E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./ WAWANCARA-1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./ WAWANCARA-1"

Transkripsi

1 WAWANCARA-1 Wawancara banyak dipakai oleh para profesional maupun masyarakat umum lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya pada saat kita menemui dosen, saat kita sedang menghadapi klien, saat kita menonton acara debat calon presiden, bahkan saat kita menonton acara infotainment. Hal ini menunjukkan bahwa wawancara merupakan hal yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tidak hanya itu, wawancara sering pula kita gunakan dalam kehidupan kita. Wawancara memiliki ragam dan corak, yaitu dari wawancara formal sampai wawancara tidak formal, wawancara yang terstruktur sampai yang tidak terstruktur, wawancara yang rumit sampai yang sangat sederhana, dan wawancara yang hanya membutuhkan waktu sedikit (sebentar) sampai wawancara yang membutuhkan waktu yang lama. Tujuan dilakukannya wawancara pun bervariasi, yaitu wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi, untuk memberikan informasi, untuk proses konseling, untuk mendapatkan calon karyawan yang baik, untuk membujuk, dan lain sebagainya. Subjek yang kita wawancarai juga bervariasi, dapat berupa teman, atau lawan, orang asing atau teman dekat, termasuk kelompok yang superior atau golongan bawah, dan lain sebagainya. Banyak hal yang kita temui berkaitan dengan wawancara. Lantas apakah wawancara itu dan bagaimana pula bentuk komunikasi yang terjadi dalam proses wawancara? Hal ini akan dibahas secara lebih mendalam pada uraian berikut ini. Definsi Banyak definisi yang diajukan oleh para ahli mengenai wawancara, salah satunya adalah definisi yang dikemukakan oleh Andayani (1999), yang menyatakan bahwa wawancara adalah perbincangan yang menjadi sarana untuk mendapatkan informasi tentang orang lain dengan tujuan untuk memperoleh penjelasan atau pemahaman tentang orang tersebut dalam hal tertentu. Misalnya ingin memperoleh informasi tentang subjek berkaitan dengan masalah krisis kepercayaan dirinya. Stewart & Cash (2000) state that An interview is an interactional communication process between two parties, at least one owhom has a predetermined and serious purpose, and usually involves the asking and answering of questions. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan bahwa wawancara adalah suatu proses komunikasi interaksional antara dua pihak dimana salah satu pihak menjadi penentu dan memiliki tujuan, dimana biasanya melibatkan suatu proses tanya jawab. Dari definsi ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu makna dari kata-kata tertentu berdasarkan definisi di atas. Adapun kata-kata tersebut adalah : E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./2016 1

2 a. Kata interaksional yang dapat berarti adanya pembagian peran, tanggung jawab, perasaan, keyakinan, motif dan informasi. Jika hanya salah satu yang bicara dan lainya hanya mendengarkan maka hal tersebut bukanlah wawancara. Akan tetapi makna interaksional ini tidak bersifat equal, atau masing-masing pihak bertanya dan menjawab dalam porsi yang sama banyak. Masing-masing pihak memiliki porsi bertanya dan menjawab dalam porsi yang berbeda-beda. Makna lain dari interaksional adalah adanya pembagian tanggung jawab selama proses wawancara, dimana masing-masing pihak memiliki tanggung jawab untuk melakukan wawancara yang lancar dan efektif. Misalnya, seorang rekruter bertanggung jawab untuk mempelajari aplikasi pelamar, menyiapkan pertanyaan yang dapat dipahami dan menantang, dan seterusnya. Sebaliknya pelamar bertanggung jawab untuk menyiapkan aplikasi dan membuat aplikasi yang jujur dan benar, meneliti organisasi yang akan dimasuki dan meneliti posisi yang ditawarkan oleh perusahaan. Interaksional juga berarti adanya proses berbagi perasaan (marah, bangga, takut, simpati), motif (rasa aman, populer, belonging, ambisi), keyakinan (sosial, politik, religuisitas dan ekonomi). Bentuknya dapat berupa verbal dan non verbal. Suatu wawancara dikatakan gagal jika tidak ada ekspresi ini. Misalnya calon karyawan yang takut untuk mengatakan apa alasan dirinya untuk memilih dan menginginkan posisi yang ditawarkan. b. Makna dari proses adalah adanya sifat dinamis, adanya interaksi dan melibatkan banyak variabel lainnya dalam pelaksanaan wawancara tersebut. Dan wawancara yang dilakukan selalu mengarah pada pencapaian tujuan. Dalam wawancara juga selalu melibatkan komunikasi dasar yaitu persepsi, pesan-pesan verbal dan non verbal, umpan balik, mendengarkan, motivasi, harapan serta asumsi. Proses komunikasi yang terjadi dalam wawancara ini dipengaruhi oleh gender, usia dan budaya. c. Makna dari dua pihak adalah bahwa proses wawancara ini melibatkan 2 atau lebih individu yaitu pihak pewawancara dan yang diwawancarai. Dua pihak tidak berarti selalu dua orang yaitu satu pewawancara dan satu subjek namun dapat juga lebih dari satu pewawancara atau lebih dari satu subjek yang diwawancarai. d. Makna dari penentu dan memiliki tujuan adalah paling tidak salah satu pihak yang melakukan wawancara memiliki tujuan dan rencana untuk memfokuskan pada satu hal yang spesifik. Makna ini yang membedakan antara wawancara dengan percakapan sosial, meskipun percakapan sosial terkadang memiliki peran penting dalam wawancara. Selain itu wawancara yang dlakukan juga memiliki rencana dan struktur. Perbedaan lain antara wawancara dengan percakapan sosial biasa adalah dalam hal kedalaman informasi yang digali. E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./2016 2

3 e. Bertanya dan menjawab pertanyaan juga merupakan hal yang utama dalam wawancara dimana kedua hal tersebut selalu dilibatkan dalam proses wawancara. Fungsi, Guna dan Alasan Menggunakan Wawancara Agar interviewer dapat menggunakan wawancara dengan tepat maka interviewer harus betul-betul memahami apa fungsi wawancara yang dilakukannya. Hal tersebut tenatu akan mempengaruhi hasil akhir data yang dikumpulkan melalui wawancara. Wawancara yang dilakukan oleh interviewer memiliki 3 fungsi, yaitu : 1. Primer : yaitu data yang diperoleh merupakan satu-satunya data untuk membuat evaluasi atau diagnosa. Artinya bahwa wawancara adalah satu-satunya alat yang digunakan oleh interviewer untuk mengumpulkan data. 2. Pelengkap : yaitu data yang diperoleh untuk melengkapi data yang telah ada. Artinya adalah data yang dikumpulkan melalui wawancara digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari metode yang lain. 3. Kriteria : yaitu data dari wawancara digunakan untuk menguji kebenaran data dari metode lain. Hal ini terkadang perlu dilakukan mengingat bahwa hasil dari wawancara merupakan suatu bentuk pelaporan subjektif tentang sikap seseorang terhadap lingkungan dan terhadap dirinya sendiri (Palmer, 1983), sehingga terkadang apa yang benar menurut subjek belum tentu benar menurut orang lain. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa wawancara sebagai suatu alat dapat digunakan secara mandiri dan dapat pula digunakan sebagai pelengkap. Stewart & Cash (2000) menambahkan mengenai fungsi wawancara, menurut kedua ahli tersebut adalah : a. Wawancara dapat digunakan sebagai alat untuk memberikan informasi, data, arah, instruksi, orientasi ataupun klarifikasi. Biasanya ini dilakukan saat interviewer melakukan orientasi pada karyawan barunya, atau pada siswa baru, atau seseorang yang harus menunjukkan perilaku khusus atau keahliannya dalam melakukan suatu pekerjaan. Misalnya seorang pimpinan memberikan informasi mengenai lamanya waktu bekerja dalam sehari yang berlaku dalam perusahaan tersebut. atau seorang siswa senior menjelaskan pada juniornya bagaimana aturan yang berlaku di sebuah asrama atau bagaimana menggunakan komputer baru yang ada di perpustakaan dan lain sebagainya. b. Wawancara sebagai alat untuk mengumpulkan informasi berdasarkan pada fakta, pendapat, data, perasaan, sikap, keyakinan, reaksi dan umpan balik. Contohnya adalah sebuah perusahaan yang menggunakan survey atau pooling pendapat terhadap para karyawannya untuk menemukan alasan-alasan terhadap aksi yang perlu dilakukan E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./2016 3

4 perusahaan tersebut atau mengenai sikap terhadap produk baru yang dihasilkan perusahaan dan lain sebagainya. c. Wawancara sebagai alat untuk melakukan seleksi, dimana wawancara digunakan oleh salah satu pihak untuk melakukan screening, memilih dan menempatkan calon karyawan. d. Wawancara digunakan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan perilaku subjek, khususnya untuk melihat perilaku subjek secara akurat, masalah pribadi subjek dan performansi subjek. Tujuannya adalah untuk membantu subjek untuk melihat secara alamiah permasalahan yang sedang dihadapi, penyebab dan pengaruh serta pemecahan masalah yang mungkin dapat dilakukan. e. Wawancara digunakan untuk mengatasi masalah perilaku pada pewawancara. Disini wawancara digunakan untuk menyampaikan keluhan, protes dan saran serta mencoba untuk mencari solusi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. f. Wawancara digunakan untuk mencapai suatu problem solving yaitu wawancara yang dirancang untuk menganalisa dan memecahkan masalah yang menjadi perhatian kedua belah pihak. Biasanya masalah yang dihadapi bukanlah masalah satu pihak tetapi keduanya merasa bahwa ini adalah masalah bersama. Keberhasilan wawancara tidak ditentukan oleh siapa yang dapat menemukan problem solving yang terbaik tetapi lebih pada apakah masalah tersebut dapat dipecahkan atau tidak. Misalnya kedua pihak membahas bagaimana memperoleh lebih banyak klien atau mengatasi penurunan penjualan atau dapat pula memutuskan karyawan seperti apa yang perlu dipekerjakan. g. Wawancara digunakan untuk melakukan persuasi yaitu untuk mengubah jalan pikiran, perasaan, dan perilaku subjek, wawancara persuasif juga dapat dilakukan untuk menjual jasa, mencari dukungan, merekrut individu untuk masuk dalam kelompok tertentu, mengajak individu, dan memberikan penguatan. Banyak bentuk wawancara yang melibatkan persuasi, misalnya dokter yang meyakinkan pasiennya untuk melakukan operasi, atau dokter yang menjelaskan tentang bahayanya merokok dan minum minuman beralkohol. Selain memiliki fungsi wawancara juga memiliki kegunaan. Menurut Stewart & Cash (2000) ada beberapa kegunaan wawancara yaitu : 1. untuk memperjelas data yang telah diperoleh sebelumnya terutama jika diperlukan suatu proses wawancara dengan kriteria tertentu. Misalnya tentang usia, jenis kelamin, ras, penghasilan, pandangan politik dan lain sebagainya. 2. untuk mengendalikan waktu, kehadiran orang lain, pertanyaan serta jawaban dan situasi. Misalnya subjek yang diwawancara langsung akan memberikan jawabannya E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./2016 4

5 saat itu juga tanpa perlu menunggu atau subjek akan dapat lebih terbuka jika tidak ada kehadiran orang lain di dekatnya. 3. untuk memotivasi subjek agar menjadi bagian, mendengar, merespon, terbuka dan memberikan informasi secara akurat. Hal ini akan tercapai jika interviewer melakukan face to face or ear to ear interview. 4. wawancara dapat digunakan dan disesuaikan dengan kemampuan, kebutuhan, dan keinginan dari subjek sebagai klien. Jadi interviewer tidak harus menggunakan pertanyaan yang sama atau argumentasi yang sama saat mewawancarai para anggota tim sepakbola ataupun kelompok lainnya. 5. wawancara digunakan saat kita membutuhkan informasi yang detail dan jawaban yang panjang. Untuk itu interviewer perlu melakukan probing atau follow-up questions yang diperlukan untuk memperjelas jawaban-jawaban yang meragukan, tidak jelas, tidak lengkap, bersifat sugestif ataupun tidak akurat. 6. untuk melakukan pengujian terhadap latar belakang pribadi subjek, perilaku dan pengalaman subjek yang dapat mengungkap keyakinan, sikap dan segala hal yang berkaitan dengan emosi. 7. untuk memperoleh penjelasan, keterangan dan penilaian terhadap jawaban yang diberikan oleh subjek. 8. wawancara digunakan saat interviewer merasa penting dan perlu untuk melakukan observasi terhadap performance, sikap dan perilaku non verbal subjek. Hal ini tentu saja tidak dapat dilakukan jika interviewer melakukan komunikasi secara tertulis. 9. wawancara digunakan untuk suplemen atau tindak lanjut dari kuisioner yang telah disebarkan oleh interviewer sebelumnya kepada subjek. Hasilnya dapat mengungkap alasan dari jawaban yang diberikan subjek atau dapat memperkuat validitas data yang diperoleh melalui kuisioner dan bahkan dapat mengungkap permasalahan yang ditimbulkan oleh kuisioner. Berdasarkan uraian di atas, lantas menimbulkan suatu pertanyaan, sebenarnya apa alasan kita untuk memilih wawancara sebagai alat bantu dalam hal pengumpulan data, melakukan seleksi, atau hal lainnya? Adapun alasan kita menggunakan wawancara adalah : a. apabila subjek buta huruf sehingga tidak mungkin bagi subjek merespon tes psikologis lainnya yang menuntut ia untuk membaca soal yang ada dalam tes tersebut. b. subjek terlalu muda untuk merespon alat tes. Biasanya tes-tes psikologi tertentu hanya ditujukan untuk kelompok usia tertentu pula sehingga bagi subjek yang usianya masih terlalu muda akan mengalami kesulitan untuk merespon tes tersebut dengan E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./2016 5

6 baik. Misalnya anak Tk akan sulit untuk merespon Tes Binet. Maka teknik yang paling sesuai untuk anak TK adalah wawancara dan observasi. c. topik yang diukur bersifat pribadi/rahasia. Wawancara sangat cocok untuk mengungkap hal-hal yang sifatnya pribadi dan rahasia. Hal ini disebabkan karena dalam proses wawancara, interviewer memiliki kesempatan untuk melakukan pendekatan yang sifatnya lebih personal dibandingkan dengan tes psikologi lainnya. Hal ini akan memberikan pengaruh terhadap tumbuhnya rasa percaya dalam diri subjek untuk menjadi lebih terbuka pada interviewer. d. memberikan kesempatan pada pewawancara untuk mengukur kemampuan calon atau subjek secara pribadi. Maksudnya adalah melalui wawancara, interviewer memiliki kesempatan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan bagi subjek untuk menunjukkan kemampuan atau kapasitas intelektual yang dimilikinya melalui jawaban yang diberikan oleh subjek. e. dapat mengajukan pertanyaan dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh metode lain. Hal ini disebabkan karena sebelum wawancara berjalan, interviewer memiliki kesempatan untuk melakukan pendekatan personal pada subjek sehingga membuat subjek menjadi lebih merasa nyaman berinteraksi dengan interviewer. Pada akhirnya subjek menjadi lebih terbuka dan hal ini memudahkan interveiwer untuk mengajukan pertanyaan yang difatnya lebih pribadi atau lebih sensitif, dimana hal ini tidak dapat dilakukan dengan menggunakan tes psikologi lainnya. f. memberikan peluang bagi pewawancara untuk membuat pertimbangan tentang antusiasme, minat, kecerdasan dan hal lainnya. Hal ini dapat ditangkap dengan mudah oleh interviewer berdasarkan dari jawaban yang diberikan subjek. Tidak hanya itu, segala antusiasme, minat dan lainnya akan tampak jelas melalui ekspresi non verbal yang diberikan oleh subjek saat wawancara berlangsung. g. memberikan peluang bagi pewawancara untuk menilai aspek-aspek subjektif, reaksi non verbal dan tampilan emosi, serta hal lainnya yang diperlukan. Wawancara tidak dapat dilakukan tanpa disertai dengan oberservasi. Obervasi perlu dilakukan selama wawancara berlangsung karena hal ini akan memperkuat validitas dan reliabilitas data yang diperoleh melalui wawancara. Kelebihan dan Kelemahan Wawancara Meskipun wawancara banyak dipakai oleh para praktisi, konselor, atau ahli lainnya, namun tetap saja wawancara memiliki kelebih dan kelemahan, adapun kelebihan wawnacara adalah : E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./2016 6

7 a. sebagai salah satu metode yang terbaik untuk menilai keadaan pribadi seseorang. Biasanya dapat diperoleh dari ekspresi yang ditunjukkan subjek selama proses wawancara berlangsung serta dari isi jawaban yang diberikan subjek. b. tidak dibatasi oleh tingkatan usia dan pendidikan subjek. Wawancara dapat dilakukan pada setiap kelompok usia dengan latar belakang pendidikan yang juga bervariasi. c. menjadi metode pelengkap dalam penelitian sosial d. cocok untuk menjadi kriterium terhadap data yang diperoleh dengan metode lain e. dapat dilakukan bersama-sama dengan observasi Sebaliknya kelemahan dari wawancara adalah sebagai berikut : a. informasi yang diperoleh tergantung pada kesediaan, kemampuan, kondisi momental subjek. Jika subjek saat diwawancara sedang berada dalam kondisi emosi yang tidak mendukung maka interviewer akan sulit memperoleh data yang diinginkannya dan subjek pun menjadi lebih sulit untuk diajak kerjasama. b. jalannya wawancara mudah mengalami distraksi. Maksudnya adalah jalannya wawancara dapat menyimpang dari tujuan awalnya. Penggalian data yang dilakukan tidak sesuai dengan tujuan awal wawancara. Hal ini dapat terjadi karena interviewer tidak memiliki panduan yang jelas dalam melakukan wawancara sehingga interviewer tidak mengetahui secara pasti arah wawancara dan pertanyaan yang seharusnya diajukan pada subjek. c. perlunya penguasaan bahasa yang sama dengan bahasa subjek yang diwawancarai. Hal ini sangat penting karena akan mempengaruhi kedalaman data yang digali oleh interviewer. Hendaknya gunakan bahasa yang sama dengan yang dimiliki subjek. Tidak menutup kemungkinan interviewer memerlukan bantuan pihak ketiga untuk menjadi penghubung antara interviewer dengan subjek. d. perlu banyak pewawancara jika pendekatannya sahabat karib untuk menjaga keobjektifan hasil wawancara. e. Perlu diperhatikan masalah validitas hasil wawancara Kode Etik Wawancara Dalam melakukan wawancara terhadap seorang subjek maka, agar wawancara dapat berhasil dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka ada beberapa kode etik yang perlu dipenuhi oleh pewawancara. Menurut Fontana & Frey (1994), kode etik tersebut adalah : 1. adanya persetujuan dari subjek yang dinyatakan dalam informed consent yaitu lembar persetujuan yang ditandatangani oleh subjek sebagai pernyataan kesediaannya untuk menjadi subjek yang diwawancarai. Isi dari informed consent E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./2016 7

8 adalah pengenalan diri interviewer, tujuan melakukan wawancara, bagaimana dan berapa lama wawancara berlangsung serta apa manfaat yang diperoleh subjek jika ia terlibat dalam proses wawancara. Di bagian akhir perlu dicantumkan pula informasi mengenai hak subjek untuk mundur jika ia merasa tidak nyaman dengan proses wawancara tersebut. buatlah surat pernyataan ini dalam 1 halaman (tidak lebih). Di bagian akhir surat adalah berupa pernyataan kesediaan subjek dan ditandatangani pula oleh subjek. Biasanya surat ini banyak digunakan saat melakukan penelitian sosial. Tapi tidak menutup kemungkinan pula jika surat ini digunakan dalam konteks wawancara lainnya. 2. hak subjek untuk dilindungi kerahasiaannya. Interviewer harus mampu untuk menyimpan segala data yang telah diberikan subjek dengan rapi dan baik. 3. hak subjek untuk mendapatkan perlindungan dari celaka fisik, emosi, dan lain sebagainya. Maksudnya adalah subjek akan merasa lebih baik setelah melalui proses wawancara dan bukan sebaliknya. Hal ini membutuhkan skill dari interviewer sehingga hak tersebut dapat tetap terpenuhi. 4. hak subjek untuk mengetahui apa yang digali (tidak semua peneliti melakukan hal ini). Pada dasarnya setiap subjek memiliki hak untuk mengetahui apa yang digalai atau apa tujuan interviewer melakukan wawancara. Namun tidak semua interviewer melakukan hal ini. Saru hal yang dikhawatirkan akan terjadi adalah, jika subjek mengetahui dengan pasti dan jelas apa tujuan dari wawancara maka kemungkinan besar yang terjadi adalah situasi wawancara tidak akan alamiah lagi karena subjek telah mengubah perilakunya (kemungkinan dengan tujuan untuk memenuhi tujuan wawancara). Agar hal ini tidak terjadi maka interviewer harus mampu merumuskan tujuan yang sifatnya netral dan tidak akan menyebabkan terjadinya perubahan perilaku pada subjek. Hal penting yang perlu diingat adalah interviewer tidak boleh berkata bohong mengenai tujuan wawancara karena hal itu akan mempengaruhi kepercayaan subjek pada interviewer. 5. kejujuran lapangan pewawancara sangat diperlukan. Artinya adalah interviewer harus melaporkan hasil wawancara apa adanya. Jangan membuat interpretasi atau kesimpulan yang mengarahkan pada asumsi interviewer bukan pada data yang sesungguhnya. Ditambahkan pula oleh Breakwell (1990) bahwa selain tersebut di atas ada etika lain yang harus dipatuhi oleh pewawancara, yaitu : 1. perlu diperhatikan mengenai bagaimana pewawancara menanyakan masalahmasalah yang sifatnya sensitif. Hal ini berkaitan dengan hak dan tanggung jawab dari pewawancara. Hak bagi pewawancara untuk bertanya mengenai masalah E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./2016 8

9 yang sensitif adalah jika jawaban tersebut akan membantu pewawancara dalam membuat keputusan atas permasalahan subjek. Misalnya dalam wawancara untuk seleksi, dimana perlu tidaknya pewawancara menanyakan masalah latar belakang keluarga pelamar? apakah jawaban subjek akan mempengaruhi keputusan ahkir dari pewawancara atau tidak? 2. perlu adanya persiapan dari pewawancara untuk menghadapi hal-hal yang tidak terduga selama proses wawancara berlangsung. Atau dengan kata lain perlu atau tidaknya pewawancara memberikan solusi atau nasehat secara langsung atau tidak langsung pada subjek. 3. perlu atau tidak memberikan umpan balik pada subjek? Hal ini seringkali tidak dilakukan oleh pewawancara, sebabnya dapat berupa karena malas, tidak adanya usaha dari pewawancara untuk mengorganisasikan informasi yang diperoleh dari subjek, atau pewawancara tidak berkonsentrasi terhadap apa yang dikemukakan oleh subjek. Meskipun memberikan umpan balik merupakan suatu hal yang sulit, tetapi hal tersebut merupakan tanggung jawab dari pewawancara. E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./2016 9

10 TUGAS 1. Berikan contoh konkrit dari 3 fungsi wawancara 2. Rumuskan tujuan wawancara yang ingin anda lakukan E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./

11 BENTUK-BENTUK WAWANCARA Wawancara dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam bentuk, antara lain : dengan bentuk terstruktur, atau tidak terstruktur, formal ataupun informal, individual ataupun kelompok. Secara lebih jelas dan terinci akan dijelaskan berikut ini. a. Wawancara Terstruktur Adalah wawancara yang memiliki pedoman yang memimpin jalannya tanya jawab ke satu arah yang telah ditetapkan secara tegas. Prosesnya : pewawancara menanyai tiap responden dengan suatu daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya, dengan suatu kategori jawaban yang membatasi respon (Fontana & Frey, dalam Andayani, 1999). Kecepatan wawancara dikendalikan oleh pewawancara dengan cara menggunakan kuisioner sebagai pedoman yang harus diikuti secara baku. Tidak ada fleksibilitas dalam cara mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan. Pedoman (guide) dibuat secara terperinci agar informasi yang diinginkan dapat diperoleh. Pedoman yang digunakan dalam wawancara bentuk ini adalah berupa instruksi yang tujuannya agar tercapai suatu situasi wawancara yang ideal. Adapun instruksinya adalah sebagai berikut : Jangan pernah terlibat dalam penjelasan panjang tentang penelitian; gunakanlah penjelasan yang telah baku. Jangan pernah menyimpang dari pengantar penelitian, urutan pertanyaan, atau menggunakan kata-kata yang berbeda dalam mengajukan pertanyaan. Jangan biarkan orang lain menyela wawancara atau orang lain menjawab untuk subjek atau menawarkan opininya tentang suatu pertanyaan. Jangan memberikan sugesti jawaban atau menyetujui/tidak menyetujui jawaban dari subjek. Jangan memberikan subjek gagasan mengenai pandangan pribadi pewawancara mengenai suatu topik atau survey. Jangan menginterpretasi makna pertanyaan, ulangi saja pertanyaan pada subjek dan berikan instruksi atau klarifikasi yang telah disediakan oleh supervisor. Jangan melakukan improvisasi (segala sesuatunya harus sesuai dengan pedoman). Metode ini memiliki kekuatan dan kelemahan, yaitu : Kekuatan Variasi jawaban akibat dari variasi pertanyaan dapat dihindari. Jawaban yang seragam dapat dikomparasikan. Kesalahan akibat masalah teknis dapat dikurangi. E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./

12 Pembuktian hipotesa mudah dilakukan. Kelemahan Respon yang diungkap bersifat rasional, tetapi kemampuan untuk mengungkap dimensi emosional sangat rendah. Prosesnya kaku sehingga data yang digali kurang mendalam. TUGAS : Berikan contoh konkrit wawancara yang menggunakan bentuk terstruktur. b. Wawancara Semi Terstruktur Bentuk wawancara ini sering disebut dengan wawancara bebas terpimpin. Bebas artinya adalah wawancara dilakukan melalui kewajaran yang maksimal sehingga dapat diperoleh data yang mendalam. Terpimpin artinya adalah memiliki arah yang jelas sehingga dapat dipertahankan komparabilitas dan reliabilitasnya. Bentuk wawancara ini adalah berupa kerangka pertanyaan yang penting dan sejalan dengan tujuan penelitian. Biasanya digunakan dalam penelitian sosial. c. Wawancara Tidak Terstruktur Adalah bentuk wawancara dimana pewawancara secara sengaja tidak mengarahkan tanya jawab pada pokok persoalan yang menjadi fokus penelitian. Pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan terbuka yang memungkinkan jawaban yang lebih luas dan bervariasi. Pertanyaan yang dilontarkan sangat tergantung pada garis atau arah pembicaraan yang telah diletakkan oleh pewawancara. Proses tanya jawab dikuasai oleh mood, keinginan dan kecenderungan subjek tanpa dikendalikan oleh suatu pedoman. Pewawancara harus menjaga jarak dan bersikap rasional agar dapat hasil wawancara tetap bersifat objektif. Sikap ini dapat memungkinkan untuk diperolehnya pemahaman tentang perilaku tanpa kategori yang a priori yang dapat membatasi penggalian data. Tujuan wawancara bentuk ini adalah untuk memahami bukan hanya menjelaskan sehingga hubungan antar manusia menjadi sangat penting. Wawancara ini sering disebut digunakan dalam wawancara informal yaitu wawancara yang dilakukan sebelum wawancara formal. Bentuk wawancara ini biasanya digunakan dalam setting untuk mencari karyawan baru. Isi dari wawancara informal ini bersifat menghibur dan tidak ada yang ingin dicapai kecuali pewawancara memiliki topik khusus yang ingin disampaikan pada calon pelamar. E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./

13 Dalam wawancara informal, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu : Apa yang ingin disampaikan pada calon berkaitan dengan pekerjaan dan organisasi. Tujuannya adalah untuk menjual pekerjaan atau organisasi tersebut pada calon. Apa yang ingin diperlihatkan berkaitan dengan lingkungan kerja yang merupakan faktor penting dalam pencapaian kepuasan kerja. Biasanya calon akan mencari tahu apakah ia dapat bekerja di posisi yang ditawarkan atau tidak, dan apakah ia akan mendapatkan dukungan atau tidak. Hal ini perlu dilakukan, terlebih jika yang dicari adalah calon karyawan yang atraktif. Apa yang akan ditanyakan pada calon, terutama calon yang belum menyerahkan CV. Apabila hal ini tidak dilakukan maka wawancara akan membutuhkan waktu yang lebih banyak karena pewawancara perlu menyusun potongan-potongan informasi yang ia peroleh menjadi suatu informasi yang utuh tentang calon berkaitan dengan kualifikasi, dan pengalaman kerja calon. Tujuan dari wawancara informal ini adalah untuk memperjelas informasi yang diberikan oleh calon tentang sejarah dan latar belakang calon. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari adanya informasi yang disembunyikan atau dihilangkan. Wawancara bentuk ini memiliki kekuatan dan kelemahan, yaitu: Kekuatan Memungkinkan pewawancara untuk menyesuaiakan pertanyaan dengan kasus individual. Memungkinkan pewawancara mengikuti secara mendalam hal-hal yang tampak relevan dan produktif. Kelemahan Tidak selalu diperoleh hasil yang sama dari semua subjek yang diwawancarai, atau adanya perbedaan besar pada data yang diperoleh. Materi yang sangat relevan dapat terlupakan karena pertanyaan yang relevan juga tidak diajukan. Variasi jawaban dapat menyebabkan konsistensi menjadi rendah jika beberapa pewawancara mewawancarai orang yang sama. Membutuhkan waktu yang lama. E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./

14 d. Wawancara Kelompok Merupakan wawancara sistematik pada beberapa individu secara bersama-sama. Wawancara ini dapat dilakukan dengan cara terstruktur, semi terstruktur atau tidak terstruktur. Tujuannya adalah untuk mendapatkan sudut pandang yang lebih luas tentang suatu masalah, dimana tidak dapat diperoleh melalui wawancara individual. Nama lain dari wawancara bentuk ini adalah focus group yaitu bertujuan untuk mendapatkan opini kelompok tentang suatu topik. Wawancara ini sering digunakan dalam penelitian kualitatif, tetapi pewawancara akan mengarahkan kelompok sesuai dengan tujuan wawancara. Secara lebih terinci diuraikan pula oleh Ekowarni (2002) berkaitan dengan focus group discussion (FGD) yang dapat digunakan untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif. Menurut Ekowarni, FGD dapat digunakan untuk melakukan pelacakan atau penelusuran data kualitatif, untuk mengumpulkan data yang tidak dapat dikumpulkan oleh metode lain, untuk menggali opini, dan persepsi secara langsung dari sumber data dari suatu komunitas dan sebagai exploratory research atau penelitian pendahuluan. Tugas pewawancara dalam FGD atau wawancara kelompok berbeda dengan pewawancara individual, adapun tugasnya adalah : Harus bersifat fleksibel, objektif, empatik, persuasif, pendengar yang baik, dan sebagainya. Mampu untuk mencegah satu orang atau sekelompok kecil orang mendominasi kelompok. Mampu mendorong responden yang keras kepala untuk berpartisipasi. Memiliki ketrampilan untuk mendapatkan respon dari semua anggota kelompok untuk menjamin ketuntasan informasi mengenai topik yang didiskusikan. Mampu menyeimbangkan peran sebagai pewawancara direktif dan moderator, hal mana memerlukan pengelolaan dinamika kelompok yang sedang diwawancara. Mampu secara bersama memfokuskan perhatian pada alur pertanyaan dan peka terhadap pola interaksi yang terjadi dalam dinamika kelompok. Karena tugas pewawancara juga merangkap sebagai moderator, maka diperlukan pula asisten moderator yang memiliki kemampuan yang sama dalam melakukan group management, tetapi memiliki tugas yang berbeda dengan moderator. Adapun tugas asisten moderator adalah untuk membantu kelancaran wawancara kelompok (FGD). Asisten moderator dapat melakukan pencatatan meliputi data verbal maupun non verbal (dimana hal ini tidak dilakukan oleh moderator) dan perekaman jalannya diskusi (baik dengan kamera, tape recorder maupun alat bantu lainnya). E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./

15 Dalam pelaksanaan wawancara kelompok, diperlukan suatu kondisi tertentu, yaitu saat melakukan wawancara kelompok haruslah memiliki spesific question yang menjadi topik atau tema diskusi, dinamika kelompok harus tetap terpusat pada tema dan group think harus dibangun dan menghindari dominasi pendapat individu. Syarat lainnya yang harus dipenuhi dalam wawancara kelompok adalah dalam hal pemilihan subjek atau partisipan. Menurut Ekowarni (2002) kelompok haruslah terdiri dari partisipan yang relatif homogen untuk menghindari konflik, tidak ada partisipan yang karena kedudukan, posisi, maupun status akan menimbulkan tekanan pada partisipan yang lain, partisipan memiliki pemahaman atau keterlibatan dalam tema diskusi dan jumlah partisipan dalam wawancara kelompok idealnya antara 6-12 orang. Sama halnya dengan bentuk wawancara sebelumnya, wawancara kelompok pun memiliki kekuatan dan kelemahan. Kekuatan Tidak mahal dan fleksibel Kaya akan data, lebih kumulatif dan elaboratif Merangsang responden Membantu ingatan Kelemahan Kekuatan wawancara ini tidak akan muncul jika wawancara tidak didasarkan pada suatu masalah Budaya kelompok yang muncul dapat mempengaruhi ekspresi individu Kelompok dapat didominasi oleh satu orang Format kelompok menyulitkan untuk penelitian tentang topik yang sensitif e. Wawancara Individual Wawancara individual adalah wawancara yang dilakukan perorangan maksudnya adalah pewawancara mewawancarai satu subjek. Terdapat beberapa tugas pewawancara saat melakukan wawancara individual, yaitu : Menjabarkan secara konkrit suatu jabatan atau pekerjaan, yang meliputi : peran dari pekerja, dan apa tugas-tugasnya. Kemudian menentukan hal lain yang berhubungan dengan komponen-komponen pekerjaan itu sendiri. Setelah itu pewawancara perlu pula untuk menentukan kualifikasi yang diperlukan untuk suatu posisi/jabatan/pekerjaan tertentu, keahlian yang diperlukan, serta pengalaman yang diperlukan dalam melakukan suatu pekerjaan. Hal ini berkaitan dengan bagaiman E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./

16 pekerjaan tersebut dapat dilakukan secara efektif oleh calon jika ia lolos seleksi nantinya. Menuliskan deskripsi jabatan secara garis besar Mengiklankan di media massa Mendaftarkan kriteria seleksi yang penting yang diperoleh dari penterjemahan analisa jabatan. Contohnya : jika pengalaman kerja merupakan hal yang penting maka pewawancara perlu memperjelas jenis atau tipe pengalaman yang dibutuhkan, berapa lama, dengan perusahaan siapa atau dengan siapa, dll. Memberikan bobot pada kriteria seleksi. Misalnya : 1. memiliki pengalaman 20 poin 2. memiliki kemampuan beradaptasi dan belajar 20 poin 3. keahlian manajemen 10 poin 4. mampu berkomunikasi 10 poin 5. dapat bekerjasama dengan orang lain 10 poin 6. memiliki antusiasme 5 poin Mulai menentukan struktur wawancara. Isinya dapat berupa daftar pertanyaan yang merupakan hasil penterjemahan dari beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh calon dalam melakukan suatu pekerjaan. Dari hasil wawancara tersebut dapat dilihat apakah calon memenuhi kriteria yang telah ditentukan atau tidak. Hal lain yang dapat dilakukan adalah pewawancara dapat menanyakan secara langsung pada subjek tentang pengalaman kerjanya. Atau dapat dilakukan dengan cara lain yaitu dengan menggunakan alat tes, misalnya alat tes psikometri (yang dapat mengungkap kepribadian, bakat atau kemampuan individu). Pada intinya wawancara individual ditujukan untuk mendapatkan data atau informasi yang faktual dari calon termasuk data yang hilang atau salah (berkaitan dengan latar belakang), untuk mendapatkan data yang sifatnya pribadi atau sensitif dan untuk melihat kemampuan komunikasi formal calon serta untuk mengetahui pengetahuan teknis yang dimiliki oleh calon. f. Wawacara Panel Wawancara bentuk panel banyak digunakan dalam proses seleksi karyawan. Alasan penggunaan wawancara bentuk ini adalah : Jika pemilik perusahaan merasa bahwa minat dari beberapa kelompok atau seksi dalam perusahaannya perlu untuk dilindungi kerahasiaannya. E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./

17 Jika anggota suatu organisasi memiliki keahlian khusus untuk turut melakukan seleksi terhadap calon (biasanya yang dipilih adalah orang yang bertanggung jawab atas pembuatan anajab dan pembuatan kriteria seleksi). Jika pemilik perusahaan atau organisasi ingin mencegah terjadinya bias dalam proses seleksi. Jika hasil dari seleksi perlu dipublikasikan pada perusahaan lain/cabang. E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./

Selamat membaca, mempelajari dan memahami

Selamat membaca, mempelajari dan memahami Selamat membaca, mempelajari dan memahami Materi Kuliah E-Learning mata kuliah Wawancara BENTUK-BENTUK WAWANCARA Oleh Dr. Triana Noor Edwina D.S., M.Si Bentuk-bentuk wawancara 1. Wawancara terstruktur

Lebih terperinci

RISET KUALITATIF DOSEN : DIANA MA RIFAH

RISET KUALITATIF DOSEN : DIANA MA RIFAH RISET KUALITATIF DOSEN : DIANA MA RIFAH PENDAHULUAN Data primer dapat berupa data yang sifatnya kualitatif maupun kuantitatif Kapanpun sebuah masalah ditangani, riset kuantitatif harus didahului oleh riset

Lebih terperinci

3. Metode Penelitian

3. Metode Penelitian 3. Metode Penelitian 3. 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif relevan untuk studi mengenai relasi sosial,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Kualitatif Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Dalam bab ini kita akan membahas pendekatan kualitatif yang dipilih sebagai pendekatan umum dan alasan dipilihnya pendekatan tersebut dalam penelitian ini. Kemudian akan ditentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Kualitatif Untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam dan khusus atas suatu fenomena, serta untuk dapat memahami manusia dalam segala kompleksitasnya sebagai makhluk

Lebih terperinci

IFA HANIFAH MISBACH, S.Psi, Psikolog UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

IFA HANIFAH MISBACH, S.Psi, Psikolog UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA IFA HANIFAH MISBACH, S.Psi, Psikolog UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Interview merupakan salah satu alat ukur untuk memperoleh informasi antara dua orang yang dilakukan dengan cara dua arah di dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan oleh peneliti maka metode yang dipakai adalah metode penelitian Kualitatif. Metode Penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti memilih pendekatan kualitatif karena dianggap

Lebih terperinci

PROSES WAWANCARA. E-Learning/Wawancara/NoviaSintaR/2016 1

PROSES WAWANCARA. E-Learning/Wawancara/NoviaSintaR/2016 1 PROSES WAWANCARA Sebelum melakukan wawancara, terlebih dahulu pewawancara harus melakukan persiapan wawancara. Secara umum persiapan yang harus dilakukan adalah : a. Tempat wawancara yang harus bebas dari

Lebih terperinci

Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Afid Burhanuddin Capaian Pembelajaran Mahasiswa mampu memahami sumber dan teknik pengumpulan data Indikator Mahasiswa mampu memahami sumber data dalam penelitian pendidikan.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. ilmiah yang terencana, terstruktur, sistematis dan memiliki tujuan tertentu

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. ilmiah yang terencana, terstruktur, sistematis dan memiliki tujuan tertentu BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Secara umum metode penelitian didefinisikan sebagai suatu kegiatan ilmiah yang terencana, terstruktur, sistematis dan memiliki tujuan tertentu baik praktis maupun teoritis (Semiawan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menganai Studi Tentang Orientasi Menghukum Anak Nakal yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menganai Studi Tentang Orientasi Menghukum Anak Nakal yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian menganai Studi Tentang Orientasi Menghukum Anak Nakal yang Dilakukan Penyidik Anak dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

D. FOCUS GROUP INTERVIEW/ DISCUSSION

D. FOCUS GROUP INTERVIEW/ DISCUSSION KULIAH 5 D. FOCUS GROUP INTERVIEW/ DISCUSSION IINTERVIEW DENGAN SEJUMLAH PARTISIPAN SEKALIGUS SEHINGGA TERJADI INTERAKSI BUKAN SAJA ANTARA PENGIKUT DAN PARTISIPAN, TETAPI JUGA ANTAR PARTISIPAN ATAU ANTAR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang

Lebih terperinci

THE COUNSELING INTERVIEW

THE COUNSELING INTERVIEW THE COUNSELING INTERVIEW Setiap orang yang biasa dipanggil sebagai konselor, bertugas untuk membantu subjek memperoleh insight dan kemampuan untuk mengatasi masalah fisik, emosi, finansial, akademis ataupun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian kualitatif, yaitu pendekatan induktif untuk menemukan atau mengembangkan pengetahuan yang memerlukan keterlibatan peneliti dalam mengidentifikasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Pengertian Wawancara

PENDAHULUAN. A. Pengertian Wawancara PENDAHULUAN A. Pengertian Wawancara Wawancara merupakan salah satu dari beberapa teknik dalam mengumpulkan informasi atau data. Pada awalnya teknik wawancara sangat jarang digunakan, tetapi pada abad ke-20

Lebih terperinci

Observasi dan Wawancara

Observasi dan Wawancara Observasi dan Wawancara Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Rizka Putri Utami, M.Psi Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Observasi Suatu cara pengumpulan data dg melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai

Lebih terperinci

Observasi dan Wawancara

Observasi dan Wawancara Observasi dan Wawancara Modul ke: Bias dalam penelitian Fakultas PSIKOLOGI Rizka Putri Utami, M.Psi Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Sumber utama bias Latar belakang Interviewer Umur Pendidikan

Lebih terperinci

KETERAMPILAN PEMIMPIN KELOMPOK S I T I R O H M A H N U R H A Y A T I

KETERAMPILAN PEMIMPIN KELOMPOK S I T I R O H M A H N U R H A Y A T I KETERAMPILAN PEMIMPIN KELOMPOK S I T I R O H M A H N U R H A Y A T I Kategori Keterampilan Kepemimpinan 1. Keterampilan reaksi Yaitu keterampilan untuk menanggapi, yang menjadikan pemimpin mudah untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 Komunikasi Teraupetik Menurut Stuart (1998), mengatakan komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN NO : LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi/siang/malam Bapak/Ibu/Kakak/Saudara/Teman sejawat, perkenalkan saya Kardina Hayati, Mahasiswa dari Program

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN Penelitian mengenai gambaran kemandirian anak tunggal dewasa muda menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode ini dipilih untuk mendapatkan pemahaman secara mendalam dan menyeluruh

Lebih terperinci

dibakukan berdasarkan pengukuran tertentu. Dalam pendekatan kualitatif dilakukan pemahaman

dibakukan berdasarkan pengukuran tertentu. Dalam pendekatan kualitatif dilakukan pemahaman BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian mengenai Proses Penyesuaian Diri di Lingkungan Sosial pada Remaja Putus Sekolah. Metodologi penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif ialah penelitian yang bermaksud untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Kualitatif Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan metode kualitatif. Poerwandari (2013) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan studi terhadap

Lebih terperinci

3. METODA. Universitas Indonesia

3. METODA. Universitas Indonesia 31 3. METODA Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsep diri pada mahasiswa yang melacurkan diri/terlibat prostitusi ( ayam kampus ). Maka untuk mendapatkan gambaran jawaban dari permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research).

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research). BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Masalah yang telah diuraikan sebelumnya dipecahkan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research). Melalui metode ini,

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. 23 Universitas Indonesia. Gambaran Penghayatan..., Mitra Atensi, FPSI UI, 2008

3. METODE PENELITIAN. 23 Universitas Indonesia. Gambaran Penghayatan..., Mitra Atensi, FPSI UI, 2008 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran makna hidup yang dihayati oleh relawan pemberdayaan masyarakat miskin. Makna hidup bersifat unik, spesifik, dan personal (Frankl dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. nantinya, sesuai dengan dengan metode penelitian kualitatif. yang menekankan pada kedalaman proses (Poerwandari,

BAB III METODE PENELITIAN. nantinya, sesuai dengan dengan metode penelitian kualitatif. yang menekankan pada kedalaman proses (Poerwandari, 60 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif karena peneliti mengharapkan suatu data yang mendalam nantinya, sesuai dengan dengan metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 121 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian Obyek utama penelitian implementasi kebijakan nasional dan peran pemerintah daerah dalam penghapusan perdagangan anak adalah Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel Tergantung Variabel Bebas : Kohesivitas kelompok : Konseling Kelompok B. Definisi operasional 1. Kohesivitas Kelompok Kohesivitas

Lebih terperinci

Observasi dan Wawancara

Observasi dan Wawancara Observasi dan Wawancara Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Rizka Putri Utami, M.Psi Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Research interview Definisi Qualitative research interview dilakukan untuk memperoleh

Lebih terperinci

Selamat membaca, mempelajari dan memahami materi kuliah elearning Wawancara

Selamat membaca, mempelajari dan memahami materi kuliah elearning Wawancara Selamat membaca, mempelajari dan memahami materi kuliah elearning Wawancara WAWANCARA SURVEY Oleh Dr. Triana Noor Edwina D.S., M.Si Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Wawancara Survey

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan jenis pendekatan fenomenologi

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan jenis pendekatan fenomenologi BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan jenis pendekatan fenomenologi dengan jenis diskusi kelompok dimana pendekatan penelitian yang penelaahannya kepada satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Untuk mendapatkan pemahaman yang menyeluruh dan mendalam mengenai gambaran harga diri remaja yang telah melakukan hubungan seks di luar nikah, peneliti

Lebih terperinci

Gambaran 26konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Metode Penelitian

Gambaran 26konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Metode Penelitian Gambaran 26konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, 2009 3. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memahami konsep pacaran dan perilaku pacaran pada remaja awal. Dalam bab ini akan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang pendekatan penelitian, karakteristik dan jumlah subjek penelitian, teknik pengambilan subjek, metode pengumpulan data, alat pengumpulan

Lebih terperinci

Modul ke: Salesmanship. Pengadaan & Seleksi Tenaga Penjual. Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi Manajemen. Rizal, S.ST.

Modul ke: Salesmanship. Pengadaan & Seleksi Tenaga Penjual. Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi Manajemen.  Rizal, S.ST. Modul ke: Salesmanship Pengadaan & Seleksi Tenaga Penjual Fakultas Ekonomi & Bisnis Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Rizal, S.ST., MM Kebutuhan Tenaga Penjual Untuk menjalankan fungsi penjualan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Titik berat dari penelitian yang dilakukan yaitu pada permasalahan kecemasan

BAB III METODE PENELITIAN. Titik berat dari penelitian yang dilakukan yaitu pada permasalahan kecemasan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yang ingin menggambarkan tentang suatu fenomena yang terjadi pada objek penelitian. Titik berat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 41 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Poerwandari (2005) menyebutkan bahwa pendekatan kualitatif digunakan jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam pendidikan. Perguruan Tinggi diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan penelitian kualitatif fenomenologis.

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan penelitian kualitatif fenomenologis. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Kualitatif Fenomenologis Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif fenomenologis. Peneliti memilih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan berbuat. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang. tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

BAB II KAJIAN TEORI. dan berbuat. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang. tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Motivasi Istilah motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak dan

Lebih terperinci

Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi

Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi Konseling Kelompok Salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik dan pengalaman belajar

Lebih terperinci

3 METODEPENELITIAN. Universitas Indonesia

3 METODEPENELITIAN. Universitas Indonesia 27 3 METODEPENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Pada penelitian ini, menggunakan tipe penelitian kualitatif. Tipe ini digunakan karena penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang mendalam tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian mengenai Konsep Diri Anak Jalanan usia Remaja. Bungin (2008), menjelaskan bahwa metode

Lebih terperinci

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc.

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc. EQ KEMAMPUAN EMOTIONAL INTELLIGENCE UNTUK MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN. Laporan untuk Sam Poole ID HC560419 Tanggal 23 Februari 2017 2013 Hogan Assessment Systems Inc. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Iskandar (2009), penelitian kualitatif digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Iskandar (2009), penelitian kualitatif digunakan untuk 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Penelitian Kualitatif Menurut Iskandar (2009), penelitian kualitatif digunakan untuk mengetahui makna yang tersembunyi, memahami interaksi sosial, mengembangkan teori, memastikan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG Ketika karyawan baru dipekerjakan, mereka tidak mungkin mampu beradaptasi dgn pekerjaan secara sempurna meskipun mereka lolos seleksi y

LATAR BELAKANG Ketika karyawan baru dipekerjakan, mereka tidak mungkin mampu beradaptasi dgn pekerjaan secara sempurna meskipun mereka lolos seleksi y PELATIHAN LATAR BELAKANG Ketika karyawan baru dipekerjakan, mereka tidak mungkin mampu beradaptasi dgn pekerjaan secara sempurna meskipun mereka lolos seleksi yang ketat Ketika pekerjaan/posisi baru diciptakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut maka digunakan metodologi penelitian sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut maka digunakan metodologi penelitian sebagai berikut: BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara mendalam mengenai pengalaman psikologis pada remaja yang mengalami perceraian orangtua. Untuk mengetahui hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan itu dipersepsikan akan berpengaruh negatif terhadap dirinya. Pada. lebih kuat dibandingkan dengan masa-masa biasa.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan itu dipersepsikan akan berpengaruh negatif terhadap dirinya. Pada. lebih kuat dibandingkan dengan masa-masa biasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat anggota organisasi mendengar dan mengetahui akan diadakan perubahan organisasi, reaksi pertama mereka pada umumnya adalah shock. Hal ini menandakan

Lebih terperinci

PENGUMPULAN DATA. Pengumpulan Data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.

PENGUMPULAN DATA. Pengumpulan Data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. PENGUMPULAN DATA Pertemuan ke-10 Pengumpulan Data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Metode Pengumpulan data : 1. Pengamatan langsung (Observasi) 2. Wawancara

Lebih terperinci

Adapun tiga teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah angket, observasi dan wawancara.

Adapun tiga teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah angket, observasi dan wawancara. Metode Pengumpulan Data Metode Pengumpulan Data by Hendryadi A. Sumber Data Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN PENELITIAN SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bersedia untuk turut berpartisipasi menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian kualitatif bertujuan untuk menggambarkan realitas yang kompleks dan memperoleh pemahaman makna dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dengan mempertimbangkan: pemahaman peneliti terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dengan mempertimbangkan: pemahaman peneliti terhadap BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Disain penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu suatu proses yang naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah

Lebih terperinci

Komunikasi risiko 1 LAMPIRAN 2. Definisi dan tujuan

Komunikasi risiko 1 LAMPIRAN 2. Definisi dan tujuan 218 Penyakit bawaan makanan: fokus pendidikan kesehatan LAMPIRAN 2 Komunikasi risiko 1 Definisi dan tujuan Komunikasi risiko merupakan pertukaran informasi dan pandangan mengenai risiko serta faktor-faktor

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Fenomena perempuan bercadar merupakan sebuah realitas sosial yang terjadi di tengah masyarakat kita. Fenomena yang terjadi secara alamiah dalam setting dunia

Lebih terperinci

Rissalwan H. Lubis Direktur Eksekutif LKPS

Rissalwan H. Lubis Direktur Eksekutif LKPS Rissalwan H. Lubis Direktur Eksekutif LKPS Instrumen yang digunakan Jumlah orang yang diwawancara Wawancara mendalam peneliti adalah instrumen Wawancara semi terstruktur mengguna pedoman umum wawancara,

Lebih terperinci

Pengantar Psikodianostik

Pengantar Psikodianostik Modul ke: Pengantar Psikodianostik WAWANCARA Fakultas PSIKOLOGI Wenny Hikmah Syahputri, M.Psi., Psi. Program Studi Psikologi Defenisi Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara Tanya jawab sepihak

Lebih terperinci

K U E S I O N E R PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA MANAJER

K U E S I O N E R PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA MANAJER K U E S I O N E R PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA MANAJER Mohon Bapak/Ibu untuk mengisi daftar pertanyaan berikut : Identitas Responden : Nama :. Usia : tahun Jenis Kelamin : ( ) Pria (

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian mengenai kebahagiaan pada orang dengan epilepsi (ODE) ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang cenderung mengarah kepada metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang dialami individu dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Herdiansyah. sehingga mampu mengembangkan pola dan relasi makna.

BAB III METODE PENELITIAN. yang dialami individu dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Herdiansyah. sehingga mampu mengembangkan pola dan relasi makna. 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian kualitatif adalah metode yang menggambarkan individu secara menyeluruh dengan tidak menggolongkan individu ke dalam variabel atau hipotesis (Poerwandari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator. memperlakukan komunikannya secara manusiawi dan menciptakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator. memperlakukan komunikannya secara manusiawi dan menciptakan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Relations merupakan suatu hubungan yang terjalin antara individu satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator memperlakukan komunikannya secara

Lebih terperinci

Membangun Ketrampilan Memfasilitasi

Membangun Ketrampilan Memfasilitasi Membangun Ketrampilan Memfasilitasi Fasilitasi menjelaskan proses membawa satu kelompok melalui cara pembelajaran, atau berubah dengan cara yang mendorong semua anggota kelompok tersebut, untuk berpartisipasi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Poerwandari (2005) menyebutkan bahwa pendekatan kualitatif digunakan jika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pengetahuan Komunikasi Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah

Lebih terperinci

ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN

ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelompok merupakan kesatuan unit yang terkecil dalam masyarakat. Individu merupakan kesatuan dari kelompok tersebut. Anggota kelompok tersebut merupakan individu-individu

Lebih terperinci

PENGADAAN DAN SELAKSI TENAGA PENJUAL

PENGADAAN DAN SELAKSI TENAGA PENJUAL PENGADAAN DAN SELAKSI TENAGA PENJUAL Modul ke: Pokok Bahasan Modul - Kebutuhan Personel - Kriteria Mencari Tenaga Penjual - Sumber Pencarian Pelamar Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian kualitatif adalah

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian kualitatif adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang secara khusus menggali

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

06/11/12. Satu bulan kemudian

06/11/12. Satu bulan kemudian Mulai mengerjakan skripsi menjadi pekerjaan yag kadang menjemukan bagi mahasiswa semester akhir. Menjemukan karena sudah terbayang segala keribetan/kerumitan. 2 M: Bapak punya topik buat penelitian saya?

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN KATA PENGANTAR Saya adalah mahasiswa Psikologi. Saat ini saya sedang melakukan suatu penelitian untuk tugas akhir saya (skripsi) mengenai kecerdasan dari Pemimpin Kelompok Kecil (PKK) Persekutuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar,

BAB I PENDAHULUAN. belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar merupakan kegiatan utama dalam setiap usaha pendidikan. Tanpa belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar, sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sesuatu yang berada di luar individu, manusia tidak secara sederhana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sesuatu yang berada di luar individu, manusia tidak secara sederhana BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.A Tipe Penelitian Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif. pandangan dasar pendekatan kualitatif menurut Sarantakos (1993) antara lain adalah suatu realitas

Lebih terperinci

Profil Kepribadian. Online - 13 COntoh User STAFF / OFFICER All Manajemen Umum. TANGGAL PEMERIKSAAN : 13-Feb-2012 T:DISC

Profil Kepribadian. Online - 13 COntoh User STAFF / OFFICER All Manajemen Umum. TANGGAL PEMERIKSAAN : 13-Feb-2012 T:DISC Page 1 of 7 Profil Kepribadian COntoh User STAFF / OFFICER All Manajemen Umum TANGGAL PEMERIKSAAN : 13-Feb-2012 T:DISC Page 2 of 7 PENJELASAN UMUM MENGENAI PROFIL KEPRIBADIAN Profil kepribadian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

pertama di lapangan. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui informasi terkait strategi

pertama di lapangan. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui informasi terkait strategi BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Latar Penelitian dilakukan pada PT Energi Mega Persada yang berada di Jalan HR. Rasuna Said, Komplek Rasuna Epicentrum, Bakrie Tower lantai 22 lantai 32. 3.2 Sumber

Lebih terperinci

PANDUAN MENGATASI HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN

PANDUAN MENGATASI HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN PANDUAN MENGATASI HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN I Pendahuluan Rumah sakit sering kali harus melayani komunitas dengan berbagai keragaman. Ada pasien-pasien yang mungkin telah berumur, atau menderita cacat,

Lebih terperinci

PENERAPAN PENELITIAN TINDAKAN DAN PEMANFAATAN HASILNYA DI SUSUN OLEH ; YUSI RIKSA YUSTIANA

PENERAPAN PENELITIAN TINDAKAN DAN PEMANFAATAN HASILNYA DI SUSUN OLEH ; YUSI RIKSA YUSTIANA PENERAPAN PENELITIAN TINDAKAN DAN PEMANFAATAN HASILNYA DI SUSUN OLEH ; YUSI RIKSA YUSTIANA JURUSAN PPB FIP UPI BANDUNG 1999 I PENDAHULUAN A. TUJUAN Setelah mempelajari modul ini diharpakan : 1. mampu melaksanakan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Universitas Indonesia

3. METODE PENELITIAN. Universitas Indonesia 24 3. METODE PENELITIAN 3. 1. Pendekatan Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Menurut Sarantakos (1993, dalam Poerwandari, 2005), terdapat beberapa pandangan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PBPP46201 Observasi dan Wawancara Disusun oleh: Herio Rizki Dewinda, M.Psi, Psikolog Zera Mendoza, M.Psi, Psikolog PROGRAM STUDI S1 PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Keterampilan Mengajar Guru 2.1.1 Pengertian Keterampilan Mengajar Guru. Keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam mengubah sesuatu hal menjadi lebih bernilai dan memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah : BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel tergantung (dependent variable/ effectual variable) : kualitas hidup 2. Variabel bebas (independent

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku organisasi yang merupakan pencerminan dari perilaku dan sikap orang-orang yang terdapat dalam organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Rekrutmen Menurut Samsudin (2006:81) Rekrutmen adalah proses mendapatkan sejumlah calon tenaga kerja yang kualifaid untuk jabatan/pekerjaan tertentu dalam suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB III tt * Pi, >\SM 7 #

BAB III tt * Pi, >\SM 7 # BAB III tt * Pi, >\SM 7 # PROSEDUR PENELITIAN V " i** \\ «*. * A. Metode Penelitian Metode merupakan hal yang sangat penting diperlukan dalam suatu penelitian dengan tujuan untuk memandu seorang peneliti.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

Daftar lsi Singkat. Mengembangkan Komunikasi dalam Hubungan. Struktur dari Komunikasi Interpersonal. Sab8. Bab7. Bab1. Bab2. Bab9. Bab3.

Daftar lsi Singkat. Mengembangkan Komunikasi dalam Hubungan. Struktur dari Komunikasi Interpersonal. Sab8. Bab7. Bab1. Bab2. Bab9. Bab3. Daftar lsi Singkat Daftar lsi Pengantar Pendahuluan Struktur dari Komunikasi Interpersonal Bab1 Pembahasan Awal Mengenai Komunikasi Interpersonal v xi 11 Mengembangkan Komunikasi dalam Hubungan Bab7 Emosi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri 1 Yogyakarta, SMK Negeri 2 Yogyakarta, SMK Negeri 3 Yogyakarta, SMK Negeri 4

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri 1 Yogyakarta, SMK Negeri 2 Yogyakarta, SMK Negeri 3 Yogyakarta, SMK Negeri 4 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan Negeri se-kota Yogyakarta merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian. Ada tujuh sekolah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORETIK. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Komunikasi Matematis a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis Agus (2003) komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian makna

Lebih terperinci

PSIKODIAGNOSTIKA 3: WAWANCARA

PSIKODIAGNOSTIKA 3: WAWANCARA PSIKODIAGNOSTIKA 3: WAWANCARA POKOK BAHASAN Elemen-elemen penting wawancara Bentuk-bentuk wawancara tradisional Bentuk-bentuk wawancara non tradisional ELEMEN PENTING WAWANCARA Interaktif Proses Pihak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi deskriptif. Hal ini berarti bahwa penelitian. menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi deskriptif. Hal ini berarti bahwa penelitian. menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Penelitian ini akan menerapkan metode kualitatif dengan pendekatan studi deskriptif. Hal ini berarti bahwa penelitian kualitatif berupaya untuk memahami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memperdalam makna individu atau kelompok dalam masalah sosial maupun

BAB III METODE PENELITIAN. memperdalam makna individu atau kelompok dalam masalah sosial maupun BAB III METODE PENELITIAN A. Penelitian Kualitatif Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan untuk memahami dan memperdalam makna individu atau kelompok dalam masalah sosial maupun masalah manusia.

Lebih terperinci