BAB III METODOLOGI PENELITIAN
|
|
- Widyawati Sudjarwadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2010 sampai dengan bulan September 2011, berlokasi di hutan rakyat sengon (Paraserienthes falcataria L. Nielsen) di Kecamatan Cikalong, Daerah Tingkat II Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Gambar 2 Peta wilayah lokasi penelitian 3.2 Alat dan data Alat yang digunakan saat pengambilan data diantaranya alat pengukur jarak (meteran), alat pengukur keliling batang pohon (meteran), alat pengukur tinggi pohon (haga hypsometer), alat pengukur posisi koordinat GPS (Global Positioning System) Garmin 60 CSx, pencatat data tegakan (tally sheet), pencatat data sosial ekonomi (kuesioner), dan alat tulis. Pada saat pengolahan data, perangkat keras (hardware) digunakan yaitu laptop dan perangkat lunak (software) meliputi, ArcGIS 9.3, Garmin MapSources, dan SPSS 17.
2 29 Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh atau dikumpulkan dari sumber-sumber yang sudah ada (Hasan 2002). Tabel 1 dirinci jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini yang berupa data primer dan sekunder. Tabel 1 Jenis data yang dikumpulkan Jenis data Data yang dikumpulkan /input Metode Data primer Tegakan hutan rakyat a. Potensi lahan (luas dan penggunaan lahan berdasarkan peta Rupa Bumi Indonesia Kecamatan Cikalong skala 1:25.000),Tahun 2009 Analisis spasial Data sekunder Karakteristik internal petani Karakteristik eksternal petani b. Dimensi tegakan (diameter setinggi Inventarisasi dada (Dbh), tinggi bebas cabang (Tbc), jumlah) a. Umur produktif (sampai saat Wawancara diwawancara) b. Pendidikan formal/non formal c. Pengalaman usaha di bidang HR d. Status sosial petani e. Sistem kosmopolit f. Kebutuhan rumah tangga per bulan g. Persepsi (thdp manfaat HR) a. luas lahan Wawancara b. Status lahan c. Pendapatan d. Kemudahan pemasaran e. Jumlah tanggungan keluarga f. Peluang kerja diluar HR g. Jarak lahan Motivasi petani a. Motivasi ekonomi Wawancara dalam usaha HR b. Motivasi ekologi c. Motivasi sosial Sistem pengelolaan a. Sejarah HR Wawancara Kondisi umum lokasi penelitian b. Karakteristik Tegakan HR(luas,status lahan, jenis tanaman,pola tanam, sediaan volume dan jumlah batang, pola pengelolaan (penanaman,pemeliharaan, perlindungan,pemanenan, pemasaran) c. Permasalahan Letak, luas, kondisi fisik (topografi, tanah, iklim), dan kondisi sosial ekonomi (umur, mata pencaharian, pendidikan, agama, dan budaya). Wawancara, pengamatan, inventarisasi Studi pustaka
3 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data primer dilakukan melalui kegiatan inventarisasi, observasi, dan wawancara. Inventarisasi hutan merupakan suatu tindakan untuk mengumpulkan informasi tentang potensi kayu dari suatu areal hutan (Departemen Kehutanan 1992). Dalam penelitian ini, inventarisasi dilakukan untuk mendapatkan data dimensi tegakan sengon diantaranya diameter setinggi dada (Dbh), tinggi bebas cabang (Tbc), jenis tanaman, dan jumlahnya yang terdapat di dalam lahan, selanjutnya akan digunakan untuk mengetahui sediaan tegakan sebagai bahan dasar pengaturan hasil tegakan sengon. Teknik pengambilan contoh dilakukan berdasarkan Metode Simple Random Sampling (Simon 1987) kemudian dipilih 10 plot ukur dan 10 petani responden untuk setiap dusun secara purpossive, jumlah tersebut didasarkan pada ratio kelas kepemilikan lahan yaitu < 0,25 ha; 0,25 ha - 0,50 ha; > 0,50 ha yaitu 5:3:2. Adapun jumlah dusun dari tiga desa contoh adalah 21 dusun, sehingga total jumlah sampel adalah sebanyak 210 plot ukur dan 210 responden petani. Data sosial, ekonomi, dan karakteristik sistem pengelolaan hutan rakyat dikumpulkan melalui kegiatan observasi dan wawancara dengan petani pemilik lahan serta pihak-pihak terkait seperti aparat desa, aparat kecamatan, dan industri penggergajian. Data ekonomi diperlukan untuk menggambarkan nilai ekonomi bagi petani hutan rakyat, sedangkan data sosial untuk menggambarkan motivasi petani terhadap usaha hutan rakyat sengon. Data sekunder dilakukan melalui studi pustaka yang dilakukan di beberapa lembaga atau instansi terkait diantaranya Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Kementrian Kehutanan Manggala Wanabakti, Perpustakaan Litbang Kehutanan, Perpustakaan Badan Pusat Statistik Jakarta, Perpustakaan LSI IPB, Perpustakaan Fakultas Kehutanan IPB, Perpustakaan Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB, dan Balai Penelitian Tanah.
4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Pendugaan Potensi Pendugaan potensi berdasarkan volume dan jumlah menggunakan metode statistik sederhana. Pendugaan potensi tegakan hutan rakyat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Volume tegakan = Keterangan: Vtegakan : volume tegakan pada suatu areal (m 3 ) Vi : volume pohon ke-i (m 3 ) n : banyaknya pohon dalam tegakan 2. Volume tegakan per hektar /h= Keterangan: Vtegakan/hektar : volume tegakan per hektar (m 3 ) Vi : volume pohon ke-i (m 3 ) 3. Rata-rata/nilai tengah potensi tegakan () = ( )/ 4. Ragam rata-rata potensi tegakan ( ) = 1 dimana = ( ) / 5. Selang kepercayaan (1-α) x100% bagi rata-rata potensi tegakan hutan: = ± () 6. Ragam dugaan bagi total populasi ( ) = Dimana 1 = 1 disebut factor koreksi populasi 7. Selang kepercayaan (1-α)100% bagi total populasi = ± () 8. Atau dapat dihitung dari selang kepercayaan bagi rata-rata sebagai berikut = ± /() 9. Kesalahan penarikan contoh (sampling error, SE) = /() 100% Catatan: : ragam peubah y yang diukur (misal volume tegakan)
5 32 /() /() = 2 : nilai table t-student, dimana untuk kepraktisan biasanya digunakan nilai Selanjutnya untuk mengetahui struktur tegakan sengon dari tiga desa lokasi dilakukan pendekatan melalui persamaan distribusi eksponensial negatif (negative exponential distribution) dari Meyer 1952 (Davis at all 2001), yang didasarkan pada perbandingan pengurangan jumlah pohon yang tetap sejalan dengan pertambahan diameter yang merupakan ukuran standar kenormalan pada tegakan tidak seumur, rumus tersebut adalah sebagai berikut: N = ke -Da Keterangan : N = Jumlah pohon per hektar per kelas diameter D = Diameter pohon setinggi dada e = angka dasar logaritma (2,7183) k = konstanta yang menunjukkan ciri kerapatan pohon per hektar a = nilai yang mencirikan slope dari kurva, yaitu garis yang menggambarkan laju penurunan jumlah batang seiring bertambahnya kelas diameter. k dan a = nilai yang menunjukkan karaktertistik model dari hutan tidak seumur. Untuk mengetahui perbedaan dari ketiga kurva persamaan distribusi eksponensial negatif dari ketiga desa contoh digunakan uji estimasi kurva eksponensial (curve estimation), sedangkan untuk mengetahui perbedaan struktur tegakan hutan rakyat antar desa contoh dari segi jumlah batang per kelas diameter, digunakan uji anova satu arah, dengan hipotesa sebagai berikut: Ho: Tidak ada perbedaan signifikan antara ketiga desa dari segi jumlah batang H1: Ada perbedaan signifikan antara ketiga desa dari segi jumlah batang, Dengan kriteria uji : Tolak Ho jika Sig < = 0,05 Terima Ho jika Sig = 0, Pengaturan Hasil Konsep pengaturan hasil dalam penelitian ini mengacu kepada konsep pengaturan hasil lestari yang diterapkan pada Rencana Pengelolaan Hutan Jati Masyarakat Koperasi Hutan Jaya Lestari (KHJL) Tahun , Desa Lambakara, Kecamatan Laeya, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Pendekatan konsep kelestarian ini mirip dengan Metode Brandis (The
6 33 Brandis Method 1856) (Osmaston 1968) dan di dalam perhitungannya metode ini membutuhkan informasi sebagai berikut: 1. Penentuan kelas-kelas diameter berdasarkan hasil inventarisasi 2. Perhitungan jumlah pohon untuk tiap kelas diameter 3. Perhitungan apa yang dinamakan jangka waktu lewat (the time of passage), yaitu waktu yang diperlukan oleh sebuah pohon untuk mencapai diameter limit setelah melewati berbagai kelas diameter. 4. Penentuan apa yang dinamakan The causalty per cent utuk setiap kelas diameter, yaitu persen jumlah pohon per kelas diameter yang mati, roboh karena angin atau ditebang sebelum mencapai umur tebang Di dalam penelitian ini dalam menerapkan cara pengaturan hasil diatas memerlukan beberapa penyesuaian serta asumsi-asumsi yang disesuaikan dengan kondisi tegakan yang ada di ketiga desa penelitian. Tegakan sengon dari hasil inventarisasi dikelompokkan ke dalam enam kelas diameter dengan interval masing-masing kelas diameter 5 cm, dimana pohon-pohon dengan diameter lebih besar dari 30cm masuk kedalam kelas diameter satu dan pohon-pohon dengan diameter kurang dari 10 cm termasuk kelas diameter lima dan enam. Dari enam kelas diameter tersebut tegakan dikelompokkan lagi menjadi tiga bagian yaitu kelompok pohon yang mempunyai diameter dibawah 10 cm; kelompok pohon yang mempunyai diameter (10 30) cm sebagai tegakan persediaan dan kelompok pohon yang memiliki diameter 30 cm up sebagai pohon layak tebang. Jatah tebang tahunan ditentukan berdasarkan banyaknya jumlah batang yang siap dipanen, yaitu pohon-pohon yang telah mencapai ukuran diameter 30 cm atau lebih dibagi jangka waktu lewat (The time of passage) sebesar 4 tahun yang ditentukan berdasarkan asumsi rata-rata riap diameter per tahun adalah 5 cm yang artinya pohon-pohon yang berdiameter 10 cm akan mencapai kelas diameter 30 cm dalam waktu 4 tahun. Selanjutnya sisa tebangan digabung dengan jumlah pohon-pohon yang tumbuh mencapai ukuran diameter layak tebang yang berasal dari kelompok tegakan persediaan dan merupakan jumlah pohon yang akan ditebang pada tahun berikutnya. Jatah tebang tahun berikutnya juga dibagi jangka waktu lewat, demikian seterusnya, dengan catatan setiap menebang harus menanam kembali
7 34 minimal sama banyak dengan jumlah pohon yang ditebang. Dengan demikian diharapkan melalui pengaturan hasil berdasarkan pendekatan pada cara Metode Brandis tersebut dapat menjamin perkembangan tegakan yang memberikan tersedianya pohon-pohon yang siap untuk ditebang tiap tahunnya. Dalam penelitian ini, digunakan jangka waktu lewat 4 tahun dengan asumsi rata-rata riap diameter 5 cm/tahun. Besaran riap ini selain ditentukan berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya juga ditentukan atas hasil pengamatan saat penelitian di lapangan bahwa untuk rata-rata pohon yang berdiameter (25 30) cm dicapai dalam jangka daur 5 6 tahun. Asumsi tersebut dipertegas melalui hasil penelitian Sumarna (1961) yang menyatakan bahwa rata-rata riap diameter tiap tahun berfluktuasi sampai dengan umur 6 tahun sekitar (4 5) cm. Rumus perhitungan pengaturan hasil hutan rakyat dengan pendekatan riap dan sediaan tegakan (standing stock) ini disajikan pada Tabel 2. Guna menyelesaikan perhitungan jatah tebang tahunan disajikan pada Tabel 3, dan digunakan beberapa asumsi sebagai berikut: 1. Riap rata-rata diameter: 5 cm/th 2. Persen kematian untuk mencapai kelas diameter (11-15) cm sebesar 20% Persen kematian untuk mencapai kelas diameter (16-20) cm sebesar 10%. Persen kematian untuk mencapai kelas diameter (21-25) cm sebesar 10% Persen kematian untuk mencapai kelas diameter (21-25) cm sebesar 0% 3. Jangka waktu lewat = 4 tahun
8 35 Tabel 2 Rumus perhitungan pengaturan hasil Nama Periode/ Luas Jumlah batang per kelas diameter Desa/ Tahun Hutan < 10 cm > 30 cm Dusun ke- Rakyat cm cm cm cm X N6/ha N5/ha N4/ha N3/ha N2/ha N1/ha A L N6/ha x L N5/ha x L N4/ha x L N3/ha x L N2/ha x L N1/ha x L I : 1 P1 N6x0,8 N5x0,9 N4x0,9 N3 N2 2 P2 P1x0,8 N6x0,7 N5x0,8 N4x0,9 N P3 P2x0,8 P1x0,72 N6x0,6 N5x0,8 N4x0, P4 P3x0,8 P2x0,72 P1x0,65 N6x0,6 5 N5x0,8 1 5 P5 P4x0,8 P3x0,72 P2x0,65 P1x0,65 N6x0,6 5 II : 6 P6 P6x0,8 P4x0,72 P3x0,65 P2x0,65 P1x0,65 7 P7 P6x0,8 P5x0,72 P4x0,65 P3x0,65 P2x0,65 8 P8 P7x0,8 P6x0,72 P5x0,65 P4x0,65 P3x0,65 9 P9 P8x0,8 P7x0,72 P6x0,65 P5x0,65 P4x0,65 10 P10 P9x0,8 P8x0,72 P7x0,65 P6x0,65 P5x0,65 III : 11 P11 P10x0,8 P9x0,72 P8x0,65 P7x0,65 P6x0,65 dan seterus nya tn Ptn P (tn-1) x0,8 P(tn-2) x0,72 P(tn-3) x0,65 P (tn-4) x0,65 P (tn-5) x0,65 Tabel 3 Rumus perhitungan jatah tebang tahunan (JTT) Nama Tahun Jumlah pohon JTT Sisa Keterangan Dusun ke- layak tebang (JPLT) A 1 N1 x L = F1 F1/4 = E1 F1 E1 = S1 Penanaman (P1) = penebangan (E1) 2 S1 + (N2 x L) = F2 F2/4 = E2 F2 E2 = S2 Penanaman (P2) = penebangan (E2) 3 S2 + (N3 x L) = F3 F3/4 = E3 F3 E3 = S3 Penanaman (P3) = penebangan (E3) 4 S3 + (N4x0,9 x L) = F4 F4/4 = E4 F4 E4 = S4 Penanaman (P4) = penebangan (E4) 5 S4 + (N5x0.81 x L) = F5 F5/4 = E5 F5 E5 = S5 Penanaman (P5) = penebangan (E5) 6 S5 + (N6x0,65x L) + (P1x0,65) = F6 F6/4 = E6 F6 E6 = S6 Penanaman (P6) = penebangan (E6) 7 S6 + (P2x0,65) = F7 F7/4 = E7 F7 E7 = S7 Penanaman (P7) = penebangan (E7) 8 S7 + (P3x0,65) = F8 F8/4 = E8 F8 E8 = S8 Penanaman (P8) = penebangan (E8) 9 S8 + (P4x0,65) = F9/4 = F9 E9 Penanaman (P9) = Dan seterusnya F9 10 S9 + (P5 x0,65) = F10 11 S10 + (P6x0,65) = F11 tn S(tn-1) + P(tn-1) = Ftn E9 F10/4 = E10 F11/4 = E11 Ftn/4 = Etn = S9 F10 E10 = S10 F11 E11 = S11 Ftn Etn = Stn penebangan (E9) Penanaman (P10) = penebangan (E10) Penanaman (P11) = penebangan (E11) Penanaman (Ptn) = penebangan (Etn)
9 36 Keterangan: L = luas hutan rakyat efektif tingkat dusun (ha) Ni = jumlah batang aktual sebelum konsep pengaturan hasil diterapkan (N/hektar x L dusun) pada kelas umur ke-i Ft = jumlah pohon layak tebang (JPLT) pada tahun ke-t Et = jatah tebang tahunan (JTT) pada tahun ke-t Pt = jumlah pohon yang ditanam minimal sama dengan Et St = sisa tebangan pada tahun ke t t = tahun (1, 2, 3,... n) Kontribusi hutan rakyat terhadap pendapatan petani Analisis kontribusi hutan rakyat terhadap pendapatan rumah tangga petani dilakukan dengan membandingkan pendapatan yang diterima dari usaha hutan rakyat dengan pendapatan yang diterima dari usaha non hutan rakyat. Untuk membandingkan kedua pendapatan tersebut perlu diketahui rumus untuk memperoleh pendapatan dari suatu bidang usaha tertentu, yaitu: P i Keterangan: P = pendapatan dari suatu bidang usaha R i = jumlah penerimaan suatu jenis kegiatan ke-i pada suatu bidang usaha C i = jumlah pengeluaran suatu jenis kegiatan ke-i pada suatu bidang usaha R i C Setelah diketahui pendapatan dari seluruh bidang usaha maka dapat diketahui pendapatan total dari rumah tangga dengan menggunakan rumus: Prt Pa Pb Pc... Pn Keterangan: P rt Pa,Pb,Pc,- -,Pn = pendapatan rumah tangga per tahun = pendapatan dari masing-masing bidang usaha per tahun Untuk mengetahui persentase pendapatan dari suatu bidang usaha terhadap pendapatan total rumah tangga maka dapat menggunakan rumus: Keterangan: P,% = Persentase pendapatan dari bidang usaha ke-i P i = Pendapatan yang diperoleh dari bidang usaha ke-i per tahun = Pendapatan total rumah tangga per tahun P rt P P % i i x100% P n Analisis Finansial Analisis finansial dalam penilaian manajemen hutan rakyat lestari skala kecil ini dilakukan berdasarkan analisis Discounted Cash Flow dengan kriteria Net Present Value (NPV). NPV merupakan selisih antara pendapatan dengan
10 37 biaya yang telah didiskonto. Pada umumnya nilai NPV positif menunjukkan keuntungan, sebaliknya nilai NPV negatif menunjukkan kerugian (Darusman 2001). Kadariah et al. (1999) dalam evaluasi proyek tertentu, dinyatakan oleh nilai NPV 0. Jika NPV = 0 berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar social opportunity cost of capital. Jika NPV < 0, proyek supaya ditolak, artinya ada penggunaan lain yang lebih menguntungkan untuk sumber-sumber yang diperlukan proyek. Rumus dari pada NPV adalah sebagai berikut: = ( ) =1 ( 1 + ) Keterangan : Bt = pendapatan kotor pada tahun ke t Ct = biaya kotor pada tahun ke t n = umur proyek i = tingkat suku bunga yang berlaku t = interval waktu Analisis sosial Analisis data sosial dilakukan sebagai berikut: 1. Untuk melihat korelasi antara karakteristik sosial ekonomi petani hutan rakyat dengan motivasi sosial, motivasi ekonomi, dan motivasi ekologi, serta korelasi antara aspek motivasi ekonomi, motivasi ekologi dan motivasi sosial dengan kelestarian hutan, dipergunakan analisis regresi linier berganda dengan metode stepwise (stepwise regression). Analisis data dilakukan untuk mengukur asosiasi atau keeratan hubungan antar variabel, 2. Pengukuran motivasi dilakukan untuk mengetahui keinginan petani yang diwujudkan dalam kegiatan hutan rakyat untuk memperoleh hasil yang maksimal. Motivasi petani diukur dengan menggunakan teknik Skala Likert. 3. Analisis deskriptif menguraikan dan menjelaskan tentang upaya kegiatan pengelolaan hutan rakyat yang menyangkut pola tanam dalam hutan rakyat, tanaman kayu, dan tanaman bukan kayu. Definisi operasional dalam kegiatan penelitian perlu ditetapkan untuk mencegah terjadinya kesalahan arah terhadap konsep yang telah ditetapkan, dengan demikian pengukuran terhadap peubah dapat dilakukan secara jelas dan terukur. Pada Tabel (4) dan Tabel (5) dapat dilihat definisi operasional dan
11 38 parameter pengukuran karakteristik internal dan eksternal. Pada Tabel (6) disajikan motivasi petani berdasarkan manfaat ekonomi, ekologi, serta sosial. Tabel 4 Definisi operasional dan parameter pengukuran karakteristik internal Nama Definisi operasional Ukuran/indicator Kategori/skala variable Umur (X1.1) Usia responden Kepala Keluarga Tahun Rendah (<25 tahun) Sedang (25-55 tahun) Tingkat pendidikan (X1.2) Status sosial petani (X1.3) Kebutuhan rumah tangga (X1.4) Jumlah tanggungan keluarga (X1.5) Persepsi (X1.6) Lamanya responden menempuh pendidikan formal atau non formal Kedudukan responden dalam masyarakat berdasarkan jabatan formal dan informal yang dimiliki Tekanan yang menimbulkan dorongan akan sesuatu yang meliputi kebutuhan akan pangan, non pangan yang rutin, sandag, dan pendidikan serta kesehatan keluarganya setiap bulan Besarnya jumlah anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan atau beban dari responden Wawasan dan tanggapan petani tentang manfaat kegiatan hutan rakyat Sumber: Nur (2005),dimodifikasi. a) Tidak sekolah b) SD/sederajat c) SLTP/sederajat d) SLTA/sederajat e) Kursus Diukur dalam 1 tahun a) Kedudukan dalam organisasi sosial b) Kedudukan dalam struktur sosial Rp/bulan Jiwa/rumah tangga Penilaian terhadap manfaat hutan rakyat Tinggi (>55) Rendah (<SD) Sedang (SMP- SMA) Tinggi (Perguruan tinggi) Kecil (buruh tani) Sedang (petani) Tinggi (kepala dusun) Rendah (<6,1 juta) Sedang (6,1juta 9,0 juta) Tinggi (>9,0 juta) Rendah (< 5 orang) Sedang (5 8 orang) Tinggi (> 8 orang) Rendah (tidak mengetahui budidaya hutan rakyat) Sedang (mengetahui budidaya dan manfaat hutan rakyat) Tinggi (mengetahui budidaya, manfaat ekonomi, dan ekologi)
12 39 Tabel 5 Definisi operasional dan parameter pengukuran karakteristik eksternal Nama Definisi operasional Ukuran/indikator Kategori/ skala variable Kepemilikan (X2.1) Kepemilikan tenaga kerja (X2.2) Luas lahan (X2.3) Pendapatan (X2.4) Peluang kerja di luar hutan rakyat (X2.5) Jarak lahan (X2.6) Barang-barang atau aset yang dipungut petani untuk mendukung kegiatan hutan rakyat baik dari segi jenis maupun jumlahnya Jumlah tenaga kerja baik pria maupun wanita pada berbagai tingkat umur yang berasal dari dalam keluarga maupun luar keluarga yang digunakan dalam usaha hutan rakyat a) Jumlah dan jenis peralatan hutan rakyat b) Jumlah dan jenis pupuk c) Jumlah dan jenis obatobatan d) Jumlah dan jenis bibit Menyetarakan dalam hari kerja (HOK) Rendah (memiliki bibit, peralatan) Sedang (memiliki bibit, peralatan, pupuk) Tinggi (memiliki bibit, peralatan, pupuk, dan obat) Rendah (tanpa tenaga kerja) Sedang (buruh 1-2 tenaga kerja) Tinggi (buruh >2 tenaga kerja) Luas areal hutan rakyat Ha Rendah (< 0,25 ha) Sedang (0,25 0,5 ha) Tinggi (>0,5 ha) Jumlah pendapatan yang diperoleh dari hutan rakyat dan dari usaha lain di luar hutan rakyat Pernyataan responden mengenai peluang tersedianya pekerjaan di luar hutan rakyat Jarak tempuh yang dibutuhkan responden dari tempat tinggal ke areal hutan rakyat Nur (2005), dimodifikasi Rupiah/tahun a) Banyaknya peluang kerja b) Rutinnya pekerjaan Km Rendah (<3 juta) Sedang (3 juta 10 juta) Tinggi (> 10 juta) Rendah (sebagai buruh tani) Sedang (sebagai pemilik dan wiraswasta) Tinggi (sebagai pemilik, wiraswasta, aparat desa) Rendah (< 3 km) Sedang (3 5 km) Tinggi (> 5 km)
13 40 Tabel 6 Definisi operasional dan parameter pengukuran motivasi petani Nama Definisi Ukuran/indikator Kategori variable operasional Motivasi ekonomi (Y1) Motivasi ekologi (Y2) Motivasi sosial budaya (Y3) Motivasi yang berkaitan erat dengan hasil-hasil yang diperoleh petani dari hutan rakyat berupa hasil tanaman baik tanaman kayu maupun tanaman pertanian sehingga akan meningkatkan pendapatan total petani Dorongan yang timbul dari petani untuk mengusahakan hutan rakyat berdasarkan manfaat ekologi yang diperoleh. Sistem ini akan memberikan keuntungan terhadap pemeliharaan lingkungan Dorongan yang timbul dari petani untuk mengusahakan hutan rakyat Nur (2005), dimodifikasi. Hutan rakyat memiliki manfaat ekonomi: a) Dapat diambil kayunya b) Meningkatkan pendapatan c) Memenuhi suatu lembaga, pasar, industri kayu d) Mendapat kepuasan pribadi dan kegiatan sampingan e) Memenuhi kebutuhan pangan buah, kayu bangunan dan kayu bakar f) Merupakan lumbung hidup g) Sumber bahan industri rumah tangga h) Sumber energi (kayu bakar) a) Menjaga dan mempertahankan kesuburan tanah b) Menjaga tanah dan tata air agar tidak longsor, erosi, an banjir c) Mempertahankan lingkungan agar sejuk dan indah d) Peneduh tanaman di bawahnya agar berproduksi baik e) Dapat memperbaiki dan mempertahankan sumber-sumber air f) Pemerintah bertanggungjawab dalam pengelolaan dan pelestarian hutan rakyat g) Pemerintah dan masyarakat bertanggungjawab dalam pengelolaan dan pelestarian hutan rakyat h) Hutan rakyat berfungsi sebagai perlindungan dan paru-paru i) Sebagai apotek hijau untuk kesuburan tanah j) Sebagai penyejuk pemandangan a) Anjuran dan dorongan pemerintah b) Kegiatan yang diwariskan oleh nenek moyang c) Dapat membuka lapangan kerja d) Warisan dan tabungan hari tua e) Hutan rakyat merupakan pelestarian nilai budaya f) Tempat pendidikan bagi anak g) Terkait aspek tenurial h) Solusi dalam mengatasi konflik i) Terkait kelembagaan lokal j) Berfungsi sebagai batas lahan Menggunakan teknik skala likert Tidak setuju (1) Netral (2) Setuju (3) Menggunakan teknik skala likert Tidak setuju (1) Netral (2) Setuju (3) Menggunakan teknik skala likert Tidak setuju (1) Netral (2) Setuju (3)
BAB III METODE PENELITIAN
22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan pada hutan rakyat yang berada di Desa Sumberejo, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan sumberdaya hutan pada masa lalu banyak menimbulkan kerugian baik secara sosial, ekonomi, dan ekologi. Laju angka kerusakan hutan tropis Indonesia pada
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
47 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sejarah hutan rakyat Desa Cikalong, Desa Tonjongsari, dan Desa Singkir merupakan tiga desa di Kecamatan Cikalong yang paling banyak ditanami jenis sengon yang dijadikan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di lokasi penanaman JUN Unit Usaha Bagi Hasil- Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN) Kabupaten Bogor
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
10 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Wangunjaya Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan selama satu
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Burat, Kecamatan kepil, Kabupaten Wonosobo, selama tiga bulan mulai Maret - Mei 2009. 3,2 Alat dan Bahan Penelitian Bahan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK HA PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut, Propinsi Sumatera Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Nopember
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) dalam Hutan Tanaman adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dalam Hutan
Lebih terperinciV HASIL DAN PEMBAHASAN
V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Responden Tingkat pendidikan di Desa Babakanreuma masih tergolong rendah karena dari 36 responden sebagian besar hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SD,
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PE ELITIA
10 III. METODOLOGI PE ELITIA 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di areal IUPHHK PT. DRT, Riau. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap pertama pengambilan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo
III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian dilakukan di Desa Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. Desa Sukoharjo 1 sejak tahun 2012 dicanangkan sebagai lokasi pengembangan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di hutan rakyat Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur
47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan lokasi penelitian berdasarkan pada potensi hutan rakyat yang terdapat di desa/kelurahan yang bermitra dengan PT. Bina Kayu Lestari Group.
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengelolaan Hutan Rakyat di Kabupaten Sumedang Kabupaten Sumedang memiliki luas wilayah sebesar 155.871,98 ha yang terdiri dari 26 kecamatan dengan 272 desa dan 7 kelurahan.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua Desa dengan pola hutan rakyat yang berbeda dimana, desa tersebut terletak di kecamatan yang berbeda juga, yaitu:
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian tentang Perkembangan Tegakan Pada Hutan Alam Produksi Dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) dilaksanakan di areal
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
12 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2011 dan bertempat di KPH Madiun Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. 3.2 Bahan dan Alat
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,
26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
10 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan alam tropika di areal IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2011, bertempat di Seksi Wilayah Konservasi II Ambulu, Taman Nasional Meru Betiri (TNMB), Kecamatan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
20 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Responden Petani yang mengikuti program Koperasi Hutan Jaya Lestari di Desa Lambakara ini berjumlah 579 orang. Untuk pengambilan sampel digunakan statistik
Lebih terperinciIV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.
IV. METODOLOGI 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Sukahaji merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB III. METODOLOGI PENELITIAN
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan hujan tropika yang berlokasi di PT. Austral Byna, Muara Teweh, Kalimantan Tengah. Penelitian dilaksanakan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
21 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan secara langsung di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan Maret sampai dengan bulan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK-HA PT MAM, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua pada bulan Mei sampai dengan Juli 2012. 3.2. Bahan dan Alat Penelitian
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Oktober November 2014 di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur.
16 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Oktober November 2014 di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur. B. Alat dan Objek Alat yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di IUPHHK HA (ijin usaha pemamfaatan hasil hutan kayu hutan alam) PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut,
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2011 dengan lokasi penelitian berada di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi.
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran pengaturan hasil dalam pengelolaan hutan alam dapat dilihat pada Gambar 3. Kelestarian hasil, baik pengusahaan hutan seumur maupun
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit
III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan
Lebih terperinciPaket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU
Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Jenis Bambang Lanang Analisis Ekonomi dan Finansial Pembangunan Hutan Tanaman penghasil kayu Jenis bawang Analisis
Lebih terperinciII. METODOLOGI. A. Metode survei
II. METODOLOGI A. Metode survei Pelaksanaan kegiatan inventarisasi hutan di KPHP Maria Donggomassa wilayah Donggomasa menggunakan sistem plot, dengan tahapan pelaksaan sebagai berikut : 1. Stratifikasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian Limbah Pemanenan Kayu, Faktor Eksploitasi dan Karbon Tersimpan pada Limbah Pemanenan Kayu ini dilaksanakan di IUPHHK PT. Indexim
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di petak tebang Q37 Rencana Kerja Tahunan (RKT) 2011 IUPHHK-HA PT. Ratah Timber, Desa Mamahak Teboq,
Lebih terperinciMETODOLOGI PENILAIAN TEGAKAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI
METODOLOGI PENILAIAN TEGAKAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI Onrizal dan Nurdin Sulistiyono Fakultas Pertanian PROGRAM ILMU KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pendahuluan Pengelolaan hutan selalu ditujukan untuk
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Pengumpulan data primer penelitian dilakukan di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. untuk memperoleh data dan melaksanakan analisis yang terkait dengan tujuan
54 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional adalah mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melaksanakan analisis yang terkait
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di anak petak 70c, RPH Panggung, BKPH Dagangan, KPH Madiun, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan selama
Lebih terperinciC E =... 8 FPI =... 9 P
3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 (enam) bulan yang meliputi studi literatur, pembuatan proposal, pengumpulan data dan penyusunan laporan. Penelitian
Lebih terperinciV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989.
V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Profil dan Kelembagaan UBH-KPWN Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN) merupakan koperasi yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan (September-November 2009) di salah satu jalur hijau jalan Kota Bogor yaitu di jalan dr. Semeru (Lampiran
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber data secara langsung.
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sarnpai bulan Juni 200 1. Lokasi penelit~an berlokasi di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Parung Panjang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lahan HKm Desa Margosari Kecamatan Pagelaran
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan HKm Desa Margosari Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu pada bulan Agustus 2013. B. Alat dan Objek Penelitian Alat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di empat desa yaitu Desa Muara Gading Mas, Bandar
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di empat desa yaitu Desa Muara Gading Mas, Bandar Negeri, Sriminosari, dan Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian
19 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber, Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur (Lampiran 14). Waktu penelitian
Lebih terperinciKUESIONER RESPONDEN PEMILIK ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PEMASARAN BUDIDAYA GAHARU PENGENALAN TEMPAT PETUGAS PROGRAM STUDI KEHUTANAN
Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN PEMILIK ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PEMASARAN BUDIDAYA GAHARU Dusun PENGENALAN TEMPAT Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi Sumatera Utara No urut sampel PETUGAS
Lebih terperinciManfaat METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian
2 Manfaat Penelitian ini diharapkan menjadi sumber data dan informasi untuk menentukan langkah-langkah perencanaan dan pengelolaan kawasan dalam hal pemanfaatan bagi masyarakat sekitar. METODE Lokasi dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan lindung menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Lindung Hutan lindung menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Desa Ciaruteun Ilir Desa Ciaruteun Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 360 ha,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November 2012. Penelitian ini dilaksanakan di lahan sebaran agroforestri yaitu di Kecamatan Sei Bingai, Kecamatan Bahorok,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan pohon dilakukan di PT. MAM, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua. Penelitian ini dilaksanakan pada
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang
III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan
Lebih terperinciBAB VI KELEMBAGAAN USAHA KAYU RAKYAT
BAB VI KELEMBAGAAN USAHA KAYU RAKYAT 6.1 Kelembagaan Pengurusan Hutan Rakyat Usaha kayu rakyat tidak menjadi mata pencaharian utama karena berbagai alasan antara lain usia panen yang lama, tidak dapat
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaturan hasil saat ini yang berlaku pada pengelolaan hutan alam produksi di Indonesia menggunakan sistem silvikultur yang diterapkan pada IUPHHK Hutan Produksi dalam P.11/Menhut-II/2009.
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m. Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk
34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk jarak tanam 3 m x 3 m terdapat 3 plot dengan jumlah
Lebih terperinciMETODOLOGI. Lokasi dan Waktu
METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau, pada 3 tipe penggunaan lahan gambut yaitu; Hutan Alam, Kebun Rakyat dan Areal HTI Sagu, yang secara geografis
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi, dengan pertimbangan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
13 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Hutan tanaman pola kemitraan merupakan kolaborasi antara PT. Nityasa Idola dengan masyarakat lokal. Masyarakat desa sudah lama mengklaim bahwa areal
Lebih terperinciIII. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan bahan 3.3 Pengumpulan Data
III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2008 di petak 37 f RPH Maribaya, BKPH Parungpanjang, KPH Bogor. Dan selanjutnya pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Kimia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari semakin menginginkan pola hidup yang sehat, membuat adanya perbedaan dalam pola konsumsi
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat
21 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di KPH Kebonharjo Perum Perhutani Unit I, Jawa Tengah. Meliputi Bagian Hutan (BH) Tuder dan Balo, pada Kelas Perusahaan Jati.
Lebih terperinciMK. Biometrika Hutan Hari, tanggal : 16 Desember 2013 Kelas : Kamis ( ) Kelompok : 11
MK. Biometrika Hutan Hari, tanggal : 16 Desember 2013 Kelas : Kamis (07.00-10.00) Kelompok : 11 MODEL PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT NYAMPLUNG DENGAN SISTEM AGROFORESTRI SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKU BIOFUEL Disusun
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011.
24 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011. Kegiatan penelitian meliputi tahap studi pustaka, pembuatan proposal, pengumpulan
Lebih terperinciLampiran 1 KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT
Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT ANALISIS FINANSIAL PERBANDINGAN USAHA HUTAN RAKYAT MONOKULTUR DENGAN USAHA HUTAN RAKYAT CAMPURAN (Studi Kasus di Desa Jaharun, Kecamatan Galang, Kabupaten
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam hal ini adalah kayu dan modal produksi. Untuk itu maka terbentuk
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sistem Dinamika Potensi Pendapatan Hutan dapat dikatakan sebagai alat produksi sekaligus hasil produksi. Hutan sebagai alat produksi artinya hutan menghasilkan yang boleh
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013.
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013. Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman ubi kayu (Manihot esculenta
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh
20 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, karena data dikumpulkan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan dengan sampel yang dipilih khusus
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU
30 ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU (Manihot esculenta) DI DESA PUNGGELAN KECAMATAN PUNGGELAN KABUPATEN BANJARNEGARA Supriyatno 1), Pujiharto 2), dan Sulistyani
Lebih terperinciUniversitas Lambung Mangkurat Banjarbaru 2 )Mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT
PENENTUAN HUBUNGAN TINGGI BEBAS CABANG DENGAN DIAMETER POHON MERANTI PUTIH (Shorea bracteolata Dyer) DI AREAL HPH PT. AYA YAYANG INDONESIA, TABALONG, KALIMANTAN SELATAN Oleh/by EDILA YUDIA PURNAMA 1) ;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Suginingsih (2008), hutan adalah asosiasi tumbuhan dimana pohonpohon
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Definisi atau pengertian tentang hutan menurut Dengler (1930) dalam Suginingsih (2008), hutan adalah asosiasi tumbuhan dimana pohonpohon atau tumbuhan berkayu lainya
Lebih terperinciBAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA
BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat di Desa Burat
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat di Desa Burat Pengusahaan hutan rakyat di Desa Burat dapat diuraikan berdasarkan beberapa aspek seperti status lahan, modal, SDM, pelaksanaan,
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di tiga kelurahan (Kelurahan Hinekombe, Kelurahan Sentani Kota, dan Kelurahan Dobonsolo) sekitar kawasan CAPC di Distrik
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian
METODE PENELITIAN 36 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : Peta-peta tematik (curah hujan, tanah, peta penggunaan lahan, lereng, administrasi dan RTRW), data-data
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten
Lebih terperinciPaket KUANTITATIF PERTUMBUHAN
Paket KUANTITATIF PERTUMBUHAN Jenis Bambang Lanang Studi Pertumbuhan dan Hasil (Growth and Yield) Pembangunan Database Growth and Yield Kuantifikasi Kualitas Tempat Tumbuh Jenis Kayu bawang Studi Pertumbuhan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional
III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem agroforestry Register 39 Datar Setuju KPHL Batutegi Kabupaten Tanggamus. 3.2 Objek
Lebih terperinciD. 9. Ahad Fitriadi 1, Abubakar M. Lahjie 2 dan Rochadi Kristiningrum 3
D. 9 Produksi Kayu Bulat dan Nilai Harapan Lahan Hutan Tanaman Rakyat Gaharu (Aquilaria microcarpa) Di Desa Perangat Kecamatan Marangkayu Kabupaten Kutai Kartanegara Ahad Fitriadi 1, Abubakar M. Lahjie
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Blok Koleksi Tanaman Tahura Wan Abdul Rachman. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari 2012 sampai dengan Maret 2012.
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan
Lebih terperinciPOLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati
POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati Ringkasan Penelitian ini dilakukan terhadap anggota Kelompok Tani
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan milik petani yang mempunyai tanaman jati pada hutan rakyat di Desa Karanglayung, Desa Babakan Asem dan Desa Conggeang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tiga padang golf yaitu Cibodas Golf Park dengan koordinat 6 0 44 18.34 LS dan 107 0 00 13.49 BT pada ketinggian 1339 m di
Lebih terperinciPROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : POTENSI HUTAN RAKYAT DI INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA Oleh : Sukadaryati 1) ABSTRAK
POTENSI HUTAN RAKYAT DI INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA Oleh : Sukadaryati 1) ABSTRAK Hutan rakyat sudah lama ada dan terus berkembang di masyarakat. Manfaat yang diperoleh dari hutan rakyat sangat dirasakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Areal Kerja perusahaan pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam (IUPHHK-HA) PT. Mamberamo
Lebih terperinciIII METODOLOGI PENELITIAN
III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di areal KPH Balapulang Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian
Lebih terperinciIII. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat
11 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2009. Pelaksanaan meliputi kegiatan lapang dan pengolahan data. Lokasi penelitian terletak
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
Lebih terperinci