II. TINJAUAN PUSTAKA. dari itu lidah buaya dikenal sebagai miracle plant, first aid plant, atau burn plant.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA. dari itu lidah buaya dikenal sebagai miracle plant, first aid plant, atau burn plant."

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspek Teknis Lidah Buaya Menurut Arifin (2015), lidah buaya merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat serta mudah ditanam dan tumbuh di daerah berhawa panas. Maka dari itu lidah buaya dikenal sebagai miracle plant, first aid plant, atau burn plant. Tanaman ini memiliki daun berwarna hijau berlapis lilin putih. Berbentuk agak runcing seperti taji, tebal, getas, tepi daun bergerigi, atau berduri kecil. Perkataan Aloe Vera berasal dari Bahasa Arab Alloeh yang artinya bahan pahit yang berkilat, dan dalam Bahasa Latin pula Aloe adalah pokok, sedangkan Vera adalah tulin atau pokok tulin. Terdapat lebih 300 spesies lidah buaya di bumi ini dan hanya beberapa saja yang dikenal pasti memiliki khasiat dan nutrisi yang boleh digunakan. Aloe Barbadensis Milller merupakan spesies lidah buaya yang paling banyak digunakan oleh masyarakat dunia. Berikut data mengenai klasifikasi tanaman lidah buaya. Kingdom Divisi Bangsa Bangsa Suku Marga Jenis : Plantae : Angiospermae : Monocotyledoneae : Liliales : Liliaceae : Aloe : Aloe vera Lidah buaya memiliki batang yang pendek. Batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh daun-daun yang rapat dan sebagian terbenam tanah. Melalui 7

2 8 batang ini akan muncul tunas-tunas yang selanjutnya akan menjadikan anakan lidah buaya. Batang lidah buaya ini dapat distek untuk proses perbanyakan tanaman ini. Peremajaan tanaman ini dilakukan dengan cara memangkas habis daun dan batangnya, lalu sisa tunggul batangnya akan munsul tunas-tunas baru. Daun lidah buaya berbentuk pita dengan helaian yang memanjang. Daunnya berdaging tebal, tidak bertulang, berwarna hijau, mengandung gel atau getah sebagai bahan baku obat. Bentuk daunnya menyerupai pegang berujung runcing dengan duri lemas dipinggirnya. Panjang daun lidah buaya ini dapat mencapai 50 sampai dengan 75 cm, dengan berat 0,5 kg. Bunga lidah buaya berwarna kuning atau kemerahan berupa pipa yang mengumpul, keluar dari ketiak daun. Bunga ini berukuran kecil dan panjang bunga bisa mencapai 100 cm, dimana bunga lidah buaya muncul bila ditanam di pegunungan, selain itu bunga lidah buaya menghendaki tanah yang subur dan gembur di bagian atasnya. Lidah buaya mempunyai sistem perakaran yang sangat pendek dengan akar berbentuk serabut, yaitu akar samping yang keluar dari pangkal batang atau buku, umumnya bergerombol dan berfungsi menggantikan akar tunggang yang tidak berkembang. Akar lidah buaya mempunyai panjang rata-rata bisa mencapai 30 sampai dengan 100 cm (Arifin, 2015). Menurut Arifin (2015) pada dasarnya tanaman lidah buaya ini dapat hidup dan berkembang dimana saja dengan mudah. Namun setiap tanaman mempunyai syarat tumbuh untuk hidup dan berkembang menjadi lebih baik lagi agar lebih produktif. Sama halnya dengan lidah buaya yang memiliki syarat tumbuh untuk hidup dan berkembang.

3 9 Lidah buaya tahan terhadap segala unsur iklim, baik suhu, curah hujan, dan sinar matahari. Lidah buaya juga tahan terhadap kekeringan, ini dikarenakan tanaman ini menyimpan air pada daunnya yang tebal dan mulut daun yang sangat rapat sehingga dapat mengurangi penguapan pada musim kering. Lidah buaya termasuk tanaman yang efisien dalam penggunakan air dan dapat tumbuh di daerah basah maupun kering. Adapun kelemahan tanaman ini bisa ditanam pada daerah basah dengan curah hujan tinggi adalah banyaknya cendawan terutama Fusarium sp. yang menyerang pangkal daun. Lidah buaya dapat tumbuh dari daerah dataran rendah sampai daerah dataran pegunungan. Daya adaptasinya tinggi sehingga tempat tumbuhnya menyebar diseluruh dunia, mulai daerah tropika sampai daerah subtropika. Tanah yang dikehendaki oleh tanaman lidah buaya ini yaitu tanah subur yang kaya bahan organik dan gembur. Kesuburan tanah pada lapiran olahan sedalam 30 cm sangat diperlukan karena akarnya pendek. Apabila tanaman ditanam di daerah yang bertanah mineral maupun tanah organik, agar dapat tumbuh dengan baik diperlukan tambahan pupuk. 2.2 Manfaat Lidah Buaya Manfaat lidah buaya memang sangat banyak, lidah buaya bermanfaat untuk rambut, kulit jerawat, bahkan untuk dijadikan obat alami dibeberapa bagian tubuh manusia. Manfaat yang terkandung dalam lidah buaya membuat tanaman ini menjadi peluang bisnis yang lumayan menggiurkan, ini telihat dari salah satu industri yang berkembang saat ini adalah industri pengolahan lidah buaya menjadi beberapa produk yang beraneka ragam. Berdasarkan kenyataan ini, lidah buaya

4 10 menjadi salah satu jenis tanaman terlaris di dunia yang telah dikembangkan oleh negar-negara Eropa sebagai bahan baku industri. Pengembangan agribisnis lidah buaya memiliki prospek yang sangat bagus dilihat dari segi keterlibatan masyarakatnya dan manfaatnya yang ditimbulkan, berikut beberapa faktanya bahwa lidah buaya kaya akan manfaat. 1. Mendorong tumbuhnya industri pedesaan baik sektor hulu maupun sektor hilir, sehingga dapat memperluas lapangan kerja di pedesaan 2. Penganekaragaman produknya sangat beragam dari mulai makanan dan minuman, bahan baku kosmetika, dan bahan baku obat-obatan. 3. Nilai tambah produk hilirnya cukup besar 4. Permintaan produk olahannya mempunyai pasar yang bagus Pengembangan agribisnis lidah buaya di Indonesia terpusat di Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Pengembangan lidah buaya juga terdapat di Jawa Barat di daerah Bogor dan Parung, dimana lidah buaya di daerah tersebut dibudidayakan secara organik. Pengembangan lidah buaya tidak hanya terdapat pada pulau Kalimantan dan Jawa saja, di Bali juga terdapat pengembangan lidah buaya tepatnya di Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. Pengembangan lidah buaya di daerah ini digunakan sebagai pupuk cair. Pupuk cair organik adalah zat penyubur tanaman yang berasal dari bahan-bahan organik dan berwujud cair. Pupuk organik lidah buaya buatan Indonesia berhasil menembus Malaysia. Bahan baku pupuk cair yang sangat bagus yaitu bahan yang besar kandungan selulosanya. Semakin besar kandungan selulosa dari bahan organic (C/N ratio) maka proses penguraian

5 11 oleh bakteri akan semakin lama. Selain mudah terdekomposisi, bahan ini kaya nutrisi yang dibutuhkan tanaman pada umumnya (Arifin, 2015). 2.3 Pembudidayaan Lidah Buaya Secara garis besar, budidaya lidah buaya sangat mudah untuk dilakukan. Menurut Arifin (2015) pada bukunya yang berjudul Intensif Budidaya Lidah Buaya Usaha dengan Prospek yang Kian Berjaya, sebelum melakukan budidaya tanaman lidah buaya dilakukan penyiapan lahan untuk pembudidayaan. Lahan disiapkan dalam keadaan telah dibajak dan di gemburkan terlebih dahulu kemudian dibuat saluran drinase dan bedengan. Bedengan harus dibuat dengan ukuran 1 x 2 meter dan tinggi 30 sampai dengan 40 cm dan panjang di sesuaikan dengan kondisi lahan. Budidaya tanaman lidah buaya dimulai dengan melakukan pembibitan terlebih dahulu. Pembibitan dilakukan secara vegetatif. Bibit diambil dari tanaman induk berupa anakan dengan jalan dicongkel dan diusakan agar akarnya tak putus. Anakan yang telah diperoleh ditanam dalam polibag. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses pembibitan adalah tiga sampai lima bulan. Setelah masa pembibitan barulah bisa ditanam diareal pembudidayaan yang sudah disiapkan. Bibit tanaman lidah buaya ditanam dalam lubang dengan kedalaman kurang lebh 10 cm. Pada waktu penanaman diusahakan agar tanaman lidah buaya tidak berhimpitan dan daun tidak patah. Pemeliharaan tanaman lidah buaya dengan cara memberikan pupuk kandang yang sudah matang sebanyak 2 sampai dengan 5 kg ketika lidah buaya berumur 1 sampai 2 minggu sebelum proses penanaman. Setelah pasca tanam

6 12 dapat diberikan pupuk Urea dan Furadan. Lidah buaya sudah dapat dipanen pada umur 8 sampai dengan 12 bulan setelah penanaman. Panen berikutnya dilakukan secara periodik setiap bulan. 2.4 Proses Produksi Proses produksi adalah cara atau metode yang dilakukan perusaahn untuk menciptakan barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (manusia, mesin, dana, dan bahan-bahan) yang ada. Menurut Assauri, S (1999), jenis proses produksi ini sangat banyak, namun secara ekstern dapat dibedakan menjadi dua yaitu proses produksi yang terus menerus (continuous processes) dan proses yang terputus-putus (intermittent processes). 1. Proses produksi yang terus menerus (continuous processes) Merupakan proses produksi barang atau jasa atas dasar aliran produk dari satu operasi ke operasi berikutnya tanpa penumpukan disutu titik dalam proses. Biasanya ciri-ciri proses produksi jenis ini adalah produk yang dihasilkan dalam jumlah besar dengan variasi yang sangat kecil, apabila terjadi salah satu mesin rusak maka seluruh proses produksi akan terhenti, persediaan bahan mentah dan bahan dalam proses adalah lebih rendah daripada proses yang terputus-putus. 2. Proses yang terputus-putus (intermittent processes) Merupakan proses dalam kumpulan produk bukan atas dasar aliran terusmenerus dalam proses produk ini. Perusaahaan yang menggunakan tipe ini biasanya terdaat sekumpulan atau lebih komponen yang akan diproses atau menunggu untuk diproses. Biasanya ciri-ciri proses produksi jenis ini adalah produk yang dihasilkan dalam jumlah yang sangat kecil dengan variasi yang

7 13 sangat besar dan didasarkan atas pesanan, proses produksi tidak mudah terhenti walaupun terjadi kerusakan, dan persediaan bahan mentah biasanya tinggi, karena tidak dapat ditentukan pesanan apa yang akan dipesan oleh pembeli dan juga persediaan bahan dalam proses lebih tinggi daripada proses terus-menerus karena prosesnya terputus-putus. 2.5 Pengertian Bahan Baku Menurut Indrajit dan Djokopranoto (dalam Wirasuta, 2004) bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan Raw Material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang bersangkutan. Mulyadi (dalam Wirasuta, 2004) juga berpendapat bahwa bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian utama dari produk jadi. Bahan baku merupakan bahan yang harus diperhitungkan dalam kelangsungan proses produksi. Banyaknya bahan baku yang tersedia akan menentukan besarnya penggunaan sumber-sumber didalam perusahaan dan kelancarannya dalam mengelola kegiatan produksinya (Assauri, 1999). Menurut Apriyantono dkk (dalam Suhartanti, 2009), bahan baku juga dapat diartikan sebagai bahan utama yang digunakan dalam proses produksi, sedangkan bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan dalam proses produksi yang jumlahnya sedikit, dan bahan penolong adalah bahan-bahan yang tidak masuk dalam ingredient produk tetapi digunakan dalam proses produksi. Contohnya pada industri roti bahan bakunya tepung dan bahan tambahannya adalah ragi. Hal ini menunjukkan bahwa bahan baku merupakan faktor yang

8 14 penting dalam suatu proses produksi karena bila terjadi kekurangan bahan baku maka kegiatan perusahaan tidak dapat berjalan lancar sebagaimana mestinya. 2.6 Pengertian Persediaan Persediaan adalah sejumlah bahan-bahan, bagian-bagian yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau langganan setiap waktu. Rangkuti (dalam Putra, 2008). Menurut Handoko (dalam Putra, 2008), persediaan merupakan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Keberadaan persediaan berkaitan dengan faktor waktu, faktor ketidakpastian, faktor diskontinuitas, dan faktor ekonomi. Persediaan memiliki fungsi penting yang dapat meningkatkan efisiensi operasional suatu perusahaan, dengan adanya persediaan maka proses produksi tidak terhambat oleh kekurangan bahan baku. Selain itu, prosedur untuk memperoleh dan menyimpan bahan baku yang dibutuhkan dapat dilaksanakan dengan biaya minimum. Setiap perusahaan memiliki jumlah berbeda-beda, dan jumlah itu disesuaikan dengan kondisi dan konsep manajemen persediaan yang diinginkan (Fahmi, 2012). Menurut jenisnya, persediaan dapat dibedakan atas : 1. Persediaan bahan mentah (raw materials), yaitu persediaan barang-barang berwujud mentah. Persediaan ini dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari para supplier atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.

9 15 2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased paris), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi produk. 3. Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barangbarang yang merupakan keluaran tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut mejadi barang jadi. 4. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan barangbarang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi. 5. Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam bentuk produk dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan. 2.7 Pengertian Mutu Mengenai mutu ini dapat berbeda-beda tergantung dari rangkaian perkataan atau kalimat dimana istilah mutu ini dipakai, dan orang yang mempergunakan, dalam perusahaan pabrik, istilah mutu diartikan sebagai faktorfaktor yang terdapat dalam suatu barang atau hasil yang menyebabkan barang atau hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang atau hasil itu dimaksudkan atau dibutuhkan. Pada kenyataannya, apabila hasil produksi atau barang itu tidak mencapai dengan tepat tujuan untuk apa barang tersebut dimaksudkan atau dipergunakan, ini tidak selalu berarti bahwa konsumen atau pembeli akan membuat keluhan-keluhan pada produsen (Assauri, 1999).

10 16 Mutu adalah kesesuaian serangkaian karakteristik produk atau jasa dengan standar yang ditetapkan perusahaan berdasarkan syarat, kebutuhan dan keinginan konsumen. Segala aspek termasuk pengertian dan pemahaman terhadap hal-hal yang berkaitan dengan mutu sangat penting untuk dimiliki oleh perusahaan, baik untuk kepentingan internal maupun eksternal, dengan persepsi yang sama mengenai mutu maka tujuan dan cita-cita mutu perusahaan dapat dicapai dengan lebih cepat dan efisien (Muhandri dan Kadarisman dalam Ilham, 2012). 2.8 Pengendalian Mutu Menurut Sumayang, (2003) dalam bukunya, pengendalian mutu merupakan falsafah yang memantapkan dan menjaga lingkungan yang menghasilkan perbaikan terus-menerus pada kualitas dan produktivitas di seluruh aktivitas perusahaan, pemasok, dan jalur distribusi. Perbaikan menyeluruh yang terus-menerus di semua fungsi mulai dari perencanaan sanpai dengan fungsi pelayanan di lapangan. Misi pengendalian mutu adalah perbaikan yang berkesinambungan pada produk untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, memberikan keberhasilan usaha dan mengembalikan investasi kepada para pemegang saham dan pemilik peusahaan. Supaya produksi dapat berjalan lancar, maka orang-orang dipekerjakan untuk menyortir pekerjaan yang tak memuaskan dan menyingkirkan ke suatu tempat. Pada saat inilah mulai dikenal pengawasan mutu. Akan tetapi dengan berkembangnya mekanisasi lebih maju, maka keadaan dunia industri tidak beraturan dan para pengusaha atau produsen kurang perhatian untuk menghasilkan barang yang bermutu, sehingga timbullah anggapan bahwa petugas-petugas yang

11 17 melakukan pengawasan merupakan halangan bagi para pekerja untuk dapat melaksanakan kegiatan produksi. Akan tetapi, dengan perkembangan perkembangan produksi yang semakin baik serta penerangan dan komunikasi yang semakin maju maka keadaan tersebut menjadi berubah, di mana peranan mutu mulai dirasakan pentingnya dan mulailah dicari prosedur-prosedur pengawasan mutu yang lebih baik (Fahmi, 2012). Maka dari kenyataan yang telah terjadi, Assauri (1999) menyimpulkan bahwa pengawasan mutu adalah kegiatan untuk memastikan apakah kebijaksanaan dalam hal mutu (standar) dapat tercermin dalam hasil akhir. Dengan perkataan lain, pengawasan mutu merupakan usaha untuk mempertahankan mutu atau kualitas dari barang yang dihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijakan pemimpin perusahaan. Pengawasan mutu ini, semua prestasi barang dicek menurut standar, dan semua penyimpangan-penyimpangan dari standar dicatat serta dianalisis dan semua penemuan-penemuan dalam hal ini dipergunakan sebagai umpan balik untuk para pelaksana sehingga mereka dapat melakukan tindakan-tindakan perbaikan untuk produksi pada masa-masa yang akan datang. 2.9 Kendali Mutu Terpadu Pengendalian mutu harus dimulai sejak perencanaan mutu produk, antara tahap perencanaan dan tahap seperti pengorganisasian dan pelaksanaan harus disertai pengawasan mutu. Hal ini memberi gambaran bahwa manajemen mutu meliputi berbagai aspek keikutsertaan berbagai pihak dalam perusahaan yang menghasilkan suatu produk yang mutunya harus dikendalikan. Jika berbicara

12 18 mengenai manajemen mutu, maka perlu adanya dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak diantaranya : a) Partisipasi pihak manajemen atau keikutsertaan pimpinan perusahaan; dan b) Partisipasi (keikutsertaan) karyawan (tenaga kerja). Terdapat empat jenis-jenis pengawasan mutu produk menurut Prawirosentono (dalam Fitriani 2004), antara lain adalah sebagai berikut: a. Pengawasan mutu bahan baku Apakah bahan baku yang digunakan sesuai dengan mutu direncanakan? Hal ini perlu diamati sejak rencana pembelian bahan baku, penerimaan bahan baku di gudang, penyimpanan bahan baku di gudang, sampai dengan saat bahan baku tersebut akan digunakan. b. Pengawasan proses produksi Bahan baku yang telah diterima gudang, selanjutnya diproses dalam mesinmesin produksi untuk diolah menjadi barang jadi, dalam hal ini, selain cara kerja peralatan produksi yang mengolah bahan baku dipantau, juga hasil kerja mesinmesin tersebut dipantau dengan cara statistik agar menghasilkan barang sesuai yang direncanakan. c. Pengawasan produk jadi Pemeriksaan atas hasil produksi jadi untuk mengetahui apakah produk sesuai dengan rencana ukuran dan mutu atau tidak, sekaligus untuk mengetes mesinmesin yang mengolah selama proses produksi. Bila produk atau produk setengah jadi sesuai dengan bentuk, ukuran dan standar mutu yang direncanakan, maka produk-produk tersebut dapat digudangkan dan dipasarkan (didistribusikan). Bila terdapat barang yang cacat, maka barang tersebut harus dibuang atau remade dan mesin perlu disetel kembali agar beroperasi secara akurat.

13 19 d. Pengawasan pengepakan atau kemasan Kemasan merupakan alat untuk melindungi produk agar tetap dalam kondisi sesuai dengan mutu, tetapi ada pula produk yang tidak begitu memerlukan perhatian khusus dalam hal kemasan maupun alat angkut, misalnya kelapa, singkong, dan sebagainya. Akan tetapi, tetap harus memilih alat angkut yang tepat agar produk sampai tujuan dengan mutu tetap prima Biaya Mutu (quality cost) Hampir setiap produsen ingin berusaha memperbaiki mutu dari barang yang dihasilkannya, di dalam masalah mutu ini, biasanya produsen selalu berusaha untuk dapat bertindak efisien. Produsen selalu memikirkan untuk memperbaiki mutu dari barang yang dihasilkannya dengan biaya lebih murah. Sehingga perlu kita ketahui, bahwa sebenarnya untuk meningkatkan mutu selalu dibutuhkan biaya. Oleh karena itu, pengusaha atau produsen harus melihat biaya yang dikeluarkan dan keuntungan yang dapat diharapkan. Menurut Fitriani (2004), perlu diperhatikan unsur-unsur atau komponen biaya apa saja yang terdapat dalam mutu yaitu sebagai berikut. 1. Biaya pengawasan kualitas a) Biaya kerusakan bahan baku dan bahan penolong karena kurangnya perawatan pada waktu penyimpanan di gudang dan kurang stabilnya mutu bahan baku. sehingga pada waktu bahan baku akan diproses kualitasnya mengalami penyusutan. b) Biaya tenaga kerja yang terlibat dalam pengawasan kualitas. Biaya ini merupkan biaya tambahan karena perusahaan sering mengadakan kerja

14 20 lembur untuk pemeriksaan kualitas. Besarnya biaya pengawasan kualitas dipengaruhi oleh ketat tidaknya intensitas pengawasan kualitas produk. 2. Biaya jaminan mutu Biaya jaminan mutu yang dikeluarkan perusahaan diakibatkan karena kerusakan produk selama perjalanan dari perusahaan ke distributor atau ke konsumen. Biaya jaminan mutu ini meliputi: a) Biaya perbaikan produk yang rusak b) Biaya penggantian produk rusak dan cacat c) Biaya atas ditanggungnya resiko yang menyebabkan berkurangnya volume penjualan karena biaya produk yang rusak atau cacat telah dibeli oleh para konsumen yang membeli produk Alat Bantu dalam Pengawasan Kualitas Pengawasan kualitas secara statistik dengan menggunakan SPC (Statistical Processing Control) mempunyai 7 (tujuh) alat statistik utama yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk mengendalikan kualitas sebagaimana disebutkan juga oleh Heizer dan Render dalam bukunya Manajemen Operasi (2006; ), antara lain yaitu; check sheet, histogram, control chart, diagram pareto, diagam sebab akibat, scatter diagram, dan diagram proses. Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar pemeriksaan, diagram sebab akibat, histogram, dan peta kontrol. Dari tujuh alat bantu yang ada, penelitian ini hanya menggunakan empat alat bantu dikarenakan keempat alat bantu ini sesuai dengan kondisi perusahaan yang tidak mencatat secara spesifik jenis kerusakan yang terjadi di dalam perusahaannya.

15 21 Gambar 2.1 Alat Bantu Pengawasan Mutu 1. Lembar pemeriksaan (check sheet) Check sheet atau lembar pemeriksaan merupakan alat pengumpul dan penganalisis data yang disajikan dalam bentuk tabel yang berisi data jumlah barang yang diproduksi dan jenis ketidaksesuaian beserta dengan jumlah yang dihasilkannya. Tujuan digunakannya check sheet ini adalah untuk mempermudah proses pengumpulan data dan analisis, serta untuk mengetahui area permasalahan berdasarkan frekuensi dari jenis atau penyebab dan mengambil keputusan untuk melakukan perbaikan atau tidak. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara mencatat frekuensi munculnya karakteristik suatu produk yang berkenaan dengan kualitasnya. Data tersebut digunakan sebagai dasar untuk mengadakan analisis

16 22 masalah kualitas. Adapun beberapa manfaat dipergunakannya check sheet yaitu sebagai alat untuk : a. Mempermudah pengumpulan data terutama untuk mengetahui bagaimana suatu masalah terjadi. b. Mengumpulkan data tentang jenis masalah yang sedang terjadi. c. Menyusun data secara otomatis sehingga lebih mudah untuk dikumpulkan. d. Memisahkan antara opini dan fakta. 2. Diagram sebar (scatter diagram) Scatter diagram atau disebut juga dengan peta korelasi adalah grafik yang menampilkan hubungan antara dua variabel apakah hubungan antara dua variabel tersebut kuat atau tidak, yaitu antara faktor proses yang mempengaruhi proses dengan kualitas produk. Pada dasarnya diagram sebar (scatter diagram) merupakan suatu alat interpretasi data yang digunakan untuk menguji bagaimana kuatnya hubungan antara dua variabel dan menentukan jenis hubungan dari dua variabel tersebut, apakah positif, negatif, atau tida ada hubungan. Dua variabel yang ditunjukkan dalam diagram sebar dapat berupa karakteristik kuat dan faktor yang mempengaruhinya. 3. Diagram sebab-akibat (cause and effect diagram) Diagram ini disebut juga diagram tulang ikan (fishbone chart) dan berguna untuk memperlihatkan faktor-faktor utama yang berpengaruh pada kualitas dan mempunyai akibat pada masalah yang di pelajari. Selain itu juga dapat melihat faktor-faktor yang lebih terperinci yang berpengaruh dan mempunyai akibat pada

17 23 faktor utama tersebut yang dapat di lihat pada panah-panah yang berbentuk tulang ikan. Diagram sebab-akibat ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1950 oleh seorang pakar kualitas dari Jepang yaitu Dr. Kaoru Ishikawa yang menggunakan uraian grafis dari unsur-unsur proses untuk menganalisa sumbersumber potensial dari penyimpangan proses. Faktor-faktor penyebab utama ini dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian yaitu : 1. Material (bahan baku). 2. Machine (mesin). 3. Man (tenaga kerja). 4. Method (metode). 5. Environment (lingkungan). Adapun kegunaan dari diagram sebab-akibat adalah : 1. Membantu mengidentifikasi akar penyebab masalah. 2. Menganalisa kondisi yang sebenarnya yang bertujuan untuk memperbaiki peningkatan kualitas. 3. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah. 4. Membantu dalam pencarian fakta lebih lanjut. 5. Mengurangi kondisi-kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk dengan keluhan konsumen. 6. Menentukan standarisasi dari operasi yang sedang berjalan atau yang akan dilaksanakan. 7. Merencanakan tindakan perbaikan.

18 24 Adapun langkah-langkah dalam membuat diagram sebab akibat adalah sebagai berikut, 1. mengidentifikasi masalah utama; 2. menempatkan masalah utama tersebut disebelah kanan diagram; 3. mengidentifikasi penyebab minor dan meletakkannya pada diagram utama; 4. mengidentifikasi penyebab minor dan meletakkannya pada penyebab mayor; 5. diagram telah selesai, kemudian dilakukan evaluasi untuk menentukan penyebab sesungguhnya. 4. Diagram Pareto (pareto analysis) Diagram pareto pertama kali diperkenalkan oleh Alfredo Pareto dan digunakan pertama kali oleh Joseph Juran. Diagram Pareto adalah grafik balok dan grafik baris yang menggambarkan perbandingan masing-masing jenis data terhadap keseluruhan. Menggunakan diagram pareto, dapat terlihat masalah mana yang dominan sehingga dapat mengetahui prioritas penyelesaian masalah. Fungsi Diagram pareto adalah untuk mengidentifikasi atau menyeleksi masalah utama untuk peningkatan kualitas dari yang paling besar ke yang paling kecil. 5. Diagram Alir/Diagram Proses (process flow chart) Diagram alir secara grafis menunjukkan sebuah proses atau sistem dengan menggunakan kotak dan garis yang saling berhubungan. Diagram ini cukup sederhana, tetapi merupakan alat yang sangat baik untuk mencoba memahami sebuah proses atau menjelaskan langkah-langkah sebuah proses. 6. Histogram

19 25 Histogram adalah suatu alat yang membantu untuk menentukan variasi dalam proses. Berbentuk diagram batang yang menunjukkan tabulasi dari data yang diatur berdasarkan ukurannya. Tabulasi data ini umumnya dikenal dengan distribusi frekuensi. Histogram menunjukkan karakteristik-karakteristik dari data yang dibagi-bagi menjadi kelas-kelas. Histogram dapat berbentuk normal atau berbentuk seperti lonceng yang menunjukkan bahwa banyak data yang terdapat pada nilai rata-ratanya. Bentuk histogram yang miring atau tidak simetris menunjukkan bahwa banyak data yang tidak berada pada nilai rata-ratanya tetapi kebanyakan data nya berada pada batas atas atau bawah. 7. Peta kendali (control chart) Peta kendali adalah suatu alat yang secara grafis digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi apakah suatu aktivitas/proses berada dalam pengendalian kualitas secara statistika atau tidak sehingga dapat memecahkan masalah dan menghasilkan perbaikan kualitas. Peta kendali menunjukkan adanya perubahan data dari waktu ke waktu, tetapi tidak menunjukkan penyebab penyimpangan meskipun penyimpanan itu akan terlihat pada peta kendali. Manfaat dari peta kendali adalah untuk, 1. memberikan informasi apakah suatu proses produksi masih berada di dalam batas-batas kendali kualitas atau tidak terkendali; 2. memantau proses produksi secara terus menerus agar tetap stabil; 3. menentukan kemampuan proses (capability process); 4. mengevaluasi performance pelaksanaan dan kebijaksanaan pelaksanaan proses produksi;

20 26 5. membantu menentukan kriteria batas penerimaan kualitas produk sebelum dipasarkan. Peta kendali digunakan untuk membantu mendeteksi adanya penyimpangan dengan cara menetapkan batas-batas kendali : 1. Upper control limit/batas kendali atas (UCL), merupakan garis batas atas untuk suatu penyimpangan yang masih diijinkan. 2. Central line/garis pusat atau tengah (CL), merupakan garis yang melambangkan tidak adanya penyimpangan dari karakteristik sampel. 3. Lower control limit/batas kendali bawah (LCL), merupakan garis batas bawah untuk suatu penyimpangan dari karakteristik sampel. Out of control adalah suatu kondisi dimana karakteristik produk tidak sesuai dengan spesifikasi perusahaan ataupun keinginan pelanggan dan posisinya pada peta kontrol berada di luar kendali. Tipe-tipe out of control meliputi : 1. Aturan satu titik Terdapat satu titik data yang berada di luar batas kendali, baik yang berada diluar UCL maupun LCL, maka data tersebut out of control. 2. Aturan tiga titik Terdapat tiga titik data yang berurutan dan dua diantaranya berada didaerah A, baik yang berada di daerah UCL maupun LCL, maka satu dari data tersebut out of control, yakni data yang berada paling jauh dari central control limits. 3. Aturan lima titik Terdapat lima titik data yang berurutan dan empat diantaranya berada di daerah B, baik yang berada di daerah UCL maupun LCL, maka satu dari data

21 27 tersebut out of control, yakni data yang berada paling jauh dari central control limits. 4. Aturan delapan titik Terdapat delapan titik data yang berurutan dan berada berurutan di daerah C dan di daerah UCL maka satu data tersebut out of control, yakni data yang berada paling jauh dari central control limits. Peta kontrol berdasarkan jenis data yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua, yakni : 1. Peta kontrol variabel a. Peta untuk rata-rata (x-bar chart) b. Peta untuk rentang ( R chart) c. Peta untuk standar deviasi (S chart) 2. Peta kontrol atribut, terdiri dari : a. Peta p, yaitu peta kontrol untuk mengamati proporsi atau perbandingan antara produk yang cacat dengan total produksi, contohnya : baik-buruk dan, bagus-jelek. b. Peta c, yaitu peta kontrol untuk mengamati jumlah kecacatan per total produksi. c. Peta u, yaitu peta kontrol untuk mengamati jumlah kecacatan per unit produksi Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Suhartini (2007) yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Menyebabkan Ketidaksesuaian Produk pada Sampel Produk Cat Tembok di PT Propan Raya I.C.C Surabaya menjelaskan tentang faktor

22 28 penyebab terjadinya ketidaksesuaian terhadap cat sample produk di PT Propan Raya ICC Surabaya. Metode analisis yang digunakan yaitu menggunakan diagram kontrol, diagram pareto, dan diagram sebab akibat. Hasil yang diperoleh yaitu berada dalam batas kontrol dengan presentase 6,5% maka produksi berjalan dengan baik dan terkendali. Ada beberapa jenis ketidaksesuaian pada sample produk cat tembok yaitu warna cat tidak sesuai standar, campuran cat tidak homogen, lapisan cat retak saat pengeringan, dan kekentalan tidak sesuai standar. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Nur Ilham (2012) yang berjudul Analisis Pengendalian Kualitas Produk Dengan Menggunakan SPC (Statistical Processing Control) pada PT Bosowa Media Grafika. Penelitian ini menjelaskan penerapan sistem pengendalian kualitas produk serta mencari penyebab kerusakan produk pada perusahaan. Metode yang digunakan yaitu SPC (Statistical Processing Control). Hasilnya masih belum terkendali, kerusakan yang paling utama adalah tinta kabur. Faktor lainnya adalah manusia, mesin, lingkungan, metode kerja, dan bahan baku. Penelitian yang dilakukan oleh Bakhtiar, S, Suharto Tahir dan Ria Asysyta Hasni (2013) yang berjudul Analisa Pengendalian Kualitas Dengan Menggunakan Metode SQC (Statistical Quality Control) Studi Kasus Pada UD Matika Tapaktuan. Penelitian ini dilakukan mengenai pengendalian kualitas produk jadi sirup pala dan mengidentifikasi penyebab penyimpangan kualitas produk. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah check sheet, histogram, diagram pareto, diagram sebab akibat, scatter diagram, peta kendali dan stratifikasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah tidak ada data yang melewati batas kontrol sehingga tidak perlu direvisi. Faktor penyebab

23 29 penyimpangan kualitas produk dapat dibedakan menjadi beberapa faktor, yaitu manusia, material, metode, dan proses. Tabel 2.1 Perbedaan dan Persamaan Penelitian No. Peneliti Judul Persamaan Perbedaan 1 Suhartini (2007) Analisis Faktor-faktor Yang Menyebabkan Ketidaksesuaian Produk Pada Sample Produk Cat Tembok di PT Propan Raya I.C.C Surabaya Menggunakan diagram control, diagram pareto, dan diagram sebab akibat Lokasi penelitian berada di Provinsi Jawa Timur Usaha yang diteliti adalah usaha cat tembok Tidak menganalisis total biaya pengendalian mutu yang optimum Tidak menganalisis pengendalian bahan baku 2 Muhamma d Nur Ilham (2012) Analisis Pengendalian Kualitas Produk Dengan Menggunakan SPC (Statistical Processing Control) Pada PT Bosowa Media Grafika Menggunakan check sheet, histogram, peta kendali Lokasi penelitian berada di Provinsi Kalimantan Timur Usaha yang diteliti adalah percetakan Koran Tribun Tidak menganalisis total biaya pengendalian mutu yang optimum Tidak menganalisis pengendalian bahan baku 3 Bakhtiar, S, Suharto Tahir dan Ria Asysyta Hasni (2013) Analisa Pengendalian Kualitas Dengan Menggunakan Metode SQC (Statistical Quality Control) Studi Kasus Pada UD Matika Tapaktuan check sheet, histogram, diagram pareto, diagram sebab akibat, scatter diagram, peta kendali dan stratifikasi Lokasi penelitian berada UD Matika Tapaktuan Tidak menganalisis total biaya pengendalian mutu yang optimum Tidak menganalisis pengendalian bahan baku

24 Kerangka Pemikiran Teoritis Pengembangan agribisnis lidah buaya memiliki prospek yang sangat bagus dilihat dari segi keterlibatan masyarakatnya dan manfaatnya yang ditimbulkan, untuk itu lidah buaya menjadi salah satu jenis tanaman terlaris yang dikembangkan sebagai bahan baku industri. Proses inilah yang dilirik oleh PT Alove Bali yang merupakan satu-satunya perusahaan yang memproduksi pupuk organik cair berbahan baku lidah buaya yang terletak di Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali. PT Alove Bali memiliki lahan perkebunan seluas 30 Ha. Disamping itu, PT Alove Bali juga mengembangkan budidaya lidah buaya dengan sistem plasma. Luas lahan perkebunan untuk sistem plasma tersebut 70 Ha yang terletak di sekitar Kabupaten Gianyar bagian timur (Kabupaten Klungkung dan Karangasem) dan utara (Kabupaten Bangli). Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengawasan bahan baku lidah buaya dan mutu produk yang dihasilkan oleh PT Alove Bali, sehingga dapat mengetahui kualitas produknya sudah sesuai standar atau tidak. Pada pengawasan bahan baku lidah buaya, akan lebih dijelaskan bagaimana perusahaan melakukan pengadaan bahan baku dengan deskriptif. Pada pengawasan mutu, akan dibahas bagaimana perusahaan melakukan pengawasan mutu menggunakan metode SPC (Statistical Proccess Control) dengan menggunakan peta kontol dan diagram sebab akibat. Kemudian dilanjutkan dengan menganalisis total biaya mutu optimum, sehingga dapat dilihat perbedaan total biaya yang dilakukan perusahaan dengan total biaya pada kondisi optimum.

25 31 PT Alove Bali Pengawasan pengadaan bahan baku lidah buaya Pengawasan pengendalian mutu Mutu POC menggunakan SPC Biaya mutu optimum Proses pengawasan mutu Total biaya atas mutu kondisi aktual Check sheet Jumlah kerusakan optimum Peta kontrol Diagram sebab akibat Total biaya atas mutu kondisi optimum Kesimpulan Rekomendasi Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian Pengawasan Bahan Baku dan Mutu yang Efektif Guna Mendukung Kelancaran Proses Produksi pada PT. Alove Bali

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang 27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Dalam mengelolah suatu perusahaan atau organisasi dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi dapat tercapai. Manajemen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers) (Gasperz, 2006). Pengendalian kualitas secara statistik dengan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional Menurut Heizer dan Render (2010:4) manajemen operasi (Operation Management) adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa

Lebih terperinci

Pengawasan Bahan Baku dan Mutu yang Efektif Guna Mendukung Kelancaran Proses Produksi Pada PT Alove Bali

Pengawasan Bahan Baku dan Mutu yang Efektif Guna Mendukung Kelancaran Proses Produksi Pada PT Alove Bali E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2301-6523 Vol.5, No.1, Januari 2016 Pengawasan Bahan Baku dan Mutu yang Efektif Guna Mendukung Kelancaran Proses Produksi Pada PT Alove Bali ANAK AGUNG SAGUNG DESSY

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin ketat yang mengakibatkan perilaku konsumen dalam mengambil

I. PENDAHULUAN. semakin ketat yang mengakibatkan perilaku konsumen dalam mengambil I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha saat ini telah diwarnai dengan berbagai macam persaingan di segala bidang. Salah satunya adalah persaingan bisnis yang semakin ketat yang mengakibatkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dewasa ini tuntutan pelanggan terhadap kualitas produk semakin meningkat, sehingga perusahaan perlu memperhatikan kualitas produk yang dihasilkannya agar mampu bersaing di pasar dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KUALITAS Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas secara langsung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PROSES PRODUKSI 2.1.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Natasya Christy Mukuan 1701344251 LD21 Statistical Process Control Sejarah Statistical Process Control (SPC) Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian dilakukan pada PT Tirta Agung Wijaya yang merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi air minum dalam kemasan di area Jawa Tengah. Pengamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Sugiyono (2009, hlm.38), menyatakan bahwa objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

I.PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata I.PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kualitas (Quality)

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kualitas (Quality) BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam dunia industri banyak sekali hal-hal yang dapat mempengaruhi proses produksi, salah satunya yang menjadikan penentu suatu keberhasilan produksi adalah kualitas dari barang yang

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Statistical Process Control Sachbudi Abbas Ras abbasras@yahoo.com Lembar 1 Flow Chart (dengan Stratifikasi): Grafik dari tahapan proses yang membedakan data berdasarkan sumbernya. Lembar Pengumpulan Data:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Riset Operasi 2.1.1 Pengertian Riset Operasi Menurut Mulyono, riset adalah proses untuk mencari kebenaran suatu masalah atau hipotesa, sedangkan operasi didefinisikan sebagai penerapan

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKSI KAYU LAPIS MENGGUNAKAN STATISTICAL QUALITY CONTROL

ANALISIS PRODUKSI KAYU LAPIS MENGGUNAKAN STATISTICAL QUALITY CONTROL Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 1 (2016), hal 1-8 ANALISIS PRODUKSI KAYU LAPIS MENGGUNAKAN STATISTICAL QUALITY CONTROL Awaliyah, M. Novitasari Mara, Shantika Martha INTISARI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengendalian Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan variabel untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dasar dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. manajemen yang berguna untuk menerapkan keputusan-keputusan dalam upaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. manajemen yang berguna untuk menerapkan keputusan-keputusan dalam upaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 Manajemen Operasi 2.1.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Dalam melaksanakan produksi suatu perusahaan, diperlukan suatu manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, baik industri dalam skala besar dan menengah, maupun dalam skala

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, baik industri dalam skala besar dan menengah, maupun dalam skala BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pertumbuhan industri di Indonesia mengalami peningkatan yang pesat, baik industri dalam skala besar dan menengah, maupun dalam skala kecil dan rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah kegiatan usaha peranan manajemen sangatlah penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah kegiatan usaha peranan manajemen sangatlah penting, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sebuah kegiatan usaha peranan manajemen sangatlah penting, karena berguna untuk membantu usaha tersebut untuk mencapai tujuannya yaitu memberikan keuntungan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Kualitas Kualitas merupakan suatu istilah relatif dan tergantung pada situasi. Kualitas pun tidak hanya tercipta dalam bentuk suatu produk tapi bisa juga dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Sampel Penelitian Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan suatu prosedur tertentu dan diharapkan dapat mewakili suatu populasi

Lebih terperinci

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ABSTRAK PT Sahabat Buana adalah perusahaan yang memproduksi bijih-bijih plastik dimana terdapat banyak pesaing, untuk itu perusahaan harus mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya yang semakin

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI Ni Luh Putu Hariastuti putu_hrs@yahoo.com Jurusan Teknik industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhitama

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Globalisasi dan kemudahan untuk mengakses informasi dari seluruh dunia, membawa perubahan yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Perubahan itu juga Mempengaruhi dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi ini telah membawa banyak dampak ke semua negara, termasuk Indonesia khususnya karena banyak sekali industri baik yang berskala besar maupun

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA Retno Indriartiningtias Laboratorium Ergonomi dan APK Jurusan Teknik Industri Universitas Trunojoyo, Madura Email : artiningtias@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X)

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) Rika Gracia *), Arfan Bakhtiar Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Produksi merupakan sebuah siklus yang dilakukan oleh perusahaan dalam penyediaan barang atau jasa yang akan ditawarkan kepada pasar demi keberlangsungan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 35 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode dasar analisis deskriptif analitis. Metode ini berkaitan dengan pengumpulan data yang berguna untuk memberikan gambaran

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengambilan data yang dilakukan penulis menggunakan data primer dan sekunder yang didapatkan pada Lini 2 bagian produksi Consumer Pack, yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. PIMS Indonesia, Jl. Ciputat Raya No. 5, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, 12240, Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan pada proses bahan baku, proses produksi, dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan

Lebih terperinci

APLIKASI STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DALAM PENGENDALIAN VARIABILITAS KUAT TEKAN BETON

APLIKASI STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DALAM PENGENDALIAN VARIABILITAS KUAT TEKAN BETON APLIKASI STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DALAM PENGENDALIAN VARIABILITAS KUAT TEKAN BETON Iwan Rustendi Email : iwan_rustendi@yahoo.com Program Studi Teknik Sipil Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Lebih terperinci

Analisis Pengendalian Kualitas Coca-Cola Kaleng Menggunakan Statistical Process Control pada PT CCAI Central Java

Analisis Pengendalian Kualitas Coca-Cola Kaleng Menggunakan Statistical Process Control pada PT CCAI Central Java Analisis Pengendalian Kualitas Coca-Cola Kaleng Menggunakan Statistical Process Control pada PT CCAI Central Java Arkan Addien 1), Pringgo Widyo Laksono 2) 1,2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem kualitas begitu penting dan diperlukan dalam dunia usaha untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sistem kualitas begitu penting dan diperlukan dalam dunia usaha untuk dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem kualitas begitu penting dan diperlukan dalam dunia usaha untuk dapat bersaing dan meningkatkan keunggulan kompetitif dengan perusahaan lain yang sejenis,

Lebih terperinci

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny TEKNIK PENANAMAN RUMPUT RAJA (KING GRASS) BERDASARKAN PRINSIP PENANAMAN TEBU Bambang Kushartono Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Prospek rumput raja sebagai komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencegah dan berupaya memperbaiki faktor-faktor penyebab kerusakan. menemui atau mendapati produk yang rusak.

BAB I PENDAHULUAN. mencegah dan berupaya memperbaiki faktor-faktor penyebab kerusakan. menemui atau mendapati produk yang rusak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk hasil pertanian, umumnya rawan akan kerusakan saat pengolahan maupun saat penanganan bahannya. Untuk menghindari hal tersebut, setiap perusahaan akan menerapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun berada dalam kondisi perekonomian yang cenderung tidak stabil. Hal tersebut memberikan dampak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah proses produksi di PT. XY, sedangkan objek penelitian ini adalah perbaikan dan meminimalisir masalah pada proses produksi

Lebih terperinci

V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN. 1. Observasi Lapang. 2. Pengumpulan Data Kuantitatif

V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN. 1. Observasi Lapang. 2. Pengumpulan Data Kuantitatif V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Kegiatan magang yang dilakukan di PT Kemang Food Industries dimaksudkan untuk mengevaluasi bobot bersih dan membandingkan kesesuaian antara data bobot bersih yang didapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi Manajemen operasi merupakan satu fungsi manajemen selain manajemen pemasaran, keuangan, dan sumber daya manusia yang sangat penting bagi sebuah organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Manajemen dan Manajemen Operasi. Manajemen operasi merupakan bagian dari ilmu manajemen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Manajemen dan Manajemen Operasi. Manajemen operasi merupakan bagian dari ilmu manajemen. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Landasan Teori 2. 1. 1. Pengertian Manajemen dan Manajemen Operasi Manajemen operasi merupakan bagian dari ilmu manajemen. Manajemen merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Agronesia Divisi Industri Plastik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Agronesia Divisi Industri Plastik 47 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Agronesia Divisi Industri Plastik (Agroplas). Variabel yang diteliti adalah metode pengendalian kualitas yang diterapkan

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Perusahaan telah menetapkan standar kualitas dan telah melaksanakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Perusahaan telah menetapkan standar kualitas dan telah melaksanakan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Perusahaan telah menetapkan standar kualitas dan telah melaksanakan pengendalian kualitas produk dalam proses produksinya sampai pengendalian kualitas produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terigu, dibuat dengan proses pemanggangan. Biskuit memiliki kadar air kurang

BAB I PENDAHULUAN. terigu, dibuat dengan proses pemanggangan. Biskuit memiliki kadar air kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Biskuit merupakan salah satu produk pangan yang berbahan dasar tepung terigu, dibuat dengan proses pemanggangan. Biskuit memiliki kadar air kurang dari 5%, kondisi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Zaman sekarang ini terdapat persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Zaman sekarang ini terdapat persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Zaman sekarang ini terdapat persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha dan cara-cara yang dikembangkan untuk mencapai tujuan, sasaran oleh perusahaan

Lebih terperinci

Prosiding Manajemen ISSN:

Prosiding Manajemen ISSN: Prosiding Manajemen ISSN: 2460-6545 Analisis Pengendalian Kualitas dengan Menggunakan Metode Statistical Quality Control (SQC) Produk Kue Astor untuk Meminimumkan Produk Rusak Pada PT. Prima Jaya A.M.

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 23 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan Pertama berdirinya PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera di Tangerang adalah melalui tahapan yang begitu kecil. Dalam awal pendiriannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara kerja di dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir. Metode penelitian juga merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Listrik merupakan salah satu sumber energi yang sangat dibutuhkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Listrik merupakan salah satu sumber energi yang sangat dibutuhkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Listrik merupakan salah satu sumber energi yang sangat dibutuhkan oleh umat manusia. Dengan adanya listrik, manusia memperoleh banyak manfaat untuk mempermudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel.

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengendalian Kualitas Statistik (Statistical Quality Control) secara garis besar digolongkan menjadi dua, yakni pengendalian proses statistik (statistical process control)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara kerja di dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir. Metode penelitian juga merupakan suatu

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati 1 Pengendalian Kualitas Statistik Lely Riawati 2 SQC DAN SPC SPC dan SQC bagian penting dari TQM (Total Quality Management) Ada beberapa pendapat : SPC merupakan bagian dari SQC Mayelett (1994) cakupan

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Kertas Dengan Menggunakan Statistical Process Control di Paper Machine 3

Pengendalian Kualitas Kertas Dengan Menggunakan Statistical Process Control di Paper Machine 3 Pengendalian Kualitas Kertas Dengan Menggunakan Statistical Process Control di Paper Machine 3 Vera Devani 1, Fitri Wahyuni 2 Abstract. Purpose of this research is to determine types and causes of defects

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk yang diberikan sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini beberapa. penjabaran mengenai pengertian kualitas :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk yang diberikan sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini beberapa. penjabaran mengenai pengertian kualitas : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Definisi Kualitas. Kualitas merupakan salah satu aktor utama yang menentukan pemilihan produk bagi pelanggan. Kepuasan pelanggan akan tercapai apabila kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia pada tahun 1998 membuat

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia pada tahun 1998 membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia pada tahun 1998 membuat keadaan perekonomian di Indonesia menjadi tidak menentu. Nilai mata uang rupiah yang

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pupuk Urea

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pupuk Urea II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pupuk Urea Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut berupa mineral atau organik, dihasilkan oleh kegiatan alam atau diolah

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Kualitas Berdasarkan perspektif TQM (Total Quality Management), kualitas dipandang secara lebih komprehensif atau Holistik, dimana bukan hanya aspek hasil saja yang ditekankan,

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) PADA PT. NGK

SKRIPSI ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) PADA PT. NGK SKRIPSI ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) PADA PT. NGK Disusun Oleh : Nama : Asep Suryadi NPM : 201210215039 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS

Lebih terperinci

STATISTICAL PROCESS CONTROL

STATISTICAL PROCESS CONTROL STATISTICAL PROCESS CONTROL Sejarah Statistical Process Control Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil menghasilkan produk-produk sederhana, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan dalam bentuk apapun akan berorientasi pada pencarian laba

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan dalam bentuk apapun akan berorientasi pada pencarian laba BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Penelitian Sebuah perusahaan dalam bentuk apapun akan berorientasi pada pencarian laba yang maksimal dengan modal yang tersedia. Dengan demikian perusahaan akan mencari

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pengendalian Kualitas Produk Dengan Metode Statistical Process Control (SPC)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pengendalian Kualitas Produk Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian dan pembahasan tentang Pengendalian Kualitas Produk Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) Pada PTP Nusantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi, pertumbuhan industri berkembang semakin pesat. Dampaknya adalah persaingan antar industri semakin ketat, terutama industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pengendalian Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan variabel untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dasar

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN Seminar Nasional IENACO 204 ISSN 2337-4349 PENGENDALIAN KUALITAS PADA MESIN INJEKSI PLASTIK DENGAN METODE PETA KENDALI PETA P DI DIVISI TOSSA WORKSHOP Much. Djunaidi *, Rachmad Adi Nugroho 2,2 Jurusan

Lebih terperinci

ANALISA PENYEBAB CACAT PADA PROSES PRODUKSI GALVANIZED IRON DIVISI COIL TO COIL (SHEAR LINE 1 DAN 4) DI PT. FUMIRA SEMARANG

ANALISA PENYEBAB CACAT PADA PROSES PRODUKSI GALVANIZED IRON DIVISI COIL TO COIL (SHEAR LINE 1 DAN 4) DI PT. FUMIRA SEMARANG ANALISA PENYEBAB CACAT PADA PROSES PRODUKSI GALVANIZED IRON DIVISI COIL TO COIL (SHEAR LINE 1 DAN 4) DI PT. FUMIRA SEMARANG Nia Budi Puspitasari Program Studi Teknik Industri UNDIP Abstrak Sebagai salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Banyaknya perusahaan di era globalisasi memicu keberadaan produk lokal dan nasional tidak akan luput dari tuntutan persaingan, selain itu juga mempunyai peluang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Pengertian Kualitas Dimensi Kualitas

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Pengertian Kualitas Dimensi Kualitas BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas 2.1.1. Pengertian Kualitas Dalam buku yang berjudul Manajemen Operasi, Heizer & Render (2009:301) mendefinisikan pengertian kualitas sebagaimana dijelaskan oleh American

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada kondisi saat ini, salah satu sektor pembangunan yang harus diperhatikan oleh suatu negara adalah perekonomian. Maka pertumbuhan industri sangatlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia industry manufaktur maupun jasa semakin ketat

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia industry manufaktur maupun jasa semakin ketat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam dunia industry manufaktur maupun jasa semakin ketat dengan memasuki era globalisasi, karena persaingan bukan hanya dengan perusahaan dalam

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK TAHU PUTIH (Studi Kasus Pada Home Industri Tahu Kasih Di Kabupaten Trenggalek)

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK TAHU PUTIH (Studi Kasus Pada Home Industri Tahu Kasih Di Kabupaten Trenggalek) ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK TAHU PUTIH (Studi Kasus Pada Home Industri Tahu Kasih Di Kabupaten Trenggalek) Lilia Pasca Riani Universitas Nusantara PGRI Kediri bungalilia@gmail.com Abstract This

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era saat ini, perekonomian adalah salah satu sektor pembangunan yang penting dan harus benar-benar diperhatikan dalam suatu negara. Apalagi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Produksi 1.1.1 Pengertian Proses Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan tahapan yang dilakukan oleh penulis dalam proses penelitian. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Kualitas Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mendengar orang membicarakan masalah kualitas, misalnya: mengenai kualitas sebagian besar produk buatan luar negeri

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai sigma untuk data atribut produk wajan super ukuran 20 sebesar 3,53. 5.1.1 Menganalisis CTQ (Critical to Quality)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Kondisi perusahaan-perusahaan di Indonesia saat ini dihadapkan pada persaingan yang sangat ketat. Hal ini dikarenakan banyaknya perusahaanperusahaan baru bermunculan,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN STATISTICAL PROCESS CONTROL

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN STATISTICAL PROCESS CONTROL LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN STATISTICAL PROCESS CONTROL Disusun oleh: Bekti Wulan Sari 11/318052/PN/12374 LABORATORIUM TEKNOLOGI IKAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode penelitian untuk pengumpulan dan pengolahan data yang diperlukan, hingga analisa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Plastik Plastik mencakup semua bahan sintetik organik yang berubah menjadi plastis setelah dipanaskan dan mampu dibentuk di bawah pengaruh tekanan. Bahan

Lebih terperinci

Anjasoa et al., 2016 Analisis Pengendalian Kualitas Produk Genteng pada UD Genteng Jaya...

Anjasoa et al., 2016 Analisis Pengendalian Kualitas Produk Genteng pada UD Genteng Jaya... 1 Analisis Pengendalian Kualitas Produk Genteng Dengan Menggunakan Metode Statistical Process Control (SPC) Pada UD Genteng JAYA Ambulu Kabupaten Jember (The Analysis of Quality Control Product of Roof

Lebih terperinci

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses BAB III METODE CONTROL CHART 3.1 Control Chart Peta kendali atau Control Chart merupakan suatu teknik yang dikenal sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses berada dalam

Lebih terperinci

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016 7 Basic Quality Tools 14 Oktober 2016 Dr. Kaoru Ishikawa (1915 1989) Adalah seorang ahli pengendalian kualitas statistik dari Jepang. As much as 95% of quality related problems in the factory can be solved

Lebih terperinci