ANALISIS BIAYA PRODUKSI PADA USAHA PRODUKSI TAHU DI PABRIK TAHU BANDUNG RAOS CAP JEMPOL, DRAMAGA, BOGOR. Oleh: GAZALI FADHIL CAFAH F

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS BIAYA PRODUKSI PADA USAHA PRODUKSI TAHU DI PABRIK TAHU BANDUNG RAOS CAP JEMPOL, DRAMAGA, BOGOR. Oleh: GAZALI FADHIL CAFAH F"

Transkripsi

1 ANALISIS BIAYA PRODUKSI PADA USAHA PRODUKSI TAHU DI PABRIK TAHU BANDUNG RAOS CAP JEMPOL, DRAMAGA, BOGOR Oleh: GAZALI FADHIL CAFAH F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2 ANALISIS BIAYA PRODUKSI PADA USAHA PRODUKSI TAHU DI PABRIK TAHU BANDUNG RAOS CAP JEMPOL, DRAMAGA, BOGOR SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor Oleh : GAZALI FADHIL CAFAH F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

3 Judul Skripsi : Analisis Biaya Produksi Pada Usaha Produksi Tahu di Pabrik Tahu Bandung Raos Cap Jempol, Dramaga, Bogor Nama : Gazali Fadhil Cafah NIM : F Menyetujui, Pembimbing (Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya, M.Eng) NIP Mengetahui: Ketua Departemen (Dr. Ir. Desrial, M.Eng) NIP Tanggal lulus :

4 Gazali Fadhil. C. F Analisis Biaya Produksi Pada Usaha Produksi Tahu Di Pabrik Tahu Bandung Raos Cap Jempol, Dramaga, Bogor. Dibimbing oleh : Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya, M.Eng RINGKASAN Tahu merupakan makan yang terbuat dari kacang kedelai. Pada tahun 1970, tahu menjadi terkenal sebagai makanan alternatif dari daging yang ramah lingkungan. Orang-orang yang memperhatikan tentang kelaparan di seluruh dunia serta pemeliharaan sumber-sumber alam menganggap tahu sebagai pilihan makanan yang lebih murah dibandingkan produk hewani. Penelitian ini secara keseluruhan bertujuan untuk mengkaji atau menganalisa biaya dan kelayakan usaha pembuatan tahu, bagaimana usaha tersebut beralan pada jalur yang tepat agar tidak mengalami kerugian. Penelitian dilakukan di Kampung Paringga RT 055 RW 03, Desa Neglasari, Kecamatan Dramaga. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, pengukuran langsung, dan wawancara. Usaha pembuatan tahu dapat digolongkan ke dalam kegiatan yang disebut proyek, dan terdiri dari unsur biaya, manfaat dan jangka waktu. Kelayakan suatu proyek dapat ditinjau dengan menggunakan kriteria-kriteria Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Benefit Cost Ratio (B/C). Dari hasil perhitungan diketahui bahwa usaha produksi tahu memerlukan dana investasi awal sebesar Rp. 672,000,000 dengan biaya total produksinya tiap tahun sebesar Rp. 1,587,827,700. NPV yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah sebesar Rp. 1,832,574,344. IRR yang diperoleh sebesar 61.99%. Dan nilai Net B/C yang diperoleh Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa usaha produksi tahu merupakan suatu bentuk kegiatan proyek dan struktur bianya terdiri dari biaya investasi dan biaya produksi. Usaha ini layak untuk dikembangkan karena memperoleh nilai NPV yang positif, nilai IRR yang lebih tinggi dari tingkat suku bunga yang berlaku dan nilai Net B/C yang lebih dari satu. ii

5 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Gazali Fadhil Cafah dan dilahirkan di Jakarta pada tanggal 23 Maret 1987, merupakan anak kedua dari 4 bersaudara, dari pasangan Chairul Kamal Capah dan Aah Sumiati. Pada tahun , penulis sekolah di SDN Wisma Jaya. Pada tahun , penulis sekolah di SLTP SEROJA Bekasi dan lulus. Pada tahun 2002 penulis melanjutkan sekolah di SMAN 4 Bekasi dan lulus tahun Pada tahun 2005, penulis melanjutkan jenjang ke perguruan tinggi dan diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama. Pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis melakukan praktek lapang pada tahun 2008 di PTPN VIII Gunung Mas, Bogor, Jawa Barat dengan judul Aspek Manajemen Alat Dan Mesin Pada Proses Budidaya Dan Pengolahan Teh Hitam CTC di PTPN VIII Gunung Mas, Bogor, Jawa Barat. Pada tahun 2009, penulis melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsinya dengan judul Analisis Biaya Produksi Pada Usaha Produksi Tahu di Pabrik Tahu Bandung Raos Cap Jempol, Dramaga, Bogor iii

6 KATA PENGANTAR Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan melakukan penelitian dengan judul Analisis Biaya Produksi Pada Usaha Produksi Tahu di Pabrik Tahu Bandung Raos Cap Jempol, Dramaga, Bogor. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Progam Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya, M.Eng. sebagai dosen pembimbing, atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan selama penulis menyelesaikan studi. 2. Prof. Dr. Ir. Atjeng M. Syarief, M.SAE. dan Dr. Ir Setyo Pertiwi, M.Agr. sebagai dosen penguji dan arahan yang diberikan dalam memperbaiki skripsi. 3. Kedua Orang Tua saya, Chairul Kamal Capah dan Aah Sumiati, yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan selama masa studi. 4. Kepada tante Ika Twigley dan nenek Tati Kamalia atas dukungan dan doa yang tiada henti. 5. Halidya Mutiarani S.P. yang telah membantu dalam melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi. 6. Seluruh rekan-rekan seperjuangan TEP 42 yang telah memberikan dukungan dan dorongan selama penulis menyelesaikan studi. 7. Kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan usulan penelitian ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran dari semua pihak sebagai upaya perbaikan selanjutnya, demi kelancaran dalam pelaksanaan penelitian Bogor, Desember 2009 Penulis i

7 DAFTAR ISI halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi I. PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. TUJUAN... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA... 3 A. KEDELAI... 3 B. PROSES PRODUKSI TAHU... 4 C. BIAYA PRODUKSI... 5 D. BIAYA POKOK PRODUKSI... 6 E. TITIK IMPAS PRODUKSI... 7 III. METODOLOGI PENELITIAN... 8 A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN... 8 B. BAHAN DAN ALAT... 8 C. METODE PENGUMPULAN DATA... 8 D. METODE ANALISIS Analisis Biaya Produksi Analsis Biaya Pokok Titik Impas Produksi Analisis Kelayakan a. Net Present Value (NPV) b. Internal Rate of Return (IRR) c. Benefit Cost Ratio Analisis Sensitivitas ii

8 E. PEMBATASAN MASALAH DAN ASUMSI Pembatasan Masalah Asumsi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BIAYA PRODUKSI B. ANALISIS BIAYA POKOK C. ANALISIS TITIK IMPAS PRODUKSI D. ANALISIS KELAYAKAN Net Present Value (NPV) Internal Rate of Return (IRR) Benefit Cost Ratio (B/C) E. ANALISIS SENSITIVITAS Harga Kedelai Upah Pekerja Bahan Bakar (kayu) Harga Kedelai dan Harga Jual Tahu Rp. 115, Harga Kedelai dan Harga Jual Tahu Rp. 125, Harga Kedelai dan Harga Jual Tahu Rp. 135, V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN B. SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iii

9 DAFTAR TABEL Tabel 1. Mutu Kedelai Tabel 2. Jumlah Produksi Tahu Rata-Rata Tiap Tahun Tabel 3. Biaya Investasi Produksi Tahu (tahun 2003) Tabel 4. Biaya Tetap Tabel 5. Nilai Analisis Finansial Dan Kelayakan Tabel 6. Nilai Analisis Kelayakan Dengan Pendugaan Kenaikan Harga Kedelai Tabel 7. Nilai Analisis Kelayakan Dengan Pendugaan Kenaikan Upah Pekerja Tabel 8. Nilai Analisis Finansial Dan Kelayakan Setelah Pendugaan Kenaikan Bahan Bakar (kayu) Sebesar 20% Tabel 9. Analisis Kelayakan Harga Kedelai Pada Harga Jual Rp.115, Tabel 10. Analisis Kelayakan Harga Kedelai Pada Harga Jual Rp.125, Tabel 11. Analisis Kelayakan Harga Kedelai Pada Harga Jual Rp.135, iv

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kedelai Gambar 2. Pencucian dan perendeman kedelai Gambar 3. Penggilingan kedelai menjadi bubur kedelai Gambar 4. Perebusan bubur kedelai Gambar 5. Penyaringan air kedelai Gambar 6. Pengendapan air kedelai Gambar 7. Pencetakan tahu Gambar 8. Air kunyit dan garam Gambar 9. Pewarnaan tahu Gambar 10. Tahu siap dipasarkan v

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Biaya Variabel Produksi Tahu Lampiran 2. Rincian Biaya Variabel Produksi Tahu Lampiran 3. Total Pendapatan Tiap Tahun dan Pajak Lampiran 4. Arus Kas Produksi Tahu Lampiran 5. Perhitungan Analisis Kelayakan Usaha Lampiran 6. Perubahan Biaya Variabel Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 10% Lampiran 7. Rincian Biaya Bagian Produksi Terhadap Kenaikan Biaya Kedelai Sebesar 10% Lampiran 8. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 10% Lampiran 9. Perubahan Biaya Variabel Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 20% Lampiran 10. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 20% Lampiran 11. Perubahan Biaya Variabel Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 30% Lampiran 12. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 30% Lampiran 13. Perubahan Biaya Variabel Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 40% Lampiran 14. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 40% Lampiran 15. Perubahan Biaya Variabel Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Upah Pekerja 10% Lampiran 16. Rincian Biaya Variabel Terhadap Kenaikan Upah Pekerja Sebesar 10% Lampiran 17. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Upah Pekerja Sebesar 10% vi

12 Lampiran 18. Perubahan Biaya Variabel Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Upah Pekerja 20% Lampiran 19. Rincian Biaya Variabel Terhadap Kenaikan Upah Pekerja Sebesar 20% Lampiran 20. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Upah Pekerja Sebesar 20% Lampiran 21. Perubahan Biaya Variabel Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Upah Pekerja 30% Lampiran 22. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Upah Pekerja Sebesar 30% Lampiran 23. Perubahan Biaya Variabel Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Upah Pekerja 40% Lampiran 24. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Upah Pekerja Sebesar 40% Lampiran 25. Perubahan Biaya Variabel Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Upah Pekerja 50% Lampiran 26. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Upah Pekerja Sebesar 50% Lampiran 27. Perubahan Biaya Variabel Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Bahan Bakar( kayu) sebesar 20% Lampiran 28. Rincian Biaya Variabel Terhadap Kenaikan Bahan Bakar (kayu) Sebesar 20% Lampiran 29. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Kenaikan Bahan Bakar( kayu) sebesar 20% Lampiran 30. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Terhadap Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 40% Pada Harga Jual Rp. 115, Lampiran 31. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Terhadap Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 50% Pada Harga Jual Rp. 115, vii

13 Lampiran 32. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Terhadap Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 60% Pada Harga Jual Rp. 115, Lampiran 33. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Terhadap Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 60% Pada Harga Jual Rp. 125, Lampiran 34. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Terhadap Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 70% Pada Harga Jual Rp. 125, Lampiran 35. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Terhadap Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 80% Pada Harga Jual Rp. 125, Lampiran 36. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Terhadap Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 80% Pada Harga Jual Rp. 135, Lampiran 37. Gambar-gambar Proses Pembuatan Tahu viii

14 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bangsa Cina merupakan pengguna kacang kedelai sebagai bahan makanan yang pertama. Sekitar tahun 1100 Sebelum Masehi, kacang kedelai telah ditanam di bagian selatan tengah negara Cina dan dalam waktu singkat menjadi makanan pokok masyarakat Cina. Kacang kedelai telah diperkenalkan di Jepang sekitar tahun 100 Setelah Masehi dan meluas ke seluruh negara-negara Asia secara pesat. Kacang kedelai dikenal di Eropa sekitar tahun 1500 Setelah Masehi. Salah satu produk pangan hasil olahan kedelai yang sudah cukup dikenal di Indonesia adalah tahu. selain harganya yang cukup murah, tahu bernilai gizi tinggi. Di antara hasil olahan kedelai lainnya, protein tahu adalah yang terbaik karena mempunyai komposisi asam amino terlengkap. Selain itu daya cernanya mencapai 95% sehingga dapat dikonsumsi dengan aman oleh semua golongan umur termasuk mereka yang mengalami gangguan pencernaan. Pada tahun 1970, tahu terkenal sebagai makanan alternatif ramah lingkungan. Orang-orang yang memperhatikan tentang kelaparan di seluruh dunia serta pemeliharaan sumber-sumber alam menganggap tahu sebagai pilihan makanan yang lebih murah dibandingkan produk hewani. Saat ini, banyak orang telah banyak beralih untuk mengonsumsi tahu dan produk turunan yang berasal dari kacang kedelai, hal ini bertujuan untuk mengurangi pemotongan hewan, melestarikan lingkungan, dan kesehatan tubuh bagi mereka yang menginginkan asupan bahan makanan rendah kolesterol yang masuk ke dalam tubuh. Dalam beberapa tahun belakangan ini terdapat kecendrungan bahwa konsumen mulai mencai dan mengkonsumsi pangan yang tidak mengandung kolesterol. Tahu sebagai bahan pangan dengan kandungan lemaknya yang tidak mengandung kolesterol tetapi kaya akan protein yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu bahan pangan alternatif yang telah 1

15 populer bagi semua golongan masyarakat. Sehingga mengembangkan usaha pembuatan tahu memiliki potensi yang cukup baik Untuk mendukung usaha produksi tahu diperlukan mengenai sarana, prasarana dan aspek finansial sehingga masyarakat mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan usaha produksi tahu. Oleh karena itu, perlu dilakukan perhitungan-perhitungan ekonomi yang berhubungan dengan usaha tersebut, seperti perhitungan analisis biaya produksi, serta perhitungan analisis lainnya yang menunjang ke arah tersebut. B. TUJUAN Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mempelajari struktur biaya produksi pada usaha produksi tahu 2. Menghitung nilai titik impas dengan menggunakan analisis biaya 3. Mengetahui kelayakan produksi tahu dengan metode Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Benefit Cost Ratio (B/C) 2

16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. KEDELAI Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar (Glycine ururiencis), merupakan kedelai yang dikenal saat ini (Glycine max (L) Merril). Kedelai ini berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara). Di Indonesia, kedelai mulai dibudidayakan sejak abad ke-17 sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau. Penyebaran tanaman kedelai ke Indonesia berasal dari daerah Manshukuo kemudian menyebar ke daerah Mansyuria, Jepang (Asia Timur), dan ke negara-negara lain di Amerika dan Afrika. Taksonomi tanaman kedelai adalah sebagai berikut: Familia : Leguminosae Subfamili : Papilionoidae Genus : Glycine Species : Glycine max L Kedelai yang tumbuh secara liar di Asia Tenggara meliputi sekitar 40 jenis. Penyebaran geografis dari kedelai mempengaruhi jenis tipenya. Terdapat 4 tipe kedelai yakni: tipe Mansyuria, Jepang, India, dan Cina. Dasardasar penentuan varietas kedelai didasarkan pada: umur, warna biji, dan tipe batang. Varietas kedelai yang dianjurkan untuk dikonsumsi yaitu: Otan, No. 27, No.29, Ringgit 317, Sumbing 452, Merapi 520, Shakti 945, Davros, Economic Garden, Taichung 1290, TKG 1291, Clark 1293, Orba 1343, Galunggung, Lokon, Guntur, Wilis, Dempo, Kerinci, Raung, Merbabu, Muria, dan Tidar. 3

17 Tabel 1. Mutu Kedelai Kriteria % bobot Mutu I Mutu II Mutu III Kadar air maksimum 13 % 14 % 16 % Kotoran maksimum 1 % 2 % 5 % Butir rusak 2 % 3 % 5 % Butir keriput 0 % 5 % 8 % Butir belah 1 % 3 % 5 % Butir warna lain 0 % 5 % 10 % (Sumber : SK Menteri No 501/Kpts/TP.803/8/1994) B. PROSES PRODUKSI TAHU Bahan baku untuk membuat tahu berkualitas tinggi adalah kedelai putih berbiji besar, asam cuka (kadar 90 %) yang dipakai sebagai campuran sari kedelai agar dapat menggumpal menjadi tahu. Selain asam cuka dapat juga di pakai batu tahu (CaSo4) atau sulfat kapur yang telah di bakar dan ditumbuk dibuat tepung.\ Dalam seluruh proses produksi tahu, air bersih amat penting digunakan baik untuk mencuci, merendam, maupun untuk membuat sari kedelai. Apabila pengrajin ingin membuat tahu kuning, kunyit yang telah diparut dan diperas dapat ditambahkan pada sari kedelai. Untuk menambah rasa asin dan wangi, sari kedelai dapat dicampur dengan garam, bubuk ketumbar, jintan, kapol, cengkeh, dan pala. Tahap dalam proses produksi tahu adalah : 1. Kedelai dipilih dengan penampih untuk memilih biji kedelai dengan ukuran besar. Setelah itu kedelai dicuci dan direndam dalam air selama 6 jam. 2. Kedelai kemudian dicuci kembali sekitar 30 menit. 3. Setelah di cuci bersih, kedelai diletakkan pada ebleg yang terbuat dari bambu atau plastik. 4. Kedelai digiling sampai halus kemudian secara langsung butir kedelai mengalir kedalam tong penampung. 4

18 5. Butir kedelai direbus di dalam wajan besar selama menit untuk kemudian menjadi bubur kedelai. Sebaiknya jarak waktu selesai digiling dan direbus jangan lebih dari 5-10 menit, supaya kualitas tahu baik. 6. Bubur kedelai diangkat dari wajan kedalam bak, kemudian disaring dengan menggunakan kain belacu atau kain mori kasar.agar penyaringan sempurna, sebuah papan kayu diletakkan pada kain kemudian satu orang naik di atasnya dan menggoyangkan papan tersebut. Limbah dari penyaringan berupa ampas tahu. Ampas tahu dapat diperas lagi dengan menyiram air panas sampai tidak mengandung sari tahu. 7. Air saringan yang tertampung didalam tong adalah bahan yang akan menjadi tahu. Air saringan tersebut kemudian dicampur dengan asam cuka untuk mencegah penggumpalan. 8. Gumpalan atau jonjot putih yang mulai mengendap kemudian dicetak untuk menjadi tahu pada cetakan. Air asam yang masih ada dipisahkan dari jonjot-jonjot tahu dan disimpan karena masih dapat digunakan lagi. Adonan tahu dikempa agar air yang masih tercampur dalam adonan tahu terperas habis. Pengempaan dilakukan selama 1 menit. Adonan tahu yang sudah padat dan berbentuk kotak kemudian di potong dengan ukuran 6 x 4 cm 2 dan menjadi tahu siap di jual. C. BIAYA PRODUKSI Biaya mempunyai peranan penting dalam perusahaan. Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi untuk mencapai tujuan tertentu (Mulyadi, 1986). Menurut Sudarsono (1986), biaya adalah semua beban yang harus ditanggung untuk menyediakan barang agar tersebut siap dipakai oleh konsumen. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam proses produksi dapat dikelompokkan berdasarkan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam perusahaan. Perhitungan biaya antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya berbeda-beda tergantung kepada kondisi, tujuan, dan keperluan perusahaan akan perhitungan tersebut. Untuk memungkinkan perusahaan mengambil 5

19 keputusan yang tepat, maka perhitungan biaya harus didasrkan pada fakta yang ada dan dapat diukur. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi dalam hubungan dengan proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Suatu nilai pengorbanan yang dikeluarkan tidak untuk mencapai tujuan tertentu merupakan pemborosan (Soemarsono, 1984). Biaya produksi merupakan faktor terpenting yang harus dipertimbangkan oleh seorang manajer dalam menjalankan fungsinya. Pengalokasian dan perhitungan biaya ditujukan untuk mengendalikan biaya dan menentukan kebijaksanaan selanjutnya (Riyanto, 1993). Menurut Mulyadi (1986), biaya produksi dapat digolongkan ke dalam beberapa golongan antara lain : 1. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang digunakan untuk penggunaan faktor-faktor produksi yang sifatnya konstan (tetap) tidak terpengaruh oleh adanya perubahan volume produksi. 2. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang digunakan untuk pengadaan faktor-faktor produksi yang sifatnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi. D. BIAYA POKOK PRODUKSI Biaya pokok produksi adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang ditambah biaya lainnya sehingga barang tersebut dapat dipergunakan (Manullang, 1980). Sedangkan menurut Wasis (1988), biaya pokok adalah biaya yang tidak dapat dihindarkan yang dipakai dalam proses produksi yang dapat diperhitungkan. Kedua definisi tersebut menyimpulkan bahwa biaya pokok adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk atau jasa sampai produk atau jasa tersebut dapat digunakan atau dijual di pasar. Menurut Wasis (1988), tujuan perhitungan biaya pokok adalah : a. Untuk menentukan harga penjualan b. Untuk menentukan laba atau rugi perusahaan c. Untuk menetapkan kebijaksanaan perusahaan 6

20 d. Untuk memberi penilaian di dalam neraca e. Untuk menentukan efisiensi perusahaan E. TITIK IMPAS PRODUKSI Titik impas adalah hasil penjualan sama dengan biaya total produksi dimana perusahaan tidak mengalami kerugian maupun laba. Untuk dapat melakukan perhitungan analisis titik impas produksi, perlu diketahui hubungan antara biaya, jumlah produksi, dan harga penjualan. Ketiga unsur tersebut sangat erat kaitannya dalam menentukan laba perusahaan. Dalam perhitungan titik impas diperlukan asumsi-asumsi yang harus dipenuhi agar perhitungan titik impas produksi dapat dilakukan. Asumsi ini merupakan dasar yang harus diterapkan. Menurut Riyanto (1993), asumi yang dapat digunakan dalam analisa titik impas produksi adalah : a. Biaya di dalam perusahaan diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan biaya variabel b. Besarnya biaya variabel secara totalitas berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan c. Besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah, meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan d. Harga jual per unit tidak berubah selama periode analisa. e. Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produksi, apabila diproduksi lebih dari satu macam produk, pertimbangan penghasilan penjualan antara masing-masing produk adalah konstan Menurut Limbong dan Sitorus (1989), kegunaan dari analisa titik impas produksi antara lain : a. Untuk mengetahui kaitan antara volume produksi dan penjualan, harga jual, biaya produksi, biaya lainnya serta laba dan rugi b. Sebagai landasan untuk merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai laba tertentu c. Sebagai landasan untuk mengendalikan kegiatan yang berjalan d. Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan harga penjualan 7

21 III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian dilakukan di Pabrik Tahu Raos Bandung Cap Jempol yang berlokasi di Kampung Paringga RT 05/RW 03, Desa Neglasari, Kecamatan Dramaga. Penelitian dilakukan selama bulan Juni 2009 sampai dengan Agustus B. BAHAN DAN ALAT Alat dah bahan yang digunakan dalam melakukan analisis finansial ini adalah : 1. Catatan lapang beserta alat tulis 2. Kalkulator 3. Seperangkat komputer 4. Sistem operasi Microsoft Windows XP service pack 2 5. Microsoft Excell Microsoft Word 2007 C. METODE PENGUMPULAN DATA Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi, kuesioner, diskusi dan pengukuran langsung selama produksi berlangsung. Sedangkan data sekunder diperoleh dari buku catatan tahunan. Data yang diperlukan antara lain : 1. Modal investasi awal 2. Tingkat produksi tahu selama satu tahun terakhir 3. Biaya tetap produksi tahu a. Investasi awal (Gedung, peralatan, dll) b. Biaya penyusutan c. Pajak Bumi dan Bangunan serta asuransi 4. Biaya variabel produksi tahu a. Biaya bahan baku kedelai 8

22 b. Biaya bahan bakar penggiling c. Biaya bahan bakar (kayu) d. Gaji karyawan e. Biaya bahan tambahan (kunyit, garam,dll) f. Biaya bahan bakar kendaraan. g. Biaya listrik dan telepon 5. Tingkat bunga yang berlaku (%) 6. Harga jual tahu D. METODE ANALISIS 1. Analisis Biaya Produksi Biaya produksi dilihat dari biaya yang dikeluarkan perusahaan secara langsung, meliputi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost) selama satu periode produksi. Biaya tetap terdiri dari biaya manajemen, biaya sewa lahan, biaya penyusutan, bunga modal, dan pajak. Sedangkan biaya variabel terdiri dari bahan baku, bahan bakar, dan biaya lainnya yang berubah sesuai volume produksi. Menurut Pramudya dan Dewi (1992), biaya total dapat dihitung dengan menjumlahkan biaya tetap total dan biaya variabel total yang dapat dirumuskan : BT = BTT +BVT... (1) Keterangan : BT = Biaya Total (Rp/tahun) BTT = Biaya Tetap Total (Rp/tahun) BVT = Biaya Variabel Total (Rp/tahun) 2. Analisis Biaya Pokok Biaya pokok produksi adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang, sehingga barang tersebut dapat digunakan. 9

23 Menurut Pramudya dan Dewi (1992), biaya pokok dapat dihitung dengan menggunakan rumus : BP = BT... (2) PT Keterangan : BP = Biaya Pokok (Rp/unit) BT = Biaya Total (Rp/tahun) PT = Produksi Total ( unit/tahun) 3. Titik Impas Produksi (TIP) Analisa titik impas adalah suatu cara untuk mengetahui volume produksi berapakah perusahaan tersebut mengalami kerugian atau mendapat keuntungan. Menurut Pramudya dan Dewi (1992), untuk menghitung titik impas produksi dapat digunakan rumus : BTT TIP = HJ BVR... (3) Keterangan : TIP = Titik Impas Produksi (unit/tahun) BTT = Biaya Tetap Produksi (Rp/tahun) HJ = Harga jual (Rp/unit) BVR = Biaya Variabel Rata-rata (Rp/unit) Apabila produksi dan penjualan berada pada titik impas, berarti perusahaan tersebut tidak akan mengalami kerugian maupu mendapat keuntungan dengan menjual sebanyak TIP unit. Sedangkan jika ingin mendapatkan keuntungan maka harus menjual lebih dari TIP unit. 10

24 4. Analisis Kelayakan a. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV), yaitu selisih harga sekarang dari penerimaan terhadap pengeluaran pada tingkat suku bunga tertentu. NPV sangat dipengaruhi oleh nilai dari pengeluaran dan penerimaan atau salah satu dari unsur tersebut. Menurut Gray, et al. (1985), rumus perhitungan NPV adalah : NPV= n Bt Ct t=1 (1+i) t... (4) NPV = Net Present Value (Rp) B = Manfaat (Rp/tahun) N = Umur produksi T = Tahun ke-t C = Biaya (Rp/tahun) I = Discount rate (%/tahun) b. Internal Rate of Return Nilai IRR merupakan nilai tingkat suku bunga dimana nilai NPV-nya sama dengan nol (Pramuda dan Dewi, 1992). Dalam persamaan dapat dinyatakan sebagai berikut : IRR =i + NPV NPV NPV" (i" i )... (5) NPV = NPV pada suku bunga i (bernilai positif) NPV = NPV pada suku bungan i (bernilai negatif) Proyek dinyatakan layak bila IRR lebih dari tingkat suku bungan (i) yang berlaku. 11

25 c. Net Benefit Cost Ratio Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), merupakan perbandingan antara present value total dari benefit bersih terhadap present value total dari biaya bersih (Kadariah et al., 1988).... Net n Bt Ct t=1(1+i) t B/C = Ct Bt... (6) n t=1(1+i) t Bila Net B/C > 1 proyek dianggap layak, Net B/C = 1 merupakan titik impas dan bila Net B/C < 1 maka proyek dinyatakan tidak layak. 5. Analisis Sensitivitas Menurut Pramudya dan Dewi (1992), analisis sensitivitas dilakukan apabila : a. Terjadi suatu kesalahan pendugaan suatu nilai biaya atau manfaat. b. Kemungkinan terjadi perubahan suatu unsur harga pada saat proyek tersebut dilaksanakan. E. PEMBATASAN MASALAH DAN ASUMSI 1. Pembatasan Masalah Pada penelitian ini hanya dibahas mengenai aspek produksi saja dan tidak membahas mengenai aspek pemasaran. 2. Asumsi a. Umur proyek 15 tahun. b. Harga jual produk konstan selama umur proyek yaitu 15 tahun. c. Volume produksi setiap tahunnya konstan sebanyak jirangan selama umur proyek. d. Umur ekonomis kendaraan, mesin giling dan pompa diasumsikan selama 5 tahun. 12

26 e. Pajak Bumi dan Bangunan ditetapkan sebesar 0.5%/tahun dan pajak kendaran sebesar 1%/tahun. f. Diasumsikan nilai akhir mesing giling dan pompa sebesar 10% dari harga awal. g. Diasumsikan nilai akhir kendaraan sebesar Rp. 60,000,000 / kendaraan. h. Tingkat suku bunga (discount rate) adalah tingkat bunga yang diperkirakan dan dipakai untuk mendiskon pembayaran dan penerimaan dalam satu periode. Besarnya tingkat suku bunga adalah 14% yang didekati dari tingkat suku bunga kredit usaha Bank Rakyat Indonesia. i. Perhitungan pajak menggunakan pendekatan berdasarkan Undangundang nomor 36 Tahun 2008 tentang PPh badan. 13

27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BIAYA PRODUKSI Penerimaan produksi tahu diperoleh dari volume penjualan per tahun dikalikan dengan harga jual dan penjualan ampas tahu. Diasumsikan total produksi tahu setiap tahunnya adalah 18,881 jirangan selama umur proyek. Dengan harga jual setiap jirangannya Rp. 105,000 dan penjualan ampas tahu sebesar Rp. 5,000/jirangan. Data produksi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Produksi Tahu Rata-Rata Tiap Tahun Bulan Banyak Produksi (jirangan) Januari 1512 Februari 1610 Maret 1679 April 1557 Mei 1711 Juni 1619 Juli 1580 Agustus 1521 Spetember 1336 Oktober 1512 November 1680 Desember 1564 Total Biaya yang dibutuhkan dalam usaha pembuatan tahu cukup besar. Biaya-biaya yang dikeluarkan pada awal investasi dapat dilihat pada Tabel 3. Biaya investasi ini meliputi biaya lahan dan bangunan, kendaraan, pembuatan sumur pompa, serta pembelian mesin giling. Dapat dilihat pada awal investasi biaya pembelian kendaraan merupakan biaya paling besar. Hal ini dikarenakan pendistribusian hasil produksi merupakan salah satu aspek yang paling penting. Biaya awal investasi ini diperlukan untuk memperhitungkan kelangsungan usaha produksi selanjutnya. 14

28 Tabel 3. Biaya Investasi Produksi Tahu (tahun 2003) Uraian Jumlah Harga (Rp) Lahan dan Bangunan 150,000,000 Pompa 1 buah 50,000,000 Kendaraan 3 buah 462,000,000 Mesin Giling 2 buah 10,000,000 Total 672,000,000 Biaya produksi dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap hanya dari pajak. Tabel biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 4. Pada Tabel 4 diketahui bahwa biaya tetap dari kendaraan paling besar dari keseluruhan biaya tetap yang ada. Karena pada waktu mendistribusikan hasil produksi dibutuhkan beberapa kendaraan untuk penjualan ke beberapa daerah. Dengan asumsi umur ekonomis kendaraan 5 tahun. Diasumsikan umur ekonomis mesin giling dan pompa masing-masing selama 5 tahun. Namun penggantian terhadap kendaraan, mesin penggilingan dan pompa pada tahun kedelapan. Besar pajak bumi dan bangunan yang digunakan sebesar 0.5%. angka tersebut merupakan angka yang berlaku secara menyeluruh terhadap objek macam apapun di seluruh wilayah Indonesia ( Gunadi, et al., 1999). Tabel 4. Biaya Tetap Uraian Harga Awal Nilai Sisa Pajak Biaya Tetap Lahan dan Bangunan 150,000, , ,000 Kendaraan 462,000, ,000,000 4,620,000 4,620,000 Total 5,370,000 Biaya variabel terdiri dari pembelian kedelai dan upah pekerja, bahan bakar kayu dan solar, transportasi, pemakaian listrik dan telepon, perbaikan dan pemeliharaan alat dan mesin. Biaya variabel dapat dilihat pada Lampiran 1. Pada Lampiran 1 diketahui bahwa biaya yang dikeluarkan pada bagian produksi merupakan biaya termahal pada biaya variabel. Karena kedelai merupakan bahan baku utama dari pembuatan kedelai yang harganya 15

29 cukup mahal setiap satu kilogramnya. Untuk produksi satu jirangan dibutuhkan sebanyak 10 kg kedelai. Khusus upah pegawai bagian produksi, pemberian upah dihitung berdasarkan banyaknya jirangan yang telah dihasilkan. Pekerja tukang kayu hanya terdapat satu orang setiap harinya yang bertugas hanya pada pagi hari sampai sore hari, dengan upah harian setiap harinya. Pada bagian timbang, mencuci dan menggiling terdapat dua orang setiap harinya dengan upah harian. untuk mendistribuksikan hasil produksi, terdapat tiga orang supir setiap harinya dengan upah harian. Untuk rincian biaya variabel dapat dilihat pada Lampiran 2. Biaya total produksi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (1), yaitu dengan menjumlahkan biaya tetap total dengan biaya variabel total. Diasumsikan tidak terjadi kenaikan harga dan bahan bakar selama selama umur proyek. Diketahui bahwa biaya tetap total sebesar Rp. 5,370,000/tahun dan biaya variabel sebesar Rp. 1,582,457,700/tahun, maka biaya total sebesar Rp. 1,587,827,700 yang dapat dilihat pada Lampiran 5. B. ANALISIS BIAYA POKOK Biaya pokok produksi didapatkan dari persamaan (2), yaitu biaya total produksi dibagi dengan volume produksi total. Diketahui biaya total sebesar Rp. 1,587,827,700 dan jumlah produksi sebanyak jirangan maka didapat biaya pokok produksi sebesar Rp. Rp 84,097/ jirangan. Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 5. Biaya pokok produksi sangat erat hubungannya dengan harga jual, karena menunjukkan keuntungan atau kerugian yang akan didapat. Untuk mengetahui apakah perusahaan mendapatkan keuntungan atau kerugian dapat digunakan nilai ratio. Nilai ratio disini adalah hubungan proporsi antara biaya pokok dan harga jual. Nilai ratio lebih dari satu (>1), berarti perusahaan mengalami kerugian, sedangkan bila nilai ratio kurang dari satu (<1), berarti perusahaan mendapatkan keuntungan, dan bila nilai ratio sama dengan satu (=1), berarti perusahaan dalam keadaan impas (Maiyasari, 1997). 16

30 Diketahui biaya pokok produksi tahu Rp 84,097/ jirangan, sedangkan harga jual ditetapkan Rp. 105,000/jirangan. Maka besar nilai ratio yang didapat adalah 0.80 ini berarti perusahaan mendapatkan keuntungan. Dengan asumsi harga penjualan dan biaya pokok tidak berubah selama umur proyek. C. TITIK IMPAS PRODUKSI Titik impas produksi merupakan titik dimana perusahaan tidak mendapatkan keuntungan atau mengalami kerugian. Besar titik impas dipengaruhi oleh harga jual, biaya tetap total dan biaya variabel rata-rata. Dengan menggunakan persamaan (3) perhitungan titik impas dapat dilihat pada Lampiran 5. Diketahui harga jual tahu sebesar Rp. 105,000/jirangan, harga jual ampas tahu Rp. 5,000/jirangan dan biaya tetap total sebesar Rp. 5,370,000/tahun dan biaya variabel rata-rata sebesar Rp. 83,812/jirangan. Sehingga didapatkan titik impas sebesar 253 jirangan/tahun. Jumlah tingkat produksi tahu setiap tahunnya sebesar 18,881 jirangan. Ternyata produksi tahu setiap tahunnya lebih besar dari titik impas. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan pada posisi yang menguntungkan. Dengan asumsi produksi tahu setiap tahunnya tidak berubah selama umur proyek. D. ANALISIS KELAYAKAN Untuk menilai kelayakan usaha produksi tahu, dapat dilakukan dengan analisis kelayakan finansial. Analisis kelayakan finansial ini disajikan dalam tiga bentuk yaitu : Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C). Analisis ini dilakukan dengan mengetahui komponen biaya pengeluaran dan pendapatan selama 1 tahun produksi. 1. Net Present Value Dengan menggunakan persamaan (4) didapatkan nilai NPV yang positif sebesar Rp. 1,832,574,344. Hal ini berarti proyek akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 1,832,574,344 selama periode 15 tahun pada discount rate 14%. 17

31 2. Internal Rate of Return Diketahui NPV positif pada suku bunga bernilai 61% sebesar Rp. 10,706,775. Dan NPV negatif didapat pada suku bunga bernilai 62% sebesar Rp. -60,157. Sehingga dengan menggunakan persamaan (5) nilai IRR dapat dihitung yaitu sebesar 61.99%. Bila dibandingkan dengan besarmya discount rate yang digunakan sebesar 14.00%, maka nilai IRR berada di atas discount rate. Berarti ini menyatakan bahwa proyek ini layak untuk dikembangkan, karena menguntungkan bagi perusahaan. 3. Benefit Cost Ratio Dengan menggunakan persamaan (6) nilai Net B/C dapat dihitung yaitu sebesar Nilai tersebut menunjukkan bahwa dengan discount rate sebesar 14.00% proyek mampu menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp setiap tambahan biaya sebear Rp. 1. Sesuai syarat kelayakan, nilai Net B/C lebih dari satu (>1) tersebut menunjukkan proyek menguntungkan sehingga layak untuk dikembangkan. Dengan melihat nilai NPV yang positif, nilai IRR yang lebih besar dari discount rate dan nila Net B/C yang lebih dari satu, dapat dikatakan bahwa usaha pembuatan tahu dengan discount rate 14.00% selama periode 15 tahun adalah layak untuk dikembangkan. Tabel 5. Nilai Analisis Finansial Dan Kelayakan Uraian Satuan Nilai Harga jual tahu Rp./jirangan 105,000 Harga jual ampas tahu Rp/jirangan 5,000 Produksi tiap tahun Jirangan 18,881 Biaya Tetap Total Rp. 5,370,000 Biaya Variabel Total Rp. 1,582,457,700 Biaya Total Rp. 1,587,827,700 Biaya pokok produksi Rp./jirangan 84,097 Biaya variabel rata-rata Rp./jirangan 83,812 Titik impas produksi Jirangan 253 NPV Rp. 1,832,574,344 IRR % Net B/C

32 E. ANALISIS SENSITIVITAS Analisis sensitivitas perlu dilakukan untuk memperkirakan kesalahan pendugaan terhadap nilai suatu proyek. Kesalahan dapat selalu terjadi, karena faktor manusia dan faktor lingkungan. Faktor manusia maksudnya manusia sering kali melakukan kesalahan dalam memprhitungkan segala sesuatunya. Sedangkan faktor lingkungan disini maksudnya kemungkinan adanya kenaikan harga mendadak ketika proyek dilaksanakan. Semua itu perlu diperhatikan demi pengembangan proyek. Menurut Pramudya dan Dewi (1992), dalam melakukan analisis sensitivitas, perhitungan yang telah dilakukan perlu diulang kembali dengan perubahan yang terjadi atau mungkin akan terjadi. Hal ini perlu dilakukan karena dalam analisis proyek umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak unsur ketidakpastian, tentang apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang. Analisis sensitivitas yang dilakukan terhadap pendugaan beberapa komponen yang mungkin terjadi kenaikan biaya, yaitu : 1. Harga Kedelai Kedelai merupakan bahan pokok dalam produksi dan harganya kemungkinan bisa berubah sewaktu-waktu. Besar pendugaan kenaikan harga kedelai, yaitu : a. Kenaikan harga kedelai sebesar 10% Setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan kenaikan harga kedelai sebesar 10%. Maka harga kedelai menjadi Rp. 5,885/kg. Sehingga terjadi kenaikan biaya variabel total tiap tahunnya menjadi sebesar Rp. 1,683,471,050. Dengan terjadinya kenaikan terhadap biaya variabel total menyebabkan biaya total bertambah menjadi Rp. 1,688,841,050. Biaya pokok produksi mengalami perubahan menjadi Rp. 89,447/jirangan. Dengan penetapan harga jual tahu setiap jirangannya yang tidak berubah Rp. 105,000. Maka dapat diketahui nilai ratio produksi tahu sebesar Besarnya nilai ratio yang 19

33 didapat kurang dari 1 (< 1). Hal ini menunjukkan bahwa usaha produksi tahu masih layak mendapatkan keuntungan setelah terjadi kenaikan harga kedelai sebesar 10%. Didapatkan titik impas produksi sebesar 339 jirangan. Setelah mengalami perubahan biaya terhadap harga kedelai sebesar 10%, jumlah produksi tahu setiap tahunnya ternyata lebih besar dari titik impas produksi. Hal ini menunjukkan usaha produksi tahu tetap pada posisi yang menguntungkan. Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Terjadi penurunan nilai NPV menjadi sebesar Rp. 1,298,995,114. Hal ini berarti bahwa dengan adanya pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 10% dari pendugaan awal. Perusahaan hanya akan mendapat keuntungan sebesar Rp. 1,298,995,114 selama periode 15 tahun. Bila dibandingkan dengan sebelum kenaikan biaya kedelai sebesar 10%, nilai NPV turun. Tetapi nilai NPV yang didapat masih bernilai positif. Untuk mengetahui nilai IRR yang telah berubah dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (5). Diketahui nilai NPV positif sebesar Rp. 9,242,115 pada suku bunga 48% dan nilai NPV negatif sebesar Rp. -4,109,644 pada suku bunga 49%. Sehingga didapatkan nilai IRR sebesar 48.69%. Bila dibandingkan dengan sebelum adanya pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 10%, nilai IRR turun. Tetapi nilai IRR yang didapat masih berada di atas nilai discount rate sebesar 14%. Dengan menggunakan persamaan (6), maka dapat dihitung nilai Net B/C setelah dilakukannya analisis sensitivitas dengan pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 10%. Diketahui nilai Net (Bt-Ct) positif sebesar Rp. 1,970,995,114 dan nilai Net (Ct-Bt) negatif sebesar Rp. -672,000,000. Sehingga didapatkan nilai Net B/C sebesar Hal ini berarti bahwa dengan discount rate sebesar 14%, proyek mampu menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp setiap tambahan biaya sebesar Rp. 1, dan diasumsikan discount rate tetap selama umur proyek selama 15 tahun. 20

34 b. Kenaikan harga kedelai 20% Dengan pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 20%, mengakibatkan biaya variabel berubah menjadi Rp. 1,784,484,400 dan biaya total menjadi Rp. 1,789,854,400. Hal ini membuat biaya pokok produksi menjadi Rp. 94,797/ jirangan. Didapatkan titik impas produksi menjadi 512 jirangan per tahun setelah adanya pendugaan terhadap kenaikan harga kedelai sebesar 20%. Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Nilai NPV yang didapat ternyata turun menjadi Rp. 763,013,778 pada discount rate sebesar 14%. Nilai IRR yang didapat sebesar 35.03%. Ternyata nilai IRR turun sangat drastis jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai. Dan nilai IRR yang didapat jauh berada di bawah discount rate yang berlaku. Nilai Net B/C yang didapat juga mengalami penurunan menjadi 2.11 yang turun sangat drastis jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai. c. Kenaikan harga kedelai 30% Dengan pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 30%, mengakibatkan biaya variabel berubah menjadi Rp. 1,885,497,750 dan biaya total menjadi Rp. 1,890,867,750. Hal ini membuat biaya pokok produksi menjadi Rp. 100,147/ jirangan. Didapatkan titik impas produksi menjadi 1,045 jirangan per tahun setelah adanya pendugaan terhadap kenaikan harga kedelai sebesar 30%. Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Nilai NPV yang didapat turun sangat drastis menjadi Rp. 224,476,989 pada discount rate sebesar 14%. Nilai IRR yang didapat sebesar 20.54%. Nilai IRR turun jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai, tetapi masih berada di atas discount rate yang berlaku. Nilai Net B/C yang didapat juga mengalami penurunan menjadi 1.31 jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai. 21

35 d. Kenaikan harga kedelai 40% Dengan pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 40%, mengakibatkan biaya variabel berubah menjadi Rp. 1,986,511,100 dan biaya total menjadi Rp. 1991,881,100. Hal ini membuat biaya pokok produksi menjadi Rp. 105,497/ jirangan. Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Nilai NPV yang didapat ternyata turun drastis menjadi Rp. -314,059,801 pada discount rate sebesar 14%. Nilai IRR yang didapat sebesar 3.87%. Ternyata nilai IRR turun sangat drastis jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai. Dan nilai IRR yang didapat jauh berada di bawah discount rate yang berlaku. Nilai Net B/C yang didapat juga mengalami penurunan menjadi 0.59 yang turun sangat drastis jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai. Dari hasil yang didapat berdasarkan pendugaan kenaikan harga kedelai. Pendugaan dengan kenaikan harga kedelai hingga sebesar 40% dengan penetapan harga jual tahu tetap sebesar Rp. 105,000 dan produksi tahu konstan sebanyak jirangan/tahun selama umur proyek. Tabel 6. Nilai Analisis Kelayakan Dengan Pendugaan Kenaikan Harga Kedelai Kenaikan Kedelai NPV IRR Net B/C 10% Rp. 1,298,995, % % Rp. 1,789,854, % % Rp. 224,476, % % Rp. -314,059, % Dengan didapatkannya nilai NPV, IRR dan Net B/C setelah adanya pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 10%, 20%, 30% dan 40%, maka dapat dilakukan analisis finansial. Nilai NPV, IRR dan Net B/C yang didapat pada ternyata mengalami penurunan setelah adanya pendugaan kenaikan harga kedelai. Namun nilai NPV yang didapat pada kenaikan harga kedelai hingga 30% masih bernilai positif, nilai IRR yang masih berada di atas discount rate 22

36 dan nilai Net B/C yang lebih dari satu (>1). Hal ini menunjukkan bahwa proyek masih layak dikembangkan selama periode 15 tahun dengan asumsi discount rate tetap sebesar 14% selama umur proyek, walaupun terjadi kondisi kenaikan harga kedelai sampai sebesar 30%. Dan pada kenaikan harga kedelai sebesar 40% proyek sudah tidak layak dikembangkan karena memiliki nilai NPV yang negatif, nilai IRR yang berada di bawah discount rate dan nilai Net B/C yang kurang dari satu (<1). 2. Upah Pekerja Upah pekerja merupakan salah satu komponen yang mungkin bisa mengalami perubahan biaya. Besar pendugaan kenaikan upah pekerja, yaitu : a. Kenaikan upah pekerja sebesar 10% Setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan kenaikan upah pekerja sebesar 10%. Sehingga terjadi kenaikan biaya variabel total tiap tahunnya menjadi sebesar Rp. 1,606,470,600. Dengan terjadinya kenaikan terhadap biaya variabel total menyebabkan biaya total bertambah menjadi Rp. 1,611,640,600. Biaya pokok produksi mengalami perubahan menjadi Rp. 85,368/jirangan. Dengan penetapan harga jual tahu setiap jirangannya yang tidak berubah Rp. 105,000. Maka dapat diketahui nilai ratio produksi tahu sebesar Besarnya nilai ratio yang didapat kurang dari 1 (< 1). Hal ini menunjukkan bahwa usaha produksi tahu masih layak mendapatkan keuntungan setelah terjadi kenaikan upah pekerja sebesar 10%. Didapatkan titik impas produksi sebesar 270 jirangan. Setelah mengalami perubahan biaya terhadap kenaikan upah pekerja sebesar 10%, ternyata jumlah produksi tahu setiap tahunnya ternyata lebih besar dari titik impas produksi. Setelah dilakukan analisis sensitivitas terhadap pendugaan kenaikan upah pekerja sebesar 10%. Ternyata ada perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Terjadi penurunan nilai NPV menjadi 23

37 sebesar Rp. 1,705,731,855. Hal ini berarti bahwa dengan adanya pendugaan kenaikan upah pekerja sebesar 10% dari pendugaan awal. Perusahaan hanya akan mendapat keuntungan sebesar Rp. 1,705,731,855 selama periode 15 tahun. Bila dibandingkan dengan sebelum kenaikan upah pekerja sebesar 10%, nilai NPV turun tidak terlalu drastis. Untuk mengetahui nilai IRR yang telah berubah dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (5). Diketahui nilai NPV positif sebesar Rp. 9,590,754 pada suku bunga 58% dan nilai NPV negatif sebesar Rp. -1,669,698 pada suku bunga 59%. Sehingga didapatkan nilai IRR sebesar 58.85%. Bila dibandingkan dengan sebelum adanya pendugaan kenaikan upah pekerja 10%, nilai IRR turun. Tetapi nilai IRR yang didapat masih berada di atas nilai discount rate sebesar 14%. Dengan menggunakan persamaan (6), maka dapat dihitung nilai Net B/C setelah dilakukannya analisis sensitivitas dengan pendugaan kenaikan upah pekerja sebesar 10%. Diketahui nilai Net (Bt-Ct) positif sebesar Rp. 2,377,731,855 dan nilai Net (Ct-Bt) negatif sebesar Rp. -672,000,000. Sehingga didapatkan nilai Net B/C sebesar Hal ini berarti bahwa dengan discount rate sebesar 14%, proyek mampu menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp setiap tambahan biaya sebesar Rp. 1, dan diasumsikan discount rate tetap selama umur proyek selama 15 tahun. b. Kenaikan upah pekerja sebesar 20% Setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan kenaikan upah pekerja sebesar 20%. Sehingga terjadi kenaikan biaya variabel total tiap tahunnya menjadi sebesar Rp. 1,630,483,500. Dengan terjadinya kenaikan terhadap biaya variabel total menyebabkan biaya total bertambah menjadi Rp. 1,635,853,500. Biaya pokok produksi mengalami perubahan menjadi Rp. 86,640/jirangan. Dengan penetapan harga jual tahu setiap jirangannya yang tidak berubah Rp. 105,000. Maka dapat diketahui nilai ratio produksi tahu sebesar Besarnya nilai ratio yang 24

38 didapat kurang dari 1 (< 1). Hal ini menunjukkan bahwa usaha produksi tahu masih layak mendapatkan keuntungan setelah terjadi kenaikan upah pekerja sebesar 20%. Rincian perhitungan bisa dilihat pada Lampiran 19. Didapatkan titik impas produksi sebesar 288 jirangan. Setelah mengalami perubahan biaya terhadap kenaikan upah pekerja sebesar 20%, ternyata jumlah produksi tahu setiap tahunnya ternyata lebih besar dari titik impas produksi. Setelah dilakukan analisis sensitivitas terhadap pendugaan kenaikan upah pekerja sebesar 20%. Ternyata ada perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Terjadi penurunan nilai NPV menjadi sebesar Rp. 1,578,889,367. Hal ini berarti bahwa dengan adanya pendugaan kenaikan upah pekerja sebesar 20% dari pendugaan awal. Perusahaan hanya akan mendapat keuntungan sebesar Rp. 1,578,889,367 selama periode 15 tahun. Bila dibandingkan dengan sebelum kenaikan upah pekerja sebesar 20%, nilai NPV turun tidak terlalu drastis. Untuk mengetahui nilai IRR yang telah berubah dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (5). Diketahui nilai NPV positif sebesar Rp. 8,238,999 pada suku bunga 55% dan nilai NPV negatif sebesar Rp. -3,557,647 pada suku bunga 56%. Sehingga didapatkan nilai IRR sebesar 55.70%. Bila dibandingkan dengan sebelum adanya pendugaan kenaikan upah pekerja 20%, nilai IRR turun. Tetapi nilai IRR yang didapat masih berada di atas nilai discount rate sebesar 14%. Dengan menggunakan persamaan (6), maka dapat dihitung nilai Net B/C setelah dilakukannya analisis sensitivitas dengan pendugaan kenaikan upah pekerja sebesar 20%. Diketahui nilai Net (Bt-Ct) positif sebesar Rp. 2,250,889,367 dan nilai Net (Ct-Bt) negatif sebesar Rp. -672,000,000. Sehingga didapatkan nilai Net B/C sebesar Hal ini berarti bahwa dengan discount rate sebesar 14%, proyek mampu menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp setiap 25

39 tambahan biaya sebesar Rp. 1, dan diasumsikan discount rate tetap selama umur proyek selama 15 tahun. c. Kenaikan upah pekerja sebesar 30% Dengan pendugaan kenaikan upah pekerja sebesar 30%, mengakibatkan biaya variabel berubah menjadi Rp. 1,654,496,400 dan biaya total menjadi Rp. 1,659,866,400. Hal ini membuat biaya pokok produksi menjadi Rp. 87,912/ jirangan. Didapatkan titik impas produksi menjadi 309 jirangan per tahun setelah adanya pendugaan terhadap kenaikan upah pekerja sebesar 30%. Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Nilai NPV yang didapat menjadi Rp. 1,452,046,878 pada discount rate sebesar 14%. Hal ini berarti bahwa perusahaan mendapatkan keuntungan. Nilai IRR yang didapat sebesar 52.53%. Ternyata nilai IRR turun jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan upah pekerja. Dan nilai IRR masih berada di atas discount rate yang berlaku. Nilai Net B/C yang didapat juga mengalami penurunan menjadi 3.16 jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan upah pekerja. d. Kenaikan upah pekerja sebesar 40% Dengan pendugaan kenaikan upah pekerja sebesar 40%, mengakibatkan biaya variabel berubah menjadi Rp. 1,678,509,300 dan biaya total menjadi Rp. 1,683,879,300. Hal ini membuat biaya pokok produksi menjadi Rp. 89,184/ jirangan. Didapatkan titik impas produksi menjadi 334 jirangan per tahun setelah adanya pendugaan terhadap kenaikan upah pekerja sebesar 40%. Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Nilai NPV yang didapat menjadi Rp. 1,325,204,390 pada discount rate sebesar 14%. Nilai IRR yang didapat sebesar 49.35%. Ternyata nilai IRR turun jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan upah pekerja. Dan nilai IRR masih berada di atas discount rate yang 26

II. TINJAUAN PUSTAKA A. KEDELAI

II. TINJAUAN PUSTAKA A. KEDELAI II. TINJAUAN PUSTAKA A. KEDELAI Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar (Glycine ururiencis), merupakan kedelai yang dikenal saat ini (Glycine max (L) Merril).

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH BISNIS PROSES PEMBUATAN TAHU HINGGA PEMASARAN Disusun Oleh: Nama :RIYAN HENDRAWAN Nim :10.12.5261 Kelas :S1-SI-2L STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur kehadirat Allah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Juli - September 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah usaha

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Mei 2010 sampai dengan bulan Juli 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS TAHU KEDELAI DISUSUN OLEH GUNTUR OCTOSA YUDHA WIJAYA

TUGAS AKHIR MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS TAHU KEDELAI DISUSUN OLEH GUNTUR OCTOSA YUDHA WIJAYA TUGAS AKHIR MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS TAHU KEDELAI DISUSUN OLEH GUNTUR OCTOSA YUDHA WIJAYA 11.02.8080 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 ABSTRAK Tahu adalah makanan yang dibuat dari kacang

Lebih terperinci

5.3.1 Pengamatan Sistem Produksi WTP

5.3.1 Pengamatan Sistem Produksi WTP III. METODOLOGI 5.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di sekitar Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat selama tiga bulan dari Agustus sampai Oktober 2010. 5.2 ALAT DAN BAHAN Alat-alat

Lebih terperinci

RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA

RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA Ole h IMAM ROSYADI F 24. 1455 1991 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 26 BAB 3 METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah metodologi dengan pendekatan kualitatif melalui teknik pengumpulan data dan informasi yang hasilnya dianalisis dengan memakai kerangka teori yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BIAYA PRODUKSI Analisis biaya dilakukan mulai dari pemeliharaan tanaman, panen, proses pengangkutan, proses pengolahan hingga pengepakan. 1. Biaya Perawatan Tanaman

Lebih terperinci

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR 4.1 Gambaran Umum Kelompok Tani Hurip Kelompok Tani Hurip terletak di Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Desa Cikarawang adalah salah satu Desa di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA (Studi Kasus di Lumbung Tani Sehat Ciburuy, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : NIRWAN NURDIANSYAH F14103040 2008 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini bersifat studi kasus dimana objek yang diteliti adalah peluang usaha produksi alat pemerah susu sapi SOTE di Jawa Barat. Waktu penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. Tempat Pengambilan sampel harga pokok produksi kopi luwak dilakukan di usaha agroindustri

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian

LAMPIRAN Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian Mulai Observasi desain dan rancangan Alat Destilasi bioetanol pada literatur Penyusunan desain dan rancangan Alat Destilasi bioetanol Pemilihan bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONDISI UMUM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KAMPUS IPB DRAMAGA Penyelenggaraan kegiatan pendidikan di kampus IPB Dramaga tidak bisa terlaksana tanpa adanya air bersih. Saat ini pemenuhan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

Mulai. Perancangan bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Pengukuran bahan yang akan digunakan

Mulai. Perancangan bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Pengukuran bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian Mulai Perancangan bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Pengukuran bahan yang akan digunakan Dipotong, dibubut, dan dikikir bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penurunan produktivitas hutan alam telah mengakibatkan berkurangnya suplai hasil hutan kayu yang dapat dimanfaatkan dalam bidang industri kehutanan. Hal ini mendorong

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Lokasi Penelitian Kecamatan Telaga berjarak 6 Km dari ibu kota Kabupaten Gorontalo. Daerah ini bertofografi rendah dengan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL Analisis kelayakan finansial adalah alat yang digunakan untuk mengkaji kemungkinan keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman modal. Tujuan dilakukan analisis kelayakan

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TERORI. dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Menurut ahli botani, kedelai (Glycine

KERANGKA PENDEKATAN TERORI. dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Menurut ahli botani, kedelai (Glycine II. KERANGKA PENDEKATAN TERORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kedelai Kedelai merupakan tanaman palawija yang telah lama dikenal dan dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Menurut ahli botani, kedelai (Glycine

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR

TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Produksi Perikanan dan Kelautan Disusun Oleh: Ludfi Dwi 230110120120 Sofan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Studi kelayakan pengembangan bisnis merupakan suatu analisis mendalam mengenai aspek-aspek bisnis yang akan atau sedang dijalankan, untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Berdiri dan Perkembangan Perusahaan. Imam Muwwafik yang berlokasi di Desa Pundenrejo Kabupaten Pati.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Berdiri dan Perkembangan Perusahaan. Imam Muwwafik yang berlokasi di Desa Pundenrejo Kabupaten Pati. 56 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.1.1. Sejarah Berdiri dan Perkembangan Perusahaan Mula-mula CV. Tahu Barokah Pati didirikan pada tahun 1985, merupakan salah satu perusahaan

Lebih terperinci

EVALUASI EKONOMI. Evalusi ekonomi dalam perancangan pabrik meliputi : Modal yang ditanam Biaya produksi Analisis ekonomi

EVALUASI EKONOMI. Evalusi ekonomi dalam perancangan pabrik meliputi : Modal yang ditanam Biaya produksi Analisis ekonomi EVALUASI EKONOMI Evalusi ekonomi dalam perancangan pabrik meliputi : Modal yang ditanam Biaya produksi Analisis ekonomi 1. Modal yang ditanam A.Modal tetap, meliputi : letak pabrik gedung utilities pabrik

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di penggilingan padi Sinar Ginanjar milik Bapak Candran di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. a. Jumlah tenaga kerja 1-4 orang untuk industri rumah tangga. b. Jumlah tenaga kerja 5-19 orang untuk industri kecil

II. TINJAUAN PUSTAKA. a. Jumlah tenaga kerja 1-4 orang untuk industri rumah tangga. b. Jumlah tenaga kerja 5-19 orang untuk industri kecil II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Industri Rumah Tangga Industri dapat digolongkan berdasarkan jumlah tenaga kerja dan jumlah investasi. Menurut Badan Pusat Statistik (2017), Perusahaan Industri

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan 52 Lampiran 1.Flow Chart pelaksanaan penelitian. Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ketersediaan bahan baku ikan hasil tangkap sampingan yang melimpah merupakan potensi yang besar untuk dijadikan surimi. Akan tetapi, belum banyak industri di Indonesia

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negatif terhadap lingkungan diantaranya pencemaran lingkungan yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. negatif terhadap lingkungan diantaranya pencemaran lingkungan yang disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi industri pangan mendukung munculnya dampak negatif terhadap lingkungan diantaranya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh sisa hasil proses

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan. Menggambar alat. Memilih bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan. Menggambar alat. Memilih bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flowchart penelitian Mulai Merancang bentuk alat - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan Menggambar alat Memilih bahan yang akan digunakan Mengukur bahan yang akan digunakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan

LAMPIRAN. Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan LAMPIRAN Lampiran 1.Flowchart pelaksanaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR Afnita Widya Sari A14105504 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flow Chart Pelaksanaan Penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong, dibubut dan dikikir bahan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan 38 Lampiran 1. Flow Chart pelaksanaan penelitian. Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan yang digunakan sesuai

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti

Lebih terperinci

Lampiran 2. Flowchart perencanaan penelitian. Mulai iii. Menimbang Biji Kedelai. Menyiapkan 2 jenis Mata Pisau yang Akan.

Lampiran 2. Flowchart perencanaan penelitian. Mulai iii. Menimbang Biji Kedelai. Menyiapkan 2 jenis Mata Pisau yang Akan. 43 Lampiran 2. Flowchart perencanaan penelitian Mulai iii Menimbang Biji Kedelai Menyiapkan 2 jenis Mata Pisau yang Akan Digunakan Dihidupkan Alat Pembuat Sari Kedelai Dimasukkan Bahan Kedalam Alat Kondisi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan lokasi penelitian berdasarkan pada potensi hutan rakyat yang terdapat di desa/kelurahan yang bermitra dengan PT. Bina Kayu Lestari Group.

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari 47 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari sampai dengan Februari 2011. 3.2 Bahan dan alat Bahan yang di

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN. investasi dari perusahaan Saru Goma. Proyeksi keuangan ini akan dibuat dalam

BAB VI ASPEK KEUANGAN. investasi dari perusahaan Saru Goma. Proyeksi keuangan ini akan dibuat dalam BAB VI ASPEK KEUANGAN Dalam aspek ini akan menjelaskan tentang kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas, dan penilaian kelayakan investasi dari perusahaan Saru

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci