ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN"

Transkripsi

1 ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN OLEH HASNI H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

2 RINGKASAN HASNI. Analisis Peningkatan Investasi Pemerintah di Sektor Konstruksi terhadap Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output Sisi Permintaan (dibimbing oleh SAHARA) Peranan sektor konstruksi terhadap pembangunan di Indonesia dapat dilihat dari peningkatan nilai pendapatan bruto sektor konstruksi. Selama periode tahun nilai pendapatan bruto sektor konstruksi mengalami pertumbuhan yang cukup baik dengan pertumbuhan sektor konstruksi terhadap PDB rata-rata sebesar 8,16 % per tahun. Dari sisi lapangan kera, sektor konstruksi uga menyerap tenaga kera yang cukup besar, hal ini teradi karena umlah perusahaan konstruksi yang beroperasi di Indonesia cukup besar, yaitu sekitar 81 ribu perusahaan pada tahun Namun peningkatan pendapatan bruto dan penyerapan tenga kera, serta peningkatan nilai output di sektor konstruksi ini belum didukung oleh tingkat investasi yang memadai untuk menghasilkan pembangunan yang optimal khususnya di sektor konstruksi. Tuuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai kepekaan dan koefisien penyebaran sektor konstruksi di Indonesia, menganalisis efek multiplier yang dihasilkan oleh sektor konstruksi yang meliputi sisi output, pendapatan dan tenaga kera di Indonesia. Selain itu akan dianalisis dampak investasi sektor konstruksi terhadap perekonomian Indonesia baik dari sisi output, pendapatan maupun penyerapan tenaga kera di Indonesia. Model analisis yang digunakan untuk mengkai dampak investasi pemerintah terhadap perekonomian Indonesia dalam penelitian ini adalah Analisis Input-Output Sisi Permintaan. Perangkat lunak yang digunakan dalam mengolah data Input-Output ini adalah Microsoft Excel. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari BPS Pusat. Data yang akan diolah merupakan data Input-Output Indonesia tahun Tabel Input-Output 2003 tersebut terdiri dari 66 sektor, yang kemudian dalam penelitian ini diagregasi menadi 17 sektor. Simulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan melakukan shock pada nilai investasi sektor konstruksi. Shock ini dilakukan untuk mengetahui sektor mana yang memiliki dampak yang paling besar terhadap peningkatan investasi di sektor konstruksi. Besarnya shock diperoleh dari nilai persentase rata-rata pengeluaran pembangunan pada sektor konstruksi. Nilai pengeluaran pembangunan sektor konstruksi diperoleh dengan menumlahkan pengeluaran pembangunan berbagai sub sektor konstruksi. Nilai rata-rata pertumbuhan pengeluaran pembangunan di sektor konstruksi periode tahun adalah 28,73 %. Hasil penelitian menunukkan bahwa sektor konstruksi sangat bergantung pada sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri semen dan sektor pengilangan minyak bumi. Sementara sektor yang paling banyak memanfaatkan output sektor konstruksi adalah sektor asa-asa, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan, sektor usaha bangunan dan sektor pertambangan. Analisis dampak penyebaran menunukkan bahwa sektor konstruksi lebih mampu untuk menarik pertumbuhan sektor hulunya dibandingkan untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya.

3 Analisis multiplier menunukkan bahwa kemampuan sektor konstruksi untuk mempengaruhi pembentukan output, pendapatan dan tenaga kera di seluruh sektor perekonomian cukup kuat. Berdasarkan analisis investasi, tiga sektor yang paling tinggi peningkatan output dan pendapatannya akibat peningkatan investasi sektor konstruksi adalah sektor konstruksi, sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran, sedangkan dari sisi penyerapan tenaga kera tiga sektor yang paling besar peningkatan penyerapan tenaga keranya adalah sektor konstruksi, sektor pertanian, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka pemerintah harus lebih memperhatikan sektor konstruksi, karena dari hasil pembahasan menunukkan bahwa peningkatan investasi di sektor konstruksi ternyata dapat meningkatkan penyerapan tenaga kera yang cukup besar. Hal ini tentu saa akan menekan angka pengangguran di Indonesia. Selain memperhatikan sektor konstruksi, pemerintah uga harus memperhatikan sektorsektor yang terkait dengan sektor konstruksi itu sendiri. Di sektor hulu terdapat sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri semen dan sektor pengilangan minyak bumi, sedangkan di sektor hilir terdapat sektor asa-asa, sektor usaha bangunan dan sektor angkutan.

4 ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT OUTPUT SISI PERMINTAAN Oleh HASNI H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

5 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Hasni Nomor Registrasi Pokok : H Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Analisis Peningkatan Investasi Pemerintah di Sektor Konstruksi terhadap Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output Sisi Permintaan dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manaemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetuui, Dosen Pembimbing, Sahara, SP, M.Si NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Dr.Ir. Rina Oktaviani, MS NIP Tanggal Kelulusan:

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Juni 2006 Hasni H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Hasni, lahir pada tanggal 28 Januari 1984 di Padangsidimpuan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Penulis anak terakhir dari lima bersaudara, dari pasangan Ridwan dan Darwati. Penulis memulai pendidikan formal di SD Negeri 2 Padangsidimpuan. Tahun 1996 penulis melanutkan ke SLTP Negeri 3 Padangsidimpuan dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Negeri 1 Padangsidimpuan dan lulus tahun Pada tahun 2002 penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manaemen, Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis masuk IPB melalui alur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menadi mahasiswa, penulis pernah aktif di beberapa organisasi yaitu HIPOTESA, FORMASI dan HMI Komisariat FEM. Selain itu, penulis uga berkesempatan menadi Asisten Dosen Ekonomi Dasar 2 tahun 2005 dan Asisten Dosen Ekonomi Umum tahun

8 KATA PENGANTAR Pui syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah Analisis Peningkatan Investasi Pemerintah Di Sektor Konstruksi Terhadap Perekonomian Indonesia: Analisis Input-Output Sisi Permintaan. Skripsi ini menganalisis dampak peningkatan investasi sektor konstruksi terhadap perekonomian nasional baik dari sisi output, pendapatan maupun tenaga kera. Di samping hal tersebut, skripsi ini uga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manaemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada Sahara, SP, M.Si, yang telah sabar membimbing dan mengarahkan penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Wiwiek Rindayanti, MS yang telah mengui hasil karya ini. Selain itu, penulis uga mengucapkan terima kasih kepada Syamsul Hidayat Pasaribu, M.Si atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya uga disampaikan kepada kedua orang tua penulis, yaitu Ayahanda Ridwan dan Ibunda Darwati serta saudara-saudara penulis, Ni Zia, Wan Zul, Ni Za dan Husna. Do a dan dorongan motivasi yang mereka berikan sangat besar artinya dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis uga mengucapkan terima kasih kepada Tuti, Rini, Herlin, Rezi, Hafzil, Tami dan Jefry yang telah membantu mengoreksi penulisan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan Bogor, Juni 2006 Hasni H

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Tuuan Penelitian Kegunaan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA Investasi dalam Pembangunan Teori Investasi Hasil Penelitian Terdahulu Analisis Input-Output Hasil Penelitian Terdahulu Sektor Konstruksi Kerangka Pemikiran Teoritis Teori dan Model Input-Output Struktur Tabel Input-Output Keterbatasan Tabel Input-Output Analisis Input-Output Kerangka Pemikiran Konseptual III. GAMBARAN UMUM SEKTOR KONSTRUKSI Peranan Sektor Konstruksi dalam Pembangunan Kebiakan Pemerintah terhadap Sektor Konstruksi Tuuan Strategis Sektor Konstruksi Indonesia IV. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Analisis... 43

10 Koefisien Input Analisis Dampak Penyebaran Analisis Multiplier Koefisien Pendapatan Koefisien Tenaga Kera Analisis Investasi Defenisi Operasional V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Konstruksi Terhadap Perekonomian Indonesia Analisis Dampak Penyebaran Analisis Multiplier Multiplier Output Multiplier Pendapatan Multiplier Tenaga Kera Analisis Investasi Sektor Konstruksi Terhadap Perekonomian Indonesia Dampak Terhadap Output Dampak Terhadap Pendapatan Dampak Terhadap Tenaga Kera VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 76

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1. Ringkasan Pendapatan Bruto dan Pengeluaran Perusahaan Konstruksi Periode Tahun di Indonesia (miliar rupiah) Perkembangan Jumlah Perusahaan, Karyawan Tetap dan Nilai Konstruksi yang Diselesaikan Tahun di Indonesia Perkembangan Beberapa Nilai Konstruksi Yang Diselesaikan Menurut Jenis Pekeraan Tahun (uta rupiah) Perkembangan Nilai PMDN Yang Telah Disetuui Pemerintah Menurut Sektor Ekonomi Periode Tahun (miliar rupiah) Hasil Penelitian Terdahulu Keterkaitan Sektor Konstruksi Hasil Penelitian Terdahulu Dampak Penyebaran Sektor Konstruksi Hasil Penelitian Terdahulu Multiplier Sektor Konstruksi Struktur Umum Tabel Input-Output Jumlah Tenaga Kera Sektor-Sektor Perekonomian di Indonesia Tahun (orang) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha tahun (miliar rupiah) Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kera Anggaran Pengeluaran Pembangunan Sektor Konstruksi Tahun (miliar rupiah) Nilai Permintaan Akhir, Permintaan Antara dan Jumlah Permintaan di Indonesia Tahun 2003 (uta rupiah) Alokasi Permintaan Sektor Konstruksi di Indonesia Tahun 2003 (uta rupiah)... 59

12 5.3. Struktur Input Sektor Konstruksi di Indonesia Tahun 2003 (uta rupiah) Keterkaitan Sektor Konstruksi di Indonesia Tahun 2003 (uta rupiah) Analisis Dampak Penyebaran Perekonomian Indonesia Tahun Nilai Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kera di Indonesia Tahun Dampak Investasi Sektor Konstruksi Terhadap Perubahan Output (uta rupiah) Dampak Investasi Sektor Konstruksi Terhadap Perubahan Pendapatan (uta rupiah) Dampak Investasi Sektor Konstruksi Terhadap Perubahan Tenaga Kera (orang)... 70

13 DAFTAR GAMBAR 2.1. Kurva Investasi Hubungan Suku Bunga, Investasi, Pengeluaran dan Pendapatan Nasional Kerangka Pemikiran Konseptual... 34

14 DAFTAR LAMPIRAN 1. Tabel Klasifikasi 17 Sektor Tabel Input-Output Indonesia Tabel Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen 17 Sektor Tahun 2003 (uta rupiah) Matriks Koefisien Input Matriks Kebalikan Leontif Terbuka Matriks Kebalikan Leontif Tertutup... 85

15 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang termasuk pembangunan di sektor ekonomi. Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang biasanya diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita (Irawan dan Suparmoko, 1992). Sementara itu menurut Lemhanas (1997) pembangunan ekonomi merupakan kemampuan suatu negara untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara optimal dan efisien sebagai bagian dari suatu sistem perekonomian nasional. Pembangunan ekonomi yang baik dapat meningkatkan keseahteraan masyarakat secara berkesinambungan. Karakter pembangunan baik arah, langkah maupun cara manusia memanfaatkan ditentukan oleh bagaimana suatu negara mengelola investasi sumber dayanya. Hampir di setiap negara, baik negara yang sedang berkembang maupun negara yang sudah mau menadikan kegiatan sektor konstruksi sebagai pemacu pembangunan ekonominya. Hal ini teradi karena sektor konstruksi memiliki keterkaitan yang sangat erat terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya. Menurut BPS (2004) sektor industri pengolahan, sektor pertambangan non migas merupakan sektor-sektor penyedia bahan baku konstruksi, sedangkan sektor pertanian, pertambangan migas dan sektor asa merupakan pengguna hasil kegiatan sektor konstruksi yang cukup besar. Data mengenai kontribusi sektor

16 2 konstruksi terhadap pembangunan ekonomi nasional disaikan pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1.1. Ringkasan Pendapatan Bruto dan Pengeluaran Perusahaan Konstruksi (miliar rupiah) Periode Tahun di Indonesia Uraian * Pendapatan Bruto , , , , ,0 Pekeraan konstruksi , , , , ,1 yang diselesaikan Pendapatan lain 3.929, , , , ,4 Bahan bangunan 532,3 750,3 245,1 183,8 163,4 diselesaikan oleh pemilik Pengeluaran/biaya antara , , , , ,5 Bahan bangunan , , , , ,5 yang dipakai Pemakaian bahan 522,1 588,7 649,7 696,7 760,5 bakar listrik Biaya bahan dan asa lainnya 2.758, , , , ,4 Pekeraan yang 1.668, , , , ,0 disubkontrakkan kepada pihak lain Sumber : BPS, 2005 (a). Keterangan : * : angka sementara. Berdasarkan Tabel 1.1. terlihat bahwa selama periode tahun nilai pendapatan bruto sektor konstruksi mengalami kenaikan. Pada tahun 2002 pendapatan bruto sektor konstruksi senilai Rp 37,5 triliun dengan pertumbuhan sebesar 12,06 %, pada tahun 2003 nilainya menadi sekitar Rp 41,8 triliun dengan pertumbuhan sebesar 11,41 %. Turunnya tingkat pertumbuhan sektor konstruksi tahun 2003 dibandingkan tahun 2002 karena adanya fluktuasi angka pendek perekonomian Indonesia selama tahun Pertumbuhan PDB triwulan IV tahun 2003 dibandingkan dengan PDB triwulan III tahun 2003 menurun sebesar 2,78 %. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh pola musiman di sektor pertanian

17 3 yang turun sebesar 22,29 %, kemudian PDB triwulan III dibanding triwulan II meningkat sebesar 3,04 %, dan PDB triwulan II terhadap triwulan I meningkat sebesar 1,12 %. Demikian uga pada tahun 2004 pertumbuhannya melambat menadi sebesar 6,55 % dengan nilai pendapatan bruto sekitar Rp 44,5 triliun, ini disebabkan oleh peningkatan PDB Indonesia pada triwulan I tahun 2004 sebesar 3,54 persen dibandingkan triwulan IV tahun 2003 hanya teradi pada beberapa sektor ekonomi yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan-hotel-restoran, sektor industri pengolahan, sektor keuangan, sektor asa-asa dan sektor pengangkutankomunikasi. Pada periode tahun pertumbuhan sektor konstruksi terhadap PDB rata-rata sebesar 8,16%. Sealan dengan kenaikan nilai pendapatan bruto, biaya antara (biaya bahan bangunan dan bahan lainnya) uga mengalami pola yang sama, dimana pada periode tahun 2000 sampai 2004 mengalami peningkatan 7,25% per tahun. Jika pada tahun 2002 biaya antaranya senilai Rp 19,8 triliun, pada tahun 2003 menadi Rp 21,2 triliun dan pada tahun 2004 naik menadi Rp 22,2 triliun. Peningkatan sektor konstruksi atau bangunan uga tercermin dari perkembangan konsumsi bahan-bahan bangunan yang dipakai. Dari Tabel 1.1. di atas terlihat bahwa selama tahun 2000 hingga 2004 bahan bangunan ynag dipakai memiliki trend naik. Pada tahun 2002 nilai bahan bangunan yang dipakai sekitar Rp 14,5 triliun dengan pertumbuhan sebesar 12,75 %, sedangkan tahun 2003 nilainya mengalami peningkatan menadi Rp 16,2 triliun dengan pertumbuhan

18 4 sebesar 11,73 %, dan data sementara tahun 2004 nilainya kembali meningkat menadi Rp, 17,2 triliun dengan pertumbuhan yang melambat yaitu sebesar 6,32 %. Tabel 1.2. Perkembangan Jumlah Perusahaan, Karyawan Tetap dan Nilai Konstruksi yang Diselesaikan Tahun di Indonesia Uraian * Jumlah perusahaan Jumlah karyawan tetap (orang) Nilai konstruksi , , , , ,1 (miliar rupiah) Sumber : BPS, 2005 (b). Keterangan : * : angka sementara. Berdasarkan Tabel 1.2. tampak bahwa peningkatan umlah perusahaan konstruksi berimplikasi pada peningkatan umlah karyawan tetap yang diserap. Pada tahun 2004 umlah perusahaan konstruksi yang beroperasi di Indonesia sekitar 81 ribu perusahaan dan umlah karyawan tetap yang diserap pada tahun yang sama sebanyak 379 ribu orang. Selama periode tahun 2000 hingga 2004 umlah karyawan tetap yang diserap oleh sektor konstruksi memiliki trend naik dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 3,75 %. Di samping tenaga kera tetap uga tidak kalah penting adalah penyerapan tenaga kera harian lepas, seperti tukang batu, tukang kayu, tukang gali, tukang cat dan lain sebagainya, ini menunukkan bahwa sektor konstruksi memiliki peran yang signifikan dalam penyerapan tenaga kera Selain itu, nilai konstruksi yang diselesaikan setiap tahun uga mengalami peningkatan. Ini menunukkan bahwa kebutuhan bangsa Indonesia akan sektor konstruksi memang sangat besar untuk menunang kegiatan perekonomiannya.

19 5 Jika pada tahun 2002 nilai konstruksi mencapai sekitar Rp 35,0 triliun, pada tahun 2003 menadi sekitar Rp 39,0 triliun dan tahun 2004 meningkat menadi sebesar Rp 41,9 triliun. Pertumbuhan rata-rata nilai konstruksi selama periode tahun 2000 hingga 2004 adalah sekitar 10,25 %. Namun peningkatan pendapatan bruto dan penyerapan tenga kera, serta peningkatan nilai output di sektor konstruksi ini belum didukung oleh tingkat investasi yang memadai untuk menghasilkan pembangunan yang optimal khususnya di sektor konstruksi. Infrastruktur merupakan bagian dari output yang dihasilkan oleh sektor konstruksi. Studi yang dilakukan oleh Bank Dunia memperkirakan bahwa untuk mendukung lau pembangunan secara berkelanutan, antara tahun Indonesia membutuhkan dana investasi sekitar US $ 200 miliar bagi perluasan infrastruktur ekonomi (Ramelan, 1997) Permasalahan Indonesia dengan umlah penduduk yang besar sangat membutuhkan sektor konstruksi untuk memperlancar kegiatan perekonomiannya. Selain itu diperkirakan dampak multiplier kegiatan di sektor konstruksi sangat besar, seak dari proses perizinan, pembebasan tanah, perencanaan, pembiayaan, rancangan bangunan dan lain sebagainya. Setiap tahapan dari aktivitas sektor konstruksi melibatkan berbagai asa profesi dan usaha, antara lain ahli hukum, peabat pertanahan, biro perencanaan, konsultan teknik, biro arsitek, akuntan dan kontraktor.

20 6 Adanya keterkaitan ke depan dan ke belakang (forward and backward linkages) kegiatan sektor konstruksi dengan berbagai sektor ekonomi lainnya teradi pada setiap tahapan tadi. Keterkaitan sektor konstruksi dengan berbagai sektor ekonomi lain teradi pula pada berbagai sektor hulu hingga hilirnya. Menurut Ismail dalam Rafitas (2005) untuk membangun sektor konstruksi dibutuhkan utaan pekera, ratusan uta ton semen, puluhan uta meter persegi keramik, puluhan uta meter kabel, dan lain-lain. Pengadaan dan pengembangan infrastruktur merupakan bagian dari sektor konstruksi yang sering mendapat perhatian dari para investor. Indonesia harus menyadari bahwa keadaan infrastruktur negeri ini masih kurang memadai untuk menopang perekonomian nasional. Untuk menutup hutang luar negeri yang besar kita harus memacu ekspor dan menarik investor asing. Namun bagaimana kita dapat menarik investor asing secara besar-besaran ika kondisi infrastruktur masih kurang memadai. Perkembangan infrastruktur dengan pembangunan ekonomi mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan satu sama lain. Perbaikan infrastruktur pada umumnya akan dapat meningkatkan mobilitas penduduk, meningkatkan kualitas dan kuantitas berbagai prasarana pembangunan, semakin tingginya kecepatan pengangkutan barang-barang, dan perbaikan kualitas dari asa-asa pengangkutan tersebut. Salah satu contoh infrastruktur yang berpengaruh besar terhadap perekonomian suatu daerah adalah pengadaan alan. Menurut Basri (2001) infrastruktruktur alan yang baik akan meningkatkan rangsangan peningkatan pendapatan masyarakatnya, karena aktivitas ekonomi yang meningkat sebagai

21 7 akibat mobilitas faktor produksi dan aktivitas perdagangan daerah tersebut yang semakin tinggi. Berikut disaikan tabel perkembangan beberapa nilai konstruksi yang diselesaikan menurut enis pekeraan di Indonesia periode tahun Tabel 1.3. Perkembangan Beberapa Nilai Konstruksi Yang Diselesaikan Menurut Jenis Pekeraan di Indonesia Periode Tahun (uta rupiah) No. Jenis Pekeraan Bangunan tempat tinggal Bangunan bukan tempat tinggal 3. Pemasangan listrik Pekeraan alan dan embatan Pekeraan lapangan terbang, pelabuhan dan terminal Sumber: BPS, 2005 (b). Dari Tabel 1.3. terlihat bahwa nilai konstruksi dari berbgai enis pekeraan tersebut memiliki nilai pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan rata-rata nilai bangunan tempat tinggal adalah 17,00 %, bangunan bukan tempat tinggal 9,94%, pemasangan listrik 2,24 %, pekeraan alan dan embatan 10,08 %, sedangkan lapangan terbang, pelabuhan dan terminal memiliki nilai pertumbuhan rata-rata paling besar yaitu 52,85 %, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai konstruksi yang diselesaikan pada periode mengalami trend naik. Hal ini akan memberikan dampak baik secara langsung maupun tidak langsung bagi perekonomian nasional. Jalan yang dibangun sebagai prasarana sangat bermanfaat bagi investor yang bermaksud membangun suatu pabrik, dengan didirikannya pabrik tersebut maka akan meningkatkan kesempatan kera bagi masyarakat dan akan meningkatkan pendapatan daerah tersebut. Selain itu alan uga sangat bermanfaat bagi pengusaha yang akan membangun perusahaan

22 8 angkutan, secara tidak langsung hal ini akan membantu perkembangan kegiatan ekonomi yang lain. Demikian uga dengan pembangunan embatan, lapangan terbang, pelabuhan dan terminal secara langsung akan meningkatkan penyerapan tenaga kera, dan akhirnya akan meningkatkan pendapatan daerah tersebut. Selain itu pembangunan embatan, lapangan terbang, dan pelabuhan akan menyebabkan arus distribusi barang di suatu daerah akan semakin lancar, yang selanutnya akan berpengaruh positif bagi perkembangan daerah tersebut. Namun di sisi lain, ika dilihat dari tingkat investasi terutama Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sektor konstruksi masih sangat rendah, ini menunukkan bahwa masih rendahnya perhatian yang diberikan pemerintah pada sektor konstruksi. Tabel 1.4. Perkembangan Nilai PMDN Yang Telah Disetuui Pemerintah Menurut Sektor Ekonomi (miliar rupiah) Periode Tahun No. Sektor ekonomi 2003* 2004** 1. Pertanian, perburuan, kehutanan dan perikanan 1.929, ,9 2. Pertambangan dan penggalian 752,8 662,4 3. Perindustrian , ,5 4. Listrik, gas dan air 466, ,5 5. Konstruksi 1.773, ,0 6. Perdagangan, restoran dan hotel 974,4 764,1 7. Transport, pergudangan dan perhubungan 2.022, ,7 8. Lembaga keuangan, perasuransian, real estate dan asa 1,4 - perusahaan 9. Jasa-asa 122, Total , ,4 Sumber: BPS, 2005 (a). Keterangan: (*) : angka sementara, (**): angka sangat sementara. Berdasarkan Tabel 1.4. diketahui bahwa PMDN sektor konstruksi tahun 2003 bernilai sekitar Rp 1,7 triliun atau hanya sekitar 4 % dari PMDN sektor

23 9 perindustrian pada tahun yang sama. Sedangkan pada tahun 2004 nilai PMDN sektor konstruksi malah mengalami penurunan sehingga hanya bernilai Rp 1,4 triliun atau sekitar 7 % dari nilai PMDN sektor perindustrian. Rendahnya nilai PMDN sektor konstruksi akan berpengaruh pada sektor perekonomian yang lain, ini disebabkan oleh peranan sektor konstruksi yang penting sebagai pemacu perkembangan sektor lain. Oleh karena itu investasi sektor konstruksi harus lebih ditingkatkan agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan keseahteraan masyarakat. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dalam menganalisis dampak investasi sektor konstruksi terhadap perekonomian Indonesia yaitu: (1.) besar kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran sektor konstruksi di Indonesia; (2.) besar efek multiplier yang dihasilkan oleh sektor konstruksi yang meliputi sisi output, pendapatan dan tenaga kera di Indonesia; (3.) besar dampak investasi sektor konstruksi terhadap perekonomian Indonesia baik dari sisi output, pendapatan maupun penyerapan tenaga kera di Indonesia Tuuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tuuan dari penelitian ini adalah: 1. menganalisis nilai kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran sektor konstruksi di Indonesia;

24 10 2. menganalisis efek multiplier yang dihasilkan oleh sektor konstruksi yang meliputi sisi output, pendapatan dan tenaga kera; 3. menganalisis dampak investasi sektor konstruksi terhadap perekonomian Indonesia baik dari sisi output, pendapatan maupun penyerapan tenaga kera di Indonesia Kegunaan Penelitian Ada tiga kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini. 1. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan tentang perkembangan sektor konstruksi terhadap perekonomian Indonesia. 2. Bagi pembaca, untuk menambah informasi dan wawasan tentang perkembangan investasi, khususnya investasi pada sektor konstruksi. 3. Bagi pemerintah dan swasta dapat diadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan agar dapat meningkatkan kinera sektor konstruksi, sehingga diharapkan perkembangan sektor konstruksi akan lebih baik di masa yang akan datang Ruang Lingkup Penelitian Penelitian mengenai analisis investasi sektor konstruksi terhadap perekonomian Indonesia ini menggunakan data yang terdapat pada Tabel Input- Output Indonesia tahun Oleh karena itu penelitian ini memiliki keterbatasan karena analisis yang dilakukan mencakup wilayah nasional atau secara umum, tidak memperhatikan wilayah khusus atau regional. Penelitian ini lebih

25 11 menekankan pada bagaimana dampak kenaikan investasi sektor konstruksi terhadap perekonomian nasional. Besarnya kenaikan investasi sektor konstruksi ini diperoleh dari persentase kenaikan anggaran belana pembangunan di sektor konstruksi selama periode tahun , berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini mengasumsikan kenaikan investasi sektor konstruksi sebesar 28,73 % dari nilai investasi sektor konstruksi pada Tabel Input-Output Indonesia tahun 2003, sehingga diperoleh nilai kenaikan investasinya sebesar Rp Penulis mengharapkan di masa yang akan datang ada penelitian yang lebih lanut dan spesifik baik dari segi wilayah maupun dari segi subsektor sektor konstruksi itu sendiri agar dapat dianalisis dampaknya dengan lebih rinci.

26 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Investasi Dalam Pembangunan Investasi sering memiliki pengertian yang berbeda-beda di kalangan masyarakat atau para ahli ekonomi. Menurut Suratman (2002) investasi atau penanaman modal menyangkut penggunaan sumber-sumber yang diharapkan akan memberikan imbalan (pengembalian) yang menguntungkan di masa yang akan datang. Investasi uga dapat diartikan sebagai penggunaan sumber keuangan atau usaha dalam waktu tertentu dari setiap orang yang menginginkan keuntungan darinya. Menurut Mulana (1995) pembangunan dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat, semua kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun masyarakat merupakan investasi. Pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah umumnya bersifat infrastuktur atau prasarana yaitu bangunan fisik atau lembaga yang mempunyai fungsi yang esensial sebagai pembuka peluang dan pendukung kegiatan-kegiatan produksi, logistik dan pemasaran barang dan asa serta kegiatan lain dalam bidang ekonomi, sosial budaya, politik dan pertahanan dan keamanan. Sementara pembangunan yang dilaksanakan oleh masyarakat umumnya bersifat directly producing atau yang langsung menghasilkan barang dan asa untuk memenuhi permintaan konsumen, baik perorangan, rumah tangga maupun industri. Secara umum tuuan dari keputusan investasi khususnya investasi yang

27 13 berorientasi laba adalah untuk memaksimumkan tingkat keuntungan perusahaan Investasi itu sendiri dapat dibedakan menadi tiga golongan yaitu; (1) investasi yang tidak menghasilkan laba, (2) investasi yang tidak dapat diukur labanya, (3) investasi yang dapat diukur dari labanya Teori Investasi Setiap pelaku ekonomi selalu ingin menambah investasi, agar investasi menguntungkan hasil penerimaan dari kenaikan produksi barang atau asa di masa depan harus melebihi biaya pembayarannya. Jika suku bunga meningkat maka akan lebih sedikit investasi yang menguntungkan, dan umlah barang-barang investasi yang diminta akan mengalami penurunan. Para ekonom membedakan antara tingkat bunga nominal dan tingkat bunga riil. Tingkat bunga nominal (nominal interest rate) adalah tingkat bunga yang biasa dilaporkan, itulah tingkat bunga yang dibayar investor ketika meminam uang. Tingkat bunga riil mengukur biaya pinaman yang sebenarnya oleh karena itu ia menentukan tingkat investasi. Sedangkan tingkat bunga riil (real interest rate) adalah tingkat bunga nominal yang dikoreksi karena pengaruh inflasi. Persamaan yang menggambarkan hubungan antara tingkat inflasi dengan suku bunga rii adalah: I = I(r) (2.1) Menurut Mankiw (2000) investasi bergantung pada tingkat bunga riil karena tingkat bunga adalah biaya pinaman. Berikut ini adalah kurva yang

28 14 menggambarkan hubungan antara umlah investasi (I) pada suku bunga riil (r) tertentu. Suku Bunga Riil (r) Fungsi Investasi I (r) Nilai investasi (I) Sumber: Mankiw (2000). Gambar 2.1. Kurva Investasi Dari Gambar 2.1. terlihat bahwa kurva investasi memiliki slope negatif, sehingga ika suku bunga naik maka akan semakin sedikit proyek investasi yang menguntungkan. Salah satu faktor yang bisa meningkatkan permintaan investasi adalah inovasi teknologi. Sebelum menikmati manfaat inovasi, perusahaan dan rumah tangga harus membayar barang-barang investasi. Penemuan alan tol tidak bernilai sampai mobil diproduksi dan alur alan dibuat. Gagasan tentang komputer tidak produktif sampai komputer berhasil diproduksi. Jadi, inovasi teknologi akan meningkatkan permintaan investasi. Permintaan investasi uga bisa berubah karena pemerintah mendorong atau membatasi investasi melalui undang-undang paak. Jika pemerintah menaikkan paak pendapatan perseorangan dan menggunakan penerimaan tambahan untuk memberlakukan pemotongan paak bagi orang-orang yang ingin menginvestasikan

29 15 dananya dalam modal baru, ini akan membuat lebih banyak proyek investasi yang menguntungkan. AE AE=Y AE 2 AE 1 Y 1 Y 2 Y r r r 1 r 1 r 2 r 2 IS I 1 I 2 I Y 1 Y 2 Y Gambar 2.2. Hubungan Suku Bunga, Investasi, Pengeluaran dan Pendapatan Nasional Sumber: Mankiw (2000). Berdasarkan Gambar 2.2. tampak bahwa kurva investasi dan suku bunga berslope negatif sehingga penurunan suku bunga (r) akan meningkatkan investasi dari I 1 ke I 2. Peningkatan investasi ini mengakibatkan pengeluaran akan meningkat dari AE 1 ke AE 2 dan pada akhirnya peningkatan pengeluaran ini akan menyebabkan peningkatan pendapatan nasional yaitu dari Y 1 ke Y 2. Di sisi lain ika teradi kenaikan dalam tingkat bunga akan menyebabkan rumah tangga mengkonsumsi lebih sedikit dan menabung lebih banyak. Penurunan dalam konsumsi membuat sumber daya bisa diinvestasikan, sehingga investasi akan mengalami peningkatan.

30 Hasil Penelitian Terdahulu Analisis Input-Output Penelitian dengan Analisis Input-Output pada umumnya memiliki tuuan yang sama yaitu mempelaari keterkaitan antar sektor, dampak penyebaran dan nilai multiplier sektor perekonomian suatu daerah. Dalam rangka mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sektor konstruksi sebagai roda penggerak ekonomi memiliki peran yang sangat penting dan strategis. Mengingat pentingnya peran sektor konstruksi, maka perlu mengestimasi nilai kontribusi sektor konstruksi terhadap perekonomian nasional, Berikut data hasil penelitian terdahulu di Indonesia, Naggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Jawa Tengah dengan menggunakan Analisis Input-Output. Tabel 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu Keterkaitan Sektor Konstruksi Lokasi Penelitian Tahun yang Diteliti Keterkaitan Langsung ke Depan Keterkaitan Tidak Langsung ke Depan Keterkaitan Langsung ke Belakang Keterkaitan Tidak Langsung ke Belakang Indonesia ,257 1,356 0,488 1,749 N A D ,257 0, ,713 Jawa Tengah ,693 1,119 0,404 1,574 Sumber: 1. Ilmalia, 2005, 2. Prastyoningroom, 2005, 3. Mustikasari, Berdasarkan Tabel 2.1. yang disaikan di atas terlihat bahwa nilai keterkaitan tidak langsung ke depan sektor konstruksi di ketiga lokasi penelitian lebih besar bila dibandingkan dengan nilai keterkaitan langsung ke depannya, masing-masing bernilai 1,356; 0,476 dan 1,119. Angka-angka tersebut menunukkan bahwa ika teradi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan pada sektor konstruksi maka akan berdampak secara tidak langsung dalam pengalokasian output sektor tersebut ke sektor-sektor lain maupun ke sektor itu

31 17 sendiri sebesar nilai keterkaitannya. Sementara ika dilihat dari nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang, penelitian yang memiliki nilai keterkaitan terbesar adalah hasil penelitian Ilmalia (2005) di Indonesia yaitu sebesar 1,749 artinya ika teradi kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan maka sektor konstruksi ini akan membutuhkan input dari sektor lain secara tidak langsung sebesar nilai keterkaitan tersebut. Tabel 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu Dampak Penyebaran Sektor Konstruksi Lokasi Tahun Yang Koefisien Penyebaran Kepekaan Penyebaran Penelitian Diteliti Indonesia ,116 0,865 N A D ,222 0,954 Jawa Tengah ,144 0,814 Sumber: 1. Ilmalia, 2005, 2. Prastyoningroom, 2005, 3. Mustikasari, Berdasarkan Tabel 2.2. terlihat bahwa untuk ketiga lokasi penelitian nilai koefisien penyebarannya lebih besar dari satu, ini menunukkan bahwa sektor konstruksi ini mempunyai kemampuan yang baik untuk menarik sektor hulunya. Nilai koefisien penyebaran terbesar adalah hasil penelitian Prastyoningroom (2005) di NAD yaitu sebesar 1,222 ini berarti ika teradi kenaikan permintaan akhir sektor konstruksi sebesar satu satuan nilai maka akan menarik pertumbuhan sektor hulunya sebesar nilai koefisiennya. Sedangkan bila nilai kepekaan penyebaran kurang dari satu artinya sektor tersebut memiliki kemampuan yang rendah untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Nilai kepekaan penyebaran terbesar diperoleh Propinsi NAD yaitu 0,954 ini artinya ika teradi kenaikan permintaan akhir sektor konstruksi sebesar satu satuan di NAD akan mendorong pertumbuhan sektor hilirnya sebesar nilai kepekaan penyebarannya.

32 18 Pada Tabel 2.3. terlihat bahwa analisis multiplier sektor konstruksi pada sisi output, pendapatan dan tenaga kera hasil penelitian Ilmalia (2005) di Indonesia paling besar diantara penelitian lainnya. Nilai-nilai multiplier tersebut menunukkan kemampuan sektor konstruksi dalam mendorong peningkatan output, pendapatan dan tenaga kera. Tabel 2.3. Hasil Penelitian Terdahulu Multiplier Sektor Konstruksi Penelitian Lokasi Penelitian Tahun yang Diteliti Tipe I Multiplier Output Tipe II Multiplier Pendapatan Tipe I Tipe II Multiplier Tenaga Kera Tipe Tipe I II Indonesia ,749 2,208 1,565 1,975 1,860 2,916 N A D ,713-0,227-0,031 - Jawa Tengah ,573 1,954 1,428 1,725 1,659 2,159 Sumber: 1. Ilmalia, 2005, 2. Prastyoningroom, 2005, 3. Mustikasari, Perbedaan yang mendasar dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini memfokuskan pada sektor konstruksi atau bangunan dan dampak investasinya terhadap perekonomian Indonesia. Selama ini belum ada yang meneliti sektor konstruksi secara khusus, melainkan hanya mengkaitkan sektor-sektor lain dengan sektor konstruksi, yaitu Ilmalia (2005) Analisis Peranan Sektor Pendidikan Terhadap Perekonomian Indonesia, Prastyoningroom (2005) tentang Dampak Bencana Gempa Bumi Dan Tsunami Terhadap Perekonomian Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dan Mustikasari (2005) membahas Peran Sektor Industri Pengolahan Dalam Perekonomian Di Propinsi Jawa Tengah.

33 Hasil Penelitian Terdahulu Sektor Konstruksi Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) uga melakukan kaian sektor konstruksi khususnya infrastruktur. Dalam mencari kontribusi agregat, dihitung nilai moneter dari setiap peningkatan investasi infrastruktur sebesar 10 %. Data yang digunakan dalam mensimulasi dampak dari peningkatan investasi sebesar 10 % merupakan data dari tahun 2001 sampai Kaian dilakukan dengan menggabungkan kaian-kaian sebelumnya yang telah meneliti peran infrastruktur dari berbagai aspek namun masih secara parsial. Dari rencana strategis Kimpraswil diketahui bahwa tuuan obyektif ekonomi dari pembangunan infrastruktur kimpraswil meliputi dukungan ketahanan pangan, dukungan kelancaran distribusi hasil produksi dan penciptaan lapangan kera serta peluang usaha. Dalam kaian ini, sektor-sektor yang diikutsertakan adalah sektor transportasi (alan dan embatan), sektor SDA (irigasi), sektor perkotaan perdesaan (air bersih dan sanitasi), serta sektor perumahan dan permukiman. Pembangunan aringan irigasi telah membantu peningkatan produktivitas sawah secara signifikan dengan menamin ketersediaan air. Sawah konvensional pada umumnya menghasilkan 9 ton per hektar per tahun dengan masa panen dua kali setahun, sementara penggunaan benih hibrida yang telah dilakukan oleh banyak petani dapat meningkatkan produktivitas menadi 6-8 ton per hektar per panen. Maka, dapat dilihat bahwa produktivitas rata-rata sawah irigasi di Indonesia adalah sebesar 11,5 ton per hektar per tahun. Pembangunan aringan irigasi membutuhkan biaya sebesar Rp 4 uta per hektar dengan biaya perawatan dan operasional sebesar Rp 1 uta per hektar per tahun.

34 20 Dalam kaian ini, investasi yang dihitung hanya biaya pembangunan dan biaya perawatan dalam tahun pertama agar dapat digabungkan dengan data lainnya. Berdasarkan hal itu, maka diketahui bahwa setiap Rp 5 uta investasi irigasi dapat memproduksi 11,5 ton beras. Dari umlah produksi tersebut, kemudian nilainya diukur menggunakan harga dasar gabah yang ditetapkan Bulog yaitu sebesar Rp per kg, sehingga nilai total pendapatan adalah Rp Untuk setiap Rp 5 uta investasi di sektor infrastruktur, kontribusi terhadap ekonomi nasional melalui dukungan ketahanan pangan adalah sebesar Rp Apabila dikonversikan untuk menunukkan kontribusi setiap investasi sebesar Rp 1, nilai kontribusinya adalah sebesar Rp 3,45. Penghematan biaya pengguna alan sebesar 1 %, diperlukan peningkatan investasi prasarana alan sebesar 79,6 %. Efek dari pengurangan biaya pengguna alan terhadap perekonomian nasional dari hasil analisis diperoleh pengurangan biaya pengguna alan sebesar 1 % dapat meningkatkan PDRB rata-rata sebesar 0,99 %. Untuk mempermudah kaian kontribusi lewat dukungan kelancaran hasil produksi diubah menadi nilai untuk setiap peningkatan investasi alan sebesar 10%, sehingga kontribusi dari peningkatan investasi alan sebesar 10 % terhadap PDRB adalah sebesar 0,12 %. Kesempatan kera dan peluang usaha yang diciptakan melalui proses konstruksi dapat diukur dengan menganalisa efek multiplier, berdasarkan simulasi diketahui bahwa dengan peningkatan investasi sebesar 10 % dari anggaran infrastruktur secara rata-rata akan mendorong pertumbuhan PDRB dari segi

35 21 penyerapan tenaga kera di sektor konstruksi dan penciptaan peluang usaha pada sektor-sektor lainnya sebesar 0,32 %. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil kaian tersebut adalah kontribusi agregat untuk investasi sebesar Rp 1 di sektor infrastruktur pada ekonomi nasional adalah sebesar Rp3,64. Kontribusi diperoleh melalui dukungan terhadap kelancaran distribusi hasil produksi, ketahanan pangan, dan penciptaan lapangan kera, serta peluang usaha di sektor terkait konstruksi. Uraian tersebut menunukkan seberapa besar kontribusi sektor konstruksi khususnya bidang Kimpraswil sebagai satu sistem dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Peran tersebut pada kenyataannya cukup signifikan, disamping uga dapat mengurangi angka pengangguran dan lesunya aktifitas perekonomian serta menciptakan lapangan kera baru. Pemerintah pusat dan daerah masih mempunyai tanggung awab untuk menyelenggarakan pelayanan infrastruktur dasar yang masih bersifat public goods, berdasarkan prinsip optimal dari kepentingan publik dan investor Kerangka Pemikiran Teoritis Teori dan Model Input-Output Input-output merupakan teknik baru yang diperkenalkan oleh Wassily W. Leontif pada tahun 1930-an. Teknik ini dipergunakan untuk menelaah hubungan antar industri dalam memahami saling ketergantungan dan kompleksitas perekonomian serta kondisi untuk mempertahankan keseimbangan antara penawaran dan permintaan. Pada hakikatnya, analisa input-output mengandung arti bahwa dalam ekuilibrium, umlah nilai uang output agregat dari keseluruhan

36 22 perekonomian harus sama dengan umlah nilai uang input antar industri dan umlah uang output antar industri (Jhingan, 2004). Semenak dirintis oleh Leontif input-output adalah metode yang paling luas diterima, tidak hanya untuk mendeskripsikan struktur industri suatu perekonomian saa tetapi uga untuk memprediksi perubahan-perubahan struktur tersebut. Karakteristik dari Tabel Input-Output diantaranya adalah: (1) Keseluruhan perekonomian dibagi ke dalam dua sektor yaitu sektor antar industri dan sektor permintaan akhir, yang masing-masing dibagi ke dalam subsektor; (2) Output total setiap sektor antar industri pada umumnya dapat digunakan sebagai input oleh sektor industri lain, oleh sektor itu sendiri dan oleh sektor permintaan akhir; (3) Masing-masing industri hanya memproduksi satu produk homogen; (4) Harga, permintaan konsumen dan persediaan faktor adalah tertentu; (5) Perbandingan antara hasil dan skala bersifat konstan; (6) Di dalam produksi tidak terdapat ekonomi dan disekonomi eksternal; (7) Kombinasi input diterapkan dalam proporsi yang ditetapkan secara ketat, proporsi input terhadap output senantiasa konstan. Menurut Nazara (1997) teknologi produksi yang digunakan oleh perekonomian memegang peranan penting dalam analisis Input-Output, khususnyan tekonologi dalam penggunaan input antara. Input primer dianggap sebagai variabel eksogen dan permintaan akhirsebagai variabel endogen. Secara umum tabel input-output itu sendiri dapat dibagi ke dalam 4 kuadran yaitu;

37 23 1. Kuadran I (Intermediate Quadrant) merupakan kuadran transaksi antara, yaitu transakasi barang dan asa yang digunakan dalam proses produksi. 2. Kuadran II (Final Demand Quadrant) menunukkan penualan barang dan asa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. 3. Kuadran III (Primary Input Quadrant) menunukkan pembelian input yang dihasilkan di luar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. 4. Kuadran IV (Primary Input-Final Demand Quadrant) menunukkan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui kuadran antara. Menurut Jhingan (2004) PBB telah mengkai beberapa penggunaan model Input-Output dalam perencanaan pembangunan. 1. Model-model ini memberikan kepada masing-masing bidang perekonomian perkiraan tentang produksi dan tingkat impor yang sesuai satu sama lain dan sesuai dengan perkiraan permintaan akhir. 2. Solusi model ini membantu di dalam pengalokasian investasi yang diperlukan untuk mencapai tingkat produksi dan model ini memberikan pengetesan yang lebih taam mengenai kecukupan sumber investasi yang tersedia. 3. Kebutuhan akan buruh terdidik uga dapat dievaluasi dengan cara yang sama. 4. Dengan adanya pengetahuan tentang penggunaan bahan baku impor dan kemungkinan substitusi yang rendah.

38 24 5. Sebagai imbalan terhadap kebutuhan langsung akan modal, buruh dan impor, kebutuhan tidak langsung pada sektor-sektor lain perekonomian uga dapat diperkirakan. 6. Model input-output secara regional uga dapat dibuat untuk tuuan perencanaan, menganalisis implikasi program pembangunan wilayah tertentu dan untuk perekonomian secara keseluruhan Struktur Tabel Input-Output Menurut Glasson (1977) Tabel Input-Output adalah suatu kelompok akun mengenai suatu perekonomian wilayah atau negara yang biasanya dalam bentuk moneter. Kerangka tabel input-output biasanya adalah suatu matriks berukuran n X n dimensi yang dibagi menadi 4 bagian dan tiap bagian mendeskripsikan suatu hubungan tertentu. Keseluruhan sistem adalah suatu seri yang mengkorelasikan baris (output) dan kolom (input). Isian sepanang baris ke-i menunukkan pengalokasian output yang dihasilkan sektor-i untuk memenuhi permintaan antara sektor-sektor lainnya dan permintaan akhir. Isian sepanang kolom ke- menunukkan struktur input yang digunakan oleh sektor- dalam proses produksinya, baik input antara maupun input primer. Suatu sektor yang memproduksi output akan mendistribusikan output tersebut kepada dua pemakai yaitu (1) sektor produksi yang menggunakan sebagai bahan baku atau input antara dan (2) pemakai akhir yang menggunakan output tersebut sebagai permintaan akhir. Perpindahan input antara bukan hanya teradi dari suatu sektor ke sektor yang lain, melainkan uga terhadap sektor itu sendiri atau yang disebut dengan perpindahan intrasektor. Jika nilai uang arus barang dari

39 25 sektor i ke sektor diberi notasi z i, total output sektor i diberi notasi X i dan total permintaan akhir dari sektor i diberi notasi Y i, maka persamaan output total sektor i dapat dituliskan sebagai berikut: X i = z i1 + z i2 + z i3 + + z in + Y i. (2.2) Output sektor i tersebut dialokasikan ke sektor-sektor produksi lain dan ke pemakai akhir. Jika dalam suatu perekonomian terdapat n sektor, maka akan terdapat n persamaan seperti persamaan (3.1) untuk seluruh sektor dalam perekonomian tersebut, yaitu: X 1 = z 11 + z 12 + z z 1n + Y 1, X 2 = z 21 + z 22 + z z 2n + Y 2, Μ X n = z n1 + z n2 + zn z nn + Y n. (2.3) Berdasarkan persamaan di atas dapat disusun suatu vektor kolom. Dimana vektor kolom z dalam suatu persamaan disaikan sebagai berikut: z 1i z 2i Μ z ni. (2.4) Vektor kolom di atas menunukkan struktur input sektor 1 dimana koefisien z 1i mencerminkan umlah input yang diperlukan sektor i yang berasal dari sektor i, demikian uga z 2i merupakan umlah input sektor i yang berasal dari sektor 2. sektor produksi ini membutuhkan input lain yang biasa disebut input promer. Faktor produksi tenaga kera, tanah dan modal merupakan contoh input

40 26 primer. Balas asa dari faktor-faktor produksi tersebut yaitu upah atau gai, sewa tanah dan bunga modal merupakan nilai tambah proses produksi tersebut. Dalam suatu perekonomian selain menggunakan input primer dan input antara proses produksi terkadang uga membutuhkan input yang berasal dari luar negeri yang biasa disebut dengan barang impor. Asumsikan dalam perekonomian hanya terdapat 2 sektor produksi yaitu sektor 1 dan sektor 2, terdapat 4 komponen permintaan akhir yaitu konsumsi rumah tangga (C), investasi perusahaan (I), pengeluaran pemerintah (G) dan pengeluaran ekspor (E). Faktor produksi yang digunakan dalam perekonomian itu hanya ada 2 yaitu tenaga kera (L) dan kapital (N), sedangkan sektor produksi yang membeli input dari luar negeri diberi notasi M. Tabel 2.4. Struktur Umum Tabel Input-Output Sektor 1 Produksi 2 Sektor Produksi Permintaan Akhir Total Output 1 2 C I G E X z 11 z 12 C 1 I 1 G 1 E 1 X 1 z 21 z 22 C 2 I 2 G 2 E 2 X 2 Nilai L L 1 L 2 L C L I L G L E L Tambah N N 1 N 2 N C N I N G N E N Impor M M 1 M 2 M C M I M G M E M Total Input X X 1 X 2 C I G E X Sumber: Miller dan Blair (1985) Dari Tabel 2.4. terlihat bahwa total output yang diproduksi pada perekonomian tersebut dapat diperoleh dengan menumlahkan baris secara horizontal yaitu dengan persamaan: X = X 1 + X 2 + C + I + G + E. (2.5)

41 27 Nilai total input perekonomian itu sendiri dapat diketahui dari penumlahan kolom ke bawah yaitu dengan persamaan: X = X 1 + X 2 + L + N + M. (2.6) Dalam Tabel Input-Output berlaku hukum keseimbangan sehingga total input yang digunakan akan sama dengan total output yang dihasilkan. Hal ini dapat ditulis dalam persamaan berikut: X 1 + X 2 + L + N + M = X. X 1 + X 2 + C + I + G + E. (2.7) Dengan mengeliminasi variabel yang sama maka akan dapat diperoleh persamaan berikut: L + N = C + I + G + (E M). (2.8) Pada Tabel 2.4. matriks dengan elemen kelompok di kiri atas disebut dengan matriks input antara, sehingga dapat dibuat suatu matriks input antara (Z) yang isinya: z 11 z 12 Z = (2.9) z 21 z 22. Matriks dengan elemen kelompok di kiri bawah disebut dengan matriks input primer. Matriks ini berisi balas asa faktor produksi masing-masing sektor dalam perekonomian, sehingga dapat dibuat suatu matriks input primer (W) yang isinya:

ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN

ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN OLEH HASNI H14102023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H14050184 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT)

PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT) M-4 PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT) Arif Rahman Hakim 1), Rai Rake Setiawan 2), Muhammad Safar Nasir 3), Suripto 4), Uswatun Khasanah 5) 1,2,3,4,5) Prodi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Input-Output Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antar semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Definisi Industri Negara-negara berkembang berkeyakinan bahwa sektor industri mampu mengatasi masalah-masalah perekonomian, dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT

ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH MIMI MARYADI H14103117 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output)

ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output) ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output) OLEH DWI PANGASTUTI UJIANI H14102028 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, pemerintah mempunyai berbagai kekuasaan untuk mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu produk, menetapkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan

Lebih terperinci

M-3 SEKTOR TERSIER DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT)

M-3 SEKTOR TERSIER DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT) M-3 SEKTOR TERSIER DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT) Arif Rahman Hakim 1), Mita Adhisti 2), Rifki Khoirudin 3), Lestari Sukarniati 4), Suripto 5) 1,2,3,4,5) Prodi Ekonomi Pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TIMUR: ANALISIS INPUT-OUTPUT

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TIMUR: ANALISIS INPUT-OUTPUT ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TIMUR: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH TRIYANTO WIBOWO H14053207 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN KARAWANG PERIODE Penerapan Analisis Shift-Share. Oleh MAHILA H

PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN KARAWANG PERIODE Penerapan Analisis Shift-Share. Oleh MAHILA H PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN KARAWANG PERIODE 1993-2005 Penerapan Analisis Shift-Share Oleh MAHILA H14101003 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA BOGOR OLEH: FITRI RAHAYU H

ANALISIS PENGARUH SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA BOGOR OLEH: FITRI RAHAYU H ANALISIS PENGARUH SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA BOGOR OLEH: FITRI RAHAYU H14102072 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN FITRI RAHAYU.

Lebih terperinci

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-9 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI Oleh ARISA SANTRI H14050903 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP OUTPUT SEKTORAL JAWA TENGAH: ANALISIS TABEL INPUT-OUTPUT TAHUN 2004 DAN 2008

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP OUTPUT SEKTORAL JAWA TENGAH: ANALISIS TABEL INPUT-OUTPUT TAHUN 2004 DAN 2008 PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP OUTPUT SEKTORAL JAWA TENGAH: ANALISIS TABEL INPUT-OUTPUT TAHUN 004 DAN 008 NASKAH PUBLIKASI Diaukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 40/11/31/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 27 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pemikiran Kebutuhan untuk menggunakan I-O Regional dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTT semakin terasa penting jika dikaitkan dengan pelaksanaan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 No. 19/05/31/Th. X, 15 Mei 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2008 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hal-hal yang akan diuraikan dalam pembahasan dibagi dalam tiga bagian yakni bagian (1) penelaahan terhadap perekonomian Kabupaten Karo secara makro, yang dibahas adalah mengenai

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H

ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H 14104017 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini akan menganalisis dampak dari injeksi pengeluaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada sektor komunikasi terhadap perekonomian secara agregat melalui sektor-sektor

Lebih terperinci

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN 30 PROPINSI DI INDONESIA TAHUN 1998 DAN 2003 OLEH SETIO RINI H

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN 30 PROPINSI DI INDONESIA TAHUN 1998 DAN 2003 OLEH SETIO RINI H ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN 30 PROPINSI DI INDONESIA TAHUN 1998 DAN 2003 OLEH SETIO RINI H14102030 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono NAMA Sunaryo NPM 0906584134 I Made Ambara NPM 0906583825 Kiki Anggraeni NPM 090xxxxxxx Widarto Susilo NPM 0906584191 M. Indarto NPM 0906583913

Lebih terperinci

V. STRUKTUR PEREKONOMIAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAHTANGGA

V. STRUKTUR PEREKONOMIAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAHTANGGA V. STRUKTUR PEREKONOMIAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAHTANGGA 5.1. Struktur Perkonomian Sektoral Struktur perekonomian merupakan suatu analisis yang dilakukan terhadap struktur Produk Domestik

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Oleh : GEMA SETYA ANGGARA PUTRA H14070107 FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun Jenis data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun Jenis data 38 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun 2005. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dasar 2.1.1 Distribusi Input dan Output Produksi Proses produksi adalah suatu proses yang dilakukan oleh dunia usaha untuk mengubah input menjadi output. Dunia usaha

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai peranan ekonomi sektoral ditinjau dari struktur permintaan, penerimaan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 30/08/31/Th.IX, 15 AGUSTUS 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB atas

Lebih terperinci

ANALISIS PENURUNAN PAJAK TAK LANGSUNG PRODUK-PRODUK PANGAN STRATEGIS DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODEL INPUT-OUTPUT SISI PENAWARAN)

ANALISIS PENURUNAN PAJAK TAK LANGSUNG PRODUK-PRODUK PANGAN STRATEGIS DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODEL INPUT-OUTPUT SISI PENAWARAN) ANALISIS PENURUNAN PAJAK TAK LANGSUNG PRODUK-PRODUK PANGAN STRATEGIS DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODEL INPUT-OUTPUT SISI PENAWARAN) OLEH KEMAS MUHAMMAD HUSNI THAMRIN H14102121 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik sesuai dalam UUD 1945 (Ramelan, 1997). Peran pemerintah

Lebih terperinci

RINGKASAN. RAHMAWATI. Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia. Dibimbing oleh DJONI HARTONO.

RINGKASAN. RAHMAWATI. Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia. Dibimbing oleh DJONI HARTONO. RINGKASAN RAHMAWATI. Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia. Dibimbing oleh DJONI HARTONO. Negara Indonesia mempunyai kandungan sumberdaya alam berlimpah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat

Lebih terperinci

ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA

ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA OLEH APSARI DIANING BAWONO H14103060 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BANGKA BELITUNG (ANALISIS INPUT OUTPUT) Oleh: SIERA ANINDITHA CASANDRI PUTRI H

PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BANGKA BELITUNG (ANALISIS INPUT OUTPUT) Oleh: SIERA ANINDITHA CASANDRI PUTRI H PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BANGKA BELITUNG (ANALISIS INPUT OUTPUT) Oleh: SIERA ANINDITHA CASANDRI PUTRI H14104109 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian Dalam penelitian ini, sektor-sektor perekonomian diklasifikasikan ke dalam 9 sektor perekonomian. Sembilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pemerataan pembangunan ekonomi merupakan hasil yang diharapkan oleh seluruh masyarakat bagi sebuah negara. Hal ini mengingat bahwa tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H14050032 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK 6.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Siak 6.1.1. Struktur PDB dan Jumlah Tenaga Kerja Dengan menggunakan tabel SAM Siak 2003

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya peningkatan kapasitas pemerintahan daerah agar tercipta suatu

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H14102092 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR- SEKTOR PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA PADA ERA OTONOMI DAERAH TAHUN

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR- SEKTOR PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA PADA ERA OTONOMI DAERAH TAHUN ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR- SEKTOR PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA PADA ERA OTONOMI DAERAH TAHUN 2001-2005 Oleh TUTI RATNA DEWI H14103066 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN DI INDONESIA (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH DYAH AYU MARIANA HANDARI H

DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN DI INDONESIA (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH DYAH AYU MARIANA HANDARI H DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN DI INDONESIA (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH DYAH AYU MARIANA HANDARI H14102049 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI PROVINSI JAWA BARAT SEBELUM, PADA MASA, DAN SETELAH KRISIS EKONOMI OLEH ANA PERTIWI H

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI PROVINSI JAWA BARAT SEBELUM, PADA MASA, DAN SETELAH KRISIS EKONOMI OLEH ANA PERTIWI H ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI PROVINSI JAWA BARAT SEBELUM, PADA MASA, DAN SETELAH KRISIS EKONOMI OLEH ANA PERTIWI H14103069 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Konseptual Kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal membuka ruang bagi penyelenggara pemerintah Kota Bandung untuk berkreasi dalam meningkatan pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/31/Th. XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV/2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor,

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dengan memilih lokasi di Kota Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa sektor tanaman bahan makanan merupakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 No. 05/11/Th.IX, 5 Februari 2015 No. 11/02/63/Th.XIX/ 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 TUMBUH 4,85 PERSEN MELAMBAT SEJAK TIGA TAHUN

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 09/02/61/Th. XIII, 10 Februari 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2009 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009 meningkat 4,76 persen dibandingkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) OLEH NITTA WAHYUNI H

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) OLEH NITTA WAHYUNI H ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH (2001-2005) OLEH NITTA WAHYUNI H14102083 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 No. 28/05/72/Thn XVII, 05 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 Perekonomian Sulawesi Tengah triwulan I-2014 mengalami kontraksi 4,57 persen jika dibandingkan dengan triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA No. 18/05/31/Th. XI, 15 Mei 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2009 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H14052333 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA 6.1. Perkembangan Peranan dan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Maluku Utara Kemajuan perekonomian daerah antara lain diukur dengan: pertumbuhan

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. A 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis 21 sektor perekonomian pada tabel Input-Ouput Provinsi Jawa Tengah tahun 2004 dan 2008 pada penelittian ini, beberapa kesimpulan yang

Lebih terperinci

DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H

DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H14094022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP PEMEKARAN PROVINSI BANTEN OLEH CITRA MULIANTY NAZARA H

DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP PEMEKARAN PROVINSI BANTEN OLEH CITRA MULIANTY NAZARA H DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP PEMEKARAN PROVINSI BANTEN OLEH CITRA MULIANTY NAZARA H14102010 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN CITRA MULIANTY

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

PENDAPATAN NASIONAL. Andri Wijanarko,SE,ME. 1

PENDAPATAN NASIONAL. Andri Wijanarko,SE,ME. 1 PENDAPATAN NASIONAL Andri Wijanarko,SE,ME andri_wijanarko@yahoo.com 1 Output Nasional 2 Output Nasional (#1) Merupakan gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam perekonomian untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat, jumlah penduduk menentukan efisiensi perekonomian dan kualitas dari tenaga kerja itu

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA OLEH SITI ADELIANI H14103073 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 27/05/61/Th. XVII, 5 Mei PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I- EKONOMI KALIMANTAN BARAT TUMBUH 4,69 PERSEN Perekonomian Kalimantan Barat yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 BPS PROVINSI D.K.I. JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci