Bab III Gambaran Umum Kota Bandung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab III Gambaran Umum Kota Bandung"

Transkripsi

1 Bab III Gambaran Umum Kota Bandung 3.1 Kondisi Umum Kota Bandung adalah ibu kota Provinsi Jawa Barat. Dalam RTRW Kota Bandung 2013 dijelaskan bahwa Kota Bandung memiliki visi sebagai kota Jasa yang Bersih, Makmur, Taat dan Bersahabat (BERMARTABAT). Fungsi Kota Bandung diantaranya adalah sebagai Kota Pendidikan, Pemerintahan, Jasa Keuangan, dan Jasa Pelayanan yang BERMARTABAT. Kota Bandung merupakan ibu kota Provinsi Jawa Barat yang berperan sebagai kota jasa, pendidikan, dan pariwisata. Peran yang disandang tersebut mengakibatkan daya tarik kota dan daya dorong desa-desa secara bersama-sama menggalang arus migrasi desa ke kota yang cukup tinggi. Secara geografis Kota Bandung tertelak pada Bujur Timur dan 6 55 Lintang Selatan, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara : Kabupaten Bandung Barat Sebelah selatan : Kabupaten Bandung Sebelah barat : Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi Sebelah timur : Kabupaten Bandung. Posisi tersebut menjadikan kedudukan Kota Bandung sangat strategis karena berada di tengah wilayah Jawa Barat. Kota Bandung memiliki luas sebesar 167,46 km 2 dan secara administratif terbagi menjadi 26 kecamatan. Secara topografis Kota Bandung merupakan daerah cekungan yang dibatasi oleh pegunungan (di bagian Utara) dan dataran (di bagian Selatan) yang terletak pada ketinggian 791 meter diatas permukaan laut (dpl), titik tertinggi di daerah utara dengan ketinggian meter dan titik terrendah di sebelah selatan dengan ketinggian 675 meter diatas permukaan laut. Secara topografis pula, wilayah Kota Bandung dengan luas yang terbatas akan memberikan berbagai kendala di dalam mengembangkan sistem jaringan jalan serta penyebaran 39

2 pusat-pusat kegiatan yang ditunjang oleh sarana dan prasarana. Iklim Kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk. Temperatur rata-rata 23,6 C, dan curah hujan rata-rata sebesar 188,6 mm Populasi penduduk Berdasarkan data statistik kependudukan, jumlah penduduk kota Bandung pada tahun 2002 mencapai jiwa dengan pertumbuhan sekitar 1,5% pertahun. Jumlah tersebut adalah jumlah yang benar-benar tercatat sebagai penduduk Kota Bandung. Namun pada kenyataannya jumlah penduduk di Kota Bandung pada siang hari jumlahnya bisa mencapai 3 juta jiwa. Tambahan jumlah penduduk ini berasal dari penduduk di sekitar Kota Bandung yang mencari kerja di Kota Bandung atau yang biasa disebut komuter. Hal ini tentunya akan memberi beban lebih bagi Kota Bandung itu sendiri dengan jumlah penduduk yang telah cukup besar. Selain masalah pelaku komuter, Kota Bandung sendiri mengalami masalah tingginya tingkat urbanisasi yang ditandai oleh tingginya tingkat migrasi masuk. Kondisi ini tentu membawa sejumlah konsekuensi, seperti ketersediaan sarana dan prasarana untuk mengantisipasi pergerakan orang, yang pada akhirnya dapat berdampak terhadap potensi kemacetan lalu lintas baik pada ruasruas jalan maupun pada persimpangan jalan di Kota Bandung. Penduduk Kota Bandung Tabel III.1 Populasi Penduduk Kota Bandung (Jiwa) No. Populasi Penduduk Sumber: Bandung Dalam Angka

3 Populasi Kota Bandung Jumlah Populasi Populasi Gambar 3.1 Grafik Populasi Penduduk Kota Bandung (Jiwa) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Dari data PDRB Kota Bandung tahun pada Tabel III. 2 di bawah ini, terlihat nilai PDRB Kota Bandung semakin meningkat setiap tahunnya. Tabel III.2 PDRB Kota Bandung (dalam Juta Rupiah) No. PDRB Sumber: Bandung Dalam Angka 2006 PDRB Kota Bandung (Berdasarkan Harga Konstan 2000) Jumlah PDRB PDRB 0 Gambar 3.2 Grafik PDRB Kota Bandung (dalam Juta Rupiah) 41

4 3.2 Transportasi Kota Bandung Seiring berkembangnya Kota Bandung dengan berbagai fungsi dan perannya maka intensitas pergerakannya pun semakin meningkat. Sarana dan prasarana transportasi yang ada sudah tidak mampu lagi menampung pergerakan tersebut. Tentunya hal ini berpengaruh pada kondisi transportasi Kota Bandung yang sering kali diwarnai oleh masalah transportasi terutama kemacetan. Berikut digambarkan beberapa sarana dan prasarana transportasi yang ada di Kota Bandung Panjang Jalan Menurut data tahun 2002, total panjang jalan di Kota Bandung adalah 1168,81 km yang terdiri dari 42,11 Km jalan nasional; 22,99 Km jalan propinsi dan sisanya adalah jalan lokal 1.103,71 Km. Sebagian besar dari total panjang jaringan jalan yang ada, berada dalam kondisi baik yaitu sebesar 85,8% dari panjang total jaringan jalan. Pada kenyataannya total luas jalan yang ada di Bandung hanya 3 persen dari wilayah Kota Bandung. Nilai ini masih kurang 4 persen dari kebutuhan minimal sebesar 7 persen berdasarkan standar. Pertambahan jumlah panjang jalan Kota Bandung per tahun dapat dilihat pada Tabel III.3 berikut. Tabel III.3 Jumlah Panjang Jalan di Kota Bandung (Km) No. Panjang Jalan , , , , , ,32 Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bandung 42

5 Jumlah Panjang Jalan Jumlah Panjang Jalan 1.240, , , , , , , , , , , , Pjg Jln Gambar 3.3 Grafik Jumlah Panjang Jalan di Kota Bandung (Km) Jumlah Mobil Penumpang Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Kota bandung, secara umum jumlah mobil penumpang di Kota Bandung memperlihatkan kecenderungan meningkat dengan rata-rata pertambahan pertahun sebesar 12%. Meningkatnya pendapatan penduduk dan juga kemudahan fasilitas kredit kepemilikan kendaraan bermotor dari beberapa lembaga pembiayaan seperti bank telah meningkatkan kepemilikan mobil. Jumlah mobil penumpang pertahun dapat dilihat pada tabel III.4 dan Gambar 3.4 di bawah ini. Tabel III.4 Jumlah Mobil Penumpang di Kota Bandung No. Jumlah Mobil Penumpang Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bandung 43

6 Jumlah Mobil Penumpang Jumlah Mobil Penumpang Mobil Penumpang Gambar 3.4 Grafik Jumlah Mobil Penumpang di Kota Bandung Jumlah Sepeda Motor Maraknya kredit motor telah meningkatkan jumlah kepemilikan sepeda motor di Kota Bandung. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir jumlah sepeda motor di Kota Bandung telah mencapai hampir sepeda motor. Berikut tabel dan grafik yang menjelaskan pertambahan jumlah sepeda motor di Kota Bandung. Bila dihitung pertumbuhannya hampir mencapai 16% per tahun. Tabel III.5 Jumlah Sepeda Motor di Kota Bandung No. Jumlah Sepeda Motor Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bandung Jumlah Sepeda Motor Jumlah Sepeda Motor Sepeda Motor 0 Gambar 3.5 Grafik Jumlah Sepeda Motor di Kota Bandung 44

7 3.2.4 Jumlah Mobil Barang Berkembangnya kegiatan jasa di Kota Bandung turut mempengaruhi jumlah mobil barang yang ada di Kota Bandung yang jumlahnya semakin bertambah setiap tahunnya. Laju pertumbuhannya diperkirakan mencapai 15% per tahunnya. Nilai ini dihitung dari pertumbuhan jumlah mobil barang yang selengkapnya ada pada tabel III.6 dan gambaran pertumbuhannya di gambar 3.6 di bawah ini. Tabel III.6 Jumlah Mobil Barang di Kota Bandung No. Jumlah Mobil Barang Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bandung Jumlah Mobil Barang Jumlah Mobil Barang Mobil Barang Gambar 3.6 Grafik Jumlah Mobil Barang di Kota Bandung Jumlah Mobil Bus Mobil bus di Kota Bandung jumlahnya cukup banyak mengingat Kota Bandung adalah salah satu kota besar yang banyak dijadikan tujuan orang berkunjung. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya bus umum maupun bus sewa yang melayani pergerakan dari dan ke Kota Bandung dari dan ke kota-kota sekitar Kota Bandung seperti Garut, Jakarta, Subang, Sukabumi dan lain-lain. Bus-bus tersebut sebagian besar melayani pergerakan luar kota. Diperkirakan tingkat pertumbuhan 45

8 mobil bus adalah 10% per tahun. Lebih lengkapnya jumlah mobil bus disajikan dalam tabel III.7 dan grafik 3.7 di bawah ini. Tabel III.7 Jumlah Bus di Kota Bandung No. Jumlah Bus Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bandung Jumlah Mobil Bus Jumlah Mobil Bus Mobil Bus Gambar 3.7 Grafik Jumlah Mobil Bus di Kota Bandung Selain bus umum dan sewa yang sebagian besar melayani pergerakan ke luar kota ada pula bus yang melayani trayek dalam kota yaitu bus kota yang biasa disebut dengan bus DAMRI (Djawatan Angkutan Motor Republik Indonesia) dan bus KPAD (Koperasi Pegawai Angkatan Darat). Jumlah bus trayek dalam kota ini tidak terlalu banyak yaitu hanya sekitar 250 buah. Oleh sebab itu bus ini tidak banyak digunakan penduduk Kota Bandung untuk melakukan kegiatan sehariharinya. Penduduk Kota Bandung banyak yang lebih memilih angkutan kota (angkot) dan sepeda motor untuk pergerakan sehari-harinya. Khusus Bus Kota (DAMRI), bus ini mempunyai kapasitas sampai 50 penumpang, DAMRI di Kota Bandung dari waktu ke waktu telah mengalami penambahan rute, yang sampai saat ini telah melayani 15 rute utama. Dengan jumlah bus kota hingga 46

9 tahun 2006 sebanyak 256 buah bus. Jumlah pastinya bus kota DAMRI disajikan dalam tabel III.8 dan gambar 3.8 di bawah ini. Diperkirakan tingkat pertumbuhan bus kota 7% per tahun. Tabel III.8 Jumlah Bus Kota di Kota Bandung No. Jumlah Bus Kota Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bandung Jumlah Bus Kota Jumlah Bus Kota Bus Kota 225 Gambar 3.8 Grafik Jumlah Bus Kota di Kota Bandung Jumlah Mobil Penumpang Umum Mobil penumpang umum adalah gabungan beberapa jenis moda angkutan umum seperti angkutan kota (angkot), taksi dan jenis angkutan umum lainnya seperti travel antar kota berplat kuning. Sebagian penduduk kota Bandung dan sekitarnya dalam melakukan berbagai aktivitasnya dilayani oleh beberapa jenis moda angkutan umum untuk menghubungan pusat-pusat kegiatan yang merupakan pusat-pusat bangkitan dan tarikan lalu lintas. Secara umum sarana transportasi yang dipakai untuk melayani pergerakan dalam kota dan sekitarnya masih mengandalkan angkutan kota yaitu kendaraan yang berkapasitas antara

10 penumpang. Pada Tabel III.9 berikut ini diuraikan jumlah kendaraan dari ketiga jenis mobil penumpang umum. Tabel III.9 Jumlah Mobil Penumpang Umum Kota Bandung No. Angkutan Kota (Angkot) Jumlah Taksi Angkutan Umum Lainnya Jumlah Sumber: Bandung Dalam Angka, 2006 dan Dinas Perhubungan Kota Bandung Angkutan kota adalah angkutan umum yang paling banyak jumlahnya dibandingkan angkutan umum lainnya. Saat ini ada 38 trayek angkutan kota yang hampir tersebar di beberapa penjuru Kota Bandung. Jumlah angkot saat ini sebenarnya telah melampaui dari kebutuhan minimal yang dibutuhkan Kota Bandung. Hal ini terjadi karena mudahnya izin trayek yang dikeluarkan oleh pemerintah. Selain itu masa izin trayek yang cukup lama membuat jumlah angkot cenderung semakin banyak setiap harinya yang dapat dilihat pada gambar 3.9 di bawah ini. Jumlah Angkutan Kota Jumlah Angkutan Kota Angkutan Kota Gambar 3.9 Grafik Jumlah Angkutan Kota di Kota Bandung 48

11 Angkutan paratransit berupa taksi di Kota Bandung saat ini mulai marak. Dimulai dari masuknya perusahaan taksi ternama Blue Bird di Kota Bandung, jumlah taksi di Kota Bandung semakin banyak. Hal ini terjadi karena memang dari segi perhitungan sendiri jumlah taksi yang ada di Kota Bandung jumlahnya masih jauh dari kebutuhan minimal yang dibutuhkan Kota Bandung. Oleh sebab itu pemerintah memberikan keleluasaan bagi pengusaha yang berminat untuk menyediakan layanan taksi di Kota Bandung. Jumlah taksi sendiri tentunya akan semakin bertambah dengan tingkat pertumbuhan sekitar 17% per tahun. Jumlah Taksi di Kota Bandung Jumlah Taksi Taksi Gambar 3.10 Grafik Jumlah Taksi di Kota Bandung Angkutan umum lainnya salah satunya seperti travel Bandung-Jakarta yang kini marak di Kota Bandung juga mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Secara keseluruhan angkutan umum ini bila dilihat dari Gambar 3.11 di bawah ini kecenderungannya meningkat. Bila dihitung, laju peningkatannya mencapai 28% per tahun. 49

12 Jumlah Angkutan Umum Lainnya Jumlah Angkum Lainnya Angkum Lainnya Gambar 3.11 Grafik Jumlah Angkutan Umum di Kota Bandung Jumlah Kendaraan Khusus Kendaraan khusus yang berupa mobil-mobil berat untuk kepentingan kontraktor bangunan cenderung tetap jumlahnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel III.12 dan Gambar 3.12 di bawah ini. Tabel III.12 Jumlah Kendaraan Khusus Kota Bandung No. Jumlah Kendaraan Khusus Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bandung Jumlah Kendaraan Khusus 261,2 Jumlah Kendaraan Khusus ,8 260,6 260,4 260, ,8 259,6 259,4 Kendaraan Khusus Gambar 3.12 Grafik Jumlah Kendaraan Khusus di Kota Bandung 50

13 3.3 Pariwisata Kota Bandung Pemerintah Kota Bandung melalui Perda No. 7 tahun 2000 menetapkan Kota Bandung sebagai kota jasa yang salah satu fungsinya adalah kota wisata. Kota Wisata Bandung memiliki karakteristik produk pariwisata perkotaan dengan tipologi wisata heritage (wisata peninggalan bersejarah/wisata pusaka), wisata belanja dan kuliner, wisata pendidikan, wisata rekreasi dan hiburan (alam, budaya dan buatan), dan wisata MICE (meeting, incentive, convention and exhibition). Beragamnya produk wisata yang ditawarkan oleh Kota Bandung memperluas pasar wisata bagi Kota Bandung itu sendiri. Luasnya pasar tersebut menambah ragam karakteristik wisatawan yang datang ke Kota Bandung. Dengan beragamnya pasar wisata tersebut maka jumlah wisatawan yang datang ke Kota Bandung pun diasumsikan semakin besar jumlahnya. Besarnya jumlah wisatawan dan bervariasinya produk wisata yang kadang tersebar di beberapa lokasi yang berbeda di Kota Bandung memunculkan kebutuhan akan moda transportasi yang mampu melayani kebutuhan tersebut. Untuk memberikan gambaran lebih jelas mengenai kondisi tersebut berikut dijelaskan mengenai karakteristik wisatawan Kota Bandung, pertumbuhan jumlah wisatawan Kota Bandung dan moda transportasi umum untuk wisatawan di Kota Bandung Profil Wisatawan Kota Bandung Jumlah wisatawan nusantara yang mengunjungi Kota Bandung jauh lebih banyak dibandingkan wisatawan mancanegeranya. Sehingga dapat dibilang wisatawan nusantara merupakan konsumen utama produk pariwisata Kota Bandung. Berikut pada Tabel III.13 dijelaskan mengenai profil pasar wisatawan nusantara di Kota Bandung yang merupakan hasil survei Analisis Pasar Wisatawan Kota Bandung yang dilakukan tahun 2007 oleh Dinas Pariwisata Kota Bandung. 51

14 Tabel III.13 Profil Pasar Wisatawan Nusantara Kota Bandung Variabel Profil Tingkat Dominasi Sampel Usia 26-35th 28,0% Jenis Kelamin Pria 59,0% Asal Jakarta 45,3% Pendidikan terakhir Sarjana 43,6% Pengeluaran/bulan 2 juta - 5 juta 21,2% Pekerjaan Pegawai swasta 32,6% Tujuan Berlibur 65,5% Alasan pilih Bandung Dekat tempat tinggal 38,4 % Transportasi Kendaraan Pribadi 68,4 % Lama Kunjungan 2 Hari 39,1% Pilihan akomodasi selama di Hotel Bintang 40,1 % Bandung Frekuensi mengunjungi >7 kali 53,4% Bandung Bentuk kunjungan Mengunjungi keluarga 52,4% Adakah tujuan lain sesudah dari tidak 64,4% Bandung Aktivitas Belanja 53,7% Penilaian terhadap sikap Ramah 66,8% masyarakat Bandung Atraksi wisata yang diminati Pegunungan 45,0% Aktivitas wisata yang diminati Belanja 45,6% Jumlah pengeluaran di Bandung ,6% Alokasi pengeluaran terbesar Belanja 47,2 % Sumber informasi Teman/Keluarga 66,4 % Suasana yang disukai Sedang & Ramai 35,5% Nuansa wisata yang disukai Antara pedesaan & kota 34,5% Santai 56,4% Tradisional - Modern 40,7% Penginapan yang disukai Hotel Bintang, Non 38,8 % Bintang Fasilitas wisata yang disukai Sederhana-Mewah 46,3% Tradisional-Modern 43,0% Yang terpikir tentang Bandung Sejuk 23,1% Belanja 22,50% Pengalaman berkunjung ke Bandung Macet 13,7% Sumber: Analisis Pasar Wisatawan Kota Bandung,

15 Dari survei yang sama yang dilakukan Dinas Pariwisata Kota Bandung tahun 2007 tersebut saat ini profil pasar wisatawan mancanegara baru dapat dinyatakan dari jumlah dan asal wisatawan mancanegara yang datang ke Kota Bandung. Berikut Tabel III.14 yang menjelaskan profil pasar wisatawan mancanegara tersebut pada periode Februari sampai dengan Juni Tabel III.14 Profil Pasar Wisatawan Mancanegara 2007 Periode Februari Sampai Dengan Juni 2007 No. Asal Jumlah Share 1. Malaysia ,78% 2. Singapura ,11% 3. Jepang 423 9,52% 4. Eropa % 5. Asia Lain 332 7,48% 6. USA 176 3,96% 7. Australia 173 3,90% 8. Timur Tengah 130 2,93% 9. China 101 2,27% 10. Thailand 100 2,25% 11. India 93 2,09% 12. Asia Pasifik 77 1,73% 13. Korea Selatan 65 1,48% 14. Afrika 38 0,86% 15. Filipina 17 0,38% 16. Kanada 10 0,23% 17. Hongkong 6 0,14% Dari tabel tersebut dapat diketahui lima besar negara asal wisatawan yang penduduknya banyak berwisata ke Kota Bandung yaitu Malaysia (33.78%), Singapura (12.11 %), Jepang (9.52%), Eropa (8.53%) dan Asia lainnya (7.48%). Kedekatan lokasi dan keberadaan penerbangan langsung dari Bandung ke/dari Kuala Lumpur, Malaysia dan Singapura menjadi salah satu penyebab wisatawan dari kedua negara ini menjadi negara asal wisatawan Kota Bandung yang terbesar dibandingkan negara asal lainnya. 53

16 3.3.2 Pertumbuhan Jumlah Wisatawan Jumlah wisatawan merupakan besaran yang merepresentasikan besaran permintaan terhadap wisata Kota Bandung. Hingga tahun 2007, jumlah kunjungan wisatawan yang menginap di Kota Bandung besarnya semakin meningkat hingga mencapai orang. Berikut tabel III.15 di bawah ini dijelaskan jumlah wisatawan yang menginap di Kota Bandung tiap tahunnya. Tabel III.15 Jumlah Wisatawan yang Menginap di Kota Bandung No. Wisatawan Wisatawan Jumlah Mancanegara Domestik Wisatawan Sumber: Bandung Dalam Angka 2006, BPS Kota Bandung Jumlah Wisatawan Jumlah Wisatawan Wisatawan Gambar 3.13 Grafik Pertumbuhan Jumlah Wisatawan Dari Tabel III.15 dan Gambar 3.13 dapat diketahui bahwa jumlah wisatawan yang menginap di Kota Bandung meningkat setiap tahunnya. Namun demikian, apabila dilihat persentase pertumbuhan setiap tahunnya, dapat diketahui bahwa ternyata besaran pertumbuhannya cenderung menurun. Kondisi yang sama pun terjadi 54

17 pada jumlah wisatawan yang tidak menginap di Kota Bandung. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa jumlah wisatawan yang datang ke Kota Bandung tahun 2007 sebesar 7,5 juta wisatawan dengan rata-rata kunjungan tiap harinya sebanyak wisatawan. Tingkat pertumbuhan jumlah wisatawan Kota Bandung pernah mencapai 7,5 % pada saat pariwisata Kota Bandung sedang booming factory outlet. Saat ini, setelah booming tersebut mereda pertumbuhannya diperkirakan semakin menurun. Hal ini perlu mendapat perhatian intensif dari pemangku kepentingan kepariwisataan dalam upaya menciptakan dan memperbaiki produk-produk pariwisata di Kota Bandung dalam upaya untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Dengan daya dan upaya yang lebih efektif dan tepat sasaran, diharapkan besaran pertumbuhan tersebut dapat dipertahankan dan bahkan dapat ditingkatkan. Beberapa faktor yang diperkirakan akan mempengaruhi pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan di masa datang salah satunya adalah peningkatan aksesibilitas, baik yang menghubungkan antara Bandung dengan wilayah lainnya maupun di dalam wilayah Kota Bandung, termasuk didalamnya sistem transportasi (Rippda Kota Bandung, 2007) Moda Transportasi Umum Untuk Wisatawan di Kota Bandung Untuk mencapai Kota Bandung ada tiga jalan yang bisa dilewati. Pertama adalah jalan raya di mana wisatawan dapat menggunakan moda seperti mobil, bus, sepeda motor dan angkutan umum yang tersedia seperti bus umum, travel point to point, angkutan kota (angkot) yang melalui beberapa jalan masuk ke Kota Bandung serta pintu-pintu tol Kota Bandung seperti pintu tol Pasteur, Buah Batu, Kopo, Mohammad Toha, dan Cileunyi dan berhenti di beberapa terminal yang ada diantaranya Terminal Leuwipanjang dan Terminal Cicaheum. Kedua, adalah jalan rel kereta api dimana wisatawan dapat menggunakan jasa pelayanan kereta api yang tersedia dan tiba di stasiun-stasiun di dalam Kota Bandung seperti Stasiun Hall dan Stasiun Kiara Condong. Ketiga, adalah jalan udara di mana wisatawan dapat menggunakan beberapa maskapai penerbangan yang melayani rute tujuan Bandung seperti Merpati, Sriwijaya dan Air Asia dan tiba di Kota Bandung di 55

18 Bandara Husein Sastranegara. Sayangnya jalan udara untuk mencapai Bandung pelayanannya masih sangat kurang dikarenakan bandara yang ada tidak bisa menampung pesawat dengan tipe besar akibat keterbatasan luas lahan bandara. Pencapaian Kota Bandung melalui jalan udara ini dinilai paling rendah dibandingkan dengan jalan lain yang cukup baik terutama jalan raya setelah dibangunnya Tol Cipularang. Berdasarkan Analisa Pasar Profil Pasar Wisatawan Kota Bandung 2007, sebanyak 79% wisatawan Kota Bandung menggunakan jalan raya untuk sampai ke Kota Bandung yang terbagi dalam moda bus sebanyak 59,7%, moda mobil pribadi sebanyak 11,6% dan moda mobil umum sebanyak 7,7%. Sisanya sebanyak 17% menggunakan jalan rel dengan bentuk moda kereta api dan sebanyak 3% menggunakan jalan udara dengan bentuk moda pesawat terbang. Sesampainya di Kota Bandung, wisatawan Kota Bandung yang tidak membawa kendaraan pribadi dapat menggunakan moda transportasi umum yang tersedia di dalam kota yang melayani pergerakan di dalam maupun ke luar Kota Bandung. Namun, pada dasarnya saat ini Kota Bandung tidak memiliki moda transportasi umum yang khusus diperuntukkan untuk kegiatan wisata. Beberapa tahun silam Kota Bandung pernah memiliki bus umum Bandung City Tour berkapasitas 30 orang yang melayani wisatawan untuk menuju beberapa tempat wisata di dalam Kota Bandung, namun tidak lama kemudian bus tersebut tidak kembali beroperasi. Diduga salah satu penyebabnya adalah kurangnya minat wisatawan untuk menggunakan bus umum tersebut. Saat ini moda transportasi umum yang bisa digunakan wisatawan tidak jauh berbeda dengan moda transportasi yang digunakan oleh penduduk Kota Bandung sendiri diantaranya yaitu angkutan kota (angkot), bus Damri, taksi, ojek, dan becak serta transportasi umum dengan sistem sewa seperti mobil dan bus rental. Moda-moda tersebut merupakan moda transportasi yang bergerak di atas jalan raya. Berikut dijelaskan masing-masing moda transportasi tersebut: 56

19 1. Taksi Saat ini ada pelayanan taksi di Kota Bandung disediakan oleh sepuluh pengusaha taksi yaitu Centris, Kota Kembang, 4848, Kuat, PRIMKOPAU, Gemah Ripah, Citra, Bandung Metropolitan, OI dan Blue Bird. Pelayanan taksi di Kota Bandung saat ini semakin baik dengan munculnya beberapa pengusaha baru seperti Blue Bird dan Putra dengan menyediakan armada taksi yang lebih laik jalan. Salah satu indikator peningkatan pelayanan yang dapat dijadikan patokan adalah penggunaan argometer pada setiap penentuan tarifnya. Dari dahulu banyak taksi di Kota Bandung terkenal tidak mau menggunakan argometer dan lebih memilih sistem tawar menawar dalam menentukan tarifnya sehingga kondisi ini kadang mempersurut niat orang untuk menggunakan taksi di Kota Bandung terutama wisatawannya. Saat ini setelah pelayanannya mulai meningkat dengan masuknya pengusaha baru maka penggunaan taksi oleh wisatawan diharapkan dapat semakin meningkat. 2. Angkutan Kota Angkutan kota atau angkot adalah sarana transportasi yang murah meriah dan tersedia di hampir semua jalan besar di Kota Bandung. Beberapa buku panduan menggunakan angkot di Kota Bandung sudah banyak diterbitkan dan akan sangat membantu bagi pengunjung Kota Bandung yang akan menggunakan angkot dalam pergerakannya. Penentuan tarif yang tidak pasti dan kurang terkomunikasikan pada orang yang baru pertama kali menggunakan kadang membawa dampak kerugian bagi orang tersebut dikarenakan tarif yang dikenakan oleh supir angkot jauh lebih besar dari orang lain yang sudah biasa menggunakan angkot. Selain itu kondisi di dalam angkot itu sendiri dinilai masih kurang memberikan kenyamanan bagi wisatawan. Selain ketiadaan penyejuk udara (Air Conditioner), perilaku supir dalam mengendarai angkot dan kondisi di dalam angkot yang berdesak-desakan pun memberikan rasa ketidaknyamanan akibatnya tidak banyak wisatawan yang menggunakan moda angkutan umum ini. 57

20 3. Bus Damri Buskota di Bandung dikelola oleh perum Damri. Buskota ini melayani rute-rute yang panjang dan bahkan hingga keluar Kota Bandung. Karena kondisi jalan Kota Bandung yang lebarnya relatif sempit maka buskota di Kota Bandung hanya melayani di beberapa ruas jalan besar saja. Saat ini ada 18 jenis rute trayek yang dilayani oleh buskota Damri. Penggunaan moda transportasi ini oleh wisatawan dapat dibilang sangat kecil. Selain rute yang dilayani terbatas, kondisi dalam bis sendiri sangat tidak nyaman bagi orang yang berada di dalamnya. Ketiadaan penyejuk udara (Air Conditioner), tempat duduk yang keras dan kondisi bus yang kotor dan berdebu menjadi alasan utama mengapa saat ini tidak banyak wisatawan Kota Bandung yang mau menggunakan moda transportasi ini. 4. Becak dan ojek Jumlah becak dan ojek di Kota Bandung cukup banyak dan tersebar di hampir setiap perempatan jalan dan pusat-pusat keramaian termasuk tempat-tempat wisata. Angkutan paratransit ini lebih banyak digunakan oleh penduduk Kota Bandung dan masih jarang digunakan oleh wisatawan. Karena faktor kenyamanannya yang kurang ojek kurang diminati oleh wisatawan begitu pula becak yang hanya dapat melayani tujuan pergerakan dengan jarak yang dekat. 5. Mobil dan bus rental Penyedia jasa rental mobil dan bus sudah cukup banyak jumlahnya di Kota Bandung. Wisatawan yang menggunakan jasa mobil rental dan bus untuk berpergian ke beberapa tempat wisata di Kota Bandung pun cukup banyak. Kenyamanan seperti menggunakan mobil sendiri dapat diperoleh dengan menyewa mobil rental. Namun tentunya biaya yang harus dikeluarkan lebih besar dibandingkan dengan menggunakan angkutan umum. Sehingga wisatawan dengan penghasilan tertentu dan wisatawan rombongan saja yang kebanyakan menggunakan jasa mobil rental ini. Dengan terbatasnya dan rendahnya kualitas moda transportasi umum yang dapat digunakan oleh wisatawan untuk melakukan pergerakan di Kota Bandung maka 58

21 tidak heran cukup banyak wisatawan yang datang ke Kota Bandung lebih memilih menggunakan kendaraan pribadinya baik mobil maupun sepeda motor dibandingkan angkutan umum yang tersedia untuk menuju Kota Bandung dan melakukan kegiatan wisata di dalamnya. Kondisi ini berdampak pada meningkatnya tingkat kemacetan yang terjadi terutama di pintu-pintu masuk Kota Bandung dan di tempat-tempat wisata di Kota Bandung Pengaruh Pariwisata Terhadap Transportasi di Kota Bandung Sebelumnya dalam pembahasan mengenai profil wisatawan Kota Bandung dapat diketahui bahwa moda transportasi yang banyak digunakan wisatawan untuk mengunjungi Kota Bandung adalah kendaraan pribadi. Hal ini masuk akal mana kala karakterisitik wisatawan kota Bandung yang sebagian besar merupakan wisatawan yang datang secara rombongan satu atau dua keluarga tersebut menyebabkan penggunaan kendaraan pribadi menjadi pilihan utama mereka. Dengan satu mobil mereka merasa lebih dekat dibandingkan dengan menggunakan moda transportasi umum. Selain itu penggunaan kendaraan pribadi kadang dinilai lebih hemat dibandingkan menggunakan moda transportasi umum karena mereka datang secara rombongan. Kemudian maka tidak heran apabila berdasarkan profil tersebut pula diketahui bahwa kemacetan pun menjadi pengalaman yang sering diperoleh selama wisatawan berkunjung ke Kota Bandung. Hal ini disebabkan karena penggunaan kendaraan pribadi yang tinggi oleh wisatawan akan menambah volume lalu lintas Kota Bandung dan tentunya kian membebani jaringan jalannya yang sangat terbatas. Selain itu penggunaan kendaraan pribadi membangkitkan kebutuhan akan lahan parkir yang lebih banyak. Keterbatasan lahan parkir di beberapa tempat wisata di Kota Bandung memperbesar jumlah kendaraan yang menggunakan jalan raya untuk memarkirkan kendaraannya. Hal ini makin memperkecil kapasitas jalan dan akhirnya sering menyebabkan kemacetan. 59

BAB 4 TOLERANSI PENGUNJUNG DAN WISATAWAN TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DI KOTA BANDUNG

BAB 4 TOLERANSI PENGUNJUNG DAN WISATAWAN TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DI KOTA BANDUNG BAB 4 TOLERANSI PENGUNJUNG DAN WISATAWAN TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DI KOTA BANDUNG Pada bab ini akan dijelaskan mengenai temuan yang telah dilakukan pada seluruh sampel yang telah disebarkan kepada

Lebih terperinci

BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA Bab ini berisi analisis mengenai karakteristik dan preferensi pengguna mobil pribadi, taksi, maupun bus DAMRI yang menuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sarana dan prasarana pendukung salah satunya adalah sarana

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sarana dan prasarana pendukung salah satunya adalah sarana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi suatu negara atau daerah tidak terlepas dari pengaruh perkembangan sarana dan prasarana pendukung salah satunya adalah sarana transportasi. Transportasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota-kota yang pesat merupakan salah satu ciri dari suatu negara yang sedang berkembang. Begitu pula dengan Indonesia, berbagai kota berkembang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan industri yang turut berperan serta dalam membangun perekonomian negara melalui pemasukan devisa negara dari wisatawan. Selain itu, industri pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke tempat kerja, tempat belanja, dan tempat hiburan (Shatnawi, 2010:42).

BAB I PENDAHULUAN. ke tempat kerja, tempat belanja, dan tempat hiburan (Shatnawi, 2010:42). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi merupakan kegiatan yang penting bagi masyarakat. Dari banyak hal, kualitas hidup masyarakat salah satunya dipengaruhi oleh transportasi dan akses ke tempat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

Bab VI Simulasi Model, Analisis dan Pembahasan

Bab VI Simulasi Model, Analisis dan Pembahasan Bab VI Simulasi Model, Analisis dan Pembahasan. Pendahuluan Simulasi model diperlukan untuk melihat kecenderungan perilaku dari model itu sendiri di masa depan. Bila akhirnya ditemui adanya perilaku yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan 66 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan dan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi perkotaan di empat kelurahan di wilayah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya sektor perekonomian akan menyebabkan makin tingginya aktivitas masyarakat. Peningkatan aktivitas masyarakat ini juga berdampak langsung pada tingginya

Lebih terperinci

BAB VI INFRASTRUKTUR

BAB VI INFRASTRUKTUR BAB VI INFRASTRUKTUR Sarana dan prasarana fisik dasar yang baik dapat menjadi bagian penting dalam pembangunan sektor lainnya. Ketersediaan dengan kualitas yang baik tentunya dapat mendorong dan memperlancar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan transportasi dan teknik perencanaannya mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan transportasi dan teknik perencanaannya mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan transportasi dan teknik perencanaannya mengalami revolusi yang pesat sejak tahun 1980-an. Pada saat ini kita masih merasakan banyak permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Transportasi Massal di Kota Bandung Salah satu kriteria suatu kota dikatakan kota modern adalah tersedianya sarana dan prasarana transportasi yang memadai bagi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat ini objek tersebut

Lebih terperinci

Analisis Permintaan Pelayanan Taksi Argometer di Bandar Udara Juanda Surabaya ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ANGKUTAN DI BANDARA JUANDA. Tabel 5.1.

Analisis Permintaan Pelayanan Taksi Argometer di Bandar Udara Juanda Surabaya ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ANGKUTAN DI BANDARA JUANDA. Tabel 5.1. ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ANGKUTAN DI BANDARA JUANDA Bandara Juanda terletak di Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, 20 km sebelah selatan kota Surabaya. Bandara Internasional Juanda, adalah bandar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Nama Perusahaan dan Lokasi Perusahaan Gambar 1.1 Logo Perusahaan MSP Trans merupakan perusahaan perseorangan yang berdiri pada tahun 2000 dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkot Angkutan adalah mode transportasi yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia khususnya di Purwokerto. Angkot merupakan mode transportasi yang murah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1-1 Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Domestik di Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1-1 Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Domestik di Kota Bandung Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Bandung merupakan ibukota provinsi Jawa Barat, sekaligus menjadi salah satu kota terbesar di Indonesia. Berdasarkan letak geografisnya, Kota Bandung berada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angkutan umum merupakan sarana untuk memindahkan barang dan orang

BAB I PENDAHULUAN. Angkutan umum merupakan sarana untuk memindahkan barang dan orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angkutan umum merupakan sarana untuk memindahkan barang dan orang dari satu tempat ke tempat yang lain. Tujuan dari sarana ini adalah untuk membantu orang atau

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN SEPTEMBER 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No.61/11/16/Th.XVIII, 01 November PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu bidang pembangunan yang semakin hari semakin besar kontribusinya dalam pembangunan. Hal ini dibuktikan dengan besarnya penyerapan tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Bandung, ibukota Jawa Barat yang terletak sekitar 180 km ke arah timur dari Jakarta. Terletak pada ketinggian 768 meter di atas permukaan laut, Bandung memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mengembangkan sektor pariwisata, hal ini dilihat dari pertumbuhan sektor pariwisata yang tumbuh pesat. Dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan suatu kota pada umumnya disertai dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini pada akhirnya akan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang atau orang yang dapat mendukung dinamika pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. barang atau orang yang dapat mendukung dinamika pembangunan daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan seiring laju pesat pertumbuhan pembangunan dalam segala bidang serta mobilitas yang cukup tinggi untuk melaksanakan aktifitas kehidupan sehari-hari, menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah service to service point to point, service to service point to point

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah service to service point to point, service to service point to point BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung sebagai ibu kota Jawa Barat dan salah satu destinasi wisata mendorong banyak wisatawan mengunjunginya dari seluruh wilayah Indonesia bahkan dari mancanegara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan berkembangnya kehidupan masyarakat, maka semakin banyak pergerakan yang dilakukan oleh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Kota Semarang disamping sebagai ibu kota provinsi Jawa Tengah, telah berkembang menjadi kota metropolitan. Dengan pertumbuhan penduduk rata-rata di Semarang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Aktivitas kota menjadi daya tarik bagi masyarakat sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang berpotensi untuk dijadikan objek pariwisata. Perkembangan industri pariwisata Indonesia terus meningkat dalam beberapa tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan transportasi merupakan hal yang tidak pernah lepas dari kehidupan masyarakat di Indonesia, transportasi berguna untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, pendidikan,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk dari desa ke kota,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk dari desa ke kota, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk dari desa ke kota, dan meningkatnya aktivitas kegiatan penduduk kota saat ini sehingga menuntut diperlukannya

Lebih terperinci

moda udara darat laut

moda udara darat laut BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pengertian Moda Moda adalah pengelompokan berbagai jenis transportasi dengan memperhatikan medium (tempat berjalan) serta kesamaan sifat-sifat fisiknya. Dengan adanya pengelompokan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN OKTOBER 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN OKTOBER 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No.69/12/16/Th.XVIII, 01 Desember PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

STUDI KINERJA INDUSTRI PARIWISATA Pertumbuhan Wisatawan, Perhotelan, Perjalanan Wisata, dan Transportasi

STUDI KINERJA INDUSTRI PARIWISATA Pertumbuhan Wisatawan, Perhotelan, Perjalanan Wisata, dan Transportasi LAPORAN INDUSTRI Juli 2013 STUDI KINERJA INDUSTRI PARIWISATA Pertumbuhan Wisatawan, Perhotelan, Perjalanan Wisata, dan Transportasi DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN.... 1.1 Kata Pengantar. 1 2 IV. PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam aspek perekonomian, jasa angkutan yang cukup serta memadai sangat diperlukan sebagai penunjang pembangunan ekonomi. Tanpa adanya transportasi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus ibukota dari Provinsi Jawa Barat yang mempunyai aktifitas Kota

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus ibukota dari Provinsi Jawa Barat yang mempunyai aktifitas Kota Pertumbuhan Ekonomi (%) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Bandung dikenal sebagai salah satu wilayah Metropolitan sekaligus ibukota dari Provinsi Jawa Barat yang mempunyai aktifitas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2017 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No. 23/05/16/Th.XIX, 02 Mei PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

GAMBAR 1.1 LAMBANG DAN BENDERA KOTA BANDUNG

GAMBAR 1.1 LAMBANG DAN BENDERA KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di provinsi Jawa Barat yang sekaligus menjadi ibukota dari provinsi tersebut. Bandung terletak di

Lebih terperinci

Denpasar, Juli 2012

Denpasar, Juli 2012 Denpasar, 12-14 Juli 2012 1. Latar Belakang 2. Tujuan dan Sasaran 3. Perkembangan Kegiatan 4. Hasil Yang Diharapkan LATAR BELAKANG MP3EI antara lain menetapkan bahwa koridor ekonomi Bali Nusa Tenggara

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA Pada bab sebelumnya telah dilakukan analisis-analisis mengenai karakteristik responden, karakteristik pergerakan responden,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN kunjungan, mengalami penurunan sebesar 3,56 persen dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN kunjungan, mengalami penurunan sebesar 3,56 persen dibandingkan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jakarta merupakan kota yang terus berkembang di berbagai aspek.kondisi dunia pariwisata saat ini pun makin berkembang cepat sehingga kepariwisataan dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk menyebabkan meningkatnya tuntutan manusia terhadap sarana transportasi. Untuk menunjang kelancaran pergerakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya aktifitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, baik untuk bekerja, belanja, ataupun sekedar jalan-jalan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peranan yang sangat besar dalam menunjang proses kehidupan manusia sebagai penunjang media perpindahan arus barang, orang, jasa serta informasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Exhibition) atau Wisata Konvensi, merupakan bagian dari industri pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Exhibition) atau Wisata Konvensi, merupakan bagian dari industri pariwisata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bisnis MICE (Meeting, Incentive, Convention dan Exhibition) atau Wisata Konvensi, merupakan bagian dari industri pariwisata dan muncul pada dekade tahun

Lebih terperinci

Cara Pemesanan: Spesifikasi: Customer Support: Harga : Rp

Cara Pemesanan: Spesifikasi: Customer Support: Harga : Rp www.indoanalisis.co.id Spesifikasi: Tipe Laporan : Laporan Industri Terbit : Juli 2013 Halaman : 174 Format : Hardcopy (Book Full Colour) Softcopy (Data Grafik Excel) Harga : Rp 6.750.000 Cara Pemesanan:

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN 63 BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN Pada bab IV ini akan disajikan secara berturut-turut mengenai analisa dan hasil penelitian meliputi : 4.1. Perekonomian Pulau Jawa saat ini 4.2. Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk perkembangan suatu daerah, yaitu untuk mempermudah memindahkan barang dan manusia dari suatu tempat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus menjadi ibu kota provinsi Jawa Barat. Kota Bandung juga merupakan kota terbesar

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ruang merupakan kajian ilmu geografi yang meliputi seluruh aspek darat, laut maupun udara. Alasan mengapa ruang menjadi kajian dari geografi, karena ruang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Terminal Penumpang Bandar Udara Internasional Ahmad Yani Semarang Hans Dian Sintong

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Terminal Penumpang Bandar Udara Internasional Ahmad Yani Semarang Hans Dian Sintong BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Bandar udara merupakan tempat moda pemrosesan penumpang dan bagasi, untuk pertemuan dengan pesawat dan moda transportasi darat. Sebagai instansi yang memberikan fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandar Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara baru untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bandar Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara baru untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak beroperasinya Bandara Internasional Kuala Namu tanggal 25 Juli 2013 yang lalu sebagai pengganti Bandara Polonia, menyebabkan semakin meningkatnya mobilitas (pergerakan)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Pergerakan dan perjalanan adalah hasil dari kebutuhan manusia untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia melakukannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya Kota Surakarta sebagai kota budaya dan pariwisata, diikuti dengan kemajuan pesat khususnya bidang perekonomian membuat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No. 56/10/16/Th.XVIII, 01 Oktober PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta api saat ini merupakan salah satu moda transportasi pilihan utama sebagian masyarakat di Indonesia untuk bepergian. Dengan sistem yang dibangun saat ini oleh

Lebih terperinci

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini sangat ramai dibicarakan karena berkembangnya sektor pariwisata maka pengaruh terhadap sektor lainnya sangat besar, oleh karena itu permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan aktivitas yang sangat padat. Pasar ini merupakan pusat batik dan tekstil yang menjadi tempat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JUNI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JUNI 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., 2007 No. 42/08/16/Th.XVIII, 01 Agustus PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari satu tempat ke tempat lain secara fisik dalam waktu yang tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari satu tempat ke tempat lain secara fisik dalam waktu yang tertentu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Transportasi Pengertian transportasi secara harafiah adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain secara fisik dalam waktu yang tertentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Transportasi adalah suatu pergerakan manusia dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat penunjang yang digerakan dengan tenaga manusia, hewan dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JULI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JULI 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No. 52/09/16/Th.XVIII, 01 September PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber kebutuhan manusia tidak berada di sembarang tempat, sehingga terjadi. 1. manusia yang membutuhkan perangkutan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber kebutuhan manusia tidak berada di sembarang tempat, sehingga terjadi. 1. manusia yang membutuhkan perangkutan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Menurut Munawar (2005), angkutan dapat didefinisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. transportasi. Peningkatan kebutuhan ini mendorong tumbuhnya bisnis jasa

BAB 1 PENDAHULUAN. transportasi. Peningkatan kebutuhan ini mendorong tumbuhnya bisnis jasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertambahan jumlah penduduk serta mobilitas penduduk yang semakin tinggi, terutama antar-kota, telah mendorong peningkatan kebutuhan akan jasa transportasi.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dari studi penelitian dan rekomendasi yang bisa di ambil dalam studi. Selain itu akan dibahas mengenai kelemahan studi dan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandara Adi Soemarmo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandara Adi Soemarmo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat terhadap transportasi umum berkembang sejalan dengan taraf ekonomi masyarakat. Adanya peningkatan kebutuhan sarana transportasi tidak lepas dari

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang transportasi sangat membantu manusia dalam menghemat waktu perjalanan yang tadinya berlangsung sangat lama menjadi lebih cepat. Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan luas wilayah 265 km 2 dan jumlah penduduk 2.602.612 pada tahun 2013. Pertumbuhan Kota Medan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kereta api, angkutan air, dan angkutan udara (Warpani,1990). ke tahun 2014 yaitu hingga 10 juta unit dengan rata-rata rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. kereta api, angkutan air, dan angkutan udara (Warpani,1990). ke tahun 2014 yaitu hingga 10 juta unit dengan rata-rata rata-rata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angkutan Umum merupakan bagian dari alat transportasi perkotaan yang diperlukan keberadaannya sebagai sarana yang memfasilitasi mobilitas orang dan barang. Termasuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UNTUK UMUM

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UNTUK UMUM PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UNTUK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, Menimbang : a. bahwa pengusaha

Lebih terperinci

Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan September 2017

Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan September 2017 Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan, ember No. 58/11/16/Th.XIX, 01 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman modern ini pariwisata telah berubah menjadi sebuah industri yang menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO (United Nations World

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan bidang kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pentingnya transportasi bagi masyarakat Indonesia disebabkan

Lebih terperinci

SI-40Z1 TUGAS AKHIR PERENCANAAN GEDUNG TERMINAL BARANG BANDARA INTERNASIONAL JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN

SI-40Z1 TUGAS AKHIR PERENCANAAN GEDUNG TERMINAL BARANG BANDARA INTERNASIONAL JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara tujuan wisata memiliki jumlah wisatawan yang beragam baik untuk wisatawan dalam negeri (domestik) maupun wisatawan asing. Selain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.

Lebih terperinci

TERMINAL TIPE A KOTA BANDUNG

TERMINAL TIPE A KOTA BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang menjadi tujuan wisata perekonomian, perdagangan, pariwisata, pendidikan khususnya di Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Malang telah dinobatkan sebagai kota pendidikan dan juga merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa Timur karena potensi alam dan iklim yang dimiliki. Kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia, dan merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Dengan berkembangnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perkembangan suatu kota dapat diukur oleh semakin banyaknya sarana dan prasarana penunjang perkembangan kota, (Tamin, 2000). Salah satu laju perkembangan ini

Lebih terperinci

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-1 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-2 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH 1. Angkutan kereta api adalah kegiatan pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kereta api. 2. Awak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga meningkat bahkan melebihi kapasitas sarana dan prasarana transportasi yang

BAB I PENDAHULUAN. juga meningkat bahkan melebihi kapasitas sarana dan prasarana transportasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia dituntut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, pemenuhan kebutuhan hidup harus melaksanakan aktivitas yang tidak hanya dalam suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah perkotaan mempunyai sifat yang sangat dinamis, berkembang sangat cepat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Perkembangan daerah perkotaan dapat secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan umum perkotaan merupakan bagian dari sistem transportasi perkotaan yang memegang peranan sangat penting dalam mendukung mobilitas masyarakat. Peranan tersebut

Lebih terperinci

BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA

BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA Pada bab ini akan lebih dibahas mengenai sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata. Permasalahan sarana prasarana

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Letak dan kondisi Geografis a. Batas Administrasi Daerah Secara geografis Kabupaten Magetan terletak pada 7 o 38` 30 LS dan 111

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peranan penting terhadap kehidupan manusia dalam mendukung, mendorong, dan menunjang segala aspek kehidupan baik di bidang ekonomi, sosial budaya,

Lebih terperinci

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS Keputusan pengunjung untuk melakukan pembelian jasa dilakukan dengan mempertimbangkan terlebih dahulu kemudian memutuskan untuk

Lebih terperinci

Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan Agustus 2017

Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan Agustus 2017 Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan, us No. 54/10/16/Th.XIX, 02 Oktober BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan us

Lebih terperinci

STUDI PREFERENSI WISATAWAN TERHADAP JENIS MODA ANGKUTAN WISATA DI KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

STUDI PREFERENSI WISATAWAN TERHADAP JENIS MODA ANGKUTAN WISATA DI KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR STUDI PREFERENSI WISATAWAN TERHADAP JENIS MODA ANGKUTAN WISATA DI KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR Oleh : FLAVIANA VANNI L2D 000 425 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

Analisis Permintaan Pelayanan Taksi Argometer di Bandar Udara Juanda Surabaya HASIL SURVEI. Gambar 4.1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Analisis Permintaan Pelayanan Taksi Argometer di Bandar Udara Juanda Surabaya HASIL SURVEI. Gambar 4.1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin HASIL SURVEI 4.1. KEADAAN UMUM RESPONDEN Hasil survei menunjukkan jenis kelamin responden sebagian besar adalah laki-laki yaitu 788 responden (78.8%). Sisanya sebanyak 212 responden (21.2%) adalah responden

Lebih terperinci