VI. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT
|
|
- Sudomo Tedjo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 VI. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT Pelaksanaan program BPLM di Kabupaten PPU bertujuan: (1) menumbuhkan usaha kelompok, (2) memberdayakan kelompok untuk dapat mengakses sumber permodalan komersil, (3) meningkatkan kualitas sumberdaya manusia petani dalam mengelola usahataninya serta meningkatkan kualitas sumberdaya aparat dalam membina pemberdayaan masyarakat, dan (4) meningkatkan daya saing produk pertanian melalui peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha kelompok yang berbasis komoditas utama tanaman pangan maupun usaha diversifikasi dengan komoditas atau usaha penunjangnya. Mekanisme penyaluran dan pengembalian dana BPLM di daerah penelitian meliputi adanya sosialisasi program, seleksi calon penerima, penetapan calon penerima, penyaluran dana, dan pengembalian dana. Mekanisme perguliran dana kepada kelompok lain belum berjalan akibat belum lunasnya angsuran dari petani penerima BPLM pada kelompk tani penerima awal dalam mengembalikan dana pinjaman. Adapun mekanisme penyaluran dan pengembalian dana BPLM yang dilaksanakan di Kabupaten PPU ditunjukkan pada Gambar Dana Dekonsentrasi KPKN Bagpro Kabupaten Bank Rakyat Indonesia Angsuran (3 tahun) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten PPU 1 Kelompok Sasaran 8 2 Gambar 7. Mekanisme Penyaluran dan Pengembalian Dana Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat
2 63 Faktor-faktor penentu kualitas program BPLM terdiri atas 12 poin yang dikelompokkan menjadi tiga aspek yaitu: (1) Aspek penyaluran dana program BPLM, (2) Aspek pemanfaatan program BPLM, dan (3) Aspek pengembalian dana program BPLM. Penilaian tingkat kepentingan program BPLM sesuai faktor-faktor penentu kualitas program BPLM disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Penilaian Tingkat Kepentingan Program Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat di Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2007 Faktor Kualitas Program SP P CP KP TP Nilai Indeks Kinerja A. Aspek Penyaluran Dana Program BPLM 1. Ketersediaan dana BPLM Kemudahan dalam persyaratan penerima BPLM 3. Pembuatan proposal penggunaan dana Keberadaan potongan-potongan /bunga/biaya lain 5. Sosialisasi Program BPLM Seleksi calon penerima BPLM Keterlibatan petani dalam perencanaan teknis B. Aspek Pemanfaatan Program BPLM 8. Pelatihan dan pendampingan penyuluh 9. Kesesuaian dana yang diterima dengan kebutuhan usahatani C. Aspek Pengembalian Dana Program BPLM 10. Waktu pengembalian dana BPLM Pengembalian dana BPLM melalui rekening kelompok tani Tingkat perguliran dana pada kelompok lain Nilai Rata-rata 3.69 Sumber : Analisis data primer, 2008 Keterangan: SP = sangat penting, P = penting, CP = cukup penting, KP = kurang penting, dan TP = tidak penting Tabel 12 menunjukkan bahwa faktor penentu kualitas program BPLM yang memiliki nilai tingkat kepentingan yang tinggi adalah faktor pembuatan proposal penggunaan dana, sosialisasi, seleksi calon penerima pada aspek penyaluran,
3 64 faktor pelatihan dan pendampingan penyuluh pada aspek pemanfaatan program, dan faktor perguliran dana pada kelompok lain pada aspek pengembalian. Penilaian tingkat kinerja program BPLM sesuai faktor-faktor penentu kualitas program BPLM disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Penilaian Tingkat Kinerja Program Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat di Kabupaten Penajam Paser UtaraTahun 2007 Faktor Kualitas Program SB B C KB TB Nilai Indeks Kinerja A. Aspek Penyaluran Dana Program BPLM 1. Ketersediaan dana BPLM Kemudahan dalam persyaratan penerima BPLM 3. Pembuatan proposal penggunaan dana Keberadaan potongan-potongan /bunga/biaya lain 5. Sosialisasi Program BPLM Seleksi calon penerima BPLM Keterlibatan petani dalam perencanaan teknis B. Aspek Pemanfaatan Dana Program BPLM 8. Pelatihan dan pendampingan penyuluh 9. Kesesuaian dana yang diterima dengan kebutuhan usahatani C. Aspek Pengembalian Dana Program BPLM 10. Waktu pengembalian dana BPLM Pengembalian dana BPLM melalui rekening kelompok tani Tingkat perguliran dana pada kelompok lain Nilai Rata-rata 3.46 Sumber : Analisis data primer, 2008 Keterangan: SB = sangat baik, B = baik, CB = cukup baik, KB = kurang baik, dan TB = tidak baik Tabel 13 menunjukkan bahwa faktor penentu kualitas program BPLM yang memiliki nilai tingkat kinerja yang tinggi adalah faktor ketersediaan dana bantuan dan kemudahan persyaratan pada aspek penyaluran dan faktor waktu
4 65 pengembalian dana pada aspek pengembalian, sedangkan kedua faktor pada aspek pemanfaatan kinerjanya bernilai rendah. Berdasarkan Tabel 12 dan 13, disusun nilai rata-rata tabel tingkat kepentingan dan tingkat kinerja program BPLM dan kemudian dibuat matriks tingkat kepentingan dan tingkat kinerja program BPLM dengan menghubungkan nilai tingkat kinerja pada sumbu X dan nilai tingkat kepentingan pada sumbu Y. Nilai rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat kinerja program BPLM digunakan sebagai batas untuk menentukan kuadran 1, 2, 3, dan 4. Tabel 14. Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Program Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat di Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2007 Faktor Tingkat Kinerja Tingkat Kepentingan (X) (Y) Rata-rata Sumber: Analisis data primer, 2008 Keseluruhan analisis menunjukkan bahwa tingkat kinerja program BPLM berada lebih rendah daripada tingkat kepentingannya, dengan selisih nilai rata-rata sebesar 23 persen. Posisi masing-masing faktor penentu kualitas program BPLM dalam diagram Importance-Performance matrix disajikan pada Gambar 8. Kuadran pertama terletak di sebelah kiri atas, kuadran kedua di sebelah kanan
5 66 atas, kuadran ketiga di sebelah kiri bawah, dan kuadran keempat di sebelah kanan bawah I II Importance III IV Performance Gambar 8. Diagram Importance - Performance Matrix Berdasarkan Gambar 8, faktor sosialisasi program BPLM, pelatihan dan pendampingan penyuluh, serta tingkat perguliran dana pada kelompok lain berada di kuadran I. Faktor ketersediaan dana BPLM, pembuatan proposal penggunaan dana, seleksi calon penerima BPLM, pengembalian dana melalui rekening kelompok tani terdapat di kuadran II. Keberadaan potongan-potongan/ bunga/ biaya lain, keterlibatan petani dalam perencanaan teknis, serta kesesuaian dana yang diterima dengan kebutuhan usahatani terdapat di kuadran III. Adapun faktor yang terdapat pada kuadran IV adalah faktor kemudahan dalam persyaratan penerima BPLM dan waktu pengembalian dana BPLM. Faktor sosialisasi program BPLM merupakan titik awal pelaksanaan program. Petani contoh merasa penting untuk memperoleh penjelasan mengenai
6 67 program ini sebelum dilaksanakan. Petani contoh sebesar 20 persen mengaku tidak memperoleh penjelasan mengenai program sebelum dana bergulir. Tingkat kinerja faktor sosialisasi yang berada lebih rendah daripada tingkat kepentingannya sangat terkait dengan faktor pendampingan penyuluh yang terletak pada kuadran yang sama (kuadran I). Dari penelitian ini diperoleh informasi mengenai jumlah penyuluh di lokasi penelitian tersedia minim, di mana dalam 1 WKPP (Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian) mencakup rata-rata 15 kelompok tani dengan jumlah anggota 300 orang. Petani contoh penerima BPLM (28.57 persen) rata-rata dalam sebulan hanya satu kali bertemu dengan penyuluh dan sisanya tidak mendapat penyuluhan. Kurangnya pelatihan dan pendampingan penyuluh menyebabkan tidak terbinanya kelompok tani. Faktor tingkat perguliran dana pada kelompok lain juga menjadi faktor yang perlu diperbaiki dari program BPLM. Perguliran dana kepada kelompok lain masih belum dilakukan disebabkan pengembalian dana yang belum selesai. Dana masih dimanfaatkan pada kelompok tani penerima awal. Petani contoh penerima BPLM sebesar 90 persen menyatakan bahwa perguliran dana kepada petani itu penting dengan catatan kinerja perguliran dana tersebut baik. Hasil sementara di lapangan menunjukkan bahwa perguliran tahap pertama menurut petani contoh penerima BPLM sebesar 51 persen menyatakan baik. Hal ini terkait dengan pengawasan dalam hal pengembalian dana BPLM setelah panen yang terletak pada kuadran IV. Faktor waktu pengembalian dana hingga saat penelitian berlangsung masih menunjukkan kinerja yang tinggi, sebesar 20 persen petani contoh melakukan pengembalian langsung setelah panen dan 60 persen
7 68 setelah satu bulan sehabis pemanenan, hanya sebesar 2.86 persen petani contoh penerima BPLM yang tidak melakukan pengembalian. Kinerja yang baik ini disebabkan unsur pengembalian merupakan tanggungjawab kelompok tani. Jika terdapat salah satu anggota yang tidak dapat mengembalikan maka menjadi tanggungjawab anggota lain untuk mengembalikan. Faktor yang terletak pada kuadran II menjadi nilai lebih dari program BPLM. Program BPLM yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam hal pembiayaan usahatani disambut dengan baik oleh petani. Keseluruhan petani contoh merasa bahwa adanya dana bantuan itu sangat diperlukan dan cukup membantu, meskipun berdasarkan kebutuhan masih kurang dan perlu dilakukan penambahan. Faktor yang juga perlu dipertahankan dari program BPLM adalah adanya proposal penggunaan dana, seleksi calon penerima, dan pengembalian dana melalui rekening kelompok tani. Sebelum proposal dibuat oleh kelompok tani, dilakukan seleksi awal calon kelompok tani penerima yang dilakukan oleh aparat pertanian di lapangan dan melalui forum musyawarah dengan melibatkan aparat desa dan kecamatan. Kelompok tani yang terpilih diseleksi lagi sebagai calon kelompok tani penerima BPLM melalui seleksi proposal dan seleksi lapangan oleh tim teknis kabupaten. Seleksi anggota kelompok tani yang menerima bantuan dilakukan oleh masing-masing kelompok tani. Petani contoh penerima BPLM menilai bahwa seleksi yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten PPU cukup transparan. Pengembalian dana melalui rekening kelompok tani mendorong petani untuk melakukan pengembalian secara teratur karena adanya pengawasan antar sesama
8 69 anggota yang saling mengingatkan, karena pengembalian dana pinjaman menjadi tanggungan seluruh anggota. Cara pengembalian ini juga tidak menyulitkan petani karena tidak perlu untuk mendatangi bank penitipan yang letaknya cukup jauh dari lokasi tempat tinggal petani setiap akan mengangsur pinjaman, hanya saja kompetensi dan kepercayaan pengurus kelompok tani yang perlu diawasi. Keberadaan potongan-potongan/ bunga/ biaya lain, keterlibatan petani dalam perencanaan teknis, serta kesesuaian dana yang diterima dengan kebutuhan usahatani tidak menjadi prioritas dalam program BPLM. Tingkat kepentingan petani terhadap faktor-faktorini rendah sehingga jika perbaikan dilakukan terhadap ketiga faktor ini tidak mendapat respon yang besar dari petani. Dari penelitian ini diperoleh informasi bahwa potongan yang ada dalam setiap kali pinjaman adalah 10 persen, sedangkan pada petunjuk umum pelaksanaan program BPLM dinyatakan bahwa tidak ada bunga atau potonganpotongan maupun biaya lain dalam hal penyaluran dana kecuali ada kesepakatan antar anggota kelompok tani yang memperoleh dana pinjaman. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa dalam kelompok tani diberlakukan potongan pinjaman dengan alasan potongan tersebut untuk mengembangkan modal/dana pinjaman awal dan petani sepakat untuk membayarnya. Partisipasi petani contoh dalam perencanaan teknis sebesar persen, dan sisanya memilih untuk tidak terlibat secara langsung. Alasan mereka yang tidak ikut terlibat adalah waktu pertemuan dalam kelompok tani justru menyita waktu mereka dalam berusaha. Petani contoh penerima BPLM sebesar persen yang merasa bahwa dana pinjaman harus sesuai dengan kebutuhan usahatani atau proposal yang
9 70 mereka ajukan, dan sisanya petani contoh penerima BPLM yang menyatakan tidak perlu keseluruhan usahatani dipenuhi dari dana pinjaman. Alasan mereka BPLM sebagai dana pinjaman hanyalah sebagai dana pelengkap dan mendorong petani untuk berusahatani bukan sebagai satu-satunya sumber pembiayaan. Fakta di lapangan menunjukkan sebesar persen petani merasa bahwa bantuan yang diterima cukup untuk membantu dalam pembiayaan usahatani mereka. Petani contoh penerima BPLM sebagian besar memanfaatkan dana untuk kebutuhan usahatani karena dana pinjaman yang dikelola kelompok tani sebagian besar disalurkan kepada anggota berupa sarana produksi seperti benih, pupuk, atau pestisida. Pada kuadran IV terdapat faktor kemudahan persyaratan penerima BPLM dan pengembalian dana setelah panen. Kinerja faktor pada kuadran ini sangat baik, walaupun tingkat kepentingan petani di bawah rata-rata. Sebaiknya pihak pemerintah daerah tetap mempertahankan faktor ini, hanya saja perlu dikelola dengan lebih baik agar dapat meningkatkan nilai kepentingan faktor ini di mata petani selaku penerima program. Petani contoh penerima BPLM hanya sebesar persen yang merasa bahwa persyaratan sebagai calon penerima sangat penting untuk ditetapkan agar dana yang disalurkan tepat sasaran, sedangkan sisanya menganggap bahwa persyaratan penting ditetapkan, namun jangan sampai memberatkan. Persyaratan yang saat ini diberlakukan oleh pemerintah daerah terdiri atas: (1) tergabung dalam kelompok tani yang sudah terbentuk selama lebih dari satu tahun, (2) petani yang berada satu wilayah/domisili dengan prioritas yang mempunyai keterbatasan modal, (3) petani yang belum pernah menerima penguatan modal dan tidak
10 71 mempunyai tunggakan kredit, (4) petani berada di wilayah pengembangan komoditas padi sawah dan petani yang mau menanam, (5) petani di wilayah yang tidak rawan bencana alam, (6) petani berada di wilayah yang mempunyai sarana dan prasarana yang memadai, dan (7) memiliki jaminan berupa surat-surat berharga. Persyaratan yang ditetapkan pada dasarnya mudah, namun mereka berharap bahwa bantuan yang mereka terima adalah bantuan cuma-cuma dari pemerintah. Hal ini terkait dengan faktor pengembalian dana setelah panen yang berada pada kuadran yang sama (kuadran IV). Petani contoh penerima BPLM sebesar persen menyatakan bahwa dana pinjaman tidak penting untuk dikembalikan. Frekuensi angsuran yang telah dilakukan petani contoh sebanyak 1-2 kali pengembalian, namun belum ada yang lunas. Berdasarkan hasil uraian IPA di atas, dapat diketahui bahwa petani padi sawah di Kabupaten PPU pada dasarnya memang masih membutuhkan bantuan permodalan. Hal ini dapat terlihat dari faktor ketersediaan dana BPLM yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi dan menjadi nilai lebih dari program BPLM (terletak pada kuadran II) menurut persepsi petani contoh serta cukup membantu petani dalam menambah permodalan usahatani.
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian Dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian telah dilaksanakan banyak program pembiayaan pertanian.
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN 4.. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten PPU secara geografis terletak pada posisi 6 o 9 3-6 o 56 35 Bujur Timur dan o 48 9 - o 36 37 Lintang
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM PROGRAM PMUK DI KABUPATEN PELALAWAN
BAB V GAMBARAN UMUM PROGRAM PMUK DI KABUPATEN PELALAWAN 5.1. PMUK dan Proses Bergulir PMUK 5.1.1. Latar Belakang PMUK Pada tahun 1998 terjadi peralihan dari KUT ke KKP, dari peralihan tersebut maka terjadi
Lebih terperinciAkbar Arif Sujatmiko¹, Nur Baladina², Novi Haryati³ 1 ) Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya PENDAHULUAN
P R O S I D I N G 401 TANTANGAN KEBUTUHAN BENIH DI MASA YANG AKAN DATANG: STUDI KASUS PADA ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK BENIH PADI PAK TIWI-1 DI KECAMATAN GONDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG Akbar Arif
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian dapat diartikan sebagai perubahan status sosial, bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan status dan kesejahteraan petani semata, tetapi sekaligus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian tanaman pangan masih menjadi usaha sebagian besar petani. Di Indonesia sendiri, masih banyak petani tanaman pangan yang menanam tanaman pangan untuk dikonsumsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan memperluas keanekaragaman hasil pertanian. Hal ini berguna untuk memenuhi
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian dapat diartikan sebagai perubahan status sosial, bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan status dan kesejahteraan petani semata, tetapi sekaligus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan akan pangan, sehingga kecukupan pangan bagi setiap orang setiap waktu merupakan hak asasi yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani pertama kali diperkenalkan pada Tahun 1964 dengan nama Bimbingan Masal (BIMAS). Tujuan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM PENINGKATAN EKONOMI KERAKYATAN MELALUI PINJAMAN MODAL USAHA DENGAN POLA DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian dan agribisnis di pedesaan merupakan sumber pertumbuhan perekonomian nasional. Agribisnis pedesaan berkembang melalui partisipasi aktif petani
Lebih terperinciSkim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA)
28 Bab V. Analisis Kebijakan Kapital, Sumberdaya Lahan dan Air Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA) Pendahuluan Latar Belakang Peraturan Presiden (PERPRES) Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA PENYULUH DAN PENENTUAN PENGEMBANGAN STRATEGI KINERJA PENYULUH PERTANIAN ORGANIK ATAS DASAR FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL KOTA BATU
P R O S I D I N G 447 EVALUASI KINERJA PENYULUH DAN PENENTUAN PENGEMBANGAN STRATEGI KINERJA PENYULUH PERTANIAN ORGANIK ATAS DASAR FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL KOTA BATU Hendro prasetyo 1 dan Tri Oktavianto
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo Para calon penerima dana bergulir yang ingin mendapatkan fasilitas kredit dana bergulir dari Dinas
Lebih terperinciPEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013 TANGGAL : 19 Agustus 2013 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 618 TAHUN 2010 T E N T A N G PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DANA INVESTASI DAERAH NON PERMANEN UNTUK
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:
VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51
Lebih terperinciBAB VII FAKTOR-FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGORGANISASIAN KEGIATAN USAHATANI
BAB VII FAKTOR-FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGORGANISASIAN KEGIATAN USAHATANI 7.1 Keragaan Kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan Keragaan adalah penampilan dari kelompok tani yang termasuk suatu lembaga,
Lebih terperinciBUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 42 TAHUN 2012 T E N TA N G
BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 42 TAHUN 2012 T E N TA N G MEKANISME PENCAIRAN, PENYALURAN DAN PENGEMBALIAN DANA BERGULIR BAGI PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciVII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN
VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN 7.1 Analisis Kepuasan Petani Mitra Evaluasi kemitraan dapat juga dilihat dari tingkat kepuasan petani mitra yang menjalankannya. Kepuasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Tidak perlu di ragukan lagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA BERGULIR
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan
Lebih terperinciPENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR
PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR Oleh: MARIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciOleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema
Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Pada KEGIATAN PERLUASAN (PENCETAKAN) SAWAH DALAM PROGRAM PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN TAHUN ANGGARAN 2007-2009 Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema
Lebih terperinciPENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR
PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR Oleh: MARIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciIII. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data
III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu Kajian dilakukan terhadap usahatani beberapa petani sawah irigasi di desa Citarik kecamatan Tirta Mulya Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi terutama didasarkan pada
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD)
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD) KUD dibentuk atas dasar kesamaan persepsi dan kebutuhan petani mengenai kemudahan untuk memperoleh sarana dan prasarana produksi pertanian dengan melandaskan
Lebih terperinciGUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 34 TAHUN 2007
GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 34 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN DAN PENGEMBALIAN DANA PENGUATAN MODAL USAHA KELOMPOK (PMUK) BERGULIR PADA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI LAMPUNG
Lebih terperinciSelanjutnya tugas pembantuan tersebut meliputi : 1. Dasar Hukum 2. Instansi Pemberi Tugas Pembantuan
BAB IV PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN Penyelenggaraan tugas pembantuan menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan / atau
Lebih terperinciANALISIS DAN SINTESIS HASIL PELAKSANAAN KELOMPOK USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) DALAM PROGRAM P3T 1
ANALISIS DAN SINTESIS HASIL PELAKSANAAN KELOMPOK USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) DALAM PROGRAM P3T 1 Sugiarto dan Hendiarto Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Jl. A. Yani 70 Bogor
Lebih terperinciGUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 23 TAHUN 2007
GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN DAN PENGEMBALIAN DANA PERKUATAN MODAL USAHA KELOMPOK (PMUK) BERGULIR SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL
RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PENGUATAN PEMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL POLA BERGULIR
PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PENGUATAN PEMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL POLA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa koperasi, usaha
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 63 SERI E
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 63 SERI E KEPUTUSAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR : 667 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN BANJARNEGARA
Lebih terperinciVI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA
VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA 6.1 Motif Dasar Kemitraan dan Peran Pelaku Kemitraan Lembaga Petanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika
Lebih terperinciPenilaian Kepuasan Penggunaan Alat dan Mesin Dalam Pengembangan Padi (Studi Kasus Kabupaten Ngawi dan Sragen) Sugiyono 1, Rahmat Yanuar 2, Sutrisno 3
Penilaian Kepuasan Penggunaan Alat dan Mesin Dalam Pengembangan Padi (Studi Kasus Kabupaten Ngawi dan Sragen) Sugiyono 1, Rahmat Yanuar 2, Sutrisno 3 1. Alumni Program Studi Teknik Pertanian, Sekolah Pascasarjana,
Lebih terperinciVI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.
VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. Terutama dalam hal luas lahan dan jumlah penanaman masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para petani di daerah pedesaan dimana tempat mayoritas para petani menjalani kehidupannya sehari-hari,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelompok Tani Kelompoktani adalah kelembagaan petanian atau peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi dan sumberdaya)
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI TENGAH
GUBERNUR SULAWESI TENGAH SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA PEMBUKAAN SINKRONISASI PROGRAM KEGIATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH SELASA, 01 MARET 2011 ASSALAMU ALAIKUM WAR,
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam merealisasikan kesejahtraan masyarakat.program
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Objek Penelitian Penanggulangan kemiskinan yang menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat sebagai pendekatan operasional merupakan komitmen pemerintah dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan
Lebih terperinciVII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG
78 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 7.1. Perumusan Strategi Penguatan Kelompok Tani Karya Agung Perumusan strategi menggunakan analisis SWOT dan dilakukan melalui diskusi kelompok
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendapatan rumahtangga petani adalah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga petani dapat berasal dari
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG
PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PINJAMAN DANA TANPA BUNGA UNTUK PENGADAAN PUPUK BERSUBSIDI DI KABUPATEN BARITO KUALA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN. peningkatan produksi pangan dan menjaga ketersediaan pangan yang cukup dan
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN Program ketahanan pangan diarahkan pada kemandirian masyarakat/petani yang berbasis sumberdaya lokal yang secara operasional dilakukan melalui program peningkatan produksi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada desa yang mendapat pendampingan dari Program Pemberdayaan Desa (PPD), dan pelaksanaannya didampingi oleh fasilitator
Lebih terperinciMengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo.
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciVI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI
VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1 Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh dari total produksi usahatani sayuran per hektar yang dikelola oleh petani di Kelompok Tani
Lebih terperinciPada awal berdirinya pokdakan, usaha yang dilakukan oleh sebagian PERAN PENYULUH KLATEN PERKUAT MODAL USAHA POKDAKAN
2014/01/05 17:18 WIB - Kategori : Warta Penyuluhan, Artikel Penyuluhan PERAN PENYULUH KLATEN PERKUAT MODAL USAHA POKDAKAN Program Usaha Mina Pedesaaan (PUMP) yang dikeluarkan oleh KKP sejak tahun 2011
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim. Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008)
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teorotis 3.1.1 Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008) mengungkapkan bahwa perlu tiga dimensi dalam
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LADASA TEORI 3.1 Umum Hal utama yang menjadi pokok pembahasan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah kepuasan penumpang angkutan umum perkotaan. Tingkat kepuasan penumpang terhadap pelayanan angkutan
Lebih terperinciPROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:
PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN
Lebih terperinciOptimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha
Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha I. Pendahuluan Situasi krisis yang berkepanjangan sejak akhir tahun 1997 hingga dewasa ini telah memperlihatkan bahwa pengembangan
Lebih terperinciPengembangan Kelembagaan Pembibitan Ternak Sapi Melalui Pola Integrasi Tanaman-Ternak
Sains Peternakan Vol. 5 (2), September 2007: 18-25 ISSN 1693-8828 Pengembangan Kelembagaan Pembibitan Ternak Sapi Melalui Pola Integrasi Tanaman-Ternak Cahyati Setiani dan Teguh Prasetyo Balai Pengkajian
Lebih terperinciBAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH
67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. masalah, mengenai dampak dan kendala-kendala yang dihadapi dalam
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan dan mengacu pada rumusan masalah, mengenai dampak dan kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kebijakan pemberdayaan
Lebih terperinciPERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang
Lebih terperinciDina Dwirayani, Tety Suciati. Fakultas Pertanian, Universitas Swadaya Gunung Jati. korespondensi:
TINGKAT PERSEPSI DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM LUMBUNG PANGAN DESA (SUATU KASUS DI DESA GEGESIK KIDUL DAN DESA BAYANGLANGU KIDUL KABUPATEN CIREBON) Dina Dwirayani,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting perananya dalam Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal tersebut bisa kita lihat
Lebih terperinciOleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI
KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH DENGAN SISTEM PANEN HIJAU DAN SISTEM PANEN MERAH (Kasus Pada Petani Cabai di Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya) Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS
Lebih terperinciPEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 273/Kpts/OT.160/4/2007 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI LAMPIRAN 2 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI
Lebih terperinciPROSEDUR SISTEM MUTU Tanggal Revisi : PENGUKURAN KEPUASAN Tanggal Berlaku : 05 Oktober 2009 STAKEHOLDER Kode Dokumen : PM-UII-.04
PROSEDUR SISTEM MUTU Tanggal Revisi : PENGUKURAN KEPUASAN Tanggal Berlaku : 05 Oktober 2009 STAKEHOLDER Kode Dokumen : PM-UII-.04 1. TUJUAN : Meyakinkan bahwa pengukuran kepuasan stakeholder dilakukan
Lebih terperinciLampiran 1. Peta Lokasi Penelitian
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Desa Kusu Lokasi Penelitian John R Pattiasina C452070304 Lampiran 2 Gambar Alur Proses Penelitian Observasi Wawancara STUDI Teridentifikasi : Faktor-faktor SWOT Kondisi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah pengembangan hortikultura untuk meningkatkan pendapatan petani kecil. Petani kecil yang dimaksud dalam pengembangan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Menurut Dillon (2009), pertanian adalah sektor yang dapat memulihkan dan mengatasi krisis ekonomi di Indonesia. Peran terbesar sektor pertanian adalah
Lebih terperinciVI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN
73 VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN 6.1. Karakteristik Lembaga Perkreditan Keberhasilan usahatani kentang dan tomat di lokasi penelitian dan harapan petani bagi peningkatan
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani (Suprihono, 2003).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor pangan utama dan penting dalam pembangunan nasional. Pembangunan sektor pertanian merupakan prioritas utama dalam pembangunan nasional
Lebih terperinciBAB 18 REVITALISASI PERTANIAN
BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN A. KONDISI UMUM Sektor pertanian telah berperan dalam perekonomian nasional melalui sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penerimaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya adalah komoditas padi, karena komoditas padi sebagai sumber penyediaan kebutuhan pangan pokok berupa
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Sang Hyang Seri (Persero) Regional Manajer I Sukamandi di Sukamandi, Kabupaten Subang. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang
Lebih terperinciDAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv v vi I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 7 1.3. Tujuan Penelitian...
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN, DAN SARAN UNTUK PENELITIAN LANJUTAN
VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN, DAN SARAN UNTUK PENELITIAN LANJUTAN 8.1. Kesimpulan Iuran irigasi berbasis komoditas dapat dirumuskan dengan memanfaatkan harga bayangan air irigasi. Dalam penelitian
Lebih terperinciBUPATI PAKPAK BHARAT
BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan ekonomi nasional. Oleh karena itu sektor pertanian menjadi salah satu sektor
Lebih terperinciPROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE
PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE Analisis Masalah Pendekatan kelompok melalui pengembangan KUBE mempunyai makna strategis dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Melalui KUBE,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi aneka kacang (kacang tanah dan kacang hijau) memiliki peran yang cukup besar terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Peluang pengembangan aneka kacang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan yang penting dalam pembangunan Negara Indonesia dari dulu dan pada masa yang akan datang. Arti penting pertanian dapat dilihat secara
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU
PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN RIAU, Menimbang : a.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kehidupan para petani di pedesaan tingkat kesejahteraannya masih rendah.
PENDAHULUAN Latar Belakang Pandangan, perhatian dan pemeliharaan terhadap para petani di pedesaan sudah semestinya diperhatikan pada masa pembangunan saat ini. Kenyataannya kehidupan para petani di pedesaan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Padi termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda yaitu tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya
Lebih terperinciPeranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi
Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi I. Pendahuluan Visi pembangunan pertanian di Indonesia adalah terwujudnya masyarakat yang sejahtra khususnya petani melalui pembangunan sistem agribisnis
Lebih terperinciRANCANG BANGUN JALAN USAHATANI
RANCANG BANGUN JALAN USAHATANI JALAN USAHA TANI TRANSPORTASI SARANA PRODUKSI PERTANIAN: BENIH PUPUK PESTISIDA MESIN DAN PERALATAN PERTANIAN TRANSPORTASI HASIL PRODUKSI PERTANIAN TRANSPORTASI KEGIATAN OPERASI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya lahan yang sangat luas untuk peningkatan produktivitas tanaman pangan khususnya tanaman padi. Beras sebagai salah satu sumber pangan utama
Lebih terperinciGUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 154 TAHUN 1980 TENTANG
GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 154 TAHUN 1980 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI SERAT KARUNG RAKYAT DAN INTENSIFIKASI
Lebih terperincigerak yang ada, keselamatan, kenyamanan, dan lain-lain.
III. LANDASAN TEORI 3.1. Kriteria Kinerja Menurut Hendarto (2001), untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kinerja dari sistem transportasi, maka diperlukan beberapa indikator yang dapat dilihat. Indikator
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,
GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG DUKUNGAN DANA PERKUATAN MODAL KEPADA LEMBAGA USAHA EKONOMI PEDESAAN (LUEP) DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Lebih terperinciVI. PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITI KARET
VI. PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITI KARET 6.1 Mekanisme Penyaluran Bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet ini dilakukan untuk meningkatkan mutu hasil bahan olah karet
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan alasan bahwa lokasi tersebut adalah salah satu lokasi pengembangan pertanian porduktif
Lebih terperinciPEDOMAN SISTEM KERJA LATIHAN DAN KUNJUNGAN BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013 TANGGAL : 19 Agustus 2013 PEDOMAN SISTEM KERJA LATIHAN DAN KUNJUNGAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendekatan pembangunan
Lebih terperinci