Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton
|
|
- Ida Sanjaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SNI Standar Nasional Indonesia Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton ICS ; Badan Standardisasi Nasional
2
3 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1. Ruang Lingkup Istilah dan definisi Persyaratan teknik Bahan Pembuatan Persyaratan mekanis Alat dan metoda pengujian geser las Dimensi dan variasi yang diijinkan Pengerjaan, penyelesaian dan penampilan Contoh uji Jumlah pengujian Pemeriksaan Penolakan dan pemeriksaan ulang Sertifikat Pengepakan dan penandaan... 6 LAMPIRAN A... 7 LAMPIRAN B... 8 i
4 Prakata SNI 6812:2002 merupakan tindak lanjut hasil kaji ulang yang direkomendasikan tetap. Spesifikasi ini meliputi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk digunakan sebagai tulangan beton. Standar ini masuk ruang lingkup Panitia Teknis Bahan Konstruksi dan Rekayasa Sipil pada SPT S2 Jalan dan Jembatan dan penulisannya telah disesuaikan dengan PSN 08:2007, serta telah mengalami perubahan penomoran dari SNI menjadi SNI 6812:2002. Acuan yang digunakan dalam standar ini adalah: Pd S yang telah berubah menjadi SNI.. (bila ada) ASTM A700 AASHTO M ii
5 Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton 1. Ruang Lingkup Spesifikasi ini meliputi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk digunakan sebagai tulangan beton. 2. Istilah dan definisi 2.1 Anyaman kawat baja Anyaman yang digunakan dalam lingkup spesifikasi ini mempunyai bahan yang dirakit dari kawat baja yang ditarik dingin. Selama proses penarikan dan galvanisasi, disusun menjadi bentuk lembaran atau gulungan dengan proses tarikan las listrik. Bahan anyaman yang dihasilkan tersusun arah memanjang dan melintang, membentuk sudut antar satu dan lainnya diikat setiap titik pertemuan dengan las. 3. Persyaratan teknik 3.1 Bahan a) Kawat baja polos yang digunakan dalam pembuatan anyaman harus memenuhi persyaratan sesuai AASHTO M Standard Specification for Cold Drawn Steel Wire for Concrete Reinforcement ; b) Anyaman harus dipersiapkan dalam bentuk lembaran atau gulungan. 3.2 Pembuatan a) Kawat baja polos harus dirakit menggunakan mesin otomatis atau cara mekanis lain yang menjamin ketepatan jarak dan alinyemen dari semua komponen anyaman; b) Komponen memanjang dan melintang, harus diletakkan kuat pada setiap titik pertemuan dengan pengelasan tahanan listrik, yang menggunakan prinsip lelehan dengan tekanan. c) Apabila dilaksanakan sesuai dengan ketentuan ini maka akan menghasilkan produk anyaman yang kuat dengan bukan berbentuk bujur sangkar atau persegi panjang. Hasil pabrikasi harus bebas dari cacat dan memenuhi spesifikasi ini. 3.3 Persyaratan mekanis a) Kuat tarik Kawat baja polos yang digunakan untuk produksi anyaman harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO M Standard Specification for Cold Drawn Steel Wire for Concrete Reinforcement. Kuat tarik dapat dibuat pada potongan baja polos dari anyaman baja polos yang dilas dan diuji melintang antar las-las atau yang ada lasnya. Jumlah pengujian tidak boleh kurang dari 50% jumlah benda uji. 1 dari 8
6 Pengujian kuat tarik pada sambungan las harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1) Sambungan harus terletak di tengah- tengah benda uji; 2) Lengan tarik pada tiap sisi tidak boleh kurang dari 25 mm. b) Dalam pemesan anyaman baja polos, kekuatan geser las secara memanjang dan melintang cukup dilakukan dengan pengamatan, sebab pada pembuatannya anyaman memanjang dan melintang baja polos berhubungan satu sama lain saling mengunci di setiap bagian yang ditahan oleh proses pengelasan listrik, dimana prinsip kerjanya kombinasi lelehan dengan tekanan. Namun nilai rata-rata geser minimum dalam pounds gaya tidak boleh kurang dari x luas penampang baja polos terbesar dalam satuan inci kuadrat. Dilain pihak baja polos yang lebih kecil tidak boleh kurang dari ukuran baja no. W.1.2 dengan luas penampang 40% dari luas penampang baja polos terbesar atau lebih. Contoh tipe baja polos dengan luas penampang 40% atau lebih dibedakan sebagai berikut: Terbesar Ukuran No. W 20 Ukuran No. W 15 Ukuran No. W 10 Terkecil Ukuran No. W 8 Ukuran No. W 6 Ukuran No. W 4 c) Empat belas yang dipilih secara acak dari benda uji sesuai dengan pasal 2.7 b, harus diuji terhadap kuat geser las. Baja polos melintang dari tiap benda uji harus diperpanjang kurang lebih 25 mm pada tiap sisi baja polos memanjang. Baja polos memanjang dari setiap benda uji harus mempunyai panjang sedemikian rupa di bawah baja polos melintang, sehingga dapat dipegang oleh alat penguji. Benda uji ini harus mempunyai panjang sedemikian rupa di atas baja polos melintang, sehingga ujungnya berada di atas sumbu pusat dari landasan atas alat uji. d) Bahan memenuhi persyaratan kuat geser las bila rata-rata dari 4 benda uji memenuhi nilai dalam pasal 2.3 b. Bila nilai rata-rata tidak memenuhi nilai persyaratan, semua las melintang benda uji harus diuji. Anyaman akan diterima bila rata-rata dari semua nilai geser las melintang benda uji memenuhi nilai persyaratan minimum. 3.4 Alat dan metoda pengujian geser las a) Mengingat penjelasan dari anyaman baja polos yang dilas mendukung nilai ikat dan jangkar baja polos di dalam beton, maka penting sekali bahwa pengujian las dibuat dalam alt yang akan menekan las sedemikian rupa seperti penekanan di dalam beton. Untuk mencapai ini maka baja polos memanjang di dalam alat harus ditekan pada sumbu berdekatan dengan sumbu pesatnya, demikian juga baja polos melintang harus dipegang berdekatan pada baja polos memanjang dan pada posisi relatif sama, sehingga mencegah perputaran dari baja polos melintang. b) Pada Gambar 1 ditunjukkan detail dari alat uji tipikal bersama dengan dua landasan yang memungkinkan pengujian las untuk baja polos sampai dengan diameter 15,88 mm. alat uji ini dapat digunakan pada hampir semua mesin uji tarik dan harus digantung pada susunan bola dan soket di pusat mesin. Cara ini atau sesuatu desain efektif serupa dapat diterima. 2 dari 8
7 c) Benda uji harus dimasukkan melalui taktik pada landasan, dengan penggunaan takik landasan paling kecil dalam mana baja polos memanjang akan terpegang bebas. Baja polos memanjang harus bersentuhan dengan permukaan rol yang berputar bebas, sedangkan baja polos melintang harus didukung oleh landasan pada tiap sisi dari celah. Gigi bawah dari alat penguji harus memegang ujung bawah dari baja polos memanjang dan beban harus diberikan pada laju tegangan yang tidak lebih dari 689 Mpa/menit. 3.5 Dimensi dan variasi yang diijinkan a) Lebar Lebar dari anyaman harus ditetapkan sebagai jarak sumbu ke sumbu antar baja polos memanjang terluar. Variasi yang diijinkan tidak lebih dari 13 mm lebih besar atau kurang terhadap lebar yang ditetapkan. Dalam hal lebar lembaran pelat atau gulungan ditetapkan sebagai lebar keseluruhan dari ujung ke ujung baja polos melintang, toleransi lebar yang diijinkan adalah ± 25 mm terhadap lebar yang ditetapkan. b) Panjang Panjang keseluruhan dari lembaran, diukur pada setiap baja polos dapat bervariasi antara ± 25 mm atau 1% dipilih mana lebih besar. Baja polos melintang tidak boleh terproyeksi melewati sumbu pusat sari setiap ujung baja polos memanjang melebihi jarak 25 mm, kecuali ditentukan lain. Bila baja polos melintang ditetapkan untuk suatu panjang spesifik melewati sumbu pusat baja polos memanjang tepi, variasi yang diijinkan tidak boleh lebih dari 13 mm lebih besar atau kurang dari panjang yang ditetapkan. c) Variasi Variasi yang diijinkan pada diameter setiap baja polos dalam anyaman hasil produksi, harus memenuhi toleransi yang ditetapkan untuk variasi tidak lebih dari 6,35 mm terhadap jarak ditetapkan. Dapat dimengerti bahwa lembaran anyaman dari panjang tertentu tidak selalu mempunyai jumlah baja polos melintang identik dan karena itu boleh mempunyai variasi panjang dari baja polos memanjang yang bebas menggantung. Baja polos sebelum di anyam sesuai dengan AASHTO M Standard Specification for Cold Drawn Steel Wire for Concrete Reinforcement Merupakan pengecualian sebagai berikut: 1) Sehubungan dengan sifat mekanis dari anyaman yang dilas, persyaratan di luar ketentuan ini tidak dapat digunakan; 2) Kecuali ditentukan lain oleh pembeli, produsen akan diijinkan untuk memakai baja polos berukuran lebih. Perbedaan ukuran tidak boleh melebihi satu W ukuran tambahan pada ukuran W 8 atau lebih kecil, dan dua W ukuran tambahan pada ukuran lebih besar dari W 8. Dalam hal, dimana ukuran baja lebih besar digunakan, produsen harus memberi tanda pada anyaman sesuai dengan pesanan aslinya. d) Jarak rata-rata dari baja polos harus sedemikian rupa sehingga jumlah baja polos pada lembaran atau gulungan adalah sama atau lebih besar dari jumlah yang ditentukan. 3 dari 8
8 3.6 Pengerjaan, penyelesaian dan penampilan Baja polos dengan kelas dan mutu bila dibuat sesuai dengan ketentuan ini, akan menghasilkan produk anyaman baja polos yang mempunyai bukaan bujur sangkar atau persegi yang kuat serta berdaya guna. Produk ini harus dibuat dan diselesaikan oleh tenaga terampil, diperiksa secara visual dan harus sesuai spesfikasi ini. 3.7 Contoh uji a) Benda uji untuk pengujian sifat mekanis, dapat diperoleh dengan pemotongan dari anyaman baja polos yang sudah selesai dengan lebar penuh, dengan panjang yang cukup, untuk memenuhi ketentuan pengujian sesuai dengan pasal 4 a dan 4 b. b) Benda uji untuk menentukan sifat geser las harus diperoleh dengan pemotongan dari anyaman baja polos yang sudah selesai dengan bagian lebar penuh, panjang yang cukup, untuk memenuhi ketentuan pengujian sesuai dengan pasal 5 a dan 5 b. c) Pengukuran untuk konfirmasi karakteristik dimensi harus dibuat pada lembaran atau gulungan penuh. d) Bila beberapa benda uji menunjukkan ketidaksempurnaan yang nyata, benda uji lain digunakan sebagai gantinya. 3.8 Jumlah pengujian a) Suatu pengujian untuk mengkonfirmasikan kuat tarik dan persyaratan lentur, harus dibuat untuk setiap 6,969 m 2 anyaman baja polos atau bagian anyaman baja polos yang tersisa. b) Satu pengujian untuk mengkonfirmasikan persyaratan kuat geser las, dapat dibuat untuk setiap 27,87 m 2 anyaman baja polos atau bagian anyaman baja polos yang tersisa. 3.9 Pemeriksaan a) Pemeriksa yang mewakili pembeli harus bebas masuk pada setiap waktu, selama pekerjaan sesuai dengan kontrak pembelian, yang dilakukan pada semua bagian pekerjaan, yang menitikberatkan pada pembuatan bahan yang dipesan. Produsen harus memberikan fasilitas yang layak pada pemeriksa untuk menjamin bahwa bahan dibuat sesuai dengan spesifikasi ini. b) Kecuali untuk kuat leleh, semua pengujian dan pemeriksaan harus dibuat di pabrik sebelum pengiriman, kecuali ditentukan lain. Pengujian seperti ini harus dilakukan tanpa mengganggu pelaksanaan pekerjaan. c) Bila pembeli mempertimbangkan keinginannya untuk menentukan kuat leleh dengan AASHTO M 32-90, pengujian kuat leleh dapat dibuat di laboratorium yang telah diakreditasi, atau wakilnya dapat membuat pengujian di pabrik, bila pengujian ini tidak mengganggu operasional pabrik. Pembeli harus mempunyai hak untuk melakukan pemeriksaan atau pengujian pada frekuensi sama seperti ditekankan dalam spesifikasi bila pemeriksaan serupa dianggap perlu untuk meyakinkan bahwa bahan memenuhi persyaratan yang diberikan. 4 dari 8
9 3.10 Penolakan dan pemeriksaan ulang a) Bahan yang tidak memenuhi ketentuan dari spesifikasi ini dapat ditolak, kecuali ditentukan lain. Setiap penolakan harus dilaporkan kepada pabrik dalam waktu lima hari semenjak pemilihan benda uji. b) Dalam hal benda uji tidak memenuhi uji tarik dan uji lentur, bahan tidak dapat ditolak sampai dua benda uji tambahan dan baja polos lain pada anyaman atau gulungan yang sama telah diuji. Bahan dapat dianggap memenuhi spesifikasi bila sesuai dengan persyaratan tarik yang diperoleh dari pengujian rata-rata untuk tiga benda uji, termasuk benda uji yang diuji semula, sama atau melebihi persyaratan dan tidak satupun dari tiga benda uji tersebut memberikan kurang dari 80% persyaratan minimum untuk sifat kuat tarik yang dipertanyakan. Bahan harus dianggap memenuhi spesifikasi uji lentur, bila kedua benda uji tambahan memenuhi uji lentur dengan memuaskan. c) Tiap bahan yang memperlihatkan ketidaksempurnaan setelah diterima di tempat pekerjaan pembuatan, dapat ditolak dan produsen hams diberikan teguran. d) Sambungan las hams tahan terhadap pengiriman dan pengangkatan biasa tanpa mengalami kerusakan, tetapi kerusakan las yang terjadi tanpa memperhatikan penyebabnya tidak harus ditolak, kecuali jumlah kerusakan las per lembar melebihi 1% dari jumlah sambungan las total path satu lembar, atau bila bahan dalam bentuk gulungan, 1% dari jumlah sambungan dalam 14 m 2 dari anyaman dan selanjutnya, tidak lebih dari satu setengah jumlah kerusakan sambungan las maximum yang diijinkan, terdapat dalam satu baja polos. e) Dalam hal penolakan karena kegagalan memenuhi persyaratan geser las, empat benda uji tambahan harus diambil dari 4 lembar atau gulungan berbeda dan diuji sesuai dengan ketentuan pasal 2.4. Bila rata-rata dad hasil pengujian geser las tidak memenuhi persyaratan, bahan dapat ditolak. f) Dalam hal penolakan karena kegagalan memenuhi persyaratan ukuran, jumlah bahan yang ditolak harus dibatasi pada lembaran atau gulungan tidak memenuhi spesifikasi in. g) Karat, sambungan permukaan atau ketidakrataan permukaan bukan merupakan alasan penolakan, bila ukuran minimum luas penampang melintang dan sifat tank dari benda uji yang dibersihkan dengan sikat tangan tidak kurang dari persyaratan dalam spesifikasi ini. h) Pemeriksaan ulang. Bahan yang ditolak harus disimpan paling sedikit dua minggu sejak tanggal pemeriksaan, dalam waktu mana produsen dapat mengajukan permintaan untuk pertimbangan dan pengujian kembali Sertifikat a) Bila diinginkan pemeriksaan, dapat dilakukan di luar, asalkan bahan yang telah diuji sesuai dengan sertifikat pembuatannya, dan memenuhi persyaratan dalam spesifikasi ini, yang dapat dijadikan dasar untuk penerimaan bahan. b) Persetujuan ini diperkirakan atas dasar pengujian clan penerimaan baja polos sebelum pembuatan, bersamaan dengan sejumlah pengujian geser acak selama produksi. Karena masalah penyimpanan dan penyediaan, tidak ada tindakan yang biasa dilakukan untuk memberikan data pengujian aktual dari bahan yang dikirim. Bila hal ini dianggap penting, pengawasan luar harus dilengkapi. 5 dari 8
10 3.12 Pengepakan dan penandaan a) Bila tidak ada ketentuan lain, pengepakan, penandaan dan pemuatan dalam pengiriman, harus sesuai tata cara dalam ASTM A700. b) Bila anyaman dibuat dalam lembaran datar, harus dikemas dalam ukuran yang sesuai, yang tidak lebih dan 150 lembaran dan terikat bersama dengan baik. c) Bila anyaman dibuat dalam gulungan, tiap gulungan harus aman, untuk mencegah terbukanya gulungan selama pengiriman dan pengangkatan. d) Tiap ikatan dari lembaran rata, dan tiap gulungan harus diberikan yang menunjukkan tanda nama produsen dan keterangan bahan, keterangan lain atau Pd S , dapat disebutkan oleh pembeli. 6 dari 8
11 Lampiran A (Informatif) Daftar Istilah kawat baja polos : Wire plain anyaman baja polos yang dilas : Welded wire fabric plain anyaman lembaran : fabric in sheets anyaman gulungan : fabric in rolls ukuran no. baja polos : size No. W... 7 dari 8
12 Lampiran B (Informatif) Alat uji kawat anyaman Gambar 1. Alat uji kawat anyaman 8 dari 8
Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang ICS 91.100.30; 77.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... 1 Daftar tabel... Error!
Lebih terperinciJaringan kawat baja las untuk tulangan beton
Jaringan kawat baja las untuk tulangan beton 1. Ruang lingkup Standar ini meliputi definisi bentuk, juntaian, jenis, syarat bahan baku, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji,
Lebih terperinciSNI. Baja Tulang beton SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional BSN
SNI SNI 07-2052-2002 Standar Nasional Indonesia Baja Tulang beton ICS 27.180 Badan Standardisasi Nasional BSN Daftar Isi Halaman Daftar Isi...i Prakata...ii 1...Ruang Lingkup...1 2 Acuan Normatif...1 3
Lebih terperinciCara uji kekakuan tekan dan kekakuan geser bantalan karet jembatan
Standar Nasional Indonesia ICS 93.020 Cara uji tekan dan geser bantalan karet jembatan Badan Standardisasi Nasional Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan
Lebih terperinciBaja tulangan beton SNI 2052:2014
Standar Nasional Indonesia Baja tulangan beton ICS 77.140.15 Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
Lebih terperinciBaja tulangan beton dalam bentuk gulungan
Standar Nasional Indonesia Baja tulangan beton dalam bentuk gulungan ICS 77.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia. Baja tulangan beton. Badan Standardisasi Nasional
Standar Nasional Indonesia Baja tulangan beton ICS 27.180 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Jenis...
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia
SNI Standar Nasional Indonesia SNI 7614:2010 Baja batangan untuk keperluan umum (BjKU) ICS 77.140.99 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan
Lebih terperinciKawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )
Standar Nasional Indonesia Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP ) ICS 77.140.65 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau
Lebih terperinciBaja profil siku sama kaki proses canai panas (Bj P Siku sama kaki)
Standar Nasional Indonesia Baja profil siku sama kaki proses canai panas (Bj P Siku sama kaki) ICS 77.140.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1
Lebih terperinci(Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan. 1. Tipe Jembatan. a) Jembatan Pelat Beton Berongga. b) Jembatan Pelat. c) Jembatan Girder
1 PEKERJAAN JEMBATAN (Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan 1. Tipe Jembatan a) Jembatan Pelat Beton Berongga b) Jembatan Pelat c) Jembatan Girder d) Jembatan Beton Balok T e) Jembatan
Lebih terperinciCara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton
Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang
Lebih terperinciBab VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS
Bab VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS 7.1 Uraian Umum Dalam setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton adalah elemen struktural bangunan yang paling banyak dimanfaatkan sampai saat ini yang juga telah banyak mengalami perkembangan baik dalam teknologi pembuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta pada khususnya semakin meningkat. Populasi penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia pada umumnya dan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada khususnya semakin meningkat. Populasi penduduk yang terus meningkat tentu
Lebih terperinciCara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles
Standar Nasional Indonesia Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...
Lebih terperinciCara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles
Standar Nasional Indonesia Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia
SNI 03-4154-1996 Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 Badan Standarisasi Nasional DAFTAR ISI Daftar Isi... BAB I DESKRIPSI... 1 1.1 Maksud dan Tujuan... 1 1.1.1 Maksud... 1 1.1.2 Tujuan... 1 1.2 Ruang
Lebih terperinciCara uji kepadatan ringan untuk tanah
Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...
Lebih terperinciBAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK
BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK 7.1 Pelaksanaan Pekerjaan Balok Balok adalah batang dengan empat persegi panjang yang dipasang secara horizontal. Hal hal yang perlu diketahui
Lebih terperinciSNI. Baja tulangan beton SNI Standar Nasional Indonesia ICS ~ Stanzfardisasi. w $$: '" Nasioi:al. -..
Stanzfardisasi SNI Standar Nasional Indonesia SNI 07-2052-2002 Baja tulangan beton ICS 27.180 -~ -..~ Badan -- ~. -- - - Nasioi:al w $$: '". : SNI 07-2052-2002 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... 1 Ruang
Lebih terperinciCara uji daktilitas aspal
Standar Nasional Indonesia Cara uji daktilitas aspal ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beton banyak digunakan sebagai bahan bangunan karena harganya yang relatif murah, kuat tekannya tinggi, bahan pembuatnya mudah didapat, dapat dibuat sesuai dengan
Lebih terperinciBAB VII OPTIMASI PEMBESIAN BORED PILE 7.1. Material Konstruksi Material merupakan komponen yang penting dalam menentukan besarnya biaya suatu proyek, lebih dari separuh biaya proyek diserap oleh material
Lebih terperinciBaja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P)
Standar Nasional Indonesia Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P) ICS 77.140.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...
Lebih terperinciSPESIFIKASI PIPA BAJA BERGELOMBANG DENGAN LAPIS PELINDUNG LOGAM UNTUK PEMBUANGAN AIR DAN DRAINASE BAWAH TANAH
SPESIFIKASI PIPA BAJA BERGELOMBANG DENGAN LAPIS PELINDUNG LOGAM UNTUK PEMBUANGAN AIR DAN DRAINASE BAWAH TANAH 1. Ruang Lingkup. Spesifikasi ini berlaku untuk pipa pembuangan air, drainase bawah tanah,
Lebih terperinciBaja profil I-beam proses canai panas (Bj.P I-beam)
Standar Nasional Indonesia Baja profil I-beam proses canai panas (Bj.P I-beam) ICS 77.140.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciSpesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong
Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong SNI 03-6367-2000 1 Ruang lingkup Spesifikasi ini meliputi pipa beton tidak bertulang yang digunakan sebagai pembuangan air
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Beton bertulang telah dikenal luas dalam penggunaan material struktur bangunan, dengan pertimbangan pemanfaatan kelebihan perilaku yang dimiliki masing-masing komponen
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR
BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN i ii iii iv vii xiii xiv xvii xviii BAB
Lebih terperinciBaja profil kanal U proses canai panas (Bj P kanal U)
Standar Nasional Indonesia Baja profil kanal U proses canai panas (Bj P kanal U) ICS 77.140.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...
Lebih terperinciCara uji slump beton SNI 1972:2008. Standar Nasional Indonesia
Standar Nasional Indonesia Cara uji slump beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah
Lebih terperinciBAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS
BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS A. Gambaran Umum Deformasi. Deformasi adalah perubahan bentuk akibat adanya tegangan dalam logam yaitu tegangan memanjang dan tegangan melintang, yang disebabkan oleh
Lebih terperinciGambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Tulangan Beton Baja tulangan beton adalah baja yang berbentuk batang berpenampang lingkaran yang digunakan untuk penulangan beton,yang diproduksi dari bahan baku billet
Lebih terperinciBaja tulangan beton hasil canai panas Ulang
Standar Nasional Indonesia Baja tulangan beton hasil canai panas Ulang ICS 27.180 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang Lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah
Lebih terperinciCara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan
Standar Nasional Indonesia Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian
Lebih terperincia home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Batang Tarik Pertemuan - 2
Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 SKS : 3 SKS Batang Tarik Pertemuan - 2 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan kekuatan elemen struktur baja beserta alat sambungnya TIK : Mahasiswa mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam bidang konstruksi mengalami perubahan yang sangat pesat dari zaman ke zaman. Pada zaman dahulu bahan yang digunakan dalam bidang konstruksi hanya
Lebih terperinciSAMBUNGAN PADA RANGKA BATANG BETON PRACETAK
SAMBUNGAN PADA RANGKA BATANG BETON PRACETAK Fx. Nurwadji Wibowo ABSTRAKSI Ereksi beton pracetak memerlukan alat berat. Guna mengurangi beratnya perlu dibagi menjadi beberapa komponen, tetapi memerlukan
Lebih terperinciLANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Tinjauan Umum Menurut Supriyadi dan Muntohar (2007) dalam Perencanaan Jembatan Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan mengumpulkan data dan informasi
Lebih terperinciCara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan
Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan
Lebih terperinciStruktur Beton. Ir. H. Armeyn, MT. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Sipil dan Geodesi Institut Teknologi Padang
Penerbit Universiras SematangISBN. 979. 9156-22-X Judul Struktur Beton Struktur Beton Ir. H. Armeyn, MT Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Sipil dan Geodesi Institut Teknologi Padang
Lebih terperinciRSU KASIH IBU - EXTENSION STRUKTUR : BAB - 06 DAFTAR ISI PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA 01. LINGKUP PEKERJAAN BAHAN - BAHAN..
DAFTAR ISI 01. LINGKUP PEKERJAAN.. 127 02. BAHAN - BAHAN.. 127 03. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN...... 127 PT. Jasa Ferrie Pratama 126 01. Lingkup Pekerjaan Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan Konstruksi
Lebih terperinciPanjang Penyaluran, Sambungan Lewatan dan Penjangkaran Tulangan
Mata Kuliah Kode SKS : Perancangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Panjang Penyaluran, Sambungan Lewatan dan Penjangkaran Tulangan Pertemuan - 15 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan penulangan pada elemen-elemen
Lebih terperinciCara uji slump beton SNI 1972:2008
Standar Nasional Indonesia Cara uji slump beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah
Lebih terperinciSemen portland campur
Standar Nasional Indonesia Semen portland campur ICS 91.100.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...
Lebih terperinciMetode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar
Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 SNI 7619:2012 Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang
Lebih terperinciMETODE PENGUJIAN KUAT TARIK BAJA BETON
METODE PENGUJIAN KUAT TARIK BAJA BETON SNI 07-2529-1991 BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dan acuan untuk melakukan pengujian kuat tarik baja beton.
Lebih terperinciBAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut
BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,
Lebih terperinciMATERI/MODUL MATA PRAKTIKUM
PENGUJIAN BETON 4.1. Umum Beton adalah material struktur bangunan yang mempunyai kelebihan kuat menahan gaya desak, tetapi mempunyai kelebahan, yaitu kuat tariknya rendah hanya 9 15% dari kuat desaknya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Pada saat ini, banyak sekali alat-alat yang terbuat dari bahan plat baik plat fero maupun nonfero seperti talang air, cover pintu, tong sampah, kompor minyak, tutup
Lebih terperinciPEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN
ANALISIS PROFIL CFS (COLD FORMED STEEL) DALAM PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN Torkista Suadamara NRP : 0521014 Pembimbing : Ir. GINARDY HUSADA, MT FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
Lebih terperinciCara uji kadar air total agregat dengan pengeringan
Standar Nasional Indonesia Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian
Lebih terperinciIntegrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14
Mata Kuliah Kode SKS : Perancangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Pondasi Pertemuan 12,13,14 Sub Pokok Bahasan : Pengantar Rekayasa Pondasi Jenis dan Tipe-Tipe Pondasi Daya Dukung Tanah Pondasi Telapak
Lebih terperincia home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 4
Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Pondasi Pertemuan - 4 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK : Mahasiswa dapat mendesain penampang
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL VARIASI PRETENSION SAMBUNGAN BAUT BAJA TIPE SLIP CRITICAL
STUDI EKSPERIMENTAL VARIASI PRETENSION SAMBUNGAN BAUT BAJA TIPE SLIP CRITICAL Ardison Gutama 1), Alex Kurniawandy 2), Warman Fatra 3) 1) Jurusan Teknik Sipil, 1,2) Teknik Sipil, 3) Teknik Mesin Fakultas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. nyata baik dalam tegangan maupun dalam kompresi sebelum terjadi kegagalan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profil C Baja adalah salah satu alternatif bahan dalam dunia konstruksi. Baja digunakan sebagai bahan konstruksi karena memiliki kekuatan dan keliatan yang tinggi. Keliatan
Lebih terperinciBAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk.
IV - 1 BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN SMAW adalah proses las busur manual dimana panas pengelasan dihasilkan oleh busur listrik antara elektroda terumpan berpelindung flux dengan benda kerja.
Lebih terperinciTata cara pembuatan benda uji di laboratorium mekanika batuan
Standar Nasional Indonesia Tata cara pembuatan benda uji di laboratorium mekanika batuan ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinci12. LAS DAN PAKU KELING
12. LAS DAN PAKU KELING 12.1 LAS (WELDING) Las atau welding adalah menyambung metal dengan cara memanaskan baja hingga mencapai suhu lumer (meleleh) dengan ataupun tanpa bahan pengisi, yang kemudian setelah
Lebih terperinciSpesifikasi kereb beton untuk jalan
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi kereb beton untuk jalan ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata... iii Pendahuluan...iv 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan yang menggunakan semen sebagai bahan pengikatnya. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan
Lebih terperinciBaja lembaran lapis seng (Bj LS)
Standar Nasional Indonesia Baja lembaran lapis seng (Bj LS) ICS 77.14.5 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...
Lebih terperinciTata Cara Pengujian Beton 1. Pengujian Desak
Tata Cara Pengujian Beton Beton (beton keras) tidak saja heterogen, juga merupakan material yang an-isotropis. Kekuatan beton bervariasi dengan alam (agregat) dan arah tegangan terhadap bidang pengecoran.
Lebih terperinciSpesifikasi bantalan elastomer tipe polos dan tipe berlapis untuk perletakan jembatan
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi bantalan elastomer tipe polos dan tipe berlapis untuk perletakan jembatan ICS 93.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan...
Lebih terperinciMetode pengujian lentur posisi tegak kayu dan bahan struktur. bangunan berbasis kayu
Metode pengujian lentur posisi tegak kayu dan bahan struktur 1 Ruang lingkup bangunan berbasis kayu Metode pengujian ini menyediakan penurunan sifat lentur posisi tegak kayu dan bahan struktur bangunan
Lebih terperinciJenis las Jenis las yang ditentukan dalam peraturan ini adalah las tumpul, sudut, pengisi, atau tersusun.
SAMBUNGAN LAS 13.5.1 Lingkup 13.5.1.1 Umum Pengelasan harus memenuhi standar SII yang berlaku (2441-89, 2442-89, 2443-89, 2444-89, 2445-89, 2446-89, dan 2447-89), atau penggantinya. 13.5.1.2 Jenis las
Lebih terperinciMetode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C , IDT)
Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C 136-06, IDT) Badan Standardisasi Nasional SNI ASTM C136:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi
Lebih terperinciMETODE PENGAMBILAN DAN PENGUJIAN BETON INTI
METODE PENGAMBILAN DAN PENGUJIAN BETON INTI SNI 03-2492-2002 1 Ruang Lingkup 1) Metoda ini mencakup cara pengambilan beton inti, persiapan pengujian dan penentuan kuat tekannya; 2) Metode ini tidak memberikan
Lebih terperinciSTUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA
STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA Roland Martin S 1*)., Lilya Susanti 2), Erlangga Adang Perkasa 3) 1,2) Dosen,
Lebih terperinciCara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat
Standar Nasional Indonesia Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar
Lebih terperinciTata cara perencanaan dan pelaksanaan bangunan gedung menggunakan panel jaring kawat baja tiga dimensi (PJKB-3D) las pabrikan
SNI 7392:2008 Standar Nasional Indonesia Tata cara perencanaan dan pelaksanaan bangunan gedung menggunakan panel jaring kawat baja tiga dimensi (PJKB-3D) las pabrikan ICS 91.080.10 Badan Standardisasi
Lebih terperinciBAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN 5.1 Pekerjaan Bekisting 5.1.1 Umum Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan bekisting harus memenuhi syarat PBI 1971 N 1-2 dan Recomended Practice
Lebih terperincia home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 3
Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Pelat Pertemuan - 3 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK : Mahasiswa dapat mendesain sistem pelat
Lebih terperinciBAB VII TINJAUAN KHUSUS OPTIMASI PEMBESIAN BORED PILE. Material merupakan komponen yang penting dalam menentukan
BAB VII TINJAUAN KHUSUS OPTIMASI PEMBESIAN BORED PILE 7.1 Material Konstruksi Material merupakan komponen yang penting dalam menentukan besarnya biaya suatu proyek, lebih dari separuh biaya proyek diserap
Lebih terperinciSpesifikasi material baja tahan karat unit instalasi pengolahan air
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi material baja tahan karat unit instalasi pengolahan air ICS 91.140.60; 77.140.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan...
Lebih terperinciFAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG
STUDI KONFIGURASI LAS SUDUT PADA STRUKTUR BAJA YANG MEMIKUL MOMEN SEBIDANG BERDASARKAN SPESIFIKASI SNI 03 1729 2002 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG Elfrida Evalina NRP
Lebih terperinciKomponen Struktur Tarik
Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Komponen Struktur Tarik Pertemuan 2, 3 Sub Pokok Bahasan : Kegagalan Leleh Kegagalan Fraktur Kegagalan Geser Blok Desain Batang Tarik
Lebih terperinciBAHAN KULIAH STRUKTUR BAJA 1. Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik dan Informatika Undiknas University
3 BAHAN KULIAH STRUKTUR BAJA 1 4 Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik dan Informatika Undiknas University Batang tarik 1 Contoh batang tarik 2 Kekuatan nominal 3 Luas bersih 4 Pengaruh lubang terhadap
Lebih terperinciKata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban yang mampu diterima serta pola kegagalan pengangkuran pada balok dengan beton menggunakan dan tanpa menggunakan bahan perekat Sikadur -31 CF Normal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau
17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia konstruksi di Indonesia semakin berkembang dengan pesat. Seiring dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau bahan yang dapat
Lebih terperinciP ndahuluan alat sambung
SAMBUNGAN STRUKTUR BAJA Dr. IGL Bagus Eratodi Pendahuluan Konstruksi baja merupakan kesatuan dari batangbatang yang tersusun menjadi suatu struktur. Hubungan antar batang dalam struktur baja berupa sambungan.
Lebih terperinciSNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional
Standar Nasional Indonesia Papan nama sungai ICS 93.140 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
Lebih terperinciBaja lembaran lapis seng (Bj LS)
Standar Nasional Indonesia Baja lembaran lapis seng (Bj LS) ICS 77.14.5 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...
Lebih terperinciTata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal
Standar Nasional Indonesia SNI 6890:2014 Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal ICS 93.080.20 (ASTM D 979-01 (2006), IDT) Badan Standardisasi Nasional ASTM 2006 All rights reserved BSN 2014
Lebih terperinciMACAM MACAM SAMBUNGAN
BAB 2 MACAM MACAM SAMBUNGAN Kompetensi Dasar Indikator : Memahami Dasar dasar Mesin : Menerangkan komponen/elemen mesin sesuai konsep keilmuan yang terkait Materi : 1. Sambungan tetap 2. Sambungan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak dapat dipisahkan dari pengelasan karena mempunyai peranan penting dalam rekayasa dan reparasi logam.
Lebih terperinciBaja lembaran dan gulungan lapis paduan aluminium seng (Bj.L AS)
Standar Nasional Indonesia Baja lembaran dan gulungan lapis paduan aluminium seng (Bj.L AS) ICS 77.140.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan
Lebih terperinciProses Lengkung (Bend Process)
Proses Lengkung (Bend Process) Pelengkuan (bending) merupakan proses pembebanan terhadap suatu bahan pada suatu titik ditengah-tengah dari bahan yang ditahan diatas dua tumpuan. Dengan pembebanan ini bahan
Lebih terperinciBatang uji tarik untuk bahan logam
Standar Nasional Indonesia Batang uji tarik untuk bahan logam ICS 77.040.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... 1 Pendahuluan...ii 1 Ruang Iingkup... 1 2 Acuan... 1 3 Definisi... 1 4
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling melengkapi dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing bahan, sehingga membentuk suatu jenis
Lebih terperinciMETODE UJI UJI KUAT TEKAN BETON UJI MODULUS ELASTISITAS BETON UJI KUAT TARIK BAJA
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS HASANUDDIN Jln Poros Malino KM. 14.5 Kampus Teknik Unhas Gowa, Sulawesi Selatan, 92171 METODE UJI UJI KUAT TEKAN BETON UJI MODULUS ELASTISITAS
Lebih terperinciSpesifikasi lembaran bahan penutup untuk perawatan beton
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lembaran bahan penutup untuk perawatan beton ICS 91.200 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciKEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 06/SE/M/2016 TANGGAL 15 MARET 2016 TENTANG PEDOMAN PENJAHITAN MELINTANG PADA PEMELIHARAAN PERKERASAN KAKU KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja merupakan bahan konstruksi yang sangat baik, sifat baja antara lain kekuatannya yang sangat besar dan keliatannya yang tinggi. Keliatan (ductility) ialah kemampuan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Berat Jenis dan Kerapatan Kayu Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara 0.2-1.28 kg/cm 3. Berat jenis kayu merupakan suatu petunjuk dalam menentukan kekuatan
Lebih terperinciSpesifikasi bukaan pemisah jalur
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi bukaan pemisah jalur ICS 93.080.30 adan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan...iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga
Lebih terperinciCara uji abrasi beton di laboratorium
Standar Nasional Indonesia Cara uji abrasi beton di laboratorium ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...
Lebih terperinci