STUDI PENENTUAN KEDALAMAN RETAK MEMANJANG PADA POROS PROPELLER MENGGUNAKAN METODE ULTRASONIK
|
|
- Sonny Muljana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1 STUDI PENENTUAN KEDALAMAN RETAK MEMANJANG PADA POROS PROPELLER MENGGUNAKAN METODE ULTRASONIK Yusuf Thalib, dan Wing Hendroprasetyo AP. ST. M.Eng. Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Indonesia Abstrak Retak pada poros perlu diketahui kedalamannya untuk ditentukan apakah poros dapat diperbaiki atau perlu diganti. Untuk menentukan kedalaman retak pada poros propeller, dapat digunakan pengujian tidak merusak yaitu ultrasonik. tetapi tidak ada teknik yang telah teruji atau credible standard operating procedure untuk menentukan kedalaman retak pada poros propeller dan hal itu yang menjadi landasan pengambilan tugas akhir ini. Sehingga perlu dilakukan studi penentuan kedalaman retak memanjang pada poros propeller dengan menggunakan metode pengujian ultrasonik. Studi penentuan kedalaman retak dilakukan melalui eksperimen pengujian ultrasonik pada 3 variasi diameter (100,200 dan 300 mm), 2 variasi kedalaman retak yang memanjang poros (2,5 dan 5 mm) dan 3 variasi probe sudut 4 MHz (45,60,70 ). Modifikasi pada sederhana sepatu probe, menghitung dan membuat model dari beam spread dan memodelkan retak untuk intepretasi kedalaman. Setelah didapatkan hasil eksperimen dan dilakukan analisa didapatkan tingkat akurasi tertinggi untuk variasi diameter 100 dan 200 mm adalah probe sudut 45 sedangkan diameter 300 mm adalah probe 60. Dari hasil pembahasan didapatkan selain dipengaruhi karakteristik probe itu sendiri (sudut, frekuensi, ukuran cristal), tingkat akurasi probe juga dipengaruhi oleh karakteristik material yang akan diperiksa (diameter dan kedalaman retak). setiap sudut dari probe memiliki kemampuan berbeda dalam mendeteksi kedalaman retak maksimal pada diameter material yang berbeda. Hasil dari studi ini adalah didapatkannya maximum detecable crack depth effect beserta persamaannya dan standard operating procedure (SOP) penentuan kedalaman retak memanjang pada poros. Kata Kunci Ultrasonik, Poros, Probe Sudut, Maximum Detectable Crack Depth, Standard Operating Procedure.. I. PENDAHULUAN etak pada poros perlu diketahui kedalamannya untuk Rditentukan apakah poros dapat diperbaiki atau perlu diganti. Untuk menentukan kedalaman retak pada poros propeller, dapat digunakan pengujian tidak merusak yaitu ultrasonik. tetapi tidak ada teknik yang telah teruji atau credible standard operating procedure untuk menentukan kedalaman retak pada poros propeller dan hal itu yang menjadi landasan pengambilan tugas akhir ini. Prinsip dari studi ini adalah melakukan eksperimen pengujian ultrasonik pada potongan shaft menggunakan metode 20 db drop untuk mengetahui kedalaman retak permukaan buatan. Sehingga dari eksperimen itu dapat diketahui tingkat akurasi dan prilaku gelombang ultrasonik pada material berbentuk lingkaran pejal. Dari hasil eksperimen, didapatkan hasil intepretarsi kedalaman yang akan dianalisa dan dibahas, yang dari hasil pembahasannya menjadi acuan dalam membuat standrad operating procedure. Variasi transducer 8 x 9 mm 4 MHz (45,60,70 ). Variasi diameter material 100 mm, 200 mm, 300 mm. Variasi kedalaman retak 2.5 mm dan 5 mm. Untuk selanjutnya jurnal ini disusun sebagai berikut. Pada bab dua, terdapat teori dasar ultrasonik, beam spread, db drop. Pada bab tiga, bagaimana eksperimen dilakukan. Pada bab empat, ditunjukan hasil eksperimen, hasil analisa. Pada bab lima, terdapat hasil pembahasan. Pada bab enam, terdapat persamaan untuk menghitung kedalaman retak maksimal dan standard operating procedure. Pada bab tujuh, ringkasan dari penelitian ini dan petunjuk untuk penelitian selanjutnya. II. DASAR TEORI A. Teori Dasar Ultrasonik Suara adalah sebuah getaran dan memiliki frekuensi tertentu. Sedangkan gelombang ultrasonik adalah getaran yang di atas 20 KHz. Pengujian ultrasonik adalah proses pengaplikasian gelombang ultrasonik pada sebuah spesimen untuk menentukan kemulusan, ketebalan, atau beberapa sifat fisik lainnya. B. Beam Spread Penyebaran suara yang diukur pada daerah far zone dari geombang suara. Penggunaan beam spread dalam pengujian ultrasonik dilakukan dengan cara memerhatikan penurunan amplitudo pada UTFD. C. Sistem db drop Satuan db dipakai untuk mengukur intensitas suara. db drop adalah perbandingan hilangnya atau bertambahnya intensitas suara. Gambar II.1. Ilustrasi db Drop pada Beam Spread
2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 2 III. METEDOLOGI PENELITIAN A. Pengadaan Material Pengadaan material baja karbon dengan spesifikasi sebagai berikut: 1. Baja karbon berdiameter 100 mm, lebar 25 mm sebanyak 2 buah, 2. Baja karbon berdiameter 200 mm, lebar 25 mm sebanyak 2 buah, 3. Baja karbon berdiameter 300 mm, lebar 25 mm sebanyak 2 buah. B. Pembuatan Retak Buatan Pembuatan cacat buatan menggunakan dengan spesifikasi Gambar III.1. Desain Penempatan Retak Buatan Tabel III.1. Ukuran Crack No. Diameter material Kedalaman (mm) Lebar (mm) (mm) C. Verivikasi Retak Buatan Verifikasi dilakukan karena retak buatan dibuat oleh pihak ketiga. D. Pengadaan Peralatan Peralatan yang digunakan : 1) Ultrasonic Flaw Detector (UTFD) 2) Couplant 3) Probe yang sepatunya sudah dimodifikasi 4) Penggaris fleksibel 5) Model Beam Spread E. Kalibrasi Peralatan 1) Mengatur velocity gelombang shear. 2) Mengatur x-value. 3) Memastikan gelombang mengenai ujung atas retak. 4) Mengatur zero level. F. Scanning Material Proses scanning material menggunakan metode 20 db drop. G. Intepretasi Kedalaman Intepretasi menggunakan model material dan beam spread. Sudut Probe IV. ANALISA Tabel IV.1. Hasil Intepretasi Kedalaman Diameter Material Uji 100 mm 200 mm 300 mm 100 mm 200 mm 300 mm 100 mm 200 mm 300 mm Kedalaman Retak Buatan Hasil Intepretasi Kedalaman Retak Tingkat Error Tingkat Akurasi 2.50 mm 2.36 mm 05.6 % 94.4 % 5.00 mm 4.19 mm 16.2 % 83.8 % 2.50 mm 2.34 mm 06.4 % 93.6 % 5.00 mm 5.11 mm 02.2 % 97.8 % 2.50 mm 2.67 mm 06.8 % 93.2 % 5.00 mm 5.21 mm 04.2 % 95.8 % 2.50 mm 2.29 mm 08.4 % 91.6 % 5.00 mm 4.05 mm 19.0 % 81.0 % 2.50 mm 2.40 mm 04.0 % 96.0 % 5.00 mm 4.58 mm 08.4 % 91.6 % 2.50 mm 2.31 mm 07.6 % 92.4 % 5.00 mm 4.93 mm 01.4 % 98.6 % 2.50 mm 0.00 mm % 00.0 % 5.00 mm 0.00 mm % 00.0 % 2.50 mm 2.56 mm 02.4 % 97.6 % 5.00 mm 3.40 mm 32.0 % 68.0 % 2.50 mm 2.38 mm 04.8 % 95.2 % 5.00 mm 4.66 mm 06.8 % 93.2 % Tingkat Akurasi Per- Diameter 89.1 % 95.7 % 94.5 % 86.3 % 93.8 % 95.5 % 00.0 % 82.8 % 94.2 % A. Variabel Diamater 1) 100 mm i. Akurasi Scanning pada ø 100 mm: Probe sudut 45. ii. Akurasi scanning retak 2,5 mm : Probe sudut 45. iii. Akurasi scanning retak 5 mm : Probe sudut 45. iv. Probe sudut 70 tidak dapat dipakai untuk scanning. 2) 200 mm i. Akurasi Scanning pada ø 200 mm: Probe sudut 45. ii. Akurasi scanning retak 2,5 mm : Probe sudut 70. iii. Akurasi scanning retak 5 mm : Probe sudut 45. 3) 300 mm i. Akurasi Scanning pada ø 300 mm: Probe sudut 60. ii. Akurasi scanning retak 2,5 mm : Probe sudut 70. iii. Akurasi scanning retak 5 mm : Probe sudut 60. B. Variabel Kedalaman 1) 2,5 mm i. Akurasi scanning pada ø 100 mm : Probe sudut 45. ii. Akurasi scanning pada ø 200 mm : Probe sudut 70. iii. Akurasi scanning pada ø 300 mm : Probe sudut 70. 2) 5 mm i. Akurasi scanning pada ø 100 mm : Probe sudut 45. ii. Akurasi scanning pada ø 200 mm : Probe sudut 45. iii. Akurasi scanning pada ø 300 mm : Probe sudut 60.
3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 3 V. PEMBAHASAN A. Pengaruh Geometris Material Terhadap Karakteristik Beam Spread Bentuk material yang mempunyai penampang permukaan lingkaran, membuat scanning lebih susah dibanding material yang mempunyai permukaan yang datar atau lebih dikenal dengan fenomena penyebaran geometris (geometrical spreading). C. Pengaruh Kedalaman Retak Terhadap Akurasi Scanning Gambar V.1. Ilustrasi Beam Spread Pada Material Berpenampang Persegi Gambar V.2. Ilustrasi Beam Spread Pada Material Berpenampang Persegi karakteristik beam spread pada material berpenampang lingkaran memiliki radius scanning tertentu dan tidak dapat melakukan scanning pada seluruh penampang material. sehingga membutuhkan cara scanning dan pemakaian model beam spread yang lebih khusus dari biasanya. B. Pengaruh Diameter Terhadap Tingkat Akurasi Scanning Gambar V.3. Ilustrasi Perbandingan Jarak yang Diakibatkan Diameter dan Sudut Probe Besar kecil diameter material berarti berpengaruh kepada jarak yang ditempuh oleh gelombang suara. Semakin besar diameter material semakin jauh pula jarak yang perlu ditempuh oleh gelombang suara. Selain ukuran diameter pengaruh besar kecil sudut probe juga mempengaruhi jarak yang akan ditempuh oleh gelombang suara. Semakin besar sudut yang dipakai semakin kecil jarak yang ditempuh oleh gelombang suara. Gambar V.4. Perbandingan Jarak Sumber suara dan Pusat Berkas Suara dengan Ujung Bawah Retak Pada diameter 300 mm, terjadi peningkatan akurasi untuk tingkat akurasi per-kedalaman retak pada probe sudut 45 dan 60. Hal tersebut dikarenakan posisi probe pada waktu melakukan scanning kedalaman retak yang lebih dalam (5 mm) mengharuskan probe digeser lebih mendekati posisi retak, sehingga sisi beam spread yang mengenai ujung retak, berada pada posisi yang lebih dekat dengan sumber suara dan dari pusat berkas suara. D. Pengaruh Kedalaman Retak Maksimal yang Dapat Dideteksi Table V.1. Hasil Perhitungan Kedalaman Retak Yang Dapat Dideteksi Sudut Diameter Maksimum Detectable Crack Depth 100 mm mm 200 mm mm 300 mm mm 100 mm mm 200 mm mm 300 mm mm 100 mm mm 200 mm mm 300 mm mm Tinggi Retak Buatan Hasil Pengujian Akurasi 2.5 mm 2.36 mm 94.4 % 5.0 mm 4.19 mm 83.8 % 2.5 mm 2.34 mm 93.6 % 5.0 mm 5.11 mm 97.8 % 2.5 mm 2.67 mm 93.2 % 5.0 mm 5.21 mm 95.8 % 2.5 mm 2.29 mm 91.6 % 5.0 mm 4.05 mm 81.0 % 2.5 mm 2.40 mm 96.0 % 5.0 mm 4.58 mm 91.6 % 2.5 mm 2.31 mm 92.4 % 5.0 mm 4.93 mm 98.6 % 2.5 mm 0.00 mm 00.0 % 5.0 mm 0.00 mm 00.0 % 2.5 mm 2.56 mm 97.6 % 5.0 mm 3.40 mm 68.0 % 2.5 mm 2.38 mm 95.2 % 5.0 mm 4.66 mm 93.2 % Dengan melihat pengaruh bentuk geometris dan diameter material uji dan kedalaman retak terhadap tingkat akurasi scanning probe sudut maka diperlukan persamaan matematis untuk memperkirakan kemampuan pendeteksian kedalaman retak maksimal yang dapat dideteksi oleh probe sudut. Dengan asumsi arah retak tegak lurus dengan permukaan material, tabel V.1. merupakan hasil perhitungan kedalaman retak maksimal yang dapat dideteksi menggunakan persamaan M.D.C.D..
4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 4 Hasil Perhitungan M.D.C.D. pada tabel V.1. menjelaskan mengapa probe sudut 70 tidak dapat melakukan scanning sama sekali pada material berdiameter 100 mm. VI. HASIL A. Pengaruh Kedalaman Retak Maksimal yang Dapat Dideteksi dan Persamaannya Pengertian maximum detecable crack depth effect adalah keterbatasan kemampuan pendeteksian kedalaman retak maksimal pada suatu probe sudut yang dipengaruhi oleh karakteristik material berbentuk lingkaran (diameter dan kecepatan rambat suara) dan karakteristik beam spread dari probe itu sendiri (frekuensi, bentuk kristal, ukuran kristal dan sudut), dari pengertian tersebut didapatkan persamaan 1 (M.D.C.D.) cos (1) Dimana : M.D.C.D.: Maximum Detectable Crack Depth r : Jari-jari material : Sudut Tranducer (45,60,70 adalah sudut yang disarankan) Ø : Setengah sudut penyebaran berkas (half beam spread angle) Persamaan M.D.C.D. mempunya batasan sebagai 1) Hanya bisa dipakai pada material berpenampang lingkaran pejal. 2) Hanya bisa dipakai pada retak permukaan. 3) Dengan anggapan arah kedalaman retak tegak lurus dengan permukaan material. 4) Persamaan ini tidak memperhitungkan pengaruh near zone. B. Standard Operating Procedure 1) Siapkan peralatan a. UTFD b. Couplant c. Penggaris fleksibel d. Probe 2) Modifikasi sepatu probe sesuai kontur permukaan material 3) Ketahui diameter material 4) Hitung karakteristik probe sudut menggunakan persamaan a. b. c. Dimana : d cos Dimana : : Panjang Gelombang ( Lambda ) V : Cepat Rambat Suara ( Km/s) f : Frekuensi ( Mhz ) Ø : Setengah sudut penyebaran berkas (half beam spread angle) k db : factor untuk db drop D : Tinggi kristal transducer N : Panjang Near Field (mm) k : Aspect ratio constant, M.D.C.D. : Maximum Detectable Crack Depth r : Jari-jari material poros : Sudut Tranducer 5) Kalibrasi peralatan sebagai a. Ketahui letak retak permukaan pada material menggunakan metode NDT yang lain. b. Masukkan velocity gelombang tranversal material yang akan diperiksa pada UTFD. c. Massuk nilai x-value pada UTFD. d. Scan material sehingga mendapatkan pulsa tertinggi dan atur ketinggian pulsa sebesar 80% FSH. e. Pastikan sinyal tertinggi sudah memantul pada ujung atas retak dengan teknik finger damping. Apabila sinyal berkurang ketika disentuh maka dapat dipastikan gelombang ultrasonik sudah memantul pada ujung atas retak. Gambar VI.1. Memastikan Posisi Gelombang dengan Finger Damping f. Ukur jarak dari retak ke ujung depan probe menggunakan penggaris fleksibel. Atur zero level pada UTFD sehingga nilai sound path sama dengan nilai yang yang ditunjukkan penggaris fleksibel. g. Ulangi langkah diatas untuk proses kalibrasi probe yang berbeda dan diameter material yang berbeda. 6) Scan material menggunakan metode 20 db drop sebagai a. Siapkan probe dengan sudut terkecil. Antara 45, 60, 70. b. Scan material secara memutar sampai menemukan indikasi. c. Cari pulsa tertinggi dari material. d. Pastikan dengan teknik finger damping. e. Atur gain hingga tinggi pulsa di layar mencapai 80% FSH. f. Ukur jarak antara ujung depan probe dan retak menggunakan penggaris fleksibel jarak itu sebagai sound distance (SD) g. Catat jarak sound distance (SD 0) h. Majukan probe ke depan hingga tinggi pulsa di layar turun hingga 8% FSH (20dB drop) i. Catat jarak sound distance (SD 1 ) j. Ulangi langkah b sampai i menggunakan probe dengan sudut yang lebih besar, apabila dalam proses scanning tidak ada gangguan lanjutkan
5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 5 menggunakan sudut lebih besar lagi, hingga variasi sudut terbesar. Catatan : Urutan penggunaan probe dari sudut yang terkecil hingga sudut terbesar. Tujuan penggunaan probe dari yang terkecil adalah untuk mendapatkan tingkat akurasi (resolusi cacat) tertinggi dalam intepretasi kedalaman retak. Jika dalam proses scanning terdapat gangguan, tidak perlu melakukan scanning ulang menggunakan probe dengan sudut yang lebih besar. Disarankan agar teknisi lebih fokus kepada probe yang sedang digunakan sehingga mendapatkan hasil dengan tingkat akurasi yang tinggi dan menulis remark susah (difficult) pada laporannya. Berikut beberapa jenis ganguan yang ada pada proses scanning : i. Pulsa berpindah-pindah. ii. Tidak bisa menemukan pulsa tertinggi. iii. Tidak bisa menemukan tinggi pulsa 8% FSH. iv. Muncul pulsa gelombang permukaan yang mengganggu pembacaan pada layar. 7) Persiapkan gambar/print model beam spread dari probe yang dipakai pada plastik transparan. 8) Persiapkan gambar/print model material pada kertas (polos atau milimeter) dan tempelkan pada kertas yang lebih tebal (karton/kardus). 10) Tempelkan model beam spread yang sumbu pusat ditaruh tepat pada posisi SD 0 dan tegak lurus dengan sumbu pusat lingkaran di kertas grafik. Tandai lokasi beam axis yang menyentuh tepi lingkaran pada kertas grafik. Tanda itu sebagai ujung atas retakan. Gambar VI.4. Beam Axis Menyentuh Tepi Lingkaran dan Tanda Ujung Atas Retak 11) Tarik garis putus-putus dari ujung atas retak ke pusat diameter material uji. Garis ini sebagai sumbu retak. Gambar VI.5. Sumbu Retak 12) Tempelkan model beam spread yang sumbu pusat ditaruh tepat pada posisi SD 1. Beri tanda pada titik perpotongan antara beam boundary sebelah atas dengan sumbu retak. Gambar VI.2. Penampang Material Uji di Kertas Grafik 9) Beri tanda lokasi SD 0 dan SD 1 pada garis tepi lingkaran, posisi SD 0 diukur dari ujung atas retak buatan dan mengikuti kontur material uji. Tandai SD 0 di sembarang tepi lingkaran Tandai SD 1 di sebelah kanan (di depan) SD 0 lokasi SD 1= SD 0 SD 1 Gambar VI.6. Beam Spread Boundary Berpotongan dengan Sumbu Retak 13) Tinggi retak adalah jarak antara titik ujung atas retak dan titik perpotongan beam boundary sebelah atas dengan sumbu retak. Gambar VI.3. Posisi Pemberian Tanda SD0 dan SD1 Gambar VI.7. Tinggi Retak
6 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 6 14) Ukur tinggi retak menggunakan penggaris/sketchmark. 15) Ulangi dari langkah nomor 7 untuk hasil scanning dengan menggunakan sudut yang yang lebih besar. 16) Setelah didapa hasil intepretasi kedalaman retak, teknisi UT melakukan penentuan kedalaman retak yang dipakai sebagai: a. Perhatikan hasil perhitungan M.D.C.D. probe sudut yang mendapat remark mudah b. Apabila ada kedalaman retak yang mendekati hasil perhitungan M.D.C.D. probe sudut dan mendapatkan hasil remark susah (difficult), kedalaman retaknya tidak dapat diambil sebagai pembanding. c. Hanya perhatikan dan bandingkan hasil kedalaman retak dengan remark mudah (easy). d. Dengan anggapan bahwa hanya 3 jenis probe sudut (45,60,70 ) yang biasa digunakan dan proses scanning dimulai dari sudut terkecil hingga sudut terbesar. Ada 4 kemungkinan remark dalam proses scanning dengan urutan sebagai berikut beserta cara menentukan kedalaman retak yang diambil : i. Sudut 45 dengan remark mudah (easy) Sudut 60 dengan remark mudah (easy) Sudut 70 dengan remark mudah (easy) Kedalaman retak yang diambil dari hasil intepretasi kedalaman retak probe dengan sudut 70. ii. Sudut 45 dengan remark mudah (easy) Sudut 60 dengan remark mudah (easy) Sudut 70 dengan remark sulit (difficult) Kedalaman retak yang diambil dari hasil intepretasi kedalaman retak probe dengan sudut 60. iii. Sudut 45 dengan remark mudah (easy) Sudut 60 dengan remark sulit (difficult) Kedalaman retak yang diambil dari hasil intepretasi kedalaman retak probe dengan sudut 45. iv. Sudut 45 dengan remark sulit (difficult) Disarankan hasil intepretasi kedalaman retak tidak dipakai dan menggunakan metode NDT yang lain untuk mengukur kedalaman retak. VII. KESIMPULAN 1) Penentuan kedalaman retak pada poros propeller yang menggunakan metode ultrasonik tidak dapat menggunakan teknik biasa (standard technique) tetapi harus menggunakan teknik khusus (special technique). 2) Tingkat akurasi tertinggi probe sudut pada masingmasing diameter material dapat diurutkan sebagai (Diameter material Probe sudut) Ø , Ø , Ø , 3) Tingkat akurasi tertinggi probe sudut pada masingmasing kedalaman retak dapat diurutkan sebagai (Kedalaman retak Diameter material Sudut probe) 2.5 mm Ø 100 mm 45, 2.5 mm Ø 200 mm 70, 2.5 mm Ø 300 mm 70, 5.0 mm Ø 100 mm 45, 5.0 mm Ø 200 mm 45, 5.0 mm Ø 300 mm 60. 4) Keterbatasan kemampuan pendeteksian kedalaman retak maksimal pada suatu probe sudut yang dipengaruhi oleh karakteristik material berbentuk lingkaran (diameter dan kecepatan rambat suara) dan karakteristik beam spread dari probe itu sendiri (frekuensi, bentuk kristal, ukuran kristal dan sudut). 5) Didapatkannya persamaan M.D.C.D. untuk menghitung Maximum Detectable Crack Depth effect. 6) Didapatkan Standard Operating Procedure (S.O.P.) yang telah teruji DAFTAR PUSTAKA [1] ASME, 2011a Section V, Article 1. [2] AWS, D1.1/D1.1M:2010 structural welding code-steel. [3] Berke, Michael., Nondestructive Material Resting with Ultrasonic Introduction to the Basic Principles, Krautkramer, [4] ForecastPRO. (22/12/2013), Forecasting 101: A Guide to Forecast Error Measurement Statistics and How to Use Them [Website]. Available: [5] Hellier, Charles., Handbook of Non Destructive Evaluation, New York ; MacGrow-Hill companies Inc, [6] Hendroprasetyo A P, Wing, Training Hand Out, Ultrasonic Testing General, INA ; NDE CENTER, [7] id.wikipedia (11/5/2013). Lingkaran [Website]. Available: id.wikipedia.org/wiki/lingkaran. [8] Krautkramer, Josef and Herbert, Ultrasonic testing materials, Springer, Berlin, 1990, 4 th edition, chapters4.4, 4.5. [9] Kristianto, Deddy dan Hendroprasetyo A P, Wing, Jurnal Teknik Pomits Vol. 2, No. 1., Studi Penentuan Panjang dan Kedalaman Retak Sambungan Las Pada Konstruksi Kapal Menggunakan Pengujian Ultrasonik Deangan Variasi Frekusensi dan Ukuran Kristal dan Dengan Variasi Kondisi Permukaan Coating dan Uncoating, INA, JTP-ITS, [10] NDE Associates, Inc. (4/21/2014), Ultrasonic Testing TOFD, [Website]. Available: [11] Olympus., (4/21/2014), Phased Array Tutorial [Website]. Available: [12] Olympus, Important characteristics of sound fields of ultrasonic transducers, USA, [13] Schlengermann, udo, The Krautkamer Blue Booklet. [14] Smilie, Robert W., Programmed Instruction Handbook, Nondestructive Testing Introduction, PH Diversified, Inc., South Harrisburg, [15] Smilie, Robert W., Programmed Instruction Handbook, Nondestructive Testing Ultrasonic, Volume I Basic Principles, PH Diversified, Inc., South Harrisburg, [16] TWI Ltd., Beam Spread FAQ [Website]. Available:
HASIL, KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 HASIL, KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan dibagi menjadi tiga sub bab tersendiri yaitu : 1. Hasil Hasil yang didapatkan setelah melakukan analisa dan pembahasan terhadap hasil pengujian. Berikut hasil
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) G-121
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-121 Analisis Pengaruh Ketebalan Nonconductive Coating Terhadap Pendeteksian Panjang Dan KedalamanRetak PadaFilletJoint Bracket
Lebih terperinciJl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Indonesia
Analisis Pengaruh Ketebalan Nonconductive Coating Terhadap Pendeteksian Panjang Dan KedalamanRetak PadaFilletJoint Bracket KapalAluminium Menggunakan Pengujian Ultrasonik Akbar Rianiri Bakri 1, Wing Hendroprasetyo
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Ivan Afandy 1, Wing Hendroprasetyo Akbar Putra 2
MODIFIKASI SEPATU PROBE PADA PENGUJIAN ULTRASONIK UNTUK MENGHASILKAN GELOMBANG PERMUKAAN SEBAGAI PENDETEKSI LOKASI RETAK PERMUKAAN PADA POROS PROPELLER Ivan Afandy 1, Wing Hendroprasetyo Akbar Putra 2
Lebih terperinciOLEH : AKBAR RIANIRI BAKRI DOSEN PEMBIMBING : Wing Hendroprasetyo Akbar Putra,S.T.,M.Eng
OLEH : AKBAR RIANIRI BAKRI 4108100108 DOSEN PEMBIMBING : Wing Hendroprasetyo Akbar Putra,S.T.,M.Eng LATAR BELAKANG KONSTRUKSI WELDING KONDISI KAPAL BEROPERASI CRACK/RETAK KONDISI COATING BRACKET KAPAL
Lebih terperinciBAB IV ANALISA. TERSEBUT DIAPLIKASIKAN UNTUK PENDETEKSIAN CACAT DALAM PADA MATERIAL BAJA. DENGAN
BAB IV ANALISA. TERSEBUT DIAPLIKASIKAN UNTUK PENDETEKSIAN CACAT DALAM PADA MATERIAL BAJA. DENGAN BAB IV ANALISA 4.1 Analisis Simulasi Salah satu teknik untuk memodelkan perambatan ultrasonik dalam medium
Lebih terperinciBAB IV ANALISA. tersebut diaplikasikan untuk pendeteksian cacat dalam pada material baja. Dengan
BAB IV ANALISA 4.1 Analisis Simulasi Salah satu teknik untuk memodelkan perambatan ultrasonik dalam medium adalah dengan pulse echo single probe. Pulse echo single probe adalah salah satu probe ultrasonik
Lebih terperinciFerdy Ramdani 1, Wing Hendroprasetyo Akbar Putra 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan, 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan
ANALISA PENGARUH NONCONDUCTIVE COATING TERHADAP PANJANG PENDETEKSIAN CACAT PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMERIKSAAN MAGNETIK PARTIKEL (MPI) PADA SAMBUNGAN LAS CRANE DI KAPAL Ferdy Ramdani, Wing
Lebih terperinciPengukuran Ketebalan serta Posisi Cacat pada Sampel Carbon Steel dan Stainless Steel dengan Metode Ultrasonic Testing.
Pengukuran Ketebalan serta Posisi Cacat pada Sampel Carbon Steel dan Stainless Steel dengan Metode Ultrasonic Testing Fransisca Debora Jurusan Fisika FMIPA Universitas Sriwijaya Email : fransisca.debora91@gmail.com
Lebih terperinciPengaruh Posisi Probe Terhadap Respon Defect di 1 2. V Bevel Butt Joint Dengan Metode Ultrasonic Testing Tandem Technique
Pengaruh Posisi Terhadap Respon Defect di 1 2 V Bevel Butt Joint Dengan Metode Ultrasonic Testing Tandem Technique Asrafi *, Nurul Laili Arifin * and Cahyo Budi Nugroho # Batam Polytechnics Mechanical
Lebih terperinciDASAR TEORI ULTRASONIC TEST
DASAR TEORI ULTRASONIC TEST (materi kuliah UTR ) Tegas Sutondo Tujuan Memberikan dasar teori teknik inspeksi menggunakan peralatan UT Problem Testing menggunakan UT Karakteristik gelombang suara Pembangkitan
Lebih terperinciPENGGUNAAN KURVA DAC (DISTANCE AMPLITUDE CORRECTION) UNTUK MENENTUKAN UKURAN DISKONTINUITAS INTERNAL PADA BAJA KARBON
PENGGUNAAN KURVA DAC (DISTANCE AMPLITUDE CORRECTION) UNTUK MENENTUKAN UKURAN DISKONTINUITAS INTERNAL PADA BAJA KARBON Wing Hendroprasetyo AP. ST. M, Eng*, Aldino Aryyoga** * Staf Pengajar Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB 5 PEMBAHASAN. 39 Universitas Indonesia
BAB 5 PEMBAHASAN Dua metode penelitian yaitu simulasi dan eksperimen telah dilakukan sebagaimana telah diuraikan pada dua bab sebelumnya. Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisa dan hasil yang diperoleh
Lebih terperinciPengaruh Fokus Depth Terhadap Tampilan Resolusi dan Dimensi Defect Pada metode PAUT (Phased Array Ultrasonic Testing)
Pengaruh Fokus Depth Terhadap Tampilan Resolusi dan Dimensi Defect Pada metode PAUT (Phased Array Ultrasonic Testing) Zulfikar Adibba *, Nurul Laili Arifin * Cahyo Budi Nugroho # Batam Polytechnics Mechanical
Lebih terperinciBAB VII PEMBAHASAN MASALAH. suatu beton. Standar atau prosedur dalam menggunakan metode pengujian ini
PEMBAHASAN MASALAH 7.1. Tinjauan khusus Ultrasonic pulse velocity adalah metode yang digunakan untuk mengukur kecepatan hantaran dari gelombang (pulse velocity) ultrasonik yang melewati suatu beton. Standar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2000-an berkembang isu didunia internasional akan dampak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2000-an berkembang isu didunia internasional akan dampak dari konsumsi bahan bakar minyak yang menjadi topik utama di berbagai media massa. Salah satu dampaknya
Lebih terperinciAnalisa Perambatan Retak Pada Bagian Poros KM. Surya Tulus Akibat Torsi Dengan Metode Elemen Hingga
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 G-109 Analisa Perambatan Retak Pada Bagian Poros KM. Surya Tulus Akibat Torsi Dengan Metode Elemen Hingga Taufiq Estu Raharjo, Soeweify dan Totok
Lebih terperinciLAPORAN RESMI UJI ULTRASONIK (Ultrasonic Test)
LAPORAN RESMI UJI ULTRASONIK (Ultrasonic Test) Oleh : Ahmad Rizeki Erika Rizky Ratih Kusumaningtyas Rahardi Wardhana Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya PPNS 2012/2013 BAB 1 Tujuan Untuk mendeteksi adanya
Lebih terperinciUltrasonic Testing. Prinsip Ultrasonic. Prinsip Pemeriksaan Ultrasonic. Pembangkit ultrasonic 08/01/2012
LANJUTAN MATERI KE III Ultrasonic Testing Prinsip Ultrasonic Gelombang suara frekuensi tinggi dimasukkan ke dalam material dipantulkan kembali dari permukaan atau cacat. Energi suara yang dipantulkan ditampilkan
Lebih terperinciRANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *
RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA Riswanda 1*, Lenny Iryani 2 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012 *E-mail
Lebih terperinciINSPEKSI CACAT RETAKAN PADA MATERIAL DENGAN UJI TAK MERUSAK ULTASONIK MENGGUNAKAN METODA ANALISIS FREKUENSI SPEKTROSKOPI
INSPEKSI CACAT RETAKAN PADA MATERIAL DENGAN UJI TAK MERUSAK ULTASONIK MENGGUNAKAN METODA ANALISIS FREKUENSI SPEKTROSKOPI Oleh: Nehru Abstrak Pada uji tak merusak ultrasonik biasanya suatu gelombang ultrasonik
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PENELITIAN
BAB III PROSEDUR PENELITIAN Penelitian yang di gunakan oleh penulis dengan metode deskritif kuantitatif. Yang dimaksud dengan deskritif kuantitatif adalah jenis penelitian terhadap masalah masalah berupa
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit
BAB II PEMBAHASAN A. Difraksi Sesuai dengan teori Huygens, difraksi dapat dipandang sebagai interferensi gelombang cahaya yang berasal dari bagian-bagian suatu medan gelombang. Medan gelombang boleh jadi
Lebih terperinciAnalisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Analisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa Bagus Cahyo Juniarso,
Lebih terperinciAnalisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi
1 Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Muhammad S. Sholikhin, Imam Rochani, dan Yoyok S. Hadiwidodo Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan,
Lebih terperinciPemeriksaan secara visual dengan mata, kadang kadang memakai kaca pembesar. 2.
III. PENGUJIAN TANPA MERUSAK (N D T) 1. Pengertian NDT NDT adalah singkatan non destruktif test, yang artinya adalah pengujian tak merusak. Maksud dari pengujian ini adalah bahwa bendanya tidak akan dirusak,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai suatu kasus yang akan menjadi alasan dilakukan penelitian ini, yang akan diuraikan pada Latar Belakang. Atas dasar masalah yang telah dikemukakan
Lebih terperinciAnalisis Kekuatan Konstruksi Sekat Melintang Kapal Tanker dengan Metode Elemen Hingga
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-183 Analisis Kekuatan Konstruksi Sekat Melintang Kapal Tanker dengan Metode Elemen Hingga Ardianus, Septia Hardy Sujiatanti,
Lebih terperinciSTEEL WHEEL GAGE W601A
Halaman 1 dari 10 Alat Ukur Flens Roda Standard AAR STEEL WHEEL GAGE W601A Winchester Industries Inc. INSTRUCTION MANUAL Alat Ukur Flens Roda AAR Standard - STEEL WHEEL GAGE W601A Halaman 2 dari 10 PETUNJUK
Lebih terperinciPENGUKURAN PANJANG SIMULASI RETAK PERMUKAAN DENGAN TEKNIK PERAMBATAN GELOMBANG ULTRASONIK PERMUKAAN
PENGUKURAN PANJANG SIMULASI RETAK PERMUKAAN DENGAN TEKNIK PERAMBATAN GELOMBANG ULTRASONIK PERMUKAAN Ashadi Salim Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, Binus University Jl. KH. Syahdan No. 9,
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UJI NDT ULTRASONIC TEST DENGAN METODE MICROCONTROLLER
INFOMATEK Volume 19 Nomor 2 Desember 2017 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UJI NDT ULTRASONIC TEST DENGAN METODE MICROCONTROLLER Jojo Sumarjo *), Aa Santosa, Riko Purbowo Jurusan Teknik Mesin Universitas
Lebih terperinciDETEKSI CACAT PADA MATERIAL BAJA MENGGUNAKAN ULTRASONIK NON-DESTRUCTIVE TESTING DENGAN METODE CONTINUOUS WAVELET TRANSFORM
DETEKSI CACAT PADA MATERIAL BAJA MENGGUNAKAN ULTRASONIK NON-DESTRUCTIVE TESTING DENGAN METODE CONTINUOUS WAVELET TRANSFORM Lilik Subiyanto 1, Tri Arief Sardjono 1, Jurusan Teknik Elektro, Program Pasca
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun keseluruhan sistem, prosedur pengoperasian sistem, implementasi dari sistem dan evaluasi hasil pengujian
Lebih terperinciKAITAN VISKOSITAS COUPLANT DENGAN SENSITIVITAS SENSOR ULTRASONIK UNTUK UJI TAK RUSAK
KAITAN VISKOSITAS COUPLANT DENGAN SENSITIVITAS SENSOR ULTRASONIK UNTUK UJI TAK RUSAK Cici Purnawati 1,*, Adrianus Inu Natalisanto 2, Supriyanto 2 1 Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi, Fakultas
Lebih terperinciPEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN
ANALISIS PROFIL CFS (COLD FORMED STEEL) DALAM PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN Torkista Suadamara NRP : 0521014 Pembimbing : Ir. GINARDY HUSADA, MT FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
Lebih terperinciAnalisis Teknis Dan Ekonomis Penggunaan Bambu Ori Dengan Variasi Umur Untuk Pembuatan Kapal Kayu
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013 ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print 1 Analisis Teknis Dan Ekonomis Penggunaan Bambu Ori Dengan Variasi Untuk Pembuatan Kapal Kayu Nur Fatkhur Rohman dan Heri Supomo
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-340 Analisa Pengaruh Variasi Tanggem Pada Pengelasan Pipa Carbon Steel Dengan Metode Pengelasan SMAW dan FCAW Terhadap Deformasi dan Tegangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Didalam suatu konstruksi terutama pada konstruksi yang dilakukan proses pengelasan (welding), sering sekali terjadi ketidaksempurnaan dalam proses penyambungan,
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) F-316
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-316 Studi Eksperimental Stick-Slip Friction Akibat Multi-Directional Contact Friction dengan Material Uji Ultra High Molecular
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, 1, (2013 ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print G-95 ANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI Adrian Dwilaksono, Heri
Lebih terperinciPerancangan Sistem Transmisi Untuk Penerapan Energi Laut
Perancangan Sistem Transmisi Untuk Penerapan Energi Laut Zeno (1) dan Irfan Syarif Arief, ST.MT (2) (1) Mahasiswa Teknik Sistem Perkapalan ITS, (2),(3) Staff Pengajar Teknik Sistem Perkapalan ITS, Fakultas
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-42 Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur
Lebih terperinciPerancangan Konstruksi Turbin Angin di Atas Hybrid Energi Gelombang Laut
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-168 Perancangan Konstruksi Turbin Angin di Atas Hybrid Energi Gelombang Laut Musfirotul Ula, Irfan Syarief Arief, Tony Bambang
Lebih terperinciPetunjuk Penggunaan SENSOR GERAK (GSC )
Petunjuk Penggunaan SENSOR GERAK (GSC 410 15) Jl. PUDAK No. 4 Bandung 40113, Jawa Barat-INDONESIA - Phone +62-22-727 2755 (Hunting) Fax. +62-22-720 7252 - E-mail: contact@pudak.com - Website: www.pudak.com
Lebih terperinciAnalisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-73 Analisis Perbandingan Pelat ASTM A36 antara di Udara Terbuka dan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat Yanek Fathur Rahman,
Lebih terperinciSNTMUT ISBN:
ANALISA PENGARUH TEKANAN TEMPA TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA ST 41 SEBAGAI DASAR PROSES MANUFAKTUR KOMPONEN PENGUNCI PINTU MOBIL BOX DENGAN LAS GESEK ( FRICTION WELDING ) Nur Husodo 1),
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-108
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-108 Studi Eksperimental Keausan Permukaan Material Akibat Adanya Multi-Directional Contact Friction Muhammad Hasry dan Yusuf
Lebih terperinciKEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN SAMBUNGAN LAS BAJA ST 37 DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI ELEKTRODA
KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN SAMBUNGAN LAS BAJA ST 37 DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI ELEKTRODA Oleh : Deddy Hermanto Dosen Pembimbing : I Dewa Gede Ary Subagia ST.,MT.,Ph.D : Ir. I Nyoman Budiarsa, M.T.,Ph.D
Lebih terperinciNON-DESTRUCTIVE TEST TERHADAP SEMI DESTRUCTIVE TEST PADA SHEAR WALL BETON BERTULANG
NON-DESTRUCTIVE TERHADAP SEMI DESTRUCTIVE PADA SHEAR WALL BETON BERTULANG (Heri) NON-DESTRUCTIVE TEST TERHADAP SEMI DESTRUCTIVE TEST PADA SHEAR WALL BETON BERTULANG oleh: Heri Khoeri Teknik Sipil Universitas
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. spektrofotometer UV-Vis dan hasil uji serapan panjang gelombang sampel dapat
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian diawali dengan pembuatan sampel untuk uji serapan panjang gelombang sampel. Sampel yang digunakan pada uji serapan panjang gelombang sampel adalah
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:
III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: 1. Pembuatan kampuh dan proses pengelasan dilakukan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung, 2.
Lebih terperinciJANGKA SORONG I. DASAR TEORI
JANGKA SORONG I. DASAR TEORI Jangka sorong merupaakan salah satu alat ukur yang dilengkapi dengan skala nonius, sehingga tingkat ketelitiannya mencapai 0,02 mm dan ada juga yang ketelitiannya 0,05 mm.
Lebih terperinciPengaruh Diameter Pin Terhadap Kekuatan dan Kualitas Joint Line Pada Proses Friction Wtir Welding Aluminium Seri 5083 Untuk Pre Fabrication
Pengaruh Diameter Pin Terhadap Kekuatan dan Kualitas Joint Line Pada Proses Friction Wtir Welding Aluminium Seri 5083 Untuk Pre Fabrication Panel Bangunan Atas Kapal 4108 100 066 Jurusan Teknik Perkapalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan data batimetri semakin meningkat seiring dengan kegunaan data tersebut untuk berbagai aplikasi, seperti perencanaan konstruksi lepas pantai, aplikasi
Lebih terperinciAnalisa Kekuatan Sambungan Las SMAW Pada Material Baja ST 37
Analisa Kekuatan Sambungan Las SMAW Pada Material Baja ST 37 Arief Hari Kurniawan 1, Sri Hastuti 2, Artfisco Satria Wibawa 3, Hardyan Dwi Putro 4 1,2,3,4 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciJaringan kawat baja las untuk tulangan beton
Jaringan kawat baja las untuk tulangan beton 1. Ruang lingkup Standar ini meliputi definisi bentuk, juntaian, jenis, syarat bahan baku, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mulai bulan Maret 2011 sampai bulan November Alat alat yang digunakan dalam peneletian ini adalah
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Optika dan Aplikasi Laser Departemen Fisika Universitas Airlangga dan Laboratorium Laser Departemen Fisika
Lebih terperinciPenelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-13 Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin Rahmat Taufiqurrahman dan Vivien Suphandani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia industri pembuatan peralatan dengan material benda padat baik secara otomatis menggunakan mesin maupun yang masih menggunakan tenaga manusia, tidak bisa
Lebih terperinciSpesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton
SNI 03-6812-2002 Standar Nasional Indonesia Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton ICS 77.140.65; 91.100.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Konstruksi Prototipe Manipulator Manipulator telah berhasil dimodifikasi sesuai dengan rancangan yang telah ditentukan. Dimensi tinggi manipulator 1153 mm dengan lebar maksimum
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS VOL.5, No.2, (2016) ISSN: ( Print)
Studi Eksperimental Stick-Slip Friction Akibat Multi-Directional Contact Friction dengan Material Uji Ultra High Molecular Weight Polyethylene (UHMWPE) Terhadap Stainless Steel (AISI 304) Roy Yamsi Kurnia
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: B-169
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 B-169 Studi Numerik Peningkatan Cooling Performance pada Lube Oil Cooler Gas Turbine yang Disusun Secara Seri dan Paralel dengan Variasi Kapasitas
Lebih terperinciPERENCANAAN ELEMEN MESIN RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN POROS
Judul : PERENCANAAN ELEMEN MESIN RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN POROS ANALISA KEKUATAN PUNTIR DAN KEKUATAN LENTUR PUTAR POROS BAJA ST 60 SEBAGAI APLIKASI PERANCANGAN BAHAN POROS BALING-BALING KAPAL Pengarang
Lebih terperinciPENGARUH PROFIL POROS PENGGERAK TERHADAP GERAKAN SABUK DALAM SUATU SISTEM BAN BERJALAN. Ishak Nandika G., Adri Maldi S.
PENGARUH PROFIL POROS PENGGERAK TERHADAP GERAKAN SABUK DALAM SUATU SISTEM BAN BERJALAN Ishak Nandika G., Adri Maldi S. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profil sudut ketirusan
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:
BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya
Lebih terperinciAnalisa Variable Moment of Inertia (VMI) Flywheel pada Hydro-Shock Absorber Kendaraan
B-542 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) Analisa Variable Moment of Inertia (VMI) Flywheel pada Hydro-Shock Absorber Kendaraan Hasbulah Zarkasy, Harus Laksana Guntur
Lebih terperinciANALISA HASIL PENGELASAN SMAW 3G MENGGUNAKAN NDT METODE ULTRASONIC TEST BERDASARKAN STANDAR ASME
ANALISA HASIL PENGELASAN SMAW 3G MENGGUNAKAN NDT METODE ULTRASONIC TEST BERDASARKAN STANDAR ASME Tito Endramawan* 1, Agus Sifa 2 1,2 Politeknik Negeri Indramayu / Jurusan Teknik Mesin Kontak person: Tito
Lebih terperinciSistem Deteksi Bentuk Kecacatan Benda Padat Menggunakan Teknik Variasi Sudut Ultrasonik
IJEIS, Vol.6, No.1, April 2016, pp. 69~80 ISSN: 2088-3714 69 Sistem Deteksi Bentuk Kecacatan Benda Padat Menggunakan Teknik Variasi Sudut Ultrasonik Taufiq Nur Syahril Sidiq* 1, Abdul Rouf 2, Tri Wahyu
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: F-92
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 F-92 Studi Eksperimen Aliran Melintasi Silinder Sirkular Tunggal dengan Bodi Pengganggu Berbentuk Silinder yang Tersusun Tandem dalam Saluran
Lebih terperinciAnalisis Perbandingan Perhitungan Teknis Dan Ekonomis Kapal Kayu Pelayaran Rakyat Menggunakan Regulasi BKI Dan Tradisional
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337 3539 (2301 9271 Print) 1 Analisis Perbandingan Perhitungan Teknis Dan Ekonomis Kapal Kayu Pelayaran Rakyat Menggunakan Regulasi BKI Dan Tradisional
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa
2 Metode yang sering digunakan untuk menentukan koefisien serap bunyi pada bahan akustik adalah metode ruang gaung dan metode tabung impedansi. Metode tabung impedansi ini masih dibedakan menjadi beberapa
Lebih terperinciBAB. IV SIMULASI DAN EKSPERIMEN SISTEM PENCITRAAN ULTRASONIK
BAB. IV SIMULASI DAN EKSPERIMEN SISTEM PENCITRAAN ULTRASONIK 4.1 Simulasi Simulasi merupakan penggambaran suatu sistem atau proses dengan memperagakan atau menirukan (menyerupai) sesuatu yg besar dengan
Lebih terperinciBAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI
BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI III. 1 DATA DESAIN Data yang digunakan pada penelitian ini adalah merupakan data dari sebuah offshore platform yang terletak pada perairan Laut Jawa, di utara Propinsi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi Mesin Secara keseluruhan mesin kepras tebu tipe rotari terdiri dari beberapa bagian utama yaitu bagian rangka utama, bagian coulter, unit pisau dan transmisi daya (Gambar
Lebih terperinci01. Panjang gelombang dari gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0 m (D) 4,0 m (E) 6,0 m 02.
01. t = 0.4s Panjang gelombang dari gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0 m (D) 4,0 m (E) 6,0 m 02. t = 0.4s Amplituda dari gelombang pada gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0
Lebih terperinciSimulasi Respon Getaran Torsional dan Lateral Pada Sistem Propulsi Kapal Jenis Propulsors Fixed Pitch Propeller
1 Simulasi Respon Getaran Torsional dan Lateral Pada Sistem Propulsi Kapal Jenis Propulsors Fixed Pitch Propeller Arif Rachman Hakim, r. Yerry Susatio, Dr. Ridho Hantoro, ST, T Jurusan Teknik Fisika, Fakultas
Lebih terperinciSTUDI NUMERIK VARIASI INLET DUCT PADA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 1 STUDI NUMERIK VARIASI INLET DUCT PADA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR Bayu Kusuma Wardhana ), Vivien Suphandani Djanali 2) Jurusan Teknik Mesin,
Lebih terperinciTeknik Telekomunikasi Vol.2, No.2, 2014 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
Jurnal Elektro PENS www.jurnalpa.eepis-its.edu Teknik Telekomunikasi Vol.2, No.2, 2014 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya SODAR ULTRASONIK UNTUK MONITORING KONDISI RUANG DENGAN KOMUNIKASI NIRKABEL
Lebih terperinciAnalisis Teknis dan Ekonomis Pemilihan Bilah Laminasi Bambu Berdasarkan Lokasi Potong Sebagai Alternatif Pengganti Kayu Dalam Pembuatan Lambung Kapal
JURNL TEKNIK POMITS Vol. 2, No., (203) ISSN: 2337-3539 (230-927 Print) nalisis Teknis dan Ekonomis Pemilihan Bilah Berdasarkan Lokasi Potong Sebagai lternatif Pengganti Kayu Dalam Pembuatan Kapal M. Bagus
Lebih terperinciScientific Echosounders
Scientific Echosounders Namun secara secara elektronik didesain dengan amplitudo pancaran gelombang yang stabil, perhitungan waktu yang lebih akuran dan berbagai menu dan software tambahan. Contoh scientific
Lebih terperinciAkurasi Non-destructive Test terhadap Semi Destructive Test pada Shear Wall Beton Bertulang
Akurasi Non-destructive Test terhadap Semi Destructive Test pada Shear Wall Beton Bertulang Oleh: Heri Khoeri Dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta Email : hkhoeri@hesa.co.id Abstract: Estimasi
Lebih terperinciStudi Eksperimental Keausan Permukaan Material Akibat Adanya Multi-Directional Contact Friction
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1 Studi Eksperimental Keausan Permukaan Material Akibat Adanya Multi-Directional Contact Friction Muhammad Hasry, Yusuf Kaelani Jurusan Teknik Mesin, Fakultas
Lebih terperinciKISI DIFRAKSI (2016) Kisi Difraksi
KISI DIFRAKSI (2016) 1-6 1 Kisi Difraksi Rizqi Ahmad Fauzan, Chi Chi Novianti, Alfian Putra S, dan Gontjang Prajitno Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman
Lebih terperinciKEKERASAN DAN TEGANGAN TARIK LASAN BAJA ST-37 PADA POSISI VERTIKAL DAN HORIZONTAL ABSTRAK
KEKERASAN DAN TEGANGAN TARIK LASAN BAJA ST-37 PADA POSISI VERTIKAL DAN HORIZONTAL Author Guidance : Afrian Sugiharto : I Dewa Gede Ary Subagia ST.,MT.,PhD : Ir. I Nyoman Budiarsa, M.T.,PhD ABSTRAK Las
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN JARAK TERHADAP SUMBER BUNYI BIDANG DATAR BERBENTUK LINGKARAN
PENGARUH PENAMBAHAN JARAK TERHADAP SUMBER BUNYI BIDANG DATAR BERBENTUK LINGKARAN Agus Martono 1, Nur Aji Wibowo 1,2, Adita Sutresno 1,2,* 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika
Lebih terperinciANALISIS MID-POINT TIE-IN PADA PIPA BAWAH LAUT
ANALISIS MID-POINT TIE-IN PADA PIPA BAWAH LAUT Mulyadi Maslan Hamzah (mmhamzah@gmail.com) Program Studi Magister Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl Ganesha
Lebih terperinciPengaruh Sudut Kemiringan Kolektor Surya Pelat Datar terhadap Efisiensi Termal dengan Penambahan Eksternal Annular Fin pada Pipa
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (215 ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print B-31 Pengaruh Sudut Kemiringan Kolektor Surya Pelat Datar terhadap Efisiensi Termal dengan Penambahan Eksternal Annular Fin pada Pipa
Lebih terperinciAnalisa Kekuatan Sekat Bergelombang Kapal Tanker Menggunakan Metode Elemen Hingga
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-282 Analisa Kekuatan Sekat Bergelombang Kapal Tanker Menggunakan Metode Elemen Hingga Zaki Rabbani, Achmad Zubaydi, dan Septia
Lebih terperinciEVALUASI CEPAT DESAIN ELEMEN BALOK BETON BERTULANGAN TUNGGAL BERDASARKAN RASIO TULANGAN BALANCED
EVALUASI CEPAT DESAIN ELEMEN BALOK BETON BERTULANGAN TUNGGAL BERDASARKAN RASIO TULANGAN BALANCED Agus Setiawan Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Bina Nusantara Jln. K.H. Syahdan
Lebih terperinciAnalisis Stabilitas Arah Mobil Toyota Agya G dengan Variasi Jumlah Penumpang, Kecepatan Belok, Sudut Belok dan Kemiringan Melintang Jalan
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2301-9271 A-35 Analisis Stabilitas Arah Mobil Toyota Agya G dengan Variasi Jumlah Penumpang, Kecepatan Belok, Sudut Belok dan Kemiringan Melintang Jalan Faisal
Lebih terperinciAnalisis Kesalahan Pengukuran Kecepatan Akibat Distorsi Lensa
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (21) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) A9 Analisis Kesalahan Pengukuran Akibat Distorsi Lensa Yudha Hardhiyana Putra dan Yusuf Kaelani Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciAntiremed Kelas 12 Fisika
Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 1 Doc. Name: AR12FIS01UAS Version: 2016-09 halaman 1 01. Sebuah bola lampu yang berdaya 120 watt meradiasikan gelombang elektromagnetik ke segala arah dengan sama
Lebih terperinciPengukuran Sinyal Akustik untuk Mendeteksi Sumber Noise Menggunakan Metode Beamforming
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Pengukuran Sinyal Akustik untuk Mendeteksi Sumber Noise Menggunakan Metode Beamforming Myta Pristanty, Wirawan, Endang Widjiati Bidang Studi Telekomunikasi
Lebih terperinci12. LAS DAN PAKU KELING
12. LAS DAN PAKU KELING 12.1 LAS (WELDING) Las atau welding adalah menyambung metal dengan cara memanaskan baja hingga mencapai suhu lumer (meleleh) dengan ataupun tanpa bahan pengisi, yang kemudian setelah
Lebih terperinciGambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.
7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap
Lebih terperinciAnalisis Sloshing 2D pada Dinding Tangki Tipe Membran Kapal LNG Akibat Gerakan Rolling di Gelombang Regular
G8 Analisis Sloshing 2D pada Dinding Tangki Tipe Membran Kapal LNG Akibat Gerakan Rolling di Gelombang Regular Ericson Estrada Sipayung, I Ketut Suastika, Aries Sulisetyono Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Analisis Teknis dan Ekonomis Pemakaian Material Baja Karbon dengan Coating dan Material Duplex Tanpa Coating untuk Pembangunan
Lebih terperinci