evaluasi sistem inventory management di depot-depot utama dan penyalur secara detail dan menyeluruh di Indonesia, termasuk inland depot yang menggunakan distribusi Rail Tank Wagon dan distribusi pipa. Penelitian ini dilakukan dengan penekanan pada penentuan critical stock, buffer stock, high inventory dan safe capacity optimal yang harus dimiliki oleh suatu depot. 145

12 2. Evaluasi kinerja depot-depot milik PT PERTAMINA (Persero), sehingga didapatkan standarisasi waktu masing-masing depot dalam melakukan loading dan unloading ke tanki timbun depot. Hal ini penting dilakukan terutama pada beberapa rute yang menggunakan sistem distribusi multy-port Evaluasi ini bertujuan juga untuk menentukan jumlah loading port yang efektif di masingmasing depot. 3. Evalusi dan verifikasi infrastruktur kapal tanker yang beroperasi. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan kepastian volume daya angkut kapal, kecepatan kapal, sistem kompartemen yang digunakan dan kecepatan loading dan unloading di pelabuhan. Verifikasi pada sistem kompartemen ditujukan untuk mencocokan kapasitas volume premium, kerosene dan solar yang dapat dibawa oleh kapal pada suatu rute tertentu, sehingga didapatkan kombinasi produk yang efektif dan efisien. 4. Penetapan kapal-kapal dalam jalur distribusi yang telah dibuat dalam konsep envelope. Hal ini ditujukan agar penetapan suatu kapal pada satu rute distribusi BBM dapat berjala optimal, sesuai dengan kemampuan dan kapasitas kapal. 5. Kepastian ketersediaan produksi kilang-kilang yang dimiliki PT.Pertamina (Persro), karena selama ini produksi BBM di kilang tidak dapat berjalan dengan volume yang konstan. 6. Penetuan Center of Grativity pada STS (ship to ship transfer) sehingga didapat kepastian koordinat letak posisi yang paling optimal dalam mendistribusikan BBM ke depot-depot penyalur. Dengan melakukan hal ini akan diharapkan akan terjadi penghematan dalam pemakaian jumlah kapal dan berkurangnya waktu RTD, yang berimbas pada penurunan biaya operasional distribusi. 7. Identifikasi dan penentuan kapasitas volume tanki timbun pada lokasi-lokasi barrier depot di masing-masing envelope dengan berdasarkan pada data historis karakteristik supply dan demand BBM per-envelope, sehingga diperoleh kepastian volume dan sistem inventory yang layak dimiliki oleh tiap lokasi timbun. 8. Sistem kontrol kapal-kapal tanker yang beroperasi dengan menggunakan alat yang bisa mendeteksi keberadaan masing-masing kapal dengan up to date. Hal tersebut ditujukan untuk memastikan waktu kedatangan kapal dalam melakukan loading dan unloading, selain itu untuk menghindari kebocoran 146

13 BBM/penyimpangan kapal-kapal tanker yang mengeluarkan BBM di luar lokasi yang telah ditentukan. 9. Analisis sensitivitas jalur distribusi konsep envelope dengan objek penelitian perubahan sumber dan permintaan BBM. Hal tersebut untuk menguji tingkat ketahanan usulan konsep envelope bila ada perubahan sistem di dalamnya, terutama dalam hal perubahan kebijakan. Misalnya perubahan konversi energi dari minyak tanah (kerosene) menjadi gas. 10. Evaluasi sistem kelembagaan distribusi BBM, dalam menanggapi restrukturisasi kelembagaan distribusi BBM. Kebijakan ini diambil untuk mengetahui tingkat efektivitas dari perubahan sistem kelembagaan dalam distibusi BBM. 11. Strategi pemasaran BBM pada tingkat industri untuk menghadapi persaingan pada tingkat global. Hal ini bertujuan untuk merumuskan strategi pemasaran BBM pada tingkat industri khususnya untuk produk BBM yang pada saat ini sudah direbut kompetitor sebanyak 30%. 12. Evaluasi supply contract dalam hal pengoperasian dan penyewaan kapal untuk kepentingan pendistribusian BBM. Obyek penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kekurangan dan kelemahan dari kontrak-kontrak seputar pengoperasian kapal dan penyewaan armada kapal untuk kepentingan distribusi BBM. Hasil evaluasi tersebut akan menjadi acuan dan panduan untuk membuat perjanjian kontrak operasional dan penyewaan armada kapal dikemudian hari. 147

Evaluasi dan Optimasi Rute Distribusi BBM Moda Kapal Tanker di PT PERTAMINA (Persero)

Evaluasi dan Optimasi Rute Distribusi BBM Moda Kapal Tanker di PT PERTAMINA (Persero) Evaluasi dan Optimasi Rute Distribusi BBM Moda Kapal Tanker di PT PERTAMINA (Persero) PROYEK AKHIR Oleh: GILANG SATRIYA ADHI UTAMA (29106074) Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (supply chain management). Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Anatan dan

BAB I PENDAHULUAN. (supply chain management). Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Anatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak cara dilakukan perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya di tengah kompetisi dengan perusahaan pesaing. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah pengurangan

Lebih terperinci

EFISIENSI BIAYA PENANGANAN FEEDSTOCK DALAM DISTRIBUSI SOLAR-INDUSTRI DENGAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING

EFISIENSI BIAYA PENANGANAN FEEDSTOCK DALAM DISTRIBUSI SOLAR-INDUSTRI DENGAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING FISINSI BIAYA PNANGANAN FDSTOCK DALAM DISTRIBUSI SOLAR-INDUSTRI DNGAN MTOD DISTRIBUTION RQUIRMNT PLANNING Dewi Shintya Pratiwi 1 dan Yudha Prambudia 2 Laboratorium Perancangan dan Optimasi Sistem Industri

Lebih terperinci

PENELAAHAN PRIORITAS BESARAN CADANGAN BAHAN BAKAR NASIONAL. Agus Nurhudoyo

PENELAAHAN PRIORITAS BESARAN CADANGAN BAHAN BAKAR NASIONAL. Agus Nurhudoyo PENELAAHAN PRIORITAS BESARAN CADANGAN BAHAN BAKAR NASIONAL Agus Nurhudoyo Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi agusn@p3tkebt.esdm.go.id

Lebih terperinci

Gambar V.1.Tindak lanjut arsitektur informasi rantai pasok BBM

Gambar V.1.Tindak lanjut arsitektur informasi rantai pasok BBM BAB V TINDAK LANJUT UNTUK ARSITEKTUR INFORMASI Tindak lanjut untuk arsitektur informasi BBM memberikan langkah berikutnya setelah dihasilkan rancangan arsitektur informasi rantai pasok BBM. Tindak lanjut

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis Solusi bisnis dibuat berdasarkan akar permasalahan yang terjadi di lapangan. Akar permasalahan yang terjadi dibidang rantai pasok distribusi PT.PERTAMINA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat tergantung pada sarana

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat tergantung pada sarana IV-27 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat tergantung pada sarana transportasi laut sebagai sarana penghubung utama antara pulau. Distribusi barang antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan listrik merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan berbagai kegiatan dapat dilakukan dengan adanya peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rantai pasok Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan kumpulan proses bisnis kompleks, tersebar mulai dari penyedia minyak, pengolahan minyak, pengangkutan minyak, pengecer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi adalah kegiatan manusia yang sangat penting dalam menunjang dan mewujudkan interaksi sosial serta ekonomi dari suatu wilayah kajian. Salah satu

Lebih terperinci

Model Rantai Pasok Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max Plus dengan Mempertimbangkan Prioritas Transisi

Model Rantai Pasok Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max Plus dengan Mempertimbangkan Prioritas Transisi Model Rantai Pasok Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max Plus dengan Mempertimbangkan Prioritas Transisi Shofiyatul Mufidah a, Subiono b a Program Studi Matematika FMIPA ITS Surabaya Jl. Arief Rahman Hakim,

Lebih terperinci

Manajemen Tranportasi dan Distribusi. Dosen : Moch Mizanul Achlaq

Manajemen Tranportasi dan Distribusi. Dosen : Moch Mizanul Achlaq Manajemen Tranportasi dan Distribusi Dosen : Moch Mizanul Achlaq Pendahuluan Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat

Lebih terperinci

Manajemen Transportasi dan Distribusi. Diadopsi dari Pujawan N

Manajemen Transportasi dan Distribusi. Diadopsi dari Pujawan N Manajemen Transportasi dan Distribusi Diadopsi dari Pujawan N Pendahuluan Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENENTUAN POLA DISTRIBUSI LAUT YANG TEPAT UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN PENDISTRIBUSIAN YANG OPTIMAL

TUGAS AKHIR PENENTUAN POLA DISTRIBUSI LAUT YANG TEPAT UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN PENDISTRIBUSIAN YANG OPTIMAL TUGAS AKHIR PENENTUAN POLA DISTRIBUSI LAUT YANG TEPAT UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN PENDISTRIBUSIAN YANG OPTIMAL (Studi Kasus PT.PERTAMINA Persero, Jakarta.) Oleh : SRI BATHORO WRESNIADHI

Lebih terperinci

MANAJEMEN TRANPORTASI DAN DISTRIBUSI

MANAJEMEN TRANPORTASI DAN DISTRIBUSI MANAJEMEN TRANPRTASI DAN DISTRIBUSI PENDAHULUAN Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat menentukan apakah produk

Lebih terperinci

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 06/P/BPH Migas/III/2005 TENTANG

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 06/P/BPH Migas/III/2005 TENTANG BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 06/P/BPH Migas/III/2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN BERSAMA FASILITAS PENGANGKUTAN DAN PENYIMPANAN BAHAN

Lebih terperinci

PRESENTASI SKRIPSI OPTIMASI RANTAI DISTRIBUSI LNG PAGERUNGAN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN GAS BALI LOGO. I Putu Yusna Armita

PRESENTASI SKRIPSI OPTIMASI RANTAI DISTRIBUSI LNG PAGERUNGAN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN GAS BALI LOGO. I Putu Yusna Armita PRESENTASI SKRIPSI LOGO OPTIMASI RANTAI DISTRIBUSI LNG PAGERUNGAN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN GAS BALI I Putu Yusna Armita 4207 100 027 Contents Outline Skripsi Metodologi Penelitian Identifikasi Data Optimasi

Lebih terperinci

Rancangan dan analisis penjadwalan distribusi pada rantai pasok bahan bakar minyak menggunakan Petri Net

Rancangan dan analisis penjadwalan distribusi pada rantai pasok bahan bakar minyak menggunakan Petri Net Rancangan dan analisis penjadwalan distribusi pada rantai pasok bahan bakar minyak menggunakan Petri Net dan Aljabar Max-Plus Widdya P. Sierliawati, Subiono Widdya P. Sierliawati 1 *, Subiono 2 Institut

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI JAWA BARAT

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI JAWA BARAT LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI MASA PERSIDANGAN V TAHUN 2015-2016 KE PROVINSI JAWA BARAT Dalam Rangka Pengawasan Kesiapan Penyediaan Bahan Bakar Minyak dan Gas serta Ketenagalistrikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian yang telah diperoleh dan simpulan merupakan jawaban. dari perumusan masalah yang ada sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian yang telah diperoleh dan simpulan merupakan jawaban. dari perumusan masalah yang ada sebagai berikut: BAB V PENUTUP Hasil penelitian yang telah diperoleh dan simpulan merupakan jawaban dari perumusan masalah yang ada sebagai berikut: 5.1. Simpulan 5.1.1. Hasil analisis menunjukkan bahwa dapat didentifikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia khususnya di Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia khususnya di Jakarta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia khususnya di Jakarta semakin besar dan berkembang pesat seiring perkembangan kepadatan penduduk dan juga arus globalisasi,

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGATURAN SANDAR KAPAL PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA

OPTIMASI PENGATURAN SANDAR KAPAL PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA 1 OPTIMASI PENGATURAN SANDAR KAPAL PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA Richson Lamron P Dosen Pembimbing : Sunaryo dan Riko Butarbutar Program Sarjana Teknik Perkapalan Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 1.1 Latar Belakang Sistem transportasi merupakan salah satu bagian penting bagi suatu pembangunan negara. Transportasi menjadi salah satu sektor pendukung kemajuan sistem logistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik jumlahnya maupun macamnya. Usaha-usaha dalam pembangunan sarana angkutan laut yang dilakukan sampai

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN PACKING PLANT PADA DISTRIBUSI SEMEN DI KALIMANTAN MENGGUNAKAN METODE TRANSSHIPMENT: STUDI KASUS PT. SEMEN GRESIK

STUDI PENGGUNAAN PACKING PLANT PADA DISTRIBUSI SEMEN DI KALIMANTAN MENGGUNAKAN METODE TRANSSHIPMENT: STUDI KASUS PT. SEMEN GRESIK STUDI PENGGUNAAN PACKING PLANT PADA DISTRIBUSI SEMEN DI KALIMANTAN MENGGUNAKAN METODE TRANSSHIPMENT: STUDI KASUS PT SEMEN GRESIK Ikhyandini GA dan Nadjadji Anwar Bidang Keahlian Manajemen Proyek Program

Lebih terperinci

BAB 5 Simpulan dan Saran. Gambar 5.1 Pola Operasional Kapal (proposed)

BAB 5 Simpulan dan Saran. Gambar 5.1 Pola Operasional Kapal (proposed) BAB 5 Simpulan dan Saran 5.1 Simpulan 5.1.1 Simpulan Hasil Penelitian Mengacu kepada rumusan masalah, maka pola operasional yang dihasilkan dari pengolahan data (proposed) dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Lebih terperinci

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA)

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA) MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA) Ivan Akhmad 1) dan Ahmad Rusdiansyah 2) 1) Program Studi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. mengacu kepada SDLC model waterfall berdasarkan referensi Ian Sommerville,

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. mengacu kepada SDLC model waterfall berdasarkan referensi Ian Sommerville, BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pengembangan perangkat lunak dalam penelitian ini dilakukan dengan mengacu kepada SDLC model waterfall berdasarkan referensi Ian Sommerville, yang terbagi atas 4

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Persediaan merupakan aset terbesar yang dimiliki supply chain. Banyak perusahaan yang memiliki nilai persediaanya melebihi 25% dari nilai keseluruhan aset. Manajemen persediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertamina didirikan dengan Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1971 tentang perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi Negara. Kemudian berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Semakin tingginya perkembangan industri membuat persaingan setiap pelaku industri semakin ketat dan meningkat tajam. Setiap pelaku industri harus mempunyai strategi

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE KOTA PALEMBANG PROVINSI SUMATERA SELATAN MASA PERSIDANGAN V TAHUN SIDANG

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE KOTA PALEMBANG PROVINSI SUMATERA SELATAN MASA PERSIDANGAN V TAHUN SIDANG LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE KOTA PALEMBANG PROVINSI SUMATERA SELATAN MASA PERSIDANGAN V TAHUN SIDANG 2016-2017 02-04 Juni 2017 BAGIAN I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pemenuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Proses Layanan Bisnis. B. Transportasi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Proses Layanan Bisnis. B. Transportasi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Layanan Bisnis Pada umumnya proses layanan bisnis yang digunakan setiap perusahaan jasa penyewaan kapal untuk mendistribusikan barang adalah perusahaan tersebut mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang sangat dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang sangat dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, sumber daya alam ini menjadi salah satu penunjang utama untuk menigkatkan kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua sektor industri. Hal itu dikarenakan hampir semua sektor industri selalu mencakup proses distribusi

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat VII. PERANCANGAN PROGRAM 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat Mengacu pada Visi Kabupaten Lampung Barat yaitu Terwujudnya masyarakat Lampung Barat

Lebih terperinci

Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains)

Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains) Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Gambaran rantai pasokan global Kondisi Ekonomi global sebagai alasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Pertamina (Persero) merupakan badan usaha milik negara yang bergerak dibidang energi meliputi minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan. PT. Pertamina menjalankan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAIIULUAN I.1 LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAI!

BAB I PENDAIIULUAN I.1 LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAI! BAB I PENDAIIULUAN I.1 LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAI! Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang minyak dan gas bumi selalu berusaha untuk meningkatkan kineda dari setiap unit

Lebih terperinci

Analisa Rantai Pasok Material Pada Kawasan Industri Maritim Terhadap Produktivitas Industri Perkapalan

Analisa Rantai Pasok Material Pada Kawasan Industri Maritim Terhadap Produktivitas Industri Perkapalan Analisa Rantai Pasok Material Pada Kawasan Industri Maritim Terhadap Produktivitas Industri Perkapalan Materials Supply Chain Analysis In The Maritime Industrial Estate On The Productivity Of Shipbuilding

Lebih terperinci

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006 PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006 PENGENALAN DASAR-DASAR ANALISIS OPERASI TRANSPORTASI Penentuan Rute Sistem Pelayanan

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 10 & 11: MANAJEMEN TRANSPORTASI & DISTRIBUSI

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 10 & 11: MANAJEMEN TRANSPORTASI & DISTRIBUSI MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 10 & 11: MANAJEMEN TRANSPORTASI & DISTRIBUSI By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian

BAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Menurut Hall (2009), Sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan yang saling berfungsi dengan tujuan yang sama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT. Pertamina (Persero) merupakan perusahaan milik negara yang bergerak di bidang energi meliputi minyak, gas serta energi baru dan terbarukan. PT. Pertamina

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ANGKUTAN BARANG 2/23/2018. Pertemuan 1 MATA KULIAH: PERENCANAAN SISTEM LOGISTIK DAN TRANSPORTASI

PENDAHULUAN ANGKUTAN BARANG 2/23/2018. Pertemuan 1 MATA KULIAH: PERENCANAAN SISTEM LOGISTIK DAN TRANSPORTASI Pertemuan 1 PENDAHULUAN MATA KULIAH: PERENCANAAN SISTEM LOGISTIK DAN TRANSPORTASI Dr.Eng. M. Zudhy Irawan, S.T, M.T zudhyirawan.staff.ugm.ac.id ANGKUTAN BARANG 1 Urgensi Angkutan Barang dalam Performansi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.399, 2014 BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan peningkatan yang significan tiap tahunnya, hal ini nyata dilihat sejak digulirnya konsep otonomi

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Disusun Oleh: Puput Resno Aji Nugroho (09.11.2819) 09-S1TI-04 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK) AMIKOM YOGYAKARTA Jalan

Lebih terperinci

MODEL PERENCANAAN TRANSPORTASI LAUT DISTRIBUSI BBM: DUMAI PONTIANAK BELAWAN - KRUENG RAYA

MODEL PERENCANAAN TRANSPORTASI LAUT DISTRIBUSI BBM: DUMAI PONTIANAK BELAWAN - KRUENG RAYA MODEL PERENCANAAN TRANSPORTASI LAUT DISTRIBUSI BBM: DUMAI PONTIANAK BELAWAN - KRUENG RAYA Firmanto Hadi 1, Hasan Iqbal Nur 1, Irfa atil Karimah 1 *, Fara Putri Nur Hariadi 1 1 Jurusan Transportasi Laut,

Lebih terperinci

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PT Pertamina (Persero) Unit Pemasaran V merupakan perusahaan milik

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PT Pertamina (Persero) Unit Pemasaran V merupakan perusahaan milik 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN PT Pertamina (Persero) Unit Pemasaran V merupakan perusahaan milik negara yang bergerak di bidang usaha pemasaran minyak dan gas bumi diwilayah Jawa Timur,

Lebih terperinci

Supply Chain. Management. an overview. MUSTHOFA HADI, SE mister-ebiz.blogspot.com

Supply Chain. Management. an overview. MUSTHOFA HADI, SE mister-ebiz.blogspot.com Supply Chain Management an overview MUSTHOFA HADI, SE mister-ebiz.blogspot.com Beberapa Issu Penting Aliran material/produk adalah sesuatu yang komplek. Munculnya SCM dilatar belakangi oleh perubahan dalam

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR. Studi Kebutuhan dan Kapasitas CNG Carrier pada Distribusi CNG dari FSRU ke End Costumer dengan Pendekatan Simulasi

SIDANG TUGAS AKHIR. Studi Kebutuhan dan Kapasitas CNG Carrier pada Distribusi CNG dari FSRU ke End Costumer dengan Pendekatan Simulasi SIDANG TUGAS AKHIR Studi Kebutuhan dan Kapasitas CNG Carrier pada Distribusi CNG dari FSRU ke End Costumer dengan Pendekatan Simulasi EKO BUDI FEBRIANTO 2509.100.023 Latar Belakang 27 3 nd th rd Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsional Logistic merupakan unit bisnis yang memiliki fungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. fungsional Logistic merupakan unit bisnis yang memiliki fungsi sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Logistic merupakan bagian penting bagi setiap perusahaan, secara fungsional Logistic merupakan unit bisnis yang memiliki fungsi sebagai penghubung secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di banyak tempat dan beberapa lokasi sesuai dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di banyak tempat dan beberapa lokasi sesuai dengan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan jumlah pembangkit listrik di Indonesia merupakan akibat langsung dari kebutuhan listrik yang meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, karena listrik merupakan energi

Lebih terperinci

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 13/P/BPH MIGAS/IV/2008 TENTANG

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 13/P/BPH MIGAS/IV/2008 TENTANG BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 13/P/BPH MIGAS/IV/2008 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN ATAS PELAKSANAAN PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Melalui pembahasan dari Bab I sampai dengan pembahasan Bab IV dan sejumlah 5 (lima) pertanyaan yang dilampirkan pada rumusan masalah, maka kami dapat memberikan

Lebih terperinci

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAN PENJADWALAN DISTRIBUSI UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN METODE SAVINGS MATRIX

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAN PENJADWALAN DISTRIBUSI UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN METODE SAVINGS MATRIX PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAN PENJADWALAN DISTRIBUSI UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN METODE SAVINGS MATRIX DI PT. CAHAYA SEJAHTERA SENTOSA BLITAR SKRIPSI Oleh : MONICA WINA NURANI 0532010228

Lebih terperinci

Bab 3 Faktor Pengendali Supply Chain

Bab 3 Faktor Pengendali Supply Chain Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Bab 3 Faktor Pengendali Supply Chain Dr. Eko Ruddy Cahyadi 3-1 Pengendali kinerja Supply Chain Fasilitas Persediaan Transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Saat ini, supply chain management (SCM) telah menjadi salah satu alat perbaikan bisnis yang paling kuat. Setiap organisasi harus melakukan transformasi baik dari segi

Lebih terperinci

Pesawat Polonia

Pesawat Polonia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara maritim sekaligus negara kepulauan terbesar di dunia, tidak bisa dibantah bahwa pelabuhan menjadi cukup penting dalam membantu peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 12 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Distribusi suatu produk mempunyai peran yang penting dalam suatu mata rantai produksi. Hal yang paling relevan dalam pendistribusian suatu produk adalah transportasi

Lebih terperinci

TRANSPORTASI DALAM RANTAI PASOK DAN LOGISTIK

TRANSPORTASI DALAM RANTAI PASOK DAN LOGISTIK TRANSPORTASI DALAM RANTAI PASOK DAN LOGISTIK Oleh: Dr. Zaroni, CISCP. Senior Consultant at Supply Chain Indonesia Transportasi berperan penting dalam manajemen rantai pasok. Dalam konteks rantai pasok,

Lebih terperinci

Sinergi pengembangan kawasan industri dan pergudangan dengan pelabuhan peti kemas di kawasan khusus Madura

Sinergi pengembangan kawasan industri dan pergudangan dengan pelabuhan peti kemas di kawasan khusus Madura Sinergi pengembangan kawasan industri dan pergudangan dengan pelabuhan peti kemas di kawasan khusus Madura Dr. Saut Gurning Fakultas Teknologi Kelautan ITS Jalan Arif Rahman Hakim, Keputih-Sukolilo, Surabaya,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Faktor Penanggulangan Bencana Menurut Pettit dan Baresford (2009) terdapat factor utama dalam penanggulangan bencana yaitu: 1. Strategic planning o Ukuran (besarnya)

Lebih terperinci

Pengembangan Model dan Algoritma Tabu Search untuk Penjadwalan Kapal Tanker dengan Memperhatikan Kompatibilitas Muatan

Pengembangan Model dan Algoritma Tabu Search untuk Penjadwalan Kapal Tanker dengan Memperhatikan Kompatibilitas Muatan Pengembangan Model dan Algoritma Tabu Search untuk Penjadwalan Kapal Tanker dengan Memperhatikan Kompatibilitas Muatan Siti Nurminarsih dan Ahmad Rusdiansyah Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

PENELITIAN TUGAS AKHIR OPTIMASI KONFIGURASI JARINGAN SUPPLY CHAIN HULU GAS LPG 3 KG DI INDONESIA

PENELITIAN TUGAS AKHIR OPTIMASI KONFIGURASI JARINGAN SUPPLY CHAIN HULU GAS LPG 3 KG DI INDONESIA PENELITIAN TUGAS AKHIR OPTIMASI KONFIGURASI JARINGAN SUPPLY CHAIN HULU GAS LPG 3 KG DI INDONESIA Dystian Anggraini 2507.100.022 Dosen Pembimbing : Prof. Ir. I Nyoman Pujawan, M.Eng., Ph.D Dosen Ko-Pembimbing

Lebih terperinci

Internalisasi Biaya Eksternal pada Angkutan Laut BBM Domestik

Internalisasi Biaya Eksternal pada Angkutan Laut BBM Domestik JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (213) ISSN: 23373539 (2319271 Print) E27 Internalisasi Biaya Eksternal pada Angkutan Laut BBM Domestik Ni Putu Intan Pratiwi dan Firmanto Hadi, S.T., M.Sc. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

4. URUSAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

4. URUSAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 4. URUSAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral pada tahun 2012 telah dialokasikan anggaran APBD Provinsi Kalimantan Selatan (Belanja Langsung) sebesar Rp 11.466.229.000,00

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Data aktual konsumsi bahan bakar minyak solar oleh alat-alat berat dan produksi yang dipergunakan PT. Pamapersada Nusantara adalah data konsumsi bahan bakar

Lebih terperinci

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptual Pemikiran konseptual dalam penelitian ini berdasarkan pada tantangan yang dihadapi oleh PT PERTAMINA (Persero) dalam rangka pengambilan keputusan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan dua pertiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Distribusi merupakan proses penyaluran produk dari produsen sampai ke tangan masyarakat atau konsumen. Kemudahan konsumen dalam menjangkau produk yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar II.1. Bentuk sederhana rantai pasok (3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar II.1. Bentuk sederhana rantai pasok (3) BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Supply Chain Management Supply chain (rantai pasok) merupakan penyelarasan kegiatan perusahaan yang membawa produk atau layanan menuju ke pasar (3). Lingkup rantai pasok meliputi

Lebih terperinci

PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP)

PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP) PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP) Rezki Susan Ardyati dan Dida D. Damayanti Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

Oleh Kamis, 19 Oktober :36 - Update Terakhir Kamis, 02 November :21

Oleh Kamis, 19 Oktober :36 - Update Terakhir Kamis, 02 November :21 Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro hari Rabu (18/10) memaparkan kesiapan sektor ESDM terutama bidang listrik, migas dan geologi menghadapi Hari Raya Idul Fitri 1427 Hijriyah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri migas sebagai industry bergerak dalam produksi minyak bumi atau gas alam memiliki sebuah system dalam distribusi produk mereka setelah diambil dari sumur bor

Lebih terperinci

Mode Distribusi & Transportasi. Tita Talitha, MT

Mode Distribusi & Transportasi. Tita Talitha, MT Mode Distribusi & Transportasi Tita Talitha, MT Pikirkan bagaimana produk-produk berikut sampai ke tangan pelanggan: Gula pasir Sabun cuci Roti kaleng Minyak goreng Air mineral Coca cola Pelanggan Pelanggan

Lebih terperinci

Ir. Dicky Gumilang, MSc. Manajemen Rantai Pasokan

Ir. Dicky Gumilang, MSc. Manajemen Rantai Pasokan Ir. Dicky Gumilang, MSc. Manajemen Rantai Pasokan Transportasi memindahkan produk dari satu tempat ke tempat lain, mendukung suatu rantai pasokan menjalankan fungsi pengiriman barang dari hulu (pemasok)

Lebih terperinci

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 07/P/BPH MIGAS/IX/2005 TENTANG

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 07/P/BPH MIGAS/IX/2005 TENTANG BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 07/P/BPH MIGAS/IX/2005 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas beribu ribu pulau besar dan kecil berupa daratan dan sebagian besar perairan terdiri atas

Lebih terperinci

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015 REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas Jakarta, 13 Mei 2015 Outline Rekomendasi 1. Rekomendasi Umum 2. Pengelolaan Penerimaan Negara Dari Sektor Minyak dan Gas Bumi 3. Format Tata Kelola

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya perusahaan di dunia industri saat ini menuntut setiap perusahaan untuk terus berusaha mencari cara terbaik agar memiliki daya saing yang lebih tinggi daripada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di tengah gencar - gencarnya program pemerintah mengenai konversi energi, maka sumber energi alternatif sudah menjadi pilihan yang tidak terelakkan, tak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendistribusian suatu barang merupakan persoalan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari baik oleh pemerintah maupun oleh produsen. Dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. strategi yang dimiliki oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk adalah sebagai berikut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. strategi yang dimiliki oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk adalah sebagai berikut. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari berbagai tinjauan pembahasan dan analisis dimuka, maka dalam persoalan untuk menemukan keunggulan bersaing dan evaluasi perumusan strategi yang dimiliki oleh PT. Astra Agro

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH. pengkapalan propylene termasuk dalam kategori sebagai berikut:

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH. pengkapalan propylene termasuk dalam kategori sebagai berikut: BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Jenis Simulasi Metode simulasi sederhana yang akan kami pergunakan dalam penjadwalan propylene unit ROPP, berdasarkan teori simulasi yang telah dibahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kurun waktu terakhir, persaingan dalam bidang ekonomi semakin kuat. Dipengaruhi dengan adanya perdagangan bebas, tingkat kompetisi menjadi semakin ketat. Hal

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL KINERJA SISTEM ERP PADA MODUL MATERIAL MANAGEMENT

BAB 4 HASIL KINERJA SISTEM ERP PADA MODUL MATERIAL MANAGEMENT 124 BAB 4 HASIL KINERJA SISTEM ERP PADA MODUL MATERIAL MANAGEMENT 4.1 Evaluasi Perspektif dalam IT Balanced Scorecard Sesudah menetapkan ukuran dan sasaran strategis dari masing-masing perspektif IT balanced

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun yang lalu, pemerintah Indonesia begitu gencarnya mensosialisasikan konversi / penggantian bahan bakar dari minyak tanah ke gas, yakni LPG (elpiji)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan operasional pendistribusian suatu produk dilakukan menyusun jadual dan menentukan rute. Penentuan rute merupakan keputusan pemilihan jalur terbaik sebagai upaya

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN PRODUK BARU DALAM PERSPEKTIF SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

BAB 3 PERANCANGAN PRODUK BARU DALAM PERSPEKTIF SUPPLY CHAIN MANAGEMENT BAB 3 PERANCANGAN PRODUK BARU DALAM PERSPEKTIF SUPPLY CHAIN MANAGEMENT 3.1 Pendahuluan Dalam perspektif supply chain, perancangan produk baru adalah salah satu fungsi vital yang sejajar dengan fungsi-fungsi

Lebih terperinci

ANALISIS PENATAAN LANJUTAN WILAYAH PENYALURAN PADA RANTAI PASOK PENDISTRIBUSIAN LPG TERTENTU: STUDI KASUS DI KOTA BATU MALANG

ANALISIS PENATAAN LANJUTAN WILAYAH PENYALURAN PADA RANTAI PASOK PENDISTRIBUSIAN LPG TERTENTU: STUDI KASUS DI KOTA BATU MALANG ANALISIS PENATAAN LANJUTAN WILAYAH PENYALURAN PADA RANTAI PASOK PENDISTRIBUSIAN LPG TERTENTU: STUDI KASUS DI KOTA BATU MALANG Setijadi Jurusan Teknik Industri Universitas Widyatama E-mail: setijadi@widyatama.ac.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki cadangan gas yang cukup besar dan diperkirakan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi hingga 59 tahun mendatang (ESDM, 2014). Menurut Kompas

Lebih terperinci

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri Hubungi Kami (021) 3193 0108 (021) 3193 0109 (021) 3193 0070 (021) 3193 0102 marketing@cdmione.com www.cdmione.com A ngkutan barang memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses manajemen rantai pasok atau Supply Chain Management. (SCM) telah menjadi komponen utama dari strategi persaingan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Proses manajemen rantai pasok atau Supply Chain Management. (SCM) telah menjadi komponen utama dari strategi persaingan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG DAN MASALAH Proses manajemen rantai pasok atau Supply Chain Management (SCM) telah menjadi komponen utama dari strategi persaingan untuk meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN) merupakan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN) merupakan perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN) merupakan perusahaan salah satu perusahaan dibawah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang transportasi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Perusahaan-perusahaan besar saat ini menggunakan sistem Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Perusahaan-perusahaan besar saat ini menggunakan sistem Teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Perusahaan-perusahaan besar saat ini menggunakan sistem Teknologi Informasi yang berkembang sedemikian pesat. Keamanan data/informasi elektronik menjadi hal

Lebih terperinci