KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA"

Transkripsi

1 KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A Kajian Pencahayaan Lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. (Di bawah bimbingan ANDI GUNAWAN) Jalan Lingkar Kebun Raya adalah jalan yang penting di Kota Bogor. Jalan ini terus aktif selama 24 jam setiap harinya. Saat malam hari tingkat operasional jalan bergantung pada kondisi pencahayaan. Jalan dengan kondisi pencahayaan yang baik dapat beroperasi dengan optimal, sehingga kajian pencahayaan pada Jalan Lingkar Kebun Raya sangat penting. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei, pemodelan 2D, dan simulasi 3D. Tahapan penelitian meliputi : persiapan penelitian, survei pendahuluan, pemodelan 2D dengan software AutoCAD, survei lanjutan, analisis dan hasil analisis, sintesis, kemudian pembuatan simulasi 3D dengan software 3D Studio Max. Dalam survei awal ditemukan adanya 28 jenis lampu di sepanjang tapak penelitian. Jenis-jenis lampu itu dikelompokkan menjadi 8 kelompok berdasarkan fungsi dan karakternya. Fungsi dan karakter tiap kelompok berbeda-beda. Kelompok 1 memiliki ketinggian di atas 5 meter serta memiliki fungsi khusus untuk menerangi jalan raya dan pedestrian. Kelompok 2 memiliki ketinggian 3 sampai 5 meter serta memiliki fungsi khusus untuk menerangi pedestrian atau taman. Kelompok 3 merupakan lampu sorot yang memiliki ketinggian di atas 10 meter dan berfungsi sebagai penerangan tambahan atau penerangan utama pada kawasan yang luas. Kelompok 4 merupakan lampu estetis yang berfungsi sebagai hiburan. Kelompok 5 merupakan lampu pendek dengan ketinggian maksimum 3 meter serta berfungsi sebagai penerangan bangunan atau taman. Kelompok 6 adalah lampu pijar yang digunakan para pedagang pasar malam. Kelompok 7 adalah lampu sorot kecil yang digunakan untuk menonjolkan objek saat malam hari. Kelompok 8 adalah reklame neon yang digunakan sebagai sarana promosi. Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor terbentuk dari 4 jalan besar: Jalan Juanda, Jalan Jalak Harupat, Jalan Pajajaran, dan Jalan Otto Iskandardinata. Setiap jalan memiliki karakteristik pencahayaan yang berbeda-beda. Karakteristik ini dapat dilihat dari jumlah dan keragaman jenis lampu yang berbeda-beda pada setiap jalan. Jalan Juanda memiliki 147 buah lampu dengan 18 jenis lampu yang berbeda. Jalan Jalak Harupat memiliki 62 buah lampu dengan 4 jenis lampu yang berbeda. Jalan Pajajaran memiliki 92 buah lampu dengan 13 jenis yang berbeda. Jalan Otto Iskandardinata memiliki 47 buah lampu dengan 6 jenis lampu yang berbeda. Berdasarkan hasil rekapitulasi kuantitatif didapatkan data bahwa Jalan Juanda memiliki tingkat pemenuhan kebutuhan pencahayaan yang paling tinggi. Jumlah lampu pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor sudah mencukupi untuk memberikan penerangan yang merata. Namun, masih ditemukan adanya 5 kawasan gelap pada tapak ini. Kawasan-kawasan gelap ini terbentuk karena tidak dioperasikannya lampu pada kawasan itu setelah lewat dari pukul Kawasan gelap pertama terletak di Jembatan Sempur yang berada di Jalan Jalak Harupat. Kawasan gelap kedua terletak di traffic island depan Pangrango Plaza dan jalan Jalak Harupat yang ada di sampingnya. Kawasan gelap ketiga terletak di terowongan penyeberangan yang berada di depan Kampus IPB Barangsiang.

3 Kawasan gelap keempat terletak di depan Tugu Kujang hingga sebelum Jalan Bangka, kawasan gelap ini terletak di Jalan Ottista. Kawasan gelap kelima terletak di Jalan Juanda, tepatnya pada ruas jalan di depan Bank Danamon hingga sebelum pertigaan Gang Paledang. Berdasarkan hasil analisis, Jalan Lingkar Kebun Raya ini sangat kekurangan lampu dengan fungsi hiburan. Padahal, arah kebijakan Kota Bogor sendiri mengarah kepada kota wisata dan jasa. Permasalahan ini diselesaikan dengan rekomendasi konsep pencahayaan. Konsep pencahayaan yang direkomendasikan adalah meningkatkam jumlah lampu hiburan dengan aplikasi lampu-lampu estetis. Permainan bentuk cahaya dan warna dilakukan untuk meningkatkan nilai estetis sekaligus memperkuat karakter kawasan. Kawasan dengan fungsi penerangan jalan juga diaplikasikan untuk meningkatkan orientasi pengguna jalan saat terjadi hujan. Secara umum zonasi konsep dibagi berdasarkan landuse, hal ini dilakukan karena zonasi yang terbentuk oleh landuse memiliki karakter dan fungsi sosial yang berbeda-beda. Terdapat 5 zona konsep pencahayaan, yaitu kawasan pencahayaan jalan, kawasan pencahayaan perkantoran, kawasan pencahayaan jasa dan perdagangan, kawasan pencahayaan permukiman, dan kawasan pencahayaan pendidikan. Kawasan pencahayaan jalan adalah kawasan yang ditujukan untuk meningkatkan keselamatan dan orientasi para pengguna jalan. Aplikasinya adalah penggunaan lampu-lampu jalan tinggi (anggota Kelompok 1) dan diletakkan dengan jarak yang konstan sehingga memberikan orientasi bagi para pengguna jalan. Kawasan ini sendiri dibagi menjadi dua, yaitu kawasan penerangan jalan dengan menggunakan lampu Jenis 1, dan kawasan penerangan jalan dengan pengguna lampu Jenis 6. Lampu Jenis 6 digunakan pada kawasan dengan kanopi pohon yang rendah sehingga cahaya lampu tidak terganggu dengan kanopi. pada kawasan ini juga diaplikasikan lampu estetik (lampu dinding, dan lampu tiang) yang disusun dengan jarak yang konstan sehingga dapat memberikan orientasi. Kawasan wisata ilmiah dan ruang terbuka hijau adalah kawasan Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor. Istana Bogor telah memiliki pencahayaan yang cukup. Kebun Raya Bogor adalah hutan kota yang memiliki binatang-binatang malam, oleh karena itu kondisi Kebun Raya dipertahankan dengan pencahayaan yang minimal. Kawasan lainnya ditujukan sebagai kawasan estetik. Lampu-lampu estetik diaplikasikan pada kawasan ini berdasarkan fungsi dan karakter kawasan yang berbeda-beda. Permainan bentuk cahaya, bentuk lampu, intensitas cahaya, warna cahaya disesuaikan dengan karakter kawasan yang berbeda-beda. Kawasankawasan ini memiliki fungsi khusus untuk meningkatkan nilai estetis Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor.

4 @ Hak cipta milik IPB, tahun 2010 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak karya tulis ini tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun Baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya.

5 KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

6 Judul Skripsi Nama NRP : KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR : Arsyad Khrisna : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Andi Gunawan, M Agr. Sc. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA. NIP Tanggal Lulus :...

7 KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan izin-nya dapat diselesaikan penelitian dengan judul Kajian Pencahayaan Lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Terima Kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Andi Gunawan, M Agr. Sc. selaku Dosen Pembimbing Skripsi atas pengarahan dan bimbingannya, Dr. Ir. Nurhayati H.S.A., M Sc. dan Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah. M Agr. selaku penguji sidang, serta keluarga yang telah memberikan dukungan material dan moral. Terima kasih penulis sampaikan kepada BAPPEDA Bogor, dan Dinas Pertamanan Kota Bogor atas data-data yang diberikan. Terima kasih penulis ucapkan juga kepada seluruh pihak-pihak yang telah memberikan kontribusi bagi kelancaran penyusunan skripsi ini. Penulis menerima dengan lapang semua kritik dan saran yang membangun. Atas semua saran serta masukan yang membangun, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Atas segala kesalahan dan kekurangannya penulis ucapkan maaf. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihakpihak yang membutuhkan. Bogor, Januari 2010 Penulis

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 20 Maret Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Supriyo Wahyunanto dan Ibu Lusye Dagmar Lontoh. Penulis memulai pendidikan di TK Sempur Kaler Bogor pada tahun 1991 kemudian lulus pada tahun 1993, dilanjutkan pada SD Sempur Kaler Bogor pada tahun 1993 hingga Pada tahun 1999 penulis meneruskan studi di SMP 2 Bogor dan lulus pada tahun Penulis meneruskan studi di SMA 1 Bogor pada tahun 2002 hingga Tahun 2005 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI. Kemudian masuk ke Departemen Arsitektur Lanskap pada tahun Selama menjalankan studi di IPB, penulis aktif mengikuti kegiatan-kegiatan di luar akademik. Penulis aktif membantu dalam berbagai kegiatan Himpro (Himaskap) dan BEM KM. Penulis beserta beberapa teman berhasil membentuk komunitas yang bergerak dalam bidang lingkungan. Melalui komunitas ini penulis banyak melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan serta bekerja sama dengan beberapa perusahaan besar dalam pelaksanaan kegiatan. Selama studi di Departemen Arsitektur Lanskap penulis mengerjakan beberapa proyek. Proyek yang dikerjakan berasal dari dosen atau hasil rekomendasi. Jenis proyek yang dikerjakan mayoritas adalah desain dan simulasi 3D. Penulis juga sempat menjadi pendamping dosen dalam kelas S2 dengan materi pendalaman SIG yang diadakan oleh Departemen Ilmu Gizi IPB.

9 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 TINJAUAN PUSTAKA Lanskap... 4 Pencahayaan... 4 Kebutuhan Pencahayaan... 5 Efek Pencahayaan... 6 Dampak Suasana Gelap bagi Manusia... 6 Sumber Cahaya... 7 Bola Lampu... 7 Lampu... 7 Pemodelan Digital... 9 METODOLOGI Tempat dan Waktu Metode Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Biofisik Kondisi Umum Jalan Iklim Landuse Vegetasi dan Satwa Kualitas Visual Aspek Legal Peraturan... 23

10 Kebijakan Aspek Sosial Kelompok-Kelompok Lampu Persebaran Jenis-Jenis Lampu Persebaran Lampu pada Jalan Juanda Persebaran Lampu pada Jalan Jalak Harupat Persebaran Lampu pada Jalan Pajajaran Persebaran Lampu pada Jalan Otto Iskandardinata Kondisi Pencahayaan Analisis Konsep Pencahayaan Kawasan Pencahayaan Jalan Kawasan Pencahayaan Perkantoran Kawasan Pencahayaan Jasa dan Perdagangan Kawasan Pencahayaan Permukiman Kawasan Pencahayaan Pendidikan Fasilitas Penyeberangan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 61

11 DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Jenis, Bentuk, Tipe, Cara Pengambilan, dan Sumber Data Kondisi Umum Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Kondisi Iklim Kota Bogor Tahun Jumlah dan Fungsi Seluruh Kelompok Lampu Jumlah Fungsi Penerangan pada Setiap Jalan Analisis Aspek Biofisik, Aspek Legal, dan Aspek Sosial... 38

12 DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Kerangka Berpikir Peta Lokasi Penelitian Tahapan Penelitian Batas Spasial 4 Jalan Besar dan Tata Guna Lahan Potensi Wisata Kota Bogor Lampu Tugu Kujang yang Tidak Beroperasi Bad View Kawasan Bad View Objek Vandalisme Pada Lampu Bayangan Kanopi Kawasan Lampu yang Tidak Beroperasi Aktifitas Sosial Persebaran Klasifikasi Umum Lampu Persebaran Kelompok Lampu Tingkat Keragaman dan Jumlah Lampu Tiap Jalan Kawasan Gelap Persebaran Kawasan-Kawasan Gelap Objek-Objek Potensial Untuk Diaplikasikan Lampu Ilustrasi Lampu Estetik Kawasan Pencahayaan Jalan Ilustrasi Kawasan Pencahayaan Jalan Konsep Light Ball Konsep Fountain Of Fortune Konsep Harbour Light Konsep Welcome Light Konsep Dancing Light Konsep Point Of View Konsep Melody Of Light Ilustrasi Enlightment Terowongan Penyeberangan... 56

13 30. Konsep Zebra Cross Zonasi Rekomendasi... 58

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Lanskap memiliki dimensi ruang dan waktu, kedua dimensi ini berkaitan dengan erat. Pada umumnya studi lanskap yang dilakukan lebih terfokus kepada elemen ruang dan dimensi waktu siang, sedangkan studi lanskap pada malam hari masih sangat minim sekali. Karakter lanskap saat malam hari sangat dipengaruhi oleh faktor pencahayaannya. Konsep pencahayaan yang berbeda akan menghasilkan karakter yang berbeda pada tapak yang sama. Konsep pencahayaan yang tepat adalah konsep pencahayaan yang dapat meningkatkan nilai fungsional dan estetikanya. Melalui studi dapat dirumuskan konsep pencahayaan yang lebih baik untuk suatu tapak, dengan mengkaji karakter asli tapak tersebut saat malam hari. Konsep pencahayaan yang baik sangat penting, terutama pada lokasi-lokasi public service yang harus berfungsi selama 24 jam. Lokasi public service tanpa konsep pencahayaan yang baik akan berkurang nilai fungsional dan efektivitasnya saat malam hari, karena rendahnya nilai kenyamanan, keamanan, dan estetiknya. Jalan merupakan salah satu lanskap terbangun yang sangat penting (Simonds JO dan Starke BW, 2006), karena perannya sebagai pondasi dasar jalur sirkulasi. Jalan umum dituntut untuk berfungsi secara optimal baik siang maupun malam. Agar berfungsi secara optimal pada malam hari diperlukan pencahayaan (Moyer, 1992). Moyer (1992), menyebutkan bahwa pencahayaan pada ruang publik harus merespons seluruh aktivitas yang dilakukan pada ruang tersebut. Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor merupakan jalan protokol utama yang menghubungkan berbagai tempat penting di Kota Bogor. Jalan ini melingkari Kebun Raya Bogor yang relatif gelap, sehingga asupan cahaya luar pada koridor jalan ini sangat minim. Di lain sisi, perannya sebagai jalan protokol utama menuntutnya untuk selalu fungsional secara optimal, sehingga kajian lanskap lighting pada koridor jalan ini sangat penting. Melalui kajian dapat dihasilkan konsep pencahayaan yang baik, yaitu tidak terdapat daerah gelap pada area publik dan terpenuhi kebutuhan-kebutuhan pencahayaannya.

15 2 Konsep dihasilkan dari sinergi yang proporsional antara beberapa aspek penting. Aspek penting dalam pencahayaan adalah kondisi saat ini pada siang dan malam hari, konsep pengembangan kota, aspek legal yang berlaku, kebutuhan pencahayaan (keselamatan, keamanan, orientasi, promosi, identitas, penerangan sekitar, dan hiburan), serta aspek sosial. Aspek biofisik lampu akan dikaji lebih mendalam dengan membuat zonasi kawasan. Kajian akan menggunakan zonasi berdasarkan empat jalan besar yang terdapat di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor (Jalan Juanda, Jalan Jalak Harupat, Jalan Pajajaran, dan Jalan Otto Iskandardinata). Penggunaan zonasi ini karena setiap jalan memiliki nama dengan karakter yang berbeda, sehingga akan dikaji karakter pencahayaan pada setiap jalan tersebut. Model tiga dimensi akan dibuat untuk memberikan gambaran nyata dari konsep yang dihasilkan. Untuk menghasilkan simulasi yang akurat akan digunakan program AutoCad dan 3DS Max. Melalui pemodelan dan simulasi yang tepat akan terbentuk pemahaman yang lebih mendalam atas konsep pencahayaan yang dihasilkan. Kerangka berpikir dapat dilihat pada Gambar 1. Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah mempelajari pencahayaan lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Tujuan lainnya adalah mempelajari faktorfaktor yang mempengaruhi pencahayaan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, dan menyusun konsep pencahayaan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor yang lebih baik secara umum. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini sebagai berikut : 1. memberikan masukan bagi pemerintah kota untuk meningkatkan keselamatan, keamanan, kenyamanan, dan estetik lanskap jalan lingkar ini pada malam hari; 2. memberikan referensi dan informasi bagi para akademisi berkaitan dengan pencahayaan lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, Kota Bogor.

16 3 Jalan Lingkar Kebun Raya Lanskap Jalan Kondisi Saat Ini Tapak Aspek Legal (Peraturan Daerah dan Arah Pengembangan Kawasan) Aspek Sosial Kebutuhan Pencahayaan 1. Keselamatan. 2. Keamanan. 3. Orientasi. 4. Promosi. 5. Identitas. 6. Penerangan sekitar. 7. Hiburan. Analisis dan Hasil Analisis Rekomendasi Konsep Pencahayaan Gambar 1. Kerangka Berpikir

17 TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Simond dan Starke (2006) menyebutkan bahwa karakter lanskap terbagi menjadi dua kategori besar, yaitu lanskap alami dan lingkungan terbangun (lanskap terbangun). Lanskap alami adalah lanskap yang terbentuk secara alamiah berdasarkan gaya dan hukum-hukum yang terdapat pada alam. Dalam lanskap alami ini terdapat fitur major dan minor. Fitur major hanya dapat diubah sedikit atau bahkan tidak sama sekali, seperti gunung, kabut, dan gravitasi. Fitur minor dapat diubah untuk memenuhi kebutuhan manusia, seperti bukit. Lanskap terbangun dibentuk dengan mempertimbangkan kedua fitur mayor dan minor yang ada pada lanskap alami. Lanskap terbangun dibentuk untuk memenuhi kebutuhan dan mempermudah kehidupan manusia. Salah satu lanskap terbangun manusia adalah jalan. Jalan memiliki nilai yang sangat esensial bagi pergerakan manusia dan barang, tetapi juga dapat membahayakan manusia. Setiap menit ada orang yang meninggal akibat kecelakaan kendaraan bermotor. Hal ini terjadi karena kita masih belum dapat menghargai rute transportasi ini dengan baik, atau kita belum belajar untuk mendisain jalur trasportasi ini dengan peramalan dan imajinasi yang cukup (Simond dan Starke, 2006). Pencahayaan Cahaya berfungsi sebagai stimulus. Pola pencahayaan pada kawasan menciptakan respons dari orang-orang yang melihatnya. Apabila pencahayaan suatu kawasan berubah, perasaan dan reaksi orang terhadap kawasan tersebut akan berubah. Dalam kondisi pencahayaan yang berbeda, interpretasi seseorang terhadap kawasan juga akan berubah (Moyer, 1992). Moyer (1992) menegaskan lagi bahwa pencahayaan dapat membangkitkan perasaan bahagia, drama, misteri, roman, dan berbagai macam perasaan lainnya. Pencahayaan dapat menentukan bagaimana seharusnya perasaan seseorang terhadap suatu kawasan. Kekuatan pencahayaan memberikan kemampuan untuk menentukan sekaligus membangun karakter dan interpretasi suatu kawasan.

18 5 Kebutuhan pencahayaan Kebutuhan pencahayaan umum lanskap pada malam hari melingkupi tujuh hal (Philips, 2004). 1. Pencahayaan dapat meningkatkan tingkat keselamatan dengan meminimalkan semua kemungkinan kecelakaan. Pemberiaan pencahayaan yang baik pada daerah rawan kecelakaan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan pada malam hari. 2. Pencahayaan yang baik dapat meningkatkan rasa aman bagi pengguna. Tindakan kriminal pada malam hari dapat dihindari dengan pencahayaan yang baik dan menyeluruh. 3. Pencahayaan dapat memberikan petunjuk dan mengarahkan pengguna. Lampu yang disusun homogen mengikuti suatu jalan dapat mengarahkan sirkulasi. Penerangan pada suatu objek utama (baik bangunan, signage, sclupture, atau objek lainnya yang menjadi penciri suatu kawasan) dapat membentuk mental map pengguna, agar dapat mengetahui gambaran keberadaaanya. 4. Malam hari pencahayaan dibutuhkan untuk mempromosikan produk-produk komersial. 5. Pencahayaan digunakan untuk menghidupkan identitas kawasan. 6. Secara umum pencahayaan digunakan untuk menerangi kawasan sekitar sehingga aktivitas manusia dapat berjalan dengan normal seperti siang hari. 7. Pencahayaan digunakan sebagai elemen hiburan. Permainan cahaya baik dari segi warna, intensitas cahaya, pergerakan cahaya, maupun bentuk cahaya dapat memberikan kesan estetik dan menghibur. Efek pencahayaan Enam efek pencahayaan yang biasa digunakan pada lanskap malam hari (Skyhorsestation, 2009) yaitu : 1. moonlighting or down lighting (pencahayaan ke arah bawah); 2. silhouetting or backlighting (pencahayaan dari belakang untuk menciptakan efek lingkaran cahaya); 3. shadowing (pencahayaan untuk menciptakan efek bayangan di belakang); 4. spot lighting (pencahayaan titik-titik tertentu untuk memberikan tekanan pada elemen arsitektural);

19 6 5. grazing (pencahayaan permukaan untuk memberikan tekstur); 6. up-lighting (pencahayaan ke arah atas, biasanya untuk memperlihatkan tekstur suatu objek); 7. cross lighting (pencahayaan melintang dengan menggunakan dua atau lebih lampu sehingga menghasilkan efek tiga dimensi). Dampak Suasana Gelap Bagi Manusia Menurut Hakim (2006), terdapat tiga dampak yang dapat muncul ketika suasana sekitar kita menjadi gelap, yaitu rasa takut, rasa tidak jelas, dan rasa menyeramkan. Tidak semua suasana gelap dapat menimbulkan ketakutan. Ketakutan pada suasana gelap lebih banyak disebabkan oleh faktor pengalaman dan kebiasaaan. Di daerah yang terbatas sumber cahaya penerangan, suasana gelap menjadi hal yang biasa. Perasaan takut timbul karena faktor pengalaman yang dialami manusia. Misalnya sejak kecil kita diberi gambaran bahwa suasana gelap itu identik dengan hantu sehingga bila berada pada suasana yang gelap kita akan teringat dengan hantu. Jika suasana gelap itu berada di luar (ruang terbuka) dengan skala ruangan yang besar, cenderung menimbulkan pemikiran negatif terhadap sebuah benda. Namun, jika kita telah terbiasa dan telah mengenal bendabenda tersebut dengan jelas, pemikiran negatif itu akan berkurang. Pada umumnya suasana gelap kurang memberikan suasana yang nyaman. Suasana gelap gulita membuat semua benda tidak mempunyai sinar pantulan untuk ditangkap oleh lensa mata sehingga benda menjadi tidak jelas. Perasaan menyeramkan terhadap ruang dapat terjadi karena suasana yang gelap serta skala ruang yang luas dan langit-langit yang tinggi, contohnya makam. Makam memiliki suasana yang sepi, sinar yang terbatas, skala ruang yang terbuka dengan langit yang terbentang luas dan bentuk nisan. Karakter-karakter yang ada pada makam cenderung menyeramkan atau bila berada pada suatu bangunan berskala besar dengan cahaya penerangan yang terbatas, rasa menyeramkan cenderung muncul. Jadi, perasaan menyeramkan terhadap ruang dapat ditimbulkan juga oleh faktor cahaya.

20 7 Sumber Cahaya Elemen utama dari pencahayaan artifisial adalah lampu yang berperan sebagai sumber cahaya. Tujuan dan efek pencahayaan yang berbeda sangat dipengaruhi oleh penggunaan tipe, spesifikasi, dan model lampu. Bola Lampu Menurut Moyer (1992), lampu dibagi menjadi dua kategori dasar, yaitu : filament dan discharge. Dalam kategori filament hanya terdapat satu jenis lampu yaitu incandescent (lampu pijar), sedangkan kategori discharge terdapat dua jenis yaitu high intensity discharge (HID) yang termasuk di dalamnya mercury vapor, metal halide, dan high and low pressure sodium serta low pressure discharge yang termasuk di dalamnya fluorescent, cold chatode, dan neon. Lampu Terdapat dua kategori utama pada lampu, yaitu lampu yang berfungsi untuk dekoratif dan yang menitikberatkan pada faktor fungsional (Moyer, 1992). Lampu yang berfungsi untuk dekoratif dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: 1. lanterns (adalah lampu tradisional yang memiliki bentuk beraneka ragam sesuai dengan jaman dan kebudayaan daerah); 2. bollards and path fixtures (lampu jenis ini adalah lampu dekoratif yang banyak digunakan pada jalur pejalan kaki sebagai orientasi, dengan desain visual yang sesuai dengan karakter kawasan); dan 3. post, wall-mounted, and hanging fixtures (lampu untuk dekorasi visual, tetapi jenis ini juga dapat memberikan orientasi, identifikasi, dan penerangan umum. Bentuk-bentuk dari lampu ini harus sesuai dengan karakter kawasan). Lampu yang menitikberatkan pada faktor fungsional idealnya tersembunyi dari penglihatan mata baik saat siang maupun malam hari. Apabila tidak dapat disembunyikan, faktor-faktor fisiknya (seperti bentuk, dan warnanya) harus disesuaikan dengan karakter kawasan sekitarnya. Lampu fungsional terbagi menjadi enam jenis, yaitu: ground-mounted adjustable fixture, hanging fixtures, surface-mounted fixtures, ground-recessed fixtures, underwater accent fixtures, underwater niche fixtures.

21 8 Lampu ground-mounted adjustable fixture adalah lampu sorot yang digunakan untuk menerangi struktur, objek, atau material tanaman pada taman. Ukurannya sangat variatif bergantung pada sumber cahaya yang digunakan. Lampu jenis ini memerlukan tambahan ruang yang cukup antara bola lampu dan lensa lampu apabila ingin ditambah dengan lensa-lensa asesoris. Lampu hanging fixtures digunakan dengan cara digantung pada objek. Lampu surface-mounted fixtures digunakan untuk keperluan pencahayaan umum, sebagai tambahan cahaya, atau sebagai aksen. Jenis ini dapat dipasang pada pohon, dinding, atau pagar. Lampu jenis ini memiliki bentuk dan ukuran yang beraneka ragam. Tingkat watt yang diperlukan meningkat bersama dengan pertambahan ketinggian lampu. Lampu ground-recessed fixtures ditanam di bawah permukaan lantai. Jenis ini banyak digunakan untuk menonjolkan objek pohon, sebagai aksen pada patung, untuk menerangi tembok dan pagar, serta menerangi rambu-rambu. Lampu underwater accent fixtures merupakan lampu yang dibuat tahan air dan digunakan untuk memberikan penerangan atau aksen pada kolam. Lampu underwater niche fixtures merupakan lampu yang digunakan untuk menerangi atau memberi aksen pada kolam, tetapi badan lampu tidak dibuat tahan air. Lampu jenis ini dipasang pada sebuah tempat transparan yang tahan air untuk menghindarinya terkena air. Pemodelan Digital AutoCad adalah piranti lunak untuk keperluan gambar teknik dua dimensi (2D), sedangkan 3D Studio Max adalah piranti lunak untuk pemodelan dalam bentuk tiga dimensi (3D). Dalam proses produksi, secara tehnik dimulai dari gambar 2D yang berfungsi sebagai gambar kerja (panduan pelaksanaan) kemudian dibangun model tiga dimensinya. Model 3D berfungsi memudahkan untuk memahami bentuk yang akan dicapai karena model 3D dapat dilihat dari berbagai arah, bahkan dari dalam ruangan (Thabrani, 2007). Kemampuan 3D Studio Max selain membuat model 3D, juga dapat memberi material, pencahayaan serta membuat simulasi gerakan (animasi) sehingga model dapat dipresentasikan setara foto (Thabrani, 2007). Menurut Hendratman, H dan Robby (2008), 3D Studio Max merupakan piranti lunak

22 9 visualisasi (modeling dan animasi) tiga dimensi yang populer dan serbaguna. Hasil yang dibuat di 3D Studio Max sering digunakan di pertelevisian, media cetak, game, web, otomotif, fashion, desain furniture, desain interior, dan visualisasi desain arsitektur. Piranti lunak 3D Studio Max 2009 memiliki fasilitas simulasi cahaya yang disebut photometric light. Fasilitas ini dapat mensimulasikan kondisi pencahayaan yang sangat mendekati nyata melalui dua perhitungan algoritma. Algoritma yang pertama adalah local ilumination, algoritma ini menghitung dengan detil bagaimana sifat suatu permukaan objek ketika menerima cahaya. Algoritma yang kedua adalah global ilumination, algoritma ini menghitung dengan detil bagaimana proses transfer cahaya dalam suatu ruang. Kedua algoritma ini bekerja bersamaan menghasilkan simulasi pencahayaan yang alamiah (Autodesk, 2009).

23 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Tempat penelitian adalah di sepanjang koridor Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor (Gambar 2). Penelitian ini dilakukan sejak April 2009 hingga September Peta Jawa Barat Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survei, pemodelan, dan simulasi 3D. Tahapan kerjanya meliputi tahap persiapan penelitian, survei pendahuluan, pemodelan 2D dengan AutoCad, survei lanjutan, analisis, sintesis, dan simulasi 3D dengan 3D Studio Max. Bagan tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3. Persiapan Penelitian Tahap Persiapan penelitian mencakup penetapan tujuan, penyusunan rencana kerja, penyusunan anggaran biaya, dan pengumpulan informasi yang

24 11 diperlukan untuk memulai penelitian. Peta yang didapatkan melalui dinas pertamanan digunakan sebagai basemap awal, kemudian dilakukan validasi dengan citra satelit dan cek lapang. Survei Pendahuluan Pada survei pendahuluan dilakukan inventarisasi data-data umum dan titiktitik lampu pada siang hari, sekaligus verifikasi kondisi lapang dari peta yang didapatkan melalui dinas pertamanan. Peta dasar lokasi lampu didapatkan dari Dinas Pertamanan Kota bogor. Kemudian dilakukan verifikasi ulang titik-titik lampu dengan menggunakan GPS. Data titik-titik lampu hasil verifikasi dengan GPS disinkronkan dengan data dari Dinas Pertamanan. Kemudian dilakukan lagi verifikasi lapang terakhir untuk mendapatkan data yang paling tinggi presisinya. Dalam proses survei awal ditemukan 28 jenis lampu yang berbeda pada tapak. Kemudian lampu-lampu ini dikelompokkan menjadi 8 kelompok besar berdasarkan karakter fisik dan fungsinya. Berikut adalah pembagiannya: 1. Kelompok 1, terdiri dari lampu-lampu jenis 1 sampai 6; 2. Kelompok 2, terdiri dari lampu-lampu jenis 7 sampai 12; 3. Kelompok 3, terdiri dari lampu-lampu jenis 13 dan 14; 4. Kelompok 4, terdiri dari lampu-lampu jenis 15; 5. Kelompok 5, terdiri dari lampu-lampu jenis 16 sampai 25; 6. Kelompok 6, terdiri dari lampu-lampu jenis 26; 7. Kelompok 7, terdiri dari lampu-lampu jenis 27; 8. Kelompok 8, terdiri dari lampu-lampu jenis 28. Delapan kelompok besar itu dibahas lebih mendalam pada bagian Hasil dan Pembahasan. Selain data-data mengenai lampu, pada tahap survei pendahuluan juga dilakukan pengumpulan data mengenai aspek biofisik, aspek legal, dan aspek sosial yang terdapat pada tapak. Aspek biofisik mencakup data-data mengenai kondisi umum jalan, iklim, landuse (tata guna lahan), vegetasi dan satwa, dan kualitas visual. Aspek legal mencakup data-data mengenai peraturan yang berhubungan dengan pencahayaan dan arah kebijakan pengembangan kawasan Kota Bogor. Aspek sosial mengenai data aktivitas sosial yang terjadi pada tapak. Rincian data dan keterangan lainnya dari aspek biofisik, aspek legal, dan aspek sosial dapat dilihat pada Tabel 1.

25 12 Tabel 1. Jenis, Bentuk, Tipe, Cara Pengambilan, dan Sumber Data Aspek Data Jenis Bentuk Tipe Cara Pengambilan Sumber Kondisi umum jalan Status jalan, fungsi jalan, panjang, lebar, dan kondisikondisi fisik jalan Primer dan sekunder Survei, data instansi terkait. Lapang dan data instansi Iklim Curah hujan, suhu udara kelembaban relatif udara, dan hari hujan Primer dan sekunder Survei, data instansi terkait. Lapang dan data instansi Biofisik Landuse Pola penggunaan lahan Primer dan sekunder Survei, data instansi terkait. Lapang dan instansi terkait Vegetasi, satwa Jenis dan persebarannya Primer dan sekunder Survei, dan studi pustaka. Lapang Kualitas visual Good view dan bad view Primer Survei, dan studi pustaka. Lapang Peraturan Peraturan daerah yang berkaitan dengan pencahayaan Primer dan sekunder Survei, dan studi pustaka. Bappeda Legal Kebijakan Keterangan mengenai arah pengembangan kawasan Primer dan sekunder Survei, dan studi pustaka. Lapang dan Bappeda Sosial Aktivitas sosial Kalangan pengguna jalan dan waktu penggunaan Primer dan sekunder Survei Lapang Pembuatan Peta Dasar (2D) dengan AutoCad Setelah mendapatkan data tapak yang memadai pada siang hari, selanjutkan adalah membuat 2D tapak dengan menggunakan piranti Autocad. Piranti ini dipilih karena kemudahan dalam penggunaannya serta memiliki tingkat akurasi yang sangat tinggi. Peta dasar dibuat dengan menggunakan peta dari

26 13 Dinas Pertamanan sebagai acuan dasar kemudian di-overlay dengan peta IKONOS untuk mendapatkan gambaran ruang yang lebih jelas. Survei Lanjutan Setelah peta dasar 2D terbangun, dilakukan survei lanjutan sebagai validasi akhir sekaligus melengkapi data-data yang masih belum lengkap. Pada survei ini dilakukan inventarisasi data pencahayaan lampu (jenis lampu, dan karakter pencahayaan lainnya). Survei lanjutan ini dilakukan pada siang hari dengan berjalan kaki mengelilingi tapak dan pada malam hari dengan menggunakan sepeda motor. Analisis Data-data umum dan pemodelan digital saling disinkronkan. Hasil sinkronisasi digunakan untuk tahap analisis. Pada tahap ini dianalisis: 1. kondisi tapak secara umum; 2. kelompok-kelompok lampu yang ada pada tapak; 3. persebaran kelompok-kelompok lampu pada tapak; 4. kondisi umum penerangan pada tapak; 5. daerah terang dan gelap pada tapak dan; 6. potensi dan kendala yang ada pada tapak. Sintesis Setelah analisis, dihasilkan suatu bentuk hasil analisis berupa solusi-solusi dari penyelesaian masalah dan peningkatan potensi yang ditemukan pada tapak. Dari hasil tersebut disusun sintesis yang berupa rekomendasi konsep pencahayaan yang lebih baik. Simulasi 3D dengan 3D Studio Max Untuk memberikan gambaran yang lebih mendalam, konsep yang direkomendasikan divisualisasikan berupa simulasi tiga dimensi. Dengan bantuan piranti lunak 3D Studio Max. Simulasi 3D akan memperlihatkan ilustrasi lebih dalam mengenai penerapan konsep pencahayaan yang direkomendasikan.

27 14 INVENTARISASI Jalan Lingkar Kebun Raya Kondisi Tapak : 1. Kondisi Umum Jalan 2. Iklim 3. Landuse 4. Vegetasi 5. dan Satwa 6. Kualitas Visual 7. Lampu Aspek Legal 1. Peraturan 2. Kebijakan Kondisi Sosial 1. Aktifitas Sosial INPUT ANALISIS 1. Karakter-karakter pencahayaan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor 2. Potensi- potensi pencahayaan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor 3. Kendala-kendala pencahayaan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor PROSES SINTESIS Konsep pencahayaan lanskap yang dapat memenuhi seluruh tuntutan dan kebutuhan pencahayaan dengan baik dengan menjaga serta memperkuat karakter kawasan Gambar 3. Tahapan Penelitian OUTPUT

28 HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Biofisik Kondisi Umum Jalan Tapak penelitian merupakan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor dengan batas di sebelah utara Kelurahan Babakan, Sempur, dan Pabaton; sebelah barat Kelurahan Paledang; sebelah selatan Babakan pasar dan gudang; sebelah timur Kelurahan Tegalega dan Babakan. Jalan Lingkar Kebun Raya sendiri terbagi menjadi empat jalan besar, yaitu Jalan Juanda, Jalan Jalak Harupat, Jalan Pajajaran, dan Jalan Otto Iskandardinata (Ottista). Keempat jalan ini memiliki karakter fisik dan kondisi yang berbeda (spasial batas jalan dapat dilihat pada Gambar 4). Tabel 2 menunjukan tabel karakteristik fisik tiap jalan. Tabel 2. Kondisi Umum Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor No Kondisi Umum Jl. Juanda Jl. Jalak Jl. Jl. Harupat Pajajaran Ottista 1 Status Provinsi Provinsi Nasional Provinsi 2 Fungsi Kolektor Kolektor Arteri Kolektor Primer Primer Sekunder Primer 3 Panjang 1,73 km 0,95 km 0,4 km 0,8 km 4 Lebar DAMIJA 16 m 13 m 40 m 15 m Jalur Lalu L. 12 m 8 m 20 m 9 m 5 Perkerasan Jenis Aspal Aspal Aspal Aspal Kondisi Baik Baik Sedang Sedang Lebar Ki 1,5 m 1,2 m 3 m 1,5 m Ka 1,5 m 1,3 m 3 m 1,5 m 6 Trotoar Jenis Ki Bt+Ub Bt+Ub Bt+Ub Bt+Ub Ka Bt+Ub Bt+Ub Bt+Ub Bt+Ub Kondisi Ki Baik Sedang Sedang Buruk Ka Baik Sedang Sedang Buruk Lebar Ki 0,5 m 1 m 1 m - Ka 0,5 m 1 m 1 m 1 m 7 Saluran Jenis Ki Tt Tb Tb Tt Ka Tt Tb Tb Tt Kondisi Ki Sedang Sedang Buruk Buruk Ka Sedang Sedang Sedang Sedang Keterangan: Ki: Kiri Ka: Kanan Bt+Ub: Beton+Ubin Tb: Terbuka Tt: Tertutup. (Sumber: BAPPEDA Tahun 2005 dan Pengamatan Lapang 2009).

29 16 Jalan Juanda pada tapak ini (Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor), terbentang sepanjang 1,73 km mulai dari depan kantor polisi militer (berbatasan dengan Jalan Jalak Harupat dan Jalan Jendral Sudirman) hingga depan Pasar Bogor (berbatasan dengan Jalan Otto Iskandardinata dan Jalan Surya Kencana). Jalan ini merupakan jalan yang terpanjang mengitari tapak. Memiliki status sebagai jalan provinsi dan memiliki memiliki fungsi sebagai jalan kolektor primer. Jalan ini memiliki kondisi fisik jalan yang relatif baik. Jalan Jalak Harupat berbatasan dengan Jalan Juanda di depan kantor polisi militer dan dengan Jalan Pajajaran di depan rumah walikota bogor. Jalan ini pada tapak terbentang sepanjang 0,95 Km. Memiliki status jalan sebagai jalan provinsi dan berfungsi sebagai jalan kolektor primer. Jalan ini memiliki kondisi fisik jalan yang biasa saja, tidak baik tetapi juga tidak buruk. Jalan Pajajaran merupakan jalan nasional dengan fungasi jalan sebagai jalan arteri sekunder. Jalan ini pada tapak terbentang sepanjang 0,4 Km serta berbatas dengan Jalak Harupat di depan rumah walikota bogor dan Jalan Otto Iskandardinata di depan tugu kujang. Memiliki kondisi fisik jalan yang biasa saja, tetapi kondisi saluran drainasenya buruk. Jalan Otto Iskandardinata membentang sepanjang 0,8 Km pada tapak. Jalan ini berbatasan dengan Jalan Pajajaran di depan Tugu Kujang dan berbatasan dengan Jalan Juanda di depan Pasar Bogor. Memiliki kondisi fisik jalan yang biasa saja. Kondisi trotoar dan saluran drainase pada jalan ini relatif buruk. Jalan dengan status sebagai jalan provinsi dan nasional memiliki peran yang sangat penting bagi kesatuan sistem sirkulasi nasional. Jalan ini juga memiliki intensitas penggunaan yang tinggi karena letaknya yang strategis. Jalan dengan karakter seperti itu harus memiliki kondisi fisik yang baik serta penerangan yang cukup (karena digunakan juga pada malam hari). Dengan penerangan yang baik, tidak hanya faktor keselamatan tetapi juga berbagai tuntutan disepanjang jalan dapat dipenuhi. Tuntutan akan keamanan dari tindak kriminal, promosi, memunculkan identitas kawasan, hiburan, serta orientasi terutama saat dalam kondisi cuaca yang buruk. Saat kondisi cuaca buruk, hambatan bagi para pegguna jalan akan meningkat. Untuk tetap mempertahankan tingkat keselamatan, maka kondisi iklim harus diperhatikan dengan serius.

30 17

31 18 Iklim Kota Bogor terkenal dengan sebutan kota hujan, hal tersebut menggambarkan kondisi iklim lokal Bogor secara keseluruhan. Kondisi iklim tersebut dapat dilihat secara numerik pada Tabel 3: Tabel 3. Kondisi Iklim Kota Bogor Tahun 2008 Bulan Suhu Udara ( C) Maksimum Minimum HH RH (%) CH (mm) Januari 30,7 23, ,7 339 Februari 28,2 22, Maret 30,4 22, ,7 653 April 30,8 22, ,7 506 Mei 31,7 22, ,3 222 Juni 31,5 22, ,7 128 Juli 32,2 21, Agustus 31,4 21, ,7 151 September 32,3 22, ,3 474 Oktober 31,8 21, November 30,9 20, Desember 29,9 19, Rata-rata 31 21, ,3 337,7 Pada kolom curah hujan dapat terlihat bahwa curah hujan Kota Bogor ratarata pada bulan Maret tahun 2008 dapat mencapai 653 mm. Sedangkan hari hujan selama tahun 2008 mencapai 207 hari, artinya lebih dari setengah tahun hujan turun. Lokasi dengan curah hujan seperti ini memerlukan pencahayaan yang baik. Hujan dapat mengganggu tingkat visual terutama pada malam hari. Tingkat visual yang rendah dapat meningkatkan resiko kecelakaan secara drastis bagi para pengguna jalan. Untuk mengurangi resiko tersebut diperlukan alat bantu yang dapat meningkatkan tingkat visual dan memberikan orientasi bagi pengguna jalan. Alat bantu tersebut dapat menggunakan lampu jalan Lampu jalan merupakan instrumen yang kuat untuk meningkatkan tingkat visual sekaligus memberikan orientasi yang jelas dalam kondisi dengan batas visual yang rendah. Lampu dengan fungsi orientasi dapat memberikan orientasi baik bagi pengendara kendaraan bermotor maupun pejalan kaki.

32 19 Lampu yang dapat diidentifikasikan dengan pasti lokasinya pada saat hujan lebat, dapat memberikan orientasi dan membangun mental map bagi pengguna jalan. Untuk memperkuat daya orientasi maka lampu disusun dengan jarak yang sama dan mengikuti bentuk dari jalan sehingga dapat mengarahkan. Warna cahaya juga dipilih yang kontras dengan warna putih hujan. Karakter umum tapak juga dipengaruhi oleh faktor penggunaan lahan. Perbedaan penggunaan lahan akan menghasilkan perbedaaan karakter umum tapak yang berakibat pada perbedaan karakter pencahayaan tapak. Landuse Pusat dari jalan lingkar ini adalah Kebun Raya dan Istana Bogor, keduannya adalah elemen penting bagi kota Bogor. Kebun Raya berfungsi sebagai hutan kota sekaligus sebagai pusat dari hirarki tanaman-tanaman kota yang ada di kota Bogor (BAPPEDA 2005). Beraneka ragam binatang berhabitat di Kebun Raya Bogor. Pencahayaan dalam Kebun Raya dijaga agar seminin mungkin sehingga aktifitas binatang malam yang berhabitat di dalamnya tidak terganggu. Tingkat pencahayaan ini memberikan kesan gelap bagi daerah disekitarnya, aktifitas kendaraan dan pejalan kaki tercukupi oleh adanya lampu jalan. Istana Bogor merupakan pusat sekaligus landmark Kota Bogor. Saat ini Istana Bogor menjadi objek wisata bagi wisatawan dalam maupun luar negeri (Gambar 5). Pencahayaan di dalam kawasan ini cukup memadai. Beberapa jenis lampu tanaman dan ornamental terlihat menghiasi kawasan ini. Kijang di Istana Bogor Wisatawan KRB Gambar 5. Potensi Wisata Kota Bogor

33 20 Gedung-gedung pemerintahan dan pusat-pusat aktifitas melingkari jalan lingkar ini. Terdapat gedung Balai Kota Bogor, DPRD Bogor, sekolah, gereja, pasar bogor, kampus IPB, pertokoan, lapangan sempur, mall, serta tugu kujang yang juga berperan sebagai landmark kota Bogor. Selain itu jalan lingkar ini juga berhubungan dengan berbagai jalan besar utama kota Bogor. Hal ini menjadikan kawasan ini sebagai pusat aktifitas sekaligus pusat pemerintahan bagi kota Bogor. Secara formal landuse pada kawasan jalan lingkar Kebun Raya Bogor dibagi menjadi lima kategori yaitu : pemukiman, perkantoran, wisata ilmiah dan ruang terbuka, jasa dan perdagangan, serta pendidikan (BAPPEDA, 2000). Kawasan perkantoran mencakup kawasan pemerintahan, perbankan, militer, dan kesehatan. Sedangkan Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor masuk dalam kawasan wisata ilmiah dan ruang terbuka. Kawasan sekitar Bogor Trade Mall, Pasar Bogor, dan Pangrango Plaza masuk dalam kawasan jasa dan perdagangan. Bentuk spasial dari lima kategori ini dapat dilihat pada gambar 4. Pada malam hari terdapat pasar malam di kawasan pasar bogor. Aktifitas dan sirkulasi pada tapak ini juga tetap hidup hingga pagi. Oleh karena itu aspek pencahayaan merupakan elemen yang penting di jalan lingkar ini. Berkaitan dengan Kebun Raya sebagai pusat Jalan Lingkar, maka faktor vegetasi dan satwa pentung dikaji untuk lebih memahami karakter tapak. Vegetasi dan Satwa Jalan lingkar Kebun Raya didominasi oleh pohon tinggi berkanopi lebar, seperti beringin dan kenari. Pohon-pohon ini memiliki arsitektur tajuk yang sesuai untuk kanopi jalan. Secara umum pohon-pohon pada jalan lingkar ini memiliki usia yang sudah sangat tua sehingga relatif rapuh. Pohon Kenari merupakan ciri khas jalan lingkar ini sehingga banyak ditemukan binatang tupai. Selain itu banyak juga binatang rusa pada kawasan Istana Bogor. Pada malam hari ditemukan burung hantu dan kelelawar yang berasal dari Kebun Raya. Tidak ditemukan adanya binatang liar pada jalur sirkulasi yang dapat memberikan ancaman bagi para pengguna jalan. Pohonpohon yang ada pada tapak adalah jenis-pohon dengan kanopi yang lebar. Kanopi yang lebar menghasilkan kondisi gelap yang menuntut tapak untuk memiliki pencahayaan yang baik.

34 21 Keberadaan vegetasi dan satwa dapat meningkatkan kualitas ekologi sekaligus meningkatkan kualitas visual pada tapak. Namun masih banyak faktorfaktor lainnya yang mempengaruhi kualitas visual kawasan secara keseluruhan. Kualitas visual dikaji lebih mendalam untuk mendapatkan gambaran karakter umum tapak yang lebih jelas. Kualitas Visual Secara umum kualitas visual dapat dikategorikan menjadi kualitas visual yang baik (good view) dan kualitas visual yang buruk (bad view). Beberapa lokasi dengan kualitas visual yang baik sudah memiliki penerangan yang cukup baik sehingga pada malam hari kualitas visualnya muncul, namun banyak juga ditemukan lampu-lampu taman dan lampu ornamental yang tidak beroperasi sehingga mengurangi kualitas visual dan menurunkan karakternya. Seperti lampulampu up light pada tugu kujang dan lampu pada traffic island depan Pangrago Plaza yang tidak beroperasi. Gambar 6 menunjukan lampu Tugu Kujang yang tidak beroperasi, hal ini menyebabkan nilai Tugu Kujang sebagai identitas kawasan berkurang dengan drastis atau bahkan hilang. Jumlah lampu yang berfungsi untuk identitas pada Tugu Kujang sudah mencukupi, namun tidak diikuti dengan pengoperasian yang baik. Tugu Kujang penting sebagai orientasi pengguna jalan. Lampu Sorot Atas Lampu Sorot Bawah Gambar 6. Lampu Tugu Kujang yang Tidak Beroperasi Kualitas visual yang buruk banyak ditemukan di kawasan sekitar Pasar Bogor karena banyak sampah yang berserakan. Objek-objek yang rusak, TPS

35 22 (Gambar 7), dan papan-papan petunjuk yang rusak merupakan kualitas visual yang buruk. Selain itu terdapat juga elemen-elemen yang dapat menurunkan kualitas visual seperti, kabel-kabel telfon, kabel-kabel listrik, leaflet-leaflet yang ditempel pada lampu jalan, banner serta media informasi lainnya yang tidak pada tempatnya (Gambar 8). Kawasan Pasar Bogor Tempat Pembuangan Sampah Gambar 7. Bad View Kawasan Elemen-elemen yang dapat merusak kualitas visual kawasan dapat disembunyikan dalam bayangan atau tidak diberikan cahaya sama sekali. Untuk lembar-lembar informasi yang tidak pada tempatnya dapat dilakukan sanksi tegas. tegas karena telah menyalahi peraturan dan kebijakan kawasan. Banner Liar Leaflet Liar Gambar 8. Bad View Objek

36 23 Aspek Legal Peraturan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2006 tentang ketertiban umum telah diatur peraturan-peraturan untuk menertibkan dan menjaga fasilitas-fasilitas umum seperti lampu umum. Berikut adalah beberapa pasal dan butir yang erat kaitannya dengan topik pembahasan : 1. Pasal 5 butir 1, yang berisi : setiap pejalan kaki yang akan menyeberang jalan wajib menggunakan sarana jembatan orang, marka penyeberangan (zebra cross) dan atau terowongan (under pass). 2. Pasal 6 butir 8, yang berisi : dilarang menempelkan selebaran, poster, slogan, pamflet, kain bendera atau kain bergambar, spanduk dan yang sejenisnya pada pohon, rambu-rambu lalulintas, lampu-lampu penerangan jalan, taman-taman rekreasi, telepon umum, dan pipa-pipa air kecuali di tempat yang telah diizinkan oleh Walikota. 3. Pasal 26 butir 1, yang berisi : setiap orang yang melanggar peraturan daerah dapat dikenakan sanksi administrasi. 4. Pasal 26 butir 2, yang berisi : sanksi administrasi dapat berupa pencabutan izin, denda, atau sanksi polisional. Sarana penyeberangan (zebra cross) merupakan sarana umum yang rawan akan kecelakaan. Sarana yang rawan bagi keselamatan harus diberi pencahayaan yang terang sehingga zebra cross dapat terlihat dari jarak yang cukup jauh, penggunaan bahan yang dapat memantulkan cahaya juga dapat diterapkan pada kawasan ini. Penggunaan pencahayaan yang dinamis (memiliki ritme menyala dan mati) juga dapat menarik perhatian oleh karena itu penggunaannya harus benar, terutama untuk kawasan jalan. Pertimbangan kondisi jalanan dan kecepatan kendaraan rata-rata harus diperhitungkan. Pencahayaan dinamis dapat digunakan untuk memecahkan kemonotonan pada pencahayaan jalan serta berperan sebagai focal point pada lampu jalan yang relatif seragam. Kawasan terowongan yang berada di depan Kampus IPB Baranangsiang tidak memiliki penerangan sama sekali. Pada kawasan ini lampu jalan tidak beroperasi sehingga sangat gelap dan menjadikan kawasan ini sangat rawan serta tidak nyaman. Terowongan memiliki potensi yang besar karena memberikan

37 24 sensasi yang berbeda dengan menyeberang di zebra cross serta memiliki tingkat keselamatan yang lebih tinggi. Pencahayaan yang cukup sangat penting pada terowongan penyeberangan karena adanya tangga (tingkat keselamatan rendah). Selain itu, terowongan merupakan akses tertutup dua arah keluar-masuk sehingga rawan terjadi kriminalitas (tingkat keamanan rendah). Akibat Vandalisme Antisipasi Vandalisme Gambar 9. Vandalisme pada Lampu Pada tiang-tiang listrik dan lampu umum banyak ditemukan tempelan selembaran yang bersifat liar sehingga kualitas dan karakter estetikanya menurun. Lebih jauh lagi banyak lampu-lampu umum yang rusak karena vandalisme (Gambar 9) atau kegiatan penjarahan. Aktivitas-aktivitas yang menyalahi aturan ini mengurangi tingkat operasional serta estetika kawasan dan harus ditertibkan dengan menjerat oknum-oknumnya dengan sanksi administratif pada pasal 26. Kebijakan Sistem pertamanan kota pada kawasan Bogor Tengah dan kawasan Bogor Timur memusat pada Kebun Raya Bogor sebagai hutan kota (BAPPEDA, 2005). Hal ini mendorong tingkat penghijauan yang tinggi pada kawasan sekitar Kebun Raya Bogor. Banyaknya pohon yang besar dan lebat memberikan bayangan kanopi yang merata sehingga menciptakan suasana yang sejuk dan penahan dari sorotan matahari tetapi relatif gelap (Gambar 10). Pada siang hari pencahayaan di bawah kanopi menjadi nyaman, sedangkan pada malam hari sangat kurang sekali sehingga pencahayaan sangat diperlukan.

38 25 Kanopi Pada Jalan Raya Kanopi Pada Pedestrian Gambar 10. Bayangan Kanopi Berdasarkan Perda No. 1 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (Tahun ), fungsi Kota Bogor adalah: 1. sebagai kota perdagangan 2. sebagai kota industri 3. sebagai kota permukiman 4. wisata ilmiah 5. kota pendidikan Bogor dalam konteks regional, bagi satu kesatuan wilayah adalah : 1. Kota Bogor dalam konteks Kabupaten Bogor sebagai pusat pengembangan di Wilayah VII yang melayani areal Kota Bogor dan areal sekitar Kota Bogor. 2. Kota Bogor dalam konteks Jabodetabek merupakan kota yang diarahkan untuk menampung 1,5 juta jiwa pada tahun Kota Bogor dalam konteks Negara merupakan kota yang menampung kegiatan yang jenuh di ibukota. (BAPPEDA, 2005). Kota Bogor memiliki lima fungsi berdasarkan Perda No. 1 Tahun 2000, untuk tahun Arah kebijakan Rencana Tata Ruang tahun selanjutnya merupakan pengembangan dari Perda tersebut dengan lebih menekankan pada butir satu dan butir empat, yaitu sebagai kota wisata dan jasa (BAPPEDA, 2009), hal ini diperkuat oleh konteks regional Bogor yang menampung kegiatan jenuh di ibukota. Kota wisata dan jasa menuntut kota untuk tetap operasional selama 24 jam terutama pada wilayah-wilayah yang memiliki objek wisata dan pusat jasa.

39 26 Kebun Raya Bogor dan Istana Bogor merupakan dua objek wisata besar di regional Bogor. Wilayah Pasar Bogor merupakan pusat jasa dan perdagangan di pusat Bogor. Wilayah objek wisata dan pusat jasa ini harus memiliki pencahayaan yang fungsional sekaligus estetis agar dapat memberikan kesan yang nyaman dan aman bagi para wisatawan yang datang. Saat ini di jalan Lingkar Kebun Raya Bogor pada malam hari banyak ditemukan kawasan gelap yang diciptakan oleh lampu-lampu yang tidak dioperasikan pada kawasan (Gambar 11). Perasaan yang tidak nyaman muncul ketika melewati kawasan gelap (Hakim, 2006). Untuk menyelesaikan permasalahan itu, lampu yang ada perlu diperbaiki dan dioperasikan lagi serta ditambahkan lampu-lampu ornamental untuk meningkatkan nilai estetisnya. Penyelesaian ini penting dilakukan dengan mempertimbangkan juga aspek sosial. Pintu Masuk KRB Terowongan Penyeberangan Gambar 11. Kawasan Lampu yang Tidak Beroperasi Aspek Sosial Berdasarkan survei yang dilakukan selama bulan September 2009, jalan lingkar Kebun Raya Bogor secara umum ramai mulai dari pukul pagi sampai pukul Pukul sampai pukul pagi relatif sepi namun mobil angkot jurusan Bubulak-Baranangsiang (bernomor 03), motor, mobil pribadi, dan pengguna pedestrian masih banyak ditemukan. Pengguna jalan pada pagi pukul sampai malam pukul merata mulai dari anak-anak (SD hingga SMP), remaja (SMA), mahasiswa (lulusan SMA

TINJAUAN PUSTAKA. Lanskap

TINJAUAN PUSTAKA. Lanskap TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Simond dan Starke (2006) menyebutkan bahwa karakter lanskap terbagi menjadi dua kategori besar, yaitu lanskap alami dan lingkungan terbangun (lanskap terbangun). Lanskap alami

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tempat dan Waktu

METODOLOGI. Tempat dan Waktu METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Tempat penelitian adalah di sepanjang koridor Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor (Gambar 2). Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Aspek Biofisik

HASIL DAN PEMBAHASAN. Aspek Biofisik HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Biofisik Kondisi Umum Jalan Tapak penelitian merupakan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor dengan batas di sebelah utara Kelurahan Babakan, Sempur, dan Pabaton; sebelah barat Kelurahan

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 Judul Nama NRP : Pengaruh

Lebih terperinci

KONSEP PENCAHAYAAN (LIGHTING) PADA LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR

KONSEP PENCAHAYAAN (LIGHTING) PADA LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR KONSEP PENCAHAYAAN (LIGHTING) PADA LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR Lighting Concepts on the Ring Road Landscape of Bogor Botanical Garden Arsyad Khrisna Arsitek Lanskap, Greenbaum Indonesia Andi

Lebih terperinci

KONSEP PENCAHAYAAN (LIGHTING) PADA LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR

KONSEP PENCAHAYAAN (LIGHTING) PADA LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR KONSEP PENCAHAYAAN (LIGHTING) PADA LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR Lighting Concepts on the Ring Road Landscape of Bogor Botanical Garden Arsyad Khrisna Arsitek Lanskap, Greenbaum Indonesia Andi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Karakteristik Jalan Jalan Lingkar KRB terdiri dari empat jalan, meliputi Jalan Juanda, Ottista, Pajajaran, dan Jalak Harupat. Berdasarkan sifat dan pergerakan lalu lintas

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Tahapan ini merupakan tahap awal dengan menjabarkan beberapa kondisi umum tapak yang meliputi kondisi biofisik, kondisi sosial, dan kebijakan pemerintah setempat. Kondisi

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian mengenai pengaruh reklame ini dilakukan pada lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, Jawa Barat (Gambar 3). Jalan Lingkar (Ringroad Way) pada penelitian ini meliputi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 46 VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1. Perencanaan Alokasi Ruang Konsep ruang diterjemahkan ke tapak dalam ruang-ruang yang lebih sempit (Tabel 3). Kemudian, ruang-ruang tersebut dialokasikan ke dalam

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN Dari proses yang dilakukan mulai pengumpulan data, analisa, sintesa, appraisal yang dibantu dengan penyusunan kriteria dan dilanjutkan dengan penyusunan konsep dan arahan,

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi Studi

Gambar 2. Lokasi Studi 17 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi Studi Studi ini berlokasi di Kawasan Sungai Kelayan di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan. Sungai Kelayan terletak di Kecamatan Banjarmasin Selatan (Gambar 2).

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan Februari 2011 hingga bulan Juni 2011 di Sentra Produksi Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten (Gambar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak 12 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi ini dilaksanakan pada wilayah pemakaman Tanah Kusir di jalan Bintaro Raya Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Tapak yang berada di sebelah timur Kali Pesanggrahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Studi Elemen Preservasi Kawasan Kota dengan studi kasus Koridor Jalan Nusantara Kecamatan Karimun Kabupaten Karimun diantaranya menghasilkan beberapa kesimpulan:

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan. KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan

Lebih terperinci

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik).

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). RINGKASAN INE NILASARI. Perencanaan Lanskap Jalan Westertz By Pass di Kotamadya Denpasar, Bali @i bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). Jalan Western By Pass dengan panjang keseluruhan.t 13 km merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelompokan Jalan Menurut Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, ditinjau dari peruntukannya jalan dibedakan menjadi : a. Jalan khusus b. Jalan Umum 2.1.1. Jalan

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Urban Heat Island Sebagai Dampak Dari Pembangunan Perkotaan

BAB I PENDAHULUAN Urban Heat Island Sebagai Dampak Dari Pembangunan Perkotaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Urban Heat Island Sebagai Dampak Dari Pembangunan Perkotaan Pembangunan perkotaan membawa perubahan pada lingkungan fisikdan atmosfer kota. Pada lingukungan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Jalur pedestrian di Jalan Sudirman Kota Pekanbaru dinilai dari aktivitas pemanfaatan ruang dan Pedestrian Level of Service. Jalur pedestrian di Jalan Sudirman

Lebih terperinci

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Inspeksi Keselamatan Jalan Tingginya angka lalu lintas, maka salah satu cara untuk mengurangi tingkat kecelakaan adalah dengan melakukan Inspeksi Keselamatan Jalan.

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TELAH DISAHKAN ATURAN BERSAMA LKM PRIMA KEADILAN KELURAHAN BANTAN KECAMATAN SIANTAR BARAT KOTA PEMATANGSIANTAR

LEMBAR PENGESAHAN TELAH DISAHKAN ATURAN BERSAMA LKM PRIMA KEADILAN KELURAHAN BANTAN KECAMATAN SIANTAR BARAT KOTA PEMATANGSIANTAR LEMBAR PENGESAHAN TELAH DISAHKAN ATURAN BERSAMA KECAMATAN SIANTAR BARAT KOTA PEMATANGSIANTAR Aturan Bersama Kelurahan Bantan telah disusun secara partisipatif oleh masyarakat Kelurahan Bantan melalui rangkaian

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR Oleh : Annisa Budi Erawati A34201035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13).

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13). 28 IV. KONDISI UMUM 4.1 Wilayah Kota Kota merupakan salah satu wilayah yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Kota memiliki luas wilayah sebesar 11.850 Ha yang terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO Oleh DIDIK YULIANTO A34202008 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTIT UT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG 4.1 Sejarah Kawasan Kambang Iwak Palembang Menurut Ir. Ari Siswanto, MCRP, pengamat perkotaan dari Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Sriwijaya,

Lebih terperinci

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN Disusun oleh: DENI HERYANI A34203018 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DENI

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: dan Googlemaps, 2009) Peta Kota Bandung Tanpa Skala.

BAB III METODOLOGI. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:  dan Googlemaps, 2009) Peta Kota Bandung Tanpa Skala. 13 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Penelitian ini dilakukan di Taman Cilaki Atas (TCA), Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat (Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Penelitian terhadap hubungan desain lingkungan fisik dan aktivitas kriminal pada malam hari di Kawasan Kota Lama Semarang menghasilkan beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A i SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A34203053 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA 3.1 TINJAUAN UMUM WILAYAH YOGYAKARTA 3.1.1 Kondisi Geografis dan Aministrasi Kota Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa dengan luas 32,50 km2. Kota

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A34203031 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota Karakter merupakan sifat dan ciri khas yang dimiliki oleh suatu kelompok, baik orang maupun benda. Karakter lanskap merupakan suatu area yang mempunyai keharmonisan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari analisis dan pembahasan terhadap penilaian komponen setting fisik ruang terbuka publik dan non fisik (aktivitas) yang terjadi yang

Lebih terperinci

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Oleh M.ARIEF ARIBOWO L2D 306 016 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB III ANALISA. Lokasi masjid

BAB III ANALISA. Lokasi masjid BAB III ANALISA 3.1. Analisa Tapak 3.1.1. Lokasi Lokasi : Berada dalam kawasan sivitas akademika Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang KDB : 20% KLB : 0.8 GSB : 10 m Tinggi Bangunan : 3 lantai

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT Oleh : RINRIN KODARIYAH A 34201017 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Perkampungan Portugis Kampung Tugu Jakarta Utara Lanskap Sejarah Aspek Wisata Kondisi Lanskap: - Kondisi fisik alami - Pola Pemukiman - Elemen bersejarah - Pola RTH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Wibowo (2010), dalam Analisis Kelayakan Sarana Transportasi Khususnya Trotoar, yang mengambil lokasi penelitian di Pasar pakem, Sleman, Yogyakarta, membahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah suatu pergerakan orang dan barang. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehariharinya, sehingga transportasi

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 4 BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 1.1 Faktor Tapak dan Lingkungan Proyek Kasus proyek yang dibahas disini adalah kasus proyek C, yaitu pengembangan rancangan arsitektural model permukiman

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lansekap (Landscape Planning) Lansekap merupakan refleksi dari dinamika sistem alamiah dan sistem sosial masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat, menuntut masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat, menuntut masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat, menuntut masyarakat, terutama yang hidup di daerah perkotaan untuk dapat mengetahui berbagai macam

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 16 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG POLA PENYEBARAN PELETAKAN REKLAME

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 16 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG POLA PENYEBARAN PELETAKAN REKLAME BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 16 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG POLA PENYEBARAN PELETAKAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang kemudian disintesis. Sintesis diperoleh berdasarkan kesesuaian tema rancangan yaitu metafora

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat

METODOLOGI Waktu dan Tempat 41 METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan di base camp Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat (Gambar 15). Kegiatan ini dilaksanakan dari bulan Mei 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A

ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A34203009 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM TAPAK

IV KONDISI UMUM TAPAK IV KONDISI UMUM TAPAK 4.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Secara geografis kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea terletak pada 16 32 BT 16 35 46 BT dan 6 36 LS 6 55 46 LS. Secara administratif terletak di

Lebih terperinci

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) pengertian Penataan bangunan dan lingkungan : adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki,mengembangkan atau melestarikan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar 20 METODOLOGI dan Waktu Studi dilakukan di kawasan Jalan Lingkar Luar Kota Bogor, Jawa Barat dengan mengambil tapak di kawasan lanskap Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian 19 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sepanjang sempadan Sungai Ciliwung, Kota Bogor (Gambar 7). Panjang Sungai Ciliwung yang melewati Kota Bogor sekitar 14,5 km dengan garis

Lebih terperinci

Gambar 11 Lokasi Penelitian

Gambar 11 Lokasi Penelitian 22 III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan penelitian ini dilakukan di kawasan sekitar Kebun Raya Bogor, Kota Bogor. Kebun Raya Bogor itu sendiri terletak di Kelurahan Paledang, Kecamatan Bogor Tengah.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

TINJAUAN PUSTAKA Estetika 4 TINJAUAN PUSTAKA Estetika Istilah estetika dikemukakan pertama kali oleh Alexander Blaumgarten pada tahun 1750 untuk menunjukkan studi tentang taste dalam bidang seni rupa. Ilmu estetika berkaitan dengan

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG DOKUMEN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DI KAWASAN STRATEGIS LOMANIS KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

A (1fAfPP- ;LOOI 0\?'--I STUDI PERANCANGAN LANSKAP KAMPUS FAKULTAS PERTANIAN. INSTITUT PERTANIAN BOGOR DARMAGA BOGOR. Oleh: Cahyo Nugroho

A (1fAfPP- ;LOOI 0\?'--I STUDI PERANCANGAN LANSKAP KAMPUS FAKULTAS PERTANIAN. INSTITUT PERTANIAN BOGOR DARMAGA BOGOR. Oleh: Cahyo Nugroho (1fAfPP- ;LOOI 0\?'--I STUDI PERANCANGAN LANSKAP KAMPUS FAKULTAS PERTANIAN. INSTITUT PERTANIAN BOGOR DARMAGA BOGOR Oleh: Cahyo Nugroho A02495006 JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Geografi merupakan pencitraan, pelukisan atau deskripsi tentang keadaan bumi.

I. PENDAHULUAN. Geografi merupakan pencitraan, pelukisan atau deskripsi tentang keadaan bumi. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Geografi merupakan pencitraan, pelukisan atau deskripsi tentang keadaan bumi. Geografi sendiri dalam perkembangannya mengaitkan pendekatan kelingkungan dan kewilayahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karateristik Visual Kondisi visual suatu kota sangat erat berkaitan dengan fenomena psikologinya yang berkaitan dengan tampilan fisik yang dapat menimbulkan suatu rasa tertentu

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN Supriyanto Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam Kalau kita berjalan kaki di suatu kawasan atau daerah, kita mempunyai tempat untuk mengekspresikan diri ( yaitu

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 26 BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 5.1 Konsep Pengembangan Ancol Ecopark Hingga saat ini Ancol Ecopark masih terus mengalami pengembangan dalam proses pembangunannya. Dalam pembentukan konsep awal,

Lebih terperinci