BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tana merupakan susunan butiran padat dan pori-pori yang saling berubungan satu sama lain seingga air dapat mengalir dari satu titik yang mempunyai energi lebi tinggi ke titik yang mempunyai energi yang lebi renda. Studi mengenai stabilitas bendungan yang ditinjau melalui aliran air pori tana diperlukan untuk: - Memperkirakan kuantitas air yang merembes dalam tana - Menyelidiki permasalaan-permasalaan yang menyangkut teknologi aliran air untuk kostruksi di bawa tana - Menganalisis kestabilan dari suatu bendungan tana dan konstruksi dinding penaan tana yang terkena gaya rembesan. - Menganalisis perubaan volume masa tana yang dapat menyebabkan penurunan. Pada bab ini akan disajikan mengenai teori-teori yang berubungan/berkaitan dengan klasifikasi tana, gradien idrolik, ukum darcy, aliran satu dimensi, koefisien rembesan,persamaan kontinuitas, jaringan aliran, dan stabilitas lereng Klasifikasi Tana Sistem klasifikasi tana dibuat pada dasarnya untuk memberikan informasi tentang karakteristik dan sifat-sifat fisis tana. Karena variasi sifat dan perilaku tana yang begitu beragam, sistem klasifikasi secara umum mengelompokan tana ke dalam kategori yang umum dimana tana memiliki kesamaan sifat fisis. Sistem klasifikasi bukan merupakan sistem identifikasi untuk menentukan sifat-sifat mekanis dan geoteknis tana. Karenanya, klasifikasi tana bukanla satu-satunya cara yang digunakan sebagai dasar untuk perencanaan dan perancangan konstruksi. Pada awalnya, metode klasfikasi yang banyak 6

2 digunakan adala pengamatan secara kasat-mata (visual identification) melalui pengamatan tekstur tana. Selanjutnya, ukuran butiran tana dan plastisitas digunakan untuk identifikasi jenis tana. Berikut adala beberapa jenis dari sistem klasifikasi tana : Klasifikasi berdasarkan tekstur Pengkalsifikasian berdasarkan tekstur tana dilakukan berdasarkan keadaan permukaan tana yang bersangkutan dimana tekstur ini dipengarui ole ukuran tiap-tiap butir yang ada dalam tana. Sistem klasifikasi yang dikembangkan ole Departemen Pertanian Amerika (United state department of agriculture/usda) didasarkan atas ukuran batas dari butiran tana misalnya: Pasir : butiran dengan diameter 2 sampai dengan 0,05 mm Lanau : butiran dengan diameter 0,05 sampai dengan 0,02 mm Lempung: butiran dengan diameter lebi kecil dari 0,02 mm. Untuk lebi jelasnya dapat diliat pada gambar 2.1 di bawa ini Gambar 2.1 klasifikasi berdasarkan tekstur USDA 7

3 Klasifikasi berdasarkan pemakaian Sistem pengklasifikasian ini bukan anya mempertimbangkan distribusi ukuran butiran tana saja melainkan sifat plastisitas tana juga diperitungkan. Sebab jumla dan jenis dari mineral lempung yang dikandung ole tana sangat mempengarui sifat fisis tana yang bersangkutan. Di bawa ini akan diuraikan mengenai dua jenis system klasifikasi tana yang biasanya dipakai dalam bidang teknik sipil, dimana kedua sistem ini dibuat dengan memperitungkan distribusi ukuran butir dan batas-batas Atterberg. Sistem - sistem itu adala system klasifikasi AASHTO dan sistem klasifikasi Unified a Sistem klasifikasi AASHTO Sistem klasifikasi AASHTO biasanya dipakai untuk menentukan kualitas tana guna pekerjaan jalan yaitu lapis dasar (subbase) dan tana dasar (subgrade). Sistem ini membagi tana ke dalam 7 kelompok utama yaitu A-1 sampai dengan A-7. Tana yang terklasifikasikan dalam kelompok A-1, A-2, dan A-3 merupakan tana granuler yang memiliki partikel yang lolos saringan No. 200 kurang dari 35%. Tana yang lolos saringan No. 200 lebi dari 35% diklasifikasikan dalam kelompok A-4, A-5, A-6, dan A- 7. Tana-tana dalam kelompok ini biasanya merupakan jenis tana lanau dan lempung. Sistem klasifikasi menurut AASHTO dapat disajikan berdasarkan criteria berikut: 1. Ukuran partikel Kerikil : fraksi yang lolos saringan ukuran 75 mm (3 in) dan tertaan pada saringan No. 10. Pasir : fraksi yang lolos saringan No. 10 (2 mm) dan tertaan pada saringan No. 200 (0,075 mm). Lanau dan lempung : fraksi yang lolos saringan No

4 2. Plastisitas Didefenisikan sebagai kadar air yang merupakan batas terenda dari tingkat keplastisan suatu tana. Indeks plastisitas (plasticity indeks(pi)) adala perbedaan antara batas cair dan batas plastis suatu tana. Atau dapat dinyatakan seperti rumus di bawa ini: PI = LL PL 2.1 Dimana : PI = Plastic Indeks LL = Liquid limit PL = Plastic limit Batas plastis Tana berbutir alus digolongkan lanau bila memiliki indek plastisitas, PI 10, dan dikategorikan sebagai lempung bila mempunyai indek plastisitas, PI 11. Gambar 2.2 memberikan grafik plastisitas untuk klasifikasi tana kelompok A-2, A-4, A-5, A-6, dan A-7. Gambar 2.2 Grafik plastisitas untuk klasifikasi tana sistem AASHTO Sumber : principles of Geotecnical Engineering 9

5 Sumber: Principal of Geotecnical Engineering Tabel 2.1 Klasifikasi tana untuk tana dasar jalan raya,aashto 10

6 2.1.2.b Sistem klasifikasi unified Tabel 2.2 klasifikasi tana berbutir kasar menurut USCS 11

7 Tabel 2.3 Klasifikasi tana berbutir alus menurut USCS 12

8 Klasifikasi tana ole USCS (Unified Soil Classification System) dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Tana berbutir kasar (Coarse Grained Soil), yaitu tana kerikil dan pasir, dimana kurang dari 50% berat total conto tana lolos ayakan No.200. Simbol dari kelompok ini G (Gravel) atau tana berkerikil dan S (Sand) atau tana berpasir. 2. Tana berbutir alus (Fine Grained Soil), yaitu lebi dari 50% berat total conto tana lolos ayakan No. 200 dan diberi simbol M untuk lanau anorganik, C untuk lempung anorganik, O untuk lanau organik dan lempung organik. dimana simbol: W = Well Graded (tana dengan gradasi baik), P = Poorly Graded (tana dengan gradasi buruk), L = Low Plasticity (plastisitas renda, LL<50), H = Hig Plasticity (plastisitas tinggi, LL>50) 2.2. Gradien Hidrolik Dalam persamaan Bernoulli, tinggi energi total pada suatu titik didalam air yang mengalir dapat dinyatakan sebagai penjumlaan dari tinggi tekanan, tinggi kecepatan dan tinggi elevasi. Hubungan ini dapat dinyatakan dalam rumus di bawa ini: Tinggi energi total = tinggi tekanan + tinggi kecepatan + tinggi elevasi p w 2 2 v g Z (2.2) Dimana : = tinggi energi total p = tekanan v = kecepatan 13

9 g = percepatan disebabkan ole gravitasi w = berat volume air Terjadinya aliran air tana dalam suatu media poros, dikendalikan ole gradien idrolik. Jika kemiringan lapisan akifer bervariasi, maka beberapa parameter energi dalam sistem tersebut akan beruba. Untuk dapat mengitung gradien idrolik maka terlebi daulu diperitungkan tinggi energi total pada suatu titik yang dapat dinyatakan sebagai berikut: = p Z w (2.3) persamaan di atas didapat dari persamaan bernoulli (pers 2.1) diamana diasumsikan jika persamaan Bernoulli di atas dipakai untuk air yang mengalir melalui pori-pori tana, dimana bagian dari persamaan yang mengandung tinggi kecepatan dapat diabaikan karena kecepatan rembesan air dalam tana sangat kecil. Dari persamaan di atas dapat dikembangkan dengan mengitung keilangan energi antara titik yang satu dengan yang lain misal antara titik A dan titik B pada pizometer seperti yang terliat pada gambar 2.3 maka dapat dituliskan seperti di bawa ini: p p Z Z (2.4) a b a b a w w b Keilangan energi Δ dapat dinyatakan dalam persamaan berikut: i L (2.5) Dimana: i = gradien idrolik L = jarak antara titik A dan B yaitu panjang aliran air dimana keilangan tekanan terjadi. 14

10 Gambar 2.3 Hubungan tekanan,elevasi dan tinggi energy total aliran dalam tana (Das fift Edition) Secara umum zona aliran dapat dibagi menjadi 3 (tiga) zona yaitu: 1. Zona aliran laminar (zona I) 2. Zona transisi (zona II) 3. Zona aliran turbulen(zona II) Dimana zona-zona tersebut dapat digambarkan sperti pada gambar di bawa ini: Gambar 2.4 Variasi kecepatan v dengan gradient idrolik I (Braja M Das 2002) 15

11 Dari gambar di atas dapat diliat bawa antara kecepatan v dengan gradien idrolik mempunyai ubungan yang linear yang artinya bawa jika gradient idrolik berkurang maka keadaan aliran laminar anya akan terjadi pada zona I sedangkan jika gradient idrolik lebi tinggi maka keadaan aliran beruba menjadi aliran turbulen yaitu pada zona III Hukum Darcy Percobaan yang dilakukan ole Darcy (1856) untuk menganalisis aliran air yang melalui media berpori dalam al ini pasir, dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.5 Tabung silinder dengan luas penampang A, terisi penu ole pasir. Kedua ujung tabung tersebut ditutup, tabung tersebut juga diubungkan dengan saluran untuk air masuk. Gambar 2.5 Percobaan Hukum Darcy (Das, 2002) Jika diambil suatu datum z = 0, maka elevasi dari masing-masing manometer adala z 1 dan z 2. Sedangkan elevasi air di dalam manometer tersebut adala 1 dan 2. Jarak antara manometer tersebut adala L. Dari aliran air yang masuk kedalam tabung tersebut akan diperole seperti pada Persamaan 2.3 untuk kecepatan aliran (v). (2.6) 16

12 Dimana: Q = banyaknya air yang masuk untuk setiap satuan waktu tertentu (L 3 /T) A = luas penampang dari tabung silinder (L 2 ), v = kecepatan aliran Percobaan yang dilakukan Darcy menunjukkan bawa v berubungan langsung secara proporsional dengan 1 2 pada saat 1 konstan, dan sebaliknya yaitu dengan l pada saat 1 2 konstan. Jika = 2 1, maka akan memiliki ubungan: dan seingga Hukum Darcy dapat dinyatakan : (2.7a) atau (2.7b) dimana d/dl adala gradient idraulik dan k adala suatu konstanta yang merupakan sebua 17actor17y dari media dalam tabung silinder yang dikenal sebagai koefisien permeabilitas. Bentuk lain dari Hukum Darcy adala: (2.8) atau (2.9) dimana I atau d/dl adala gradient idraulik. Untuk aliran 2 dimensi, v memiliki komponen dalam ara x dan y seingga Persamaan 2.4 dapat diuraikan menjadi: dan 17

13 k dalam al ini adala koefisien permeabilitas dipengarui ole beberapa 18actor yaitu : distribusi ukuran pori, angka pori, kekasaran permukaan butiran tana, kekentalan cairan dan derajat kejenuan tana. Besarnya koefisien rembesan pada umumnya dapat diliat dari tabel di bawa ini: k Jenis tana (cm/s) (ft/menit) Kerikil bersi 1, ,0-200 Pasir kasar 1,0-0,01 2,0-0,02 Pasir alus 0,01-0,001 0,02-0,002 Lanau 0,001-0, ,002-0,00002 Lempung Kurang dari 0, Kurang dari 0, Tabel 2.4 besar koefisien rembesan menurut jenis tananya(braja M Das 2002) Koefisien rembesan dalam tana yang tidak jenu air adala renda dan arga tersebut akan bertamba secara cepat dengan bertambanya derajat kejenuan tana yang bersangkutan. Koefisien rembesan juga dapat diubungkan dengan sifat-sifat dari cairan yang mengalir melalui tana yang bersangkutan. Hal ini dapat dinyatakan dalam persamaan berikut: k = _ w K (2.10) dimana: = kekentalan air (gr/(cm.s)) )) ) Dari persamaan di atas didapat bawa koefisien rembesan merupakan fungsi dari berat volume dan kekentalan air, yang dapat diartikan juga bawa al ini merupakan fungsi dari temperatur selama percobaan dilakukan seingga dari persamaan itu didapat: 18

14 k k T1 T 2 T 2 T1 w( T1) w( T 2) (2.11) Dimana: k k = koefisien rembesan pada temperatur T1 dan T2 T1, T 2 T 1, T 2 = kekentalan air pada temperature T1 dan T2 w ( T1), w( T 2) = berat volume air pada temperatur T1 dan T2 Untuk lebi mempermuda, arga k biasanya dinyatakan pada temperatur 20 C dan berat volume air selama percobaan dianggap tetap ( w ( T1) w( T 2) ) seingga persamaan di atas menjadi: C 0 T k 0 k 0 20 C T C 0 20 C (2.12) 2.4. Penentuan Koefisien Rembesan di Laboratorium Dalam menentukan arga koefisien rembesan suatu tana di laboratorium biasanya ada 2 (dua) macam uji standar yang digunakan yaitu: uji tinggi konstan dan uji tinggi jatu Uji Tinggi Konstan Susunan alat untuk uji tinggi konstan ditunjukkan pada gambar di bawa ini: 19

15 Gambar 2.6 Uji rembesan dengan cara tinggi konstan(das fift edition) Tipe percobaan pada gambar di atas dalam pemberian air dalam saluran pipa-masuk (inlet) dijaga sedemikian rupa ingga perbedaan tinggi air di dalam pipa masuk dan pipa keluar (outlet) selalu konstan selama percobaan. Setela kecepatan air yang melalui conto tana menjadi konstan, air dikumpulkan dalam gelas selama suatu waktu yang diketaui. Volume air yang dikumpulkan tersebut dapat dinyatakan sebagai : Q = Avt = A(ki)t (2.13) Dimana: Q = volume air yang dikumpulkan 20

16 A t = luas penampang melintang conto tana = Waktu yang digunakan untuk mengumpulkan air atau i (2.14) L Dimana: L = panjang conto tana Substitusi persamaan (2.13) ke persamaan (2.12) didapat: Q A k t (2.15) L Atau QL k (2.16) At Uji tinggi konstan merupakan uji yang sangat cocok untuk tana berbutir dengan koefisien rembesan yang cukup besar Uji Tinggi Jatu Liat gambar 2.7 di bawa, dari gambar tersebut terluat susunan dari alat yang digunakan untuk uji tinggi jatu. Air dalam pipa-tegak yang dipasang di atas conto tana mengalir melalui conto tana. Pada mulanya, perbedaan tinggi air pada waktu t = 0 adala 1 ; kemudian air dibiarkan mengalir melalui conto tana ingga perbedaan tinggi air pada waktu t = t F adala 2. 21

17 Gambar 2.7 Uji rembesan dengan cara tinggi jatu/falling ead(das fift edition) Jumla air yang mengalir melalui conto tana pada suatu waktu t dapat dituliskan seperti di bawa ini: d q k A a (2.17) L dt Dimana: q a A = jumla air yang melalui conto tana persatuan waktu = luas penampang melintang pipa-tegak (pipa-inlet) = luas penampang melintang conto tana 22

18 Jika persamaan di atas disusun kembali, maka didapat persamaan sebagai berikut: al d dt (2.18) Ak Integrasikan bagian kiri dari persamaan di atas dengan batas t = 0 dan t = t, dan bagian kanan dari persamaan di atas dengan batas = 1 dan = 2 ; asil integrasinya adala; al t log 1 e (2.19) Ak 2 atau al At log 10 1 k 2,303 (2.20) 2 Uji tinggi jatu sangatr cocok untuk tana bebutir alus dengan koefisien rembesan kecil Persamaan Kontinuitas Untuk menurunkan persamaan kontinuitas Laplace yang mempunyai bentuk diferensial tersebut,marila kita meninjau sebaris turap yang tela dipancang sampai dengan kedalaman lapisan tana yang tembus air,seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.8 di bawa ini. 23

19 Gambar 2.8 Satu jajaran turap yang dipasang ke dalam lapisan tembus air(das fift edition) Turap tersebut dianggap kedap air. Aliran keadaan tunak dari bagian ulu(upstream) ke bagian ilir(downstream) melalui lapisan tembus air (permeable layer) adala aliran dalam dua dimensi. Untuk aliran air pada titik A,kita peratikan suatu elemen tana yang berbentuk kubus.kubus tersebut dianggap mempunyai ukuran dx,dy,dz(panjang dy adala tegak lurus teradap bidang kertas), seperti yang tela diperbesar dalam Gambar dibawa ini. 24

20 vz vz dz dx. z dy v x vz z dx dy dx v Z dy Gambar 2.9 Aliran pada elemen tana A(Das fift edition) Anggapla bawa Vx dan Vz adala komponen kecepatan pada ara orizontal dan vertical. Jumla air yang mengalir masuk ke dalam kubus per satuan waktu dalam ara orizontal adala sama dengan (Vx.dy dz) dan dalam ara vertical adala sama dengan (Vz.dx.dy). Jumla air yang mengalir ke luar dari kubus tana per satuan waktu dalam ara orizontal dan vertical adala: Vx ( v x dx) dz* dy X (2.21) dan Vz ( v z dz) dx* dy Z (2.22) Dengan menganggap bawa air tidak termampatkan(incompressible) dan tidak terjadi perubaan volume dalam masa tana maka jumla air yang mengalir masuk searusnya 25

21 sama dengan jumla air yang mengalir keluar dari elemen tana yang berbentuk kubus tersebut.jadi Vx Vz [ ( v x dx) dz* dy+ ( v z dz) dx* dy ]-[Vx*dz*dy+Vz*dx*dy]= 0 X Z Vx Vz Atau 0 X Z (2.23) Dengan menggunakan ukum Darcy, kecepatan aliran dapat dituliskan sebagai berikut: Vx k x i x k x x (2.24) dan Vz k z iz kz (2.25) Z Dimana kx dank kz adala koefisien rembesan dalam ara orizontal dan vertical Dari persamaan-persamaan diatas dapat dituliskan bawa : k z 2 2 x k z 2 2 Z 0 (2.26) Apabila tana adala isotropic yang berarti bawa besar koefisien aliran ke segala ara adala sama kx=kz persamaan kontinuitas untuk aliran dalam dua dimensi diatas dapat disederanakan menjadi: 26

22 2 2 x 2 2 Z 0 (2.27) 2.6 Aliran satu Dimensi Gambar 2.10 Bucket dan ead Gambar di atas menunjukkan sebua bucket yang berisi penu ole air dalam kondisi statik. Pada gambar ditunjukkan juga eads untuk titik 1 dan 2. Terliat dari gambar bawa titik 1 dan 2 terdapat gradien dari pressure ead dan elevation ead. Tetapi tidak terdapat gradien dari total ead, karena total ead pada titik 1 dan 2 sama yaitu sebesar, seingga walaupun pressure ead pada titik 2 lebi besar dari titik 1, air tidak mengalir dari titik 1 ke titik 2. Demikian juga jika elevation ead pada titik 1 lebi besar dari titik 2, air tidak akan mengalir dari titik 1 ke titik 2. Berikut akan ditampilkan tebel ubungan elevation ead, pressure ead dan total ead. Table 2.5 ubungan elevation ead, pressure ead dan total ead berdasar bucket 27

23 Gambar di bawa ini menunjukkan sebua tabung kapiler dimana didalamnya terdapat air setinggi. Pada gambar tersebut ditunjukkan juga eads untuk titik 1 dan titik 2. Sama untuk kasus air di dalam bucket, pada kondisi ini tidak terdapat perbedaaan total ead antara titik 1 dan titik 2 seingga tidak terjadi aliran dari titik 1 ke titik 2 atau sebaliknya. Gambar 2.11 Tabung kapiler dan ead Tabel di bawa ini ubungan elevation ead, pressure ead dan total ead Titik Elevation ead Pressure ead Total ead 1 c c c c = 0 Tabel 2.6 ub. Elevation ead, Pressure ead dan total ead berdasarkan tabung kapiler Dari gambar dan tabel di atas dapat disimpulkan: Aliran air tana terjadi jika ada perbedaan total ead Dalam penentuan besarnya elevation ead pengambilan elevation dari datum dapat diambil sembarang. Karena besarnya elevation ead tidak tergantung dari elevasi yang dipili. 28

24 2.7 Jaringan Aliran Persamaan kontinuitas dalam media yang isotropic mewakili dua kelompok grafik yang saling tegak lurus satu sama lain yaitu: garis-garis aliran(flow lines) dan garis-garis ekipotensial(equipotensial lines).garis aliran adala suatu garis sepanjang mana butirbutir air akan bergerak dari bagian ulu ke bagian ilir sungai medan tana yang tembus air(permeable). Garis Ekipotensial adala suatu garis sepanjang mana tinggi potensial di semua titik pada garis tersebut adala sama. Jadi apabila alat-alat pizometer diletakkan di beberapa titik yang berbeda-beda di sepanjang satu garis ekipotensial, air di dalam tiap-tiap pizometer tersebut adala sama. Gambar 2.10 dibawa ini menunjukkan definisi garis aliran dan garis ekipotensial untuk aliran di dalam lapisan tana yang tembus air(permeable layer) di sekeliling jajaran turap yang ditunjukkan dalam gambar (untuk kx=kz=k). Gambar 2.12 Defenisi garis aliran dan garis ekipotensial(das fift edition) Kombinasi dari beberapa garis aliran dan garis ekipotensial dinamakan jaringan aliran(flow net). 29

25 Dalam pembuatan jaringan aliran garis-garis aliran dan ekipotensial digambar sedemikian rupa seingga: 1. Garis ekipotensial memotong tegak lurus garis aliran 2. Elemen-elemen aliran dibuat kira-kira mendekati bentuk bujur sangkar. Gambar 2.13 di bawa adala conto garis aliran yang lengkap. Penggambaran suatu jaringan aliran biasanya arus dicoba berkali-kali, dan arus selalu diingat kondisi batasbatasnya. Untuk jaringan aliran yang ditunjukkan pada gambar 2.13 keadaan batas yang dipakai adala: 1. Permukaan lapisan tembus air pada bagian ulu dan ilir dari sungai (garis ab dan de) adala garis-garis ekipotensial. 2. Karena ab dan de adala garis-garis ekipotensial, semua garis-garis aliran memotong tegak lurus. 3. Batas lapisan kedap air yaitu fg adala garis aliran, begitu juga permukaan turap kedap air yaitu garis acd. 4. Garis-garis ekipotensial memotong acd dan fg tegak lurus. k N N X f d k Z 4 6 k Gambar 2.13 Gambar jaringan aliran pada turap(das fift edition) 30

26 2.7. Peritungan Rembesan dari Suatu Jaringan Aliran Didalam jaringan aliran daera diantara dua garis aliran yang saling berdekatan dinamakan saluran aliran(flow cannel). Gambar 2.14 di bawa menunjukkan suatu saluran aliran dengan garis ekipotensial yang membentuk elemen-elemen berbentuk persegi. Apabila... 1, 2, 3, 4 n adala muka pizometrik yang bersesuaian dengan garis ekipotensial, maka kecepatan rembesan yang melalui saluran aliran per satuan lebar (tegak lurus teradap bidang gambar) dapat diitung dengan cara seperti yang diterangkan dibawa ini. Dalam al ini tidak ada aliran yang memotong garis aliran, maka: q 1 q2 q3... q (2.28) Dari ukum Darcy, dinyatakan bawa jumla air yang mengalir per satuan waktu adala k.i.a. maka persamaan 2.25 dapat ditulis sebagai berikut: q k l1 k l2 k l3... (2.29) l l l Persamaan di atas menunjukkan bawa penurunan muka pizometrik antara dua garis ekipotensial yang berdekatan adala sama jika elemen elemen-elemen aliran dibuat dengan bentuk mendekati bujur sangkar. Peristiwa ini dinamakan penurunan energi potensial. Gambar 2.14 Rembesan melalui suatu saluran aliran(das fift edition) 31

27 Maka: H (2.30a) N d Dan H q k (2.30b) N d Dimana: Nd = banyaknya bidang keilangan energi H = perbedaan tinggi muka air pada bagian ulu dan bagian ilir Apabila banyaknya saluran aliran di dalam jaringan aliran sama dengan N f maka banyak nya air yang mengalir melalui semua saluran per satuan lebar dapat dituliskan sebagai berikut: q H * N k N d f (2.31) Didalam menggambar jaringan aliran, semua elemennya bisa juga dibuat persegi panjang namun lebi baik dibuat persegi untuk mempermuda peritungan. Gambar 2.15 Jaringan aliran untuk aliran air sekitar satu jajaran turap(das fift edition) 32

28 Gambar 2.15 di atas menunjukkan suatu jaringan aliran untuk rembesan air sekitar satu jajaran turap. Peratikan bawa saluran aliran No.1 dan No.2 mmpunyai elemen-elemen berbentuk bujur sangkar.ole karena itu jumla air yang mengalir melalui dua saluran aliran tersebut per satuan waktu dapat di itung dengan menggunakan persamaan q 1 q 2 k N d H k N d H 2kH. N d (2.32) Tetapi saluran aliran No.3 mempunyai elemen-elemen dengan berbentuk empat persegi panjang yang mempunyai perbandingan lebar dan panjang sebesar 0.38.Maka dari itu, dari persamaan dibawa k q3 H(0.38) Nd (2.33) Jadi,jumla rembesan total per satuan waktu adala: kh q q1 q2 q3 2, 38 Nd (2.34) 2.8. Analisis Stabilitas Lereng Konsep stabilitas lereng menggunakan metode analisis dalarn memprediksi kestabilan lereng tana untuk dua dimensi tela banyak dikembangkan ole ali-ali geoteknik. Umumnya untuk menyatakan lereng dalarn kondisi stabil dinyatakan dengan angka aman (FOS) yang merupakan rasio antara gaya atau momen yang melawan terjadinya longsor dan gaya atau momen yang melongsorkan. Besamya angka aman disesuaikan dengan beban yang bekerja, untuk kondisi beban normal artinya beban yang bekerja terus menerus pada lereng mempunyai nilai 1,5-2, sedangkan untuk beban sernentara (misal : beban gernpa) digunakan angka aman lebi renda yaitu 1,1-1,2. JM Duncan dan AL Bucignani merekomendasikan besarnya faktor keamaan seperti pada Tabel

29 Tabel 2.7 Besar faktor keamanan (Duncan dan Al Bucignani) Biaya dan Resiko yang Ditimbulkan Perbandingan antara biaya perbaikan dengan biaya konstruksi sebanding. Tidak ada kerugian jiwa dan materi yang ditimbulkan jika terjadi keruntuan. Keakuratan pengukuran data Kecil Besar 1,25 1,5 Biaya perbaikan jau lebi besar dibandingkan dengan biaya konstruksi. Kerugian jiwa dan materi yang ditimbulkan cukup besar jika terjadi keruntuan. 1,5 2 Dalam melakukan analisis kestabilan lereng metoda yang umum digunakan saat ini adala metoda keseimbangan batas (limit equilibrium). Metoda keseimbangan batas meninjau lereng pada saat akan mengalami keruntuan. Metoda ini mengasumsikan tana sebagai material rigid-plastis seingga tidak ada regangan sampai keruntuan terjadi. Analisis stabilitas lereng tergantung pada bentuk bidang runtu yang dapat diasumsikan sebagai planar failure surface, circular arc, dan logaritmic spiral. Gambar 2.16 Pembagian massa tana (US Army Corp of Engineer, 2003) Analisis dengan metoda ini dilakukan dengan membagi-bagi massa tana yang diperkirakan akan runtu menjadi irisan-irisan kecil. Dalam pembagian tana terdapat berbagai metoda antara lain ordinary metod of slices, Bisop modified metod, force equilibrium metods, Janbu s generalized procedure of Slices, Morgenstern and Price s metod, dan Spencer s metod. 34

30 Tabel 2.8 Kondisi keseimbangan statik (Abramson, 2002) Metode Keseimbangan Gaya Keseimbangan Ara x Ara y Momen Ordinary Metod of Slice Tidak Tidak Ya Bisop's Simplified Ya Tidak Ya Janbu's Simplified Ya Ya Tidak Corps of Engineering Ya Ya Tidak Lowe and Karafia Ya Ya Tidak Janbu's Generalized Ya Ya Tidak Bisop's Rigourous Ya Ya Ya Spencer's Ya Ya Ya Sarma's Ya Ya Ya Morgenstren - Price Ya Ya Ya Metode limit equilibrium menggunakan konsep kesimbangan gaya dan momen pada irisan-irisan tana. Penjumlaan gaya-gaya vertikal yang bekerja pada setiap irisan akan diperole gaya normal N yang bekerja pada dasar irisan. Penjumlaan gaya-gaya orizontal yang bekerja pada setiap irisan akan diperole gaya yang bekerja diantara irisan, E. Penjumlaan dari gaya-gaya orizontal yang bekerja pada semua irisan akan memberikan factor keamanan untuk keseimbangan gaya, F f. Penjumlaan dari momenmomen yang diambil teradap suatu titik tertentu, akan memberikan factor keamanan untuk keseimbangan momen F m. 35

Permeabilitas dan Rembesan

Permeabilitas dan Rembesan 9/7/06 Permeabilitas dan Rembesan Mekanika Tana I Norma Puspita, ST.MT Aliran Air Dalam Tana Sala satu sumber utama air ini adala air ujan yang meresap ke dalam tana lewat ruang pori diantara butiran tananya.

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH (CIV -205)

MEKANIKA TANAH (CIV -205) MEKANIKA TANAH (CIV -205) OUTLINE Klasifikasi tanah metode USDA Klasifikasi tanah metode AASHTO Klasifikasi tanah metode USCS Siklus HIDROLOGI AIR TANAH DEFINISI : air yang terdapat di bawah permukaan

Lebih terperinci

Mekanika Tanah I Norma Puspita, ST.MT.

Mekanika Tanah I Norma Puspita, ST.MT. JARINGAN ALIRAN (Flow Net) Mekanika Tanah I Norma Puspita, ST.MT. Persamaan Kontinuitas Pada bab sebelumnya telah dibahas, untuk menghitung banyaknya air yang mengalir melalui tanah diperlukan hukum Darcy.

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH KLASIFIKASI DARI SIFAT TANAH MODUL 3. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH KLASIFIKASI DARI SIFAT TANAH MODUL 3. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH MODUL 3 KLASIFIKASI DARI SIFAT TANAH UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 KLASIFIKASI TANAH Pada awalnya, metode klasifikasi

Lebih terperinci

SUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI

SUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 009 SUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI Suciati

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Tanah Lempung Menurut Terzaghi ( 1987 ) Lempung adalah agregat partikel-partikel berukuran mikroskopik dan submikroskopik yang berasal dari pembusukan kimiawi unsur-unsur penyusun

Lebih terperinci

Turunan Fungsi. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi

Turunan Fungsi. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi 8 Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi ; Model Matematika dari Masala yang Berkaitan dengan ; Ekstrim Fungsi Model Matematika dari Masala

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Parameter Tanah 3.1.1 Berat Jenis Berat jenis tanah merupakan nilai yang tidak bersatuan (Muntohar 29). Untuk menentukan tipikal tanah dapat dilihat dari Tabel 3.1. Tabel 3.1

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Lapisan bumi ditutupi oleh batuan, dimana material tersebut mengandung

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Lapisan bumi ditutupi oleh batuan, dimana material tersebut mengandung 6 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah 1. Definisi Tanah Lapisan bumi ditutupi oleh batuan, dimana material tersebut mengandung berbagai macam unsur senyawa kimia yang dinyatakan sebagai material pembentuk

Lebih terperinci

MODUL 4,5. Klasifikasi Tanah

MODUL 4,5. Klasifikasi Tanah Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana 4,5 MODUL 4,5 Klasifikasi Tanah 1. PENGERTIAN KLASIFIKASI TANAH Berbagai usaha telah dilakukan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pembangunan jalan dimana tanah dasar merupakan tanah ekspansif yang terdiri dari tanah kelempungan dengan mempunyai kembang susut yang sangat besar, maka ilmu

Lebih terperinci

Modul (MEKANIKA TANAH I)

Modul (MEKANIKA TANAH I) 1dari 16 Materi I Karakteristik Tanah 1. Proses pembentukan Tanah Tanah dalam Mekanika Tanah mencakup semua endapan alam yang berhubungan dengan teknik sipil kecuali batuan. Tanah dibentuk oleh pelapukan

Lebih terperinci

REMBESAN AIR DALAM TANAH. Bagian 2 Dosen Pengampu: RUNI ASMARANTO, ST., MT

REMBESAN AIR DALAM TANAH. Bagian 2 Dosen Pengampu: RUNI ASMARANTO, ST., MT REMBESAN AIR DALAM TANA Bagian Dosen Pengampu: RUNI ASMARANTO, ST., MT Email : runi_asmaranto@ub.ac.id REMBESAN PADA TANA BERLAPIS. Aliran air sejajar dengan Lapisan Tana Liat setsa aliran air di dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Fisik Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan suatu konstruksi. Pengujian sifat fisik tanah ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1.Tanah Lempung Tanah Lempung merupakan jenis tanah berbutir halus. Menurut Terzaghi (1987) tanah lempung merupakan tanah dengan ukuran mikrokopis sampai dengan sub mikrokopis

Lebih terperinci

STUDI POTENSI TANAH TIMBUNAN SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI TANGGUL PADA RUAS JALAN NEGARA LIWA - RANAU DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. G.

STUDI POTENSI TANAH TIMBUNAN SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI TANGGUL PADA RUAS JALAN NEGARA LIWA - RANAU DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. G. STUDI POTENSI TANAH TIMBUNAN SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI TANGGUL PADA RUAS JALAN NEGARA LIWA - RANAU DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT G. Perangin-angin 1 Abstrak Tanah merupakan salah satu material penting sebagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Fisik Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan suatu konstruksi. Sampel tanah yang disiapkan adalah tanah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Fisik Tanah Pada penelitian ini, bahan utama yang digunakan dalam pembuatan model tanggul adalah tanah jenis Gleisol yang berasal dari Kebon Duren, Depok, Jawa Barat.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Fisik Tanah Gleisol Sifat fisik tanah berhubungan dengan kondisi asli tanah dan dapat menentukan jenis tanah. Pada penelitian ini digunakan tanah gleisol di Kebon Duren,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Dalam pandangan teknik sipil, tanah adalah himpunan material, bahan organik, dan endapan-endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak di atas batuan dasar (bedrock).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Lempung Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air (Grim,

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH Lis Jurusan Teknik Sipil Universitas Malikussaleh Email: lisayuwidari@gmail.com Abstrak Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan pengujian terhadap tanah yang diambil dari proyek jalan tambang Kota Berau Kalimantan Timur, maka pada bab ini akan diuraikan hasil

Lebih terperinci

II. KLASIFIKASI TANAH

II. KLASIFIKASI TANAH II. KLASIFIKASI TANAH SIFAT INDEKS & KLASIFIKASI TANAH 1. Pendahuluan Tanah terdiri atas butiran dengan berbagai ukuran. Perbandingan dari masingmasing ukuran tidak teratur. Sifat kimia butiran juga beraneka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Material Uji Model Pengujian karakteristik fisik dan mekanis tanah dilakukan untuk mengklasifikasi jenis tanah yang digunakan pada penelitian. Berdasarkan

Lebih terperinci

A. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan

A. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan A. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan. Turunan Fungsi Aljabar a. Mengitung Limit Fungsi yang Mengara ke Konsep Turunan Dari grafik di bawa ini, diketaui fungsi y f() pada interval k < < k +, seingga

Lebih terperinci

PERMEABILITAS DAN ALIRAN AIR DALAM TANAH

PERMEABILITAS DAN ALIRAN AIR DALAM TANAH PERMEABILITAS DAN ALIRAN AIR DALAM TANAH Permeabilitas : sifat bahan berpori (permeable / pervious), yang memungkinkan zat cair dapat mengalir lewat rongga porinya. Derajat permeabilitas tanah ditentukan

Lebih terperinci

Sub Kompetensi. Bab III HIDROLIKA. Analisis Hidraulika. Saluran. Aliran Permukaan Bebas. Aliran Permukaan Tertekan

Sub Kompetensi. Bab III HIDROLIKA. Analisis Hidraulika. Saluran. Aliran Permukaan Bebas. Aliran Permukaan Tertekan Bab III HIDROLIKA Sub Kompetensi Memberikan pengetauan tentang ubungan analisis idrolika dalam perencanaan drainase Analisis Hidraulika Perencanaan Hidrolika pada drainase perkotaan adala untuk menentukan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI TANAH SI-2222 MEKANIKA TANAH I

KLASIFIKASI TANAH SI-2222 MEKANIKA TANAH I KLASIFIKASI TANAH SI-2222 MEKANIKA TANAH I 1 Pembagian Kelompok Tanah Tanah Khusus: Quick Clay: Tanah yang sangat peka terhadap gangguan. Apabila terganggu kekuatannya berkurang drastis. Kadar kepekaan

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PENGERINGAN SAMPEL TANAH TERHADAP PENENTUAN NILAI ATTERBERG LIMITS

PENGARUH TEMPERATUR PADA PENGERINGAN SAMPEL TANAH TERHADAP PENENTUAN NILAI ATTERBERG LIMITS PENGARUH TEMPERATUR PADA PENGERINGAN SAMPEL TANAH TERHADAP PENENTUAN NILAI ATTERBERG LIMITS Lia Fitria 1), R.M. Rustamaji 2), Eka Priadi 2) Email: iniliafitria@gmail.com Abstrak Tanah adalah bagian terpenting

Lebih terperinci

TINJAUAN TINGGI TEKANAN AIR DI BAWAH BENDUNG DENGAN TURAP DAN TANPA TURAP PADA TANAH BERBUTIR HALUS

TINJAUAN TINGGI TEKANAN AIR DI BAWAH BENDUNG DENGAN TURAP DAN TANPA TURAP PADA TANAH BERBUTIR HALUS TINJAUAN TINGGI TEKANAN AIR DI BAWAH BENDUNG DENGAN TURAP DAN TANPA TURAP PADA TANAH BERBUTIR HALUS Edy Harseno 1) Edi Daryanto 2) 1) Jurusan teknik Spil Fakultas Teknik UKRIM Yogyakarta 2) Jurusan teknik

Lebih terperinci

Mekanika Tanah 2 Konsep Tegangan Efektif

Mekanika Tanah 2 Konsep Tegangan Efektif Mekanika Tanah 2 Konsep Tegangan Efektif Anggota kelompok : Rico Sihotang [10308078] Risty Mavonda P [10308079] Susanti [10308080] Company LOGO KONSEP TEGANGAN EFEKTIF Tegangan pada Tanah Jenuh Air tanpa

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) Mata Kuliah : Mekanika Tanah 1 Kode Mata Kuliah : TSP-204 SKS : 3 (tiga) Durasi Pertemuan : 150 menit Pertemuan ke : 1 (Satu) A. Kompetensi: a. Umum : Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

Proses Pembentukan Tanah

Proses Pembentukan Tanah KLASIFIKASI TANAH 1 Proses Pembentukan Tanah BATUAN: bagian dari kerak bumi yang mengandung satu macam atau lebih mineral yang terikat sangat kuat.berdasarkan proses pembentukannya batuan dapat dikategorikan

Lebih terperinci

BAB II HUBUNGAN FASE TANAH, BATAS ATTERBERG, DAN KLASIFIKASI TANAH

BAB II HUBUNGAN FASE TANAH, BATAS ATTERBERG, DAN KLASIFIKASI TANAH BAB II HUBUNGAN FASE TANAH, BATAS ATTERBERG, DAN KLASIFIKASI TANAH 1. KOMPONEN TANAH Tanah terdiri dari mineral dan partikel batuan dalam berbagai ukuran dan bentuk dan ini dikenal dengan dengan bagian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir. III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel 1. Tanah Lempung Anorganik Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti

Lebih terperinci

MODUL FISIKA SMA IPA Kelas 11

MODUL FISIKA SMA IPA Kelas 11 SM IP Kelas Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu (benda tegar dan fluida) dalam penyeleaian masala. 3. lirannya stasioner (non turbulen), artinya partikel mengalir menurut garis

Lebih terperinci

BAGIAN 3-2 KLASIFIKASI TANAH

BAGIAN 3-2 KLASIFIKASI TANAH BAGIAN 3-2 KLASIFIKASI TANAH KLASIFIKASI UMUM TANAH BERDASARKAN UKURAN BUTIR Secara Umum Tanah Dibagi Menjadi 4 : Gravel (Kerikil) Sand (Pasir) Silt (Lanau) Clay (Lempung) Tanah Sulit : Peats (Gambut)

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH Abdul Jalil 1), Khairul Adi 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh Abstrak Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada

Lebih terperinci

BAB V ALINYEMEN VERTIKAL

BAB V ALINYEMEN VERTIKAL BB V INYEMEN VERTIK linyemen vertikal adala perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk jalan lajur ara atau melalui tepi dalam masing masing perkerasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan percobaan untuk mendapatkan data.

Lebih terperinci

19, 2. didefinisikan sebagai bilangan yang dapat ditulis dengan b

19, 2. didefinisikan sebagai bilangan yang dapat ditulis dengan b PENDAHULUAN. Sistem Bilangan Real Untuk mempelajari kalkulus perlu memaami baasan tentang system bilangan real karena kalkulus didasarkan pada system bilangan real dan sifatsifatnya. Sistem bilangan yang

Lebih terperinci

STUDI LABORATORIUM DALAM MENENTUKAN BATAS PLASTIS DENGAN METODE FALL CONE PADA TANAH BUTIR HALUS DI WILAYAH BANDUNG UTARA

STUDI LABORATORIUM DALAM MENENTUKAN BATAS PLASTIS DENGAN METODE FALL CONE PADA TANAH BUTIR HALUS DI WILAYAH BANDUNG UTARA STUDI LABORATORIUM DALAM MENENTUKAN BATAS PLASTIS DENGAN METODE FALL CONE PADA TANAH BUTIR HALUS DI WILAYAH BANDUNG UTARA Handy Dewanto NRP:9621037 NIRM: 41077011960316 Pembimbing: Ibrahim Surya, Ir.,

Lebih terperinci

KARAKTERISASI BAHAN TIMBUNAN TANAH PADA LOKASI RENCANA BENDUNGAN DANAU TUA, ROTE TIMOR, DAN BENDUNGAN HAEKRIT, ATAMBUA TIMOR

KARAKTERISASI BAHAN TIMBUNAN TANAH PADA LOKASI RENCANA BENDUNGAN DANAU TUA, ROTE TIMOR, DAN BENDUNGAN HAEKRIT, ATAMBUA TIMOR KARAKTERISASI BAHAN TIMBUNAN TANAH PADA LOKASI RENCANA BENDUNGAN DANAU TUA, ROTE TIMOR, DAN BENDUNGAN HAEKRIT, ATAMBUA TIMOR Alpon Sirait NRP : 9921036 Pembimbing : Theo F. Najoan, Ir., M.Eng FAKULTAS

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN II KLASIFIKASI TANAH DASAR (SUBGRADE) DENGAN CARA AASHTO

POKOK BAHASAN II KLASIFIKASI TANAH DASAR (SUBGRADE) DENGAN CARA AASHTO 15 POKOK BAHASAN II KLASIFIKASI TANAH DASAR (SUBGRADE) DENGAN CARA AASHTO 2.1 Pendahuluan Tanah merupakan material yang sangat bervariasi sifat-sifat teknisnya. Mahasiswa harus mampu memilih material tanah

Lebih terperinci

Water Resources System

Water Resources System Water Resources Sstem Ir. Djoko Luknanto, M.Sc., P.D. Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil FT UGM Siklus Hidrologi recarge air permukaan aliran air tana lapisan kedap air 7/0/003 Luknanto@tsipil.ugm.ac.id

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN TANAH GADONG PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN SEMEN (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen)

PENGARUH PENAMBAHAN TANAH GADONG PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN SEMEN (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen) PENGARUH PENAMBAHAN TANAH GADONG PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN SEMEN (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen) Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat

Lebih terperinci

dapat dihampiri oleh:

dapat dihampiri oleh: BAB V PENGGUNAAN TURUNAN Setela pada bab sebelumnya kita membaas pengertian, sifat-sifat, dan rumus-rumus dasar turunan, pada bab ini kita akan membaas tentang aplikasi turunan, diantaranya untuk mengitung

Lebih terperinci

STUDI SIFAT FISIK TANAH ORGANIK YANG DISTABILISASI MENGGUNAKAN CORNICE ADHESIVE. Iswan 1) Muhammad Jafri 1) Adi Lesmana Putra 2)

STUDI SIFAT FISIK TANAH ORGANIK YANG DISTABILISASI MENGGUNAKAN CORNICE ADHESIVE. Iswan 1) Muhammad Jafri 1) Adi Lesmana Putra 2) STUDI SIFAT FISIK TANAH ORGANIK YANG DISTABILISASI MENGGUNAKAN CORNICE ADHESIVE Iswan 1) Muhammad Jafri 1) Adi Lesmana Putra 2) Abstract The tested soil sample in this research is organic soil that derived

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanggul, jalan raya, dan sebagainya. Tetapi, tidak semua tanah mampu mendukung

I. PENDAHULUAN. tanggul, jalan raya, dan sebagainya. Tetapi, tidak semua tanah mampu mendukung 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah mempunyai peranan yang sangat penting karena tanah adalah pondasi pendukung suatu bangunan atau bahan konstruksi dari bangunan itu sendiri seperti tanggul, jalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Lempung Ekspansif Petry dan Little (2002) menyebutkan bahwa tanah ekspansif (expansive soil) adalah tanah yang mempunyai potensi pengembangan atau penyusutan yang tinggi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TANAH PUTIH TONGGO (FLORES) DENGAN ABU SEKAM PADI UNTUK STABILISASI TANAH DASAR BERLEMPUNG PADA RUAS JALAN NANGARORO AEGELA

PENGGUNAAN TANAH PUTIH TONGGO (FLORES) DENGAN ABU SEKAM PADI UNTUK STABILISASI TANAH DASAR BERLEMPUNG PADA RUAS JALAN NANGARORO AEGELA PENGGUNAAN TANAH PUTIH TONGGO (FLORES) DENGAN ABU SEKAM PADI UNTUK STABILISASI TANAH DASAR BERLEMPUNG PADA RUAS JALAN NANGARORO AEGELA Veronika Miana Radja 1 1 Program Studi Teknik Sipil Universitas Flores

Lebih terperinci

ALIRAN BERUBAH BERATURAN

ALIRAN BERUBAH BERATURAN ALIRAN BERUBAH BERATURAN Kondisi ini terjadi jika gaya penggerak dan gaya geser tidak seimbang, asilnya bawa kedalaman aliran beruba beraturan sepanjang saluran. S f v g Grs. orizontal Grs. energi Y Cos

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbagai bahan penyusun tanah seperti bahan organik dan bahan mineral lain.

I. PENDAHULUAN. berbagai bahan penyusun tanah seperti bahan organik dan bahan mineral lain. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan material alami di permukaan bumi yang terbentuk dari berbagai bahan penyusun tanah seperti bahan organik dan bahan mineral lain. Tanah juga merupakan material

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil : IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Sampel Tanah Asli Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil : 1. Hasil Pengujian Kadar Air (ω) Kadar air didefinisikan sebagai perbandingan

Lebih terperinci

PENGUJIAN PARAMETER KUAT GESER TANAH MELALUI PROSES STABILISASI TANAH PASIR MENGGUNAKAN CLEAN SET CEMENT (CS-10)

PENGUJIAN PARAMETER KUAT GESER TANAH MELALUI PROSES STABILISASI TANAH PASIR MENGGUNAKAN CLEAN SET CEMENT (CS-10) PENGUJIAN PARAMETER KUAT GESER TANAH MELALUI PROSES STABILISASI TANAH PASIR MENGGUNAKAN CLEAN SET CEMENT (CS-10) Ilham Idrus Staf Pengajar Dosen pada Fakultas Teknik Universitas Islam Makassar ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Pada penelitian ini, variabel utama yang akan dibahas adalah pengaruh kedalaman elektroda terhadap pengembangan tanah lempung ekspansif. Variasi kedalaman

Lebih terperinci

PENENTUAN BATAS PLASTIS TANAH DENGAN MODIFIKASI FALL CONE TEST PADA TANAH LEMPUNG DI DAERAH BANDUNG SELATAN

PENENTUAN BATAS PLASTIS TANAH DENGAN MODIFIKASI FALL CONE TEST PADA TANAH LEMPUNG DI DAERAH BANDUNG SELATAN PENENTUAN BATAS PLASTIS TANAH DENGAN MODIFIKASI FALL CONE TEST PADA TANAH LEMPUNG DI DAERAH BANDUNG SELATAN Suhenri NRP : 9721033 NIRM : 41077011970269 Pembimbing : Ibrahim Surya., Ir., M. Eng FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Air Tanah Tanah merupakan susunan butiran padat dan pori-pori yang saling berhubungan satu sama lain, sehingga air dapat mengalir dari satu titik yang mempunyai energi yang lebih

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK ALIRAN AIR MELALUI PINTU TONJOL DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGGERUSAN DENGAN MODEL FISIK DUA DIMENSI

STUDI KARAKTERISTIK ALIRAN AIR MELALUI PINTU TONJOL DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGGERUSAN DENGAN MODEL FISIK DUA DIMENSI STUDI KARAKTERISTIK ALIRAN AIR MELALUI PINTU TONJOL DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGGERUSAN DENGAN MODEL FISIK DUA DIMENSI Mulyadi Sastrawinata NRP: 0121037 Pembimbing: Ir. Endang Ariani, Dipl.H.E. FAKULTAS

Lebih terperinci

9/14/2016. Jaringan Aliran

9/14/2016. Jaringan Aliran Jaringan Aliran Jaringan aliran merupakan kombinasi dari beberapa garis aliran dan garis ekipotensial. Garis aliran adalah suatu garis sepanjang mana butir butir air akan bergerak dari bagian hulu kebagian

Lebih terperinci

D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN BAB II DASAR TEORI

D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Stabilitas Talud (Stabilitas Lereng) Suatu tempat yang memiliki dua permukaan tanah yang memiliki ketinggian yang berbeda dan dihubungkan oleh suatu permukaan disebut lereng (Vidayanti,

Lebih terperinci

TANYA JAWAB SOAL-SOAL MEKANIKA TANAH DAN TEKNIK PONDASI. 1. Soal : sebutkan 3 bagian yang ada dalam tanah.? Jawab : butiran tanah, air, dan udara.

TANYA JAWAB SOAL-SOAL MEKANIKA TANAH DAN TEKNIK PONDASI. 1. Soal : sebutkan 3 bagian yang ada dalam tanah.? Jawab : butiran tanah, air, dan udara. TANYA JAWAB SOAL-SOAL MEKANIKA TANAH DAN TEKNIK PONDASI 1. : sebutkan 3 bagian yang ada dalam tanah.? : butiran tanah, air, dan udara. : Apa yang dimaksud dengan kadar air? : Apa yang dimaksud dengan kadar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN... iii. PERNYATAAN... iv. PERSEMBAHAN... v. MOTTO...

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN... iii. PERNYATAAN... iv. PERSEMBAHAN... v. MOTTO... DAFTAR ISI TUGAS AKHIR... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN... iii PERNYATAAN... iv PERSEMBAHAN... v MOTTO... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR

Lebih terperinci

Rumus Bernoulli untuk aliran dalam tanah : h = z + hw

Rumus Bernoulli untuk aliran dalam tanah : h = z + hw Rumus Bernoulli untuk aliran dalam tanah : h = z + hw?h hw 1 aliran I 1 II hw 2 z 1 I l II 2 z 2 bidang datum Akibat adanya selisih tekanan, air mengalir dari bidang I-I ke bidang II-II. Lintasan partikel-pertikel

Lebih terperinci

TEKANAN DAN TEGANGAN GESEK ALIRAN SUPERKRITIK DI DASAR SALURAN CURAM

TEKANAN DAN TEGANGAN GESEK ALIRAN SUPERKRITIK DI DASAR SALURAN CURAM TEKANAN DAN TEGANGAN GESEK ALIRAN SUPERKRITIK DI DASAR SALURAN CURAM Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Semarang Abstrak. Tujuan penelitian ini adala: (1) tersedianya asil analisis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Hasil Penelitian Tanah Asli Berdasarkan pengujian terhadap tanah yang diambil dari proyek Perumahan Elysium, maka pada bab ini akan diuraikan hasil penelitiannya.

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI CBR DAN NILAI PENYUSUTAN TANAH TIMBUNAN (SHRINKAGE LIMIT) DAERAH BARITO KUALA

PENENTUAN NILAI CBR DAN NILAI PENYUSUTAN TANAH TIMBUNAN (SHRINKAGE LIMIT) DAERAH BARITO KUALA Jurnal POROS TEKNIK Volume 9, No. 1, Juni 2017 :1-41 ISSN 2085-5761 (Print) PENENTUAN NILAI CBR DAN NILAI PENYUSUTAN TANAH TIMBUNAN (SHRINKAGE LIMIT) DAERAH BARITO KUALA Ahmad Norhadi (1), Muhammad Fauzi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Pada penelitian ini, variabel utama yang akan dibahas adalah indeks pemampatan (Cc) dan indeks pengembangan (Cs) serta perilaku tanah disekitar kolom SiCC

Lebih terperinci

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova Jurnal Rancang Sipil Volume 1 Nomor 1, Desember 2012 57 PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Mekanika Tanah Kode/Bobot : TSP-204/3 SKS Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini membahas mengenai dasar-dasar mekanika tanah yang meliputi asal usul

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS BAB 4 HASIL DAN ANALISIS 4.1 Hasil Uji Klasifikasi Tanah Sampel tanah yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Desa Jono, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen. Pengujian klasifikasi tanah meliputi

Lebih terperinci

Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Tingkat Sekolah Menengah Atas Agustus 2008 Waktu: 4 jam

Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Tingkat Sekolah Menengah Atas Agustus 2008 Waktu: 4 jam Olimpiade Sains Nasional 008 Eksperimen Fisika Hal dari Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Tingkat Sekola Menenga Atas Agustus 008 Waktu: 4 jam Petunjuk umum. Hanya ada satu soal eksperimen, namun

Lebih terperinci

PENENTUAN KOEFISIEN PERMEABILITAS TANAH TAK JENUH AIR SECARA TIDAK LANGSUNG MENGGUNAKAN SOIL-WATER CHARACTERISTIC CURVE

PENENTUAN KOEFISIEN PERMEABILITAS TANAH TAK JENUH AIR SECARA TIDAK LANGSUNG MENGGUNAKAN SOIL-WATER CHARACTERISTIC CURVE PENENTUAN KOEFISIEN PERMEABILITAS TANAH TAK JENUH AIR SECARA TIDAK LANGSUNG MENGGUNAKAN SOIL-WATER CHARACTERISTIC CURVE Bona Johanes Simbolon NRP : 01211116 Pembimbing : Ir. Theo F. Najoan, M. Eng. FAKULTAS

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah 1. Kadar Air Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan sebanyak dua puluh sampel dengan jenis tanah yang sama

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER F-0653 Issue/Revisi : 1 Tanggal Berlaku : 1 Juli 2015 Untuk Tahun Akademik : 2015/2016 Masa Berlaku : 4 (empat) tahun Jml Halaman : 22 halaman Mata Kuliah : Mekanika Tanah

Lebih terperinci

PENGARUH SIKLUS BASAH KERING PADA SAMPEL TANAH TERHADAP NILAI ATTERBERG LIMIT

PENGARUH SIKLUS BASAH KERING PADA SAMPEL TANAH TERHADAP NILAI ATTERBERG LIMIT PENGARUH SIKLUS BASAH KERING PADA SAMPEL TANAH TERHADAP NILAI ATTERBERG LIMIT Shinta Pramudya Wardani 1), R. M. Rustamaji 2), Aprianto 2) Abstrak Perubahan cuaca mengakibatkan terjadinya siklus pembasahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam Bab ini penulis akan membahas hasil pengujian yang telah dilakukan di laboratorium Mekanika Tanah Universitas Mercu Buana. Pengujian yang dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian tanah asli dan tanah campuran dengan semen yang dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

Korelasi antara OMC dengan Batas Plastis pada Proses Pemadatan untuk Tanah Timbun di Aceh

Korelasi antara OMC dengan Batas Plastis pada Proses Pemadatan untuk Tanah Timbun di Aceh Korelasi antara OMC dengan Batas Plastis pada Proses Pemadatan untuk Tanah Bambang Setiawan Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,Universitas Syiah Kuala, Indonesia Khalidin Dinas Bina Marga dan Cipta

Lebih terperinci

TINJAUAN KUAT TEKAN BEBAS DAN PERMEABILITAS TANAH LEMPUNG TANON YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR DAN FLY ASH. Tugas Akhir

TINJAUAN KUAT TEKAN BEBAS DAN PERMEABILITAS TANAH LEMPUNG TANON YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR DAN FLY ASH. Tugas Akhir TINJAUAN KUAT TEKAN BEBAS DAN PERMEABILITAS TANAH LEMPUNG TANON YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR DAN FLY ASH Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil disusun

Lebih terperinci

STUDI LABORATORIUM UNTUK MENENTUKAN BATAS PLASTIS DENGAN PENGUJIAN FALL CONE TEST PADA TANAH LEMPUNG DI DAERAH BANDUNG SELATAN RITA MELIANI KUNTADI

STUDI LABORATORIUM UNTUK MENENTUKAN BATAS PLASTIS DENGAN PENGUJIAN FALL CONE TEST PADA TANAH LEMPUNG DI DAERAH BANDUNG SELATAN RITA MELIANI KUNTADI STUDI LABORATORIUM UNTUK MENENTUKAN BATAS PLASTIS DENGAN PENGUJIAN FALL CONE TEST PADA TANAH LEMPUNG DI DAERAH BANDUNG SELATAN RITA MELIANI KUNTADI NRP : 9721045 NIRM : 41077011970281 PEMBIMBING : IBRAHIM

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS SARINGAN

BAB VII ANALISIS SARINGAN BAB VII ANALISIS SARINGAN 7.1 ANALISIS SARINGAN 7.1.1 Referensi M Das, Braja.1993. Mekanika Tanah Jilid I. Jakarta: Erlangga. Bab 1 Tanah dan Batuan 17-24. 7.1.2 Tujuan Percobaan Menentukan gradasi atau

Lebih terperinci

PENAMBAHAN LEMPUNG UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR TANAH PASIR PADANG ABSTRAK

PENAMBAHAN LEMPUNG UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR TANAH PASIR PADANG ABSTRAK VOLUME 6 NO. 2, OKTOBER 2010 PENAMBAHAN LEMPUNG UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR TANAH PASIR PADANG Abdul Hakam 1 ABSTRAK Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah berupa pengujian sifat-sifat fisik

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. saringan nomor 200. Selanjutnya, tanah diklasifikan dalam sejumlah kelompok

BAB III LANDASAN TEORI. saringan nomor 200. Selanjutnya, tanah diklasifikan dalam sejumlah kelompok BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Klasifikasi Tanah Pada sistem klasifikasi Unified, tanah diklasifikasikan kedalam tanah berbutir kasar (kerikil dan pasir) jika kurang dari 50 % lolos saringan nomor 200, dan

Lebih terperinci

Herwandi 1), Marsudi 2), Aprianto 2)

Herwandi 1), Marsudi 2), Aprianto 2) PENGARUH GRADASI DAN KEPADATAN RELATIF (DR) TERHADAP NILAI PERMEABILITAS TANAH PASIR Herwandi 1), Marsudi 2), Aprianto 2) Abstrak Didalam merencanakan suatu timbunan, baik itu timbunan badan jalan (embankment),

Lebih terperinci

kelompok dan sub kelompok dari tanah yang bersangkutan. Group Index ini dapat

kelompok dan sub kelompok dari tanah yang bersangkutan. Group Index ini dapat BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Tanah Dasar Tanah dasar atau suhgrade adalah permukaan tanah semula, tanah galian atau tanah timbiman yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian-bagian

Lebih terperinci

Yusuf Amran. Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A Metro, Lampung.

Yusuf Amran. Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A Metro, Lampung. ANALISA PERMEABILITASTANAH LEMPUNG MENGGUNAKAN BAHAN CAMPURAN ABU SEKAM PADI (Studi Kasus Tanah Lempung Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro) Yusuf Amran Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan Standar Nasional Indonesia Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan ICS 93.080.10 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH GEDE BAGE BANDUNG DENGAN ENZIM DARI MOLASE TERFERMENTASI

PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH GEDE BAGE BANDUNG DENGAN ENZIM DARI MOLASE TERFERMENTASI PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH GEDE BAGE BANDUNG DENGAN ENZIM DARI MOLASE TERFERMENTASI Oleh : Mulyadi Yuswandono *) Yusmiati Kusuma *) ABSTRAK Daya dukung tanah dalam suatu konstruksi jalan merupakan salah

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S - 1 Teknik Sipil diajukan

Lebih terperinci

KORELASI CBR DENGAN INDEKS PLASTISITAS PADA TANAH UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

KORELASI CBR DENGAN INDEKS PLASTISITAS PADA TANAH UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA KORELASI CBR DENGAN INDEKS PLASTISITAS PADA TANAH UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Nama : Salmon Atmaja Tarigan NRP. : 9821064 Pembimbing : Herianto Wibowo, Ir., M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Lempung Ekspansif Tanah ekspansif merupakan tanah yang memiliki ciri-ciri kembang susut yang besar, mengembang pada saat hujan dan menyusut pada musim kemarau (Muntohar,

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN TANAH LEMPUNG PADA TANAH PASIR PANTAI TERHADAP KEKUATAN GESER TANAH ABSTRAK

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN TANAH LEMPUNG PADA TANAH PASIR PANTAI TERHADAP KEKUATAN GESER TANAH ABSTRAK VOLUME 6 NO. 1, FEBRUARI 2010 STUDI PENGARUH PENAMBAHAN TANAH LEMPUNG PADA TANAH PASIR PANTAI TERHADAP KEKUATAN GESER TANAH Abdul Hakam 1, Rina Yuliet 2, Rahmat Donal 3 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KAPUR TERHADAP NILAI PLASTISITAS TANAH LEMPUNG DI KABUPATEN FAKFAK PROVINSI PAPUA BARAT

PENGARUH PENAMBAHAN KAPUR TERHADAP NILAI PLASTISITAS TANAH LEMPUNG DI KABUPATEN FAKFAK PROVINSI PAPUA BARAT JURNAL LOGIC. VOL. 18. NO. 1. MARET 2018 26 PENGARUH PENAMBAHAN KAPUR TERHADAP NILAI PLASTISITAS TANAH LEMPUNG DI KABUPATEN FAKFAK PROVINSI PAPUA BARAT Muhammad Yunus, Irwan Rauf Staf Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

TURUNAN FUNGSI. turun pada interval 1. x, maka nilai ab... 5

TURUNAN FUNGSI. turun pada interval 1. x, maka nilai ab... 5 TURUNAN FUNGSI. SIMAK UI Matematika Dasar 9, 009 Jika kurva y a b turun pada interval, maka nilai ab... 5 A. B. C. D. E. Solusi: [D] 5 5 5 0 5 5 0 5 0... () y a b y b b a b b 6 6a 0 b 0 b 6a 0 b 5 b a

Lebih terperinci

BAB III STRATIFIED CLUSTER SAMPLING

BAB III STRATIFIED CLUSTER SAMPLING BAB III STRATIFIED CUSTER SAMPING 3.1 Pengertian Stratified Cluster Sampling Proses memprediksi asil quick count sangat dipengarui ole pemilian sampel yang dilakukan dengan metode sampling tertentu. Sampel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Dasar (subgrade) Tanah dasar merupakan pondasi bagi perkerasan, baik perkerasan yang terdapat pada alur lalu lintas maupun bahu. Dengan demikian tanah dasar merupakan

Lebih terperinci

Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi

Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi 1. Fase Tanah (1) Sebuah contoh tanah memiliki berat volume 19.62 kn/m 3 dan berat volume kering 17.66 kn/m 3. Bila berat jenis dari butiran tanah tersebut

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Fisik Tanah 1. Sifat fisik tanah gleisol Sifat fisik tanah berhubungan dengan kondisi asli tanah dan dapat menentukan jenis tanah. Pada penelitian ini digunakan tanah

Lebih terperinci