KAJIAN IMPLEMENTASI QUICK CHANGEOVER DI P.T. X

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN IMPLEMENTASI QUICK CHANGEOVER DI P.T. X"

Transkripsi

1 KAJIAN IMPLEMENTASI QUICK CHANGEOVER DI P.T. X Didik Wahjudi, Edo Andreas Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra Jl Siwalankerto 11-1, Surabaya 6036 dwahjudi@peter.petra.ac.id Abstrak Proses setup yang dilakukan di PT. X, yang bergerak di bidang kemasan platik, membutuhkan waktu yang sangat lama (811 menit). Hal ini menyebabkan perusahaan kesulitan menerima order dalam jumlah kecil. Apabila perusahaan tetap memaksakan untuk memerima order yang sedikit jumlahnya, maka sebagian besar biaya dipakai untuk aktifitas yang tidak memberikan nilai tambah terhadap produk. Kondisi ini menyebabkan perusahaan kurang mampu bersaing dengan perusahaan lainnya dari segi minimum order dan biaya produksi. Quick changeover adalah salah satu teknik dalam Lean Manufacturing yang diujukan untuk mengurangi waktu setup atau bahkan menghapuskannya. Dengan mengurangi waktu setup, proporsi waktu produktif akan meningkat. Hal ini merupakan solusi terhadap keinginan perusahaan yang menghendaki proses produksi berjalan terus-menerus. Dalam penelitian ini, penulis melakukan kajian untuk menerapkan quick changeover di P.T. X. Dari kajian yang telah dilakukan, waktu setup di atas bisa dikurangi menjadi 68,5 menit, suatu pengurangan sebsar 67%. Kata kunci: quick changeover, setup time, lean manufacturing 1. PENDAHULUAN Suatu industri biasanya menerima order produk yang beraneka ragam. Untuk memenuhi order tersebut, perusahaan harus dapat memproduksi dalam jumlah yang kecil. Namun oreder minimal ini kadangkala tidak bisa terlalu sedikit karena waktu yang dibutuhkan untuk melakukan setup cukup lama. Oleh karena itu, setiap perusahaan perlu memperpendek waktu setup-nya. Pengurangan waktu setup, selain bisa mengurangi order minimal, juga akan meningkatkan waktu produktif dari perusahaan tersebut. PT. X yang bergerak di bidang manufaktur kemasan plastik, proses setup membutuhkan waktu yang sangat lama. Bahkan kadangkala waktu yang diperlukan untuk setup lebih lama daripada waktu untuk berproduksi. Penelitian yang bertujuan untuk mengurangi waktu setup ini hanya dibatasi pada divisi blow ing. Mesin yang dupilih adalah mesin yang memiliki waktu setup yang paling lama.. TEKNIK QUICK CHANGEOVER Teknik quick changeover diusulkan pertama kali oleh Shigeo Shingo. Shingo mengembangkan sebuah metodologi untuk menganalisa dan mengurangi waktu penggantian die. Teknik yang diperkenalkannya waktu itu dinamakan SMED (single minute exchange of dies). SMED dapat digunakan secara universal pada seluruh changeover dan setup seperti wood working, metal forming, plastics and electronics, pharmaceuticals, food processing, chemicals dan bahkan untuk service. Aktifitas setup yang umumnya dilakukan di industri dapat dikelomppokkan menjadi beberapa jenis, yaitu: - Jenis 1: melakukan persiapan, pengecekan material, pengecekan peralatan sebelum proses setup berlangsung dan membersihkan mesin, membersihkan tempat kerja, mengecek dan mengembalikan peralatan, material, dan lain-lain setelah proses setup selesai. - Jenis : memindahkan peralatan, parts, dan lain-lain setelah penyelesaian lot terakhir lalu menata parts, peralatan, dan lain-lain untuk sebelum lot selanjutnya. - Jenis 3: mengukur, mensetting dan mengkalibrasi mesin, peralatan, fixtures dan part pada saat proses berlangsung. - Jenis 4: memproduksi suatu produk contoh setelah setting awal selesai dan menngecek produk contoh tersebut apakah sesuai standar produk. Kemudian menyetel mesin dan memproduksi produk kembali dan seterusnya sampai menghasilkan produk yang sesuai standar.

2 Dengan mempelajari, mengklarifikasi dan mengorganisir aktifitas-aktifitas seperti di atas, memungkinkan operator untuk mengurangi total waktu setup melalui penghapusan aktifitas yang tidak perlu, memperbaiki aktifitas yang perlu, dan melakukan beberapa aktifitas secara bersamaan daripada secara berurutan (Nicholas, 1998). 3. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN Proses setup terdiri dari elemen internal dan elemen eksternal. Teknik quick changeover pada intinya adalah mengurangi semaksimal mungkin elemen internal. Oleh sebab itu, elemen setup internal semaksimal mungkin dirubah menjadi eksternal. Sementara itu, elemen internal, yang tidak bisa dirubah menjadi eksternal, diusahakan untuk diperpendek waktunya dengan memodifikasi elemen tersebut maupun dengan memakai alat bantu. Gambar 1 di bawah ini menunjukkan elemen setup internal dan eksternal pada pergantian produk. From Last Perfect Part A Completing Part "A" Job External Setup Activities TOTAL SET-UP TIME Changeover Time Internal Setup Activities Time Adjustments First Good Part "B" Job Checking, PM, Storing Job "A" Tooling Gambar 1. Elemen setup internal dan ekternal Untuk menerapkan teknik quick changeover, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut: a. Dokumentasi Proses dokumentasi dilakukan dengan menggunakan handycam untuk merekam aktifitas yang terjadi dan dibukukan ke dalam worksheet untuk mencatat durasinya. b. Klasifikasi Elemen Setelah dilakukan proses dokumentasi, semua elemen diklasifikasikan menjadi elemen internal atau eksternal. Elemen setup internal adalah aktifitas yang hanya dapat dilakukan pada saat mesin berhenti, sedangkan elemen eksternal dapat dilakukan pada saat mesin beroperasi. Hasil dokumentasi aktifitas dan klasifikasinya ditunjukkan pada Tabel 1 di bawah ini. No Tabel 1. Hasil dokumentasi dan klasifikasi aktifitas setup Aktifitas Mematikan dan 1 mendinginkan mesin Klasifikasi 30 I 3 Melepas chute 3 I 4 4 Melepas ejector 8 I 4 5 Melepas bottom mold 16 I, 4 Melepas blow core dan 6 stretch 4 I 3 Membuang air cooling 7 pada hot runner 8 I 4 mengambil mold 8 instalation table E Mengambil hot runner 9 E Memasang mold 10 7 I I 4 1 Mengambil crane 15 E Mensegel limit switch 15 untuk safety door 15 I 4 5 I 4 3 I 4 16 Melepas injection core 17 I 1 17 Melepas heating core 6 I 18 Melepas lip cavity 30 I 19 Melepas heating pot 5 I 0 Menata tool lama 8 E 1 Mengambil tool baru E Memasang heating pot 6 I 3 Memasang lip cavity 40 I 4 Memasang blow 30 I I 4 6 Memasang heating core 9 I Memasang blow core 7 dan stretch Memasang bottom 8 mold 48 I 3 1 I, 4 9 Memasang ejector 11 I 4 Memasang injection 30 core Melepas mold I 1

3 Melepas hot runner 3 Mengembalikan mold 33 4 E Mengembalikan hot 34 runner 4 E 35 Mengembalikan crane 1 E 36 Memanasi material 40 I 37 Mengembalikan tool lama 11 E 38 Memasang chute 3 I 4 40 Memanasi mesin 30 I 41 Adjustment 50 I Total 811 Note: I = internal; E = Eksternal c. Konversi Elemen Dalam tahap ini dilakukan identifikasi elemen internal mana yang memungkinkan dikonversi menjadi eksternal. Elemen eksternal masih dianggap lebih bisa diterima karena aktifitas eksternal bisa tetap dilakukan ketika mesin beroperasi. Setelah tahap ini, hanya tersisa 3 elemen yang total berdurasi 740 menit. d. Reduksi Elemen Internal Elemen setup yang tersisa adalah aktifitas internal yang tidak dapat dihapus atau dirubah menjadi elemen eksternal. Lama waktu total dari elemen internal dapat dikurangi dengan menerapkan parallel setup. Artinya, aktifitas yang tidak perlu menunggu aktifitas lain selesai dikerjakan dapat dikerjakan secara paralel. Elemen setup mana yang bisa dilakukan secara paralel dapat diidentifikasi melalui precedent constraint pada Gambar di bawah ini. Dari presedent constraint dapat dilihat aktifitas yang bersifat kritis dan mana yang tidak. Aktifitas kritis adalah aktifitas yang berada pada lintasan yang mempengaruhi total waktu setup. Aktifitas yang bersifat kritis ditunjukkan pada Tabel di bawah ini. Penerapan parallel setup mengurangi waktu setup menjadi 318 menit. 3 Melepas chute Melepas ejector Melepas bottom mold 16, 4 Memasang mold Melepas lip cavity Melepas heating pot 5 Memasang heating pot 6 3 Memasang lip cavity 40 4 Memasang blow Memasang bottom mold 1, 4 9 Memasang ejector Memasang chute Memanasi mesin Adjustment 50 Total 318 Proses pengantian blow dan hot runner pada PT. X menggunakan mold, hot runner platform, dan crane. Aktifitas pada sendiri terdiri dari 6 elemen, yaitu (Gambar 3): 1. Memasang. Mendorong old keluar mesin 3. Menurunkan old dari mold (menggunakan crane) 4. Menaikkan new ke mold (menggunakan crane) 5. Mendorong new ke dalam mesin 6. Melepas mold Untuk mempercepat penggantian blow dan hot, PT. X bisa menggunakan turntable cart yang mempunyai prinsip kerja sebagai berikut: 1. Mendorong old keluar mesin. Memutar meja (dengan rotary axis) 3. Mendorong new ke dalam mesin Gambar 4. menunjukkan prinsip kerja turntable cart. Tabel. Aktifitas setup pada lintasan kritis No. Aktifitas Dari diskusi dengan staf PT. X, pemakaian turntable cart diyakini dapat minimal mengurangi waktu penggantian blow dan hot sebesar 50%. Dengan

4 demikian, total waktu setup bisa berkurang hingga 68,5 menit, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3. Gambar 4. Prinsip kerja turntable cart Tabel 3. Aktifitas setup setelah implementasi quick changeover Gambar. Precedent constraint aktifitas setup internal No. Aktifitas 3 Melepas chute Melepas ejector Melepas bottom mold 16, 4 7,5 4 1, Melepas lip cavity Melepas heating pot 5 Memasang heating pot 6 3 Memasang lip cavity 40 4 Memasang blow ,5 4 8 Memasang bottom mold 1, 4 9 Memasang ejector Memasang chute Memanasi mesin Adjustment 50 Total 68,5 4. KESIMPULAN Dari kajian yang telah dilakukan sebelumnya, implementasi quick changeover dapat menggurangi waktu setup dari 811 menit menjadi 68,5 menit. Gambar 3. Prinsip kerja mold 5. REFERENSI [1] Allen, John. Lean Manufacturing a Plant Floor Guide, Society of Manufacturing Engineers, (001) [] Carreira, Bill. Lean Manufacturing That Works. American Management Association, (004) [3] Nicholas, John, Competitive Manufacturing Management. McGraw-Hill Companies, (1998)

5

Upaya Penurunan Downtime pada Mesin Moulding di PT. X

Upaya Penurunan Downtime pada Mesin Moulding di PT. X Ardyanto, et al. / Upaya Penurunan Downtime pada Mesin Moulding di PT. X/ Jurnal Titra, Vol. 3, No. 2, Juli 2015, pp. 383-390 Upaya Penurunan Downtime pada Mesin Moulding di PT. X Marvin 1, Felecia 2 Abstract:

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE RETAD UNTUK MENGURANGI WAKTU SET UP PADA MESIN MILLING P1 DAN P2 DEPARTEMEN MACHINING PT. KUBOTA INDONESIA

PENERAPAN METODE RETAD UNTUK MENGURANGI WAKTU SET UP PADA MESIN MILLING P1 DAN P2 DEPARTEMEN MACHINING PT. KUBOTA INDONESIA PENERAPAN METODE RETAD UNTUK MENGURANGI WAKTU SET UP PADA MESIN MILLING P1 DAN P2 DEPARTEMEN MACHINING PT. KUBOTA INDONESIA Sriyanto, Denny Nurkertamanda, Ahmad Nur Ismail Abstrak Pengurangan waktu produksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI.

BAB III METODOLOGI. BAB III METODOLOGI 3.1. Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan variabel penelitian kuantitatif, jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian deskriptif yaitu salah satu jenis

Lebih terperinci

USULAN IMPROVEMENT MOULDING PLAN DI PT. X

USULAN IMPROVEMENT MOULDING PLAN DI PT. X USULAN IMPROVEMENT MOULDING PLAN DI PT. X Stefanus Ivan Giona 1, Jani Raharjo 1 Abstract: PT. X is a cosmetic packaging manufacturer company which is located in Surabaya. With the increasing of competition

Lebih terperinci

Pengurangan Downtime Mesin Offset di PT X

Pengurangan Downtime Mesin Offset di PT X Pengurangan Downtime Mesin Offset di PT X Jennifer Claudia 1, Felecia 1 Abstract: X, Ltd is a company engaged in the field of packaging printing. The company has a main engine in the form of offset machines

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 SMED (Single Minute Exchange Die) Salah satu masalah yang dihadapi oleh industri manufaktur adalah seringnya keterlambatan dalam menyelesaian pekerjaan sehingga tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

PERBAIKAN WAKTU SET-UP

PERBAIKAN WAKTU SET-UP PERBAIKAN WAKTU SET-UP DENGAN PENDEKATAN SINGLE MINUTE EXCHANGE OF DIES (SMED) UNTUK MENGURANGI UNNECESSARY MOTION WASTE (Studi Kasus : PT. Berlina Tbk. Pandaan) IMPROVEMENT SET-UP TIME WITH SINGLE MINUTE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didalam suatu kegiatan produksi yang memiliki berbagai jenis atau variant

BAB I PENDAHULUAN. Didalam suatu kegiatan produksi yang memiliki berbagai jenis atau variant BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Didalam suatu kegiatan produksi yang memiliki berbagai jenis atau variant produk yang berbeda pasti ada kegiatan penggantian produk atau dikenal dengan istilah Changeover.

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lemlit USAKTI 01 (01), 2016

Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lemlit USAKTI 01 (01), 2016 PENERAPAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI DENGAN CARA MENGURANGI MANUFACTURING LEAD TIME STUDI KASUS: PT ORIENTAL MANUFACTURING INDONESIA Sumiharni Batubara, Raden Abdurrahman

Lebih terperinci

USULAN MEMINIMASI WAKTU SET-UP DENGAN MENGUNAKAN METODE SINGLE MINUTE EXCHANGE DIE (SMED) DI PERUSAHAAN X

USULAN MEMINIMASI WAKTU SET-UP DENGAN MENGUNAKAN METODE SINGLE MINUTE EXCHANGE DIE (SMED) DI PERUSAHAAN X Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.02 Vol.4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 2016 USULAN MEMINIMASI WAKTU SET-UP DENGAN MENGUNAKAN METODE SINGLE MINUTE EXCHANGE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dan siklus produksi yang semakin lebih baik. Dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dan siklus produksi yang semakin lebih baik. Dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia industri yang semakin kompetitif tidak terlepas dari peningkatan dan siklus produksi yang semakin lebih baik. Dalam kegiatan produksi yang memiliki

Lebih terperinci

STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM)

STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) Seminar Nasional Teknik IV STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS () MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) Didik Wahjudi, Soejono Tjitro, Rhismawati Soeyono Jurusan Teknik

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN OPERATION POINT SHEET PADA MESIN FEEDER AIDA 1100 PT. XXX DENGAN MENGGUNAKAN METODE SMED

USULAN PERBAIKAN OPERATION POINT SHEET PADA MESIN FEEDER AIDA 1100 PT. XXX DENGAN MENGGUNAKAN METODE SMED USULAN PERBAIKAN OPERATION POINT SHEET PADA MESIN FEEDER AIDA 1100 PT. XXX DENGAN MENGGUNAKAN METODE SMED Ary Arvianto, Rheza Arista Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang Jl. Prof

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Mulai Studi Lapangan Studi Pustaka Identifikasi Masalah Pengumpulan Data Pengolahan Data Penerapan Sistem SMED: 1. Memisahkan Aktifitas Internal dan Eksternal 2. Merubah Aktifitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Waktu Setup Waktu setup atau waktu persiapan adalah waktu yang dibutuhkan untuk melalukan persiapan operasi/ kerja menurut Ronald G.Askin and Jeffrey B. Goldberg, 2001. Waktu

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN WAKTU SETUP DALAM MEMINIMASI KETERLAMBATAN PENYELESAIAN ORDER PADA KOMPONEN ISOLATING COCK DENGAN METODE SMED DI PT PINDAD (PERSERO)

USULAN PERBAIKAN WAKTU SETUP DALAM MEMINIMASI KETERLAMBATAN PENYELESAIAN ORDER PADA KOMPONEN ISOLATING COCK DENGAN METODE SMED DI PT PINDAD (PERSERO) ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 3981 USULAN PERBAIKAN WAKTU SETUP DALAM MEMINIMASI KETERLAMBATAN PENYELESAIAN ORDER PADA KOMPONEN ISOLATING COCK DENGAN METODE

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam melakukan penelitian ini terdapat beberapa tahapan yang akan dilalui oleh penulis. Secara garis besar tahapan-tahapan tersebut diantaranya yaitu tahap pendahuluan, tahap

Lebih terperinci

Tingkatan waktu setup meningkatkan ratarata produksi dan kapasitas produksi.

Tingkatan waktu setup meningkatkan ratarata produksi dan kapasitas produksi. USULAN PENGURANGAN WAKTU SETUP UNTUK PERGANTIAN DIES D710149 D01 DI MESIN PUNCH T160 DENGAN MENGGUNAKAN METODE SINGLE MINUTE EXCHANGE OF DIES DI PT. BETON PERKASA WIJAKSANA M. Derajat A, dan Yucky Perdana

Lebih terperinci

PERBAIKAN WAKTU SET UP DENGAN MENGGUNAKAN METODE SMED

PERBAIKAN WAKTU SET UP DENGAN MENGGUNAKAN METODE SMED PERBAIKAN WAKTU SET UP DENGAN MENGGUNAKAN METODE SMED Bambang Suhardi 1*, Dyaksi Satwikaningrum 2 1 Riset Grup Human Center Design and Ergonomic for Special Needs, Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Era globalisasi menuntut segala aspek kehidupan seluruh masyarakat untuk berubah, lebih berkembang dan maju. Salah satu mekanisme yang menjadi ciri globalisasi dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang pembuatan komponen-komponen listrik. Perusahaan ini

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang pembuatan komponen-komponen listrik. Perusahaan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan PT. Voltama Vista Megah Electric Industry adalah sebuah perusahan yang bergerak di bidang pembuatan komponen-komponen listrik. Perusahaan ini memproduksi

Lebih terperinci

Kata Kunci: SMED, MOST, Setup Mesin, Perakitan, Manufacturing Lead Time

Kata Kunci: SMED, MOST, Setup Mesin, Perakitan, Manufacturing Lead Time USULAN PENGURANGAN WAKTU SETUP MENGGUNAKAN METODE SMED SERTA PENGURANGAN WAKTU PROSES PRODUKSI DAN PERAKITAN MENGGUNAKAN METODE MOST DI PT. PANASONIC MANUFACTURING INDONESIA Rizki Nurul Fathia, Sumiharni

Lebih terperinci

PENGURANGAN WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN METODE LEAN MANUFACTURING DI PT. KEMASAN CIPTATAMA SEMPURNA PASURUAN

PENGURANGAN WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN METODE LEAN MANUFACTURING DI PT. KEMASAN CIPTATAMA SEMPURNA PASURUAN PENGURANGAN WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN METODE LEAN MANUFACTURING DI PT. KEMASAN CIPTATAMA SEMPURNA PASURUAN SKRIPSI Diajukan Oleh : Indah Mutiarahma NPM 0532010150 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari pembobotan yang dilakukan terhadap pemborosan (waste)

Lebih terperinci

Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan

Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan Petunjuk Sitasi: Eddy, & Aswin, E. (2017). Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. C27-32). Malang: Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Agronesia Divisi Industri Teknik Karet (INKABA) adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai jenis produk teknik berbahan baku utama karet, salah satunya adalah produk karet damper.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SINGLE MINUTE EXCHANGE OF DIES (SMED) UNTUK OPTIMASI WAKTU CHANGEOVER MODEL PADA PRODUKSI PANEL TELEKOMUNIKASI

IMPLEMENTASI SINGLE MINUTE EXCHANGE OF DIES (SMED) UNTUK OPTIMASI WAKTU CHANGEOVER MODEL PADA PRODUKSI PANEL TELEKOMUNIKASI DOAJ:doaj.org/toc/2460-1217 DOI:doi.org/10.22441/sinergi.2017.2.005 IMPLEMENTASI SINGLE MINUTE EXCHANGE OF DIES (SMED) UNTUK OPTIMASI WAKTU CHANGEOVER MODEL PADA PRODUKSI PANEL TELEKOMUNIKASI Ahmad Mulyana

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Di Susun Oleh :

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Di Susun Oleh : TUGAS AKHIR Analisa Perancangan Perbaikan Proses Changeover pada Mesin Buffing Di Line Produksi Menggunakan Metode SMED (Single Minute Exchange Die) (Studi Kasus di CV.Nabila Utama) Diajukan guna melengkapi

Lebih terperinci

Penurunan Waktu Changeover dengan Metode SMED di PT.Schneider Electric Manufacturing Batam-Plant Electro Mechanic

Penurunan Waktu Changeover dengan Metode SMED di PT.Schneider Electric Manufacturing Batam-Plant Electro Mechanic Penurunan Waktu Changeover dengan Metode SMED di PT.Schneider Electric Manufacturing Batam-Plant Electro Mechanic Kristianto Wibowo Sudargo 1, Felecia 2 Abstract: PT Schneider Electric Manufacturing Batam-Plant

Lebih terperinci

PENERAPAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEREDUKSI TIME WASTE PADA PROSES PRODUKSI DI PT. APINDOWAJA AMPUH PERSADA TUGAS SARJANA

PENERAPAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEREDUKSI TIME WASTE PADA PROSES PRODUKSI DI PT. APINDOWAJA AMPUH PERSADA TUGAS SARJANA PENERAPAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEREDUKSI TIME WASTE PADA PROSES PRODUKSI DI PT. APINDOWAJA AMPUH PERSADA TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam usaha peningkatan produktivitas, perusahaan harus mengetahui kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan jasa)

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kajian Teori Teori yang di gunakan adalah : Line Performance (Operational Excellence) dan Losses 3.1.1 OPERATIONAL EXCELLENCE Operational excellence (OE)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Prospek industri plastik cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Potensi pengembangan industri plastik ini terlihat dari konsumsi atau penggunaan yang tinggi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 15 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENGERTIAN MOLD Mold (cetakan) adalah adalah rongga tempat material leleh (plastik atau logam) memperoleh bentuk. Mold terdiri dari dua bagian yaitu pelat bergerak (moveable

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT PLN (Persero) adalah Perusahaan Listrik Negara yang didirikan pada tahun 1914 oleh para pengusaha Belanda. PT PLN (Persero) memiliki beberapa anak perusahaan

Lebih terperinci

STUDI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS SUMBER DAYA PRODUKSI DENGAN METODE LEAN SIX SIGMA

STUDI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS SUMBER DAYA PRODUKSI DENGAN METODE LEAN SIX SIGMA STUDI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS SUMBER DAYA PRODUKSI DENGAN METODE LEAN SIX SIGMA Tonggo Hutabarat 1, Sukaria Sinulingga 2, Dini Wahyuni 2 Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 28 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES INJEKSI PLASTIK Gambar 4.1 Proses pencetakan pada mesin injeksi 29 Pada Proses Injeksi Plastik (Plastic Injection Molding Process) terdapat 2 bagian

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD 1 Vita Ardiana Sari, 2 Dida Diah Damayanti, 3 Widia Juliani Program Studi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI.

BAB II KAJIAN TEORI. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Konsep Dasar Lean pada Manufactur Lean manufactur atau lean production atau lebih dikenal sebagai lean, pertama kali dikembangkan di perusahaan Otomotif Toyota

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri plastik saat ini mengakibatkan munculnya perusahaan-perusahaan yang memproduksi mold untuk pesanan perusahaan lain. Salah satunya adalah PT.

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI MESIN CURING DENGAN MENGGUNAKAN METODE SMED DI PT. BRIDGESTONE TIRE INDONESIA

Universitas Bina Nusantara MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI MESIN CURING DENGAN MENGGUNAKAN METODE SMED DI PT. BRIDGESTONE TIRE INDONESIA Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Laporan Skripsi MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI MESIN CURING DENGAN MENGGUNAKAN METODE SMED DI PT. BRIDGESTONE TIRE INDONESIA 0500593171

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN WAKTU SET UP MESIN INJECTION THERMOPLASTIC PYI-180 POR NO DENGAN METODE SINGLE MINUTE EXCHANGE OF DIE (SMED) PADA

USULAN PERBAIKAN WAKTU SET UP MESIN INJECTION THERMOPLASTIC PYI-180 POR NO DENGAN METODE SINGLE MINUTE EXCHANGE OF DIE (SMED) PADA USULAN PERBAIKAN WAKTU SET UP MESIN INJECTION THERMOPLASTIC PYI-180 POR NO. 9525 DENGAN METODE SINGLE MINUTE EXCHANGE OF DIE (SMED) PADA PT. VOLTAMA VISTA MEGAH ELECTRIC TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Tank Body Korek Api Gas PT. Tokai Dharma Indonesia

Proses Pembuatan Tank Body Korek Api Gas PT. Tokai Dharma Indonesia Proses Pembuatan Tank Body Korek Api Gas PT. Tokai Dharma Indonesia OLEH: Nama : Hafiz Prasetya NPM : 23409825 Fakultas : Teknologi Industri Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Ir. Tri Mulyanto MT. TUJUAN

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN BAB III PROSES PERANCANGAN 3.1 Pembuatan Section Planing Section planing adalah proses pembuatan konsep yang akan diterapkan pada suatu part, seperti konsep pemasangan part ke unit mobil, konsep part-part

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Perbandingan Waktu Change Over Berdasarkan bab sebelumnya aktivitas change over pada mesin width grinding dibagi dan dibedakan menjadi aktivitas internal dan aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, terjadi pertumbuhan yang sangat pesat pada penggunaan produk plastik di industri manufaktur karena sangat berguna dan memiliki nilai ekonomis yang

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DI PT. AA UNIT II UNTUK MEMINIMUMKAN MAKE SPAN

PENJADWALAN PRODUKSI DI PT. AA UNIT II UNTUK MEMINIMUMKAN MAKE SPAN PENJADWALAN PRODUKSI DI PT. AA UNIT II UNTUK MEMINIMUMKAN MAKE SPAN Roy Iskandar, Nurhadi Siswanto, Bobby O. P. Soepangkat Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Cokroaminoto

Lebih terperinci

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu rangkaian kerangka pemecahan masalah yang dibuat secara sistematis dalam pemecahan masalah yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia industri saat ini diikuti oleh pembaruan penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia industri saat ini diikuti oleh pembaruan penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri saat ini diikuti oleh pembaruan penggunaan bahan dasar produksi. Logam yang dahulu banyak digunakan dalam proses industri kini mulai ditinggalkan.

Lebih terperinci

BAB IIIPROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A PROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A

BAB IIIPROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A PROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A BAB IIIPROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A PROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A 3.1 Deskripsi Molding Injection Mold (cetakan) terdiri dari dua bagian pelat bergerak (core plate) dan pelat diam (cavity

Lebih terperinci

F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N ANALISIS PENGURANGAN WASTE TIME DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING PADA PROSES PRODUKSI DI PT. PANCAKARSA BANGUN REKSA TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN WAKTU SETUP MESIN PRODUKSI DENGAN METODE SINGLE MINUTE EXCHANGE OF DIE (SMED) PADA DEPARTEMEN PAKU DI PT. INTAN SUAR KARTIKA

USULAN PERBAIKAN WAKTU SETUP MESIN PRODUKSI DENGAN METODE SINGLE MINUTE EXCHANGE OF DIE (SMED) PADA DEPARTEMEN PAKU DI PT. INTAN SUAR KARTIKA USULAN PERBAIKAN WAKTU SETUP MESIN PRODUKSI DENGAN METODE SINGLE MINUTE EXCHANGE OF DIE (SMED) PADA DEPARTEMEN PAKU DI PT. INTAN SUAR KARTIKA TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Lebih terperinci

Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study

Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study Maria Natalia 1, Nyoman Sutapa 2 Abstract: The thesis discusses the value added and non-value added of the

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN MOLDING DAN PROSES TRIAL NEW MOLD

BAB III RANCANGAN MOLDING DAN PROSES TRIAL NEW MOLD BAB III RANCANGAN MOLDING DAN PROSES TRIAL NEW MOLD 3.1 Deskripsi Molding Injection Pada proses pencetakan product plastik, dalam hal ini thermoplastic, disamping mesin molding, bahan baku plastic dll,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan langkah-langkah sistematis yang berperan penting sebagai pedoman dalam menyelesaikan dan memberikan solusi dari masalah yang timbul dalam penyusunan

Lebih terperinci

PERTEMUAN #3 TEORI DASAR OTOMASI 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT312 OTOMASI SISTEM PRODUKSI

PERTEMUAN #3 TEORI DASAR OTOMASI 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT312 OTOMASI SISTEM PRODUKSI TEORI DASAR OTOMASI Sumber: Mikell P. Groover, Automation, Production Systems, and Computer-Integrated Manufacturing, Second Edition, New Jersey, Prentice Hall Inc., 2001, Chapter 3 PERTEMUAN #3 TKT312

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata kuliah Bobot Deskripsi Mata Kuliah SATUAN ACARA PERKULIAHAN : Sistem Produksi Lanjut : 2 SKS/AK043217 : Mata kuliah ini membahas tentang bagaimana suatu sistem dirancang dan dikendalikan, dari proses

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Perumusan masalah dan Pengambilan Keputusan Model perumusan masalah dan pengambilan keputusan yanag digunakan dalam skripsi ini dimulai dengan melakukan observasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri manufaktur dewasa ini dihadapkan pada tantangan untuk dapat bertahan di dalam situasi persaingan yang semakin tinggi, dimana salah satu tantangan yang

Lebih terperinci

Penurunan Waste Proses Produksi Produk RJK di Departemen DEW PT. X dengan Value Stream Mapping

Penurunan Waste Proses Produksi Produk RJK di Departemen DEW PT. X dengan Value Stream Mapping Saputra., et al./ Penurunan Proses Produksi Produk RJK di Departemen DEW PT. X dengan Value Stream Mapping / Jurnal Titra, Penurunan Proses Produksi Produk RJK di Departemen DEW PT. X dengan Value Stream

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, lingkup penelitian, dan sistematika penulisan. 1.1.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN Sebelum melakukan perancangan mould untuk Tutup Botol ini, penulis menetapkan beberapa tahapan kerja sesuai dengan literatur yang ada dan berdasarkan pengalaman para pembuat

Lebih terperinci

Cindy Puspita Sari / 4ID01

Cindy Puspita Sari / 4ID01 Mempelajari Manajemen Perawatan Mesin Injeksi Plastik pada Produksi Kaca Spion Tipe KZRA di PT Astra Komponen Indonesia Cindy Puspita Sari 31413929 / 4ID01 Latar Belakang Permasalahan Solusi Penyelesaian

Lebih terperinci

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Lean Thinking dan Lean Manufacturing Lean Thinking dan Lean Manufacturing Christophel Pratanto No comments Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh profit yang besar. Profit yang besar akan diperoleh jika perusahaan dapat menekan pengeluaran sekecil

Lebih terperinci

Elemen Dasar Sistem Otomasi

Elemen Dasar Sistem Otomasi Materi #4 Sumber: Mikell P Groover, Automation, Production Systems, and Computer-Integrated Manufacturing, Second Edition, New Jersey, Prentice Hall Inc., 2001, Chapter 3 Elemen Dasar Sistem Otomasi 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang menjadi latar belakang desain konstruksi press dies, masalah yang ditemui, tujuan desain konstruksi press dies, dan metode yang digunakan untuk

Lebih terperinci

PENENTUAN UKURAN OPTIMUM MATERIAL DENGAN METODE REGRESI LINEAR GANDA UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI MATERIAL PT TMMIN STAMPING PLANT

PENENTUAN UKURAN OPTIMUM MATERIAL DENGAN METODE REGRESI LINEAR GANDA UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI MATERIAL PT TMMIN STAMPING PLANT PENENTUAN UKURAN OPTIMUM MATERIAL DENGAN METODE REGRESI LINEAR GANDA UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI MATERIAL PT TMMIN STAMPING PLANT Trihandika 1 ; Bahtiar Saleh Abbas 2 ABSTRACT Material efficiency from

Lebih terperinci

ANALISIS ATRIBUT LAYANAN RUMAH SAKIT DENGAN MODEL KANO UNTUK PENENTUAN SKALA PRIORITAS PERBAIKAN LAYANAN

ANALISIS ATRIBUT LAYANAN RUMAH SAKIT DENGAN MODEL KANO UNTUK PENENTUAN SKALA PRIORITAS PERBAIKAN LAYANAN ANALISIS ATRIBUT LAYANAN RUMAH SAKIT DENGAN MODEL KANO UNTUK PENENTUAN SKALA PRIORITAS PERBAIKAN LAYANAN Indah Pratiwi Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos

Lebih terperinci

Upaya Peningkatan Output Produksi Pada Fasilitas Kerja Departemen Preparation Di PT. Integra Indocabinet

Upaya Peningkatan Output Produksi Pada Fasilitas Kerja Departemen Preparation Di PT. Integra Indocabinet Lim., et al. / Upaya Peningkatan Output Produksi Pada Fasilitas Kerja Departemen Preparation Di PT. Integra Indocabinet/ urnal Titra, Vol. 3, No. 1, anuari 2015, pp. 1-6 Upaya Peningkatan Output Produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai penghasil nilai (value creator), baik industri manufaktur maupun

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai penghasil nilai (value creator), baik industri manufaktur maupun I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Era globalisasi menyebabkan tingkat persaingan di dunia usaha semakin tinggi. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut setiap perusahaan yang

Lebih terperinci

PENURUNAN WAKTU SET-UP UNTUK PENINGKATAN EFEKTIFITAS PADA PT. X

PENURUNAN WAKTU SET-UP UNTUK PENINGKATAN EFEKTIFITAS PADA PT. X ISSN: 1410-2331 PENURUNAN WAKTU SET-UP UNTUK PENINGKATAN EFEKTIFITAS PADA PT. X Hendri Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana, Jl. Raya Maruya Selatan, Kembangan, Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang sangat pesat di sektor industri pada saat ini menuntut setiap

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang sangat pesat di sektor industri pada saat ini menuntut setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Persaingan yang sangat pesat di sektor industri pada saat ini menuntut setiap perusahaan yang bergerak di bidang manufacturing untuk meningkatkan strategi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam tugas akhir ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Start Studi Pustaka Studi Lapangan Identifikasi Masalah Pengambilan Data Peramalan SMED system Tahap Persiapan (Mengukur waktu proses dan merekamnya) Tahap Pertama (Memisahkan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data di dalam tulisan ini yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan di pengolahan dan analisis data terdiri dari : 1. Data Total

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lead Time Istilah lead time biasa digunakan dalam sebuah industri manufaktur. Banyak versi yang dapat dikemukakan mengenai pengertian lead time ini. Menurut Kusnadi,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Mold Review Mold lama yang digunakan dalam memproduksi Bobbin A K25G adalah jenis injection molding. Mold lama ini menggunakan system hot runner. Mold ini sendiri

Lebih terperinci

Sistem Penjadwalan di PT. XYZ

Sistem Penjadwalan di PT. XYZ Sistem di PT. XYZ Fernaldi Darmasaputra Leksono 1, I Gede Agus Widyadana 2 Abstract: Production scheduling in a manufacturing company is an important point to control the production process movements.

Lebih terperinci

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) A. Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi

Lebih terperinci

BAB 3 Metodologi Penelitian

BAB 3 Metodologi Penelitian BAB 3 Metodologi Penelitian Penelitian yang baik didukung metodologi yang baik selain latar belakang dan penjelasan mengenai pentingnya masalah yang diteliti. Penelitian dilakukan secara benar dan cermat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Untuk mendapatkan sebuah penelitian yang baik harus didukung tidak hanya dari latar belakang dan penjelasan peneitian masalah saja, melainkan juga metodolgi yang terstruktur

Lebih terperinci

Penentuan Beban Kerja Transporter pada Departemen Assembly & Decoration di PT. X

Penentuan Beban Kerja Transporter pada Departemen Assembly & Decoration di PT. X Penentuan Beban Kerja Transporter pada Departemen Assembly & Decoration di PT. X Andre Kawilarang Abstract: PT. X attempts to determine transporters workload with packing process outside production area.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Berdasarkan diagram alir pada gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa dalam melakukan penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yang harus dilakukan mulai

Lebih terperinci

Perancangan In-Mold Closing Untuk Produk Tutup Flip-Top

Perancangan In-Mold Closing Untuk Produk Tutup Flip-Top Perancangan In-Mold Closing Untuk Produk Tutup Flip-Top Budiman Chandra 1, Hendrawan Hadi Sulistio 2 (1) Dosen Jur. Teknik Perancangan Manufaktur, Politeknik Manufaktur Negeri Bandung, Jl. Kanayakan 21

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi proses penerimaan order sampai dengan proses packing dengan mengeliminasi non-value added activities (aktivitas yang tidak bernilai

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data Untuk mencari akar penyebab masalah maka data harus dianalisa untuk menghasilkan perbaikan yang tepat. Hasil pengolahan data pada bab IV dijadikan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Pembuatan Diagram Sebab Akibat. Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Pembuatan Diagram Sebab Akibat. Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa 5.1.1 Pembuatan Diagram Sebab Akibat Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan yang dihadapi dengan kemungkinan penyebabnya serta faktor-faktor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Agronesia (Divisi Industri Teknik Karet) merupakan perusahaan manufaktur industri pengolahan yang memproduksi berbagai jenis produk karet teknik untuk keperluan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN 5.1. Analisa Prioritas perbaikan proses Dyno dengan metode FMEA Setelah diketahui berbagai kendala dan hambatan dalam pencapaian target WIP diproses Dyno, maka perlu dibuatkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini akan membahas mengenai penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti terkait dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin dibutuhkannya produk plastik di pasaran konsumen dimasa era ini, material plastik banyak macam type sesuai dengan pemakaiannya. Salah satu pemakai

Lebih terperinci

Upaya Penurunan Lembur Departemen Part, Apparel, dan Accessoris

Upaya Penurunan Lembur Departemen Part, Apparel, dan Accessoris Oentoro, et al. / Upaya Penurunan Lembur Departemen Part, Apparel, dan Accessoris / Jurnal Titra, Vol. 03, No. 02, Juni 2015, pp. 177-182 Upaya Penurunan Lembur Departemen Part, Apparel, dan Accessoris

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Identifikasi Produk Hasil identifikasi yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.1. dibawah ini Tabel 4.1. Data produk glove box Data Sampel Produk Glove

Lebih terperinci

ANALISIS PERBAIKAN PROSES SUB PANEL WELDING MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING

ANALISIS PERBAIKAN PROSES SUB PANEL WELDING MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING PENELITIAN TUGAS AKHIR ANALISIS PERBAIKAN PROSES SUB PANEL WELDING MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING RIZKIYAH RISTIANTY 2509100115 PEMBIMBING : PUTU DANA KARNINGSIH, S.T., M. ENG.SC., PH.D KO PEMBIMBING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didalam proses pencetakan produk plastik dapat digambarkan adalah adanya sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Didalam proses pencetakan produk plastik dapat digambarkan adalah adanya sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Didalam proses pencetakan produk plastik dapat digambarkan adalah adanya sejumlah material plastik dengan suhu tinggi dimasukkan kedalam mold, kemudian material

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PEMOTONGAN KABEL DIVISI CABLE CASING DI PT.INSERA SENA

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PEMOTONGAN KABEL DIVISI CABLE CASING DI PT.INSERA SENA USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PEMOTONGAN KABEL DIVISI CABLE CASING DI PT.INSERA SENA Anthony Teguh Setiawan 1, Herry Christian Palit S.T., M.T. 2, Dr.Julianna Anggono,S.T.,M.Sc. 3 Abstract: The aim

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DI LABORATORIUM PLASTIK INJEKSI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DI LABORATORIUM PLASTIK INJEKSI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DI LABORATORIUM PLASTIK INJEKSI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA Mada Jimmy Fonda Arifianto 1 ; Edi Santoso 2 ABSTRACT Article presents manufacture information system

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Contoh Peralatan Micro-Manufacturing (Qin, 2006)

Gambar 1.1. Contoh Peralatan Micro-Manufacturing (Qin, 2006) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam teknologi fabrikasi modern, kecenderungan miniaturisasi semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan produk-produk, alat dan instrumen yang diproduksi saat

Lebih terperinci