BAB I PENDAHULUAN. ketidak kesepakatan yang tajam atau oposisi atas berbagai kepentingan,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. ketidak kesepakatan yang tajam atau oposisi atas berbagai kepentingan,"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik adalah perkelahian, peperangan atau perjuangan yaitu berupa konfrontasi fisik antara berbagai pihak yang kemudian berkembang dengan masuknya ketidak kesepakatan yang tajam atau oposisi atas berbagai kepentingan, pertentangan ide (Webster 1996). 1 Konflik bisa muncul dalam skala yang berbeda seperti konflik antara orang (inter personal conflict), konflik antar kelompok (inter group conflict), konflik antar kelompok dengan negara (vertical conflict), konflik antar negara (inter state conflict). 2 Konflik merupakan bagian dari setiap organisasi yang tidak terelakkan atau tidak bisa dihindari. Hal ini disebabkan oleh kompleksnya sifat manusia (human nature), kompleksnya hubungan antarmanusia (human relationship) dan kompleksnya struktur organisasi (organizational structures). 3 Konflik itu bisa saja diredam, namun tidak bisa dihilangkan. Hal yang bijak bagi seorang pemimpin adalah : mengidentifikasi dan memahami konflik, belajar menghadapi, berusaha mengelola serta menyelesaikan konflik. 1 Pruit dan rubin, Teori Konflik Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, hlm Novri Susan, Sosiologi Konflik Dan Isu-Isu Konflik Kontemporer, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009, hlm. 5 3 W.F.G. Mastenbroek, Penanganan Konflik dan Pertumbuhan Organisasi (terj, Pandam Gurito) cetakan I, Jakarta: UI-pers, 1986, hlm

2 Seiring dengan agresifnya manusia dalam mencapai kepentingan tersebut, konflik pun tetap omnipresent. Artinya, konflik ada di mana saja, kapanpun waktunya, siapapun kita. Dalam organisasi apapun dimana kita terlibat di dalamnya, pasti bakal berhadapan dengan konflik. Semakin besar organisasi, semakin rumit pula keadaannya. Dan dalam semua aspek, akan mengalami kompleksitas, baik alur informasi, pengambilan keputusan, pendelegasian wewenang, sumber daya manusia dan sebagainya. Dari aspek sumber daya manusia (SDM) misalnya, dapat diidentifikasi berbagai kompleksitas. Contohnya, kompleksitas jabatan, kompleksitas tugas, kompleksitas tanggung jawab, kompleksitas kedudukan, kompleksitas status, kompleksitas hak, kompleksitas wewenang dan lain-lain. Kompleksitas ini dapat merupakan sumber potensial terjadinya konflik. Sebab, setiap manusia yang terlibat dalam organisasi, memiliki keunikan sendiri-sendiri, berbeda latar belakang, berbeda karakter, berbeda visi, berbeda tujuan hidup, berbeda motivasi kerja dan lain-lain. Sebagian besar kalangan menganggap bahwa, semua konflik yang terjadi, pasti berdampak negatif. Dalam hal ini konflik tidak hanya berdampak pada negatif, akan tetapi bisa mengarah kepada positif yang implikasinya pada perkembangan organisasi, kepribadian setiap orang yang mengalami konflik, institusi pemerintahan, dan perusahaan. Dalam sejarah di Indonesia, proses masuknya agama Hindu, Budha, Islam, Protestan, dan Katolik yang dibawa oleh bangsa asing banyak mengalami konflik untuk menyebarkan agama. Konflik tersebut terjadi karena penduduk yang dijumpai sangat kental dengan budaya yang dimiliki secara turun temurun dari nenek

3 moyangnya. Untuk menyebarkan agama tersebut para missionaris harus membuat konsep agar penduduk lebih mudah menerima budaya baru tersebut dengan hati yang terbuka. Hal ini juga terjadi pada Agama Kristen yang dibawa para missionaris dari Eropa ke Tanah Batak, di mana banyak mengalami kesulitan untuk menyebarkan agama tersebut. Suku Batak Toba dikenal dengan orang gemar dengan konflik jauh sebelum kedatangan Bangsa Eropa. Ciri khas orang Batak yaitu mengasihi, tulus, murah hati, setia dan jujur, mereka juga sombong, pencuriga atau cemburu, malas, acuh tak acuh dan kikir besemangat berjuang dan berperang (Warneck, 1873). 4 Penyebaran agama ke Tanah Batak oleh para Missionaris Eropa menghadapi tantangan yang berat dialami dari suku Batak Toba yang mempunyai kepercayaan terhadap Debata Mula Jadi Nabolon (Allah yang tidak bermula dan berakhir) yang merupakan kepercayaan orang Batak Toba jaman pra Kristen 5, adat istiadat yang tinggi dan juga masuknya Bangsa Belanda ke Tapanuli orang Batak menganggap bahwa orang Eropa adalah musuh yang harus diusir dari Tanah Batak. Bangsa Eropa yang berhasil menyebarkan agama ke Tanah Batak adalah DR. Ingwer Ludwig Nommesen yang tiba di Barus tahun 1862 dan meneruskan perjalanannya jauh ke bagian Tengah Tanah Batak, ke Lembah Silindung Keberhasilannya dalam misi zending terlebih dahulu mempelajari kebudayaan untuk mempermudah penyebaran agama Kristen. 4 B. A. Simanjuntak, Konflik Staus Dan Kekuasaan Orang Batak Toba, cetakan ke-2, Yogyakarta: Jendela, 2002, hlm. 4 5 A. M Lumbantobing, Makna Wibawa Jabatan Dalam Gereja Batak (terj. K.M Lumban Tobing), cetakan ke-2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996, hlm. 2

4 Namun jauh sebelum kedatangan DR. Ingwer Ludwig Nommesen sudah ada misi zending Tanah Batak yakni utusan Gereja Baptis Inggris tahun 1820 yaitu R. Burton dan N. Ward dan kemudian pada tahun 1834 Misi Zending Amerika yang berpusat di Boston mengirimkan dua missionaris yaitu Munson dan Lyman tetapi upaya-upaya mereka mengalami kegagalan. Dari misi zending di Tanah Batak berdirilah Gereja yaitu HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) yang beraliran Lutheran. HKBP ini ditetapkan pada tanggal 7 Oktober 1861 di Sipirok, yang dibangun pada masa Kolonial Belanda yang bergaya arsitektur Eropa. 6 Hal ini dikarenakan tanggal tersebut Badan Zending yang bernama Rheinische mission gesselschaf (RMG) melakukan rapat untuk memulai suatu pembagian pekerjaan Mission Zending di Tanah Batak. Ketika itu para Missionaris yang bekerja di Tanah Batak melangsungkan pertemuan antara pendeta Jerman: Heine dan Klamer dengan Pendeta Belanda, Van Asselt dan Betz. Terbentuknya gereja kesukuan di Indonesia khususnya tanah batak ini adalah karena kondisi pegabaran injil yang menjadi persoalan dalam lingkungannya yaitu pertentangan antara adat lama dengan suatu adat baru yang mau dibina. 7 Para konseptor Injil mengkolaborasi unsur adat lama (adat suku bangsa purba) yang dipertahankan oleh masyarakat batak dengan adat baru yang dibawa para Zending 6 Lucas P. K, Arkeologi Perbukitan Di Bagian Barat Laut Dan Selatan Padang Lawas,Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Balai Arkeologi Medan, 2004, hlm , Lothar Scheiner dalam bukunya Adat und Evangelium. Zur bedeutung der altvolkischen Lebensordnungen fur Kirche und Mission unter den Batak in Nordsumatra ( Terj.P.S. Naipospos, Adat dan Injil: perjumpaan adat dengan iman Kristen di Tanah Batak), cetakan ke-4, Jakarta; BPK Gunung Mulia, 1999, hlm. 1-7

5 dari Eropa sehingga adat itu tetap merupakan dasar yang cukup kokoh untuk membuat jemaat Kristen menjadi suatu Gereja kesukuan. Gereja HKBP terbentuk dari hasil penggabungan adat lama masyarakat Batak yang diperlihara dan diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi. Adat orang Batak mempengaruhi pembentukan konsep doktrin dan praktik peribadahan di HKBP. Adapun konsep doktrin dan peribadahan dalam HKBP yang merupakan warisan Teologi para Pekabar Injil RMG yang melayani HKBP antara tahun adalah: 8 Djamita angka na nienet sian hata ni Debata na di Padan na Robi na ni hatabatakon (Khotbah yang diringkas dari Perjanjian Lama) Djamita angka na nienet sian hata ni Debata na di Padan na Imbaru (Khotbah yang diringkas dari Perjanjian Baru). Parpunguan ni angka ayat dohot ende siapilon ni akka parguru na naeng mangkadjojongkhon haporseaon manang na naeng tardidi (Kumpulan Ayat dan Nyanyian hafalan untuk Pelajaran Katekisasi yang akan menyatakan kepercayaan atau untuk orang yang akan Dibaptis) yang dilengkapi dengan buku Sungkun-Sungkun Tu Angka Parguru (pertanyaan untuk para pelajar Katekisasi) yang merupakan saduran dari Herfotder Katechismus (buku yang berisi keterangan tentang kelima pokok ajaran Katekimus kecil Luther) Pangarimpunan Nioegama Hakristenon (Ringkasan Pengajaran Kristen) merupakan saduran dari Katekismus Heidelberg Pangarimpunan Ni Podapoda Sihaporseon Ni Halak Kristen (Rinkasan Pengajaran Yang Harus Dipercayai Orang Kristen) Panatapan ni na Masa Sogot (Pandangan Kehidupan Kelak) Marantha Boasa ari Minggu ari Paradianan ni Halak Kristen (Mengapa hari Minggu hari perhentian Kristen) Parbinotoan Parsorion (pengetahuan tentang nasib manusia) Apoelapoel di Angka na Marsitaonan (Penghiburan bagi orang yang kemalangan) Songon dia dapot hita Tuhan Jesus? (Bagaimana kita memperoleh Tuhan Yesus?) Buku ende huria (Buku Nyanyian Gereja) 8 Bambang Subadrijo, Agama Dalam Praktis, cetakan I, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003, hlm. 201

6 Katekismus kecil Luther. Konsep doktrin dasar pengajaran dan peribadahan ini dibuat para pekabar Injil RMG untuk mempermudah pengkristenan di Tanah Batak. Agama Kristen sangat berpangaruh besar dimana masyarakat Batak banyak mengalami perubahan dibidang pendidikan, pertanian, kesehatan. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan simpati dari masyarakat supaya masyarakat Batak dapat menerima Agama Kristen. Setelah dibukanya kegiatan-kegiatan ini banyak masyarakat batak yang tertarik dan masuk ke Agama Kristen yaitu; Dalam sepuluh tahun pertama, setelah Sending bekerja di daerah Batak, kira orang Batak yang menjadi orang Kristen. Dalam tahun berikutnya, para penganut agama suku berbondong-bondong meminta supaya diterima di dalam jemaat Kristus. Menghadapi kejadian itu ke Jerman diajukan permintaan yang sangat mendesak, supaya segera mengirm tambahan missionaris... 9 Dari sini bisa kita lihat kegiatan-kegiatan yang dilakukan para Missionaris untuk menarik simpati masyarakat Batak cukup berhasil dalam program pengabaran injil. Dibalik keberhasilan DR. Ingwer Ludwig Nommesen dalam pengabaran injil di Tanah Batak banyak dihadapinya masalah yang bersifat permusuhan dari raja-raja di daerah Silindung dan penduduk setempat di mana mereka menganggap bahwa Nommensen adalah musuh yang dianggap sama dengan pihak Kolonial Belanda untuk menjajah mereka. Namun karena tekat yang kuat untuk dapat tinggal di sana, mengenal sifat orang Batak dan melayani mereka. Keteguhan hatinya untuk hidup 9 Makna Wibawa Jabatan Dalam Gereja Batak, Op. cit hlm., 79

7 sederhana, ketekunan dan kepandaian di bidang pengobatan menyebapkan dia dapat tinggal dan bermasyarakat dengan orang Batak Setelah HKBP mengalami perkembangan pada masa Kolonial Belanda, HKBP menjadi mandiri dan menerima pengakuan hukum sebagai rechts-person dengan keputusan pemerintah tertanggal 11 Juni 1932 N.D. 48, Indisch Steatblad 1932, No. 360, serta Koninklijk Besluit tertanggal 29 Juni 1925, yang dituangkan di dalam Indisch Staatsblad 1927 No. 156 (Zending-sconsuls, 1941). 10 Sesudah Bangsa Indonesia merdeka Gereja ini kembali mendapat pengakuan dari pemerintah RI tertanggal 2 April 1968, No: Dd/P/DAK/d/135/68, dan pengakuan ulang pemerintah RI Cq. Departemen RI no. 33 tanggal 6 Pebruari Dengan dasar pengakuan ini HKBP mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang dinamakan Aturan dan Peraturan HKBP. Jadi HKBP mempunyai hak dan wewenang mengatur keperluan intern, seperti tata kebaktian dan acara-acara seremonial. Pengakuan ini suatu pertanda bahwa negara menjamin kehidupan beragama sesuai dengan yang dimaksud oleh pancasila dan UUD Dengan pengakuan ini pemerintah negara Republik Indonesia terikat dan wajib menjaga serta menegakkan HKBP sebagai suatu organisasi agama yang berbadan hukum. Dengan adanya pengakuan dari pemerintah Kolonial Belanda pada 1932 dan mendapat pengakuan dari pemerintah Republik Indonesia pada 1968 menjadi organisasi yang berbadan hukum, HKBP melebarkan sayapnya, menjadi salah satu Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba, Op.cit., hlm J. S. B. P Simanjuntak, Konflik Intern Organisasi Kemasyarakatan Kasus: Huria Kristen Batak Protestan, Tesis UGM, 1998, hlm. 9

8 Gereja kesukuan yang terbesar di Indonesia bahkan di negara-negara Asia dan Eropa gereja HKBP ini berdiri yang di bawa oleh Suku batak Toba yang bermigrasi ke negara tersebut. Perkembangan HKBP dalam mission zending banyak mengalami konflik dalam tubuh organisasi ini di mana tahun 1917 berdiri sebuah organisasi politik bukan gereja oleh cendikiawan M.H. Manullang yaitu HKB (Hatopan Kristen Batak). Pecahnya konflik ini dikarenakan gereja ini tidak memenuhi tuntutan kaum pribumi untuk memberi hak otonomi luas bagi gereja Batak, sehingga kekuasaan pengelolaan gereja tidak lagi sepenuhnya di tangan orang Jerman. 12 Pada tahun 1962 terjadi konflik setelah orang pribumi secara utuh mengelola HKBP. Konflik ini mengakibatkan pecahnya HKBP dengan melahirkan gereja baru yaitu GKPI (Gereja Kristen Protestan Indonesia) yang berwujud nasionalis pada tanggal 30 Agustus Penyebab konflik ini adalah perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, pemilihan petinggi Ephorus dan pemecatan 22 pendeta resort pada bulan Maret Konflik dalam tubuh organisasi HKBP terjadi lagi pada 1988, konflik terjadi karena pemilihan Eporus dengan adanya isu ketidakjujuran kelompok Pdt. Dr. SAE Nababan dalam pemilihan Ephorus yang menyuap para peserta sehingga ia terpilih, dan adanya campur tangan pemerintah. Konflik ini mengakibatkan timbulnya 2 kelompok besar, yakni kelompok yang disebut sebagai HKBP SAI Tiara (HKBP Sinode Agung Istimewa Tiara) yang 12 Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba, Op.cit., hlm Ibid., hlm

9 dipimpin oleh Pdt. Dr. PWT Simanjuntak yang mendapat dukungan dari pengakuan pemerintah. Kelompok yang lain adalah HKBP Aturan dan Peraturan atau HKBP Setia Sampai Akhir (HKBP SSA) yang dipimpin oleh Pdt. Dr. SAE Nababan. 14 Konflik yang terjadi dalam tubuh HKBP ini menciptakan perubahan yang sangat besar bagi Bangsa Indonesia khusunya bagi jemaat HKBP dan yayasan yang berlogo HKBP seperti Universitas HKBP Nommensen, STT HKBP Nomemnsen, dan yayasan lainnya. Daerah Samosir adalah salah satu ekspansi missi zending yang berpengaruh luas dimana HKBP berdiri sebanyak 46 jemaat dan 18 resort yang dipimpin oleh satu distrik yaitu Distrik VII Samosir yang berdiri pada tahun 1942 yang berkantor di Pangururan. Sebagai salah satu gereja yang mempunyai pengaruh dan jemaat yang sangat besar dibandingkan dengan agama yang masuk ke daerah Samosir seperti Katholik, dan Agama Islam. Di Distrik Samosir, konflik ini cukup berpengaruh besar terhadap jemaat. Pengaruh konflik di Distrik Samosir pada tahun 1962 adanya GKPI sebagai bentuk pencahan HKBP, dan pada tahun 1988 yang terjadi juga sangat berpengaruh dimana ada dua bentuk kegiatan kebaktian yaitu HKBP SAI Tiara dan HKBP SSA. Hal ini perlu penelitian untuk pengungkapan peristiwa yang terjadi sebagai bagian dari sejarah. Berdasarkan hal masalah diatas maka penelitian ini, penulis membuat judul: KONFLIK PENGURUS HKBP DAN PENGARUHNYA TERHADAP JEMAAT DI HKBP DISTRIK VII SAMOSIR ( ). 14 J. S. B. P Simanjuntak, Op.cit., hlm. 1-7

10 1.2 Rumusan Masalah Terjadinya konflik HKBP mempunyai pengaruh luas terhadap jemaat HKBP yang ada di Indonesia, oleh sebab itu perlu dibuat batas masalah agar tidak terjadi penyimpangan dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana gambaran umum HKBP di Samosir sebelum 1962? 2. Faktor-faktor penyebab terjadinya konflik dalam tubuh HKBP? 3. Bagaimana pengaruh konflik dalam tubuh HKBP terhadap jemaat di HKBP Distrik VII Samosir Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Segala sesuatu yang dilakukan manusia tentunya mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran umum HKBP di Kabupaten Samosir sebelum Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab konflik. 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh konflik HKBP terhadap jemaat Distrik samosir Kabupaten Samosir Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah:

11 1. Penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk memperluas cakrawala ilmu pengetahuan bagi mahasiswa secara umum dan ilmu sejarah secarah khususnya tentang konflik dalam organisasi HKBP. 2. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk para jemaat HKBP khususnya bagi pimpinan HKBP agar dapat mengambil keputusan yang bijaksana untuk menghindari terjadinya konflik yang mengakibatkan perpecahan organisasi dan kerugian dalam materi. 3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk dapat bersikap adil dalam mengatasi konflik yang terjadi. 1.4 Tinjaun Pustaka Konflik merupakan suatu hal yang sangat merugikan dan menyisakan luka dikalangan para korban. Konflik tersebut terjadi di mana saja, kapan saja, kepada siapa saja seperti yang dikemukan dalam buku yang berkaitan dengan judul penelitian ini. Buku Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer, Novri Susan, M.A. Dalam bukunya dasar konflik dibedakan atas dua (Coser, 1957) yakni konflik realistis dan non realistis. Konflik realistis memiliki sumber yang konkrit atau bersifat material, seperti perebutan sumber ekonomi atau wilayah. Jika mereka telah memperoleh tanpa perkelahian maka konflik akan segera diatasi dengan baik. Konflik non realistis didorong oleh keinginan yang tidak rasional dan sering bersifat ideologis, konflik ini seperti konflik antar agama, antar etnis dan konflik antar kepercayaan lainya. Konflik non realistis merupakan satu cara menurunkan

12 ketegangan atau mempertegas identitas satu kelompok dan cara ini mewujudkan benuk-bentuk kekejian yang sesungguhnya turun dari sumber-sumber lain. Antara konflik yang pertama dan kedua, konflik yang non realistislah cenderung yang sulit untuk menemukan resolusi konflik. Bagi Coser sangat memungkinkan bahwa konflik melahirkan kedua tipe ini sekaligus sehingga menghasilkan situasi konflik yang lebih kompleks. 15 Tesis Konflik Intern Organisasi Kemasyarakatan Kasus: Huria Kristen Batak Protestan, oleh Junjungan Saut Bonar Pangihutan Simanjuntak. Dalam tulisannya dia mengemukakan bagaimana hubungan antara gereja dengan negara. HKBP sebagai gereja rakyat merupakan wujud dari institusi civil society dimana di dalamnya berbaur nilai tradisional dan nilai-nilai modren. Konflik yang berbaur dengan antara kepentingan negara dan kepentigan gereja, secara teorik perlu didekati melalui analisa tentang bagaimana kekuasaan negara dijalankan. Negara memang harus berpihak kepada salah satu kelompok masyarakat. Tetapi dalam kenyataannya, hal ini sering tidak terjadi Negara tampaknya bukan lembaga yang netral. Negara seringkali melakukan pemihakan kepada salah satu kelompok tertentu, dimana untuk itu negara dapat menggunakan kekuasaannya untuk memaksa. 16 Buku Makna Wibawa Jabatan dalam Gereja Batak, oleh Pdt. Dr. Andar M. Lumban tobing. Dimana dijelaskan bahwa pengaruh jabatan politik tehadap jabatan gereja batak (HKBP) muncul ketika gereja batak memperoleh kemerdekaan dari pihak Kolonial belanda, dan setelah Indonesia merdeka partai-partai politik 15 Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer, Op.cit., hlm J. S. B. P. Simanjuntak, Op. cit., hlm

13 bermunculan seperti jamur dimana-mana. Fenomena zaman itu mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan gereja-gereja. Timbullah kata-kata tentang demokrasi; arti dan makna perkataan itu hendak diterapkan diamana-mana, juga dalam gereja. Hal ini banyak orang yang jadi cenderung mempersamakan demokrasi di negara dengan asas Presbyterial-Synodal di gereja. Dengan demikian, harus diperhatikan supaya kedua pengertian tersebut sekali-sekali jangan disamakan atau dicapuradukan. Buku Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba, oleh Bungaran Antonius Simanjuntak. Dia berpandangan bahwa konflik HKBP terjadi karena adanya faktor kebudayaan orang Batak. 1.5 Metode Penelitian Untuk keperluan analisis, peneliti mencari sumber-sumber acuan utama, yaitu sumber-sumber yang diduga memuat data yang relevan atau informasi yang relevan dengan topik penelitian. Dengan menelaah sumber-sumber acuan utama secara efektif, peneliti akan dapat memahami ruang lingkup penelitian, baik ruang lingkup masalah maupun ruang lingkup temporal (waktu) dan spasial (tempat/wilayah) objek penelitian. Metode penelitian yang digunakan untuk mencari informasi tentang konflik HKBP yang berpusat di Pearaja, Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara yang mempunyai pengaruh luas terhadap dalam organisasi HKBP dan Bangsa Indonesia adalah metode library research (penelitian pustaka) dan field research (studi lapangan).

14 Penelitian sejarah yang dasarnya adalah penelitian terhadap sumber-sumber sejarah, merupakan implementasi dari tahapan kegiatan yang tercakup dalam metode sejarah, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. a. Heuristik Kegiatan mencari dan menemukan sumber yang diperlukan. Penelusuran sumber-sumber sejarah terdiri dari arsip, dokumen, buku, majalah, surat kabar dan lain-lain. Berdasarkan sifatnya, sumbersejarah terdiri dari sumber primer dan sumber sekunder. b. Kritik Sumber Sumber untuk penulisan sejarah ilmiah bukan sembarang, tetapi sumbersumber itu terlebih dahulu harus dinilai melalui kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern menilai, apakah sumber itu benar-benar sumber yang diperlukan, apakah sumber itu asli, turunan, atau palsu. Kritik ekstern ini menilai keakuratan sumber. Kritik intern menilai kredibilitas data dalam sumber. Tujuan utama kritik sumber adalah untuk menyeleksi data, sehingga diperoleh fakta. c. Interpretasi Setelah fakta untuk mengungkap dan membahas yang diteliti cukup memadai, kemudian dilakukan interpretasi, yaitu penafsiran akan makna fakta dan hubungan antara satu fakta dengan fakta lain. Penafsiran atas fakta harus dilandasi dengan sikap obyektif. d. Historiografi

15 Tahapan terakhir atau penulisan terakhir sejarah. Kegiatan terakhir dari penelitian sejarah (metode sejarah) adalah merangkaikan fakta berikut maknanya secara kronologis/diakronis dan sistmatis, menjadi tulisan sejarah sebagai kisah. Kedua sifat uraian itu harus benar-benar tampak, karena kedua hal itu merupakan bagian ciri karya sejarah ilimiah, sekaligus ciri sejarah sebagai ilmu.

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Ada empat hal penulis simpulkan sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia, kristenisasi 1 merupakan hal penting

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia, kristenisasi 1 merupakan hal penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia, kristenisasi 1 merupakan hal penting bagi pemerintah Belanda karena gama Kristen mengajarkan perdamaian. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat Penyebaran agama Kristen sudah dilakukan secara sistematis di

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat Penyebaran agama Kristen sudah dilakukan secara sistematis di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat Penyebaran agama Kristen sudah dilakukan secara sistematis di sejumlah daerah di Indonesia tidak demikian halnya di Tanah Batak (Sumatera Utara).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa 31 Maret na parjolo tardidi sian halak Batak, ima Simon Siregar dohot

BAB I PENDAHULUAN. bahwa 31 Maret na parjolo tardidi sian halak Batak, ima Simon Siregar dohot BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya bebas memeluk Agama dan Kepercayaannya masing-masing. Dimana salah satu agama tersebut adalah Agama Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat Penyebaran agama Kristen Protestan sudah dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat Penyebaran agama Kristen Protestan sudah dilakukan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat Penyebaran agama Kristen Protestan sudah dilakukan secara sistematis di sejumlah daerah di Indonesia tidak demikian halnya di tanah batak (Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat Batak Toba sudah mempunyai sistem kepercayaan tentang Mulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa Hutajulu merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Onan Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang berpotensi, dan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah Batak. Dialah yang kemudian dijuluki sebagai Apostel Batak yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah Batak. Dialah yang kemudian dijuluki sebagai Apostel Batak yang menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Tarutung merupakan salah satu kota wisata rohani bagi pemeluk agama Kristen. Daerah yang dulunya dikenal dengan nama Silindung ini merupakan sebuah lembah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pulau Sumatera. Pada tahun 1820, Gereja Baptis Inggris mengirimkan tiga orang

BAB I PENDAHULUAN. pulau Sumatera. Pada tahun 1820, Gereja Baptis Inggris mengirimkan tiga orang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdirinya gereja HKBP di Medan dimulai dari masuknya agama Kristen di pulau Sumatera. Pada tahun 1820, Gereja Baptis Inggris mengirimkan tiga orang pemberita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gereja Methodist adalah suatu gereja Kristus (yang mengikuti ajaran

BAB I PENDAHULUAN. Gereja Methodist adalah suatu gereja Kristus (yang mengikuti ajaran BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Gereja Methodist adalah suatu gereja Kristus (yang mengikuti ajaran kristus) dimulai dari kesadaran teologis oleh seorang pendeta Inggris bernama John Wesley,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan visi dan misinya. Karena itu organisasi mempunyai sistem dan mekanisme yang diterapkan sebagai upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata Methodist adalah banyak atau macam cara dalam tata cara beribadah (tidak

BAB I PENDAHULUAN. kata Methodist adalah banyak atau macam cara dalam tata cara beribadah (tidak BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Kata Methodist berasal dari kata Method yang artinya cara, jadi arti dari kata Methodist adalah banyak atau macam cara dalam tata cara beribadah (tidak monoton).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedalaman Sumatera Utara. Sumatera adalah Pulau terbesar kedua sesudah

BAB I PENDAHULUAN. pedalaman Sumatera Utara. Sumatera adalah Pulau terbesar kedua sesudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang Batak adalah salah satu suku dari bangsa Indonesia yang tinggal pedalaman Sumatera Utara. Sumatera adalah Pulau terbesar kedua sesudah kalimantan dan terletak

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Awal dari sebuah kehidupan adalah sebuah penciptaan. Tanpa adanya sebuah penciptaan maka kehidupan di muka bumi tidak akan pernah ada. Adanya Sang Pencipta yang akhirnya berkarya untuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dan masih akan terus berkembang dengan pesat. yakni Huta Dame, yang artinya desa-atau-kampung damai.

BAB V PENUTUP. dan masih akan terus berkembang dengan pesat. yakni Huta Dame, yang artinya desa-atau-kampung damai. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Perkembangan agama Kristen Protestan setelah Injil masuk ke daerah Tarutung sangat cepat, tepat dan bermanfaat. Proses pertumbuhan agama ini sudah berlangsung lebih dari seratus

Lebih terperinci

GEREJA HKBP DI SEMARANG

GEREJA HKBP DI SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GEREJA HKBP DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik DIAJUKAN OLEH : JOSUA B. SIHOTANG L2B 005

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan membahas secara rinci mengenai metode dan teknik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan membahas secara rinci mengenai metode dan teknik BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan membahas secara rinci mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tapanuli menjadi 4 Afdeling yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Padang

BAB I PENDAHULUAN. Tapanuli menjadi 4 Afdeling yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Padang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keresidenan Tapanuli adalah wilayah administrasi Hindia Belanda yang berdiri pada tahun 1834. Keresidenan Tapanuli dipimpin oleh seorang Residen yang berkedudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA). Luasnya wilayah Indonesia yang terdiri atas beribu pulau tersebar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada awal abad ke-19 kota Tarutung dulunya sudah ramai dikunjungi oleh orangorang

BAB I PENDAHULUAN. pada awal abad ke-19 kota Tarutung dulunya sudah ramai dikunjungi oleh orangorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tarutung adalah sebutan untuk buah durian yang dalam bahasa Batak disebut tarutung. Oleh karena itu, nama kota Tarutung sebagai sebutan untuk nama ibukota Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mengantarkan orang untuk terbuka terhadap kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mengantarkan orang untuk terbuka terhadap kebutuhan-kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan akan membawa perubahan sikap, perilaku, nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara terperinci mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada sisi positif yang dihasilkan oleh misi pekabaran Injil yaitu sejalan dengan kata Brunner

BAB I PENDAHULUAN. ada sisi positif yang dihasilkan oleh misi pekabaran Injil yaitu sejalan dengan kata Brunner BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Misi pekabaran Injil yang dilakukan oleh gereja maupun badan misi pada masa lampau, yang berkaitan dengan kolonialisasi, tidak hanya menjadi halangan ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Salah satu perbedaan terbesar antara masyarakat di Indonesia (khususnya orang Batak) dengan masyarakat di Barat adalah dalam hal adat istiadat. Kehidupan di Indonesia

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

abad ke-19 kota Tarutung dulunya sudah ramai dikunjungi oleh orang-orang disebut Onan Sitahuru (= pasar barter) di perkampungan Saitnihuta sekarang.

abad ke-19 kota Tarutung dulunya sudah ramai dikunjungi oleh orang-orang disebut Onan Sitahuru (= pasar barter) di perkampungan Saitnihuta sekarang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tarutung adalah sebutan untuk buah durian yang dalam bahasa Batak disebut tarutung. Jadi nama Kota Tarutung sebagai sebutan untuk nama Ibukota Kabupaten Tapanuli

Lebih terperinci

2014), hal , Th. Van den End, Harta Dalam Bejana. Sejarah Gereja Ringkas, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2003), hal 267.

2014), hal , Th. Van den End, Harta Dalam Bejana. Sejarah Gereja Ringkas, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2003), hal 267. III.Sejarah Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) A. Sejarah Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) adalah salah satu gereja yang didirikan lembaga Zending RMG (Rheinishe Missions Gesellschaft ) di daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penginjil Rheinische Mission Gesellschaft (RMG) masih sedikit. Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN. penginjil Rheinische Mission Gesellschaft (RMG) masih sedikit. Keadaan ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ingwer Ludwig Nomensen sebagai perintis pengkristenan di Tanah Batak sebelah Utara berserta teman- teman sekerjanya memberikan perhatian yang sangat besar untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahap ketika kekristenan mulai berkembang tanah air Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahap ketika kekristenan mulai berkembang tanah air Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjalanan agama Kristen masuk ke Indonesia memang panjang. Ada beberapa tahap ketika kekristenan mulai berkembang tanah air Indonesia. Agama Kristen memang bukan agama

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR. tentang keberadaan Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR. tentang keberadaan Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR Gambaran umum Kecamtan STM Hilir yang merupakan lokasi penilitian ini adalah, letak geografis, komposisi penduduk, dan perkembangan pemerintahan. Hal ini untuk

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Masyarakat Karo terkenal dengan sikap persaudaraan dan sikap solidaritas yang sangat tinggi. Namun ironisnya sikap persaudaraan dan kekerabatan yang mewarnai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk

BAB I PENDAHULUAN. individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting bagi manusia. Pendidikan juga diperlukan jika ingin memperoleh kehidupan yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kolonialisme Belanda di Nusantara, penyebaran agama Kristen

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kolonialisme Belanda di Nusantara, penyebaran agama Kristen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada masa kolonialisme Belanda di Nusantara, penyebaran agama Kristen merupakan hal penting bagi pemerintah Belanda. Agama Kristen mengajarkan perdamaian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tana Toraja merupakan salah satu daerah yang memiliki penduduk mayoritas beragama Kristen. Oleh karena itu bukan hal yang mengherankan lagi jikalau kita menjumpai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. Manusia itu sendiri merupakan objek pelaku dalam peristiwa sejarah. Demikian juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN GEREJA HKBP Tinjauan Umum Gereja Protestan di Indonesia

BAB II TINJAUAN GEREJA HKBP Tinjauan Umum Gereja Protestan di Indonesia BAB II TINJAUAN GEREJA HKBP 2.1. Tinjauan Umum Gereja Protestan di Indonesia 2.1.1. Pengertian Gereja Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia gereja adalah rumah tempat berdoa dan melakukan upacara agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Pendidikan sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan sarana ataupun alat untuk mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik di

Lebih terperinci

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meliza Faomasi Laoli, 2013 Nederlandsche Zendings Vereeniging Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Meliza Faomasi Laoli, 2013 Nederlandsche Zendings Vereeniging Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada akhir abad ke-17, timbul suatu gerakan kebangunan rohani. Di negeri Jerman dan Belanda, gerakan ini disebut aliran Pietisme. Pietisme merupakan reaksi terhadap

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH DAN PROFIL GEREJA HKBP. 2.1 Sejarah Gereja Huria Kristen Batak Protestan

BAB II SEJARAH DAN PROFIL GEREJA HKBP. 2.1 Sejarah Gereja Huria Kristen Batak Protestan BAB II SEJARAH DAN PROFIL GEREJA HKBP 2.1 Sejarah Gereja Huria Kristen Batak Protestan Gereja Huria Kristen Batak Protestan lahir pada tanggal 7 Oktober 1861 yang ditetapkan melalui Sinode Pertama. Gereja

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah Bab I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Gereja Kristen Protestan Indonesia atau yang sering disingkat dengan nama GKPI adalah salah satu dari sekian banyak gereja yang ada di dunia ini. Sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Karo itu suku bangsa Haru kemudian di sebut Haru dan akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Karo itu suku bangsa Haru kemudian di sebut Haru dan akhirnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Karo itu suku bangsa Haru kemudian di sebut Haru dan akhirnya dinamai suku Karo sekarang ini (P. Sinuraya,2000: 1). Setelah hancurnya Kerajaan Haru Wampu, Kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perkebunan VII (Persero) Desa Bah Jambi di Kabupaten Simalungun. Keberadaan Sub Etnis

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perkebunan VII (Persero) Desa Bah Jambi di Kabupaten Simalungun. Keberadaan Sub Etnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub Etnis Batak Toba 1 di Bah Jambi merupakan karyawan yang bermukim di wilayah PT. Perkebunan VII (Persero) Desa Bah Jambi di Kabupaten Simalungun. Keberadaan Sub

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Desa Sukkean Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Desa Sukkean Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah merupakan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian masa lampau, baik bidang politik, militer, sosial, agama, dan ilmu pengetahuan yang dapat dibuktikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Republik Indonesia mengakui ada 6 (enam) agama di Indonesia yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Keenam agama tersebut juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa wilayah di Indonesia. Di pulau Sumatera sendiri khususnya di Sumatera Utara, suku Batak bisa ditemukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberagamaan orang Maluku, dapat dipahami melalui penelusuran sejarah yang memberi arti penting bagi kehidupan bersama di Maluku. Interaksiinteraksi keagamaan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.

Lebih terperinci

MAKNA DAN ARTI KATA EVANGELIS 1

MAKNA DAN ARTI KATA EVANGELIS 1 MAKNA DAN ARTI KATA EVANGELIS 1 Abstrak Diskusi tentang arti kata Evangelis dalam sejarah pembentukan nama gereja Kalimantan Evangelis cukup menyita banyak waktu. Studi yang konsen atas pemakaian nama

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah 9 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia untuk memperoleh bekal pengetahuan dalam menjalani hidup ini. Salah satu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu upaya bagi manusia untuk mencapai suatu tingkat kemajuan, sebagai sarana untuk membebaskan dirinya dari keterbelakangan, dan berbagai

Lebih terperinci

KONFLIK PENGURUS HKBP DAN PENGARUHNYA TERHADAP JEMAAT DI HKBP DISTRIK VII SAMOSIR ( )

KONFLIK PENGURUS HKBP DAN PENGARUHNYA TERHADAP JEMAAT DI HKBP DISTRIK VII SAMOSIR ( ) KONFLIK PENGURUS HKBP DAN PENGARUHNYA TERHADAP JEMAAT DI HKBP DISTRIK VII SAMOSIR (1962-1998) SKRIPSI SARJANA Dikerjakan O L E H JHONDATO SAGALA NIM : 060706008 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

Lebih terperinci

BAB II ONAN RUNGGU. atas permukaan laut. Wilayah Onan Runggu memiliki luas sekitar 60,89 Km 2

BAB II ONAN RUNGGU. atas permukaan laut. Wilayah Onan Runggu memiliki luas sekitar 60,89 Km 2 BAB II ONAN RUNGGU 2.1 Letak Geografis Onan Runggu adalah satu wilayah di Kabupaten Samosir yang terletak diantara 2 o 26 2 o 33 LU dan 98 o 54 99 o 01 BT dengan ketinggian 904 1.355 meter di atas permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siapapun, baik dalam masyarakat modern maupun dalam masyarakat. bagi seluih umat manusia di dunia.agama menjadi sumber motivasi dan

BAB I PENDAHULUAN. siapapun, baik dalam masyarakat modern maupun dalam masyarakat. bagi seluih umat manusia di dunia.agama menjadi sumber motivasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agama merupakan sebuah realitas sosial yang tidak dapat dielakkan oleh siapapun, baik dalam masyarakat modern maupun dalam masyarakat tradisional.sebagai sistem kepercayaan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang

Lebih terperinci

PROPOSAL JUBILEUM 70 TAHUN HKBP YOGYAKARTA ( ) DAN TAHUN KELUARGA HKBP 2016

PROPOSAL JUBILEUM 70 TAHUN HKBP YOGYAKARTA ( ) DAN TAHUN KELUARGA HKBP 2016 JUBILEUM 70 TAHUN HKBP YOGYAKARTA (1946-2016) DAN TAHUN KELUARGA HKBP 2016 PROPOSAL Jl. I Dewa Nyoman Oka 22 Kotabaru Yogyakarta 55224 Tlp. 548740; 513080; Fax. (0274) 548740 Website: hkbpjogja.org Email:

Lebih terperinci

BAB II PENDIDIKAN THEOLOGI SEBELUM TAHUN Sumatera dilakukan oleh Zending-zending ke Tanah Batak (Tapanuli) yaitu dimulai

BAB II PENDIDIKAN THEOLOGI SEBELUM TAHUN Sumatera dilakukan oleh Zending-zending ke Tanah Batak (Tapanuli) yaitu dimulai BAB II PENDIDIKAN THEOLOGI SEBELUM TAHUN 1954 2.1 ZENDING DAN KRISTENISASI Badan penyebaran Agama Kristen yang pertama sekali memasuki wilayah Sumatera dilakukan oleh Zending-zending ke Tanah Batak (Tapanuli)

Lebih terperinci

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan kasus konversi agama di Bukitsari maka dapat disimpulkan bahwa beberapa kepala keluarga (KK) di daerah tersebut dinyatakan benar melakukan pindah agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan tradisional. Hal ini menimbulkan perubahan-perubahan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan tradisional. Hal ini menimbulkan perubahan-perubahan dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia sebagai negara sedang berkembang masyarakatnya berada dalam katagori transisi. Masyarakat mulai bergeser dari pola kehidupan tradisional menuju ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1. Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. Data statistik keagamaan Kristen Protestan tahun 1992, memperlihatkan bahwa ada sekitar 700 organisasi 1 Kristen

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Papua terkenal dengan pulau yang memiliki banyak suku, baik suku asli Papua maupun suku-suku yang datang dan hidup di Papua. Beberapa suku-suku asli Papua

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanah Dairi terletak di bagian pegunungan bukit barisan melintang di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanah Dairi terletak di bagian pegunungan bukit barisan melintang di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah Dairi terletak di bagian pegunungan bukit barisan melintang di sepanjang pulau sumatera dengan posisi yang jauh lebih dekat ke pantai Barat. disebelah utara

Lebih terperinci

UKDW. Bab I Pendahuluan

UKDW. Bab I Pendahuluan Bab I Pendahuluan I. A. Latar Belakang Perbedaan merupakan hal yang selalu dapat kita temukan hampir di setiap aspek kehidupan. Beberapa perbedaan yang seringkali ditemukan misalnya perbedaan suku bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pasal 29 ayat (2) UUD NRI 1945, yaitu : kolonialisme ketika kedatangan Portugis pada awal abad ke-16 1.

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pasal 29 ayat (2) UUD NRI 1945, yaitu : kolonialisme ketika kedatangan Portugis pada awal abad ke-16 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang menghargai setiap hak asasi warga negaranya, termasuk hak asasi untuk beribadat dan memeluk agamanya seperti yang tertuang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera utamanya di Sumatera Utara, awalnya Gereja Pentakosta Indonesia dibawa orangorang

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera utamanya di Sumatera Utara, awalnya Gereja Pentakosta Indonesia dibawa orangorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Masuknya Ajaran Kharismatik Gereja Pentakosta Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan gereja pada umumnya dari zaman ke zaman. Demikian juga diwilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menaklukkan Jayakarta dan memberinya nama Batavia 1. Batavia dijadikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menaklukkan Jayakarta dan memberinya nama Batavia 1. Batavia dijadikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Belanda datang ke Indonesia pertama kali pada tahun 1569 dan melabuhkan kapalnya di pelabuhan Banten. Pada tahun 1610 mereka membangun benteng sebagai tempat pertahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak ribuan tahun yang lampau, ini yang dapat di lihat dari kayakarya para leluhur bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tanggal 21 Maret 2006, bertempat di Jakarta ditetapkanlah sebuah peraturan pemerintah yang baru, yang dikenal sebagai Peraturan Bersama dua Menteri (selanjutnya

Lebih terperinci

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI Matakuliah : Agama (Islam, Kristen, Khatolik)* Deskripsi :Matakuliah ini mengkaji tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terbentuknya sebuah desa tidak dapat dipisahkan dari manusia. Faktor utama terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri menjadi

Lebih terperinci

Tugas Akhir Matakuliah Pancasila SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA

Tugas Akhir Matakuliah Pancasila SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA Tugas Akhir Matakuliah Pancasila SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Nama : Muhammad Anis NIM : 11.11.5300 Kelompok : E Jurusan S1 TI Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. ABSTRAKSI Artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang dipelopori oleh Wahidin

BAB I PENDAHULUAN. Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang dipelopori oleh Wahidin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan di Indonesia, peran pemuda tidak dapat diabaikan begitu saja. Hal ini dapat kita ketahui dari sejak masa lahirnya Budi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Kristen Protestan merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Pada Agama Kristen biasanya memiliki suatu organisasi di gereja yang melibatkan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pekabaran Injil (PI) atau penginjilan sering disebut juga dengan evangelisasi atau evangelisme, 1 merupakan salah satu bentuk misi Gereja. Kata Injil yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: BAB V PENUTUP Pada bagian ini penulisan akan dibagi menjadi dua bagian yaitu kesimpulan dan saran. 5.1.KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Gereja adalah persekutuan orang percaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sejarah panjang perjuangan rakyat Aceh

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kehidupan gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat Batak Toba sebagai masyarakat yang di dalamnyalah gereja ini lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau, disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan yang terdapat dimasa kini. Perspektif sejarah selalu menjelaskan ruang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena

BAB I PENDAHULUAN. bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu. 1 Yang direkonstruksi ialah apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami oleh manusia. Kenyataan

Lebih terperinci

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran uang 1 di suatu daerah merupakan hal yang menarik untuk dikaji, terutama di suatu negara yang baru memerdekakan diri dari belenggu penjajahan. Uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pekabaran Injil bisa diartikan sebagai hal yang berbeda dengan Misi, namun juga seringkali diartikan bahwa Pekabaran Injil ada sebagai bagian di dalam Misi, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah diketahui bahwa penduduk Indonesia adalah multietnik (plural society). Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terdiri dari beranekaragam etnis, agama, dan kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak ternilai

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai

BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai BAB V KESIMPULAN Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai masa penjajahan Belanda merupakan hal yang sangat kompleks. Tan Malaka sedikit memberikan gambaran mengenai kondisi

Lebih terperinci

DINAMIKA SEJARAH SUMATERA ABAD XIX

DINAMIKA SEJARAH SUMATERA ABAD XIX DINAMIKA SEJARAH SUMATERA ABAD XIX Oleh: Hj. Harianti, M. Pd. 19501210 197903 2 001 Sudrajat, M. Pd. 19730524 200604 1 002 J U R U S A N P E N D I D I K A N S E J A R A H F A K U L T A S I L M U S O S

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Sejarah Indonesia pada periode 1945-1950 merupakan sejarah yang menentukan masa depan bangsa ini, karena pada periode inilah bangsa Indonesia mencapai titik puncak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang merupakan pusat budaya batak toba. Selain itu samosir juga di kenal dengan ke indahan panorama alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di

Lebih terperinci