KAJIAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI NENAS PADA LAHAN GAMBUT DAN LAHAN ALUVIAL DI KALIMANTAN BARAT ENDANG GUNAWAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI NENAS PADA LAHAN GAMBUT DAN LAHAN ALUVIAL DI KALIMANTAN BARAT ENDANG GUNAWAN"

Transkripsi

1 KAJIAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI NENAS PADA LAHAN GAMBUT DAN LAHAN ALUVIAL DI KALIMANTAN BARAT ENDANG GUNAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kajian Pertumbuhan dan Produksi Nenas di Lahan Gambut dan Lahan Aluvial di Kalimantan Barat adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Agustus 2007 Endang Gunawan NIM A

3 RINGKASAN ENDANG GUNAWAN, 2007, Kajian Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Nenas pada Lahan Gambut dan Lahan Aluvial di Kalimantan Barat. Dibimbing oleh WINARSO DRAJAD WIDODO dan M. RAHMAD SUHARTANTO. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi tanaman nenas yang dikembangkan pada lahan gambut dan lahan aluvial serta praktek budidayanya. Selain itu data ekologis yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman nenas pada lahan gambut dan lahan alluvial di Kalimantan Barat juga dipelajari dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan pada dua lokasi penanaman nenas yaitu pada lahan gambut di Desa Galang Kabupaten Pontianak dan pada lahan aluvial di Desa Sungai Pangkalan Kabupaten Bengkayang. Penelitian dilakukan selama 1 tahun dimulai pada bulan Mei 2006 dan berakhir pada bulan April Pengamatan pada tanaman nenas dilakukan selama penelitian, sedangkan pengambilan data pertumbuhan dan produksi dilakukan dalam lima tahapan. Tanaman yang diamati dibagi dalam lima kriteria umur untuk pengamatan pertumbuhan dan produktifitas tanaman, masing-masing dengan 10 ulangan. Pemilihan tanaman sampel ditentukan berdasarkan purposive sampling yang berdasarkan luasan dari lahan yang diamati. Kedua lokasi pengamatan memiliki pola curah hujan yang berbeda. Lahan gambut memiliki pola curah hujan yang hampir merata sepanjang tahun, sedangkan lahan aluvial memiliki pola yang tidak merata. Tetapi dari data curah hujan selama sepuluh tahun terakhir, kedua lokasi memiliki kecenderungan yang hampir sama, dimana pada bulan-bulan Juli hingga September curah hujan paling sedikit. Grafik pertumbuhan tanaman memperlihatkan tanaman nenas yang tumbuh di lahan gambut dan lahan aluvial sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air pada lahan. Demikian pula halnya dengan kualitas buah yang diambil pada musim kemarau dan musim hujan. Perbedaan percepatan pertumbuhan dan kualitas buah nenas di dua lokasi juga disebabkan oleh kandungan unsur hara dan pemeliharaan kebun di lahan gambut lebih baik daripada di lahan aluvial. Perawatan kebun yang baik seperti pembersihan saluran dan mengurangi jumlah anakan akan menghasilkan buah nenas yang lebih besar dan manis.

4 Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa sewizin IPB

5 KAJIAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI NENAS PADA LAHAN GAMBUT DAN LAHAN ALUVIAL DI KALIMANTAN BARAT Endang Gunawan Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Agronomi SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

6 Judul Tesis : Kajian Pertumbuhan dan Produksi Nenas pada Lahan Gambut dan Lahan Aluvial di Kalimantan Barat. Nama : Endang Gunawan NIM : A Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Ir. Winarso Drajad Widodo, MS. Ketua Dr. Ir. M. Rahmad Suhartanto, MSi. Anggota Diketahui Ketua Program Studi Agronomi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Dr. Ir. Satriyas Ilyas, MS. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS. Tanggal Ujian : 23 Agustus 2007 Tanggal Lulus :

7 PRAKATA Segala puji dan rasa syukur yang tak terkira penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala karunia-nya maka penelitian dan penulisan Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Tesis yang berjudul Kajian Pertumbuhan dan Produksi Nenas pada Lahan Gambut dan Lahan Aluvial di Kalimantan Barat ini diharapkan akan memberikan manfaat untuk megetahui pengaruh lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman nenas baik pada lahan gambut maupun lahan aluvial. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Winarso Drajad Widodo, MS. dan Dr. Ir. Muhammad Rahmad Suhartanto, MSi. selaku komisi pembimbing, serta Dr. Ir. Sobir, MSi selaku penguji luar komisi atas segala bimbingan, saran, wawasan dan koreksi yang sangat penting bagi penulis selama melaksanakan penelitian maupun penulisan karya ilmiah ini. 2. Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, yang telah menerima penulis sebagai salah satu Mahasiswa Pascasarjana pada Proram Studi Agronomi IPB. 3. Dr. Ir. Satriyas Ilyas, MS. selaku ketua Program Studi Agronomi Sekolah Pascasarjana IPB yang telah banyak memberikan saran dan arahan dari mulai penulis diterima sebagai Mahasiswa sampai menyelesaikan studi. 4. Pemda Kabupaten Sintang Propinsi Kalimantan Barat, yang telah memberikan dana bagi penulis untuk melaksanakan Tugas Belajar di Sekolah Pascasarjana IPB. 5. Staf dosen dan peneliti di Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) yang telah membantu fasilitas laboratorium dan memberikan saran serta masukan guna memperlancar penelitian dan penulisan Tesis ini. 6. Istri tercinta Atik Rusmiati, yang telah banyak memberikan dukungan dan menjaga harta dan anak-anak yang penulis tinggalkan selama kuliah. Anakanak tersayang, Muhammad Fikri Mustaqim dan Adinda Aprilia Nur Karimah, yang merupakan sumber inspirasi dan semangat

8 7. Kedua orang tua, bapak Moenadir Toha (almarhum), mamak Zannaisi, yang telah mewariskan semangat dan sikap yang baik, serta seluruh keluarga yang telah memberikan do a dan restu. 8. Bapak dan Ibu Mertua, bapak Suardi dan mamak Suhaibah atas do a dan restu serta ikut menjaga cucu yang penulis tinggalkan selama kuliah. 9. Rekan-rekan sesama Mahasiswa Pascasarjana Agronomi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk berdiskusi dan memberikan masukan. 10. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan selama pendidikan hingga selesainya Tesis ini. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pemerintah daerah Kalimantan Barat serta pihak lain yang berkepentingan. Semoga Allah SWT memberkati kita semua. Bogor, Agustus 2007 Endang Gunawan

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di kota Singkawang pada tanggal 14 Agustus 1968, dari ayah Moenadir Toha (almarhum) dan ibu Zannaisi. Penulis merupakan putra kelima dari tujuh bersaudara. Tahun 1987 setelah tamat dari SMAN 3 Pontianak, penulis melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Tanjungpura Pontianak dan meraih gelar sarjana jurusan Agronomi pada tahun Sejak tahun 1993 hingga saat ini penulis bekerja pada Dinas Pertanian Kabupaten Sintang Propinsi Kalimantan Barat. Pada tahun 2005 penulis ditugaskan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang untuk melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Agronomi Sekolah Pascasarjana IPB.

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR v DAFTAR LAMPIRAN. vi PENDAHULUAN. 1 TINJAUAN PUSTAKA 3 Tanaman Nenas 3 Tanah Gambut. 5 Tanah Mineral. 7 Pengaruh Iklim Terhadap Tanaman. 9 BAHAN DAN METODE 12 Waktu dan Tempat. 12 Bahan dan Alat 12 Metode.. 12 HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 Keadaan Lingkungan pada Lokasi Pengamatan 21 Kajian Budidaya Tanaman Nenas.. 30 Kualitas Tanaman dan Buah 36 Input Budidaya pada Lahan Gambut SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA 51 LAMPIRAN. 54

11 DAFTAR TABEL Halaman 1 Kriteria penilaian tingkat kesuburan tanah gambut menurut Wiradinata dan Hardjowigeno (1979). 7 2 Kandungan unsur hara makro dan mikro gambut dan aluvial pada lokasi pengamatan di Kalimantan Barat Penggolongan jarak tanam nenas pada lahan gambut dan alluvial Hasil analisis sampel buah nenas yang berasal dari lahan gambut dan alluvial dibandingkan dengan nenas queen Bogor.. 42

12 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Bagan aliran pengamatan Peta lokasi pengamatan nenas di Kalimantan Barat Pola penyebaran curah hujan pada dua lokasi selama 1 tahun pengamatan (Mei 2006 April 2007) Pola curah hujan tahunan selama sepuluh tahun terakhir pada dua lokasi pengamatan Keadaan suhu maksimum dan minimum di lokasi pengamatan Keadaan kelembaban udara di lokasi pengamatan tanaman nenas Bibit nenas yang ditanam pada lahan gambut dan alluvial 30 8 Saluran draenase dan jarak tanam nenas pada lahan gambut dan alluvial Kondisi kebun nenas pada lahan alluvial dan gambut Kondisi tanaman yang kekurangan air (kemarau) Buah nenas yang telah matang dan buah hasil panen Perkembangan pertumbuhan tanaman nenas pada lahan gambut dan alluvial Kandungan unsure N, P dan K pada jaringan daun tanaman nenas Sampel buah nenas queen yang berasal dari lahan aluvial dan lahan gambut di Kal;imantan Barat Ukuran buah nenas dari lahan gambut dan aluvial Pada musim kemarau dan musim penghujan Kualitas buah nenas dari lahan gambut dan aluvial pada Musim kemarau dan musim penghujan Hasil uji organoleptik pada buah nenas 45

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Data Klimatologi pada Lahan Gambut dan Lahan Aluvial Selama pengamatan (Mei 2006 April 2007) Curah Hujan Rata-rata Selama Sepuluh Tahun ( ) Stasiun Terdekat (Stasiun Klimatologi Semelagi) Dengan Lahan Aluvial Curah Hujan Rata-rata Selama Sepuluh Tahun ( ) Stasiun Terdekat (Stasiun Klimatologi Anjungan) dengan Lahan Gambut 57 5 Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Nenas pada Lahan Gambut dan Lahan Aluvial Standar Penilaian Sifat Umum Tanah Secara Empiris Dari Laboratorium Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor... 59

14 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Sobir, Msi.

15

16 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman Nenas merupakan salah satu komoditas hortikultura penting yang terus dikembangkan di Indonesia. Pada tahun 2005 produksi nenas Indonesia mencapai 673,07 ribu ton dengan produktivitas rata-rata 8,4 ton per hektar., Produktivitas tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil rata-rata produksi per hektar yang dicapai oleh Malaysia sebesar 32 ton per hektar, Thailand sebesar 22,23 ton per hektar dan Philipina sebesar 36,33 ton per hektar (FAO 2007). Sejak pertama kali ditemukan oleh Columbus tanaman ini berkembang sangat cepat, tersebar ke seluruh dunia, terutama di daerah tropis. Buah nenas dapat dikonsumsi oleh masyarakat dengan cara dimakan langsung atau melalui proses lebih dahulu dengan cara dimasak atau dikalengkan. Alasan masyarakat menyukai buah nenas disamping untuk diet juga sebagai pemenuhan kebutuhan vitamin dan mineral bagi tubuh. Mulyohardjo (1984) menyebutkan adanya beberapa tipe nenas yang mempunyai nilai komersial yang tinggi, seperti : Spanish (berdaging putih), Queen (berdaging kuning) dan Cayenne (berdaging putih kekuningan). Nenas yang di kenal di Indonesia juga termasuk kedalam ketiga varietas tersebut, tetapi kebanyakan nenas dikenal atau disebut berdasarkan tempat tumbuhnya, seperti: Nenas Subang adalah nenas Cayenne yang tumbuh baik di daerah Subang, dan Nenas Bogor termasuk varietas queen yang tumbuh baik di daerah Bogor. Di daerah Kalimantan Barat tanaman nenas ditanam pada lahan gambut dan lahan mineral. Tipe nenas yang dibudidayakan kebanyakan nenas Queen, yang ditanam secara monokultur atau bercampur dengan nenas tipe lain seperti nenas Spanish. Proporsi luasan pertanaman nenas di Kalimantan Barat terbesar di Kabupaten Pontianak sebesar 65,66% dan sisanya tersebar di Kabupaten lainnya. Produksi nenas pada tahun 2003 mencapai ton dengan lahan seluas 375 Ha (BPS Kalbar 2004). Pada lahan gambut tanaman nenas ditanam di dataran rendah yaitu pada ketinggian 1 m sampai 2 m dpl, demikian juga dengan tanah Aluvial.

17 2 Sedangkan pada tanah PMK pada ketinggian 100 m sampai 200 m dpl. (Dinas Pertanian Kalimantan Barat, 2003). Penelitian dan ketersediaan data tentang hubungan karakteristik wilayah, sifat tanah, musim panen dan kualitas buah nenas disetiap sentra produksi masih terbatas, sehingga informasi mengenai pertumbuhan dan kualitas buah nenas masih sedikit. Informasi ini sangat penting bagi pengembangan produksi nenas secara komersial. Penelitian untuk mengetahui hubungan antara karakteristik tanah, agroklimat dan budidaya tanaman dengan pola panen dan kualitas buah penting dilakukan sehingga diperoleh informasi yang berguna bagi pengembangan nenas di Indonesia, Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pertumbuhan, produksi dan budidaya tanaman nenas pada lahan gambut dan lahan aluvial. Selain itu data ekologis yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman nenas pada lahan gambut dan lahan aluvial di Kalimantan Barat juga dipelajari dalam penelitian ini. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan informasi penting tentang pengaruh lingkungan tumbuh lahan gambut dan lahan aluvial bagi produktifitas dan kualitas nenas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya Tanaman Nenas di Lahan Gambut.

18 3 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Nenas Tanaman nenas (Ananas Comosus famili Bromeliaceae) adalah tanaman buah-buahan tropika beriklim basah yang bersifat merumpun, sehingga walaupun tanaman nenas sebenarnya adalah monocarpic dapat berbuah beberapa kali. Hal itu disebabkan tunas akar dan tunas batang mampu berbuah pula (Sunarjono 1987). Bagian tanaman nenas meliputi akar, batang, daun, tangkai buah, buah, mahkota dan anakan (tunas tangkai buah (slip), tunas yang muncul di ketiak daun (shoots), tunas yang muncul dari batang di bawah permukaan tanah (suckers) (Collins 1960). Bagian tanaman nenas yang dapat dimanfaatkan untuk perbanyakan yaitu mahkota, shoots, suckers dan slips. Nenas terdiri dari banyak kultivar, terbagi dalam empat kelompok yaitu Cayenne, Queen, Spanish dan Abacaxi (Samson 1980). Berdasarkan karakteristik tanaman dan buah nenas dapat dikelompokkan dalam lima kelompok yang berbeda yaitu Cayenne, Queen, Spanish, Abacaxi dan Maipure. Pengelompokan tersebut biasanya dalam ukuran tanaman dan ukuran buah, warna dan rasa daging buah, serta pinggiran daun yang rata dan berduri (Nakasone dan Paull 1999). Menurut Verheij dan Coronel (1997), tanaman nenas berupa tanaman herba tahunan atau dua tahunan, tinggi cm. Daunnya berbentuk pedang, panjangnya dapat mencapai 1 m atau lebih, lebarnya 5 8 cm, pinggirannya berduri atau hampir rata, berujung lancip, bagian atas daun berdaging, berserat, beralur, tersusun dalam spiral yang tertutup, bagian pangkalnya memeluk poros utama. Buahnya berbentuk silender dengan panjang ± 20 cm, diameter ± 14 cm, bobot 1 2,5 kg, dan dihiasi oleh suatu roset daun-daun yang pendek, tersusun spiral, yang disebut mahkota. Daging buahnya kuning pucat sampai kuning keemasan. Tanaman nenas dapat tumbuh di sekitar daerah khatulistiwa antara 25 o LU dan 25 o LS, tidak tahan terhadap temperatur dingin. Di Indonesia tanaman nenas umumnya tumbuh baik di dataran rendah dengan suhu antara 29 o C sampai 32 o C. Curah hujan rata-rata antara mm per tahun dan merata sepanjang tahun, dengan ph tanah antara 5,5 6. Akan tetapi tanaman nenas ini juga toleran

19 4 terhadap ph rendah (tanah masam) sehingga pada daerah transmigrasi yang keadaan lahannya masam, tanaman nenas masih mampu tumbuh dengan subur dan berbuah baik. Namun pada tanah berkapur tanaman nenas tumbuh kerdil dan menunjukkan gejala klorosis (Sunarjono 1987). Pada daerah dataran rendah umumnya ditanami nenas tipe Queen. Nenas ini memiliki ukuran tanaman, daun dan buah yang lebih kecil. Secara umum nenas Queen memiliki ciri-ciri daun berduri, bobot buah sekitar 0,9-1,3 kg, bentuk buah kerucut, mata menonjol, warna kulit kuning, warna daging buah kuning tua, hati kecil, rasa manis, kandungan asam dan serat rendah. Nenas Queen rasanya manis, renyah dan aromanya harum dibandingkan dengan yang lain (Ensminger et al. 1995, dalam Sari 2002). Nenas dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Tanaman nenas sering ditemukan di daerah tropis terutama di tanah latosol coklat kemerahan atau merah. Nenas memerlukan tanah berpasir yang banyak mengandung bahan organik, dimana drainase dan aerasinya baik (Dinas Pertanian Tanaman Pangan 1994). Tanaman nenas termasuk tanaman yang tahan kekeringan, karena memiliki sel-sel yang mampu menyimpan air. Tanaman nenas memerlukan sinar matahari yang cukup untuk pertumbuhan. Kondisi berawan pada musim hujan menyebabkan pertumbuhan terhambat, buah menjadi kecil, kualitas menurun dan kadar gula menjadi sangat berkurang. Sebaliknya bila sinar matahari terlalu banyak maka tanaman akan terbakar dan buah cepat masak. Intensitas matahari rata-rata pertahunnya yang baik adalah bervariasi antara 33% - 71% (Verheij dan Coronel 1997). Menurut Azhari (1995), tanaman nenas merupakan tanaman yang tidak tahan terhadap genangan air dan tidak senang terhadap pemberian pupuk Nitrogen (ZA dan Urea) yang tinggi, serta tidak tahan terhadap suhu dingin (salju). Oleh karena itu di dataran tinggi tanaman nenas kurang baik tumbuhnya dan rasa buahnya menjadi masam. Tanaman tahan terhadap daerah terlindung, tetapi lebih baik apabila ditanam di daerah yang terbuka. Tahap-tahap fisiologi dari pertumbuhan dan perkembangan buah nenas adalah pembelahan sel, pembesaran sel (pre-mature), penuaan (mature), matang (ripe) dan senescence (Winarno 1981, dalam Arista 2001). Kriteria buah nenas

20 5 yang siap untuk dipetik adalah adanya perubahan warna dari warna hijau menjadi agak kekuningan pada bagian pangkal buah. Buah nenas merupakan buah non klimakterik sehingga harus dipanen pada saat siap untuk dimakan. Kadar padatan terlarut sekitar 12% dan kadar kemasaman maksimum 1% merupakan kualitas yang disukai oleh konsumen (Kader 2000). Apabila buah nenas akan dijual secara komersial terlebih jika jarak jauh, biasanya dipanen bila semua mata masih hijau dan belum ada tanda-tanda kuning sama sekali. Nenas segar setiap 100 g mengandung 85 g air, 0,4 g protein, 14 g gula, 1 g lemak dan 0,5 g serat. Kandungan nutrisi ini tergantung pada lingkungan dimana buah nenas berasal, yang dari dataran rendah lebih besar, lebih manis dan lebih berair daripada buah yang berasal dari dataran tinggi. Sari buah nenas mengandung 0,5-0,9% asam dan 10-17% gula. Nenas juga mengandung bromelin, suatu enzim pencerna protein (Verheij dan Coronel 1997). Buah nenas akan mengalami perubahan selama pemasakan dan pematangan. Dalam keadaan belum masak, mata berwarna kelabu atau hijau muda dan daun-daun pelindung yang menutup separuh mata akan berwarna kelabu atau hampir putih. Dengan masaknya buah, ruang antara mata terisi dan warnanya lambat laun berubah dari hijau muda menjadi hijau tua. Saat buah matang, mata berubah dari runcing menjadi datar dengan sedikit lekukan di pusatnya, buah menjadi lebih besar, tidak sekeras seperti semula dan lebih berbau (Pantastico 1989). Kualitas buah nenas meliputi penampakan, tekstur, flavor, nilai gizi dan keamanan. Penampakan ini mencakup ukuran (besar, bobot, volume), bentuk (diameter, keseragaman), intensitas dan keragaman warna, kilap, kerusakan eksternal dan internal. Tekstur meliputi kekerasan, kelunakan, sukulensi dan kekenyalan. Flavor merupakan kombinasi rasa dan aroma. Standar kombinasi buah nenas untuk konsumsi segar meliputi kematangan, kekerasan, keseragaman ukuran dan bentuk, nisbah panjang mahkota/buah, bebas dari kerusakan, kelayuan, memar dan keretakan (Childers dan Gardner 1996).

21 6 Tanah Gambut Di Indonesia tanah gambut terdapat cukup luas dan tergolong jenis tanah kedua terluas setelah tanah Podsolik. Total jumlah gambut di Indonesia sekitar 16 juta hektar, dan di Kalimantan Barat luas tanah gambut mencapai Ha (BPS Kalbar 2004). Menurut definisi yang disepakati di dalam Kongres Internasional Ilmu Tanah di Rusia tahun 1930, lahan gambut didefinisikan sebagai tanah organik yang meliputi sekurang-kurangnya 1 hektar dengan kedalaman 0,5 meter atau lebih dan kandungan mineral tidak lebih dari 35%. Bilamana kandungan mineral lebih 35% tetapi masih kurang dari 65% tanah tersebut didefinisikan sebagai sepuk (much). Much merupakan tanah-tanah organik dimana bagian-bagian tanaman yang mati sudah tidak dapat dibedakan lagi secara jelas, tanah ini biasanya banyak mengandung bahan mineral dan berwarna gelap. Pengertian tanah gambut menurut Andriesse (1974) diacu dalam Noor (2001) adalah tanah organik (organic soils), tetapi bukan berarti bahwa tanah organik adalah tanah gambut. Sebagian petani menyebut tanah gambut dengan istilah tanah hitam, karena warnanya hitam dan berbeda dengan jenis tanah lainya. Tanah gambut yang telah mengalami perombakan secara sempurna sehingga bagian tumbuhan aslinya tidak dikenali lagi dan kandungan mineralnya tinggi disebut tanah bergambut (muck, peaty muck, mucky). Petani Kalimantan Barat menamakan tanah ini dengan sebutan sepuk. Tetapi istilah gambut dan sepuk sering diindekkan dengan pengertian tanah gambut. Jadi, dalam istilah tanah gambut secara umum termasuk pula yang disebut dengan sepuk. Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak semua tanah organik disebut tanah gambut, akan tetapi tanah gambut sudah pasti tanah organik. Kesuburan tanah gambut sangat beragam tergantung dari berbagai faktor, seperti ketebalan lapisan gambut dan tingkat dekomposisinya, komposisi bahan tanaman penyusun gambut, dan kualitas air atau lingkungan selama proses pembentukan gambut berlangsung (Sabiham 2006). Wiradinata dan Hardjosoesastro (1979) mengelompokkan tingkat kesuburan tanah gambut menjadi tiga golongan, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Kriteria penilaian ini didasari atas ph, N-total, P-tersedia dan K-tersedia.

22 7 Tanah gambut di Indonesia sebagaian besar bereaksi masam hingga sangat masam dengan ph kurang dari 4,00 (Ismunadji dan Soepardi 1984). Kemasaman tanah gambut berhubungan erat dengan kandungan asam organiknya, yaitu asam humik dan fulvik (Polak 1952; Andriesse1974; Miller dan Donahue 1990). Tabel 1. Kriteria penilaian tingkat kesuburan tanah gambut menurut Wiradinata dan Hardjosoesastra (1979) kriteria penilaian U r a i a n rendah sedang tinggi ph < 4,00 4,00 5,00 > 5,00 N-total (%) < 0,20 0,20 0,50 > 0,50 P-tersedia (ppm) < 20,00 20,00 40,00 > 40,00 K-tersedia (me/100g) < 0,39 0,39 0,78 > 0,78 Tingkat kemasaman tanah gambut yang tinggi sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, yaitu secara langsung melalui sifat racun dari asam-asam organik dan ion hidrogen, maupun secara tidak langsung karena rendahnya penyediaan hara bagi tanaman. Oleh karena itu upaya untuk menekan asam-asam organik pada tanah gambut sangatlah diperlukan dalam mengelola tanah gambut untuk pertanian. Kesuburan tanah gambut sangat beragam tergantung dari berbagai faktor, seperti ketebalan lapisan gambut dan tingkat dekomposisinya, komposisi bahan tanaman penyusun gambut, bahan tanah mineral yang berada di bawah lapisan gambut, kualitas air atau lingkungan selama proses pembentukan gambut berlangsung. Gambut tebal pada umumnya lebih miskin daripada gambut tipis yang terbentuk diatas endapan liat marin. Namun demikian kenyataan di lapangan menunjukkan tidak semua gambut tipis cocok diusahakan untuk pertanian karena ada gambut tipis yang berada di atas pasir kuarsa yang miskin akan unsur hara, atau dengan kata lain tingkat kesuburannya rendah (Sabiham 2006) Tanah Mineral Tanah tersusun dari empat bahan utama, yaitu bahan mineral, bahan organik, air dan udara. Istilah tanah mineral menyatakan bahwa tanah tersebut

23 8 tersusun dari bahan mineral yang dominan, sedangkan kandungan bahan organiknya sangat sedikit sekali (3 5%). Bahan mineral tanah berasal dari pelapukan batuan induk. Oleh karena itu susunan mineral di dalam tanah berbedabeda sesuai dengan susunan mineral batuan yang dilapuk. Mineral tanah dapat dibedakan menjadi mineral primer dan mineral sekunder. Mineral Primer adalah mineral yang berasal langsung dari batuan yang dilapuk, sedang mineral sekunder adalah mineral bentukan baru yang terbentuk selama proses pembentukan tanah berlangsung (Hardjowigeno 2003). Indonesia memiliki berbagai macam jenis tanah, sebagian besar tanah merupakan tanah mineral yang umumnya merupakan tanah marjinal. Dalam garis besarnya, tanah-tanah marjinal ini dibedakan menjadi dua golongan, yaitu lahan kering yang umumnya terdiri atas tanah Ultisol (Podsolik Merah Kuning) dan mungkin Oxisol, dan tanah-tanah daerah rawa-rawa yang umumnya terdiri atas tanah Histosol (Gambut, Tanah Organik), tanah berpotensi sulfat masam (Sulfaquent) dan tanah sulfat masam (Sulfaquept). Problema tanah Ultisol dan Oxisol adalah reaksi tanah yang masam, kandungan Al yang tinggi, unsur hara yang rendah, sehingga diperlukan pengapuran serta pengelolaan yang baik agar tanah menjadi produktif dan tidak rusak. Jenis tanah ini diperkirakan 48 juta hektar dan umumnya tersebar di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Bahan mineral adalah bahan tanah yang berkadar bahan organik kurang dari 30 persen atau kurang dari 18 persen karbon organik. Tekstur bahan mineral ditetapkan pada lapisan atas tanah sampai kedalaman 40 cm. Tekstur tanah menunjukkan perbandingan relatif fraksi liat, debu dan pasir. Sifat ini mempengaruhi kapasitas mengikat air, KTK, porositas, infiltrasi, hydraulic conductivity dan aerasi tanah. Secara tidak langsung tekstur tanah mempengaruhi perkembangan akar (Hardjowigeno 2003). Tanaman nenas dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah yang luas. Di daerah tropis nenas bisa dibudidayakan di tanah laterik merah atau laterik coklat kemerahan (Collins 1960). Faktor utama yang menentukan jenis tanah yang sesuai untuk pertumbuhan nenas adalah drainase dan daya pegang air (Albrigo 1966). Tanaman nenas tidak tahan terhadap genangan, oleh karena itu tanah yang cocok untuk tanaman nenas adalah tanah ringan atau sedang yang memiliki humus

24 9 yang banyak (Collins 1960). Tanaman ini lebih menyukai tanah liat berpasir yang memiliki drainase yang baik dan mengandung bahan organik yang tinggi dengan ph 4,5 6,5. Drainase hendaknya dijaga sebaik-baiknya, karena tanaman yang terendam sangat mudah terserang penyakit busuk akar (Verheij dan Caronel 1997). Tanah Aluvial merupakan jenis tanah yang terbentuk bukan dari proses pelapukan oleh iklim atau proses lainnya, melainkan adanya proses penimbunan sehingga sifat dan ciri-cirinya tidak dapat lepas dari bahan induk pembentuknya. Biasanya tanah aluvial berada di daerah pinggiran sungai besar atau pantai (Soepardi 1983). Menurut Soepraptohardjo (1976) dalam Zufikri (2002), tanah aluvial mempunyai reaksi tanah yang beranekaragam, kandungan bahan organiknya rendah, kejenuhan basa sedang sampai tinggi, daya jerapan tinggi dan kandungan unsur hara tergantung dari bahan induk. Pada beberapa tempat, tanah aluvial mengandung bahan kimia atau garam-garam tertentu atau sulfat untuk tanah yang berada dekat pantai. Kesuburan tanah aluvial juga dipengaruhi oleh asam-asam humus dan bahan-bahan racun yang ikut terbawa air. Keadaan yang sangat masam dari tanah ini menyebabkan terbebasnya besi dan alumunium yang merupakan racun bagi tanaman. Daerah penyebaran tanah aluvial beraneka ragam sehingga menyebabkan kesuburannya beranekaragam pula. Soepardi (1983) mengatakan, bahwa bila tanah aluvial didrainasekan dengan sempurna akan sangat produktif. Pengaruh Iklim Terhadap Tanaman Pertumbuhan tanaman buah-buahan selain dipengaruhi oleh keadaan tanah juga dipengaruhi oleh keadaan iklim, yang meliputi : 1. Curah Hujan. Pada umumnya penyebaran tanaman buah-buahan di Indonesia mengikuti pola persebaran iklim, khususnya curah hujan. Banyaknya hari hujan yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia tidaklah sama. Di daerah dataran rendah yang mempunyai curah hujan lebat dan merata sepanjang tahun terdapat beraneka tanaman buah-buahan tumbuh subur dan rapat seperti belukar. Sebaliknya pada daerah yang curah hujannya sedikit dan tidak merata

25 10 sepanjang tahun tanaman buah-buahan tumbuh jarang dan merana. Tinggi rendahnya curah hujan disuatu tempat tentu saja akan mempengaruhi kelembaban udara di daerah tersebut. Di Indonesia tanaman nenas akan tumbuh dengan baik dengan curah hujan rata-rata antara mm per tahun (Sunarjono 1987). 2. Suhu Udara, Suhu udara di wilayah Indonesia erat hubungannya dengan ketinggian tempat di atas permukaan laut (elevasi) dan hembusan angin. Makin tinggi tempat di atas permukaan laut, makin rendah suhunya. Di dataran rendah yang cukup mendapatkan air irigasi atau air hujan, hampir semua jenis buah-buahan tropik dapat tumbuh dan berbuah dengan baik, sedangkan di dataran tinggi tidak banyak jenis tanaman buah-buahan yang mampu tumbuh dengan baik. Menurut Verheij dan Coronel (1997) temperatur optimim nenas mendekati temperatur daerah tropika basah, berkisar o C. Pada suhu dan kelembaban yang terlalu tinggi daun-daun tanaman menjadi lunak, buah menjadi besar dengan kandungan asam rendah dan pertumbuhan menjadi sangat rendah. Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam budidaya nenas. Laju pertumbuhan dan perkembangan berhubungan positip dengan kenaikan suhu sampai 29 o C. Pada suhu yang tinggi ukuran tanaman dan daun lebih besar dan lebih lentur, teksturnya halus dan warnanya gelap, ukuran buah lebih besar dan kandungan asamnya lebih rendah. Suhu optimum untuk pertumbuhan akar yaitu 29 o C, pertumbuhan daun 32 o C dan untuk pemasakan buah yaitu 25 o C (Nakasone dan Paull 1999). 3. Penyinaran Matahari. Sinar matahari mempunyai peranan penting dalam memberikan energi untuk proses fotosintesis bagi tanaman. Namun telah diketahui bahwa tidak semua sinar matahari dapat mencapai permukaan bumi, dan dapat diterima oleh tanaman. Pada musim-musim penghujan, intensitas cahaya matahari yang diterima tanaman tidak maksimum. Kebutuhan sinar matahari bagi tanaman buah-buahan tropis adalah antara 40 sampai 80 % tergantung jenisnya. Selain intensitas, lamanya penyinaran juga merupakan hal yang penting. Lama penyinaran atau yang lebih populer dengan panjang hari berbeda di setiap tempat dan musim. Pada daerah khatulistiwa, lama

26 11 penyinaran berkisar 12 jam per hari. Semakin jauh dari khatulistiwa lama penyinaran dapat lebih panjang atau lebih pendek sesuai dengan pergerakan sinar matahari (Azhari 1995). Nenas adalah tanaman xerofit. Jalur fotosintesisnya adalah tipe CAM (Crassulacean Acid Metabolism = Metabolisme Asam Crassslaceae). Karbon dioksida diserap pada malam hari dan diubah menjadi asam yang digunakan dalam sintesis karbohidrat pada siang hari. Jalur metabolisme ini memungkinkan stomata tertutup sepanjang siang untuk menghemat penggunaan air. Tentu saja tanaman ini tahan terhadap kekeringan, tetapi sistem perakarannya dangkal saja, sehingga pada keadaan kering pertumbuhannya segera tertahan (Fitter dan Hay 1981) 4. Air Tanah. Pada umumnya tanaman buah-buahan memerlukan air cukup pada musim kemarau, dan tidak berlebihan air pada musim penghujan. Pada musim hujan air sebagian meresap masuk kedalam tanah dan sebagian lagi mengalir di permukaan tanah menuju ketempat yang lebih rendah. Menurut Azhari (1995), dalam menghisap air tanaman mempunyai kapasitas yang berbedabeda, tergantung jenis tanaman masing-masing. Dalam kaitannya dengan kapasitas menyerap air ini, tanaman dibedakan dalam tiga jenis yaitu: xerofit (menyerap air dalam jumlah sedikit), mesofit (memerlukan air cukup) dan hidrofit (membutuhkan air dalam jumlah banyak). Pertumbuhan tanaman nenas tergantung pada pasokan air yang cukup pada perakarannya yang dangkal itu. Pertumbuhan akar akan terganggu jika air tidak tersedia, sebaliknya jika terlalu banyak air akan terjadi pembusukan akar. Berbagai teknik penanaman dilakukan untuk menjaga agar tingkat kelembaban tanah sedang, yang berarti drainasenya sempurna, jika perlu penanaman dilakukan diatas bedengan yang ditinggikan.

27 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2006 sampai dengan Mei Jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Penelitian dilaksanakan di daerah Kalimantan Barat pada lahan Gambut (Desa Galang Kecamatan Sungai Pinyuh, Kabupaten Pontianak) dan lahan mineral ( Desa Sungai Pangkalan Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Bengkayang). Analisis tanah dan daun dilaksanakan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB, Analisis buah dilaksanakan di Laboratorium Pusat Kajian Buah-buah Tropika (PKBT) Institut Pertanian Bogor. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah tanaman nenas jenis Queen yang sudah berproduksi pada lahan gambut dan lahan aluvial, sampel tanah gambut, sampel tanah aluvial, beberapa sampel daun dan buah nenas. Bahan-bahan penunjang laboratorium untuk analisis daun dan buah berupa Amilum, NaOH, Iodine, Phenolphetalein (PP), dan Aquades. Bahan penunjang lainnya berupa Tissu gulung, kertas label dan kertas koran. Alat-alat utama yang digunakan untuk pengamatan iklim, peralatan untuk mengambil contoh tanah dan peralatan laboratorium untuk analisa tanah, daun dan buah seperti Oven, Timbangan, Jangka Sorong, penggaris, pisau, tabung reaksi, gelas erlemeyer, ph meter, pinset, pipet dan labu titrasi Metode Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode survey lapangan, dengan melakukan pengamatan pada pertumbuhan tanaman nenas di 2 lokasi yaitu pada lahan gambut (Desa Galang Kabupaten Pontianak) dan pada lahan aluvial (Desa Sungai Pangkalan Kabupaten Bengkayang). Penetapan sampel ditentukan secara purposive sampling. Pada lokasi tersebut dilakukan pengamatan terhadap sampel terpilih yang didasarkan pada tingkat/luas lahan masing-masing.

28 13 A. Pengamatan pada tanaman : Tanaman yang akan diamati/dipilih yaitu meliputi 5 kriteria umur untuk pengamatan pertumbuhan dan produktifitas tanaman, masingmasing dengan 10 sampel. Pelaksanaan pengamatan di lapangan dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu : 1. Survey Awal, yaitu untuk menentukan : a. lokasi pengamatan yang dipilih pada lahan gambut dan lahan mineral. b. penentuan tanaman yang dipilih untuk menjadi sampel dengan kriteria fase pertumbuhan yang telah ditetapkan. c. pemasangan alat pengamat curah hujan. d. pengambilan sampel tanah untuk dianalisis sifat fisik dan kimianya di laboratorium. 2. Pengamatan I dilakukan pada awal musim kemarau (Mei 2006). a. Pengambilan data pertumbuhan tanaman dengan mengukur lebar daun, panjang daun dan tinggi tanaman 3. Pengamatan II dilakukan pertengahan musim kemarau (Agustus 2006) a. Pengambilan data pertumbuhan tanaman dengan mengukur lebar daun, panjang daun dan tinggi tanaman. 4. Pengamatan III dilakukan pada awal musim hujan (November 2006) a. Pengambilan data pertumbuhan tanaman dengan mengukur lebar daun, panjang daun dan tinggi tanaman. b. Pengambilan sampel buah yang telah matang pada tanaman N5 untuk diambil datanya di laboratorium. 5. Pengamatan IV dilakukan pertengahan musim hujan (Pebruari 2007) a. Pengambilan data pertumbuhan tanaman dengan mengukur lebar daun, panjang daun dan tinggi tanaman. 6. Pengamatan V dilakukan pada akhir musim hujan (April 2007) a. Pengambilan data pertumbuhan tanaman dengan mengukur lebar daun, panjang daun dan tinggi tanaman

29 14 b. Pengambilan sampel buah yang telah matang pada tanaman N3 untuk diambil datanya di laboratorium. c. Pengambilan sampel tanaman, yaitu dengan membongkar tanaman untuk diambil data berat basah dan berat kering, data serapan hara N, P dan K pada daun. d. Pengambilan sampel tanah pada lahan gambut dan aluvial untuk dianalisa di laboratorium.. Pengamatan Tanaman di Lapangan meliputi : a. Panjang daun (cm), mengukur pada daun terpanjang dengan penggaris dari pangkal hingga ujung daun. Daun yang diukur merupakan daun yang terpanjang dalam satu tanaman, kemudian daun tersebut ditandai untuk terus diambil datanya hingga akhir penelitian. b. Lebar daun (cm), mengukur pada daun terpanjang dengan penggaris bagian terlebar dari helaian daun. c. Tinggi tanaman (cm), yang diukur dari permukaan tanah sampai pucuk tanaman yang terpanjang, yang terus diambil datnya hingga akhir penelitian. Pengamatan Tanaman di laboratorium meliputi : 1. Analisa pada sampel tanaman, meliputi : a. Bobot basah daun (gram), yaitu pengukuran bobot daun dengan cara menimbang daun setelah dibongkar b. Bobot kering daun (gram), yaitu hasil pengukuran bobot daun yang telah dikeringkan (dengan oven) pada suhu 105 o C selama 24 jam. 2. Analisa lengkap pada sampel tanah gambut dan tanah mineral, yang meliputi: a. kandungan unsur hara makro ( persen C organik, persen N total, P tersedia dan K tersedia).

30 15 - persen C organik, menggunakan metode Walkley and Black yaitu dengan titrasi FeSO4 untuk tanah aluvial dan metode pengabuan yang diukur dengan alat grafimetrik untuk gambut. - Persen N total, menggunakan metode Kjeldhal, yaitu titrasi dengan menggunakan larutan HCl 0.02%. - P tersedia, menggunakan metode Bray I dengan alat Spectrophotometer. - K tersedia, menggunakan metode Bray I. b. Kandungan unsur hara mikro (Ca, Mg, H, Fe, Zn dan Mn) - Ca dan Mg menggunakan larutan NH4OAc ph 7 yang dapat langsung diukur dengan metode foto nyala. - H, Fe, Zn dan Mn menggunakan pengekstrak larutan HCl 0.05 N, kemudian diukur dengan alat AAS (Atomic Absorbtion Spectrophotometer). c. ph (H2O dan HCl). d. kapasitas tukar kation (KTK) - Nilai KTK merupakan penjumlahan dari kation-katiaon pada sampel tanah yang dinyatakan dalam me/100 gr. e. kejenuhan basa (KB) - Nilai Kejenuhan Basa dinnyatakan dalam persen, dengan rumus : Jumlah Kation KB = x 100 % KTK f. persen tekstur (pasir, debu dan liat). - menggunakan metode pipet, setelah dilakukan perendaman dengan H2O2 selama 24 jam dan dipanaskan, suspensi dan dipipet per waktu. g. Kadar Air dan Kadar Abu. - Kadar Air dengan menghitung selisih berat basah dan berat kering, yang dinyatakan dalam persen.

31 16 - Kadar Abu dengan menggunakan metode graphymetric, dengan memanaskan dan diabukan. Perhitungan berdasarkan bobot kehilangan dimana totalpasir, debu dan liat sama dengan 100 persen. Pengambilan sampel tanah dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada awal dan akhir penelitian. Pengambilan sampel tanah dilakukan disekitar perakaran tanaman sampel. Setelah di laboratorium tanah dikeringkan dengan oven dengan suhu 60 C selama 24 jam. 3. Analisa pada sampel jaringan daun nenas, meliputi pengukuran : Pengambilan sampel untuk analisis kandungan hara N, P dan K pada jaringan daun tanman dilakukan pada akhir penelitian. Pengambilan organ tanaman dilakukan pada pagi hari dan segera dimasukkan kedalam cool box. Setelah sampai di laboratorium, sampel dimasukkan kedalam freezer dengan suhu -10 C dan pada hari berikutnya dikeringkan dengan menggunakan oven dengan suhu 60 C selama 24 jam. Sampel yang sudah kering disimpan kembali ke dalam freezer untuk dianalisis kadar unsur haranya. Analisis kandungan Nitrogen menggunakan metode Kjeldhal. Prinsip kerjanya adalah sampel didestruksi dengan asam sulfat pekat dengan menggunakan kalium sulfat dan merkuri oksida sebagai katalisator. Nitrogen organik yang terdapat dalam sampel diubah menjadi ion ammonium. Kemudian ammonium didestilasi dengan penambahan natrium hidroksida. Kadar nitrogen dalam sampel ditentukan dengan Kjeltec Auto Analiyzer. Analisis kandungan Posfat dan Kalium menggunakan metode pengabuan kering dengan menggunakan Hidrogen Klorida pekat. 4. Analisa pada sampel buah nenas, meliputi pengukuran : a. kadar air (persen) Cawan petri yang akan digunakan dikeringkan dengan oven pada suhu 105 C selama 15 menit dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang (A) gram. Timbang sebanyak 5 (B) gram sampel yang telah dihomogenkan. Selanjutnya dimasukkan dalam

32 17 oven pada suhu C sampai beratnya konstan lalu didinginkan dan ditimbang (C) gram. Kadar air dihitung dengan rumus : B - C x 100 % B - A Dimana A = berat cawan B = berat cawan + bahan sebelum dikeringkan C = adalah berat cawan + bahan setelah dikeringkan. b. padatan total terlarut / PTT ( Brix) PTT diukur dengan hand-refraktometer. Setetes filtrat sampel diteteskan pada prisma refraktometer yang sudah distabilkan dan dilakukan pembacaan. Jika dilakukan pengenceran, hasil pembacaan dikalikan dengan faktor pengencer. Sebelum dan sesudah digunakan, prisma refraktometer dibersihkan dengan aquades. Total Padatan Terlarut dinyatakan dengan Brix. c. kandungan asam total (persen) Kandungan asam tertitrasi dihitung melalui asam tertitrasi. Sebanyak 25 gram hancuran buah nenas dilarutkan dengan 250 ml aquades kedalam labu ukur 100 ml kemudian disaring dan dipipet sebanyak 10 ml, setelah itu diberi 3 tetes indikator fenolftalein. Larutan kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai terbentuk warna merah jambu. ml NaOH x N NaOH x fp x BE Total Asam = x 100 % mg sampel N = Normalitas larutan NaOH Fp = Faktor pengencer (250/25) BE = Berat Equivalen asam malat umtuk nenas d. ph buah Pengukuran ph dilakukan pada bagian pangkal tengah dan ujung buah. Sebanyak 10 gram hamcuran buah di larutkan dengan

33 18 aquades menjadi 100 ml kemudian diukur ph nya dengan menggunakan ph meter. e. bobot buah dan bobot buah tanpa mahkota (gram) Pengukuran dilakukan dengan melakukan penimbangan buah dengan timbangan elektrik. f. panjang buah dan panjang mahkota (cm). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan penggaris dari pangkal hingga ujung. g. jumlah daun mahkota (helai) Dilakukan dengan menghitung jumlah helaian daun yang ada pada mahkota buah. h. diameter buah dan diameter hati (cm) Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong setelah terlebih dahulu buah dibelah secara vertikal. i. kedalaman mata (cm) Dilakukan dengan menggunakan jangka sorong setelah terlebih dahulu buah dibelah secara vertikal. Pengukuran dilakukan pada pangkal tengah dan ujung buah. j. warna buah dan warna daging buah (menggunakan Shell colour 0-7) k. uji organoleptik Pengujian dilakukan oleh 25 orang fanelis, bagian buah yang lakuan pengujian adalah bagian tengahnya. Uji organoleptik dilakukan terhadap aroma buah, keempukan, kerenyahan, kemanisan, intensitas rasa manis dan intensitas rasa masam. B. Pengamatan Teknik Budidaya : Metode yang digunakan dalam pengamatan ini adalah dengan melihat dan melakukan wawancara serta pengisian kuesioner sebanyak 35 orang petani. Berdasarkan luasan areal penanaman nenas, maka pemilihan rensponden ditentukan berdasarkan pertimbangan luasan lahan. Untuk lahan gambut diambil 20 orang responden sedangkan untuk lahan aluvial

34 19 diambil 15 orang responden. Informasi yang diketahui meliputi: asal bibit, pengolahan tanah, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, jenis hama dan penyakit, panen, pasca panen dan pemasaran. C. Pengamatan lingkungan fisik : Yaitu pengamatan lingkungan fisik di sekitar pertumbuhan tanaman dengan melihat serta mengambil data : a. Adanya serangan hama dan penyakit. Selain dengan wawancara juga dilakukan observasi ke lahan untuk mencari tanaman yang terserang hama dan penyakit, serta bagaimana cara penanggulangannya selama ini. b. Pengambilan gambar pertumbuhan tanaman (photo tanaman) c. Warna daun dan buah (menggunakan shell colour 0-7) d. Pengamatan Curah Hujan (mm/bulan) selama setahun di lokasi pengamatan. Pengamatan dilakukan langsung pada lokasi pengamatan di lahan gambut dan aluvial dengan cara manual yaitu dengan cara menampung air hujan pada wadah dengan menggunakan corong berukuran diameter 15 cm selama 1 tahun pengamatan. e. Curah Hujan rata-rata (mm/bulan) 10 tahun terakhir pada stasiun klimatologi terdekat. Pengukuran curah hujan juga dilakukan pada stasiun klimatologi terdekat yaitu stasiun klimatologi anjungan yang berjarak 15 km dari lokasi gambut, dan stasiun klimatologi semelagi yang berjarak 40 km dari lahan aluvia. Data curah hujan selama 10 tahun terakhir juga diambil dari dua stasiun klimatologi tersebut untuk mengetahui pola curah hujan daerah setempat selama ini. f. Jumlah Hari Hujan (hari) selama setahun dilokasi pengamatan. Data mengenai jumlah hari mengalami hujan selama penelitian yang diambil pada saat pengamilan data curah hujan

35 20 g. Kelembaban Udara (RH) rata-rata (%) selama setahun dilokasi pengamatan. Pengukuran kelembaban udara dilakukan dengan menggunakan alat higrometer data hasil pengukuran dinyatakan kedalam persen. h. Suhu Udara rata-rata ( o C) selama setahun di lokasi pengamatan. Pengukuran suhu udara selama penelitian dilakukan dengan menggunakan termometer maksimum-minimum. IKLIM KAJIAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI NENAS TANAH GAMBUT ALUVIAL TANAMAN TEKNIK BUDIDAYA KUALITATIF. PERTUMBUHAN. WARNA BUAH. WARNA DAGING BUAH. BENTUK BUAH. PTT. PAT. ORGANOLEPTIK. Ph KUANTITATIF VEGETATIF. JUMLAH DAUN. PANJANG DAUN. TINGGI TANAMAN. JUMLAH ANAKAN. BOBOT BASAH. BOBOT KERING. ASAL BENIH. PENGENDALIAN HPT. PENGOLAHAN. JENIS HPT TANAH. PANEN. PEMUPUKAN. PASCA PANEN.PEMANGKASAN. PEMASARAN GENERATIF. UKURAN BUAH. BOBOT BUAH. KADAR AIR BUAH. JUMLAH DAUN MAHKOTA. KEDALAMAN MATA Gambar 1 Bagan Aliran Penganatan.

36 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Lingkungan pada Lokasi Pengamatan Gambaran Umum Lokasi Pengamatan Pengamatan pertumbuhan tanaman nenas dilakukan pada dua tempat yang memiliki jenis tanah yang berbeda. Lokasi pertama adalah areal pertumbuhan tanaman nenas yang tumbuh pada lahan gambut yang berlokasi di Desa Galang Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Pontianak, sedangkan lokasi kedua merupakan areal tanaman nenas yang tumbuh pada tanah aluvial yang berlokasi di Desa Sungai Pangkalan Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Bengkayang. Kedua lokasi ini merupakan perkebunan nenas yang ditanam secara monokultur dengan luasan 1-2 ha per kepala keluarga. Gambar 1. Peta lokasi pengamatan nenas di Kalimantan Barat. Secara georafis kedua daerah tersebut terletak di sekitar garis khatulistiwa dengan posisi Desa Galang pada 0 o 16 LU dan 109 o 04 BT dengan ketinggian

37 22 tempat 2 meter dari permukaan laut, sedangkan posisi Desa Sungai Pangkalan pada 0 o 42 LU dan 108 o 56 BT dengan ketinggian tempat 3 meter dari permukaan laut. Lokasi kedua daerah yang tidak terlalu berjauhan dengan ketinggian tempat yang relatif sama, menyebabkan perbedaan iklim di kedua tempat tidak terlalu nyata. Pada ketinggian tempat seperti ini tanaman nenas menunjukkan pertumbuhan yang baik, meskipun pada jenis tanah yang berbeda. Di daerah tropis, tanaman nenas dapat ditanam di daerah yang mempunyai ketinggian sampai 800 meter di atas permukaan laut. Apabila tanaman nenas ditanam di daerah yang lebih tinggi maka buah nenas menjadi terlalu masam, dan hal ini akan mempengaruhi kualitas buah nenas yang dihasilkan. Lokasi pengamatan pada lahan gambut merupakan sentra produksi tanaman nenas di Kalimantan Barat yang berjarak 55 km dari ibukota propinsi (Pontianak) sedangkan lokasi pada lahan aluvial berjarak 110 km dari Pontianak. Kedua lokasi ini merupakan daerah yang mudah dijangkau oleh kendaraan darat, baik dari ibukota propinsi maupun ibukota kabupaten atau kecamatan. Keadaan ini memudahkan pemasaran buah nenas ke seluruh wilayah Kalimantan Barat, dengan kualitas buah yang baik. Dari pantai sebelah Barat Kalimantan, Desa Galang berjarak 10 km dari garis pantai sedangkan Desa Sungai Pangkalan berjarak 7 km dari bibir pantai. Keadaan ini menyebabkan tingkat kesuburan tanah dipengaruhi oleh adanya pengaruh pasang surut air laut, dengan membawa unsur hara yang dimanfaatkan oleh tanaman. Tanaman nenas merupakan salah satu komoditi unggulan masyarakat yang bercocok tanam di lahan gambut. Jenis tanaman lain yang biasa ditanam di lahan gambut kalimantan barat adalah tanaman lidah buaya, jagung, tanaman buahbuahan seperti pepaya dan rambutan, serta tanaman sayuran. Pada lahan gambut penanaman nenas mencapai Ha, sedangkan pada lahan aluvial hanya seluas 50 Ha. Jenis tanaman yang ditanam sebagian besar merupakan tipe Queen, dan sebagian kecil merupakan tipe lain. Curah Hujan dan Pola Curah Hujan Curah hujan merupakan sumber air utama bagi tanaman, baik langsung (pada lahan kering) ataupun tidak (lahan beririgasi). Curah hujan merupakan

38 23 unsur iklim yang besar pengaruhnya terhadap suatu sistem usahatani, terutama pada lahan kering dan tadah hujan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di dua lokasi pengamatan (Gambar 3), diketahui bahwa masing-masing lokasi memiliki penyebaran, intensitas, jumlah dan lama hujan yang berbeda baik secara harian, bulanan maupun rata-rata selama sepuluh tahun terakhir. Curah hujan merupakan faktor penting dalam aktivitas pertanian terutama produksi tanaman didaerah tropika. Hasil pengamatan curah hujan selama setahun, kedua lokasi memiliki kisaran curah hujan tahunan yang cukup tinggi yaitu antara mm/tahun atau mm/bulan. Pola Curah Hujan pada dua lokasi pengamatan menunjukkan pola yang hampir sama walaupun dengan jumlah dan intensitas yang berbeda. Berdasarkan pola curah hujan yang ada, lahan gambut memiliki pola curah hujan yang cenderung merata sepanjang bulan. Hujan turun pada musim penghujan maupun kemarau, tetapi jumlah dan intensitas curah hujan pada musim kemarau lebih rendah. Lahan Gambut Lahan Aluvial (mm) Mei Jun jul Agt Sep Okt Nop Des Bulan Jan Peb Mar Apr Gambar 3. Pola penyebaran Curah Hujan pada dua lokasi selama 1 tahun pengamatan (Mei 2006 April 2007). Menurut Kartasapoetra (2004) bulan basah adalah bulan dengan curah hujan melebihi 100 mm, sedangkan bulan kering adalah bulan dengan curah hujann kurang dari 60 mm. Antara bulan basah dan bulan kering disebut bulan

39 24 lembab. Bulan lembab ini tidak termasuk dalam perhitungan. Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Fergusson menentukan bulan basah dan bulan kering berdasarkan curah hujan rata-rata sepuluh tahun terakhir. Curah hujan bulan basah dan bulan kering dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya, kemudian ditentukn nilai golongan iklim yaitu : Jumlah rata-rata curah hujan bulan kering Q = x 100 % Jumlah rata-rata curah hujan bulan basah Berdasarkan data curah hujan sepuluh tahun terakhir (Gambar 4), kedua lokasi pengamatan tidak memiliki bulan kering. Melalui perhitungan nilai Q, kedua wilayah tersebut termasuk kedalam tipe iklim A, yaitu sangat basah (Q = 0). Lahan gambut Lahan aluvial (mm) Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Bulan Sep Okt Nop Des Gambar 4. Pola Curah Hujan tahunan selama sepuluh tahun terakhir pada dua lokasi pengamatan. Lahan Aluvial memiliki pola curah hujan yang tidak merata sepanjang bulan. Hujan tetap turun pada musim penghujan dan musim kemarau. Hujan yang turun pada musim penghujan yaitu pada bulan September hingga Januari memiliki jumlah dan intensitas yang tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Pada bulan Juli dan Agustus merupakan bulan-bulan yang memiliki curah hujan dengan intensitas yang paling kecil.

40 25 Berdasarkan pola Curah Hujan rata-rata sepuluh tahun terakhir, kedua lokasi menunjukkan pola yang hampir sama. Lahan gambut memiliki jumlah dan intensitas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan lahan aluvial. Keadaan ini akan mempengaruhi ketesediaan air pada tanah untuk pertumbuhan tanaman. Suhu Udara Suhu merupakan indikasi jumlah energi (panas) yang terdapat dalam suatu system atau massa. Oleh karena itu erat kaitannya dengan kesetimbangan radiasi surya pada sistem atau massa tersebut. Semakin banyak energi radiasi surya yang tersimpan/tertahan dalam sistem tersebut makin tinggi suhunya. Suhu mempengaruhi proses biokimia pada fotosintesa, respirasi proses dalam jaringan atau dilepas ke lingkungannya. Pengaruh suhu juga terlihat pada perkembangan, pembentukan daun, inisiasi organ produktif, pematangan buah dan umur tanaman (Bey dan Las 1991). Transpirasi atau kehilangan uap air melalui stomata daun dipengaruhi oleh suhu. Jumlah transpirasi adalah rendah pada suhu rendah dan meningkat jika suhu menaik. Dibawah kondisi respirasi yang berlebihan, maka kehilangan air akan melewati jumlah air yang memasuki tanaman dan kelayuan segera terjadi. Kisaran suhu rata-rata di dua lokasi pengamatan tidak terlalu berbeda. Suhu rata-rata desa Galang berkisar antara 26,5-28,4 o C sedangkan Desa Sungai Pangkalan berkisar antara 26,2-28,7 o C. Gambar 5 memperlihatkan suhu maksimum dan minimum dari kedua lokasi pengamatan. Lahan Gambut memiliki suhu maksimum siang hari sebesar 34ºC pada bulan Mei sampai September, sedangkan suhu minimum berkisar 21ºC malam hari pada bulan Juli sampai Oktober. Lahan aluvial memiliki kisaran suhu maksimum siang hari sebesar 33ºC pada bulan Mei sampai September, sedangkan suhu minimum malam hari sebesar 22ºC pada bulan Agustus sampai September. Data Klimatologi selama pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 2.

41 26 Suhu ( C) Lahan Gambut maksimum minimum Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Bulan Des Jan Peb Mar Apr 35 Lahan Aluvial 30 Suhu ( C) maksimum minimum 0 Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Bulan Des Jan Peb Mar Apr Gambar 4 Keadaan suhu maksimum dan minimum di lokasi pengamatan tanaman nenas pada Lahan Gambut dan Lahan Aluvial. Kelembaban Udara Pada lokasi pengamatan di Desa Galang dengan kondisi tanah gambut kelembaban udara berkisar antara %, sedangkan di desa Sungai Pangkalan dengan kondisi tanah aluvial kelembaban udara rata-rata berkisar 82 87%. Keadaan kelembaban udara pada lokasi pengamatan dapat dilihat pada gambar 6. Secara umum pola kelembaban udara pada kedua lokasi pengamatan menunjukkan pola yang sama, dimana terjadinya penurunan kelembaban udara terjadi pada bulan Juni dan mencapai titik terendahnya pada bulan Juli kemudian meningkat lagi pada bulan Agustus. Kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Desember dan terjadi penurunan lagi hingga mencapai titik terendah pada bulan Februari dan Maret. Penurunan kelembaban udara yang terjadi pada bulan

42 27 Juli dan Agustus diduga berhubungan dengan adanya musim kemarau yang terjadi pada daerah tersebut. Lahan Gambut Lahan Aluvial ( % ) Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan Peb Mar Apr Bulan Gambar 6 Keadaan kelembaban udara di lokasi pengamatan. Jenis Tanah Desa Galang memiliki jenis tanah gambut dengan ketebalan 1-2 meter dan kandungan C organiknya lebih dari 54,65 % (Tabel 2). Pengertian tanah gambut badalah tanah yang secara alamiah mengandung C organik sebanyak 40% atau lebih dengan ketebalan 100 cm atau lebih. Namun bila sudah diusahakan, mengandung C organik sebanyak 15 % atau lebih. Berdasarkan asal dan penyusunnya, gambut desa Galang termasuk kedalam jenis gambut kayuan (woody peat) yaitu gambut yang berasal dari jenis pohon-pohonan (hutan tiang) beserta tanaman semak (paku-pakuan) dibawahnya, dan berdasarkan proses pembentukannya tergolong gambut ombrogen yaitu gambut yang pembentukannya dipengaruhi oleh curah hujan (Noor 2001). Berdasarkan ketebalan lapisan bahan organiknya, gambut desa Galang tergolong gambut tengahan, yaitu lahan gambut yang mempunyai ketebalan lapisan organik antara cm. Berdasarkan hasil analisis tanah dalam penelitian ini diketahui bahwa ph gambut 4,10 hal ini menunjukkan bahwa tanah gambut bereaksi masam. Menurut Noor (2001) umumnya gambut trofik terutama gambut ombrogen mempunyai kisaran ph 3,0 4,5, kecuali mendapat penyusupan air laut atau payau. Kemasaman tanah gambut cenderung makin tinggi jika gambut tersebut

43 28 makin tebal. Lahan gambut mempunyai lapisan bawah berupa marin (pirit) berpotensi masam. Apabila pirit teroksidasi akibat reklamasi atau pongolahan, maka kemasaman tanah dan perairan meningkat hingga mencapai ph 2 3. Keadaan ini mengakibatkan banyak masalah dalam pengembangan pertanian dan perikanan. Lokasi pengamatan di desa Sungai Pangkalan memiliki jenis tanah aluvial yang merupakan hasil proses penimbunan, sehingga sifat dan cirinya tidak dapat lepas dari bahan induk pembentuknya. Kesuburan tanah aluvial tidak selalu didapat di daerah tropika, didaerah aliran sungai yang hulu sungainya berasal dari permukaan yang sangat lapuk, bahan aluvuimnya biasanya tidak subur (Sanchez 1992). Berdasarkan hasil analisis tanah pada Tabel 2, tingkat kesuburan tanah aluvial yang ditanami nenas di Kalimantan Barat lebih rendah dibandingkan dengan lahan gambut. Kandungan unsur hara dan kriteria tanah memiliki penggolongan sifat yang dinilai berdasarkan sifat umum tanah secara empiris dan belum dihubungkan dengan kebutuhan tanaman (Lampiran 6). Kedua jenis tanah memiliki tingkat kemasaman yang sangat tinggi yaitu gambut dengan ph 3,9 dan aluvial dengan ph 4,1. Tingkat kemasaman tanah yang cukup tinggi ini disebabkan karena adanya ion H+ dan adanya curah hujan yang cukup tinggi yang menyebabkan basa-basa mudah tercuci. Pada tanah gambut kemasaman tanah berhubungan erat dengan asam organik yaitu asam humik dan fulvik. Pada kondisi tanah yang sangat masam tanah akan membebaskan ion besi dan alumunium yang dapat meracuni perakaran tanaman. Reaksi tanah dapat mempengauhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, oleh karena peranannya langsung berpengaruh terhadap ketersediaan unsur-unsur didalam tanah. Nilai ph tanah merupakan faktor penting dalam mempengaruhi kelarutan unsur-unsur yang cenderung berseimbang dengan fase padat. Kelarutan oksida-oksida atau hidroksida Fe dan Al secara langsung bergantung pada konsentrasi ion hidroksil (OH) dan kelarutannya menurun jika ph meningkat (Depdikbud 1991).

44 29 Tabel 2. Kandungan unsur hara makro dan mikro gambut dan aluvial pada lokasi pengamatan di Kalimantan Barat Peubah Gambut Sifat* Aluvial Sifat* Kandungan Hara C organik (%) 54,65 sangat tinggi ( > 5 ) 0,89 sangat rendah ( < 1 ) N total (%) 1,06 sangat tinggi (< 0,75) 0,10 rendah ( 0,1-0,2 ) P (ppm) 14,3 rendah ( ) 2,1 sangat rendah ( < 10 ) Ca (me/100 g) 2,34 rendah ( 2-5 ) 0,37 sangat rendah ( < 2 ) Mg (me/100 g) 1,43 sedang ( 1,1-2,0 ) 0,22 rendah ( 0,4-1,0 ) K (me/100 g) 0,10 rendah ( 0,1-0,3 ) 0,07 sangat rendah ( < 0,1 ) H (me/100 g) 0,82 0,36 Fe (me/100 g) 5,20 2,12 Zn (me/100 g) 2,16 0,40 Mn (me/100 g) 7,20 1,40 Kriteria Tanah ph 3,90 sangat masam ( < 4,5 ) 4,10 sangat masam ( < 4,5 ) KTK (me/100g) 76,65 sangat tinggi ( > 40 ) 13,90 rendah ( 5-16 ) KB (%) 5,2 sangat rendah ( < 20 ) 5,5 sangat rendah ( < 20 ) Tekstur.pasir 0 90,72.debu 0 2,99.liat 0 6,29 Kadar Air 68,42 0 Kadar Abu 3,50 0 *) Standar penilaian sifat umum tanah secara empiris dari Laboratorium Departemen Ilmu Tanah IPB Secara umum gambut memiliki kandungann unsur hara yang lebih baik daripada aluvial. Hal ini menyebabkan Kapasitas Tukar Kation (KTK)nya sangat tinggi yaitu sebesar 76,65 me/100g untuk tanah gambut, sedangkan pada tanah aluvial bersifat rendah yaitu sebesar 13,90 me/100g. Semakin besar KTK maka semakin besar pula kemampuan dari permukaan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan sejumlah kation, yang bisanya adalah Ca, Mg, K, Na, NH4, Al, Fe dan H (Depdikbud, 1991). Kandungan unsur C dan N pada tanah gambut sangat tinggi, sedangkan unsur P dan K rendah. Kandungan unsur hara N yang cukup tinggi menyebabkan pertumbuhan vegetatif tanaman menjadi lebih baik. Nitrogen terutama dibutuhkan tanaman guna sintesis protein, namun secara struktural merupakan bagian dari klorofil. Tanaman yang tumbuh harus mengandung Nitrogen dalam membentuk sel-sel baru.

45 30 Tekstur tanah aluvial menunjukkan tanah tersebut didominasi oleh fraksi pasir 90,72%, debu 2,99% dan liat 6,29%. Hal ini menunjukkan bahwa tanah aluvial yang ditanami tanaman nenas memiliki porositas tanggi sehingga apabila terjadi hujan akan mengalami tingkat pencucian unsur hara yang tinggi. Kajian Budidaya Tanaman Nenas Benih Nenas dapat diperbanyak dengan menggunakan tunas mahkota, tunas batang (anakan), tunas dasar buah, dan stek batang. Tanaman nenas yang ditanam di lahan gambut maupun aluvial di Kalimantan Barat umumnya menggunakan benih nenas yang berasal dari tunas batang (anakan). Hasil wawancara menyatakan bahwa lebih dari 80% petani menggunakan tunas batang sebagai benih, sedangkan sisanya menggunakan benih dari bagian tanaman yang lain. Alasan menggunakan tunas batang adalah untuk memperoleh pohon nenas yang baik dan cepat menghasilkan buah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sunarjono (1987) bahwa antara anakan (sucker), tunas ketiak daun (shoots) dan mahkota (crown) terdapat perbedaan sifat fisiologis dalam umur berbunga dan produksinya. Makin kebagian atas tanaman, umurnya makin panjang dan produksinya rendah. Benih nenas yang ditanam di lahan gambut dan aluvial berasal dari daerah Pontianak, yang merupakan tipe Queen, dengan ciri daun berduri. Diperkirakan masuknya benih yang pertama sekali sudah sangat lama dan dikembangkan pertama kali di sekitar pekarangan rumah penduduk. Gambar 7. Bibit nenas yang ditanam pada lahan gambuit dan aluvial

46 31 Benih nenas yang baru diambil biasanya tidak langsung ditanam, para petani memberikan perlakuan penjemuran terlebih dahulu sebelum benih ditanam. Sebagian besar petani yang diwawancarai 75% melakukan penjemuran selama dua hingga tiga minggu (Gambar 7). Bagian bawah daun bibit yang kering akan dibuang dan ditinggalkan bagian atas yang masih segar. Menurut Sunarjono (1987) bahwa anakan atau mahkota bunga yang baru dipotong (dipisahkan) dapat ditanam langsung, tanpa disemai dahulu. Namun sebaiknya dibiarkan dahulu beberapa hari sebelum ditanam. Hal ini dimaksudkan agar lukanya tertutup kalus lebih dahulu sehingga cepat berakar. Persiapan Lahan Umumnya lahan yang digunakan untuk penanaman nenas di Kalimantan Barat berasal dari hutan atau semak belukar yang dilakukan pembersihan dengan cara ditebang dan dibakar. Hasil pengamatan di lapangan memperlihatkan lahan gambut yang ditanami nenas masih memperlihatkan adanya sisa-sisa bagian tanaman seperti batang maupun akar pada areal pertanaman. Hal ini menunjukkan bahwa petani di lahan gambut tidak membersihkan lahannya sebaik mungkin sebelum melakukan penanaman. Pada lahan aluvial di Desa Sungai Pangkalan lahan terlihat telah dibersihkan sebelum dilakukan penanaman. Hal ini diduga karena vegetasi yang tumbuh merupakan semak belukar yang memiliki batang yang kecil. Gambar 8. Saluran draenase dan Jarak tanam nenas Pembuatan saluran draenase dilakukan oleh petani pada lahan yang akan ditanami nenas (Gambar 8). Ada beberapa alasan mereka membuat saluran air,

47 32 sebanyak 40% menyatakan saluran sebagai batas saja antara satu lahan dengan lahan lainnya. Sebanyak 50% menyatakan bahwa saluran dapat mencegah lahan dari penggenangan air atau banjir, sedangkan 10% tidak menyatakan alasan. Dari data ini menunjukkan bahwa kesadaran petani tentang fungsi saluran pada pertanaman nenas sudah cukup tinggi. Hasil penelitian secara kuantitatif menyatakan bahwa semua petani baik yang melaksanakan budidaya nenas di lahan gambut maupun lahan aluvial tidak melakukan pengolah tanah terlebih dahulu sebelum penanaman. Setelah lahan ditebas dan dibakar bibit yang telah dijemur ditanam dengan berbagai macam jarak tanam. Dari hasil wawancara dengan petani responden dapat dibagi dalam empat kelompok jarak tanam yang dilakukan seperti yang disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Penggolongan jarak tanam nenas pada lahan gambut dan aluvial Golongan Jarak Tanam Gambut (%) Aluvial (%) I lebih dari 100 x 100cm II 100 x 100 cm III kurang dari 100 x 100 cm 5 10 IV tidak beraturan Sebagian besar dari petani lahan gambut (50%) melakukan penanaman nenas dengan menggunakan jarak tanam lebih dari 1 meter, seperti 120 x 150 cm, 100 x 120 cm dan 100 x 150 cm. Sedangkan pada lahan aluvial petani lebih banyak menggunakan jarak tanam yang tidak beraturan (35%). Penentuan jarak tanam akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi tanaman nenas. Jarak tanam yang rapat menyebabkan persaingan penyerapan unsur hara oleh akar tanaman. Persaingan penyerapan unsur hara akan semakin tinggi apabila banyak anakan yang tumbuh. Keadaan ini menyebabkan pertumbuhan tanam,an menjadi terhambat dan kualitas semakin menurun. Tabel 4 memperlihatkan bobot dan ukuran buah nenas yang berasal dari lahan gambut lebih baik dibanding nenas dari lahan aluvial. Demikian pula dengan penyerapan unsur N, P dan K pada daun tanaman (Gambar 13) menunjukkan pertumbuhan tanaman nenas di lahan gambut lebih baik daripada lahan aluvial. Penanaman yang tidak beraturan yang dilakukan oleh petani

48 33 disebabkan kurangnya pemahaman tentang pentingnya jarak tanam dalam pengelolaan perkebunan dan kualitas produksi. Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Lahan yang sudah dipersiapkan ditanami dengan bibit tanaman nenas sesuai jarak tanam. Untuk meluruskan tanaman digunakan tali dan setiap jarak dilakukan pengajiran, kemudian bibit ditanam sebanyak 1 bibit setiap lubang tanam. Kedalaman-tanamnya beragam, tetapi umumnya berkisar antara 5-7 cm. Setelah itu lubang tanam ditutup kembali lalu sedikit ditekan agar bibit dapat berdiri dengan tegak. Petani tidak pernah melakukan pemupukan baik pada tanaman nenas yang tumbuh di lahan gambut maupun lahan aluvial karena berproduksi dengan baik walaupun tanpa menggunakan pupuk. Diduga pertumbuhan nenas yang baik disebabkan lahan yang digunakan merupakan lahan bukaan baru sehingga tanah masih banyak menyediakan unsur hara makro maupun mikro. Dari hasil analisis tanah gambut mengandung unsur hara yang lebih baik daripada aluvial (Tabel 2). Keadaan ini mengakibatkan pertumbuhan tanaman nenas pada gambut lebih baik daripada aluvial, demikian juga dengan buah nenasnya. Gambar 9 memperlihatkan perbandingan antara tanaman nenas pada lahan aluvial dan lahan gambut. Penanaman pada lahan gambut dilakukan dengan jarak tanam dengan ukuran tertentu. Penanaman nenas pada lahan aluvial tidak dilakukan dengan jarak tanam yang beraturan, hal ini mengakibatkan pertumbuhan tanaman agak terhambat karena terlalu rapat terutama setelah tumbuh anakan. Penanaman nenas dengan menggunakan jarak tanam yang teratur akan memudahkan pemeliharaan tanaman dan pertumbuhan tanaman menjadi normal sehingga buah yang dihasilkan menjadi lebih besar. Penentuan jarak tanam telah mempertimbangkan anakan yang akan tumbuh sehingga tanaman tetap akan berproduksi dengan baik.

49 34 a b Gambar 9 Kondisi kebun nenas pada lahan aluvial (a) dan lahan gambut (b). Pembersihan lahan dilakukan oleh petani dengan beragam kegiatan. Sebanyak 20% menyatakan melakukan pembersihan lahan secara rutin, 40% membersihkan lahannya apabila akan melakukan pemanenan, sedangkan 40 melakukan pembersihan lahan bila dianggap perlu saja. Jenis gulma yang hidup pada lahan gambut didominasi oleh jenis pakis, sedangkan pada lahan aluvial didominasi oleh rumput dan alang-alang. Tetapi penebasan juga dilakukan oleh petani pada tanaman nenas yang sudah dipanen. Serasah tanaman dibiarkan saja di areal pertanaman, tujuannya adalah untuk menjaga kelembaban tanah. Terlebih pada lahan gambut, dimana pada musim kemarau lahan menjadi sangat kering dan

50 35 pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Adanya serasah akan mempertahankan kelembaban tanah sehingga perakaran dapat menyerap hara. Pengamatan yang dilakukan pada lokasi pengamatan ternyata penyiraman tanaman tidak pernah dilakukan oleh petani. Hal ini diduga karena pada lokasi tersebut mengalami curah hujan cukup tinggi yang terjadi sepanjang tahun. Hama yang sering menyerang tanaman nenas berupa hama tikus dan musang. Sedangkan penyakit yang menyerang tanaman jarang sekali dikeluhkan oleh petani. Kerusakan tanaman lebih banyak disebabkan kebakaran pada musim kemarau yang terjadi pada lahan gambut (Gambar 10). Dari hasil wawancara dengan petani, penggunaan pestisida dan pupuk tidak pernah dilakukan petani selama bertanam nenas baik pada lahan gambut maupun aluvial. Gambar 10. Kondisi tanaman yang kekurangan air (kemarau). Kondisi kekeringan yang terjadi pada musim kemarau akan mengakibatkan tanaman dan lahan gambut mudah terbakar terbakar, hal ini sulit untuk ditanggulangi oleh petani karena api menjalar dari bagian bawah lahan. Panen dan Pasca Panen Pemanenan tanaman nenas dilakukan pada saat buah telah tua, dengan ciriciri warna kulit buah hijau kekuningan, mata menjadi membesar dan agak mendatar, dan kalau dipukul mengeluarkan bunyi seperti menggema. Tidak terdapat perbedaan waktu panen tanaman nenas dari kedua lokasi tersebut. Tanaman yang telah berumur 9-10 bulan akan mengalami pembungaan, dan setelah 3 5 bulan setelah itu buah nenas dapat dipanen.

51 36 Gambar 11. Buah nenas yang telah matang dan buah hasil panen. Tanaman nenas dapat dipanen sepanjang musim, dan hasil panen buah yang terbesar biasanya pada bulan-bulan Mei, Juni, Nopember dan Desember. Walaupun tanaman nenas pada kedua lokasi dapat dipanen sepanjang tahun, tetapi pada bulan-bulan September dan Oktober biasanya buah nenas agak sulit didapat Pemanenan buah nenas dilakukan dengan cara memotong tangkai buah dengan menyisakan 1,5-2 cm dari dasar buah, dengan tidak memotong bagian mahkota buah (Gambar 11). Tanaman nenas yang telah diambil buahnya biasanya ditebas atau dipotong dan biomassanya dibiarkan saja menjadi mulsa untuk menjaga kelembaban tanah. Buah yang telah dipanen biasanya langsung dijual oleh petani secara langsung dipinggir-pinggir jalan atau dititpkan di warung. Kualitas Tanaman dan Buah Nenas Pertumbuhan tanaman Tanaman nenas yang tumbuh pada lahan gambut dan lahan aluvial dikelola langsung oleh petani. Setiap petani rata-rata memiliki 1-2 Ha, dengan cara yang masih tradisional. Benih diperoleh dari tanaman sekitarnya atau kebun tetangga dan selama bercocok tanam para petani tidak pernah menggunakan pestisida, baik untuk membasmi hama dan penyakit tanaman maupun untuk pengaturan masa panen. Tanaman yang ditanam nenas yang ditanam umumnya tipe Queen yang memiliki daun yang berduri, dan ukuran buah yang tidak terlalu besar berkisar 0,5 1,3 kg. Jumlah anakan yang tumbuh pada tunas batang biasanya dibirkan tumbuh dan tidak dibatasi sehingga mempengaruhi ukuran buah.

52 37 Pengamatan pertumbuhan tanaman nenas pada lokasi lahan gambut dan aluvial dilakukan sebanyak 5 kali selama 1 tahun, dimulai pada bulan Mei 2006 hingga Mei Dari hasil pengukuran beberapa parameter tanaman, terdapat perbedaan pola pertumbuhan, baik yang disebabkan oleh faktor iklim maupun tingkat kesuburan tanah. Hasil pengukuran panjang daun, lebar daun dan tinggi tanaman pada Gambar 12 memperlihatkan adanya perbedaan pola pertumbuhan tanaman. Pada masa awal, tanaman menunjukkan pertumbuhan yang normal dimana antara tanaman yang tumbuh di lahan gambut dengan lahan aluvial tidak menunjukkan perbedaan nyata,kecuali pada parameter tinggi tanaman. Keadaan ini disebabkan pada awal masa pertumbuhan ketersediaan unsur hara pada tanah masih mencukupi untuk pertumbuhan tanaman, juga curah hujan yang terjadi pada bulan Mei dan Juni masih cukup tinggi (Gambar 3). Pada pengamatan II yang dilakukan pada bulan Agustus 2006 memperlihatkan pertumbuhan tanaman masih normal yang diperlihatkan dari penambahan panjang dan lebar daun serta tinggi tanaman yang cukup signifikan Pada pengamatan ke III terlihat pertumbuhan sedikit lambat pada tanaman nenas yang tumbuh di lahan aluvial. Hal ini disebabkan karena rendahnya curah hujan dibulan Juli dan agustus yang hanya mencapai 63,5 dan 60,5 mm. Pada pengamatan ke IV, tanaman nenas yang tumbuh dilahan aluvial memperlihatkan pertumbuhan yang lambat hingga memasuku fase refroduktif, sedangkan tanaman yang tumbuh pada lahan gambut menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik hingga memasuki fase refroduktif (berbuah). Keadaan ini disebabkan karena ketersediaan air pada tanah yang cukup disebabkan curah hujan yang cukup tinggi. Perkembangan tanaman (Gambar 12) menunjukkan pertumbuhan yang sedikit lambat pada bulan Juli hingga September baik pada semua parameter yang diukur. Keadaan ini disebabkan karena keadaan iklim pada bulan-bulan tersebut yang kurang mendukung perkembangan tanaman. Suhu maksimum pada siang hari pada dua lokasi mencapai C pada bulan Mei hingga September. Demikian pula dengan kelembaban udara yang mencapai titik terendah hingga % pada bulan Juli dan Agustus. Keadaan ini menyebabkan kehilangan air pada tanaman melalui evapotranspirasi akan semakin besar sehingga

53 38 menghambat metabolisme di dalam sel yang mengakibatkan proses fotosintesis menjadi terhambat. ( cm ) Perkembangan Panjang Daun Lahan Gambut Lahan Aluv ial Apr-06 Jun-06 Agust-06 Okt-06 Bulan Des-06 Feb-07 Apr-07 ( cm ) Perkembangan Lebar Daun Lahan Gambut Lahan Aluv ial Apr-06 Jun-06 Agust-06 Okt-06 Bulan Des-06 Feb-07 Apr-07 ( cm ) Perkembangan Tinggi Tanaman Lahan Gambut Lahan Aluv ial Apr-06 Jun-06 Agust-06 Okt-06 Bulan Des-06 Feb-07 Apr-07 Gambar 12. Perkembangan pertumbuhan tanaman nenas pada lahan gambut dan aluvial Dibandingkan dengan tanaman nenas yang tumbuh dilahan aluvial, tanaman yang tumbuh pada lahan gambut menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik pada pengamatan ke III sampai ke V. Adanya perbedaan jumlah Curah Hujan dikedua

54 39 tempat menyebabkan kandungan air tanah dikedua tempat berbeda. Hal ini tentu saja mempengaruhi proses metabolisme sel sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman pada dua lokasi menjadi berbeda. Fase pembungaan tanaman nenas baik yang tumbuh pada lahan gambut maupun lahan aluvial terjadi pada pengamatan IV, yaitu pada bulan Nopember, dan setelah hari setelah itu buah nenas baru dapat dipanen. Dengan amemasuki fase pertumbuhan refroduktif, maka pada pengamatan V pertumbuhan vegetatif tanamam nenas menjadi terhenti atau lambat sekali. Hasil analisis jaringan daun tanaman menunjukkan bahwa kandungan unsur N, P dan K pada tanaman nenas yaitu 1,01% N, 0,22% P dan 0,71%K untuk gambut, sedangkan untuk tanah aluvial adalah 0,85% N, 0,13% P dan 0,69% K. Data tersebut menyatakan bahwa tanaman nenas yang tumbuh pada lahan gambut memiliki kandungan N, P dan K yang lebih tinggi daripada yang tumbuh di lahan aluvial (Gambar 13). Hal ini berhubungan dengan penyerapan unsur hara yang tersedia dari masing-masing tanah untuk pertumbuhan tanaman (Tabel 2). Keadaan ini tentu saja menyebabkan pertumbuhan tanaman nenas yang tumbuh pada lahan gambut lebih baik jika dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh di lahan aluvial. Kebutuhan unsur hara N dan K yang tinggi pada tanaman nenas karena tanaman ini merupakan tanaman yang sukulen. Untuk mempertahankan sukulensinya maka tanaman memerlukan unsur hara N yang banyak. Poerwowidodo (1992) diacu dalam Safuan (2007) mengemukakan bahwa, pasok nitrogen yang tinggi mempercepat pengubahan karbohidrat menjadi protein dan kemudian diubah menjadi protoplasma dan sebagian kecil dipergunakan menyusun dinding sel. Pengaruh nitrogen dalam meningkatkan bagian protoplasma dibandingkan bagian bahan dinding sel, menimbulkan beberapa akibat seperti peningkatan ukuran sel, menyebabkan daun dan batang tanaman lebih sukulen dan kurang keras, juga meningkatkan bagian air sebagai akibat meningkatnya kandungan air protoplasma. Sedangkan pemupukan K pada tanaman akan menurunkan koefisien transpirasi. Peningkatan konsentrasi K di dalam sel akan mempertahankan potensi osmotik dan meningkatkan kemampuan sel-sel untuk mengangkut air dan menahannya.

55 40 1,2 1 ( % N ) 0,8 0,6 0,4 0,2 0 Lahan Gambut Lahan Aluvial Mei-06 Agt-06 Nop-06 Feb-07 Mei-07 0,25 0,2 ( % P ) 0,15 0,1 0,05 0 Lahan Gambut Lahan Aluvial Mei-06 Agt-06 Nop-06 Feb-07 Mei-07 ( % K ) 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 Lahan Gambut Lahan Aluvial Mei-06 Agt-06 Nop-06 Feb-07 Mei-07 Gambar 13. Kandungan unsur N, P dan K pada jaringan daun tanaman nenas. Kualitas Buah nenas Tanaman nenas yang dibudidayakan pada lahan gambut dan lahan aluvial sebagian besar merupakan tipe Queen. Buah yang dihasilkan dari tanaman nenas tersebut memiliki berat gram, dan memiliki daging buah yang

56 41 berwarna kuning muda apabila mentah dan kuning keemasan apabila telah tua atau matang. Buah nenas yang telah matang biasanya langsung dijual untuk dikonsumsi oleh masyarakat karena memiliki kesegaran dan rasa yang manis. a Aluvial Gambut Buah Matang b Aluvial Gambut Daging Buah Gambar 14. Sampel buah nenas Queen yang berasal dari lahan Aluvial dan lahan Gambut di Kalimantan Barat. (a) sampel buah matang, (b) bentuk dan warna daging buah. Buah yang dihasilkan dari lahan gambut umumnya memiliki ukuran yang lebih besar dari lahan aluvial. Sedangkan dari bentuk morfologi dan warnanya tidak jauh berbeda.

57 42 Tabel 4 memperlihatkan bahwa buah nenas yang berasal dari lahan gambut memiliki keunggulan dibandingkan dengan buah nenas yang berasal dari lahan aluvial terutama pada bobot buah, bobot buah tanpa mahkota, bobot mahkota, jumlah daun mahkota, panjang buah, diameter buah dan kadar air. Sedangkan buah yang berasal dari lahan aluvial memiliki keunggulan pada Padatan Total Terlarut (PTT) dan Asam Total. Tetapi pada rasio PTT/TAT menunjukkan bahwa buah yang berasal dari lahan aluvial memiliki keunggulan pada Padatan Total Terlarut (PTT) dan Asam Total. Tetapi pada rasio PTT/TAT menunjukkan bahwa buah yang berasal dari lahan gambut memiliki nilai yang lebih tinggi yaitu sebesar 8,45 dan buah dari lahan aluvial sebesar 8,22. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemanisan dari buah nenas yang berasal dari lahan gambut lebih baik jika dibandingkan dengan nenas asal lahan aluvial. Tabel 4 Hasil analisis sampel buah nenas yang berasal dari lahan gambut dan lahan aluvial dibandingkan dengan nenas queen Bogor. Peubah Lahan Gambut Lahan Aluvial Queen Gati Bogor * Queen Hijau Bogor * Bobot buah dengan mahkota (gr) Bobot buah tanpa mahkota (gr) Jumlah daun mahkota (helai) 141,6 128, Tinggi mahkota (cm) 18,35 18, Panjang buah (cm) 16,2 14, Diameter buah (cm) 9,49 8,76 10,78 9,9 Diameter hati (cm) 2,36 2,4 2,43 1,96 Kedalaman mata (cm) 1,63 1,62 1,23 1,1 Padatan total terlarut (Brix) 17,75 20, Asam total (%) 2,1 2,49 5 6,3 ph buah 5,2 4,8 5,5 5,5 Kadar Air (%) 83,91 82,36 *) Deskripsi Plasma Nutfah Koleksi PKBT Dibandingkan dengan nenas queen gati bogor, nenas yang berasal dari lahan gambut memiliki ukuran yang tidak jauh berbeda. Hal ini dapat dilihat pada bobot buah, panjang dan ph buah. Bauah nenas yang berasal dari lahan aluvial

58 43 memiliki bobot yang lebih kecil dari nenas bogor, tetapi memiliki panjang yang hampir sama dengan nenas queen hijau bogor Bobot Buah 1200 Bobot Buah Tanpa Mahkota ( gram ) ( gram ) Kemarau Penghujan Kemarau Penghujan Lahan Gambut Lahan Aluvial Lahan Gambut Lahan Aluvial 16.5 Panjang Buah 9.6 Diameter Buah ( cm ) ( cm ) Kemarau Penghujan Kemarau Penghujan Lahan Gambut Lahan Aluvial Lahan Gambut Lahan Aluvial Gambar 15. Ukuran buah nenas dari lahan gambut dan alluvial pada musim kemarau dan musim penghujan. Gambar 15 memperlihatkan perbandingan dari buah nenas yang diambil pada musim kemarau dan musim hujan yang berasal dari lahan gambut dan aluvial pada beberapa parameter. Buah nenas yang dipanen pada musim penghujan memiliki ukuran yang lebih besar bila dibandingkan buah yang dipanen pada musim kemarau. Keadaan ini disebabkan ketersediaan air pada tanah dan kelembaban serta suhu udara yang mendukung reaksi biokimia di dalam sel tanaman. Pertumbuhan tanaman tergantung pada aktivitas sistem fotosintesis, sehingga faktor lingkungan yang mendukung menyebabkan fotosintesis berjalan lebih efisien untuk pembentukan asimilat pada buah. Demikian pula dengan ketersediaan unsur hara di dalam tanah, kecepatan reaksi dan pergerakannya akan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan disekitarnya terutama adanya kelembaban dan suhu tanah yang optimum.

59 44 ( % ) Kadar Air Buah Kemarau Penghujan ( Brix ) Padatan Total Terlarut Kemarau Penghujan Lahan Gambut Lahan Aluvial Lahan Gambut Lahan Aluvial ( % ) Asam Total Kemarau Penghujan Lahan Gambut Lahan Aluvial Kemarau ph Lahan Gambut Penghujan Lahan Aluvial Gambar 16. Kualitas buah nenas dari lahan gambut dan alluvial pada musim kemarau dan musim penghujan. Kadar air buah nenas pada musim penghujan pada lahan gambut lebih tinggi dibandingkan buah yang dipanen pada musim kemarau (Gambar 16). Kadar air buah yang tinggi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dengan kelembaban dan kadar air tanah yang cukup tinggi diserap oleh tanaman. Padatan total terlarut tidak menunjukkan perbedaan pada buah yang dipanen pada musim kemarau maupun pada musim penghujan. Demikian pula dengan asam total. Padatan total terlarut dan asam total buah nenas yang berasal dari lahan alluvial lebih tinggi daripada buah yang berasal dari lahan gambut. Hal ini disebabkan karena pengaruh iklim pada lahan aluvial yang memiliki fluktuasi yang lebih tinggi dari lahan gambut menyebabkan peningkatan laju respirasi. Peningkatan kandungan padatan total terlarut dengan kandungan utama gula sederhana mungkin disebabkan oleh laju respirasi yang meningkat, sehingga terjadi pemecahan oksidatif dari bahan-bahan yang kompleks seperti karbohidrat, protein dan lemak. Hal ini menyebabkan kandungan pati pada buah menurun dan sukrosa yang terbentuk akan terhidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa (Winarno 2002)

60 45 Hasil Uji organoleptik dari 25 orang fanelis pada sampel buah nenas yang berasal dari dua lokasi tersebut menunjukkan bahwa buah nenas yang berasal dari lahan gambut memang disukai, baik dari rasa maupun dari penampilan buah seperti yang diperlihatkan pada Gambar Lahan Gambut Lahan Aluvial ( % ) Aroma Keempukan Kereny ahan Kemanisan Int.rs manis Int.rs asam Gambar 17. Hasil uji organoleptik pada buah nenas. Dari hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa buah nenas yang berasal dari lahan gambut lebih disukai karena rasanya yang manis karena intensitas rasa manis dan asamnya yang cocok, sedangkan nenas yang berasal dari lahan aluvial disukai karena kerenyahan dan keempukannya. Input Budidaya pada Lahan Gambut Secara umum input budidaya tanaman nenas pada lahan gambut dan lahan aluvial ditujukan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan kualitas buah. Input budidaya pada kedua lokasi akan berbeda sesuai dengan keadaan tempat dan kondisi tanaman yang diamati. Lahan Gambut a. Pemilihan Lokasi Pemilihan lokasi tanam adalah untuk menjamin agar produksi nenas dapat dioptimalkan dan mencegah kegagalan proses produksi, serta dapat menghasilkan buah sesuai dengan mutu yang ditetapkan. Tujuan dari pemilihan lokasi adalah untuk mendapatkan lahan yang bebas dari penyakit endemis,

61 46 subur dengan lapisan top soil tanah yang cukup tebal dan banyak mengandung humus. Penanaman nenas yang dilakukan pada lahan gambut dilakukan pada lokasi yang datar, dengan ph tanah berkisar 3,9 4,5. Pertumbuhan nenas pada tingkat kemasaman tanah ini cukup baik bagi pertumbuhan dan produksi nenas. Demikian halnya dengan data iklim selama sepuluh tahun terakhir menunjukkan bahwa pada lahan gambut terjadi hujan sepanjang tahun dengan curah hujan rata-rata mm per tahun dengan suhu rata-rata 26-28ºC. b. Pemilihan Benih Pemilihan benih tanaman dianjurkan menggunakan benih yang memiliki daya adaptasi yang baik pada lahan gambut. Tujuan pemilihan benih adalah untuk mendapatkan benih yang berkualitas dan mempunyai daya tumbuh yang baik, ukuran yang seragam, tidak mengandung penyakit dan berproduksi tinggi. Benih dapat diperbanayak dengan menggunakan bagian mahkota (crown), tunas batang (seler batang), seler (sucker) dan tunas akar. Ukuran panjang benih berkisar cm, kelopak daun paling bawah dibuang 4-6 helai (1 cm). c. Persiapan Lahan (Pembersihan) Pembersihan lahan bertujuan untuk menyiapkan lahan agar siap untuk ditanami dengan membuang bahan-bahan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Pembersihan lahan gambut yang akan ditanami nenas dilakukan dengan membuang sisa-sisa kayu yang besar, membersihkan semak, pohon kecil, cabang dan ranting pohon besar yang doperkirakan dapat menghalangi tanaman muda untuk mendapatkan sinar matahari. Sasaran dari kegiatan ini agar lahan bebas dari sisa kayu besar, semak belukar dan dahan-dahan yang dapat menjadi sumber penularan hama dan penyakit. Sifat daripada gambut yang memiliki kandungan air yang tinggi pada musim penghujan dan sangat kering pada musim kemarau perlu diatasi dengan membuat saluran-saluran air dengan ukuran lebar 1 1,5 meter. Hal ini bertujuan agar keluar masuknya air ke lahan pertanaman melalui pasang surutnya sungai sesuai dengan kebutuhan tanaman. Saluran yang terlalu sempit menyebabkan terjadinya penggenangan pada lahan, dan hal ini tidak

62 47 menguntungkan bagi perkembangan akar tanaman nenas. Saluran yang terlalu lebar akan menyebabkan air mudah terbuang yang menyebabkan lahan menjadi lebih mudah kering. d. Persiapan Lahan (Pengajiran) Pengajiran adalah suatu upaya untuk menentukan posisi tanam sehingga diproleh populasi tanam sesuai dengan standar yang ditetapkan. Tujuan pengajiran adalah memperoleh jarak tanam yang menjamin tanaman dapat tumbuh optimum. Peralatan yang digunakan dalam pengajiran adalah tali rafia, ajir dan meteran. Ajir dapat terbuat dari bahan bambu atau kayu yang berfungsi intuk menandai dan melubangi tanah. Pengajiran dilakukan dengan membuat tanda menggunakan ajir dengan mengacu pada jarak tanam. Untuk lahan gambut penanaman dilakukan pada pola tanam 1 alur dengan jarak tanamn baris cm dan jarak tanam antar baris cm. Pada areal pengembangan yang lebih luas sebaiknya menggunakan alat ukur theodolit. e. Penanaman Penanaman adalah kegiatan meletakkan benih pada lubang tanam yang telah dipersiapkan sesuai dengan jarak tanam. Benih ditanam sedalam 5-10 cm, dengan jumlah satu benih per lubang. Tanah dipadatkan/ditekan disekitar pangkal batang nenas agar tanaman tidak mudah roboh dan perakaran nenas dapat mencapai tanah. Kemudian dilakukan penyiraman agar tanah lembab dan basah. Setelah satu bulan setelah tanam segera dilakukan penyulaman. Anakan yang tumbuh pada tanaman nenas hendaknya dipelihara tidak lebih dari 3 anakan saja. Hal ini bertujuan untuk menjaga kualitas buah yang dihasilkan oleh tanaman tersebut. f. Sanitasi Lahan Kebersihan lingkungan tanaman nesa perlu dijaga agar tanaman dapat tumbuh optimal. Penyiangan dilakukan agar pertanaman bebas dari gulma sampai menjelang panen. Kegiatan lain adalah menjarangkan anakan untuk mengatur jumlah anakan maksimal 3 anakan dalam setiap rumpun.

63 48 g. Pemupukan Lahan gambut memiliki kandungan unsur hara yang baik untuk pertumbuhan tanaman nenas. Kendala yang utama adalah tingkat kemasamannya yang tinggi sehingga menyebabkan unsur hara Al, Fe dan Mn yang bersifat racun bagi perakaran tanaman meningkat. Pengapuran perlu dilakukan pada lahan gambut untuk meningkatkan ph tanah agar unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman menjadi tersedia, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan kualitas buah. Pemupukan N, P dan K perlu dilakukan pada lahan terutama pada kebun-kebun yang telah berumur diatas 5 tahun. Hal ini disebabkan kandungan unsur hara yang ada telah habis diserap oleh perakaran tanaman, terutama yang memiliki jumlah anakan yang banyak. Apabila tanaman tidak dipupuk akan menyebabkan ukuran tanaman dan buah yang semakin kecil. h. Pengendalian OPT Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah upaya pengendalian dengan mengamati dan melakukan pengendalian terhadap hama dan penyakit tanaman. Tujuannya adalah untuk mengetahui jenis hama dan penyakit yang mempunyai potensi untuk menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman. Kegiatan pengendalian dilakukan dengan pengamatan OPT secara dini dan berkala dengan melakukan identifikasi timbulnya hama dan penyakit, mengidentifikasi jenis-jenis OPT yang membahayakan produksi dan mutu, identifikasi cara pengendaliannya, kemudian melakukan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu. i. Panen Pemanenan buah dilakukan apabila buah telah menunjukkan ciri matang pohon. Pemanenan buah sebaiknya dilakukan pada pagi hari yaitu antara pukul WIB. Buah yang telah matang pohon dicirikan dengan 20% warna pada pangkal buah berwarna kuning dan pangkal batang buah telah keriput, pangkal mata buah telah menguning. Pelaksanaan panen dilakukan dengan memangkas tangkai dengan pisau. Buah yang dipanen sebaiknya tidak dilempar/dibanting. Pengumpulan hasil

64 49 panen dilakukan dibawah tempat teduh dengan diberi alas (jangan dibiarkan di tanah). Untuk nenas segar, sebelum dilakukan perlakuan lebih lanjut diupayakan menghilangkan panas lapang dengan diangin-anginkan atau disemprot dengan uap air bersih lalu ditutup dengan terpal. j. Sortasi dan Pengkelasan Buah Sortasi dan pengkelasan buah adalah melakukan pemilihan dan pemisahan beradasarkan ukuran dan tingkat kematangan buah. Tujuannya adalah untuk mendapatkan buah yang baik dan yang rusak serta untuk mendapatkan buah yang seragam. Prosedur pelaksanaan adalah dengan memisahkan buah yang bentuknya abnormal, cacat, luka atau busuk dari buah yang bentuknya normal dan baik. Buah yang muda, terlalu matang atau terlalu kecil serta buah yang memar dan cacat dikatagorikan sebagai out of grade atau di luar kelas. Buah selanjutnya dibersihkan dengan sikat lunak atau dilap dengan kain. k. Pengepakan Buah Pengepakan buah bertujuan untuk menjaga tingkat kesegaran dan mutu produk. Setelah dikelaskan, buah dipak. Pangkal tangkai buah dicelupkan paraffin cair, kemudian buah dengan mahkota disusun pada posisi tidur. Kemasan dapat berupa peti kayu atau kotak karton. Untuk pengangkutan jarak dekat kapasitas maksimum kemasan 50 kg, dan untuk pengangkutan jarak jauh antar buah duberi penyekat yang berbahan lunak.

65 50 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penanaman nenas di Kalimantan Barat secara umum masih belum menerapkan teknologi budidaya yang dianjurkan seperti penggunaan bibit, pemeliharaan tanaman, pengendalian hama dan penyakit serta penangan pasca panen. Tanaman nenas yang tumbuh pada lahan gambut menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik daripada tanaman yang tumbuh pada lahan aluvial. Hal ini disebabkan kandungan unsur hara gambut yang lebih baik juga adanya curah hujan yang terjadi sepanjang tahun sehingga menyebabkan unsur hara tersebut tersedia bagi tanaman. Kandungan unsur N, P dan K yang terserap pada jaringan tanaman nenas lahan gambut lebih tinggi dibandingkan lahan aluvial. Kualitas buah menunjukkan nenas dari lahan gambut lebih disukai karena rasanya yang manis dan buah yang lebih besar. Sedangkan nenas yang berasal dari lahan aluvial lebih disukai karena kerenyahannya. Saran Penelitian ini merupakan suatu kegiatan penelitian awal untuk mempelajari budidaya nenas dilahan gambut Kalimantan Barat. Masih banyak permasalahan yang muncul yang perlu dijawab dengan penelitian lanjutan, baik pada jenis dan letak geografi lahan gambut maupun pada penerapan teknologi dalam budidaya tanaman nenas di lahan gambut.

66 51 DAFTAR PUSTAKA Albrigo LG Pineapple Nutrition p: in N.F.Childers (Ed), Temperate to Tropical Fruits Nutrition. New Jersey: The State University. Arista R Pengkajian Karakteristik Fisio-kimia Kematangan Buah Nenas Dengan Teknik Image Processing [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Azhari Sumeru, Hortikultura aspek budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). hal: [BPS] Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat Kalimantan Barat Dalam Angka Tahun Badan pusat Statistik. Proponsi Kalimantan Barat. Pontianak. Bey A dan Las I Kapita Selekta dalam Agrometeorologi. Strategi Pendekatan Iklim dalam Usaha Tani. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan. Childers NF and Gardner VR Fruit Nutrion. New Bronswick. New Jersey: Horticulture Publications Rutgers. State University. Dian I Kajian Penambahan Kalsium Klorida, Natrium Hipoklorit dan Asam Askorbat Terhadap Mutu Nenas Terolah Minimal Selama Penyimpanan [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Dinas Pertanian Propinsi Kalimantan Barat Laporan Tahunan Dinas Pertanian Kalimantan Barat tahun 2001/2002. Dinas Pertanian Kalimantan Barat., Pontianak. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Penuntun Budidaya Hortikultura (Nenas). Bengkulu : Proyek Peningkatan Produksi Tanaman Pangan Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu. 238p. Collins JL The Pineapple, World Crops Series. London : Leonard Hill Interscience Inc. 294p. [Depdikbud] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kesuburan Tanah. Palembang : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. FAO FAO Statistics Division. Food and Agriculture Organization of the United Nations. apps.fao.org.[05 May 2007] Fitter AH dan Hay RKM Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

67 52 Gomez K.A. dan A.A.Gomez Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian (edisi kedua). Jakarta: UI-Press. Hardjowigeno S Ilmu Tanah. Jakarta: Penerbit Akademi Pressindo. Hardjowigeno S Sifat-sifat dan Fungsi Tanah Gambut Sumatra Untuk Pengembangan Pertanian. Proseding seminar tanah gambut untuk perluasan pertanian Medan : Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatra Utara. hal: Ismunadji M dan Soepardi G Peat Problem and Crop Production. pp: , In IRRI Organic matter and rice. Los Banos Philippines : IRRI. Kader AA Quality parameters of fresh-cut fruit and vegetable products. Dalam Fresh-Cut Fruit and Vegetables, Science, Tecnology and Market. Edited by Lamikanra. New York USA : O.CRC Pres. Kartasapoetra Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta : Bumi Aksara. Miller.RW. and Donahue RL Soils and Introduction to Soils and Plant Growth Pretice Hall Englewood Cliffs, New Jersey: 768p. Mulyohardjo Nenas dan Teknologi Pengolahannya. Yogyakarta : Liberty. Mustikarini. ED Analisis Pola Hubungan Antara Morfologi, Isozim dan Fitohormon pada Berbagai Bahan Perbanyakan Vegetatif Nenas Subang [Thesis]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Nakasone HY. Dan Paull RE Tropical Fruits. London : Cab International. Noor M Pertanian Lahan Gambut Potensi dan Kendala. Yogyakarta : Kanisius. Pantastico ERB Fisiologi Pasca Panen. Kamariyani, penerjemah. Jogjakarta: Gajah Mada University Press. [PKBT] Pusat Kajian Buah Buahan Tropika, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat. Diskripsi Plasma Nutfah Koleksi Pusat Kajian Buah Buahan Tropika (Hasil Kegiatan RUSNAS buah). Bogor : Institut Pertanian Bogor; Sabiham S Pengelolaan Lahan Gambut Indonesia Berbasis Keunikan Ekosistem [orasi ilmiah guru besar tetap pengelolaan tanah]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

68 53 Safuan LO Rekomendasi Pemupukan N, P dan K pada Tanaman Nenas (Ananas comosus (L) Merr.) Smooth Cayenne Subang [disertasi] Bogor : Institut Pertanian Bogor. Samson JA Tropical Agriculture. Longman London dan new York : Series: Tropical Fruits 250p. Sanchez AP Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Bandung : Penerbit ITB. Sari RN Analisis Keragaman Morfologis dan Kualitas Buah Populasi Nenas (Ananas comosus (L.) Merr) Queen di Empat Desa Kabupaten Bogor.[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Soepardi G Sifat dan Ciri Tanah. Bogor : Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 590 hal. Sudjadi dan Satari Pengelolaan lahan kering bermasalah untuk pertanian, p dalam kumpulan makalah seminar nasional agronomi. Jakarta : Perhimpunan Agronomi Indonesia. Sunarjono H Ilmu Produksi Tanaman Buah-buahan. Bandung : Sinar Baru. Verheij EWM dan RE. Coronel Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan. hal Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Winarno FG Fisiologi Lepas Panen Produk Hortikultura. Bogor : M-Biro Press. Wiradinata OW. dan Hardjosoesastro R Penyebaran Bebarapa Sifat Gambut di Daerah Sumatra Selatan. Dalam: Prosiding simposiaum nasional III. Pengembangan Daerah Pasang Surut di Indonesia. Buku II. Palembang : Departemen Pekerjaan Umum Institut Pertanian Bogor. Zulfikri M Pengaruh Kombinasi Pemupukan N, P dan K Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Varietas Merpati pada Jenis Tanah Aluvial Sukamandi dan Latosol Merah Purwadadi [Skripsi] Bogor : Institut Pertanian Bogor.

69 54 ANGGARAN BIAYA Biaya yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah Rp (Dua puluh satu juta tiga ratus empat puluh ribu rupiah).rincian biaya yang dibutuhkan adalah sebagai berikut : Tabel 2. Rincian Biaya Penelitian Jumlah Harga satuan Total No. Keterangan satuan (Rp) (Rp) 1. Upah Pekerja Lapangan : - pengamatan iklim (2 orang) 12 bulan , ,- 2. Analisis Laboratorium : - analisis tanah lengkap 4 sampel , ,- - analisis sampel 60 sampel , ,- - analisis buah 40 sampel , ,- 3. Bahan dan Alat : - Tanaman sampel 100 pohon 5.000, ,- - Termometer max/min 2 buah , ,- - Bola basah/kering 2 buah , ,- - Gelas Ukur 1 ltr 2 buah , ,- 4. Biaya perjalanan dan akomodasi : Perjalanan dari Bogor-Kalbar (tranport PP + akmdasi 3 hr) 7 kali , ,- 5. Laporan Akhir :. - Penyusunan Laporan , ,- - Perbanyakan laporan , ,- ub Total ,- Biaya penunjang lain , ,- T o t a l ,-

70 55 Usulan Penelitian KAJIAN BUDIDAYA NENAS PADA LAHAN GAMBUT DAN LAHAN MINERAL DI KALIMANTAN BARAT ENDANG GUNAWAN SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2006 sampai dengan Mei 2007. Jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Penelitian dilaksanakan di daerah Kalimantan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Nenas

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Nenas 3 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Nenas Tanaman nenas (Ananas Comosus famili Bromeliaceae) adalah tanaman buah-buahan tropika beriklim basah yang bersifat merumpun, sehingga walaupun tanaman nenas sebenarnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Lingkungan pada Lokasi Pengamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Lingkungan pada Lokasi Pengamatan 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Lingkungan pada Lokasi Pengamatan Gambaran Umum Lokasi Pengamatan Pengamatan pertumbuhan tanaman nenas dilakukan pada dua tempat yang memiliki jenis tanah yang berbeda.

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Nenas Nenas merupakan tanaman buah berbentuk semak yang mempunyai nama latin Ananas

I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Nenas Nenas merupakan tanaman buah berbentuk semak yang mempunyai nama latin Ananas I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Nenas Nenas merupakan tanaman buah berbentuk semak yang mempunyai nama latin Ananas comosus. Nenas mempunyai beberapa nama daerah antara lain

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di kebun percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur dengan elevasi 250-300 m dpl

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik, pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar-akar cabang banyak terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas tanaman hortikultura khususnya buah-buahan mempunyai prospek yang bagus untuk dikembangkan mengingat bertambahnya jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Nenas

TINJAUAN PUSTAKA Botani Nenas TINJAUAN PUSTAKA Botani Nenas Tanaman nenas (Ananas comosus L. Merr) merupakan tanaman buah yang berasal dari Amerika tropis yaitu Brazil, Argentina dan Peru. Tanaman nenas telah tersebar ke seluruh penjuru

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk,

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk, TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sawah Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Vermikompos adalah pupuk organik yang diperoleh melalui proses yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Vermikompos adalah pupuk organik yang diperoleh melalui proses yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Vermikompos Vermikompos adalah pupuk organik yang diperoleh melalui proses yang melibatkan cacing tanah dalam proses penguraian atau dekomposisi bahan organiknya. Walaupun sebagian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia, oleh karena itu

1. PENDAHULUAN. banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia, oleh karena itu 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tomat adalah satu diantara produk hortikultura yang mempunyai beragam manfaat, yaitu bisa dimanfaatkan dalam bentuk segar sebagai sayur, buah dan olahan berupa makanan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu: 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di lapang pada bulan Februari hingga Desember 2006 di Desa Senyawan, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Gambar 3). Analisis

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Ubi jalar yang ditanam di Desa Cilembu Kabupaten Sumedang yang sering dinamai Ubi Cilembu ini memiliki rasa yang manis seperti madu dan memiliki ukuran umbi lebih besar dari

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Cucurbitales, Famili: Cucurbitaceae,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada November 2011 sampai April 2012 dan bertempat di Kebun Manggis Cicantayan-Sukabumi dengan ketinggian tempat sekitar 500-700 m dpl (di atas

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo,

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo, III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo, Batu, Malang. Ds. Junrejo, Kec. Junrejo berada pada ketinggian 800 m dpl, memiliki suhu

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. (a) Pendekatan klimatologi---evaporasi & Transpirasi. (b) Pola trsnpirasi tanaman nanas sebagai tanaman CAM

I. TINJAUAN PUSTAKA. (a) Pendekatan klimatologi---evaporasi & Transpirasi. (b) Pola trsnpirasi tanaman nanas sebagai tanaman CAM I. TINJAUAN PUSTAKA Penetapan Kebutuhan Air Tanaman (a) Pendekatan klimatologi---evaporasi & Transpirasi (b) Pola trsnpirasi tanaman nanas sebagai tanaman CAM 2.1.2 Ekologi Nenas Sunarjono (2004) menyatakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Rumput Raja Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Rumput Raja Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012) TINJAUAN PUSTAKA Rumput Raja (Pennisetum purpureum Schumach x Pennisetum typhoides Burm.) Rumput raja merupakan hasil persilangan antara rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumach) dengan Pennisetum typhoides

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 )

Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 ) Bulan Lampiran 1. Data Iklim Wilayah Dramaga pada Bulan Februari hingga Mei 2011 Suhu Rata-rata ( o C) Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 ) Penguapan (mm) Kelembaban Udara (%) Februari 25.6

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah timbangan analitik, tabung reaksi, higrometer, altimeter, pipet berskala, labu ukur, oven, spektrofotometer, gunting, plastik, alat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN Ubi kayu menghasilkan biomas yang tinggi sehingga unsur hara yang diserap juga tinggi. Jumlah hara yang diserap untuk setiap ton umbi adalah 4,2 6,5 kg N, 1,6 4,1 kg 0 5 dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

PERBAIKAN TEKNIK GRAFTING MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SOFIANDI

PERBAIKAN TEKNIK GRAFTING MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SOFIANDI PERBAIKAN TEKNIK GRAFTING MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SOFIANDI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 i SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan

Lebih terperinci

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI 2.1. Iklim Ubi kayu tumbuh optimal pada ketinggian tempat 10 700 m dpl, curah hujan 760 1.015 mm/tahun, suhu udara 18 35 o C, kelembaban udara 60 65%, lama penyinaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Umum Nanas

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Umum Nanas II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Umum Nanas Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Nanas berasal dari Brazilia (Amerika Selatan) yang telah didomestikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Jambu biji disebut juga Jambu Klutuk (Bahasa Jawa), Jambu Siki, atau Jambu Batu yang dalam bahasa Latin disebut Psidium Guajava. Tanaman jambu biji merupakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 20002009 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 2000 47 99 147 114 65 19 56 64 220 32 225

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) merupakan tanaman pangan yang memiliki masa produksi yang relatif lebih cepat, bernilai ekonomis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Caisin Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman asli Asia. Caisin dibudidayakan di Cina Selatan dan Tengah, di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag

Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag LAMPIRAN 38 39 Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag Kadar total Satuan BF Slag Korea EF Slag Indonesia Fe 2 O 3 g kg -1 7.9 431.8 CaO g kg -1 408 260.0 SiO 2 g

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat alternatif karena memiliki kandungan karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang sungai Kali Pucang, Cilacap. Sampel yang diambil berupa tanaman

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Agustus Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Agustus Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni 2016 sampai dengan Agustus 2016. Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Tanah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Desa Panapalan, Kecamatan Tengah Ilir terdiri dari 5 desa dengan luas 221,44 Km 2 dengan berbagai ketinggian yang berbeda dan di desa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sub pertanian tanaman pangan merupakan salah satu faktor pertanian yang sangat penting di Indonesia terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan, peningkatan gizi masyarakat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanas (Ananas comosus) Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol menyebutnya pina.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon

Lebih terperinci

Nur Rahmah Fithriyah

Nur Rahmah Fithriyah Nur Rahmah Fithriyah 3307 100 074 Mengandung Limbah tahu penyebab pencemaran Bahan Organik Tinggi elon Kangkung cabai Pupuk Cair Untuk mengidentifikasi besar kandungan unsur hara N, P, K dan ph yang terdapat

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Analisis Tanah Awal Karakteristik Latosol Cimulang yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 2 dengan kriteria ditentukan menurut acuan Pusat Peneltian Tanah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha pengembangan pertanian selayaknya dilakukan secara optimal tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha tersebut, maka produktivitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) TINJAUAN PUSTAKA Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk buah eksotik yang digemari oleh konsumen baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai arti penting bagi masyarakat. Meskipun disadari bawang merah bukan merupakan kebutuhan pokok, akan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tersebar ke seluruh penjuru dunia, terutama di sekitar daerah khatulistiwa yaitu

TINJAUAN PUSTAKA. tersebar ke seluruh penjuru dunia, terutama di sekitar daerah khatulistiwa yaitu II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Klasifikasi Tanaman Nenas Nanas (Ananas comosus L. Merr) merupakan tanaman buah yang berasal dari Amerika tropis yaitu Brazil, Argentina dan Peru. Tanaman nenas telah tersebar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Sawi Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama spesies Brassica juncea (L.) Czern. Jenis sawi dikenal juga dengan nama caisim atau sawi bakso.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu jenis tanaman budidaya yang dimanfaatkan bagian akarnya yang membentuk umbi

Lebih terperinci