BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran Saat ini konsumen dikelilingi oleh dunia pemasaran, seperti di rumah, si tempat kerja, di jalan, di toko, dan lain lainnya hampir semua aktivitas harian dikelilingi oleh pemasaran. Saat ini istilah pemasaran sudah berada dimana - mana. Secara formal maupun informal, manusia dan organisasi berbaur dalam sejumlah aktifitas yang dapat kita sebut dengan nama pemasaran (marketing). Pemasaran yang baik telah menjadi komponen vital untuk memperoleh bisnis yang sukses. Pemasaran yang baik bukan terjadi karena kebetulan, akan tetapi merupakan hasil dari perencanaan dan pelaksanaan yang hati - hati. Philip Kotler adalah salah satu pelopor yang telah berkontribusi dalam memperluas bidang pemasaran. Beliau memiliki peran penting dalam membentuk ilmu pemasaran yang di pelajari oleh para pelajar dan digunakan oleh para manager. Menurut Philip Kotler dalam buku Marketing Management 13 th Edition, 2009 pemasaran adalah mengenai identifikasi dan pemenuhan kebutuhan manusia dan sosial, digambarkan pula pemasaran sebagai fungsi organisasi dan kumpulan dari proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyampaikan nilai kepada konsumen dan mengelola relasi konsumen dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pihak pihak yang berkepentingan (stakeholders). Pemasaran dapat 8

2 9 dilihat dari dua sisi, yaitu sosial dan manajerial. Dari sisi sosial pemasaran adalah proses sosialisasi dari individu dan kelompok untuk memperoleh apa yang diinginkan dan dibutuhkan dengan cara membuat, menawarkan dan menukarkan nilai barang dan jasa kepada orang lain. Sedangkan dari sisi manajerial pemasaran adalah seni dalam menjual produk (Philip Kotler, 2009, p.45). Namun sebenarnya penjualan bukanlah hal yang paling penting dalam pemasaran, melainkan penjualan adalah bagian dari pemasaran itu sendiri. 2.2 Manajemen Pemasaran Pengertian dari manajemen pemasaran adalah seni dan pengetahuan dalam memimilih target pasar dan mendapatkan, menjaga dan menumbuhkan konsumen melalui cara membuat, menyampaikan dan mengkomunikasikan nilai lebih kepada konsumen (Kotler, 2009, p.45). 2.3 Konsep Utama Pemasaran Untuk mengerti fungsi pemasaran, diperlukan pengertian beberapa konsep utama (Kotler, 2009, p.52), yaitu kebutuhan, keinginan, dan permintaan (Needs, Wants, and Demands). Kebutuhan (needs) adalah hal mendasar yang dibutuhkan oleh manusia. Manusia butuh udara, makanan, air, pakaian dan tempat untuk berlindung. Manusia juga memiliki kebutuhan yang kuat seperti reksreasi, pendidikan dan hiburan. Kebutuhan ini kemudian menjadi keinginan (wants) ketika diarahkan pada obyek yang spesifik yang mungkin dapat memuaskan kebutuhan. Seorang konsumen

3 10 membutuhkan makanan, tetapi menginginkan hamburger, softdrink dan banyak contoh lainnya. Permintaan (demands) adalah keinginan terhadap produk yang spesifik yang dilatar belakangi dengan kemampuan untuk membayar. Banyak orang yang menginginkan mobil mewah seperti Mercedes, namun hanya beberapa orang yang ingin dan mampu untuk membelinya. Begitu juga dengan perusahaan perlu untuk mengukur bukan hanya berapa banyak orang yang menginginkan produk tersebut, namun perlu juga mengetahui berapa banyak yang menginginkan dan mampu untuk membeli produk tersebut. 2.4 Perpasaran Swasta Perpasaran Swasta adalah kegiatan penyelenggaraan usaha dan penyediaan sarana / tempat usaha yang dilakukan oleh pihak swasta. Untuk meningkatkan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap perpasaran swasta diperlukan keseimbangan antara usaha besar, usaha menengah, dan usaha kecil. Selain itu perlu pula untuk mencegah terjadinya praktek usaha yang tidak sehat, maka dari itu perlunya peraturan yang mendukung, yaitu Perda DKI Jakarta No. 2/2002 tentang Perpasaran Swasta. Jenis usaha perpasaran swasta terdiri dari: Mini Swalayan Pasar Swalayan Pasar Serba Ada Toko Serba Ada Toko

4 11 Pusat Pertokoan Mall/ Supermall/ Plaza Pusat Perdagangan Waralaba Persyaratan Perpasaran Swasta Berdasar Perda DKI Jakarta No. 2/2002 tentang Perpasaran Swasta, persyaratan yang harus dilengkapi adalah komoditi / barang-barang yang dijual diutamakan barang-barang produksi dalam negeri dan kualitas barang dagangan harus dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan standar mutu. Selain itu perlu juga untuk memenuhi beberapa ketentuan berdasar Perda tersebut, diantaranya: Usaha Mini Swalayan (Minimarket) : Komoditi/ barang dagangan yang dijual merupakan barang-barang kebutuhan rumah tangga sehari-hari diutamakan produk makanan/ minuman dalam kemasan yang siap saji; Kegiatan penjualan dilakukan secara eceran dan cara pelayanannya dilakukan secara sendiri oleh konsumen dengan menggunakan keranjang jinjing atau peralatan lain (kereta dorong yang telah disediakan); Harga jual barang-barang sejenis yang dijual tidak boleh jauh lebih rendah dengan yang ada di warung dan toko sekitarnya;

5 12 Harga barang dagangan yang dijual harus dicantumkan secara jelas dan pasti pada kemasan barang pada suatu tempat tertentu yang mudah terlihat konsumen; Luas lantai usahanya paling besar (maksimal) 200 m2. Usaha Pasar Swalayan (Supermarket) Komoditi/ barang dagangan yang dijual merupakan barang-barang kebutuhan rumah tangga sehari-hari termasuk kebutuhan sembilan bahan pokok; Kegiatan penjualan dilakukan secara eceran dan cara pelayanannya dilakukan dengan pelayanan sendiri oleh konsumen (swalayan); Pengadaan/ penyediaan kebutuhan barang sembilan bahan pokok dan bahan pangan segar lainnya diperoleh dari pengusaha kecil/ lemah dengan mengutamakan pedagang pasar atau koperasi dengan menjalin atau melalui pola kemitraan; Harga barang dagangan yang dijual harus dicantumkan secara jelas dan pasti pada kemasan barang pada suatu tempat tertentu yang mudah terlihat konsumen; Harga jual barang-barang sejenis yang dijual tidak boleh jauh lebih rendah dengan yang ada diwarung dan toko disekitarnya; Luas lantai usahanya paling besar (maksimal) 4.000m2. Usaha Pasar Serba Ada (Hypermarket)

6 13 Komoditi/ barang dagangan yang dijual merupakan barang-barang kebutuhan rumah tangga sehari-hari dan kebutuhan sandang termasuk kebutuhan sandang termasuk kebutuhan sembilan bahan pokok; Penyediaan/ pengadaan sembilan bahan pokok dan bahan pangan segar lainnya seperti sayur mayur, buah-buahan, daging dan ikan diperoleh dari para pegusaha golongan kecil/ lemah dan koperasi dengan melalui pola kemitraan; Kegiatan penjualan dilakukan secara eceran dan cara pelayanannya dilakukan dengan pelayanan sendiri oleh konsumen (swalayan); Harga barang dagangan yang dijual harus dicantumkan secara jelas dan pasti pada kemasan barang pada suatu tempat tertentu yang mudah terlihat konsumen; Luas lantai usahanya lebih dari m2 dan paling besar (maksimal) m2. Usaha Toko Serba Ada (Department Store) : Komoditi/ barang dagangan yang dijual merupakan kebutuhan sandang dan kebutuhan rumah tangga sehari-hari dan tidak diperkenankan menjual barang kebutuhan sembilan bahan pokok; Penyediaan / pengadaan barang-barang dapat diperoleh dari para pengusaha golongan kecil/ lemah dan koperasi melalui pola kemitraan; Kegiatan penjualannya dilakukan secara eceran dengan memakai cara pelayanannya yang tidak dilakukan secara swalayan melainkan harus dibantu oleh pramuniaga;

7 14 Harga barang dagangan yang dijual harus dicantumkan secara jelas dan pasti pada kemasan barang pada suatu tempat tertentu yang mudah terlihat konsumen; Luas lantai usahanya lebih dari 200m 2 dan paling besar (maksimal) m 2. Toko Komoditi/ barang dagangan yang dijual merupakan kebutuhan sandang, kebutuhan rumah tangga sehari-hari, dan kebutuhan barang-barang lainnya. Kegiatan penjualannya dapat dilakukan baik secara eceran maupun sub grosir langsung kepada konsumen. Harga barang dagangan yang dijual dapat dicantumkan secaras jelas dan pasti, dan dapat dilakukan dengan cara tawar menawar. Pusat pertokoan Komoditi/ barang dagangan yang dijual merupakan barang dagangan dan jasa. Kegiatan penjualannya dapat dilakukan secara langsung oleh pemilik/ penyewa pertokoan kepada konsumen. Harga barang dagangan yang dijual dapat dicantumkan secara jelas dan pasti, dan dapat dilakukan dengan cara tawar menawar. Mall/ Supermall/ Plaza Komoditi/ barang dagangan yang dijual merupakan kebutuhan barang dan jasa. Kegiatan penjualan barang dilakukan secara eceran oleh para pemilik/ penyewa sarana tempat usaha.

8 15 Harga barang dagangan yang dijual harus dicantumkan secara jelas dan pasti pada kemasan barang pada suatu tempat tertentu yang mudah terlihat konsumen. Pusat perdagangan Komoditi/ barang dagangan yang dijual merupakan barang kebutuhan sandang, papan, kebutuhan sehari-hari, kebutuhan rumah tangga, alat kesehatan dan lain-lain. Kegiatan penjualan barang dagangan dilakukan secara grosiran dan eceran. Harga barang dagangan yang dijual harus dicantumkan secara jelas dan pasti pada kemasan barang pada suatu tempat tertentu yang mudah terlihat konsumen. Usaha Perkulakan Komoditi/ barang-barang yang dijual merupakan kombinasi dari kebutuhan rumah tangga sehari-hari atau komoditi lain yang diperlukan oleh umum; Kegiatan penjualan dilakukan dalam ukuran partai besar atau dalam jumlah tertentu seperti dalam bentuk lusinan, kodian, grosiran, dan takaran/ timbangan yang tidak dilakukan secara langsung kepada konsumen akhir tetapi dalam bentuk keanggtoaan (member); Harga barang dagangan yang dijual harus dicantumkan secara jelas dan pasti pada kemasan barang pada suatu tempat tertentu yang mudah terlihat konsumen.

9 16 Harus menjalin kemitraan dengan pengusaha golongan ekonomi lemah/ pedagang kecil atau koperasi yang dilakukan diantaranya melalui keterkaitan usaha atau bentuk sub kontrak. Usaha Waralaba Komoditi/ barang dagangan yang dijual merupakan barang-barang kebutuhan rumah tangga sehari-hari diutamakan produk makanan/ minuman yang siap saji; Dalam pelaksanaan operasional usahanya, pemilik usaha waralaba waralaba menjalin kemitraan dengan produsen atau supllier dalam hal penyediaan barang dagangan serta penggunaan dari dagangan, merk dan manajemen penjualannya; Prinsip kerjasama yang dilakukan antara Penerima Waralaba (franchise) dengan Pemberi Waralaba (franchisor) adalah saling melengkapi dan saling menguntungkan ; Kegiatan penjualannya dilakukan secara eceran; Antara Penerima Waralaba (franchise) dan Pemberi Waralaba (franchisor) harus dalam bentuk badan hukum atau usaha perorangan Luas dan Jarak Tempat Penyelenggaraan Swasta Dalam menyelenggarakan usaha perpasaran swasta, jarak sarana/ tempat usaha harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

10 17 Usaha perpasaran swasta yang luas lantainya 100 m2 sampai dengan 200 m2 harus berjarak radius 0,5 km dari pasar lingkungan dan terletak disisi jalan Lingkungan / Kolektor / Arteri; Usaha perpasaran swasta yang luas lantainya di atas 200 m2 sampai dengan m2 harus berjarak radius 1,0 km dari pasar lingkungan dan terletak disisi jalan Kolektor / Arteri; Usaha perpasaran swasta yang luas lantainya di atas m2 sampai dengan m2 harus berjarak radius 1,5 km dari pasar lingkungan dan terletak disisi jalan Kolektor / Arteri; Usaha perpasaran swasta yang luas lantainya di atas m2 sampai dengan m2 harus berjarak radius 2 km dari pasar lingkungan dan terletak disis jalan Kolektor / Arteri; Usaha perpasaran swasta yang luas lantainya di atas m2 harus berjarak radius 2,5 km dari pasar lingkungan dan harus terletak di sisi jalan Kolektor / Arteri. 2.5 Joint Venture Joint venture adalah perjanjian kontrak bersama dua atau lebih pihak untuk tujuan menjalankan suatu usaha bisnis tertentu. Semua pihak sepakat untuk berbagi dalam keuntungan dan kerugian dari perusahaan ( Keuntungan dengan cara kerjasama ini diantaranya: Membangun kekuatan perusahaan

11 18 Menyebarkan biaya dan risiko Menambah akses ke sumber daya keuangan Ekonomi skala dan keuntungan kekuatan Akses ke teknologi dan pelanggan baru Akses ke praktek manajer inovatif 2.6 Analisa Porter Five Forces Gambar 2.1 Five Competitive Forces Michael Porter telah mengidentifikasi lima kekuatan yang menentukan daya tarik jangka panjang intrinsik dari sebuah pasar atau segmen pasar, yaitu persaingan

12 19 industri, pemain baru, pengganti, pembeli dan pemasok (Kotler, Keller, 2009, p.334). Pada tahun 1979 Michael Porter mengatakan Five Competitive Forces ini memiliki kekuatan yang dapat menentukan suatu potensi keuntungan yang didapat dari sebuah industri (Irene Siaw, Alec Yu, 2004, p. 514). Five Forces memberikan kontribusi yang besar terhadap tingkat persaingan dalam industri. Analisa Five Competitive Forces terdiri dari 5 cara pandang, yaitu: 1. Ancaman kekuatan pembeli (threat of buyers bargaining power) Bagaimana kekuatan yang dimiliki oleh pelanggan. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh jumlah pembeli, konsentrasi pembeli, switching cost pembeli, ketersediaan barang, besarnya permintaan pembeli, sensitivitas harga, tingkat diferensiasi dan sebagainya. 2. Kekuatan penyedia barang / jasa (threat of suppliers bargaining power) Pemasok merupakan tempat dimana dapat membeli input yang digunakan untuk bahan produksi. Hal ini ditentukan oleh beberapa faktor penting diantaranya: switching cost ke pemasok lain, jumlah pemasok, konsentrasi pemasok, ketersediaan barang pengganti, tingkat diferensiasi input, hingga tingkat hubungan dengan pemasok. 3. Ancaman produk pengganti (threat of substitute product) Analisa ini hanya memfokuskan pada satu bisnis atau strategi bisnis tertentu. Bagaimana substitusi terhadap barang / jasa? Apakah konsumen dapat memperoleh barang substitusinya dengan mudah? Semakin banyak dan dekat barang substitusi, maka pelanggan juga bisa beralih dengan mudah. Hal ini

13 20 dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya switching cost, kecendrungan untuk substitusi, diferensiasi produk dan lainnya. 4. Ancaman yang masuk (threat of new entrance) Bagaimana tingkat kesulitan / kemudahan bagi para pesaing baru untuk masuk ke dalam suatu industri. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh brand equity, hambatan masuk seperti hak paten, distribusi, kemampuan atau core competence, economies of scope, cost advantage, dan sebagainya. 5. Kompetitor persaingan dalam industri (threat of intense segment rivalry) Bagaimana intensitas persaingan dalam industri. Semakin banyak jumlah pesaing, dengan produk yang berkualitas dan harga bersaing, maka semakin tinggi tingkat persaingan. Hal ini ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya: jumlah pesaing, perbedaan kualitas, loyalitas pelanggan, diferensiasi produk, perbedaan harga, exit barriers, dan sebagainya. 2.7 Analisa SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) Analisa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (SWOT) digunakan banyak orang dalam membuat keputusan dan sebagai alat perencana. Merupakan motode yang efektif dalam identifikasi dan menganalisa kekuatan dan kelemahan dan menganalisa peluang dan ancaman di dalam beberapa situasi. Kekuatan dan kelemahan dari sebuah sistem ditentukan oleh elemen internal ketika kekuatan eksternal memiliki peluang dan ancaman. Kelebihan dari analisa SWOT adalah

14 21 mengandung kemudahan dalam pemahaman, mudah digunakan dan efisien. Jika analisa ini digunakan dengan benar, maka SWOT merupakan teknik yang tepat untuk identifikasi sebuah rekomendasi bagi sebuah organisasi. Analisa SWOT digunakan untuk menganalisa celah yang ada dan untuk mempersiapkan rencana pengelolaan yang komprehensif (Suresh Jain, Pallavi Pant, 2010, p. 236). Keseluruhan evaluasi dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari suatu perusahaan disebut dengan analisa SWOT (Kotler, 2009, p.89). Analisa ini merupakan cara untuk mengamati lingkungan pemasaran luar dan dalam suatu perusahaan. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Berikut merupakan uraian dari elemen elemen SWOT, yaitu: 1. Kekuatan (strengths), merupakan suatu kegiatan perusahaan yang berjalan baik atau sumber daya / keterampilan dan keunggulan keunggulan lain yang dikendalikan. 2. Kelemahan (weakness), merupakan suatu kegiatan organisasi yang tidak berjalan dengan baik atau keterbatasan sumber daya, keterampilan dan kapabilitas yang dibutuhkan oleh perusahaan. 3. Peluang (opportunities), merupakan faktor faktor luar lingkungan positif atau menguntungkan perusahaan. 4. Ancaman (threat), merupakan faktor faktor negatif di luar lingkungan atau situasi yang tidak menguntungkan perusahaan.

15 22 Tabel 2.1 Tabel Analisa SWOT Bermanfaat Merugikan Faktor Internal STRENGTHS WEAKNESS Faktor Eksternal OPPORTUNITIES THREATS 2.8 Analisa TOWS Bagian dari prinsip strategi manajemen, analisa situasi organisasi, perusahaan, industri telah menerima cakupan yang luas dalam literature dan telah digunakan oleh praktisi dan konsultan, bukan hanya dalam bisnis, tetapi juga dalam perumusan kebijakan publik dan pengetahuan politik. Alat yang kuat dalam analisa situasi, yaitu matriks TOWS (Threat, Opportunities, Weakness, Strength), telah digunakan dalam banyak industri dan juga dalam strategi manajemen karir (Luis Murillo, 2000, p.157). Analisa matriks TOWS merupakan alat lanjutan yang digunakan untuk mengembangkan 4 pilihan strategi, yaitu SO, WO, ST dan WT. Matriks TOWS digunakan untuk mempertemukan faktor kunci internal dan eksternal untuk membuat suatu strategi dalam perusahaan. Analisa harus didasarkan pada kondisi yang sedang terjadi dengan persaingan yang sedang berjalan. Adapun tujuan dari analisa matriks TOWS adalah untuk menggambarkan berbagai alternatif yang dapat dijalankan berdasarkan pada faktor kunci internal dan eksternal. Dalam hal ini analisa TOWS bukanlah untuk menentukan strategi yang

16 23 terbaik, tetapi dapat ditentukan berdasarkan pada pertimbangan pertimbangan lain dan tidak semua strategi yang dihasilkan dapat dijalankan. Penjelasan Matriks TOWS adalah sebagai berikut: 1. Strategi SO adalah strategi yang dibuat dengan menggunakan kekuatan faktor internal perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari kesempatan faktor eksternal. 2. Strategi WO adalah strategi yang dibuat untuk memperbaiki kelemahan faktor internal dengan menggunakan kesempatan faktor eksternal. Selain itu, WO juga digunakan untuk menunjukkan kesempatan yang ada dalam jangkauan yang dapat diraih oleh perusahaan jika memperbaiki kelemahan faktor internal. 3. Strategi ST adalah strategi yang dibuat untuk mengantisipasi ancaman faktor eksternal dengan menggunakan kekuatan faktor internal yang ada. 4. Strategi WT adalah strategi yang terjadi jika perusahaan menghadapi faktor faktor kelemahan dan ancaman yang tidak dapat ditangani lagi dengan menggunakan kekuatan dan peluang yang ada. Bentuk bentuk dari pelaksanaan WT adalah restrukturisasi, likuiditas, merger dan lainnya.

17 Ansoff Matriks Gambar 2.2 Ansoff Matriks Analisa Ansoff matriks adalah sebuah instrument yang membantu para pelaku pemasaran untuk menentukan langkah strategis apa yang akan di implementasikan pada saat pertumbuhan. Terjadi tidak hanya pada pasar tapi juga pada produk. Ansoff matriks menunjukkan bahwa kumpulan langkah strategis menjadi tergantung pada apakah pasar baru atau yang sudah ada atau produk baru yang ada di pasar. (

18 Penetrasi Pasar / Market Penetration Penetrasi pasar adalah nama yang diberikan kepada suatu strategi pertumbuhan di mana perusahaan berfokus pada penjualan produk-produk yang ada di pasar-pasar yang telah ada sebelumnya. Penetrasi pasar berusaha untuk mencapai empat tujuan utama: Mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar produk ini, hal ini dapat dicapai oleh kombinasi dari strategi harga yang kompetitif, iklan, promosi penjualan dan mungkin lebih banyak sumber daya pribadi yang didedikasikan untuk menjual. Aman dari dominasi pertumbuhan pasar. Restrukturisasi pasar yang matang oleh maneuver dari competitor, ini akan memerlukan agresifitas kampanye promosi yang gencar, didukung oleh sebuah strategi harga yang dirancang untuk membuat pasar kurang menarik bagi competitor. Meningkatkan penggunaan oleh pelanggan yang ada, contohnya: memperkenalkan program loyalitas konsumen Implementasi penetrasi pasar sebagai strategi pemasaran di kondisikan sebagai "bisnis seperti biasa". Penetrasi pasar haruslah di eksekusi pada bisnis yang berfokus hanya pada pasar dan produk yang sangat di pahami oleh marketer tersebut. diperlukan juga intelegent pemasaran untuk mendapatkan informasi tentang kompetitor dan kebutuhan pelanggan. Karena itu, strategi ini akan memerlukan banyak investasi baru dalam penerapannya sebab harus didahului oleh riset pasar.

19 Pengembangan pasar / Market Development Pengembangan pasar adalah nama yang diberikan kepada suatu strategi pertumbuhan, di mana unit bisnis berusaha untuk menjual produk-produk yang telah ada di pasar-pasar yang baru. Ada banyak cara untuk mengaplikasikan strategi ini, termasuk: Baru geografis pasar; misalnya produk ekspor ke negara yang baru Baru dimensi atau kemasan produknya Baru saluran distribusinya Menerapkan kebijakan harga yang berbeda untuk menarik pelanggan baru atau membuat segmen pasar yang baru Pengembangan produk / Produk Development Pengembangan produk adalah nama yang diberikan kepada suatu strategi pertumbuhan di mana sebuah unit bisnis memperkenalkan produk baru ke pasar-pasar yang telah ada. Hal ini mungkin memerlukan strategi pengembangan kompetensi baru dan memerlukan program pemasaran yang baru pula untuk mengembangkan produk yang dapat diubah / dikembangkan ke pasar yang telah ada Diversifikasi / Diversification Diversifikasi adalah nama yang diberikan kepada strategi pertumbuhan di mana sebuah bisnis, produk-produknya baru dan di pasar-pasar yang baru pula. Ini merupakan langkah pemasaran yang lebih berisiko karena, strategi bisnis yang

20 27 bergerak dalam pasar yang baru memiliki sedikit atau mungkin tidak ada pengalaman atas produk produk baru tersebut. Bila sebuah unit bisnis akan mengaplikasikan strategi diversifikasi, maka harus memiliki visi yang jelas tentang apa yang akan di dapatkan dari strategi yang jujur dan penilaian atas resiko bilamana dalam faktanya menemui kegagalan Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Gambar 2.3 Marketing Mix Menurut Nasir dan Altinbasak, diperlukan sebuah pola pikir komprehensif yang memenuhi semua faktor yang harus diambil sebagai pertimbangan bagi

21 28 perusahaan internasional dalam menentukan standar atau untuk beradaptasi dalam semua elemen bauran pemasaran. Perusahaan internasional harus konsentrasi dalam membangun hubungan yang kuat dengan konsumen mereka (Anca Atanase, 2009, p.150). Bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat akivitas pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam sasaran yang sudah dibidik (Kotler, Keller, 2009). Definisi ini menjukkan bahwa bauran pemasaran adalah alat / aktivitas yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasaran. Alat alat pemasaran tersebut terdiri dari 4 variabel yang disebut dengan 4P dari pemasaran, yang terdiri dari produk (product), harga (price), promosi (promotion), dan tempat (place) Produk Banyak orang mengira bahwa produk adalah sesuatu tawaran yang nyata, namun sesungguhnya dapat lebih dari itu. Produk (product) adalah apapun yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan, termasuk barang fisik, layanan, pengalaman, peristiwa, seseorang, tempat, properti, organisasi, informasi dan ide (Kotler, 2009, p.358). Saat ini konsumen semakin selektif dalam memilih produk. Hal ini dikarenakan terdapat beragam produk yang tersedia di pasaran. Oleh karena itu, produk yang memiliki keunggulan yang kompetitif dapat memenangkan persaingan dengan produk sejenis lainnya.

22 Harga Harga adalah satu satunya elemen dari bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, sedangkan elemen yang lain menghasilkan pengeluaran. Harga bukan hanya angka pada suatu label. Harga memiliki banyak bentuk dan dapat berfungsi dalam banyak hal (Kotler, 2009, p.416). Harga merupakan sesuatu yang harus dibayar demi mendapatkan sesuatu yang berupa barang atau jasa Tempat Tempat adalah salah satu elemen dari bauran pemasaran yang membuat barang atau jasa dapat dibeli, mudah terjangkau dan digunakan dalam jumlah pada lokasi yang tepat pada saat konsumen menginginkannya (Kotler, 2009). Oleh sebab itu, perusahaan selalu membuat produknya selalu tersedia dan mudah didapat Promosi Promosi merupakan satu variabel yang penting dalam bauran pemasaran yang merupakan suatu proses yang berlanjut. Promosi dapat membantu untuk memperbaiki hubungan antara pemasar dan konsumen. Kesediaan konsumen untuk membeli produk dan jasa atas dasar kepuasannya yang merupakan hasil umpan balik dari kegiatan promosi perusahaan, sehingga perusahaan mengetahui bahwa informasi yang mereka dapat diterima konsumen dengan positif (Kotler, 2009).

23 Profil PT. Modern International Tbk Modern Internasional didirikan pada tanggal 13 mei 1971 dengan nama PT Modern Photo Film Company. Setelah mengalami beberapa kali perubahan anggaran dasar, dengan Akta Notaris Budiarti Karnadi, S.H. No.48 tanggal 26 Mei 1997, mengenai perubahan seluruh Anggaran Dasar Perseroan, termasuk perubahan nama Perseroan, maka nama perusahaan berganti menjadi PT Modern Photo Tbk. Dan pada Juni 2007, dengan perubahan bisnis global yang terjadi, PT Modern Photo Tbk. mengganti namanya menjadi PT. Modern Internasional Tbk. dan sejak tahun 1971, Perseroan telah menjadi distributor tunggal untuk seluruh produk FUJI FILM Jepang di Indonesia. Perseroan bergerak dalam bidang usaha perdagangan produk dan peralatan fotografi konvensional dan digital, produk peka cahaya lainnya, peralatan percetakan, peralatan rumah sakit, elektronik, telekomunikasi, produk isi ulang telepon seluler, mesin fotokopi dan penyertaan modal pada berbagai usaha di bidang industri, jasa, perdagangan eceran produk fotografi, perdagangan eceran makanan dan minuman siap saji juga convenience item lainnya. Sesuai dengan visi Keep Fighting & Win dan melalui strategi 6R yang dilakukan oleh Perseroan yaitu Repositioning Business, Reinvent Business, Reengineering Business Process, Right Sizing dan Resource Allocation, Perseroan merubah fokus bisnis utamanya ke Industrial Imaging dan Ritel. Melihat kinerja yang dicapai di tahun 2009 dengan fokus strategi dan bisnis yang baru, Perseroan dan Anak Perusahaan akan melanjutkan dan mengembangkan

24 31 fokus Perseroan pada Industrial Imaging dan Ritel. Di tahun 2009 Perseroan melakukan beberapa aktivitas untuk mendukung dan mengembangkan fokus tersebut sebagai berikut: Di bidang Graphic Arts, Perseroan fokus pada visi total solution provider dengan menyajikan solusi dari pre-press CTP, press offset, digital printing press, dan solusi post press DUPLO. Di bidang Medical, dengan visi menjadi total solution digital radiology provider dengan dukungan produk equipment yang dimiliki yaitu Fuji film Computed Radiography serta X-Ray unit Shimadzu. Di bidang Office Imaging, fokus pada penyediaan solusi manajemen dokumen yang berbasis Teknologi Informasi, Networking dan Security. Di bidang Voucher Isi Ulang Selular Telekomunikasi, dengan mengembangkan penjualan produk E-Reload via jaringan bank melalui kerjasama dengan beragam operator terkemuka seperti Telkmosel, Indosat, XL, Bakrie Telecom, dan operator operator telekomunikasi lain di Indonesia. Di bidang Ritel Convenience Store 7-Eleven, dengan mengembangkan konsep ritel yang fokus pada layanan makanan dan minuman siap saji di samping convenience item lainnya melalui pengelolaan oleh salah satu anak perusahaan. Di bidang Photo Digital Imaging, Perseroan akan tetap mempertahankan bisnis unit ini selama mungkin dan se-profitable mungkin dengan fokus pada solusi cetak digital dan solusi kreatif seperti MPrisa dan Photobook.

25 32 Sampai saat ini produk dan layanan Perseroan diberikan kepada seluruh mitra bisnis dan konsumen melalui 16 cabang di seluruh Indonesia. Perseroan menyajikan layanan lengkap berupa tenaga sales, teknisi dan layanan purna jual untuk para mitra bisnis dan konsumen di setiap kantor cabang. Selain itu jaringan ritel foto yang dimiliki Perseroan dan dikelola Anak perusahaan masih tersebar di 16 Cabang di seluruh Indonesia sehingga produk dan layanan yang dibutuhkan dapat dinikmati oleh seluruh konsumen akhir di seluruh Indonesia. PT Modern Internasional Tbk sampai dengan tahun 2009 memiliki total karyawan sebanyak orang. 593 karyawan berada di dalam naungan PT Modern Internasional Tbk. Sedangkan Anak perusahaan Perseroan yang masih aktif sampai tahun 2009 adalah PT. Modern Putra Indonesia yang melakukan bisnis ritel eceran produk produk fotografi dan telekomunikasi yang beroperasi sejak tahun 1988, juga bisnis ritel 7-Eleven dengan jumlah karyawan mencapai 906 orang. Anak perusahaan lainnya yang masih aktif adalah PT. Modern Photo Industry yang menjadi produsen film dan kertas foto dengan jumlah karyawan 78 orang. Sementara itu untuk lebih memperkuat Perseroan dalam menjalankan bisnisnya di Indonesia, saham Perseroan dimiliki oleh beberapa pihak yaitu Asialink Electronics PTe. Ltd Singapore sebanyak 58,305%, PT Inti Putra Modern sebanyak 17,147%, PT Inti Lindasihaja sebanyak 2,423%.

26 Sejarah Convenience store Konsep Convenience Store lahir di Sunbelt, suatu bagian di Amerika Serikat, pada tahun Saat itu kebutuhan yang paling mendasar dan sangat dibutuhkan adalah es batu. Pelanggan harus mengemudi ke Ice Houses/Docks untuk menyediakan kebutuhan es mereka, untuk disimpan dalam ice boxes, dimana waktu itu kulkas belum ditemukan. Pelanggan mulai meminta Ice Docks menyediakan juga beberapa barang keperluan sehari-hari seperti susu, telur dan roti. Dengan demikian es yang telah mereka beli dan diletakkan pada running board/fender, tidak mencair lebih banyak karena harus bepergian ke beberapa tempat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pada tahun 1927, Johnny Jefferson Green mulai meyediakan roti, susu dan telur di tokonya, The Southland Ice Dock di Dallas, Texas. Toko ini dibuka 16 jam sehari, 7 hari dalam seminggu dan Green yakin Customer sering membutuhkan barang-barang ini dan lainnya pada saat toko-toko yang lain tutup. Ciri toko seperti ini, dan dan yang hampir mirip seperti ini berkembang dalam jumlah yang banyak dalam beberapa tahun. Mereka menjadi lebih sukses pada musim panas karena letaknya. Kebutuhan barang-barang dasar mulai meningkat pesat menjadi barangbarang dan pelayanan yang lebih bervariasi. Convenience Store yang pertama menyediakan pelayanan pinggir jalan dimana karyawan toko mendatangi mobil pelanggan untuk memenuhi pesanan mereka dan membawa barang-barang mereka ke tempat parkir. Industri mulai berkembang ke daerah lain pada akhir tahun 40an dan awal 50an.

27 34 Konsep convenience store sekarang ini adalah industri yang mendunia dengan unit-unit di setiap benua di dunia. Saat ini ada beratus-ratus perusahaan convenience store di Amerika Serikat yang menjadikannya salah satu dari industri yang bersaing di bidang perdagangan. Persaingan ini mengharuskan masing-masing dan setiap unit convenience store harus berjuang untuk keunggulan dalam pelayanan pelanggan dan kondisi toko. Hal itu merupakan tanggung jawab kita sebagai bagian dari perusahaan untuk memberikan dan mendukung kemajuan toko kita dalam mencapai keunggulan dengan pelangganpelanggan kita Industri Ritel Pada tahun 2006 Industri ritel di Indonesia dinyatakan oleh Aprindo (asosiasi perusahaan ritel Indonesia) sebagai sektor kedua penyerap tenaga kerja terbesar Indonesia, dengan kemampuan sebesar 18,9 juta orang, di bawah sektor pertanian yang mencapai 41,8 juta orang. Kehadiran pelaku usaha ritel modern telah memberi warna dalam perkembangan ritel Indonesia. Dalam jangka waktu yang singkat beberapa pelaku usaha ritel dengan kemampuan kapital yang besar melakukan aktivitasnya dalam bentuk minimarket, supermarket bahkan hypermarket yang kini bertebaran di setiap kota besar Indonesia. Industri ritel berkembang seiring dengan perubahan pada masyarakat dan dalam beberapa tahun terakhir telah berkembang pesat di berbagai belahan dunia. Tingkat pendapatan masyarakat yang terus berkembang menyebabkan terciptanya

28 35 segmen konsumen yang menginginkan adanya perubahan pengelolaan industri ritel. Produsen pun kini menganggap ritel sebagai tempat strategis pemasaran barang secara tepat waktu, lokasi dan konsumen (ITB Business Review). Tabel 2.2 Tabel Lapangan Pekerjaan Utama (Sumber: BPS) No Lapangan (Feb) 2006 (Feb) 2007 (Feb) 2008 (Feb) 2009 (Feb) Pekerjaan Utama 1 Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri Pengolahan 4 Listrik, Gas, dan Air 5 Bangunan Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel 7 Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 8 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan 9 Jasa Kemasyarakat an, Sosial dan Perorangan Total

29 36 Tabel 2.3 Persentase Dua Jumlah Lapangan Pekerjaan Terbesar Tahun No. 1 2 Lapangan Pekerjaan Utama Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel ,3% 44% 44,4% 43,6% 41,8% 41,1% 20% 19,9% 19,5% 19,9% 20,2% 20,9% Dari Tabel lapangan pekerjaan diatas dapat terlihat dari jumlahnya yang menunjukkan bahwa sektor eceran (ritel) memiliki jumlah yang besar dalam lapangan pekerjaan. Dari tahun 2004 sampai tahun 2009 sektor ritel memiliki jumlah kedua terbesar lapangan pekerjaan setelah sektor pertanian. Meskipun tahun 2005 dan 2006 mengalami penurunan, sektor eceran tetap menjadi nomor dua terbesar setelah sektor pertanian. Besarnya lapangan pekerjaan ini menunjukkan tingkat ekonomi yang baik di bisnis ritel. Dengan begitu banyaknya lapangan pekerjaan yang tersedia, maka masyarakat Indonesia dapat bekerja dan memenuhi kebutuhan mereka masing masing serta meningkatkan ekonomi Indonesia. Tabel 2.4 Persentase Kenaikan dan Penurunan Pada Tahun , Tahun , Tahun , Tahun , dan Tahun Lapangan Pekerjaan Utama Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel 0,23% 0,36% 0,91% 1,2% 1,1%

30 37 1,20% 1,00% 0,80% 0,60% 0,40% Persentase Naik dan Turun 0,20% 0,00% Grafik 2.1 Persentase Kenaikan dan Penurunan Pada Tahun , Tahun , Tahun , Tahun , dan Tahun Dengan menganalisa Tabel Lapangan Pekerjaan Utama 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, maka didapatkan persentase jumlah peningkatan dan penurunan dari tahun 2004 hingga 2009 untuk sektor industri ritel. Pada sektor eceran / ritel memiliki peningkatan yang cukup stabil, bahkan meningkat tinggi pada era Namun penurunan pada tahun 2008 ke 2009 yang terjadi tidak telalu signifikan karena masih tergolong kecil, yaitu dari 1,2% menjadi 1,1%. Data pada tabel di sektor ritel ini menunjukkan perkembangan yang baik dan stabil. Data pada tabel juga menunjukkan bahwa bisnis ritel makin ramai tiap tahunnya, sehingga mengakibatkan situasi bisnis yang semakin penuh persaingan seperti saat ini Pemain Bisnis Ritel Di Indonesia pada sektor industri ritel telah mengalami perkembangan yang cukup baik, sehingga memunculkan banyak pebisnis yang saling bersaing. Pemain di insustri ritel yang setingkat dengan 7-Eleven, beberapa diantaranya:

31 38 Circle K Gambar 2.4 Circle K Circle K adalah sebuah convenience store yang beroperasi 24 jam penuh. Circle K juga dikenal di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia dimana konsepnya yang masih jarang. Saat ini Circle K dikenal di kalangan remaja kota besar di Indonesia. Di mata remaja, Circle K dicitrakan sebagai minimarket zaman sekarang, mereka menyediakan berbagai minuman alkohol dan rokok yang cukup lengkap dan beroperasi 24 jam. Pembeli dari gerainya juga diijinkan untuk duduk di depan gerainya sambil menikmati belanjaannya sehingga secara tidak langsung Circle K menjadi kawasan berkumpulnya remaja di kala malam hari. Tabel 2.5 Kelebihan dan Kekurangan Circle K Buka 24 jam Kelebihan Kekurangan Produk yang terbatas Tersedianya kursi dan meja / cafe

32 39 Indomaret Gambar 2.5 Indomaret Indomaret merupakan jaringan minimarket yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari dengan luas penjualan kurang dari 200 m 2. Dikelola oleh PT Indomarco Prismatama, cikal bakal pembukaan Indomaret di Kalimantan dan toko pertama dibuka di Ancol, Jakarta Utara. Tahun 1997 perusahaan mengembangkan bisnis gerai waralaba pertama di Indonesia, setelah Indomaret teruji dengan lebih dari 230 gerai. Pada Mei 2003 Indomaret meraih penghargaan Perusahaan Waralaba 2003 dari Presiden Megawati Soekarnoputri. Hingga Mei 2010 Indomaret mencapai 4261 gerai. Dari total itu gerai adalah milik sendiri dan sisanya gerai waralaba milik masyarakat, yang tersebar di kota-kota di Jabotabek, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jogjakarta, Bali, Lampung dan Medan. Di DKI Jakarta terdapat sekitar 488 gerai. Indomaret mudah ditemukan di daerah perumahan, gedung perkantoran dan fasilitas umum karena penempatan lokasi gerai didasarkan pada motto mudah dan hemat. Lebih dari jenis produk makanan dan non-makanan tersedia dengan harga bersaing, memenuhi kebutuhan konsumen sehari-hari.

33 40 Tabel 2.6 Kelebihan dan Kekurangan Indomaret Kelebihan Produk kebutuhan sehari hari Kekurangan Tidak memiliki cafe yang cukup lengkap Memiliki banyak gerai Alfamart Gambar 2.6 Alfamart PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk ialah suatu perusahaan yang bergerak pada bisnis waralaba swalayan yang menjual barang-barang keperluan sehari-hari. Dengan trandmark Alfa. yang kini sahamnya dimiliki oleh PT. Sigmantara Alfindo. Untuk menembus pasar di perkampungan, Alfa meluncurkan Alfamart yang mempunyai saingan utama, yaitu Indomaret.

34 41 Tabel 2.7 Kelebihan dan Kekurangan Alfamart Kelebihan Produk kebutuhan sehari hari Kekurangan Tidak memiliki cafe yang cukup lengkap Memiliki banyak gerai

BAB I PENDAHULUAN. bersaing ketat di dalam industri ritel. Banyak pemain yang mencoba menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing ketat di dalam industri ritel. Banyak pemain yang mencoba menjalankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini di Indonesia terdapat berbagai macam perusahaan yang tengah bersaing ketat di dalam industri ritel. Banyak pemain yang mencoba menjalankan bisnisnya untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PERSAINGAN INDOMARET DAN ALFAMART

ANALISIS PERSAINGAN INDOMARET DAN ALFAMART ANALISIS PERSAINGAN INDOMARET DAN ALFAMART 1. INDOMARET Indomaret merupakan jaringan minimarket yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari dengan luas penjualan kurang dari 200 M2. Dikelola

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 4 TAHUN 2010

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 4 TAHUN 2010 BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO: 4 2010 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SERI: E PEDOMAN PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG PERPASARAN SWASTA DI PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG PERPASARAN SWASTA DI PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG PERPASARAN SWASTA DI PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROPINSI DAERAH

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori 2.1 Services Marketing Marketing (pemasaran) adalah mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Manajemen pemasaran (marketing management) sebagai seni dan ilmu memilih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pemasaran (Marketing Definition) Saat ini konsumen dikelilingi oleh dunia pemasaran (marketing), di rumah, di tempat kerja, di jalan, di toko, di tempat bermain, dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG PERPASARAN SWASTA DI PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG PERPASARAN SWASTA DI PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG PERPASARAN SWASTA DI PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROPINSI DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perdagangan pada pasar modern di Indonesia mengalami perkembangan dan persaingan yang sangat ketat. Pada saat ini perkembangannya diperkirakan tiap tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan yang signifikan, sumber:

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan yang signifikan, sumber: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan usaha ritel seperti swalayan atau minimarket saat ini sedang mengalami pertumbuhan yang signifikan, sumber: www.ritelwaralaba.com. Hampir disetiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri ritel merupakan industri yang strategis bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Industri ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi Minimarket adalah sebuah jenis usaha yang menggabungkan antara konsep swalayan dalam skala kecil dengan target pasar yang sama dengan target pasar pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya jumlah penjualan mobil dari tahun ke tahun. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa, para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya jumlah penjualan mobil dari tahun ke tahun. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa, para pelaku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan industri otomotif di Indonesia dalam beberapa tahun ini berkembang dengan sangat pesat dan diperkirakan akan terus bertambah dalam beberapa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PERPASARAN SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PERPASARAN SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, LEMBARAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PERPASARAN SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang: a. bahwa sejalan dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Yield Management Internet telah menyebabkan banyak perusahaan untuk mempertimbangkan kembali model bisnis mereka saat ini dan mengevaluasi bagaimana untuk menangkap potensi pendapatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Market Assessment. Marketing Strategy. Business Plan. Conclusion

BAB III METODOLOGI. Market Assessment. Marketing Strategy. Business Plan. Conclusion 40 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Market Assessment SWOT Porter s Five Forces Marketing Strategy Business Plan Conclusion Gambar 3.1 Kerangka Pikir 41 3.2. Penjelasan Kerangka Pikir Pertama-tama,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Menurut Kotler (2008:58), strategi pemasaran adalah logika pemasaran dimana perusahaan berharap untuk menciptakan nilai pelanggan dan mencapai hubungan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditujukkan oleh adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditujukkan oleh adanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1. Konsep Strategis Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan dalam perkembangannya konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditujukkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Bisnis ritel modern di Indonesia tetap menunjukkan pertumbuhan di

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Bisnis ritel modern di Indonesia tetap menunjukkan pertumbuhan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis ritel modern di Indonesia tetap menunjukkan pertumbuhan di tengah persaingan yang ketat. Indonesia dengan jumlah populasi sebanyak 220 juta jiwa (BPS, 2010) merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Daya Saing 2.1.1 Pengertian Daya Saing Perusahaan yang tidak mempunyai daya saing akan ditinggalkan oleh pasar. Karena tidak memiliki daya saing berarti tidak memiliki keunggulan,

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Berdirinya Perusahaan Mini Market Indomaret. kebutuhan pokok sehari-hari karyawan, maka pada tahun 1988

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Berdirinya Perusahaan Mini Market Indomaret. kebutuhan pokok sehari-hari karyawan, maka pada tahun 1988 BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Berdirinya Perusahaan Mini Market Indomaret Berawal dari pemikiran untuk mempermudah penyediaan kebutuhan pokok sehari-hari karyawan, maka pada tahun 1988 didirikanlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin besarnya antusiasme dan agresifitas para pelaku bisnis baik di sektor industri, jasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, namun perekonomian Indonesia mampu tumbuh dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, namun perekonomian Indonesia mampu tumbuh dalam tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ekonomi global menunjukkan adanya ketidakpastian dalam perkembangannya, namun perekonomian Indonesia mampu tumbuh dalam tingkat yang mengesankan. Badan Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dunia bisnis yang terjadi seperti saat ini, para pelaku bisnis dituntut untuk memiliki strategi agar tetap dapat bertahan dalam menghadapi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Porter Strategi kompetitif merupakan suatu framework yang dapat membantu perusahaan untuk menganalisa industrinya secara keseluruhan, serta menganalisa kompetitor dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya, konsep strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditunjukkan oleh adanya perbedaan konsep

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA KASUS

BAB IV ANALISA KASUS BAB IV ANALISA KASUS 4.1 Latar Belakang Kasus Kehadiran 7-Eleven di Indonesia menunjukkan bahwa pemain baru tetap dapat memiliki kesempatan dalam mengembangkan bisnisnya meskipun situasi industri ritel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Properti Properti berasal dari bahasa Latin yaitu proprietas atau berarti kepemilikan, dan merujuk pada satu atau lebih entitas yang dimiliki seseorang atau badan organisasi, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis ritel dewasa ini semakin meningkat. Peningkatan persaingan bisnis ritel dipicu oleh semakin menjamurnya bisnis ritel modern yang sekarang banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin tinggipada masa kini dan masa yang akan datang di bidang pemasaran, maka peranan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas konsumen terdiri dari tiga kegiatan, yaitu: berbelanja, melakukan pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, konsumen

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 126 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis mendalam tentang PT. Asuransi Wahana Tata serta melakukan perhitungan terhadap setiap aspek yang berkaitan dengan pengembangan strategi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN PASAR TRADISIONAL, DAN PENATAAN PASAR MODERN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari penetrasi modern market di

BAB I PENDAHULUAN. telah berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari penetrasi modern market di BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bisnis consumer good khususnya makanan dan minuman di Indonesia telah berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari penetrasi modern market di berbagai daerah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu, ritel modern dan ritel tradisional. Ritel modern sebenarnya merupakan pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah

I. PENDAHULUAN. negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia telah memasuki perdagangan bebas lebih awal dibandingkan negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah menandatangani Letter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak pemasar kepada

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak pemasar kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia pemasaran dewasa ini sangat pesat, yang ditunjukkan dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak pemasar kepada konsumen. Kemudahan untuk

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat tetap hidup dan

BAB II URAIAN TEORITIS. Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat tetap hidup dan BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat tetap hidup dan berkembang. Tujuan tersebut hanya dapat dicapai melalui usaha mempertahankan dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. PT TAJUR merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa angkutan/ekspedisi, yaitu

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. PT TAJUR merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa angkutan/ekspedisi, yaitu BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan PT TAJUR merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa angkutan/ekspedisi, yaitu mengirinkan barang dalam skala besar. Sejarah serta perkembangannya

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha saat ini telah membawa para pelaku dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan konsumen. Berbagai pendekatan dilakukan

Lebih terperinci

Judul : Pengaruh Retail Marketing Mix

Judul : Pengaruh Retail Marketing Mix Judul : Pengaruh Retail Marketing Mix Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan (Studi pada Indomaret Denpasar Barat) Nama : Made Arly Dwi Cahyana Nim : 1215251165 ABSTRAK Loyalitas pelanggan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini terus meningkat. Hal ini mengakibatkan pengusaha-pengusaha harus bisa mengembangkan pola pikir yang kritis dalam menentukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Strategi Sistem dan Teknologi Informasi 2.1.1 Pengertian Perencanaan Strategis Perencanaan strategis, menurut Ward dan Peppard (2002, p462) adalah analisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan seberapa pentingnya kualitas pelayanan, kepuasan dan. kepada keberhasilan memenangkan persaingan dunia usaha.

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan seberapa pentingnya kualitas pelayanan, kepuasan dan. kepada keberhasilan memenangkan persaingan dunia usaha. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persaingan yang semakin ketat diantara perusahaan-perusahaan barang maupun jasa, sehinggga untuk meraih pasar yang dominan mereka akan mempertimbangkan seberapa pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia yang semakin berkembang dan pertumbuhan ekonomi serta industri telah banyak mengalami kemajuan yang sangat pesat. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Circle K

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Circle K BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pengambilan objek studi dalam penelitian ini adalah minimarket yang memiliki konsep convenience store di Kota Bandung. Menurut data dari Dinas KUKM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat saat ini, dapat dilihat bahwa sektor dunia usaha saat ini telah menjadi suatu arena persaingan yang sengit dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era yang modern, pertumbuhan ekonomi terus berkembang seiring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era yang modern, pertumbuhan ekonomi terus berkembang seiring BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era yang modern, pertumbuhan ekonomi terus berkembang seiring perkembangan yang disertai dengan kemajuan teknologi. Segala kemudahan yang diciptakan oleh manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan pasar yang ketat ini sebuah bisnis atau perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. persaingan pasar yang ketat ini sebuah bisnis atau perusahaan dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses perkembangan dunia usaha semakin pesat sekarang ini menyebabkan persaingan pasar semakin ketat. Dengan adanya persaingan pasar yang ketat ini sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014, Indonesia menjadi daya tarik yang luar biasa bagi pebisnis ritel, baik lokal maupun asing.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah Penulis melakukan analisis terhadap lingkungan industri yang dihadapi oleh Dewi Sambi Tenun dan Perancangan saluran distribusi multi channel Marketing,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Strategic Strategy dalam sebuah perusahaan terdiri dari beberapa pergerakan kompetitif dan pendekatan bisnis yang manager lakukan untuk mengembangkan bisnis, menarik dan melayani

Lebih terperinci

Muhammad Cendana Aji Manajemen Ekonomi 2016 STRATEGI PEMASARAN CONVENIENCE STORE 7-ELEVEN MARGONDA DEPOK DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN.

Muhammad Cendana Aji Manajemen Ekonomi 2016 STRATEGI PEMASARAN CONVENIENCE STORE 7-ELEVEN MARGONDA DEPOK DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN. Muhammad Cendana Aji 15213856 Manajemen Ekonomi 2016 STRATEGI PEMASARAN CONVENIENCE STORE 7-ELEVEN MARGONDA DEPOK DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN. Latar Belakang Persaingan bisnis ritel (minimarket dan convenience

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk penggunaan yang sifatnya individu sebagai pribadi maupun keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. untuk penggunaan yang sifatnya individu sebagai pribadi maupun keluarga. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Bisnis retail merupakan keseluruhan aktivitas bisnis yang terkait dengan penjualan dan pemberian layanan kepada masyarakat sebagai konsumen untuk penggunaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang melanda beberapa Negara di Asia pada tahun menuntut

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang melanda beberapa Negara di Asia pada tahun menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya persaingan dalam industri perbankan di Indonesia paska krisis ekonomi yang melanda beberapa Negara di Asia pada tahun 1997 1998 menuntut pelaku industri perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula keanekaragaman produk yang dihasilkan. Produk dengan jenis, kemasan, manfaat, rasa, dan tampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar, maka Indonesia dapat menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk memasarkan produk-produk

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Enterprise Resource Planning Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang didisain untuk dapat menyediakan lingkungan yang terintegrasi dan sistematis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 RUMAH Rumah adalah salah satu kebutuhan pokok manusia selain sandang dan pangan. Rumah biasanya digunakan manusia sebagai tempat berlindung dari panas matahari dan hujan. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ke konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ke konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi dan/atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perdagangan eceran (retailing) adalah perpenjualan barang atau jasa secara langsung ke konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi dan/atau keluarga. Salah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PENELITIAN 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan hidupnya, berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik daripada pesaingnya. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk memberikan kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. baik daripada pesaingnya. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk memberikan kepuasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam era modernisasi saat ini persaingan bisnis baik di pasar domestik maupun pasar internasional sangat ketat. Perusahaan yang ingin berkembang dan bertahan

Lebih terperinci

Materi Minggu 3. Model Deskriptif Manajemen Strategik (Bagian 1) Menurut David (1999) dalam proses manajemen strategik ada tiga tahap, yaitu:

Materi Minggu 3. Model Deskriptif Manajemen Strategik (Bagian 1) Menurut David (1999) dalam proses manajemen strategik ada tiga tahap, yaitu: M a n a j e m e n S t r a t e g i k 15 Materi Minggu 3 Model Deskriptif Manajemen Strategik (Bagian 1) 3.1 Proses Manajemen Strategik Manajemen strategik merupakan proses tiga tingkatan yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapatkan poin saat berbelanja di ritel tersebut. tahun 1990-an. Perkembangan bisnis Hypermarket merek luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapatkan poin saat berbelanja di ritel tersebut. tahun 1990-an. Perkembangan bisnis Hypermarket merek luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara mengenai ritel di Indonesia, industri ini telah dimulai di Indonesia sejak era 1970-an yang masih merupakan era peritel tradisional. Pada era ini masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia bisnis ritel di Indonesia telah berkembang demikian pesat sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia bisnis ritel di Indonesia telah berkembang demikian pesat sesuai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia bisnis ritel di Indonesia telah berkembang demikian pesat sesuai dengan perkembangan dinamika perekonomian yang terus mengalami proses modernisasi dalam era globalisasi

Lebih terperinci

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik 96 BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik Analisis lingkungan membantu perusahaan dalam menentukan langkah strategi yang tepat dalam

Lebih terperinci

Merancang Strategi Pemasaran

Merancang Strategi Pemasaran Modul ke: 09 Merancang Strategi Pemasaran Widi Wahyudi, S.Kom, SE, MM. Fakultas Ilmu Komputer Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id Definisi Pemasaran Pemasaran tidak hanya mengenal penjualan,pemasangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi yang begerak cepat telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi yang begerak cepat telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi yang begerak cepat telah dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. munculnya pasar tradisional maupun pasar modern, yang menjual produk dari

BAB I PENDAHULUAN. munculnya pasar tradisional maupun pasar modern, yang menjual produk dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berkembangnya bisnis ritel di Indonesia disebabkan oleh semakin luasnya pangsa pasar yang membuat produsen kesulitan untuk menjual produknya langsung ke

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN BAB II MANAJEMEN PEMASARAN 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran tidak bisa dipandang sebagai cara yang sempit yaitu sebagai tugas mencari cara-cara yang benar untuk menjual produk/jasa. Pemasaran yang ahli bukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Strategi Menurut Robbins dan Coulter (2014:266) Strategi adalah rencana untuk bagaimana sebuah organisasi akan akan melakukan apa yang harus dilakukan dalam bisnisnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Globalisasi menuntut kebutuhan akan arus informasi dan pengetahuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Globalisasi menuntut kebutuhan akan arus informasi dan pengetahuan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi merupakan suatu era keterkaitan dan ketergantungan antara satu manusia dengan manusia lainnya, baik dalam hal perdagangan, investasi, perjalanan, budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modern semakin meningkat. "Perkembangan itu sejalan dengan tumbuhnya Mall

BAB I PENDAHULUAN. modern semakin meningkat. Perkembangan itu sejalan dengan tumbuhnya Mall 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi, keberadaan bisnis ritel atau eceran di tengah-tengah masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini terjadi karena adanya perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purnomo dan Zulkieflimansyah (2000 : 8), istilah strategi berasal dari bahasa Yunani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purnomo dan Zulkieflimansyah (2000 : 8), istilah strategi berasal dari bahasa Yunani BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pengertian Manajemen Strategi Menurut Purnomo dan Zulkieflimansyah (2000 : 8), istilah strategi berasal dari bahasa Yunani strategos yang artinya memimpin,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA SWOT, PEMASARAN, DAN LINGKUNGAN BISNIS

BAB V ANALISA SWOT, PEMASARAN, DAN LINGKUNGAN BISNIS 65 BAB V ANALISA SWOT, PEMASARAN, DAN LINGKUNGAN BISNIS 5.1. Analisa SWOT 5.1.1. Strength (Kekuatan) - Mempunyai ragam variasi kegunaan yang tinggi (masak, membuat roti, minum, mengobati penyakit autisme,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan di bidang perekonomian selama ini telah banyak membawa akibat perkembangan yang pesat dalam bidang usaha. Sejalan dengan itu banyak bermunculan perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan oleh konsumen dan tidak mengetahui bagaimana cara

I. PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan oleh konsumen dan tidak mengetahui bagaimana cara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran merupakan hal yang sangat penting seiring dengan semakin tinggi dan meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat. Jika perusahaan tidak peka terhadap apa yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis eceran, yang kini populer disebut bisnis ritel, merupakan bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis eceran, yang kini populer disebut bisnis ritel, merupakan bisnis yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis eceran, yang kini populer disebut bisnis ritel, merupakan bisnis yang menghidupi banyak orang dan memberi banyak keuntungan bagi sementara orang lainnya. Pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan BAB I PENDAHULUAN 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis semakin pesat membuat orang berpikir lebih

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis semakin pesat membuat orang berpikir lebih 48 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis semakin pesat membuat orang berpikir lebih kreatif untuk membuat cara yang lebih efektif dalam memajukan perekonomian guna meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bisnis ritel eceran saat ini mengalami perkembangan cukup pesat, ditandai dengan semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan di bidang perekonomian selama ini telah banyak membawa dampak positif dalam bidang usaha dimana perusahaan-perusahaan mengalami perkembangan pesat

Lebih terperinci

BAB II Landasan Teori

BAB II Landasan Teori BAB II Landasan Teori 2.1 Pemasaran 2.1.1 Kebutuhan, Keinginan dan Permintaan Pembahasan konsep pemasaran dimulai dari adanya kebutuhan manusia. Kebutuhan dasar manusia bisa dibedakan berupa fisik seperti

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. 1. Identifikasi business model saat ini : dimana penulis akan malakukan

BAB 3 METODOLOGI. 1. Identifikasi business model saat ini : dimana penulis akan malakukan BAB 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pikir Business Plan Kerangka pikir penulis untuk model bisnis ini terdiri dari delapan langkah yaitu diantaranya berupa : 1. Identifikasi business model saat ini : dimana

Lebih terperinci

TUGAS CASE CANADA GOOSE

TUGAS CASE CANADA GOOSE TUGAS CASE CANADA GOOSE Kelompok 6 : Ade Lukito Hosea Suranta Ginting Martinus Manurung Mega Nur Innama Toga Sinaga PPM SCHOOL OF MANAGEMENT 2016 I Latar Belakang Canada Goose Inc merupakan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia diwajibkan untuk saling membantu satu sama lain,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia diwajibkan untuk saling membantu satu sama lain, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia diwajibkan untuk saling membantu satu sama lain, begitu pula untuk mendapatkan kebutuhan hidup mereka. Salah satu kegiatan manusia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam melaksanakan kegiatan pemasaran, perusahaan mengkombinasikan empat variabel yang sangat mendukung didalam menentukan strategi pemasaran, kombinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Buchari Alma, 2005:130

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Buchari Alma, 2005:130 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peningkatan taraf hidup masyarakat dan perkembangan zaman telah mempengaruhi banyak hal, salah satunya gaya hidup dan kebutuhan yang semakin meningkat dan

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepemilikan. Kebutuhan adalah keadaan merasa tidak memiliki kepuasan dasar dan

I. PENDAHULUAN. kepemilikan. Kebutuhan adalah keadaan merasa tidak memiliki kepuasan dasar dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mempunyai banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, baik kebutuhan yang bersifat biogenetik seperti rasa lapar dan haus maupun kebutuhan yang bersifat psikogenetik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era perkembangan zaman seperti ini telah terjadi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era perkembangan zaman seperti ini telah terjadi perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era perkembangan zaman seperti ini telah terjadi perkembangan bisnis yang sangat pesat, khususnya di bidang yang menghasilkan produk kebutuhan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SWOT PENENTUAN STRATEGI PEMASARAN UNTUK PENINGKATAN DAYA SAING DI CV. GLOBAL WARNA SIDOARJO

BAB IV ANALISIS SWOT PENENTUAN STRATEGI PEMASARAN UNTUK PENINGKATAN DAYA SAING DI CV. GLOBAL WARNA SIDOARJO BAB IV ANALISIS SWOT PENENTUAN STRATEGI PEMASARAN UNTUK PENINGKATAN DAYA SAING DI CV. GLOBAL WARNA SIDOARJO A. Penentuan Strategi Pemasaran sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing di CV. Global Warna Sidoarjo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan. Industri ritel dibagi menjadi 2 yaitu ritel tradisional dan ritel

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan. Industri ritel dibagi menjadi 2 yaitu ritel tradisional dan ritel 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan industri ritel belakangan ini menunjukkan kemajuan yang begitu berarti ditandai dengan makin banyaknya toko ritel modern di perkotaan. Industri ritel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri modern ritel dewasa ini semakin pesat, baik pemain lokal maupun asing semakin agresif bermain dalam pasar yang empuk tersebut. Prospek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori UKM Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel modern maupun munculnya bisnis ritel modern yang baru. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel modern maupun munculnya bisnis ritel modern yang baru. Perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bisnis ritel atau eceran mengalami perkembangan cukup pesat, ditandai semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel modern

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG Dicabut dengan Perda Nomor 1 Tahun 2014 PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 28 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DI KOTA

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. menghasilkan simpulan sebagai berikut : pemasok relatif tinggi, potensi masuknya pendatang baru relatif tinggi.

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. menghasilkan simpulan sebagai berikut : pemasok relatif tinggi, potensi masuknya pendatang baru relatif tinggi. BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka formulasi strategi ini menghasilkan simpulan sebagai berikut : 1. Analisis industri berdasarkan Five Forces memberikan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMASARAN USAHA KECIL (Tugas Kelompok Kewirausahaan)

PERENCANAAN PEMASARAN USAHA KECIL (Tugas Kelompok Kewirausahaan) PERENCANAAN PEMASARAN USAHA KECIL (Tugas Kelompok Kewirausahaan) Nama Kelompok : Fadhyl Muhammad 115030407111072 Ardhya Harta S 115030407111075 Ardiansyah Permana 115030407111077 UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam menganalisa, kami menggunakan data dengan pengumpulan menggunakan teknik sebagai berikut : a. Wawancara Dengan cara ini, penulis melakukan tanya jawab dengan bagian

Lebih terperinci