Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/14/ DPNP tanggal 18 April 2005
|
|
- Utami Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 Pengendali Bank Pengendali Akhir > 0% saham PT. A > 0% saham PT. A > 0% saham BANK Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A. Adapun pengendali dari pengendali pada diagram di atas adalah PT A, dan Pengendali Akhir. Berdasarkan hal tersebut maka Pengendali Akhir, PT. A, dan PT. A ditetapkan sebagai pengendali Bank sehingga merupakan Pihak Terkait dengan Bank.
2 Lampiran 2 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 Pengendali Bank secara Bersama-sama Pengendali Akhir > 0% saham > 0% saham PT. A PT. A2 > 0% saham 3% saham PT. A 7% saham BANK Pada Diagram di atas merupakan contoh pengendalian Bank yang dilakukan melalui kepemilikan saham secara bersama-sama oleh PT A dan PT.A. Pengendali dari PT. A adalah PT. A2 dan Pengendali Akhir. Sementara itu, pengendali dari PT. A adalah Pengendali Akhir. Berdasarkan hal tersebut, maka Pengendali Akhir, PT.A, PT.A, dan PT.A2 ditetapkan sebagai pengendali Bank sehingga merupakan Pihak Terkait dengan Bank.
3 Lampiran 3 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 Perusahaan yang Dikendalikan Bank Pengendali Akhir > 0% saham > 0% saham PT PT > 0% saham 3% saham 7% saham BANK > 0% Saham PT. B > 0% Saham PT. B > 0% Saham Ultimate Subsidary Pada Diagram di atas, PT. B merupakan perusahaan/badan yang dikendalikan Bank. PT. B dan Ultimate Subsidary juga merupakan perusahaan yang berada dibawah pengendalian Bank melalui PT. B secara berjenjang. Berdasarkan hal tersebut, Ultimate Subsidary, PT. B, dan PT. B merupakan Pihak Terkait dengan Bank.
4 Lampiran 4 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 Pengendali Lain Pengendali Akhir > 0% > 0% 3% saham > 0% h 7% saham Ultimate C > 0% Saham BANK > 0% Saham PT. C PT. B > 0% Saham >0%Saham PT B >0%Saham Ultimate Subsidary Pada Diagram di atas, contoh dari pengendali lain dari perusahaan/badan yang dibawah pengendalian Bank adalah PT. C dan Ultimate C. PT C memiliki 0% (sepuluh perseratus) atau lebih saham PT. B yang merupakan perusahaan dibawah pengendalian Bank. Sementara itu, Ultimate C adalah Pengendali dari PT. C. Oleh karena itu PT. C dan Ultimate C merupakan pihak terkait.
5 Lampiran 5 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 Perusahaan Afiliasi Pengendali Akhir > 0% saham > 0% saham > 0% Saham dan merupakan porsi terbesar > 25% Saham PT. A PT. A2 > 0% saham PT. D 3% saham PT. A PT D 2 7% saham > 25% Saham BANK PT C > 25% Saham > 0% Saham > 0% Saham PT D 3 PT. D2 PT. B > 0% Saham PT B > 0% Saham Ultimate Subsidary > 25% Saham PT. D2. Pada diagram tersebut di atas dapat dilihat bahwa pihak-pihak yang ditetapkan sebagai pengendali Bank, yaitu Pengendali Akhir dan PT. A. PT A, memiliki 25% (dua puluh lima perseratus) atau lebih saham PT. D.2. dan PT. D.3. Sementara itu pengendali akhir memiliki 0% (sepuluh perseratus) saham PT. D dan kepemilikan saham tersebut merupakan porsi terbesar. Dengan demikian PT. D, PT. D.2, dan PT. D.3, ditetapkan pula sebagai Pihak Terkait dengan Bank. Sementara itu, pengendali lain dari anak perusahaan Bank (PT.B) adalah PT. C. Dalam hal ini PT.C memiliki 25% (dua puluh lima perseratus) atau lebih saham masing-masing PT. D2 dan PT. D2.. Dengan demikian, PT. D2 dan PT. D2. ditetapkan sebagai Pihak Terkait dengan Bank.
6 Lampiran 5 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 Selain itu keluarga dari pengendali perorangan juga merupakan Pihak Terkait dengan Bank. Demikian juga halnya dengan perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh keluarga pengendali perorangan tersebut juga merupakan Pihak Terkait. 2
7 Lampiran 6 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 Kontrak Investasi Kolektif Pengendali Akhir > 0% saham > 0% saham > 25% Saham PT A PT A2 PT. D > 25% Saham > 0% saham 3% saham PT A PT. D.2 7% saham > 25% Saham BANK PT. C PT. D.3 > 0% Saham > 0% Saham > 25% Saham 5% PT. D2 4% PT. B > 0% Saham > 25% Saham PT B Manajer Investasi 5% Ultimate Subsidary > 0% Saham PT. D2. Kontrak Investasi Kolektif RD Pada Diagram di atas, Bank beserta Pihak Terkait dengan Bank (PT. D.3 dan PT. B) secara kumulatif memiliki lebih dari 0% (sepuluh perseratus) saham pada Manajer Investasi yang mengelola portfolio Kontrak Investasi Kolektif RD. Berdasarkan hal tersebut, maka penanaman dana pada Kontrak Investasi Kolektif RD dan atau Penyediaan Dana kepada Manajer Investasi Kontrak Investasi Kolektif RD ditetapkan sebagai Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait.
8 Lampiran 7 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 Peminjam-Peminjam dalam Satu Pengendalian Pengendali > 25% saham > 25% saham Kredit Pemegang Saham Lain Dengan Porsi Kepemilikan Masing-masing < dari 5% saham Peminjam 2 0% saham Peminjam > 25% saham PT. A Kredit 2 BANK 85% saham 5% saham Peminjam 3 Kredit 3 Pada Diagram diatas, Bank memberikan Kredit masing-masing kepada Peminjam, Peminjam 2, dan Peminjam 3. Dapat dilihat pada diagram tersebut Peminjam, dan Peminjam 2 dikendalikan oleh (satu) pihak yang sama, yaitu Pengendali. Pengendali memiliki masingmasing 25% (dua puluh lima perseratus) atau lebih pada Peminjam dan Peminjam 2, sehingga Peminjam dan Peminjam 2 digolongkan kedalam (satu) kelompok Peminjam. Peminjam 3 dalam diagram tersebut dikendalikan oleh pengendali yang sama dengan pengendali Peminjam dan Peminjam 2.
9 Lampiran 7 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 Pengendalian terhadap Peminjam 3 oleh Pengendali dilakukan secara berjenjang melalui Peminjam dan Peminjam 2 dengan kepemilikan saham sebesar 5% (lima belas perseratus) dan porsi kepemilikan ini adalah porsi terbesar. Dengan demikian, Peminjam, Peminjam 2, dan Peminjam 3 digolongkan kedalam (satu) kelompok Peminjam dan BMPK untuk keseluruhan kelompok Peminjam tersebut tidak boleh melebihi 25% (dua puluh lima perseratus) dari Modal Bank. 2
10 Lampiran 8 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 Hubungan Kepengurusan Pengendali Akhir > 0% saham > 0% saham > 25% Saham PT A PT A2 PT. D > 25% Saham > 0% saham 3% saham PT A PT. D.2 7% saham > 25% Saham BANK PT. C PT. D.3 > 0% Saham > 0% Saham > 25% Saham PT. D2 >25% Saham PT. B PT B > 0% Saham > 25% Saham Perusahaan A Perusahaan B Ultimate Subsidary > 0% Saham PT. D2. PT. C Pejabat Eksekutif PT D.3 duduk sebagai Direktur di perusahaan A, sehingga perusahaan A menjadi Pihak Terkait. Salah satu Komisaris Bank memiliki lebih dari 25% saham di perusahaan B, sehingga perusahaan B menjadi Pihak Terkait. Kepemilikan Komisaris Bank pada perusahaan B dapat dilakukan dengan berbagai cara, sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 8 ayat (3) PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum, antara lain melalui atau bersamasama dengan keluarga. Komisaris PT. C merupakan istri dari Direktur Bank. Oleh karena itu PT. C merupakan Pihak Terkait.
11 Lampiran 9 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 Contoh Perhitungan BMPK Peminjam Bukan Pihak Terkait Bank A memberikan fasilitas kredit kepada 3 debitur sebagai berikut:. debitur dengan baki debet sejumlah Rp ,00 (dua puluh dua miliar rupiah); 2. debitur 2 dengan baki debet sejumlah Rp ,00 (tiga miliar rupiah); 3. debitur 3 dengan baki debet sejumlah Rp ,00 (tiga miliar rupiah). Masing-masing debitur, debitur 2, dan debitur 3 mempunyai hubungan pengendalian sehingga ketiganya digolongkan kedalam (satu) kelompok Peminjam yaitu kelompok Peminjam 23. Modal Bank A adalah sebesar Rp ,00 (seratus miliar rupiah). PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum menetapkan bahwa Penyediaan Dana Bank untuk debitur, debitur 2, dan debitur 3 ditetapkan masing-masing paling tinggi 20% (dua puluh perseratus) dari modal Bank yaitu sebesar Rp ,00 (dua puluh miliar rupiah). Sementara itu, Penyediaan Dana Bank untuk kelompok Peminjam 23 ditetapkan paling tinggi 25% (dua puluh lima perseratus dari modal Bank yaitu sebesar Rp ,00 (dua puluh miliar rupiah). Berdasarkan hal tersebut terdapat 2 (dua) pelanggaran ketentuan BMPK dari Penyediaan Dana yang dilakukan Bank A sebagai berikut: A. Pelanggaran untuk Penyediaan Dana kepada debitur sebesar {(22 miliar/00 miliar) x 00%} 20% = 2%; dan B. Pelanggaran untuk Penyediaan Dana kepada kelompok Peminjam 23 sebesar [{(22 miliar+3 miliar+3 miliar)/00 miliar} x 00%] 25% = 3%.
12 Lampiran 0 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 Pembelian Tagihan/Kredit Pihak yang wajib Membayar piutang/kredit Penjual Tagihan/Kredit Bank (pembeli) Hutang Kredit (Piutang) Without Recourse Kredit BMPK Pihak yang wajib Membayar piutang/kredit Penjual Tagihan/Kredit Bank (pembeli) Hutang Kredit (Piutang) With Recourse Kredit BMPK Diagram di atas merupakan contoh dari transaksi pengambilalihan tagihan dalam rangka anjak piutang dan pembelian kredit. Untuk pengambilalihan tagihan dalam rangka anjak piutang atau pembelian kredit dengan persyaratan tanpa janji untuk dibeli kembal-i (without recourse), yang dimaksud dengan debitur adalah pihak yang berkewajiban untuk melunasi piutang yang dialihkan;
13 Lampiran 0 Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 Untuk pengambilalihan tagihan dalam rangka anjak piutang atau pembelian kredit dengan persyaratan janji untuk membeli kembali (with recourse), yang dimaksud dengan debitur adalah pihak yang menjual atau mengalihkan tagihan/kredit.
14 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/4/ DPNP tanggal 8 April Transaksi Repo Penerbit SSB (issuer) Bank A (Repo Party) Bank B (Reverse Party) Hutang BMPK Repo Party SSB Repo Tagihan Repo BMPK Reverse Party Pembelian Surat Berharga secara repo bagi Bank B (reverse party), ditetapkan sebagai Penyediaan dana terhadap pemilik Surat Berharga yang dijual secara repo (repo party), yakni terhadap Bank A. Sementara itu, bagi Bank A (repo party), Surat Berharga yang direpokan diperhitungkan sebagai penyediaan dana kepada penerbit Surat Berharga (issuer).
15 Lampiran 2 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 Transaksi Efek Beragun Aset Bank A (Kreditur Asal) SPV (Penerbit) Piutang True Sale Asset Non Redemption Efek Beragun Asset Pinjam Meminjam Pembayaran (Pass-Through) & Buy 4. Reference Entity (debitur) Bank B (Investor) Hutang BMPK SSB (EBA) Penjelasan Diagram di atas adalah sebagai berikut.. Bank A mengadakan perjanjian pinjam meminjam dengan debitur (reference entity) dan mencatatnya sebagai kredit. 2. Bank A, sebagai kreditur asal, kemudian menjual portofolio pinjaman yang dimilikinya kepada special purpose vehicle (SPV) dengan memenuhi kondisi true sale. Sebagai contoh, total portofolio pinjaman yang dijual adalah sebesar Rp ,00 (dua puluh juta rupiah) yang terdiri dari: a. pinjaman kepada PT. Kredit, dengan jumlah sebesar Rp ,00 (sepuluh juta rupiah);
16 b. pinjaman kepada PT. Risiko, dengan jumlah sebesar Rp ,00 (enam juta rupiah); dan Lampiran 2 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 c. pinjaman kepada PT Manajemen, dengan jumlah sebesar Rp ,00 (empat juta rupiah). 3. Atas portofolio pinjaman yang dibeli, SPV menerbitkan efek beragun aset senilai Rp ,00 (delapan belas juta rupiah). Persyaratan dari efek beragun aset tersebut adalah pass-through dan non-redemption. 4. Bank B membeli efek beragun aset yang diterbitkan SPV sebesar Rp ,00 (sepuluh juta rupiah). Pembelian efek beragun aset oleh Bank B yang bersifat pass-through dan nonredemption sebagaimana digambarkan diatas, ditetapkan sebagai Penyediaan Dana kepada masing-masing PT. Kredit, PT. Risiko, dan PT Manajemen. Sementara itu, Penyediaan Dana yang diperhitungkan kedalam BMPK untuk masing-masing PT. Kredit, PT. Risiko, dan PT Manajemen ditetapkan sebesar: A. PT. Kredit = (Rp0 juta/rp20 juta) x harga beli efek beragun aset, yaitu Rp.0 juta = Rp 5 juta; B. PT. Risiko = (Rp6 juta/rp20 juta) x harga beli efek beragun aset, yaitu Rp.0 juta = Rp 3 juta; C. PT. Manajemen = (Rp4 juta/rp20 juta) x harga beli efek beragun aset, yaitu Rp.0 juta = Rp 2 juta.
17 2 Lampiran 3 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 Contoh Transaksi Reksadana Bank membeli Surat Berharga berupa reksadana terbuka (open-end mutual funds) dengan harga beli sebesar Rp ,00 (dua puluh juta rupiah). Aset/instrumen yang mendasari sertifikat reksadana tersebut terdiri dari obligasi PT.A sebesar 60% dan obligasi PT.B sebesar 40% dari nilai aset reksadana tersebut. Sebagaimana diketahui reksadana terbuka ini tidak memenuhi persyaratan non-redemption dimana investor dapat mencairkan surat reksadana tersebut kepada manajer investasi sebelum jatuh tempo. Berdasarkan hal tersebut, maka BMPK atas pembelian Surat Berharga reksadana terbuka tersebut ditetapkan kepada:. Manajer investasi reksadana, dengan nilai sebesar harga beli, yaitu sebesar Rp ,00 (dua puluh juta rupiah); dan 2. PT.A dan PT. B, yang masing-masing dihitung secara proporsional terhadap harga beli reksadana tersebut, yaitu: a. Rp ,00 (dua puluh juta rupiah) x 60% = Rp ,00 (dua belas juta rupiah), untuk eksposur kepada PT.A; dan b. Rp ,00 (dua puluh juta rupiah) x 40% = Rp ,00 (delapan juta rupiah), untuk eksposur kepada PT.B.
18 Lampiran 4 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 Credit Default Swap Premi Protection Seller Protection Buyer Pembayaran apabila terjadi credit event Reference Asset
19 Lampiran 5 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 Total Return Swap Coupon + Margin tertentu Protection Seller Protection Buyer Pembayaran yang telah disepakati + Kompensasi kerugian nilai dari reference asset Reference Asset Coupon
20 Lampiran 6 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure Bank A melakukan transaksi interest rate swap 3 (tiga) tahun dengan perusahaan B pada tanggal Maret Berdasarkan kontrak/perjanjian interest rate swap tersebut, perusahaan B akan membayar kepada Bank A bunga LIBOR 6 bulan berdasarkan nilai nosional sebesar Rp ,00 (satu miliar rupiah). Sementara itu, atas pembayaran yang diterima dari Perusahaan B, Bank A melakukan pembayaran kepada perusahaan B bunga sebesar 5% per-annum berdasarkan nilai nosional yang sama sampai dengan akhir periode transaksi. Ditetapkan pula dalam kontrak bahwa pertukaran pembayaran bunga tersebut dilakukan setiap 6 (enam) bulan selama periode transaksi. Potential Future Credit Exposure yang dihitung Bank sebagai penerima bunga mengambang tersebut adalah sebagai berikut:. Nilai nosional = Rp ,00 (satu miliar rupiah); 2. Jangka waktu sampai dengan waktu penyesuaian tingkat bunga (interest rate adjustment) = 6 bulan. Berdasarkan tabel faktor konversi diatas, persentase konversi yang digunakan untuk transaksi dengan jangka waktu < (satu) tahun (jangka waktu penyesuaian tingkat bunga) adalah 0%. Namun demikian karena jangka waktu kontrak/perjanjian transaksi interest rate swap adalah selama 3 (tiga) tahun, maka persentase konversi yang digunakan adalah sebesar 0.5%; 3. Potential Future Credit Exposure = Rp ,00 (satu miliar rupiah) x 0.5% = Rp ,00 (lima juta rupiah).
21 Lampiran 6 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 Apabila dalam transaksi diatas counterparty Bank A juga merupakan Bank lain, maka Bank lain tersebut juga memperhitungkan Potential Future Credit Exposure sebagai berikut: 4. Nilai nosional = Rp ,00 (satu miliar rupiah); 5. Untuk penerimaan suku bunga tetap sebagaimana diatas tidak ada penyesuaian tingkat bunga (interest rate adjustment). Dengan demikian, jangka waktu kontrak/perjanjian transaksi interest rate swap tersebut adalah selama 3 (tiga) tahun. Berdasarkan tabel faktor konversi diatas, persentase konversi yang digunakan untuk jangka waktu kontrak/perjanjian transaksi berdasarkan suku bunga untuk jangka waktu > 5 tahun adalah sebesar 0.5%. 6. Potential Future Credit Exposure bagi Bank adalah sebesar Rp ,00 (satu miliar rupiah) x 0.5% = Rp ,00 (lima juta rupiah) Penetapan Potential Future Credit Exposure dalam kaitannya dengan Pelanggaran BMPK hanya dilakukan pada awal Penyediaan Dana.
22 2 Lampiran 7 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 Contoh Perhitungan Potential Future Credit Exposure untuk Transaksi yang Dilengkapi Perjanjian Saling Hapus Pada tanggal Februari Bank A melakukan transaksi forward dengan Bank B sebagai berikut:. Bank A membeli USD 600,000 (enam ratus ribu dollar) forward 6 bulan dengan kurs USD/IDR Rp9,325; 2. Bank A membeli USD 400,000 (empat ratus ribu dollar) forward 6 bulan dengan kurs USD/IDR Rp9,350; 3. Bank A menjual USD 350,000 (tiga ratus lima puluh ribu dollar) forward 6 bulan dengan kurs USD/IDR Rp9,400. Ketiga transaksi tersebut dilengkapi dengan perjanjian saling hapus dimana pembayaran pada saat jatuh waktu akan dilakukan berdasarkan eksposur bersih. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perhitungan Potential Future Credit Exposure dilakukan sebagai berikut: A. Eksposur bersih untuk ketiga transaksi ini dihitung berdasarkan jumlah nosional tagihan Bank A setelah dikurangi kewajiban kepada Bank B sebagai berikut: USD 600,000 x 9,325 = Rp ,00 USD 400,000 x 9,350 = Rp ,00 (USD 350,000 x 9,340) = (Rp ,00) + Rp ,00,
23 Lampiran 7 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 B. Eksposur kotor untuk transaksi ini dihitung berdasarkan jumlah nosional tagihan Bank A tanpa dikurangi kewajiban kepada Bank B sebagai berikut: USD 600,000 x 9,325 = Rp ,00 USD 400,000 x 9,350 = Rp ,00 + Rp ,00 C. A gross untuk ketiga transaksi ini dihitung berdasarkan eksposur kotor transaksi dikalikan dengan persentase konversi sebagaimana ditetapkan di table matriks konversi diatas, yang dalam hal ini adalah sebesar % yaitu persentase konversi untuk transaksi dengan insturmen dasar valuta asing yang berjangka waktu sampai dengan (satu) tahun. Dengan demikian A gross adalah sebesar Rp ,00 x % = Rp ,00 Rp ,00 x % = Rp ,00 + Rp ,00 D. NGR untuk ketiga transaksi ini adalah Rp ,00/ Rp ,00 atau 0,65 E. A net = [(0,4 x Rp ,00) + (0,6 x 0,65 x Rp ,00) atau Rp ,00
24 2 Lampiran 8 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 Contoh Perhitungan BMPK Penyediaan Dana yang Dijamin Prime Bank Berikut adalah contoh Penyediaan Dana pada Bank X yang dijamin Prime Bank dengan data-data sebagai berikut:. Bank X memiliki Modal sebesar Rp,500,000,00 juta. 2. Bank X memberikan Penyediaan Dana kepada: a. PT.A, dalam bentuk Kredit sebesar Rp juta; b. PT.B, dalam bentuk Surat Berharga sebesar Rp juta; c. Bank C, dalam bentuk Penempatan jangka panjang sebesar Rp juta; d. Bank Afiliasi dalam bentuk Penempatan di luar negeri sebesar Rp juta; dan e. PT. D, dalam bentuk Surat Berharga sebesar Rp juta. PT.A, PT.B, Bank C, Bank Afiliasi dan PT. D adalah Pihak Terkait dengan Bank X. Bank Afiliasi memenuhi kategori Prime Bank. Total Penyediaan Dana Bank X adalah sebesar Rp juta 3. Bank X menerima SBLC sebesar Rp ,00 dari Bank Z yang merupakan Prime Bank masing-masing sebesar Rp ,00 juta untuk Penyediaan Dana kepada PT.B dan PT.C 4. Total Penyediaan Dana yang diperkenankan sesuai PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum adalah sebesar 0% (sepuluh perseratus) dari Modal Bank X, yaitu sebesar Rp juta. Untuk menentukan apakah dalam Penyediaan Dana Bank X terdapat Pelanggaran/Pelampauan BMPK maka digunakan rumus sebagai berikut:
25 Lampiran 8 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 Pelanggaran/Pelampauan BMPK = Jumlah Penyediaan Dana (Penempatan yang tidak diperhitungkan + SBLC yang diperhitungkan + BMPK). 5. Penempatan yang tidak diperhitungkan adalah Penempatan kepada Prime Bank, dalam hal ini adalah Bank Afiliasi, sebesar maksimum Modal Bank X yaitu sebesar Rp juta. Sementara itu, Penempatan pada Bank Afiliasi adalah sebesar Rp juta 6. SBLC yang diperhitungkan untuk Pihak Terkait adalah paling tinggi 90% (sembilan puluh perseratus) dari Modal Bank X yaitu sebesar Rp juta untuk setiap Peminjam atau secara keseluruhan Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait. Berkaitan dengan hal tersebut, apabila kita melihat SBLC yang diterima untuk masing-masing PT. B dan Bank C sebesar Rp juta, maka keseluruhan SBLC ini dapat digunakan untuk masing-masing exposure PT. B dan Bank C. Namun apabila kita melihat SBLC untuk total Pihak Terkait, maka terdapat kelebihan SBLC yaitu sebesar Rp juta (total SBLC yang diterima) - Rp juta (SBLC yang dapat diperhitungkan untuk BMPK keseluruhan Pihak Terkait), atau sebesar Rp juta. Kelebihan sebesar Rp juta ini tidak dapat digunakan untuk menjamin Penyediaan Dana kepada PT.A dan PT. D, termasuk kelebihan eksposur BMPK kelompok. 7. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka Pelanggaran/Pelampauan BMPK adalah sebesar:
26 2 Lampiran 8 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 a. Jumlah Penyediaan Dana Rp juta b. Penempatan Yang Tidak (Rp juta) Diperhitungkan c. SBLC Yang Diperhitungkan (Rp juta) d. BMPK (Rp juta) Pelanggaran/Pelampauan BMPK Rp juta Mekanisme dan rumus perhitungan dalam contoh Penyediaan Dana Bank X sebagaimana dimaksud pada angka sampai dengan angka 7 berlaku pula untuk Penyediaan Dana kepada Peminjam dan kelompok Peminjam yang bukan merupakan Pihak Terkait dengan Bank serta Penyediaan Dana yang dijamin oleh lembaga pembangunan multilateral.
27 Lampiran 9 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/4/ DPNP tanggal 8 April Contoh Penyediaan Dana Kepada Anak Perusahaan Bank ABC melakukan Penyertaan Modal sebesar 00% saham pada Bank DEF (Rp35 miliar) dan 75% saham pada Bank GHI (Rp45 miliar atau 75% dari Rp60 miliar). Neraca individu dari ketiga perusahaan dalam setelah dilakukan Penyertaan Modal tersebut adalah sebagai berikut: (Rp = Rp ,00) Bank ABC Bank DEF Bank GHI ASET Kas Saldo pada bank sentral Saldo pada bank lain Obligasi pemerintah Pinjaman kepada nasabah Piutang kepada bank terkait Penyertaan pada bank lain Aktiva lain-lain KEWAJIBAN Simpanan nasabah Pinjaman dari bank lain Hutang pada bank terkait Modal saham , , ,000 2,360 2,000 2,400 -, ,
28 Bank ABC Bank DEF Bank GHI Cadangan ,000 2,360 2,000 Lampiran 9 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 Berdasarkan PBI BMPK, maka jumlah maksimum Penyediaan Dana yang dapat dilakukan Bank ABC kepada masing-masing Bank DEF dan Bank GHI adalah 0% (sepuluh perseratus) dari Modal Bank ABC atau sebesar Rp25 miliar. Hal ini karena dengan kepemilikan 00% (seratus perseratus) pada Bank DEF dan 75% (tujuh puluh lima perseratus) pada Bank GHI menyebabkan baik Bank DEF maupun Bank GHI termasuk sebagai Pihak Terkait dengan Bank ABC. Dengan demikian dengan melakukan Penyertaan sebesar masing-masing Rp35 miliar dan Rp45 miliar Bank ABC telah melanggar BMPK.
29 Lampiran 20 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/4/ DPNP tanggal 8 April Contoh Penyediaan BMPK secara Konsolidasi ASET Kas Saldo pada bank sentral Saldo pada bank lain Obligasi pemerintah Pinjaman kpd nasabah Piutang pada Bank DEF Piutang pada Bank ABC Penyertaan pd Bank lain Aktiva lain-lain KEWAJIBAN Simpanan nasabah Pinjaman dari bank Hutang pada DEF Hutang pada ABC Minority Interest Modal saham Modal Saham DEF Bank ABC Bank DEF Bank GHI Eliminasi Konsolidasi ,700,500, , (00) (300) - 80 (80) ,000 2,360 2,000 (480) 6,880 2,400 -,300 3, , , (300) - 00 (00) - 25* (35) -
30 Bank ABC Bank DEF Bank GHI Eliminasi Konsolidasi Modal Saham GHI Cadangan (60)* (0)* ,000 2,360 2,000 (480) 6,880 * Eliminasi yang dilakukan berdasarkan 75% pangsa saham dan cadangan Bank ABC pada Bank GHI Lampiran 20 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 Penyertaan Modal Bank ABC sebesar Rp80 miliar dapat dikecualikan dari ketentuan BMPK antara lain sepanjang Bank dan investee bersedia memberikan komitmen secara tertulis kepada Bank Indonesia untuk menerapkan pengawasan Bank dan investee secara individual maupun secara konsolidasi. Penerapan Pengawasan secara konsolidasi dapat digambarkan dalam ilustrasi yang menggambarkan proses neraca yang terkonsolidasi untuk Grup ABC. Aset dan kewajiban intra-grup telah eliminasi. Akun baru minority interest dibuat untuk mencerminkan 25% aset bersih Bank GHI yang tidak dimiliki oleh Bank ABC. Penerapan pengawasan secara konsolidasi dilakukan berdasarkan analisa terhadap neraca individual Bank ABC, Bank DEF dan Bank GHI, maupun neraca konsolidasi. Analisa individual maupun konsolidasi ini antara lain dapat dicontohkan dengan perhitungan rasio modal berdasarkan bobot risiko dari Bank ABC secara unconsolidated dan consolidated, menggunakan neraca dalam ilustrasi sebagai berikut: Unconsolidated Consolidated A. Modal Saham Cadangan (-) penyertaan pada bank lain (80) -
31 Unconsolidated Consolidated Minority interest Lampiran 20 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/4/ DPNP tanggal 8 April B. Aset yang dibobot resiko Bobot Risiko Aktiva Aktiva Tertimbang Aktiva Aktiva Tertimbang Kas 0% Simpanan di Bank Sentral 0% Simpanan di Bank lain 20% Obligasi Pemerintah 0% 650 -,700 - Pinjaman kepada nasabah 00%,500,500 3,750 3,750 Piutang kepada bank terkait 20% Premises 00% C. Rasio yang dibobot risiko 70,620 2,920,620 6,880 4, = 0.5% 00 = 8.2% 4,005 Dari sisi BMPK, penerapan pengawasan secara konsolidasi untuk eksposur yang dimiliki masing-masing Bank dilakukan dengan menggunakan prinsip yang serupa dengan perhitungan KPMM. Sebagai contoh PT. Z (bukan Pihak Terkait) memiliki eksposur masing-masing dari Bank ABC dan Bank DEF sebesar Rp50 miliar dan Rp20 miliar. Perhitungan BMPK untuk PT.Z dilakukan masingmasing untuk Bank ABC, Bank DEF, dan secara konsolidasi sebagai berikut: Bank ABC Bank DEF Consolidated
32 A. Modal Saham Cadangan Minority interest B. Penyediaan Dana kepada PT Z C. BMPK PT. Z 50/250 = 20% 20/60 = 33% 70/330 =2,2% Lampiran 20 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/4/ DPNP tanggal 8 April Sementara itu, untuk menentukan Pihak Terkait secara konsolidasi maka pihakpihak yang dikategorikan sebagai Pihak Terkait dari masing-masing Bank ABC, Bank DEF, dan Bank GHI ditetapkan sebagai Pihak Terkait dalam perhitungan BMPK secara konsolidasi dan jumlah keseluruhan eksposur untuk pihak-pihak tersebut ditetapkan setinggi-tingginya sesuai dengan BMPK untuk Pihak Terkait. Dalam PBI BMPK juga diatur bahwa Penyediaan Dana selain dari Penyertaan Modal tetap merupakan komponen yang diperhitungkan dalam BMPK. Dalam ilustrasi diatas ini dapat dicontohkan dengan pos Piutang pada bank terkait. Dalam menghitung BMPK pos Piutang pada bank terkait ini yang digunakan adalah jumlah gross sebelum dilakukan set-off.
33 Lampiran 2 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/4/ DPNP tanggal 8 April Contoh Penyediaan Dana Kepada BUMN BUMN A adalah BUMN yang bergerak di bidang pembangunan jalan tol. BUMN A mempunyai 2 (dua) anak perusahaan yaitu PT. AP dan PT.2. BUMN A dan anak perusahaannya (bukan Pihak Terkait) memperoleh Kredit dari Bank X sebagai berikut:. BUMN A memperoleh kredit sebesar Rp ,00 (sepuluh miliar rupiah). Kredit yang diperoleh bertujuan untuk pembangunan kompleks perkantoran BUMN A; 2. PT.AP memperoleh kredit sebesar Rp ,00 (enam miliar rupiah); dan 3. PT.AP2 memperoleh kredit sebesar Rp ,00 (empat miliar rupiah). Penyediaan Dana yang diperhitungkan selain Penyediaan Dana secara langsung kepada BUMN yang bersangkutan, maupun kepada kelompok BUMN tersebut. Modal Bank X adalah sebesar Rp ,00 (seratus miliar rupiah).
34 BMPK Bank X kepada kelompok usaha BUMN A ditetapkan paling tinggi 25% (dua puluh lima perseratus) dari Modal Bank, yaitu sebesar Rp ,00 (dua puluh lima miliar rupiah). Dengan demikian Bank X masih dapat memberikan Penyediaan Dana kepada kelompok usaha BUMN A sebesar Rp ,00 (lima miliar rupiah) dikurangi dengan Penyediaan Dana yang ada sebesar Rp ,00 (dua puluh miliar rupiah) = Rp ,00 (lima miliar rupiah). Lampiran 2 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 Apabila BUMN A mengajukan permohonan kredit baru yang bertujuan untuk pembangunan jalan tol, maka Penyediaan Dana baru yang dapat diberikan kepada BUMN A harus dihitung secara kumulatif, yaitu berdasarkan eksposur yang telah dimiliki Bank atas kelompok usaha BUMN A terhadap batasan 30% (tiga puluh perseratus) sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 40 ayat () PBI BMPK sebagai berikut: A. Batas Maksimum Pemberian Kredit kepada BUMN untuk tujuan pembangungan dan mempengaruhi hajat hidup orang banyak = 30% (tiga puluh perseratus) dari Modal Bank atau Rp ,00 (tiga puluh miliar). B. Total eksposur kumulatif yang telah ada = Rp ,00 (dua puluh miliar rupiah). Penyediaan Dana baru yang dapat diberikan untuk pembangunan jalan tol = Rp ,00 (tiga puluh miliar) - Rp ,00 (dua puluh miliar rupiah) atau sebesar Rp ,00 (sepuluh miliar rupiah). BMPK ini lebih besar Rp ,00 (lima miliar rupiah) dibandingkan apabila kredit baru ini bukan untuk tujuan pembangungan dan mempengaruhi hajat hidup
35 orang banyak sebagaimana dijelaskan di PBI Nomor 7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum. Lampiran 22 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/4/ DPNP tanggal 8 April Contoh Pengelompokan Peminjam Dalam Beberapa Kelompok Peminjam A W 47% B 00% E 26% 50% X 39% 99% G 85% 55% 53% C F Y Z 64% D Sebagai contoh Bank FSI memiliki debitur yaitu kelompok Peminjam A yang terdiri dari B, C, D, E, F, dan G, serta kelompok Peminjam W yang terdiri dari X,
36 Y, Z, dan G. Adapun komposisi kepemilikan masing-masing kelompok Peminjam A, dan kelompok Peminjam W, dapat dilihat pada Diagram di atas. Bank FSI kemudian memberikan kredit pula kepada G, yang sebagaimana digambarkan pada Diagram di atas dimiliki oleh E sebesar 26% dan Y sebesar 64%. E merupakan anggota kelompok Peminjam A sementara Y merupakan anggota kelompok Peminjam W. Lampiran 22 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dalam perhitungan BMPK eksposur yang dimiliki Bank FSI atas G dihitung pula sebagai eksposur kepada kelompok Peminjam A dan kelompok Pemijam W. Sebagai contoh apabila Modal Bank FSI adalah sebesar Rp ,00 (seratus miliar rupiah), maka BMPK yang diperhitungkan kepada masing-masing kelompok Peminjam A dan kelompok Pemijam W adalah sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) dari Modal Bank FSI, atau sebesar Rp ,00 (dua puluh miliar rupiah). Apabila Penyediaan Dana kepada kelompok Peminjam A adalah sebesar Rp ,00 (dua puluh miliar rupiah) dan kepada kelompok Peminjam W adalah sebesar Rp ,00 (lima belas miliar rupiah), maka Penyediaan Dana yang diperkenankan kepada G harus mempertimbangkan eksposur kepada kedua kelompok Peminjam sebagai berikut:. Penyediaan Dana kepada kelompok Peminjam A + Penyediaan Dana kepada G < 25% dari Modal Bank, atau Rp ,00 (dua puluh miliar rupiah) + x < Rp ,00 (dua puluh miliar rupiah); dan
37 2. Penyediaan Dana kepada kelompok Peminjam W + Penyediaan Dana kepada G < 25% dari Modal Bank, atau Rp ,00 (lima belas miliar rupiah) + x < Rp ,00 (dua puluh miliar rupiah), dimana x adalah jumlah maksimum Penyediaan dana yang dapat diberikan kepada G sehingga apabila x ini ditambahkan kepada eksposur masing-masing kelompok Peminjam A dan kelompok Peminjam W tidak melebihi 25% (dua puluh lima perseratus) dari Modal Bank FSI. Berdasarkan hal tersebut, maka Penyediaan Dana maksimum yang dapat diberikan kepada G adalah sebesar Lampiran 22 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/4/ DPNP tanggal 8 April Rp ,00 (lima miliar rupiah) dan G ditetapkan sebagai anggota dari masing-masing kelompok Peminjam A dan W. Sebagaimana dijelaskan diatas, perhitungan eksposur Peminjam G dalam kaitannya dengan menentukan jumlah eksposur dari masing-masing kelompok Peminjam (A dan W) yang memiliki pengendalian terhadap Peminjam tidak dihitung secara proporsional, kecuali apabila hubungan pengendalian disebabkan semata-mata karena hubungan keuangan yang disebabkan oleh adanya penjaminan.
38 Lampiran 23 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/4/ DPNP tanggal 8 April Contoh Kelompok Peminjam Karena Terdapat Penjaminan Bank BAS memberikan Penyediaan Dana kepada 3 debitur sebagai berikut:. PT. Trans, yaitu dalam bentuk Kredit sebesar Rp ,00 (lima ratus juta rupiah); 2. PT. Formasi, yaitu dalam bentuk Surat Berharga sebesar Rp ,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah); dan 3. PT. Sama, yaitu dalam bentuk Kredit sebesar Rp ,00 (seratus lima puluh juta rupiah). Bank BAS menerima jaminan atas Kredit yang diberikan kepada PT. Sama masing-masing dari PT. Trans sebesar 40% dan dari PT. Formasi sebesar 30%, dari nilai Kredit yang diberikan kepada PT. Sama. Berdasarkan penjaminan yang diberikan PT. Trans dan PT. Formasi, maka PT. Sama ditetapkan sebagai anggota kelompok Peminjam dengan masing-masing PT. Trans dan PT. Formasi. Adapun eksposur keseluruhan yang diperhitungkan dalam BMPK untuk masing-
39 masing kelompok Peminjam PT. Trans PT. Sama dan PT Formasi PT. Sama adalah sebagai berikut: PT. Trans PT. Sama Nominal PT. Trans Rp ,00 PT. Sama Rp ,00 x 60% Total Rp ,00 Lampiran 23 Surat Edaran Bank Indonesia No.7/4/ DPNP tanggal 8 April 2005 PT. Formasi PT. Sama Nominal PT. Formasi Rp ,00 PT. Sama Rp ,00 x 40% Total Rp ,00 Sebagaimana dicontohkan diatas, eksposur PT. Sama untuk masing-masing kelompok Peminjam PT. Trans PT. Sama dan PT Formasi PT. Sama dihitung secara proporsional berdasarkan porsi dari masing-masing penjamin kredit PT. Sama. Hal ini dilakukan apabila hubungan pengendalian semata-mata disebabkan karena adanya penjaminan dan jaminan yang diberikan berbentuk corporate guarantee.
Lampiran 1. Pengendali Bank. Pengendali Akhir. > 10% saham. > 10% saham BANK PT. A. PT. A1 > 10% saham
Lampiran 1 Pengendali Bank Pengendali Akhir > 10% saham PT. A > 10% saham PT. A1 > 10% saham BANK Diagram di atas merupakan contoh dari Bank yang dimiliki secara langsung oleh PT A1. Adapun pengendali
Lebih terperinciSURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum
No. 7 / 14 / DPNP Jakarta, 18 April 2005 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum Sehubungan dengan telah dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA Nomor: 7/3/PBI/2005 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA Nomor: 7/3/PBI/2005 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa konsentrasi penyediaan dana bank kepada peminjam atau suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan, alat penggerak pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari pembangunan. Kegiatan perkreditan
Lebih terperinciGUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/13/PBI/2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 7/3/PBI/2005 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a.
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/4/PBI/2005 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM AKTIVITAS SEKURITISASI ASET BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/4/PBI/2005 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM AKTIVITAS SEKURITISASI ASET BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan usaha bank juga tergantung
Lebih terperinciSistem Informasi Debitur. Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/ Januari 2005 MDC
Sistem Informasi Debitur Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/2005 24 Januari 2005 MDC PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/ 8 /PBI/2005 TENTANG SISTEM INFORMASI DEBITUR GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciS U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA
No. 7/ 51 /DPNP Jakarta, 9 November 2005 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Prinsip Kehati-hatian dalam Aktivitas Sekuritisasi Aset bagi Bank Umum Sesuai dengan Peraturan
Lebih terperinciNERACA PER 31 MARET 2005 & 2004 (Dalam Jutaan Rupiah) NO POS - POS
NERACA PER 31 MARET 2005 & 2004 NO POS - POS AKTIVA 1 Kas 68.597 55.437 2 Penempatan pada Bank Indonesia a. Giro Bank Indonesia 1.410.533 982.799 b. Sertifikat Bank Indonesia 743.202 800.000 c. Lainnya
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/ 7 /PBI/1999 TENTANG SISTEM INFORMASI DEBITUR GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/ 7 /PBI/1999 TENTANG SISTEM INFORMASI DEBITUR GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyediaan informasi guna menunjang kelancaran kegiatan usaha
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 4/7/PBI/2002 TENTANG
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 4/7/PBI/2002 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM RANGKA PEMBELIAN KREDIT OLEH BANK DARI BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kegiatan
Lebih terperinciMATRIKS RANCANGAN POJK KPMM BPRS
MATRIKS RANCANGAN POJK KPMM BPRS BATANG TUBUH PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.03/... TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM DAN PEMENUHAN MODAL INTI MINIMUM BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH
Lebih terperinciKodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Aset. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) dan Prinsip Kehati-Hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal
Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) dan Prinsip Kehati-Hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal Kodifikasi Peraturan Perbankan Indonesia Aset Batas Maksimum Pemberian
Lebih terperinciPERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM. PT BANK BALI Tbk ( Induk Perusahaan ) Per 31 Maret 2002 dan 2001.
A. MODAL INTI PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM I. KOMPONEN MODAL 1. Modal Disetor 2. Cadangan Tambahan Modal ( Disclosed Reserves ) a. Agio Saham b. Disagio ( -/- ) c. Modal Sumbangan d.
Lebih terperinciAfiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;
Kamus Pasar Modal Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2 hubungan antara Pihak dengan pegawai, direktur, atau komisaris
Lebih terperinciNERACA P.T.BANK MASPION INDONESIA PER 30 JUNI 2011 DAN 2010
NERACA P.T.BANK MASPION INDONESIA No. POS-POS 30-Jun-11 30-Jun-10 ASET 1. Kas 64,675 45,693 2. Penempatan pada Bank Indonesia 592,565 215,130 3. Penempatan pada bank lain 31,328 28,543 4. Tagihan spot
Lebih terperinciNERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 31 MARET 2007 (Dalam Jutaan Rupiah)
NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 31 MARET 2007 KONSOLIDASI NO. POS-POS 31 Mar. 2007 31 Mar. 2006 31 Mar. 2007 31 Mar. 2006 (Tidak Diaudit) (Tidak Audit) (Tidak Diaudit)
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Desember 2012 dan 2011 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS. 31 Dec Dec 2011
LAPORAN POSISI KEUANGAN (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS ASET 1. Kas 5,177 4,547 2. Penempatan pada Bank Indonesia 331,111 576,314 3. Penempatan pada bank lain 501,231 192,880 4. Tagihan spot dan derivatif
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Maret 2013 dan 31 Desember 2012 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS. 31 Mar Dec 2012
LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Maret 2013 dan 31 Desember 2012 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS 31 Mar 2013 31 Dec 2012 ASET 1. Kas 5,416 5,177 2. Penempatan pada Bank Indonesia 229,426 331,111 3. Penempatan
Lebih terperinciTagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo)
LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS 31 Mar 2014 31 Des 2013 ASET 1. Kas 9.988 8.204 2. Penempatan pada Bank Indonesia 385.826 281.605 3. Penempatan
Lebih terperinciPERHITUNGAN ASET TERTIMBANG MENURUT RISIKO UNTUK RISIKO KREDIT DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN STANDAR BAGI BANK UMUM SYARIAH
LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /SEOJK.03/2015 TENTANG PERHITUNGAN ASET TERTIMBANG MENURUT RISIKO UNTUK RISIKO KREDIT DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN STANDAR BAGI BANK UMUM SYARIAH
Lebih terperinciS U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal: Jumlah Modal Inti Minimum Bank Umum
No. 7/ 48 /DPNP Jakarta, 14 Oktober 2005 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal: Jumlah Modal Inti Minimum Bank Umum Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/15/PBI/2005
Lebih terperinciPT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA PER 31 DESEMBER 2003 & 2002
PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA PER 31 DESEMBER 2003 & 2002 NO POS - POS AKTIVA 1 Kas 78.536 88.602 2 3 4 5 6 7 Penempatan pada Bank Indonesia a. Giro Bank Indonesia 1.145.346 1.029.529 b. Sertifikat
Lebih terperinciKamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia
Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal A Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 66 /POJK.03/2016 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM DAN PEMENUHAN MODAL INTI MINIMUM BANK PEMBIAYAAN RAKYAT
Lebih terperinciTagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo)
LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 30 September 2014 dan 31 Desember 2013 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS 30 Sep 2014 31 Des 2013 ASET 1. Kas 10.521 8.204 2. Penempatan pada Bank Indonesia 317.299 281.605
Lebih terperinci2015, No.73 2 e. bahwa sehubungan dengan huruf a sampai dengan huruf d diatas diperlukan penyesuaian terhadap ketentuan tentang Kewajiban Penyediaan M
No.73, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Modal Minimum. Modal Inti Minimum. Bank. Perkreditan Rakyat. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5686) PERATURAN
Lebih terperinciSALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT
Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT Sehubungan dengan Peraturan
Lebih terperinciPT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA PER 30 SEPTEMBER 2003 & 2002
PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA NO POS - POS AKTIVA 1 Kas 62.396 50.624 2 3 4 5 6 7 Penempatan pada Bank Indonesia a. Giro Bank Indonesia 999.551 989.589 b. Sertifikat Bank Indonesia - 354.232
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.03/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM
SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.03/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM DAN PEMENUHAN MODAL INTI MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN
Lebih terperinciNERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 30 SEPTEMBER 2007 DAN 2006 (Dalam Jutaan Rupiah)
NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN KONSOLIDASI NO. POSPOS Per 30 Sept 2007 Per 30 Sept 2006 Per 30 Sept 2007 Per 30 Sept 2006 (Tidak Diaudit) (Tidak Audit) (Tidak Diaudit)
Lebih terperinciTagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo)
LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 30 September 2013 dan 31 Desember 2012 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS 30 Sep 2013 31 Dec 2012 ASET 1. Kas 6,776 5,177 2. Penempatan pada Bank Indonesia 230,159 331,111
Lebih terperinciNo.8/27/DPNP Jakarta, 27 November 2006 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA
No.8/27/DPNP Jakarta, 27 November 2006 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal: Prinsip Kehati-hatian dan Laporan dalam rangka Penerapan Manajemen Risiko secara Konsolidasi bagi
Lebih terperinciKONSOLIDASI POS-POS. Des 2005 Des 2004 Des 2005 Des 2004 AKTIVA 41,215 28,657
NERACA POS-POS KONSOLIDASI Des 2005 Des 2004 Des 2005 Des 2004 1. AKTIVA Kas 41,215 28,657 2. Penempatan pada Bank Indonesia 850,832 615,818 a. Giro Bank Indonesia 732,894 554,179 b. Sertifikat Bank Indonesia
Lebih terperinciTagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo)
LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Desember 2014 dan 31 Desember 2013 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS ASET 1. Kas 10,443 8,204 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1,473,201 281,605 3. Penempatan pada bank
Lebih terperinciPT Bank Rabobank International Indonesia
PT Bank Rabobank International Indonesia PENGURUS BANK Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Wouter Jacob Kolff - Komisaris : Fergus John Murphy - Komisaris : Shanti Lasminingsih
Lebih terperinciPENGURUS BANK PEMILIK BANK
PT Bank Rabobank International Indonesia PENGURUS BANK Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Wouter Jacob Kolff - Komisaris : Fergus John Murphy - Komisaris : Shanti Lasminingsih
Lebih terperinciN E R A C A PT. BANK SINAR HARAPAN BALI Tanggal : 31 Maret 2011 dan 2010 ( Dalam Jutaan Rupiah )
N E R A C A Tanggal : 31 Maret 2011 dan 2010 ( Dalam Jutaan Rupiah ) NO POS - POS B A N K 31 Maret 2011 31 Maret 2010 A S E T 1 Kas 23.345 18.589 2 Penempatan pada Bank Indonesia 87.831 82.917 3 Penempatan
Lebih terperinciKamus Istilah Pasar Modal
Sumber : www.bapepam.go.id Kamus Istilah Pasar Modal Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2 hubungan antara Pihak dengan
Lebih terperinciDewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Fergus John Murphy - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto
PT Bank Rabobank International Indonesia PENGURUS BANK Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Fergus John Murphy - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto Dewan Direksi
Lebih terperinciPEDOMAN PERHITUNGAN ASET TERTIMBANG MENURUT RISIKO UNTUK RISIKO KREDIT DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN STANDAR
LAMPIRAN IV SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 42 /SEOJK.03/2016 TENTANG PEDOMAN PERHITUNGAN ASET TERTIMBANG MENURUT RISIKO UNTUK RISIKO KREDIT DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN STANDAR - 1 - PEDOMAN
Lebih terperinciLAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /SEOJK.03/2017 TENTANG
LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /SEOJK.03/2017 TENTANG PENYAMPAIAN INFORMASI NASABAH ASING TERKAIT PERPAJAKAN DALAM RANGKA PERTUKARAN INFORMASI SECARA OTOMATIS ANTARNEGARA DENGAN
Lebih terperinciDewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Robert Jan Van Zadelhoff *) - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto
PT Bank Rabobank International Indonesia PENGURUS BANK Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Robert Jan Van Zadelhoff *) - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto Dewan
Lebih terperinciBANK METRO EXPRESS LAPORAN KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN INFORMASI LAINNYA Tanggal 31 Maret 2014 dan 2013
LAPORAN KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN INFORMASI LAINNYA Tanggal 31 Maret 2014 dan 2013 No. Pos-pos Posisi 31 Maret 2014 Posisi 31 Maret 2013 L DPK KL D M Jumlah L DPK KL D M Jumlah I. PIHAK TERKAIT 1. Penempatan
Lebih terperinciLAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI PT. BANK MEGA Tbk. PER 30 JUNI 2010 dan 30 JUNI 2009 NERACA
No. LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI POS - POS NERACA 30-Jun-10 30-Jun-09 Aset 1 Kas 677,722 758,248 2 Penempatan pada Bank Indonesia 3,419,512 3,275,170 3 Penempatan pada bank lain 482,595 350,735 4 Tagihan
Lebih terperinciBANK METRO EXPRESS LAPORAN KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN INFORMASI LAINNYA Tanggal 31 Maret 2015 dan 2014 #VALUE! #VALUE! #VALUE! #VALUE!
LAPORAN KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN INFORMASI LAINNYA Tanggal 31 Maret 2015 dan 2014 #VALUE! #VALUE! #VALUE! #VALUE! No. Pos-pos Posisi 31 Maret 2015 Posisi 31 Maret 2014 L DPK KL D M Jumlah L DPK KL D
Lebih terperinciNo. 10/ 48 /DPD Jakarta, 24 Desember 2008 S U R A T E D A R A N. kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA
No. 10/ 48 /DPD Jakarta, 24 Desember 2008 S U R A T E D A R A N kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA Perihal : Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah Sehubungan dengan telah ditetapkannya Peraturan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS PEMBAHASAN
BAB 4 ANALISIS PEMBAHASAN 4.1. Strategi Sekuritisasi Aset pada Piutang Pembiayaan Konsumen Seperti telah diuraikan maka salah satu aset yang memungkinkan untuk disekuritisasi oleh Perseroan adalah piutang
Lebih terperinciNERACA TRIWULANAN Tanggal : 30 Juni 2013 dan 31 Desember 2012
No. NERACA TRIWULANAN Tanggal : 30 Juni 2013 dan 31 Desember 2012 POS POS (dalam jutaan rupiah) Posisi 31 Desember Th. ASET 1. Kas 11.925 11.327 2. Penempatan pada Bank Indonesia 215.761 264.622 3. Penempatan
Lebih terperinciDewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Fergus John Murphy - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto
PT Bank Rabobank International Indonesia PENGURUS BANK Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Fergus John Murphy - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto Dewan Direksi
Lebih terperinciPEDOMAN PENGISIAN LAPORAN PROFIL MATURITAS
- 7 - PEDOMAN PENGISIAN LAPORAN PROFIL MATURITAS UMUM 1. Laporan Profil Maturitas menyajikan pos-pos aset, kewajiban, dan rekening administratif yang dipetakan dalam skala waktu. Pemetaaan dilakukan berdasarkan
Lebih terperinciBANK METRO EXPRESS LAPORAN KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN INFORMASI LAINNYA Tanggal 30 September 2014 dan 2013
LAPORAN KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN INFORMASI LAINNYA Tanggal 30 September 2014 dan 2013 No. Pos-pos Posisi 30 September 2014 Posisi 30 September 2013 L DPK KL D M Jumlah L DPK KL D M Jumlah I. PIHAK TERKAIT
Lebih terperinciLaporan Keuangan Triwulanan 30 September 2009
Laporan Keuangan Triwulanan 30 September 2009 Bangkok Bank Public Company Limited Jakarta Branch NERACA BANGKOK BANK PCL Per 30 September 2009 dan 2008 (dlm.jutaan rupiah) No. POS - POS 30 September 2009
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pengelolaan dan
Lebih terperinciAkuntansi Modal Bank K E L O M P O K 4 : H A F I L I A P O N G G O H O N G S U S A N T I A S S A S A R W I N D A S A R I R I K I K U M A U N A N G
Akuntansi Modal Bank K E L O M P O K 4 : H A F I L I A P O N G G O H O N G S U S A N T I A S S A S A R W I N D A S A R I R I K I K U M A U N A N G Materi: 2 1 2 3 Klasifikasi Modal Bank Rasio Kecukupan
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PENYEDIAAN DANA OLEH BANK YANG DIJAMIN BANK LAIN GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/ 5 /PBI/2000 TENTANG PENYEDIAAN DANA OLEH BANK YANG DIJAMIN BANK LAIN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menggerakkan perekonomian nasional diperlukan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.195, 2016 PERBANKAN. BI. Debitur. Sistem Informasi. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5933). PERATURAN BANK INDONESIA
Lebih terperinciPEDOMAN PENGISIAN LAPORAN PROFIL MATURITAS
PEDOMAN PENGISIAN LAPORAN PROFIL MATURITAS UMUM A. Laporan Profil Maturitas menyajikan pos-pos aset, kewajiban, dan rekening administratif yang dipetakan ke dalam skala waktu. Pemetaaan dilakukan berdasarkan
Lebih terperinciSALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT
Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT Sehubungan dengan Peraturan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF
- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciSURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat
No. 10/ 45 /DKBU Jakarta, 12 Desember 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat Sehubungan dengan ditetapkannya
Lebih terperinciSURAT KEPUTUSAN DIREKSI BANK INDONESIA TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DIREKSI BANK INDONESIA,
DIREKSI No. 31 / 147 / KEP / DIR SURAT KEPUTUSAN DIREKSI BANK INDONESIA TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DIREKSI BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kelangsungan usaha bank tergantung pada kesiapan untuk
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciPT Bank Rabobank International Indonesia PENGURUS BANK
PT Bank Rabobank International Indonesia PENGURUS BANK DEWAN KOMISARIS - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Robert Jan Van Zadelhoff - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto Dewan
Lebih terperinciNERACA KONSOLIDASI Tanggal 30 Juni 2002 dan 2001 ( Dalam jutaan rupiah )
No. AKTIVA POS - POS NERACA KONSOLIDASI Tanggal 30 Juni 2002 dan 2001 ( Dalam jutaan rupiah ) BANK BII KONSOLIDASI 30-Jun-02 30-Jun-01 30-Jun-02 30-Jun-01 1. Kas 481.501 552.300 481.538 552.376 2. Penempatan
Lebih terperinciNERACA KONSOLIDASI. Tanggal 30 September 2002 dan ( Dalam jutaan rupiah )
No. AKTIVA POS - POS NERACA KONSOLIDASI Tanggal 30 September 2002 dan 2001 ( Dalam jutaan rupiah ) BANK BII 30-Sep-02 30-Sep-01 30-Sep-02 30-Sep-01 KONSOLIDASI 1. Kas 492.740 496.965 492.784 497.022 2.
Lebih terperinciBANK SHINHAN INDONESIA LAPORAN KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN INFORMASI LAINNYA Tanggal 30 Juni 2016 dan 2015
LAPORAN KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN INFORMASI LAINNYA Tanggal 30 Juni 2016 dan 2015 No. Pos-pos Posisi 30 Juni 2016 Posisi 30 Juni 2015 L DPK KL D M Jumlah L DPK KL D M Jumlah I. PIHAK TERKAIT 1. Penempatan
Lebih terperinciLaporan Keuangan Publikasi Triwulanan Neraca STANDARD CHARTERED BANK WISMA STANDARD CHARTERED,.JL.SUDIRMAN KAV 33 A, Telp.
Neraca (Dalam Jutaan Rupiah) Bank Konsolidasi 03-2006 03-2005 03-2006 03-2005 AKTIVA Kas 39,883 33,731 Penempatan pada Bank Indonesia 1,213,314 1,541,286 a. Giro Bank Indonesia 833,099 543,590 b. Sertifikat
Lebih terperinciTENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN METODE STANDAR DALAM PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM DENGAN MEMPERHITUNGKAN RISIKO PASAR
LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /SEOJK.03/2016 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN METODE STANDAR DALAM PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM DENGAN MEMPERHITUNGKAN
Lebih terperinciLAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN
LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2017 TENTANG PEDOMAN PERHITUNGAN TAGIHAN BERSIH TRANSAKSI DERIVATIF DALAM PERHITUNGAN ASET TERTIMBANG MENURUT RISIKO UNTUK RISIKO KREDIT
Lebih terperinciTagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo)
LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 30 September 2015 dan 31 Desember 2014 (dalam jutaan Rupiah) No. POS POS 30 Sep 2015 31 Dec 2014 ASET 1. Kas 9,942 10,443 2. Penempatan pada Bank Indonesia 3,520,489 1,473,201
Lebih terperinciKodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Aset. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) dan Prinsip Kehati-Hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal
Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) dan Prinsip Kehati-Hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal Kodifikasi Peraturan Perbankan Indonesia Aset Batas Maksimum Pemberian
Lebih terperinciNERACA. Per 31 Maret 2004 dan 2003 (Dalam Jutaan Rupiah)
NERACA Per dan 2003 No. Pos - Pos Konsolidasi AKTIVA 1. K a s 2,086,305 2,147,785 2,141,888 2,174,536 2. Penempatan pada Indonesia a. Giro Indonesia 10,357,038 9,474,493 10,540,389 9,544,455 b. Sertifikat
Lebih terperinciNERACA TRIWULANAN Tanggal : 31 Maret 2013 dan 31 Desember 2012
No. NERACA TRIWULANAN Tanggal : 31 Maret 2013 dan 31 Desember 2012 POS POS (dalam jutaan rupiah) Posisi 31 Desember Th. ASET 1. Kas 10,117 11,327 2. Penempatan pada Bank Indonesia 226,726 264,622 3. Penempatan
Lebih terperinciTagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo)
LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Maret 2016 dan 31 Desember 2015 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS 31 Mar 2016 31 Des 2015 ASET 1. Kas 12.254 12.320 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2.621.559 1.228.564
Lebih terperinciGUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/6/PBI/2007 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 7/2/PBI/2005 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a.
Lebih terperinciTagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo)
LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 30 Juni 2015 dan 31 Desember 2014 (dalam jutaan Rupiah) No. POS POS 30 Jun 2015 31 Des 2014 ASET 1. Kas 9.144 10.443 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2.770.562 1.473.201 3.
Lebih terperinciSURAT KEPUTUSAN DIREKSI BANK INDONESIA TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK UMUM DIREKSI BANK INDONESIA,
No.31/177/KEP/DIR SURAT KEPUTUSAN DIREKSI BANK INDONESIA TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK UMUM DIREKSI BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemberian kredit yang melebihi batas yang wajar kepada
Lebih terperinciAset. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia
Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset Prinsip Kehati hatian dalam Aktivitas Sekuritas Aset, Transaksi Derivatif dan Prinsip Kehati hatian dalam Melaksanakan Kegiatan Structured Product Ko A odifikas
Lebih terperinci2 bagi pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi lindung nilai; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huru
No.117, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Rupiah. Bank. Asing. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5702). PERATURAN BANK INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pengelolaan dan pengembangan
Lebih terperinciNERACA KONSOLIDASIAN
NERACA KONSOLIDASIAN KONSOLIDASIAN No. POS-POS 31-Des-2009 31-Des-2008 31-Des-2009 31-Des-2008 AKTIVA 1. Kas 747.870 681.321 767.238 683.155 2. Penempatan pada Bank Indonesia a. Giro pada Bank Indonesia
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT
SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka penetapan kebijakan moneter, pemantauan stabilitas sistem keuangan,
Lebih terperinciDewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Fergus John Murphy - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto
PT Bank Rabobank International Indonesia PENGURUS BANK Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Humayunbosha - Komisaris : Fergus John Murphy - Komisaris : Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto Dewan Direksi
Lebih terperinciTagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo)
LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 30 September 2016 dan 31 Desember 2015 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS 30 Sep 2016 31 Dec 2015 ASET 1. Kas 9,570 12,320 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,212,969 1,228,564
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF
Lebih terperinciNo. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA
No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Laporan Tahunan Bank Umum dan Laporan Tahunan Tertentu yang Disampaikan kepada
Lebih terperinciGUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/ 37 /PBI/2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/13/PBI/2003 TENTANG POSISI DEVISA NETO BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciNERACA POS - POS. Per 30 Juni 2007 dan 2006 (Dalam Jutaan Rupiah) BANK KONSOLIDASI NO. 30 Juni Juni Juni Juni 2006 AKTIVA
NERACA NO. POS - POS KONSOLIDASI 30 Juni 2007 30 Juni 2006 30 Juni 2007 30 Juni 2006 AKTIVA 1. K a s 3.977.652 2.932.671 4.116.812 3.031.655 2. Penempatan pada Bank Indonesia a. Giro Bank Indonesia 20.097.909
Lebih terperinci2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentan
No.197, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Kehati-hatian. Perekonomian Nasional. Bank Umum. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5734). PERATURAN OTORITAS
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.84, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. Bank Indonesia. Bank Umum. Operasi Moneter. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5141) PERATURAN BANK INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 11 /PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 11 /PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung tujuan Bank Indonesia guna
Lebih terperinciBANK SHINHAN INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Tanggal 31 Maret 2016 dan 31 Desember 2015 (dalam jutaan rupiah) No. POS - POS 31 Mar
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Tanggal 31 Maret 2016 dan 31 Desember 2015 No. POS - POS 31 Mar 2016 31 Dec 2015 ASET 1. Kas 16,800 17,859 2. Penempatan pada Bank Indonesia 271,059 168,240 3. Penempatan
Lebih terperinciMEMUTUSKAN : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA. BAB I KETENTUAN UMUM.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a bahwa pengelolaan dan pengembangan
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/13 /PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/13 /PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a.
Lebih terperinciNo. 15/27/DPNP Jakarta, 19 Juli 2013 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA
No. 15/27/DPNP Jakarta, 19 Juli 2013 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Persyaratan Bank Umum untuk Melakukan Kegiatan Usaha dalam Valuta Asing Sehubungan dengan Peraturan Bank
Lebih terperinci(dalam jutaan rupiah) 30-Jun-17 Kategori Portofolio
Pengungkapan Berdasarkan Wilayah - Bank secara Individual Berdasarkan Wilayah Wil. Jakarta Wil. Barat Wil. Tengah Wil. Timur Total (3) (4) (5) (6) (7) 1 Tagihan Kepada Pemerintah 2,435,098 - - - 2,435,098.00
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/7/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/17/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK ASING DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 48 /POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA TERPROTEKSI, REKSA DANA DENGAN PENJAMINAN, DAN REKSA
Lebih terperinci