BAB IV ANALISA KASUS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISA KASUS"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISA KASUS 4.1 Latar Belakang Kasus Kehadiran 7-Eleven di Indonesia menunjukkan bahwa pemain baru tetap dapat memiliki kesempatan dalam mengembangkan bisnisnya meskipun situasi industri ritel Indonesia yang penuh dengan persaingan. Sejak di buka gerainya tahun 2009 sampai sekarang tahun 2010 telah menujukkan perkembangan hingga memiliki 13 gerai di Jakarta. Perkembangan 7-Eleven merupakan salah satu bukti nyata yang menunjukkan bahwa ini awal yang baik didalam mengembangkan bisnis ritel di Indonesia. Toko 7-Eleven didirikan pada tahun 1927 di Texas, Amerika Serikat. Nama 7- Eleven dimiliki oleh perusahaan Amerika yaitu Southland Corporation. 7-Eleven mengalami perkembangan yang baik di Amerika dan akhirnya berkembang hingga negara negara di dunia dan Indonesia juga termasuk negara untuk program ekspansi 7-Eleven. Pada dekade 1980 ekspansi 7-Eleven masuk ke Indonesia dan mencoba usahanya, namun kenyataan menujukkan hal lain. Pada dekade itu pula 7-Eleven menghentikan usahanya di Indonesia. Tahun Eleven dimiliki oleh perusahaan Jepang, yaitu Seven & I Holdings Co. Setelah 7-Eleven menjadi milik Jepang maka ekspansi ke Indonesia akan dilakukan kembali, akan tetapi pemerintah RI menolak memberikan ijin. Tahun 2006 menurut Aprindo pemerintah masih menolak kehadirannya karena untuk jasa 45

2 46 pendistribusian barang untuk convenience store masih masuk dalam daftar negatif investasi. Peraturan ini ditujukan untuk melindungi usaha kecil warga Indonesia agar tidak terancam dengan usaha asing yang mendominasi. Tahun Eleven memutuskan untuk bekerja sama dengan salah satu perusahaan Indonesia, yaitu PT. Modern International. Dengan kerja sama ini maka convenience store 7-Eleven dapat memiliki ijin untuk mengembangkan usahanya di Indonesia. Tanpa adanya kerja sama ini untuk kelas convenience store akan mengalami kesulitan mendapatkan ijin di Indonesia jika dipegang oleh perusahaan asing secara langsung Sejarah 7-Eleven 7-Eleven merupakan pelopor konsep convenience store pada tahun 1927 di perusahaan es Southland Dallas, Texas. Selain menjual balok es untuk mendinginkan makanan, juga menawarkan susu, roti dan telur. Ide bisnis baru ini ternyata dapat membuat pelanggan puas sehingga meningkatkan penjualan dan merupakan convenience store pertama di dunia. Gerai pertama perusahaan yang dikenal dengan nama toko Tote'm pada tahun 1946 berubah nama menjadi 7-Eleven untuk mencerminkan toko baru. Jam toko diperpanjang dari 7 pagi sampai 11 malam, tujuh hari seminggu. Jam toko dari 7 pagi hingga 11 malam ini yang mencirikan nama dari toko (7-Eleven / 7 sampai 11). Nama perusahaan berubah dari Southland Corporation menjadi 7-Eleven, Inc pada tahun 1999.

3 47 7-Eleven memimpin di dalam industri ritel. Berbasis di Dallas, Texas, perusahaan memiliki lebih dari toko di Amerika Serikat dan Kanada. Gerai yang beroperasi di Amerika Serikat berjumlah 6000 gerai dan diantaranya adalah bisnis waralaba. Setiap toko berfokus pada pemenuhan kebutuhan pembeli yang sibuk dengan menyediakan pilihan yang luas, produk dan jasa yang berkualitas tinggi pada harga yang wajar, bersama dengan transaksi yang cepat dan bersih, aman, ramah lingkungan. 7-Eleven dikenal secara internasional untuk minumannya, yaitu Big Gulp yang berupa minuman ringan (soda), Big Bite (hot dog), minuman Slurpee dan kopi. 7-Eleven memiliki sekitar gerai di negara negara di dunia termasuk Jepang, Taiwan, Thailand, Korea Selatan, Cina, Hong Kong, Malaysia, Meksiko, Singapura, Australia, Filipina, Indonesia, Norwegia, Swedia dan Denmark. Pada bulan November 2005, 7-Eleven, Inc menjadi anak perusahaan tidak langsung dari Seven & I Holdings Company, sebuah organisasi berbasis Jepang (corp.7-eleven.com). Convenience store 7-Eleven mulai berkembang lagi setelah menjadi milik perusahaan Jepang hingga berniat untuk melakukan ekspansi keluar termasuk Indonesia. Di Indonesia 7-Eleven mengalami hambatan dalam mendapatkan ijin dari pemerintah karena adanya aturan pemerintah yang melarang pengusaha asing yang terjun langsung di bisnis ritel dengan luas bangunan skala kecil. Namun setelah melakukan kerja sama dengan PT. Modern International Tbk sebagai master franchise, maka 7- Eleven dapat memulai bisnisnya di Indonesia. Pada tahun Eleven resmi memulai bisnisnya di Indonesia.

4 48 Terdengar kabar bahwa Seven & I Holdings Company melakukan kerja sama melalui joint venture dengan PT.Modern International. Setelah dibentuknya joint venture dengan mitra local, mereka akan membentuk master franchise, sehingga cara ini akan mempermudah penetrasi peritel asal negeri matahari terbit ini di pasar Indonesia Perbedaan Convenience store dan Minimarket Di Indonesia, khususnya kota besar, minimarket tumbuh dengan pesat. Jaringan minimarket seperti Indomaret dan Alfamart, terus bertumbuh dan makin hari semakin meningkat jumlah pelanggannya. Konsep convenience store menawarkan pengalaman berbelanja melalui jam operasional 24 jam, atmosfer toko yang eksklusif, display produk yang unik dan lingkungan berbelanja yang nyaman dan aman. Pengalaman berbelanja adalah produk utama yang ditawarkan convenience store dan membedakan dari yang lain bahwa bisnis ritel dapat memberikan kenyaman terhadap konsumen disaat berbelanja. ( Convenience stores adalah toko berukurang kecil yang menyediakan produk kebutuhan sehari hari yang terbatas dan menyediakan pula produk lain yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam hal kenyamanan. Lokasi convenience store banyak terdapat di jalan yang ramai atau di stasiun gas / SPBU (Cyprus and Harris, 2010). Sedangkan mini swalayan (Minimarket) adalah sarana/ tempat usaha untuk melakukan penjualan barang-barang kebutuhan sehari-hari secara eceran dan

5 49 langsung kepada konsumen akhir dengan cara swalayan yang luas lantai usahanya paling besar (maksimal) 200m 2 (Perda DKI Jakarta No. 2/2002 tentang Perpasaran Swasta). Convenience Store sendiri diposisikan berbeda dengan Mini Market. Produk yang disediakan oleh convenience store lebih sedikit dibandingkan dengan minimarket, walaupun luas toko pada umumnya hampir sama dengan minimarket. Pelanggan biasanya mendatangi convenience store untuk membeli barang-barang yang segera digunakan. Convenience store juga buka 24 jam 365 hari dalam setahun. Minimarket biasanya tidak buka 24 jam sehari 365 hari setahun, dan barang-barang yang disediakan biasanya untuk keperluan rumah tangga. Minimarket biasanya didatangi oleh ibu rumah tangga untuk belanja keperluan seminggu, namun convenience store didatangi oleh karyawan dan mahasiswa untuk berbelanja kebutuhan saat itu juga (Brand Management Circle K, 2009) Produk Produk 7-Eleven Gerai convenience store 7-Eleven yang menyajikan makanan dan minuman siap saji ini memiliki perbedaan dari lawan - lawannya. Salah satu produknya yang telah dikenal secara internasional yaitu Slurpee yang telah membuat sebuah tren baru dalam sebuah minuman. Slurpee juga merupakan best-selling produk dari 7-Eleven karena keunikannya. Minuman ini berupa minuman soda, namun bukan soda biasa, melainkan soda yang telah diproses menjadi es dan dapat diminum serta dimakan menggunakan sedotan dan sendok. Lalu yang membuatnya unik, produk minuman

6 50 soda di 7-Eleven memiliki ukuran yang sangat besar, bahkan akan membuat pelanggan sangat puas. Yang membedakan 7-Eleven dari bisnis ritel lainnya, yaitu tersedianya banyak makanan siap saji. Walaupun Circle K juga menyediakan makanan siap saji, tetapi 7- Eleven memiliki produk yang lebih banyak dan 7-Eleven lebih fokus pada produk siap sajinya. Beberapa produk 7-Eleven, diantaranya: Gambar 4.1 Big Gulp Big Gulp merupakan minuman soda dalam ukuran besar. Soda yang dapat dipilih diantaranya Coca-Cola, Pepsi, Diet Coke, Diet Pepsi, Mountain Dew, Sprite dan lainnya.

7 51 Gambar 4.2 Slurpee Slurpee adalah minuman soda yang telah diproses menjadi es. Minuman ini telah dikenal secara internasional akan keunikannya. Dalam pembuatan Slurpee diperlukan mesin khusus yang dapat memproses minuman soda hingga menjadi sebuah minuman tersebut. Produk ini juga merupakan best-selling produk di 7- Eleven.

8 52 Gambar 4.3 Big Bite Big Bite merupakan makanan berupa roti dengan daging ditengahnya atau dikenal dengan nama hotdog dan disesuaikan dengan ciri khas 7-Eleven. Produk ini akan dipanaskan dengan Mikrowave sebelum di bayarkan di kasir. Gambar Fresh 7 Fresh merupakan makanan berupa soti sandwich yang disediakan dengan isi yang bervariasi seperti sapi, ayam, tuna, dan lainnya.

9 53 Gambar 4.5 Cafe Select Café Select merupakan minuman yang terdiri dari kopi dan teh dengan rasa yang bervariasi. Dengan konsep self-service maka pelanggan akan mendapat pengalaman baru dalam mendapatkan produk ini. Produk produk 7-Eleven lainnya juga masih ada seperti paket bento yang berupa makanan paket, lasagna, dan banyak lainnya. Dengan tersedianya banyak makanan siap saji ini telah dapat membuat banyak pelanggan yang datang. Disaat tertentu seperti bulan Ramadhan, 7-Eleven akan menambah produknya, seperti menu

10 54 untuk berbuka puasa yang terdiri dari tajil, kurma dan makanan utama. Hal ini juga merupakan salah satu usaha dari 7-Eleven dalam melakukan promosi untuk mengembangkan usahanya Perijinan 7-Eleven Convenience store merupakan minimarket yang menyajikan makanan dan minuman siap saji dengan rata-rata ukuran bangunan berkisar seluas 200 m 2. Namun beberapa kendala dihadapi oleh 7-Eleven karena memiliki fasilitas yang berbeda dengan yang lainnya. Pemerintah melakukan investigasi terhadap 7-Eleven dan ijin sebagai convenience store tidak didapat, melainkan 7-Eleven dianggap sebagai restoran atau cafeteria. Hal ini disebabkan gerai 7-Eleven di Indonesia menyediakan kursi dan meja untuk pelanggan dan juga memiliki lantai ke 2 untuk pelanggan yang berfungsi sama dengan cafetaria. Hingga saat ini masalah status ijin 7-Eleven masih belum terselesaikan dan tindakan dalam menyelesaikan masalah ini masih belum diketahui perkembangannya Permasalahan Perkembangan 7-Eleven di Indonesia menunjukkan awal yang baik dalam kecepatan menambah gerainya. 7-Eleven telah berhasil dalam mendapat pangsa pasar dan terus berkembang hingga menambah gerai gerainya di Indonesia. Langkah 7- Eleven di Indonesia menunjukkan contoh yang baik sebagai pemain bisnis ritel baru

11 55 di Indonesia. Walaupun persaingan industri ritel di Indonesia saat ini sangat ketat, pemain baru seperti 7-Eleven telah menunjukkan perkembangan yang baik. Hal ini perlu dianalisa tentang keberhasilan PT. Modern International Tbk dalam mengembangkan 7-Eleven di Indonesia. 4.2 Analisa dan Pembahasan Kasus Analisa Persaingan Besar Luas Toko CVS Minimarket Supermarket Hypermarket Kecil Sedikit Banyak Jumlah Produk Gambar 4.6 Perceptual Map Bisnis Ritel Dalam Gambar perceptual map menunjukkan bahwa convenience store dan minimarket memiliki luas bangunan yang hampir sama, namun memiliki jumlah

12 56 produk yang berbeda. Begitu juga pada produk saji yang hanya dimiliki oleh convenience store. Persaingan di Indonesia pada industri ritel telah berada pada situasi yang sangat ramai. Convenience store 7-Eleven merupakan bisnis ritel yang fokus pada produk makanan dan minuman siap saji. Sebagai pemain baru di bisnis ritel di Indonesia 7-Eleven harus bisa ikut bersaing dengan pemain pemain yang sudah ada. Indomaret, Alfamart, Circle K merupakan saingan utama dalam mendapat pangsa pasar. Terutama pada Circle K yang juga merupakan convenience store yang juga menjual beberapa produk siap saji. Table 4.1 Kompetisi No. Pemain Bisnis Ritel Produk kebutuhan sehari - hari Produk siap saji Cafe / kursi dan meja 1 7-Eleven 2 Indomaret 3 Alfamart 4 Circle K Jika persaingan bisnis ritel antar pemain di golongkan kedalam satu jenis minimarket maka situasi persaingan akan sangat ramai dalam merebut pangsa pasar. Namun pada dasarnya Indomaret dan Alfamart merupakan minimarket yang memiliki perbedaan dengan convenience store. Jika dilihat pada jenisnya maka Indomaret dan Alfamart bukan merupakan saingan utama dari 7-Eleven di Indonesia. Meski convenience store memiliki produk kebutuhan sehari hari juga, namun tidak selengkap yang dimiliki oleh minimarket.

13 57 Sedangkan untuk Circle K memiliki jenis yang sama dengan 7-Eleven, yaitu convenience store, sehingga membuat situasi persaingan yang saling berhadapan antara kedua pemain bisnis ritel ini. Kedua pemain memiliki café / menyediakan kursi dan meja untuk pelanggan, namun 7-Eleven memiliki luas café yang lebih, bahkan memiliki lantai ke dua untuk café tersendiri. Begitu juga untuk produk makanan dan minuman siap sajinya, 7-Eleven memiliki lebih banyak variasi, karena 7-Eleven memegang konsep yang fokus terhadap produk siap sajinya Perkembangan 7-Eleven Indonesia Convenience store 7-Eleven telah mengalami perkembangan yang baik semenjak memasuki Indonesia tahun Tidak seperti sejarahnya yang pernah gagal di dekade 1980, kali ini usaha 7-Eleven di Indonesia menunjukkan awal yang baik. Sampai tahun Eleven telah memiliki banyak gerai di Jakarta. Bergerak Dalam Diam, mungkin itu kata yang tepat untuk 7-Eleven Indonesia. Tanpa banyak promosi dan publikasi, dalam waktu singkat hanya beberapa bulan, 7- Eleven Indonesia sudah membuka paling tidak 13 gerai di jakarta, yaitu di Bulungan, Kemang, Menteng, Matraman, Salemba, Wahid Hasyim, Teluk Betung, Cipete, Mampang, SPBU Tarogong, Tebet, Pasar Festival dan Panglima Polim. Kemampuan dalam membuka gerai ini tergolong sangat cepat, karena waktu pembukaan antara satu dengan yang lain cukup dekat dan sekitar setiap 1-2 minggu akan muncul 1 gerai 7-Eleven. Sebuah target yang sangat baik.

14 58 Tabel 4.2 Daftar Gerai 7-Eleven di Jakarta No Tempat Keterangan 1 Bulungan Tiap tiap lokasi gerainya 7-Eleven dipilih berdasarkan prosedur yang harus dijalankan, yaitu berupa kelayakan standar yang harus terpenuhi. 2 Kemang 3 Menteng 4 Teluk Betung 5 Matraman 6 Cipete 7 Mampang 8 Terogong 9 Salemba 10 Tebet 11 Wahid Hasyim 12 Pasar Festival 13 Panglima Polim Tim development akan melakukan survey ke beberapa tempat strategis dan harus disurvey dari segi visibility, accessibility beserta kelayakannya. Bila semua sudah terpenuhi, maka akan diproses untuk sewa dan pembangunannya. Setiap lokasi akan ditinjau berdasarkan traffic generator, diantaranya: - Resident area Apakah lokasi gerai dekat dengan perumahan tempat tinggal masyarakat. Hal ini dilihat untuk mengetahui apa lokasi gerai cukup strategis dari rumah masyarakat dan pelanggan. - Office building Lokasi gerai perlu dilihat pula jika berdekatan dengan perkantoran, sehingga dapat menarik perhatian pegawai kantor untuk menjadi pelanggan. - Sekolah Lokasi gerai yang berdekatan dengan sekolah, diharapkan dapat menarik siswa siswi sekolah yang dapat berbelanja setelah pulang sekolah.

15 59 - Hotel Lokasi gerai yang berdekatan dengan hotel dapat menarik pelanggan dari hotel itu sendiri. Akan dilihat traffic dari masing - masing sumber tersebut mempunyai potensi accessibility yang cukup mudah atau tidak dengan lokasi toko yang bersangkutan. Accessibility itu berarti apakah lokasi gerai mudah di akses atau tidak dari tiap tiap traffic. Semakin mudahnya akses maka semakin tinggi pula lokasi gerai untuk dapat memiliki banyak pelanggan. Setiap traffic juga harus memiliki visibility yang baik terhadap lokasi gerai. Lokasi gerai harus mudah terlihat dari tiap tiap traffic agar memudahkan masyarakat untuk melihat lokasi gerai 7-Eleven. Dari hasil survey tersebut akan diperkirakan kurang lebih berapa pelanggan yang melalui dan akan masuk ke lokasi toko yg bersangkutan. Untuk menghitungnya akan diperkirakan dari jumlah masyarakat yang melalui lokasi gerai tersebut serta memperkirakan letak traffic yang ada. Untuk jumlah masyarakat yang melalui lokasi akan diperkirakan dengan minimal 1000 orang dalam beberapa waktu. Jika sudah memenuhi jumlah tersebut maka lokasi sudah dianggap layak untuk dibagun gerainya. Perkembangan 7-Eleven dapat dilihat pada gerai gerainya yang terus bertambah. 3 gerai pertama akan di jelaskan, diantaranya:

16 60 7-Eleven Bulungan Gambar 4.7 Gerai 7-Eleven Bulungan Gerai 7-Eleven yang terdapat di daerah Bulungan, Jakarta Selatan ini merupakan daerah yang cukup ramai. Lokasi gerai ini cukup strategis karena dekat dengan beberapa tempat hiburan masyarakat, seperti banyak kafe yang ada di sekitar daerah bulungan ini. Lalu Dekat dengan sebuah Mall, yaitu Mall Blok M Plaza. Ada pula sekolah yaitu SMU 6 dan SMU 70 yang membuat anak anak sekolah banyak berdatangan ke gerai 7-Eleven sepulang sekolah. Kawasan Bulungan ini merupakan salah satu tempat yang ramai dijadikan bagi masyarakat untuk menghabiskan waktu untuk berkumpul dan gerai 7- Eleven di Bulungan ini adalah salah satu tempat yang menjadi tujuan bagi masyarakat.

17 61 7-Eleven Kemang Gambar 4.8 Gerai 7-Eleven Kemang Gerai 7-Eleven di Kemang ini memiliki 2 tingkat lantai yang dapat digunakan untuk pelanggan. Kawasan Kemang merupakan salah satu kawasan yang paling ramai di Jakarta, sehingga lokasi gerai disini merupakan lokasi yang strategis untuk menarik pelanggan. Dengan banyaknya restoran dan kafe hingga klub membuat lokasi Kemang ini merupakan lokasi yang terbaik dalam menarik pelanggan. Kemang memang tempat yang sangat disukai remaja untuk menghabiskan waktu dan bergaul, sehingga gerai 7-Eleven di Kemang hampir tidak pernah sepi, khususnya pada weekends.

18 62 7-Eleven Menteng Gambar 4.9 Gerai 7-Eleven Menteng Gerai 7-Eleven di Menteng juga memiliki 2 lantai seperti di Kemang dan Menteng, juga merupakan salah satu tempat yang cukup ramai dikunjungi masyarakat Jakarta. Lokasi gerai ini tepat bersebrangan dengan lokasi Taman Menteng yang merupakan salah satu tempat yang sangat ramai dikunjungi oleh masyarakat untuk menghabiskan waktu dan bergaul. Lokasi gerai ini tidak jauh dari kawasan Kuningan sehingga banyak pegawai kantoran pula yang datang pada siang hari pada waktu jam makan siang, walau sekarang telah dibuka pula di lokasi kuningan, yaitu di Pasar Festival. Begitu juga pada lokasi gerai gerai lainnya seperti di Teluk Betung, Matraman, Cipete, Mampang, Terogong, Salemba, Tebet, Wahid Hasyim, Pasar

19 63 Festival dan yang terbaru di Panglima Polim. Semua lokasi itu dipilih bedasarkan survey yang cukup baik dan dicari lokasi yang strategis dan tepat agar dapat menarik pelanggan. Setiap lokasi perlu di analisa apakah merupakan lokasi yang yang benar benar tepat dan strategis bagi pelanggan. Perkembangan 7-Eleven di Indonesia memiliki kecepatan yang sangat baik. Dari awal hingga sekarang menunjukkan terlihat perkembangan yang signifikan. Selain jumlah gerainya yang meningkat dalam waktu singkat, juga pelanggan yang terus berdatangan ke gerai 7-Eleven terdekat. Pada siang hari pegawai kantoran akan berdatangan pada jam makan siang, sedangkan untuk sore hingga malam pelanggan yang banyak datang adalah pemuda pemudi yang menghabiskan waktu di gerai 7- Eleven. Gerai 7-Eleven telah menjadi tempat yang cocok bagi kalangan muda untuk menghabiskan waktu, khususnya pada weekends seperti hari sabtu dan minggu. Dapat terlihat bahwa pemilihan lokasi gerai 7-Eleven yang cukup strategis, merupakan salah satu strategi utama yang dilakukan oleh 7-Eleven. Pemilihan lokasi yang tepat merupakan langkah 7-Eleven agar dapat berkembang dengan baik dan agar dapat menarik pelanggan dengan baik demi meningkatkan keuntungan.

20 Analisa Porter Five Forces Gambar 4.10 Analisa Porter Five Forces Analisa Porter Five Forces digunakan untuk menganalisa suatu industri, dalam hal ini industri ritel. Analisa ini akan digunakan untuk menganalisa situasi industri ritel disaat 7-Eleven memasuki Indonesia tahun Buyers Bargaining Power: High Faktor yang dapat mempengaruhi: - Memiliki jumlah pembeli yang sangat besar. - Barang yang tersedia cukup banyak. - Harga yang berbeda beda, hingga masyarakat dapat memilih.

21 65 Dapat disimpulkan kekuatan pembeli adalah tinggi. Suppliers Bargaining Power: Low Di Indonesia terdapat banyak pemasok bagi bisnis ritel. Dengan banyaknya pemasok ini menunjukkan bahwa kekuatan suatu pemasok dalam menentukan harga memiliki batas tertentu. Faktor yang dapat menentukan diantaranya: - Di Indonesia sudah terdapat banyak pemasok, sehingga kemungkinan mengganti suatu pemasok sangat besar. - Barang pengganti sangat tinggi. Dapat disimpulkan kekuatan pemasok di industri ritel adalah rendah. Substitute Product: High Faktor yang dapat mempengaruhi adalah: - Pemain bisnis ritel yang banyak, hingga memiliki banyak pengganti. - Dengan fungsi yang sama, bahkan warung warung dapat menjadi pengganti. Kesimpulan menunjukkan kekuatan produk pengganti cukup tinggi. Threat of New Entrance: Low Situasi persaingan yang ketat ini merupakan salah satu alasan bagi pemain baru untuk bergerak di industri sejenis. Dengan adanya persaingan ini dikhawatirkan bagi pemain baru akan kalah saing dengan bisnis ritel yang telah ada dan sudah berkembang. Untuk mencari lokasi yang tepat sudah sulit karena bisnis ritel yang ada telah berada di banyak lokasi yang strategis. Faktor faktor barrier-to-entry yang mempengaruhi adalah:

22 66 - Jumlah pesaing yang cukup banyak. Memiliki 4 pesaing utama dalam kelas yang sama (minimarket dan convenience store) dan sudah terdapat ribuan gerai bisnis ritel di Indonesia, khususnya Jakarta sudah terdapat hampir disemua kawasan. - Biaya dalam membangun suatu bisnis ritel tidak sedikit. Memerlukan biaya sewa bangunan / lahan, ijin dan sebagainya. Kesulitan yang ada membuat pebisnis untuk tidak memilih dalam industri ritel ini. Sehingga didapat kesimpulan bahwa ancaman pemain baru yang akan masuk adalah rendah. Rivalry Among Consisting Competitors: High Hasil dari ke 4 forces, diantaranya: - Kekuatan pembeli tinggi, hingga akan terjadi persaingan antar pebisnis ritel dalam mendapatkan pelanggan. - Kekuatan Supplier rendah, yang dapat menyebabkan tiap bisnis ritel dapat memilih supplier yang tepat dalam mengembangkan bisnisnya. - Terdapat produk pengganti yang cukup tinggi. Hal ini menyebabkan persaingan makin sengit dalam medapatkan pelanggan. - Ancaman terhadap pemain yang akan masuk cukup rendah, karena persaingan yang sudah terjadi sudah cukup ramai dan tidak memberikan peluang bagi pemain baru. Dari keseluruhan maka didapat kesimpulan bahwa dengan situasi yang terjadi maka persaingan antara pesaing di bisnis ritel menunjukkan tingkat persaingan yang cukup

23 67 tinggi, namun pasar yang tersedia masih menunjukkan perkembangan yang baik di industri ritel dan masih terdapat peluang untuk mengembangkannya Analisa SWOT Keberhasilan 7-Eleven di Indonesia telah menjadi suatu awal yang baik. Dari situasi ini dapat dianalisa menggunakan analisa SWOT. Analisa SWOT digunakan untuk menjelaskan faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta faktor eksternal dari peluang dan ancaman. Dengan memahami faktor faktor tersebut dapat membantu dalam memahami situasi yang terjadi. Kesimpulan untuk perumusan SWOT dari 7-Eleven di Indonesia adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Tabel Analisa SWOT 7-Eleven Indonesia Strengths Produk yang inovatif Variasi Produk Brand yang kuat Tersedia kursi dan meja yang luas untuk konsumen Opportunities Peluang pasar masih terbuka karena 7-Eleven memfokuskan diri dalam penyediaan makanan Weaknesses Lebih cenderung ke segmen tertentu, yaitu remaja Masih memiliki gerai yang terbatas di Indonesia. Perijinan yang belum jelas Threats Karena memiliki bisnis model yang kuat, sehingga menjadi sasaran saingan

24 68 dan minuman siap sajinya Peningkatan berbelanja pada pasar modern (minimarket, Model bisnis yang bisa ditiru Memiliki banyak pengganti (substitusi) supermarket, dan lainnya) Strengths 7-Eleven memiliki produk yang inovatif dalam makanan dan minuman siap sajinya. Salah satu minumannya, yaitu Slurpee sudah dikenal akan keunikannya. Memiliki variasi produk yang cukup banyak. Tersedia berbegai menu siap saji seperti Slurpee, Big Gulp, Big bite, Menu bento (lunch box), dan lain lainnya. Brand 7-Eleven sudah sangat mendunia dan sudah ada sejak tahun Sejak itu nama 7-Eleven telah menjadi salah satu bisnis yang sukses di dunia. Memiliki konsep yang kuat, yaitu dilengkapi dengan kursi dan meja yang luas tersedia untuk konsumen. Hal ini yang membedakannya dengan minimarket lainnya. Weaknesses Memiliki kecendrungan terhadap pelanggan remaja. Gerai 7-Eleven di Indonesia telah menjadi salah satu tempat berkumpulnya para remaja untuk bergaul dan menghabiskan waktu, dan ini telah menjadi trend.

25 69 Gerai yang masih terbatas di Indonesia merupakan suatu kendala dalam bersaing dengan saingannya. Perijinan status 7-Eleven masih belum memiliki kejelasan yang pasti. Saat ini 7-Eleven dianggap sebagai restoran / café karena memiliki kursi, meja yang luas dan memiliki lantai kedua untuk pelanggan. Opportunities 7-Eleven memiliki konsep yang fokus pada produk makanan dan minuman siap saji, sehingga memiliki produk siap saji yang cukup bervariasi. Dengan konsep ini masih menunjukkan peluang pasar masih terbuka. Menurut penelitian AC Nielsen di Indonesia tahun 2005 menunjukkan bahwa kontribusi minimarket mengalami peningkatan dari 4,7% pada tahun 2001 menjadi 9,9% pada tahun 2005 (Circle K Indonesia, 2006). Threats Model bisnis yang kuat dapat menyebabkan semua saingan menempatkannya sebagai salah satu sasaran untuk di hadapi dalam persaingan bisnis. Pemain yang lain akan mencoba untuk menghadapi 7-Eleven, sehingga munculnya ancaman dari pesaing lainnya. Model bisnis 7-Eleven ini merupakan konsep yang unik, namun model ini dapat ditiru oleh pesaing agar dapat meningkatkan persaingan. Terdapatnya pengganti dengan fungsi yang hampir sama, seperti convenience store lainnya maupun minimarket.

26 Analisa TOWS Matriks Tabel 4.4 Analisa TOWS Matriks 7-Eleven Indonesia Strengths Opportunities Memasarkan 7-Eleven agar dapat lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia. Weaknesses Meningkatkan pemasaran yang lebih baik. Menambah gerai gerainya. Threats Mempertahankan konsumen. Melakukan promosi yang lebih baik. Meningkatkan aktifitas promosi. Mempertahankan konsumen. Strength Opportunities Kekuatan yang dimiliki oleh 7-Eleven bila dipadukan dengan peluang yang ada maka akan dapat dilakukan beberapa strategi dalam pengembangannya. Dengan meningkatkan pemasaran maka dapat menarik perhatian masyarakat untuk menjadi pelanggan 7-Eleven. Dengan pendekatan yang baik dapat membuat ketertarikan masyarakat akan 7-Eleven semakin meningkat. Strength Threats Dalam menghadapi ancaman yang ada, maka 7-Eleven perlu menggunakan kekuatan dalam menghadapinya. Di dalam persaingan yang ketat di industri

27 71 ritel maka perlunya mempertahankan konsumen yang ada agar tidak berpaling ke lain. Diperlukannya promosi yang baik sehingga konsumen tetap setia terhadap 7-Eleven. Perlu juga peningkatan yang lain agar pelanggan akan terus loyal. Weaknesses Opportunities Dengan adanya kelemahan, maka perlu memanfaatkan peluang yang ada. Perlunya aktifitas yang memasarkan produk produk 7-Eleven maka akan meningkatkan kesadaran masyarakat (brand awareness). Selanjutnya dapat dilakukan dengan menambah gerai dalam pengembangannya. Weaknesses Threats Kelemahan dan ancaman yang tidak dapat ditangani lagi dengan menggunakan kekuatan dan peluang yang ada, maka perlunya promosi yang baik dalam menarik perhatian pelanggan. Promosi yang kreatif perlu juga dilakukan agar masyarakat akan dapat mengingatnya serta meningkatkan kesadaran akan produk.

28 Analisa Ansoff Matriks Gambar 4.11 Analisa Ansoff Matriks 7-Eleven merupakan pemain baru di industri ritel pasar Indonesia. 7-Eleven merupakan convenience store yang memiliki banyak variasi pada produk siap sajinya. Produk mereka sangat berbeda dari saingan lainnya. Setelah dilakukan identifikasi, ditemukan bahwa selain tempat yang strategis, masyarakat tertarik datang karena produk mereka yang berbeda dan unik. Sesuai dengan ciri yang menunjukkan di mana sebuah unit bisnis memperkenalkan produk baru ke pasar-pasar yang telah ada merupakan suatu strategi pertumbuhan yang digunakan oleh 7-Eleven Indonesia. 7-Eleven menunjukkan posisi mereka menggunakan strategi product development. Dengan variasi produk siap saji mereka yang unik dan baru di pasarkan pada pasar ritel yang telah ada maka menunjukkan strategi yang digunakan adalah pengembangan produk.

29 Analisa Marketing Mix Gambar 4.12 Analisa Marketing Mix Dalam menganalisa convenience store 7-Eleven Indonesia dapat dianalisa dengan marketing mix. Dengan marketing mix dapat dianalisa beberapa faktor yang terdiri dari produk, harga, tempat dan promosi dari 7-Eleven Indonesia. Faktor faktor tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: Produk 7-Eleven adalah convenience store yang fokus terhadap produk mereka, khususnya produk makanan dan minuman siap saji. Produk makanan dan minuman siap saji 7-Eleven memiliki keunggulan tersendiri dibanding dengan

30 74 lawannya. Contohnya saja minuman Slurpee yang hanya dimiliki oleh 7- Eleven dan digemari oleh banyak pelanggan. Banyak produk lainnya pula yang digemari oleh pelanggan seperti Big Gulp, Big Bite dan lainnya. Hal ini terjadi karena 7-Eleven memang memfokuskan diri pada produk siap saji mereka. Harga Produk produk gerai 7-Eleven juga relatif terjangkau bagi pelanggan. Produk makanan dan minuman siap saji 7-Eleven memiliki harga yang terjangkau. Untuk 1 gelas ukuran sedang Slurpee hanya berkisar Rp , sedangkan yang besar hanya Rp Untuk minuman yang digemari banyak kalangan ini memiliki harga yang sangat terjangkau. Begitu juga dengan produk kebutuhan sehari hari 7-Eleven memiliki harga yang standar yang mirip dengan produk produk yang dimiliki oleh bisnis ritel lainnya (Indomaret, Alfamart, dan lainnya). Tempat / Jalur Distribusi Convenience store 7-Eleven menjual produk produk yang bervariasi. Jalur distribusi produk makanan dan minuman siap saji seperti Slurpee, Big Bite dan lainnya hanya dijual secara langsung di setiap gerai 7-Eleven yang ada. Sedangkan jalur distribusi untuk produk produk lainnya seperti mie instant, sabun, dan lain lainnya melalui pemasok (supplier). Proses pemasok ini mirip dengan bisnis ritel lainnya, yaitu dari wholesaler > retailer > consumer.

31 75 Beberapa pemasok yang dimiliki seperti Indofood, Coca Cola, Orang tua Group, dan lainnya. Promosi 7-Eleven di Indonesia memang belum terlalu lama, namun promosi yang dilakukan tidak dilakukan secara besar besaran. Beberapa promosi yang pernah dilakukan diantaranya pada bulan Ramadhan tahun Eleven ikut merayakannya dengan menambah menu untuk berbuka puasa yang terdiri dari tajil, buah kurma, dan makanan utamanya. Lalu ada beberapa event yang dilakukan oleh 7-Eleven dengan menggelar acara Study Tour SD Bina Nusantara Simprug ke 7-Eleven Bulungan, lalu ada pula Red Rush Exotic Cars di 7-Eleven Matraman. Beberapa promosi yang masuk media elektronik juga ada, seperti radio. Aktifitas promosi memang penting, namun nama 7- Eleven berkembang melalui word-of-mouth antar masyarakat hingga banyak dikenal banyak orang.

BAB I PENDAHULUAN. bersaing ketat di dalam industri ritel. Banyak pemain yang mencoba menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing ketat di dalam industri ritel. Banyak pemain yang mencoba menjalankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini di Indonesia terdapat berbagai macam perusahaan yang tengah bersaing ketat di dalam industri ritel. Banyak pemain yang mencoba menjalankan bisnisnya untuk

Lebih terperinci

Muhammad Cendana Aji Manajemen Ekonomi 2016 STRATEGI PEMASARAN CONVENIENCE STORE 7-ELEVEN MARGONDA DEPOK DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN.

Muhammad Cendana Aji Manajemen Ekonomi 2016 STRATEGI PEMASARAN CONVENIENCE STORE 7-ELEVEN MARGONDA DEPOK DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN. Muhammad Cendana Aji 15213856 Manajemen Ekonomi 2016 STRATEGI PEMASARAN CONVENIENCE STORE 7-ELEVEN MARGONDA DEPOK DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN. Latar Belakang Persaingan bisnis ritel (minimarket dan convenience

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk tetap menggunakan produk yang dihasilkan perusahaan tersebut. berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. untuk tetap menggunakan produk yang dihasilkan perusahaan tersebut. berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemasaran merupakan suatu proses dan manajerial yang membuat individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari sisi perusahaan maupun sisi customer, dengan kata lain brand

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari sisi perusahaan maupun sisi customer, dengan kata lain brand 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Menurut David Aaker, brand equity adalah kombinasi aset yang dapat dilihat dari sisi perusahaan maupun sisi customer, dengan kata lain brand equity adalah kombinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ritel merupakan industri yang strategis bagi perkembangan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Ritel merupakan industri yang strategis bagi perkembangan ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ritel merupakan industri yang strategis bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Ritel adalah mata rantai terakhir dalam proses distribusi barang. Ritel menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, persaingan di dalam dunia bisnis menjadi semakin

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, persaingan di dalam dunia bisnis menjadi semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, persaingan di dalam dunia bisnis menjadi semakin ketat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk memasarkan produk atau jasa mereka yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada penelitian studi kasus ini dapat disimpulkan bahwa 7 Eleven di Indonesia menggunakan strategi yang berbeda dan bisa dikatakan baru untuk dapat bersaing dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan bisnis ritel, terutama bisnis ritel modern, saat ini semakin berkembang dengan pesat di Indonesia. Bisnis ritel memainkan peranan penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Bisnis waralaba telah berkembang dengan pesat pada saat ini. Hal tersebut memberikan pengaruh besar bagi perekonomian negara dan terlebih lagi dengan semakin

Lebih terperinci

ANALISIS PERSAINGAN INDOMARET DAN ALFAMART

ANALISIS PERSAINGAN INDOMARET DAN ALFAMART ANALISIS PERSAINGAN INDOMARET DAN ALFAMART 1. INDOMARET Indomaret merupakan jaringan minimarket yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari dengan luas penjualan kurang dari 200 M2. Dikelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas konsumen terdiri dari tiga kegiatan, yaitu: berbelanja, melakukan pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008

BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar merupakan tempat berlangsungnya transaksi antara pembeli dan penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. munculnya pasar tradisional maupun pasar modern, yang menjual produk dari

BAB I PENDAHULUAN. munculnya pasar tradisional maupun pasar modern, yang menjual produk dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berkembangnya bisnis ritel di Indonesia disebabkan oleh semakin luasnya pangsa pasar yang membuat produsen kesulitan untuk menjual produknya langsung ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu, ritel modern dan ritel tradisional. Ritel modern sebenarnya merupakan pengembangan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Perubahan preferensi tempat belanja yang berawal dari seringnya

BAB I Pendahuluan. Perubahan preferensi tempat belanja yang berawal dari seringnya BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Perubahan preferensi tempat belanja yang berawal dari seringnya berbelanja di pasar tradisional menjadi memilih untuk berbelanja di toko swalayan atau supermarket yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan masyarakat dalam sebuah pemukiman tidak dapat dilepaskan dari kebutuhan akan berbagai fasilitas pendukung yang dibutuhkan warga setempat. Fasilitas umum yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapatkan poin saat berbelanja di ritel tersebut. tahun 1990-an. Perkembangan bisnis Hypermarket merek luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapatkan poin saat berbelanja di ritel tersebut. tahun 1990-an. Perkembangan bisnis Hypermarket merek luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara mengenai ritel di Indonesia, industri ini telah dimulai di Indonesia sejak era 1970-an yang masih merupakan era peritel tradisional. Pada era ini masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perdagangan pada pasar modern di Indonesia mengalami perkembangan dan persaingan yang sangat ketat. Pada saat ini perkembangannya diperkirakan tiap tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih cenderung berbelanja ditempat ritel modern. Semua ini tidak lepas dari pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. lebih cenderung berbelanja ditempat ritel modern. Semua ini tidak lepas dari pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pergeseran minat belanja dari ritel tradisional ke ritel modern semakin berkembang dari tahun ketahun. Hal ini bisa dilihat dari peningkatan jumlah konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan di bidang perekonomian selama ini telah banyak membawa dampak positif dalam bidang usaha dimana perusahaan-perusahaan mengalami perkembangan pesat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Market Assessment. Marketing Strategy. Business Plan. Conclusion

BAB III METODOLOGI. Market Assessment. Marketing Strategy. Business Plan. Conclusion 40 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Market Assessment SWOT Porter s Five Forces Marketing Strategy Business Plan Conclusion Gambar 3.1 Kerangka Pikir 41 3.2. Penjelasan Kerangka Pikir Pertama-tama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin modern perkembangan zaman menyebabkan timbulnya berbagai. usaha bisnis yang tentu mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin modern perkembangan zaman menyebabkan timbulnya berbagai. usaha bisnis yang tentu mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin modern perkembangan zaman menyebabkan timbulnya berbagai usaha bisnis yang tentu mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Salah satu bisnis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan yang signifikan, sumber:

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan yang signifikan, sumber: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan usaha ritel seperti swalayan atau minimarket saat ini sedang mengalami pertumbuhan yang signifikan, sumber: www.ritelwaralaba.com. Hampir disetiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan BAB I PENDAHULUAN 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik daripada pesaingnya. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk memberikan kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. baik daripada pesaingnya. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk memberikan kepuasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam era modernisasi saat ini persaingan bisnis baik di pasar domestik maupun pasar internasional sangat ketat. Perusahaan yang ingin berkembang dan bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dibidang perdagangan eceran (retail) yang berbentuk toko,

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dibidang perdagangan eceran (retail) yang berbentuk toko, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dibidang ekonomi selama ini telah banyak membawa perkembangan yang pesat dalam bidang usaha. Dengan banyaknya perkembangan di bidang usaha banyak bermunculan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah Berdirinya Minimarket Kong Kali Kong

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah Berdirinya Minimarket Kong Kali Kong BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Berdirinya Minimarket Kong Kali Kong Gambar 2 : Minimarket Kong Kali Kong (K3) Minimarket merupakan usaha yang sedang diminati oleh mereka yang sedang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar dalam perkembangan pasar di Indonesia. Hal ini terlihat dari adanya

I. PENDAHULUAN. besar dalam perkembangan pasar di Indonesia. Hal ini terlihat dari adanya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan menguatnya pengaruh era globalisasi telah terjadi perubahan besar dalam perkembangan pasar di Indonesia. Hal ini terlihat dari adanya perubahan yang mendasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri modern ritel dewasa ini semakin pesat, baik pemain lokal maupun asing semakin agresif bermain dalam pasar yang empuk tersebut. Prospek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi Minimarket adalah sebuah jenis usaha yang menggabungkan antara konsep swalayan dalam skala kecil dengan target pasar yang sama dengan target pasar pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ritel yang telah mengglobalisasi pada operasi-operasi ritel. Pengertian ritel secara

BAB I PENDAHULUAN. ritel yang telah mengglobalisasi pada operasi-operasi ritel. Pengertian ritel secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara atau bentuk bisnis yang saat ini sedang berkembang pesat adalah dengan mendirikan ritel. Sejak dekade yang lalu, terdapat perubahan pada bisnis ritel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bisnis modern maupun munculnya bisnis ritel modern yang baru seperti

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bisnis modern maupun munculnya bisnis ritel modern yang baru seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sekarang ini perkembangan bisnis ritel semakin diminati oleh masyarakat, hal ini ditandai semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang membenahi diri menjadi bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014, Indonesia menjadi daya tarik yang luar biasa bagi pebisnis ritel, baik lokal maupun asing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis jasa saat ini sudah banyak dijumpai di setiap kota

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis jasa saat ini sudah banyak dijumpai di setiap kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis jasa saat ini sudah banyak dijumpai di setiap kota yang berada di Indonesia, menjamurnya bisnis jasa mulai dari yang berskala kecil yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis ritel dewasa ini semakin meningkat. Peningkatan persaingan bisnis ritel dipicu oleh semakin menjamurnya bisnis ritel modern yang sekarang banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era yang modern, pertumbuhan ekonomi terus berkembang seiring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era yang modern, pertumbuhan ekonomi terus berkembang seiring BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era yang modern, pertumbuhan ekonomi terus berkembang seiring perkembangan yang disertai dengan kemajuan teknologi. Segala kemudahan yang diciptakan oleh manusia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia bisnis ritel di Indonesia telah berkembang demikian pesat sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia bisnis ritel di Indonesia telah berkembang demikian pesat sesuai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia bisnis ritel di Indonesia telah berkembang demikian pesat sesuai dengan perkembangan dinamika perekonomian yang terus mengalami proses modernisasi dalam era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri ritel merupakan industri yang strategis bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Karakteristik industri ritel yang tidak begitu rumit membuat sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin berkembangnya zaman, maka semakin berkembang pula pusat

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin berkembangnya zaman, maka semakin berkembang pula pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya zaman, maka semakin berkembang pula pusat berbelanja atau mall. Mall merupakan pusat perbelanjaan yang tidak pernah sepi pengunjung (Suara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia saat ini mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang menjanjikan. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 yang mencapai 237.641.326 jiwa menjadikan

Lebih terperinci

Strategi Pemasaran Pada Usaha Kuliner Warung Pasta Margonda Raya Depok Dengan Analisis SWOT NPM :

Strategi Pemasaran Pada Usaha Kuliner Warung Pasta Margonda Raya Depok Dengan Analisis SWOT NPM : Strategi Pemasaran Pada Usaha Kuliner Warung Pasta Margonda Raya Depok Dengan Analisis SWOT Nama : Dewi Ratnasari NPM : 11210912 Fakultas / Jurusan : Ekonomi / Manajemen Latar Belakang Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia yang semakin berkembang dan pertumbuhan ekonomi serta industri telah banyak mengalami kemajuan yang sangat pesat. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. 1. Identifikasi business model saat ini : dimana penulis akan malakukan

BAB 3 METODOLOGI. 1. Identifikasi business model saat ini : dimana penulis akan malakukan BAB 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pikir Business Plan Kerangka pikir penulis untuk model bisnis ini terdiri dari delapan langkah yaitu diantaranya berupa : 1. Identifikasi business model saat ini : dimana

Lebih terperinci

satu yang bisa disebut sukses adalah Hero Supermarket. Dengan jumlah cabang

satu yang bisa disebut sukses adalah Hero Supermarket. Dengan jumlah cabang 2 Dari beberapa Supermarket besar yang dimiliki oleh pengusaha lokal, salah satu yang bisa disebut sukses adalah Hero Supermarket. Dengan jumlah cabang tersebar di berbagai kota di Indonesia, Hero Supermarket

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, banyak bermunculan produsen atau

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, banyak bermunculan produsen atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di era globalisasi sekarang ini, banyak bermunculan produsen atau pengusaha baik dari dalam maupun luar negeri yang bermunculan dan membangun serta mengembangkan unit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan mensejahterahkan masyarakat dan mengurangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis ritel di Indonesia pada saat ini semakin cepat salah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis ritel di Indonesia pada saat ini semakin cepat salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan bisnis ritel di Indonesia pada saat ini semakin cepat salah satunya disebabkan oleh kebutuhan masyarakat yang jumlahnya terus meningkat. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri ritel nasional yang semakin signifikan dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri ritel nasional yang semakin signifikan dilihat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri ritel nasional yang semakin signifikan dilihat dari indikasi pertumbuhan ritel modern yang keberadaannya semakin populer sebagai tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ke konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ke konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi dan/atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perdagangan eceran (retailing) adalah perpenjualan barang atau jasa secara langsung ke konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi dan/atau keluarga. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi yang penuh persaingan, konsumen dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi yang penuh persaingan, konsumen dihadapkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi yang penuh persaingan, konsumen dihadapkan pada berbagai pilihan akan produk dengan kualitas dan harga yang hampir sama. Hal ini diakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan (need) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan (need) adalah suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini kebutuhan sehari-harinya manusia semakin lama semakin meningkat di harinya. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang menganut pola konsumtif dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk mengetahui image dari suatu produk dipasar, termasuk preferensi

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk mengetahui image dari suatu produk dipasar, termasuk preferensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengaruh kemajuan di bidang ekonomi dalam beberapa tahun terakhir di kotakota besar di Indonesia, menyebabkan usaha ritel khususnya berskala besar (modern)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diprediksi terutama pada sektor perusahaan jasa. Setiap perusahaan berlomba

BAB I PENDAHULUAN. diprediksi terutama pada sektor perusahaan jasa. Setiap perusahaan berlomba BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era ekonomi baru atau era "digitalization", ditandai dengan persaingan yang semakin ketat, lingkungan yang cepat berubah dan semakin sulit untuk diprediksi terutama

Lebih terperinci

Judul : Pengaruh Retail Marketing Mix

Judul : Pengaruh Retail Marketing Mix Judul : Pengaruh Retail Marketing Mix Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan (Studi pada Indomaret Denpasar Barat) Nama : Made Arly Dwi Cahyana Nim : 1215251165 ABSTRAK Loyalitas pelanggan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar

BAB I PENDAHULUAN. Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar dikarenakan banyaknya jumlah penduduk di Indonesia. Di era globalisasi sekarang ini, pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minat untuk mengunjungi suatu tempat didasari dari rencana konsumen untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen untuk berkunjung ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era globalisasi dunia bisnis berkembang cukup signifikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era globalisasi dunia bisnis berkembang cukup signifikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan era globalisasi dunia bisnis berkembang cukup signifikan dan mereka terus bersaing untuk menguasai pasar. Era globalisasi ini juga ditunjang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG. baik minimarket, supermarket, departmen store, hypermarket, dan mall. Hasil

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG. baik minimarket, supermarket, departmen store, hypermarket, dan mall. Hasil PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekspansi pasar modern yang semakin giat dilakukan di Kota Yogyakarta direfleksikan oleh kehadiran pasar modern dalam berbagai bentuk baik minimarket, supermarket, departmen store,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha bisnis ritel di kota Padang mengalami perkembangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Usaha bisnis ritel di kota Padang mengalami perkembangan yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha bisnis ritel di kota Padang mengalami perkembangan yang cukup pesat pada beberapa tahun terakhir ini dengan berbagai macam bentuk dan jenisnya. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan yang tepat ketika sempitnya lahan di kota-kota besar untuk membangun UKDW

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan yang tepat ketika sempitnya lahan di kota-kota besar untuk membangun UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis futsal di Indonesia saat ini sangat pesat. Futsal seakan menjadi pilihan yang tepat ketika sempitnya lahan di kota-kota besar untuk membangun lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun dengan pesaing-pesaing baru yang muncul. Daya saing mengindikasikan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. maupun dengan pesaing-pesaing baru yang muncul. Daya saing mengindikasikan bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Daya saing merupakan suatu penopang eksistensi suatu usaha untuk tetap berdiri secara berkelanjutan di tengah persaingan dengan usaha bisnis lainnya baik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya pertumbuhan dan kemajuan ekonomi. Seiring dengan majunya

BAB I PENDAHULUAN. adanya pertumbuhan dan kemajuan ekonomi. Seiring dengan majunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia usaha di Indonesia saat ini sedang berkembang pesat dengan adanya pertumbuhan dan kemajuan ekonomi. Seiring dengan majunya pertumbuhan ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perdagangan eceran atau sekarang kerap disebut perdagangan ritel, bahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perdagangan eceran atau sekarang kerap disebut perdagangan ritel, bahkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan eceran atau sekarang kerap disebut perdagangan ritel, bahkan disingkat bisnis ritel adalah kegiatan usaha menjual barang atau jasa kepada perorangan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat para pelaku bisnis harus mampu bersaing. Persaingan yang terjadi tidak

BAB I PENDAHULUAN. membuat para pelaku bisnis harus mampu bersaing. Persaingan yang terjadi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dan persaingan dalam bisnis yang semakin lama semakin ketat membuat para pelaku bisnis harus mampu bersaing. Persaingan yang terjadi tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha ritel yang sangat sulit untuk melakukan diferensiasi dan entry barrier

BAB I PENDAHULUAN. usaha ritel yang sangat sulit untuk melakukan diferensiasi dan entry barrier BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Evolusi dalam perkembangan usaha ritel di Indonesia secara faktual didorong oleh semakin pesatnya persaingan dalam pasar konsumen akhir. Ketatnya persaingan menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi yang begerak cepat telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi yang begerak cepat telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi yang begerak cepat telah dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Yield Management Internet telah menyebabkan banyak perusahaan untuk mempertimbangkan kembali model bisnis mereka saat ini dan mengevaluasi bagaimana untuk menangkap potensi pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dunia bisnis yang terjadi seperti saat ini, para pelaku bisnis dituntut untuk memiliki strategi agar tetap dapat bertahan dalam menghadapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dekade terakhir, persaingan di dalam dunia bisnis menjadi semakin ketat terlebih di Indonesia sendiri. Mulai dari perusahaan lokal yang saling berlomba-lomba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari penetrasi modern market di

BAB I PENDAHULUAN. telah berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari penetrasi modern market di BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bisnis consumer good khususnya makanan dan minuman di Indonesia telah berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari penetrasi modern market di berbagai daerah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya Negara Indonesia yang dapat dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya Negara Indonesia yang dapat dilihat dari segi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya Negara Indonesia yang dapat dilihat dari segi perekonomian dan jumlah penduduk yang terus bertambah setiap tahunya, membuat Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Sejarah PT Carrefour di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Sejarah PT Carrefour di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1.Gambaran Umum Objek Penelitian Kecenderungan impulse buying merupakan fenomena yang sering terjadi di masyarakat. Menurut Ma ruf dalam penelitian Divianto (2013 : 4) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis ritel adalah penjualan barang secara langsung dalam berbagai macam jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis properti di Indonesia semakin ketat, perkembangannya pun

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis properti di Indonesia semakin ketat, perkembangannya pun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis properti di Indonesia semakin ketat, perkembangannya pun semakin pesat, hal ini terlihat dari sibuknya pengembang besar dan kecil membangun berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepuasaan pelanggan untuk memaksimalkan laba dan menjaga. keberlangsungan perusahaanya. Hal ini juga untuk memberikan kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. kepuasaan pelanggan untuk memaksimalkan laba dan menjaga. keberlangsungan perusahaanya. Hal ini juga untuk memberikan kepuasan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan yang menghasilkan barang dan jasa perlu menjaga kepuasaan pelanggan untuk memaksimalkan laba dan menjaga keberlangsungan perusahaanya. Hal ini juga untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Priestley, seorang ilmuwan dari Amerika Serikat menemukan bahwa CO2 yang

BAB I PENDAHULUAN. Priestley, seorang ilmuwan dari Amerika Serikat menemukan bahwa CO2 yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejalan dengan semakin pesatnya pertumbuhan dan perubahan ekonomi serta kegiatan bisnis, maka dibutuhkan strategi untuk menarik dan mempertahankan konsumen dan pelanggan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan pasar tradisional menjadi topik yang menyulut perdebatan hangat di kalangan masyarakat. Liberalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Bisnis ritel modern di Indonesia tetap menunjukkan pertumbuhan di

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Bisnis ritel modern di Indonesia tetap menunjukkan pertumbuhan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis ritel modern di Indonesia tetap menunjukkan pertumbuhan di tengah persaingan yang ketat. Indonesia dengan jumlah populasi sebanyak 220 juta jiwa (BPS, 2010) merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 56 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa STP (Segmentasi, Target, Positioning) Dalam melakukan manajemen pemasaran diperlukan suatu analisa untuk mengetahui hal hal mengenai segmentasi konsumen, target

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran Saat ini konsumen dikelilingi oleh dunia pemasaran, seperti di rumah, si tempat kerja, di jalan, di toko, dan lain lainnya hampir semua aktivitas harian dikelilingi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan karena memiliki peran yang besar dalam kegiatan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan karena memiliki peran yang besar dalam kegiatan perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Perkembangan pariwisata di dunia sudah sangat maju dan terus dikembangkan karena memiliki peran yang besar dalam kegiatan perekonomian masyarakat suatu Negara

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH tentang PELUANG BISNIS

KARYA ILMIAH tentang PELUANG BISNIS KARYA ILMIAH tentang PELUANG BISNIS Di Susun oleh Nama : Nanda Syahama El Haq NIM : 11.12.6022 Kelas : I Mata Kuliah : Lingkungan Bisnis STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Jl. Ring Road Utara, CondongCatur Yogyakarta

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 33 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah 7-Eleven 7-Eleven adalah jaringan ritel kelas dunia yang berasal dari Texas USA dan berdiri sejak tahun 1927. Tahun 1991, Southland

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar, maka Indonesia dapat menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk memasarkan produk-produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan industri minuman berkarbonasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan industri minuman berkarbonasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan industri minuman berkarbonasi sangat menjanjikan bisa dilihat dari mulainya bermunculan merek-merek baru yang menandakan Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia menempati urutan kedua se- Asia Pasifik, dengan angka pertumbuhan 14%-15% per tahun. Hanya di bawah India yang ritelnya tumbuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin besarnya antusiasme dan agresifitas para pelaku bisnis baik di sektor industri, jasa,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini persaingan bisnis antar industri ritel sangat ketat, baik di pasar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini persaingan bisnis antar industri ritel sangat ketat, baik di pasar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini persaingan bisnis antar industri ritel sangat ketat, baik di pasar domestik maupun di pasar internasional. Industri ritel yang

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara. Analisis Strategi Pemasaran Untuk Pengembangan Pasar Pada PT. Padang Digital Indonesia

Universitas Bina Nusantara. Analisis Strategi Pemasaran Untuk Pengembangan Pasar Pada PT. Padang Digital Indonesia Universitas Bina Nusantara Analisis Strategi Pemasaran Untuk Pengembangan Pasar Pada PT. Padang Digital Indonesia Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Skripsi Strata 1 Semester Ganjil tahun 2006/2007 Yuyun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini minum kopi di kedai kopi telah menjadi lifestyle masyarakat Indonesia,tidak

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini minum kopi di kedai kopi telah menjadi lifestyle masyarakat Indonesia,tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini minum kopi di kedai kopi telah menjadi lifestyle masyarakat Indonesia,tidak terkecuali masyarakat Yogyakarta yang notabene adalah kota pelajar,dimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan sehari-hari adalah kebutuhan yang krusial dan harus dipenuhi setiap harinya. Kebutuhan sehari-hari atau yang biasa disebut FMCG (Fast Moving Consumer Goods)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan saat ini nyaris tidak dapat dilepaskan dari pasar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan saat ini nyaris tidak dapat dilepaskan dari pasar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan saat ini nyaris tidak dapat dilepaskan dari pasar. Pasar menyediakan berbagai barang kebutuhan yang diperlukan masyarakat. Pengelolaan pasar mulanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bisnis ritel eceran saat ini mengalami perkembangan cukup pesat, ditandai dengan semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas pasar produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel modern maupun munculnya bisnis ritel modern yang baru. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel modern maupun munculnya bisnis ritel modern yang baru. Perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bisnis ritel atau eceran mengalami perkembangan cukup pesat, ditandai semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi Profil Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi 1.1.1 Profil Perusahaan Coffee Shop Kopi Progo merupakan unit bisnis strategis di bidang cafe dan resto yang berdiri pada tahun 2009 di Jl. Progo, Bandung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ritel di Indonesia tahun sebesar 16% dari toko menjadi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ritel di Indonesia tahun sebesar 16% dari toko menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri ritel berkembang sangat pesat di Indonesia terlebih sejak dibukanya peraturan yang memperbolehkan ritel asing memasuki pasar di Indonesia. Menurut hasil survey

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS Berdasarkan hasil analisis pada akar permasalahan pada Bab II, disimpulkan bahwa permasalahan bagi Diamond Supermarket (D BEST Fatmawati) pada saat ini adalah image Diamond Supermarket

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum bidang usaha ritel atau pengecer modern di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum bidang usaha ritel atau pengecer modern di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum bidang usaha ritel atau pengecer modern di Indonesia mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari jumlah dan variasi ritel modern yang

Lebih terperinci