KOMISI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KOMISI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR"

Transkripsi

1 1. Sidang Komisi Pembangunan Infrastruktur Sidang dipandu oleh Lucky Eko Wuryanto (BKPM) sebagai fasilitator dengan pemicu diskusi I Frans Sunito (Jasa Marga) dan pemicu diskusi II Lukman Purnomosidi (KADIN), dan dihadiri oleh : Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Perdagangan, Menteri Keuangan, Menteri Kominfo, Menteri Perumahan Rakyat, Meneg PPN/Kepala Bappenas, Ketua Umum KADIN, beberapa Gubernur/Kepala Daerah, pelaku usaha, dan lain lain. 2. Pembukaan Sidang Sidang dibuka pada pukul WIB oleh Lucky Eko Wuryanto, dengan pengantar sekilas tentang pembangunan infrastruktur dan alternatif pendanaannya, sidang berlangsung hingga pukul WIB. Sebelum memberikan kesempatan kepada 25 penanya/pemrasaran, kedua pemicu diskusi terlebih dahulu menyampaikan paparan dengan tayangan slide. 3. Frans Sunito (Jasa Marga) Menjelaskan bahwa konsep dasar pembangunan jalan tol adalah konsep pendanaan : bersifat swadana oleh pengguna tol yang dijembatani oleh Investor dan Perbankan 3 kendala utama kelancaran pembangunan jalan tol adalah : 1. Pengadaan tanah, 2. Pengadaan tanah, dan 3. Pengadaan tanah 3 kendala bagi investor dalam menanamkan modalnya adalah : 1. Carrying cost (cashflow dan beban bunga yang tidak terkendali) untuk biaya pengadaan tanah dengan jadwal berkepanjangan, 2. Ketidakpastian realisasi biaya pengadaan tanah yang bisa melonjak tinggi jauh melampaui plafon kelayakan, dan 3. Ketidakpastian realisasi waktu selesainya pengadaan tanah hingga bisa memulai konstruksi Inti permasalahan pengadaan tanah adalah pada proses musyawarah sehingga pelepasan hak menjadi bersifat voluntary, Halaman 1 dari 14

2 seharusnya kembali kepada prinsip eminent domain dimana negara memiliki kewenangan dalam pengambilan hak atas tanah untuk kepentingan umum. Kompensasi tidak harus berbentuk cash, tetapi bisa juga dalam bentuk lain misalnya dalam bentuk program resettlement Yang lebih penting dari musyawarah kesepakatan harga adalah terlebih dahulu diadakan sosialisasi proyek untuk mendapatkan public acceptance yang luas Dana talangan (BLU) dan dana land capping seyogyanya dikelola oleh satu pihak yang membebaskan lahan, yaitu Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Dana talangan (BLU) dan land capping seharusnya juga bisa digunakan untuk penggantian/pemindahan utilitas yang terkait dengan lahan yang bersangkutan Bunga dan pokok dana talangan tersebut dibayar oleh investor pada saat tanah bebas 100% minimum untuk satu bagian jalan tol yang memiliki kelayakan finansiil sesuai rencana 4. Lukman Purnomosidi (KADIN) Mengawali presentasi dengan penjelasan adanya bottleneck kucuran madu asli senilai Rp 95 Triliun plus plus, yaitu khususnya di subsektor jalan tol dengan progress selama 5 tahun hanya sepanjang 101 km saja, sedangkan sejak tahun 1978 progress rata-rata hanya 23 km/tahun alias lebih lambat dari Malaysia Prosedur Pengadaan Tanah yang ada sekarang harus melalui mekanisme yang rumit termasuk proses musyawarah dan ternyata dalam semua proses yang melibatkan banyak pihak tersebut, tidak ada SATU pihakpun yang bertanggung-jawab atas realisasi BIAYA dan WAKTU Pengadaan Tanah Ketidakpastian biaya dan waktu Pengadaan Tanah tersebut berdampak pada menurunnya tingkat kelayakan hingga bahkan menjadi tidak layak, sehingga tidak jelas kapan jaringan jalan tol senilai Rp 95 Triliun bisa terbangun Permasalahan jalan tol selain pengadaan tanah adalah timbulnya dua pilihan yang sulit bagi investor untuk 1) melanjutkan proyek dengan menanggung semua risiko sepenuhnya atau 2) diputus kontraknya, padahal keraguan penyandang dana (baik pemegang Halaman 2 dari 14

3 saham maupun bank) adalah karena faktor ketidakpastian pengadaan tanah yang berujung pada ketidaklayakan investasi Beberapa masalah infrastruktur lainnya adalah keterbatasan akses investasi pelabuhan laut dan perkeretaapian, ketidaksinkronan regulasi telekomunikasi, belum ada PP untuk UU Tenaga Listrik yang baru, serta belum ada regulator penyediaan air bersih di kabupaten/kota Pada tahun 2004 ATI sudah menyampaikan beberapa rekomendasi, dan beberapa sudah terlaksana, sedangkan yang belum adalah kejelasan hukum pengadaan tanah. Untuk ke depan beberapa rekomendasi yang disarankan khususnya ke dalam program 100 hari Pemerintah sekarang ini adalah : 1. Rekomendasi 1 : penerbitan PERPPU tentang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum 2. Rekomendasi 2 : peningkatan peran BPN menjadi pelaksana Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum 3. Rekomendasi 3 : Revisi Perpres No.67 Thn 2005 antara lain : 1) Pengadaan Tanah dibiayai dengan dana APBN, dan tidak masuk dalam komponen biaya investasi 2) Proyek prakarsa Badan Usaha (unsolicited) lebih diperbaiki lagi 3) Penunjukan langsung (direct assignment) dimungkinkan 4) Proses tender investasi disederhanakan 5) Ketentuan Peralihan berisi : Bagi badan usaha yang telah menandatangani Perjanjian Kerjasama sebelum berlakunya Perpres ini dan mengalami penurunan kelayakan investasi maka diberlakukan Perpres ini 4. Rekomendasi 4 : rekomendasi jangka panjang yaitu model BPJT sebagai one-stop service institution, kesamaan persepsi di tingkat pusat dan daerah, Dukungan Pemerintah yang memadai dan alternatif pembiayaan infrastruktur Alternatif pembiayaan infrastruktur bermacam-macam, diusulkan struktur pembiayaan yang lebih tepat yaitu Project Finance / Multilateral / Private Equity 5. Rekomendasi 5 : beberapa peran pemerintah memperbaiki iklim usaha infrastruktur non tol antara lain melalui : 1. Perlu dibentuk semacam BPJT untuk infrastruktur non-tol Halaman 3 dari 14

4 2. Menyusun shopping list untuk investor yang berminat, termasuk untuk peluang investasi di daerah 3. Membuka peluang investasi perkeretaapian dan pelabuhan laut 4. Membentuk regulator untuk air bersih, dan menyusun mekanisme tarif yang lebih baik 5. Mensinergi jaringan transmisi listrik dengan pembangkit listrik 6. Menerbitkan peraturan pelaksanaan untuk UU 30/2009 tentang Ketenagalistrikan 7. Melakukan review UU telekomunikasi dan pemanfaatan PNBP serta penyelarasan UU 8. Mengintegrasi jaringan pipa gas nasional dengan TAGP, dan sinkronikasi kebijakan antar instansi Berbagai manfaat jalan tol yang cukup luar biasa, seperti penyerapan 2,9 juta tenaga kerja, efisiensi biaya transportasi Rp 3,7 Triliun per tahun, pemasukan pajak Rp 8 Triliun, dll disajikan khusus kepada bapak Menteri Pekerjaan Umum Presentasi diakhiri dengan ilustrasi de-bottlenecking untuk realisasi km jalan tol Lucky Eko Wuryanto membuka sesi pertanyaan/masukan usulan dari peserta pada pukul 15.15, yang ternyata ada 25 penanya/pengusul untuk ditanggapi sekaligus di akhir sidang oleh kedua pemicu diskusi Frans Sunito dan Lukman Purnomosidi. 5. Penanya 1 (Dedi Heryadi Departemen Kelautan & Perikanan) : Potensi Sumber Daya Ikan tidak bisa optimal diekspor karena adanya keterbatasan infrastruktur, dan untuk mengatasinya mengusulkan dibangunnya pelabuhan-pelabuhan perikanan Hambatan pengadaan tanah justru sering terjadi untuk tanah yang menjadi milik BUMN, karena BUMN tersebut juga mencari keuntungan untuk negara 6. Penanya 2 (Rachmat - Telematika) : Bagaimana melakukan semacam earmarking bagi PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) sektor telekomunikasi agar bisa diperuntukkan bagi daerah tertinggal, yaitu disarankan bisa untuk membangun backbone terkait hal ini diusulkan membuat ICT Fund Halaman 4 dari 14

5 Harus ada solusi untuk ketidaksinkronan aturan sektor telematikan antara Pusat dengan Daerah (contoh yang berdampak pada pembongkaran tower) 7. Penanya 3 (Harsoyo Jasa Konstruksi KADIN) : Bottleneck PP/Perpres untuk sektor Jasa Konstruksi revisi pembentukan Asosiasi Jasa Konstruksi di PP 28/2000 yang sulit syaratsyaratnya diusulkan perbaikan kepranataan agar ada asosiasi yang lebih terakredisasi baik kualitas dan kuantitas sehingga secara nasional akan lebih kompetitif Revisi Keppres 80 : masih ada yang menghambat industri Jasa Konstruksi : o Disarankan agar tetap bisa memberlakukan jaminan dari bank umum / perusahaan asuransi o Atas nama penyedia Jasa Konstruksi mengusulkan agar tetap diberlakukan segmentasi pasar sehingga persaingan bisa berlangsung lebih sehat 8. Penanya 4 (Awang Farouk Gubernur Kaltim) : Agar dilakukan inventarisasi permasalahan yang bersifat nasional, dan memberikan masukan untuk pembangunan infrastruktur di daerah sebagai berikut : 1. Kendala dalam membangun freeway (pengadaan tanah oleh Pemda, dan konstruksi dengan investor) adalah harus melewati hutan lindung Taman Hutan Rakyat UU harusnya bisa diubah km jalan perbatasan sbg kawasan strategis nasional hanya bisa dibangun 56 ribu ha dari ratusan ribu ha seharusnya bisa dikompensasikan saja untuk pembangunan 3. Pembangunan 150 km jaringan KA angkutan batubara (tahap awal) perlu regulasi yang kondusif 4. Kaltim kaya batubara dan gas tetapi keetrsediaan listrik sangat kurang 5. 95% batubara untuk ekspor, tidak ada yang untuk Kaltim diusulkan membangun PLTU Batubara terbesar, baru kemudian didistribusikan ke Jawa dll Berharap agar forum National Summit ini juga bisa memecahkan permasalahan di daerah. Halaman 5 dari 14

6 9. Penanya 5 (Teras Narang Gubernur Kalteng) : Perlu identifikasi dan inventarisasi masalah infrastruktur secara nasional, jangan hanya untuk wilayah tertentu susun permasalahan per regional Harus dibahas juga mengenai trans Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Dipertanyakan apakah program Jalan Tol wants atau needs? UUPA 5/1960 harus dirujuk lagi, proses musyawarah dan mufakat seharusnya bukan kendala hanya caranya harus sosial bukan B to B Jangan 100 hari hanya untuk program jalan tol Lucky Eko Wuryanto menegaskan bahwa forum ini memang tidak hanya untuk membahas jalan tol, jadi dipersilahkan saja kalau ada masukan untuk infrastruktur lain di pusat atau daerah tidak akan dibatasi 10. Penanya 6 (Soekarwo Gubernur Jatim) : Setuju solusi permasalahan pengadaan tanah untuk PPP segera pembenahan UU, setuju dengan rencana penerbitan Perppu Pengadaan Tanah Proses musyawarah harus tetap ada tetapi ada batas atas nilai UGK, misalnya sebesar 2 x NJOP atau 2 x pasar tertinggi lalu diumumkan sehingga calo tidak bergerak bisa saja lebih besar dari nilai tertinggi NJOP atau harga tertinggi pasar seperti di Perancis calo tidak ada tetapi musyawarah bukan meminta harga dari Rp 50 ribu jadi Rp 1,5 juta Setuju dengan opsi Pemegang Hak Atas Tanah yang etrkena lahannya dimungkinkan sebagai Pemegang Saham Terkait program penanggulangan banjir Bengawan Solo, optimis bahwa rencana 7 bendungan akan bisa dibangun Permasalahan investasi pelabuhan laut Tanjung Perak idle time 4,2 hari seharusnya max 2 hari menghambat kelancaran eksport setuju harus ada langkah ekstrim untuk de-bottlenecking 11. Penanya 7 (Fatchurrochman Ketua ATI) : Contoh parahnya masalah pengadaan tanah adalah proyek Banjir Kanal Timur yang bukan komersial tetapi tetap saja pengadaan tanah masih sangat terkendala untuk itulah harus ada Perppu Pengadaan Tanah Halaman 6 dari 14

7 Land Capping ternyata ada batas atas dari Pemerintah, setelah itu kembali menjadi risiko Investor seharusnya ada batas atas bagi Investor juga karena kalau tidak kelayakan investasi akan turun dan bisa berubah menjadi tidak layak Prosesnya bukan dengan menghilangkan musyawarah, tetapi ada kontrol appraisal independen, sehingga masih bisa proses banding Pembangunan Jalan Tol dengan kelayakan finansial marginal yang sebelumnya sudah dilakukan oleh Pemerintah, ke depan apabila menjadi layak (traffic berkembang) sebaiknya dijual saja kepada Badan Usaha Pajak final konstruksi 3% padahal UU baru max 2% masih belum jelas penerapannya Mendukung revisi Perpres 67/2005 : o Dengan pasal peralihan untuk ruas-ruas yang sekarang posisinya serba salah : diteruskan salah berhenti juga salah o ATI akan menyampaikan resmi draft revisi Perpres 67/2005 yang disusun oleh Tim ATI kepada fasilitator 12. Penanya 8 (sektor Kelistrikan) : Pertama, UU 30/2009 tentang Kelistrikan harus segera diikuti penerbitan PPnya dst agar tidak ada hambatan bagi investor maupun Pemerintah dalam implementasi UU tersebut Kedua, memang perlu sinkronikasi pembangkit dan transmisi apabila dibangun MW perlu 200 miliar USD di transmisi distribusi aturan sudah ada tetapi perlu diatur kembali Investasi pembangkitan yang berhenti/lambat agar diatur ulang khususnya mengenai review tarifnya dalam waktu yang secepatnya 13. Penanya 9 (Distribusi Gas Bumi) : Potensi terbesar gas bumi ada di wilayah : Kalimantan, Natuna dan Sumatra lalu Sulawesi dan Papua Perlu distribusi gas bumi yang baik perlu aturan untuk prioritas penggunaan gas bumi bagi keperluan domestik 14. Penanya 10 (Himawan Arief Dirut Perumnas) : Pengembangan Kawasan terhambat oleh kesiapan infrastruktur untuk solusi permasalahan tersebut diperlukan sinkronisasi program infrastruktur dengan pengembangan kawasan Halaman 7 dari 14

8 Pengadaan tanah untuk infrastruktur memerlukan land banking seperti di bidang perumahan 15. Penanya 11 (LSM Infrastruktur) : Merujuk UU 32/2004, ternyata infrastruktur yang menjadi kewajiban Daerah tidak bisa dilaksanakan walaupun sesuai UU 33/2004, PP 56/2005 dan PP 54/2008 bahwa Pemerintah Daerah boleh menandatangani kerjasama pendanaan membangun infrastruktur, pertanyaannya adalah bagaimana pendanaan oleh Daerah yang tidak mempunyai kemampuan pendanaan khususnya untuk infrastruktur non komersial Perlu memperhatikan infrastruktur sosial (misal Rumah Sakit) yang harus dibangun seiring dengan infrastruktur ekonomi (misal transportasi, energi) Diusulkan pertama mengubah UU, kedua membentuk Badan Kerjasama Pembiayaan Infrastruktur antar Daerah atau IDFC Infrastructure Development Financing Community : o Melakukan inventarisasi apa saja kebutuhan infrastruktur spesifik di Daerah dilakukan dari IDFC dengan lingkup yang nasional tidak hanya kawasan tertentu o Menyusun kerjasama antar provinsi dan kabupaten dengan koordinasi Gubernur 16. Penanya 12 (Komite II DPD-RI dari Kalimantan) : Dalam forum National Summit ini seharusnya dilakukan inventarisasi permasalahan infrastruktur di 33 Provinsi, tidak hanya di wilayah tertentu Rekomendasi : 1. Jalan Trans Kalimantan perlu ada Perpres program ini sesuai dengan kampanye SBY yang menjanjikantrans Kalimantan 2. Daerah perbatasan Kaltim dan Kalbar sebagai teras bangsa, perlu ada Perpresnya juga agar Menteri PU tidak bingung 3. DPD-RI sedang menyusun RUU Pengadaan Tanah untuk pembangunan infrastruktur 4. Kaltim juga akan membangun freeways Pada prinsipnya kalau Daerah sejahtera maka Indonesia juga akan sejahtera Halaman 8 dari 14

9 17. Penanya 13 (Frans Lebu Raya - Gubernur NTT) : Mengulang perlunya inventarisasi secara nasional, walaupun memahami kebutuhan pembangunan jalan tol di pulau Jawa Pendekatan bisnis, ekonomi perlu tetapi penting diperhatikan bagaimana keutuhan negeri, sehingga infrastruktur yang tidak layak ekonomi tetap harus dibangun untuk keutuhan negeri NTT sebagai daerah kepulauan mempunyai kebutuhan infrastruktur yang berbeda : tidak cukup hanya dengan 1 Bandara, tidak cukup hanya dengan 1 Pelabuhan Laut untuk itu jangan hanya melakukan pendekatan ekonomi finansial tetapi juga keutuhan dan kesejahteraan negeri secara keseluruhan 18. Penanya 14 (Alida Paliati Unhalu Sultra) : Komponen produksi kita terlalu banyak yang masih merupakan bahan import Perlu optimalisasi aspal Buton untuk membangun jaringan jalan dengan kandungan lokal (aspal Buton) yang lebih besar, untuk ini perlu Dukungan Pemerintah membangun industri terintegrasi mengolah bahan baku 19. Penanya 15 (Anwar Saleh Gubernur Sulbar) : Mengulang inventarisasi permasalahan untuk lingkup 33 provinsi 524 km jaringan jalan kondisinya sudah bagus, Bandara dan Pelabuhan juga sudah bagus, tetapi pasokan listrik hanya 2 jam menyala lalu 3 jam padam Inventarisasi permasalahan 1. Juga ada batubara tetapi harus membangun jalan melewati hutan dan ijin Departemen Kehutanan belum juga keluar 2. Lahan untuk perkebunan sawit dan coklat harus diijinkan agar menjadi penghasil coklat nomor 1 dunia, ini perlu ijin karena masih dianggap milik perusahaan 3. Ada 10 sungai potensial untuk pembangkit listrik 20. Penanya 16 (ibu dari Papua Barat) : Jaringan jalan melewati hutan lindung sehingga tidak bisa dibuka, masalah ini memerlukan solusi karena untuk kepentingan masyarakat Pembukaan jalan di Papua Barat perlu memperhatikan kebutuhan perniagaan masyarakat bawah Halaman 9 dari 14

10 21. Penanya 17 (Dephan) : Permasalahan saat pembangunan Suramadu TNI Angkatan Laut sudah mengingatkan adanya kawasan gudang mesiu tetapi tidak diindahkan akan berbahaya Dephan sudah menyiapkan untuk memindah gudang amunisi RUTR harus ditepati Pembangunan di Luar Negeri oleh tenaga Indonesia ternyata bisa lebih baik hasilnya Perlu dicermati rencana pembangunan jaringan jalan tol ASEAN 22. Penanya 19 (Sulteng) : Permasalahan energi listrik pembangkitan seharusnya diserahkan ke swasta dan Pemda, dan PLN hanya fokus pada distribusi jaringan interkoneksi harga jual harus di atas tetapi harga beli di bawah sedikit Kenaikan harga harus disetujui oleh Menteri ESDM tetapi terkendala oleh birokrasi PLN Jaringan sebaiknya menjadi tanggung-jawab Pemerintah 23. Penanya 20 (Kelistrikan) : UU Kelistrikan cukup progresif karena PLN tidak lagi monopoli termasuk transmisi distribusi Mutlak segera diikuti peraturan pelaksanaannya (PP dst) - sekitar 6 bulan PP harus terbit agar benar-benar klimaks 50 IPP (Independent Power Producer) yang sudah tandatangan PPA (Power Purchase Agreement) tidak bisa berjalan, karena parameter sudah berubah tetapi PLN sulit menyentuh masalah ini karena masuk post bidding Wapres sudah menginisiasi keterlibatan BPKP agar clear tetapi pendekatan BPKP ini harus ada deadline penyelesaian negosiasi harga jual ke off-taker 24. Penanya 21 (Angkasa Pura) : Kapasitas bandara umumnya sudah terlampaui padahal pembangunan bandara baru sangat mahal Perlu harmonisasi pendanaan pembangunan bandara antara public service (non-komersial) dengan commercial yang bisa cost recovery harus unbundling sehingga yang non komersial dibiayai APBN/APBD Halaman 10 dari 14

11 Pengadaan Tanah harus cepat dan bersih 25. Penanya 22 (Jaka praktisi jalan tol) : Filosofi Perpres 67/2005 Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha) adalah bahwa Investor diundang karena adanya keterbatasan dana Pemerintah. Jaka tidak sependapat jika Nasional Summit 2009 dikatakan hanya membahas masalah Jalan Tol saja, karena sebenarnya lebih luas kepada mempermasalahkan/membahas Implementasi Perpres No.67 Thn 2005 yang masih kurang sempurna. Mengusulkan Kepada Pemerintah bahwa jika mengajak Badan Usaha khususnya Swasta supaya : bisnis Swasta dilaksanakan dengan cara Swasta bukan bisnis Swasta tetapi dengan cara Pemerintah, seharusnya tetap berprinsip pada commercial viablility sesuai dengan private code Contoh : Investor harus mengeluarkan dana pengadaan tanah tetapi tidak tahu kapan selesainya pengadaan tanah dan berapa biaya akhirnya, jadi dalam hal ini investor jalan tol hanya menjadi korban Lucky Eko Wuryanto memberi kesempatan untuk tambahan 4 (empat) penanya lagi pada pukul Penanya 23 (Rudy Resnawan Walikota Banjar Baru Kalsel) : Pulai terbesar adalah Kalimantan, tetapi jalan Trans Kalimantan belum terwujud sejak 50 tahun yang lalu hingga kini Berbagai ketentuan tidak sejalan dengan otonomi daerah pembangunan jalan daerah pemukiman masih harus dengan dana pemerintah pusat - perlu upaya agar daerah bisa lebih berdaya 27. Penanya 23 (Syamsul Arifin Gubernur Sumut) : Pengadaan Tanah untuk Bandara Kualanamu justru terbelit lahan yang dikuasai Departemen, dan prosesnya memerlukan waktu hingga bertahun-tahun Tim appraisal masih dikomplain masyarakat, karena tidak akurat misalnya desa terletak bersebelahan tetapi nilai ganti rugi bisa sangat jauh berbeda Halaman 11 dari 14

12 Infrastruktur yang lemah akan mendorong kemiskinan masyarakat, seg=hingga perlu diprioritaskan seperti alokasi dana pendidikan dengan plafon tertentu Pembangunan infrastruktur terhambat hutan sehingga harus memutarmutar mengapa margasatwa dilindungi tetapi marga lubis harahap dll tidak? 28. Penanya 24 (BP Air Minum) : Untuk penyediaan air minum sudah ada badan tetapi hanya memfasilitasi daerah (tidak melaksanakan tender) masih ada keraguan pada regulasi apakah harus melalui tender atau tidak agar Daerah tidak ragu dalam mengundang Investor Contoh hal-hal yang membuat swasta tidak tertarik di Air Minum : o Ada Dati II sudah tender sesuai Perpres 67/2005 tetapi belum ada keputusan sehingga membuat calon Investor jera o Ada PDAM yang tidak bersedia membayar kewajibannya ke Investor sesuai yang telah diperjanjikan semula Ada Investor yang meminta cost recovery hanya dari efisiensi perbaikan kebocoran tetapi tidak bisa dipenuhi 29. Penanya 25 (Jakarta Japan Club Foundation) : Within the next 5 years is critical for infrastructure improvement such as toll road, etc Government of Indonesia has launched PPP for more private partisipation, but need improvement Based on Japan experience, suggest : o Establishment of concrete bidding procedure o Improvement of current procurement regulation o Government of Indonesia should be willing to take appropriate responsibility such as land acquisition When the regulation has been revised, Indonesia PPP will enjoy more private participation People in Indonesia respect each other, having enthusiasm Japanese Government and JCF will support Indonesia development Lucky Eko Wuryanto memberi kesempatan kepada kedua pemicu diskusi (Frans Sunito dan Lukman Purnomosidi) memberikan closing remarks masingmasing selama sekitar 2 atau 3 menit Halaman 12 dari 14

13 30. Frans Sunito (Jasa Marga) : Untuk permasalahan Pengadaan Tanah maka Jalan Tol hanya sebagai contoh yang lebih tampak karena sedang digiatkan pembangunannya sehingga pembahasan di forum ini memang tetap bersifat nasional Problem proses musyawarah adalah karena dengan musyawarah diinterpretasikan sebagai ajang tawar menawar layaknya antara pembeli private dengan pemilik lahan seperti Rp minta Rp 10 juta, dan tidak ada batas waktu hingga dicapai kesepakatan Jasa Marga sudah melakukan study pengadaan tanah di negara lain musyawarah tentang kesepakatan pembangunan infrastruktur harus dilakukan terlebih dahulu untuk mencapai public acceptance appraisal independen harus disepakati oleh kedua pihak nilai kompensasi sesuai dengan harga pasar seandainya dijual ke pihak lain kemudian itupun masih juga diberi kesempatan banding Pencabutan Hak Atas Tanah jangan baru dilakukan setelah timbul ketidaksepakatan, tetapi harus dilakukan sejak awal Setuju dengan Himawan Arief (Dirut Perumnas) agar jenis kompensasi bisa berbentuk resettlement sehingga pembangunan infrastruktur tetap bermanfaat bagi masyarakat luas Pembangunan tol di Jawa mempunyai manfaat agar APBN bisa untuk pembangunan jaringan jalan di luar Jawa ini bentuk subsidi nasional, mengalihkan dana dari wilayah yang sangat berkembang ke luar Jawa Dukungan Pemerintah sudah ada tetapi tanpa perbaikan regulasi Pengadaan Tanah untuk mengatasi ketidakpastian waktu dan biaya, maka Land Capping yang dibiayai APBN bisa membuat APBN bleeding 31. Lukman Purnomosidi (KADIN) : Semua masukan akan dicatat karena framework KADIN adalah : 1. Setuju dengan prinsip inventarisasi permasalahan infrastruktur dalam lingkup nasional 2. Perppu Pengadaan Tanah untuk kepentingan umum dan Revisi Perpres 67/2005 tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur adalah hal yang sangat krusial Halaman 13 dari 14

14 Infrastruktur membutuhkan Rp 250 Triliun per tahun Pemerintah 30% dan Private 70% yaitu sekitar Rp 175 Triliun per tahun Mengulang bahwa prinsip PPP tidak hanya untuk jalan tol juga untuk pelabuhan bandara dll digarisbawahi adanya kelompok proyek : 1. Layak ekonomi layak finansial 2. Layak ekopnomi tidak layak finansial 3. Tidak layak ekonomi tidak layak finansial Perbedaan itu perlu Dukungan Pemerintah yang memadai agar bisa saleable ke mitra Badan Usaha Lucky Eko Wuryanto selanjutnya akan melakukan kompilasi masukanmasukan peserta, dan menutup sidang komisi pembangunan infrastruktur pada pukul Halaman 14 dari 14

National Summit 2009

National Summit 2009 National Summit 2009 KOMISI : PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 29 30 Oktober 2009 Percepatan Pembangunan Infrastruktur 2009 2014 Komisi Infrastruktur KADIN INDONESIA 1 KERANGKA PEMIKIRAN Peraturan PERUNDANGAN

Lebih terperinci

National Summit 2009 KOMISI : PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR Oktober Percepatan Pembangunan Infrastruktur

National Summit 2009 KOMISI : PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR Oktober Percepatan Pembangunan Infrastruktur National Summit 2009 KOMISI : PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 29 30 Oktober 2009 Percepatan Pembangunan Infrastruktur 2009-2014 Komisi Infrastruktur KADIN INDONESIA Kerangka Pemikiran Peraturan PERUNDANGAN KONDISI

Lebih terperinci

PEMBEBASAN LAHAN BAGI INFRASTRUKTUR

PEMBEBASAN LAHAN BAGI INFRASTRUKTUR PEMBEBASAN LAHAN BAGI INFRASTRUKTUR SIDANG KOMISI BIDANG EKONOMI PADA NATIONAL SUMMIT 2009 oleh Frans S. Sunito Direktur Utama PT Jasa Marga (Persero) Tbk. H l Ri C l P ifi Pl J k Hotel Ritz Carlton Pacific

Lebih terperinci

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program 35.000 MW: Progres dan Tantangannya Bandung, 3 Agustus 2015 Kementerian ESDM Republik Indonesia 1 Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan Nasional

Lebih terperinci

UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL

UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL Oleh FRANS S. SUNITO DIREKTUR UTAMA PT JASA MARGA (PERSERO) KONFERENSI NASIONAL TEKNIK JALAN KE-8, HOTEL MERCURE,JAKARTA, 4-5 SEPTEMBER 2007 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

PENGAMANAN FISKAL MELALUI POLA PEMBAGIAN RISIKO ANTARA PEMERINTAH DAN SWASTA

PENGAMANAN FISKAL MELALUI POLA PEMBAGIAN RISIKO ANTARA PEMERINTAH DAN SWASTA PENGAMANAN FISKAL MELALUI POLA PEMBAGIAN RISIKO ANTARA PEMERINTAH DAN SWASTA Oleh: Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro, Ph.D Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Pendahuluan Investasi di bidang

Lebih terperinci

MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN (Di Sempurnakan Sesuai dengan Usulan Kadin)

MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN (Di Sempurnakan Sesuai dengan Usulan Kadin) LAMPIRAN II MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN (Di Sempurnakan Sesuai dengan Usulan Kadin) Isu Pokok Output yang Diharapkan Program Aksi Kerangka waktu Jaminan pasokan energi Terjaminnya pasokan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.662, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS Kerjasama Pemerintah. Badan Usaha. Infrastruktur. Panduan Umum. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.891, 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Proyek Infrastruktur. Rencana. Penyusunan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS Seminar Nasional Sosialisasi Produk Perencanaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Bandung, 11 November 2010 1 Infrastruktur

Lebih terperinci

PEMBIAYAAN INVESTASI MELALUI PUSAT INVESTASI PEMERINTAH SEBAGAI UPAYA PERCEPATAN PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN

PEMBIAYAAN INVESTASI MELALUI PUSAT INVESTASI PEMERINTAH SEBAGAI UPAYA PERCEPATAN PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN PEMBIAYAAN INVESTASI MELALUI PUSAT INVESTASI PEMERINTAH SEBAGAI UPAYA PERCEPATAN PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN Oleh: Soritaon Siregar, M. Soc. Sci. Kepala Pusat Investasi Pemerintah, Kementerian

Lebih terperinci

LAMPIRAN II: MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN. Isu Pokok Output yang Diharapkan Program Aksi Kerangka waktu. Jaminan pasokan energi

LAMPIRAN II: MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN. Isu Pokok Output yang Diharapkan Program Aksi Kerangka waktu. Jaminan pasokan energi LAMPIRAN II: MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN Isu Pokok Output yang Diharapkan Program Aksi Kerangka waktu Jaminan pasokan energi Terjaminnya pasokan batubara Diversifikasi energi dengan meningkatkan

Lebih terperinci

FASILITAS PEMERINTAH UNTUK MENDUKUNG PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU)

FASILITAS PEMERINTAH UNTUK MENDUKUNG PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU) KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO Dipersiapkan untuk Market Sounding Proyek KPBU: Pengembangan Rumah Sakit Kanker Dharmais sebagai Pusat Kanker Nasional dan

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU Tahun Sidang : 2011-2012 Masa Persidangan : I Rapat ke : 16 Jenis Rapat : Rapat

Lebih terperinci

RISALAH RAPAT. : Pembahasan tindak lanjut RATAS PSN di Provinsi Sumatera Utara

RISALAH RAPAT. : Pembahasan tindak lanjut RATAS PSN di Provinsi Sumatera Utara RISALAH RAPAT Hari/Tanggal : Kamis, 8 Juni 2017 Waktu : 13.00 15.30 WIB Tempat : KPPIP Perihal : Rapat Tindak Lanjut Rapat Terbatas (RATAS) Proyek Strategis Nasional (PSN) di Provinsi Sumatera Utara Peserta

Lebih terperinci

HASIL PEMERIKSAAN BPK RI TERKAIT INFRASTRUKTUR KELISTRIKAN TAHUN 2009 S.D Prof. Dr. Rizal Djalil

HASIL PEMERIKSAAN BPK RI TERKAIT INFRASTRUKTUR KELISTRIKAN TAHUN 2009 S.D Prof. Dr. Rizal Djalil HASIL PEMERIKSAAN BPK RI TERKAIT INFRASTRUKTUR KELISTRIKAN TAHUN 2009 S.D. 2014 Prof. Dr. Rizal Djalil DEPOK, 30 MARET 2015 LANDASAN HUKUM PERENCANAAN BIDANG ENERGI DAN KETENAGALISTRIKAN UU 30/2007 (Energi)

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PRESIDEN NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RISALAH RAPAT. Pembahasan tindak lanjut RATAS PSN di Provinsi Kalimantan Timur

RISALAH RAPAT. Pembahasan tindak lanjut RATAS PSN di Provinsi Kalimantan Timur RISALAH RAPAT Hari/Tanggal : Kamis/15 Juni 2017 Waktu : 13.30 15.00 WIB Tempat : KPPIP Perihal : Rapat Tindak Lanjut Rapat Terbatas (RATAS) Proyek Strategis Nasional (PSN) di Kalimantan Timur Peserta :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dasa warsa terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup stabil

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dasa warsa terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup stabil 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dasa warsa terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup stabil dengan pertumbuhan rata-rata Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 5.8%. Untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan BAB I - PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pembangunan berkelanjutan.

Lebih terperinci

Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah

Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah Jakarta, 26 Oktober 2017 Outline o Kebutuhan Pembiayaan

Lebih terperinci

Implementasi Perpres 67/2005 di Daerah

Implementasi Perpres 67/2005 di Daerah DIREKTORAT PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH DAN SWASTA, DEPUTI BIDANG SARANA DAN PRASARANA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Implementasi Perpres 67/2005 di Daerah Jakarta, 26 November 2007 Outline

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK Insider Forum Series Indonesia Energy Roadmap 2017 2025 Jakarta, 25 Januari 2017 I Kondisi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RISIKO DALAM PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN. Oleh: Sinthya Roesly, S.T., M.M., M.B.A., M.Eng.Sc.

PENGELOLAAN RISIKO DALAM PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN. Oleh: Sinthya Roesly, S.T., M.M., M.B.A., M.Eng.Sc. PENGELOLAAN RISIKO DALAM PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN Oleh: Sinthya Roesly, S.T., M.M., M.B.A., M.Eng.Sc. Presiden Direktur PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) Konsepsi Penjaminan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan

MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan Rubrik Utama MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan Oleh: Dr. Lukytawati Anggraeni, SP, M.Si Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor olume 18 No. 2, Desember

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT Selasa, 6 Mei 2008 Jam 09.00 WIB Di Hotel Orchard Pontianak Selamat

Lebih terperinci

FAQ. bahasa indonesia

FAQ. bahasa indonesia FAQ bahasa indonesia Q: Apa itu PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) A: PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero), atau PT PII, adalah Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk dan berada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat menyebabkan kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat menyebabkan kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat menyebabkan kebutuhan infrastruktur juga meningkat. Perkiraan pemerintah pada 5 (lima) tahun yaitu pada tahun 2010-2014

Lebih terperinci

PERCEPAT PROYEK MW, PEMERINTAH LAKUKAN BERBAGAI CARA

PERCEPAT PROYEK MW, PEMERINTAH LAKUKAN BERBAGAI CARA PERCEPAT PROYEK 35.000 MW, PEMERINTAH LAKUKAN BERBAGAI CARA www.detik.com Untuk mempercepat realisasi proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt (mw), pemerintah melakukan berbagai cara. Saat memimpin rapat

Lebih terperinci

Materi Paparan Menteri ESDM

Materi Paparan Menteri ESDM Materi Paparan Menteri ESDM Rapat Koordinasi Infrastruktur Ketenagalistrikan Jakarta, 30 Maret 2015 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan

Lebih terperinci

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1 I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan

Lebih terperinci

INOVASI BIROKRASI DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

INOVASI BIROKRASI DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR INOVASI BIROKRASI DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR Ir. M. Saiful Imam, MM. Mantan Direktur Utama PT Adhi Karya Tbk email: m.saiful.imam@gmail.com; saiful@adhi.co.id ABSTRAK Pada makalah ini akan

Lebih terperinci

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 - Direktur Otonomi Daerah Bappenas - Temu Triwulanan II 11 April 2017 1 11 April 11-21 April (7 hari kerja) 26 April 27-28 April 2-3 Mei 4-5 Mei 8-9 Mei Rakorbangpus

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011

PENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011 PENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011 DIREKTORAT STRATEGI DAN PORTOFOLIO UTANG DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DESEMBER 2011 00 Pendahuluan Dalam rangka mendukung

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PENGATURAN PEMANFAATAN BATUBARA UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PEMBELIAN KELEBIHAN TENAGA LISTRIK (Permen ESDM No.

POKOK-POKOK PENGATURAN PEMANFAATAN BATUBARA UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PEMBELIAN KELEBIHAN TENAGA LISTRIK (Permen ESDM No. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral POKOK-POKOK PENGATURAN PEMANFAATAN BATUBARA UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PEMBELIAN KELEBIHAN TENAGA LISTRIK (Permen ESDM No. 19 Tahun 2017) Direktur Pembinaan

Lebih terperinci

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) Sub Bidang Sumber Daya Air 1. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan

Lebih terperinci

REKOMENDASI RAKERNAS APPSI TAHUN 2015 Ambon, Pebruari 2015

REKOMENDASI RAKERNAS APPSI TAHUN 2015 Ambon, Pebruari 2015 REKOMENDASI RAKERNAS APPSI TAHUN 2015 Ambon, 26 28 Pebruari 2015 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang diundangkan pada tanggal 2 Oktober 2014 telah menghadirkan pengaturan

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur DJPPR Kebutuhan Pembangunan

Lebih terperinci

Fasilitas Fiskal untuk Mendukung Percepatan Pembangunan Infrastruktur 1

Fasilitas Fiskal untuk Mendukung Percepatan Pembangunan Infrastruktur 1 Fasilitas Fiskal untuk Mendukung Percepatan Pembangunan Infrastruktur 1 Dewasa ini, permasalahan terkait infrastruktur menjadi isu hangat yang sering dibicarakan. Pemerintah menyadari bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Sejarah Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Sejarah Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan Sehubungan dengan rencana investasi beberapa ruas Jalan Tol di Indonesia dan adanya kebijakan baru Pemerintah yang tertuang dalam Undang-Undang No. 38 tahun 2004

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Yth. : Para Pimpinan Redaksi dan hadirin yang hormati;

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kami berharap klipping ini bermanfaat untuk monitoring media BPIW.

KATA PENGANTAR. Kami berharap klipping ini bermanfaat untuk monitoring media BPIW. JUMAT, 15 APRIL KATA PENGANTAR Klipping Media Massa adalah kumpulan guntingan berita yang kami sajikan secara rutin. Guntingan berita ini kami seleksi dari berita yang muncul di media cetak. Adapun tema

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI MENUJU KEDAULATAN ENERGI DR. A. SONNY KERAF KOMISI VII DPR RI SEMINAR RENEWABLE ENERGY & SUSTAINABLE DEVELOPMENT IN INDONESIA : PAST EXPERIENCE FUTURE CHALLENGES JAKARTA, 19-20 JANUARI 2009 OUTLINE PRESENTASI

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DATA

BAB IV PENYAJIAN DATA BAB IV PENYAJIAN DATA PPPs dianggap sebagai bentuk skema pembiayaan yang menguntungkan bagi maupun swasta. Dengan membagi tanggungjawab kepada pihak yang mampu melaksanakannya, maka operasional dan pelayanan

Lebih terperinci

Laporan Kajian Akademis Penanggulangan Krisis Energi Listrik dan Status PLN Kota Tarakan

Laporan Kajian Akademis Penanggulangan Krisis Energi Listrik dan Status PLN Kota Tarakan Laporan Kajian Akademis Penanggulangan Krisis Energi Listrik dan Status PLN Kota Tarakan 1. Pendahuluan Geografis (Harry) Kota Tarakan adalah salah satu pemerintah daerah yang saat ini berada pada provinsi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM MENTERI PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat disanggah lagi jika di era sekarang ini segala aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat disanggah lagi jika di era sekarang ini segala aktivitas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Tidak dapat disanggah lagi jika di era sekarang ini segala aktivitas yang dilakukan masyarakat modern sangat tergantung kepada ketersediaan 1nergy. Hampir

Lebih terperinci

PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN

PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN www.detik.com I. PENDAHULUAN Dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk yang pesat, Indonesia membutuhkan energi yang sangat besar untuk

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA. Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA. Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi

Lebih terperinci

PROFIL INVESTASI BIDANG PEKERJAAN UMUM

PROFIL INVESTASI BIDANG PEKERJAAN UMUM PROFIL INVESTASI BIDANG PEKERJAAN UMUM 2013 PUSAT KAJIAN STRATEGIS (PUSTRA) SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM ii SAMBUTAN Percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia menjadi perhatian

Lebih terperinci

TAMBAHAN SUBSIDI LISTRIK RP 24,52 TRILIUN

TAMBAHAN SUBSIDI LISTRIK RP 24,52 TRILIUN TAMBAHAN SUBSIDI LISTRIK RP 24,52 TRILIUN economy.okezone.com Pemerintah berencana menambah anggaran i subsidi ii listrik sebesar Rp10 triliun dari rencana awal alokasi anggaran Rp 44,96 triliun. Luky

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Penelitian ini menyajikan pengamatan di 1 bh lokasi PLTP yaitu PLTP

BAB VI PENUTUP. Penelitian ini menyajikan pengamatan di 1 bh lokasi PLTP yaitu PLTP 179 BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan. Penelitian ini menyajikan pengamatan di 1 bh lokasi PLTP yaitu PLTP Gunung Salak dan meneliti kebijakan panas bumi di kementrian ESDM, PT PLN dan Pertamina Geothermal

Lebih terperinci

STRATEGI MEMBANGUN INFRASTRUKTUR PEMERINTAH DAERAH

STRATEGI MEMBANGUN INFRASTRUKTUR PEMERINTAH DAERAH STRATEGI MEMBANGUN INFRASTRUKTUR PEMERINTAH DAERAH Oleh : Marsuki Disampaikan dalam acara Workshop Inn Red International dengan Tema : Manajemen Pembiayaan Infrasturktur Regional Pemerintah Daerah. Hotel

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR-RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR-RI LAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR-RI BERMITRA DENGAN KEMENTERIAN AGAMA, KEMENTERIAN SOSIAL, KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK, KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA (KPAI), BADAN NASIONAL

Lebih terperinci

PERUBAHAN ATAS PP NO. 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PERUBAHAN ATAS PP NO. 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PERUBAHAN ATAS PP NO. 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA NO PENJELASAN 1. Judul: Judul: PERATURAN PEMERINTAH PENJELASAN REPUBLIK INDONESIA ATAS NOMOR 23

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA. Dalam penelitian ini, tahapan analisis yang dilakukan adalah:

BAB V ANALISIS DATA. Dalam penelitian ini, tahapan analisis yang dilakukan adalah: BAB V ANALISIS DATA V.1. Pendahuluan Berdasarkan data yang diperoleh dari data sekunder (data dari feasibility study jalan tol Solo Kertosono) dan data primer yang berupa pendapat dari responden, kemudian

Lebih terperinci

Pembiayaan Komersial sebagai Upaya Mempercepat Penyelenggaraan Infrastruktur Berkelanjutan

Pembiayaan Komersial sebagai Upaya Mempercepat Penyelenggaraan Infrastruktur Berkelanjutan Pembiayaan Komersial sebagai Upaya Mempercepat Penyelenggaraan Infrastruktur Berkelanjutan Oleh: Zulkifli Zaini, B.Sc., M.B.A Presiden Direktur PT Bank Mandiri Tbk Overview Sektor Infrastruktur Pembangunan

Lebih terperinci

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEENAM DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA

Lebih terperinci

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011 KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN 2011 DAN 2012 OLEH : ENDAH

Lebih terperinci

MEMAHAMI PROJECT BASED SUKUK (PBS)

MEMAHAMI PROJECT BASED SUKUK (PBS) MEMAHAMI PROJECT BASED SUKUK (PBS) Oleh: Eri Hariyanto, Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan*) Pendahuluan Dalam trilogi Musgrave disebutkan bahwa Pemerintah melalui kebijakan

Lebih terperinci

Oleh Asclepias R. S. Indriyanto Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. Disampaikan pada Forum Diskusi Sore Hari LPEM UI 5 Agustus 2010

Oleh Asclepias R. S. Indriyanto Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. Disampaikan pada Forum Diskusi Sore Hari LPEM UI 5 Agustus 2010 Kebijakan Energi dan Implementasinya Tinjauan dari Sisii Ketahanan Energi Oleh Asclepias R. S. Indriyanto Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi Disampaikan pada Forum Diskusi Sore Hari LPEM UI 5 Agustus

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI REGULASI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI ANGIN Disampaikan oleh Abdi Dharma Saragih Kasubdit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan nasional guna memenuhi kebutuhan energi dan bahan baku industri, menggerakkan roda

Lebih terperinci

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Disampaikan oleh: Direktur Jenderal Penataan Ruang Komisi Pemberantasan Korupsi - Jakarta, 13 Desember 2012 Outline I. Isu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Bagan Alir Penelitian

BAB III METODOLOGI. Bagan Alir Penelitian BAB III METODOLOGI III.1 Bagan Alir Penelitian Pelaksanaan penelitian ini didasarkan pada diagram alir seperti yang terlihat pada Gambar III.1. Penelitian ini mengkaji pelaksanaan PPPs di Indonesia, yaitu

Lebih terperinci

PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL Diskusi Panel National Integration of the Centre of Excellence Jakarta, 8 Oktober 2015 1 Daftar Isi 1. Membangun Kedaulatan

Lebih terperinci

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN Dalam Acara Rapat Kerja Nasional Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional Tahun 2015 Jakarta, 5 November 2015 INTEGRASI TATA RUANG DAN NAWACITA meningkatkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PROGRAM DAN PEMBIAYAAN PEMERINTAH MENUJU 100% AIR MINUM. Direktur Permukiman dan Perumahan, Bappenas Jakarta, Januari 2015

PERENCANAAN PROGRAM DAN PEMBIAYAAN PEMERINTAH MENUJU 100% AIR MINUM. Direktur Permukiman dan Perumahan, Bappenas Jakarta, Januari 2015 PERENCANAAN PROGRAM DAN PEMBIAYAAN PEMERINTAH MENUJU 100% AIR MINUM Direktur Permukiman dan Perumahan, Bappenas Jakarta, Januari 2015 UNIVERSAL AKSES AIR MINUM 15% Akses Dasar Akses tambahan untuk 100

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KESIMPULAN DISKUSI KOMISI INFRASTRUKTUR Fasilitatr : Luky Ek Wuryant Pemicu Diskusi : 1. Frans Sunit Dirut PT. Jasa Marga (Perser) Tbk. 2. Lukman Purnmsidi Ketua Infrastruktur KADIN Jumlah Peserta : Orang

Lebih terperinci

D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A K O N S T R U K S I K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P E R U M A H A N R A K Y A T

D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A K O N S T R U K S I K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P E R U M A H A N R A K Y A T Pedoman Layanan Informasi dan Konsultasi Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Berbasis Web D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A K O N S T R U K S I K E M E N T E R I A N P E K E R J

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PRESIDEN NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Sinergi antar Kementerian dan instansi pemerintah sebagai terobosan dalam pengembangan panasbumi mencapai 7000 MW di tahun 2025

Sinergi antar Kementerian dan instansi pemerintah sebagai terobosan dalam pengembangan panasbumi mencapai 7000 MW di tahun 2025 Sinergi antar Kementerian dan instansi pemerintah sebagai terobosan dalam pengembangan panasbumi mencapai 7000 MW di tahun 2025 Disajikan oleh: Roy Bandoro Swandaru A. Pendahuluan Pemerintah telah berkomitmen

Lebih terperinci

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL 1. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus

Lebih terperinci

Pe r ke m b a n ga n

Pe r ke m b a n ga n Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Sekretariat Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus Perkembangan Pe r ke m b a n ga n Kawasan Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Khusus D i I n d o n e s i a

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia terbukti telah bangkit kembali sejak krisis keuangan global pada tahun 1990an. Pada tahun 2009, sebagai contoh, Indonesia telah mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

JAKARTA INVESTOR DAILY (18/11/2014) : Pemerintah dalam lima t

JAKARTA INVESTOR DAILY (18/11/2014) : Pemerintah dalam lima t JAKARTA INVESTOR DAILY (18/11/2014) : Pemerintah dalam lima t ahun mendatang (2015-2019) mencanangkan pembangunan jalan tol sepanjang 1.000 km, jalan baru 2.650 km, dan pemeliharaan jalan 46.770 km. Pembangunan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PESERTA JADWAL DAN LOKASI PELAKSANAAN. Lampiran Surat Nomor : Tanggal :

LATAR BELAKANG PESERTA JADWAL DAN LOKASI PELAKSANAAN. Lampiran Surat Nomor : Tanggal : Lampiran Surat Nomor : Tanggal : LATAR BELAKANG Sehubungan dengan pelaksanaan studi Master Plan Program NCICD (National Capital Integrated Coastal Development), salah satu aspek penting yang perlu dilakukan

Lebih terperinci

2 Keseluruhan kondisi tersebut menyebabkan meningkatnya risiko penurunan capacity to repay (default) dari ULN Korporasi Nonbank. Selain itu, sebagian

2 Keseluruhan kondisi tersebut menyebabkan meningkatnya risiko penurunan capacity to repay (default) dari ULN Korporasi Nonbank. Selain itu, sebagian TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Prinsip. Kehati-Hatian. Utang Luar Negeri. Korporasi. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 394) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya semata-mata dilakukan oleh PT PLN (Persero) saja, tetapi juga dilakukan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KAWASAN ANDALAN YANG MENDUKUNG PENGEMBANGAN INVESTASI DUNIA USAHA DI KTI

PENGELOLAAN KAWASAN ANDALAN YANG MENDUKUNG PENGEMBANGAN INVESTASI DUNIA USAHA DI KTI PENGELOLAAN KAWASAN ANDALAN YANG MENDUKUNG PENGEMBANGAN INVESTASI DUNIA USAHA DI KTI OLEH: DRS.H.M. ILHAM ALIM BACHRIE, MM WAKIL KETUA UMUM KADIN SULAWESI SELATAN PENTINGNYA KAWASAN ANDALAN DI KTI Kawasan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Percepatan

Lebih terperinci

MULTILATERAL MEETING II PRIORITAS NASIONAL : PENINGKATAN IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA

MULTILATERAL MEETING II PRIORITAS NASIONAL : PENINGKATAN IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL MULTILATERAL MEETING II PRIORITAS NASIONAL : PENINGKATAN IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA Jakarta, 15 April 2016 Multilateral

Lebih terperinci

CONTOH BENTUK/MODEL KERJA SAMA DAERAH

CONTOH BENTUK/MODEL KERJA SAMA DAERAH LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 22 TAHUN 2009 TANGGAL : 22 Mei 2009 CONTOH BENTUK/MODEL KERJA SAMA DAERAH Bentuk /model kerja sama daerah dapat dilaksanakan sebagai berikut : A. Bentuk/Model

Lebih terperinci

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA 2015-2019 DAN PELUANG MEMANFAATKAN FORUM G20 Siwi Nugraheni Abstrak Sektor energi Indonesia mengahadapi beberapa tantangan utama, yaitu kebutuhan yang lebih besar daripada

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI UMUM Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) menegaskan bahwa cabang-cabang produksi yang

Lebih terperinci

INDIKASI PROGRAM UTAMA LIMA TAHUNAN

INDIKASI PROGRAM UTAMA LIMA TAHUNAN PRE S IDEN REP UBL IK IN DONE SIA LAMPIRAN XI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 26 TAHUN 2008 TANGGAL : 10 MARET 2008 INDIKASI PROGRAM UTAMA LIMA TAHUNAN PERWUJUDAN STRUKTUR RUANG NASIONAL

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi. Kegiatan investasi berhubungan dengan pengelolaan aset

BAB I PENDAHULUAN. investasi. Kegiatan investasi berhubungan dengan pengelolaan aset BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu aktivitas bisnis yang dilakukan perusahaan adalah kegiatan investasi. Kegiatan investasi berhubungan dengan pengelolaan aset finansial terutama sekuritas

Lebih terperinci

PLN DAN ISAK 16 (ED) Electricity for a Better Life. Jakarta, Mei 2010

PLN DAN ISAK 16 (ED) Electricity for a Better Life. Jakarta, Mei 2010 PLN DAN ISAK 16 (ED) Electricity for a Better Life Jakarta, Mei 2010 Beberapa Regulasi yang Perlu Dipertimbangkan dalam Penentuan Jasa Konsesi UU No 30 2009 (Menggantikan UU 15 1985) Ketenagalistrikan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (SDA) INDONESIA SEKTOR PERTAMBANGAN MINERBA

KERANGKA ACUAN KERJA GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (SDA) INDONESIA SEKTOR PERTAMBANGAN MINERBA KERANGKA ACUAN KERJA GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (SDA) INDONESIA SEKTOR PERTAMBANGAN MINERBA I. Latar Belakang Sumberdaya mineral dan batubara merupakan salah satu sumber daya alam (natural

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

INFRASTRUKTUR AIR MINUM BERKELANJUTAN

INFRASTRUKTUR AIR MINUM BERKELANJUTAN DIREKTORAT PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Temu Ilmiah Lingkungan, HCD 35 TH PSIL Universitas Indonesia INFRASTRUKTUR

Lebih terperinci

Oleh : Ir. Hervian Tahier Wakil Ketua Umum

Oleh : Ir. Hervian Tahier Wakil Ketua Umum LOGO www.themegallery.com Oleh : Ir. Hervian Tahier Wakil Ketua Umum Company Logo www.themegallery.com Secara potensi, kondisi geografis dan demografis Indonesia khususnya Prov. Sumatera Utara menawarkan

Lebih terperinci

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal dan Jam 30 Nop :28:04 Laporan Hasil Public Expose

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal dan Jam 30 Nop :28:04 Laporan Hasil Public Expose No Surat/Pengumuman Nama Perusahaan Kode Emiten Lampiran 4 042100.S/HI.01/SPER/2012 PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PGAS Tanggal dan Jam 30 Nop 2012 21:28:04 Perihal Laporan Hasil Public Expose

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN

Lebih terperinci