Kertas Kebijakan ini memberikan gambaran umum tentang masalah kesetaraan gender utama

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kertas Kebijakan ini memberikan gambaran umum tentang masalah kesetaraan gender utama"

Transkripsi

1 KEMISKINAN, KERENTANAN DAN PERLINDUNGAN SOSIAL Kertas Kebijakan ini memberikan gambaran umum tentang masalah kesetaraan gender utama terkait upaya untuk mengatasi kerentanan dan memberikan perlindungan sosial warga miskin. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa penanggulangan kemiskinan merupakan prioritas pembangunan utama dalam pemerintahannya. Angka kemiskinan nasional turun dari 16,7% (2004) menjadi 13,3% (2010), tanpa adanya perbedaan angka kemiskinan antara laki-laki dan perempuan, yang dihitung berdasar jumlah konsumsi. Angka kemiskinan rumahtangga dengan kepala rumahtangga perempuan (RTP) tetap lebih rendah dibanding rumahtangga dengan kepala rumahtangga laki-laki (RTL). Selama tahun , jumlah persentase RTL miskin sedikit lebih tinggi dibanding RTP, namun, angka penanggulangan kemiskinan secara keseluruhan lebih lambat pada RTP daripada RTL, dan angka kemiskinan untuk RTP di perkotaan cenderung meningkat. Kenyataan ini terjadi walaupun RTP menerima manfaat dari semua program perlindungan sosial yang jauh lebih tinggi dibanding RTL. Dengan teknik penentuan target yang lebih tepat maka akan mengurangi kesalahan dalam menentukan siapa yang harus diikutkan (inclusion) dan yang tidak diikutkan (exclusion) dan dapat memastikan lebih banyak rumah tangga miskin yang memperoleh perlindungan sosial. Tantangannya adalah bagaimana memastikan bahwa indikator kemiskinan, yang menggambarkan karakteristik RTP miskin dan rentan, juga dimasukkan dalam mekanisme pembuatan target yang baru dan bahwa anggota RTL dan RTP memiliki akses sama terhadap manfaat program dalam rumahtangga. Status Saat ini: Penanggulangan Kemiskinan Data kemiskinan menunjukkan adanya ke sen jangan gender spesifik dalam penang gulangan kemiskinan, khususnya yang menyangkut keluarga dengan kepala rumah tangga perempuan diperkotaan. Secara keseluruhan, penanggulangan kemiskinan berjalan lambat, tanpa perbedaan signifikan antara kedua jenis kelamin. Walaupun lebih banyak RTL miskin daripada RTP, namun angka penurunan kemiskinan RTP lebih lambat dibanding RTL, dan kemiskinan pada RTP perkotaan sebenarnya cenderung meningkat. Indikator kedalaman dan keparahan kemiskinan cukup rendah untuk kedua jenis rumahtangga dan sedikit lebih rendah pada RTP, meskipun angka penurunan secara signifikan lebih lambat pada RTP daripada RTL [Note: Kedalaman kemiskinan diukur berdasar kesenjangan kemiskinan, sehingga diketahui sejauh mana 1 NEW brief 5 indo.indd 1 6/13/2011 2:20:37 AM

2 umumnya individu berada dibawah garis kemiskinan. Indeks keparahan kemiskinan merupakan kuadrat dari indeks kesenjangan kemiskinan dan menjelaskan tingkat ketidaksetaraan dengan memberikan nilai lebih pada orang yang sangat miskin]. Gambar 1 : Angka Kemiskinan (tahun ), berdasar jenis kelamin individu dan kepala rumah tangga Permasalahan utama terkait kesenjangan antara keluarga dengan RTL dan RTP adalah sebagai berikut (lihat Tabel 1) RTP mewakili 14,6% dari seluruh rumahtangga, 15,5% dari seluruh rumahtangga perkotaan dan 13,8% dari seluruh rumahtangga pedesaan. Seki tar setengah dari seluruh RTP dan 47,4% dari semua RTL tinggal di perkotaan. Tidak ada perbedaan angka kemiskinan laki-laki dan perempuan, yaitu sekitar 14%. Selama 5 tahun terakhir (tahun ), angka kemiskinan per-capita laki-laki turun sebesar 2,6 poin persentase dan perempuan 2,4 po in [Note: Semua garis tren sementara disini yaitu antara tahun 2004 dan 2009]. Jumlah persentase RTL miskin sedikit lebih tinggi dibanding RTP, jika menggunakan pengukuran kemiskinan berdasar konsumsi. Pengukuran kemiskinan berdasar konsumsi ditentukan oleh nilai konsumsi per-capita per-hari/bulan. Angka kemiskinan RTL 11,7% dan RTP 10,6%. Kecepatan penurunan kemiskinan lebih lambat pada RTP dibanding RTL. Kemiskinan menurun sebesar 18% pada RTL dan 5,3% pada RTP. Angka hampir miskin RTL adalah 22,25% dan RTP 19,44%. [Garis kemiskinan untuk angka hampir miskin= garis kemiskinan x 1.2]. Angka sangat miskin RTP sama dengan RTL, yaitu (4%). [Garis kemiskinan untuk angka sangat miskin = garis kemiskinan x 0.8]. (Lihat Gambar 1.) Sumber: Susenas tahun 2004, 2009, Perhitungan Bank Dunia. [Individu adalah angka kemiskinan percapita berdasar jenis kelamin dalam rumahtangga miskin. HOH adalah angka kemiskinan rumahtangga berdasar jenis kelamin kepala rumahtangga Walaupun secara keseluruhan angka penurunan kemiskinan di perkotaan lebih lambat daripada di pedesaan, terdapat beberapa perbedaan gender yang signifikan. Angka kemiskinan untuk RTP perkotaan meningkat sebesar 9,2%, sementara RTL menurun 17%. Di antara RTL perkotaan yang hampir miskin penurunan kemiskinan lebih tinggi yaitu sebesar 14%, dibanding RTP sebesar 3%. Mengingat pesatnya laju urbanisasi di Indonesia maka perlu diselidiki dan ditangani lebih lanjut. Kemiskinan menurun lebih lambat bagi RTP dibanding RTL di pedesaan. Angka kemiskinan RTP pedesaan menurun sebesar 8%, sementara RTL menurun sebesar 16%. Kajian tentang kedalaman (indeks kesenjangan kemiskinan) dan keparahan (kuadrat kesenjangan kemiskinan) kemiskinan antara RTL dan RTP menunjukkan tren yang sama. Meskipun angka sebenarnya sama dan relatif rendah untuk RTL dan RTP, tetapi penurunannya lebih menonjol pada RTL dibanding RTP, khususnya di perkotaan: dimana kedalaman kemiskinan RTL berkurang sebesar 21% dibanding RTP 7%, dan tingkat keparahan kemiskinan berkurang 25% bagi RTL dan 19% RTP. 2 NEW brief 5 indo.indd 2 6/13/2011 2:20:39 AM

3 Di pedesaan baik kedalaman maupun keparahan kemiskinan mengalami penurunan sebesar 16% di antara RTL dan 13% di antara RTP. (Lihat Tabel 1) Tabel 1: Pengukuran Kemiskinan Berdasar Konsumsi Nasional Perkotaan Pedesaan Indikator ( %) Perubahan Perubahan Perubahan RTL sebagai persentase (0) (1) (0) dari total rumahtangga RTP sebagai presentase dari total rumahtangga % thp semua RTL perkotaan % thp semua RTP perkotaan Individu miskin dalam (12) (14) (14) populasi RTL miskin (19) 11 9 (17) (16) RTP miskin (5) (8) RTL hampir miskin (9) (14) (4) RTP hampir miskin (8) (3) (7) RTL P1- kedalaman 2,50 2,01 (19,64) 1, (21,31) 2,88 2,42 (15,83) RTP P1 2,04 1,78 (12,61) 1, (6,90) 2,44 2,12 (13,28) RTL P2- keparahan 0,67 0,53 (21,19) 0, (24,77) 0,76 0,64 (16,23) RTP P2 0,56 0,46 (16,85) 0, (19,42) 0,62 0,54 (13,04) Sumber: Susenas tahun 2004, 2009, perhitungan Bank Dunia. Catatan : M/F adalah rasio Laki-laki/Perempuan untuk pengukuran. MH/FH adalah rasio keluarga dengan kepala rumah tangga laki-laki/ keluarga dengan kepala rumah tangga perempuan untuk pengukuran. dibanding RTL (8%). Persentase anak RTP miskin perkotaan yang bekerja menurun dari 12% menjadi 2% sementara kemiskinan pada RTP perkotaan meningkat pada kurun waktu yang sama, terlihat adanya peningkatan kemiskinan RTP perkotaan, kemungkinan karena adanya ketergantungan RTP perkotaan atas penghasilan dari pekerja anak di masa lalu (Lihat Tabel 2). Tabel 2: Pengukuran kemiskinan non konsumsi Nasional Perkotaan Pedesaan Indikator ( %) Perubahan Perubahan Perubahan RTL Tidak bersekolah* (21) 9 10 (6) Pekerja anak ** (67) 6 6 (3) Miskin tidak bersekolah * (28) Anak miskin bekerja ** (29) 7 8 (12) RTP Tidak bersekolah* (22) (12) Anak bekerja ** (32) Miskin tidak bersekolah * (42) Anak miskin bekerja ** (69) Penjelasan yang mungkin bisa diberikan untuk lambatnya penurunan kemiskinan pada RTP dibanding RTL termasuk: RTP biasanya hanya memiliki satu orang dewasa pencari nafkah (tidak adanya laki-laki dewasa yang bekerja), ditambah dengan strategi yang digunakan RTP untuk mempertahankan tingkat konsumsi agar relatif sama, contohnya, dengan tidak mengijinkan anak-anak bersekolah supaya bisa membantu mencari nafkah atau menghemat biaya sekolah. Meski persentase nasional anak-anak miskin usia 6-15 tahun yang tidak bersekolah sama jumlahnya antara RTL dan RTP, yaitu sekitar 18%, namun terlihat adanya tren yang berlawanan di perkotaan dan pedesaan. Angka anak miskin yang tidak bersekolah lebih tinggi RTP miskin perkotaan (19%) dibanding RTL (15%), sementara angka anak yang tidak bersekolah diantara RTP pedesaan (17%) lebih rendah dibandingkan RTL (20%). Di sisi lain, angka anak-anak miskin yang bekerja di pedesaan selalu lebih tinggi dibanding anak-anak di perkotaan, dan lebih tinggi pada RTP (12%) Indikator kemiskinan berdasar non-pendapatan atau konsumsi lainnya yang khas RTP termasuk dijual atau tidak adanya aset, tabungan tidak ada atau ada tapi digunakan untuk kebutuhan konsumsi, bukan untuk produksi. Analisis mengenai permasalahan ini masih kurang saat ini sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengkaji kemungkinan penyebab meningkatnya kemiskinan pada RTP di perkotaan, dan tantangan yang dihadapi RTP secara umum untuk dapat keluar dari kemiskinan, sehingga dapat dibuat target RTP rentan yang lebih baik. 3 NEW brief 5 indo.indd 3 6/13/2011 2:20:40 AM

4 Status saat ini: Perlindungan Sosial Meskipun RTP cenderung menikmati manfaat bantuan perlindungan sosial agak tidak proporsional, masih terjadi bias inklusi dan ekslusi yang signifikan terhadap RTP dan RTL miskin Laki-laki dan perempuan tersebar merata diantara rumahtangga yang menerima bantuan sosial, tetapi RTP sering lebih mungkin menjadi penerima bantuan social dibanding sub-kelompok lainnya, walau tingkat konsumsinya tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat menganggap RTP lebih layak menerima bantuan daripada rumahtangga lainnya. Meski RTP tidak secara khusus menjadi target program perlindungan sosial (kecuali PEKKA, lihat dibawah), lihat di bawah), keputusan mengenai rumahtangga mana yang seharusnya menerima bantuan sering dibuat di tingkat masyarakat dan RTP sering dianggap lebih miskin dari RTL berdasarkan persepsi dan pengetahuan di daerah. Tetapi di antara RTP maupun RTL, terdapat bias inklusi dan eksklusi yang signifikan (beberapa rumahtangga tidak miskin yang tidak memenuhi syarat menerima bantuan, sementara yang berhak justru tidak memperoleh bantuan. (Lihat Gambar 1 dan 2). Gambar 2: Persentase Konsumsi Menurut Desil Penerima Manfaat BLT (tahun ), menurut sub-kelompok Persentase pada desil yang tercakup Konsumsi menurut desil Sumber: Susenas tahun 2009, perhitungan Bank Dunia Nasional Perkotaan Pedesaan RTP Laki laki Perempuan Di antara orang miskin, sebagian besar rumahtangga perkotaan bukan penerima manfaat. Metodologi penentuan sasaran sedang direvisi saat ini, dengan penekanan pada indikator kemiskinan yang terukur dan transparan, dan implikasinya terhadap kebutuhan RTP perlu dipertimbangkan dengan teliti saat memilih indikator ini (lihat di atas indikator nonkonsumsi). Dampak gender Bantuan Tunai Bersyarat (Program Keluarga Harapan/PKH) berbeda pada RTL dan RTP yang menunjukkan adanya perbedaan dalam pengambilan keputusan dalam rumahtangga dan pilihan pengeluaran. RTP tampaknya lebih memprioritaskan pelayanan ante- dan post-natal untuk ibu-ibu, pemeriksaan kehamilan dan perawatan pasca persalinan bagi para ibu, sementara RTL lebih menekankan perawatan kesehatan anak-anak dan perawatan kesehatan untuk anak laki-laki secara keseluruhan lebih disukai dibandingkan untuk anak perempuan. Permasalahan Kebijakan Program-program bantuan sosial diberikan melalui berbagai saluran seperti PNPM Mandiri. Permasalahan utama terkait program bantuan sosial misalnya: Raskin, program beras bersubsidi bagi masyarakat miskin telah ada di Indonesia dalam beberapa bentuk sejak terjadinya Krisis Asia tahun Di bawah program Raskin ini, Badan Logistik Nasional (Bulog) membeli beras secara grosir menggunakan subsidi dari pemerintah. Beras ini kemudian didistribusikan ke desa-desa, di mana rumahtangga yang memenuhi syarat dapat membeli beras hingga jumlah tertentu dengan harga lebih rendah dari pasar. Program Raskin tidak mempertimbangkan gender dalam pelaksanaannya, RTP pada semua desil lebih mungkin untuk menerima manfaat Raskin dibanding RTL: 60% dari semua RTP dan 86% 4 NEW brief 5 indo.indd 4 6/13/2011 2:20:42 AM

5 RTP miskin menerima Raskin, dibanding 50% dari semua RTL dan 79% RTL miskin. Bahkan RTP miskin di perkotaan terlalu banyak yang menjadi penerima manfaat Raskin: 85% dari RTP miskin di perkotaan menerima Raskin dibandingkan dengan 76% RTL miskin di perkotaan. Jumlah RTP penerima manfaat Raskin lebih banyak di semua desil, misalnya 40% dari RTP dalam desil ke-9 menerima Raskin, dibandingkan dengan rata-rata nasional sebesar 25%. (Lihat tabel 3 dan 4). Manfaat Program Raskin tampaknya terbagi di antara semua anggota rumahtangga penerima, dimana anak-anak lebih diutamakan, tanpa ada pembedaan gender saat alokasi untuk anggota keluarga. Walau ada tabungan tambahan karena beras bersubsidi, namun tidak memiliki efek langsung, seperti peningkatan investasi di bidang pendidikan juga tampak netral gender. Tabel 3: Program Perlindungan Sosial Nasional Perkotaan Pedesaan Indikator RTL penerima Raskin RTP penerima Raskin RTL miskin penerima Raskin RTP miskin penerima Raskin RTL penerima Jamkesmas N/A RTP penerima Jamkesmas N/A RTL miskin penerima Jamkesmas N/A RTP miskin penerima Jamkesmas N/A RTL penerima BLT N/A RTP penerima BLT N/A RTL miskin penerima BLT N/A RTPmiskin penerima BLT N/A Sumber: Susenas tahun 2004, 2009, perhitungan Bank Dunia. Tabel 4: Usia Menurut Desil Penerima Raskin, 2009 Desil Nasional Perkotaan Pedesaan RTP Laki-laki Perempuan Target sempurna Bantuan Langsung Tunai (BLT). Ketika subsidi dihapuskan pada tahun 2005, menyebabkan terjadinya kenaika harga bahan bakar rumahtangga hingga rata-rata lebih dari 125%. Program BLT tanpa syarat yang dibayarkan empat kali per-tahun ini didanai dari hasil penghematan anggaran yang didapat dari pengurangan subsidi ini, merupakan program Pemerintah Indonesia untuk mengatasi kenaikan harga bahan bakar. Sasaran Program ini adalah rumahtangga miskin yang paling sedikit memperoleh untung dari program subsidi sebelumnya dan paling merasakan dampak dari kenaikan harga. BLT dilaksanakan kembali tahun 2008 ketika terjadi krisis internasional di pasar keuangan dan krisis harga pangan, dikombinasikan dengan kondisi lain, yaitu pengurangan subsidi bahan bakar dalam negeri. 40% dari semua RTP, dan 69% dari RTP miskin, dibanding 24% dari semua RTL dan 52% dari RTL miskin menerima BLT (lihat tabel 3 dan Gambar 2). RTP (28%) dan RTL (15%) di perkotaan nampaknya relatif paling dirugikan dibanding rekan-rekan sekelompoknya di pedesaan (RTP: 53%, RTL: 32%) sementara kondisi yang dialami rumatangga miskin perkotaan (KM) dan rumahtangga miskin di pedesaan (MD) cukup merata (KMRTP: 65%, DMRTP: 70%, KMRTL: 46%, MDRTL: 55%). Jamkesmas merupakan program perawatan ke sehatan gratis dengan tujuan menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi 30% penduduk termiskin dengan cara memberikan kartu se hat kepada rumahtangga penerima agar bisa mendapatkan pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas dan pengobatan rawat inap di kelas tiga di rumah sakit umum, dan juga pelayanan obstetri, pelayanan kesehatan keliling, imunisasi dan obatobatan. Proporsi RTP yang menerima Jamkesmas relatif lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional pada semua desil. Di antara RTP miskin, 57% menerima Jamkesmas, dibandingkan dengan 48% RTL miskin. Penyebarannya relatif merata di daerah 5 NEW brief 5 indo.indd 5 6/13/2011 2:20:43 AM

6 perkotaan dan pedesaan. (Lihat Tabel 3, Tabel 5 dan Gambar 3). Jamkesmas awalnya ditujukan untuk pekerja formal tetapi telah diperluas agar dapat mencakup pekerja informal melalui peraturan no. PER.24/MEN/VI/2006 yang dikeluarkan oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Gambar 3: Persentase Konsumsi Desil yang Menerima Manfaat Jamkesmas (2009), menurut sub kelompok Persentase pada desil yang tercakup Konsumsi menurut desil Sumber: Susenas 2009, Perhitungan Bank Dunia Nasional Perkotaan Pedesaan Rumah tangga yang dikepalai perempuan Laki laki Perempuan Tabel 5: Usia Menurut Desil Penerima Jamkesmas, Tahun 2009 (Cakupan) Desil Nasional Perkotaan Pedesaan RTP Laki-laki Perempuan Target sempurna Program Keluarga Harapan (PKH): Program pilot Bantuan Tunai Bersyarat (BTB) yang diperuntukkan bagi rumahtangga biasa yang disebut PKH ini, pertama kali diperkenalkan pada tahun 2007 dengan tujuan untuk menurunkan kemiskinan dan meningkatkan sumberdaya manusia rumahtangga miskin. Sasaran program ini adalah rumahtangga sangat miskin dan terfokus pada perbaikan kondisi sosial-ekonomi, pendidikan anak-anak, kesehatan dan status gizi ibu hamil, ibu nifas dan anak-anak di bawah 6 tahun, serta akses dan kualitas pendidikan dasar dan pelayanan kesehatan. PKH menggunakan disain BTB biasa dengan memberikan dana tunai setiap triwulan kepada rumahtangga miskin yang anggotanya terdiri dari anak-anak dan perempuan hamil, yang diidentifikasi melalui uji rata-rata statistik. Rumahtangga penerima manfaat menerima dana secara teratur mulai dari USD 70 hingga USD 245 per tahun. Dana tersebut diberikan dengan syarat digunakan untuk keperluan pelayanan kesehatan dan anak sekolah dan ditransfer langsung kepada perempuan di rumahtangga penerima. Evaluasi dampak PKH yang diadakan baru-baru ini menunjukkan hasil yang berbeda pada RTL dan RTP, dan juga anak-anak laki-laki dan perempuan di semua rumahtangga. Pada RTP yang menerima PKH, ibu hamil dan ibu yang baru melahirkan menunjukkan peningkatan jumlah kunjungan pemeriksaan pre-natal (sebelum kelahiran), persalinan dengan bantuan tenaga medis dan persalinan difasilitas kesehatan, dibandingkan jika RTL yang menerimanya. Tetapi jika RTL yang menerimanya, maka kunjungan post-natal (sesudah kelahiran), penimbangan bayi, angka imunisasi dan perawatan terhadap diare, meningkat lebih cepat. Jika RTL yang menerima PKH, juga lebih baik dalam mempertahankan anak-anak usia sekolah agar bersekolah dengan jumlah jam lebih tinggi, sedangkan RTP penerima PKH akan lebih mendukung penurunan pekerja anak. Mengingat bahwa lebih dari setengah RTP dari sampel yang ada merupakan rumahtangga yang dikepalai oleh perempuan orangtua tunggal sehingga tidak ada pencari nafkah kedua, seperti layaknya RTL, hasil ini menunjukkan bahwa BTB seperti PHK dapat memberikan dampak yang lebih tinggi pada RTP tunggal dimana kesempatan sekolah, pekerja anak dan pengeluarannya lebih tinggi daripada RTL yang mempunyai pendapatan ganda. PKH 6 NEW brief 5 indo.indd 6 6/13/2011 2:20:45 AM

7 juga mempunyai dampak berbeda yang signifikan pada hasil yang diperoleh pada anak laki-laki dan perempuan. Dalam kesehatan, perilaku menyusui dan angka imunisasi lengkap meningkat dalam jumlah yang jauh lebih besar jika anaknya lakilaki, menunjukkan bahwa anak-anak laki-laki dan perempuan tidak selalu memperoleh bagian yang sama dari hasil perilaku rumahtangga positif yang didukung oleh PKH. Sensitivitas gender dari metode penentuan sasaran saat ini perlu ditinjau ulang untuk memastikan bahwa RTP miskin memperoleh pelayanan yang cukup dari berbagai program utama Indonesia mengutamakan penggunaan campuran antara Proxy Means Testing (PMT) dan Penentuan Sasaran berbasis masyarakat dan letak geografis. PMT mengembangkan pengukuran non-konsumsi dan non-pendapatan yang dilihat dari dari status ekonomi rumahtangga dengan karakteristik rumahtangga jenis yang relatif sedikit jumlahnya, seperti kualitas bahan yang digunakan untuk membangun rumah, ketersediaan tenaga listrik, sumber air minum dan jenis sanitasi, serta kepemilikan aset seperti peralatan dan kendaraan. Cara ini cocok untuk menjaring RTP miskin yang mungkin berhasil memenuhi kebutuhan dasar konsumsi tapi mungkin tidak memiliki akses terhadap pelayanan atau aset lainnya. PEKKA merupakan program pilot yang bertujuan untuk memberdayakan perempuan miskin, khususnya RTP, di bidang sosial dan politik, yang diperkenalkan tahun RTP seringkali lebih miskin dibanding RTL dengan karakteristik yang sama, dan semakin tidak diuntungkan karena RTP tidak menerima pengakuan yang sama sebagai kepala rumahtangga dalam komunitasnya. Program ini bertujuan untuk memberdayakan RTP miskin melalui lima dimensi: (i) kesejahteraan ekonomi, (ii) akses terhadap sumberdaya finansial, (iii) partisipasi sosial dan politik, (iv) kesadaran kritis, dan (v) kendali atas kehidupannya sendiri. Program ini telah berjalan di 8 propinsi antara tahun 2001 dan 2008, mempunyai sekitar anggota, dan menerima dana untuk diperluas ke 9 propinsi baru di tahun Penentuan sasaran berbasis masyarakat tergantung pada pengetahuan lokal dalam mengidentifikasi masyarakat miskin dan rentan untuk menentukan penerima program yang paling potensial. Meskipun cenderung lebih mudah dilakukan di masyarakat pedesaan yang jumlahnya kecil, ada kemungkinan kelompok ini tidak terlihat di daerah perkotaan karena mungkin pembuat keputusan tidak cukup mengenali anggota masyarakatnya. Sementara itu penentuan sasaran geografis melibatkan penggunaan data yang representatif untuk menggolongkan wilayah berdasar prioritas pelaksanaan program dan kuotanya. Pendekatan ini menentukan jumlah penduduk miskin dalam suatu populasi berdasarkan data yang diperoleh 7 NEW brief 5 indo.indd 7 6/13/2011 2:20:47 AM

8 POLICY KERTAS BRIEF KEBIJAKAN 4 5 dari survei atau sensus rumahtangga yang dianggap mewakili secara nasional. Metode penentuan sasaran kedua, seperti PMT atau masyarakat, yang kemudian sering digunakan untuk menentukan rumahtangga mana yang akan menjadi penerima manfaat dalam suatu wilayah atau kuota prioritas. Mengingat bahwa metode ini sasarannya adalah wilayah dan bukan setiap rumahtangga, sehingga tidak sesuai untuk pengarusutamaan gender. Penentuan sasaran berdasar kategorisasi juga telah digunakan untuk program-program bantuan yang lebih kecil yang memiliki sasaran sub-populasi tertentu, seperti RTP (lihat PEKKA di atas), atau penyandang cacat. Penentuan sasaran bagi program perlindungan sosial yang lebih luas, perlu diperbaiki. Sementara perluasan program seperti PEKKA, yang secara spesifik memiliki sasaran RTP miskin, atau PKH yang mensyaratkan penanganan kebutuhan kesehatan perempuan, adalah salah satu cara untuk mengatasi ketidaksetaraan gender; ada juga ruang untuk memastikan bahwa RTP miskin terus dilibatkan dalam program utama perlindungan sosial, yang umumnya tergantung pada kemampuan untk bisa memenuhi kriteria yang ada. Penentuan sasaran berpihak pada masyarakat miskin tetapi banyak rumahtangga miskin yang terekslusi untuk dapat menikmati manfaat program, sementara banyak rumahtangga yang tidak miskin yang diikutsertakan. Saat Saat ini, perempuan miskin memiliki kesempatan yang sama dengan lakilaki miskin untuk memperoleh manfaat. Oleh sebab itu, perlu adanya perbaikan kinerja penentuan sasaran akan sangat menguntungkan perempuan miskin yang terekslusi. Metodologi penentuan sasaran saat ini sedang dikaji dan direvisi oleh Pemerintah (Kelompok Kerja TNP2K untuk Penentuan Sasaran), sehingga membuka peluang untuk memasukkan perspektif gender ke dalam metodologi yang baru. Rekomendasi Kelompok Kerja TNP2K untuk Perlindungan Sosial harus mempertimbangkan analisis gender mendalam terhadap semua program perlindungan sosial yang utama, selain dari analisis insiden manfaat untuk RTL dan RTP, melihat implikasi gender dalam rumahtangga seperti siapa yang membuat keputusan tentang bagaimana manfaat akan digunakan dan siapa yang akan diuntungkan dalam rumah tangga tersebut. [Analisis insiden manfaat mengacu pada analisis kuantitatif tentang siapa yang menjadi penerima manfaat dari masing-masing program, data ini bisa dipilah menurut lokasi, gender, usia, kepala rumahtangga dan karakteristik demografi yang terkait lainnya]. Kebijakan untuk meningkatkan pendapatan dan perlindungan akibat adanya guncangan ekonomi (misalnya: gangguan kesehatan, krisis ekonomi, bencana, dll.) pada RTP miskin, khususnya RTP tunggal (di mana tidak ada lagi orang usia dewasa lain yang bekerja) di perkotaan, perlu dikaji ulang dan diperkuat. Program bantuan sosial yang bertujuan mempertahankan agar anakanak tetap bersekolah dan dapat mengakses pelayanan kesehatan harus ditargetkan pada RTP miskin dengan menyertakan persyaratan terkait perlakuan yang sama antara anak laki-laki dan perempuan dalam rumahtangga. Kelompok Kerja TNP2K untuk Penentuan Sasaran harus mempertimbangkan agar metodologi penentuan sasaran yang baru dapat menangkap karakteristik khusus dari RTP miskin, dengan perhatian diberikan pada wilayah perkotaan Disain dan evaluasi terhadap program yang lebih luas harus memastikan bahwa anggota RTP mendapat manfaat yang sama terlepas dari pola pengambilan keputusan dalam rumahtangga 8 NEW brief 5 indo.indd 8 6/13/2011 2:20:48 AM

9 tersebut. PNPM juga harus membahas permasalahan kesetaraan gender dalam pendekatan programnya. Program perlindungan sosial yang lebih kecil yang ditujukan kepada kelompok marginal dan rentan, seperti program PEKKA untuk janda miskin, masih harus dievaluasi dengan benar termasuk efektivitas dan hasil penentuan sasarannya. Program yang belum ada dalam portofolio perlindungan sosial perlu dirancang dengan mempertimbangkan perbedaan gender. Program perlindungan sosial utama, seperti skema pekerjaan umum, saat ini tidak ada. Rancangan program tersebut perlu memperhatikan perhatian pada masalah perbedaan gender. Sebagai contoh, skema pekerjaan umum seringkali berfokus pada pembangunan infrastruktur sehingga dapat memarjinalkan perempuan. Referensi GTZ. March (2011), Gender Lens on Social Protection in Indonesia, Draft Report, Jakarta, Indonesia ODI, SMERU. October (2010), Gendered Risks, Poverty and Vulnerability: Case Study of the Raskin Food Subsidy Programme in Indonesia. ODI. London, UK. World Bank. March (2011), Targeting effectiveness of current social assistance programs in Indonesia, Draft Report, Jakarta, Indonesia. World Bank. March (2011), PKH Impact Evaluation, Draft Report. Jakarta, Indonesia. World Bank. March (2011), PNPM-Generasi Impact Evaluation, Draft Report. Jakarta, Indonesia. 9 NEW brief 5 indo.indd 9 6/13/2011 2:20:49 AM

10 NEW brief 5 indo.indd 10 6/13/2011 2:20:49 AM

Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized

Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized BAHASA INDONESIA Indonesia mengalami kemajuan dalam pengurangan kesenjangan gender di

Lebih terperinci

BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL

BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL KANTOR WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL Dr. Bambang Widianto Deputi Bidang

Lebih terperinci

MENETAPKAN SASARAN BERBASIS WILAYAH DAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN DATA BDT, PODES, DAN SUSENAS

MENETAPKAN SASARAN BERBASIS WILAYAH DAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN DATA BDT, PODES, DAN SUSENAS MENETAPKAN SASARAN BERBASIS WILAYAH DAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN DATA BDT, PODES, DAN SUSENAS Elan Satriawan Ketua Pokja, TNP2K 1 LATAR BELAKANG Berbagai indikator kemiskinan seperti P0, P1, ataupun P2

Lebih terperinci

BAGAIMANA CARANYA AGAR PROGRAM BANTUAN SOSIAL DI INDONESIA LEBIH RAMAH ANAK?

BAGAIMANA CARANYA AGAR PROGRAM BANTUAN SOSIAL DI INDONESIA LEBIH RAMAH ANAK? BAGAIMANA CARANYA AGAR PROGRAM BANTUAN SOSIAL DI INDONESIA LEBIH RAMAH ANAK? Bambang Widianto Deputi Sekretaris Wakil Presiden Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Penanggulangan Kemiskinan/Sekretaris Eksekutif

Lebih terperinci

PENSASARAN PROGRAM BERDASARKAN RUMAH TANGGA DAN WILAYAH

PENSASARAN PROGRAM BERDASARKAN RUMAH TANGGA DAN WILAYAH PENSASARAN PROGRAM BERDASARKAN RUMAH TANGGA DAN WILAYAH Elan Satriawan Ketua Pokja, TNP2K 1 KERANGKA MATERI 1.Situasi dan Tantangan Pembagunan Sosial di Indonesia 2.Pensasaran Rumah Tangga/Keluarga Prioritas

Lebih terperinci

Menyasar Warga Miskin dan Memilih Instrumen yang Tepat: Studi Kasus Indonesia

Menyasar Warga Miskin dan Memilih Instrumen yang Tepat: Studi Kasus Indonesia Menyasar Warga Miskin dan Memilih Instrumen yang Tepat: Studi Kasus Indonesia Indonesia mencoba beralih dari sekumpulan program bantuan sosial menjadi suatu jaring pengaman yang terintegrasi Usaha menyasar

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DATA UNTUK PENAJAMAN INTERVENSI KEBIJAKAN

PEMANFAATAN DATA UNTUK PENAJAMAN INTERVENSI KEBIJAKAN PEMANFAATAN DATA UNTUK PENAJAMAN INTERVENSI KEBIJAKAN DATA MAKRO DAN DATA MIKRO ANALISIS DETERMINAN MASALAH BERBASIS DATA PENGGUNAAN DATA SEBARAN (AGREGAT) DALAM PENSASARAN WILAYAH Pemalang, 4 Oktober

Lebih terperinci

MENETAPKAN SASARAN BERBASIS WILAYAH DAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN DATA BDT, PODES, DAN SUSENAS

MENETAPKAN SASARAN BERBASIS WILAYAH DAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN DATA BDT, PODES, DAN SUSENAS MENETAPKAN SASARAN BERBASIS WILAYAH DAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN DATA BDT, PODES, DAN SUSENAS Elan Satriawan Ketua Pokja, TNP2K 1 LATAR BELAKANG Berbagai indikator kemiskinan seperti P0, P1, ataupun P2

Lebih terperinci

MENGUKUR PENDAPATAN DAN KEMISKINAN MULTI-DIMENSI: IMPLIKASI TERHADAP KEBIJAKAN

MENGUKUR PENDAPATAN DAN KEMISKINAN MULTI-DIMENSI: IMPLIKASI TERHADAP KEBIJAKAN MENGUKUR PENDAPATAN DAN KEMISKINAN MULTI-DIMENSI: IMPLIKASI TERHADAP KEBIJAKAN Sudarno Sumarto Policy Advisor - National Team for the Acceleration of Poverty Reduction Senior Research Fellow SMERU Research

Lebih terperinci

Efektivitas Program Bantuan Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan dan Ketimpangan

Efektivitas Program Bantuan Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan dan Ketimpangan Efektivitas Program Bantuan Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan dan Ketimpangan Asep Suryahadi, Niken Kusumawardhani, Ridho Al Izzati The SMERU Research Institute % Ekonomi terus tumbuh, kemiskinan menurun,

Lebih terperinci

UNIFIKASI SISTEM PENETAPAN SASARAN NASIONAL

UNIFIKASI SISTEM PENETAPAN SASARAN NASIONAL UNIFIKASI SISTEM PENETAPAN SASARAN NASIONAL Bambang Widianto Deputi Setwapres Bidang Kesra dan Penanggulangan Kemiskinan/ Sekretaris Eksekutif TNP2K JAKARTA, 31 JANUARI 2013 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sampai saat ini, karena itulah program-program pengentasan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sampai saat ini, karena itulah program-program pengentasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan masih menjadi permasalahan utama di sejumlah daerah di Indonesia sampai saat ini, karena itulah program-program pengentasan kemiskinan nampaknya juga akan

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PENANGGULANGAN KEMISKINAN I N A N T A INOVASI KETAHANAN KOMUNITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN KABUPATEN TANA TORAJA Penanggulangan Kemiskinan APA ITU adalah kebijakan dan program pemerintah pusat serta pemerintah daerah yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1 Universitas Indonesia. Analisis pelaksanaan..., Rama Chandra, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1 Universitas Indonesia. Analisis pelaksanaan..., Rama Chandra, FE UI, 2010. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kemiskinan yang dihadapi, terutama, oleh negara-negara yang sedang berkembang, memang sangatlah kompleks. Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan

Lebih terperinci

PENETAPAN SASARAN BSM BERBASIS RUMAH TANGGA UNTUK MELENGKAPI PENETAPAN SASARAN BERBASIS SEKOLAH

PENETAPAN SASARAN BSM BERBASIS RUMAH TANGGA UNTUK MELENGKAPI PENETAPAN SASARAN BERBASIS SEKOLAH SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIIK INDONESIA PENETAPAN SASARAN BSM BERBASIS RUMAH TANGGA UNTUK MELENGKAPI PENETAPAN SASARAN BERBASIS SEKOLAH BAMBANG WIDIANTO SEKRETARIS EKSEKUTIF TIM NASIONAL PERCEPATAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sebagai suatu proses berencana dari kondisi tertentu kepada kondisi yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan tersebut bertujuan

Lebih terperinci

1. Apa yang dimaksud dengan Basis Data Terpadu? 2. Apa Kegunaan Basis Data Terpadu?

1. Apa yang dimaksud dengan Basis Data Terpadu? 2. Apa Kegunaan Basis Data Terpadu? 1. Apa yang dimaksud dengan Basis Data Terpadu? Basis Data Terpadu untuk Program Perlindungan Sosial yang dikelola oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) adalah sebuah sistem yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan. Kemiskinan telah ada sejak lama pada hampir semua peradaban manusia. Pada setiap belahan dunia dapat

Lebih terperinci

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA Abstrak Upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia telah menjadi prioritas di setiap era pemerintahan dengan berbagai program yang digulirkan. Pengalokasian anggaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah kemiskinan masih tetap menjadi masalah fenomenal yang masih belum dapat terselesaikan hingga

Lebih terperinci

PERSIAPAN RPJMN TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

PERSIAPAN RPJMN TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN PERSIAPAN RPJMN 2015-2019 TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN Direktorat Penanggulangan Kemiskinan 29 Januari 2014 TINGKAT KEMISKINAN 2004-2014 45 40 35 30 36.15 35.10 39.30 37.17

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM BANTUAN KEUANGAN DESA

EVALUASI PROGRAM BANTUAN KEUANGAN DESA EVALUASI PROGRAM BANTUAN KEUANGAN DESA (BANTUAN KEUANGAN PEUMAKMU GAMPONG, BKPG) DI PROVINSI ACEH Latar Belakang dan Dasar Pemikiran Provinsi Aceh telah mencatat kemajuan yang mengesankan menuju pemulihan

Lebih terperinci

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015 Rapat Koordinasi TKPK Tahun 2015 dengan Tema : Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015 Soreang, 27 November 2015 KEBIJAKAN PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN Peraturan Presiden

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

Program Keluarga Harapan dan PNPM-Generasi Survey Baseline Temuan Awal

Program Keluarga Harapan dan PNPM-Generasi Survey Baseline Temuan Awal Program Keluarga Harapan dan PNPM-Generasi Survey Baseline Temuan Awal Arie Damayanti (LPEM FEUI, Jakarta) Jossy P. Moeis (LPEM FEUI, Jakarta) Robert Sparrow (ISS, Den Haag) Yulia Herawati (World Bank,

Lebih terperinci

Ketimpangan dan Anak-anak di Indonesia

Ketimpangan dan Anak-anak di Indonesia 1 Ketimpangan dan Anak-anak di Indonesia Arianto A. Patunru (ACDE-ANU) Santi Kusumaningrum (CCP-UI) Child Poverty and Social Protection Conference 10 11 September 2013 2 Konteks Indikator makroekonomi

Lebih terperinci

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator berjalannya roda perekonomian suatu negara. Ketika ekonomi tumbuh, maka ada peningkatan produksi barang dan jasa yang memerlukan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS-DATA MEMPERTAJAM INTERVENSI KEBIJAKAN

PERENCANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS-DATA MEMPERTAJAM INTERVENSI KEBIJAKAN PERENCANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS-DATA MEMPERTAJAM INTERVENSI KEBIJAKAN RAPAT KERJA TEKNIS TKPK TAHUN 2015 KERANGKA ANALISIS SITUASI KEMISKINAN KOMPONEN ANALISIS Perubahan akibat intervensi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih termasuk ke dalam kategori negara berkembang. Ilmu pengetahuan dan perekonomian menjadi tolak ukur global sejauh mana suatu negara berkembang.

Lebih terperinci

6HUL'HEDW 3HPEDQJXQDQ Kasus Indonesia

6HUL'HEDW 3HPEDQJXQDQ Kasus Indonesia Laporan Lokakarya LPEM-FEUI 6HUL'HEDW 3HPEDQJXQDQ Kasus Indonesia Laporan Lokakarya dari Lembaga Penelitian SMERU, Dengan dukungan dari AusAID Dan Ford Foundation. Jakarta, Juli 2001 Temuan, pandangan

Lebih terperinci

RingkasanKajian. MDG, Keadilan dan Anak-anak: Jalan ke depan bagi Indonesia. Gambaran umum Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) berusaha mengangkat

RingkasanKajian. MDG, Keadilan dan Anak-anak: Jalan ke depan bagi Indonesia. Gambaran umum Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) berusaha mengangkat UNICEF INDONESIA OKTOBER 2012 RingkasanKajian MDG, Keadilan dan Anak-anak: Jalan ke depan bagi Indonesia MDG dan Keadilan Bagi Anak-anak di Indonesia: Gambaran umum Mencapai MDG dengan Keadilan: tantangan

Lebih terperinci

KONSOLIDASI KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN PUSAT DAERAH

KONSOLIDASI KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN PUSAT DAERAH SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KONSOLIDASI KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN PUSAT DAERAH DISAMPAIKAN OLEH : DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN SALINAN NOMOR 28, 2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN 2013 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang:

Lebih terperinci

V. TIPOLOGI KEMISKINAN DAN KERENTANAN

V. TIPOLOGI KEMISKINAN DAN KERENTANAN V. TIPOLOGI KEMISKINAN DAN KERENTANAN Pada tahap pertama pengolahan data, dilakukan transfer data dari Podes 2003 ke Susenas 2004. Ternyata, dari 14.011 desa pada sample SUSENAS 13.349 diantaranya mempunyai

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN PAKPAK BHARAT

BPS KABUPATEN PAKPAK BHARAT BPS KABUPATEN PAKPAK BHARAT No. 01/07/1216/Th. II, 17 Juli 2013 PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN PAKPAK BHARAT TAHUN 2012 Terdapat sebesar 12.40 persen penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan. Pembangunan sudah menjadi bagian dari proses terbentuknya peradaban manusia. Tujuan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender XVII Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender Salah satu strategi pokok pembangunan Propinsi Jawa Timur 2009-2014 adalah pengarusutamaan gender. Itu artinya, seluruh proses perencanaan,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

Perlindungan Sosial yang Inklusif: sebuah visi transformatif untuk Indonesia. Dr. Stephen Kidd

Perlindungan Sosial yang Inklusif: sebuah visi transformatif untuk Indonesia. Dr. Stephen Kidd Perlindungan Sosial yang Inklusif: sebuah visi transformatif untuk Indonesia Dr. Stephen Kidd Child Poverty and Social Protection Conference 10 11 September 2013 Anak-anak memiliki hak untuk memperoleh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PENCAPAIAN

PERKEMBANGAN PENCAPAIAN BAGIAN 2. PERKEMBANGAN PENCAPAIAN 25 TUJUAN 1: TUJUAN 2: TUJUAN 3: TUJUAN 4: TUJUAN 5: TUJUAN 6: TUJUAN 7: Menanggulagi Kemiskinan dan Kelaparan Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Mendorong Kesetaraan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia Outline 1. Latar Belakang 3. Tujuan PKH 6. Pendampingan 9.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia Outline 1. Latar Belakang 2. PKH New Initiatives Pedoman Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Indeks Pembangunan Manusia Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia menempatkan

Lebih terperinci

BDT. Pendahuluan BASIS DATA TERPADU

BDT. Pendahuluan BASIS DATA TERPADU BASIS DATA TERPADU TANYA-JAWAB 2013 Pendahuluan BASIS DATA TERPADU BDT Basis Data Terpadu (BDT) untuk Program Perlindungan Sosial adalah sistem data elektronik yang memuat informasi sosial, ekonomi, dan

Lebih terperinci

MENYUSUN INDIKATOR YANG BERPERSPEKTIF GENDER

MENYUSUN INDIKATOR YANG BERPERSPEKTIF GENDER MENYUSUN INDIKATOR YANG BERPERSPEKTIF GENDER Dian Kartikasari, Seminar Nasional, Perempuan dan SDG, Koalisi Perempuan Indonesia, Jakarta, 20 Januari 2016 SDG SDG (Sustainable Development Goals/Tujuan Pembangunan

Lebih terperinci

SINERGI PUSAT-DAERAH DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

SINERGI PUSAT-DAERAH DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN www.tnp2k.go.id SINERGI PUSAT-DAERAH DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN Bambang Widianto Deputi Setwapres Bidang Kesra dan Penanggulangan Kemiskinan Sekretaris Eksekutif TNP2K Badung, 10 April 2012 1 1 TANTANGAN

Lebih terperinci

Pembangunan merupakan rangkaian dari program-program disegala bidang secara

Pembangunan merupakan rangkaian dari program-program disegala bidang secara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan rangkaian dari program-program disegala bidang secara menyeluruh, terarah, dan berkesinambungan untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Sedangkan

Lebih terperinci

Penanggulangan Kemiskinan & Upaya Mensinergikan Peran Multipihak

Penanggulangan Kemiskinan & Upaya Mensinergikan Peran Multipihak Penanggulangan Kemiskinan & Upaya Mensinergikan Peran Multipihak Presented by Yaury Tetanel Strategic Alliance for Poverty Alleviation Disampaikan Dalam Diskusi Publik Akuntabilitas Sosial CSR Industri

Lebih terperinci

PENANGANAN STUNTING TERPADU TAHUN 2018

PENANGANAN STUNTING TERPADU TAHUN 2018 PENANGANAN STUNTING TERPADU TAHUN 2018 Direktur Anggaran Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Jakarta, 16 Januari 2018 1 1 Outline 1 2 3 Kondisi Stunting di Indonesia Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi

Lebih terperinci

Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan salah satu solusi meminimalkan dampak kenaikan harga BBM dengan memberikan subsidi langsung bagi

Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan salah satu solusi meminimalkan dampak kenaikan harga BBM dengan memberikan subsidi langsung bagi B O KS RIN G KA S A N EKS EKU TIF S U RV EI EF EKTIV ITA S B A N TU A N L A N G S U N G TU N A I (B L T) D I KO TA S EM A RA N G Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan salah satu solusi meminimalkan

Lebih terperinci

Program Perlindungan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat untuk Mengatasi Masalah Malnutrisi

Program Perlindungan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat untuk Mengatasi Masalah Malnutrisi Program Perlindungan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat untuk Mengatasi Masalah Malnutrisi Elan Satriawan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Jakarta, Februari 2015 TIM NASIONAL PERCEPATAN

Lebih terperinci

PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN

PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN DISAMPAIKAN OLEH : DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN, SELAKU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendanaan kesehatan merupakan kunci utama dalam suatu sistem kesehatan di berbagai negara. Meskipun masih terdapat pro-kontra, laporan WHO tahun 2000 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat

NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2015 NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN 2015 Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat Sasaran 1 : Meningkatnya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

Rachel Slater Program Perlindungan Sosial. 30 Mei 2013

Rachel Slater Program Perlindungan Sosial. 30 Mei 2013 Mitos, salah penyebutan, salah penafsiran: Perdebatan tentang membatalkan penentuan sasaran versus penentuan sasaran secara universal Pemaparan pada Forum Kebijakan Publik Asia 2013, Jakarta Rachel Slater

Lebih terperinci

MDGs. Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan. dalam. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007

MDGs. Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan. dalam. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007 MDGs dalam Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007 1 Cakupan Paparan I. MDGs sebagai suatu Kerangka untuk

Lebih terperinci

Asesmen Gender Indonesia

Asesmen Gender Indonesia Asesmen Gender Indonesia (Indonesia Country Gender Assessment) Southeast Asia Regional Department Regional and Sustainable Development Department Asian Development Bank Manila, Philippines July 2006 2

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Lintas Bidang Penanggulangan Kemiskinan II.1.M.B-1. (dalam miliar rupiah)

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Lintas Bidang Penanggulangan Kemiskinan II.1.M.B-1. (dalam miliar rupiah) MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN Bidang: Lintas Bidang Penanggulangan Kemiskinan (dalam miliar rupiah) No 2012 2013 2014 I. Prioritas: Penanggulangan Kemiskinan A. Fokus Prioritas: Peningkatan

Lebih terperinci

BASIS DATA TERPADU 1

BASIS DATA TERPADU 1 BASIS DATA TERPADU 1 TANYA-JAWAB Tanya Jawab KUMPULAN TANYA JAWAB UMUM BASIS DATA TERPADU (BDT) 2 BASIS DATA TERPADU Pendahuluan Basis Data Terpadu untuk Program Perlindungan Sosial yang dikelola oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan juga didefinisikan

Lebih terperinci

BANTUAN LANGSUNG UNTUK RAKYAT MISKIN DIBERIKAN HINGGA 2014

BANTUAN LANGSUNG UNTUK RAKYAT MISKIN DIBERIKAN HINGGA 2014 BANTUAN LANGSUNG UNTUK RAKYAT MISKIN DIBERIKAN HINGGA 2014 bintangsatria.wordpres.com Tahun 2012 ini pemerintah kembali bagi-bagi uang. Dana disediakan sebesar Rp1,8 triliun untuk 1,5 juta keluarga miskin.

Lebih terperinci

Kemiskinan Multi-Dimensi Anak di Indonesia: Pola, Perbedaan dan Asosiasi. Gracia Hadiwidjaja, Cindy Paladines, dan Matthew Wai-Poi

Kemiskinan Multi-Dimensi Anak di Indonesia: Pola, Perbedaan dan Asosiasi. Gracia Hadiwidjaja, Cindy Paladines, dan Matthew Wai-Poi Kemiskinan Multi-Dimensi Anak di Indonesia: Pola, Perbedaan dan Asosiasi Gracia Hadiwidjaja, Cindy Paladines, dan Matthew Wai-Poi Child Poverty and Social Protection Conference 10 11 September 2013 2 Pertanyaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kondisi Empirik Kesehatan Ibu dan Anak di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat. Kondisi empirik kesehatan ibu dan anak di Desa Pataruman

Lebih terperinci

PERAN FINANCIAL INCLUSION DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN: Mendorong KUR untuk Lebih Pro-Poor

PERAN FINANCIAL INCLUSION DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN: Mendorong KUR untuk Lebih Pro-Poor PERAN FINANCIAL INCLUSION DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN: oleh: Bambang Widianto Deputi Seswapres Bidang Kesra dan Penanggulangan Kemiskinan/ Sekretaris Eksekutif TNP2K PT Bank Mandiri, Tbk. Jakarta,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Secara umum, pendidikan ayah dan pendidikan ibu berpengaruh positif terhadap probabilitas bersekolah bagi anaknya, baik untuk jenjang SMP maupun SMA. Jika dibandingkan,

Lebih terperinci

Better Prepared And Ready to Help

Better Prepared And Ready to Help Mengukur dan Memahami Kerawanan Pangan di Indonesia: Pengalaman WFP Emergency Retno Sri Handini Preparedness VAM Officer Mission Nepal Yogyakarta, 10 Desember 2015 Outline 1. Program WFP di Indonesia 2.

Lebih terperinci

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM 2007-2015 Pendahuluan 1. Target utama Kementerian Pertanian adalah mencapai swasembada

Lebih terperinci

Penentuan Peringkat Kesejahteraan Rumah Tangga (P2K), 2008

Penentuan Peringkat Kesejahteraan Rumah Tangga (P2K), 2008 BADAN PUSAT STATISTIK Penentuan Peringkat Kesejahteraan Rumah Tangga (P2K), 2008 ABSTRAKSI Untuk mendukung strategi penanggulangan kemiskinan, Badan Pusat Statistik (BPS) dipercaya pemerintah untuk menyajikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah wajib menjamin kehidupan fakir miskin, anak-anak terlantar, mengembangkan sistem jaminan sosial,

Lebih terperinci

KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA

KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA (Diterjemahkan dari Salim, E dkk 2015, Population Dynamics and Sustainable Development in Indonesia, UNFPA Indonesia, Jakarta) Jumlah

Lebih terperinci

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Disampaikan oleh: DeputiMenteri PPN/Kepala Bappenas Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan pada Peluncuran Peta Kemiskinan dan Penghidupan

Lebih terperinci

Kesenjangan di Indonesia: Tren, penyebab, kebijakan. World Bank September 2014

Kesenjangan di Indonesia: Tren, penyebab, kebijakan. World Bank September 2014 Kesenjangan di Indonesia: Tren, penyebab, kebijakan World Bank September 2014 Indonesia tumbuh dengan kuat sejak krisis keuangan Asia, dan kelas menengahnya terus bertambah Pertumbuhan PDB Riil (%) 1996

Lebih terperinci

Kemiskinan Anak Multidimensi di Papua: Temuan Empiris dari 6 Kabupaten

Kemiskinan Anak Multidimensi di Papua: Temuan Empiris dari 6 Kabupaten Kemiskinan Anak Multidimensi di Papua: Temuan Empiris dari 6 Kabupaten Erlangga Agustino Landiyanto UNICEF Papua Office, Indonesia Child Poverty and Social Protection Conference 10 11 September 2013 Rasional:

Lebih terperinci

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA NO INDIKATOR SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET SATUAN BESARAN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada

Lebih terperinci

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Melindungi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pikir Penelitian Kemiskinan adalah fenomena yang begitu mudah ditemukan dimanamana. Fakta kemiskinan baik menyangkut individu maupun masyarakat akan mudah dilihat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Jumlah penduduk Indonesia meningkat terus dari tahun ke tahun. Sensus penduduk

Lebih terperinci

IPC-IG didukung oleh United Nations Development Programme dan Pemerintah Brazil. Basis Data Terpadu di Indonesia untuk Program Perlindungan Sosial

IPC-IG didukung oleh United Nations Development Programme dan Pemerintah Brazil. Basis Data Terpadu di Indonesia untuk Program Perlindungan Sosial research brief no. 49 ISSN 2358-1379 IPC-IG didukung oleh United Nations Development me dan Pemerintah Brazil. Juli/2015 Basis Data Terpadu di Indonesia untuk Perlindungan Sosial oleh Adama Bah, 1 Suahasil

Lebih terperinci

j-pal policy briefcase [ januari 2013 ] Menyajikan evaluasi oleh Vivi Alatas, Abhijit V. Banerjee, Rema Hanna, Benjamin A. Olken, dan Julia Tobias

j-pal policy briefcase [ januari 2013 ] Menyajikan evaluasi oleh Vivi Alatas, Abhijit V. Banerjee, Rema Hanna, Benjamin A. Olken, dan Julia Tobias briefcase j-pal policy briefcase [ januari 2013 ] MENERJEMAHKAN PENELITIAN KE DALAM AKSI NYATA melibatkan masyarakat dalam mengidentifikasi orang miskin Metode-metode berbasis masyarakat dalam menyeleksi

Lebih terperinci

terdapat di tingkat SD/Sederajat. lebih tinggi di luar Temanggung. 1) Angka Kematian Bayi waktu satu tahun per kelahiran hidup.

terdapat di tingkat SD/Sederajat. lebih tinggi di luar Temanggung. 1) Angka Kematian Bayi waktu satu tahun per kelahiran hidup. Selama enam tahun terakhir APM yang tertinggi terdapat di tingkat SD/Sederajat dan yang terendah di tingkat SMA/Sederajat. Hal ini menunjukkan partisipasi penduduk untuk menempuh pendidikan paling tinggi

Lebih terperinci

REFLEKSI TERHADAP DESAIN DAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KESEJAHTERAAN SATU DASAWARSA TERAKHIR

REFLEKSI TERHADAP DESAIN DAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KESEJAHTERAAN SATU DASAWARSA TERAKHIR REFLEKSI TERHADAP DESAIN DAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KESEJAHTERAAN SATU DASAWARSA TERAKHIR SISTEMATIKA PAPARAN Kebijakan Pembangunan Indonesia Arah Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Target dan Realisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan, antara lain tingkat pendapatan,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan, antara lain tingkat pendapatan, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang terjadi di berbagai tempat di Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan, antara lain tingkat pendapatan,

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PROGRAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN (P4S)

OPTIMALISASI PROGRAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN (P4S) OPTIMALISASI PROGRAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN (P4S) LATAR BELAKANG Target angka kemiskinan RPJM Nasional 2009-2014 adalah 8-10% pada tahun 2014. Masa kerja KIB II tinggal + 18

Lebih terperinci

Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN

Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN 14 Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN Negara Belanja kesehatan terhadap % PDB Belanja kesehatan pemerintah terhadap % total belanja kesehatan Malaysia 4,3 44,1 Thailand 4,1 74,3 Filipina

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

Oleh Pathamavathy Naicker

Oleh Pathamavathy Naicker Oleh Pathamavathy Naicker Pendahuluan Afrika Selatan adalah negara berpendapatan menengah. Populasinya diperkirakan sebesar 56,5 juta pada tahun 2017. PDB Afsel sekitar R4 triliun (R12-R13 :$1). Pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan antara lain oleh ketersediaan biaya kesehatan. Biaya kesehatan ditinjau dari sisi pemakai jasa pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

Membuka. 10 Tahun Data Mikro. dari Indonesia

Membuka. 10 Tahun Data Mikro. dari Indonesia Membuka 10 Tahun Data Mikro dari Indonesia B A N K D U N I A 2017 BANK DUNIA Local Solutions to Poverty, Jakarta, Indonesia Karya ini merupakan produk staf Bank Dunia, melalui Dana Amanah Local Solutions

Lebih terperinci

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia Wahyuningsih Darajati Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air Kementerian PPN/Bappenas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah pembangunan diberbagai bidang yang ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak berdayaan. Oleh karena

Lebih terperinci

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator Page 1 Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Uraian Jumlah Jumlah Akan Perlu Perhatian Khusus Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan 12 9 1 2 Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang permasalahan kesehatan merupakan dua dari 17 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang permasalahan kesehatan merupakan dua dari 17 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu tentang permasalahan kesehatan merupakan dua dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goal) atau SDGs, yang merupakan lanjutan dan penyempurnaan

Lebih terperinci

Oleh : Arief Setyadi. Persyaratan Gender dalam Program Compact

Oleh : Arief Setyadi. Persyaratan Gender dalam Program Compact Oleh : Arief Setyadi Persyaratan Gender dalam Program Compact Perempuan Bekerja Menyiangi Sawah (Foto: Aji) Program Compact memiliki 5 persyaratan pokok, yakni: 1. Analisis ERR di atas 10%, 2. Analisis

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016

Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 NO INDIKATOR KINERJA Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat Sasaran 1 : Meningkatnya Aksesibilitas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak terjadinya krisis moneter dan ekonomi pada tahun 1997, jumlah persentase penduduk miskin meningkat secara drastis. Berbagai upaya penanggulangan selama sekitar

Lebih terperinci