01 PPTN (MSA RI-A) Oleh: Djatmiko, Endang Suchayat, Rosyad M. El Hadi., Rina Yuliani Pusat Penelitian Teknik Nuklir - Batan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "01 PPTN (MSA RI-A) Oleh: Djatmiko, Endang Suchayat, Rosyad M. El Hadi., Rina Yuliani Pusat Penelitian Teknik Nuklir - Batan"

Transkripsi

1 BPTA: Lokakarya SPPBN. Jakarta !dei 1996 PELAKSANAAN SK OIRJEN SATAN 01 PPTN (MSA RI-A) NO..362/0JIIX/1994 Oleh: Djatmiko, Endang Suchayat, Rosyad M. El Hadi., Rina Yuliani Pusat Penelitian Teknik Nuklir - Batan I. PENDAHULUAN Sejak ditetapkannya SK DiIjen Batan No 362/DJ/IX/94 tentang Sistem Pertanggungjawaban dan Pengendalian Bahan Nuklir (SPPBN) maka PPTN pun tidak ketinggalan melaksanakan dan menerapkan kebijaksanaan pimpinan Batan yang telah digariskan tersebut. Walaupun demikian, jauh sebelum dikeluark~nnya SK itu, PPTN telah melaksanakan pengelolaan bahan bakar ~eaktor dan pembukuan bahan nuklir (BN) sesuai dengan tugas yang harus dilaksanakan oleh. _ PPTN menurut SK Djrjen Batan No 127/DJIXIY1986 te~_tang Org~isasi Dan Tata Kerja Batan. Hal ini menunjukah bah'v\'a PPTN telah mempunyai dan menerapkan sistem yang secara tidak langsung, berlaku sebagai SPPBN. Pada SK Dirjen Batan No 127/1986 pasal 38 ayat (4) tertulis bahwa Sub. Bid. Bahan Bakar Reaktor (BBR) mempunyai tug as mengelola bahan bakar reaktor dan pembukuan BN. Dari isi SK DiIjen Batan tersebut terlihat jelas bahwa Sub.Bid. BBR bertanggungjawab tentang perekaman, pencatatan, pengikhtisaran, pembuatan laporan mengenai segala.sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan dan pemakaian BN yang terdapat di PPTN. Pada SK No 362/94 Bab II Pasal 6 tertulis: Dalam rangka pelaksanaan pertanggungjawaban dan pengendalian BN, PIA berkewajiban: a. membukukan bahan nuklir secara kualitatip dan kuantitatif dan menyimpan catatan tentang pembukuan dan pelaksanaan pekeijaan. b. mempersiapkan dan menyampaikan pemberitahuan atau laporan kepada instansi yang berwenang tepat pada waktunya. c. merinci persyaratan dasar pengawasan dan data sumber dalam merencanakan fasilitas nuklir baru atau dalam hal teijadi perubahan desain fasilitas yang ada. d. merinci instruksi tertulis mengenai pengendalian BN. A -1

2 BPTA: Lokakarya SPPBN. Jakarta, Mei 1996 e. merencanakan clan mengatur tindakan penyelamatan clalam penanganan BN. f. menjamin tidak terganggunya alat pengungkung dan alat pengamatan serta menyimpan dengan baik bekas segel milik IAEA maupun IYB. Pasal 7 SK 362/94 menguraikan mengenai penunjukan Pengawas BN. II. PENJABARAN SK Oirjen Batan No. 362IDJIIXJ1994 Untuk menjabarkan kedua SK Dirjen tersebut diatas maka Ka. PPTN telah mengeluarakan Keputusan yaitu I<;eputusan Ka. PPTN No 02078/KP 0201NII/1995 tentang Penunjukan Pengawas Dan Pengurus Bahan Bakar. Tugas dan wewenang Pengawas dan Pengurus BN ini sesuai dengan SK no. 362/94 tentang SPPBN. Susunan Pengawas dan Pengurus SPPBN di PPTN adalah sebagai berikut : Pengawas : Ka. Sub Bid. Bahan Bakar Reaktor - Pengurus : KMP A : Ir Rosyad Ma'ali EI Hadi KMP B : S u war sa KMP C : IR Endang Suchayat KJ.\1P0 : Rina Yu,liani Dengan susunan Pengawas clan Pengurus seperti diatas, maka baik tugas yang ditetapkan Oleh SK No 127/86 maupun No 362/94 dapat tertampung. III. PELAKSANAAN SPPBN 01 PPTN - Batan 3.1 Prosedur Penanganan Elemen Bakar Reaktor Prosedur Perpindahan Elemen Bakar antar KMP Prosedur perpindahan elemen bakar antar KMP (Gambar I) dapat dijelaskan sebagai berikut: I. Surat pemberitahuan perpindahan elemen bakar (loading, unloading atau reshuffling) dari Sub.Bid. Operasi Reaktor ditujukan ke Ka.Sub.Bid. BBR, surat pemberitahuan tersebut berisikan informasi tentang Bid./Sub.Bid. yang akan memindahkan elemen bakar, 'tujuan 'pemindahan elemen bakar dan A-2

3 BPTA: Lokakarya SPPBN. Jakarta Me; 1996 spesifikasi dari elemen bakar yang akan dipindahkan. Perpindahan elemen bakar (loading, unloading atau reshujjlin'g) dilaksanakan oleh Sub.Bid. Operasi Reaktor, Sub.Bid. BBR harus mengawasi pelaksanaan pemindahan tsb. 2. Ka.Sub.Bid. BBR memberikan disposisi kepada petugas pembukuan elemen bakar (Supervisor) agar memeriksa data tentang elemen bakar yang akan dipindahkan dan memeriksa kelengkapan persyaratan pemindahan elemen bakar (loading, unloading atau reshujjling). Jika persyaratan pemindahan elemen bakar sudah lengkap, Ka.Sub.Bid. BBR menugaskan supervisor atau petugas KMP yang bersangkutan untuk mengawasi pemindahan tsb. 3. Supervisor mempersiapkan dokumen yang berhubungan dengan pemindahan elemen bakar (loading, unloading atau reshujjling), dokumen/kegiatan terdiri dari : tersebut - Pencatatan pemindahan elemen bakar di Journal of Exchange Nuclear Materials (log book). - Internal Material Transfer (IMT) atau Fuel Elemen Mutation (FEM). - Fuel Elemen History Card (FEHC). - Reactor Triga Mark II Fuel Element InventorylItem List (RTMFEI) KMP A, B atau C. - Resume. - Fuel Element Position in KMP A, B atau C. - Subsidiary Ledger (SL). 4. Pada saat pelaksanaan pemindahan elemen bakar (loading, unloading atau reshujjling), supervisor atau petugas ~P mencatat perpindahan elemen bakar tersebut dalam log book (Journal of Exchange Nuclear Materials). 5. Sub Bid. Operasi Reaktor setelah melaksanakan tugas pemindahan elemen bakar (loading, unloading atau reshujjling), membuat laporan ke Ka. Bid. Reaktor, salah satu copy-nya diserahkan ke Sub Bid. BBR. 6. Dari data pemindahan elemen bakar (loading, unloading atau reshujjling) terse but, Sub Bid. BBR membuatlmengisi form Internal Material Transfer, setelah ditandatangani oleh masing-masing penanggung jawab KMP, pemakai A-3

4 BPTA: Lokakarya SPPBN. Jakarta. 3()-31 Me; 1996 (user) dan Ka. Sub.Bid. BBR form tersebut selanjutnya didistribusikan ke Sub.Bid. Operasi Reaktor. 7. Pihak yang mengeluarkan dan yang menerima BN tersebut menandatangani Dokumen Material Transfer (IMT) yang dibuat dalam empat rangkap. 8. Membuat Subsidiary Ledger Prosedur Perpindahan Bahan Nuklir antar MBA Perpindahan BN antar MBA terdiri atas dua tahap yaitu tahap Pengeluaran BN dari MBA RI-A dan tahap Penerimaan BN di MBA RI-A. A. Tahap Pengeluaran Bahan Nuklir dari MBA RI-A Aktivitas Pengeluaran BN antar MBA ini (Gambar 2) dapat dijelaskan sbb.: 1. Nota Dinas dari Ka. Pusat di lingkungan Batan yang ditujukan 'kepada Ka. PPTN (MBA RI-A) untuk dapat mengeluarkan bahan bakar nuklir dari MBA RI-,'\, diteruskan ke Ka. Sub.Bjd. BB~ ~I!tuk menda2'ltkan tanggapannya. 2. Tanggapan dari Ka. Sub.Bid. BBR menge'nai persediaan BN disampaikan kepada Ka. Bid. Reaktor. Bila BN itu ada dan mencukupi maka pengiriman akan segera dilakukan. 3. Ka. Sub.Bid. BBR akan membuat disposisi kepada petugas pembukuan dan supervisor BN untuk mengeluarkan BN dari gudang KMP 0 sesuai dengan spesifikasi yang diminta. 4. Supervisor dan petugas pembukuan akan melakukan penimbangan BN yang diminta dan ditempatkan dalam wadah yang cukup arnan. 5. Pemasangan label yang berisi spesifikasi BN yang ada di dalam wadah tsb. 6. Dibuat dokumen perpindahan BN dalarn hal ini Inventory Change Document Material Transfer (ICD-MT) yang ditandatangani oleh Ka. PPTN, untuk ditandatangani oleh Ka. Pusat yang memintanya, dibuat dalam rangkap tiga. 7. Petugas pembukuan akan memasukkan data perubahan persediaan uranium ke dalam dokumen Physical Inventory List (PIL), sesuai dengan perubahan. 8. Setelah BN yang dikirimkan sarnpai di temp at tujuan maka ICD ditandatangani oleh Ka. Pusat yang menerimanya, selanjutnya dikirimkan kembali kepada MBA RI-A (pengirim BN) sebanyak 2 lembar. A-4

5 BPTA: Lokakarya SPPBN. Jakarta. 30-3/ i"lei Dibuat dokumen Inventory Change Report (ICR) dalam rangkap empat, dilampiri dua lembar ICD ditujukan ke Ka. BPTA untuk selanjutnya diteruskan ke IAEA. 10. Pihak MBA RI-A membuat GL. II. Pihak MBA RI-A akan menerima copy laporan ICR dari BPTA. B. Tahap Penerimaan Bahan Nuklir di MBA RI-A Seperti terlihat pada gambar 3, tahap ini dapat dijelaskan sbb.: 1. Bahan nuklir masuk ke MBA RI-A disertai surat pengantar atau Nota Dinas dan dokumen perpindahannya dari MBA yang mengirim bahan tersebut. 2. Ka. Sub.Bid. BBR menugaskan supervisor dan petugas pembukuan untuk mengadakan pengecekan dan penimbangan kembali untuk menyesuaikan berat dan spesifikasinya dengan yang tertera dalam ICD. 3. ICD diisi dan dikirimkan kepada pihak yang mengirimkan BN tersebut. 4. Bahan nuklir tersebut -diberi label darl ditulis spesifikasinya.selanjutnya disimpan dalam gudang. 5. Laporan inventaris fisik BN diubah sesuai denganjumlah berat yang masuk ke KMP 0 MBA RI-A. 6. ICR dibuat dan dikirim ke Ka. BPTA yang selanjutnya diteruskan ke IAEA. 7. Membuat General Ledger. 8. Pihak MBA RI-A akan menerima copy laporan ICR dari BPTA Prosedur Pelaporan Bahan Nuklir ke IAEA Perjanjian Safeguards menuntut adanya laporan ke IAEA. Data yang diperlukan diterapkan. untuk menyusun laporan ini berasal dari sistem akuntansi BN yang Sistem akuntansi BN pada akhimya akan menghasilkan laporan beserta data pendukung yang akan diverifikasi dan dievaluasi oleh pihak yang berwenang dalarn rangka safeguards. Laporan yang berkaitan dengan sistem akunting BN terdiri atas tiga macam, yaitu ICR atau Laporan Perubahan Inventaris, Material Balance Report (MBR), dan Physical Inventory Listing (PIL) atau Daftar A-5

6 BPTA: LokakaryaSPPBN. Jakarta. 30-3/ Mei /996 Inventaris Fisik. Selain dari ketiga dokumen tersebut di atas ditambah juga dokumen pendukung lainnya, yang dapat mendukung kelancaran akuntansi BN. Pelaporan BN kepada IAEA (Gambar 4) sehubungan dengan pemilikan BN di MBA RI-A adalah sebagai berikut: 1. Data bahan disusun sesuai dengan spesifikasinya pada dokumen PIL di Kl\1P. 2. Dokumen ICR harus dibuat bila terjadi perpindahan BN, baik yang masuk at au yang keluar MBA RI-A. 3. Data yang ada pada PIL KMP diolah untuk dimasukkan ke dalam dokumen PIL yang dikeluarkan IAEA. 4. PIL yang ada saat ini dibandingkan dengan PIL hasil satu tahun yang lalu. 5. Membuat dokumen MBR. 6. Jika terjadi perbedaan angka dengan. tahun sebelumnya, maka digunakan dokumen Concise Note. 7. Diadakan suatu persetujuan antara' Safeguards dengan 'p'enari"ggung jawab MBA (Ka. Sub Bid. BBR) sehubungan dengan hasil pemeriksaan. 8. Seluruh dokumen tersebut ditandatangani oleh Ka. PPTN. 9. Seluruh dokumen terse but dikirimkan ke IAEA melalui BPTA. 3.2 Diskripsi Pengkodean Untuk menggambarkan suatu BN, digunakan pengkodean 4 digit yang sudah dibakukan oleh dari IAEA, yaitu: - digit 1 : mengenai bentuk fisik BN - digit 2 : mengenai bentuk kimia BN - digit 3 : mengenai wadah dari BN - digit 4 : mengenai status irradiasi (irradiasi atau non irradiasi) Keterangan lebih lanjut mengenai masing-masing digit dapat dilihat pada tabel-tabel berikut: A-6

7 BPTA: Lokakarya SPPBN. Jakarta I,Hei 1996 ode 0 ". <- QS 0J GT NU VH RF B Tabel1 : Keterangan mengenai Digit 1 Bahan Nuklir (~.h';htr.;0b'''t;di(jit~1;r~~~4'\1ji~~~~~~~~h.iif Residu:''''~';6r't:;j:;~~A'~;;;'~:'::~4,>_ Q",. :ir~,..~t "':, Komponen Keterangan Contoh Serbuk Sumber Material Buangan Partikel Bahan >'t>ir;;,-~~. k _' '... '";.~~~~.: ", bakar cair dan (non berbentuk analitis radiasi dan cair padat dan dari scrap Green keramik) lengkap organik yang dan dari keramik Pellets specimen bahan dibungkus pellets bakar permanen dalam material, fisil ~,';':.",; -. d;.<' ',: ;~,;..;..~~ '..." SlImber: Sistern Nasional Pertanggllngjawab~n dan Pengendalian Bahan Nuklir, Batan Tabel 2: Keterangan mengenai Digit 2 Bahan Nuklir e J.., GJ TE Z0 W2 7X Ry 56 VU K1 Q 4.:C' "".', Carbide Nitride Nitrat Ammonium Trioxida Hexatluoride. _::~/ diuranate ~-C):~ ;>~{;;i?:~pigjt}2~~~~tjj~~'i1.ft;~lf~~~~;~~~~~~i~19 Organik Zirconium Oxida Alumunium Call1puran Fluoride Campuran ivlo& KOll1binasi Logam Silicon Keterangan OioxidaTi dengan lain, Murni campuran oksida carbide lain, oxida termasuk campuran formula garam-garaman mengandung / / campuran M308 graphite gtaphite racun dan campurannya nuklir. SlImber: Sistem Nasional Pertanggungjawaban dan PengendaJian Bahan Nuklir, Batan A-7

8 BPTA: Lokakarya SPPBN. Jakarta. 30-3/ Mei /996 Tabel 3 : Keterangan mengenai Digit 3 Bahan Nuklir 43 2J 87 EA KH LI Q Material Tempat Keterangan Kemasan Botal, Botol Drum. Kompooen Wadah Kcmasan Reaktor Drum, dandalam wadah,:.,-... '," k~;~ ">D-",": :T,','". _:--~~,~.'-~~',:;.~'f,,,~', dengan kemasan barrel (baki) berbentuk yang fibre, container-container dan dengan sangat terbuka kapasitas drum unir kaleng fibre, - -'".:~.. ",,',.,~,.'" _;'>~1:>'~:"":'k;I''';'''''~''''''''':;>''':J:).J~;:};'~i ~L-~~1=7;t?S1J~r-~,~'>_-~ labu aman(special)' bahan kapasitas dengan kaleng liter yangbakar terlindung dengan kapasitas kecil igie3r,.f.~"h't ';ili~,, ~ ~ji!>"'i~ult.'i~"4~~m"'\i" diskrit - 0,5 kapasitas...,f{-,~~~~~~tii:~~~~~ untuk liter 1- liter 20< bahan liter liter bakar liter -";;&~~A~;;;r~~i irradiasi t~:t:r~'~~',;~.oe,;.=y;;,,").,..-~~~i~ Kode _.Sumber :.SistcmNasional Pertanggungjawa.ban danpengendalian Bahan~uklir, Bat~.n Tabel4 : Keterangan mengenai Digit 4 Bahan Nuklir AJ GF CE MD KB HL ".. ~-.~f~;-~; :!t~~d;igit~~1~\~~hit~~}~!i~_rt~~~~~j~2~~~j,".. Artikel Material Keterangan Bahan Ivlaterial bakar pabrik homogen murni (iradiasi) (non-iradiasi) (non-iradiasi) (iradiasi) - iradiasi) i'vlaterial Material yang heterogen harus dengan dari mempunyai variabel komposisi dan tingkat atau yang kemurnian komposisi sarna secara tinggi campuran umum (iradiasi) (non-iradiasi) (non-iradiasi) (iradiasi) Sumber: Sistem Nasional Pcrtanggungjawaban dan Pengendalian Bahan Nuklir, Batan 3.3 Daftar Dokumen yang Digunakan 1. Dokumen IMT digunakan apabila BN keluar dari gudang ke KMP yang ada di daerah MBA RI-A. 2. Dokumen Item List (IL) digunakan untuk mencatat keadaan fisik masmgmasing BN. A-8

9 BPTA: Lolwlwrya SPPBN. Jalwrta, 30-3/ Mei / Dokumen lcd digunakan bila terjadi perpindahan atau keluarnya BN dari MBA RI-A. 4. Dokumen Physical Exchange (PE) digunakan bila BN setelah diproses dikembalikan ke gudang dan ada perbedaan berat dari asalnya atau teijadi perubahan tisik. 5. Dokumen ICR digunakan bila terjadi perubahan inventori BN di gudang karena adanya penerimaan atau pengiriman BN, dan dikirimkan ke BPTA dan IAEA. 6. Dokumen Subsidiary Ledger (SL) dibuat bila hanya teijadi perpindahan BN di dalam KMP saja. 7. Dokumen GL dibuat bila terjadi perubahan inventaris di gudang karena menerimalmengeluarkan BN an tar MBA. 8. Dokumen Resume digunakan untuk merangkum data dari Item List. 9. Dokumen Loss in Processing digunakan untuk_il!.enca~at proses~roses apa yang menyebabkan hilangnya BN. 10. Dokumen PIL digunakan untuk melaporkan keadaan inventaris fisik BN setiap tahunnya ke BPTA dan laea. 11. Dokumen MBR digunakan untuk melaporkan neraca BN setiap tahunnya ke BPTA dan IAEA. 3.4 Analisis Aliran Data Aliran-aliran data yang terlihat pada Context Diagram (Gambar 5) dan Data Flow Diagram (Gambar 7 - Gambar 11) adalah aliran-aliran data yang sedang berjalan saat ini cli PPTN, khususnya di Sub.Bid. BBR. Pada Context Diagram terlihat sistem yang dianalisis dan terdapat lima external entity yaitu Ka.Bid. Reaktor, Ka. PPTN, BPTA, Bagian Lain, dan MBA Lain. Bagian lain di sini adalah bagian-bagian lain di PPTN selain Sub.Bid. BBR. Pada pengembangan lebih lanjut dari Context Diagram, yaitu pada DFD Level 0 (Gambar 6) terdapat enam buah proses (aktivitas) yang terdiri dari : 1. Proses Pengontrolan Penggunaan BN; 2. Pengontrolan Perpindahan BN; A-9

10 BPTA: Lokakarya SPPBN. Jakarta, 30-3/ Mei / Pengubahan Data Inventory; 4. Pembuatan Laporan Tahunan; 5. Pembuatan Concise Note; 6. Pembuatan Subsidiary Ledger. Dari keenam proses di atas ada 3 proses yang tidak dapat dikaji lebih lanjut, yaitu: 1. Proses pembuatan Concise Note yang tidak dapat diko.mputerisasi. 2. Proses Pengubahan Data Inventory yang telah berupa proses komputer. 3. Proses Pembuatan SL karena walaupun proses ini berkaitan erat dengan sistem yang dianaiisis namun bukan merupakan input untuk pembuatan laporan tahunan maupun dokumen-dokumen pendukungnya Proses Pengontrolan Penggunaan Bahan Nuklir Pada proses ini dapat disederhanakan lagi menjadi DFD Level 1 Proses Pengontrolan Penf(gumian Bahan Nuklir (Gambar 7)~ yang terdiri dari beberapa proses yaitu pemeriksaan kelengkapan persyaratan, pemeriksaan stok, pembuatan IMT, pengukuran BN, dan pembuatan PE. Proses ini menangani perpindahan BN anatr KMP. Jika ada permintaan BN dari Bid. lain, maka proses berikutnya adalah pemeriksaan diperlukan stok BN apakah BN yang diperlukan itu ada atau tidak. Untuk itu dokumen ll untuk melihat persediaan BN tersebut. Apabila BN itu tersedia, dibuat dokumen IMT yang dilanjutkan dengan proses pengukuran BN sesuai dengan yang tercantum dalam dokumen IMT. Pada proses pengukuran ini akan dihasilkan dokumen Loss in Process, karena kemungkinan akan teijadi perbedaan berat BN sebelum dan sesudah. penimbangan. Dokumen IMT yang telah dibuat. dikirimkan ke bagian yang memerlukan (bagian lain) untuk ditandatangani dan diserahkan kembali ke Sub.Bag. BBR. BN yang telah digunakan hanls dipertanggungjawabkan dalam arti hams dikembalikan kembali dalarn bentuk apa pun. Jika ada perubahan bentuk dibuat dokumen Physical Exchange. Dokumen Item List akan berubah setiap ada perubahan bentuk baik berat maupun bentuk. A -10

11 BPTA: Lokakarya SPPBN. Jakarta. 30-3/ Mei / Proses Pengontrolan Perpindahan Bahan Nuklir antar MBA Pada proses ini dapat disederhanakan lagi menjadi DFD Level 1 Proses Pengontrolan Perpindahan Bahan Nuklir antar MBA (Gambar 8), yang terdiri dari beberapa proses yaitu Proses Pengontrolan Pengeluaran Bahan Nuklir, Pembuatan ICR, Pengontrolan Pemasukkan Bahan Nuklir, dan Pembuatan GL. Permintaan-permintaan BN dari MBA lain melalui Ka. Bid. Reaktor akan diproses dalam proses pengontrolan BN dan segera diberikan tanggapannya. Ada tidaknya persediaan BN dapat diketahui melalui dokumen Item List. Jika permintaan BN itu disetujui, dibuat dokumen ICD-MT yang selanjutnya ditandatangani oleh Ka. PPTN. Setelah ditandatangani, dokumen ICD-MT tersebut dikirimkan ke MBA yang memerlukan (MBA lain) untuk ditandatangani.. oleh Ka. Pusat yang menerima BN tersebut dan kemudian dikirimkan kembali ke MBA RI-A untuk diarsipkan. Dokumen ICD-MT tersebut dijadikan masukan dalam proses pembuatan- dokumen ICR.- Dokumen ICR ini selanjutnya ditandatangani oleh Ka. PPTN dan kemudian dikirimkan ke BPTA bersama ICD MT. Selain untuk pembuatan ICR, dokumen ICD-MT dijadikan masukan dalam proses pembuatan dokumen GL. Sedangkan untuk permintaan pengiriman BN dari MBA lain ke MBA RI-A, setelah pengiriman BN yang diajukan disetujui, maka dikirimkan ICD':MT untuk ditandatangani oleh Ka. Pusat dari MBA tersebut dan kemudian diserahkan kembali ke MBA Rl-A. Selanjutnya dibuat ICR berdasarkan ICD-MT tersebut. Proses-proses berikutnya san1a sepeni pada waktu permin~aan BN dari MBA lain Proses Pembuatan Laporan Tahunan ke BPTA Pada proses ini dapat disederhanakan lagi menjadi DFD Level I Proses Pembuatan Laporan Tahunan ke BPTA (Gambar 7), yang terdiri dari beberapa proses yaitu Proses Pembuatan Resume, PIL dan MBR, serta Pemberian Laporan Ke BPTA. Proses pembuatan resume memerlukan data dari dokumen Item List untuk menghasilkan dokumen resume yang diperlukan dalam proses pembuatan PIL. Selain dokumen PIL, dokumen PE dan dokumen ICR juga diperlukan dalam A - 11

12 BPTA: Lokakarya SPPBN. Jakarta Mei 1996 proses pembuatan ivlbr. Dokumen PIL, MBR, PIL revisi dan MBR revlsl ditandatangani dan kemudian dikirrnkan ke BPT A untuk pelaporan tahunan. 3.5 Analisis Sistem Dari penjabaran di atas, terlihat beberapa kelemahan dalam sistem yaitu: 1. Pada formulir Item List terdapat beberapa field yang tidak perlu, yaitu field Batch dan Batch Identification, karena mengakibatkan duplikasi data. 2. Terlalu banyak formulir yang harns diisi, yang sebenarnya dapat digabungkan, seperti fomlulir Physical Exchange (PE) dan forrnulir Loss in Process. 3. Banyak proses manual yang sebenamya dapat dikomputerisasi sehingga dalam pelaporan pertanggungjawaban tahumln memerlukan waktu yang lama. 4. Terdapat dokumen yang bentuknya masih mempunyai format yang belwn baku, yaitu permohonan penggunaan BN yang berbentuk memo. Format yang tidak baku ini akan menyulitkan -proses-integrasi-ke-komputer Dari hasil analisis terlihat bahwa aktifitas-aktifitas yang sudah dikomputerisasi adalah proses pembuatan Item List dan proses pembuatan Resume. Agar sistem dapat bekelja lebih etisien, maka perlu adanya integrasi antar dokumen. Oleh karena itu dokumen pendukung lain yang masih manual dan layak dikerjakan oleh komputer sebaiknya diadakan komputerisasi dokumen-dokumen tersebut ialah dokumen-dokumen yang mendukung sasaran akhir dari sistem iili, yaitu menghasilkan laporan tahunan berupa PIL dart MBR, serta ICR untuk dilaporkan kepada BPT A dan laea. Dokumen - dokumen pendukung tersebut meliputi PE. lcd. dan IMT. 6. Dari Data Directory yang terdapat pada Lampiran 2 dapat dilihat bahwa ada beberapa data yang menggunakan nama yang berbeda tetapi di dalamnya terkandung yang sarna. karena itu perlu dibuat penyeragaman nama data untuk mempermudah proses komputerisasi. Data tersebut ialah: a. Weight of element. element, dan elemen weight yang berisi berat elemen. b. Name or Number of Batch dan Batch Identity yang berisi nama BN. c. KMP code dan KMP berisi kode IQvlP dimana BN itu ada. A - 12

13 BPTA: Lolwkarya SPPBN. Jalwrra. 30-3/ /v/ei /996 d. Number of Item in Batch, No. of Item, dan No. Item berisi tentang jumlah item. e. Materia! Description, Material Type, dan Material Code berisi deskripsi BN. f. Element, Element Code, dan Stratum Identification berisi kode element BN. g. Weight of Fisile Isotop, Isotop weight, dan isotope. IV. KESIMPULAN Dengan melihat uraian tersebut diatas yang panjang lebar, maka dapat disimpulkan bahwa PPTN telah melaksanakan dan mengamankan semua kebijakan Pimpinan Batan yang dituangkan dalam SK Dirjen Batan No. 362/DJ/IX/199-t dengan konsisten. A - 13

14 <Of BPTA: Lokakarya SPPBN. Jakarta, 30-3/ ivlei /996 BPTA MBA Lain Ka. PPTN Sub. Bidang BBR T T ~ _, ICD yang 1 '\ -\ Pembuatan ICR /.. \ General Ledgen 3 ICR yang, sudah :2 d,tandatangam sudan d1tandalangam L 3 t ICR 2' ~~:~. ~~ 0".'_ f \~ \ / ICD -_._--~ \ / \ Arslp --", \ '/ Gambar 3.3 Flowmap Aktifitas Pemasukan Bahan Nuklir A-l-l

15 I3PTA: Lokakarya SPPBN. Jakarta Mei 1996 \ Permintaan Pengeluaran Bahan Nuklir, ICD MT Tanggapan mengenai permintaan Kepala PPTN ICD-MT. ICR,MBR. PIL,Concise Note ICR, PIL, CONCISE ICD-MT, MBR, NOTE / ~ / / /// / -,- " BPTA _Teguran alas ketidaksesuaian dalam dokumen Sistem Informasi Akunting Bahan Nuklir IMT Permohonan Penggunaan Bahan Nuklir, IMT, Pertanggungjawa ban Penggunaan Bahan Nulir MBA lain Bagian Lain Gambar 3.5 Context Diagram Sistem Informasi Akunting Bahan Nuklir A -15

16 BPTA: Lokakarya SPPBN. Jakarta Mei 1996 BIDANG LAIN IMT Permohonan penggunaan BN. IMT. Pertanggungjawaban Penggunaan BN I PE ~-~--_ \ /_~ /'~- 1 Pengontrolan Penggunaan Bahan Nuklir 'l~'i IMT 1 BPTA ICD,MT ~ ~"::b'"'" <4- --! Data Inventory \ \ \! BPTA ~\ /i PIL. M-SR ~~ I -~;-.--" ~ PIL "" PE \ '/. ~ / Pembuatan.. \ tahunan ~CR! Laporan ~', / ~ )~--d~"\~~~ \ - -.T - \~ M8' T. ~ I PE. R,,"me.., I COO",. N" I Item List.!: SL I IMT Gambar 3.6 DFD Level 0 Sistem Informasi Akunting Bahan Nuklir A -16

17 ' IJPTA: Lokakarya SPPBN. Jakarta. 30-3/ Mei /996 ICD-MT ke proses 3 ICD-MT /!ICD.MT I ICD-MT L-~I ICD-MT yang sudah 2.1 dltandatangani ICD-MT yang sudah ditandatangani Pengontrolan \~ Pengeluaran ) ICD MT yang belum Bahan Nuklir l dllandatangani ICD-MT yang belum ditandatangani Permlntaan I T I~~ - - r; " - ~ <.~- ~ICD-MT I Bahan Nukllr mengenal Pengeluaran, II i I PersedJaan anggapan ~ ICD.MT i!,t KA BIDANG - REAKTOR t Item list MBA lain ICD-MT Perminlaan pengiriman, bahan nuklir, ICD-MT T ICD-MT ke proses 3 General Ledger Gambar 3.8 OFO level 1 Proses 2 Pengontrolan Pepindahan Bahan Nuklir A - 17

18 BPTA: Lokakarya SPPBN. Jakarta. 30-3/ Mei /996 Item List (:;-4.1 ~, Pembuatan dokumen Resume Resume I B:TA : i Resume Pil. MBR.I Pil Revlsi.1 MBR Revisil, 4.4 pengiriman\ PIL ~ Laporan ke ) " BPTA / "'---~ / Pil. I ;' Pil Revisi I Pil. MBR.i Pil Revisi.1 MBR Revisl! L-.. KA. PPTN ~ MBR. MBR Revisi 4.3 Pembuatan MBR Gambar 3.9 DFD Level 1 Proses 4 Pembuatan L'aporan Tahunan A - 18

19 BPTA: Lokakarya SPPBN. Jakarta. 30-3/ Alei /996 KA BID, REAKTOR Nama dan Jumlah BN Tanggapan Mengenai Persediaan 2.1,1 Pemeriksaan Persediaan Bahan Nuklir Item List ICO-MT x (~ \ " Penimbangan Bahan Nuklir ) /! ~/ Catatan' Penimbangan ICD _ MT ~ ke proses 3 ICD-MT Informasi mengenai MBA tujuan KA. BID. REAKTOR Gambar 3.11 DFD LEVEL 2 Proses 2.1 Pengontrolan Pengeluaran Bahan Nuklir A -19

20 BPTA: Lokakarya SPPBN. Jakarta, 30-3/ Mei /996 Permohonan Surat ~ Surat yang sudah ditandalangani KA. PPTN I ~ Permohonan \.. : I CD-MT I I sudah \ T ~List I Gambar 3.11 Level 2 Proses 2.2 Pengontrolan Pemasukan Bahan Nuklir A - 20

21 BPTA: Lokakarya SPPBN. Jakarta ,'vlei 1996 Item List I=--- I Item, Material Type. IIBatch Stratum Identity. Identification, Location. Weight, Element MBA Weight. I tsotope I PIL, PIL._._J' _ ; i ; Ka" PPTN I~' PIL Revisi PIL., PIL Revisi... Ke proses 4.4 Repcrt Entry, Text of Concise Note Dari proses 5 Gambar 3.12 DFD Level 2 Proses 4.1 Pembuatan PIL A - 21

22 BPTA: Lokakarya SPPBN. Jakarta Mei /996 Dari proses 4.1 Element, Weight of element, Weight fissile isotopes, Unit Element. Total weight of element, Total weight of fissile isotopes. unit ICR Date of inventory change. Type of inventory change. Element. Weight of element. Weight of fissile isotopes, Unit -- Element code, Unit, Element weight, Isotope weight, Date, Isotope Code PE MBR MBR. MBR Revis;. Ke proses 4.4 Dan proses 5 Report. Entry. Text of Concise Note Gambar 3.13 DFD level 2 Proses 4.2 Pembuatan MBR A - 22

23 BPTA: Lolw.karya SPPBN. Jalw.rta, 30-3/ ivlei /996 DISKUSI Hadi Lukito (PEBN): Mohon dapat digambarkan MBA Rl-A dan KMP-nya serta mekanisme transfer. Endang Suchayat: Erwansyah (PPBGN): Makalah hendaknya tidak digambarkan dalam bentuk sistem anal isis, tetapi sebaiknya dengan diagram blok agar lebih mudah dipfahami... Endang Suchayat: Salah satu hal yang dilaksanakan PPTN pasca dikeluarkannya SK 362 adalah menganalisis sistem (dengan melihat diagram alir) untuk mengetahui kenaikan tingkat formalitas antara sebelum dan sesudah dikeluarkannya SK tersebut. Analisis dengan diagram blok belum dilakukan. Suhermanto (BPTA): Bagaimana informasi terakhir sehubungan dg. upgrading? Endang Suchayat: Informasi terakhir dapat dilihat pada Lampiran. Hendaryah Sutanto (BPTA): Bagaimana bisa diketahui bahwa nomor fuel yang ada di dalam reactor hall sesuai dengan posisi seharusnya? Endang Suchayat: Dengan endoskop nomor fuel dapat dilihat pada layar moni tor. Zurias liyas (BPTA): Apakah perhitungan kekritisan untuk perpindahan dan teras reaktor ke KMP C telah dilakukan? Metode apa yang digunakan? Endang Suchayat: Sudah. Perhitungan dilakukan oleh Bpk. Dudung dan dapat dilihat pada DIQ, LAK reaktor 2 MW. A - 23

EVALUASI LAPORAN AKUNTING BAHAN NUKLIR DIINDONESIA TAHUN 1995

EVALUASI LAPORAN AKUNTING BAHAN NUKLIR DIINDONESIA TAHUN 1995 BPTA: Lokakarya SPPBN. Jakarta, 30-3/ Mei /996 EVALUASI LAPORAN AKUNTING BAHAN NUKLIR DIINDONESIA TAHUN 1995 Oleh: Djibun Sembiring BPTABATAN I. PENDAHULUAN Dalam rangka pelaksanaan SK Dirjen no. 362/DJIXI/94

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM SEIFGARD DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM SEIFGARD DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM SEIFGARD DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

PENERAPAN PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENGENDALIAN BAHAN NUKLIR PADA PEMINDAHAN SPENT FUEL DARI MBA RI-F KE MBA RI-G

PENERAPAN PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENGENDALIAN BAHAN NUKLIR PADA PEMINDAHAN SPENT FUEL DARI MBA RI-F KE MBA RI-G PENERAPAN PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENGENDALIAN BAHAN NUKLIR PADA PEMINDAHAN SPENT FUEL DARI MBA RI-F KE MBA RI-G Hendro Wahyono, Agus Sunarto, Susanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK

Lebih terperinci

011, No Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 006 Nomor 106, Tambahan

011, No Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 006 Nomor 106, Tambahan No.36, 011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Sistem Seifgard.Penyelenggaraan. Pertanggungjawaban. Organisasi. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENGENDALIAN BAHAN NUKLIR DI MBA PRSG (MBA RI-C)

IMPLEMENTASI SISTEM PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENGENDALIAN BAHAN NUKLIR DI MBA PRSG (MBA RI-C) BPTA: Loknknrya SFPBN. Jaknrta, 30-3/ Mei /996 IMPLEMENTASI SISTEM PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENGENDALIAN BAHAN NUKLIR DI MBA PRSG (MBA RI-C) Oleh: Agoes Soejoedi, Kadarusmanto, Taswanda Taryo, Laksmi Andri

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SAFEGUARDSDAN AKUNTING BAHAN NUKLIR (ABN) DI MBA RI D

PENGELOLAAN SAFEGUARDSDAN AKUNTING BAHAN NUKLIR (ABN) DI MBA RI D PENGELOLAAN SAFEGUARDSDAN AKUNTING BAHAN NUKLIR (ABN) DI MBA RI D Oleh Ira Ariati,ST Divisi Produksi PT. Batan Teknologi (Persero) ABSTRAK PENGELOLAAN SAFEGUARD dan ABN di MBA RI D. Berdasarkan Facility

Lebih terperinci

FORMULIR PERMOHONAN IZIN BEKERJA PETUGAS IBN

FORMULIR PERMOHONAN IZIN BEKERJA PETUGAS IBN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR 17 2013, No.838 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN IZIN BEKERJA PETUGAS IBN BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

RANCANGAN INSPEKSI. Oleh: Karsono Linggoatmodjo PPTN Bandung. Maksud dan tujuan inspeksi adalah memberi jaminan bahwa adanya data

RANCANGAN INSPEKSI. Oleh: Karsono Linggoatmodjo PPTN Bandung. Maksud dan tujuan inspeksi adalah memberi jaminan bahwa adanya data BPTA: Lokakarya SPPBN. Jakarta, 30-3/ Mei /996 RANCANGAN INSPEKSI Oleh: Karsono Linggoatmodjo PPTN Bandung I. MAKSUD DAN TUJUAN SUA TU INSPEKSI Maksud dan tujuan inspeksi adalah memberi jaminan bahwa adanya

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DAN B3 DI IRM. Sunardi

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DAN B3 DI IRM. Sunardi PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DAN B3 DI IRM Sunardi ABSTRAK PENGELOLAAN LlMBAH RAOIOAKTIF DAN B3 01 IRM. Telah dilakukan pengelolaan Limbah radioaktif dan B3 di Instalasi Radiometalurgi (IRM). Limbah radioaktif

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sistem Informasi Akuntansi Pembelian Pada PT Arwana Citramulia, Tbk Untuk mengetahui tentang prosedur pembelian pada PT Arwana Citramulia, Tbk, maka penerapan prosedur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KERJA PRAKTEK. sehingga menghambat kegiatan operasional dalam perusahaan.

BAB IV ANALISIS KERJA PRAKTEK. sehingga menghambat kegiatan operasional dalam perusahaan. 22 BAB IV ANALISIS KERJA PRAKTEK 4.1 Analisis Sistem Setelah dianalisis ada beberapa kelemahan dari sistem informasi yang sedang berjalan diantaranya : 1. Sistem pengolahan data yang sedang berjalan masih

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB III ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB III ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. MQ Consumer Goods & Retail yang berlokasi di Jalan Gegerkalong Girang No. 14 Bandung adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam

Lebih terperinci

/1. Flowmap Usulan Daftar Anggota

/1. Flowmap Usulan Daftar Anggota 37 /1. Flowmap Usulan Daftar Anggota Gambar 4.1 Flowmap Usulan Pendaftaran Anggota 38 Prosedur flowmap usulan pendaftaran anggota sebagai berikut : a. Pendaftar datang ke toko ingin menjadi anggota baru.

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTANSI LIMBAH TERPADU (SALT)

SISTEM AKUNTANSI LIMBAH TERPADU (SALT) SISTEM AKUNTANSI LIMBAH TERPADU (SALT) Oktober 2015 Pendahuluan Pemanfaatan tenaga nuklir akan memberikan kemasalahatan bagi masyarakat Indonesia. Pemanfaatan tersebut pada umumnya akan menghasilkan suatu

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM

BAB III ANALISIS SISTEM BAB III ANALISIS SISTEM Analisis sistem adalah penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan dan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Penerapan Pengendalian Internal Sistem Informasi Akuntansi. Pembelian pada PT Pondok Pujian Sejahtera

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Penerapan Pengendalian Internal Sistem Informasi Akuntansi. Pembelian pada PT Pondok Pujian Sejahtera BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Penerapan Pengendalian Internal Sistem Informasi Akuntansi Pembelian pada PT Pondok Pujian Sejahtera Pada bab III dijelaskan tentang praktek sistem informasi akuntansi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit 1. Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit Pada PT. Anugrah. Sistem penjualan yang dilakukan oleh PT. Anugrah

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007 PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007 S u n a r d i Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, BATAN ABSTRAK PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK

Lebih terperinci

PELAKSANAAN SAFEGUARDS DI MBA RI C*

PELAKSANAAN SAFEGUARDS DI MBA RI C* PELAKSANAAN SAFEGUARDS DI MBA RI C* Dicky Tri Jatmiko, Kadarusmanto, M. Imron** ABSTRAK PELAKSANAAN SAFEGUARDS DI DI MBA RI C. Peraturan Kepala BAPETEN NO.02 Tahun 2005, menetapkan Sistem Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN. material langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Sedangkan biaya overheadnya

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN. material langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Sedangkan biaya overheadnya BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN 4.1. Analisis Sistem Berdasarkan hasil analisis sistem yang sedang berjalan saat ini pada PT. Sumatraco Langgeng Makmur, ditemukan masih banyak kekurangan yang terjadi. Salah

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PERANCANGAN SISTEM BAB IV PERANCANGAN SISTEM 4.1 Perancangan Sistem Perancangan sistem adalah suatu gambaran sketsa sistem atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam kesatuan yang utuh dan berfungsi. Perancangan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM. Perancangan sistem adalah suatu gambaran sketsa sistem atau pengaturan

BAB IV PERANCANGAN SISTEM. Perancangan sistem adalah suatu gambaran sketsa sistem atau pengaturan BAB IV PERANCANGAN SISTEM Perancangan sistem adalah suatu gambaran sketsa sistem atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam kesatuan yang utuh dan berfungsi. Perancangan ini dibuat untuk

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI SISTEM

BAB IV DESKRIPSI SISTEM BAB IV DESKRIPSI SISTEM 4.1 Analisis Sistem Analisis sistem adalah langkah pertama untuk membuat suatu sistem baru. Langkah awal yang dilakukan adalah melakukan wawancara, dengan tujuan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Investigasi Awal 4.1.1. Informasi dan Data 4.1.1.1 Input Sistem kerja yang ada dan berjalan sebelumnya dilakukan secara manual. Manual dalam hal ini adalah masih menggunakan

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, Menimbang Mengingat : bahwa untuk tertib

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat. 36 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT Prima Plastik Internusa (PPI) adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang packaging atau produksi kemasan. PT PPI didirikan tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. : Bagian SDM PT Garam (Persero) Surabaya. : Nugraeni Wulan Puspita

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. : Bagian SDM PT Garam (Persero) Surabaya. : Nugraeni Wulan Puspita BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Metode Pelaksanaan Pelaksanaan Proyek Akhir berlangsung selama 60 (enam puluh) hari. Dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan, program Proyek Akhir yang dilaksanakan pada Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pendahuluan ini akan menerangkan beberapa acuan dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pendahuluan ini akan menerangkan beberapa acuan dalam melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam pendahuluan ini akan menerangkan beberapa acuan dalam melakukan Kerja Praktek di suatu instansi perusahaan yakni latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM.1. Analisis Sistem Yang Berjalan Bab ini diterangkan secara singkat mengenai analisa sistem yang ada di toko sahabat teknik, untuk mempermudah dalam mengetahui kelemahan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN. Berdasarkan hasil survey, wawancara dan pengamatan yang dilakukan di

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN. Berdasarkan hasil survey, wawancara dan pengamatan yang dilakukan di 26 BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN 4.1 Analisis Sistem Berdasarkan hasil survey, wawancara dan pengamatan yang dilakukan di bagian Bendahara KONTAN Sumber Manis, maka didapatkan proses-proses yang terjadi dalam

Lebih terperinci

Almond Accounting Software

Almond Accounting Software Almond Accounting Software ABOUT THIS PRODUCT Sebuah Software Akuntansi yang mengakomodasi proses transaksi retail / distribusi barang dagangan perusahaan yang saling terintegrasi antar modul. Sehingga

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dalam kertas atau lainnya. Tujuan utama seseorang menulis surat tidak lain

BAB III LANDASAN TEORI. dalam kertas atau lainnya. Tujuan utama seseorang menulis surat tidak lain BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Surat Surat adalah alat komunikasi antara dua pihak yang berupa tulisan dalam kertas atau lainnya. Tujuan utama seseorang menulis surat tidak lain adalah untuk mengkomunikasikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Sistem Sistem merupakan kumpulan elemen elemen yang saling berkaitan, bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan. (Jogiyanto, 1999, hlm 1). Suatu sistem terdiri atas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 61 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Evaluasi Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Pada PT.Modern Putra Indonesia. Berikut ini sistem penjualan perusahaan yang akan dibahas oleh penulis adalah mengenai

Lebih terperinci

BAB IV KEGIATAN SELAMA KERJA PRAKTEK

BAB IV KEGIATAN SELAMA KERJA PRAKTEK BAB IV KEGIATAN SELAMA KERJA PRAKTEK 4.1 Jadwal Kerja Praktek Kegiatan kerja praktek ini dilaksanakan selama kurang lebih satu bulan. Secara resmi kerja praktek dimulai tanggal 24 Agustus 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

PEMBUATAN SAMPEL INTI ELEMEN BAKAR U 3 Si 2 -Al

PEMBUATAN SAMPEL INTI ELEMEN BAKAR U 3 Si 2 -Al No.05 / Tahun III April 2010 ISSN 1979-2409 PEMBUATAN SAMPEL INTI ELEMEN BAKAR U 3 Si 2 -Al Guswardani, Susworo Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK PEMBUATAN SAMPEL INTI ELEMEN BAKAR U 3

Lebih terperinci

BAB IV DISKRIPSI PEKERJAAN

BAB IV DISKRIPSI PEKERJAAN BAB IV DISKRIPSI PEKERJAAN Kerja Praktik ini dilakukan selama 160 jam dengan pembagian waktu dalam satu minggu, 8 jam sebanyak 20 kali. Dalam kerja Praktik ini, diharuskan menemukan permasalahan yang ada,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada PT. Holland yang bergerak dalam bidang produksi serta penjualan

BAB I PENDAHULUAN. Pada PT. Holland yang bergerak dalam bidang produksi serta penjualan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada PT. Holland yang bergerak dalam bidang produksi serta penjualan Martabak dan Terang Bulan. Bahan baku yang dibutuhkan untuk produksi setiap harinya banyak

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pick List. Lampiran 1 Tampilan Pick List

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pick List. Lampiran 1 Tampilan Pick List LAMPIRAN L1 Lampiran 1 Pick List Lampiran 1 Tampilan Pick List L2 Lampiran 2 Delivery Order Asli Lampiran 2 Tampilan Delevery Order Asli Lampiran 3 L3 Delivery Order Copy Lampiran 3 Tampilan Delevery Order

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN IMPLEMENTASI

BAB III ANALISIS DAN IMPLEMENTASI BAB III ANALISIS DAN IMPLEMENTASI Pada bab ini membahas tentang langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian, diantaranya jenis penelitian, sumber data, tahap analisis, blok diagram, dan system flow,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. sistem dengan cara menguraikan sistem tersebut kedalam elemen yang

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. sistem dengan cara menguraikan sistem tersebut kedalam elemen yang BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Analisis Sistem Yang Berjalan Tahapan yang diperlukan pada pembuatan suatu program yaitu menganalisa sistem yang telah ada mengenai kelebihan dan kekurangan sistem

Lebih terperinci

REGULASI TERKAIT KETENTUAN PENYUSUNAN DAFTAR INFORMASI DESAIN INSTALASI NUKLIR DI INDONESIA

REGULASI TERKAIT KETENTUAN PENYUSUNAN DAFTAR INFORMASI DESAIN INSTALASI NUKLIR DI INDONESIA ABSTRAK REGULASI TERKAIT KETENTUAN PENYUSUNAN DAFTAR INFORMASI DESAIN INSTALASI NUKLIR DI INDONESIA Suci Prihastuti, Yudi Pramono, Midiana Ariethia Direktorat Pengaturan Pengawasan Instalasi dan Bahan

Lebih terperinci

BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN PADA PT. MAKARIZO INDONESIA. tidak akurat dan tidak lengkap merupakan kegiatan audit yang penting dalam

BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN PADA PT. MAKARIZO INDONESIA. tidak akurat dan tidak lengkap merupakan kegiatan audit yang penting dalam BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN PADA PT. MAKARIZO INDONESIA Pengendalian terhadap sistem informasi serta data-data yang tidak tersedia, tidak akurat dan tidak lengkap merupakan kegiatan audit yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Akuntansi Mulyadi (2008: 2) sistem adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama untuk mencapai tujuan tertentu.

Lebih terperinci

ASPEK SAFEGUARD DAN PROTEKSI FISIK FASILITAS PERANGKAT SUBKRITIK SAMOP

ASPEK SAFEGUARD DAN PROTEKSI FISIK FASILITAS PERANGKAT SUBKRITIK SAMOP ASPEK SAFEGUARD DAN PROTEKSI FISIK FASILITAS PERANGKAT SUBKRITIK SAMOP S y a r i p, Tegas Sutondo, Y. Sarjono Staf peneliti pada Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan (PTAPB) BATAN Yogyakarta Jl.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Sistem, Prosedur dan Sistem Akuntansi.. Pengertian Sistem Setiap sistem akan lebih dapat dipahami jika dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kegiatan, baik kegiatan dalam usaha maupun dalam pendidikan. Setiap

BAB II LANDASAN TEORI. kegiatan, baik kegiatan dalam usaha maupun dalam pendidikan. Setiap BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Evaluasi Evaluasi merupakan salah satu sarana yang penting dalam melakukan kegiatan, baik kegiatan dalam usaha maupun dalam pendidikan. Setiap berjalannya kegiatan biasanya

Lebih terperinci

BAB IV. Analisis dan Perancangan Sistem Analisis sistem Informasi Pensiun yang sedang berjalan di Dinas

BAB IV. Analisis dan Perancangan Sistem Analisis sistem Informasi Pensiun yang sedang berjalan di Dinas BAB IV Analisis dan Perancangan Sistem 4.1. Analisis sistem Informasi Pensiun yang sedang berjalan di Dinas Kesehatan Kota Bandung Analisis sistem didefinisikan sebagai penguraian dari suatu system informasi

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Sistem pada dasarnya adalah suatu jaringan yang berhubungan dengan

BAB II BAHAN RUJUKAN. Sistem pada dasarnya adalah suatu jaringan yang berhubungan dengan - 6 - BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Sistem pada dasarnya adalah suatu jaringan yang berhubungan dengan prosedur prosedur yang erat hubunganya satu sama lain yang dikembangkan menjadi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Langkah awal dalam pembuatan sistem adalah mengidentifikasi

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Langkah awal dalam pembuatan sistem adalah mengidentifikasi BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Analisis Masalah Langkah awal dalam pembuatan sistem adalah mengidentifikasi permasalahan yang ada sebagai dasar untuk membuat sebuah solusi yang disajikan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Analisis Permasalahan Pada langkah analisa permasalahan ini dilakukan tahapan-tahapan untuk mengetahui permasalah yang dialami oleh Dinas Pekerjaan Umum (DPU)

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM BASISDATA

BAB 3 ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM BASISDATA 88 BAB 3 ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM BASISDATA 3.1 Tentang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Dinamika Indonusa Prima berdiri pada tanggal 9 Desember 1974. Pada awal berdirinya, perusahaan ini bernama

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG INSPEKTUR KESELAMATAN NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG INSPEKTUR KESELAMATAN NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR - 1 - SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG INSPEKTUR KESELAMATAN NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR KOMPETENSI INSPEKTUR BIDANG IBN Kuadran 1: Kompetensi

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PERANCANGAN SISTEM BAB IV PERANCANGAN SISTEM 4.1 Perancangan Sistem Perancangan sistem adalah suatu gambaran sketsa sistem atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam kesatuan yang utuh dan berfungsi. Perancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Hardware) dan juga berupa perangkat lunak (Software), tetapi mempunyai nilai

BAB I PENDAHULUAN. (Hardware) dan juga berupa perangkat lunak (Software), tetapi mempunyai nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi dan informasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam perkembangannya. Untuk mengelola informasi dibutuhkan teknologi yang baik dan canggih.

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI, PANITIA PENGAWAS

Lebih terperinci

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR Susanto 1), Sunardi, Waringin M. Y. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional, Serpong,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Tentang Perusahaan Berikut adalah gambaran tentang PT. Phanovindo Suksestama meliputi sejarah perusahaan, struktur, pembagian tugas dan tanggung jawab di

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN. mempelajari serta memberikan solusi bagi masalah yang timbul. Permasalahan yang ada pada PT Istana Keramik Indah

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN. mempelajari serta memberikan solusi bagi masalah yang timbul. Permasalahan yang ada pada PT Istana Keramik Indah BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN PT Istana Keramik Indah memiliki proses transaksi yang hamper sama dengan perusahaan took keramik yang laen namun yang membedakan adalah perusahaan ini telah terkomputerisasi

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGAJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PERTEMUAN ILMIAH DI LUAR NEGERI

PROSEDUR PENGAJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PERTEMUAN ILMIAH DI LUAR NEGERI PROSEDUR PENGAJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PERTEMUAN ILMIAH DI LUAR NEGERI No P-06 Berlaku 1 Januari 2016 Revisi 0 Hlm 1 Unit LPPM 1. TUJUAN Prosedur pengajuan keikutsertaan dalam pertemuan ilmiah tingkat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KERJA PRAKTEK

BAB IV ANALISIS KERJA PRAKTEK BAB IV ANALISIS KERJA PRAKTEK 4.1 Analisis Sistem Dalam analisis sistem yang berjalan akan dibahas mengenai prosedur, flowmap, dokumen, diagram, konteks, data flow diagram, diagram Sistem Informasi Pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM. Perancangan ini dibuat untuk ditunjukkan kepada user, programmer, atau ahli

BAB IV PERANCANGAN SISTEM. Perancangan ini dibuat untuk ditunjukkan kepada user, programmer, atau ahli BAB IV PERANCANGAN SISTEM Perancangan sistem adalah suatu gambaran sketsa sistem atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam kesatuan yang utuh dan berfungsi. Perancangan ini dibuat untuk

Lebih terperinci

4.1. Analisa Sistem Informasi validasi pindahan siswa yang sedang berjalan

4.1. Analisa Sistem Informasi validasi pindahan siswa yang sedang berjalan BAB IV 4.1. Analisa Sistem Informasi validasi pindahan siswa yang sedang berjalan Sebelum membuat sistem proses validasi pindahan siswa, terlebih dahulu penulis melakukan berbagai analisis, baik analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Sistem Akuntansi 2.1.1 Pengertian Sistem Akuntansi Informasi suatu perusahaan, terutama informasi keuangan dibutuhkan oleh pihak ekstern dan intern. Pihak

Lebih terperinci

TRANSACTION PROCESSING

TRANSACTION PROCESSING TRANSACTION PROCESSING Enterprise System : ENTERPRISE SYSTEM Pusat sistem suatu perusahaan yang menjamin informasi dapat disebarkan keseluruh fungsi bisnis dan semua level manajemen untuk mendukung berjalannya

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM. Perancangan sistem adalah suatu gambaran sketsa sistem atau pengaturan dari

BAB IV PERANCANGAN SISTEM. Perancangan sistem adalah suatu gambaran sketsa sistem atau pengaturan dari BAB IV PERANCANGAN SISTEM Perancangan sistem adalah suatu gambaran sketsa sistem atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam kesatuan yang utuh dan berfungsi. Perancangan ini dibuat untuk

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PENGADAAN SUKU CADANG KERETA PADA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAERAH OPERASI II BANDUNG

SISTEM INFORMASI PENGADAAN SUKU CADANG KERETA PADA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAERAH OPERASI II BANDUNG SISTEM INFORMASI PENGADAAN SUKU CADANG KERETA PADA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAERAH OPERASI II BANDUNG Tono Hartono, S.Si., M.T Dosen Program Studi Sistem Informasi Universitas Komputer Indonesia

Lebih terperinci

IMPLEMENT ASI SPPBN TINGKA T F ASILIT AS DI MBA RI-E

IMPLEMENT ASI SPPBN TINGKA T F ASILIT AS DI MBA RI-E IMPLEMENT ASI SPPBN TINGKA T F ASILIT AS DI MBA RI-E *V. Samiyoto dan **Pranjono ABSTRAK Implementasi Sistem Pertanggungjawaban dan Pengendalian Bahan Nuklir ( SPPBN) tingkat fasilitas di Material Balance

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN. dengan beberapa perusahaan lain. Hal ini diakibatkan karena sistem yang

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN. dengan beberapa perusahaan lain. Hal ini diakibatkan karena sistem yang BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN PT Istana Keramik Indah memiliki prosedur sistem yang sedikit berbeda dengan beberapa perusahaan lain. Hal ini diakibatkan karena sistem yang dijalankan masih tergolong manual.

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI SURAT MASUK DAN SURAT KELUAR PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA SEMARANG

SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI SURAT MASUK DAN SURAT KELUAR PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA SEMARANG SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI SURAT MASUK DAN SURAT KELUAR PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA SEMARANG SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI SURAT MASUK DAN SURAT KELUAR PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM. komponen dengan mempelajari seberapa bagus bagian-bagian komponen

BAB III ANALISIS SISTEM. komponen dengan mempelajari seberapa bagus bagian-bagian komponen BAB III ANALISIS SISTEM 3.1 ANALISIS SISTEM Analisis sistem adalah teknik pemecahan masalah yang menguraikan bagianbagian komponen dengan mempelajari seberapa bagus bagian-bagian komponen tersebut bekerja

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB III ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB III ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Alat Bantu Dengar Indonesia Cabang Bandung merupakan perusahaan dagang yang bergerak dalam penjualan alat bantu dengar bagi konsumen.

Lebih terperinci

BAB IV DISKRIPSI PEKERJAAN

BAB IV DISKRIPSI PEKERJAAN BAB IV DISKRIPSI PEKERJAAN Kerja praktek ini dilakukan selama 160 jam pada PT. Sinar Baja Hutama yang bertujuan untuk mengidentifikasi sistem yang ada serta untuk menemukan permasalahan yang terjadi pada

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI SURAT MASUK DAN SURAT KELUAR PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA SEMARANG

SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI SURAT MASUK DAN SURAT KELUAR PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA SEMARANG SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI SURAT MASUK DAN SURAT KELUAR PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA SEMARANG Arum Tungga Dewi Santosa Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro Semarang Email: arumtungga@gmail.com

Lebih terperinci

KAJIAN TERHADAP PERATURAN TENTANG SEIFGARD DAN KEAMANAN BAHAN NUKLIR MENGGUNAKAN KUESIONER US DOE (UNITED STATES DEPARTMENT OF ENERGY)

KAJIAN TERHADAP PERATURAN TENTANG SEIFGARD DAN KEAMANAN BAHAN NUKLIR MENGGUNAKAN KUESIONER US DOE (UNITED STATES DEPARTMENT OF ENERGY) KAJIAN TERHADAP PERATURAN TENTANG SEIFGARD DAN KEAMANAN BAHAN NUKLIR MENGGUNAKAN KUESIONER US DOE (UNITED STATES DEPARTMENT OF ENERGY) Djibun Sembiring dan Taruniyati Handayani BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM. Perancangan sistem adalah suatu gambaran sketsa sistem atau pengaturan

BAB IV PERANCANGAN SISTEM. Perancangan sistem adalah suatu gambaran sketsa sistem atau pengaturan BAB IV PERANCANGAN SISTEM Perancangan sistem adalah suatu gambaran sketsa sistem atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam kesatuan yang utuh dan berfungsi. Perancangan sistem secara

Lebih terperinci

perusahaan dalam menjalankan usahanya. Hal ini membuat banyak perusahaan

perusahaan dalam menjalankan usahanya. Hal ini membuat banyak perusahaan 1. PENDAHULUAN Pada masa sekarang ini seiring dengan berjalannya waktu, teknologi dan arus informasi berkembang dengan pesat dan berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan dalam menjalankan usahanya. Hal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Analisis sistem adalah penguraian dari sistem informasi yang utuh ke dalam

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Analisis sistem adalah penguraian dari sistem informasi yang utuh ke dalam 3 2 BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem Yang Berjalan Analisis sistem adalah penguraian dari sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponen dengan maksud untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN Pada PT.Bioli lestari,sistem yang dipelukan adalah sistem yang dapat membantu dan memenuhi kebutuhan dalam pihak manajemen yang terkomputerisasi dengan baik sehingga setiap informasi

Lebih terperinci

TATA CARA PEMINDAHAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK SEHUBUNGAN DENGAN BEROPERASINYA PPDDP

TATA CARA PEMINDAHAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK SEHUBUNGAN DENGAN BEROPERASINYA PPDDP LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE- 5 /PJ/2010 TENTANG : PENEGASAN PERLAKUAN ADMINISTRASI SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) UNTUK WAJIB PAJAK (WP) DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP) PINDAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia teknologi yang sangat pesat ini, komputer memberikan banyak pengaruh terutama di bidang bisnis dan organisasi. Komputer pada mulanya hanya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PRAKTEK KERJA LAPANGAN Dokumen yang Digunakan dalam Persediaan Material

BAB IV ANALISIS PRAKTEK KERJA LAPANGAN Dokumen yang Digunakan dalam Persediaan Material 39 BAB IV ANALISIS PRAKTEK KERJA LAPANGAN 4.1 Analisis Sistem yang Sedang Berjalan 4.1.1 Dokumen yang Digunakan dalam Persediaan Material Untuk melaksanakan prosedur didukung dengan formulir. Tata laksana

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI INVENTORY BARANG MATERIALS DAN PRODUCT. Gita Ayu Syafarina, S.Kom, M.Kom

PERANCANGAN APLIKASI INVENTORY BARANG MATERIALS DAN PRODUCT. Gita Ayu Syafarina, S.Kom, M.Kom Technologia Vol 7, No.1, Januari Maret 2016 25 PERANCANGAN APLIKASI INVENTORY BARANG MATERIALS DAN PRODUCT Gita Ayu Syafarina, S.Kom, M.Kom (gitaayusyafarina@gmail.com) ABSTRAK Sistem informasi merupakan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Teori Pengertian Akuntansi Pengertian Sistem Akuntansi

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Teori Pengertian Akuntansi Pengertian Sistem Akuntansi BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Pengertian Akuntansi Definisi akuntansi menurut Warren (2005:10), yaitu: Secara umum, akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK. kerja praktek di SPBU Rancah, penulis ditempatkan di Administrasi

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK. kerja praktek di SPBU Rancah, penulis ditempatkan di Administrasi BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Sebagaimana telah diketahui sebelumnya bahwa penulis melaksanakan kerja praktek di SPBU 34.46.312 Rancah,

Lebih terperinci

Lampiran 3.16 : Rekap Stock barang L11

Lampiran 3.16 : Rekap Stock barang L11 Lampiran 3.16 : Rekap Stock barang L11 Lampiran 3.17 : Form Transaksi Luar Kota L12 L13 C. Fitur-Fitur Aplikasi yang Mendukung Pengendalian Umum dan Pengendalian Aplikasi Lampiran 4.1 : Fitur untuk Pembatasan

Lebih terperinci

Daftar Isi. User Manual. Aplikasi e-inkaber untuk Customer VERSI 2.2

Daftar Isi. User Manual. Aplikasi e-inkaber untuk Customer VERSI 2.2 Daftar Isi i User Manual Aplikasi e-inkaber untuk Customer VERSI 2.2 Daftar Isi ii Daftar Isi Definisi dan Singkatan... iv Pendahuluan... 5 Tujuan Penulisan Dokumen... 5 Pengenalan Aplikasi e-inkaber...

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Analisis sistem adalah penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Analisis sistem adalah penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh 33 BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem Yang Berjalan Analisis sistem adalah penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era modern ini manusia dituntut untuk bisa melakukan pekerjaannya dengan benar, cepat, tepat dan akurat, maka untuk mendukung manusia dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. partner dalam kelangsungan bisnis suatu perusahaan. Bagi perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. partner dalam kelangsungan bisnis suatu perusahaan. Bagi perusahaan-perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, komputer telah menjadi partner dalam kelangsungan bisnis suatu perusahaan. Bagi perusahaan-perusahaan besar yang memiliki

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI ADMINISTRASI. Instansi Nuklir. Bahan Nuklir. Perizinan. Pemanfaatan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 8) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Nomer :.. Tgl Terbit : 5 September 2013 Revisi :.. Halaman : 1 dari 7 UP PAITON

1. PENDAHULUAN. Nomer :.. Tgl Terbit : 5 September 2013 Revisi :.. Halaman : 1 dari 7 UP PAITON Halaman : 1 dari 7 PENGADAAN DAN PEMASANGAN ELEMENT AIR HEATER SAH ME #2 2017 1. PENDAHULUAN PT PJB Unit Pembangkitan Paiton memiliki dua buah unit PLTU yaitu PLTU unit 1 dan 2. Salah satu peralatan utama

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS DAN USULAN PERBAIKAN

BAB 5 ANALISIS DAN USULAN PERBAIKAN BAB 5 ANALISIS DAN USULAN PERBAIKAN 5.. Analisis Prosedur pada Sistem Informasi Persediaan Berdasarkan Pengumpulan data pada bab 4 terdapat 6 prosedur Sistem Informasi Persediaan. Enam Prosedur Sistem

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Akuntansi Untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi pihak luar maupun pihak perusahaan, maka disusunlah suatu sistem akuntansi. Sistem ini direncanakan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI KERJA PRAKTEK

BAB IV DESKRIPSI KERJA PRAKTEK BAB IV DESKRIPSI KERJA PRAKTEK Berdasarkan hasil analisis sistem yang sedang berjalan pada BKKKS Provinsi Jawa Timur, pencatatan data organisasi yang masih dilakukan secara manual. Mengacu pada permasalahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi dan Akuntansi Kas. Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi dan Akuntansi Kas. Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu BAB II LANDASAN TEORITIS A. TEORI - TEORI 1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi dan Akuntansi Kas a. Sistem Informasi Akuntansi Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu memberikan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. disesuaikan dengan desain sistem yang sudah dibuat. Rancang Bangun sistem

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. disesuaikan dengan desain sistem yang sudah dibuat. Rancang Bangun sistem BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 1.1. Implementasi Sistem Pada tahap ini merupakan proses pembuatan perangakat lunak yang disesuaikan dengan desain sistem yang sudah dibuat. Rancang Bangun sistem

Lebih terperinci

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1 KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1 Dewi Prima Meiliasari, Zulfiandri, dan Taruniyati Handayani Direktorat Pengaturan Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir ABSTRAK.

Lebih terperinci