j-pal policy briefcase [ januari 2013 ] Menyajikan evaluasi oleh Vivi Alatas, Abhijit V. Banerjee, Rema Hanna, Benjamin A. Olken, dan Julia Tobias

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "j-pal policy briefcase [ januari 2013 ] Menyajikan evaluasi oleh Vivi Alatas, Abhijit V. Banerjee, Rema Hanna, Benjamin A. Olken, dan Julia Tobias"

Transkripsi

1 briefcase j-pal policy briefcase [ januari 2013 ] MENERJEMAHKAN PENELITIAN KE DALAM AKSI NYATA melibatkan masyarakat dalam mengidentifikasi orang miskin Metode-metode berbasis masyarakat dalam menyeleksi siapa yang berhak menerima program bantuan langsung tunai memang kurang akurat dibandingkan proxy means tests (uji pendekatan kemampuan) secara keseluruhan, tetapi metode-metode ini berhasil meningkatkan kepuasan masyarakat setempat dan lebih sesuai dengan konsep masyarakat miskin tentang kemiskinan. Menyajikan evaluasi oleh Vivi Alatas, Abhijit V. Banerjee, Rema Hanna, Benjamin A. Olken, dan Julia Tobias D i seluruh dunia, pemerintah berkeinginan untuk mengarahkan program jaring pengaman sosial dasar kepada masyarakat miskin. Satu tantangan yang dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah bagaimana secara tepat mengidentifikasi rumah tangga miskin tanpa adanya data yang dapat diandalkan tentang pendapatan, karena banyak masyarakat miskin yang bekerja di sektor informal dan tidak ada catatan pendapatan yang bisa dibuktikan. Penggunaan informasi yang tidak dapat diandalkan untuk mengidentifikasi rumah tangga mana yang berhak, dapat berakibat pada dialihkannya dana kepada rumah tangga yang lebih kaya dan menyisakan sumber daya yang lebih sedikit untuk penerima manfaat yang sebenarnya diinginkan oleh program. foto oleh jurist tan Untuk menanggapi masalah ini, pemerintah biasanya menyeleksi penerima manfaat program dengan menggunakan dua metode yang tidak membutuhkan catatan pendapatan formal: proxy means tests (PMTs) dan penentuan sasaran berbasis masyarakat. Proxy means tests memprediksikan pendapatan sebuah rumah tangga dengan cara mengumpulkan informasi sederhana tentang aset yang mereka miliki. Dalam penentuan sasaran berbasis masyarakat, pemerintah memungkinkan anggota masyarakat setempat untuk memilih penerima manfaat dengan mempercayai bahwa masyarakat memiliki informasi yang lebih baik tentang tingkat kemiskinan warganya. Namun, jika kelompok tokoh masyarakat memanfaatkan proses penentuan sasaran untuk memberikan bantuan langsung tunai kepada teman dan keluarganya yang hidup di atas garis kemiskinan, maka metode berbasis masyarakat dapat berpotensi memperbesar pengalihan dana kepada rumah tangga yang tidak berhak. Pilihan antara kedua pendekatan ini biasanya dilihat sebagai suatu trade-off antara informasi yang lebih baik yang dimiliki oleh masyarakat melawan resiko pemanfaatan oleh tokoh masyarakat dalam pendekatan berbasis masyarakat. Sebuah evaluasi acak yang dilakukan di Indonesia menguji mana dari ketiga metode sasaran (proxy means tests, berbasis masyarakat, atau sebuah hibrida dimana rumah tangga yang diidentifikasi oleh masyarakat kemudian diverifikasi dengan proxy means test) yang bisa lebih akurat mengidentifikasi rumah tangga yang berhak untuk menerima bantuan tunai dan berujung pada kepuasan masyarakat yang lebih tinggi. Evaluasi ini dilakukan oleh Vivi Alatas (World Bank), J-PAL affiliates Abhijit Banerjee (MIT), Rema Hanna (Harvard), Benjamin Olken (MIT), dan Julia Tobias (Stanford).

2 evaluasi Indonesia adalah rumah bagi salah satu program bantuan tunai terbesar di dunia berkembang, yaitu program Bantuan Langsung Tunai. Program ini memberikan bantuan sementara sebesar US $10 per bulan untuk membantu 19,2 juta rumah tangga mengatasi kenaikan harga bahan bakar di tahun , dan kemudian di tahun Sasaran dari program ini adalah rumah tangga miskin dengan menggunakan sebuah pendekatan hibrida dimana pemimpin masyarakat membuat daftar calon rumah tangga yang berhak dan petugas sensus pemerintah kemudian melakukan proxy means test untuk mengecek bahwa mereka berada di bawah garis kemiskinan yang berlaku untuk daerah mereka. Namun, di tahun 2008, lebih dari separuh dari seluruh rumah tangga yang hidup di bawah garis kemiskinan dikecualikan dari program ini. Banyak warga yang juga menyuarakan ketidakpuasan mereka dengan metode penentuan sasaran program tersebut. METODE PENENTUAN SASARAN METODE PROXY MEANS TEST (PMT) Petugas sensus mencatat 49 indikator tentang aset rumah tangga, komposisi, pendidikan dan pekerjaan untuk menentukan nilai PMT. Rumah tangga dengan nilai PMT terendah di setiap dusun akan menerima bantuan tunai. METODE BERBASIS MASYARAKAT Warga memberikan peringkat rumah tangga dari yang terkaya hingga termiskin melalui sebuah rapat warga yang dipandu oleh fasilitator terlatih. Rumah tangga termiskin berdasarkan peringkat masyarakat akan menerima bantuan. METODE HIBRIDA Metode ini menggabungkan rapat warga dengan verifikasi PMT. Setelah warga menentukan peringkat untuk semua rumah tangga, petugas sensus pemerintah mengunjungi rumah tangga yang berada di peringkat terendah untuk memverifikasi kelayakan dengan menggunakan PMT. foto oleh ritwik sarkar Untuk memperbaiki penentuan sasaran program, para peneliti bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik, LSM Mitra Samya, dan Bank Dunia di tahun untuk menguji dampak dari ketiga metode sasaran terhadap tingkat kesalahan dalam penentuan sasaran, tingkat kemiskinan nasional, dan kepuasan masyarakat. Bantuan tunai sejumlah rupiah (sekitar US$3) diberikan satu kali kepada rumah tangga yang berada di bawah garis kemiskinan daerah setempat. Ini dilakukan untuk 640 dusun di propinsi Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan Jawa Tengah. Para peneliti secara acak menentukan dusun-dusun yang akan menerima bantuan tunai berdasarkan metode penentuan sasaran PMT, berbasis masyarakat, atau hibrida. Bantuan tunai diberikan kepada rumah tangga termiskin yang diidentifikasikan menggunakan setiap metode tersebut sesuai dengan kuota penerima manfaat yang ditentukan pemerintah di setiap dusun. Untuk menguji pemanfaatan oleh tokoh masyarakat, hanya anggota tokoh masyarakat saja yang diundang untuk ikut serta dalam rapat penentuan peringkat. Ini dilakukan di beberapa desa yang menggunakan metode berbasis masyarakat atau hibrida, dimana desa-desa tersebut ditentutkan secara acak. Untuk membandingkan akurasi penentuan sasaran pada saat awal dan akhir rapat, para peneliti mengacak urutan peringkat rumah tangga. 2

3 hasil PENGUMPULAN DATA Peneliti melakukan baseline survey (survei dasar) kepada rumah tangga di 640 dusun di tahun 2008 untuk mengumpulkan data tentang konsumsi per kapita mereka (suatu pengukuran pendapatan yang umum digunakan di negara-negara berkembang), aset, demografi, dan jaringan teman dan keluarga. Mereka mengukur akurasi dari metode PMT, berbasis masyarakat dan hibrida dengan membandingkan daftar rumah tangga yang hidup dengan $2 atau kurang per hari di baseline survey tersebut dengan mereka yang menerima bantuan tunai melalui ketiga metode tersebut. Para peneliti menentukan garis kemiskinan yang berlaku khusus untuk daerah tersebut dalam hal paritas daya beli, yang disesuaikan dengan perbedaan harga barang dan jasa di dalam negeri dan antar negara-negara. Selama melakukan baseline survey, para peneliti juga mengumpulkan ukuran kemiskinan subyektif dengan meminta rumah tangga untuk memberikan peringkat kepada tetangganya dari yang termiskin hingga terkaya dan kemudian menilai tingkat kemiskinan rumah tangganya sendiri. Akhirnya, setelah penerima manfaat dari bantuan tunai ditentukan, mereka mengumpulkan data tentang kepuasan masyarakat menggunakan kotak saran dan wawancara dengan rumah tangga. Di antara ketiga metode tersebut, PMT memiliki kesalahan penetapan sasaran yang paling rendah secara keseluruhan. Ketika kemiskinan didefinisikan sebagai hidup dengan $2 atau kurang per hari, PMT mengungguli metode-metode lainnya. PMT tidak mengklasifikasikan 30 persen dari rumah tangga dengan tepat, sementara metode masyarakat dan hibrida tidak mengklasifikasikan 33 persen dengan tepat, yaitu setara dengan sekitar 10 persen kenaikan dari tingkat kesalahan (Grafik 1). Namun penulis memproyeksikan bahwa penetapan sasaran dengan PMT dan berbasis masyarakat pada akhirnya memiliki dampak yang sama terhadap kemiskinan apabila metode-metode tersebut digunakan untuk menyeleksi penerima manfaat dari program bantuan tunai nasional. grafik 1: ketidaktepatan sasaran berdasarkan metode yang digunakan 30% 33% 33% Metode penetapan sasaran berbasis masyarakat berujung pada kepuasan masyarakat yang lebih tinggi; metode berbasis masyarakat juga lebih baik dalam memilih rumah tangga yang telah mengidentifikasikan dirinya sebagai rumah tangga miskin. Meskipun metode berbasis masyarakat memiliki ketepatan persentase yang lebih kecil dalam mengidentifikasikan rumah tangga yang berhak menerima bantuan tunai dibandingkan dengan PMT, metode ini secara tepat mengidentifikasikan persentase yang lebih besar dari rumah tangga-rumah tangga yang mengidentifikasikan dirinya sebagai rumah tangga miskin. Warga yang ditentukan menggunakan metode berbasis masyarakat juga memperlihatkan kepuasan yang lebih tinggi secara signifikan terhadap proses penentuan sasaran, program bantuan tunai dan daftar penerima manfaat (Grafik 2). Kepuasan yang lebih tinggi juga berujung pada proses pembagian yang lebih mulus di desa-desa dengan metode penetapan sasaran berbasis masyarakat. Metode PMT Metode berbasis masyarakat Metode hibrida Signifikan secara statistik dari metode PMT 3

4 hasil abdul latif jameel poverty action lab Penentuan peringkat pada metode berbasis masyarakat mengindikasikan bahwa masyarakat memahami konsep kemiskinan yaitu mencakup potensi pendapatan rumah tangga selain dari konsumsi rumah tangga. Daftar penerima manfaat di desa-desa yang menggunakan metode berbasis masyarakat lebih berkorelasi dengan penilaian subyektif masyarakat mengenai tingkat kemiskinan mereka sendiri. Selain itu, ketika menentukan peringkat rumah tangga dari termiskin hingga terkaya, terlihat bahwa anggota masyarakat juga peduli tentang kerentanan dan potensi pendapatan dibandingkan hanya konsumsi saja. Mereka menempatkan rumah tangga yang dikepalai janda dan rumah tangga dengan pendidikan rendah sebagai rumah tangga yang lebih miskin tanpa melihat tingkat konsumsi harian mereka. grafik 2: dampak dari tiga metode terhadap kepuasan masyarakat Jumlah dari rumah tangga yang seharusnya ditambahkan ke daftar penerima manfaat Jumlah dari rumah tangga yang seharusnya dikeluarkan ke daftar penerima manfaat Jumlah keluhan (dalam kotak keluhan) foto oleh benjamin a. olken Tidak ada bukti pemanfaatan oleh tokoh masyarakat. Teman dan saudara dari kelompok tokoh masyarakat tidak memiliki kecenderungan lebih untuk mendapatkan bantuan tunai meskipun tokoh masyarakat memiliki kendali yang lebih besar dalam proses penentuan peringkat mereka. Hal ini bisa saja berubah seandainya program ini diadakan kembali, karena orang-orang mungkin belajar untuk memanipulasi sistem. Metode hibrida kurang akurat dibandingkan PMT dan menghasilkan kepuasan yang lebih rendah dibandingkan metode masyarakat. Metode hibrida menghasilkan tingkat kesalahan yang sama seperti metode berbasis masyarakat (33 persen) dan kepuasan masyarakat yang lebih rendah. Meskipun metode hibrida mendapatkan keluhan yang 0.55 lebih sedikit dibandingkan PMT secara rata-rata, metode berbasis masyarakat mendapatkan keluhan yang 1.09 lebih sedikit. Metode PMT Metode berbasis masyarakat Metode hibrida Signifikan secara statistik dari metode PMT 4

5 hasil Proxy-means tests (PMTs) lebih baik dalam hal mengidentifikasi lebih banyak rumah tangga yang hidup dengan $2 atau kurang per hari. PMT dengan tepat mengidentifikasi persentase yang lebih besar dari rumah tangga yang berhak dibandingkan metode berbasis masyarakat atau hibrida, tetapi perbedaan kecil dalam akurasi tidak akan memberikan dampak perbedaan yang signifikan bagi tingkat kemiskinan Indonesia. Namun penentuan sasaran berbasis masyarakat mengarah pada kepuasan masyarakat yang jauh lebih tinggi. Anggota masyarakat cenderung lebih puas dengan metode berbasis masyarakat, yang menyeleksi persentase yang lebih besar dari rumah tangga yang mengidentifikasikan dirinya sebagai rumah tangga miskin. Metode hibrida menunjukkan kinerja yang terburuk dibandingkan metode PMT dan berbasis masyarakat. Penggabungan PMTs dan penentuan sasaran berbasis masyarakat mengurangi akurasi dan berakibat pada kepuasan masyarakat yang lebih rendah. Masyarakat tampaknya menggunakan definisi alternatif tentang kemiskinan yang lebih didasarkan pada potensi pendapatan dibandingkan konsumsi. Contohnya, masyarakat menempatkan rumah tangga yang dikepalai janda dan rumah tangga dengan pendidikan rendah sebagai rumah tangga miskin tanpa melihat tingkat konsumsi harian mereka. Kelompok tokoh masyarakat tidak mencampuri proses penentuan sasaran. Para peneliti tidak menemukan bukti bahwa tokoh masyarakat mengalihkan bantuan tunai ke keluarga atau teman mereka dalam metode penentuan sasaran berbasis masyarakat. PELAJARI LEBIH LANJUT MENGENAI PARTISIPASI MASYARAKAT DI INDONESIA Memenuhi Kebutuhan Masyarakat: Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam menentukan proyek infrastruktur setempat meningkatkan kepuasan masyarakat secara signfikan. Jalan untuk Mengurangi Korupsi: Pengawasan oleh masyarakat tidak mengurangi korupsi di proyek jalanan setempat, kecuali kalau langkah-langkah diambil untuk mencegah pemanfaatan oleh elit-elit setempat. Tersedia di foto oleh ritwik sarkar 5

6 pembelajaran untuk kebijakan Manfaat besar dari penetapan sasaran berbasis masyarakat dalam hal kepuasan masyarakat dapat mengalahkan kelemahan dalam hal akurasi, terutama mengingat bahwa proxy means test dan penetapan sasaran berbasis masyarakat pada akhirnya memiliki dampak yang sama terhadap kemiskinan nasional. Proxy means test (PMT) mengalahkan pendekatan berbasis masyarakat dalam mengidentifikasi siapa yang hidup di bawah garis kemiskinan. Tetapi metode berbasis masyarakat lebih unggul di bidang-bidang lainnya. Metode berbasis masyarakat menghasilkan daftar yang lebih sesuai dengan konsep masyarakat miskin tentang kemiskinan. Melibatkan masyarakat juga secara signifikan meningkatkan kepuasan terhadap proses penentuan sasaran dan program bantuan tunai. Jika kepuasan masyarakat dianggap sebagai capaian hasil yang penting dari sebuah program jaring pengaman sosial, maka penetapan sasaran berbasis masyarakat dapat bekerja lebih baik dibandingkan PMT, terutama bila penulis memproyeksikan bahwa kedua metode ini pada akhirnya memiliki dampak yang sama terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia. Meskipun pemanfaatan oleh tokoh masyarakat tidak mempengaruhi penetapan sasaran berbasis masyarakat dalam hal ini, para peneliti harus mengeksplorasi apakah hal ini juga bisa berlaku di daerah lain atau untuk bantuan tunai berikutnya. Metode penetapan sasaran hibrida yang disempurnakan perlu diidentifikasi dan diuji. Manfaat utama dari pendekatan hibrida adalah bahwa pendekatan ini pada prinsipnya memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam penetapan sasaran sementara meminimalisir resiko bahwa tokoh masyarakat dapat mencampuri proses penetapan sasaran. Karena pengaruh tokoh masyarakat tidak ditemukan sebagai suatu masalah pada bantuan tunai kali ini, metode hibrida tidak berhasil menurunkan tingkat kesalahan penetapan sasaran. Metode ini juga tidak secara berarti meningkatkan kepuasan masyarakat, mungkin karena masyarakat hanya dapat berpengaruh pada daftar awal penerima manfaat. Riset-riset selanjutnya harus mengekplorasi bagaimana metode hibrida dapat dirancang untuk menggabungkan manfaat dari metode proxy means tests dan berbasis masyarakat. Saat ini, penulis dari penelitian ini tengah melakukan evaluasi lanjutan yang menguji apakah metode hibrida yang disempurnakan dapat meningkatkan kepuasan masyarakat dan akurasi penetapan sasaran. Evaluasi Utama: Alatas, Vivi, Abhijit V. Banerjee, Rema Hanna, Benjamin A. Olken, and Julia Tobias Targeting the Poor: Evidence from a Field Experiment in Indonesia. American Economic Review 102(4): Penulis Briefcase: Claire Walsh Editor Briefcase: Mary Ann Bates Desain: Blu Nordgren Kutipan yang disarankan: J-PAL Policy Briefcase Melibatkan Masyarakat dalam Mengidentifikasi Orang Miskin. Cambridge, MA: Abdul Latif Jameel Poverty Action Lab. TENTANG J-PAL The Abdul Latif Jameel Poverty Action Lab (J-PAL) adalah suatu wadah akademisi di seluruh dunia yang memakai evaluasi acak untuk menjawab tantangan utama terkait pemberantasan kemiskinan. Misi J-PAL adalah untuk dapat berkontribusi mengurangi kemiskinan dengan memastikan bahwa kebijakan didasarkan pada bukti empiris. J-PAL GLOBAL Massachusetts Institute of Technology J-PAL LATIN AMERICA & THE CARIBBEAN Pontificia Universidad Católica de Chile J-PAL EUROPE Paris School of Economics J-PAL AFRICA University of Cape Town J-PAL SOUTH ASIA IFMR, India J-PAL SOUTHEAST ASIA Universitas Indonesia 6

launch jakarta, indonesia 25 june 2013

launch jakarta, indonesia 25 june 2013 J-PAL Southeast Asia launch jakarta, indonesia 25 june 2013 Book design by Leah Horgan. Cover photo 2012 Elang Elang Herdian, Courtesy of Photoshare. Photo Credits: p.1 by Anna Yalouris; p.2, 9, 12, 13,15

Lebih terperinci

Menyasar Warga Miskin dan Memilih Instrumen yang Tepat: Studi Kasus Indonesia

Menyasar Warga Miskin dan Memilih Instrumen yang Tepat: Studi Kasus Indonesia Menyasar Warga Miskin dan Memilih Instrumen yang Tepat: Studi Kasus Indonesia Indonesia mencoba beralih dari sekumpulan program bantuan sosial menjadi suatu jaring pengaman yang terintegrasi Usaha menyasar

Lebih terperinci

MENGEJAR KETERTINGGALAN: AKSI MASYARAKAT DAN PERLINDUNGAN SOSIAL DI INDONESIA

MENGEJAR KETERTINGGALAN: AKSI MASYARAKAT DAN PERLINDUNGAN SOSIAL DI INDONESIA 1 MENGEJAR KETERTINGGALAN: AKSI MASYARAKAT DAN PERLINDUNGAN SOSIAL DI INDONESIA Forum Kebijakan Publik Asia Robert Wrobel, Fasilitas Pendukung PNPM Indonesia 2 Pertanyaan Pembatas Apa yang menjadi tantangan

Lebih terperinci

BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL

BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL KANTOR WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL Dr. Bambang Widianto Deputi Bidang

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM BANTUAN KEUANGAN DESA

EVALUASI PROGRAM BANTUAN KEUANGAN DESA EVALUASI PROGRAM BANTUAN KEUANGAN DESA (BANTUAN KEUANGAN PEUMAKMU GAMPONG, BKPG) DI PROVINSI ACEH Latar Belakang dan Dasar Pemikiran Provinsi Aceh telah mencatat kemajuan yang mengesankan menuju pemulihan

Lebih terperinci

BUKTI DARI PEDESAAN INDONESIA

BUKTI DARI PEDESAAN INDONESIA Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat http://pnpm support.org/village capacity 2010 SERI RINGKASAN STUDI KAPASITAS DESA DALAM MEMELIHARA INFRASTRUKTUR: (NOVEMBER 2010) 2 Ringkasan Biaya pemeliharaan

Lebih terperinci

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah KEMENTERIAN Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah Mei 2012 Dari BOS ke BOSDA: Dari Peningkatan Akses ke Alokasi yang Berkeadilan Program

Lebih terperinci

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Disampaikan oleh: DeputiMenteri PPN/Kepala Bappenas Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan pada Peluncuran Peta Kemiskinan dan Penghidupan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang menjadi perhatian utama

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang menjadi perhatian utama BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang menjadi perhatian utama para ekonom penentu kebijakan. Beberapa tahun terakhir, tingkat kemiskinan khususnya di Indonesia mengalami

Lebih terperinci

IPC-IG didukung oleh United Nations Development Programme dan Pemerintah Brazil. Basis Data Terpadu di Indonesia untuk Program Perlindungan Sosial

IPC-IG didukung oleh United Nations Development Programme dan Pemerintah Brazil. Basis Data Terpadu di Indonesia untuk Program Perlindungan Sosial research brief no. 49 ISSN 2358-1379 IPC-IG didukung oleh United Nations Development me dan Pemerintah Brazil. Juli/2015 Basis Data Terpadu di Indonesia untuk Perlindungan Sosial oleh Adama Bah, 1 Suahasil

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang kompleks, bukan hanya diukur dari pendapatan, tetapi juga menyangkut kerentanan dan kerawanan orang atau sekelompok orang

Lebih terperinci

Tantangan-tantangan yang Muncul dalam Mengukur Kemiskinan dan Kesenjangan di Abad ke-21

Tantangan-tantangan yang Muncul dalam Mengukur Kemiskinan dan Kesenjangan di Abad ke-21 Asia Public Policy Forum, Jakarta 28-30 May 2013 Tantangan-tantangan yang Muncul dalam Mengukur Kemiskinan dan Kesenjangan di Abad ke-21 Bob Baulch 2 Gambaran Kemiskinan & Kesenjangan di Asia Menurut Asian

Lebih terperinci

MODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA. USAID Adapt Asia-Pacific

MODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA. USAID Adapt Asia-Pacific MODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA University of Hawaii at Manoa Institut Teknologi Bandung SELAMAT DATANG! Mengapa kita berada disini (tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

CITIZEN REPORT CARD MANOKWARI PAPUA BARAT

CITIZEN REPORT CARD MANOKWARI PAPUA BARAT CITIZEN REPORT CARD MANOKWARI PAPUA BARAT Program Support to CSO merupakan kerja sama PATTIRO dan AIPD. Program ini memberikan dukungan kepada jaringan CSO di wilayah kerja untuk meningkakan kapasitas

Lebih terperinci

EVALUASI DAMPAK PENERAPAN PNPM GENERASI

EVALUASI DAMPAK PENERAPAN PNPM GENERASI 1 Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat http://pnpm support.org/generasi impact 2011 EVALUASI DAMPAK PENERAPAN PNPM GENERASI (JUNI 2011) SERI RINGKASAN STUDI 2 Apa yang Dimaksud Dengan Pnpm

Lebih terperinci

Inisiatif Kompor Bersih Indonesia Kasus Kompor Biomassa Bersih di Indonesia

Inisiatif Kompor Bersih Indonesia Kasus Kompor Biomassa Bersih di Indonesia Inisiatif Kompor Bersih Indonesia Inisiatif Kompor Bersih Indonesia Clean Stove Initiative (CSI) Indonesia adalah suatu inisiatif Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia Kasus bisnis ini dikembangkan oleh

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGISIAN FORM UNTUK FASILITATOR METODE HIBRIDA Effective Targeting of Anti Poverty Programs II

PEDOMAN PENGISIAN FORM UNTUK FASILITATOR METODE HIBRIDA Effective Targeting of Anti Poverty Programs II PEDOMAN PENGISIAN FORM UNTUK FASILITATOR METODE HIBRIDA Effective Targeting of Anti Poverty Programs II I. PENGANTAR Pedoman ini ditujukan untuk memberikan petunjuk pengisian form pada studi Effective

Lebih terperinci

Kertas Kebijakan ini memberikan gambaran umum tentang masalah kesetaraan gender utama

Kertas Kebijakan ini memberikan gambaran umum tentang masalah kesetaraan gender utama KEMISKINAN, KERENTANAN DAN PERLINDUNGAN SOSIAL Kertas Kebijakan ini memberikan gambaran umum tentang masalah kesetaraan gender utama terkait upaya untuk mengatasi kerentanan dan memberikan perlindungan

Lebih terperinci

REDISTRIBUSI ASET UNTUK MENURUNKAN KETIMPANGAN DI INDONESIA

REDISTRIBUSI ASET UNTUK MENURUNKAN KETIMPANGAN DI INDONESIA REDISTRIBUSI ASET UNTUK MENURUNKAN KETIMPANGAN DI INDONESIA Oleh: Faishal Rahman Disampaikan pada Seri Diskusi Publik Megawati Institute "Politik Redistribusi Aset di Indonesia" Jakarta, 27 September 2017

Lebih terperinci

Penentuan Peringkat Kesejahteraan Rumah Tangga (P2K), 2008

Penentuan Peringkat Kesejahteraan Rumah Tangga (P2K), 2008 BADAN PUSAT STATISTIK Penentuan Peringkat Kesejahteraan Rumah Tangga (P2K), 2008 ABSTRAKSI Untuk mendukung strategi penanggulangan kemiskinan, Badan Pusat Statistik (BPS) dipercaya pemerintah untuk menyajikan

Lebih terperinci

DINAMIKA KEMISKINAN DAN PENGUKURAN KERENTANAN KEMISKINAN DALAM UPAYA MELINDUNGI ANAK-ANAK DARI DAMPAK KEMISKINAN

DINAMIKA KEMISKINAN DAN PENGUKURAN KERENTANAN KEMISKINAN DALAM UPAYA MELINDUNGI ANAK-ANAK DARI DAMPAK KEMISKINAN DINAMIKA KEMISKINAN DAN PENGUKURAN KERENTANAN KEMISKINAN DALAM UPAYA MELINDUNGI ANAK-ANAK DARI DAMPAK KEMISKINAN (Studi Kasus pada Rumah Tangga di Pulau Jawa Tahun 2008-2010) 1 Armelia Zukma Kumala, S.

Lebih terperinci

Landasan Kokoh, Masa Depan Cerah

Landasan Kokoh, Masa Depan Cerah Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Pendidikan Dan Pengembangan Usia Dini di Desa-Desa Miskin di Indonesia: Landasan Kokoh,

Lebih terperinci

Tata Kelola Desa. dalam rangka Pelaksanaan UUDesa: Hasil Temuan dari Studi Awalan Sentinel Villages

Tata Kelola Desa. dalam rangka Pelaksanaan UUDesa: Hasil Temuan dari Studi Awalan Sentinel Villages Tata Kelola Desa dalam rangka Pelaksanaan UUDesa: Hasil Temuan dari Studi Awalan Sentinel Villages GARIS BESAR 1 2 3 4 5 6 Latar Belakang Metodologi Waktu pelaksanaan Tujuan Studi Temuan utama Rekomendasi

Lebih terperinci

BASIS DATA TERPADU UNTUK PROGRAM BANTUAN SOSIAL

BASIS DATA TERPADU UNTUK PROGRAM BANTUAN SOSIAL SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIIK INDONESIA BASIS DATA TERPADU UNTUK PROGRAM BANTUAN SOSIAL DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN/ SEKRETARIS EKSEKUTIF TIM NASIONAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu wilayah meningkat dalam jangka panjang (Sukirno,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain seperti tingkat kesehatan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

UNIFIKASI SISTEM PENETAPAN SASARAN NASIONAL

UNIFIKASI SISTEM PENETAPAN SASARAN NASIONAL UNIFIKASI SISTEM PENETAPAN SASARAN NASIONAL Bambang Widianto Deputi Setwapres Bidang Kesra dan Penanggulangan Kemiskinan/ Sekretaris Eksekutif TNP2K JAKARTA, 31 JANUARI 2013 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

Pemutakhiran Basis Data Terpadu Tahun 2015 Untuk Program-program Perlindungan Sosial

Pemutakhiran Basis Data Terpadu Tahun 2015 Untuk Program-program Perlindungan Sosial Pemutakhiran Basis Data Terpadu Tahun 2015 Untuk Program-program Perlindungan Sosial Disampaikan oleh: Kepala BPS DI Yogyakarta Sosialisasi Pemutakhiran Basis Data Terpadu 2015, TKPKD Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

Menyeimbangkan Lapangan Kerja dan Kebijakan-Kebijakan Perlindungan Sosial

Menyeimbangkan Lapangan Kerja dan Kebijakan-Kebijakan Perlindungan Sosial Menyeimbangkan Lapangan Kerja dan Kebijakan-Kebijakan Perlindungan Sosial Shamika Ravi Indian School of Business Forum Kebijakan Publik Asia, Jakarta, 2013 Kesempatan Kerja dan Perlindungan Sosial Lapangan

Lebih terperinci

CITIZEN REPORT CARD. Merauke. papua

CITIZEN REPORT CARD. Merauke. papua CITIZEN REPORT CARD Merauke papua Program Support to CSO merupakan kerja sama PATTIRO dan AIPD. Program ini memberikan dukungan kepada jaringan CSO di wilayah kerja untuk meningkakan kapasitas mereka dalam

Lebih terperinci

PENETAPAN SASARAN BSM BERBASIS RUMAH TANGGA UNTUK MELENGKAPI PENETAPAN SASARAN BERBASIS SEKOLAH

PENETAPAN SASARAN BSM BERBASIS RUMAH TANGGA UNTUK MELENGKAPI PENETAPAN SASARAN BERBASIS SEKOLAH SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIIK INDONESIA PENETAPAN SASARAN BSM BERBASIS RUMAH TANGGA UNTUK MELENGKAPI PENETAPAN SASARAN BERBASIS SEKOLAH BAMBANG WIDIANTO SEKRETARIS EKSEKUTIF TIM NASIONAL PERCEPATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian METODE PENELITIAN Penelitian ini akan memberikan gambaran secara menyeluruh dan mendalam terhadap fenomena strategi nafkah rumah tangga miskin dan pilihan strategi nafkah yang akan dijalankannya. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Badan kesehatan dunia (WHO) telah menetapkan bahwa kesehatan merupakan investasi, hak, dan kewajiban setiap manusia. Kutipan tersebut juga tertuang dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bayi berat lahir rendah (BBLR), dan infeksi (Depkes RI, 2011). mampu menurunkan angka kematian anak (Depkes RI, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. bayi berat lahir rendah (BBLR), dan infeksi (Depkes RI, 2011). mampu menurunkan angka kematian anak (Depkes RI, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan adalah angka kematian bayi (AKB) karena dapat mencerminkan status kesehatan masyarakat. Sebagian besar penyebab

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Survei Tenaga Kesehatan Papua: Hasil penelitian di empat daerah. Hasil penting

RINGKASAN EKSEKUTIF. Survei Tenaga Kesehatan Papua: Hasil penelitian di empat daerah. Hasil penting RINGKASAN EKSEKUTIF Survei Tenaga Kesehatan Papua: Hasil penelitian di empat daerah Pada saat pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1968, puskesmas berfungsi sebagai

Lebih terperinci

Indonesia: Akses Energi Berkelanjutan di Indonesia Timur-Program Pembangunan Jaringan Listrik

Indonesia: Akses Energi Berkelanjutan di Indonesia Timur-Program Pembangunan Jaringan Listrik PDS terjemahan ini didasarkan pada versi Inggrisnya yang bertanggal 28 Oktober 2016. Indonesia: Akses Energi erkelanjutan di Indonesia Timur-Program Pembangunan Jaringan Listrik Nama Akses Energi erkelanjutan

Lebih terperinci

Rachel Slater Program Perlindungan Sosial. 30 Mei 2013

Rachel Slater Program Perlindungan Sosial. 30 Mei 2013 Mitos, salah penyebutan, salah penafsiran: Perdebatan tentang membatalkan penentuan sasaran versus penentuan sasaran secara universal Pemaparan pada Forum Kebijakan Publik Asia 2013, Jakarta Rachel Slater

Lebih terperinci

Sebuah Kota bagi Semua Menuju Sydney yang tangguh dan berkeadilan sosial

Sebuah Kota bagi Semua Menuju Sydney yang tangguh dan berkeadilan sosial Sebuah Kota bagi Semua Menuju Sydney yang tangguh dan berkeadilan sosial Rangkuman Makalah Diskusi Mengenai Keberlanjutan Sosial Maret 2016 Kota Sydney Rangkuman Sebuah kota untuk semua: semua orang berkembang

Lebih terperinci

RingkasanKajian. MDG, Keadilan dan Anak-anak: Jalan ke depan bagi Indonesia. Gambaran umum Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) berusaha mengangkat

RingkasanKajian. MDG, Keadilan dan Anak-anak: Jalan ke depan bagi Indonesia. Gambaran umum Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) berusaha mengangkat UNICEF INDONESIA OKTOBER 2012 RingkasanKajian MDG, Keadilan dan Anak-anak: Jalan ke depan bagi Indonesia MDG dan Keadilan Bagi Anak-anak di Indonesia: Gambaran umum Mencapai MDG dengan Keadilan: tantangan

Lebih terperinci

1. Apa yang dimaksud dengan Basis Data Terpadu? 2. Apa Kegunaan Basis Data Terpadu?

1. Apa yang dimaksud dengan Basis Data Terpadu? 2. Apa Kegunaan Basis Data Terpadu? 1. Apa yang dimaksud dengan Basis Data Terpadu? Basis Data Terpadu untuk Program Perlindungan Sosial yang dikelola oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) adalah sebuah sistem yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah mengenai kependudukan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah mengenai kependudukan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah mengenai kependudukan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan suatu

Lebih terperinci

BRANCHLESS BANKING UNTUK MENINGKATKAN FINANCIAL INCLUSION: Mendorong Akses Perbankan untuk Lebih Pro-Poor

BRANCHLESS BANKING UNTUK MENINGKATKAN FINANCIAL INCLUSION: Mendorong Akses Perbankan untuk Lebih Pro-Poor BRANCHLESS BANKING UNTUK MENINGKATKAN FINANCIAL INCLUSION: Mendorong Akses Perbankan untuk Lebih Pro-Poor Bambang Widianto Deputi Seswapres Bidang Kesra dan Penanggulangan Kemiskinan/ Sekretaris Eksekutif

Lebih terperinci

DI 8 KABUPATEN/KOTA TAHUN

DI 8 KABUPATEN/KOTA TAHUN LAPORAN Penargetan yang Efektif untuk Program Penanggulangan Kemiskinan II (Effective Targeting of Anti Poverty Programs II) DI 8 KABUPATEN/KOTA TAHUN 2011 Badan Pusat Statistik Jl. Dr. Soetomo 6-8 Jakarta

Lebih terperinci

CITIZEN REPORT CARD FLORES TIMUR. NTt

CITIZEN REPORT CARD FLORES TIMUR. NTt CITIZEN REPORT CARD FLORES TIMUR NTt Program Support to CSO merupakan kerja sama PATTIRO dan AIPD. Program ini memberikan dukungan kepada jaringan CSO di wilayah kerja untuk meningkakan kapasitas mereka

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN UNDP INDONESIA STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN UNDP INDONESIA Agenda Perserikatan Bangsa-Bangsa 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan Indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada Tahun 2000 strategi global kesehatan untuk semua dari World Health Organization (WHO) menekankan bahwa kesehatan adalah hak manusia, yang mengandung arti bahwa

Lebih terperinci

PERAN FINANCIAL INCLUSION DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN: Mendorong KUR untuk Lebih Pro-Poor

PERAN FINANCIAL INCLUSION DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN: Mendorong KUR untuk Lebih Pro-Poor PERAN FINANCIAL INCLUSION DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN: oleh: Bambang Widianto Deputi Seswapres Bidang Kesra dan Penanggulangan Kemiskinan/ Sekretaris Eksekutif TNP2K PT Bank Mandiri, Tbk. Jakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah terwujudnya masyarakat

Lebih terperinci

POLA PENGEMBANGAN ENERGI PERDESAAN DENGAN SWADAYA MASYARAKAT

POLA PENGEMBANGAN ENERGI PERDESAAN DENGAN SWADAYA MASYARAKAT Latar Belakang POLA PENGEMBANGAN ENERGI PERDESAAN DENGAN SWADAYA MASYARAKAT 1. Sekitar 60 70 % penduduk Indonesia tinggal di daerah perdesaan, maka Pembangunan Perdesaan harus mendapat prioritas yang tinggi

Lebih terperinci

Proyek GCS- Tenurial. Kepastian tenurial bagi masyarakat sekitar hutan. Studi komparasi global ( )

Proyek GCS- Tenurial. Kepastian tenurial bagi masyarakat sekitar hutan. Studi komparasi global ( ) Proyek GCS- Tenurial Kepastian tenurial bagi masyarakat sekitar hutan Studi komparasi global (2014-2016) Pendahuluan Dalam beberapa tahun terakhir ini, reformasi tenurial sektor kehutanan tengah menjadi

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 150 BAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Penelitian yang berjudul Determinan unmet need Keluarga Berencana di Indonesia memiliki tujuan utama yaitu untuk menjawab mengapa terjadi kenaikan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Papua merupakan daerah di kawasan timur Indonesia yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Papua merupakan daerah di kawasan timur Indonesia yang mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Papua merupakan daerah di kawasan timur Indonesia yang mengalami ketertinggalan pembangunan selama beberapa dekade. Pada era otonomi daerah, kebijakan Otonomi Khusus

Lebih terperinci

Pengantar Sensus Penduduk (SP) merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh BPS setiap 10 tahun sekali pada tahun yang berakhiran nol. Tujuan pelaksanaan SP adalah mendapatkan data dasar kependudukan terkini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut penelitian yang dilakukan oleh SPSS White paper (2010), anak perusahaan International Business Machines (IBM), nilai-nilai tentang kepuasan pelanggan sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi wilayah atau regional merupakan salah satu bagian penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Solusi Masalah Kepesertaan & Pemutakhiran Data Penerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS)

Solusi Masalah Kepesertaan & Pemutakhiran Data Penerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS) Solusi Masalah Kepesertaan & Pemutakhiran Data Penerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS) Website: www.wapresri.go.id Peluncuran Kartu Perlindungan Sosial (KPS) yang diikuti dengan pelaksanaan program Bantuan

Lebih terperinci

Pelaksanaan program Pamsimas menggunakan pendekatan

Pelaksanaan program Pamsimas menggunakan pendekatan Bagaimana Kegiatan Dilaksanakan? Siswa-siswi SDN Kwangsan 02 di Kec. Jumapolo Kab. Karanganyar Jawa Tengah melakukan demo PHBS dalam rangkaian program Pamsimas. Pelaksanaan program Pamsimas menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA SEKUNDER DAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PROPINSI SUMATERA BARAT

BAB IV ANALISA DATA SEKUNDER DAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PROPINSI SUMATERA BARAT BAB IV ANALISA DATA SEKUNDER DAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PROPINSI SUMATERA BARAT Analisa deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran tentang keadaan pendidikan di Sumatera Barat. 4.1. Karakteristik

Lebih terperinci

Membuka. 10 Tahun Data Mikro. dari Indonesia

Membuka. 10 Tahun Data Mikro. dari Indonesia Membuka 10 Tahun Data Mikro dari Indonesia B A N K D U N I A 2017 BANK DUNIA Local Solutions to Poverty, Jakarta, Indonesia Karya ini merupakan produk staf Bank Dunia, melalui Dana Amanah Local Solutions

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGISIAN FORM UNTUK FASILITATOR METODE PENDAFTARAN Effective Targeting of Anti Poverty Programs II

PEDOMAN PENGISIAN FORM UNTUK FASILITATOR METODE PENDAFTARAN Effective Targeting of Anti Poverty Programs II PEDOMAN PENGISIAN FORM UNTUK FASILITATOR METODE PENDAFTARAN Effective Targeting of Anti Poverty Programs II I. PENGANTAR Pedoman ini ditujukan untuk memberikan petunjuk pengisian form pada studi Effective

Lebih terperinci

MENGUKUR PENDAPATAN DAN KEMISKINAN MULTI-DIMENSI: IMPLIKASI TERHADAP KEBIJAKAN

MENGUKUR PENDAPATAN DAN KEMISKINAN MULTI-DIMENSI: IMPLIKASI TERHADAP KEBIJAKAN MENGUKUR PENDAPATAN DAN KEMISKINAN MULTI-DIMENSI: IMPLIKASI TERHADAP KEBIJAKAN Sudarno Sumarto Policy Advisor - National Team for the Acceleration of Poverty Reduction Senior Research Fellow SMERU Research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka pangjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting yang dialami dunia belakangan

Lebih terperinci

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN Noviana Khususiyah, Subekti Rahayu, dan S. Suyanto World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast

Lebih terperinci

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017 No. 47/07/71/Th. XX, 17 Juli 2017 KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui

Lebih terperinci

TANTANGAN DAN PELUANG BAGI INDUSTRI BPR KE DEPAN

TANTANGAN DAN PELUANG BAGI INDUSTRI BPR KE DEPAN TANTANGAN DAN PELUANG BAGI INDUSTRI BPR KE DEPAN AGENDA PRESENTASI I. PERKEMBANGAN INDUSTRI BPR II. TANTANGAN DAN PELUANG INDUSTRI BPR KE DEPAN A. FINANCIAL INCLUSION B. BRANCHLESS BANKING C. MEA 2015

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

MENETAPKAN SASARAN BERBASIS WILAYAH DAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN DATA BDT, PODES, DAN SUSENAS

MENETAPKAN SASARAN BERBASIS WILAYAH DAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN DATA BDT, PODES, DAN SUSENAS MENETAPKAN SASARAN BERBASIS WILAYAH DAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN DATA BDT, PODES, DAN SUSENAS Elan Satriawan Ketua Pokja, TNP2K 1 LATAR BELAKANG Berbagai indikator kemiskinan seperti P0, P1, ataupun P2

Lebih terperinci

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

Hari Pangan Sedunia 2015 Perlindungan Sosial dan Pertanian: Memutus Siklus Kemiskinan di Pedesaan

Hari Pangan Sedunia 2015 Perlindungan Sosial dan Pertanian: Memutus Siklus Kemiskinan di Pedesaan Hari Pangan Sedunia 2015 Perlindungan Sosial dan Pertanian: Memutus Siklus Kemiskinan di Pedesaan Catatan ini bertujuan untuk mengenalkan konsep perlindungan sosial kepada guru dan siswa. Catatan ini dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan adalah dimensi penting dari usaha United Nations Development Programme (UNDP) untuk mengurangi separuh kemiskinan dunia

Lebih terperinci

Mengapa melakukan pengacakan (Randomization)? John Floretta J-PAL South Asia

Mengapa melakukan pengacakan (Randomization)? John Floretta J-PAL South Asia Mengapa melakukan pengacakan (Randomization)? John Floretta J-PAL South Asia Ikhtisar Pelatihan 1. Apa yang dimaksud dengan evaluasi? Mengapa Mengevaluasi? 2. Mengapa melakukan pengacakan? 3. Cara pengacakan

Lebih terperinci

LESTARI BRIEF KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri

LESTARI BRIEF KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri LESTARI BRIEF LESTARI Brief No. 01 I 11 April 2016 USAID LESTARI KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri PENGANTAR Bagi ilmuwan, kebakaran

Lebih terperinci

Sektor Informal yang Teroganisasi: Menata Kota untuk Sektor Informal

Sektor Informal yang Teroganisasi: Menata Kota untuk Sektor Informal Sektor Informal yang Teroganisasi: Menata Kota untuk Sektor Informal Haryo Winarso Gede Budi 1 Pengantar Istilah sektor informal biasanya digunakan untuk menunjukkan sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala

Lebih terperinci

Tahap Konsultasi untuk Mekanisme Akuntabilitas

Tahap Konsultasi untuk Mekanisme Akuntabilitas Tahap Konsultasi untuk Mekanisme Akuntabilitas Mendengarkan Masyarakat yang Terkena Dampak Proyek-Proyek Bantuan ADB Apa yang dimaksud dengan Mekanisme Akuntabilitas ADB? Pada bulan Mei 2003, Asian Development

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah terjadi sejak dahulu kala. Kemiskinan sangat terkait dengan kepemilikan modal, kepemilikan lahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu di antara sejumlah daftar negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu di antara sejumlah daftar negaranegara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu di antara sejumlah daftar negaranegara berkembang di dunia. Hal yang paling mendasar yang umum dijumpai dalam suatu negara berkembang

Lebih terperinci

PEREMPUAN DALAM MATA RANTAI KAKAO: SUSTAINABLE COCOA PRODUCTION PROGRAM

PEREMPUAN DALAM MATA RANTAI KAKAO: SUSTAINABLE COCOA PRODUCTION PROGRAM PEREMPUAN DALAM MATA RANTAI KAKAO: SUSTAINABLE COCOA PRODUCTION PROGRAM 1 Desember 2016 Putri Mumpuni Gender and Community Development Specialist - Swisscontact 1 1 Facts & Figures 2015 1000+ Employees

Lebih terperinci

Peta Kemiskinan dan Penghidupan Indonesia

Peta Kemiskinan dan Penghidupan Indonesia Peta Kemiskinan dan Penghidupan Indonesia Pendahuluan Metodologi Tentang Portal Web Cara Menggunakan w w w. s m e r u. o r. i d w w w.fo rd fo u n d a ti o n. o r g w w w. u n i c e f. o r. i d Pendahuluan

Lebih terperinci

V. TIPOLOGI KEMISKINAN DAN KERENTANAN

V. TIPOLOGI KEMISKINAN DAN KERENTANAN V. TIPOLOGI KEMISKINAN DAN KERENTANAN Pada tahap pertama pengolahan data, dilakukan transfer data dari Podes 2003 ke Susenas 2004. Ternyata, dari 14.011 desa pada sample SUSENAS 13.349 diantaranya mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Proyek yang berfokus pada pemulihan masyarakat adalah yang paling awal dijalankan MDF dan pekerjaan di sektor ini kini sudah hampir

Lebih terperinci

EVALUASI DAN PENGAJUAN SARAN BAGI RUMAH TANGGA SUSETI LANJUTAN

EVALUASI DAN PENGAJUAN SARAN BAGI RUMAH TANGGA SUSETI LANJUTAN EVALUASI DAN PENGAJUAN SARAN BAGI RUMAH TANGGA SUSETI LANJUTAN Form E NO WILCAH ID RUMAH TANGGA COV1. RESPONDEN TARGET 1. LAKI-LAKI 3.PEREMPUAN COV1a. NAMA RESPONDEN TARGET : No urut ART: COV2. NAMA RESPONDEN

Lebih terperinci

Dua tahun Jokowi-JK dalam atasi kemiskinan

Dua tahun Jokowi-JK dalam atasi kemiskinan Dua tahun Jokowi-JK dalam atasi kemiskinan Kamis, 20 Oktober 2016 11:40 WIB 2.844 Views Oleh Ahmad Buchori http://www.antaranews.com/berita/591240/dua-tahun-jokowi-jk-dalam-atasi-kemiskinan?utm_source=dua-tahun-jokowi-jk&utm_medium=fokus&utm_campaign=news

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENERIMAAN DAN PEMBERIAN SUMBANGAN OLEH ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM PENCEGAHAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENDUDUK LANJUT USIA

PENDUDUK LANJUT USIA PENDUDUK LANJUT USIA Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk

Lebih terperinci

"Ojo Dumeh" Peningkatan Kapasitas Perangkat Desa. Ivanovich Agusta

Ojo Dumeh Peningkatan Kapasitas Perangkat Desa. Ivanovich Agusta "Ojo Dumeh" Peningkatan Kapasitas Perangkat Desa Ivanovich Agusta Kegiatan peningkatan kapasitas perangkat desa menyisakan kekhawatiran dominasi birokrasi kepada warga. Kepala desa dan aparatnya mendominasi

Lebih terperinci

Modul E-Learning 1. Modul bagian pertama yaitu Pengenalan Pencucian Uang bertujuan untuk menjelaskan:

Modul E-Learning 1. Modul bagian pertama yaitu Pengenalan Pencucian Uang bertujuan untuk menjelaskan: Modul E-Learning 1 PENGENALAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENDANAAN TERORISME Bagian Pertama. Pengenalan Pencucian Uang Tujuan Modul bagian pertama yaitu Pengenalan Pencucian Uang bertujuan untuk menjelaskan:

Lebih terperinci

5 Informasi Sosial-Ekonomi

5 Informasi Sosial-Ekonomi 41 5 Informasi Sosial-Ekonomi Perencanaan dan pelaksanaan pemukiman kembali memerlukan data yang dapat dipercaya dan benar yang menunjukkan dampak yang sebenarnya terhadap OTD sehingga dapat disusun dengan

Lebih terperinci

Kursus pelatihan untuk pembuat kebijakan tentang produktifvitas dan kondisi kerja UKM

Kursus pelatihan untuk pembuat kebijakan tentang produktifvitas dan kondisi kerja UKM Kursus pelatihan untuk pembuat kebijakan tentang produktifvitas dan kondisi kerja UKM Kebijakan UKM: Peran dan Latar Belakang Concepts Kebijakan dan UKM 1. Kebijakan umum yang terkait dengan UKM Membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan seseorang dapat dapat diindikasikan oleh meningkatkatnya usia harapan hidup (UHH), akibatnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) semakin bertambah banyak

Lebih terperinci

Hybrid: Perbaikan dari Masyarakat

Hybrid: Perbaikan dari Masyarakat Hybrid: Perbaikan dari Masyarakat Manual untuk Fasilitator Metode untuk melengkapi daftar keluarga calon peserta PKH dari Pusat (BPS) dengan mengundang warga SLS yang bersangkutan ke sebuah pertemuan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia selama hidupnya selalu melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhannya, baik berupa kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat perlindungan, hiburan dan kebutuhan

Lebih terperinci