BAB2 LANDASAN TEORI. Masalah program linier pada dasarnya memiliki ketentuan-ketentuan berikut ini (Winston, 2004)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB2 LANDASAN TEORI. Masalah program linier pada dasarnya memiliki ketentuan-ketentuan berikut ini (Winston, 2004)"

Transkripsi

1 7 BAB2 LANDASAN TEORI 2.1. Program Linier Program linear merupakan salah satu teknik dari riset operasi untuk memecahkan permasalahan optimasi dengan memaksimalkan atau meminimalkan suatu bentuk fungsi objektif atau fungsi tujuan dengan kendala-kendala berupa fungsi yang linear. Pemecahan masalah Linear Programming dapat dilakukan dengan metode aljabar, metode grafik, metode simpleks atau dengan menggunakan perangkat lunak (software) komputer. Pokok pikiran utama dalam menggunakan program linier adalah merumuskan masalah dengan jelas dengan menggunakan sejumlah informasi yang tersedia. Sesudah masalah terumuskan dengan baik, maka langkah berikut ialah menterjemahkan masalah ke dalam bentuk model matematika (Siagian, 2006). Masalah program linier pada dasarnya memiliki ketentuan-ketentuan berikut ini (Winston, 2004) 1. Masalah program linier berkaitan dengan upaya memaksimalkan atau meminimalkan yangdisebut sebagai fungsi tujuan dari program linier. Fungsi tujuan initerdiri dari variabel-variabel keputusan. 2. Terdapat kendala-kendala atau keterbatasan, yang membatasi pencapaiantujuan yang dirumuskan dalam program linier. Kendala-kendala inidirumuskan dalam fungsi-fungsi kendala yang terdiri dari variabel-variabelkeputusan yang menggunakan sumber-sumber daya yang terbatas itu.

2 8 3. Ada pembatasan tanda untuk setiap variabel dalam masalah ini. Untuksembarang xx ii, pembatasan tanda menentukan xx ii harus non negatif (xx ii 0)atau tidak dibatasi tandanya (unretsricted in sign). 4. Memiliki sifat linieritas. Sifat ini berlaku untuk semua fungsi tujuan danfungsifungsi kendala. Formulasi model matematis dari persoalan pengalokasian sumber-sumber pada permasalahan program linier adalah sebagai berikut (Sitorus, 1997): mm Maks/Min Z = jj =1 cc jj xx jj (2.1) mm Kendala ii=1 jj =1 aa iiii xx jj (, =, )bb ii (2.2) xx jj 0 dimana: ZZ =fungsi tujuan cc jj = nilai kontribusi dari variabel keputusan xx jj =variabel keputusan aa iiii =koefisien dari variabel keputusan dalam fungsi kendala bb ii = sumber daya yang tersedia dalam fungsi kendala Fungsi Zpada rumusan program linier merupakan fungsi tujuan yang akan dicapai atau dioptimalkan. Selanjutnya, persamaan atau pertidaksamaan yang merepresentasikan keterbatasan atau keberadaan kendala yang membatasi pencapaian fungsi tujuan dinamakan fungsi kendala. Untuk m kendala pertama disebut kendala utama atau fungsional dan syarat bahwa nilai variabel keputusan harus lebih dari atau sama dengan (xx jj 0) dinamakan kendala-kendala tidak negatif. Setiap kendala dapat berbentuk kendala pertidaksamaan atau persamaan. Fungsi-fungsi kendala dapat bertanda sama dengan (=), lebih kecil atau sama dengan ), ( lebih besar atau sama dengan ( ), atau kombinasi di antaranya (sebagian fungsi kendala bertanda dan sebagian lainya bertanda ).

3 9 2.2.Program Non Linier Penyelesaian optimum pada masalah optimasi yaitu memberikan nilai optimum (maksimum/minimum) pada fungsi tujuan dengan nilai variabel-variabel yang tidak bertentangan dengan kendala yang menyangkut variabel-variabel tersebut. Banyak permasalahan optimasi yang tidak dapat dimodelkan dalam bentuk program linier. Hal ini berkaitan dengan bentuk fungsi tujuan dan fungsi kendala, yakni sebagian atau seluruh fungsi tersebut berupa fungsi non linear. Fungsi non linear dapat berupa fungsi kuadrat, fungsi eksponen, fungsi logaritma, fungsi pecahan dan lain-lain. Program non linier merupakan salah satu teknik dari riset operasi untuk memecahkan permasalahan optimasi dengan menggunakan persamaan dan pertidaksamaan non linear untuk mencari hasil (output) yang optimum dengan memperhatikan sumber-sumber (input) yang persediaaya terbatas pada nilai tertentu. Suatu permasalahan optimasi disebut non linear jika fungsi tujuan dan kendalanya mempunyai bentuk non linear pada salah satu atau keduanya. Permasalahan optimasi tersebut tidak akan bisa dipecahkan dengan program linear dimana justru biasanya akan timbul variabel atau fungsi-fungsi baru pada kondisi tertentu dan akan terus berlanjut. Masalah program non linier didefinisikan sebagai berikut(winston, 2004): Maks/Min :ZZ = ff(xx 1, xx 2,, xx )..(2.3) Kendala : gg 1 (xx 1, xx 2,, xx ) (, =, ) bb 1 gg 2 (xx 1, xx 2,, xx ) (, =, ) bb 2... gg ii (xx 1, xx 2,, xx ) (, =, ) bb xx 1 0, xx 2 0,, xx 0...(2.4)

4 10 Jikagg ii (xx 1, xx 2,, xx ) = 0, maka program non linier tersebut dinamakan program non linier berkendala (constrained), dan jika ggii (xx 1, xx 2,, xx ) 0, maka program tersebut dinamakan program non linier tidak berkendala (unconstrained). Batasan-batasan biasanya dinamakan kendala-kendala. Pada m kendala pertama dinamakan kendala-kendala fungsional, sedangkan batasan-batasan xx 1,, xx 0 dinamakan kendala-kendala tak negatif. Jika terjadi mm> maka masalah tidak dapat diselesaikan. Akan tetapi untuk dapat menyelesaikaya maka haruslah mm (banyaknya kendala lebih sedikit atau sama dengan banyaknya variabel). Daerah fisibel untuk program non linier adalah himpunan dari nilai-nilai (xx 1, xx 2,, xx ) yang memenuhi sejumlah m kendala. Sebuah nilai di dalam daerah fisibel adalah nilai fisibel, dan sebuah nilai di luar daerah fisibel adalah nilai tidak fisibel. 2.3.Separable Programming Separable Programming merupakan suatu metode penyelesaian dalam program nonlinier dengan mentransformasi bentuk nonlinier menjadi bentuk linier yang hanya memuat satu variabel. Separable Programming berhubungan dengan fungsi yang berbentuk nonlinier, yang selanjutnya dipisahkan menjadi fungsi dengan variabel tunggal. Misalnya dalam kasus dua variabel fungsi ff(xx,yy)dipisahkan menjadi h(xx)+gg(yy). Suatu fungsi ff(xx) dapat dikatakan terpisah apabila fungsi tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk penjumlahan dari fungsi-fungsi yang hanya memuat satu variabel, S.S. Rao (1978 : 640) merumuskan bentuk umum model nonlinear yang diselesaikan dengan separable programming yaitu sebagai berikut : ff(xx) = jj =1 ff jj (xx jj ) (2.5) dengan kendala, jj =1 gg jjjj xx jj (, =, )bb ii untuk setiap ii=1,2,,mm...(2.6)

5 11 Fungsi tujuan yang dibentuk harus dipisahkan berdasarkan variabel. Contoh berikut akan menjelaskan cara penyusunan fungsi separable untuk fungsi fungsi khusus. Suatu fungsi non linier ff = xx 1 xx 2 akan diubah menjadi fungsi separable programming. Langkah pertama yaitu membuat variabel baru berupa yy 1 dan yy 2, dengan: yy 1 = xx 1 + xx 2 2 yy 2 = xx 1 xx 2 2 Berdasarkan nilai yy 1 dan yy 2, maka: xx 1 xx 2 = 1 4 (xx 1 + xx 2 ) (xx 1 xx 2 ) 2 = yy 1 2 yy 2 2 maka ff=xx 1 xx 2 termasuk fungsi yang dapat dipisahkan dengan transformasi bentuk baru fungsi menjadi: ff = yy 1 2 yy Penyelesaian Separable Programming Penyelesaian separable programming seringkali menggunakan hampiran fungsi linear sepenggal. Gambar 2.1 berikut merupakan ilustrasi hampiran fungsi linear sepenggal untuk suatu fungsi f(x) dengan beberapa grid point.

6 12 Gambar 2.1 Grafik hampiran fungsi linear sepenggal pada fungsi nonlinear Pada Gambar 2.6, nilai ff(xx) merupakan nilai sesungguhnya dari fungsi nonlinear, sedangkan ff (xx) adalah nilai hampiran fungsi linear sepenggal yang mana dapat dicari dengan rumus pendekatan berikut (Rao, 1978 ): ff (xx) = ff(xx 1 ) + [ ff(xx 2) ff(xx 1 ) xx 2 xx 1 ](xx xx 1 ); xx 1 xx xx 2..(2.7) ff (xx) = ff(xx 2 ) + [ ff(xx 3) ff(xx 2 ) xx 3 xx 2 ](xx xx 2 ); xx 2 xx xx 3 (2.8)... ff (xx) = ff kk + ff kk+1 ff kk (xx xx xx kk+1 xx kk ); xx kk xx xx kk+1, kk.(2.9) Jika pembagian xx xx 1 xx 2 xx 1 dinyatakan sebagai λλ, maka persamaan dapat ditulis menjadi: ff (xx) = ff(xx 1 ) + λ ff(xx 2 ) ff(xx 1 ) = λff(xx 2 ) + (1 λ)ff(xx 1 )..(2.10) Selanjutnya, dengan memberi notasi baru untuk 1 λλ=λλ 1 dan λλ= λλ 2 maka persamaan (2.7) dapat diubah menjadi: ff (xx) = λλ 1 ff(xx 1 ) + λλ 2 ff(xx 2 );xx 1 xx xx 2 λλ 1 + λλ 2 = 1, dan λλ 1, λλ 2 0 (2.11) (2.12)

7 13 Karena λλ = xx xx 1 xx 2 xx 1 maka, xx xx 1 = λλ(xx 2 xx 1 ) xx = xx 1 + λλ(xx 2 xx 1 ) xx = (1 λ )xx 1 + λλ 2 xx 2 = (λλ 1 )xx 1 + λλ 2 xx 2.(2.13) Persamaan (2.9) dan (2.10) juga berlaku untuk interval xx jj yang lain, sehingga diperoleh bentuk umum yaitu : (Rao, 1978) xx = kk=0 λλ kk xx kk, dengan n adalah jumlah titik interval..(2.14) ff (xx) = kk=0 λλ kk ff kk..(2.15) dimana kk=0 λλ kk = 1; λλ kk 0, kk = 0,1,2,3,, Persamaan (2.14) merupakan interpretasi baru untuk variabel keputusan yang akan diselesaikan dengan menggunakan hampiran fungsi linier sepenggal, dengan (2.15) sebagai tambahan fungsi kendala. Adapun langkah-langkah penyelesaian separable programming adalah sebagai berikut: 1. Menyusun fungsi kendala yang separable. Bentuk kendala yang separable terlihat pada persamaan (2.6). gg iiii xx jj = gg 11 xx 1 + gg 12 xx gg 1 xx (, =, )bb 1 gg 21 xx 1 + gg 22 xx gg 2 xx (, =, )bb 2 gg mm 1 xx 1 + gg mm 2 xx gg mmmm xx (, =, )bb mm xx 1, xx 2,, xx 0 2. Menentukan jumlah grid point Grid point merupakan titik titik bagi dari interval aa jj xx jj bb jj. Batas aa jj dan bb jj menjadi batas bawah dan batas atas untuk setiap variabel xx jj. Setiap variabel xx jj

8 14 dibagi lagi sejumlah pp ii interval. Jika xx kkkk merupakan nilai xx jj pada titik ke k, maka dapat diperoleh bentuk aa jj = xx 1jj < xx 2jj < < xx kkkk < <xx pppppp =bbjj (Rao, 1978). Notasi xx 1jj, xx 2jj,, xx pppp merupakan partisi nilai nilai x yang dibagi menjadi pp ii grid point. Jumlah grid point tersebut ditentukan sesuai kebutuhan dengan batas atas dan bawah tetap dimasukkan sebagai grid point, namun demikian semakin banyak grid point yang dibentuk maka semakin banyak variabel yang mucul dan solusi optimal yang dihasilkan semakin akurat. Adapun interval dari setiap grid point tidak harus berjarak sama. 3. Membentuk nilai fungsi grid point Setiap nilai grid point kemudian disubstitusikan ke fungsi tujuan yang sudah dipisahkan (ff jj (xx jj )). Nilai yang didapatkan kemudian menjadi koefisien baru untuk fungsi tujuan linier. Hal ini juga berlaku untuk fungsi kendala, dimana setiap nilai grid point juga disubstitusikan pada fungsi kendala separable yang telah dibentuk pada langkah Membentuk fungsi tujuan baru yang linier Bentuk dari fungsi tujuan yang linier dari persamaan (2.5) adalah : kk=1 λ kkkk Maks/Min: ZZ = jj =1 ff kkkk..(2.16) Dengan merupakan jumlah grid point. Bentuk fungsi kendala menjadi: jj =1 pp ii kk=1 gg kkkkkk λ kkkk (, =, )bb ii, ii = 1, 2,, mm λ kkkk = 1, jj = 1, 2,, mm λ kkkk 0, kk = 1,, pp ii, dddddd jj = 1, 2,,.(2.17) 5. Menyelesaikan bentuk linier dengan menggunakan software POM QM 2.4.Portofolio Pengertian Portofolio

9 15 Portofolio adalah gabungan dua atau lebih sekuritas yang terpilih sebagai target investasi dari investor pada kurun waktu tertentu dengan suatu ketentuan tertentu pula. Pada hakekatnya pembentukan portofolio adalah mengalokasikan modal ke berbagai sekuritas untuk memperoleh keuntungan yang maksimal dengan resiko yang minimal. Penentuan jumlah modal yang akan diinvestasikan ke berbagai sekuritas menjadi sebuah pengambilan keputusan yang sangat penting mengingat besarnya kerugian yang akan ditanggung oleh investor di masa yang akan datang akibat kesalahan dalam melakukan kebijakan. Sebelum melakukan investasi maka investor perlu mempertimbangkan besarnya aset yang akan dialokasikan ke dalam berbagai portofolio sehingga diperoleh keuntungan yang optimal dengan tingkat resiko tertentu yang masih dapat diterima oleh investor. Investor dapat menginvestasikan dananya pada berbagai aset, baik aset yang berisiko maupun aset yang bebas risiko, ataupun kombinasi dari kedua aset tersebut. Aset berisiko adalah aset-aset yang tingkat return aktualnya mengandung ketidakpastian dimasa yang akan datang. Salah satu contoh aset berisiko adalah saham. Aset bebas risiko merupakan aset yang tingkat return-nya dimasa yang akan datang sudah dapat dipastikan pada saat ini. Contoh aset bebas risiko adalah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah yaitu Obligasi Ritel Indonesia (ORI), Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Pilihan investor terhadap aset-aset tersebut tergantung dari sejauh mana preferensi investor terhadap risiko. Preferensi risiko adalah kecenderungan seorang individu untuk memilih keputusan berisiko. Preferensi investor terhadap risiko dibedakan menjadi tiga yaitu investor yang berani mengambil risiko (risk taker), investor yang takut atau enggan menanggung risiko (risk averter) dan investor yang berani menanggung risiko yang sebanding dengan return yang diperolehnya (risk moderate). Investor cenderung menghindari risiko (risk averter) dalam pembentukan portofolio efisien yang artinya jika seorang investor dihadapkan pada expected return yang sama namun risiko yang berbeda maka investor tersebut akan memilih risiko yang terendah. Jika seorang investor

10 16 dihadapkan risiko yang sama namun expected return yangberbeda maka investor akan memilih expected return yang tertinggi (Halim, 2005). Seseorang yang telah mendapat pelatihan dan terbiasa dalam menghadapi risiko akan cenderung berperilaku memilih pilihan yang berisiko dibandingkan dengan orang lain. Tingkat tanggungjawab dapat mempengaruhi keputusan yang diambil apakah berisiko atau cenderung berhati-hati. Status pekerjaan seorang individu juga memegang peranan penting sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya toleransi risiko yang diterima investor. Misalnya investor yang bekerja pada perusahaan yang dipercaya dapat menjamin masa depaya, akan cenderung memilih jenis investasi dengan risiko tidak terlalu tinggi seperti investasi di sektor riil. Sedangkan investor yang bekerja pada perusahaan yang dinilai belum cukup menjamin masa depaya akan lebih memilih investasi dengan return yang tinggi seperti saham Return Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor untuk berinvestasi dan juga imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukaya. Sumber-sumber return investasi ini ada dua komponen utama yaitu yield dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen perolehan yang mencerminkanaliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi.misalnya jika berinvestasi pada sebuah obligasi, maka besar yield ditunjukkan daribunga obligasi yang dibayarkan. Demikian pula halnya pada saham, yield ditunjukkan oleh besarnya dividen yang diperoleh. Sedangkan capital gain (loss) sebagai komponen kedua dari return (perolehan) merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga (dapat berupa saham) yang dapat memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor. Dengan kata lain, capital gain (loss) dapat juga diartikan sebagai perubahan harga sekuritas. (Purba, N.M, 2011)

11 17 Adanya hubungan positif antara return dan risiko dalam berinvestasi yang dikenal dengan high risk - high return, yang artinya semakin besar risiko yang ditanggung, semakin besar pula return yang diperoleh. Hal ini dimaksudkan sebagai harus ada pertambahan return sebagai kompensasi dari pertambahan resiko yang akan ditanggung oleh investor. Return dapat berupa realized return yang sudah terjadi atau expected return yang belum terjadi tetapi diharapkan akan diperoleh pada masa mendatang. Realized return adalah return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Realized return berguna sebagai dasar perhitungan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dan risiko dimasa yang akan datang. Realized return merupakan salah satu komponen penting dalam dunia bisnis karena merupakan salah satu alat ukur kinerja dari sebuah perusahaan. Return ini juga merupakan dasar penentuan return ekspektasi dan risiko dimasa mendatang. Menurut kegunaaya return realisasi dibagi menjadi 3 macam yaitu Return Total (Net Return), Return Relatif (Gross Return), dan Log return. Jika seseorang menginvestasikan dananya pada saham ke-ii periode tt 1 dengan harga PP ii(tt 1) dan harga pada periode selanjutnya tt 2 adalah PP ii(tt 2), maka return total pada periode tt 1 sampai tt 2 adalah (PP ii(tt 2) PP ii(tt 1) ). Return total dapat digambarkan PP ii(tt 1) sebagai pendapatan relatif atau tingkat keuntungan (profit rate). Secara umum return total antara periode tt 1 sampai ttadalah sebagai berikut (Jogiyanto, 2003). RR iiii = (PP iiii PP ii(tt 1) ) PP ii(tt 1)..(2.18) dimana: RR iiii = Return Capital Gain atau Capital Loss saham ke-ii pada periode tt.

12 18 PP iiii PP ii(tt 1) = Harga penutupan saham ke-ii pada periode ke-tt. = Harga penutupan saham ke-ii pada periode ke-(tt 1). Jika harga investasi sekarang PP ii lebih tinggi dari harga investasi periode lalu PP ii(tt 1) ini berarti terjadi keuntungan modal (Capital Gain), sebaliknya terjadi kerugian modal (Capital Loss). Nilai return total dapat bernilai positif atau negatif, bergantung dari selisih harga sekuritas periode sekarang dan sebelumnya. Investor mendapat keuntungan jika nilai return total > 0 (positif) dan mengalami kerugian jika nilai return total < 0 (negatif). Realized return portofolio saham didefinisikan sebagai rata-rata tertimbang dari return-return realized setiap saham tunggal di dalam portofolio. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut (Jogiyanto, 2003) RR PP = ii=1 xx ii RR ii..(2.19) dimana: RR PP xx ii RR ii = return portofolio = Proporsi dana yang diinvestasikan pada saham ii = return saham ke- ii = jumlah dari saham tunggal Expected return adalah return (pengembalian) yang diharapkan akan diperoleh oleh investor pada masa mendatang dan belum terjadi. Dibandingkan dengan return historis, return ekspektasi merupakan return yang penting karena dapat digunakan sebagai pengambilan keputusan investasi. 1. Expected Return Saham Individual

13 19 Expected return secara sederhana merupakan rata-rata tertimbang dari berbagai return. Expected return saham individual dapat menggunakan rumus berikut (Jogiyanto, 2003) EE(RR ii ) = tt=1 RR iiii NN..(2.20) RR iiii dimana: EE(RR ii ) = Expected return saham ke-ii = Return saham ke-ii pada periode tt NN = Banyaknya return yang terjadi pada periode observasi 2. Expected Return Portofolio Expected return portofolio adalah rata-rata tertimbang dari return-return ekspetasi masing-masing saham tunggal di dalam portofolio yang dinotasikan dengan EE RR pp persamaan berikut (Jogiyanto, 2003). EE RR pp = ii=1 xx ii EE(RR ii ) (2.21) dimana: EE RR pp EE(RR ii ) xx ii = Expected return dari portofolio = Expected return saham ke- ii = Proporsi dana yang diinvestasikan pada saham ii = jumlah dari saham tunggal Risiko Risiko didefinisikan sebagai besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian yang dicapai secara nyata (realized return). (Halim, 2005) Semakin besar penyimpangaya maka berarti semakin besar pula tingkat risikonya.

14 20 Jika mengacu pada definisi risiko tersebut, maka risiko keuangan didefinisikan sebagai ketidakpastian return mendatang dari suatu investasi, atau bahwa investasi mendapatkan hasil yang lebih kecil dari return yang diperkirakan dan kadang menghasilkan suatu kerugian, yaitu return yang bernilai negatif. Jenis risiko dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu risiko sistematis (systematic risk) dan risiko tidak sistematis (unsystematic risk). Risiko sistematis tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi karena risiko ini dipengaruhi berbagai faktor makro yakni kurs valas, tingkat bunga, kebijakan pemerintah, dan resesi global. Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang dapat dihindari atau dikurangi dengan melakukan diversifikasi sebab risiko ini hanya terjadi pada internal satu perusahaan saja. Portofolio akan berjalan efektif dengan mengamati risiko tidak sistematis saja. Salah satu pengukur risiko adalah standar deviasi atau varians yang merupakan kuadrat dari standar deviasi. (Jogiyanto, 2003) 1. Risiko Saham Individual σσ ii 2 = (RR 2 tt=1 iiii EE(RR ii )) NN..(2.22) dimana: σσ ii 2 = risiko saham ke-ii RR iiii = return saham ii pada periode tt EE(RR ii ) NN = Expected return saham ii = Banyaknya return yang terjadi pada periode observasi 2. Risiko Saham Portofolio Banyaknya saham dalam suatu portofolio juga dapat mempengaruhi nilai varians dari risiko. Untuk membentuk suatu portofolio minimal diperlukan dua sekuritas, dimana besar risiko dari kedua sekuritas tersebut dapat dihitung dengan besarnya varians dari nilai-nilai kedua sekuritas yang ada dalam portofolio.

15 21 Untuk aktiva sebanyak n maka rumus varians untuk portofolio dapat dituliskan sebagai berikut: σσ 2 pp = ii=1 xx 2 ii σσ ii=1 jj =1 2xx ii xx jj σσ iiii..(2.23) ii jj σσ 2 pp = ii=1 xx 2 ii σσ ii=1 jj =1 2xx ii xx jj cccccc(rr ii RR jj )..(2.24) dimana: ii jj 2 σσ pp 2 σσ 1 xx ii xx jj = Risiko portofolio = Risikosaham individual = Proporsi dana yang diinvestasikan pada saham ii = Proporsi dana yang diinvestasikan pada saham jj dengan rumus cccccc(rr ii RR jj ) sebagai berikut: cccccc RR ii RR jj = tt=1 {(RR iiii EE(RR ii )}{RR jjjj EE RR jj } NN..(2.25) dimana: RR ii = return saham ii pada periode tt EE(RR ii ) = Expected return saham ii RR jj = return saham jj pada periode tt EE RR jj NN = Expected return saham jj. = Banyaknya return yang terjadi pada periode observasi cccccc RR ii RR jj = kovarian return antara saham ii dengan saham jj.

16 Uji Normalitas Pada dunia investasi, uji normalitas sering digunakan untuk melihat apakah return saham berdistribusi normal atau tidak. Saham tersebut dapat dimasukkan dalam portofolio jika return saham berdistribusi normal. Tujuan pengujian normalitas dalam return saham adalah untuk mengantisipasi terjadinya ketidakstabilan harga, sehingga dikhawatirkan akan mengalami penurunan harga saham yang sangat signifikan dan merugikan investor. Uji normalitas pada SPSS menggunakan pengujian Kolmogorov- Smirnov. Uji Kolmogorov-Smirnov merupakan pengujian normalitas yang banyak digunakan, terutama setelahbanyak program statistik yang beredar. Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat yang lain, yang sering terjadi pada uji normalitas dengan menggunakan grafik. Berikut tahap pengujian menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov a. Hipotesis H 0 : data dapat diasumsikan normal, H 1 : data tidak dapat diasumsikan berdistibusi normal b. Tingkat signifikansi α c. Statistik uji Kolmogorov-Smirnov TT = SSSSSS XX FF (XX) SS(XX) FF (XX)adalah distribusi kumulatif data sampel SS(XX) adalah distribusi kumulatif yang dihipot esakan d. Kriteria uji H 0 ditolak jika p value < α e. Perhitungan f. Kesimpulan.

17 Operasi Perpangkatan Bentuk Aljabar Operasi perpangkatan diartikan sebagai perkalian dengan bilangan yang sama. Hal ini juga berlaku pada perpangkatan bentuk aljabar. Pada perpangkatan bentuk aljabar suku dua, koefisien tiap suku ditentukan menurut segitiga Pascal. Berikut diperlihatkan barisan segitiga pascal: (aa + bb) 0 1 (aa + bb) (aa + bb) (aa + bb) (aa + bb) (aa + bb) Demikian seterusnya untuk (aa + bb) dengan merupakan bilangan asli. Pangkat dari aa (unsur pertama) pada (aa + bb) dimulai dari aa kemudian berkurang satu demi satu dan terakhir aa 1 pada suku ke-. Sebaliknya, pangkat dari bb (unsur kedua) dimulai dengan bb pada suku ke-2 yang selanjutnya bertambah satu demi satu dan terakhirbb pada suku ke-+1. Berdasarkan barisan segitiga pascal diatas, maka bentuk aljabar suku dua (aa + bb) 2 dapat dituliskan sebagai berikut: (aa + bb) 2 = aa 2 + 2aaaa + bb 2 aaaa = 1 2 (aa + bb)2 1 2 aa2 1 2 bb2..(2.26)..(2.27) Untuk perkalian lebih dari dua variabel, misalkan perkalianabcdefg,maka perkalian tersebut dapat dituliskan sebagai berikut: aaaaaaaaaaaaaa = 1 2 (aaaaaaaaaaaa + gg)2 1 2 (aaaaaaaaaaaa)2 1 2 gg2..(2.28)

PENYELESAIAN MODEL NONLINEAR MENGGUNAKAN SEPARABLE PROGRAMMING PADA PORTOFOLIO OPTIMAL

PENYELESAIAN MODEL NONLINEAR MENGGUNAKAN SEPARABLE PROGRAMMING PADA PORTOFOLIO OPTIMAL PENYELESAIAN MODEL NONLINEAR MENGGUNAKAN SEPARABLE PROGRAMMING PADA PORTOFOLIO OPTIMAL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

AKTIVA TUNGGAL. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.

AKTIVA TUNGGAL. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tunas Pembangunan Surakarta. ETURN DAN ISIKO AKTIVA TUNGGAL Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tunas Pembangunan Surakarta ririkyunita@yahoo.co.id Return Investasi Rate of return dari suatu investasi dapat dihitung dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu permasalahan yang dihadapi manusia dalam kehidupan sehari-hari dapat diselesaikan secara matematis. Contoh permasalahan yang dihadapi secara umum yaitu masalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu investasi, portofolio, return dan expected return, risiko dalam berinvestasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu investasi, portofolio, return dan expected return, risiko dalam berinvestasi, BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas semua konsep yang mendasari penelitian ini yaitu investasi, portofolio, return dan expected return, risiko dalam berinvestasi, Compromise Programming,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Mustain (2007) dengan judul analisis pembentukan portofolio saham optimal penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui saham apa saja yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Investasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional negara tersebut, Sehingga banyak negara yang melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional negara tersebut, Sehingga banyak negara yang melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stabilitas dan kemajuan ekonomi merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh negara karena perkembangan ekonomi merupakan tonggak berhasil tidaknya pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2005:4). Untuk melakukan

Lebih terperinci

RETURN YANG DIHARAPKAN DAN RISIKO PORTFOLIO ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANDRI HELMI M, SE., MM.

RETURN YANG DIHARAPKAN DAN RISIKO PORTFOLIO ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANDRI HELMI M, SE., MM. RETURN YANG DIHARAPKAN DAN RISIKO PORTFOLIO ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANDRI HELMI M, SE., MM. OVERVIEW Tujuan dari bab ini adalah untuk mempelajari konsep return dan risiko portofolio dalam investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133),

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi perekenomian yang tidak stabil dan sulit diprediksi sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia bisnis dewasa ini. Kondisi tersebut bisa menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1.1 Analisis Portofolio Pada Aktiva Berisiko (Saham dan Emas)

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1.1 Analisis Portofolio Pada Aktiva Berisiko (Saham dan Emas) IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1.1 Analisis Portofolio Pada Aktiva Berisiko (Saham dan Emas) Investor dalam membentuk portofolio diperlukan perhitungan return ekspektasi dari masing-masing aktiva untuk dimasukkan

Lebih terperinci

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Portofolio Efisien PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Portofolio efisien diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional suatu negara. Ada beberapa alternatif yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional suatu negara. Ada beberapa alternatif yang dapat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian Indonesia banyak menjadi sorotan dikarenakan situasi dan kondisi perekonomian yang tidak stabil.padahal perkembangan ekonomi itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dana tersebut. Umumnya investasi dikategorikan dua jenis yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dana tersebut. Umumnya investasi dikategorikan dua jenis yaitu: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Investasi Menurut Kamaruddin (2004), investasi adalah menempatkan dana atau uang dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Efektivitas Efektivitas berasal dari kata efektif, yang merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yaitu effective yang artinya berhasil. Menurut kamus ilmiah popular, efektivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Investasi Teori investasi menjelaskan bahwa keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya

Lebih terperinci

Optimasi Multi-Objective pada Pemilihan Portofolio dengan Metode Nadir Compromise Programming

Optimasi Multi-Objective pada Pemilihan Portofolio dengan Metode Nadir Compromise Programming JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (13) 2337-35 (2301-928X Print) 1 Optimasi Multi-Objective pada Pemilihan Portofolio dengan Metode Nadir Compromise Programming Ema Rahmawati dan Subchan. Jurusan

Lebih terperinci

ririkyunita@yahoo.co.id Konsumsi Kebutuhan Inflasi Apa sih alasan berinvestasi Peningkatan Nilai Kekayaan Keinginan Ketidakpastian masa depan Penanaman uang dengan harapan : 1. Mendapat hasil, dan 2.

Lebih terperinci

Konsep-konsep dasar dalam pembentukan portofolio optimal Perbedaan tentang aset berisiko dan aset bebas risiko. Perbedaan preferensi investor dalam

Konsep-konsep dasar dalam pembentukan portofolio optimal Perbedaan tentang aset berisiko dan aset bebas risiko. Perbedaan preferensi investor dalam Konsep-konsep dasar dalam pembentukan portofolio optimal Perbedaan tentang aset berisiko dan aset bebas risiko. Perbedaan preferensi investor dalam memilih portofolio optimal. Ada tiga konsep dasar yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu lembaga yang berpengaruh besar terhadap

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu lembaga yang berpengaruh besar terhadap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu lembaga yang berpengaruh besar terhadap kondisi keuangan dan perekonomian suatu negara. Di dalam pasar modal, kita dapat melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat telah mengubah pola pikir masyarakat di bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi dapat dilakukan baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Hal

Lebih terperinci

RETURN DAN RESIKO AKTIVA TUNGGAL

RETURN DAN RESIKO AKTIVA TUNGGAL 1 Pertemuan 9 RETURN DAN RESIKO AKTIVA TUNGGAL A. Pengertian Return & Resiko Suatu Investasi Seorang investor maupun perusahaan yang melakukan kegiatan investasi selalu dihadapkan pada resiko dan return

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daripada proses pembentukannya dan apabila digunakan secara terus-menerus akan

BAB I PENDAHULUAN. daripada proses pembentukannya dan apabila digunakan secara terus-menerus akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi sumber daya alam yang sangat melimpah, baik yang dapat diperbaharui (hayati) maupun yang tidak dapat diperbaharui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006: 43). Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006: 43). Pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006:

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pengolahan data. Dalam pengolahan data menggunakan program Microsoft Excel

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pengolahan data. Dalam pengolahan data menggunakan program Microsoft Excel 57 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengolahan Data Dengan data historis yang telah tersedia pada instrumen investasi saham LQ 45 dan deposito dalam periode tahun 2013 sampai dengan 2015 kemudian dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya

LANDASAN TEORI. atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya II. LANDASAN TEORI 2.1. Investasi Investasi adalah menempatkan dana dengan harapan memperoleh tambahan uang atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal Indonesia sebagai lembaga keuangan selain perbankan keberadaannya dapat dijadikan tempat untuk mencari sumber dana baru dengan tugasnya sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini dibahas beberapa definisi dan konsep-konsep yang

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini dibahas beberapa definisi dan konsep-konsep yang BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini dibahas beberapa definisi dan konsep-konsep yang digunakan untuk membahas aplikasi PLFTG untuk investasi portofolio saham. A. Pemrograman Linear Pemrograman matematis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Adapun penelitian mengenai CAPM salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Dewi Irawati (2010) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Metode CAPM

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 10 BAB 2 Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini, akan diuraikan definisi-definisi dan teorema-teorema yang

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini, akan diuraikan definisi-definisi dan teorema-teorema yang BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini, akan diuraikan definisi-definisi dan teorema-teorema yang akan digunakan sebagi landasan pembahasan untuk bab III. Materi yang akan diuraikan antara lain persamaan diferensial,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Investasi Investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi efisien selama periode waktu tertentu (Hartono,2010:5). Investasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis. Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis. Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari dunia bisnis. Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu aktiva finansial yang paling populer saat ini adalah saham. Saham adalah salah satu jenis sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal. Jika investor membeli

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Perusahaan merupakan salah satu bagian penting dari sektor perekonomian suatu negara Apabila kondisi perekonomian suatu negara sedang membaik dan diikuti dengan perkembangan

Lebih terperinci

Portofolio yang Efisien dan Optimal

Portofolio yang Efisien dan Optimal Teori Portofolio 1 Portofolio yang Efisien dan Optimal Portofolio efisien ialah portofolio yang memaksimalkan return yang diharapkan dengan tingkat risiko tertentu yang bersedia ditanggungnya, atau portofolio

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. penempatan dana pada aset produktif dengan harapan akan mendapatkan

PENDAHULUAN. penempatan dana pada aset produktif dengan harapan akan mendapatkan PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi merupakan bentuk penanaman modal atau suatu kegiatan penempatan dana pada aset produktif dengan harapan akan mendapatkan keuntungan kelak. Investasi pada saham

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi tersebut ada suatu keuntungan (return) yang diinginkan oleh investor.

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi tersebut ada suatu keuntungan (return) yang diinginkan oleh investor. BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Investasi merupakan suatu penanaman modal secara langsung ataupun tidak langsung, jangka pendek maupun jangka panjang, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang

Lebih terperinci

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4.

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4 KONSEP DASAR 2/40 Ada tiga konsep dasar yang perlu diketahui untuk memahami pembentukan portofolio optimal, yaitu: portofolio efisien dan portofolio optimal fungsi

Lebih terperinci

Analisis Tingkat Pengembalian Dan Risiko Pembentukan. Perusahaan Sektor Perbankan

Analisis Tingkat Pengembalian Dan Risiko Pembentukan. Perusahaan Sektor Perbankan Analisis Tingkat Pengembalian Dan Risiko Pembentukan Portofolio Optimal Terhadap Perusahaan Sektor Perbankan Nama : Bayu Mayura Pridatama NPM : 10208239 Fak/Jur : Ekonomi - Manajemen / S1 Pembimbing :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasar modal merupakan salah satu tonggak penting dalam perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasar modal merupakan salah satu tonggak penting dalam perekonomian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu tonggak penting dalam perekonomian dunia saat ini. Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal sebagai media

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pasif dan investor aktif. Investor pasif menganggap bahwa pasar modal adalah

I. PENDAHULUAN. pasif dan investor aktif. Investor pasif menganggap bahwa pasar modal adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat dilakukan oleh perorangan atau perusahaan yang kelebihan dana. Berdasarkan pengambilan keputusan, investor dibagi menjadi dua yaitu investor pasif dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keadaan perekonomian Indonesia yang selama beberapa tahun terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keadaan perekonomian Indonesia yang selama beberapa tahun terakhir 66 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan perekonomian Indonesia yang selama beberapa tahun terakhir yang tidak stabil disebabkan oleh beberapa hal yaitu krisis ekonomi, naik turunnya harga

Lebih terperinci

COMPROMISE PROGRAMMING UNTUK PEMILIHAN PORTOFOLIO Nama Mahasiswa : Putri Ciptaningrum NRP : Dosen Pembimbing : Drs.

COMPROMISE PROGRAMMING UNTUK PEMILIHAN PORTOFOLIO Nama Mahasiswa : Putri Ciptaningrum NRP : Dosen Pembimbing : Drs. COMPROMISE PROGRAMMING UNTUK PEMILIHAN PORTOFOLIO Nama Mahasiswa : Putri Ciptaningrum NRP : 1206 100 018 Jurusan : Matematika Dosen Pembimbing : Drs. Sulistiyo, MT Abstrak merupakan gabungan atas sekumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bank. Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar. beban bunga tetap seperti jika meminjam ke bank.

BAB I PENDAHULUAN. bank. Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar. beban bunga tetap seperti jika meminjam ke bank. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat bisnis. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. analisis investasi sering menghadapi masalah yaitu tentang penaksiran risiko yang

BAB I PENDAHULUAN. analisis investasi sering menghadapi masalah yaitu tentang penaksiran risiko yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam melaksanakan suatu investasi, Fabozzi (2012) mengatakan bahwa analisis investasi sering menghadapi masalah yaitu tentang penaksiran risiko yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketidakpastian kondisi penghasilan dan kebutuhan akan konsumsi di masa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketidakpastian kondisi penghasilan dan kebutuhan akan konsumsi di masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketidakpastian kondisi penghasilan dan kebutuhan akan konsumsi di masa datang merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh banyak orang. Salah satu cara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi secara keseluruhan dapat dilihat dari perkembangan pasar modal dan industri sekuritas pada suatu negara. Pasar modal memiliki peranan penting

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada. saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.

PENDAHULUAN. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada. saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Namun dalam dunia yang sebenarnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saham Menurut Anoraga dan Parkanti [1], saham dapat didefinisikan sebagai surat berharga yang dikeluarkan perusahaan atau perseroan terbatas ke masyarakat agar sesesorang dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan manusia di masa yang akan datang dapat terjamin.

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan manusia di masa yang akan datang dapat terjamin. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keinginan paling mendasar bagi manusia adalah keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya baik itu kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang, kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh

BAB II LANDASAN TEORI. penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Investasi Investasi adalah menempatkan dana dengan harapan memperoleh tambahan uang atau keuntungan tersebut (Rodoni, 1996). Investasi pada hakikatnya meruapakan penempatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal merupakan tempat

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal merupakan tempat 23 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Menurut UU No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pengertian pasar modal adalah kegiatan

Lebih terperinci

BAB III PORTOFOLIO OPTIMAL. Capital assets pricing model dipelopori oleh Treynor, Sharpe, Lintner

BAB III PORTOFOLIO OPTIMAL. Capital assets pricing model dipelopori oleh Treynor, Sharpe, Lintner BAB III PORTOFOLIO OPTIMAL 3.1 Capital Asset Pricing Model Capital assets pricing model dipelopori oleh Treynor, Sharpe, Lintner dan Mossin pada tahun 1964 hingga 1966. Capital assets pricing model merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal dalam hal ini Bursa Efek Indonesi (BEI) memberikan

I. PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal dalam hal ini Bursa Efek Indonesi (BEI) memberikan I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Masalah Keberadaan pasar modal dalam hal ini Bursa Efek Indonesi (BEI) memberikan alternatif kepada masyarakat untuk berinvestasi. Investasi sendiri sebenarnya terdiri

Lebih terperinci

Judul : Kinerja Portofolio Optimal Berdasarkan Model Indeks Tunggal (Studi pada Perusahaan Sektor Basic Industry and Chemicals

Judul : Kinerja Portofolio Optimal Berdasarkan Model Indeks Tunggal (Studi pada Perusahaan Sektor Basic Industry and Chemicals Judul : Kinerja Portofolio Optimal Berdasarkan Model Indeks Tunggal (Studi pada Perusahaan Sektor Basic Industry and Chemicals dan Sektor Trade, Service, and Investment) Nama : Golden Jr. Aliakur NIM :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Portofolio adalah gabungan atau kombinasi dari berbagai instrumen atau aset investasi yang disusun untuk mencapai tujuan investasi investor. Selain itu, kombinasi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun lebih dari itu, kegiatan mengelola

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun lebih dari itu, kegiatan mengelola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai individu yang terlibat dalam modernisasi, kegiatan mengelola asset yang dimiliki bukan lagi sekedar bagaimana asset tersebut dimanfaatkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

MATERI 5 PEMILIHAN PORTFOLIO. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.

MATERI 5 PEMILIHAN PORTFOLIO. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. MATERI 5 PEMILIHAN PORTFOLIO Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OVERVIEW 1/40 Konsep-konsep dasar dalam pembentukan portofolio optimal. Perbedaan tentang aset berisiko dan aset bebas risiko. Perbedaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi saat ini dihadapkan dengan pilihan untuk melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi saat ini dihadapkan dengan pilihan untuk melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi saat ini dihadapkan dengan pilihan untuk melakukan konsumsi sekarang atau konsumsi mendatang. Penundaan konsumsi sekarang untuk konsumsi mendatang

Lebih terperinci

Menentukan Return Portofolio yang Dikenakan Pajak terhadap Deviden dan Capital Gain Menggunakan Capital Asset Pricing Model

Menentukan Return Portofolio yang Dikenakan Pajak terhadap Deviden dan Capital Gain Menggunakan Capital Asset Pricing Model Prosiding Matematika ISSN: 2460-6464 Menentukan Return Portofolio yang Dikenakan Pajak terhadap Deviden dan Capital Gain Menggunakan Capital Asset Pricing Model 1 Siti Jubaedah, 2 Eti Kurniati, 3 Onoy

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keadaan perekonomian Indonesia yang saat ini menurun akibat melemahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keadaan perekonomian Indonesia yang saat ini menurun akibat melemahnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan perekonomian Indonesia yang saat ini menurun akibat melemahnya nilai rupiah terhadap dollar yang disebabkan oleh faktor eksternal yaitu kebijakan baru

Lebih terperinci

A. Expected Return. 1. Perhitungan expected return investasi tahunan

A. Expected Return. 1. Perhitungan expected return investasi tahunan 1 Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah : Manajemen Investasi Dikompilasi oleh : Nila Firdausi Nuzula, PhD Program Studi : Administrasi Bisnis, Universitas Brawijaya RETURNS Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian investasi secara umum adalah kegiatan penanaman sejumlah tertentu dana pada saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar atau keuntungan di masa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah kesejahteraan secara finansial. Di dalam investasi terdapat

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah kesejahteraan secara finansial. Di dalam investasi terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Tujuan investasi adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS RETURN DAN RISIKO SAHAM UNTUK MEMBENTUK PORTOFOLIO YANG EFISIEN SEKTOR MANUFAKTUR

ANALISIS RETURN DAN RISIKO SAHAM UNTUK MEMBENTUK PORTOFOLIO YANG EFISIEN SEKTOR MANUFAKTUR Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. No. 5 (013) ANALISIS RETURN DAN RISIKO SAHAM UNTUK MEMBENTUK PORTOFOLIO YANG EFISIEN SEKTOR MANUFAKTUR Yeni Veronika Yeni_Veronika88@yahoo.co.id Soebari Martoatmodjo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu investasi (investment), sering juga

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu investasi (investment), sering juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian keuangan dan juga teori keuangan biasanya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu investasi (investment), sering juga disebut teori pasar modal

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PENTING DALAM INVESTASI

BAB III KONSEP PENTING DALAM INVESTASI BAB III KONSEP PENTING DALAM INVESTASI Return dan Risiko Investasi 1 Pengertian Return dan Resiko Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. korelasi antar return. Teori ini memformulasikan keberadaan unsur return dan risiko

BAB II KAJIAN PUSTAKA. korelasi antar return. Teori ini memformulasikan keberadaan unsur return dan risiko BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Portofolio Harry Markowitz mengembangkan suatu teori pada dekade 1950- an yang disebut dengan Teori Portofolio Markowitz. Teori Markowitz menggunakan beberapa pengukuran

Lebih terperinci

Return Portofolio. Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD

Return Portofolio. Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD RISK PREMIUM DAN PORTFOLIO THEORY Pembahasan lebih lanjut tentang resiko banyak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Menurut Aminudin (2005), program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu tonggak penting dalam perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu tonggak penting dalam perekonomian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu tonggak penting dalam perekonomian dunia saat ini. Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita amati, pada umumnya masyarakat menengah keatas menyimpan sebagian pendapatannya secara periodik atau bahkan telah memiliki akumulasi pendapatan, diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterimanya adalah informasi yang benar. Sistem perdagangan di Bursa Efek

BAB I PENDAHULUAN. diterimanya adalah informasi yang benar. Sistem perdagangan di Bursa Efek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan Bursa Efek Indonesia saat ini tidak dapat dipisahkan dari peran investor yang melakukan transaksi di Bursa Efek Indonesia. Sebelum seorang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan bagaimana mencapai tujuan tersebut dan bagaimana mencapai tujuan tersebut Pratomo (2004) Definisi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. berkaitan degan pemrograman linear, pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan

BAB II KAJIAN TEORI. berkaitan degan pemrograman linear, pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan BAB II KAJIAN TEORI Kajian teori pada bab ini membahas tentang pengertian dan penjelasan yang berkaitan degan pemrograman linear, pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, separable programming

Lebih terperinci

Rita Indah Mustikowati, SE, MM

Rita Indah Mustikowati, SE, MM Rita Indah Mustikowati, SE, MM TINGKAT PENGEMBALIAN Tingkat pengembalian disebut juga return Return berarti keuntungan atau tingkat pengembalian yang diharapkan Pengembalian investasi adalah dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas investasi yang mereka lakukan. Hal ini sekarang bukan menjadi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. atas investasi yang mereka lakukan. Hal ini sekarang bukan menjadi masalah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia memerlukan dana investasi yang sangat besar agar mampu menciptakan kesempatan kerja baru dan meningkatkan tingkat pertumbuhan Produk Nasional

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier merupakan model umum yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas di antara beberapa aktivitas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara, salah satunya dengan melihat perkembangan perdagangan sekuritas

BAB I PENDAHULUAN. cara, salah satunya dengan melihat perkembangan perdagangan sekuritas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya dengan melihat perkembangan perdagangan sekuritas pasar modalnya. Pasar

Lebih terperinci

Rangkuman Suku Banyak

Rangkuman Suku Banyak Rangkuman Suku Banyak Oleh: Novi Hartini Pengertian Suku banyak Perhatikan bentuk aljabar dibawah ini i. Suku banyak xx 2 + 4xx + 9 berderajat 2, sebab pangkat tertinggi peubah x adalah 2 ii. Suku banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal tersebut disebut sebagai investasi (Yuliati dkk, 1996:35). sebagai jaminan di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. modal tersebut disebut sebagai investasi (Yuliati dkk, 1996:35). sebagai jaminan di masa yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan perekonomian di Indonesia yang semakin berkembang merambat pada tingginya penanaman modal pada sektor industri. Cara penanaman modal baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memperoleh penghasilan, banyak cara yang dapat dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memperoleh penghasilan, banyak cara yang dapat dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam memperoleh penghasilan, banyak cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Salah satu cara adalah dengan melakukan investasi. Investasi pada hakikatnya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun oleh: TRIAS DIAN MAYASARI B

SKRIPSI. Disusun oleh: TRIAS DIAN MAYASARI B ANALISIS INVESTASI DAN PENENTUAN PORTOFOLIO OPTIMAL DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi Empiris Menggunakan Model Indeks Tunggal Pada Saham- Saham Indeks LQ-45) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah salah satu tempat untuk terjadinya perpindahan dana dari investor kepada yang membutuhkan dana. Menurut Tandelilin (2010:26-27) terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Definisi Indeks LQ45 Pasar modal di Indonesia masih tergolong pasar modal yang transaksinya tipis (thin market), yaitu pasar modal yang sebagian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan adalah lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk menyediakan barang dan jasa dengan tujuan memperoleh keuntungan.manajemen merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri-industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Sejak dahulu, manusia selalu mencari cara untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya. Salah satu cara sederhana yang biasanya dilakukan manusia adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh solusi yang optimal (Eddy Herjanto, 2007: 43). kendala dan fungsi tujuan yang digunakan untuk mendiskripsikan

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh solusi yang optimal (Eddy Herjanto, 2007: 43). kendala dan fungsi tujuan yang digunakan untuk mendiskripsikan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan atau organisasi memiliki keterbatasan atas sumber daya, baik keterbatasan dalam jumlah bahan baku, mesin dan peralatan, ruang, tenaga kerja, jam-kerja,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Maka wajar apabila

I. PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Maka wajar apabila I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi adalah salah satu jalan untuk menempatkan dana atau uang dengan harapan kita akan mendapatkan keuntungan atau tambahan tertentu atas dana atau uang tertentu.

Lebih terperinci

Bab 3 Risiko dan Hasil pada Aset

Bab 3 Risiko dan Hasil pada Aset M a n a j e m e n K e u a n g a n 59 Bab 3 Risiko dan Hasil pada Aset Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan mengenai definisi, teknik perhitungan, jenis, dan hubungan antara risiko dan hasil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian yang akan dicapai, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan penelitian. 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang dilakukannya. Investor hanya dapat memperkirakan hasil dan

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang dilakukannya. Investor hanya dapat memperkirakan hasil dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang [8]. Dalam berinvestasi, investor tidak tahu

Lebih terperinci

Teori permainan mula-mula dikembangkan oleh ilmuan Prancis bernama Emile Borel, secara umum digunakan untuk menyelesaikan masalah yang

Teori permainan mula-mula dikembangkan oleh ilmuan Prancis bernama Emile Borel, secara umum digunakan untuk menyelesaikan masalah yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Strategi Pemasaran Strategi pemasaran adalah pola pikir pemasaran yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pemasarannya. Strategi pemasaran berisi strategi spesifik untuk pasar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 17 BAB TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan teori dan metode yang digunakan untuk mendukung analisis data. Teori dan metode itu diantaranya adalah rancangan faktorial, analisis regresi dan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersumber dari investor ke berbagai pilihan sektor investasi yang tersedia

BAB I PENDAHULUAN. yang bersumber dari investor ke berbagai pilihan sektor investasi yang tersedia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal dapat berfungsi sebagai sebuah sarana untuk mobilisasi dana yang bersumber dari investor ke berbagai pilihan sektor investasi yang tersedia yang

Lebih terperinci