IMPLEMENTASI SISTEM PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENGENDALIAN BAHAN NUKLIR DI MBA PRSG (MBA RI-C)

Transkripsi

1 BPTA: Loknknrya SFPBN. Jaknrta, 30-3/ Mei /996 IMPLEMENTASI SISTEM PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENGENDALIAN BAHAN NUKLIR DI MBA PRSG (MBA RI-C) Oleh: Agoes Soejoedi, Kadarusmanto, Taswanda Taryo, Laksmi Andri Astuti PRSG, Batan I. PENDAHULUAN Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy (RSG-GAS) adalah reaktor riset yang mempunyai daya nominal 30 MW termal. Dengan daya tersebut, RSG-GAS dapat digunakan untuk keperluan R&D serta jasa iradiasi target sehingga dapat menghasilkan isotop-isotop Molybdenum-99 (Mo-99), Iridium-l92 (Ir-192) serta isotop isotop lain Untuk menghasilkan isotop-isotop di- atas, ursg-gas tentunya harus menghasilkan fluks neutron yang tinggi diatas orde 1014 nlcm2det. RSG-GAS menggunakan elemen bakar dan kendali U308 Alx dengan pengayaan lebih kecil dari 20 %. Bahan penyerap RSG-GAS bertipe garpu terbuat dari bahan Ao-Cd-In- ~ Untuk mencapai daya nominal 30 MW termal, teras RSG-GAS mempunyai 40 elemen bakar dan 8 elemen kendali. Dalam setahun, RSG-GAS dioperasikan sekitar 7-8 siklus, dengan rata-rata per siklus 30 hari. Selama satu tahun tersebut, RSG-GAS dan buah. mempunyai elemen bakar dan elemen kendali bekas sekitar buah Sesuai dengan peraturan Badan Tenaga Atom Intemasional (IAEA) dan Badan Tenaga Atom Nasional (BAT AN-BPT A) bahwa setiap fasilitas nuklir yang menggunakan bahan fisil diharuskan metaksanakan administrasi elemen bakar dan kendali (Safeguards). Sejak tahun 1987, untuk Safeguards, fasilitas nuklir RSG GAS dan Pusat Produksi Radioisotop (PPR) mempunyai Material Balance Area RI-C (MBA RI-C). Pelaksanaan safeguards MBA RI-C dilaksanakan berdasarkan kepada Surat Keputusan Direktur Jenderal BATAN No. 127/IXlDJI1986. Peningkatan pelaksanaan safeguards (pengelolaai1 bahan bakar nuklir) diatur kemudian melalui SK DiIjen BATAN No. 362/XII/DJI1994. C-I

2 BPTA: Lokakarya SPPBN. Jakarta. 30-3/ Mei /996 Dengan adanya SK Dirjen yang bam di atas maka saat ini, Pusat Reaktor Serba Guna mempunyai dua MBA yaitu MBA RI-C dan MBA RI-G. Hal pertama mencakup teras RSG-GAS, kolam penyimpanan elemen bakar bekas, tempat penyimpanan elemen bakar segar serta fasilitas produksi isotop. Sedangkan hal kedua mencakup tempat penyimpanan elemen. bakar sementara (Intermediate Storage For Spent Fuel, ISFSF). Melalui SK Kepala PRSG No. 582/RSG/x/1995 dan SK Dirjen di atas, maka penanggung jawab MBA RI-C serta MBA Rl-G menjadi semakin lebih rinei danjelas. II. IMPLEMENTASI SPPBN 01 MBA RI-C 2.1 Proses Implementasi SPPBN -Proses implementasi Safeguards terhadap bahan -nuklir(bn) di Fasilitas nuklir pada suatu Negara mempakan wujud pelaksanaan Perjanjian IAEA dengan satu Negara mengenai Safeguards dan NPT (Non Proliferation Treaty). Pusat Reaktor Serba Guna (PRSG) mengawali proses tersebut pada tahun 1983, yaitu dengan mengirimkan dokumen-dokumen: Informasi Disain, Sistem Operasi dan Sistem Akuntansi Bahan Nuklir (SABN) ke IAEA. Selanjutnya laea telah memverifikasinya dalam bentuk Dokumen Subsidiary Arrangement (Aturan Pelengkap) dan Dokumen Facility Attachment (Lampiran Fasilitas) kepada PRSG (termasuk Pusat Produksi Radioisotop, PPR). Dalam penyelenggaraan Safeguards, PRSG dan PPR disatukan dalam 1 (satu) Daerah Neraca Bahan Nuklir (Material Balance Area, MBA) yang diberi kode MBA RI-C. Pada periode tahun 1987 sampai dengan tahun 1995, pelaksanaan kegiatan yang menyangkut Sistem Pertanggung-jawaban dan Pengendalian Bahan Nuklir (SPPBN) di MBA RI-C mengacu kepada SK Dirjen BATAN No. 127/IXIDJ/1986 serta Peraturan-peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh laea maupun BPT A. Setelah SK Dirjen BATAN No. 362/94 ditetapkan, secara bertahap dengan mengacu hal tersebut MBA Rl-C melakukan pembenahan Manajemen SPPBN di C-2

3 BPTA: Lolwlwrya SPPBN. Jakarta, Mei 1996 tingkat Fasilitas. Sebagai realisasi SK tersebut di MBA RI-C telah dibentuk Grup Pengelola BN, yaitu dengan dikeluarkannya SK Ka. PRSG No. 582/RSG/X/1995 mengenm Pcmbentukan Grup Pengawas dan Penguru.s BN PRSG. 2.2 Penanggung-jawab dan Pelaksana SPPBN Pelaksana SPPBN di MBA RI-C pada peri ode tahun 1987 sampai dengan 1995 dilaksanakan oleh Bidang Tekno1ogi Reaktor, yaitu Sub Bidang Bahan Bakar Reaktor dengan dibantu oleh Staf PPR. Dengan telah diberlakukannya SK DiIjen BATAN No. 362/DJIXII11994 maka kepengurusan SPPBN di MBA RI-C dikelola lebih profesional oleh suatu Grup Pengawas dan pengurus BN yang diatur dan ditetapkan dengan SK Kepala PRSG seperti tersebut di atas. Susunan Pengelola BN sesuai SK Kepala PRSG tersebut terdiri atas 1 orang Penanggung jawab, 1 orang Koordinator Pengawas, 2 orang Pengawas dan dibantu beberapa" orang Pengurus BN' untuk setiap Key Measurement Point (KMP). Susunan Kepengurusan ini berlaku selama 2 tahun berjalan sejak tang gal ditetapkan. Susunan Kepengurusan tersebut dapat terlihat seperti pada Lampiran 1. Struktur Organisasi SPPBN di MBA PRSG diperlihatkan pada Gambar 1. Penguasa Instalasi Atom (Ka. PRSG) Penanggung Jawab Koordinator Pengawas Pengawas MBA RI-C Pengawas MBA RI-G Gambar 1. Struktur Organisasi SPPBN di PRSG C-3

4 BPTA: Lokakarya SPPBN. Jakarta. 30-3/ Mei / Manajemen Bahan Nuklir Untuk mempermudah pengelolaan dan pemeriksaan BN oleh Operator maupun lnstansi Berwenang (IAEA ataupun BPTA), maka pelaksanaan SPPBN di Q MBA Rl-C dibagi dalam 2 Kt\1P Alir dan 4 KtYfPInventori. A. Kt'YfPAlir, terdiri atas : Klv1P 1, merupakan Kt'YfPPenerimaan BN dari MBA lain; K.1VfP2, merupakan Kl'YfPPengiriman BN ke MBA lain. B. KMP Inventori, terbagi atas : K.1VfPA, yaitu Gudang Bahan Bakar Segar, di Ruang 622 Level +8m, Gedung PRSG; Klv1P B, yaitu Kolam Reaktor, RSG-GAS Klv1P C, yaitu Kolam Penyimpanan Sementara Bahan Bakar Bekas RSG- GAS; - KlvfP -D, yaitu Lokasi.lain disamping-ketiga.jokasi _di_ata.s_.( dl_rsg-gas) ditambah PPR. Dalam pelaksanaan Sistem Akuntansi Bahan Nuklir (SABN), untuk fasilitas di PRSG didasarkan kepada metode Item Counting, sedangkan di PPR dilaksanakan dengan metode Bulk Counting. Mekanisme dari keempat KMP Inventori dan kedua KivfP Alir diperlihatkan pada gambar 2. KMPA KMP B KMPC KMP KMP Receipt Shipment KMPD Gambar 2. Diagram Alir KMP di 1vfBARI-C Pada KMP 1 dan KMP A merupakan lokasi penyimpanan bahan. bakar segar.tempat penyimpanan ini dapat memuat sebanyak 160 perangkat bahan C-4

5 BPTA: Lokakarya SPPBN. Jakarta. 30-3/ Mei /996 bakar segar (EBIEK). Pada tempat ini dilakukan identifikasi Nomor perangkat bahan bakar yaitu dengan mengisi fonnulir konfigurasi bahan bakar segar dan pembuatan Kartu sejarah bahan bakar tersebut. Secara periodik Gudang dibersihkan dengan mengisi Fonnulir Pembersihan Gudang dan setiap kali masuk ke Gudang Operator perlu mengisi Fonnulir Ijin Masuk. Pada KMP B yaitu Teras Reaktor terjadi perubahan Inventori akibat penyusutan Bahan Bakar dari peristiwa reaktsi inti. Pada KMP ini perlu dilakukan pengecekan Nomor Identifikasi perangkat Bahan _Bakar pada masing-masing posisi dalam Teras Reaktor dengan mengisi Fonnulir Konfigurasi Kolam Reaktor setiap ada perubahan posisi inventori BN dan juga dilakukan perhitungan penyusutan daya reaktor. kadar U-235 dengan melalui pengamatan besarnya fluks neutron atau Pada KMP C, Bahan Bakar Bekas disimpan untuk sementara waktu menunggu pemprosesan lebih- lanjut. Pada tempat ini tersedia- 2--rak dengan kapasitas tampung masing-masing sebanyak 150 posisi. Di temp at ini perlu dilakukan pengecekan Nomor Identifikasi Bahan Bakar pada masing-masing posisi penyimpanan dengan disertai mengisi Fonnulir Konfigurasi Kolam Bahan Bakar Bekas. Menurut rencana, pada pertengahan tahun 1998 secara bertahap Bahan Bakar Bekas akan dipindahkan di Gedung ISFSF (Interim Storage For Spent Fuel) melalui Kanal Penghubung RSG-GAS. Pada saatnya nanti fasilitas ISFSF akan dikelola dalam daerah neraca BN tersendiri, terpisah dari MBA RI-C. Sesuai persetujuan IAEA, kode MBA ISFSF adalah MBA RI-G. Pada KMP D terdiri dari lokasi lain di PRSG ditambah dengan PPR. Di PPR terdapat BN U-235 dengan pengkayaan tinggi (93%). Bahan nuklir ini dapat terbagi dalam beberapa bentuk Isis, 'yaitu serbuk UO, larutan UO sebelum dilakukan electroplating, target sebelum diiradiasi dan limbah radiokimia : UO Dari berbagai bentuk Isi tersebut, terdapat kemungkinan berkurangnya BN sebagai akibat kegiatan selama penyiapan target maupun selama pemprosesan radioisotop hasil belah dan recovery Uranium dari limbah radio-kimia. Diagram Alir Perlakuan Uranium di PPR diperlihatkan pada Gambar-3. C-5

6 BPTA: Lolwkarya SPPBN. Jalwrta. 30-3/ Mei /996 PASCA IRADIASI URANIUM PENERIMAAN ~ PRA-IRADIASI KMP KUALITAS KMP KENDAll URANIUM PENYIMPANAN PERLAKUAN KMP. 0-3,4,5 URANIUM KUALITAS KMP KENDAll ,8,9 LlMBAH ,7 DAN - Q 2 IRADIASI SASARAN KMP B Gambar 3. Diagram Alir Perlakuan Uranium di KMP-D 2.4 Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Bakar Segar. Setelah jadwal penyerahan dan penerimaan bahan bakar segar disepakati an tara PRSG dengan pemasok (dalam hal ini PT. BATAN Teknologi), maka pihak PRSG mengadakan pemeriksaan fisik Bahan Bakar Segar yang akan dikirim di samping penerimaan Dokumen Sertifikat Ujinya. Sebagai referensi pemeriksaan adalah spesifikasi Bahan Bakar yang dikeluarkan oleh Fa. NUKEM. Pemeriksaan fisik melibatkan Tim yang terdiri dari Bidang Keselamatan Kerja, Bidang Operasi Reaktor, kelompok Jami~an Kualitas dan Pengelola BN MBA RI C. Setelah Bahan Bakar Segar dinyatakan layak dan dapat diterima oleh pihak PRSG (memenuhi kriteria persyaratan tertentu) maka Bahan Bakar Segar dapat segera diangkut, yang terlebih dahulu diawali dengan penanda-tanganan Berita Acara Serah Terima Bahan Bakar Segar antara pemasok dengan pembeli. Biasanya dokumen ICD juga ikut disertakan dalam serah terima BN tersebut. Pengangkutan dan keamanan fisik selama perjalanan sampai di tempat menjadi tanggung jawab pihak PRSG. Sistem Pengangkutan mengambil rote terpendek, c- 6

7 BPTA: Lokakarya SPPBN. Jakarta. 30-3/ Mei /996 aman dan terkendali. Setelah Bahan Bakar sampai di PRSG, langkah selanjutnya Bahan Bakar Segar ditempatkan ke Rak Penyimpan Bahan Bakar Segar di Gudang Bahan Bakar Segar di lantai +8 m Gedung Reaktor (No. Ruang 622). Papan o Konfigurasi Bahan Bakar Segar harns sesuai dengan Nomor ldentifikasi Bahan Bakar Segar pad a Rak Penyimpan. Gudang ini harns mempunyai aliran udara yang baik dan kelembabannya serendah mungkin, agar. kondisi tetap Subkritis. Kunci Gudang memakal sistem penguncian ganda. Pemegang kunci Gudang adalah 1 (saju) kunci oleh Sub Bidang Bahan Bakar Reaktor dan satunya lagi dipegang oleh Bidang Operasi Reaktor (di RKU). 2.5 Permintaan dan Penyerahan Bahan Bakar Segar. Perrnintaan Bahan Bakar Segar diajukan oleh Bidang Operasi Reaktor ke Pengelola Bahan Nuklir MBA RI-C. untuk tujuan penggantian bahan bakar di Teras Reaktor. Selama Bahan Bakar- ada di Kolam reaktor (Teras) maka tanggung jawab pengelolaan Bahan Bakar menjadi wewenang Kepala Bidang Operasi Reaktor. Pada waktu pengambilan Bahan Bakar Segar dari Gudang (KMP A) Bidang Operasi Reaktor diwajibkan mengisi Formulir Pennintaan Bahan Bakar Segar dan Pengelola Bahan Nuklir selanjutnya mengeluarkan Forrnulir Penverahan Bahan Bakar Segar sebagai perintah pengeltiaran Bahan Bakar segar dari Gudang. 2.6 Penyerahan dan Penyimpanan Bahan Bakar Bekas. Bila Bahan Bakar teriradiasi telah mencapai Fraksi Bakar maksimum atau tidak dimungkinkan lagi untuk dipakai di Teras Reaktor, maka Bidang Operasi Reaktor menyerahkan kembali bahan bakar tersebut ke Pen2elola Bahan Nuklir dengan mengisi Formulir Penyerahan Bahan Bakar Bekas. Dengan demikian pengelolaan bahan bakar bekas selanjutnya menjadi tanggung-jawab dari Pengelola Bahan Nuklir. Apabila maka Pengelola bahan bakar bekas akan diminta oleh Daerah Neraca BN lain, Bahan Nuklir MBA RI-C harus membuat dokumen perubahan inventori dengan mengisi fonnulir lcd. Kemudian memb.uat lcr pada awal bulan C-7

8 BPT..J.: Lokakarya SPPBN. Jakarta ivlei 1996 berikutnya Produksi untuk dilaporkan ke IAEA. le'vvat ~PT A. Selain itu perlu disebutkan Plutonium yang terkandung dalam Bahan Bakar terkirim. III. SISTEM AKUNTANSI BAHAN NUKLIR Setelah kepengurusan SPPBN di PRSG (termasuk PPR) terbentuk maka Sistem Akuntansi Bahan Nuklir (SABN) PRSG dan PPR menjadi tugas utama dari Pengurus, Pengawas, Koordinator Pengawas, Penanggung-jawab serta Penguasa lnstalasi Atom (Kepala PRSG dan PPR). Administrasi semua Prosedur, Dokumen, Litbang serta Perijinan terkait dengan BN t~rsimpan dan terpelihara dengan baik. Dalam pelaksanaan dan kegiatan rutin SABN dikerjakan dan dicatat oleh para Pengurus tiap KMP, yang selanjutnya diproses dan diteliti oleh Pengawas. Setelah verifikasi dilakukan oleh Koordinator Pengawas dan mendapat - -- persetujuan dari Penanggung-jawab Pengelola BN maka laporan dikirim ke BPT A --- atau ke IAEA. Secara garis besar SABN dalam prateknya terbagi atas Sistem Pencatatan dan Sistem Pelaporan BN. Sistem Pencatatan Bahan Nuklir MBA RI-C dilakukan oleh semua Pengurus di 4 KMP Inventori yang ada. Tugas Pengurus Bahan Nuklir meliputi : (a) membuat IMT, yaitu mencatat perpindahan sejumlah BN antar KMP di dalam satu MBA; (b) membuat lcd NIP (dokumen perubahan inventori Kehilangan atau Produksi Nuklir), seperti mencatat jumlah Unsur dan Isotop dapat belah yang habis terpakai atau terproduksi melalui reaksi inti di dalam reaktor untuk setiap MBA dari setiap jenis BN yang dimiliki atau ditangani; (c) membuat Kartu Riwayat Bahan Bakar; (d) Membuat Buku pelengkap (Subsidiary Ledger) untuk setiap KMP dari setiap jenis BN yang dimiliki atau ditangani; (e) membantu kelancaran tugas Pengawas BN serta (f) Membuat Daftar Inventory BN (PIL "Phisycal Inventory Item"), untuk setiap KMP. Semua sistem pencatatan yang dilakukan oleh Pengurus BN merupakan dasar catatan bagi Sistem Pelaporan Bahan Nuklir yang dilakukan oleh Pengawas BN. Sistem pelaporan Bahan Nuklir MBA RI-C dibuat dan dilakukan oleh para Pengawas BN, yang meliputi : (a) membuat ICD; (b) membuat ICR; (c) C-8

9 BPTA: Lokakarya SPPBN. Jakarta. 3D-3llvlei 1996 Membuat Catatan Operasi; Membuat Buku Besar (General Ledger) untuk MBA dari setiap jenis BN yang dimiliki atau ditangani; Membuat Laporan Daftar Inventory Fisik (PIL), ; Membuat Neraca BN (MBR), serta membantu Penanggung jawab dan Penguasa Instalasi Atom ( Ka. PRSG) dalam menyusun DIV dan tug as SPPBN lainnya. Penanggung jawab dibantu Pengawas BN berkewajiban mempersiapkan data daya thermal yang terbangkitkan RSG-GAS selarna satu Periode inspeksi serta membuat Ke~impulan dari seluruh perpindahan/transaksi BN yang dirangkum dalam "Summary Of Nuclear Matrial Transfer". IV. PEMBAHASAN DAN EVALUASI Sejak dimulainya pelaksanaan SPPBN di MBA RI-C pada tahun 1987 sampai dengan tahun 1996 ini, sudah terjadi- beberapa kali-pergantian PeAgeloladan Pengurus BN. Sesuai Struktur Organisasi di PRSG maka tanggung jawab pelaksanaan sistem pencatatan dan sistem pelaporan SPPBN dikelola dan ditangani Kegiatan oleh Sub Bidang Bahan Bakar Reaktor, Bidang Teknologi Reaktor. perijinan operasi reaktor, perijinan pemakaian BN serta perijinan urnum terkait reaktor juga dikerjakan oleh Sub Bidang Bahan Bakar Reaktor. Dengan bertarnbahnya intensitas pekerjaan yang semakin banyak dan semakin padatnya Jadwal Operasi Reaktor dan Irradiasi Isotop di RSG-GAS menuntut prioritas penanganan BN yang lebih tertib, rapih, cermat, terpadu dan terprogram. Dengan ditetapkannya SK Dirjen BAT AN No. 362/DJ/XII/1994 dan didasarkan Hasil Rapat Kerja SPPBN tingkat Nasional di BAT AN Pusat (BPT A) pada tanggal Juni 1995, maka secara bertahap penanganan dan pengelolaan SPPBN di PRSG dan PPR disesuaikan dengan SK Dirjen tersebut. Hal tersebut dibuktikan dengan diberlakukannya SK Kepala PRSG No. 582/RSG/X/1995 tertanggai 23 Oktober 1995 tentang Pembentukan Grup Pen2awas dan Pengurus Bahan Nuklir PRSG dan PPR. Dengan adanya SK KepaIa PRSG tersebut, maka sejak tanggal ditetapkan pada tanggai 23 Oktober 1995, tugastugas mengenai SPPBN MBA RI-C tidak lagi dikelola oleh Sub Bidang Bahan c- 9

10 BPTA: Lolwlwrya SPPBN. Jaknrta }"lei 1996 Bakar Reaktor akan tetapi telah dilimpahkan dan menjadi tanggung-jawab Pengelola Bahan Nuklir MBA RI-C yang resmi ditunjuk dalam SK Kepala PRSG terse but. Dari analisis dan pengarriatan yang ada, diperoleh hasil bahwa adanya sistem pelimpahan tugas dan tanggung jawab yang jelas tersebut maka penanganan SPPBN di MBA RI-C mulai tampak nyata dan tertib serta mendapat prioritas utama dalam program tugas di PRSG dan PPR. Dengan mempelajari dan menganalisis hasil inpeksi BPTA dan IAEA, menunjukkan hasil bahwa secara garis besar hasil SPPBN MBA RI-C tahun 1995/1996 ini lebih baik dari tahun-tanun sebelumnya. Hal tersebut disebabkan dengan mulai diterapkannya penyamaan pemahaman SPPBN di seluruh fasilitas nuklir di Indonesia (termasuk MBA RI-C) oleh BPTA pada SPPBN peri ode 1995/1996 ini. Khusus mengenai pelaksanaan SABN di MBA RI-C akan terns diperbaiki menuju ke sistem pencatatan dan pelaporan BN yang benar dan teliti. Mempelajari dari pengamatan- dan pengalaman pelaksanaan ataupengelolaan SPPBN di MBA RI-C selam~ ini, maka realisasi SPPBN di tingkat Fasilitas akan semakin baik apabila peningkatan Sumber Daya Manusia yang terkait dengan SPPBN terns mendapat pengalaman dan penambahan wawasan dan keilmuan, baik di dalam maupun di luar negeri. Sebagai contoh adalah Diklat SPPBN bagi Staf dan Teknisi di setiap MBA yang ada perlu ditingkatkan. V. KESIMPULAN 1. Dengan adanya SK Dirjen BAT AN No. 362/XII/DJ/1994 yang direalisasikan dengan SK Kepala PRSG No. 582/RSG/X/1995, sistem pengelolaan BN di PRSG (termasuk PPR) menjadi lebih baik, karena dengan SK tersebut susunan Pengurus BN yang mempunyai tugas dan pekerjaan yangjelas. 2. Sistem pengelolaan BN akan semakin baik apabila peningkatan Sumber Daya Manusia yang terkait dengan SPPBN terus mendapat pengalaman dan penambahan wawasan dan keilmuan, baik di dalam maupun di luar negeri. C-IO

11 BPTA: Lokakarya SPPBN. Jakarta. 30-3/ Mei /996 DAFT AR PUST AKA 1. Surat Keputusan Direktur Jenderal BATAN No. 362/DJlIX/1994 tentang Sistem Pertanggungjawaban dan Pengendalian Bahan Nuklir, BATAN, Jakarta, Surat Keputusan Kepala PRSG No. 582/RSGIX/1995, tentang Pembentukan Grup pengawas dan pengurus BN PRSG dan PPR, PRSG, Serpong, Laporan Kegiatan Rapat Kerja Sistem Pertanggung jawaban dan Pengendalian Bahan Nuklir, BATAN, BPTA, Jakarta, Saiful Sujalmo, Agoes Soejoedi, Administrasi Bahan Nuklir, Pendididkan dan Pelatihan Operator Reaktor RSG G.A. Siwabessy, PRSG, BA TAN, Serpong, Desember Kumpulan Hasil Inspeksi Bahan -Nuklir BPTA,. Tahun 1990 s.d 1995, PRSG-BPT A, Jakarta. 6. Safety Analysis Report, Mulipurpose Research Reactor G.A Siwabessy, BATAN, Rev. 7, Ralph 1. Jones (STR-166 : Detailed Description of a State System for Accounting for and Control of Nuclear Material at the State Level), laea, Department Safeguards, Vienna, February, 1985 C-Il

12 BPTA: Lokakarya SPPBN. Jakarta. 30-3/ Mei /996 DlSKUSI Moendi Poemomo (BPTA): Mohon dijelaskan perkembangan pembangunan ISFSF. Kapan akan seleesai? Apa ada hambatan? Apa bisa digunakan untuk menyimpan bahan bakar bekas dari tempat lain, dari RPI misalnya? Taswanda Taryo: Status saat ini sedang dilakukan uji dingin. Kemungkinan selesai tahun 1996/1997. Harnbatan secara teknis hampir tidak ada. Sepanjang desain elemen bakarnya tidak melebihi disain yang ada, hal penyimpanan bahan bakar bekas dari RPI -10 misalnya, dapat dilakukan Zurias Ilyas (BPTA): Bagaimana teknis perianganan perpindahan bahan bakar dari KMP C ke rsfsf? Taswanda Taryo: Teknis pelaksanaan ada dua cara: 1. Pemindahan elemen bakar dan kendali berkas dari RSG-GAS dapat dilakukan melalui Transfer Chane! Ele.men b~~-jke!lcialj, Citaub,ahan nuklir - lain dari luar - PRSG dapat ditransfer ke ISFSF melalui gate/transport bay. Liliana Y P (BPTA): Untuk perijinan pemakaian bahan bakar nuklir yang dipakai maupun yang disimpan di MBA RI-C oleh PPR dilakukan oleh PRSG atau,ppr? Taswanda Taryo: Pelaksanaan perhitungan/analisis dilakukan oleh PPR, sedangkan perijinannya oleh PRSG. Sutomo Budiharjo (PPBGN): Apakah tidak,ada overlapping dalarn pelaksanaan kegiatan di PRSG antara grup Pengawas & Pengurus BN sesuai SK 362 dengan tugas-tugas pokok Sub Bidang Bahan Bakar Reaktor dalarn prakteknya? rni karena dari presentasi PPNY & PPTN seolah-olah pelaksanaan kegiatan tersebut dirangkap. Taswanda Taryo: Sarna sekali tidak, karena stafyang ada didalarn Sub Bid Bahan Bakar Reaktor disarnping mempunyai tugas pelaksanaan SPPBN juga melaksanakan Litbang berkaitan dengan pelaksanaan SPPBN. Baidillah Z. (PEBN): Sebagai realisasi SK 362 mengapa masih terdapat ketidakseragarnan dalam membentuk sistem pengurus BN di MBA RI-B dan RI-C? Contohnya di MBA RI-C terdapat Penanggung-jawab BN, sedangkan di MBA RI-B terdapat Tim Pengurus"BN yang terdiri dari ketua, sekretaris dan C-12

13 BPTA: Lolwkarya SPPBN. Jakarta. 30-3/ "vlei /996 anggota (tidakjelas siapa nama penurus masing-masing KJ\1P). Sedangkan pada SK 362 hanya disebutkan Penguasa Instalasi Atom, Pengawas dan Pengurus BN, tidak ada Penanggung-jawab dan Tim Pengurus BN. Taswanda Taryo: Bagi kami yang penting "minimum requirement" dari SK diijen harus dipenuhi. Apabila ada penambahan orang yang dimaksudkan untuk tereapainya sasaran SPPBN menjadi 1ebih baik, kami kira tidak ada salahnya. Wasito (PTPLR): 1. Saran Agar dalam kesimpulan dijelaskan seeara teknis bagaimana implementasi dan kegiatan pembukaan bahan nuklir RI-C. 2. Bagaimana eara dan format Pembukuan Bahan Bakar Nuklir pada proses pembuatan MO-99, mulai dari pembuatan target ~ iradiasi ~ proses pemisahan MO-99 pemungutan/olah-ulang U-235 ~ limbah. Taswanda Taryo: 1. Pembukuan merupakan bagian dari SPPBN, jadi dengan adanya SK 362 implementasi SPPBN di RI-C menjadi lebih baik. 2.--Untuk intern PPR eara dan format pe"mbukuanuranium-selain mengaeu padaketentuan IAEA, juga pada juklak sistem pemantauan dan pembukuan Uranium di PPR ditunjang oleh Protap pada setiap tahap proses dan logbook proses. Hadi Lukito (PEBN): 1. Apakah ISFSF sebagai insta1asi barn sudah mengajukan DIQ-nya sesuai SK DiIjen? 2. Apakah dalam pengajuannya menga1ami hambatan? Taswanda Taryo: 1. DIQ sudah dibuat pada sekitar tahun Seeara teknis hambatannya hampir tid"akada. c- 13