VI. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. ANALISIS DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 VI. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 6. Permasalahan Pengusaha Mikro Koneksi 6.. Sumberdaya Manusia Permasalahan sumberdaya manusia dibedakan menjadi sumberdaya manusia pengusaha dan sumberdaya manusia tenaga kerja. Tenaga kerja yang bekerja di usaha mikro koneksi berasal dari desa-desa di sekitar Kelurahan Purwoharjo antara lain desa Kebagusan, Ujunggede, Purwosari, Sidorejo dan sekitarnya. Mayoritas tenaga kerja berpendidikan SD. Hanya beberapa orang yang lulus SMP. Mereka mendapatkan keterampilan menjahit secara otodidak maupun kursus menjahit. Proses perekrutan tenaga kerja selama ini tidak mengalami kesulitan. Beberapa pengusaha menuturkan bahwa tenaga kerja baru biasanya direkrut berdasarkan rekomendasi dari tenaga/ karyawan yang sudah ada. Pada saat pengusaha membutuhkan tambahan tenaga kerja, ia akan menanyakan kepada karyawannya apakah mereka informasi mengenai orang yang berminat untuk bekerja di tempatnya. Rekomendasi dari karyawan bukan merupakan harga mati, artinya masih diuji lagi dengan cara dilihat kerapian hasil kerjanya. Cara lain dengan menanyakan track record pengalaman kerja calon karyawan tersebut. Tenaga kerja yang dipekerjakan oleh masing-masing responden tersaji pada Tabel. Tabel Jumlah Tenaga Kerja menurut Status (Dalam Keluarga dan Luar Keluarga) dari Kasus Pengusaha Mikro Koneksi di Kelurahan Purwoharjo Tahun 006 Tenaga Kerja No Kasus Dalam Keluarga Luar Keluarga Jumlah (orang) (orang) Pengusaha 6 Pengusaha Pengusaha 7 Pengusaha 4 7 Pengusaha 4 Pengusaha 6 Pengusaha Pengusaha 8 Pengusaha 6 8 Jumlah 6 4

2 4 Persentase tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga adalah 0,74 persen, sedangkan sisanya yang berasal dari luar keluarga sebesar 8,6 persen. Dari hasil obserasi, tenaga kerja dari dalam keluarga suami, istri atau anak yang tugasnya membantu dalam pekerjaan packaging dan pengontrolan kualitas produk. Dilihat dari tenaga kerja yang dimiliki, berdasarkan definisi BPS maka pengusaha mikro koneksi yang menjadi responden masuk ke dalam usaha skala mikro skala menengah. Selama ini para tenaga kerja tidak pernah mengikuti pelatihan. Upah dibayarkan seminggu sekali pada hari kamis sore dengan sistem borongan berdasarkan jumlah potong celana yang dihasilkan masing-masing karyawan. Tenaga kerja dari dalam keluarga tidak mendapatkan upah. Hal tersebut berimplikasi terhadap jumlah biaya produksi dari komponen upah tenaga kerja. Pada hari Jum at karyawan libur mengikuti kebiasaan di daerah setempat yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Upah menjahit untuk tiap potong celana kolor berkisar antara Rp Rp.000 sedangkan celana panjang, upah per potongnya antara Rp.00 - Rp.00. Responden pengusaha koneksi yang berpendidikan terakhir sarjana atau pernah kuliah hanya tiga orang, SLTA satu orang, SLTP tiga orang, SD satu orang dan lulusan pondok pesantren satu orang. Salah seorang pengusaha mengatakan bahwa beberapa tahun yang lalu ia bersama dua orang pengusaha mikro koneksi lainnya pernah mengikuti program pelatihan manajemen bisnis yang diselenggarakan oleh Diperindagkop Kabupaten Pemalang. Hal tersebut menurutnya sangat bermanfaat. namun akhir-akhir ini tidak ada lagi pelatihan semacam itu. Pada saat itu, ia mendapatkan informasi mengenai pelatihan tersebut dari salah satu kenalannya yang bekerja di Diperindagkop. Responden lain yang ditanya mengenai pelatihan mengatakan bahwa ia sama sekali tidak tahu-menahu mengenai pelatihan-pelatihan ataupun program dari pemerintah lainnya. Menurutnya yang diberi informasi hanya pengusaha yang mempunyai kenalan di Diperindagkop Kabupaten Pemalang saja. Beberapa fakta tersebut menunjukkan bahwa para pengusaha tidak bisa mengakses informasi tentang program dari Diperindagkop (pelatihan) yang disebabkan karena pihak Diperindagkop kabupaten Pemalang kurang sosialisasi kepada para pengusaha.

3 4 6.. Teknologi Pengusaha koneksi baik celana panjang, celana kolor dan seragam sekolah secara bertahap telah melengkapi peralatan yang diperlukan untuk proses produksi koneksi, dari pemotongan, menjahit, pengobrasan, memasang kancing, memasang tali kur, penyablonan, penyetrikaan dan packaging. Mesin jahit kapasitas besar yang dibeli merupakan mesin jahit bekas kualitas (merk Juki dan Brother) dari Jakarta maupun dari pengusaha lokal lainnya di wilayah Pekalongan dan Comal dibeli secara tunai. Mesin jahit tersebut lebih diminati karena harganya lebih murah dengan kualitas lebih baik dibandingkan dengan mesin jahit baru kualitas dua. Dalam proses produksi koneksi celana kolor dan celana panjang, tidak membutuhkan alat yang rumit. Sebagian besar pengusaha sudah memiliki peralatan produksi yang memadai untuk proses produksi. Alat produksi yang dimiliki menggunakan teknologi sederhana. Mesin jahit yang digunakan sebagian besar masih manual (digerakkan dengan kaki). Jumlah mesin jahit yang digerakkan dengan dynamo masih terbatas. Pada Tabel 0 disajikan jumlah alat produksi dari responden. Tabel 0 Jumlah Alat Produksi dari Kasus Pengusaha Mikro Koneksi di Kelurahan Purwoharjo Tahun 006 Alat Produksi No Kasus Jumlah Mesin Jahit Jumlah Mesin Obras (Unit) (Unit) 4 Jumlah Pengusaha Pengusaha Pengusaha Pengusaha 4 Pengusaha Pengusaha 6 Pengusaha 7 Pengusaha 8 Pengusaha Kepemilikan alat produksi secara lengkap terbukti dapat menekan biaya produksi karena proses produksi dapat dilaksanakan sendiri tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan contohnya untuk penyablonan dan pengobrasan. Salah satu responden pengusaha kolor telah membuktikan bahwa penyablonan kolor yang dilakukan sendiri dapat menghemat biaya produksi sampai persen.

4 4 Alat-alat kelengkapan seperti benang, kancing, tali kur, dibeli di pasar lokal dengan cara surei tempat yang paling murah. Tidak menutup kemungkinan tempat pembelian alat-alat dan bahan tersebut terpisah-pisah / tidak dalam satu toko untuk mendapatkan barang dengan kualitas bagus dengan harga yang lebih miring agar dapat menekan biaya produksi dan dapat meningkatkan keuntungan. Dalam proses produksi koneksi terdapat pembagian tugas seperti : membuat pola dan memotong kain, menjahit, mengobras, menyablon, finishing, menyetrika dan packaging. Karyawan bekerja sesuai tugas tugas masingmasing. Pembelian bahan baku dilaksanakan oleh pengusaha sendiri. Pengusaha biasanya melakukan pengawasan/ kontrol kualitas pada saat finishing dan packaging sehingga kualitas produk dapat terjaga untuk mempertahankan jaringan pasar atau mencegah berpindahnya pedagang langganan ke tempat lain. Semua proses produksi sejak awal hingga finishing dapat dilaksanakan sendiri oleh para pengusaha. Artinya mereka tidak lagi tergantung pada jasa usaha yang lain dan dapat menekan biaya produksi. Selama proses produksi diperlukan biaya-biaya diluar biaya pembelian bahan baku kain yaitu upah tenaga kerja dan bahan-bahan pelengkap seperti tali kur, kancing, plastik/ packing, resleting serta biaya sablon (celana kolor). Biaya diluar bahan baku yang dikeluarkan oleh para responden dapat dilihat pada Tabel 0. Model celana panjang tidak banyak mengalami perubahan sehingga pengusaha tidak terlalu mengalami kesulitan dalam membuat modelnya. Model celana kolor lebih berariasi tergantung perkembangan model dan kreatiitas dari para pengusaha, sehingga diperlukan keterampilan pembuat pola dan pemotong kain. 6.. Permodalan Pada awal usahanya, para pengusaha mikro koneksi mengandalkan modal sendiri dengan jumlah yang sangat beragam. Modal dibutuhkan untuk pembelian bahan baku dan biaya produksi selama proses pengolahan kain manjadi celana kolor, celana panjang dan seragam sekolah. Biaya diluar bahan baku yang dikeluarkan oleh para responden dapat dilihat pada Tabel. Upaya para pengusaha untuk mengembangkan usaha dalam hal pemupukan modal terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama, modal dipupuk dari

5 44 menghimpun keuntungan hasil penjualan produknya. Kelompok kedua, selain dari keuntungan hasil penjualan produk juga mengajukan kredit dari beberapa sumber, antara lain : pinjaman lunak dari pemerintah dan BUMN, dari koperasi dari bank komersial (BPD), dari lembaga keuangan swasta (Sarana Jasa Ventura Semarang dan Grup Para Sahabat Comal) dan BMT Sinar Mentari. Para pengusaha mengalami kesulitan untuk mengakses kredit dari lembaga keuangan formal karena persyaratannya rumit. Yang sering menjadi masalah adalah tuntutan adanya agunan (surat tanah dll) serta kelayakan usaha (berkaitan dengan kemampuan untuk mengembalikan kredit). Padahal kebutuhan tambahan modal tersebut sangat mendesak untuk kelangsungan usaha. Tambahan modal tersebut akan digunakan untuk pengadaan bahan baku, biaya produksi lain (Tabel ) dan perluasan jaringan pemasaran yang menuntut pembayaran mundur. Alternatif yang banyak ditempuh oleh para pengusaha adalah kepada KOSPIN JASA, BMT Sinar Mentari dan lembaga keuangan swasta (Sarana Jasa Ventura dan Grup Parasahabat) dengan suku bunganya tinggi (% /bulan). Suku bunga yang tinggi menyebabkan keuntungan yang dihasilkan banyak terserap untuk membayar bunga pinjaman sehingga keuntungan yang dihasilkan menjadi sangat kecil dan pemupukan modal hampir tidak ada. Dengan tidak adanya pemupukan modal maka usaha tidak dapat berkembang dengan baik. Tabel Biaya Produksi diluar Bahan Baku Kasus Pengusaha Mikro Koneksi di Kelurahan Purwoharjo Tahun 006 Upah tenaga Biaya alat/ No Kasus kerja/ potong potong pakaian Total Biaya pakaian (Rp) (Rp) (Rp) Pengusaha Pengusaha Pengusaha Pengusaha 4 Pengusaha Pengusaha 6 Pengusaha 7 Pengusaha 8 Pengusaha Salah satu pejabat di Diperindagkop Kabupaten Pemalang selaku pembina industri kecil mengatakan bahwa kredit dengan bunga ringan dari pemerintah dan BUMN tingkat kemacetannya sangat tinggi, namun apabila para

6 4 pengusaha mengajukan kredit kepada lembaga keuangan swasta walaupun suku bunganya lebih tinggi namun angsurannya lancar. Hal tersebut menimbulkan stigma kepada pengusaha mikro koneksi bahwa sikap mental mereka kurang baik yang ditandai dengan kurangnya itikad baik untuk melunasi kredit yang telah mereka terima. Kredit bergulir dari Diperindagkop Proinsi Jawa Tengah yang digulirkan belakangan ini leblih selektif melihat track record (kelancaran angsuran kredit terdahulu) sehingga tertutup peluang bagi pengusaha yang sama sekali belum pernah mengajukan kredit. Apabila angsuran kredit oleh pengusaha mikro lancar, pada saat angsuran terakhir mereka akan diberikan kesempatan untuk mengajukan kredit lagi. Salah seorang responden mengatakan bahwa ia sangat mengharapkan kredit bantuan lunak dari Diperindag Proinsi Jawa Tengah karena bunganya sangat ringan, namun sudah tidak ada lagi kredit tersebut sehingga untuk kebutuhan tambahan modal ia mengambil kredit dari Grup Para Sahabat Comal walaupun dengan suku bungan persen per bulan namun tanpa agunan Pengadaaan Bahan Baku Usaha mikro koneksi yang memproduksi celana panjang membeli bahan dari Jakarta atau Bandung dengan cara pembayaran yang beragam. Ada yang tunai, cek atau giro. Batas jatuh tempo pembayaran mundur berkisar - bulan. Giro hasil penjualan produk celana panjang dari toko/ perusahaan yang sudah dikenal oleh pedagang kain bisa digunakan sebagai alat pembayaran tanpa harus menunggu giro tersebut dicairkan. Namun hal ini tidak bisa berlaku untuk semua pedagang bahan baku, karena unsur kehati-hatian terhadap penipuan. Harga bahan baku yang dibeli dengan tunai (transfer langsung) bila dibandingkan dengan yang dibayar dengan cek atau giro terdapat selisih antara 0 0 persen. Selisih harga tersebut jelas sangat mempengaruhi besarnya keuntungan yang dapat dihasilkan oleh pengusaha. Ketersediaan bahan baku untuk celana panjang cukup memadai. Hal tersebut didukung penuturan para pengusaha bahwa dalam sejarah usaha mereka belum pernah kesulitan untuk mendapatkan bahan baku. Bahan celana panjang bisa dipesan. dan pengirimannya bisa diambil langsung ataupun dikirim. Biaya pengiriman tergantung kesepakatan antara pengusaha koneksi dengan

7 46 pedagang kain. Biasanya harga yang dipatok oleh pedagang kain adalah harga sampai di tempat, artinya biaya pengiriman sudah dimasukkan (include) dengan harga jual kain. Pengusaha celana panjang membeli bahan dengan satuan yard karena lebih mudah untuk menghitung biaya produksi (berapa yard dan berapa rupiah bahan yang dibutuhkan untuk tiap potong celana) Pengusaha yang memproduksi celana kolor membeli bahan baku dari pasar Tegalgubug Cirebon yang berjarak km dari Kelurahan Purwoharjo. Bahan baku celana kolor merupakan barang impor dari Korea salah satunya bermerk micro wash. Ketersediaan bahan baku untuk celana kolor ini tidak tentu, terkadang melimpah terkadang sedikit bahkan langka. Kelangkaan tersebut menurut salah seorang pengusaha yang berpendidikan sarjana, disebabkan karena adanya masalah di bea cukai atau terkadang sengaja ditimbun oleh para pedagang kain kemudian dilepas dengan harga yang sudah berubah (naik tajam). Hal tersebut berpengaruh terhadap pemasaran, karena celana kolor dengan bahan jenis tertentu yang sudah dilepas di pasaran dan laku keras tidak bisa diproduksi lagi karena kelangkaan bahan baku. Artinya terjadi kerugian karena peluang pasar yang sudah tercipta menjadi hilang karena kelangkaan bahan baku. Pada Tabel disajikan tempat pembelian bahan baku, cara pembayaran dan cara pengirimannya sampai ke tempat pengusaha mikro koneksi. Tabel Pembelian Bahan Baku Berdasarkan Tempat dan Cara Pembayaran Kasus Pengusaha Mikro Koneksi di Kelurahan Purwoharjo Tahun 006 N o Kasus Pengusaha Pengusaha Pengusaha Pengusaha 4 Pengusaha Pengusaha 6 Pengusaha 7 Pengusaha 8 Pengusaha Produk Panjang Seragam Panjang Panjang Tempat Pembelian T S J B P Tun ai Cara Pembayar an Tem po Cara Kirim Am bil Ki rim Keterangan : T : Tegalgubug B : Bandung J : Jakarta S : Semarang P : Pemalang

8 47 Tabel menunjukkan bahwa ada persamaan karakteristik antara pengusaha celana panjang dan seragam sekolah dalam hal cara pembayaran dan cara pengiriman pembelian bahan baku. Bahan celana kolor hanya bisa dibeli dengan cara tunai di pasar Tegalgubug. Pasar buka pada malam hari yaitu pada malam Sabtu dan malam Selasa. Kekurangan pembayaran hanya dapat ditoleransi oleh pedagang sampai dengan hari pasaran berikutnya. Pedagang yang sudah menjadi langganan, barang bisa dipesan lewat telepon namun apabila belum memberikan DP, tidak ada jaminan bahwa barang tersebut tidak dijual kepada orang lain. Jadi untuk memperoleh bahan baku celana kolor, pengusaha harus berebut untuk mendapatkannya. Bahan celana kolor dibeli dengan dua satuan ukuran yaitu kilogram dan yard. Bagi yang membeli bahan baku dengan satuan kilogram, mereka sudah dapat menaksir bahwa untuk kain jenis A, kg menjadi berapa yard dan menjadi berapa potong celana sehingga pada saat menawar harga kain sudah dapat memperkirakan apakah masih bisa mendapat keuntungan atau tidak bila dibuat celana. Umumnya kg kain bisa menjadi potong kolor atau hampir setara dengan yard. Bahan celana kolor diangkut dari pasar Tegalgubug sampai ke rumah pengusaha (kelurahan Purwoharjo) dengan menggunakan jasa transportasi lokal dengan biaya antara Rp 700 / kg. Jasa angkutan ini menggunakan kendaraan milik penduduk setempat. Jumlah armada yang biasa beroperasi 8 unit, unit diantaranya milik responden pengusaha koneksi. Pada Tabel disajikan pembelian bahan baku kasus pengusaha mikro koneksi. Tabel Pembelian Bahan Baku Kasus Pengusaha Mikro Koneksi di Kelurahan Purwoharjo perminggu Tahun 006 Jumlah Jumlah Fre Biaya Harga Belanja N Kasus Pembelian kuen Trans Total o si /satuan Bahan (kg) (yard) portasi Biaya (Rp) (kali) (Rp) Baku (Rp) (Rp) Pengusaha Pengusaha Pengusaha Pengusaha 4 Pengusaha Pengusaha 6 Pengusaha 7 Pengusaha 8 Pengusaha

9 48 Tabel menunjukkan bahwa kebanyakan pengusaha membeli bahan baku seminggu sekali. Jumlah pembelian bahan baku celana kolor tidak pasti, sesuai dengan modal yang dimiliki oleh tiap pengusaha. Uang tersebut merupakan hasil penjualan produk celana kolor secara tunai dan langsung dibelanjakan untuk membeli bahan baku agar dapat melanjutkan perputaran usaha. Apabila pemasaran sedang lesu atau produk celana banyak yang belum laku, maka pembelian bahan baku otomatis berkurang karena kebanyakan pengusaha tidak mempunyai cadangan modal yang cukup. Para pengusaha berangkat berbelanja kain secara berombongan 6 orang, namun pembelian kain dilakukan secara perorangan. Pada saat berangkat, si pengusaha naik mobil tersebut dengan tarif Rp.00 per orang. Pulangnya pengusaha naik angkutan umum sedangkan mobil diisi dengan kain. Kain ditimbang untuk menentukan besarnya ongkos yang harus dibayar oleh masing-masing pengusaha. 6.. Pemasaran 6... Pemasaran Usaha koneksi di dusun Serdadi kelurahan Purwoharjo sudah berlangsung sejak tahun 80-an sehingga untuk produk celana kolor sudah relatif dikenal oleh pedagang lokal dari Purbalingga, Purwokerto, Tegal. Para pedagang celana kolor membeli produk koneksi dengan datang langsung ke lokasi usaha koneksi. Pembelian dilakukan dalam jumlah besar. Para pedagang datang dengan berombongan dengan membawa kendaraan. Apabila stok barang yang dimiliki oleh pengusaha koneksi tidak mencukupi, biasanya mereka akan merekomendasikan pengusaha lain kepada pedagang langganannya tersebut. Selama ini celana kolor dipasarkan dengan pembayaran tunai dan harga ditentukan oleh produsen. Pedagang langganan biasanya dalam transaksi tidak lagi melakukan tawar-menawar karena pengusaha telah memberikan harga pas. Peluang pasar untuk celana kolor masih terbuka luas. Para pedagang yang datang tersebut memasarkan dagangannya tidak hanya terbatas di wilayah Pulau Jawa namun sudah merambah pasar di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Permintaan pasar di Sumatera dan Kalimantan masih cukup tinggi, namun tidak dapat dipenuhi oleh pengusaha koneksi karena pedagang di Sumatera dan Kalimantan mempersyaratkan pembayaran mundur/ konsinyasi.

10 4 Ketidakmampuan tersebut disebabkan kurangnya modal yang dimiliki oleh para pengusaha mikro koneksi. Modal yang dimiliki sangat terbatas, sehingga uang hasil pemasaran produknya akan segera dibelanjakan untuk membeli bahan baku, demikian seterusnya. Peluang tersebut dapat diambil dengan syarat bahwa pengusaha dapat memperoleh jaringan bahan baku yang dapat dibayar mundur atau akses permodalan untuk dapat memenuhi skala usaha. Sudah menjadi ciri umum bahwa produk usaha kecil diproduksi terutama untuk mengisi pasar lokal domestik. Istilah pasar domestik merujuk pada pasar lokal, pasar regional (di luar propinsi tempat usaha kecil berada) dan pasar nasional (Haryadi, 8). Pada Tabel 4 disajikan bagaimana produk koneksi Kelurahan Purwoharjo dipasarkan. Tabel 4 menunjukkan bahwa produk celana kolor dipasarkan untuk memenuhi pasar lokal dengan pembayaran tunai. Seragam sekolah dipasarkan untuk memenuhi pasar lokal dengan dua macam sistem pembayaran yaitu tunai dan tempo, cara pengiriman barang juga dua macam yaitu sebagian dijemput dan sisanya dikirim. Produk celana panjang dipasarkan untuk memenuhi pasar regional (lain propinsi) dengan cara pembayaran tempo serta barang dikirimkan ke pedagang. Tabel 4 Tujuan Pemasaran Produk, Cara Pembayaran dan Cara Pengiriman dari Kasus Pengusaha Mikro Koneksi di Kelurahan Purwoharjo Tahun 006 Cara N o Kasus Pengusaha Pengusaha Pengusaha Pengusaha 4 Pengusaha Pengusaha 6 Pengusaha 7 Pengusaha 8 Pengusaha Produk Panjang Seragam Panjang Panjang T Tujuan Pemasaran Lokal Regional B P P P M S S B J w b b d Tu nai Bayar Te mp o Je mp ut Cara Kirim Kr m Keterangan : T = Tegal B = Brebes P = Pekalongan Pw = Purwokerto Pb = Purbalingga M = Malang S = Semarang Bd = Bandung J = Jakarta Sb = Surabaya

11 0 Produk celana pendek dipasarkan dalam satuan kodi (0 potong), sedangkan produk celana panjang menggunakan satuan lusin ( potong). Kapasitas produksi responden dalam seminggu dan harga jualnya tergambar dalam Tabel. Harga produk yang sama bisa berbeda karena para pengusaha mempunyai pedagang langganan masing-masing. Kapasitas produk yang dihasilkan tergantung dengan permodalan, alat produksi dan tenaga kerja yang dimiliki. Kapasitas produksi koneksi mengalami fluktuasi, tidak konstan. Seragam sekolah mengalami peningkatan pemasaran pada tiap awal tahun ajaran baru. Celana panjang mengalami peningkatan pemasaran pada saat mendekati hari raya Idul Fitri. Celana kolor tidak mengalami peningkatan pemasaran. Celana panjang dan celana kolor sama-sama mengalami penurunan pemasaran pada saat tahun ajaran baru. Tabel Penjualan Produksi Koneksi Kasus Pengusaha Mikro Koneksi di Kelurahan Purwoharjo perminggu Tahun 006 Kapasitas No Kasus Produksi/ Harga Jual / minggu potong (Rp) (potong) Pengusaha Pengusaha Pengusaha Pengusaha 4 Pengusaha Pengusaha 6 Pengusaha 7 Pengusaha 8 Pengusaha Hasil Penjualan (Rp) Pendapatan Dalam pemberdayaan usaha mikro koneksi diperlukan analisis keuntungan para pengusaha yang menjadi responden untuk mengetahui apakah usaha ini menguntungkan atau tidak. Bila usaha ini memberikan cukup keuntungan maka dapat tercipta keberlanjutan usaha. Analisis keuntungan juga bermanfaat untuk mengetahui apakah terdapat pemupukan modal/ inestasi atau tidak. Penghitungan keuntungan responden dilakukan dengan mengurangkan hasil penjualan dengan biaya produksi, sedangkan inestasi (saing) dihitung dengan mengurangkan keuntungan dengan konsumsi. Dalam sub bab ini tidak

12 akan dibahas mengenai inestasi para pengusaha secara kuantitatif. Berdasarkan data-data hasil wawancara maka keuntungan para pengusaha yang menjadi responden dapat dilihat pada Tabel 6. Pada Tabel 6 terlihat bahwa untuk hasil pemasaran setiap minggu, pengusaha mendapatkan keuntungan dengan jumlah yang beragam dalam rentang Rp Rp dengan catatan bahwa pemasaran produk berjalan lancar. Pada kenyataannya pemasaran produk tidak stabil atau mengalami fluktuasi sebagaimana telah dibahas dalam sub bab pemasaran. Rata-rata persentase keuntungan terhadap total biaya produksi untuk tiap pengusaha yang menjadi responden adalah 48, / = 6,48 persen. Tabel 6 Perhitungan Pendapatan tiap Minggu Kasus Pengusaha Mikro Koneksi di Kelurahan Purwoharjo Tahun 006 Keuntungan N o Kasus Keuntungan / Total Bea (Rp) Produksi (%) Pengusaha Pengusaha Pengusaha Pengusaha 4 Pengusaha Pengusaha 6 Pengusaha 7 Pengusaha 8 Pengusaha Hasil Penjualan (Rp) Total Bea Produksi (Rp) ,7 0,,0, 40,00,00 8,8,7,07 Total , 6..6 Jaringan Kerjasama Jaringan kerja sama pengusaha mikro koneksi yang sudah berlangsung selama ini meliputi jaringan bahan baku, jaringan permodalan, jaringan pemasaran hanya melanjutkan jaringan yang sudah terbentuk sebelumnya. Umumnya jaringan tersebut sudah terbentuk pada saat permulaan usaha. Koneksi celana panjang pernah mempunyai jaringan bahan baku di tingkat lokal pada saat pabrik tekstil PT Texmaco Jaya Pemalang masih beroperasi dengan menjalin hubungan dengan pemilik DO di sekitar lokasi pabrik. Keuntungan dengan adanya jaringan tersebut adalah mendapatkan harga

13 yang lebih miring, juga dapat menghemat biaya transportasi karena jaraknya relatif dekat (6 km dari lokasi usaha) dan sarana transportasi cukup memadai. Setelah PT Texmaco Jaya bangkrut. pengusaha koneksi celana panjang mencari jaringan bahan baku dari Jakarta, Bandung dan sebagian dari pasar Tegalgubug Cirebon. Di wilayah kabupaten Pemalang terdapat pasar kain yang cukup terkenal yaitu pasar Petarukan. Berdasarkan penuturan pengusaha koneksi. pedagang kain pasar Petarukan juga membeli kain dagangannya (kulakan) dari pasar Tegalgubug Cirebon. sehingga harga kain di pasar Petarukan sudah lebih tinggi bila dibandingkan dengan harga di pasar Tegalgubug. Alasan itulah yang menyebabkan para pengusaha lebih memilih membeli kain dari pasar Tegalgubug Cirebon. Pengusaha koneksi celana kolor hanya membeli bahan baku dari pasar Tegalgubug karena di pasar lokal (Petarukan) tidak dijual jenis kain untuk celana kolor. Sampai sejauh ini para pengusaha belum menemukan tempat pembelian bahan baku celana kolor selain pasar Tegalgubug. Jaringan kerja sama pemasaran produk celana kolor tidak banyak berkembang karena selama ini pedagang (Purbalingga, Tegal, Purwokerto) datang ke dusun Serdadi kelurahan Purwoharjo untuk membeli produk mereka. Ada satu orang saja yang menjual produknya ke luar kota dengan diantar ke tempat pedagang langganannya dengan pembayaran tunai ke Semarang. Selebihnya mengirim produk mereka melalui jasa paket. Untuk pemasaran celana kolor yang dikirim melalui paket, pembayarannya dilakukan secara mundur - bulan. Ongkos kirim ditanggung pengusaha sendiri (dimasukkan dalam biaya produksi). Penambahan jaringan pemasaran sulit untuk dilaksanakan, seperti yang pernah dicoba oleh salah seorang pengusaha untuk menawarkan produknya ke toko-toko pakaian. Toko-toko mau menerima asalkan bisa dibayar mundur dengan cek atau giro, mereka tidak bisa melayani pembayaran tunai. Jadi untuk menambah jaringan pemasaran diperlukan tambahan modal agar selama produk belum dibayar, masih tetap dapat membeli bahan baku dan upah tenaga kerja. Produk celana panjang pemasarannya mengikuti sistem perdagangan yang sudah ada yaitu konsinyasi. Umumya menggunakan pola tiga DO (deliery order) dibayar satu DO. Artinya barang baru dibayar setelah dua pengiriman berikutnya. Menurut salah satu pengusaha celana panjang untuk pemasaran produk celana

14 panjang, pembayaran mundur satu bulan sudah dianggap tunai. Pola ini sangat merugikan para pengusaha koneksi. Apabila pengusaha koneksi menginginkan pembayaran tunai maka harganya akan dipotong 0 persen. Perluasan jaringan pemasaran masih mungkin dilakukan dengan sangat selektif. Salah seorang responden mengatakan bahwa sebelum menjalin jaringan pemasaran yang baru harus betul-betul meneliti track record si calon mitra untuk menghindari penipuan. Bentuk penipuan yang pernah dialami para pengusaha adalah cek kosong, pembayaran tidak lancar dan mitra yang pindah tempat usaha tanpa pemberitahuan dengan masih mempunyai tanggungan hutang pembayaran produk. Kasus terakhir pernah dialami salah seorang responden pada tahun 8 sehingga yang bersangkutan mengalami kerugian sebesar Rp Usaha yang ditempuh untuk menambah jaringan pemasaran celana kolor, pernah dicoba ditawarkan ke toko-toko di kota lain namun tidak ada yang melayani pembayaran tunai. Mereka bersedia menerima produk celana kolor asalkan dengan pembayaran mundur. Produk celana kolor mendapatkan saingan produk dari daerah Tegal dan Kudus yang dapat memproduksi celana kolor dengan harga yang lebih murah. Persaingan tersebut membuat pedagang semakin menekan harga sehingga keuntungan para pengusaha koneksi semakin kecil. Dengan demikian terdapat keterkaitan antara kurangnya jaringan kerja sama dengan permodalan yang dimiliki oleh para pengusaha. 6. Prioritas Permasalahan Pengusaha Mikro Koneksi Dari berbagai permasalahan yang dihadapi oleh para pengusaha mikro koneksi, ditetapkan prioritas permasalahan yang akan diselesaikan. Permasalahan-permasalahan tersebut saling berkaitan satu sama lain. Keterkaitan antar permasalahan (hubungan sebab akibat) pemberdayaan pengusaha mikro koneksi terlihat pada Gambar. Prioritas permasalahan yang dihadapi oleh para pengusaha mikro koneksi tersebut antara lain : () modal terbatas,() pemasaran terbatas, dan () kapasitas SDM rendah. Prioritas masalah tersebut ditentukan dari hasil wawancara dan obserasi yang dibawa

15 4 dan disepakati dalam forum FGD yang dilakukan bersama para pengusaha mikro koneksi. Prioritas permasalahan yang telah ditetapkan tersebut dijadikan sebagai dasar untuk menyusun rancangan strategi dan rancangan program pemberdayaan. Penyusunan prioritas permasalahan mempertimbangkan permasalahan apa yang paling mendesak untuk ditangani, permasalahan yang paling memungkinkan untuk diatasi sesuai kemampuan yang dimiliki oleh para pengusaha mengingat keterbatasan sumberdaya yang dimiliki. 6. Ealuasi KPPJ KPPJ didirikan pada tahun 7 dan berkedudukan di Kelurahan Purwoharjo Kecamatan Comal dan sudah berbadan hukum. Inisiatif pembentukan KPPJ berasal dari salah seorang tokoh masyarakat yang juga merupakan pengusaha mikro koneksi. Keanggotaannya berasal dari para pengusaha koneksi di wilayah desa Purwoharjo yang kemudian pada tahun 000 dimekarkan menjadi dua yaitu Kelurahan Purwoharjo dan desa Kauman. Keanggotaannya bersifat sukarela, tidak semua pengusaha koneksi otomatis menjadi anggota KPPJ. Kepengurusan disusun sesuai dengan aturan main melalui rapat anggota. Pengurus koperasi juga merupakan pengusaha koneksi. Permodalan KPPJ berasal dari iuran anggota dan bantuan dari Kantor Koperasi pada saat itu. KPPJ bergerak dibidang pengadaan bahan baku koneksi (kain) untuk anggotanya. Melalui pembelian kain oleh koperasi dalam jumlah besar, harga bisa ditekan (mendapatkan discount). Para anggota tidak perlu mengeluarkan ongkos tambahan untuk ongkos angkut. Hal ini dapat menekan biaya produksi dan meningkatkan keuntungan para pengusaha. Pembayaran bahan baku oleh para anggota bisa tunai dan bisa mundur. Pembayaran mundur dilaksanakan pada saat produknya sudah laku terjual. Kegiatan ini cukup membantu para anggota yang mempunyai modal terbatas untuk dapat menjaga kelangsungan usahanya.

16 6.. Kelemahan Pada perkembangannya, banyak para anggota yang menunggak pembayaran kain yang diambilnya dari koperasi karena berbagai sebab. Alasan mereka antara lain : penjualan kurang lancar, kena musibah dan mentalitas oknum pengusaha yang kurang baik. Pengurus banyak yang sibuk mengurus usaha masing-masing sehingga perhatian mereka pada kemajuan koperasi kurang. Domisili yang berdekatan/ bertetangga juga menyebabkan para pengurus kurang bisa mengambil tindakan tegas terhadap para pengusaha yang menunggak. Kegiatan rapat anggota yang semula aktif menjadi berkurang intensitasnya dan akhirnya berhenti karena semakin banyak anggota yang menunggak. Anggota yang menunggak merasa enggan untuk hadir dalam rapat karena takut ditagih. Kegiatan pengadaan bahan baku macet sehingga tidak ada pemupukan modal dari keuntungan koperasi sehingga modal koperasi semakin berkurang. Untuk sementara kegiatan koperasi akum, namun koperasi belum dibubarkan. 6.. Kelebihan Status KPPJ sudah berbadan hukum dan koperasi belum dibubarkan. Secara hukum KPPJ masih ada sehingga memungkinkan untuk diaktifkan kembali. Aset-aset yang dimiliki oleh KPPJ juga masih terpelihara berupa bangunan sekretariat/ kantor dan sisa modal yang dimiliki masih tersimpan di bank. Pengaktifan kembali KPPJ dianggap lebih menguntungkan daripada membentuk organisasi atau koperasi baru yang pasti membutuhkan persyaratan dan biaya yang tidak sedikit. Sebagian besar anggota masih mempunyai harapan agar KPPJ bisa diaktifkan kembali sebagai sarana untuk memajukan usaha mikro koneksi yang digeluti. Inisiatif pembentukan KPPJ berasal dari intern pengusaha mikro koneksi sendiri (bukan interensi dari pemerintah) membuat para pengusaha lebih merasa memiliki KPPJ. Kelebihan lainnya adalah meningkatnya perhatian pemerintah terhadap perkembangan koperasi dan usaha kecil menengah. Kondisi tersebut menambah motiasi untuk mengaktifkan kembali KPPJ yang mereka miliki.

17 6 Pendapatan kurang Pemasaran Terbatas () Tingkat Pendidikan Rendah Keterampilan rendah Pemupukan Modal rendah Modal Terbatas () Tidak Akses terhadap Permodalan Sistem Konsinyasi Jaringan Pemasaran Kurang Kemampuan membangun jaringan kerjasama (4) Kapasitas SDM rendah () Kemampuan Manajemen Keuangan Rendah Produktiitas rendah Ketidakpastian suplay Bahan baku () Akses bahan baku kurang Kemampuan Pengadaan Bahan Baku Kurang Gambar Diagram Alir (sebab-akibat) Keterkaitan antar Masalah Pemberdayaan Pengusaha Mikro Koneksi di Kelurahan Purwoharjo Tahun 006 6

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PENGUSAHA MIKRO KONVEKSI

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PENGUSAHA MIKRO KONVEKSI VII. STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PENGUSAHA MIKRO KONVEKSI Usaha mikro konveksi di kelurahan Purwoharjo merupakan kegiatan ekonomi produktif yang sudah berlangsung sejak tahun 1980-an. Usaha ini telah

Lebih terperinci

V. SEJARAH PENGEMBANGAN KOMUNITAS

V. SEJARAH PENGEMBANGAN KOMUNITAS V. SEJARAH PENGEMBANGAN KOMUNITAS 5.1 Bantuan Modal 5.1.1 Bantuan Modal dari BUMN Bantuan dari pemerintah berupa pinjaman modal dan prasarana produksi pernah dilaksanakan sebelum tahun 2001 (Diperindag

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi usaha kecil dalam perekonomian Indonesia menjadi semakin penting terutama setelah krisis melanda Indonesia. Kelompok usaha kecil pada saat krisis ekonomi dipandang

Lebih terperinci

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Mekanisme Penyaluran KUR di BRI Unit Tongkol Dalam menyalurkan KUR kepada debitur, ada beberapa tahap atau prosedur yang harus dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PRIMER KOPERASI KARYAWAN MANUNGGAL DAMATEX- TIMATEX disingkat PRIMKOPKAR MANUNGGAL adalah diawali dari

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PRIMER KOPERASI KARYAWAN MANUNGGAL DAMATEX- TIMATEX disingkat PRIMKOPKAR MANUNGGAL adalah diawali dari BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1. Sejarah Perusahaan PRIMER KOPERASI KARYAWAN MANUNGGAL DAMATEX- TIMATEX disingkat PRIMKOPKAR MANUNGGAL adalah diawali dari itikat semangat kebersamaan dalam meningkatkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK 4.1. Letak Geografis, Kependudukan dan Kondisi Perekonomian Kabupaten Demak Kabupaten Demak merupakan salah satu kabupaten di

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai

Lebih terperinci

II. KERANGKA KAJIAN. a Industri skala mikro / rumah tangga adalah suatu perusahaan manufaktur yang mempekerjakan tenaga kerja 1-4 orang.

II. KERANGKA KAJIAN. a Industri skala mikro / rumah tangga adalah suatu perusahaan manufaktur yang mempekerjakan tenaga kerja 1-4 orang. II. KERANGKA KAJIAN 2.1 Usaha Mikro dan Usaha Kecil Usaha Mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat tradisional dan informal, dalam arti belum terdaftar, belum tercatat dan belum

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 123 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa data-data dan pembahasan pada bab sebelum ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1. Karakteristik dan Kondisi Industri Tenun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari setiap individu, perusahaan-perusahaan dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari setiap individu, perusahaan-perusahaan dan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan melihat kondisi perekonomian yang tidak menentu sekarang ini, maka semua orang berusaha untuk memperbaiki kondisi ekonominya. Dalam kehidupan sehari-hari setiap

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK KHIYA>R PADA JUAL BELI KAIN GELONDONGAN DI PERTOKOAN JALAN KAPASAN SURABAYA. A. Gambaran Umum Pertokoan Jalan Kapasan Surabaya

BAB III PRAKTIK KHIYA>R PADA JUAL BELI KAIN GELONDONGAN DI PERTOKOAN JALAN KAPASAN SURABAYA. A. Gambaran Umum Pertokoan Jalan Kapasan Surabaya BAB III PRAKTIK KHIYA>R PADA JUAL BELI KAIN GELONDONGAN DI PERTOKOAN JALAN KAPASAN SURABAYA A. Gambaran Umum Pertokoan Jalan Kapasan Surabaya 1. Sejarah Singkat Bedirinya Pertokoan Kain Gelondongan di

Lebih terperinci

BAB III DISKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB III DISKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN BAB III DISKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN A. Diskripsi Wilayah 1. Keadaan Geografis, Demografis dan Susunan Pemerintahan Desa

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS

BAB II PROSES BISNIS BAB II PROSES BISNIS 2.1 Proses Bisnis Utama Koperasi merupakan badah usaha yang bertujuan untuk mensejahterakan anggota, dengan demikian proses bisnis utamanya adalah memfasilitasi kebutuhan para anggota.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memudahkan pengelolaan perusahaan. besar dan buku pembantu, serta laporan.

BAB II LANDASAN TEORI. memudahkan pengelolaan perusahaan. besar dan buku pembantu, serta laporan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Akuntansi Pengertian sistem akuntansi (Mulyadi:2010) adalah organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi

Lebih terperinci

ITGBM PELATIHAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN UMKM PENGRAJIN BORDIR DI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALA

ITGBM PELATIHAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN UMKM PENGRAJIN BORDIR DI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALA ITGBM PELATIHAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN UMKM PENGRAJIN BORDIR DI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALA Noneng Masitoh Irman Firmansyah Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi ABSTRAK Iindustri kerajinan bordir

Lebih terperinci

JALUR SOP DARI ORDER DITERIMA SAMPAI ORDER JADI

JALUR SOP DARI ORDER DITERIMA SAMPAI ORDER JADI JALUR SOP DARI ORDER DITERIMA SAMPAI ORDER JADI NOTE : SETIAP DIVISI WAJIB QUALITY CONTROL DI BAGIAN MASING-MASING KLIEN ORDER BESERTA DP 60% CUSTOMER SERVICE TERIMA ORDER ISI FORM ORDER OLEH KLIEN ACC

Lebih terperinci

Keuntungan Penggunaan Kredit

Keuntungan Penggunaan Kredit Pengertian Kredit Kredit adalah bagian integral dari kehidupan modern. Digunakan untuk membeli tiket bioskop, membayar makanan di restoran atau membeli mobil. Cara paling umum untuk menggunakan kredit

Lebih terperinci

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN BAB 4 ANALISIS dan HASIL PENELITIAN 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Distribusi Perusahaan Untuk melaksanakan kegiatan pemasarannya, PT. ANUGERAH IDEALESTARI telah menunjuk PT. ANUGERAH CENTRAL AUTOMOTIVE sebagai

Lebih terperinci

LAMPIRAN INTERVIEW LAMPIRAN 1 I. INTERVIEW GUIDE KEPADA PEMILIK PP. Kabel Listrik, dan Senter bagi Pasar Domestik.

LAMPIRAN INTERVIEW LAMPIRAN 1 I. INTERVIEW GUIDE KEPADA PEMILIK PP. Kabel Listrik, dan Senter bagi Pasar Domestik. LAMPIRAN LAMPIRAN INTERVIEW LAMPIRAN 1 INTERVIEW GUIDE KEPADA INTERNAL PP I. INTERVIEW GUIDE KEPADA PEMILIK PP 1. Apa visi dan misi perusahaan? - Visi perusahaan: Menjadi Distributor Lampu, Kabel Listrik,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kasmir (2008), mendefinisikan bank sebagai lembaga keuangan yang kegiatan

BAB II LANDASAN TEORI. Kasmir (2008), mendefinisikan bank sebagai lembaga keuangan yang kegiatan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Kasmir (2008), mendefinisikan bank sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut

Lebih terperinci

MENYIAPKAN KEUANGAN SAAT MUDIK LEBARAN

MENYIAPKAN KEUANGAN SAAT MUDIK LEBARAN MENYIAPKAN KEUANGAN SAAT MUDIK LEBARAN Oleh: Safir Senduk Dikutip dari Tabloid NOVA No. 669/XIII Lebaran sebentar lagi tiba. Apakah Anda salah satu dari mereka yang mudik ke kampung halaman Anda? Apabila

Lebih terperinci

Handout 1A. Anggaran Bulanan. Anggaran Berimbang

Handout 1A. Anggaran Bulanan. Anggaran Berimbang Handout 1A Anggaran Berimbang Anggaran Bulanan Pendapatan (Uang Masuk) Gaji Pengeluaran (Uang Keluar) 5,000,000 Pengeluaran Tetap Kontrak Rumah 1,500,000 Cicilan Kendaraan 750,000 Asuransi 100,000 Tabungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perkembangan dunia usaha bertumbuh sangat pesat, hal ini ditunjukan dengan banyaknya perusahaan baru yang bermunculan di kawasaan industri diberbagai kota

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN DAFTAR P ERTANYAAN INFORMAN KUNCI Informan Kunci adalah Bapak Nasrullah (Pemilik Toko) Marketing Mix (Produk) 1. Apa saja jenis produk pakaian yang dijual oleh Toko Naufal Fashion? 2. Apa yang

Lebih terperinci

BAB II KOPERASI PEGAWAI NEGERI (KPRI) SERAI SERUMPUN KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT

BAB II KOPERASI PEGAWAI NEGERI (KPRI) SERAI SERUMPUN KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT BAB II KOPERASI PEGAWAI NEGERI (KPRI) SERAI SERUMPUN KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT A. Sejarah Ringkas Koperasi diperkenalkan di Indonesia oleh R. Aria Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng,

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng, 35 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng merupakan salah satu pasar hewan yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa

Lebih terperinci

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP 65 V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP Kecamatan Cimarga merupakan salah satu kecamatan yang melaksanakan program SPP sejak diselenggarakannya

Lebih terperinci

OME File/UN/Soal dan Pembahasan Ekonomi

OME File/UN/Soal dan Pembahasan Ekonomi 1. Perhatikan masalah-masalah yang berkaitan dengan produksi barang: 1. Dimana barang akan diproduksi 2. Untuk siapa barang diproduksi 3. Bagaimana cara memproduksi barang 4. Barang atau jasa apa yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan CV. Raya Sport merupakan usaha kecil dan menengah yang bergerak di bidang konveksi, khususnya pakaian olahraga. CV. Raya Sport didirikan pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah PT Rajawali Nusindo yang mengelola bidang usaha

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah PT Rajawali Nusindo yang mengelola bidang usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) adalah sebuah perusahaan Badan Usaha Milik Negara dengan kepemilikan saham 100% adalah Pemerintah Republik Indonesia yang dikendalikan

Lebih terperinci

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. Terutama dalam hal luas lahan dan jumlah penanaman masih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Setelah melakukan penelitian pada Tunas Den s yang berlokasi di jalan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Setelah melakukan penelitian pada Tunas Den s yang berlokasi di jalan BAB IV HASIL PENELITIAN Setelah melakukan penelitian pada Tunas Den s yang berlokasi di jalan Surapati nomor 109 Bandung, dimana perusahaan bergerak pada bidang konveksi yang memproduksi dan menjual berbagai

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROFIL PERUSAHAAN

GAMBARAN UMUM PROFIL PERUSAHAAN GAMBARAN UMUM PROFIL PERUSAHAAN CV TKB merupakan perusahaan yang bergerak dibidang garmen. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 3 Maret 2008.Perusahaan ini terletak di Jl. Gardu Raya Km. 6 No. 27 Dramaga,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan CV. Raya Sport merupakan usaha kecil dan menengah yang bergerak di bidang konveksi, khususnya satu set pakaian olahraga. CV. Raya Sport didirikan

Lebih terperinci

TRANSAKSI. Anda mengisi transaksi sehari-hari di bagian Transaksi. Hal. 2

TRANSAKSI. Anda mengisi transaksi sehari-hari di bagian Transaksi. Hal. 2 Hal. 1 TRANSAKSI Anda mengisi transaksi sehari-hari di bagian Transaksi. Hal. 2 Purchase Order PO adalah nota pesanan ke Supplier. PO ini adalah optional, tidak semua perusahaan menggunakan PO Contoh PO:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat dinyatakan bahwa perekonomian Indonesia pada tahun 1997 telah mengalami kontraksi dari tahun sebelumnya,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Kuesioner

Lampiran 1. Hasil Kuesioner Lampiran 1. Hasil Kuesioner No Pertanyaan Ada Tidak Ada 1. Lingkungan Pengendalian Apakah perusahaan memiliki prosedur atau kebijakan secara tertulis mengenai a. Prosedur Pengiriman? 33.30% 66.60% b. Pencatatan

Lebih terperinci

Abstrak. Keyword : Penjualan, Pembelian, Stok, SMS, Bonus, laporan, C# Microsoft Visual Studio. NET 2003, Mobile FBUS 1.5, format.

Abstrak. Keyword : Penjualan, Pembelian, Stok, SMS, Bonus, laporan, C# Microsoft Visual Studio. NET 2003, Mobile FBUS 1.5, format. Abstrak Aplikasi Penjualan dan Pembelian yang dilengkapi dengan fitur SMS ini dibuat dengan tujuan memberi kemudahan bagi sales perusahaan untuk melakukan pengecekan stok dan juga memberikan kemudahan

Lebih terperinci

72 VII. STRATEGI PROGRAM PEMBERDAYAAN

72 VII. STRATEGI PROGRAM PEMBERDAYAAN 72 VII. STRATEGI PROGRAM PEMBERDAYAAN 7.1. PENYUSUNAN STRATEGI PROGRAM Rancangan strategi program pemberdayaan dilakukan melalui diskusi kelompok terfokus (FGD) pada tanggal 24 Desember 2007, jam 09.30

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. berkembang dan berjalan hingga saat ini. Pada awal berdirinya, toko Fiondy

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. berkembang dan berjalan hingga saat ini. Pada awal berdirinya, toko Fiondy 22 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan Toko Fiondy adalah sebuah toko yang menjual berbagai pakaian wanita dewasa secara grosir. Toko ini telah berdiri sejak tahun 1997 dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian di negara berkembang seperti Indonesia, kredit memegang

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian di negara berkembang seperti Indonesia, kredit memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian di negara berkembang seperti Indonesia, kredit memegang peranan penting. Dimana untuk kemajuan perekonomian, kita tidak bisa mengandalkan dalam

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP T.A. 2015/2016 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP T.A. 2015/2016 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA 1 UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP T.A. 2015/2016 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA Mata Kuliah : Akuntansi Biaya Dosen : Endang Sri Utami, S.E., M.Si., Ak. CA Hari/Tanggal

Lebih terperinci

PROPOSAL USAHA DESKRIPSI PERUSAHAAN

PROPOSAL USAHA DESKRIPSI PERUSAHAAN PROPOSAL USAHA DESKRIPSI PERUSAHAAN 1.1 Deskripsi Umum Sejak beberapa tahun yang lalu dunia permusikan dari Korea (biasa disebut K-Pop) semakin meluas dan terus berkembang di Indonesia hingga saat ini.

Lebih terperinci

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA 6.1. Lembaga Tataniaga Nenas yang berasal dari Desa Paya Besar dipasarkan ke pasar lokal (Kota Palembang) dan ke pasar luar kota (Pasar Induk Kramat Jati). Tataniaga nenas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan dari hasil analisa dan pembahasan yang dilakukan pada bab sebelumnya, melalui wawancara dan studi dokumentasi yang menyangkut mengenai analisa perpindahan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan yang ada di masyarakat sangat beraneka ragam. selain kebutuhan sandang dan pangan, kebutuhan akan perumahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri di Indonesia sekarang ini semakin pesat. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri di Indonesia sekarang ini semakin pesat. Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri di Indonesia sekarang ini semakin pesat. Hal ini menyebabkan iklim pesaingan antar perusahaan juga semakin ketat. Setiap perusahaan harus memikirkan

Lebih terperinci

I. RINGKASAN EKSEKUTIF

I. RINGKASAN EKSEKUTIF 1 I. RINGKASAN EKSEKUTIF (GME) adalah sebuah usaha kecil menengah (UKM) yang bergerak di bidang usaha konveksi (pakaian jadi). Awalnya GME memproduksi berbagai jenis pakaian untuk semua usia yang disesuaikan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD.Chaniago yang beralamat di jalan Bromo ujung / jalan Sepakat no 19 Medan, merupakan suatu industri yang bergerak di bidang garmen. Usaha ini didirikan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI NON PERFORMING FINANCING (NPF) PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN TAHUN 2008/2010

BAB IV EVALUASI NON PERFORMING FINANCING (NPF) PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN TAHUN 2008/2010 75 BAB IV EVALUASI NON PERFORMING FINANCING (NPF) PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN TAHUN 2008/2010 A. Evaluasi Pembiayaan Qardhul Hasan di BNI Syariah Cabang Pekalongan Tahun 2008/2010

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISA PENELITIAN Karakteristik Konsumen yang Melakukan Kredit Jatuh Tempo di

BAB IV HASIL ANALISA PENELITIAN Karakteristik Konsumen yang Melakukan Kredit Jatuh Tempo di BAB IV HASIL ANALISA PENELITIAN 4.1.Analisa Karakteristik Konsumen 4.1.1. Karakteristik Konsumen yang Melakukan Kredit Jatuh Tempo di CV. Indah Offset Magelang CV. Indah Offset Magelang memiliki karakteristik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan hidup mendasar yang setiap hari tidak dapat dihindari. oleh manusia salah satunya adalah makan. Dalam perkembangannya

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan hidup mendasar yang setiap hari tidak dapat dihindari. oleh manusia salah satunya adalah makan. Dalam perkembangannya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan hidup mendasar yang setiap hari tidak dapat dihindari oleh manusia salah satunya adalah makan. Dalam perkembangannya seiring dengan bergesernya gaya

Lebih terperinci

Rencana Bisnis [BIDANG USAHA] [tempat dan tanggal penyusunan] disusun oleh: [Nama Penyusun] [Jabatan Penyusun]

Rencana Bisnis [BIDANG USAHA] [tempat dan tanggal penyusunan] disusun oleh: [Nama Penyusun] [Jabatan Penyusun] Rencana Bisnis [Nama Perusahaan] [BIDANG USAHA] [tempat dan tanggal penyusunan] disusun oleh: [Nama Penyusun] [Jabatan Penyusun] [Alamat Lengkap Perusahaan] No. Telepon [Nomor Telepon] No. Fax [Nomor Fax]

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Kelurahan Kelurahan Kebomas terletak di Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik. Penduduk Kelurahan Kebomas

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data pada penelitian ini maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor yang dianggap penting oleh pelanggan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. PT. XYZ merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. PT. XYZ merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah berdirinya PT. XYZ PT. XYZ merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pakaian jadi atau garmen. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan 3.1.1 Sejarah PT. Putra Mas Prima PT. Putra Mas Prima merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jual beli bijih plastik yang berdiri

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA. Koperasi Primer Nasional MEDIA INDONESIA MERDEKA

ANGGARAN RUMAH TANGGA. Koperasi Primer Nasional MEDIA INDONESIA MERDEKA ANGGARAN RUMAH TANGGA Koperasi Primer Nasional MEDIA INDONESIA MERDEKA BAB I U S A H A Pasal 1 (1) Dalam bidang ideal Koperasi memberikan tuntunan bimbingan penerangan dan pendidikan kepada anggotanya

Lebih terperinci

2. Bagaimana Syarat yang diberikan Bank BRI Unit Willem Iskandar Cabang Medan Asia Pasar Rame untuk meningkatkan debitur KUR Mikro?

2. Bagaimana Syarat yang diberikan Bank BRI Unit Willem Iskandar Cabang Medan Asia Pasar Rame untuk meningkatkan debitur KUR Mikro? Daftar Pertayaan Wawancara Untuk Kepala Unit BRI Unit Bank BRI Unit Willem Iskandar Cabang Medan Asia Pasar Rame 1. Bagaimana strategi yang dilakukan oleh Bank BRI Unit Willem Iskandar Cabang Medan Asia

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Swisscontact Swisscontact, sebuah organisasi nirlaba untuk kerjasama teknis yang didirikan pada tahun 1959 oleh perwakilan industriawan swasta dan universitas

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO 1. Risiko Keuangan Dalam menjalankan usahanya Perseroan menghadapi risiko yang dapat mempengaruhi hasil usaha Perseroan apabila tidak di antisipasi dan dipersiapkan penanganannya dengan baik. Kebijakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Konsumen Responden dalam penelitian ini adalah pembeli sayuran segar di Pasar Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai. Pengumpulan data

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. Perusahaan PT Abdy Sentra Kreasi adalah sebuah pabrik pengolahan dan

BAB III OBJEK PENELITIAN. Perusahaan PT Abdy Sentra Kreasi adalah sebuah pabrik pengolahan dan BAB III OBJEK PENELITIAN III.1 Sejarah Singkat Perusahaan Perusahaan PT Abdy Sentra Kreasi adalah sebuah pabrik pengolahan dan pembuatan celana jeans yang ditujukan untuk pasaran lokal. Lokasi pabrik tersebut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan 38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. audit operasional pada objek yang dimaksud yakni PT. Centa Brasindo Abadi. Sebelum

BAB IV PEMBAHASAN. audit operasional pada objek yang dimaksud yakni PT. Centa Brasindo Abadi. Sebelum BAB IV PEMBAHASAN Pembahasan yang akan dijabarkan pada bab ke empat ini mengenai pelaksanaan audit operasional pada objek yang dimaksud yakni PT. Centa Brasindo Abadi. Sebelum dilakukannya kegiatan audit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Faktor Penyebab Pembiayaan Ijarah Bermasalah di BMT Amanah Mulia Magelang Setelah melakukan realisasi pembiayaan ijarah, BMT Amanah Mulia menghadapi beberapa resiko

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank Penyaluran kredit merupakan salah satu jasa perbankan yang utama dalam mendukung perputaran ekonomi. Melalui kredit, sektor usaha akan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR 6.1 Gambaran Lokasi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Pedagang di Pasar Baru Bogor terdiri dari pedagang tetap dan pedagang baru yang pindah dari

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Koperasi Simpan Pinjam Nur Asri berawal tahun 2006 di Kendari (Sulawesi

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Koperasi Simpan Pinjam Nur Asri berawal tahun 2006 di Kendari (Sulawesi BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 3.1.1 Sejarah Koperasi Koperasi Simpan Pinjam Nur Asri berawal tahun 2006 di Kendari (Sulawesi Tenggara ) awal mula Bapak Muzain

Lebih terperinci

IV. PETA SOSIAL KELURAHAN PURWOHARJO

IV. PETA SOSIAL KELURAHAN PURWOHARJO IV. PETA SOSIAL KELURAHAN PURWOHARJO 4.1 Lokasi Kelurahan Purwoharjo secara administratif termasuk wilayah Kecamatan Comal Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa Tengah. Sebelah utara berbatasan dengan desa

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan Berawal dari kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh setiap insan, yaitu kebutuhan sandang, telah memberikan

Lebih terperinci

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 56 5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 5.1 Bentuk Keterlibatan Tengkulak Bentuk-bentuk keterlibatan tengkulak merupakan cara atau metode yang dilakukan oleh tengkulak untuk melibatkan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN Gambaran Umum KSP Kasih Sentosa Kota Surakarta. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Kasih Sentosa kota Surakarta di

BAB III PEMBAHASAN Gambaran Umum KSP Kasih Sentosa Kota Surakarta. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Kasih Sentosa kota Surakarta di BAB III PEMBAHASAN 3.1. Gambaran Umum KSP Kasih Sentosa Kota Surakarta Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Kasih Sentosa kota Surakarta di dirikan pada 11 Desember 2006. KSP memiliki badan hukum 188.4/360/BH/112006.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOPERASI PEGAWAI NEGERI REPUBLIK INDONESIA ( KPRI... ) BOJONEGORO Nomor : /27-15/ I /2015 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR USAHA

KEPUTUSAN KOPERASI PEGAWAI NEGERI REPUBLIK INDONESIA ( KPRI... ) BOJONEGORO Nomor : /27-15/ I /2015 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR USAHA KEPUTUSAN KOPERASI PEGAWAI NEGERI REPUBLIK INDONESIA ( KPRI... ) BOJONEGORO Nomor : /27-15/ I /2015 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR USAHA Menimbang : 1. Bahwa dalam rangka mencapai Tujuan pendirian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. metropolitan terbesar di provinsi tersebut. Memiliki luas total sekitar 350,54 km².

BAB 1 PENDAHULUAN. metropolitan terbesar di provinsi tersebut. Memiliki luas total sekitar 350,54 km². BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Surabaya adalah ibu kota Provinsi Jawa Timur. Kota ini merupakan kota metropolitan terbesar di provinsi tersebut. Memiliki luas total sekitar 350,54 km². Kota

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Wawancara

Lampiran 1. Hasil Wawancara Lampiran 1. Hasil Wawancara 117 1. Apakah perusahaan ini memiliki struktur oraganisasi dan pembagian tugas yang jelas? Perusahaan tidak mempunyai struktur organisasi dan pembagian tugas secara tertulis

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN 73 VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN 6.1. Karakteristik Lembaga Perkreditan Keberhasilan usahatani kentang dan tomat di lokasi penelitian dan harapan petani bagi peningkatan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN FINANSIAL KOPERASI BAYTUL IKHTIAR

VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN FINANSIAL KOPERASI BAYTUL IKHTIAR VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN FINANSIAL KOPERASI BAYTUL IKHTIAR 6.1. Analisis Rasio Keuangan Koperasi Analisis rasio keuangan KBI dilakukan untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan lembaga. Analisis

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Tentang Perusahaan Berikut adalah gambaran tentang PT. Phanovindo Suksestama meliputi sejarah perusahaan, struktur, pembagian tugas dan tanggung jawab di

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Keberadaan usaha mikro, kecil dan menengah (UKM) mencerminkan

BAB I. Pendahuluan. Keberadaan usaha mikro, kecil dan menengah (UKM) mencerminkan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Keberadaan usaha mikro, kecil dan menengah (UKM) mencerminkan wujud nyata kehidupan sosial dan ekonomi bagian terbesar dari rakyat Indonesia. UKM di Indonesia telah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN : BISNIS DAN MANAJEMEN PROGRAM STUDI KEAHLIAN : KEUANGAN KOMPETENSI KEAHLIAN : 1. AKUNTANSI (119) 2. PERBANKAN

Lebih terperinci

mencapai maupun kapan dan bagaimana mencapai tujuannya. Berkaitan dengan tidak

mencapai maupun kapan dan bagaimana mencapai tujuannya. Berkaitan dengan tidak BABV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Pengelolaan usaha mandiri (mata pencaharian) oleh para lulusan pelatihan keterampilan yang telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjahit melalui pelatihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Modal Kerja 2.1.1.1 Pengertian Modal Kerja Modal kerja sangat penting dalam operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya untuk member uang muka

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pertumbuhan suatu usaha dipengaruhi dari beberapa aspek diantaranya ketersediaan modal. Sumber dana yang berasal dari pelaku usaha agribisnis sendiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. I. Implementasi Sistem Informasi atas Pembelian dan Penjualan pada CV.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. I. Implementasi Sistem Informasi atas Pembelian dan Penjualan pada CV. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian I. Implementasi Sistem Informasi atas Pembelian dan Penjualan pada CV. Barezky Total CV. Barezky Total adalah termasuk dalam Usaha Mikro, Kecil,

Lebih terperinci

Bab 7 : Penjualan. Bab 7 Penjualan

Bab 7 : Penjualan. Bab 7 Penjualan Bab 7 Penjualan Gunakan Armadillo Accounting untuk mencatat penjualan Anda, melakukan order dan retur penjualan. Semua perkiraan otomatis terupdate begitu Anda menjalankan system. Ketahui jumlah persediaan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK PENELITIAN. bergerak di bidang usaha produksi dan perdagangan tepung dan sagu. Di dalam CV

BAB III OBYEK PENELITIAN. bergerak di bidang usaha produksi dan perdagangan tepung dan sagu. Di dalam CV BAB III OBYEK PENELITIAN III.1 Sejarah dan kegiatan perusahaan CV Tepung Hunkwe Cap Boenga merupakan perusahaan pabrikasi yang bergerak di bidang usaha produksi dan perdagangan tepung dan sagu. Di dalam

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PERANAN PEGADAIAN DALAM IKUT MEMBERIKAN PENJAMINAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI SOSIAL EKONOMI ANGGOTA MASYARAKAT (Study Kasus pada Nasabah Pegadaian Cabang Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

Account Receivable Management

Account Receivable Management Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Account Receivable Management Umumnya perusahaan lebih menyukai penjualan secara tunai, tetapi tekanan

Lebih terperinci

ekonomi Sesi JURNAL KHUSUS A. KONSEP DASAR JURNAL KHUSUS B. KOMPONEN JURNAL KHUSUS

ekonomi Sesi JURNAL KHUSUS A. KONSEP DASAR JURNAL KHUSUS B. KOMPONEN JURNAL KHUSUS ekonomi 14 Sesi KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN N JURNAL KHUSUS A. KONSEP DASAR JURNAL KHUSUS Transaksi yang terjadi pada perusahaan dagang memiliki jumlah dan nilai yang berbedabeda. Apabila perusahaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang didapat pada bab IV, penulis telah melihat bahwa hubungan harga jual dalam persaingan harga menghadapi daya saing usaha

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Kasus Perkasus Berdasarkan hasil penelitian lapangan yang penulis lakukan baik melalui wawancara kepada para responden dan informan, maka diperoleh keterangan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Pembiayaan Pengertian sewa guna secara umum menurut Kasmir, 2002 adalah perjanjian pihak lessor (perusahaan leassing) dengan

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA,

BUPATI PENAJAM PASER UTARA, BUPATI PENAJAM PASER UTARA 11 PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN PROGRAM PENINGKATAN EKONOMI KERAKYATAN MELALUI PINJAMAN MODAL USAHA DENGAN DANA POLA BERGULIR

Lebih terperinci