Kata kunci : Kompensasi, Risiko Murni, Analisis Jabatan, Penilaian Risiko

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata kunci : Kompensasi, Risiko Murni, Analisis Jabatan, Penilaian Risiko"

Transkripsi

1 PERANCANGAN SISTEM KOMPENSASI BERDASARKAN ANALISIS RISIKO BAGI PETUGAS OPERASIONAL PENGELOLAAN SAMPAH DI TPS DAN TPA SAMPAH DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA SURABAYA Hendra Sidharta, Maria Anityasari, Naning Aranti Wessiani Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya ; ; ABSTRAK Proses distribusi dan pengolahan sampah yang berada di bawah penanganan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya hingga saat ini masih mengandalkan tenaga manusia. Padahal, pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan distribusi dan pengelolaan sampah tersebut memiliki risiko murni yang sangat membahayakan bagi operator yang melakukannya. Risiko murni ini sendiri merupakan bentuk risiko yang muncul dari pekerjaan yang dilakukan oleh operator, meskipun proses pelaksanaannya telah memenuhi standar prosedur dan keselamatan kerja yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, perlu dirancang suatu sistem kompensasi atas dampak negatif dari risiko murni yang selama ini diterima oleh para operator tersebut ketika menjalankan tugasnya. Obyek dalam penelitian ini adalah para pegawai operasional yang ada di tempat pembuangan sementara (TPS) dan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Surabaya. Tahap awal penelitian ini diawali dengan analisis jabatan untuk memperoleh informasi mengenai deskripsi pekerjaan. Selanjutnya, informasi mengenai deskripsi pekerjaan ini digunakan untuk menjabarkan risiko-risiko kerja yang mungkin terjadi. Hasil penjabaran risiko-risiko kerja ini kemudian digunakan dalam penilaian risiko. Setelah melalui proses tersebut, pada tahap selanjutnya dilakukan perhitungan besar kompensasi selama periode pengamatan (10 tahun). Nilai kompensasi yang didapatkan tersebut akan dihitung nilai tahunannya dengan mempertimbangkan time value of money hingga didapatkan nilai kompensasi per pekerjaan yang diamati. Kompensasi per tahun ini akan diberikan dalam periode bulanan sesuai dengan sistem pemberian gaji saat ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompensasi yang diterima oleh setiap pekerjaan berbeda-beda sesuai dengan profil risiko yang dimilikinya. Hasil justifikasi responden sangat mempengaruhi penilaian risiko maupun hasil akhir perhitungan kompensasi yang dilakukan. Kata kunci : Kompensasi, Risiko Murni, Analisis Jabatan, Penilaian Risiko ABSTRACT Waste treatment and distribution in Surabaya handled by Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya has been done manually by human as operator up to now. In fact, this kind of job could danger its operators because of the risks which is intrinsictly tied on it (theoritically, we called it as pure risk of job). This kind of risks are the type of risk which still pop-up although the operators are protected by SOP (standard operational procedure) or any kind of work self-protector facilities. Thus, there must be exist a system which could compensate them from any negative impact of those pure risks which has been received up to now. Objects in this research are the operational staff which are placed at either temporary or final disposal site in Surabaya. This research is begin with job anlysis activity to get informations about deskripsi pekerjaans. Then, this kind of informations are used to generate any possible pure risk that may occur. The result of this risk generation activity will be used in risk assessment process. When this process is completely conducted, in the next step, compensation based on risk analysis will be designed and computed in the next time windows of 10 years. The compensation result will be calculated it annual equivalent value by considering time value of money for each object observed. This annual compensation will be given in every month period based on existing salary payment system. Research result showed that compensation which is received for each object is different each other based on its own risk profile. Respondent justification affect risk assessment and final compensation calculating result significantly.

2 Keywords: Compensation, Pure Risk, Job Analysis, Risk Assessment 1. Pendahuluan Sebagai salah satu kota besar yang ada di Indonesia, sampah merupakan salah satu permasalahan yang sudah tidak asing lagi. Sampah yang ada di kota besar memiliki volume tahunan yang lebih besar karena dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang dimilikinya. Belum lagi adanya pengaruh budaya konsumtif yang semakin memperbesar volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat dari kota tersebut. Saat ini, masyarakat Surabaya sendiri masih mengandalkan tenaga manusia dalam porsi yang cukup besar untuk melakukan penanganan sampahnya, seperti pendistribusian maupun pengelolaan sampah. Masih belum ada fasilitas khusus yang mampu menggantikan peranan tenaga manusia dalam melakukan penanganan sampah yang ada di Surabaya. Padahal, hasil dekomposisi sampah menunjukkan beberapa kandungan kimia, baik yang tercampur dalam gas, tanah, maupun air yang berada di sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang berbahaya bila mengalami kontak langsung dengan manusia. Sebagai contohnya, gas metana (CH) hasil dekomposisi sampah yang berbaur dengan udara sekitar dapat menggantikan fungsi oksigen yang ada di dalam tubuh ketika dihirup oleh manusia secara terusmenerus. Apabila hal ini terjadi, maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan berupa sakit kepala yang parah, dehidrasi yang sangat cepat, bahkan kematian. Beberapa gejala ringan yang dapat dialami oleh orang yang menghirup gas metana hasil dekomposisi sampah dalam porsi sedikit namun sering adalah meningkatnya frekuensi detak jantung yang dapat menyebabkan sensasi tidak nyaman, flu, kegelisahan pikiran, hingga kelesuan pada badan. Sedangkan dalam kondisi yang ekstrim, apabila orang tersebut menghirup gas metana (CH) terlalu banyak, maka dapat mengganggu sistem pernafasannya. Ketika hal ini terjadi, maka orang tersebut akan membutuhkan bantuan suplai oksigen khusus dan juga harus memanfaatkan infus agar tubuh tidak mengalami dehidrasi lebih lanjut. Apabila hal ini dibiarkan, maka orang tersebut akan berpeluang besar mengalami kematian. Satusatunya cara agar korban dapat lolos dari kematian setelah mengalami keracunan gas metana adalah dengan dilarikan ke rumah sakit demi mendapatkan penanganan medis sesegera mungkin (Satalkar, n.d.). Sedangkan keberadaan fasilitas-fasilitas pendukung kerja yang terkait dengan alat pelindung diri (APD) yang ada saat ini masih belum mampu untuk melindungi para pegawai operasional pengelolaan sampah tersebut dari risiko-risiko muni atas pekerjaan yang dilakukannya. Berdasarkan fakta tersebut, maka dapat dibayangkan seberapa buruk dan berisikokah kondisi medan kerja dari para pegawai operasional yang setiap hari terpaksa harus menghirup gas metana (CH) hasil dekomposisi sampah sebagai bentuk risiko murni dari pekerjaan yang harus dijalaninya. Sayangnya, hingga saat ini masih belum ada bentuk kompensasi atas risiko pekerjaan yang dialami oleh para pegawai operasional pengelolaan sampah di TPS maupun TPA sampah Surabaya tersebut. Adanya kompensasi atas risiko murni ini merupakan hal yang sangat penting demi mengganti dampak negatif yang selama ini telah diterima mereka sebagai risikorisiko murni dari pekerjaannya. Selain itu, dengan merancang sebuah sistem kompensasi yang berbasis pada pertimbangan risiko ini juga akan meningkatkan semangat kerja dari para pegawai tersebut, sehingga dapat berdampak positif pada kualitas kinerja yang dihasilkannya.. Metodologi Penelitian Pada tahap identifikasi dan perumusan masalah ini terdiri atas tahap identifikasi permasalahan, perumusan masalah, penetapan tujuan dan manfaat penelitian, serta observasi atau survey langsung di lapangan dan studi bahan pustaka/literatur. Pada identifikasi permasalahan dilakukan peninjauan awal terhadap kondisi obyek penelitian serta pengidentifikasian permasalahan yang ada pada obyek penelitian. Identifikasi permasalahan merupakan tahap awal yang menjadi dasar pelaksanaan penelitian. Dari tahap ini, nantinya dapat diidentifikasikan sebab-sebab munculnya permasalahan yang dihadapi oleh user (Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya). Setelah dilakukan pengidentifikasian permasalahan, kemudian dilakukan penetapan rumusan masalah atas apa yang dihadapi oleh obyek penelitian dan juga dilakukan penetapan

3 tujuan dan manfaat dari penelitian yang dilakukan. Untuk survey lapangan dan studi literatur, dilakukan observasi ke lokasi user dan juga obyek penelitian, kemudian dilakukan analisis kondisi dari obyek penelitian. Sedangkan studi literatur dilakukan sebagai bekal dalam perancangan kuesioner yang sesuai serta pelaksanaan analisis lebih lanjut. Pada tahap pengumpulan dan pengolahan data, dijelaskan mengenai teknik-teknik dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh user. Data-data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil obyek amatan secara langsung, dimana dalam penelitian ini dipergunakan metode pengamatan langsung (etnografi) serta kuesioner terbuka. Pada tahap awal akan dilakukan penyebaran kuesioner yang terkait dengan deskripsi pekerjaan, kemudian kuesioner yang terkait dengan severity dampak dari risiko murni pekerjaan, dan yang terakhir adalah kuesioner untuk penentuan probabilitas (rasio hari kerja hilang dan hari kerja available). Sedangkan data sekunder merupakan data yang didapatkan dari pihak lain, dimana dalam penelitian ini digunakan data sekunder yang berasal dari laporan-laporan yang dimiliki oleh dinas-dinas dan instansi yang terkait dengan obyek penelitian, serta hasil penelusuran di media elektronik. Tahap analisis dilakukan untuk menguraikan hasil yang diperoleh dari tahap sebelumnya. Hasil dari analisis kemudian dimasukkan dalam simpulan penelitian dan saran untuk penelitian lanjutan. 3. Hasil dan Pembahasan Dinas kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya sendiri merupakan bagian kecil dari struktur pemerintahan kota Surabaya. Adapun misi Dinas Kebersihan dan Pertaman Kota Surabaya tahun 010, adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan sampah mandiri berbasis komunitas.. Meningkatkan kualitas pelayanan kebersihan kota. 3. Meningkatkan peran serta swasta dalam pengelolaan kebersihan.. Meningkatkan sarana dan prasarana pengelolaan kebersihan.. Meningkatkan kualitas dan kuantitas taman kota, jalur hijau, lapangan olahraga, dekorasi kota, penghijauan,, dan permakaman. 6. Meningkatkan kualitas dan kuantitas penerangan jalan umum dan taman. 7. Meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat dalam penghijauan, pengembangan pertamanan, keindahan kota, dan penerangan jalan umum. 8. Meningkatkan kualitas SDM dan pelayanan di bidang kebersihan dan pertamanan. Adapun tugas pokok dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya adalah melaksanakan kewenangann daerah di bidang kebersihan dan pertamanann serta melaksanakan tugas pemantauan yang diberikan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Provinsi Pemetaan Proses Bisnis berikut ini akan ditampilkan gambaran proses bisnis dari sistem distribusi dan penanganan sampah yang ada di Surabaya: Gambar 3.1 Proses bisnis terkait obyek penelitian Tabel 3.1 Penjelasan kode petugas yang merupakan obyek amatan penelitian Kode Penjelasan Kode Petugas Supir/pengemudi truk pengangkut 1 sampah Pembantu supir/pengemudi truk pengangkut sampah 3 Petugas penjaga DEPO Petugas penjaga portal Petugas timbang Operator alat berat (escavator dan 6 shovel) 7 Petugas penyapuann di TPA 8 Petugas saluran 9 Petugas IPAL 10 Petugas lapangan 11 Petugas komposting 3

4 3. Identifikasi Risiko Murni Melalui Analisis Pekerjaan Proses identifikasi risiko murni pada penelitian ini memanfaatkan hasil observasi lapangan secara langsung dan juga kuesioner sebagai betuk verifikasi dan validasi. Hasil observasi lapangan ini didokumentasikan secara visual melalui video dan juga foto. Berikut ini adalah salah satu contoh hasil penjabaran risiko murni pekerjaan dari salah satu obyek amatan dalam penelitian : Tabel 3. Estimasi jenis paparan risiko murni pekerjaan yang mungkin dialami oleh supir/pengemudi truk pengangkut sampah No. Jenis Paparan Risiko Murni Pekerjaan 1 Terpapar CO (Karbon Monoksida) Terpapar H S 3 Terpapar SO Terpapar Pb (Timbal) Terpapar CH (Metana) 6 Terpapar Debu (Silica Bebas) 7 Terpapar Vibrasi/getaran seluruh tubuh akibat penggunaan fasilitas kerja 8 Terpapar Golongan Bakteri 9 Terpapar Golongan Parasit 10 Terpapar Golongan Virus 11 Terpapar Golongan Cacing Masing-masing risiko murni pekerjaan tersebut kemudian dijabarkan dampak negatifnya bagi kesehatan petugas. Setelah mengetahui dampak-dampak yang diakibatkan, selanjutnya dilakukan peniulaian severity dampak melalui penilaian pure severity dan pure likelihood dari paparan risiko murni yang terjadi. Berikut ini adalah deskripsi operasional dan diagram yang digunakan untuk mengkonversikan nilai pure severity dan pure likelihood menjadi severity dampak : Tabel 3.3 Deskripsi operasional (DO) pure severity risiko murni pekerjaan Interpretasi Penjelasan Bahaya (Severity) Level Level Bahaya secara teknis (Severity) 1 3 Paparan risiko dapat diabaikan Tingkat paparan risiko rendah Tingkat paparan risiko sedang Dampak paparan risiko hampir tidak terasa/dapat diabaikan dan tidak muncul gejala Dampak paparan risiko hampir tidak terasa terasa, namun muncul gejala ringan Dampak paparan risiko cukup terasa dan muncul gejala ringan Level Interpretasi Level Bahaya (Severity) Tingkat paparan risiko tinggi Tingkat paparan risiko ekstrim (sangat tinggi) Penjelasan Bahaya (Severity) secara teknis Dampak paparan risiko cukup terasa dan muncul gejala berat Dampak paparan risiko sangat terasa dan muncul gejala sangat berat Tabel 3. Deskripsi operasional (DO) pure likelihood risiko murni pekerjaan Interpretasi Level Level Penjelasan Keseringan Keseringan (Likelihood) secara teknis (Likelihood) 1 Paparan sangat jarang Dampak paparan hampir tidak 3 terjadi Paparan jarang terjadi Paparan mungkin terjadi Paparan mungkin sekali terjadi Paparan hampir pasti terjadi muncul dalam 1 minggu Dampak paparan muncul 1 - hari dalam 1 minggu Dampak paparan muncul 3 - hari dalam 1 minggu Dampak paparan muncul - 6 hari dalam 1 minggu Dampak paparan muncul/terjadi setiap hari dalam 1 minggu Gambar 3. Diagram hubungan antara pure severity dan pure likelihood Sumber : Sulaksmono (011) Tabel 3. Deskripsi operasional (DO) severity dampak risiko murni pekerjaan Sumber : Sulaksmono (011) Level Severity Dampak Warna Daerah dalam Diagram Interpretasi Level Severity Dampak 1 Hijau Acceptable risk Kuning Intermediate risk (analysis may be required) 3 Merah Unacceptable risk

5 Berikut ini adalah salah satu contoh hasil pengkonversian untuk obyek amatan supir/pengemudi ttruk pengangkut sampah : Tabel 3.6 Hasil justifikasi pure severity dan pure likelihood untuk pekerjaan supir/pengemudi truk pengangkut sampah Selanjutnya, dampak-dampak yang sama akan dikelompokkan menjadi satu untuk penentuan bobot dampak tertinggi yang akan dikompensasikan sebagai berikut : Kemudian, setelah didapatkan bobot severity untuk semua dampak per pekerjaan, maka selanjutnya dilakukan pe-ranking-an untuk mendapatkan dampak-dampak yang akan dihitung nilai kompensasinya. Dampak-dampak yang menghasilkan nilai akumulasi (bobot severity ) sebesar 6 atau lebih akan dimasukkan ke dalam perhitungan kompensasi pada subbab selanjutnya (akumulasi severety dampak yang tergolong ke dalam kategori high dan very high severity impact). Sedangkan dampak-dampak atau penyakit yang menghasilkan nilai atau kurang dari tidak akan diikutsertakan dalam perhitungan kompensasi (akumulasi severety dampak yang tergolong ke dalam kategori low dan mwdium severity impact). Berikut ini adalah peta penentuan batas penerimaan dampak atau penyakit yang akan dikompensasikan : Tidak Dikompensasikan Akumulasi Nilai Severity Dampak Medium Dikompensasikan Low Severity High Severity Impact Severity Impact Severity Impact Very High Impact Gambar 3.3 Batas penerimaan dampak yang akan dikompensasikan Berikut ini adalah contoh hasil penentuan dampak dengan bobot severity tertinggi yang akan dikompensasikan : Tabel 3.7 Dampak atau penyakit dengan bobot severity terbesar untuk pekerjaan supir/pengemudi truk pengangkut sampah Gejala Fisik atau Dampak Negatif No. Bagi Pekerja 1 Sakit Kepala Diare (diarrhoea) 3.3 Perhitungan Probabilitas (Rasio Jumlah Hari Hilang dan Available) Setelah dilakukan pengkonversian tingkat severity dampak, selanjutnya dilakukan perhitungan rasio jumlah hari hilang dengan hari available. Hari hilang merupakan jumlah hari kerja yang hilang akibat satu atau lebih petugas atau operator yang diamati tidak masuk kerja dalam periode 10 tahun. Sebagai contoh, apabila pekerjaan petugas penjaga portal ditangani oleh 10 orang, sedangkan selama 10 tahun terakhir, 7 orang diantaranya mengalami dampak berupa sesak nafas hingga menyebabkan masing-masingnya tidak masuk kerja setiap hari dalam sebulan, maka total hari (7 orang x hari/orang = 1 hari) inilah yang disebut dengan jumlah hari hilang. Rasio jumlah hari hilang sendiri merupakan perbandingan antara jumlah hari hilang dengan jumlah hari available. Jumlah hari available merupakan hasil perkalian antara jumlah petugas keseluruhan dikali dengan hari kerja nyata per tahun. Sebagai contohnya, untuk pekerjaan yang sama, apabila jumlah hari kerja per tahunnya adalah 36 hari/tahun dan pengamatan dilakukan dalam periode 10 tahun, maka jumlah hari available dapat dihitung sebagai berikut : 10 orang x 36 hari/orang/tahun x 10 tahun = hari Sehingga, rasio jumlah hari hilang dan available (R) untuk dampak berupa penyakit sesak nafas adalah : ,

6 Sebagai tambahan, dampak-dampak atau penyakit yang tidak menyebabkan hilangnya hari kerja akan menyebabkan nilai probabilitasnya menjadi nol. Dengan kata lain, dampak-dampak atau penyakit tersebut tidak akan dikompensasikan. 3. Penentuan Frekuensi Maksimal Kejadian Dampak dan Kategori Biaya Rawat Tabel INA DRG yang digunakan sebagai acuan dalam penetapan biaya perawatan terdiri atas dua jenis, yaitu rawat inap dan rawat jalan. Beberapa dampak dihitung dengan menggunakan tabel INA DRG untuk rawat jalan, sedangkan yang lainnya menggunakan Tabel INA DRG untuk rawat inap. Penentuan ini didasarkan pada frekuensi rata-rata munculnya setiap dampak atau penyakit yang diamati. Selain itu, untuk keperluan perhitungan kompensasi, diperlukan juga penetapan frekuensi maksimal terjadinya suatu dampak. Nilai ini nantinya akan menjadi salah satu faktor pengali dalam persamaan untuk menghitung nilai kompensasi. Berikut ini adalah hasil pembagiannya : No. Tabel 3.8 Pengkategorian jenis dampak Sumber : Sulaksmono, 011 Gejala Fisik atau Dampak Negatif Bagi Pekerja Frekuensi Maksimal Kejadian (per pekerja per periode tertentu) Frekuensi Maksimal Kejadian dalam 10 Tahun (per pekerja) 1 Sakit kepala 1 kali dalam 1 bulan 10 Diare (diarrhoea) 1 kali dalam 1 bulan 10 3 Mual 1 kali dalam 1 bulan 10 6 Dada terasa sakit Kehilangan kesadaran disertai kejangkejang Pingsan atau collapse 1 kali dalam 6 bulan 0 1 kali dalam 6 bulan 0 1 kali dalam 6 bulan 0 7 Demam 1 kali dalam 3 bulan Kelumpuhan syaraf pembau (kadar tinggi) Radang paru-paru 1 kali dalam 1 tahun 10 1 kali dalam 1 tahun Kelelahan 1 kali dalam 1 bulan 10 No. Gejala Fisik atau Dampak Negatif Bagi Pekerja Frekuensi Maksimal Kejadian (per pekerja per periode tertentu) Frekuensi Maksimal Kejadian dalam 10 Tahun (per pekerja) 11 Batuk 1 kali dalam 1 bulan 10 1 Sesak napas 1 kali dalam 6 bulan 0 3. Penentuan Besar Biaya Perawatan per Kategori Dampak Tabel INA DRG yang digunakan sebagai acuan dalam penetapan biaya perawatan terdiri atas dua jenis, yaitu rawat inap dan rawat jalan. Tabel INA DRG berisi konfirmasi mengenai pengelompokan penyakit/diagnosis versi Indonesia (Rivany, 008). Berikut ini adalah besarnya biaya perawatan untuk semua jenis dampak : No Tabel 3.9 Biaya rawat inap Sumber : Thinni, Tabel INA DRG, n.d. Gejala Fisik atau Tarif Dampak ALOS Pengobatan Total Biaya Negatif (hari) per ALOS Pengobatan Bagi (Rawat Inap) Pekerja 1 Sakit kepala Rp761,9.00 Rp3,07, Diare (diarrhoea) 6 Rp1,73,38.00 Rp7,639, Mual Rp770, Rp3,083, Dada terasa sakit Kehilangan kesadaran disertai kejangkejang Pingsan atau collapse Rp761,9.00 Rp3,07, Rp761,9.00 Rp3,07, Rp761,9.00 Rp3,07, Demam Rp761,9.00 Rp3,07, Kelumpuha n syaraf pembau (kadar tinggi) Radang paru-paru Rp761,9.00 Rp3,07, Rp1,8,03.00 Rp7,368, Kelelahan Rp761,9.00 Rp3,07, Batuk Rp761,9.00 Rp3,07, Sesak napas Rp761,9.00 Rp3,07,

7 No Tabel 3.10 Biaya rawat jalan Sumber : Thinni, Tabel INA DRG, n.d. Gejala Tarif Fisik atau Pengobatan Dampak ALOS Total Biaya per ALOS Negatif (hari) Pengobatan (Rawat Bagi Jalan) Pekerja 1 Sakit Kepala 1 Rp6,.00 Rp6,.00 Diare (diarrhoea) 1 Rp6, Rp6, Mual 1 Rp6,.00 Rp6,.00 6 Dada terasa sakit Kehilangan kesadaran disertai kejangkejang Pingsan atau collapse 1 Rp6,.00 Rp6,.00 1 Rp6,.00 Rp6,.00 1 Rp6,.00 Rp6,.00 7 Demam 1 Rp6,.00 Rp6, Kelumpuhan syaraf pembau (kadar tinggi) Radang paru-paru 1 Rp6,.00 Rp6,.00 1 Rp6, Rp6, Kelelahan 1 Rp6,.00 Rp6, Batuk 1 Rp6,.00 Rp6,.00 1 Sesak napas 1 Rp6,.00 Rp6, Perhitungan Kompensasi per Pekerjaan Perhitungan kompensasi dilakukan dengan mengikuti persamaan berikut : G = Biaya rawat inap untuk penyakit yang membutuhkan rawat jalan dan rawat inap dalam periode 10 tahun (Rp/hari) H = Nilai kompensasi per dampak per pekerjaan yang terjadi (Rp/orang/10 tahun) Biaya rawat inap untuk penyakit yang hanya membutuhkan rawat jalan menunjukkan bahwa penyakit-penyakit atau dampak yang memiliki frekuensi maksimal kemunculan lebihm dari 1 kali dalam satu tahun sekali, maka setiap 10 tahun sekali akan menjalani rawat inap (ditunjukkan oleh kolom G pada Tabel.8 hingga.66). Sehingga, biaya rawat inap ini ditambahkan pada hasil akhir perkalian antara faktor C, D, E, dan F. Hasil penjumlahan akhir dari setiap dampak yang ada akan menjadi nilai kompensasi yang diberikan untuk setiap pekerja dalam periode 10 tahun (kolom H). Nilai kompensasi yang didapatkan ini merupakan nilai sekarang (present value atau PV). Oleh karena sistem penggajian yang berlaku adalah per bulan, maka PV ini perlu diekivalensikan ke dalam nilai kompensasi tahunan (annual equivalent atau AE). Adapun contoh hasil perhitungan dari setiap dampak untuk pekerjaan supir/pengemudi truk pengangkut sampah adalah sebagai berikut : Tabel 3.11 Besar kompensasi risiko murni pekerjaan yang diberikan kepada supir/pengemudi truk pengangkut sampah H = (C x D x E x F) + G Dimana : C = Probabilitas atau rasio antara jumlah hari kerja yang hilang (hari hilang) dengan jumlah hari kerja yang available (hari available) D = Biaya perawatan per sekali terjadinya dampak per orang sesuai kategori dampak (Rp/orang) E = Frekuensi maksimal kejadian dalam 10 Tahun F = ALOS (Average Length of Stay), menunjukkan rata-rata lamanya seseorang menjalani rawat inap. Apabila bernilai 1, maka nilai ini menunjukkan bahwa dampak yang diamati termasuk ke dalam kategori dampak yang membutuhkan rawat jalan (Hari) Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat diketahui besarnya kompensasi berdasarkan analisis risiko murni untuk masing-masing pekerjaan sebagai berikut : Tabel 3.1 Besar kompensasi risiko murni pekerjaan yang diberikan kepada setiap pekerja atau operator per pekerjaan per bulan No. 1 Jenis Pekerjaan Supir/pengemudi truk pengangkut sampah Besarnya kompensasi yang Diterima per pekerja per bulan Rp16,

8 No. Jenis Pekerjaan Besarnya kompensasi yang Diterima per pekerja per bulan Pembantu supir/pengemudi truk pengangkut sampah Rp167, Petugas penjaga portal Rp363,30.9 Operator alat berat Rp3,110.9 Petugas penyapuan di TPA Rp318,6. 6 Petugas saluran Rp319, Petugas IPAL Rp89, Petugas lapangan Rp39, Petugas komposting Rp83, Analisis Profil Risiko Murni Dari hasil penjabaran risiko pada Subbab.1, dapat diketahui bahwa setiap jenis pekerjaan yang diamati memiliki profil risiko yang berbeda-beda. Terdapat jenis pekerjaan yang memiliki bentuk risiko murni yang banyak di dalam profilnya (9 hingga 13 paparan risiko murni), ada pula yang hanya memiliki sedikit risiko murni dalam profilnya (hanya 6 paparan risiko murni). Namun, ada pula pekerjaan yang tidak memiliki risiko murni sama sekali di dalam profil risiko pekerjaannya, yaitu petugas timbang. Pekerjaan ini tidak memiliki profil risiko murni pekerjaan sama sekali karena secara keseluruhan, pekerjaan ini telah dilakukan di dalam kondisi lingkungan kerja yang secara signifikan lebih nyaman dan higienis, sehingga dapat melindungi pekerja dari bentuk paparan yang terkait dengan aspek biologi dan fisik. Selain itu, pekerjaan ini dilakukan di dalam ruangan tertutup (kantor), sehingga dapat pula mengurangi risiko-risiko yang sifatnya berupa paparan gas dan bau (aspek kimia), seperti CO, HS, CH, dan juga debu (silica bebas) secara signifikan. Berbanding terbalik dengan kondisi yang dialami oleh petugas timbang, jenis pekerjaan yang lainnya memiliki profil risiko murni pekerjaan dengan jenis paparan risiko murni yang relatif banyak karena semuanya dilakukan di lingkungan terbuka. Pada dasarnya, profil risiko dari pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan di lingkungan terbuka memiliki kemiripan satu sama lain. Hal yang membedakan antara profil risiko murni pekerjaan yang satu dengan yang lainnya untuk pekerjaan yang dilakukan dilakukan di lapangan terbuka adalah lebih kepada sumber munculnya risiko murni. Sebagai contoh, jenis pekerjaan yang dilakukan menggunakan ataupun dekat dengan fasilitas bermotor yang mengeluarkan gas buang, maka pada profil risikonya akan memunculkan paparan logam Pb. Sedangkan bila fasilitas bermotor tersebut menggunakan bahan bakar berupa solar, maka akan muncul pula risiko untuk terapar gas SO. Selain paparan risiko yang terkait dengan aspek kimia, paparan yang bersifat fisik juga lebih dipengaruhi oleh penggunaan fasilitas kerja yang ada. Sebagai contohnya, pekerjaan yang menggunakan fasilitas berupa kendaraan bermotor (dalam penelitian ini, fasilitas yang dimaksud adalah kendaraan bermotor, baik truk pengangkut sampah, escavator, maupun shovel), maka pekerja yang dimaksud akan berisiko untuk terpapar vibrasi atau getaran yang berasal dari fasilitas tersebut. Apabila fasilitas tersebut juga mengeluarkan bunyi yang relatif keras dan konstan, maka ada kemungkinan pula bahwa pekerja yang menggunakan ataupun dekat dengan fasilitas kerja yang dimaksud untuk mengalami paparan noise (bunyi). Hasil observasi secara langsung di lapangan juga menunjukkan sebuah behavior obyek amatan yang kurang baik. Hampir semua obyek amatan, dalam hal ini adalah para petugas yang terkait dengan proses pendistribusian dan pengelolaan sampah di TPS dan TPA Surabaya tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) yang dimilikinya selama bekerja. Pada saat dilakukannya observasi secara langsung, peneliti juga melakukan wawancara singkat terkait dengan behavior dari para petugas tersebut terkait dengan alasan mengapa mereka tidak menggunakan APD yang telah diberikan. Salah satu alasan yang paling banyak diutarakan oleh para petugas tersebut adalah tidak praktisnya APD yang ada. Para petugas merasa bahwa keberadaan APD justru memberikan rasa yang tidak nyaman bagi para petugas tersebut selama melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Sebagai contohnya, APD berupa sepatu boot seharusnya digunakan selama para petugas tersebut melaksanakan pekerjaannya dengan tujuan melindungi dan meminimalisir terjadinya risiko yang dapat muncul akibat terjadinya kontak langsung antara kaki petugas yang bersangkutan dengan sampah maupun air lindi. Namun, akibat hampir seluruh pekerjaannya dilakukan di lapangan terbuka, para petugas tersebut merasa bahwa penggunaan sepatu boot justru memberikan rasa gerah dan panas pada kaki mereka. Hal ini kemudian 8

9 memicu para petugas lapangan tersebut untuk tidak menggunakan APD yang diberikan kepadanya. Contoh lainnya adalah penggunaan masker. Para petugas, terutama yang menghabiskan hampir seluruh waktu kerjanya di lapangan TPA menganggap bahwa bau sampah sudah terlalu kuat, sedangkan penggunaan masker tidak dapat mengurangi bau yang dirasakan oleh para petugas secara signifikan. Penggunaan masker justru menghalangi petugas dalam hal bernafas secara lebih leluasa. Oleh karena itu, akhirnya para petugas tersebut tidak menggunakan maskernya. Padahal, perilakuperilaku seperti inilah yang justru menyebabkan para petugas tersebut terpapar risiko dalam porsi yang terburuk Analisis Penilaian Tingkat Severity Dampak Berdasarkan hasil pengolahan data pada Subbab., didapatkan hasil berupa nilai severity dari masing-masing dampak yang ditimbulkan oleh paparan risiko per pekerjaan. Dari hasil penilaian tersebut, diketahui bahwa pekerjaaan petugas penjaga DEPO dijustifikasi sebagai jenis pekerjaan yang tidak memiliki nilai severity sama sekali (terbebas dari risiko murni pekerjaan) oleh responden. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh ketidakpahaman responden terhadap dampak-dampak risiko murni pekerjaan yang dapat dialami oleh penjaga DEPO, sehingga responden sama sekali tidak memberikan nilai severity maupun likelihood atas risiko murninya. Hal inilah yang kemudian menyebabkan jenis pekerjaan penjaga DEPO tidak memiliki severity dampak, sehingga tidak dapat diproses lebih lanjut akibat tidak memiliki nilai risiko. Selain itu, hasil rekapitulasi data kuesioner pure severity dan pure likelihood menunjukkan pola pengisian yang secara signifikan berbeda. Salah satunya dapat dilihat dari nilai pure likelihood yang diberikan untuk dampakdampak yang dialami oleh jenis pekerjaan seperti yang tercantum pada Tabel.36 dan.37 (yang memiliki nilai pure likelihood yang bervariasi untuk setiap dampak yang terjadi) dengan jenis pekerjaan yang dinilai pada Tabel.38 hingga. (yang memiliki nilai pure likelihood sebesar untuk semua jenis dampak yang ditanyakan). Salah satu penyebab terjadinya perbedaan nilai pure likelihood ini adalah akibat perbedaan responden yang mengisi kuesioner. Perbedaan responden ini sangat mungkin memicu terjadinya perbedaan persepsi yang dimiliki saat mengisikan kuesioner, sehingga menyebabkan terjadinya pola pengisian nilai pure likelihood yang berbeda tersebut. Kemudian, pada saat dilakukan pengkonversian kombinasi nilai pure severity dan pure likelihood menjadi severity dampak, dapat dilihat bahwa hasil pengkonversian menunjukkan hasil yang similar tehadap kasus pengisian nilai pure severity dan pure likelihood. Hasil pengkonversian untuk pekerjaan seperti yang dilakukan pada Tabel.6 dan.7 (yang memiliki nilai severity dampak yang bervariasi dari 1 hingga 3) dengan pekerjaan pada Tabel.8 hingga.6 (yang memiliki nilai severity dampak sebesar 3 untuk semua jenis dampak yang ada). Hasil penilaian ini dapat menginterpretasikan pendapat responden mengenai tingkat severity dampak yang dialami oleh jenis pekerjaan yang ditanyakan kepadanya. Responden yang menilai severity dampak pada Tabel.6 dan.7 memiliki persepsi bahwa severity dampak yang dialami oleh jenis pekerjaan yang dinilaianya bervariasi sesuai dengan pekerjaannya (pekerjaan supir/pengemudi truk pengangkut sampah dan pembantu supir/pengemudi truk pengangkut sampah). Sedangkan responden yang menilai pekerjaan lainnya memiliki persepsi bahwa tingkat bahaya (severity) dampak yang relatif sama atas pekerjaan yang dinilainya tersebut. Hasil penilaian severity dampak yang bervariasi untuk pekerjaan yang dinilai pada Tabel.6 dan.7 mengindikasikan bahwa terdapat dampak-dampak yang memang benarbenar tergolong ke dalam acceptable effect, intermediate effect, maupun unacceptable effect (sebagaimana yang telah dijelaskan pada Tabel.3). Sedangkan untuk jenis pekerjaan lain yang diisi oleh responden yang berbeda menunjukkan bahwa semua bentuk dampak atas risiko murni yang muncul (pada Tabel.8 hingga.6) adalah tergolong ke dalam unacceptable effect (dampak yang membahayakan).: 3.9 Analisis Perhitungan Kompensasi Hasil perhitungan kompensasi yang dilakukan pada Subbab.3 menunjukkan besar kompensasi per pekerja per bulan yang berbeda antara jenis pekerjaan yang berbeda. Hal utama yang memicu terjadinya perbedaan ini adalah 9

10 profil risiko yang dimiliki oleh masing-masing pekerjaan tersebut. Pekerjaan dengan profil risiko yang banyak akan berpeluang besar untuk menyebabkan terjadinya penambahan atau peningkatan biaya kompensasi yang dihasilkan. Apabila diperhatikan, besarnya kompensasi risiko murni dari masing-masing jenis pekerjaan yang diamati berada pada rentang antara Rp hingga Rp Rentang nilai kompensasi risiko murni pekerjaan yang didapatkan ini masih dapat dikatakan normal untuk ukuran sebuah kompensasi. Sebagai perbandingannya, dalam kondisi eksisting, seorang pegawai dapat menerima kompensasi hingga mencapai Rp ,00, dimana kompensasi ini merupakan bentuk kompensasi yang terkait dengan masalah Penunjang Operasional Kinerja (umum) (Vivi, 011). Berdasarkan hasil pengolahan dan pembahasan data yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang secara langsung membentuk dan mempengaruhi besar atau kecilnya nilai kompensasi yang terjadi adalah rasio jumlah hari kerja hilang dan hari kerja available, frekuensi maksimal terjadinya dampak atau penyakit per orang per periode (dalam penelitian ini telah disebutkan bahwa periode waktu yang digunakan adalah selama 10 tahun), serta besarnya biaya rawat jalan maupun rawat inap yang digunakan dalam perhitungan kompensasi. Tentunya, ketiga faktor tersebut memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda-beda apabila dilakukan simulasi lebih lanjut untuk mengetahui seberapa besar dampak perubahannya terhadap nilai kompensasi akhir yang dihasilkan. Selain ketiga faktor tersebut, terdapat faktor lain yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap hasil akhir perhitungan kompensasi per pekerjaan dari obyek amatan, yaitu hasil justifikasi dari responden yang menentukan beberapa parameter, yaitu nilai pure severity dan pure likelihood dari risiko murni pekerjaan, dan juga nilai rasio jumlah hari kerja yang hilang dan yang available. Ketiga hal tersebut keseluruhannya berdasarkan hasil justifikasi dari atasan, manajer, atau kepala seksi yang dalam penelitian ini dianggap sebagai satusatunya sumber informasi yang paling akurat, mengingat hampir semua data sekunder tidak didapatkan selama penelitian berlangsung (tidak ada atau terbatasinya peneliti untuk mendapatkan akses terhadap data sekunder yang seharusnya diperlukan selama penelitian, misalnya berupa catatan kesehatan pegawai, sistem penggajian yang menampilkan semua unsur dalam take home pay, dan sebagainya). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penelitian ini memang benar-benar begerak berdasarkan data primer yang berasal dari justifikasi dari atasan, manajer, atau kepala seksi tersebut. Kesalahan ataupun kelalaian responden dalam melakukan justifikasi akan berakibat sangat besar terhadap hasil perhitungan kompensasi yang dihasilkan dalam penelitian ini.. Kesimpulan Berdasarkan pengolahan, pembahasan, dan analisis terhadap data yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Deskripsi pekerjaan dari masing-masing jenis pekerjaan telah berhasil disusun sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Tabel.1 hingga.13.. Hasil penjabaran risiko telah disajikan dalam Tabel.1 hingga.3. Hasil penjabaran ini menunjukkan bahwa setiap jenis pekerjaan yang diamati memiliki profil risiko yang berbedabeda satu sama lain. 3. Dampak-dampak risiko murni yang memiliki nilai risiko terbesar dari seluruh jenis pekerjaan yang diamati adalah : 1) Sakit kepala ) Diare (diarrhoea) 3) Mual ) Dada terasa sakit ) Kehilangan kesadaran disertai kejang-kejang 6) Pingsan atau collapse 7) Demam 8) Kelumpuhan syaraf pembau (kadar tinggi) 9) Radang paru-paru 10) Kelelahan 11) Batuk 1) Sesak Nafas. Hasil perhitungan kompensasi yang harus diberikan per bulan bagi tiap pegawai operasional yang diamati selama 10 tahun ke depan adalah sebagai berikut : 10

11 Tabel.1 Hasil akhir perhitungan kompensasi Besarnya kompensasi No Jenis Pekerjaan yang Diterima per pekerja per bulan 1 Supir/pengemudi truk pengangkut sampah Rp16, Pembantu supir/pengemudi truk pengangkut sampah Rp167, Petugas penjaga portal Rp363,30.9 Operator alat berat Rp3,110.9 Petugas penyapuan di TPA Rp318,6. 6 Petugas saluran Rp319, Petugas IPAL Rp89, Petugas lapangan Rp39, Petugas komposting Rp83,1.69. Daftar Pustaka Rivany, R., 008. Indonesian Diagnosis Related Group (INA-DRG). SPHUI : Departmen Kebikana dan Analisis Kesehatan. [Online] Available at : [Accessed January 19 th 011]. Satalkar, B., n.d. Methane Gas Exposure Symptoms, [Online] Available at : -gas-exposure-symptoms.html [Accessed October 10 th 010]. Sulaksmono, 011. Deskripsi Operasional (DO) Severity Dampak Risiko Murni Pekerjaan. [Note] (Personal Communication, January 10 th 011). Thinni, 011. Tabel INA DRG. [Firefox Documents] (Personal Communication, December 7 th 010). Vivi, 011. Honor DKP 011. [Spreadsheet Ms. Excel] (Personal Communication, December 9 th 010) 11

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. Pemetaan Proses Bisnis

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. Pemetaan Proses Bisnis BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN Pemetaan Proses Bisnis Tabel 4.1 Penjelasan kode petugas Kode Penjelasan Kode Petugas Supir/pengemudi truk 1 pengangkut sampah Pembantu supir/pengemudi 2 truk pengangkut

Lebih terperinci

SIDANG PENELITIAN TUGAS AKHIR

SIDANG PENELITIAN TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA SIDANG PENELITIAN TUGAS AKHIR ARIE ANDRIYAN 2506 100 174 Dosen Pembimbing Dr. Maria Anityasari, S.T., M.E.

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari 237 juta jiwa, masalah kesehatan lingkungan di Indonesia menjadi sangat kompleks terutama

Lebih terperinci

Keywords: River Quality; Job Description; Workload; Compensation;Employment Risk;Psycholog ical.

Keywords: River Quality; Job Description; Workload; Compensation;Employment Risk;Psycholog ical. ANALISIS FAKTOR PEMBENTUK RESIKO KERJA PETUGAS JAGA POMPA DI DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA DAN PEMATUSAN (DPUBMP) KOTA SURABAYA MELALUI PENDEKATAN TEKNIS DAN PSIKOLOGIS Nieko Haryo Pradhito, Naning Aranti

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya. Udara

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pembangunan di berbagai bidang yang semakin meningkat apabila tidak disertai oleh upaya pengelolaan lingkungan yang baik, maka dapat mengakibatkan terjadinya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: manajemen risiko, analisis risiko, kuantitatif, probabilitas, dampak, severity index, skala likert. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: manajemen risiko, analisis risiko, kuantitatif, probabilitas, dampak, severity index, skala likert. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam kegiatan usaha apapun, sebuah badan usaha selalu mempunyai risiko yang harus dihadapi, begitu juga pada PT. Sygma Examedia Arkanleema. Manajemen risiko dibutuhkan untuk meminimalisir kerugian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya. Udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Resiko bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya kecelakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara mempunyai fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup terutama manusia. Di

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR CO dan NO 2 SERTA KELUHAN KESEHATAN PEDAGANG ASONGAN DI TERMINAL AMPLAS TAHUN 2014 SKRIPSI. Oleh : IRMAYANTI NIM.

ANALISIS KADAR CO dan NO 2 SERTA KELUHAN KESEHATAN PEDAGANG ASONGAN DI TERMINAL AMPLAS TAHUN 2014 SKRIPSI. Oleh : IRMAYANTI NIM. ANALISIS KADAR CO dan NO 2 SERTA KELUHAN KESEHATAN PEDAGANG ASONGAN DI TERMINAL AMPLAS TAHUN 2014 SKRIPSI Oleh : IRMAYANTI NIM. 081000069 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

OPTIMASI SISTEM INDUSTRI

OPTIMASI SISTEM INDUSTRI PENENTUAN SISTEM KOMPENSASI BERDASARKAN RISK ASSESSMENT DAN PERFORMANCE APPRAISAL KARYAWAN (Studi Kasus: Petugas Operasional Pemadam Kebakaran Kota Padang) Difana Meilani, Nurmay Rahmah Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 pada pasal 1 ayat 9 yang menyatakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 pada pasal 1 ayat 9 yang menyatakan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan mengamanatkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, yang berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam

BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam suatu lingkungan sehingga menurunkan kualitas lingkungan tersebut dan terkontaminasi zat-zat yang

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH BAKTERI METHANOBACTERIUM

PENGARUH JUMLAH BAKTERI METHANOBACTERIUM ABSTRAK PENGARUH JUMLAH BAKTERI METHANOBACTERIUM DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP PROPORSI GAS METANA (CH4) PADA PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK DI TPA SUWUNG DENPASAR Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruangan yang bersih adalah ruangan yang sehat. Dari kalimat tersebut dapat dijelaskan bahwa sebuah ruangan perlu dijaga kebersihannya dari debu, sampah, dan bahkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya.

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden 6.1.1 Penilaian Responden terhadap Kebersihan Desa Galuga Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini tentunya berdampak langsung pula pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk di Kota Padang setiap tahun terus meningkat, meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan peningkatan jumlah transportasi di Kota Padang. Jumlah kendaraan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEWADAHAN DAN PENGUMPULAN SAMPAH KELURAHAN GAYUNGAN SURABAYA

PERENCANAAN PEWADAHAN DAN PENGUMPULAN SAMPAH KELURAHAN GAYUNGAN SURABAYA TUGAS AKHIR-PL 1603 PERENCANAAN PEWADAHAN DAN PENGUMPULAN SAMPAH KELURAHAN GAYUNGAN SURABAYA ERDI FARDIAN NRP 3304 100 055 Dosen Pembimbing : Ir. Atiek Moesriati, MKes JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, khususnya di negara berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, banyak terjadi perubahan dalam berbagai hal, khususnya dalam hal peningkatan jumlah kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi. Seiring dengan kenaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan salah satu unsur atau zat yang sangat penting setelah air. Seluruh makhluk hidup membutuhkan udara sebagai oksigen demi kelangsungan hidupnya di muka

Lebih terperinci

berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara ambien di

berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara ambien di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan menjadi masalah utama baik di pedesaan maupun di perkotaan. Khususnya di negara berkembang pencemaran udara yang disebabkan adanya aktivitas dari

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN REALISASI PENGUKUR KADAR KARBON MONOKSIDA PADA EMISI KENDARAAN BERMOTOR BERBASIS MIKROKONTROLLER

PERANCANGAN DAN REALISASI PENGUKUR KADAR KARBON MONOKSIDA PADA EMISI KENDARAAN BERMOTOR BERBASIS MIKROKONTROLLER PERANCANGAN DAN REALISASI PENGUKUR KADAR KARBON MONOKSIDA PADA EMISI KENDARAAN BERMOTOR BERBASIS MIKROKONTROLLER Wiwit Raharjo¹, Joko Haryatno², Iswahyudi Hidayat³ ¹Teknik Telekomunikasi,, Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan

Lebih terperinci

ICT STRATEGIC INITIATIVES BERBASIS PENGUKURAN KINERJA TI MENGGUNAKAN METODE IT SCORECARD

ICT STRATEGIC INITIATIVES BERBASIS PENGUKURAN KINERJA TI MENGGUNAKAN METODE IT SCORECARD TESIS ICT STRATEGIC INITIATIVES BERBASIS PENGUKURAN KINERJA TI MENGGUNAKAN METODE IT SCORECARD Prof. Ir.Gamantyo Hendrantoro,M.Eng.,Ph.D Naning Wessiani, ST.,MM IKE HARUM DIANTI [2210 206 717] Program

Lebih terperinci

ANALISIS TREND PASIEN RAWAT INAP BRONCHITIS DI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI PERIODE TAHUN 2011

ANALISIS TREND PASIEN RAWAT INAP BRONCHITIS DI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI PERIODE TAHUN 2011 ANALISIS TREND PASIEN RAWAT INAP BRONCHITIS DI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI PERIODE TAHUN 2011 Eka Novi Astuti 1, Sri Sugiarsi 2, Riyoko 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 62 TAHUN 2004 TENTANG

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 62 TAHUN 2004 TENTANG WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 62 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN PELAYANAN KEBERSIHAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA

Lebih terperinci

Gunung api yang meletus akan mengeluarkan berbagai jenis debu serta gas dari dalam perut. Debu Vulkanik Dan Gangguan Kesehatan

Gunung api yang meletus akan mengeluarkan berbagai jenis debu serta gas dari dalam perut. Debu Vulkanik Dan Gangguan Kesehatan Umumnya gejala yang timbul seolah-olah ada benda asing di mata, mata terasa nyeri, gatal atau merah, mata terasa lengket, kornea mata lecet atau terdapat goresan, mata terasa seperti terbakar dan sensitif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persampahan merupakan isu penting khususnya di daerah perkotaan yang selalu menjadi permasalahan dan dihadapi setiap saat. Akibat dari semakin bertambahnya jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU 2014. Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1

CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU 2014. Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1 CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU 2014 Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1 Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia

Lebih terperinci

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. 1. Sejarah Perkembangan Timbulnya Pencemaran Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik

Lebih terperinci

Efisiensi Sistem Tunjangan Kesehatan Karyawan PT X

Efisiensi Sistem Tunjangan Kesehatan Karyawan PT X Hartono, et al. / Efisiensi Sistem Tunjangan Kesehatan Karyawan PT X / Jurnal Titra, Vol. 3, No 2, Juli 2015, pp 49-54 Efisiensi Sistem Tunjangan Kesehatan Karyawan PT X Vicky Hartono 1, Herry Christian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan manusia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Setiap makhluk hidup membutuhkan udara untuk mendukung kehidupannya secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan kimia dan biologis, juga bahaya fisik di tempat kerja (Ikhsan dkk, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. bahan kimia dan biologis, juga bahaya fisik di tempat kerja (Ikhsan dkk, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang timbul akibat pajanan terhadap bahan kimia dan biologis, juga bahaya fisik di tempat kerja (Ikhsan dkk, 2009). Kelainan saluran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN th > 49 th 2 9. Tidak Tamat SD - - Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi/PT - -

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN th > 49 th 2 9. Tidak Tamat SD - - Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi/PT - - 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Responden Tabel 4.1 Tabel Karakteristik Responden Petugas Kebersihan Jalan Kabupaten Madiun Tahun 2017 Variabel Frekuensi Persentase Umur 17 48

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDETEKSI ALAT PELINDUNG DIRI MENGGUNAKAN TEKNOLOGI IMAGE PROCESSING

PERANCANGAN SISTEM PENDETEKSI ALAT PELINDUNG DIRI MENGGUNAKAN TEKNOLOGI IMAGE PROCESSING PERANCANGAN SISTEM PENDETEKSI ALAT PELINDUNG DIRI MENGGUNAKAN TEKNOLOGI IMAGE PROCESSING 1 Rucitra Danny Anindita dan Arief Rahman Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Lebih terperinci

ABSTRAK GAS KARBON MONOKSIDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TERJADINYA ISKEMIA JANTUNG

ABSTRAK GAS KARBON MONOKSIDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TERJADINYA ISKEMIA JANTUNG ABSTRAK GAS KARBON MONOKSIDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TERJADINYA ISKEMIA JANTUNG Edwin Goutama, 2007; Pembimbing I : July Ivone, dr., MS. Pembimbing II : Jo Suherman, dr., MS., AIF Di era industri saat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas udara perkotaan di Indonesia menunjukkan kecenderungan menurun dalam beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. VISI DAN MISI DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN Visi adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai melalui penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jakarta sebagai kota metropolitan di Indonesia memiliki berbagai masalah, salah satu isu yang sedang hangat diperbincangkan adalah masalah pencemaran udara. Menurut

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH SEBAGAI DANA PRODUKTIF DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI UNTUK USAHA MIKRO

PEMODELAN SISTEM PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH SEBAGAI DANA PRODUKTIF DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI UNTUK USAHA MIKRO PEMODELAN SISTEM PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH SEBAGAI DANA PRODUKTIF DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI UNTUK USAHA MIKRO Septianing Handayani, Naning Aranti W, Ahmad Rusdiansyah Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Petunjuk : Pilih salah satu jawaban dengan memberikan checklist ( ) pada kolom yang sesuai dengan jawaban responden.

Petunjuk : Pilih salah satu jawaban dengan memberikan checklist ( ) pada kolom yang sesuai dengan jawaban responden. LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG, DAN PENGUAT DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN PENCEGAHAN PNEUMOKONIOSIS PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) DI

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN RUKO ORLENS FASHION MANADO

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN RUKO ORLENS FASHION MANADO MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN RUKO ORLENS FASHION MANADO Bryan Alfons Willyam Sepang J. Tjakra, J. E. Ch. Langi, D. R. O. Walangitan Fakultas Teknik, Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi memberikan dampak yang besar bagi kelangsung hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling banyak terjadi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan bahan padat buangan dari kegiatan rumah tangga, pasar, perkantoran, industri, dll. Jumlah tumpukan sampah meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia setiap detik selama hidupnya akan membutuhkan udara. Secara ratarata manusia tidak dapat mempertahankan hidup tanpa udara lebih dari tiga menit. Udara tersebut

Lebih terperinci

ABSTRAK. Utin Dewi Sri Aryani; 2016 Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes Pembimbing II : Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes.

ABSTRAK. Utin Dewi Sri Aryani; 2016 Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes Pembimbing II : Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes. ABSTRAK PENGARUH MASA KERJA DAN PENGGUNAAN MASKER TERHADAP KADAR TIMBAL (Pb) DARAH PETUGAS PARKIR AKIBAT PAPARAN GAS BUANG KENDARAAN DI WILAYAH PASAR KECAMATAN NGABANG KALIMANTAN BARAT PERIODE JANUARI-SEPTEMBER

Lebih terperinci

No. kuesioner. I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Pendidikan : 4. Lama Bekerja : 5. Sumber Informasi :

No. kuesioner. I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Pendidikan : 4. Lama Bekerja : 5. Sumber Informasi : No. kuesioner KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KARYAWAN PABRIK KARET TENTANG POLUSI UDARA DI DALAM RUANGAN PABRIK DAN KELUHAN KESEHATAN DI PABRIK KARET KEBUN LIMAU MUNGKUR PTPN II TANJUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu mendapat perhatian khusus baik kemampuan, keselamatan, berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja.

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu mendapat perhatian khusus baik kemampuan, keselamatan, berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Oleh karena itu peranan sumber daya manusia perlu mendapat perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja.

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja antara lain faktor fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. negara berkembang, penyakit ini disebabkan oleh kuman. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2014, dari 20 negara di

BAB I PENDAHULUAN UKDW. negara berkembang, penyakit ini disebabkan oleh kuman. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2014, dari 20 negara di BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tuberkulosis merupakan suatu penyakit menular yang banyak ditemukan di negara berkembang, penyakit ini disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis yang sebagian

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya. Peningkatan kualitas hidup manusia, tidak dapat diukur dari sudut pandang ekonomis saja, tapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan hidup merupakan masalah yang penting karena memberikan pengaruh bagi kesehatan individu dan masyarakat. Faktor yang menyebabkan penurunan kualitas

Lebih terperinci

Abstrak. Pengaruh Gaji dan Bonus Terhadap Kinerja Karywan Hotel Garuda Plaza Medan. Oleh: SADLIFAHROZI

Abstrak. Pengaruh Gaji dan Bonus Terhadap Kinerja Karywan Hotel Garuda Plaza Medan. Oleh: SADLIFAHROZI Abstrak Pengaruh Gaji dan Bonus Terhadap Kinerja Karywan Hotel Garuda Plaza Medan. Oleh: SADLIFAHROZI Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset utama yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencemaran udara adalah masuknya atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan sehingga

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Monitoring Gas Hasil Pengolahan Sampah

Perancangan Sistem Monitoring Gas Hasil Pengolahan Sampah Perancangan Sistem Monitoring Gas Hasil Pengolahan Sampah Sukamto, ST., MT Program Studi Teknik Komputer Kontrol Jurusan teknik Politeknik Negeri Madiun Madiun, Indonesia Email : sukamto@pnm.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

Abstrak. iii Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. iii Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian mengenai Work Engagement dalam konteks organisasi kesehatan atau rumah sakit, jika ditelusuri berdasarkan catatan publikasi masih sedikit dilakukan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pengkondisian udara yang tepat merupakan faktor penunjang terapi pasien dan merupakan pengobatan utama [1]. Studi menunjukkan bahwa pasien dalam lingkungan terkendali

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN STUDI KEBERADAAN DAN CARA PENGELOLAAN SAMPAH UNIVERSITAS SUMATERA UTARA STUDI KASUS : FAKULTAS TEKNIK SKRIPSI OLEH DIAS RAHMA 090406028 DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (MASKER) DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN ASMA PADA PEKERJA INDUSTRI BATIK TRADISIONAL DI KECAMATAN BUARAN KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : 08.0285.S

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor (Chandra,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Suardi (2005) mengutip laporan ILO tahun 2003, kecelakaan dan sakit di tempat kerja membunuh dan memakan lebih banyak korban jika dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Analisis Univariat 5.1.1 Konsentrasi Partikulat yang Diukur Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan di lokasi pertambangan Kapur Gunung Masigit, didapatkan bahwa total

Lebih terperinci

Muhammad

Muhammad Oleh: Muhammad 707 100 058 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pembimbing: Ir. Muchtar Karokaro M.Sc Sutarsis ST, M.Sc Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil Analisa Bulan November Lokasi/Tahun Penelitian SO2 (µg/m 3 ) Pintu KIM 1 (2014) 37,45. Pintu KIM 1 (2015) 105,85

BAB I PENDAHULUAN. Hasil Analisa Bulan November Lokasi/Tahun Penelitian SO2 (µg/m 3 ) Pintu KIM 1 (2014) 37,45. Pintu KIM 1 (2015) 105,85 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Udara merupakan salah satu faktor penting dalam keberlangsungan hidup semua mahluk hidup terutama manusia. Seiring dengan meningkatnya pembangunan infrastruktur mulai

Lebih terperinci

Gas dan Debu. Pada Tambang Bawah Tanah

Gas dan Debu. Pada Tambang Bawah Tanah Gas dan Debu Pada Tambang Bawah Tanah Nama : Gilas Amartha Abieyoga Nim/kelas : 03121402081 / A ABSTRAK Usaha pertambangan adalah kegiatan yang mempunyai resiko kecelakaan kerja yang sangat besar. Oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Tahap-tahap penelitian pengukuran tingkat kepuasan pegawai BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 3.1. Adapun tahapannya sebagai

Lebih terperinci

Kerugian Kecelakaan Kerja (Teori Gunung Es Kecelakaan Kerja)

Kerugian Kecelakaan Kerja (Teori Gunung Es Kecelakaan Kerja) KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Kerugian Kecelakaan Kerja (Teori Gunung Es Kecelakaan Kerja) Gunung Es kerugian pada kecelakaan kerja kerugian yang "tampak/terlihat" lebih kecil daripada kerugian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria, dan campak. Infeksi

Lebih terperinci

Risk Analysis : Severity & Likelihood

Risk Analysis : Severity & Likelihood LOGO Risk Analysis : Severity & Likelihood Proses Kerja Jenis Bahaya Potensi Bahaya Sub Panel 1 bahaya fisik bahaya kimia bahaya mekanis bahaya ergonomi Severity of Harm Likelihood kebisingan Moderate

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa kesehatan lingkungan merupakan suatu keseimbangan yang harus ada antara manusia dengan lingkungannya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Denah Rumah Tahanan Negara Kelas I Tanjung Gusta Medan

Lampiran 1. Denah Rumah Tahanan Negara Kelas I Tanjung Gusta Medan Lampiran 1. Denah Rumah Tahanan Negara Kelas I Tanjung Gusta Medan Lampiran 2. Data angka penyebab kematian pada narapidana dan tahanan di Indonesia tahun 2011 No Nama Penyakit Jumlah 1 HIV/AIDS 105 2

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini berjudul Studi Deskriptif Mengenai Model Kompetensi pada Jabatan Kepala Unit di Departemen Sales PT. X Bandung. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui model kompetensi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

Analisis Risiko Rantai Pasok pada Proyek Pembangunan Apartemen di Surabaya

Analisis Risiko Rantai Pasok pada Proyek Pembangunan Apartemen di Surabaya 1 Analisis Rantai Pasok pada Proyek Pembangunan Apartemen di Surabaya Shelly Atma Devinta, I Putu Artama Wiguna, Cahyono Bintang Nurcahyo Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

: FIANI RAHMADANI SIREGAR NIM.

: FIANI RAHMADANI SIREGAR NIM. ANALISIS KUALITAS UDARA DAN KELUHAN KESEHATAN YANG BERKAITAN DENGAN SALURAN PERNAPASAN PADA PEMULUNG DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA) NAMO BINTANG KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN

Lebih terperinci

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M. Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : 35410453 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.T TUGAS AKHIR USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ayat (1) yang menyatakan bahwa Penggunaan pestisida dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. ayat (1) yang menyatakan bahwa Penggunaan pestisida dalam rangka BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pestisida telah digunakan sebagai sarana untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) di Indonesia sejak sebelum Perang Dunia ke II (PD II). Berbagai uji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi kesehatan yang bergerak dilingkup sosial. Namun, dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, rumah sakit telah berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Sehingga peranan sumber daya manusia perlu mendapatkan perhatian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN PENDAHULUAN LANDASAN TEORI PENGUMPULAN, PENGOLAHAN ANALISA DATA PEMETAAN PROSES ALIRAN IMPOR CKD

BAB 3 METODE PENELITIAN PENDAHULUAN LANDASAN TEORI PENGUMPULAN, PENGOLAHAN ANALISA DATA PEMETAAN PROSES ALIRAN IMPOR CKD BAB 3 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan model House of Risk (HOR) yang merupakan integrasi dari metode Failure Modes and Effects Analysis (FMEA). Diagram alir penelitian ini dapat ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai riwayat perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai riwayat perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai riwayat perkembangan penyakit pada manusia, salah satunya adalah terjadinya ketidakseimbangan antara hubungan tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara adalah campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Udarajuga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan ayam merupakan salah satu sektor yang penting dalam memenuhi kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging dan telur

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Koperasi, Kontrol Internal, Titik Kritis

ABSTRAK. Kata kunci : Koperasi, Kontrol Internal, Titik Kritis ABSTRAK Koperasi sebagai salah satu penunjang roda perekonomian nasional di Indonesia masih memiliki banyak masalah. Tahun 2015 laporan menunjukan banyak koperasi yang tidak aktif karena kurang mampu.

Lebih terperinci

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Oleh: ANA KUSUMAWATI Oleh: ANA KUSUMAWATI PETA KONSEP Pencemaran lingkungan Pencemaran air Pencemaran tanah Pencemaran udara Pencemaran suara Polutannya Dampaknya Peran manusia Manusia mempunyai peranan dalam pembentukan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tanggung jawab di bidang kebersihan, keindahan tata pertamanan kota. Salah

BAB I PENDAHULUAN. dan tanggung jawab di bidang kebersihan, keindahan tata pertamanan kota. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya merupakan Dinas Daerah Kota Surabaya yang mempunyai tugas melaksanakan kewenangan dan tanggung jawab di

Lebih terperinci

Analisa Beban Kerja Petugas Koding BPJS Rawat Inap Dengan Metode WISN Di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2014 FARADILA AYU DINIRAMANDA.

Analisa Beban Kerja Petugas Koding BPJS Rawat Inap Dengan Metode WISN Di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2014 FARADILA AYU DINIRAMANDA. Analisa Beban Kerja Petugas Koding BPJS Rawat Inap Dengan Metode WISN Di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2014 FARADILA AYU DINIRAMANDA Abstract RSUP Dr. Kariadi Semarang is a type hospital as the final

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya

Lebih terperinci