BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori Pengertian Manajemen Pemasaran Manajemen pemasaran (Sunarto, 2006, p12) adalah analisis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian dari program-program yang dirancang untuk menciptakan, membangun dan memelihara pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan. Manajemen pemasaran meliputi mengatur permintaan, yang selanjutnya mencakup mengatur hubungan dengan pelanggan Pengertian Bauran Pemasaran Bauran pemasaran (Sunarto, 2006) adalah seperangkat alat pemasaran taktis dan terkontrol yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri atas segala sesuatu yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya. Kemungkinan-kemungkinan itu dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok variabel yang dikenal dengan Empat P : Product, Price, Place, Promotion (produk, harga, distribusi, dan promosi). Produk artinya kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran. Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh pelanggan untuk memperoleh produk. Distribusi meliputi aktivitas perusahaan agar mudah didapatkan konsumen sasarannya. Promosi artinya aktivitas

2 mengkomunikasikan keunggulan produk serta membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya Pengertian Harga Menurut Kotler ( 2001, p439 ), harga mempunyai arti sempit dan luas. Dalam arti yang sempit, harga ( price ) adalah jumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa. Dalam arti luas, harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Harga (Ma ruf, 2006) adalah satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan. Harga adalah juga salah satu elemen yang paling fleksibel dari bauran pemasaran. Tidak seperti sifat-sifat produk dan komitmen jalur distribusi, harga dapat berubah dengan cepat. Pada saat yang sama, penetapan harga dan persaingan harga adalah masalah utama yang dihadapi banyak eksekutif pemasaran Langkah-Langkah Penetapan Harga Perusahaan harus mempertimbangkan berbagai faktor dalam menetapkan kebijakan harga. Terdapat enam langkah untuk menetapkan harga (Kotler, 2002): (1) memilih tujuan penetapan harga, (2) menentukan permintaan, (3) Memperkirakan biaya, (4) Manganalisis biaya, harga dan tawaran pesaing, (5) memilih metode penetapan harga, serta (6) memilih harga akhir.

3 1. Memilih tujuan penetapan harga 2. Menentukan Permintaan 3. Memperkirakan Biaya 4. Menganalisis biaya, harga, dan tawaran pesaing 5. Memilih metode penetapan harga 6. Memilih harga akhir Gambar 2.1 Menentukan Kebijakan Penetapan Harga Sumber: Kotler, Memilih Tujuan Penetapan Harga Semakin jelas tujuan perusahaan, semakin mudah untuk menetapkan harga. Perusahaan dapat mengejar salah satu dari lima tujuan utama melalui penetapan harga: kelangsungan hidup, laba sekarang maksimum, pangsa pasar maksimum, skimming pasar maksimum, atau kepemimpinan mutu-produk.

4 Perusahaan dapat mengejar kelangsungan hidup sebagai tujuan utama jika mengalami kelebihan kapasitas, persaingan yang ketat, atau keinginan konsumen yang berubah-ubah. Untuk menjaga agar pabrik tetap beroperasi dan persediaan terus berputar, perusahaan akan menurunkan harga. Laba kurang penting dibandingkan kelangsungan hidup. Selama harga dapat menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, perusahaan dapat terus berjalan. Akan tetapi, kelangsungan hidup hanyalah tujuan jangka pendek. Dalam jangka panjang, perusahaan harus belajar meningkatkan nilainya, jika tidak maka ia akan punah. Banyak perusahaan mencoba untuk menetapkan harga yang akan memaksimumkan laba sekarang. Mereka memperkirakan permintaan dan biaya yang berkaitan dengan berbagai alternatif harga dan memilih harga yang akan menghasilkan laba sekarang, arus kas, atau tingkat pengembalian investasi yang maksimum. Strategi itu mengasumsikan bahwa perusahaan mengetahui fungsi permintaan dan biayanya; dalam kenyataannya kedua hal itu sukar untuk diperkirakan. Dengan menekankan kinerja keuangan sekarang perusahaan mungkin mengorbankan kinerja jangka panjang, mengabaikan pengaruh berbagai variabel bauran pemasaran lain, reaksi pesaing, dan pembatasan hukum atas harga. Beberapa perusahaan ingin memaksimumkan pangsa pasar mereka. Mereka yakin bahwa volume penjualan yang lebih tinggi akan menghasilkan biaya per unit yang lebih rendah dan laba jangka panjang yang lebih tinggi. Mereka menetapkan harga terendah, dengan berasumsi

5 bahwa pasar peka terhadap harga. Hal itu disebut penetapan harga penetrasi-pasar (market-penetration pricing). Banyak perusahaan menyukai penetapan harga tinggi untuk menyaring pasar. Penyaringan lapisan pasar hanya mungkin dalam kondisi-kondisi berikut: (1) Sejumlah pembeli yang memadai memiliki permintaan sekarang yang tinggi; (2) biaya per unit untuk memproduksi volume kecil tidak terlalu tinggi sehingga dapat menghilangkan keunggulan penetapan harga maksimum yang dapat diserap pasar; (3) harga awal yanga tinggi tidak menarik lebih banyak pesaing ke pasar; (4) harga yang tinggi menyatakan citra produk yang unggul. Perusahaan mungkin bertujuan untuk menjadi pemimpin dalam mutu-produk di pasar. Biasanya, hal ini menyebabkan dibebankannya harga yang lebih tinggi untuk menutupi mutu produk dan biaya R&D yang lebih tinggi. Apapun tujuan spesifiknya, perusahaan yang menggunakan harga sebagai alat strategis akan menghasilkan lebih banyak laba daripada perusahaan yang hanya membiarkan biaya atau pasar menetapkan harga mereka. Menurut Tjiptono (2002, p152), pada dasarnya ada empat jenis tujuan penetapan harga : 1. Tujuan berorientasi pada laba Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba yang paling tinggi. Tujuan ini dikenal dengan istilah maksimasi laba. 2. Tujuan beroerintasi pada volume

6 Selain tujuan berorientasi pada laba, ada pula perusahaan yang menetapkan harganya berdasarkan tujuan yang berorientasi pada volume tertentu atau yang biasa dikenal dengan istilah volume pricing objectives. Harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume penjualan (dalam ton, kg, unit, m 3, dan lain-lain), nilai penjualan (Rp) atau pangsa pasar. 3. Tujuan beroerientasi pada citra Citra (image) suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra prestisius. Sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk membentuk citra nilai tertentu (image of value), misalnya, dengan memberikan jaminan bahwa harganya merupakan harga yang terendah di suatu wilayah tertentu. Pada hakikatnya, baik penetapan harga tinggi maupun rendah bertujuan untuk meningkatkan persepsi konsumen terhadap keseluruhan bauran produk yang ditawarkan perusahaan. 4. Tujuan stabilitas harga Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan harga mereka. Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam industri-industri tertentu yang produknya sangat terstandarisasi. Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan harga pimpinan industri (industry leader).

7 5. Tujuan lain-lainnya Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau menghindari campur tangan pemerintah, serta merangsang perrmintaan Menentukan Permintaan Tipe harga yang dikenakan perusahaan akan menghasilkan level permintaan yang berbeda-beda dan karena itu akan memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap tujuan pemasarannya. Hubungan antara berbagai alternatif harga dengan permintaan sekarang yang dihasilkan ditunjukkan dalam kurva permintaan (Gambar 2.2 (a)). Dalam keadaan normal, permintaan dan harga berhubungan terbalik: semakin tinggi harga semakin rendah permintaan. Dalam hal barang mewah, kurva permintaan kadang-kadang mempunyai kemiringan yang naik. Akan tetapi, jika harganya terlalu tinggi, level permintaan akan turun. Gambar 2.2 Permintaan yang Inelastis dan yang Elastis Sumber: Kotler, 2002

8 Kepekaan Harga Kurva permintaan menunjukkan pembelian pasar yang mungkin pada berbagai harga. Kurva tersebut menjumlahkan reaksi berbagai subbudaya yang memiliki kepekaan pasar yang beragam. Langkah pertama dalam memperkirakan permintaan adalah memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kepekaan harga. Terdapat sembilan faktor yang mempengaruhi kepekaan harga (Nagle dikutip oleh Kotler, 2002, pp ) 1. Pengaruh nilai-unik: para pembeli kurang peka terhadap harga jika produk tersebut lebih bersifat unik. 2. Pengaruh kesadaran atas produk pengganti: para pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika menyadari adanya produk pengganti. 3. Pengaruh perbandingan yang sulit: para pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika mereka tidak dapat dengan mudah membandingkan mutu barang pengganti. 4. Pengaruh pengeluaran total: pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika pengeluaran tersebut semakin rendah dibandingkan pendapatan totalnya. 5. Pengaruh manfaat akhir: para pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika pengeluaran tersebut semakin kecil dibandingkan biaya total produk akhir. 6. Pengaruh biaya bersama: para pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika sebagian biaya itu ditanggung pihak lain.

9 7. Pengaruh investasi tertanam: para pemebli semakin kurang peka terhadap harga jika produk tersebut digunakan bersama dengan aktiva yang telah dibeli. 8. Pengaruh mutu-harga: para pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika produk tersebut dianggap memiliki mutu, prestise, atau eksklusivitas yang lebih. 9. Pengaruh persediaan: para pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika mereka tidak dapat menyimpan produk tersebut. Sejumlah kekuatan, seperti deregulasi dan teknologi perbandingan harga langsung yang tersedia dalam internet, telah mengubah produk menjadi komoditas di mata para konsumen dan meningkatkan kepekaan mereka terhadap harga. Para pemasar perlu bekerja lebih keras untuk mendiferensiasikan tawaran mereka ketika puluhan pesaing secara virtual menjual produk yang sama dengan harga yang sebanding atau lebih rendah. Lebih dari yang pernah ada, perusahaan-perusahaan perlu memahami kepekaan harga dari pelanggan serta calon pelanggan merek dan trade-off yang dilakukan orang untuk memilih antara harga dan karakteristik produk Memperkirakan Kurva Permintaan Terdapat tiga pendekatan dalam mengukur kurva permintaan, yaitu (Kotler, 2002, p525):

10 Yang pertama melibatkan analisis secara statistik atas data harga masa lalu, jumlah yang terjual, dan faktor-faktor lain sebagai dasar untuk memperkirakan hubungannya. Data dapat bersifat longitudinal (dari waktu ke waktu) atau crosssectional (berbagai lokasi pada saat yang sama). Pendekatan kedua adalah melakukan eksperimen harga. Bennett dan Wilkinson secara sistematis mengubah harga berbagai poduk yang dijual di toko diskon dan mengamati hasilnya. Suatu pendekatan alternatif adalah mengenakan berbagai harga dalam wilayah yang serupa untuk melihat bagaimana pengaruhnya terhadap penjualan. Pendekatan ketiga adalah meminta pembeli untuk menyatakan berapa banyak unit yang akan mereka beli pada berbagai harga yang diusulkan. Namun, pembeli cenderung merendahkan minat mereka pada harga yang lebih tinggi untuk mencegah perusahaan mengenakan harga yang lebih tinggi Elastisitas Harga dari Permintaan Pemasar perlu mengetahui seberapa responsif, atau elastis, permintaan dalam menanggapi perubahan harga. Pada kurva permintaan (Gambar 2.2 (a)), harga naik dari $10 menjadi $15 mengakibatkan penurunan kecil dalam permintaan dari 105 menjadi 100. Pada kurva permintaan (Gambar 2.2 (b)), kenaikan harga yang sama mengakibatkan penurunan permintaan yang besar dari 150 menjadi 50. Jika permintaan

11 hampir tidak berubah dengan adanya perubahan kecil pada harga, kita menyebut permintaan itu inelastis. Jika permintaan mengalami banyak perubahan, permintaan itu elastis. Permintaan akan menjadi kurang elastis dalam kondisikondisi berikut: (1) Terdapat hanya sedikit atau bahkan tidak ada barang pengganti atau pesaing; (2) pembeli tidak segera menyadari harga yang lebih tinggi tersebut; (3) pembeli lambat dalam mengubah kebiasaan membelinya dan dalam mencari harga yang lebih rendah; (4) pembeli berpikir bahwa harga yang lebih tinggi itu pantas karena ada perbaikan mutu, inflasi yang normal, dan lainnya. Jika permintaan itu elastis, penjual akan mempertimbangkan untuk menurunkan harga. Harga yang lebih rendah akan menghasilkan penerimaan total yang lebih besar. Hal itu benar-benar terjadi jika biaya untuk memproduksi dan menjual lebih banyak unit tidak meningkat melebihi proporsinya Memperkirakan Biaya Permintaan menentukan batas harga tertinggi yang dapat dikenakan perusahaan atas produknya. Dan biaya perusahaan menentukan batas terendahnya. Perusahaan ingin menetapkan harga yang dapat menutup biaya produksi, distribusi, dan penjualan produk termasuk tingkat pengembalian investasi yang memadai atas usaha dan resiko yang dilakukannya.

12 Biaya perusahaan ada dua jenis, biaya tetap dan variabel. Biaya tetap (juga disebut overhead) adalah biaya-biaya yang tidak dipengaruhi oleh produksi atau penjualan. Biaya variabel adalah biaya yang langsung berubah menurut level produksi Menganalisis Biaya, Harga, dan Tawaran Pesaing Dalam rentang kemungkinan harga yang ditentukan oleh permintaan pasar dan biaya perusahaan, perusahaan harus memperhitungkan biaya pesaing, harga pesaing dan kemungkinan reaksi harga oleh pesaing. Jika tawaran perusahaan serupa dengan tawaran pesaing utamanya, maka perusahaan harus menetapkan harga yang dekat dengan harga pesaing atau ia akan kehilangan penjualan. Jika tawaran perusahaan lebih rendah mutunya, perusahaan tidak dapat menetapkan harga yang lebih tinggi daripada pesaing. Jika penawaran perusahaan lebih tinggi mutunya, perusahaan dapat menetapkan harga yang lebih tinggi daripada pesaing. Akan tetapi, perusahaan harus menyadari bahwa pesaing dapat mengubah harganya sebagai tanggapan atas harga perusahaan Memilih Metode Penetapan Harga Dengan adanya tiga C (Kotler, 2002, p529), yaitu: kurva permintaan pelanggan (customer s demand schedule), fungsi biaya (cost function), dan harga pesaing (competitor s prices), perusahaan kini siap untuk memilih suatu harga. Perusahaan memilih metode penetapan harga yang menyertakan satu atau lebih dari tiga pertimbangan itu. Terdapat

13 enam metode penetapan harga (Kotler, 2002, p529), yaitu: penetapan harga markup (markup pricing), penetapan harga berdasarkan sasaran pengembalian (target-return pricing), penetapan harga berdasarkan nilai yang dipersepsikan (perceived-value pricing), penetapan harga nilai (value pricing), penetapan harga sesuai harga berlaku (going-rate pricing), dan penetapan harga penawaran tertutup (sealed-bid pricing) Penetapan Harga Markup Metode penetapan harga yang paling dasar adalah dengan menambahkan markup standar ke biaya produk. Perusahaan konstruksi memberikan harga tender dengan memperkirakan biaya total proyek dan menambahkan markup standar sebagai laba. Misalkan sebuah produsen pemanggang roti memiliki perkiraan biaya dan penjualan sebagai berikut: Biaya variabel per unit $ 10 Biaya tetap Unit penjualan yang diharapkan Maka biaya per unit produsen tersebut adalah: Biaya tetap Biaya per unit = biaya variabel + Unit penjualan $ = $10 + = $

14 Sekarang, misalkan bahwa produsen tesebut ingin memperoleh 20 persen markup atas penjualan. Harga markup produsen adalah: Harga markup = Biaya per unit $ 16 = (1- pengembalian atas penjualan yang diinginkan) 1-0,2 = $20 Produsen tersebut akan menetapkan harga bagi dealer $20 untuk tiap pemanggang roti dan memperoleh laba $4 per unit. Penyalur tersebut kemudian akan mengenakan markup pada pemanggang roti tersebut. Jika penyalur tersebut ingin memperoleh laba 50 persen dari harga penjualan, ia akan mengenakan markup sehingga harganya menjadi $40. Itu sama dengan markup atas biaya sebesar 100 persen. Mark up umumnya lebih tinggi untuk produk musiman (guna menutup resiko produk yang tidak terjual), produk khusus, produk yang penjualannya lambat, produk yang biaya penyimpanan dan penanganannya tinggi, serta produk dengan permintaan yang tidak elastis seperti obat-obat yang memerlukan resep dokter. Perusahaan-perusahaan yang memperkenalkan produk baru sering menetapkan harga yang tinggi dengan harapan dapat mengembalikan biayanya secepat mungkin.

15 Penetapan Harga Berdasarkan Sasaran Pengembalian Dalam penetapan harga berdasarkan sasaran pengembalian (target-return pricing), perusahaan menentukan harga yang akan mengembalikan tingkat pengembalian atas investasi (ROI) yang diinginkan. Harga berdasarkan sasaran pengembalian itu dihitung dengan rumus: Harga sasaran pengembalian= Biaya perunit + Tingkat pengembali an yang diinginkan Unit penjualan x modal yang diinvestasikan Penetapan Harga Berdasarkan Nilai yang Dipersepsikan Semakin banyak perusahaan yang mendasarkan harga produk mereka pada nilai yang dipersepsikan (perceived-value). Mereka melihat persepsi nilai pembeli, bukan biaya penjual, sebagai kunci untuk penetapan harga. Mereka menggunakan berbagai variabel nonharga dalam bauran pemasaran untuk membentuk nilai yang dipersepsikan dalam pikiran pembeli. Kunci untuk penetapan harga berdasarkan nilai yang dipersepsikan secara akurat menentukan persepsi pasar atas nilai tawaran. Penjual yang memandang nilai tawarannya terlalu tinggi akan menetapkan harga yang terlalu tinggi bagi produknya. Penjual dengan pandangan terlalu rendah akan menetapkan harga yang lebih rendah daripada harga yang dapat ditetapkan. Riset pasar dibutuhkan untuk membentuk

16 persepsi pasar atas nilai sebagai panduan dalam penetapan harga yang efektif Penetapan Harga Nilai Dalam tahun-tahuan terakhir ini, beberapa perusahaan menerapkan penetapan harga nilai (value pricing), yaitu mereka menetapkan harga yang cukup rendah untuk tawaran yang bermutu tinggi. Penetapan harga nilai menyatakan bahwa harga harus menggambarkan tawaran yang bernilai tinggi bagi konsumen. Penetapan harga nilai bukan sekedar menetapkan harga yang lebih rendah untuk produk suatu perusahaan dibandingkan para pesaing. Hal itu merupakan masalah rekayasa ulang operasi perusahaan supaya benar-benar menjadi produsen yang berbiaya rendah tanpa mengorbankan mutu, serta menurunkan harga secara berarti untuk menarik sejumlah pelanggan yang sadar-nilai. Salah satu jenis penetapan harga nilai yang penting adalah penetapan harga murah setiap hari (everyday low pricing EDLP), yang terjadi ditingkat eceran. Pengecer yang menerapkan kebijakan EDLP mengenakan harga yang murah setiap hari secara konstan tanpa diskon harga sementara. Harga konstan itu menghilangkan ketidakpastian harga dari minggu ke minggu dan dapat dikontraskan dengan penetapan harga tinggi-rendah dari pesaing yang berorientasi promosi. Dalam penetapan harga tinggi-rendah (High-low pricing),

17 pengecer mengenakan harga yang lebih tinggi setiap hari tetapi kemudian sering melancarkan promosi dengan menurunkan harga dibawah tingkat EDLP untuk sementara. Para pengecer menerapkan EDLP untuk sejumlah alasan, yang paling penting adalah bahwa penjualan dan promosi terus-menerus itu mahal dan menghapus kepercayaan konsumen terhadap kredibilitas harga di rak sehari-hari. Konsumen juga kurang memiliki waktu dan kesabaran terhadap tradisi lama seperti mengamati tawaran khusus pasar swalayan dan mengumpulkan kupon potongan harga. Namun, tidak bisa disangkal bahwa promosi menciptakan kegembiraan dan menarik para pembelanja. Karena alasan itu, EDLP bukan jaminan keberhasilan. Ketika supermarket menghadapi persaingan yang semakin memuncak dari mitranya yang seimbang dan dari saluran alternatif, banyak orang yang menemukan bahwa kunci untuk menarik para pembelanja adalah menggunakan kombinasi strategi penetapan harga tinggi-rendah dan penetapan harga rendah seetiap hari dengan iklan dan promosi yang ditingkatkan Penetapan Harga Sesuai Harga Berlaku Dalam penetapan harga sesuai harga berlaku (goingrate pricing), perusahaan mendasarkan harganya terutama pada harga pesaing. Perusahaan dapat mengenakan harga yang sama, lebih tinggi, atau lebih rendah daripada pesaing

18 utamanya. Dalam industri yang bersifat oligopoli yang menjual komoditas seperti baja, kertas, atau pupuk, perusahaanperusahaan itu umumnya menetapkan harga yang sama. Perusahaan-perusahaan kecil yang mengikuti pemimpin pasar, mengubah harga jika harga pemimpin pasar berubah dan bukannya jika permintaan atau biaya mereka sendiri berubah. Beberapa perusahaan mengenakan sedikit premium atau diskon tetapi mereka mempertahankan selisih tersebut. Para pengecer bensin kecil biasanya mengenakan harga beberapa sen lebih murah per galon dibandingkan dengan perusahaan minyak besar serta menjaga agar selisih tersebut tidak bertambah atau berkurang. Penetapan harga sesuai harga berlaku cukup populer. Jika biaya sulit untuk diukur atau tanggapan pesaing tidak pasti, perusahaan berpendapat bahwa harga yang berlaku merupakan pemecahan yang baik. Harga yang berlaku dianggap mencerminkan kebijakan bersama industri sebagai harga yang akan menghasilkan tingkat pengembalian investasi yang layak dan tidak membahayakan keselarasan industri Penetapan Harga Tender Tertutup Penetapan harga yang kompetitif umumnya digunakan jika perusahaan mengikuti tender tertutup atas suatu proyek. Perusahaan menentukan harga berdasarkan perkiraannya tentang bagaimana pesaing akan menetapkan harga dan bukan

19 berdasarkan hubungan yang kaku dengan biaya atau permintaan perusahaan. Perusahaan ingin memenangkan kontrak tersebut dan untuk menang, perusahaan harus memberikan harga yang lebih rendah dibandingkan para pesaing. Tetapi pada saat yang sama, perusahaan tidak dapat menetapkan harga dibawah biayanya tanpa membahayakan posisinya sendiri Memilih Harga Akhir Metode-metode penetapan harga mempersempit rentang harga yang harus dipilih perusahaan untuk menentukan harga akhir. Dalam memilih harga akhir, perusahaan harus mempertimbangkan berbagai faktor tambahan, termasuk penetapan harga psikologis, pengaruh elemen bauran pemasaran lain terhadap harga, kebijakan penetapan harga perusahaan, dan dampak dari harga terhadap pihak-pihak lain Penetapan Harga Psikologis Ketika melihat produk tertentu, pembeli memiliki suatu harga referensi dalam benaknya yang mungkin terbentuk dengan memperhatikan harga-harga sekarang, harga masa lalu, atau konteks pembelian. Para penjual sering memanipulasi harga referensi itu dalam menetapkan harga produk mereka. Misalnya, seorang penjual menempatkan produknya diantara produk-produk mahal untuk menyiratkan bahwa produk tersebut berada dalam kelas yang sama. Toko serba ada

20 memajang pakaian wanita di berbagai bagian tersendiri yang dibedakan menurut harga; gaun di bagian yang mahal dianggap bermutu lebih baik. Pemikiran harga referensi juga diciptakan dengan menyarankan suatu harga produsen yang tinggi, atau dengan menunjukkan bahwa harga produk tersebut sebelumnya jauh lebih tinggi, atau dengan menunjukkan harga pesaingnya yang tinggi. Banyak penjual percaya bahwa harga harus menghasilkan angka ganjil. Banyak pelanggan melihat amplifier stereo dijual dengan harga $299 dan bukannya $300 yang berada dikisaran $200 bukannya di kisaran $300. Penjelasan lain adalah angka akhir yang ganjil tersebut menunjukkan kesan diskon. Akan tetapi, jika perusahaan menginginkan citra harga yang tinggi dan bukannya citra harga yang rendah, ia harus menghindari taktik angka ganjil itu Pengaruh Elemen Bauran Pemasaran Lain terhadap Harga Harga akhir harus mempertimbangkan mutu merek dan iklan dibandingkan dengan pesaing. Farris dan Reibstein meneliti hubungan antara harga relatif, mutu relatif, dan iklan relatif pada 227 konsumen bisnis dan memperoleh hasil berikut (Kotler, 2002, p535): Merek dengan mutu relatif rata-rata tetapi dengan anggaran iklan yang relatif tinggi dapat mengenakan harga

21 premium. Konsumen tampaknya bersedia membayar harga yang lebih tinggi untuk produk yang dikenal daripada untuk produk yang tidak dikenal. Merek dengan mutu relatif tinggi dan iklan yang relatif tinggi memperoleh harga tertinggi. Sebaliknya, merek bermutu rendah dan iklan yang rendah mengenakan harga yang terendah. Hubungan positif yang paling kuat antara harga yang tinggi dan iklan yang tinggi terjadi pada tahap-tahap akhir siklus hidup produk bagi pemimpin pasar Kebijakan Penetapan Harga Perusahaan Harga yang ditentukan harus konsisten dengan kebijakan penetapan harga perusahaan. Banyak perusahaan membentuk departemen penetapan harga untuk mengembangkan kebijakan penetapan harga dan membuat atau menyetujui keputusan penetapan harga. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa wiraniaga menggunakan harga yang layak bagi pelanggan dan menetapkan bagi perusahaan Pengaruh Harga terhadap Pihak-pihak Lain Manajemen juga harus mempertimbangkan reaksi pihak-pihak lain atas harga yang ditetapkan tersebut. Bagaimana pendapat distributor dan penyalur tentang harga

22 tesebut? Apakah para wiraniaga perusahaan bersedia menjual pada harga itu atau apakah mereka mengeluh bahwa harga itu terlalu tinggi? Bagaimana reaksi pesaing atas harga itu? Apakah pemasok akan menaikkan harga jika mereka melihat harga perusahaan? Apakah pemerintah akan ikut campur dan mencegah pengenaan harga tesebut? Harga Ganjil (odd pricing) Harga ganjil (0dd pricing) (Ma ruf, 2006, p174) adalah harga yang ganjil seperti Rp , Rp , Rp atau angka lainnya yang menunjukkan angka tidak bulat. Dasarnya adalah bahwa secara psikologis orang-orang mudah tertarik dengan harga yang dirasakan murah, misalnya harga suatu barang Rp 600 ribuan tentu lebih murah daripada harga barang lain senilai Rp 700 ribuan meskipun yang pertama tertulis Rp Dan yang kedua tertulis Rp Contoh Harga ganjil lainnya adalah harga PDA (Personal Digital Assistant) bertelepon suatu merek dari jenis-jenis termahal hingga jenis termurah yang diiklankan pada Januari 2005 disebuah koran Jakarta dengan harga dalam dollar AS sebagai berikut: 649, 629, 499, 449, 399, 349, 299, dan 249. Harga ganjil menunjuk pada suatu akhiran harga dalam jumlah ganji (1, 3, 5, 7, 9) atau pada suatu harga dibawah angka bulat (97,99). Ginzberg (dikutip oleh Monroe, 2003) menegaskan pola-pola pengalaman dari harga ganjil dan genap ($.50 [.49], $.80 [.79], $.1 [.98], $1.50 [1.49], $2 [1.98]) pada barangbarang terpilih dalam katalog mail-order yang besar dan tidak dapat menemukan pola-pola pembelian yang sama rata sebagai hasilnya. Kemudian, Gabor dan Granger menyimpulkan bahwa jika para penjual menggunakan harga ganjil secara

23 reguler, lalu beberapa pembeli akan mempertimbangkan harga ganjil tersebut sebagai harga nyata atau biasa dan harga pembulatan sebagai harga tidak benar dan merespon dengan cara-cara yang tidak mendukung. Suatu pembelajaraan mengenai harga pada industri makanan di Amerika mengungkapkan bahwa harga-harga makanan yang dijual secara ritel dengan berakhiran angka 9 menduduki posisi yang pertama dan harga-harga yang berakhiran dengan angka 5 menduduki tempat kedua. Lebih dari 80% hargaharga makanan ritel diakhiri dengan angka 9 atau 5. Suatu pembelajaran di Jerman menunjukkan bahwa 91,7% dari semua harga-harga, berakhiran dengan angka 9. Sementara itu, 8,3% berakhiran dengan angka 8. Selain itu, 63,5% dari puluhan digit juga menggunakan akhiran dengan angka 9. Suatu survei dari periklanan dari 43 koran-koran Sunday menunjukkan bahwa 30,7% dari digit paling kanan dalam periklanan tersebut adalah angka 9 dan 27,2% dari digit paling kanan adalah 0. Penggunaan angka 5 untuk mengakhiri harga dalam periklanan terjadi sebanyak 18,5%. Akhirnya, suatu survei lain dari harga-harga mengindikasikan bahwa 56,8% dari hargaharga produk ritel berakhiran dalam.99, 4,8% berakhiran dalam.49, dan 2,1% berakhiran dalam.29. Dua digit sen lainnya berakhiran dalam.97,.98 dan terjadi sebanyak 10,8%. Hanya 40 harga yang berakhiran.00. Orang-orang pemasaran yang menggunakan strategi harga-harga ganjil (odd pricing) secara nyata mengasumsikan sebuah kurva permintaan yang bergerigi seperti terlihat pada di bawah ini.

24 Gambar 2.3 Kurva Permintaan yang Diasumsikan Untuk Harga Ganjil Sumber: Monroe, 2003 Analisis yang demikian menegaskan bahwa para pembeli akan membeli kurang ketika harga mengalami kenaikan hingga suatu titik angka tertinggi sebelum pembulatan (thereshold price) tercapai. Disekitar atau pada titik tertinggi sebelum pembulatan, pembeli akan membeli dalam kuantitas yang lebih besar. Kurva permintaan dalam gambar di atas,mengasumsikan suatu hubungan terbalik secara menyeluruh antara harga dan kuantitas yang terjual Efek Dari Harga Ganjil Efek Angka Ganjil Persoalan lain yang tidak kalah pentingnya dalam menetapkan angka adalah perbedaan antara angka-angka genap dan ganjil. Berdasarkan sejumlah pertimbangan yang berbeda dan bermacammacam, angka-angka genap diserap lebih cepat dan lebih akurat daripada angka-angka ganjil. Efek keharmonisan juga nampak terjadi ketika

25 penilaian angka-angka multiple-digit lebih lambat dalam membuat keputusan mengenai angka-angka genap dari 10 hingga 19 daripada dari 0 sampai 9. Yaitu, status ganjil genap dari digit puluhan memberikan beberapa rintangan dalam memutuskan digit satuan Persepsi dan Efek Kesadaran Suatu Harga Alasan yang masuk akal untuk efek harga ganjil yang diasumsikan pada perilaku pembelian dapat dikategorikan ke dalam dua tipe yang saling berhubungan, yaitu: Persepsi harga (bagaimana orang mengkodekan informasi harga di dalam pikirannya) dan efek dari kesadaran harga (bagaimana orang memproses informasi tentang harga). Tabel 2.1 Efek dari Akhiran Angka Ganjil Efek Persepsi Harga - Orang menganggap harga sebagai suatu besaran - Orang memperhatikan harga dari sisi kiri ke sisi kanan - Orang memiliki kemampuan terbatas untuk mengingat harga Efek Kesadaran Harga - Orang mengartikan harga ganjil sebagai tanda dari kualitas yang rendah dan harga bulat sebagai tanda dari kualitas tinggi - Orang mengartikan harga ganjil sebagai tanda dari pengurangan, diskon, atau harga rendah - Orang mengartikan harga-harga ganjil sebagai pembuktian bahwa harga dihitung secara tepat dan untuk itu dipandang sebagai harga yang adil Sumber: Monroe, 2003

26 Dalam tes mengenai memori, suatu pembelajaran (pembelajaran pertama) menemukan bahwa konsumen memiliki kesulitan terbesar dalam mengingat harga-harga yang berakhiran dengan 98 sen atau 99 sen daripada yang berakhiran dengan angka 0. Para responden dalam pembelajaran ini memiliki kecenderungan untuk meremehkan harga-harga berakhiran 98 sen dan 99 sen. Orang lebih mudah memproses bilangan-bilangan bulat/genap dan lebih suka meniru kembali angka tersebut ketika ditanya. Suatu implikasi yang masuk akal yaitu bahwa harga-harga berakhiran 98 dan 99 sen lebih sulit untuk diproses oleh kebanyakan orang, dan sebagai akibatnya orang-orang mungkin akan mengingat suatu angka kirakira/kurang lebih dari pada harga pasti/tepat. Sehingga harga $23.99 akan diingat sebagai harga kira-kira $20 lebih dan harga $27.99 sebagai harga kira-kira $30. Semua harga-harga yang tidak dibulatkan yang berada dalam rentang $20 sampai $29.99 akan diingat sebagai suatu harga sekitar $20 dengan asumsi bahwa pembeli hanya mengingat angka paling kiri dan mengingat suatu harga kira-kira untuk semua harga dalam rentang tersebut. Suatu penelitian lain menunjukkan bahwa harga ganjil nampaknya mengkomunikasikan suatu kesan harga rendah dan kesan kualitas rendah. Pembelajaran kedua yang membandingkan harga-harga $29.95 versus $30.00, $79.95 versus $80.00, dan $ versus $130.00,, menemukan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada persepsi konsumen mengenai kualitas dan persepsi nilai untuk suatu barang elektronik bermerek dibandingkan dengan suatu barang elektronik

27 tidak bermerek. Suatu perbedaan penting dalam kedua pembelajaran ini adalah bahwa penelitian pertama menggunakan akhiran 99 sen dalam harga, sedangkan penelitian kedua mengggunakan 95 sen dalam akhiran harga Perilaku Konsumen Perilaku konsumen (Tjiptono, 2002) adalah tindakan-tindakan subbudaya yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh, menggunakan, dan menentukan produk dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan-tindakan tersebut Model Keputusan: Empat Pandangan Mengenai Pengambilan Keputusan Istilah model konsumen (Kanuk, 2004, p487) mengacu ke pandangan atau perspektif yang umum mengenai bagaimana (dan mengapa) para subbudaya berperilaku seperti yang mereka lakukan. Terdapat empat pandangan mengenai pengambilan keputusan (Kanuk, 2004, pp ), yaitu: Pandangan ekonomi Untuk berperilaku rasional dalam arti ekonomi, seorang konsumen harus: 1. Mengetahui semua alternatif produk yang tersedia, 2. Mampu memeringkat setiap alternatif secara tepat dari sudut keuntungan dan kerugiannya, 3. Mampu mengenali satu alternatif yang terbaik. Tetapi, kenyataannya para konsumen jarang mempunyai semua informasi atau informasi yang cukup akurat ataupun tingkat keterlibatan

28 atau motivasi yang memadai untuk membuat apa yang dinamakan keputusan yang sempurna Pandangan pasif Yang sangat berlawanan dengan pandangan ekonomi yang rasional mengenai konsumen adalah pandangan pasif yang menggambarkan konsumen sebagai orang yang pada dasarnya tunduk pada kepentingan melayani-diri dan usaha promosi para pemasar. Dalam pandangan pasif, para konsumen dianggap sebagai pembeli yang menurutkan kata hati dan irasional, siap menyerah kepada tujuan dan kekuasaan pemasar. Pandangan kognitif Dalam kerangka ini, konsumen sering digambarkan sebagai mau menerima maupun dengan aktif mencari produk dan jasa yang memenuhi kebutuhan mereka dan memperkaya kehidupan mereka. Model kognitif memfokuskan kepada proses konsumen mencari dan menilai informasi mengenai merk dan saluran ritel yang dipilih. Pandangan emosional Walaupun sudah lama menyadari adanya model pengambilan keputusan yang emosional atau impulsif (menurutkan desakan hati), para pemasar sering lebih suka memikirkan konsumen model ekonomi maupun model pasif. Tetapi, kenyataannya setiap kita mungkin menghubungkan perasaaan yang mendalam atau emosi, seperti kegembiraan, kekhawatiran, rasa sayang, harapan, seksualitas, fantasi, dan bahkan sedikit keajaiban dengan berbagai pembelian atau kepemilikan tertentu.

29 2.1.9 Model Pengambilan Keputusan Konsumen Model pengambilan keputusan konsumen ini tidak dirancang untuk menyatukan dan menyelaraskan berbagai konsep yang relevan menjadi suatu keseluruhan yang berarti. Model tersebut mempunyai tiga komponen utama (Kanuk, 2004, p491), yaitu: 1. Masukan Komponen masukan dalam model pengambilan keputusan konsumen mempunyai berbagai pengaruh luar yang berlaku sebagai sumber informasi mengenai produk tertentu dan mempengaruhi nilai-nilai, sikap, dan perilaku konsumen yang berkaitan dengan produk. Yang utama di antara berbagai faktor masukan ini adalah berbagai kegiatan bauran pemasaran perusahaan yang berusaha menyampaikan manfaat produk dan jasa mereka kepada para konsumen potensial dan pengaruh sosiobudaya di luar pemasaran. Masukan Pemasaran Kegiatan pemasaran perusahaan merupakan usaha langsung untuk mencapai, memberikan informasi, dan membujuk konsumen untuk membeli dan menggunakan produknya. Masukan kepada proses pengambilan keputusan konsumen ini mengambil bentuk berbagai strategi bauran pemasaran khusus yang terdiri dari produk itu sendiri ( termasuk kemasan, ukuran dan jaminannya ), iklan di media massa, pemasaran langsung, penjualan personal, dan berbagai usaha promosi lainnya, kebijakan harga, dan pemilihan saluran distribusi untuk memindahkan produk dari pabrikan kepada konsumen.

30 Akhirnya, dampak berbagai usaha pemasaran suatu perusahaan sebagian besar ditentukan oleh persepsi konsumen terhadap semua usaha ini. Masukan sosiobudaya Tipe masukan yang kedua, lingkungan sosiobudaya, juga mempunyai pengaruh besar terhadap konsumen. Masukan sosiobudaya terdiri dari berbagai macam pengaruh nonkomersial. Sebagai contoh, komentar teman, editorial di surat kabar, pemakaian oleh anggota keluarga, artikel pada Consumer Reports, pandangan konsumen berpengalaman yang ikut serta dalam kelompok diskusi di internet, semuanya itu merupakan sumber informasi nonkomersial. Pengaruh kelas sosial, budaya dan subbudaya merupakan faktor-faktor masukan penting yang dihayati dan diserap dan mempengaruhi bagaimana konsumen menilai dan akhirnya mengadopsi ( atau menolak ) produk. 2. Proses Komponen proses dalam model tersebut berhubungan dengan cara konsumen mengambil keputusan. Untuk memahami proses ini, kita harus mempertimbangkan pengaruh berbagai konsep psikologis. Bidang psikologis mewakili pengaruh dalam diri (motivasi, persepsi, pembelajaran, kepribadian, dan sikap) yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan (apa yang mereka butuhkan atau inginkan, kesadaran mereka terhadap berbagai pilihan produk, kegiatan mereka dalam pengumpulan informasi, dan penilaian mereka mengenai berbagai alternatif). Tindakan pengambilan keputusan konsumen terdiri dari tiga tahap: Pengenalan kebutuhan

31 Di kalangan konsumen, tampaknya ada dua gaya pengenalan kebutuhan atau masalah yang sebenarnya, yang merasa bahwa mereka mempunyai masalah ketika sebuah produk tidak dapat berfungsi secara memuaskan. Sebaliknya, konsumen lain adalah tipe keadaan yang diinginkan, di mana bagi mereka keinginan terhadap sesuatu yang baru dapat menggerakkan proses keputusan. Penelitian sebelum pembelian Penelitian sebelum pembelian dimulai ketika konsumen merasakan adanya kebutuhan yang dapat dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Ada tiga faktor utama yang dapat meningkatkan pencarian informasi sebelum pembelian, yaitu: a. Faktor produk - Lamanya waktu antar pembelian - Perubahan yang sering dalam model produk - Perubahan harga yang sering - Banyaknya yang dibeli - Harga yang tinggi - Merek alternatif yang banyak - Berbagai macam keistimewaan b. Faktor situasi - Pengalaman - Dapat diterima secara sosial - Pertimbangan yang berhubungan dengan nilai c. Faktor subbudaya dan psikologis - Karakteristik demografis konsumen

32 Berpendidikan baik Penghasilan yang tinggi Pekerjaan kantor Dibawah umur 35 tahun Pria atau wanita - Kepribadian Tidak terlalu dogmatis Kemampuan menerima resiko rendah Faktor-faktor kepribadian lain Penilaian berbagai alternatif Ketika menilai berbagai alternatif potensial, para konsumen cenderung menggunakan dua macam informasi, yaitu: - Daftar merk yang akan mereka rencanakan untuk dipilih - Kriteria yang akan mereka pergunakan untuk menilai setiap merk. 3. Keluaran Porsi keluaran dalam model pengambilan keputusan konsumen menyangkut dua kegiatan pasca-pembelian yang berhubungan erat, yaitu: Perilaku pembelian Para konsumen melakukan tiga tipe pembelian: pembelian percobaan, pembelian ulangan, dan pembelian komitmen jangka panjang. Ketika konsumen membeli suatu produk untuk pertama kalinya dengan jumlah yang lebih sedikit dari biasanya, pembelian ini akan dianggap suatu percobaan. Jadi percobaan merupakan tahap

33 perilaku pembelian yang bersifat penjajakan di mana konsumen berusaha menilai suatu produk melalui pemakaian langsung. Jika suatu produk baru berdasarkan percobaan dirasakan lebih memuaskan atau lebih baik dari produk lain, konsumen mungkin melakukan pembelian ulang. Penilaian pasca-pembelian Ketika konsumen menggunakan suatu produk, terutama selama pembelian percobaan, mereka menilai kinerja produk tersebut menurut berbagai harapan mereka. Ada tiga hasil penilaian yang mungkin timbul: - Kinerja yang sesungguhnya sesuai dengan harapan yang menimbulkan perasaan netral - Kinerja melebihi harapan, yang menimbulkan apa yang dikenal sebagai pemenuhan harapan secara positif (yang menimbulkan kepuasan) - Kinerja di bawah harapan, yang menimbulkan pemenuhan harapan harapan secara negatif dan ketidakpuasan. Hal di atas diperjelas pada gambar 2.4.

34 Pengaruh Eksternal Masukan Usaha Pemasaran Perusahaan 1. Produk 2. Harga 3. Saluran Distribusi 4. Promosi Lingkungan Sosiobudaya 1. Keluarga 2. Sumber informasi 3. Sumber nonkomersial lain 4. Kelas sosial 5. Subbudaya dan budaya Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Pengenalan Kebutuhan Penelitian Sebelum Pembelian Evaluasi Alternatif Bidang Psikologi 1. Motivasi 2. Persepsi 3. Pembelajaran 4. Kepribadian 5. Sikap Pengalaman Perilaku Setelah Keputusan Keluaran Pembelian 1. Pencobaan 2. Pembelian ulang Evaluasi setelah pembelian Gambar 2.4 Model Sederhana mengenai Pengambilan Keputusan Konsumen Sumber: Kanuk, 2004

35 Lingkungan Subbudaya Para anggota subbudaya tertentu mempunyai kerpercayaan, nilai-nilai, dan kebiasaan yang membedakan mereka dari anggota lain dalam masyarakat yang sama. Di samping itu, mereka mengikuti sebagian besar kepercayaan, nilai-nilai, dan pola perilaku budaya yang dominan dalam masyarakat yang lebih besar. Karena itu, kita mendefinisikan subbudaya sebagai kelompok budaya berbeda yang ada sebagai segmen yang dapat dikenali dalam masyarakat tertentu yang lebih luas dan lebih kompleks. Jadi, profil budaya masyarakat atau bangsa tertentu merupakan gabungan dua unsur yang berbeda: (1) kepercayaan, nilai-nilai, dan kebiasaan unik yang dianut oleh para anggota subbudaya tertentu, dan (2) tema budaya yang pokok atau inti yang dipakai bersama-sama oleh sebagian besar penduduk, tanpa memandang keanggotaan subbudaya tertentu Jenis Kelamin Sebagai Sebuah Subbudaya Terlepas dari kecenderungan modern untuk meniadakan perbedaan antara pria dan wanita, banyak didapati bukti bahwa pria dan wanita berbeda untuk beberapa hal penting tertentu (bukan hanya secara fisik). Misalnya, wanita dapat memproses informasi secara berbeda dari pria dan tampaknya lebih sabar, telaten, dan kurang begitu mendominasi seperti pria. Untuk beberapa tujuan pemasaran, perbedaan jenis kelamin sebagai suatu subbudaya yang berbeda. Misalnya, penelitian membuktikan bahwa wanita memperlakukan harta milik secara berbeda ketimbang pria. Kepemilikan produk dipandang oleh sebagian pria sebagai cara untuk

36 mendominasi dan mengungkapkan kekuasaan atas orang lain, membedakan dirinya dari orang lain (pembedaan status), dan bahkan mungkin adalah bentuk terselubung dari agresi terhadap orang lain. Wanita, sebaliknya, cenderung menilai tinggi barang milik yang dapat memperkuat hubungan personal dan sosial. Dibandingkan dengan sebagian besar pria, sebagian besar wanita lebih menghargai perawatan ketimbang pengontrolan, rasa bersama ketimbang kecemburuan, dan bekerja sama ketimbang mendominasi. Sebagian pemasar melihat bahwa sangat bermanfaat untuk mengembangkan strategi pemasaran yang berbeda untuk subbudaya pria dan wanita Pendidikan Sebagai Subbudaya Tingkat pendidikan formal seseorang merupakan perkiraan lain bagi kedudukan kelas sosial yang umum diterima. Pada umumnya, semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin besar kemungkinan orang itu bergaji tinggi (berpenghasilan lebih tinggi) dan mempunyai kedudukan yang dikagumi atau dihormati (status pekerjaan yang tinggi) Usia Sebagai Subbudaya Subbudaya umur terdiri atas tiga kelompok umur dewasa, yaitu (kanuk, 2004, p396): Generasi X, baby boomer (orang yang lahir sesudah perang dunia II), dan para manula. Ketiga segmen ini diplih karena gaya hidup khusus mereka dapat dianggap sebagai kelompok subbudaya.

37 Pengelompokkan umur generasi X, sering disebut Xers, busters/orang yang gagal, atau slackers/orang yang menghindari tugas (sebagai lawan dari boomer), didefinisikan berjumlah kira-kira 46 juta, berusia antara 18 sampai 29 tahun, yang membelanjakan uang mereka sekitar $125 milyar setahun. Mereka tidak menyukai semua penamaan itu dan tidak ingin dikhususkan dan dijadikan sasaran pemasaran. Juga tidak seperti orang tua mereka, yang sering adalah baby boomer, mereka tidak ingin cepat-cepat menikah, memulai pembentukan keluarga, atau bekerja dengan waktu yang berlebihan untuk memperoleh gaji yang tinggi. Bagi para konsumen dari generasi X, kepuasan kerja secara lazimnya jauh lebih penting daripada gaji. Generasi X menolak nilai-nilai mitra kerja yang lebih tua yang mungkin mengabaikan keluarga mereka ketika berjuang untuk memperoleh gaji yang lebih tinggi dan kemajuan karier. Para anggota generasi X sering membanggakan kecanggihan mereka. Walaupun mereka tidak perlu meterialistis, mereka memang membeli merk yang baik tetapi tidak merasa perlu membeli merk perancang. Mereka ingin dikenal oleh para pemasar sebagai kelompok dengan hak mereka sendiri dan bukan sebagai mini-baby boomer. Karena itu, iklan-iklan yang ditargetkan untuk audiens ini harus memfokuskan kepada gaya mereka dalam musik, mode, dan bahasa. Satu kunci bagi para pemasar adalah ketulusan hati. Generasi X tidak menentang iklan tetapi hanya menentang ketidaktulusan. Para pemasar telah menyadari bahwa baby boomer merupakan audiens sasaran yang sangat diinginkan karena (1)

38 mereka merupakan satu-satunya kategori umur terbesar yang hidup sekarang ini, (2) mereka sering mengambil keputusan pembelian konsumen yang penting, dan (3) mereka mempunyai subsegmen kecil yang mempengaruhi kecenderungan para konsumen (kadang-kadang dikenal sebagai yuppies atau para profesional muda yang bergerak ke atas) yang mempunyai pengaruh terhadap selera konsumen dari berbagai segmen umur dalam masyarakat. Banyak baby boomer yang sudah berusia 50-an tahun (atau orang dewasa yang sudah matang), dan banyak pula praboomer (mereka yang berusia 55 sampai 65 tahun), dan jumlah konsumen lanjut usia bertambah dua kali lebih cepat dari pertambahan penduduk Amerika Serikat. Walaupun ada orang yang menganggap bahwa para konsumen manula terdiri dari orang-orang yang tidak mempunyai sumber keuangan yang besar, biasanya mempunyai kesehatan yang kurang baik, dan banyak mempunyai waktu luang. Seorang pakar konsumen usia lanjut telah mengemukakan bahwa kaum lanjut usia lebih beragam minat, pendapat, dan tindakannya dibandingkan berbagai segmen penduduk dewasa lainnya. Walaupun pandangan ini berlawanan dengan dongeng yang populer bahwa kaum lanjut usia seragam dari sudut sikap dan gaya hidup, baik para pakar kaum lanjut usia maupun para peneliti pasar telah berulang kali menunjukkan bahwa umur tidak harus merupakan faktor utama dalam menentukan bagaimana para konsumen yang lebih tua bereaksi terhadap berbagai kegiatan pemasaran. Penelitian selalu mengemukakan bahwa persepsi orangn mengenai umur mereka lebih

39 penting dalam menentukan perilaku ketimbang umur kronologis mereka (atau jumlah tahun hidup). Sebetulnya, pada waktu yang sama orang dapat merasakan berbagai macam umur atau umur kognitif. Tegasnya, para konsumen lanjut usia merasa diri mereka lebih muda daripada umur kronologis mereka pada empat dimensi umur yang dirasakan: umur yang dirasakan (berapa umur menurut perasaan mereka), umur yang terlihat (berapa umur mereka dari penampilan), umur kerja (sejauh mana mereka terlibat dalam berbagai kegiatan yang disukai para anggota kelompok umur tertentu), dan usia minta (sejauh mana minat mereka sama dengan para anggota kelompok umur tertentu) Pendapatan Sebagai Subbudaya Orang berbeda penghasilannya akan berbeda perilakunya, gaya hidupnya value nya. Maka perlu dibuat segmentasi berdasarkan pendapatan kemudian pendapatan disegmentasi lagi menurut usia, kelompok etnis, daerah/wilayah. Banyak mitos dan konsepsi yang salah mengenai distribusi pendapatan di Amerika yang bisa membingungkan pemasar. Kalau misalnya pemasar berpendapat bahwa pendapatan rendah didominasi oleh minoritas pemasar tersebut salah, sebab kebanyakan orang miskin di Amerika itu berkulit putih. Kekayaan berlimpah juga tidak berani karena bertambahnya umur. Pemasar membagi rumah tangga di Amerika mejadi 3 kelompok/kategori (Supranto dan Limakrisna, 2007, p60): (1) Down scale (di bawah US$ per tahun)

40 (2) Middle scale (US$ US$ per tahun) (3) Up scale (di atas US$ per tahun) Ada hubungan/korelasi antara lamanya waktu belajar/tingkat pendidikan dengan pendapatan, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan juga tingkat pendapatan. Hampir setengah orang dewasa dari kategori up scale menamatkan 4 tahun college sedangkan untuk kategori down scale hanya ada 10% yang bisa menamatkan 4 tahun college. Hampir setengah orang Amerika termasuk kategori down scale. Walaupun kategori up scale merupakan pasar yang menguntungkan untuk produk bernilai tinggi (produk mewah) ini hanya ada satu diantara lima rumah tangga yang masuk dalam kategori Pekerjaan Sebagai Subbudaya Pekerjaan merupakan ukuran sosial yang diterima secara luas dan mungkin merupakan ukuran kelas sosial terbaik yang dapat didokumentasikan karena menggambarkan status yang berhubungan dengan pekerjaan. Pentingnya pekerjaan sebagai indikator kelas sosial diperkuat oleh seringnya orang menanyakan hal tersebut kepada orang lain yang mereka temui untuk pertama kalinya. Apa pekerjaan Anda? Jawaban terhadap pertanyaan ini berlaku sebagai pedoman dalam memperkirakan (atau menilai dan membentuk pendapat mengenai) orang lain. Yang lebih penting lagi, para pemasar sering berpikir dari sudut pekerjaan spesifik ketika menentukan pasar yang mereka targetkan bagi berbagai produk mereka.

41 2.2 Kerangka Pemikiran Pengaruh Eksternal Pengambilan Keputusan Konsumen Bauran Pemasaran Lingkungan Sosiobudaya Harga Subbudaya Harga Ganjil (Odd Pricing) Jenis kelamin, Pendidikan, Usia, Pendapatan, Pekerjaan Keputusan Pembelian Konsumen Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran Sumber: Penulis Penjelasan kerangka pemikiran: Terdapat dua faktor eksternal yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen, yaitu: 1. Bauran pemasaran yang salah satunya mencakup harga. Harga memiliki peranan yang cukup penting dalam mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dan salah satu teknik penetapan harga adalah penetapan harga ganjil (odd pricing). 2. Lingkungan sosiobudaya yang salah satunya mencakup subbudaya. Sebuah subbudaya yang luas diidentifikasi berdasarkan pada beberapa karakteristik demografis (jenis kelamin, pendidikan, usia, pendapatan, pekerjaan).

STRATEGI PENETAPAN HARGA

STRATEGI PENETAPAN HARGA STRATEGI PENETAPAN HARGA DIMENSI STRATEGIS HARGA Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan. Dari sudut pandang pemasaran, harga merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam bisnis yang meliputi pencarian bahan baku produk hingga produk tersebut sampai ke konsumen. Beberapa

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan. memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia.

LANDASAN TEORI. memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan. memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan memuaskan kebutuhan

Lebih terperinci

Pertimbangan dalam Harga

Pertimbangan dalam Harga Perencanaan Harga Price Sejumlah uang yang dikenakan terhadap suatu produk atau jasa, atau sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen guna mendapatkan manfaat dalam memiliki atau menggunakan suatu produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemasaran Pemasaran merupakan ujung tombak perusahaan. Dunia persaingan yang semakin ketat saat ini, menuntut perusahaan untuk melakukan berbagai upaya yang dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Menurut Stanton dalam Swastha dan Irawan (2008:5), Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 14 PENGEMBANGAN PROGRAM DAN STRATEGI HARGA

PERTEMUAN 14 PENGEMBANGAN PROGRAM DAN STRATEGI HARGA PERTEMUAN 14 PENGEMBANGAN PROGRAM DAN STRATEGI HARGA Gambar 16.1: Sembilan Strategi Harga Mutu 12-2 Gambar 16.2: Harga Seharusnya Sejajar Dengan Nilai 12-3 Gambar 16.3: Menentukan Kebijakan Penetapan Harga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Keberhasilan suatu perushaan akan tergantung pada kemampuan pemasaran. Terlebih dalam persaingan dunia bisnis yang semakin meningkat dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Kotler dan Armstrong (2008:10), Pemasaran sebagai suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka

Lebih terperinci

Rangkuman Bab 14. Mengembangkan Strategi dan Program Penetapan Harga

Rangkuman Bab 14. Mengembangkan Strategi dan Program Penetapan Harga Rangkuman Bab 14 Mengembangkan Strategi dan Program Penetapan Harga A. Memahami Penetapan Harga Harga adalah salah satu unsur bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan; unsur-unsur lainnya menghasilkan

Lebih terperinci

Minggu-6. Konsep Harga (pricing concept) Product Knowledge and price concept. By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM

Minggu-6. Konsep Harga (pricing concept) Product Knowledge and price concept. By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM Product Knowledge and price concept Minggu-6 Konsep Harga (pricing concept) By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM Further Information : Mobile : 08122035131 Email: ailili1955@gmail.com Pokok Bahasan Definisi Harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 sampai saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 sampai saat ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 sampai saat ini belum juga berakhir. Keadaan tersebut diperparah dengan adanya permasalahan permasalahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu fungsi pokok yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Definisi Pemasaran Banyak orang beranggapan bahwa pemasaran adalah sebuah kegiatan menjual atau mengiklankan suatu produk. Pada sebagian besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Untuk memulai suatu penelitian penulis memerlukan suatu tinjauan pustaka dengan masalah yang diteliti. Tinjauan pustaka digunakan untuk menjelaskan konsep.

Lebih terperinci

BAHAN AJAR Jurusan : Administrasi Bisnis Konsentrasi : Mata Kuliah : Pengantar Bisnis

BAHAN AJAR Jurusan : Administrasi Bisnis Konsentrasi : Mata Kuliah : Pengantar Bisnis BAB 7 Manajemen Pemasaran 7.1. Konsep-Konsep Inti Pemasaran Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan produk, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan

Lebih terperinci

Pemasaran Ritel. Sessi

Pemasaran Ritel. Sessi Pemasaran Ritel Sessi PRICING Penetapan Harga KUWAT RIYANTO, SE, M.M. 081319434370 kuwat_riyanto@yahoo.com http://kuwatriy.wordpress.com Pict LAZA?? Each People have theyselves opinion. Everything. Tugas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perilaku Konsumen Menurut American Marketing Association dalam Peter dan Olson (2013:6), perilaku konsumen adalah dinamika interaksi antara pengaruh dan kesadaran,

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. falsafah baru ini disebut konsep pemasaran (marketing concept). Konsep

II. LANDASAN TEORI. falsafah baru ini disebut konsep pemasaran (marketing concept). Konsep II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran Pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses bagi perusahaan akan mengetahui adanya cara dan falsafah yang terlibat didalamnya. Cara dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Proses pengambilan keputusan dan aktivitas masing-masing individu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Proses pengambilan keputusan dan aktivitas masing-masing individu yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen 2..1 Defenisi perilaku konsumen Ada beberapa definisi dari perilaku konsumen yang dikemukakan oleh para ahli, di antaranya: The American Assosiation dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pengertian pemasaran mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk adalah penawaran nyata perusahaan pada dasarnya mereknya dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk adalah penawaran nyata perusahaan pada dasarnya mereknya dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Produk Produk adalah penawaran nyata perusahaan pada dasarnya mereknya dan penyajiannya (Kotler, 2001:126). Produk adalah suatu sifat yang kompleks

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha saat ini telah membawa para pelaku dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan konsumen. Berbagai pendekatan dilakukan

Lebih terperinci

BAB VIII PENETAPAN HARGA

BAB VIII PENETAPAN HARGA BAB VIII PENETAPAN HARGA Sebagai perusahaan berusaha untuk menumbuh keuntungan mereka, mereka sering fokus pada penurunan biaya produksi atau peningkatan permintaan produk. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Permintaan Konsumen. mengkonsumsi barang atau jasa yang mereka butuhkan. barang atau jasa (Sukirno, 2005: 5).

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Permintaan Konsumen. mengkonsumsi barang atau jasa yang mereka butuhkan. barang atau jasa (Sukirno, 2005: 5). BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Permintaan 1. Pengertian Permintaan Konsumen Pada umumnya manusia memiliki kebutuhan yang sifatnya tidak terbatas, sedangkan alat kebutuhan itu sendiri bersifat terbatas.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kotler (2007:6), Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

Lebih terperinci

PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6. Pemasaran. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si

PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6. Pemasaran. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6 Pemasaran Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si Definisi Pemasaran Kotler dan Lane (2007): Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen pemasaran berasal dari dua kata. pemasaran. Adapun pengertian manajemen dan sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen pemasaran berasal dari dua kata. pemasaran. Adapun pengertian manajemen dan sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. MANAJEMEN PEMASARAN 2.1.1 Pengertian Manajemen Pemasaran Manajemen pemasaran berasal dari dua kata yaitu manajemen dan pemasaran. Adapun pengertian manajemen dan sebagai berikut:

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan faktor yang penting dalam siklus yang bermula dan

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan faktor yang penting dalam siklus yang bermula dan II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan faktor yang penting dalam siklus yang bermula dan berakhir dengan kebutuhan konsumen. Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tergantung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2009:6) : Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai

Lebih terperinci

Strategi Penetapan Harga

Strategi Penetapan Harga Modul ke: 10 Widi Strategi Penetapan Harga Wahyudi,S.Kom, SE, MM. Fakultas Desain & Seni Kreatif Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id A. Pengertian Harga Harga adalah sejumlah uang yang harus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nilai yang terkandung didalam produk tersebut. Salah satu nilai yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nilai yang terkandung didalam produk tersebut. Salah satu nilai yang 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Merek Didalam suatu produk yang dijual ke pasar oleh produsen terdapat nilai yang terkandung didalam produk tersebut. Salah satu nilai yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. inilah yang menjadi konsep pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk (product), manusia terutama pihak konsumen yang dituju.

BAB II LANDASAN TEORI. inilah yang menjadi konsep pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk (product), manusia terutama pihak konsumen yang dituju. 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran Pemasaran adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL. laba yang ingin dicapai perusahaan juga mempengaruhi kelangsungan hidup

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL. laba yang ingin dicapai perusahaan juga mempengaruhi kelangsungan hidup 14 BAB II PENENTUAN HARGA JUAL Keputusan penentuan harga jual sangat penting, karena selain mempengaruhi laba yang ingin dicapai perusahaan juga mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Advertising Project Management-

Mata Kuliah - Advertising Project Management- Mata Kuliah - Advertising Project Management- Modul ke: Manajemen proyek (2) Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising www.mercubuana.ac.id DASAR-DASAR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan

BAB II LANDASAN TEORI. maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Sehubungan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan penjelasan. Dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran adalah proses untuk merencanakan dan melaksanakan perancangan, penetapan harga, promosi, dan distribusi dari ide, barang, dan layanan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemasaran modern. Bauran pemasaran dapat didefinsikan sebagai serangkaian alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemasaran modern. Bauran pemasaran dapat didefinsikan sebagai serangkaian alat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bauran Pemasaran Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep utama dalam dunia pemasaran modern. Bauran pemasaran dapat didefinsikan sebagai serangkaian alat pemasaran taktis

Lebih terperinci

SKENARIO TINGKAT OPTIMALITAS KOMPONEN BIAYA & HARGA SUATU PRODUK TERHADAP PANGSA PASAR. Dheni Haryanto

SKENARIO TINGKAT OPTIMALITAS KOMPONEN BIAYA & HARGA SUATU PRODUK TERHADAP PANGSA PASAR. Dheni Haryanto SKENARIO TINGKAT OPTIMALITAS KOMPONEN BIAYA & HARGA SUATU PRODUK TERHADAP PANGSA PASAR Dheni Haryanto dheni_mqc@yahoo.com Marketing Quotient Community http://www.mqc.cjb.net F o c u s On Marketing Macam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pemasaran dan biaya lainnya yang terkait dengan delivery layanan.

BAB II LANDASAN TEORI. pemasaran dan biaya lainnya yang terkait dengan delivery layanan. 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bundling Bundling merupakan pengelompokan beberapa layanan telekomunikasi jadi satu paket untuk meningkatkan pelanggan potensial dan mengurangi biaya iklan, pemasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan perkembangan dan kemajuan teknologi yang sangat pesat pada zaman

BAB I PENDAHULUAN. Dengan perkembangan dan kemajuan teknologi yang sangat pesat pada zaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan perkembangan dan kemajuan teknologi yang sangat pesat pada zaman sekarang ini sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat dan ini juga berpengaruh dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok suatu perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidup, berkembang dan mendapatkan laba.

Lebih terperinci

DASAR-DASAR MANAJEMEN PEMASARAN

DASAR-DASAR MANAJEMEN PEMASARAN Modul ke: DASAR-DASAR MANAJEMEN PEMASARAN PRICING PRODUCT Fakultas FIKOM Dra. Tri Diah Cahyowati, Msi. Program Studi Marcomm & Advertising http://www.mercubuana.ac.id Definisi Harga dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pemasaran Menurut Basu Swastha ( 2008:5 ) Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORETIS. Penelitian yang berkaitan dengan kemasan telah dilakukan oleh Manaf

BAB II URAIAN TEORETIS. Penelitian yang berkaitan dengan kemasan telah dilakukan oleh Manaf BAB II URAIAN TEORETIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan kemasan telah dilakukan oleh Manaf (2005) dengan judul Pengaruh Kemasan terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen Extra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Retail (Eceran) Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha menjual barang atau jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan, Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan, mulai dari kebutuhan dasar yang harus dipenuhi secara rutin atau disebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tak hanya mencakup penjualan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tak hanya mencakup penjualan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran ( Marketing ) merupakan suatu rangkaian proses kegiatan yang tak hanya mencakup penjualan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam rangka memperoleh suatu pedoman guna lebih memperdalam

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam rangka memperoleh suatu pedoman guna lebih memperdalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Yang Melandasi Permasalahan Dalam rangka memperoleh suatu pedoman guna lebih memperdalam masalah, maka perlu dikemukakan suatu landasan teori yang bersifat ilmiah. Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persepsi yang baru dari seseorang. Inovasi adalah produk atau jasa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persepsi yang baru dari seseorang. Inovasi adalah produk atau jasa yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Inovasi Produk Menurut Kotler dan Keller (2009) inovasi adalah produk, jasa, ide, dan persepsi yang baru dari seseorang. Inovasi adalah produk atau jasa yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pada umumnya, setiap perusahaan menganut salah satu konsep atau filosofi pemasaran, yaitu falsafah atau anggapan yang diyakini perusahaan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Produk Aqua (Studi pada Masyarakat Desa Slimbung Kecamatan Ngadiluwih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pengertian pemasaran mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar penjualan dan periklanan. Tjiptono (2002) memberikan definisi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS

BAB II KERANGKA TEORETIS BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Perilaku Konsumen Perilaku konsumen menyangkut masalah keputusan yang diambil seseorang dalam persaingannya dan penentuan untuk mendapatkan dan mempergunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tidak ada satupun perusahaan yang akan mampu bertahan lama bila

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tidak ada satupun perusahaan yang akan mampu bertahan lama bila BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran Tidak ada satupun perusahaan yang akan mampu bertahan lama bila perusahaan tersebut tidak melakukan kegiatan memasarkan atau menjual

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanggapan yang diinginkan perusahaan dalam pasar sasaran (Kotler,2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanggapan yang diinginkan perusahaan dalam pasar sasaran (Kotler,2003). 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bauran Pemasaran Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep utama dalam dunia pemasaran modern. Bauran pemasaran dapat didefinisikan sebagai serangkaian alat pemasaran taktis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Banyak cara yang dilakukan perusahaan untuk dapat mencapai tujuan organisasinya. Salah satunya adalah merancang strategi pemasaran yang efektif. Pemasaran merupakan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan dapat terpenuhi melalui produk yang

BAB II KERANGKA TEORI. kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan dapat terpenuhi melalui produk yang BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Kepuasan Pelanggan Garpesz (dalam Laksana, 2008:96), mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu keadaan di mana kebutuhan, keinginan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. Pemasaran adalah proses sosial dan dengan proses itu individu dan

BAB II KERANGKA TEORITIS. Pemasaran adalah proses sosial dan dengan proses itu individu dan BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Teori Tentang Bauran Pemasaran 2.1.1. Pengertian Bauran Pemasaran Pemasaran adalah proses sosial dan dengan proses itu individu dan kelompok mendapat apa yang mereka butuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini, masyarakat Indonesia sudah mulai terpengaruh dan mengadaptasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini, masyarakat Indonesia sudah mulai terpengaruh dan mengadaptasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini, masyarakat Indonesia sudah mulai terpengaruh dan mengadaptasi gaya hidup orang asing yang dikenal dengan istilah westernisasi, mulai dari gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sama sehingga banyak perusahaan yang tidak dapat. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sama sehingga banyak perusahaan yang tidak dapat. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian Indonesia yang semakin maju dan mengalami perkembangan, ini ditunjukkan semakin banyaknya bermunculan perusahaan industri, baik industri

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Menurut Terry dalam Hasibuan (2007:2), manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penjualan Pribadi (Personal Selling) Menurut Kotler (2010: 29), pemasaran adalah suatu proses sosial-manajerial yang membuat seorang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. mengkomunikasikan dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. mengkomunikasikan dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Pemasaran Pemasaran (marketing) menurut Asosiasi Pemasaran Amerika dalam Kotler (2002: 22) adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. 1.1 Pengertian Keputusan Pembelian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. 1.1 Pengertian Keputusan Pembelian BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Keputusan Pembelian 1.1 Pengertian Keputusan Pembelian Menurut Kotler dan Armstrong (2012), perilaku pembelian konsumen mengacu

Lebih terperinci

Dalam rangka untuk mengatur dasar pemasaran olahraga, ada empat istilah penting untuk memahami: harga, nilai, pendapatan, dan Laba.

Dalam rangka untuk mengatur dasar pemasaran olahraga, ada empat istilah penting untuk memahami: harga, nilai, pendapatan, dan Laba. Dalam rangka untuk mengatur dasar pemasaran olahraga, ada empat istilah penting untuk memahami: harga, nilai, pendapatan, dan Laba. Harga tidak hanya mempengaruhi profitabilitas produk olahraga, itu mengkomunikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula keanekaragaman produk yang dihasilkan. Produk dengan jenis, kemasan, manfaat, rasa, dan tampilan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen.

BAB II LANDASAN TEORI. hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen. BAB II LANDASAN TEORI A. LOYALITAS MEREK 1. Definisi Loyalitas Merek Schiffman dan Kanuk (2004) mengatakan bahwa loyalitas merek merupakan hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia. Namun seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia. Namun seiring BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia. Namun seiring perkembangan zaman dan perubahan trend yang meliputi perubahan budaya, selera, maupun peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan dunia bisnis saat ini, maka

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan dunia bisnis saat ini, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan dunia bisnis saat ini, maka semakin berkembangnya tingkat persaingan dalam pemenuhan kebutuhan manusia. Jumlah penduduk indonesia

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB II. LANDASAN TEORI 9 BAB II. LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2011) pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan perusahaan. Sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengertian produk menurut Kotler & Armstrong (2001, p346) adalah segala

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengertian produk menurut Kotler & Armstrong (2001, p346) adalah segala BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Produk Pengertian produk menurut Kotler & Armstrong (2001, p346) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN MASALAH

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN MASALAH 6 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN MASALAH 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Harga 2.1.1.1 Pengertian Harga Harga merupakan satu satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Membeli 1. Pengertian Perilaku Membeli Perilaku adalah semua respon (reaksi, tanggapan, jawaban; balasan) yang dilakukan oleh suatu organisme (Chaplin, 1999). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keputusan Pembelian Dalam melakukan pemenuhan suatu kebutuhan, konsumen akan melakukan suatu pembelian demi memenuhi kebutuhannya. Menurut Schifman dan Kanuk

Lebih terperinci

Bab II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas mengenai teori-teori yang mendukung dalam konteks

Bab II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas mengenai teori-teori yang mendukung dalam konteks Bab II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas mengenai teori-teori yang mendukung dalam konteks penelitian ini, meliputi perilaku konsumen, motivasi konsumen, loyalitas konsumen, produk, bauran pemasaran, merek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam berinteraksi dengan lingkungannya. dan berinteraksi di dunia. Menurut Assael, gaya hidup adalah A mode of

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam berinteraksi dengan lingkungannya. dan berinteraksi di dunia. Menurut Assael, gaya hidup adalah A mode of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Gaya Hidup Gaya hidup menurut Kotler (2002:192) adalah pola hidup seseorang di dunia yang iekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Dengan semakin berkembangnya sistem

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Dengan semakin berkembangnya sistem 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era seperti sekarang ini memerlukan perhatian yang lebih, terutama dalam menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang dengan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu 1. Baros (2007) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh atribut produk terhadap terbentuknya citra merek (Brand Image) di PT. Radio Kidung Indah Selaras

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Kotler dan Amstrong (2008:7) pemasaran adalah proses sosial dan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Kotler dan Amstrong (2008:7) pemasaran adalah proses sosial dan BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Definisi Pemasaran Menurut Kotler dan Amstrong (2008:7) pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas penjualan sebagai salah satu kegiatan pemasaran memegang peranan penting dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, di samping itu pesatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu perusahaan dalam usahanya untuk mengembangkan, mendapatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu perusahaan dalam usahanya untuk mengembangkan, mendapatkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang penting dijalankan oleh suatu perusahaan dalam usahanya untuk mengembangkan, mendapatkan

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Bisnis. Aspek Pasar dan Pemasaran

Studi Kelayakan Bisnis. Aspek Pasar dan Pemasaran Studi Kelayakan Bisnis Aspek Pasar dan Pemasaran Pemasaran Pengertian Suatu proses sosial dan manajerial dengan mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan

Lebih terperinci

Pengembangan Marketing Mix untuk Mendukung Kinerja Pemasaran UKM

Pengembangan Marketing Mix untuk Mendukung Kinerja Pemasaran UKM MAKALAH KEGIATAN PPM Pengembangan Marketing Mix untuk Mendukung Kinerja Pemasaran UKM Oleh: Muniya Alteza, M.Si 1 Disampaikan pada Pelatihan Pengelolaan Usaha bagi UKM di Desa Sriharjo, Bantul Dalam Rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa sampai - sampai ada istilah Pelanggan adalah raja. Inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. jasa sampai - sampai ada istilah Pelanggan adalah raja. Inilah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsumen adalah bagian terpenting dalam proses jual beli barang maupun jasa sampai - sampai ada istilah Pelanggan adalah raja. Inilah yang menyebabkan hampir seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mengetahui kondisi pasar adalah penting. Agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mengetahui kondisi pasar adalah penting. Agar dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa depan dalam mengembangkan strategi-strategi jangka panjang perusahaan untuk mengetahui kondisi pasar adalah penting. Agar dapat bertahan di dalam pasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemasaran Sehubungan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan penjelasan. Dalam banyak perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan pelanggan yang menguntungkan. Dua sasaran pemasaran adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan pelanggan yang menguntungkan. Dua sasaran pemasaran adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Definisi Pemasaran Menurut Kotler & Amstrong (2008:5) pemasaran adalah proses mengelola hubungan pelanggan yang menguntungkan. Dua sasaran pemasaran adalah

Lebih terperinci

Makalah Strategi Bisnis Ritel

Makalah Strategi Bisnis Ritel Makalah Strategi Bisnis Ritel Disusun Oleh : Nama : Vina Loren Kelas : XI PM 1 No. Absen : 33 SMKN 9 Semarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis Retail merupakan keseluruhan aktivitas bisnis yang

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING II.1. Harga Jual Penentuan harga jual suatu produk atau jasa merupakan salah satu keputusan penting manajemen karena harga yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran dalam suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting, karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Teori-teori tersebut berkaitan dengan penjualan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Teori-teori tersebut berkaitan dengan penjualan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II menjelaskan teori-teori mengenai konsep penjualan sebagai landasan penelitian. Teori-teori tersebut berkaitan dengan penjualan. A. Pengertian Penjualan Definisi menjual menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekarang ini dimana perubahan teknologi dan arus informasi yang sangat cepat mendorong

I. PENDAHULUAN. sekarang ini dimana perubahan teknologi dan arus informasi yang sangat cepat mendorong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Situasi perekonomian dewasa ini berkembang sangat pesat, terlebih pada masa globalisasi seperti sekarang ini dimana perubahan teknologi dan arus informasi yang

Lebih terperinci

MATERI 3 PASAR DAN PEMASARAN

MATERI 3 PASAR DAN PEMASARAN MATERI 3 PASAR DAN PEMASARAN 1. Potensi Pasar Menurut D.A.Aaker dan G.S Day, proses pengkajian aspek pasar meliputi : 1.Menilai Situasi Suatu keputusan tentang aspek pasar harus didasari dengan pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau jasa dari seseorang atau penjual dan untuk membedakannya dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau jasa dari seseorang atau penjual dan untuk membedakannya dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Definisi Merek (Brand) Merek (Brand) adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk mengenali produk atau

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Perilaku Konsumen Di Indonesia menurut Saragih (1998), pada awal Orde Baru, kegiatan ekonomi berbasis sumber daya hayati praktis hanya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa untuk menarik simpatik masyarakat. Banyaknya usaha-usaha

BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa untuk menarik simpatik masyarakat. Banyaknya usaha-usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi banyak faktor yang mempengaruhi kegiatan perekonomian termasuk dalam bidang pemasaran. Bentuk kegiatan yang dilakukan di dalam bidang apa pun, dimana

Lebih terperinci