ELASTISITAS PERMINTAAN ENERGI LISTRIK PT. PLN (PERSERO) PADA KELOMPOK RUMAH TANGGA (R1-900VA) DI KABUPATEN PURWOREJO TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ELASTISITAS PERMINTAAN ENERGI LISTRIK PT. PLN (PERSERO) PADA KELOMPOK RUMAH TANGGA (R1-900VA) DI KABUPATEN PURWOREJO TAHUN"

Transkripsi

1 ELASTISITAS PERMINTAAN ENERGI LISTRIK PT. PLN (PERSERO) PADA KELOMPOK RUMAH TANGGA (R1-900VA) DI KABUPATEN PURWOREJO TAHUN Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : NASTITI YANUARI NIM. F FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

2 ELASTISITAS PERMINTAAN ENERGI LISTRIK PT. PLN (PERSERO) PADA KELOMPOK RUMAH TANGGA (R1-900VA) DI KABUPATEN PURWOREJO TAHUN Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : NASTITI YANUARI NIM. F FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 ii

3 iii

4 iv

5 PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk : Bapak dan Ibu Kakak-kakakku Adik-adikku Keluarga besarku Saudara-saudaraku Sahabat-sahabat baikku Almamater v

6 MOTTO Allah tidak membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya... (Q.S. Al-Baqarah: 286) Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (Q.S. Al-Insyirah: 6) Bersama-Mu tak ada jalan buntu... (Penulis) vi

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat, hidayah dan petunjuknya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Elastisitas Permintaan Energi Listrik PT. PLN (Persero) Pada Kelompok Rumah Tangga (R VA) Di Kabupaten Purworejo Periode Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Dalam pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan, dan motivasi dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan kepada: 1. Bapak Drs. Agustinus Suryantoro, M.S. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kemudahan dengan ijin yang diberikan. 4. Ibu Izza Mafruhah, S.E, M.Si selaku sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta vii

8 yang telah memberikan bantuan dan kemudahan kepada penulis untuk kepentingan skripsi ini. 5. Ibu Nurul Istiqomah, S.E, M.Si selaku Pembimbing Akademik. 6. Seluruh Dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan 7. Seluruh staf dan karyawan PT. PLN (Persero) APJ Magelang dan UPJ Purworejo yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan pengambilan data-data serta informasi yang sangat bermanfaat bagi penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. 8. Segenap staf dan karyawan BPS Surakarta dan BPS Kabupaten Purworejo yang membantu serta memberikan data dan informasi kepada penulis dalam penelitian ini. 9. Iis, Sesil, Mutz, Wia, Khurul, Ratih, Didi dan teman-teman EP 07, perjuangan masih terus berlanjut. 10. Miol, Erna, Mas Catur, Mbak Febri, dan teman-teman FE UNS, terima kasih untuk bantuannya selama ini. 11. Cincin, Nungky, Mbak Ageng, Mbak Viska, Mbak Ika, Mbak Heni dan teman-teman Wisma Inabah, terima kasih atas kebersamaannya selama ini. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat viii

9 berguna bagi siapa saja yang telah membacanya dan dapat mengambil manfaat atas apa yang baik dan berguna dalam skripsi ini. Surakarta, Maret 2011 Penulis ix

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v HALAMAN MOTTO... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi ABSTRAK... xvii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 6 C. Tujuan Penelitian... 7 D. Manfaat Penelitian... 7 BAB II. LANDASAN TEORI A. Permintaan Hukum Permintaan Fungsi Permintaan Dan Kurva Permintaan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan x

11 4. Permintaan Pasar Akan Suatu Barang B. Elastisitas Konsep Elastisitas Jenis-Jenis Elastisitas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Elastisitas Permintaan C. Produk Domestik Bruto Pendapatan Regional 2. Kegunaan Statistik Pendapatan Regional Metode Dasar Untuk Perhitungan PDRB Riil D. Hasil Penelitian Terdahulu E. Kerangka Pemikiran F. Hipotesa BAB III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian B. Jenis Dan Sumber Data C. Teknik Pengumpulan Data D. Devinisi Operasional Variabel Penelitian E. Metode Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis Regresi Berganda Double-Log Analisis Ekonometrika Analisis Statistik xi

12 BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kabupaten Purworejo Keadaan Geografis Keadaan Demografis Perkembangan Ekonomi B. Gambaran Umum PT. PLN (Persero) Sejarah Visi, Misi, Motto PT. PLN Kegiatan Usaha C. Analisis Deskriptif D. Hasil Analisis Regresi E. Interpretasi Hasil Secara Ekonomi BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL TABEL Halaman 1.1. Banyaknya Pelanggan Listrik PLN dan Jenis Pemakaian di Kabupaten Purworejo Pembagian Wilayah Kabupaten Purworejo Menurut Kecamatan Tahun Banyaknya Rumah Tangga dan Kepadatan per Km 2 di Kabupaten Purworejo Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Purworejo Tahun Nilai PDRB Per tenaga Kerja Kabupaten Purworejo Tahun PDRB atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2000 dan Perkembangannya di Kabupaten Purworejo Tahun Petumbuhan Sektor Ekonomi di Kabupaten Purworejo Tahun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita Harga Konstan 2000 Kabupaten Purworejo Tahun Tarif Dasar Listrik (Rupiah/Kva/Bulan) Harga Minyak Tanah/liter (rupiah) Tahun xiii

14 4.10. Tabel Jumlah Konsumsi Listrik Rumah Tangga (R VA) di Kabupaten Purworejo Tahun Hasil Estimasi Regresi Double-log Tabel Hasil Uji Multikilinieritas dengan Metode Koutsonyiannis Tabel Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji White xiv

15 DAFTAR GAMBAR GAMBAR Halaman 2.1 Kurva Permintaaan Kurva Elastisitas Kerangka Pemikiran Uji Autokorelasi Uji t Daerah Kritis Uji F Durbin Waston Test xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian Lampiran 2 Data Penelitian Lampiran 3 Hasil Regresi Data Lampiran 4 Uji Multikolinieritas Lampiran 5 Uji Heteroskesdastisitas xvi

17 ABSTRAK ELASTISITAS PERMINTAAN ENERGI LISTRIK PT. PLN (PERSERO) PADA KELOMPOK RUMAH TANGGA (R1-900VA) DI KABUPATEN PURWOREJO TAHUN Oleh: Nama : Nastiti Yanuari NIM : F Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui elastisitas variabel PDRB per kapita harga konstan, tarif dasar listrik, dan harga minyak tanah terhadap jumlah konsumsi listrik rumah tangga (R VA) di Kabupaten Purworejo tahun Penelitian ini menggunakan data sekunder yang tergolong data time series dan bersifat kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik kepustakaan yang didapat dari berbagai sumber, seperti PT. PLN (Persero) APJ Magelang dan UPJ Purworejo, BPS Purworejo dan BPS Surakarta serta rujukan dari internet. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan estimasi model Ordinary Least Square (OLS) dimana jumlah konsumsi listrik tetap sebagai variabel dependen sedangkan variabel PDRB per kapita harga konstan, tarif dasar listrik, dan harga minyak tanah sebagai variabel independen. Berdasarkan hasil penelitian, variabel PDRB per kapita harga konstan memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap jumlah konsumsi listrik rumah tangga (R VA). Variabel tarif dasar listrik mempunyai pengaruh yang signifikan dan negatif sedangkan variabel harga minyak tanah tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap jumlah konsumsi listrik rumah tangga (R VA). Dari semua variabel tersebut di atas yang bersifat elastis hanya variabel PDRB per Kapita harga konstan sedangkan variabel tarif dasar listrik dan harga minyak tanah bersifat inelastis. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tersebut yaitu hanya PDBR per kapita harga konstan dan tarif dasar listrik yang berpengaruh terhadap jumlah konsumsi listrik rumah tangga. Saran yang diajukan kepada PT PLN (Persero) untuk meningkatkan mutu pelayanan dengan memperluas jaringan listrik di Kabupaten Purworejo. PT PLN (Persero) juga harus kreatif dan inofatif dalam konversi pembangkit listrik berbahan bakar minyak ke gas. Di samping itu diharap masyarakat dapat mengikuti program hemat energi listrik demi kelangsungan sumber daya listrik di masa depan. Keyword : Jumlah energi listrik, PDRB per kapita harga konstan, tarif dasar listrik dan harga minyak tanah.

18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Energi listrik merupakan suatu bentuk energi yang vital peranannya karena secara langsung mensejahterakan kehidupan manusia. Semakin tinggi tingkat kesejahteraan, semakin tinggi pula tingkat ketergantungan pada ketersediaan energi listrik yang memadai dan berkualitas. Energi listrik juga merupakan faktor penting dalam proses industrialisasi. Dengan semakin majunya perindustrian maka semakin penting dan besar peran energi listrik itu dalam menjamin kelangsungan pengembangan selanjutnya. Listrik biasa digunakan dalam kegiatan rumah tangga sehari-hari maupun kegiatan industri komersial. Energi listrik tersebut dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan penerangan dan juga proses produksi yang melibatkan beranekajenis barang elektronik. Sumber energi litrik yang dapat diandalkan dan berkelanjutan merupakan hal yang sangat penting bagi Indonesia. Mengingat begitu pentingnya energi listrik bagi kehidupan manusia, maka diperlukan upaya untuk melestarikan energi listrik tersebut agar bisa digunakan seoptimal mungkin. Ketersediaan energi listrik di Indonesia untuk saat ini dirasa belum bisa memenuhi peningkatan kebutuhan hidup manusia sehari-hari. Adanya pemutusan sementara dan pembagian energi listrik secara bergilir merupakan salah satu ciri bahwa di Indonesia untuk ketersediaan energi listriknya masih 1

19 sangat terbatas. Hal ini terjadi karena permintaan akan konsumsi energi listrik tersebut tidak sebanding dengan ketersediaan energi listrik yang ditawarkan oleh PT. PLN (Persero) itu sendiri. Selain itu, dengan adanya pertumbuhan perekonomian yang terus menerus, juga akan meningkatkan kebutuhan energi listrik. Pada tahun 2007, total pembangkit listrik yang dimiliki Indonesia adalah sebesar MW, yang terdiri atas MW milik PLN dan MW milik swasta. Seperti yang dikemukakan oleh Tryfino (2007), bahwa masih banyak persoalan yang ditimbulkan karena adanya keterbatasan energi listrik tersebut. Persoalan pertama, rendahnya pertumbuhan penyediaan tenaga listrik yang rata-rata hanya 6%-9% per tahun dirasa sangat kurang untuk memenuhi permintaan akan energi listrik nasional. Yang kedua, adanya tingkat ketergantungan terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) sebagai pengganti listrik. Yang ketiga, masih tingginya subsidi listrik dan yang terakhir masih relatif tingginya susut jaringan (losses) PT PLN pada tahun 2006 yang susut jaringan di PLN mencapai 11,4% meleset dari target yang ditetapkan (10,2%). Chairul Hudaya (2009) menjelaskan bahwa rasio elektrisitas PT.PLN (Persero) di Indonesia pada tahun 2009 baru mencapai 62%, yang berarti bahwa 38% daerah Indonesia masih belum terlistriki. Banyak faktor yang melatarbelakanginya, misalnya kendala geografis, di samping masalah utama, yaitu masih kurangnya investasi di sektor ketenagalistrikan. Indonesia adalah negara kepulauan yang wilayahnya terdiri dari beberapa pulau besar dan beribu-ribu pulau kecil. Hal ini yang menjadi tantangan yang cukup berat bagi 2

20 PLN sebagai perusahaan yang mengelola kelistrikan di Indonesia. Sebagai satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi mandat oleh pemerintah dalam pengusahaan ketenagalistrikan di Indonesia (PKUK- Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan), PLN memiliki dua sisi peran yang terkadang saling berlawanan satu dengan yang lainnya : sisi bisnis dan sisi sosial. Di sisi bisnis, PLN harus dapat menjalankan bisnis untuk memperoleh keuntungan. Tarif Dasar Listrik (TDL) yang menjadi salah satu sumber pendapatan PLN yang dalam penetapannya memerlukan persetujuan pemerintah dan DPR untuk penetapannya. Bahkan TDL sering dijadikan isu komoditas politik dari para penguasa. Di sisi sosial, PLN diharapkan mampu membantu masyarakat Indonesia yang belum terlistriki dengan melakukan ekspansi jaringan distribusi listrik dan penambahan kapasitas pembangkit meskipun secara finansial belum tentu menguntungkan. Sejalan semakin membaiknya kondisi perekonomian akibat pembangunan yang terus menerus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat, penggolongan untuk aktivitas sektor ekonomi dapat dibagi menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu rumah tangga, usaha, industri dan umum. Rumah tangga adalah kelompok pelanggan yang menggunakan listrik sebagai salah satu energi yang dipakai dalam memenuhi kebutuhannya. Kelompok usaha terdiri dari usaha penginapan, rumah makan, perdagangan, jasa keuangan, jasa hiburan, dan jasa sosial. Kelompok industri berupa industri makan, tekstil, logam, permesinan dan industri lainya. Semua kelompok ini sebagai konsumen listrik, yang kebutuhannya terus meningkat. 3

21 PLN sendiri menggolongkan jenis pemakaian menjadi empat jenis, yaitu industri, dinas atau instansi, rumah tangga dan lain-lain. Tabel 1.1 Banyaknya Pelanggan Listrik PLN dan Jenis Pemakaian di Kabupaten Purworejo. Tahun Industri Dinas/Instansi Rumah Tangga Lain-Lain Total Sumber : BPS Dalam Angka 2009 Kabupaten Purworejo Total pemakaian energi listrik di Kabupaten Purworejo dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2009 mengalami pasang surut. Hal ini terlihat dari Tabel 1.1 yaitu total jumlah pemakaian energi listrik berdasarkan jenis pemakaian pada tahun 2004 yang mengalami penurunan dari total pada tahun 2004 turun menjadi di tahun Pada tahun 2008 jumlah pemakai listrik juga mengalami penurunan dari pada tahun 2007 menjadi ada tahun 2008 namun kembali naik menjadi pada tahun Banyak faktor yang mempengaruhi permintaan dan penggunaan energi listrik rumah tangga. Pola dan besarnya penggunaan energi listrik akan berbeda untuk setiap kelompok konsumennya yang tergantung pada dua faktor, yaitu : a. Untuk obyek apa energi listrik tersebut digunakan. b. Waktu penggunaan (hour load) (Philipson dan Willis dalam Bagio, 2007) 4

22 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permintaan akan energi listrik meliputi pendapatan konsumen, tarif atau harga energi listrik, ketersediaan energi listrik, harga energi substitusi dan kepemilikan peralatan, harga dan efisiensi penggunaan energi listrik. Menurut Nababan (2008) beberapa peneliti memasukkan variabel-variabel karakteristik rumah tangga dan demografik dalam mengestimasi permintaan energi listrik rumah tangga. Jumlah konsumsi akan energi listrik di Kabupaten Purworejo terus mengalami peningkatan untuk setiap tahunnya. Pertumbuhan penduduk yang meningkat merupakan salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan energi listrik, mengingat listrik sudah menjadi kebutuhan primer. Besarnya jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita Kabupaten Purworejo yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya juga merupakan salah satu faktor pendorong meningkatnya jumlah konsumsi energi listrik, terutama konsumsi energi listrik untuk kelompok rumah tangga. Menurut Catur (2010), rumah tangga adalah kelompok pelanggan yang menggunakan listrik sebagai salah satu energi yang dipakai dalam memenuhi kebutuhannya. Energi listrik sendiri sangat dibutuhkan oleh kelompok rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Jumlah konsumsi energi listrik rumah tangga dapat berubah akibat dari perubahan variabel-variabel seperti yang sudah dikemukakan di atas. Menurut Nababan (2008), dalam jangka pendek, perubahan dalam pendapatan dan harga listrik dapat mempengaruhi konsumsi energi listrik dengan mengubah intensitas penggunaan alat-alat listrik, sedangkan dalam jangka panjang rumah 5

23 tangga mempunyai kesempatan untuk melakukan penyesuaian terhadap stok kapital alat-alat listrik terutama dalam perubahan pendapatan. Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana dampak perubahan antara jumlah konsumsi energi listrik PT. PLN (Persero) kelompok rumah tangga di Kabupaten Purworejo sebagai akibat perubahan variabel-variabel independen yang mempengaruhinya menjadi penting untuk dikaji, maka digunakanlah analisis elastisitas. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka akan dilakukan penelitian dengan judul Elastisitas Permintaaan Energi Listrik PT. PLN (Persero) Untuk Kelompok Rumah Tangga (R VA) Di Kabupaten Purworejo Tahun B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana tingkat elastisitas variabel PDRB per Kapita harga konstan (PDRB) terhadap permintaan energi listrik PT. PLN (Persero) pada kelompok rumah tangga di Kabupaten Purworejo? 2. Bagaimana tingkat elastisitas variabel Tarif Dasar Listrik (TDL) terhadap permintaan energi listrik PT. PLN (Persero) pada kelompok rumah tangga di Kabupaten Purworejo? 3. Bagaimana tingkat elastisitas variabel Harga Minyak Tanah (HMT) terhadap permintaan energi listrik PT. PLN (Persero) pada kelompok rumah tangga di Kabupaten Purworejo? 6

24 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian yang dilakukan ini mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tingkat elastisitas variabel PDRB per Kapita harga konstan terhadap permintaan energi listrik PT. PLN (Persero) pada kelompok rumah tangga di Kabupaten Purworejo. 2. Untuk mengetahui tingkat elastisitas variabel tarif dasar listrik terhadap permintaan energi listrik PT. PLN (Persero) pada kelompok rumah tangga di Kabupaten Purworejo. 3. Untuk mengetahui tingkat elastisitas variabel harga minyak tanah terhadap permintaan energi listrik PT. PLN (Persero) pada kelompok rumah tangga di Kabupaten Purworejo. D. Manfaat Penelitian Dengan melaksanakan penelitian ini, diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut : 1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi kepada PT PLN dalam meningkatkan kualitas serta pelayanan yang diberikan kepada konsumen dan sebagai pertimbangan dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. 2. Memberikan sumbangan pemikiran terkait mengenai elastisitas permintaan energi listrik PT. PLN (Persero) pada kelompok rumah tangga di Kabupaten Purworejo. 7

25 3. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi perbandingan untuk penelitianpenelitian selanjutnya. 8

26 BAB II LANDASAN TEORI A. Permintaan Pengertian permintaan dapat diartikan sebagai kombinasi berbagai jenis barang yang hendak dibeli konsumen pada berbagai tingkat harga. Adapun yang dimaksud dengan teori permintaan menurut Sukirno (1996 : 76) adalah teori yang menerangkan tentang ciri hubungan di antara jumlah permintaan dan harga. Menurut Haryono (2001 : 11) permintaan konsumen akan suatu barang adalah berbagai jumlah dari suatu barang tertentu yang hendak dibeli oleh konsumen pada berbagai kemungkinan harga. 1. Teori Permintaan Teori permintaan dapat dirumuskan sebagai berikut : bila keadaan lain tetap bersifat konstan, maka kuantitas atau jumlah barang yang akan dibeli per unit waktu (dalam suatu rentang waktu tertentu) akan menjadi besar apabila harga semakin rendah (Bilas, 1992 : 14). Penjelasan mengenai perilaku konsumen yang paling sederhana didapati dalam hukum permintaan (Boediono, 2000 : 17), yang mengatakan bahwa bila harga suatu barang naik maka ceteris paribus jumlah yang diminta konsumen akan barang tersebut turun. Dan sebaliknya bila harga barang tersebut turun. Ceteris paribus berarti bahwa semua faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah yang diminta dianggap tidak berubah. 9

27 Ada dua pendekatan untuk menerangkan mengapa konsumen berperilaku seperti yang dinyatakan oleh Teori Permintaan : a. Pendekatan Marginal Utility Pendekatan marginal utility bertitik tolak pada anggapan bahwa kepuasan setiap konsumen bisa diukur dengan uang atau dengan satuan lain (utility yang bersifat cardinal). Anggapan bahwa utility bisa diukur dengan uang dan hukum Gossen (Law of diminishing marginal utility) berlaku, yaitu bahwa semakin banyak sesuatu barang dikonsumsikan, maka tambahan kepuasan (marginal utility) yang diperoleh dari setiap satuan tambahan yang dikonsumsikan akan menurun, dan konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan total yang maksimum. b. Pendekatan Indifference Curve Pendekatan indifference curve tidak memerlukan anggapan bahwa kepuasan konsumen bisa diukur. Anggapan yang diperlukan adalah bahwa tingkat kepuasan konsumen bisa dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah tanpa mengatakan berapa lebih tinggi atau lebih rendah (utility yang bersifat ordinal). Dalam pendekatan ini, perilaku konsumen mempunyai pola preferensi akan barang-barang konsumsi yang bisa dinyatakan dalam bentuk indifference map atau kumpulan dari indifference curve. Konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu dan konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan maksimum. Seperti yang dikemukakan Sukirno (1996 : 76) bahwa hukum permintaan menjelaskan sifat perkaitan di antara permintaan suatu barang 10

28 dengan harganya. Teori permintaan pada hakekatnya merupakan suatu hipotesa yang menyatakan: makin rendah harga suatu barang, makin banyak permintaan ke atas barang tersebut; sebaliknya makin tinggi harga sesuatu barang, makin sedikit permintaan keatas barang tersebut. Berdasarkan dari teori permintaan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kenaikan harga pada suatu barang tertentu dapat menyebabkan konsumen mencari barang lain yang dapat menggantikan barang yang mengalami kenaikan harga tersebut. Dan kenaikan harga suatu barang juga mengakibatkan pendapatan riil konsumen mengalami penurunan yang dapat menyebabkan konsumen untuk mengurangi jumlah konsumsinya ke berbagai jenis barang, terutama terhadap barang yang mengalami kenaikan harga. 2. Fungsi Permintaan Dan Kurva Permintaan Fungsi permintaan (demand fuction) adalah persamaan yang menunjukkan hubungan antara jumlah permintaan akan sesuatu barang dan semua faktor-faktor yang mempengaruhinya (Boediono, 2000:25). Qdx = f (Px, Py, I, T,...) Keterangan P x = Harga barang itu sendiri Py = Harga barang lain I T = Pendapatan = Selera Fungsi permintaan tidak bisa digambarkan pada diagram dengan dua dimensi. Kurva permintaan (demand curve) adalah gambar dari fungsi permintaan yang disederhanakan, yaitu dengan menganggap faktor-faktor 11

29 lain selain harga barang itu sendiri tidak berubah. Berikut ini gambar kurva permintaan: Gambar 2.1 Kurva Permintaan P x D 0 D X Kurva permintaan D : X = f (P x //P y, I, T) Kurva permintaan D : X = f(p x //P y, I, T ) Gambar 2.1 di atas menerangkan bahwa kurva permintaan bergeser karena adanya perubahan dari faktor-faktor lain (P y, P z, I, T) yang semula dianggap tetap (ceteris paribus). 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Menurut Sukirno (1996 : 76) dalam Pengantar Teori Mikroekonomi, bahwa permintaan seseorang atau sesuatu masyarakat terhadap suatu barang ditentukan oleh banyak faktor. Di antara faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah sebagai berikut : a. Harga Barang Itu Sendiri Permintaan akan suatu barang dipengaruhi oleh barang itu sendiri. Oleh sebab itu di dalam teori permintaan yang terutama dianalisis adalah 12

30 perkaitan di antara permintaan sesuatu barang dengan harga barang tersebut. Harga suatu barang akan mempengaruhi jumlah permintaan, jika harga barang itu naik maka jumlah permintaannya akan turun dan masyarakat akan beralih ke barang lainnya. Sebaliknya jika harga suatu barang turun, maka jumlah permintaan barang itu akan naik. b. Harga Barang-Barang Lain Perkaitan di antara suatu barang dengan berbagai jenis barang lainnya dapat dibedakan dalam tiga golongan yaitu : 1) Barang Pengganti Suatu barang dinamakan barang pengganti kepada suatu barang lain apabila barang itu dapat menggantikan fungsi dari barang lain tersebut. Harga barang pengganti dapat mempengaruhi permintaan barang yang dapat digantikannya. Sekiranya harga barang pengganti bertambah murah, maka barang yang digantikannya akan mengalami pengurangan dalam permintaan. Begitu juga sebaliknya apabila harga barang pengganti naik maka barang yang digantikannya akan mengalami peningkatan dalam permintaan. 2) Barang Penggenap Apabila suatu barang selalu digunakan bersama-sama dengan barang lainnya maka barang tersebut dinamakan barang penggenap kepada barang lain tersebut. Kenaikan atau penurunan permintaan ke atas barang penggenap selalu sejalan dengan perubahan permintaan 13

31 barang yang digenapinya. Jika permintaan naik atau bertambah, maka permintaan terhadap barang penggenap juga mengalami kenaikan ataupun sebaliknya. 3) Barang Netral Suatu barang dikatakan netral bila tidak mempunyai perkaitan sama sekali dengan barang yang bersangkutan. Apabila dua macam barang tidak mempunyai perkaitan yang rapat, perubahan ke atas permintaan salah satu barang tersebut tidak akan mempengaruhi permintaan barang lainnya. c. Pendapatan Para Pembeli Pendapatan para pembeli merupakan faktor yang sangat penting di dalam menentukan besar kecilnya permintaan terhadap suatu barang. Perubahan dalam jumlah pendapatan selalu berpengaruh terhadap perubahan terhadap suatu barang. Berdasarkan pada sifat perubahan permintaan apabila terjadi perubahan pendapatan maka jenis barang dapat dibedakan menjadi empat golongan : 1) Barang Inferior Barang inferior adalah barang yang banyak diminta oleh orangorang yang berpendapatan rendah. Apabila pendapatan bertambah tinggi maka permintaan terhadap barang-barang yang tergolong barang inferior berkurang. Para pembeli yang mengalami kenaikan pendapatan akan mengurangi pengeluarannya atas barang inferior dan menggantinya dengan barang-barang yang lebih baik mutunya. 14

32 2) Barang Esensiel Barang esensiel adalah barang yang sangat penting artinya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Apabila terjadi kenaikan pendapatan maka permintaan terhadap barang esensiel akan tetap. 3) Barang Normal Suatu barang dikatakan barang normal apabila barang tersebut mengalami kenaikan dalam permintaan sebagai akibat dari kenaikan pendapatan. 4) Barang Mewah Barang mewah adalah jenis-jenis barang yang dibeli orang apabila tingkat pendapatannya sudah relatif tinggi. Barang mewah ini akan dibeli masyarakat setelah dapat memenuhi kebutuhan pokok untuk makanan, pakaian dan perumahan. d. Distribusi Pendapatan Distribusi pendapatan juga dapat mempengaruhi permintaan terhadap berbagai jenis barang. Sejumlah pendapatan masyarakat yang tertentu besarnya akan menimbulkan corak permintaan masyarakat yang berbeda apabila pendapatan tersebut diubah corak distribusinya. Misalnya, pemerintah menaikkan pajak terhadap orang-orang kaya dan kemudian menggunakan hasil pajak tersebut untuk menaikkan pendapatan pekerja yang berpenghasilan rendah, maka corak permintaan terhadap berbagai barang akan mengalami perubahan. Barang-barang yang dikonsumsi oleh orang kaya permintaannya akan 15

33 berkurang dan barang-barang yang penghasilannya naik akan mengalami bertambahnya jumlah permintaan. e. Citarasa Masyarakat Citarasa mempunyai pengaruh yang cukup besar atas keinginan masyarakat untuk membeli barang-barang. Semakin besar citarasa pembeli suatu barang maka permintaan barang tersebut akan naik. f. Jumlah Penduduk Pertambahan penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan. Tetapi biasanya pertambahan penduduk diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan ini akan menambah daya beli dalam masyarakat. Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan. g. Ramalan Mengenai Masa Depan Perubahan-perubahan yang diramalkan di masa yang akan datang dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan bahwa harga-harga akan bertambah tinggi di masa depan akan mendorong mereka untuk membeli lebih banyak pada masa ini, untuk menghemat keperluan di masa yang akan datang. Sebaliknya apabila ramalan bahwa lowongan pekerjaan akan sulit diperoleh dan kegiatan ekonomi mengalami resesi akan mendorong orang lebih berhemat dalam pengeluarannya dan mengurangi permintaan. 16

34 4. Permintaan Pasar Akan Suatu Barang Konsep permintaan akan suatu barang menurut Haryono (2001) akan lebih berguna untuk menerangkan keadaan pasar dari keseluruhan konsumen. Dalam menggambarkan kurva permintaan pasar dari permintaan konsumen individual: pertama, menganggap bahwa setiap konsumen meminta suatu jenis barang tertentu. Kedua, setiap konsumen menginginkan jumlah tertentu pada harga pasar yang berlaku. Jadi dapat dirumuskan bahwa permintaan pasar akan suatu barang adalah jumlah keseluruhan barang tersebut yang diminta oleh seluruh konsumen, pada tingkat harga yang berlaku. Atau dengan kata lain, permintaan pasar akan suatu barang tertentu, dapat dicari dengan menjumlahkan secara horizontal seluruh kurva permintaan konsumen individual B. Elastisitas Elastisitas permintaan merupakan suatu ukuran kuantitatif yang menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga atau faktor-faktor lainnya terhadap perubahan permintaan suatu komoditas. Menurut Sukirno (2005), yang dimaksud dengan elastisitas permintaan yaitu nilai perbandingan di antara persentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan persentase perubahan harga. 1. Konsep Elastisitas Permintaan angka elastisitas dapat diukur dengan : presentase perubahan jumlah suatu barang tertentu yang diminta per satuan waktu disebabkan karena adanya perubahan harga barang tertentu (Haryono, 2001:31). 17

35 Rumusnya : Keterangan : = elastisitas harga permintaan = perubahan jumlah barang yang diminta = perubahan harga Elastisitas permintaan ( ) yang bernilai lebih besar dari 1, maka permintaan akan barang yang bersangkutan bersifat elastis, bila ( ) sama dengan 1 maka unitary elastic, dan bila elasrisitas permintaan ( ) lebih kecil dari 1 maka permintaan akan barang tersebut adalah inelastis. 2. Jenis-Jenis Elastisitas Sukirno (1996) dalam bukunya Pengantar Teori Mikroekonomi menjelaskan mengenai jenis-jenis elastisitas permintaan. Nilai koefisien elastisitas berkisar di antara nol dan tak terhingga. Elastisitas adalah nol apabila perubahan harga tidak akan merubah jumlah yang diminta, jumlah yang diminta tetap saja walaupun harga mengalami kenaikan atau menurun. Kurva permintaan yang koefisien elastisitasnya bernilai nol bentuknya adalah sejajar dengan sumber tegak. Jadi bentuknya adalah seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.2 (i). Kurva permintaan yang seperti itu adalah kurva permintaan yang dinamakan tidak elastis sempurna. Koefisien elastisitas permintaan bernilai tidak terhingga apabila pada suatu harga tertentu pasar sanggup membeli semua barang yang ada di pasar. Berapapun banyaknya barang yang 18

36 ditawarkan para penjualan pada harga tersebut, semuanya akan dapat terjual. Kurva permintaan yang koefisien elastisitasnya adalah tidak terhingga, berbentuk sejajar dengan sumber datar dan sifat permintaan itu dikenal sebagai elasti sempurna. Gambar (ii) mengemukakan satu contoh kurva permintaan yang bersifat elastis sempurna. Satu lagi kurva permintaan yang berbentuk istimewa adalah seperti ditunjuk pada gambar 2.2 (iii). Kurva itu mempunyai koefisien permintaan sebesar 1, dan lazim disebut sebagai kurva permintaan yang elastisitasnya bersifat elastisitas uniter. Pada umumnya sifat permintaan terhadap kebanyakan barang adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2 (iv) dan (v). Permintaan yang terdapat pada gambar 2.2 (iv) adalah permintaan yang bersifat tidak elastis. Suatu permintaan bersifat tidak elastis apabila koefisien elastisitas permintaan tersebut di antara nol dan satu. Koefisien permintaan mempunyai nilai yang demikian apabila persentase perubahan harga adalah lebih besar daripada persentase perubahan jumlah yang diminta. Kurva yang terdapat pada gambar 2.2 (v) bersifat elastis, yaitu kurva itu menggambarkan bahwa apabila harga berubah maka permintaan akan mengalami perubahan dengan persentasi yang melebihi persentasi perubahan harga. Nilai koefisien elastisitas dari permintaan yang bersifat elastis adalah lebih dari satu. 19

37 Gambar 2.2 Kurva Elastisitas Harga D Harga D D D 0 Jumlah 0 Jumlah (i) Tidak elastis sempurna (ii) Elastis sempurna Harga D Harga D D D 0 Jumlah 0 (iii) Elastisitas uniter (iv) Tidak Elastis Jumlah Harga D D 0 (v) Elastis Jumlah 20

38 Sukirno (1996) menyebutkan jenis-jenis elastisitas permintaan yang lain, selain jenis-jenis elastisitas seperti yang telah dikemukakan di atas. Jenis-jenis elastisitas tersebut adalah sebagai berikut: a. Elastisitas Permintaan Silang Koefisien yang menunjukan sampai di mana besarnya perubahan permintaan ke atas sesuatu barang apabila terjadi perubahan ke atas harga barang lain dinamakan elastisitas permintaan silang. Apabila perubahan harga barang menyebabkan permintaan barang berubah, maka sifat perhubungan antara keduanya digambarkan oleh elastisitas silang. Besarnya elastisitas silang ( ) dapat dihitung sebagai berikut : Nilai elastisitas berkisar di antara tak terhinggga yang negatif sampai ke tak terhingga positif. Barang-barang penggenap elastisitas silangnya bernilai negatif, jumlah barang X yang diminta berubah ke arah yang bertentangan dengan perubahan harga barang Y. Kalau harga barang Y naik maka permintaan barang X akan mengalami penurunan, begitupula sebalilknya. Nilai elastisitas silang untuk barang-barang pengganti adalah positif, yaitu permintaan ke atas suatu barang berubah ke arah yang bersamaan dengan harga barang penggantinya. Keduaduanya akan sama-sama mengalami kenaikan atau sama-sama mengalami penurunan. 21

39 b. Elastisitas Permintaan Pendapatan Koefisien yang menunjukkan sampai mana besarnya perubahan permintaan ke atas sesuatu barang sebagai akibat daripada perubahan pendapatan pembeli dinamakan elastisitas permintaan pendapatan. Besarnya elastisitas pendapatan ( ) dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut : Untuk kebanyakan barang kenaikan pendapatan akan menyebabkan kenaikan permintaan. Di sini terhadap hubungan yang searah di antara perubahan pendapatan dan perubahan permintaan, dengan demikian elastisitas pendapatannya adalah positif. Barang-barang yang sifat elastisitas pendapatannya demikian dinamakan dinamakan barang normal. Barang yang mengalami penurunan dalam jumlah yang dibeli apabila pendapatan bertambah, berarti perubahan pendapatan dan jumlah yang dibeli bergerak ke arah yang berkebalikan. Dengan demikian maka elastisitasnya adalah negatif. Barang seperti itu dinamakan barang inferior. 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Elastisitas Permintaan Faktor-faktor yang menimbulkan timbulnya perbedaan elastisitas permintaan menurut Sukirno (2005:109) diantaranya adalah : a. Banyaknya Barang Pengganti Yang Tersedia Dalam suatu perekonomian terdapat banyak barang yang dapat digantikan dengan barang-barang lain yang sejenis dengan barang 22

40 tersebut. Tetapi ada pula yang sulit untuk mencari penggantinya. Perbedaan ini menimbulkan perbedaan elastisitas di antara berbagai macam barang. Apabila suatu barang mempunyai banyak barang pengganti permintaannya cenderung untuk bersifat elastis, yaitu perubahan harga yang kecil saja akan menimbulkan perubahan yang besar terhadap permintaan. Dan sebaliknya, permintaan terhadap barang yang tidak banyak mempunyai barang pengganti adalah bersifat tidak elastis, karena (i) kalau harga naik para pembelinya sulit untuk memperoleh barang pengganti dan oleh karenanya harus tetap membeli barang tersebut, oleh sebab itu permintaannya tidak banyak berkurang, dan (ii) kalau harga turun permintaannya tidak banyak bertambah karena tidak banyak tambahan pembeli yang berpindah dan membeli barang yang bersaingan dengan barang tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa, semakin banyak jenis barang pengganti terhadap suatu barang, maka semakin elastis sifat permintaannya. b. Persentasi Pendapatan Yang Dibelanjakan Besarnya bagian dari pendapatan yang digunakan untuk membeli suatu barang dapat mempengaruhi elastisitas permintaan terhadap barang tersebut. Semakin besar bagian pendapatan seseorang yang diperlukan untuk membeli suatu barang, maka semakin elastis permintaan terhadap barang tersebut. 23

41 c. Jangka Waktu Analisis Jangka waktu dimana permintaan terhadap suatu barang yang diamati juga mempunyai pengaruh terhadap elastisitas. Semakin lama jangka waktu di mana permintaan itu di analisis, maka semakin elastis sifat permintaan suatu barang. Dalam jangka waktu yang singkat permintaan bersifat lebih tidak elastis karena perubahan-perubahan yang baru terjadi dalam pasar belum diketahui oleh para pembeli. Oleh karena itu pembeli cenderung untuk meminta barang-barang yang bisa dibeli walaupun harganya mengalami kenaikan. Dengan demikian dalam jangka pendek permintaan tidak banyak mengalami perubahan. Dalam jangka waktu yang lebih panjang para pembeli dapat mencari pengganti terhadap suatu barang yang mengalami kenaikan harga dan ini akan mengurangi permintaan terhadap barang tersebut. C. Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) merupakan total nilai pasar dari barang jadi dan jasa yang dihasilkan di dalam suatu negara selama satu tahun tertentu. GDP sama dengan total produksi konsumsi dan barang-barang investasi, pembelanjaan pemerintah, dan ekspor netto ke negara lain. GDP merupakan pengukuran yang paling luas dari total output barang dan jasa suatu negara. GDP digunakan untuk banyak tujuan, tetapi yang paling penting adalah untuk mengukur keseluruhan performa dari suatu perekonomian (Samuelson dan Nordhaus, 2004: 99). 24

42 1. Pendapatan Regional Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB menurut BPS didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi disuatu wilayah. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Angka-angka PDRB dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu: a. Menurut Pendekatan Produksi PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh barbagai unit produksi yang berada di suatu wilayah dalam periode tertentu (biasanya satu waktu). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha yaitu: 1) Pertanian 2) Peternakan 3) Kehutanan dan Perikanan 4) Pertambangan dan Penggalian 5) Industri Pengolahan 6) Listrik, Gas dan Air Bersih 25

43 7) Konstruksi 8) Perdagangan, Hotel dan Restoran 9) Pengangkutan dan Komunikasi 10) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 11) Jasa-jasa termasuk Jasa Pelayanan Pemerintah b. Menurut Pendekatan Pendapatan PDRB merupakan balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan, sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Jumlah semua komponen pendapatan per sektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. Oleh karena itu PDRB merupakan jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sektor (lapangan usaha). c. Menurut Pendekatan Pengeluaran PDRB adalah semua komponen pengeluaran akhir seperti pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok, ekspor neto jangka waktu tertentu. Ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor. Secara konsep ketiga pendekatan tersebut memberikan jumlah yang sama antara jumlah pengeluaran dengan jumlah barang dan jasa akhir yang 26

44 dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktorfaktor produksinya. Selanjutnya PDRB atas dasar harga pasar mencakup komponen pajak tidak langsung neto. Selain itu dari PDRB dapat diturunkan ukuran-ukuran penting lainnya, yaitu: a. Produk Regional Bruto Produk Regional Bruto merupakan produk domestik regional bruto ditambah dengan pendapatan neto dari luar kabupaten. Pendapatan neto ini sendiri merupakan pendapatan atas faktor produksi (tenaga kerja dan modal) milik penduduk suatu kabupaten yang diterima dari luar kabupaten dikurangi pendapatan kabupaten lain/asing yang diperoleh di kabupaten tersebut. b. Produk Regional Netto Produk Regional Neto merupakan produk regional bruto dikurangi dengan seluruh penyusutan atas barang-barang modal tetap selama setahun. c. Produk Regional Neto Atas Dasar Biaya Produksi (Pendapatan Regional) Produk Regional Neto atas dasar biaya produksi adalah produk regional neto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung neto. Pajak tidak langsung neto merupakan pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dikurangi subsidi pemerintah. Pajak tidak langsung maupun subsidi, keduanya dikenakan pada barang dan jasa yang diproduksi atau dijual. Pajak tidak langsung bersifat menaikkan harga jual, sedangkan subsidi menurunkan harga jual. 27

45 d. Angka-Angka Per Kapita Angka-angka per kapita merupakan ukuran-ukuran indikator ekonomi seperti pada butir-butir di atas dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. 2. Kegunaan Statistik Pendapatan Regional Manfaat yang dapat diperoleh dari Statistik Pendapatan Regional antara lain: a. PDRB harga berlaku menunjukkan sumber daya ekonomi dalam menghasilkan barang dan jasa di suatu kabupaten. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar. b. PDRB harga berlaku menunjukkan pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu kabupaten. c. PDRB harga konstan digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun. d. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan besarnya struktur perekonomian dan peranan sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peranan besar menunjukkan basis perekonomian suatu wilayah. e. PDRB harga berlaku menurut penggunaan menunjukkan bagaimana produk barang dan jasa digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi, dan diperdagangkan dengan pihak luar. 28

46 f. Distribusi PDRB menurut penggunaan menunjukkan peranan kelembagaan menggunakan barang atau jasa yang dihasilkan sektor ekonomi. g. PDRB penggunaan atas dasar harga konstan bermanfaat untuk pengukuran laju pertumbuhan konsumsi, investasi dan barang-barang yang diperdagangkan dengan pihak luar negeri, perdagangan antar pulau atau antar provinsi. h. PDRB dan PRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB dan PRB per kapita atau per satu orang penduduk. i. PDRB dan PRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita. 3. Metode Dasar Untuk Perhitungan PDRB Riil Angka pendapatan regional atas dasar harga konstan sangat penting untuk melihat pertumbuhan riil dari tahun ke tahun setiap agregat ekonomi. Agregat ekonomi yang dimaksud adalah Produk Domestik Regional Bruto, nilai tambah sektoral, komponen penggunaan PDRB, dan pendapatan regional. Pada dasarnya dikenal tiga cara perhitungan nilai tambah sektor atas dasar harga konstan, yang masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut: a. Revaluasi Metode ini dilakukan dengan menilai produk masing-masing tahun menggunakan harga tahun dasar. 29

47 b. Ekstrapolasi Yang penting untuk diperhatikan dalam cara ini ialah menentukan ekstrapolatornya. Kuantitas produksi dari masing-masing sektor atau sub sektor merupakan ekstrapolator yang baik. Namun apabila angka-angka tersebut tidak dapat diperoleh, maka dapat pula dipakai keteranganketerangan lain yang erat kaitannya dengan produkstivitas seperti tenaga kerja, kapasitas produksi (mesin, kendaraan, dan sebagainya). Nilai tambah atas dasar harga konstan pada suatu tahun diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar dengan indeks produksi (kuantum) sebagai ekstrapolatornya. c. Deflasi Metode ini dilakukan dengan membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku dengan indeks harga dari barang yang bersangkutan. Indeks harga ini dapat berupa indeks harga perdagangan besar, indeks harga produsen dan indeks harga konsumen. Indeks harga yang dipakai sebagai deflator harus disesuaikan tahun dasarnya. D. Hasil Penelitian Sebelumnya 1. T. Sihol Nababan (2008) Penelitian dengan judul Elastisitas Permintaan Energi Listrik PT. PLN (Persero) Untuk Kelompok Rumah Tangga Di Kota Medan oleh T. Sihol Nababan dengan menggunakan data 383 rumah tangga konsumen energi listrik PT. PLN (Persero). Jumlah responden terdistribusi pada strata 30

48 R-1 /TR 450 VA (n=143), strata R-1 /TR 900 VA (n=94), strata R-1 /TR 1300 VA (n=47), strata R-1 /TR 2200 VA (n=50), dan strata R-2/TR (n=> 2200 VA 6600 VA) (n=49). Penelitian dilakukan selama periode bulan Januari 2007 sampai September Data yang digunakan adalah jumlah pemakaian listrik (KWh), harga atau tarif (Rp/KWh), Willingness to pay (WTP), indeks alat-alat listrik, serta karakteristik rumah tangga. Estimasi model penelitian dispesifikasikan dalam persamaan tunggal, dengan variabel endogennya adalah permintaan energi listrik rumah tangga (PELRT). Model diestimasikan dalam dua bentuk yaitu model dasar (model 1) dan model pengembangan (model II). Model dasar menggunakan variabel-variabel eksogen yang meliputi variabel-variabel pendapatan (PENDPTN), harga dengan proksi WTP (Willingness To Pay) per KWh (WTPKWH), indeks alat listrik (INDALIST), jumlah anggota keluarga (JAKEL), jumlah ruangan/kamar dalam rumah (JUMRUANG), harga energi lain (bahan bakar minyak dan gas) sebagai substitusi listrik (HBLBBM dan HBLGAS) dan ras (ETNIS). Sedangkan dalam pengembangan model variabel-variabel eksogen ditambah dengan variabel-variabel yang berhubungan dengan demografik rumah tangga yang meliputi : jenis pekerjaan kepala keluarga (PEKERJN), tingkat pendidikan anggota keluarga (TIPENDIK), kegiatan-kegiatan keluarga (KEKEL), lokasi (LOKASI) dan tingkat pelayanan pihak PT. PLN (LAYANAN). 31

49 Hasil penelitian secara umum dapat disimpukan bahwa secara keseluruhan (untuk gabungan strata) permintaan energi listrik rumah tangga di Medan sangat dipengaruhi oleh variabel-variabel utamanya saja, sedangkan variabel-variabel demografik hanya berpengaruh jika estimasi dilakukan per strata golongan / tarif. Elastisitas pendapatan untuk setiap strata adalah normal. Hal ini menunjukkan bahwa listrikpada rumah adalah barang normal. Elastisitas WTPKWH untuk setiap strata menunjukan nilai elastisitas yang lebih kecil dari 1 (e < 1) yang berarti permintaan energi listrik adalah inelastis. Nilai elastisitas harga silang untuk setiap strata adalah positif. Ini menunjukkan bahwa sumber energi lain (bahan bakar minyak dan gas) adalah barang substitusi untuk energi listrik. 2. Bagio Mudakir (2007) Penelitian yang dilakukan oleh Bagio Mudakir (2007) dengan judul Analisis Permintaan Listrik di Jawa Tengah. Dalam penelitian ini, dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan energi listrik di Jawa Tengah dengan mendasarkan pada aktivitas ekonomi yang terjadi. Hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi yang dianalisis yaitu PDRB perkapita dan sektor industri. Dengan rentang waktu penelitian antara tahun saat terjadi krisis ekonomi pada pertengahan tahun Selain itu jumlah penduduk juga dianalisis untuk mengetahui pengaruhnya sebagai perbandingan pengaruh konsumsi akhir dengan aktivitas ekonomi terhadap permintaan energi listrik. 32

50 Kesimpulan dari penelitian tersebut diperoleh bahwa pesatnya permintaan energi listrik cenderung dipengaruhi lebih besar oleh permintaan untuk tujuan konsumsi akhir yang konsumtif (pengaruh penduduk paling besar) disbanding dengan permintaan untuk tujuan menghasilkan nilai tambah atau aktivitas ekonomi (pengaruh PDRB perkapita dan industri yang lebih kecil). Krisis energi listrik bisa dicegah dengan melakukan proyeksi permintaan energi listrik untuk masa mendatang dengan memperhatikan determinan permintaan energi listrik yang mempengaruhinya, misalnya keempat variabel di atas. Proyeksi tersebut harus selalu diperbarui setiap tahunnya untuk memperhitungkan hal-hal besar yang terjadi pada perkonomian misalnya seperti krisis ekonomi. E. Kerangka Pemikiran Dalam penelitian mengenai elastisitas permintaan energi listrik ini, sebenarnya terdapat banyak variabel yang bisa digunakan. Akan tetapi penulis mencoba menyederhanakan penggunaan variabelnya untuk mengukur pengaruhnya terhadap jumlah konsumsi listrik. Model yang menunjukkan hubungan tersebut, disajikan dalam gambar di bawah ini : 33

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Permintaan Dan Kurva Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan A. Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti diantaranya

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI DAN STRUKTUR EKONOMI DI KABUPATEN KUDUS TAHUN

ANALISIS POTENSI DAN STRUKTUR EKONOMI DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANALISIS POTENSI DAN STRUKTUR EKONOMI DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2001-2009 Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2005-2008 Nomor Katalog BPS : 9205.11.18 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vii + 64 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam bab landasan teori ini di bahas tentang teori Produk Domestik Regional Bruto, PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah dan inflasi. Penyajian materi tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan 2.1.1 Sumber Daya Energi Sumber daya adalah segala sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan pada dasarnya merupakan perkiraan atau dugaan mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa di waktu yang akan datang. Peramalan juga dapat

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2006 2009 Nomor Katalog BPS : 9302008.1118 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vi + 60 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

Lebih terperinci

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH ( )

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH ( ) PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH (1988-2012) SKRIPSI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN UNTUK MENCAPAI

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Pada bab ini akan disampaikan beberapa kajian pustaka mengenai teori permintaan, elastisitas permintaan dan BBM. 2.1.1 Teori

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN EFISIENSI ENERGI LISTRIK DI INDONESIA TAHUN Skripsi

ANALISIS PERMINTAAN DAN EFISIENSI ENERGI LISTRIK DI INDONESIA TAHUN Skripsi ANALISIS PERMINTAAN DAN EFISIENSI ENERGI LISTRIK DI INDONESIA TAHUN 1990-2010 Skripsi Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Ekonomi (S1) Pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA. PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) Tbk. CABANG SOLO. Skripsi

ANALISIS PERMINTAAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA. PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) Tbk. CABANG SOLO. Skripsi ANALISIS PERMINTAAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) Tbk. CABANG SOLO Skripsi Diajukan Sebagai Kelengkapan dan Syarat Untuk Menyelesaikan Program Sarjana Pada Program

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI 1. KONSEP DAN DEFINISI Konsep-konsep yang digunakan dalam penghitungan Produk Regional Bruto (PDRB) adalah sebagai berikut : Domestik A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA PEMBUATAN TAHU (Studi Kasus: Kabupaten Batang)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA PEMBUATAN TAHU (Studi Kasus: Kabupaten Batang) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA PEMBUATAN TAHU (Studi Kasus: Kabupaten Batang) Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

PERANAN KREDIT, PDRB, DAN PERKEMBANGAN JUMLAH INDUSTRI TERHADAP TINGKAT KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

PERANAN KREDIT, PDRB, DAN PERKEMBANGAN JUMLAH INDUSTRI TERHADAP TINGKAT KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI PERANAN KREDIT, PDRB, DAN PERKEMBANGAN JUMLAH INDUSTRI TERHADAP TINGKAT KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan II Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan II Tahun 2014...6

Lebih terperinci

6. HASIL DAN PEMBAHASAN

6. HASIL DAN PEMBAHASAN 6. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas tentang kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan respon kebijakan untuk meminimisasi dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia. Mengingat sejak bulan

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013 i ANALISIS PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 ii KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya publikasi Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan IV Tahun 2012-2013...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Tahun 2012-2013...8 Kontribusi

Lebih terperinci

ANALISIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BOYOLALI PADA ERA OTONOMI

ANALISIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BOYOLALI PADA ERA OTONOMI digilib.uns.ac.id i ANALISIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BOYOLALI PADA ERA OTONOMI SKRIPSI Diajukan Sebagai Kelengkapan dan Syarat Untuk Menyelesaikan Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI JAWATENGAH TAHUN

PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI JAWATENGAH TAHUN PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI JAWATENGAH TAHUN 1985-2011 Skripsi Dimaksudkan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar

Lebih terperinci

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PERMINTAAN KREDIT DAN ELASTISITAS SEPEDA MOTOR MATIC DI SURAKARTA

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PERMINTAAN KREDIT DAN ELASTISITAS SEPEDA MOTOR MATIC DI SURAKARTA PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PERMINTAAN KREDIT DAN ELASTISITAS SEPEDA MOTOR MATIC DI SURAKARTA Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Ekonomi

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan pendapatan perkapita, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan III Tahun 2014...6

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI LOKAL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI LOKAL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI LOKAL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008-2013 SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi Syarat syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Tahun 2013-2014 Triwulan I...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Tahun 2013-2014 Triwulan I...8

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN LISTRIK RUMAH TANGGA (R1-900 VA) DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

ANALISIS PERMINTAAN LISTRIK RUMAH TANGGA (R1-900 VA) DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANALISIS PERMINTAAN LISTRIK RUMAH TANGGA (R1-900 VA) DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 1981-2005 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan pengertian yang digunakan sehari-hari. Menurut pengertian sehari-hari,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan pengertian yang digunakan sehari-hari. Menurut pengertian sehari-hari, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Permintaan Dari segi ilmu ekonomi pengertian permintaan sedikit berbeda dengan pengertian yang digunakan sehari-hari. Menurut pengertian sehari-hari,

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya. Pembangunan manusia seutuhnya selama ini, telah diimplementasikan pemerintah melalui pelaksanaan program pembangunan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis LPG bagi pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele di Kota Bogor adalah bahan bakar utama dalam proses produksinya. Kerangka pemikiran

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Definisi Pendapatan Pendapatan merupakan jumlah dari seluruh uang yang diterima seorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Tenaga Kerja Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam

Lebih terperinci

TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI SURAKARTA JAWA TENGAH

TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI SURAKARTA JAWA TENGAH ANALISIS PENGARUH PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI SURAKARTA JAWA TENGAH TAHUN 1991-2012 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INFLASI, EKSPOR, INVESTASI ASING LANGSUNG (FDI), DAN PENGANGGURAN TERHADAP PDB INDONESIA PERIODE

ANALISIS PENGARUH INFLASI, EKSPOR, INVESTASI ASING LANGSUNG (FDI), DAN PENGANGGURAN TERHADAP PDB INDONESIA PERIODE ANALISIS PENGARUH INFLASI, EKSPOR, INVESTASI ASING LANGSUNG (FDI), DAN PENGANGGURAN TERHADAP PDB INDONESIA PERIODE 1981-2011 Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A.

II. LANDASAN TEORI A. 7 II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Michael (1985) yang berjudul Estimating Cross Elasticities of Demand for Beef, menggunakan variabel harga daging sapi, harga ikan, harga daging unggas,

Lebih terperinci

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85 D a f t a r I s i Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009-2011 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 1 1.2. Konsep

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Sejumlah peneltian terdahulu diambil untuk memperkuat penelitian ini dan sekaligus sebagai acuan dalam penelitian ini. Adapun penelitian tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasting) 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan dapat diartikan sebagai berikut: a. Perkiraan atau dugaan mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa di waktu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Suryana (2000 : 3), mengungkapkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06 /11/33/Th.I, 15 Nopember 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN III TH 2007 TUMBUH 0,7 PERSEN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah pada

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Input-Output Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antar semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA ANALISIS PENGARUH TINGKAT KEMISKINAN, PENGELUARAN PEMERINTAH BIDANG PENDIDIKAN DAN KESEHATAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI INDONESIA TAHUN 1992-2011 Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Tugas

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI SEKTOR PERDAGANGAN DAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAWA TIMUR SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI SEKTOR PERDAGANGAN DAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAWA TIMUR SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI SEKTOR PERDAGANGAN DAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAWA TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 08/02/34/Th. XI, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun

Lebih terperinci

Pendapatan Nasional dan Perhitungannya. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pendapatan Nasional dan Perhitungannya. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pendapatan Nasional dan Perhitungannya Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pendapatan Nasional Pengertian Pendapatan Nasional dapat ditinjau dari sudut pandang berikut: 1. Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

ekonomi K-13 PENDAPATAN NASIONAL K e l a s A. KONSEP PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 PENDAPATAN NASIONAL K e l a s A. KONSEP PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami konsep pendapatan nasional, metode penghitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan nasional,

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 7FEB. Review Bab 1-6. Fakultas. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Program Studi Manajemen

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 7FEB. Review Bab 1-6. Fakultas. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Program Studi Manajemen Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: Review Bab 1-6 Fakultas 7FEB Febrina Mahliza, SE, M.Si Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Masalah Ekonomi dan Kebutuhan Membuat Pilihan Kelangkaan (scarcity)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya yang meliputi pada aspek sosial, ekonomi maupun politik.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya yang meliputi pada aspek sosial, ekonomi maupun politik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Nasional merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara terus-menerus dalam rangka mencapai kesejahteraan bagi masyarakatnya. Pencapaian kesejahteraan tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS KEDELAI DI JAWA TIMUR: MODEL ANALISIS SIMULTAN SKRIPSI

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS KEDELAI DI JAWA TIMUR: MODEL ANALISIS SIMULTAN SKRIPSI ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS KEDELAI DI JAWA TIMUR: MODEL ANALISIS SIMULTAN SKRIPSI Oleh TULUS BUDI NIRMAWAN NIM. 001510201025 JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB BAB II METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto roduk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN.

PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN. PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN. Elastisitas merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Triwulan IV Tahun 2013 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Triwulan IV Tahun 2013

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH PENDUDUK, PENGANGGURAN DAN PDRB TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KAB/KOTA JAWA TENGAH TAHUN

PENGARUH JUMLAH PENDUDUK, PENGANGGURAN DAN PDRB TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KAB/KOTA JAWA TENGAH TAHUN PENGARUH JUMLAH PENDUDUK, PENGANGGURAN DAN PDRB TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KAB/KOTA JAWA TENGAH TAHUN 2005-2010 SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha yang dilakukan suatu negara untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Dalam pembangunan ekonomi Indonesia,

Lebih terperinci

ANALISA BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN SAMBUNGAN LISTRIK SEKTOR INDUSTRI DI JAWA TIMUR

ANALISA BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN SAMBUNGAN LISTRIK SEKTOR INDUSTRI DI JAWA TIMUR ANALISA BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN SAMBUNGAN LISTRIK SEKTOR INDUSTRI DI JAWA TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 No. 68/11/33/Th.VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUTUSAN KONSUMEN BERBELANJA PADA PASAR DI KOTA SURAKARTA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUTUSAN KONSUMEN BERBELANJA PADA PASAR DI KOTA SURAKARTA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUTUSAN KONSUMEN BERBELANJA PADA PASAR DI KOTA SURAKARTA Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,08 PERSEN No. 11/02/61/Th. XVII, 5 Februari 2014 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan fungsi kinerja perusahaan untuk mencapai kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan fungsi kinerja perusahaan untuk mencapai kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peraturan pemerintah nomor 23 tahun 1994 tanggal 23 Juni 1994 status PLN berubah dari perusahaan umum listrik negara (umum), perubahan status tersebut dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN TENAGA KERJA SEKTOR FORMAL DI JAWA TENGAH TAHUN 2004

ANALISIS PERMINTAAN TENAGA KERJA SEKTOR FORMAL DI JAWA TENGAH TAHUN 2004 ANALISIS PERMINTAAN TENAGA KERJA SEKTOR FORMAL DI JAWA TENGAH TAHUN 2004 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Studi

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto Tabel 9.1 : PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2007 2010 (Rp. 000) 1. PERTANIAN 193.934.273 226.878.977 250.222.051 272176842 a. Tanaman bahan makanan 104.047.799 121.733.346 134.387.261

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 % No, 11/02/13/Th.XVII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 % Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2013 meningkat sebesar 6,2 persen terhadap 2012, terjadi pada semua

Lebih terperinci

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu sasaran rencana pembangunan nasional adalah pembangunan disegala bidang dan mencakup seluruh sektor ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara, tetapi pembangunan memiliki perspektif yang luas lebih dari itu. Dimensi

I. PENDAHULUAN. negara, tetapi pembangunan memiliki perspektif yang luas lebih dari itu. Dimensi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan pada dasarnya bukan hanya sekedar fenomena ekonomi. Tidak hanya ditunjukkan oleh prestasi pembangunan yang dicapai oleh suatu negara, tetapi pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS SENSITIVITAS / ELASTISITAS KURVA PERMINTAAN. Teori dan Elastisitas Permintaan

ANALISIS SENSITIVITAS / ELASTISITAS KURVA PERMINTAAN. Teori dan Elastisitas Permintaan ANALISIS SENSITIVITAS / ELASTISITAS KURVA PERMINTAAN Teori dan Elastisitas Permintaan ANALISIS PERMINTAAN DAN ELASTISITAS PASAR Permintaan yang secara relatif stabil memungkinkan operasi produksi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi statistik yang akurat dan tepat waktu. Informasi tersebut selain menunjukkan perkembangan

Lebih terperinci