HUBUNGAN PERILAKU PENANGANAN DAN KUALITAS

Transkripsi

1 HUBUNGAN PERILAKU PENANGANAN DAN KUALITAS KEJADI~ DLARE ANAK BALITA (STUD1 KASUS DI DESA TANAH BARU, KEC.4MATAN KEDUNG HALANG, KABUPATEN BOGOR) Oleh: INDRA GUNAWAN JURUSAN GI21 MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1995

2 Ringkasan INDRA GUNAWAN. Hubungan Perilaku Penanganan dan Kualitas Air minum Rumah Tangga dengan Kejadian Diare Anak Balita. Studi Kasus di Desa Tanah Baru, Kecamatan Kedung Halang, Kabupaten Bogor. (Di bawah Bimbingan Suprihatin Guhardja dan Dwihastuti) Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara : sosial ekonomi rumah tangga dengan kualitas lingkungan biofisik dan perilaku penanganan air minum rumah tangga, kualitas lingkungan biofisik dengan kualitas air rumah tangga pra penanganan, perilaku penanganan air minum dengan kualitas air pasca penanganan rumah tangga, kualitas air rumah tangga pra dan pasca penanganan dengan kejadian diare anak balita. Penelitian dilaksanakan di Desa Tanah Baru, Kecamatan Kedung Halang, Kabupaten Bogor dimulai bulan Mei hingga bulan Juli Data yang diambil adalah data primer dan sekunder. Data primer meliputi keadaan sosial ekonomi keluarga, kualitas lingkungan biofisik, kualitas air pra dan pasca penanganan, perilaku penanganan air minum rumah tangga serta kejadian diare anak balita contoh. Data sekunder meliputi keadaan topografi wilayah, keadaan sosial ekonomi dan jumlah serta komposisi penduduk, dan data rumah tangga yang memiliki anak balita diperoleh Kantor Desa, RW, RT dan Posyandu setempat. Analisis Data diolah secara statistik deskriptif dan uji korelasi peringkat Spearman (Siegel, 1992). Pendidikan dihitung berdasarkan lamanya tahun pendidikan formal yang diraih. Pendapatan didekati dari pengeluaran/kapita/bulan dan dibandingkan dengan kriteria Sajogyo (1977). Keadaan lingkungan biofisik diukur dengan menilai kualitas jamban dan kualitas sumber air berdasarkan formulir inspeksi sanitasi (Depkes RI, 1990), dan cara distribusi diukur berdasarkan fungsi indikator kesehatan masyarakat pedesaan (Soemowerdojo, Koeswadji, Abisudjak, 1976). Perilaku penanganan air minum diukur berdasarkan skor total responden pada masing-masing aspek pengetahuan, sikap dan kebiasaan, kemudian dikategorikan secara normatif. Kualitas air pra dan pasca penanganan, dirinci berdasarkan sifat fisika, kimia dan biologi, kemudian dibandingkan dengan syarat air bersih menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No 416/ MENKES/PER/IX/ Kejadian diare anak meliputi lama dan frekwensi sakit selama 6 bulan, dan di skor. Skor dinilai dari pembagian antara lama sakit anak dengan frekwensi anak terkena diare.

3 Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan pendapatan kelompok I (Rp , -) lebih tinggi dibandingkan kelompok I1 (Rp Kedua variabel tersebut berbeda nyata secara statistik (P<O,Ol). Keadaan lingkungan biofisik (jamban dan cara distribusi) kedua kelompok berbeda nyata, dengan kelompok I lebih baik daripada kelompok I1 (P<O,01). Keadaan lingkungan biofisik berhubungan nyata positif dengan keadaan sosial ekonomi keluarga. Semakin tinggi pendapatan perkapita/bulan dan semakin tinggi tingkat pendidikan ayah/ibu, maka semakin baik keadaan lingkungan biofisiknya (a=0,05). Perilaku, yang meliputi aspek pengetahuan dan kebiasaan penanganan air minum antar kedua kelompok tidak berbeda nyata, sedangkan aspek sikap menunjukkan hasil berbeda nyata dengan kelompok I lebih baik daripada kelompok I1 (P<0,05). Perilaku berhubungan nyata positif dengan tingkat pendidikan, dimana tingkat pendidikan yang semakin baik akan semakin baik pula perilaku penanganan air minumnya (a=0, 05). Kualitas air pra penanganan ditinjau dari kandungan E.Coli dan Koliform berbeda nyata, dimana air ledeng/pam mempunyai kandungan bakteri golongan Koli yang relatif lebih kecil. Kandungan Koliform berhubungan nyata negatif dengan keadaan jambannya (a=o,05). Semakin baik keadaan jamban maka semakin rendah kandungan Koliform air pada sumber air rumah tangga. Kandungan E.Coli menunjukkan hubungan nyata dengan kualitas sumber air sumur, demikian pula halnya dengan kandungan Koliform. Hasil yang sama tidak ditemukan pada kualitas sumber air PAM. Kejadian diare anak balita kedua kelompok tidak berbeda nyata. Pada penelitian ini, tidak ditemukan hubungan antara kejadian diare dengan kandungan E. Coli dan Koliform air matang, namun terdapat hubungan nyata dengan keadaan sosial ekonomi keluarga, perilaku penanganan air minum Ibu, serta kandungan Koliform dan E. Coli dengan kejadian diare pada anak umur 4 hingga 5 tahun.

4 HUBUNGAN PERILAKU PENANGANAN DAN KUALITAS AIR MINUM RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE ANAK BALITA (STUD1 KASUS DI DESA TANAH BARU, ICECAMATAN KEDUNGHALANG, KABUPATEN BOGOR) Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Insitut Pertanian Bogor Oleh: INDRA GUNAWAN A JURUSAN GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAWLTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1m

5 Judul Penelitian Nama Mahasiswa : HWUNGRN PERILAKU PENANGA!UN DAN aaalitas AIR MINUM RUMAH' TANGGA DENGAN KEJADIAN. DIARE ANAK BALITA : INDRA GUNAWAN N R P : A Menyetujui Dosen Pembimbing Tanggal lulus : 30 Desember 1995

6

7

8

9

10