DENDENG NILA BANK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DENDENG NILA BANK INDONESIA"

Transkripsi

1

2 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL DENDENG NILA BANK INDONESIA

3 KATA PENGANTAR Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Namun demikian, UMKM masih memiliki kendala, baik untuk mendapatkan pembiayaan maupun untuk mengembangkan usahanya. Dari sisi pembiayaan, masih banyak pelaku UMKM yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses kredit dari bank, baik karena kendala teknis, misalnya tidak mempunyai/tidak cukup agunan, maupun kendala non teknis, misalnya keterbatasan akses informasi ke perbankan. Dari sisi pengembangan usaha, pelaku UMKM masih memiliki keterbatasan informasi mengenai pola pembiayaan untuk komoditas tertentu. Di sisi lain, ternyata perbankan juga membutuhkan informasi tentang komoditas yang potensial untuk dibiayai. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka menyediakan rujukan bagi perbankan untuk meningkatkan pembiayaan terhadap UMKM serta menyediakan informasi dan pengetahuan bagi UMKM yang bermaksud mengembangkan usahanya, maka menjadi kebutuhan untuk penyediaan informasi pola pembiayaan untuk komoditi potensial tersebut dalam bentuk model/pola pembiayaan komoditas (lending model). Sampai saat ini, Bank Indonesia telah menghasilkan 88 judul buku pola pembiayaan komoditi pertanian, industri dan perdagangan dengan sistem pembiayaan konvensional dan 21 judul dengan sistem syariah. Dalam upaya menyebarluaskan lending model tersebut kepada masyarakat maka buku pola pembiayaan ini telah dimasukkan dalam website Sistem Informasi Terpadu Pengembangan UKM (SI-PUK) yang terintegrasi dalam Data dan Informasi Bisnis Indonesia (DIBI) dan dapat diakses melalui internet di alamat Dalam penyusunan buku pola pembiayaan ini, Bank Indonesia bekerjasama dengan Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (DKP) dan memperoleh masukan dari banyak pihak antara lain dari perbankan, lembaga/instansi BANK INDONESIA i

4 terkait lainnya, asosiasi dan UMKM. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dan kerjasamanya selama ini. Bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukan bagi kesempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini dapat menghubungi: Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Biro Pengembangan UMKM Tim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan dan UMKM Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta Pusat Telp. (021) atau Fax. (021) Besar harapan kami bahwa buku ini dapat melengkapi informasi tentang pola pembiayaan komoditi potensial bagi perbankan dan sekaligus memperluas replikasi pembiayaan oleh UMKM pada komoditi tersebut. Jakarta, Desember 2008 ii POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

5 DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI...iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR...vi DAFTAR LAMPIRAN... vi RINGKASAN EKSEKUTIF...vii BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 2.1. Profil Pengusaha Ikan Pola Pembiayaan... 6 BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 3.1. ASPEK PASAR Permintaan Penawaran Analisis Persaingan dan Peluang Pasar ASPEK PEMASARAN Harga Jalur Pemasaran Produk Kendala Pemasaran BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI 4.1. Lokasi Usaha Fasilitas Produksi dan Peralatan Bahan Baku Tenaga Kerja Teknologi...20 BANK INDONESIA iii

6 4.6. Proses Produksi Jumlah, Jenis, Mutu Produksi Produksi Optimum Kendala Produksi BAB V ASPEK KEUANGAN 5.1. Pemilihan Pola Usaha Asumsi Parameter dan Perhitungan Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional Biaya Investasi Biaya Operasional Kebutuhan Dana Untuk Investasi dan Modal Kerja Produksi dan Pendapatan Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN 6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial Aspek Ekonomi Aspek Sosial Dampak Lingkungan BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR WEBSITE LAMPIRAN iv POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

7 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Perkembangan tingkat konsumsi ikan Jawa Tengah Tabel 3.2 Perkembangan Jumlah Penduduk Jawa Tengah Hal Tabel 3.3 Produksi dan nilai produksi perikanan nila hasil budidaya tambak Jawa Tengah tahun Tabel 4.1 Peralatan produksi dendeng nila Tabel 5.1 Asumsi dan parameter analisis keuangan Tabel 5.2 Biaya pra operasi (dalam rupiah) Tabel 5.3 Biaya Investasi Tabel 5.4 Kebutuhan modal kerja Tahunan...32 Tabel 5.5 Kebutuhan Modal Kerja Mingguan Tabel 5.6 Harga pokok penjualan...33 Tabel 5.7 Biaya operasional lainnya Tabel 5.8 Tabel 5.9 Sumber pembiayaan investasi...36 Kebutuhan modal kerja...36 Tabel 5.10 Angsuran pokok dan bunga kredit investasi Tabel 5.11 Angsuran pokok dan bunga kredit modal kerja...38 Tabel 5.12 Kapasitas produksi Tabel 5.13 Proyeksi laba rugi...40 Tabel 5.14 Break Even Point Tabel 5.15 Arus kas usaha dendeng nila Tabel 5.16 Kelayakan usaha dendeng nila...43 Tabel 5.17 Analisis sensitivitas...44 BANK INDONESIA v

8 DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1.1 Ikan Nila...1 Gambar 3.1 Produk dendeng nila Gambar 3.2 Jalur pemasaran langsung Gambar 3.3 Jalur pemasaran tidak langsung Gambar 4.1 Diagram alir pembuatan dendeng ikan Gambar 4.2 Proses Produksi Dendeng Nila DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Menghitung Net Present Value (NPV) Lampiran 2 Menghitung Internal Rate of Return Lampiran 3 Menghitung Payback Period Lampiran 4 Menghitung Benefit Cost Ratio Lampiran 5 Menghitung Titik Penjualan Pulang Pokok vi POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

9 RINGKASAN EKSEKUTIF USAHA PENGOLAHAN DENDENG NILA No Unsur Pembiayaan Uraian 1 Jenis Usaha Usaha Pengolahan Dendeng Nila 2. Lokasi Usaha Semarang, Jawa Tengah 3. Dana yang diperlukan - Investasi Rp Modal Kerja Rp Total Rp Sumber dana - Kredit : 70% - Modal Sendiri : 30% 5. Suku bunga 16% per tahun 6. Spesifikasi Usaha : a. Periode proyek b. Produk yang dihasilkan c. Luas bangunan d. Siklus usaha e. Tingkat teknologi f. Harga jual 5 tahun Dendeng nila 55 m2 Produksi 2 kali seminggu Sederhana Rp per kg 7. Kelayakan Usaha : a. NPV b. IRR c. Net B/C Ratio Rp % 1.77 LAYAK DILAKSANAKAN BANK INDONESIA vii

10 viii POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

11 BAB I PENDAHULUAN Ikan merupakan salah satu sumber protein yang digemari masyarakat, baik ikan laut maupun budidaya, salah satunya adalah ikan nila yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Nama ilmiahnya adalah Oreochromis niloticus, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia.Ikan peliharaan yang berukuran sedang, panjang total (moncong hingga ujung ekor) mencapai sekitar 30 cm. Sirip punggung (dorsal) dengan duri (tajam) dan jari-jari (duri lunak); dan sirip dubur (anal) dengan 3 duri dan 8-11 jari-jari. Gambar 1.1 Ikan Nila Sumber : Potensi perikanan Indonesia yang mencapai 6,7 juta ton per tahunnya ternyata belum dimanfaatkan secara penuh, baru 59% saja yang dioptimalkan. Hal ini menunjukkan bahwa peluang dalam industri perikanan masih terbuka lebar. Tentunya industri perikanan tidak tertutup pada usaha penangkapan atau budidaya semata, karena masih ada peluang di usaha pengolahan ikan. Bahkan beberapa daerah di Indonesia terkenal karena produk olahan ikannya. BANK INDONESIA 1

12 PENDAHULUAN Di daerah Jawa Tengah sendiri, ikan nila merupakan salah satu komoditas perikanan yang diandalkan selain bandeng. Produk olahan ikan nila yang paling terkenal adalah fillet nila dan nila beku. Produk-produk ini bahkan sudah merambah pasar ekspor. Produk olahan nila merupakan komoditas yang sangat digemari baik di dalam maupun di luar negeri terutama di Amerika Serikat, hal ini terlihat dari permintaan impor nila yang nilainya sangat besar. Permintaan nasional dalam setahun besarnya bisa mencapai ton. Sementara permintaan impor ikan nila dari Amerika saja besarnya mencapai ton di tahun 2007, meningkat 35% dari permintaan impor di tahun Negara ekportir ikan nila adalah Ekuador, Costa Rica, Honduras dan China. Indonesia sendiri memproduksi ton ikan nila di tahun 2004 dan mentargetkan produksi sebesar ton di tahun 2009, dimana 70 persen untuk memenuhi kebutuhan nasional dan sisanya untuk ekspor. Dari gambaran permintaan dan penawaran produk nila yang sangat tinggi tersebut dapat dilihat bahwa masih terdapat peluang pasar yang besar untuk produk ikan nila. Untuk skala nasional, penghasil ikan nila terbesar adalah daerah Jawa Barat yang menghasilkan ton per tahunnya. Daerah Jawa Barat sudah mengembangkan beberapa produk olahan ikan nila seperti kerupuk, nugget, dan dendeng. Selain Jawa Barat daerah Jawa Tengah, yang merupakan salah satu penghasil ikan nila, juga sedang dikembangkan produk baru olahan nila yaitu dendeng nila. Dendeng merupakan salah satu produk awetan daging tradisional yang sangat populer di Indonesia. Dendeng adalah lembaran daging yang dikeringkan dengan menambahkan campuran gula, garam, serta bumbu-bumbu lain. Dendeng dapat dibuat dari berbagai jenis daging ternak. Namun, yang umum dijumpai di pasaran adalah dendeng sapi. Belakangan ini juga mulai dikenal dendeng ikan, udang, bekicot, dan bahkan keong emas. Jenis ikan yang biasa diolah menjadi dendeng adalah ikan air tawar (mujair, nila, dan belut) dan ikan air laut (japuh, kuning, tembang, kakap, dan layaran). Pada proses pembuatan dendeng, umumnya ditambahkan bumbu-bumbu, seperti lengkuas, ketumbar, bawang merah, lada, dan bawang putih. Selain itu juga ditambahkan gula dan garam. Penambahan gula kelapa dan rempah-rempah pada 2 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

13 DENDENG NILA dendeng memberikan sifat rasa yang khas. Dendeng merupakan hasil industri rumah tangga yang telah diterima luas oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Produk sejenis dendeng juga dihasilkan di negara-negara lain di Asia. Pada prinsipnya dendeng adalah hasil dari suatu proses kombinasi antara kuring daging dan pengeringan. Produsen dendeng nila di daerah Jawa Tengah jumlahnya masih sangat terbatas dan terkonsentrasi pada daerah-daerah pembudidayaan ikan nila seperti di Muncul. Pengusaha dendeng nila ini juga belum berproduksi banyak karena untuk daerah Jawa Tengah sendiri dendeng nila masih tergolong produk baru, sehingga belum terlalu banyak masyarakat yang terbiasa mengonsumsi produk olahan nila ini. Wilayah pemasaran dendeng nila baru menjangkau daerah sekitar tempat produksi, karena masih terkendala oleh kemasan yang belum dapat menjaga keawetan makanan. Namun untuk jangka panjangnya, diharapkan produk dendeng nila ini dapat menjangkau pasar yang lebih luas bahkan hingga menjangkau pasar ekspor. BANK INDONESIA 3

14 4 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

15 BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 2.1 Profil pengusaha ikan Pengusaha dendeng nila di Semarang, Jawa Tengah dapat dikategorikan sebagai usaha perseorangan dengan kategori usaha kecil karena memiliki aktiva antara 50 juta sampai 500 juta rupiah. Pengusaha dendeng nila melakukan produksinya tiap periode tertentu untuk dipasarkan ke warung dan toko-toko sekitar dan juga akan berproduksi bila ada tambahan pesanan dari konsumen khusus. Pengusaha dendeng nila juga merupakan petani budidaya ikan nila, jadi seluruh aktivitas usaha dari penyediaan bahan baku, pengolahan dan pemasaran dilakukan olah pengusaha tersebut. Dalam melakukan pengolahan, pengusaha biasanya melibatkan masyarakat daerah sekitar untuk mengolah bumbu dan melakukan pengeringan. Keahlian dalam mengolah dendeng nila ini dipelajari secara otodidak dan juga dari pengusaha dendeng nila di daerah Jawa Barat yang sudah lebih dahulu memulai usaha pengolahan dendeng nila. Sementara itu, karena ikan nila merupakan produk budidaya yang tidak terpengaruh musim maka ketersediaan bahan baku dapat dipastikan tidak akan bermasalah. Kapasitas produksi 1820 kilogram per tahun, dan produksi dilakukan dua kali seminggu. Pemesanan paling ramai terjadi saat menjelang dan saat lebaran tiba karena biasanya warga sekitar yang menjadikan dendeng nila sebagai hidangan lebaran dan seringkali juga dijadikan oleh-oleh terutama bagi warga yang berdomisili di luar Jawa Tengah. BANK INDONESIA 5

16 PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 2.2 Pola Pembiayaan Selama menjalankan usaha dendeng nila ini, pemilik belum pernah mendapat pembiayaan dari perbankan. Untuk mengetahui bagaimana persepsi perbankan terhadap prospek pembiayaan usaha dendeng nila ini maka dilakukan wawancara ke beberapa pihak bank yang berada di Semarang. Bank-bank tersebut antara lain BRI Patimura, BPD Jateng Kago, dan Bank Permata kantor utama Semarang. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak bank maka didapat informasi mengenai informasi yang terkait dengan pemberian kredit dan persepsi bank terhadap usaha dendeng nila ini. Bank sebenarnya cukup tertarik dengan usaha dendeng nila ini, namun ada beberapa syarat yang tetap harus dipenuhi oleh pengusaha agar dapat memperoleh kredit, yaitu : 1. Agunan yaitu usaha yang dibiayai termasuk tempat usaha dan kendaraan. 2. SIUP 3. TDP 4. NPWP Selain itu bank juga harus memenuhi kriteria kelayakan yang disyaratkan oleh bank antara lain : 1. Tidak pernah memiliki kredit macet 2. Menghasilkan laba 3. Cash Flow positif, dilihat juga omzet per bulan, Harga Pokok Penjualan dan Beban Operasionalnya. Asalkan memenuhi persyaratan diatas, bank akan siap menyalurkan kreditnya. Berdasarkan pengamatan bank yang diwawancarai, justru usaha kecil dan menengah jarang yang menyebabkan kredit macet. Oleh karena itu sekarang banyak bank yang berminat menyalurkan kreditnya ke usaha kecil dan menengah. 6 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

17 BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 3.1. Aspek Pasar Permintaan Menurut Direktorat Penjualan Dalam Negeri Departemen Kelautan dan Perikanan, permintaan pasar dalam negeri terhadap produk perikanan budidaya (salah satunya Nila) mengalami peningkatan. Tren kenaikan tersebut diduga dipengaruhi turunnya produksi ikan hasil tangkapan nelayan akibat cuaca buruk serta mahalnya harga bahan bakar minyak. Peningkatan konsumsi ikan hasil budidaya ini juga disebabkan bergesernya pola konsumsi masyarakat, yaitu mencari alternatif pangan pengganti daging. Permintaan produk perikanan budidaya di sejumlah daerah saat ini rata-rata naik 10 persen. Khususnya di Jawa Tengah, tingkat konsumsi ikan masyarakat belum dapat dikatakan menggembirakan karena baru mencapai 13,76 kg/kapita/tahun atau baru mencapai 76,4% dari sasaran tingkat konsumsi ikan Jawa Tengah sebesar 18 kg/ kapita/tahun. Tabel 3.1 Perkembangan Tingkat Konsumsi Ikan Jawa Tengah Tahun Tingkat Konsumsi Ikan (kg/kapita/tahun) Kenaikan/ Penurunan (%) , ,18-15, ,88-2, ,47-4, , Sumber: Neraca Bahan Makanan Perikanan Jateng Tahun 2006 BANK INDONESIA 7

18 ASPEK PASAR DAN PEMASARAN Dalam periode , tingkat konsumsi ikan bagi penduduk Jawa Tengah mengalami peningkatan rata-rata sebesar 5,6% per tahun. Peningkatan tingkat konsumsi ikan dari tahun 2005 ke tahun 2006 sebesar 45,3%, disebabkan oleh meningkatnya jumlah ikan yang masuk dari daerah di luar Jawa Tengah serta adanya upaya dari Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi untuk meningkatkan kesadaran makan ikan bagi penduduk Jawa Tengah yaitu melalui bantuan paket budidaya ikan, promosi makan ikan dan pemasyarakatan makan ikan baik melalui media cetak maupun elektronik. Tingkat konsumsi ikan Jawa Tengah baru sebesar 13,76 kg/kapita/tahun atau 46,6% dari tingkat konsumsi sebesar 29,5% kg/kapita/ tahun. Data tersebut menunjukkan masih tingginya kebutuhan akan ikan untuk daerah Jawa Tengah, belum termasuk kebutuhan ekspor. Jumlah kebutuhan konsumsi ikan tentunya akan sangat dipengaruhi oleh kenaikan jumlah penduduk di daerah Jawa Tengah. Data menunjukkan bahwa dalam periode jumlah penduduk mengalami kenaikan berkisar antara 0,6 sampai 1,1 persen. Dengan adanya peningkatan jumlah penduduk daerah Jawa Tengah, secara tidak langsung kebutuhan konsumsi ikan juga seharusnya mengalami peningkatan. Tabel 3.2 Perkembangan Jumlah Penduduk Jawa Tengah Jumlah Penduduk Kenaikan Tahun (Jiwa) (%) , , , ,6 Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

19 DENDENG NILA Permintaan akan ikan nila serta produk olahannya secara kasar dapat diprediksi dengan menggunakan data permintaan ikan secara keseluruhan baik melalui pendekatan tingkat konsumsi maupun jumlah penduduk. Hal ini dikarenakan ikan nila merupakan salah satu spesies ikan air tawar yang digemari masyarakat selain gurame. Jadi permintaan terhadap ikan nila akan berbanding lurus dengan tingkat permintaan terhadap ikan secara keseluruhan Penawaran Dari sisi penawaran untuk produk dendeng nila masih belum terlalu besar karena produk ini masih tergolong baru di daerah Jawa Tengah. Produksi akan dilakukan saat ada pemesanan dan jumlahnya tergantung pada pesanan. Pengusaha dendeng nila tidak mengalami kesulitan akan bahan baku bila tiba-tiba permintaan terhadap dendeng nila mengalami lonjakan yang sangat besar. Hal ini dikarenakan beberapa pengusaha dendeng nila mengontrol sendiri supply chainnya dengan berperan sebagai pembudidaya ikan nila. Berhubung ikan nila merupakan hasil budidaya maka persediaan ikan nila tidak akan terpengaruh musim, sehingga pengusaha dendeng tidak perlu khawatir akan langkanya bahan baku. Dendeng nila yang selama ini diproduksi tidak tahan lama, kesegarannya paling lama bertahan sampai sepuluh hari karena kemasannya belum terlalu baik. Oleh karena itu pengusaha dendeng nila tidak dapat menyimpan stock barang jadi dalam jumlah banyak. Biasanya pembeli terutama dalam jumlah besar memesan satu atau dua hari sebelumnya agar dendeng nila dapat langsung diproduksi sesuai pesanan. Waktu produksi dendeng nila rata-rata memakan waktu satu hingga dua hari karena memerlukan proses pengeringan yang cukup lama. Tahap-tahap yang harus dilakukan dalam proses produksi juga tidak terlalu rumit dan tidak memerlukan terlalu banyak teknologi. Produksi dendeng nila saat ini sebenarnya masih jauh dari kapasitas optimalnya bila dikaitkan dengan produksi ikan nila segar seperti yang digambarkan dalam tabel berikut : BANK INDONESIA 9

20 ASPEK PASAR DAN PEMASARAN Tabel 3.3 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Nila Hasil Budidaya Tambak Jawa Tengah Tahun Tahun Nilai Produksi Pertumbuhan Pertumbuhan Produksi (ton) Produksi (%) Nilai (%) (Rp) , ,319, , ,238, , ,103, , ,884, , ,084, Rata-rata 3, ,126, Sumber: Statistik Perikanan Budidaya Jawa Tengah 2007 Pada tabel terlihat bahwa produksi ikan nila di Jawa Tengah pada periode menunjukkan rata-rata produksi sebesar 3.441,20 ton per tahunnya, berarti produksi perharinya adalah 9,55 ton dengan asumsi 1 tahun terdiri dari 365 hari. Bila diasumsikan 1 % dari produksi ikan nila, yaitu 95,59 kilogram, tersebut diolah menjadi dendeng dengan tingkat rendemen 75% maka harusnya dalam sehari akan diproduksi dendeng nila sebesar 23,90 kilogram. Namun kenyataannya penawaran produk dendeng nila ini masih fluktuatif karena produknya tidak tahan lama dan juga tergantung pada pesanan. Untuk dendeng yang didistribusikan ke warung dan toko sekitar pengusaha hanya memproduksi dendeng dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Proses produksi dendeng dengan frekuensi dua kali seminggu hanya menghasilkan 28 kilogram per minggu. Selain itu dengan melihat tingkat rata-rata pertumbuhan produksi ikan nila sebesar 15% per tahun maka diharapkan produksi dendeng nila juga dapat terus ditingkatkan seiring dengan kenaikan produksi ikan nila. Sementara penawaran untuk ekspor belum muncul karena pengusaha masih fokus pada proses penetrasi pasar lokal Jawa Tengah. Apabila di daerah Jawa Tengah pasarnya sudah berkembang barulah diperluas lagi ke seluruh Indonesia dan juga 10 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

21 DENDENG NILA menyasar pasar ekspor. Saat pengusaha mengembangkan pasar untuk produk dendeng nila ini yang harus dipertimbangkan adalah perbaikan kemasannya agar dapat bertahan lebih lama, terutama untuk target pasar yang lokasinya jauh dari tempat produksi. Gambar 3.1 Produk Dendeng Nila Analisis Persaingan dan Peluang Pasar Sehubungan dengan masih relatif barunya produk dendeng nila ini di daerah Jawa Tengah, pemain yang berkecimpung dalam jenis usaha ini juga masih sangat sedikit. Sementara daerah Jawa Barat, terutama kota Sukabumi, yang sudah lebih dahulu memulai usaha dendeng nila dalam sebulannya dapat menghasilkan lebih dari 2000 kilogram dendeng. Pengusaha ikan nila lebih tertarik menjual fillet ikan nila atau daging nila yang sudah dipisahkan dari tulangnya, karena produk ini sudah terkenal dan sangat digemari baik di dalam maupun luar negeri. Seiring dengan perkembangan pasar untuk produk dendeng nila maka jumlah pelaku usaha yang berkecimpung dalam usaha ini bisa dipastikan akan bertambah. Apalagi proses produksi dendeng nila tidak terlalu membutuhkan keahlian khusus BANK INDONESIA 11

22 ASPEK PASAR DAN PEMASARAN sehingga amat sangat mudah untuk meniru proses pembuatannya. Oleh karena itu agar pengusaha dendeng nila dapat bertahan menghadapi persaingan harus memiliki suatu keunggulan khusus pada produknya. Salah satu caranya adalah dengan melakukan inovasi pada produknya misalnya memberi variasi rasa dendeng. Hal ini dilakukan juga untuk mengatasi kebosanan akan rasa dendeng yang itu-itu saja, oleh karena itu bisa dibuat misalnya dendeng nila aroma barbeque atau rasa keju. Strategi ini akan sangat membantu saat pengusaha dendeng nila mencoba pasar ekspor. Hal ini dikarenakan tidak semua negara memiliki selera rasa sama dengan orang Indonesia, oleh karena itu dendeng nila yang diproduksi juga harus disesuaikan dengan selera konsumennya. Hal lain yang perlu diperhatikan untuk tetap unggul dalam persaingan di usaha dendeng nila ini adalah kemasan produk yang baik. Kemasan produk yang baik adalah kemasan yang dapat mencegah masuknya bakteri yang dapat mempercepat pembusukan dendeng nila. Semakin lama masa bertahan dendeng akan semakin baik karena dapat menjangkau target pasar yang lokasinya cukup jauh sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk mencapainya. Selain itu bila dendeng nila dapat bertahan lama maka pengusaha bisa menyiapkan persediaan yang cukup banyak, sehingga bila ada konsumen yang membutuhkan dendeng nila dapat langsung dipenuhi permintaannya. Sehubungan dengan peluang pasar, untuk produk dendeng nila pasarnya masih terbuka lebar. Dendeng nila ini merupakan produk olahan ikan alternatif selain produk olahan yang selama ini sudah dikenal masyarakat seperti bandeng presto atau kerupuk ikan. Masih sedikitnya variasi produk olahan ikan menyebabkan masyarakat merasa bosan dengan produk yang itu-itu saja. Oleh karena itu diharapkan kehadiran dendeng nila dapat mengatasi permasalahan tersebut, sehingga dendeng nila mulai digemari masyarakat. Dendeng nila juga merupakan salah satu alternatif bagi penggemar dendeng. Jika biasanya dendeng dibuat dari daging sapi, yang lemak dan kolesterolnya tinggi, maka dendeng nila terbuat dari ikan yang mengandung lemak baik. Ikan juga 12 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

23 DENDENG NILA merupakan sumber protein hewani karena ikan memiliki komponen protein sebagai komponen terbesarnya setelah air. Dari protein yang ada pada ikan diperoleh berbagai asam amino esensial dan asam amino non esensial yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh manusia dan diperlukan untuk mensintesa. Sehingga dapat dikatakan nilai gizi daging ikan jauh lebih tinggi dari daging sapi. Jadi dengan adanya dendeng nila penggemar dendeng tidak perlu khawatir akan kandungan gizinya Aspek Pemasaran Harga Produk dendeng nila dijual dalam satuan kilogram. Harga dendeng nila ini sangat tergantung dari harga bahan baku yaitu harga ikan nila segar. Bila terjadi kenaikan harga bahan baku maka harga jual dendeng nila juga akan mengalami kenaikan. Hal yang harus diperhatikan juga bahwa ikan nila segar akan mengalami penyusutan saat sudah diolah menjadi dendeng. Sebagai gambaran saat harga ikan nila segar mencapai Rp per kilogramnya maka ketika sudah diolah menjadi dendeng harganya akan menjadi Rp per kilogramnya. Adapun kebijakan penetapan harga dendeng nila ini, selain tergantung pada harga bahan baku juga dipengaruhi beberapa faktor biaya antara lain : Biaya tenaga kerja Biaya pengemasan Biaya promosi Biaya transportasi Biaya-biaya lainnya Jalur Pemasaran Produk Dalam memasarkan produknya pengusaha dendeng nila memiliki dua jenis jalur pemasaran. Jalur pemasaran pertama dikhususkan untuk pembeli yang melakukan pemesanan terlebih dahulu. Ketika pengusaha sudah mendapatkan bahan baku dari supplier ikan nila segar, ikan tersebut diolah kemudian langsung BANK INDONESIA 13

24 ASPEK PASAR DAN PEMASARAN dipasarkan ke konsumen akhir. Jalur pemasaran yang kedua adalah pengusaha dendeng nila menyalurkan produknya ke warung dan toko. Kemudian warung dan toko ini yang menyalurkan hingga ke konsumen akhir. Penjualan masih berkisar di daerah Semarang, khususnya di daerah sekitar tempat produksi yaitu daerah Muncul. Apabila digambarkan dalam, jalur pemasaran dendeng nila akan tampak sebagai berikut : Gambar 3.2 Jalur Pemasaran Langsung Supplier Bahan Baku Produsen Dendeng Nila Konsumen Akhir Gambar 3.3 Jalur Pemasaran Tidak Langsung Supplier Bahan Baku Produsen Dendeng Nila Warung / Toko Konsumen Akhir Pengiriman barang dilakukan dengan menggunakan sepeda motor apabila barang dalam jumlah sedikit dan menggunakan mobil pick up apabila pesanan dalam jumlah besar. 14 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

25 DENDENG NILA Kendala Pemasaran Kendala yang dihadapi oleh pengusaha dendeng nila dalam memasarkan produknya berkaitan dengan dua hal yaitu lokasi penjualan dan kemasan. Dendeng nila diproduksi di tempat yang dekat dengan pembudidayanya. Tempat pembudidayaan biasanya terletak di dekat sumber mata air dan cukup jauh dari pusat kota Semarang (± 60 km), yang juga merupakan pusat oleh-oleh khas Jawa Tengah. Oleh karena itu untuk mencapai pusat kota membutuhkan waktu dan biaya transportasi yang cukup besar, akibatnya pengusaha dendeng agak kesulitan jika ingin memasarkan produknya di toko-toko besar tempat penjualan oleh-oleh khas Semarang. Selain permasalahan lokasi, pengemasan produk dendeng nila juga menjadi masalah. Kemasan produk yang masih manual menyebabkan dendeng nila hanya mampu bertahan selama 7-10 hari. Dendeng nila juga tidak bisa dibekukan sehingga tidak dapat menunda waktu pembusukan. Cepat membusuknya dendeng nila ini membuat pengecer harus menanggung kerugian apabila dendeng nila tidak segera terjual dalam jangka waktu tersebut. BANK INDONESIA 15

26 16 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

27 BAB IV ASPEK TEKNIK PRODUKSI 4.1. Lokasi usaha Pembuatan dendeng nila sebaiknya dilakukan berdekatan dengan tempat budidaya ikan nila tersebut. Hal ini dikarenakan ikan merupakan salah satu bahan pangan yang cepat membusuk. Untuk menjaga kualitas dari dendeng nila maka haruslah menggunakan bahan baku ikan nila yang masih segar. Apabila ternyata lokasi pengolahan letaknya jauh dari tempat budidaya maka sebaiknya ikan mentah disimpan dalam wadah yang dapat menjaga kesegaran seperti cooling box. Namun sebagai konsekuensinya biaya produksi akan menjadi lebih mahal. Selain memiliki lokasi yang dekat dengan tempat budidaya, pengusaha juga harus memperhatikan syarat yang diperlukan dalam proses produksi dendeng nila. Salah satu syarat penting dalam pengolahan dendeng nila adalah penjemuran. Oleh karena itu akan lebih baik apabila lokasi terletak di daerah yang memiliki intensitas sinar matahari yang tinggi. Semakin terik sinar matahari maka proses pengeringan akan semakin cepat. Proses pengeringan dengan matahari akan dapat lebih menghemat biaya yang dibandingkan pengeringan dengan oven Fasilitas Produksi dan Peralatan Berikut adalah fasilitas dan peralatan produksi yang diperlukan dalam proses pengolahan dendeng nila beserta kegunaan masing-masing alat : BANK INDONESIA 17

28 ASPEK TEKNIK PRODUKSI Tabel 4.1 Peralatan Produksi Dendeng Nila No Nama Peralatan Kegunaan 1. Pisau Memisahkan daging ikan dari tulangnya 2. Alas Perajang Menjadi alas saat memotong bumbu (Talenan) dan ikan 3. Keranjang Peniris Meniriskan air sehabis daging ikan dicuci bersih 4. Penghancur Bumbu Menghaluskan bumbu-bumbu 5. Ember Mencuci daging nila setelah dipisahkan dari tulangnya 6. Baskom Mencampurkan daging nila dengan bumbu 7. Panci Memasak bumbu 8. Saringan Halus Menyaring bumbu-bumbu yang masih kasar 9. Tampah (Nyiru) Menjemur dendeng hingga kadar airnya hilang 10. Oven Menjemur dendeng hingga kadar airnya hilang 11. Plastik Penjemur Alas menjemur daging yang sudah dibumbui 4.3. Bahan Baku Bahan baku utama yang diperlukan dalam pembuatan dendeng nila ini tentunya adalah daging ikan segar yang sudah dipisahkan dari tulangnya. Pengusaha dendeng nila mendapatkan bahan baku ikan nila ini dari pembudidaya. Bahan baku yang didapat haruslah segar untuk menjaga kualitas dendeng. Seringkali penikmat nila terganggu dengan rasa lumpur yang terasa di daging ikan nila. Namun rasa lumpur tidak akan terjadi pada nila yang dibudidayakan di sumber mata air yang tidak mengandung lumpur. Oleh karena itu akan lebih baik bila produsen dendeng nila memilih ikan nila yang dibudidayakan di sumber mata air. Selain hal tersebut ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan baku ikan berkualitas yaitu : 18 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

29 DENDENG NILA Tanda ikan yang sudah busuk: - mata suram dan tenggelam; - sisik suram dan mudah lepas; - warna kulit suram dengan lendir tebal; - insang berwarna kelabu dengan lendir tebal; - dinding perut lembek; - warna keseluruhan suram dan berbau busuk. Tanda ikan yang masih segar: - daging kenyal; - mata jernih menonjol; - sisik kuat dan mengkilat; - sirip kuat; - warna keseluruhan termasuk kulit cemerlang; - insang berwarna merah; - dinding perut kuat; - bau ikan segar. Berhubung bahan baku bersifat tidak tahan lama maka bahan baku dibeli beberapa saat sebelum melakukan produksi. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas dendeng nila. Sebagai gambaran pada bulan Agustus 2008 harga bahan baku ikan nila berkisar di angka Rp per kilogramnya. Selain ikan nila bahan baku lain yang diperlukan adalah bumbu-bumbu dendeng seperti gula merah, ketumbar, garam, bawang merah, bawang putih, asam jawa, dan lengkuas Tenaga Kerja Dalam proses produksi dendeng nila sebenarnya tidak terlalu membutuhkan keahlian khusus. Tenaga kerja utama yang dibutuhkan paling tidak harus memiliki keahlian dasar memasak dan meracik bumbu. Tenaga kerja berasal dari masyarakat lokal. Hal ini merupakan salah satu usaha produsen dendeng untuk memberdayakan masyarakat sekitar. Kompensasi yang diberikan kepada tenaga kerja langsung besarnya berkisar antara Rp per bulan per orang. Kompensasi ini diluar BANK INDONESIA 19

30 ASPEK TEKNIK PRODUKSI tunjuangan makan pagi dan siang yang disediakan pengusaha. Jumlah tenaga kerja yang berkaitan langsung dengan proses produksi adalah 4 orang. Tenaga kerja langsung hanya bekerja pada saat produksi yaitu dua hari per minggu. Selain tenaga kerja langsung, pengusaha juga mempekerjakan tenaga kerja yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. Tenaga kerja ini meliputi tenaga yang bertugas melakukan pengiriman barang. Jumlah tenaga kerja tidak langsung adalah 1 orang. Kompensasi untuk tenaga kerja tidak langsung adalah sebesar Rp rupiah per bulan diluar tunjangan makan, lembur dan tunjangan hari raya Teknologi Proses produksi dendeng nila secara umum dilakukan secara tradisional. Terlihat dari peralatan yang digunakan hanya panci, ember, baskom, dan pisau. Proses memasaknya pun tergolong sederhana yaitu hanya perlu merebus bumbu dan merendam daging dalam bumbu. Begitu pula proses pengeringan dilakukan hanya dengan mengandalkan sinar matahari saja. Namun apabila hari hujan atau sinar matahari tidak begitu terik maka untuk mempercepat proses pengeringan pengusaha menggunakan oven untuk menghilangkan kadar air dalam daging nila. Teknik pengemasan masih dilakukan secara manual dengan menggunakan plastik biasa Proses Produksi Berikut ini adalah tahapan-tahapan yang dilakukan dalam mengolah dendeng nila serta peralatan dan bahan yang diperlukan untuk setiap tahap produksinya : Bahan Bahan 1) Ikan nila 20 kg ( sebagai contoh ) 20 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

31 DENDENG NILA 2) Gula merah 2 kg 3) Ketumbar 2 ons 4) Garam 1 kg 5) Bawang merah ½ ons 6) Bawang putih 2 ons 7) Asam jawa 7 mata 8) Lengkuas (laos) secukupnya Cara Pembuatan 1) Bersihkan ikan, buang kepala dan isi perutnya; 2) Belah dan buang tulangnya lalu cuci. Untuk ikan yang lebih besar dan tebal iris dengan ukuran panjang 7 cm, tebal ½ cm, dan lebar 5 cm; 3) Masukkan garam ke dalam 3 liter air kemudian rendam ikan selama 5 jam; 4) Masak 8 liter air sampai mendidih, masukkan semua bumbu yang telah dihaluskan kemudian aduk-aduk sampai rata; 5) Saring supaya ampas ketumbar terpisah, kemudian dinginkan; 6) Masukkan ikan yang sudah digarami tadi ke dalam larutan bumbu. Rendam selama ±10 jam; 7) Tiriskan, kemudian jemur di atas nyiru atau tampah; 8) Balik-balik ikan tiap 4 jam sekali supaya pengeringan rata; 9) Sebelum dihidangkan, goreng dendeng terlebih dahulu (± ½ menit) dalam minyak panas. BANK INDONESIA 21

32 ASPEK TEKNIK PRODUKSI Gambar 4.1 Diagram alir pembuatan dendeng ikan Sumber : (2008) Gambar 4.2 Proses Produksi Dendeng Nila Pemisahan Daging dari Tulang dan Kepala 22 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

33 DENDENG NILA Pembuatan Bumbu Pencampuran Daging Ikan dengan Bumbu Penjemuran BANK INDONESIA 23

34 ASPEK TEKNIK PRODUKSI 4.7. Jumlah, Jenis, Mutu Produksi Jumlah produksi dendeng nila sangat tergantung dari banyaknya pesanan, dan sangat fluktuatif. Dalam periode tertentu seperti menjelang lebaran maka pesanan dendeng nila akan memuncak. Namun untuk dendeng nila yang dipasarkan ke agen penjual seperti warung dan toko, pengusaha melakukan produksi setiap dua minggu sekali. Dalam sekali produksi pengusaha menggunakan 56 kilogram ikan nila segar, yang akan menghasilkan dendeng seberat 14 kilogram. Untuk jenisnya dendeng nila masih hanya satu jenis yaitu dendeng nila dengan bumbu dasar yang umum digunakan dalam membuat dendeng daging lainnya. Sedangkan mutu produksi, sampai saat ini belum ada standard akan mutu produksi. Namun secara umum ada beberapa kriteria untuk menentukan kualitas dendeng nila yaitu : 1. Bahan baku ikan nilanya masih segar dan tidak berbau lumpur. 2. Komposisi bumbu tepat 3. Alat masak dan lokasi pengeringan bebas kuman 4. Kemasan dendeng nila kedap udara agar mencegah bakteri masuk Produksi Optimum Produksi optimum yang dapat dicapai adalah ketika produksi normal yang selama ini dilakukan tiap minggu dilakukan setiap tiga hari sekali. Produksi menjadi tiga hari karena untuk membuat dendeng hingga benar-benar kering diperlukan waktu 2-3 hari. Jadi setiap tiga hari berproduksi menggunakan 56 kilogram ikan nila dan hasilnya 14 kilogram dendeng nila. Dengan asumsi hari kerja 6 hari per minggu maka produksi per minggu akan mencapai 28 kilogram dendeng Kendala Produksi Hal yang menjadi kendala dalam proses produksi seringkali terjadi pada proses pengeringan. Agar dendeng cepat kering dan tidak basi maka diperlukan sinar matahari yang terik. Permasalahan muncul ketika musim penghujan tiba, sehingga 24 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

35 DENDENG NILA proses pengeringan akan berlangsung lama. Bahkan bila terlalu lama proses produksi akan dihentikan karena mencegah bahan dendeng yang tidak bisa dijemur menjadi basi. Salah satu solusinya adalah menggunakan oven, namun seperti yang diketahui tidak semua pengusaha memiliki oven karena harga dan bahan bakarnya yang mahal. Selain kendala dalam pengeringan, kendala lain juga terjadi dalam proses pengemasan. Karena kebanyakan pengemasan masih dilakukan manual maka ada beberapa produk yang kemasannya kurang rapat. Dengan begitu udara dan bakteri dapat masuk sehingga mempercepat pembusukan dendeng nila. Oleh karena itu pengusaha harus teliti dalam melakukan pengemasan. BANK INDONESIA 25

36 26 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

37 BAB V ASPEK KEUANGAN 5.1. Pemilihan pola usaha Dalam melakukan analisis keuangan untuk produk dendeng nila ini ada beberapa asumsi yang digunakan. Salah satunya adalah asumsi kapasitas produksi, dimana untuk usaha ini diasumsikan produsen dendeng nila berproduksi dua kali seminggu dan untuk sekali produksi menghasilkan 14 kilogram dendeng. Jadi untuk seminggu produsen menghasilkan 28 kilogram dendeng. Proses perhitungan harga pokok penjualan, laba rugi, dan kelayakan proyek dilakukan dengan memperhatikan asumsi dan parameter yang akan dijelaskan dalam subbab berikutnya. 5.2 Asumsi Parameter dan Perhitungan Periode proyek diasumsikan selama 3 tahun sehingga perhitungan komponen pendapatan dan biaya juga dilakukan selama 3 tahun. Dalam hal tempat produksi, usaha dendeng nila menyewa tanah kosong kemudian mendirikan bangunan dan membuat tempat jemur yang sifatnya semi permanen. Luas tanah sebesar 60 m2 dengan total luas bangunan sebesar 55 m2. Usaha ini juga memiliki beberapa peralatan produksi yang tergolong sederhana. Satu-satunya mesin yang digunakan dalam proses produksi adalah oven untuk mengeringkan daging bila tidak ada sinar matahari. Peralatan lain lebih banyak digunakan untuk membersihkan dan membumbui ikan. Terdapat juga plastik penjemur yang berfungsi sebagai alas saat mengeringkan dendeng. Produksi dilakukan dua kali seminggu, dengan jumlah produksi dendeng tiap minggunya adalah 28 kilogram. Untuk setiap kilogram dendeng dibutuhkan 4 kilogram ikan nila segar dan 0.4 kg bumbu. Penggunaan bahan baku tentunya BANK INDONESIA 27

38 ASPEK KEUANGAN sudah memperhitungkan penyusutan yang terjadi saat produksi. Harga beli ikan nila segar di pasar ikan adalah Rp per kg sementara harga jual dendeng nila adalah Rp per kgnya. Asumsi- asumsi lain yang dipakai dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut. Tabel 5.1 Asumsi dan Parameter Analisis Keuangan Asumsi Satuan Jumlah/Nilai Periode Proyek Tahun 3 Luas Tanah M2 60 Luas Bangunan M2 25 Luas Tempat Jemur M2 30 Sewa lahan Rp/tahun Kendaraan (Sepeda Motor) Unit 1 Harga Kendaraan Rp/Unit Mesin dan peralatan : Oven Unit 1 Baskom Unit 10 Saringan Unit 5 Pisau Unit 10 Cobek/ulekan bumbu Unit 3 Talenan Unit 5 Plastik alas jemur Unit 1 Produksi dan harga : Produksi per tahun Kg 1,456 Kenaikan produksi % / tahun 5 Produksi per minggu Kg 28 Jumlah minggu per tahun Minggu 52 Harga jual Rp/kg 78,000 Penyerapan tenaga kerja : Tenaga kerja langsung Orang 4 Tenaga kerja tidak langsung Orang 1 Upah tenaga langsung Rp/orang/bulan 500,000 Upah tenaga tidak langsung Rp/orang/bulan 500, POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

39 DENDENG NILA Penggunaan bahan baku : Penggunaan ikan Kg/kg dendeng 4 Penggunaan ikan 1 tahun Kg 5,824 Penggunaan ikan 1 minggu Kg 112 Bumbu-bumbu kg/kg ikan 0.4 Garam gr/kg ikan 4 Bawang putih gr/kg ikan 61 Bawang merah gr/kg ikan 52 Ketumbar gr/kg ikan 121 Asam Jawa gr/kg ikan 81 Laos gr/kg ikan 81 Harga Bahan Baku : Harga ikan nila segar Rp/kg 9,000 Garam Rp/kg 1,000 Bawang putih Rp/kg 15,000 Bawang merah Rp/kg 13,000 Ketumbar Rp/kg 30,000 Asam jawa Rp/kg 20,000 Laos Rp/kg 20,000 Biaya Lainnya Biaya Administrasi Rp/thn 1,200,000 Biaya Sewa Rp/thn 4,500,000 Biaya Penyusutan Rp/thn 4, Biaya Overhead lain-lain % dari penjualan 5 Cost of Capital Tingkat Suku Bunga %/thn 16% Biaya Modal Sendiri %/thn 18% Bobot Utang terhadap Total 0.7 Modal Bobot Modal Sendiri terhadap 0.3 Total Modal Pajak %/thn 15% Tingkat Diskonto (WACC) %/thn 14.9% BANK INDONESIA 29

40 ASPEK KEUANGAN 5.3 Komponen dan struktur biaya investasi dan biaya operasional Biaya investasi Biaya investasi terdiri dari biaya praoperasi dan biaya barang modal. Biaya praoperasi merupakan biaya yang sudah muncul sebelum usaha dimulai. Biaya ini terjadi di tahun 0, misalnya biaya pembangunan tempat usaha, biaya administrasi atau biaya perijinan. Berikut adalah tabel biaya praoperasi untuk usaha dendeng nila. Tabel 5.2 Biaya Pra Operasi (dalam rupiah) BULAN BIAYA B IAYA Total Total Upah 6,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 B iaya Izin-izin 600, ,000 T otal 6,600,000 2,000,000 2,000,000 2,600,000 Sumber: Olahan, 2008 Biaya praoperasi untuk usaha dendeng nila dialokasikan paling besar untuk upah pekerja dalam pembuatan bangunan tempat usaha. Pembangunan tempat usaha diasumsikan memakan waktu selama 3 bulan karena bangunannya bersifat semi permanen. Biaya lain adalah biaya perijinan untuk melakukan kegiatan usaha yang dibayar sebulan sebelum usaha dimulai. Namun biaya ini tidak dimasukkan dalam perhitungan kelayakan usaha karena biaya ini dianggap sebagai sunk cost. 30 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

41 DENDENG NILA Tabel 5.3 Biaya Investasi (dalam rupiah) Harga/ No No Jenis Biaya Satuan Jumlah Nilai (Rp) Penyusutan Nilai Sisa J enis B iaya Satuan J ml satuan Nilai (R p) UE Penyusutan Nilai S is a 1 B angunan unit 1 10,875,000 10,875, ,087,500 7,612,500 2 Kendaraan unit 1 12,000,000 12,000, ,400,000 4,800,000 3 Mesin dan peralatan utama : - Oven Unit 1 7,000,000 7,000, ,400,000 2,800,000 B askom Unit 10 12, , ,000 50,000 Saringan Unit 5 5,000 25, ,000 10,000 P isau Unit 10 4,500 45, ,000 18,000 C obek/ulekan bumbu Unit 3 15,000 45, ,000 18,000 Talenan Unit 5 5,000 25, ,000 10,000 Plastik alas jemur Unit 1 40,000 40, ,000 16,000 Jumlah biaya investasi (R p) 30,180,000 15,334,500 Sumber: Olahan, 2008 Biaya yang termasuk dalam komponen biaya investasi adalah biaya perijinan dan pembangunan. Selain itu biaya yang juga termasuk biaya investasi adalah biaya mesin, peralatan dan kendaraan. Sumber dana untuk memperoleh barang modal adalah 70% menggunakan pinjaman dan 30% menggunakan dana sendiri. Dana yang dibutuhkan pada tahun ke 0 adalah sejumlah Rp Dari total dana yang dibutuhkan sebagai biaya investasi maka Rp berasal dari pinjaman bank dan sisanya Rp berasal dari modal pengusaha sendiri. Dengan demikian modal awal yang diperlukan untuk memulai usaha ini tidaklah terlalu tinggi dan masih tergolong usaha kecil. Selain itu usaha dendeng nila juga memiliki kebutuhan modal kerja yang diperlihatkan dalam tabel 5.4. BANK INDONESIA 31

42 ASPEK KEUANGAN Tabel 5.4 Kebutuhan Modal Kerja Tahunan ( dalam rupiah ) TAHUN Komponen K omponen Persediaan Bahan Baku 728, , ,000 Persediaan Barang Dalam Proses 1,223,533 1,273,894 1,324,323 Persediaan Barang Jadi 1,223,533 1,273,195 1,323,623 Biaya Sewa 4,500,000 4,500,000 4,500,000 Total 7,675,067 7,820,589 7,966,946 Perubahan Modal Kerja - 145, ,357 Sumber: Olahan, 2008 Untuk perhitungan kebutuhan modal kerja per minggu diperlihatkan dalam tabel 5.5, dimana tiap minggunya usaha dendeng nila membutuhkan modal kerja sebesar Rp per minggu. Tabel 5.5 Kebutuhan Modal Kerja Mingguan ( dalam rupiah ) Komponen Nominal Persediaan Bahan Baku 14,000 Persediaan Barang Dalam Proses 23,529 Persediaan Barang Jadi 23,529 Biaya Sewa 86,538 Total 147,597 Sumber: Olahan, 2008 Kebutuhan modal kerja dendeng nila adalah persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, persediaan barang jadi dan biaya sewa tanah. Persediaan untuk bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi diasumsikan untuk 1 minggu dengan asumsi satu minggu terdiri dari lima hari kerja. Sementara itu piutang dan utang usaha tercantum karena penjualan dan pembelian bahan baku bersifat kas. 32 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

43 DENDENG NILA Biaya operasional Biaya operasional terjadi sebagai akibat adanya kegiatan operasi usaha. Besarnya biaya operasional perusahaan tergantung dari jumlah produksi dendeng nila. Biaya operasional meliputi harga pokok penjualan dan biaya lainnya. Harga pokok penjualan terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan juga biaya overhead lain seperti biaya pengiriman. Sedangkan biaya operasional lainnya terdiri dari biaya administrasi dan umum, biaya sewa dan biaya penyusutan. Harga pokok penjualan untuk dendeng nila diperlihatkan pada tabel 5.6. Harga pokok penjualan dendeng nila besarnya adalah berkisar antara 58 hingga 60 ribu per kilogramnya. Biaya terbesar berasal dari biaya pemakaian bahan baku dan juga biaya tenaga kerja langsung. Tabel 5.6 menunjukkan bahwa untuk memproduksi satu kilogram dendeng nila dibutuhkan biaya produksi sebesar Rp di tahun pertama dan kemudian menurun menjadi Rp di tahun kedua dan Rp pada tahun ketiga. Tabel 5.6 Harga Pokok Penjualan (dalam Rupiah) TAHUN NO KOMPONEN BAHAN BAKU Persediaan awal bahan baku 728, , ,500 Pembelian bahan baku 52,416,000 55,737,500 59,013,500 Persediaan akhir bahan baku 728, , ,000 Pemakaian bahan baku 52,416,000 55,692,000 58,968,000 2 UPAH LANGSUNG 24,000,000 24,000,000 24,000,000 3 FACTORY OVERHEAD Upah tak langsung 6,000,000 6,000,000 6,000,000 Biaya overhead pabrik lain-lain 5,678,400 6,028,371 6,383,271 T otal factory overhead 11,678,400 12,028,371 12,383,271 4 TOTAL BIAYA PABRIKASI 88,094,400 91,720,371 95,351,271 Persediaan awal bahan dalam pros es 1,223,533 1,223,533 1,273,894 Persediaan akhir bahan dalam pros es 1,223,533 1,273,894 1,324,323 5 TOTAL BIAYA PR ODUKSI 88,094,400 91,670,010 95,300,842 Persediaan awal barang jadi 1,223,533 1,223,533 1,273,195 Persediaan akhir barang jadi 1,223,533 1,273,195 1,323,623 6 HARGA POKOK PENJUALAN 88,094,400 91,620,349 95,250,413 Biaya produksi/unit 60,504 59,257 58,181 Harga pokok penjualan/unit 60,504 59,273 58,195 Sumber: Olahan, 2008 BANK INDONESIA 33

44 ASPEK KEUANGAN Untuk komponen persediaan bahan baku pada usaha dendeng nila diasumsikan untuk 1 minggu atau lima hari kerja. Jadi besarnya persediaan akhir bahan baku adalah 5/360 dari pemakaian bahan baku pada tahun tersebut. Misalkan pada tahun pertama pemakaian bahan baku adalah 5824 kilogram, maka persediaan akhirnya adalah 5/360 dikali Hasil perhitungannya adalah 84 kilogram berarti nilai nominalnya dihitung dengan mengalikan persediaan akhir dengan harga bahan baku. Berarti nominal persediaan akhir adalah 84 dikali Rp hasilnya adalah Rp Besarnya persediaan akhir di suatu periode akan menjadi persediaan awal di periode berikutnya. Misalnya persediaan akhir di tahun pertama yaitu Rp akan menjadi persediaan awal di tahun kedua. Kemudian pemakaian bahan baku merupakan jumlah persediaan awal bahan baku dan pembelian bahan baku dikurangi dengan bahan baku yang menjadi persediaan akhir. Biaya factory overhead merupakan komponen biaya yang tidak terkait langsung dengan proses produksi. Biaya ini terdiri dari upah tak langsung dan biaya overhead lain-lain. Biaya overhead lain-lain dialokasikan sebesar 5% dari nilai penjualan tahun bersangkutan. Hasil penjumlahan pembelian bahan baku, upah langsung dan factory overhead disebut biaya pabrikasi. Untuk komponen persediaan barang dalam proses pada usaha dendeng nila diasumsikan untuk 5 hari. Jadi besarnya persediaan akhir barang dalam proses adalah 5/360 dari total biaya pabrikasi pada tahun tersebut. Misalkan pada tahun pertama total biaya pabrikasi adalah Rp , maka persediaan akhirnya adalah 5/360 dikali Rp yaitu Rp Besarnya persediaan akhir di suatu periode akan menjadi persediaan awal di periode berikutnya. Misalnya persediaan akhir di tahun pertama yaitu Rp akan menjadi persediaan awal di tahun kedua. Total biaya produksi dihitung dari total biaya produksi ditambah dengan persediaan awal barang dalam proses kemudian dikurangi dengan persediaan akhir barang dalam proses. Persediaan akhir barang jadi diasumsikan selama 5 hari. Dalam tabel perhitungan persediaan jadi dalam suatu periode besarnya adalah 5/360 dari total 34 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

45 DENDENG NILA produksi periode berikutnya kemudian dikalikan dengan harga pokok penjualan pada periode bersangkutan. Misalnya pada tahun pertama persediaan akhir barang jadi nilainya adalah 5/360 dikali Rp Persediaan akhir barang barang jadi ini akan menjadi persediaan awal barang jadi pada periode berikutnya. Harga pokok penjualan dihitung dari total biaya produksi ditambah dengan persediaan awal barang jadi dikurangi dengan persediaan akhir barang jadi. Untuk mencari harga pokok per unit maka digunakan total harga pokok penjualan dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi pada periode bersangkutan. Sementara rincian biaya operasional lainnya yang termasuk dalam biaya operasional terlihat dalam tabel 5.7 berikut Tabel 5.7 Biaya Operasional Lainnya (dalam Rupiah) TAHUN Komponen NO KOMPONEN Biaya administrasi dan umum 1,200,000 1,200,000 1,200,000 2 Biaya sewa 4,500,000 4,500,000 4,500,000 3 Biaya penyusutan 4,948,500 4,948,500 4,948,500 Total 10,648,500 10,648,500 10,648,500 Sumber: Olahan, 2008 Biaya administrasi dan umum besarnya dialokasikan Rp per bulan. Biaya ini merupakan biaya yang terkait dengan kegiatan administrasi misalnya biaya telepon untuk pemesanan dan alat tulis kantor. Biaya sewa merupakan biaya sewa tanah tempat usaha, sedangkan biaya penyusutan merupakan biaya penyusutan asetaset seperti bangunan, mesin dan peralatan, serta kendaraan. Detail perhitungan dapat dilihat di lampiran. 5.4 Kebutuhan dana untuk investasi dan modal kerja Dalam perhitungan kelayakan proyek ini diasumsikan kebutuhan dana investasi untuk pengadaan barang modal 30% berasal dari modal sendiri dan 70 % BANK INDONESIA 35

ABON IKAN 1. PENDAHULUAN

ABON IKAN 1. PENDAHULUAN ABON IKAN 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri

Lebih terperinci

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g.

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g. SOSIS IKAN Sosis adalah salah satu produk olahan dari bahan hewani. Secara umum sosis diartikan sebagai makanan yang dibuat dari daging yang telah dicincang, dihaluskan, dan diberi bumbubumbu, dimasukkan

Lebih terperinci

KERUPUK UDANG ATAU IKAN

KERUPUK UDANG ATAU IKAN KERUPUK UDANG ATAU IKAN 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan

Lebih terperinci

BANDENG TANPA DURI BANK INDONESIA

BANDENG TANPA DURI BANK INDONESIA POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL BANDENG TANPA DURI BANK INDONESIA KATA PENGANTAR Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Namun demikian,

Lebih terperinci

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi PENDAHULUAN Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, yang mampu menyumbangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi di antaranya

Lebih terperinci

IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING

IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan

Lebih terperinci

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabe berasal dari Amerika Tengah dan saat ini merupakan komoditas penting dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Hampir semua rumah tangga

Lebih terperinci

INDUSTRI KERUPUK UDANG

INDUSTRI KERUPUK UDANG POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL INDUSTRI KERUPUK UDANG BANK INDONESIA KATA PENGANTAR Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Namun demikian,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

Mengemas Laba Usaha Kacang Mete Di Musim Lebaran

Mengemas Laba Usaha Kacang Mete Di Musim Lebaran Mengemas Laba Usaha Kacang Mete Di Musim Lebaran Peluang bisnis musiman yang menjanjikan untung besar bagi para pelakunya, salah satunya saja seperti bisnis camilan kacang mete yang labanya semakin gurih

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1: 29 4 KEADAAN UMUM UKM 4.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pengolah Unit Pengolahan ikan teri nasi setengah kering berlokasi di Pulau Pasaran, Lingkungan 2, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat,

Lebih terperinci

: Laila Wahyu R NIM :

: Laila Wahyu R NIM : Nama : Laila Wahyu R NIM : 11.11.568 Kelas : 11-S1TI-15 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 211/212 I. ABSTRAKSI Produk olahan krupuk ikan tenggiri merupakan produk pangan yang dapat digunakan sebagai makanan ringan

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Resep Bandeng Presto menggunakan Mesin Presto Industry Oleh: Cahyadi Triyansyah (10.11.3735) S1.TI.2C STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Membuat Bandeng Presto Proses Pengolahan Bandeng Presto. Tristar Machinery,

Lebih terperinci

BBP4BKP. Pengolahan Pindang Ikan Air Tawar. Unit Eselon I Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan

BBP4BKP. Pengolahan Pindang Ikan Air Tawar. Unit Eselon I Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan BBP4BKP Pengolahan Pindang Ikan Air Tawar Kontak Person Dra Theresia Dwi Suryaningrum, MS theresiadwi@yahoo.com Syamdidi SPi, MAppSc didibangka@yahoo.com Unit Eselon I Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan 1 Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan Pengertian Abon Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi, kerbau,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

IKAN PINDANG AIR GARAM

IKAN PINDANG AIR GARAM IKAN PINDANG AIR GARAM 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN. investasi dari perusahaan Saru Goma. Proyeksi keuangan ini akan dibuat dalam

BAB VI ASPEK KEUANGAN. investasi dari perusahaan Saru Goma. Proyeksi keuangan ini akan dibuat dalam BAB VI ASPEK KEUANGAN Dalam aspek ini akan menjelaskan tentang kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas, dan penilaian kelayakan investasi dari perusahaan Saru

Lebih terperinci

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR 4.1 Gambaran Umum Kelompok Tani Hurip Kelompok Tani Hurip terletak di Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Desa Cikarawang adalah salah satu Desa di Kecamatan

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi lestari perikanan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dengan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGGORENGAN HAMPA TERHADAP MUTU DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK IKAN LEMURU Penelitian tahap satu ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama penggorengan

Lebih terperinci

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki permintaan yang cukup tinggi dalam bentuk segar. Meskipun demikian, bawang merah

Lebih terperinci

Bisnis Kerupuk Udang, Renyah Menguntungkan

Bisnis Kerupuk Udang, Renyah Menguntungkan Bisnis Kerupuk Udang, Renyah Menguntungkan Kerupuk merupakan salah satu makanan ringan yang banyak diburu para konsumen. Rasanya yang gurih dan teksturnya yang sangat renyah, menjadikan kerupuk sebagai

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

MODUL 4 PRESTO IKAN. Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat presto ikan yang bercita rasa enak.

MODUL 4 PRESTO IKAN. Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat presto ikan yang bercita rasa enak. MODUL 4 PRESTO IKAN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat presto ikan yang bercita rasa enak. Indikator Keberhasilan: Mutu presto ikan yang dihasilkan utuh, bersih,

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari 47 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari sampai dengan Februari 2011. 3.2 Bahan dan alat Bahan yang di

Lebih terperinci

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu mengolah ikan teri asin kering yang berkualitas dan higienis. Indikator Keberhasilan: Mutu ikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumenep. Usaha ini terletak di jalan Monumen Kuda sakti No. 97 RT.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumenep. Usaha ini terletak di jalan Monumen Kuda sakti No. 97 RT. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan UKM Rengginang sari ikan merupakan salah satu produsen Rengginang di Kabupaten Sumenep. Usaha ini terletak di jalan Monumen Kuda sakti No.

Lebih terperinci

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN 1. Serealia ) Pengolahan jagung : a. Pembuatan tepung jagung (tradisional) Bahan/alat : - Jagung pipilan - Alat penggiling - Ember penampung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan dan memiliki sumber daya laut yang melimpah. Wilayah perairan Indonesia memiliki

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS BISNIS RAMBAK KULIT IKAN

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS BISNIS RAMBAK KULIT IKAN TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS BISNIS RAMBAK KULIT IKAN MUHAMAD AZIS MUSLIM KELAS : 11-D3MI-01) NIM : 11.02.7919 KELOMPOK : A STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 ABSTRAK Karya tulis ini dibuat

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGOLAHAN ARANG TEMPURUNG

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGOLAHAN ARANG TEMPURUNG POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGOLAHAN ARANG TEMPURUNG BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id DAFTAR ISI 1. Pendahuluan.........

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis dan (7) Waktu dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.2.1 Tinjauan Ikhtiologi Ikan sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan mengandung

Lebih terperinci

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Produksi Kopi Biji Salak dengan Penambahan Jahe Merah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Usaha 4.1.1 Sejarah Perusahaan UKM Flamboyan adalah salah satu usaha kecil menengah yang mengolah bahan pertanian menjadi berbagai macam produk makanan olahan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Dasar pengolahan ikan adalah mempertahankan kesegaran dan mutu ikan selama dan sebaik mungkin. Hampir

Lebih terperinci

PANCING RAWAI BANK INDONESIA

PANCING RAWAI BANK INDONESIA POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL PANCING RAWAI BANK INDONESIA KATA PENGANTAR Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Namun demikian, UMKM

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA USAHA IKAN BANDENG KERING BUMBU DENDENG DI KABUPATEN PANGKEP BIDANG KEGIATAN PKM KEWIRAUSAHAAN (PKM-K) Diusulkan Oleh : 1. Paramita Nim 1122093 Tahun Ang. 2011 2. Hikmawati

Lebih terperinci

INDUSTRI KERIPIK SINGKONG

INDUSTRI KERIPIK SINGKONG INDUSTRI KERIPIK SINGKONG KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2010/2011 OLEH : EDY SETIAWAN 10.11.3986 KELAS 2F S1 TEKNIK INFORMATIKA STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA TAHUN 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis pembuatan kerupuk kulina (kulit ikan nila) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis pembuatan kerupuk kulina (kulit ikan nila) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN Bisnis pembuatan kerupuk kulina (kulit ikan nila) merupakan salah satu bentuk kegiatan menciptakan nilai tambah kulit ikan nila dengan mengidentifikasi peluang bisnis kerupuk tersebut

Lebih terperinci

MODUL 2 NUGGET IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa khas ikan.

MODUL 2 NUGGET IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa khas ikan. MODUL 2 NUGGET IKAN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu mengolah nugget ikan yang bertekstur kenyal, lembut dan bercita rasa enak. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget

Lebih terperinci

PROPOSAL INOVASI PRODUK PERIKANAN OIL-OLAHAN IKAN NILA

PROPOSAL INOVASI PRODUK PERIKANAN OIL-OLAHAN IKAN NILA PROPOSAL INOVASI PRODUK PERIKANAN OIL-OLAHAN IKAN NILA LAYANG NILA GOYANG SEBAGAI DIVERSIFIKASI OLAHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG EKONOMIS DAN BERPROTEIN TINGGI Diusulkan Oleh : Muhammad Alfian

Lebih terperinci

PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto

PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN Agus Sutanto PENDAHULUAN Kebutuhan pangan selalu mengikuti trend jumlah penduduk dan dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan per kapita serta perubahan pola konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil laut yang berlimpah terutama hasil tangkapan ikan. Ikan merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. hasil laut yang berlimpah terutama hasil tangkapan ikan. Ikan merupakan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wilayah Indonesia sebagian besar merupakan perairan, sehingga diperoleh hasil laut yang berlimpah terutama hasil tangkapan ikan. Ikan merupakan sumber protein

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan, baik untuk meningkatkan gizi masyarakat maupun untuk

Lebih terperinci

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan PENDAHULUAN Latar belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS AYAM GORENG PRESTO. Tugas Kuliah Lingkungan Bisnis

PELUANG BISNIS AYAM GORENG PRESTO. Tugas Kuliah Lingkungan Bisnis PELUANG BISNIS AYAM GORENG PRESTO Tugas Kuliah Lingkungan Bisnis disusun oleh I. Martiandos MH 11.02.7960 JURUSAN MANAJEMEN INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Tiga Bawang merupakan sebuah industri kecil menengah yang bergerak dibidang pembuatan keripik dengan bahan baku ubi kayu. UD. Tiga Bawang adalah

Lebih terperinci

Bisnis Untung Besar Membuat Sirup Di Musim Lebaran

Bisnis Untung Besar Membuat Sirup Di Musim Lebaran Bisnis Untung Besar Membuat Sirup Di Musim Lebaran Menyajikan aneka macam minuman segar di moment buka puasa maupun ketika hari lebaran tiba, menjadi salah satu rutinitas yang tak bisa dipisahkan dari

Lebih terperinci

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR 6.1 Gambaran Lokasi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Pedagang di Pasar Baru Bogor terdiri dari pedagang tetap dan pedagang baru yang pindah dari

Lebih terperinci

BOKS 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA

BOKS 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA Kesenjangan informasi (asymmetric information) antara produk perbankan beserta persyaratan yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM. KERUPUK RUMPUT LAUT SERASI (Sehat dan Bernutrisi) BIDANG KEGIATAN : PKM KEWIRAUSAHAAN

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM. KERUPUK RUMPUT LAUT SERASI (Sehat dan Bernutrisi) BIDANG KEGIATAN : PKM KEWIRAUSAHAAN HALAMAN JUDUL PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM KERUPUK RUMPUT LAUT SERASI (Sehat dan Bernutrisi) BIDANG KEGIATAN : PKM KEWIRAUSAHAAN Diusulkan oleh : 1. Ruli Nurmala (1201413055) 2013

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar

VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar Biaya dalam industri tahu meliputi biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Packing House Packing house ini berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Packing house dibangun pada tahun 2000 oleh petani diatas lahan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

Pembuatan Sosis Ikan

Pembuatan Sosis Ikan Pembuatan Sosis Ikan Sosis ikan adalah salah satu olahan yang dibuat dari pasta ikan yang ditambah dengan bumbu-bumbu, kemudian dibungkus/dikemas dengan usus kambing atau pengemas lainnya yang biasa disebut

Lebih terperinci

RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA

RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA Ole h IMAM ROSYADI F 24. 1455 1991 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) PENDAHULUAN

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) PENDAHULUAN P R O S I D I N G 311 STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) Muhammad Alhajj Dzulfikri Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya PENDAHULUAN Perikanan merupakan salah satu

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM Penyusun: Haikal Atharika Zumar 5404416017 Dosen Pembimbing : Ir. Bambang Triatma, M.Si Meddiati Fajri Putri S.Pd, M.Sc JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

NAMA : WIRO FANSURI PUTRA

NAMA : WIRO FANSURI PUTRA Peluang bisnis INDUSTRI SERAT SABUT KELAPA OLEH : NAMA : WIRO FANSURI PUTRA NIM : 11.12.6300 KELAS : 11-S1SI-13 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Tahun 2011/2012 Industri Serat Sabut Kelapa PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BISNIS OLAHAN IKAN PARI DI PANTURA JAWA TENGAH

BISNIS OLAHAN IKAN PARI DI PANTURA JAWA TENGAH BISNIS OLAHAN IKAN PARI DI PANTURA JAWA TENGAH Rizky Muhartono dan Subhechanis Saptanto Peneliti pada Balai Besar Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Badan Riset dan Sumberdaya Manusia KKP Gedung Balitbang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN

PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN Oleh : Eddy Afrianto Evi Liviawaty i DAFTAR ISI PENDAHULUAN PROSES PENURUNAN KESEGARAN IKAN PENDINGINAN IKAN TEKNIK PENDINGINAN KEBUTUHAN ES PENGGUNAAN ES

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS Bisnis Makanan Tradisional Semakin Diburu Pasar Zakki Mubaraq 10.11.3992 SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2010/2011 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAK Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia yang secara geografis adalah negara kepulauan dan memiliki garis pantai yang panjang, serta sebagian besar terdiri dari lautan. Koreksi panjang garis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan

Lebih terperinci

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dan dikembang secara luas oleh petani di Propinsi Aceh.

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENINGKATAN NILAI JUAL IKAN NON EKONOMIS MELALUI USAHA CEMILAN CFC CRISPY FISH CARAAGE

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENINGKATAN NILAI JUAL IKAN NON EKONOMIS MELALUI USAHA CEMILAN CFC CRISPY FISH CARAAGE LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENINGKATAN NILAI JUAL IKAN NON EKONOMIS MELALUI USAHA CEMILAN CFC CRISPY FISH CARAAGE BIDANG KEGIATAN: PKM KEWIRAUSAHAAN Disusun oleh: Ketua : Cholifah C34090047

Lebih terperinci

: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) I ndonesia merupakan salah satu negara produsen pisang yang penting di dunia, dengan beberapa daerah sentra produksi terdapat di pulau Sumatera, Jawa, Bali, dan N TB. Daerah-daerah ini beriklim hangat

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

PENGABDIAN MASYARAKAT PADA UMKM BAKSO SAPI

PENGABDIAN MASYARAKAT PADA UMKM BAKSO SAPI PENGABDIAN MASYARAKAT PADA UMKM BAKSO SAPI Yulian Findawati 1, A rasy Fahruddin 2, Roni Pambudi 3 1,2,3 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Sidoarjo Alamat Korespondensi : Jl. Raya Gelam 250, Telp.(031)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AGAR-AGAR DAN MANISAN RUMPUT LAUT BANK INDONESIA

PENGOLAHAN AGAR-AGAR DAN MANISAN RUMPUT LAUT BANK INDONESIA POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL PENGOLAHAN AGAR-AGAR DAN MANISAN RUMPUT LAUT BANK INDONESIA KATA PENGANTAR Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI DAN KUALITAS DENDENG SAPI DI UD. RIDWAN S. KEFAMENANU

PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI DAN KUALITAS DENDENG SAPI DI UD. RIDWAN S. KEFAMENANU PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI DAN KUALITAS DENDENG SAPI DI UD. RIDWAN S. KEFAMENANU MM.Endah Mulat Satmalawati*, Ludgardis Ledheng**, Theresia Ika Purwantiningsih*** Kristoforus M.Kia*** *Prodi Agroteknologi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci