PERANAN TUTOR DALAM MENINGKATKAN MINAT WARGA BELAJAR PADA KELOMPOK BELAJAR PAKET B

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANAN TUTOR DALAM MENINGKATKAN MINAT WARGA BELAJAR PADA KELOMPOK BELAJAR PAKET B"

Transkripsi

1 PERANAN TUTOR DALAM MENINGKATKAN MINAT WARGA BELAJAR PADA KELOMPOK BELAJAR PAKET B (Studi deskriptif pada kelompok belajar paket B di PKBM Bina Mandiri) Oleh: Sri Sulasmi Program Studi PLS ABSTRAK Penelitian ini berawal dari fenomena masalahmaish rendahnya minat belajar warga belajar pada kelompok belajar paket B, karena berbagai hambatan-hambatan yang timbul di berbagai paktor, baik warga belajar maupun yang dilakukan oleh tutor. Didalam pelaksanaan program paket belajar ini, peran dari Penilik Pendidikan Luar Sekolah penting sekali untuk menunjang keberhasilan program tersebut, sehingga diharapkan para alumnusnya nanti memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan tarap hidupnya sebagai pribadi yang mandiri di masyarakat, serta memungkinkan dapat memenuhi persyaratan untuk bekerja dan atau melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, angket, studi literatur. Hasil penelitian data tentang peranan tutor dalam memotivasi warga belajar Kejar Paket B di PKBM Bina Mandiri, sekalipun jumlah tutor yang hanya enam orang saja tetapi merupakan tenaga yang cukup potensial dalam menjalankan proses kegiatan belajar mengajar pada Kejar Paket B, kegiatan mereka (tutor) cukup jelas terlihat dari cara kerjanya yang tanpa pamrih dan sama sekali bukan karena honor. Mereka mempunyai dan memiliki rasa tanggungjawab atas kelangsungan hidup program Kejar Paket B tersebut yang berada didaerahnya sendiri, mereka semuanya adalah sosok seorang pendidik atau guru yang selalu didambakan pengabdiannya oleh masyarakat sekitarnya. Kaitannya dengan seluruh warga belajar Kejar Paket B disamping mengajar dan mendidik, juga selalu memberikan bimbingan yang mengarah kepada motivasi demi keberhasilan yang diraih baik secara individu maupun kelompok. Dalam melaksanakan bimbingan motivasi tidak cukup dengan bertatap muka dikelas saja, tetapi mereka sering mengadakan kunjungan kepada warga belajar terutama kepada warga belajar yang dipandang perlu, seperti karena sakit, malas dan yang diperkirakan kurang berminat belajar. Semua hambatan yang mereka temui baik sarana maupun fasilitas tidak menjadikan kendala yang berarti, mereka tetap tegar, berupaya dan berjalan terus sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya masing-masing. Hubungan dengan masyarakat, pengelola, Pembina maupun dengan pihak terkait dalam penyelenggaraan program Kejar Paket B di PKBM Bina mandiri selalu dipelihara dengan sebaik-baiknya. Kata Kunci: Meningkatkan minat warga belajar pada kelompok belajar paket B PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan harkat martabat manusia serta kualitas sumber daya manusia Indonesia. Seluruh masyarakat Indonesia diberikan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang layak yang sesuai dengan tingkat atau jenjang pendidikan yang dibutuhkan. Kesempatan untuk mengikuti pendidikan bagi seluruh bangsa Indonesia ini, tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi : Tiap-tiap warganegara berhak mendapatkan pengajaran. Sektor pendidikan tersebut tidak terbatas bagi masyarakat perkotaan saja, melainkan kesempatan ini diperuntukan pula bagi masyarakat yang berada di daerah terpencil sekalipun. Proses pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa tersebut diatas, pemerintah telah menempuh berbagai upaya untuk menyukseskan program wajib belajar Sembilan tahun, diantaranya menyelenggarakan kelompok belajar di seluruh wilayah Indonesia. Upaya ini merupakan manifestasi nyata dari hak dan kewajiban pemerintah dalam bidang pendidikan sebagaimana tercantum dalam UUSPN No.20 Thn Bab IV bagian keempat pasal 11 sebagai berikut: Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Sekalipun kesempatan pendidikan tersebut disebar dan meluas sampai ke daerah-daerah, namun dalam kenyataannya tidaklah sedikit anak dalam usia sekolah yang tidak dapat memanfaatkan kesempatan untuk bersekolah. Remaja dan pemuda yang pernah bersekolah tidak jarang pula mendapatkan hambatanhambatan untuk meneruskan sekolah ke jenjang

2 selanjutnya, diantaranya ada yang putus di tengah jalan atau putus sama sekali. Kalau masalah ini dibiarkan lambat laun negara kita yang sedang berkembang dan maju malah sebaliknya, atau sekurang-kurangnya akan terjadi kemandegan dalam segala bidang pembangunan nasional. Yang bodoh semakin bodoh dan pengangguran akan semakin bertambah, yang selanjutnya akan menjadi beban pemerintah. Berdasarkan pemikiran tersebut, pemerintah cepat mengambil suatu kebijakan dengan membentuk suatu wadah pendidikan berpaket, yang merupakan tempat bagi mereka yang belum berkesempatan bersekolah. Paket-paket pendidikan itu akan mewadahi kelompok-kelompok belajar masyarakat dengan tidak mengenal paktor usia. Pelaksanaannya dengan melalui lembaga-lembaga pendidikan luar sekolah yang dikelola oleh masyarakat, namun tidak lepas dari pengawasan, bimbingan serta bantuan dari pemerintah. Proses kegiatan belajarnya teratur sebagaimana halnya sekolah formal biasa, karena ada peraturan-peraturan khusus mulai dari siapa warga belajarnya, tutornya, kurikulumnya, sehingga penyelenggaraannya tidak liar, hal ini merupakan satu kesatuan pendidikan yang berhubungan dengan pendidikan non formal, yaitu terdiri dari : 1. Kejar Paket A ; terdiri dari : a. Mereka yang masih buta huruf (dewasa dan tua) b. Mereka yang masih tergolong pada usia sekolah SD yang belum bersekolah (persamaan Sekolah Dasar) 2. Kejar Paket B ; terdiri dari : a. Mereka yang telah memiliki pendidikan SD 6 tahun b. Mereka yang telah selesai mengikuti program paket A Didalam pelaksanaan program paket belajar ini, peran dari Penilik Pendidikan Luar Sekolah penting sekali untuk menunjang keberhasilan program tersebut, sehingga diharapkan para alumnusnya nanti memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan tarap hidupnya sebagai pribadi yang mandiri di masyarakat, serta memungkinkan dapat memenuhi persyaratan untuk bekerja dan atau melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. KAJIAN TEORI DAN METODE Yang dimaksud dengan Kelompok Belajar (Kejar) Paket B, seperti yang tercantum dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0131/U/1994 tentang Program Paket A dan Paket B setara dinyatakan bahwa: Kejar Paket B adalah program pendidikan pada jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan setara dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Hal tersebut diperkuat dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah pasal 18 ayat (3), mengemukakan bahwa : Kelompok Belajar Paket B diselenggarakan bagi sekumpulan Warga Belajar untuk memperoleh pendidikan setara dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Sedangkan menurut pendapat Anwar Iskandar (1991 : 6) sebagai berikut : Program Kejar Paket B adalah suatu kegiatan membelajarkan dengan sasaran warga belajar melalui proses belajar mengajar dengan menggunakan buku paket B sebagai sarana belajar utama yang isinya terdiri dari pendidikan dasar umum dan pendidikan keterampilan untuk mengusahakan mata pencaharian yang setara dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Berdasarkan pengertian diatas, maka Kejar Paket B merupakan suatu program pendidikan setara dengan jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), sebagai lanjutan dari Program Kejar Paket A setara dengan Sekolah Dasar (SD), dimana penyelenggaraannya dilaksanakan melalui jalur Pendidikan Luar Sekolah. Tujuan dari Program Kejar Paket B pada dasarnya untuk mengejar ketertinggalan masyarakat dalam bidang pendidikan, memberikan bekal kemampuan dasar yang merupakan perluasan serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di Program Paket A, yang bermanfaat bagi warga belajar untuk meningkatkan tarap hidupnya sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warganegara serta memungkinkan warga belajar memenuhi persyaratan untuk bekerja dan/atau melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kejar paket B itupun merupakan pelayanan bagi masyarakat dalam bentuk pendidikan luar sekolah dan turut serta mensukseskan program waib belajar 9 tahun, khususnya penampungan para siswa yang putus sekolah. Dalam modul yang sama Dirjen PLS Pemuda dan Olahraga menetapkan tujuannya sebagai berikut : 1. Memberikan pelayanan pendidikan dasar setara dengan SLTP pada siswa lulusan SD atau sederajat, yang karena sesuatu hal tidak dapat melanjutkan ke SLTP dan siswa putus SLTP usia tahun. 2. Mendukung program wajib belajar pendidikan dasar setara Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). (Kep. Mendikbud RI No. 0131/U/1994). (1995 : 2 ).

3 Karena kegiatan program kejar paket B ini berlaku secara nasional, maka sebagai dasar perencanaan dan penyelenggaraan selain Pancasila dan Undang-undang 1945, adalah : a. Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 b. Undang-undang Pendidikan Nomor 2 tahun 1989 c. Peraturan Pemerintah RI No. 73 tahun 1991 d. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0131/U/1994 tahun 1994 tentang Program Paket A dan Paket B. Dalam PP Nomor 73 tahun 1991 fasal 18 ayat (3) ditetapkan bahwa Kelompok Belajar Kejar Paket B diselenggarakan bagi sekumpulan warga belajar untuk memperoleh pendidikan setara dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Adapun yang menjadi sasaran dari Program Kejar Paket B, sesuai dengan pengertian dan tujuan yang ingin dicapai, maka yang menjadi warga belajar menurut Petunjuk Teknis Program Kejar Paket Setara SLTP (1994 : 5) adalah : Setiap warganegara Indonesia lulusan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Program Kejar Paket A, Ujian persamaan Sekolah Dasar, dan putus sekolah Tingkat Lanjutan Pertama, usia 13 tahun keatas dengan prioritas Dengan demikian, Implikasinya dari Program Kejar Paket B mempunyai sasaran : a. Diutamakan dari siswa lulusan SD atau yang sederajat, karena sesuatu hal tidak dapat melanjutkan ke SLTP. b. Siswa putus Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan c. Tamatan Program Kejar Paket A. Dalam pelaksanaan penyelenggaraan Program Kejar Paket B adalah semua unsur yang terkait harus berjalan bersama sesuai dengan tugas dan peranan masing-masing, mulai dari warga belajar, tutor dan pengelolanya termasuk di dalamnya Kepala Desa/Lurah setempat, dan Pembinaannya dalam hal ini Kepala UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan, harus betul-betul mempunyai rasa memiliki dan tanggungjawab. Secara umum tujuan Pendidikan Luar Sekolah tidak terlepas dari tujuan Pendidikan Nasional. Seperti yang dikemukakan oleh Dirjen Dikmas, Ditjen Diklusepora yaitu : a. Adanya peningkatan kwalitas hidup (quality of life) yaitu peningkatan pengetahuan keterampilan dan sikap warga masyarakat yang mampu mengadaptasikan dirinya dengan masyarakat, tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi serta dapat ikut berpartisipasi terhadap pembangunan masyarakat b. Adanya peningkatan pendapatan (income generating) yaitu meningkatkan kemampuan warga belajar didalam menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah dimiliki untuk dapat meningkatkan pendapatannya atau dapat menjadi sumber nafkahnya. (1985 : 7 ). Pendidikan Luar Sekolah sebagai lembaga berbeda dalam proses pelaksanaannya dengan pendidikan formal, tetapi sangat erat kaitannya dengan program Kejar Paket B. Adapun perbedaannya dapat dilihat dari ciri-cirinya, seperti dikemukakan oleh Djudju Sudjana (1989:4148), adalah : a. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah bersifat jangka pendek dan khusus, serta berorientasi bukan menekankan ijazah. b. Waktu belajarnya singkat, orientasinya untuk kehidupan sekarang dan waktu tidak terus menerus c. Isi pendidikan berpusat pada lulusan dan kepentingan warga belajar, menekankan pada praktek dan prasyarat masuk ditentukan oleh bersama warga belajar. d. Proses belajar mengajar dilakukan dalam lingkungan kehidupan anak didik (warga belajar) dihubungkan dengan kehidupan masyarakat, dan berpusat pada anak didik (warga belajar) serta penghematan sumber dengan menggunakan sumber yang ada di masyarakat. e. Pengawasan dilakukan sendiri atau bersamasama dan bersifat demokratis. Dengan menyimak ciri-ciri Pendidikan Luar Sekolah maka dapat dilihat terdapat perbedaan dalam segi sifat-sifat dari pendidikan formal. Ini. Lebih lanjut Soelaeman Joesoef dan Slamet Santoso (1979: 58-59) mengatakan bahwa Pendidikan Luar Sekolah mempunyai sifat-sifat yang lebih dari pendidikan sekolah (formal), sifat-sifat tersebut adalah : a). Bersifat fleksibel, tampak dengan tidak adanya tuntutan syarat yang credential yang keras bagi anak didiknya (warga belajar), lamanya penyelenggaraan disesuaikan dengan kesempatan yang ada (beberapa tahun, bulan atau beberapa hari). Tujuan belajarnya lebih spesifik sesuai dengan kebutuhan. Para pengajar tidak perlu persyaratan yang ketat, hanya ia menguasai pelajaran yang akan diberikan. b). Pendidikan Luar Sekolah lebih efektif dan lebih efisien untuk bidang pelajaran tertentu. Efektif karena program pendidikan bisa spesifik sesuai dengan kebutuhan dan tidak memerlukan syaratsyarat ketat (seperti guru, metoda, fasilitas dan

4 lain-lainnya). Sedangkan tempat penyelenggaraan bisa dimana saja. c). Pendidikan Luar Sekolah bisa bersifat quick yielding, maksudnya dalam waktu singkat dapat digunakan untuk melatih tenaga kerja yang dibutuhkan. d). Pendidikan Luar Sekolah sangat instrumental, artinya bersifat luwes, mudah dan murah serta dapat menghasilkandalam jangka waktu yang relative singkat. Sasaran Pendidikan Luar Sekolah adalah seluruh warga masyarakat yang memerlukan kesempatan memperoleh pelayanan pendidikan dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya. Untuk lebih jelasnya, Sutaryat Trisnamansyah (1987: 80) mengemukakan bahwa sasaran Pendidikan Luar Sekolah adalah sebagai berikut : a. Ditinjau dari segi usia; maka sasaran populasi dapat digolongkan menjadi sasaran populasi yang berusia 0-6 tahun, 7-12 tahun, tahun, tahun dan seterusnya. b. Ditinjau dari segi lingkungan sosial budaya, maka penggolongan sasaran populasi PLS dibagi atas pedesaan (rural) dan perkotaan (urban). c. Sasaran populasi PLS golongan suku terasing. d. Sasaran populasi golongan rendah terdapat di daerah pedesaan (pertanian, petani/nelayan, perikanan) maupun di kota-kota. e. Ditinjau dari jenis kelamin, PLS tidak memprioritaskan pria dan wanita. f. Ditinjau dari golongan mata pencaharian, sasaran populasi PLS bisa dibagi-bagi ke dalam petani nelayan, pengemudi, pengrajin, buruh, lapangan jasa, pedagang, macammacam tukang, industriawan, pegawai negeri, ABRI. g. Ditinjau dari kelompok khusus, sasaran populasi PLS itu dapat digolongkan atas anak-anak normal terlantar. METODE 1. Metode Penelitian Dalam mengkaji berbagai rumusan permasalahan untuk mengumpulkan dan melengkapi data biasanya diperoleh dengan menggunakan metode penelitian yang ada relevansinya dengan yang akan diteliti. Metode penelitian sebagaimana dikemukakan oleh Engking Soewarman Hasan (1997:4) adalah secara etimologis, penelitian meninjau kembali apaapa yang telah terjadi untuk kepentingan yang akan datang atau penyelidikan untuk memperoleh datadata/fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis. 2. Teknik Pengumpulan Data Suatu penelitian memerlukan data yang valid untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Untuk mendapat data yang valid tersebut dibutuhkan alat dan teknik pengumpulan data yang valid pula. Sehubungan dengan hal tersebut untuk memperoleh data atau informasinya untukdijadikan bahan pemecahan masalah yang ditemukan dalam penelitian ini diperlukan teknik pengumpulan data yang tepat, agar penelitian mencapai tujuan yang diinginkan. Adapun teknik yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu : a. Wawancara, adalah percakapan dengan maksud tertentu, hal ini penulis lakukan untuk memperoleh data sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan peneliti itu sendiri. Sehubungan dengan teknik wawancara ini H. Engkin S. Hasan (1997:49-50), menyatakan bahwa : Wawancara adalah sebagai proses interaksi, interelasi mempunyai karakteristik, isyarat dan persepsi dan didalam prosesnya perlu diperhatikan beberapa hal yaitu situasi wawancara, isi wawancara, pewawancara/interviewer, dan interviewe. b. Oservasi, adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara factual, baik tentang institusi social, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah, (Nazir, 1988:65). Teknik observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dan mengadakan peninjauan langsung terhadap obyek penelitian, dalam hal ini terdiri atas gambaran daerah lokasi penelitian, serta kegiatan proses penyuluhan. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (1983:111), bahwa observasi itu meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap. Apa yang dikatakan ini sebenarya adalah pengalaman langsung. c. Angket, yaitu untuk mengumpulkan data melalui serangkaian pertanyaan tertulis yang disusun dan disebarkan untuk mendapatkan informasi atau keterangan responden mengenai masalah yang sedang diteliti. Prof. Dr. S. Nasution, MA dalam buku metode research: 178 mengatakan bahwa : Angket adalah daftar pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh keterangan tertantu dari responden yang kadang-kadang tersebar tempat tinggalnya. Dalam penyusunan angket ini

5 dapat bersifat tertutup, terbuka, juga dapat pula dengan kombinasi antara tertutup dan terbuka. d. Study Literatur, yaitu penulis gunakan sebagai bahan penunjang pada uraian teoritis yang sekiranya ada hubungannya dengan penyuluhan, juga sebagai teknik pembantu dalam pengumpulan data. Dalam pelaksanaan penelitian penulis akan mencoba menyusun prosedur atau langkahlangkah yang ditempuh dalam rangka pengumpulan data meliputi : 1. Perencanaan. 2. Memulai Pengumpulan Data 3. Penyusunan Alat Pengumpulan Data 4. Uji Coba Angket 5. Revisi Angket 6. Penyebaran Angket 7. Penarikan Angket Pengolahan data ini dimaksudkan agar data hasil penelitian dapat mengungkapkan jawaban dari pertanyaan penelitian. Untuk mengukur, menyaring dan mengaplikasikan data diperlukan beberapa langkah yang harus ditempuh, langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Seleksi Data 2. Klasifikasi Data 3. Tabulasi Data 4. Analisa dan Penafsiran Data HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah data dapat diperoleh dari seluruh responden, selanjutnya diolah dan dianalisa dengan maksud agar data yang telah dikumpulkan itu dapat memberikan suatu kebenaran dalam menjawab setiap pertanyaan penelitian. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data ini adalah sebagai berikut : 1. Seleksi dan Klasifikasi Data Dalam langkah pertama, memilih dan memeriksa hasil penelitian, yang dapat memisahkan antara jawaban yang memungkinkan dapat diolah atau tidak. Sebagai bahan pertimbangan dan acuan dalam pemilihan itu berpegang pada : a. Apakah berkas-berkas angket yang telah disebarkan itu masih tetap dalam keadaan utuh? b. Apakah jawaban dari responden itu sesuai dengan petunjuk yang telah ditetapkan? c. Apakah seluruh item dalam setiap lembaran angket itu dapat dijawab atau tidak? Hasil dari seleksi tersebut ternyata seluruh angket masuk dan kembali sesuai dengan jumlah yang disebar serta dapat diolah. Dalam klasifikasi data disesuaikan dengan pkok-pokok masalah yang diajukan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1) Data tentang : Bagaimana peranan tutor dalam kegiatan Kejar Paket B PKBM Bina Mandiri, terdiri dari item nomor 1 sampai item nomor 12. 2) Data tentang : Apakah yang menjadi hambatan tutor atau warga belajar dalam proses kegiatan belajar mengajar, terdiri dari item nomor 13 sampai item nomor 15. 3) Data tentang : Usaha-usaha apakah yang dilakukan oleh tutor atau warga belajar dalam menangulangi hambatanhambatan untuk memperlancar kegiatan proses belajar mengajar, terdiri dari item nomor 16 sampai item nomor Pengolahan Hasil Penelitian Pengolahan hasil penelitian pokok masalah pertama : Bagaimana peranan tutor dalam kegiatan belajar mengajar di kelompok belajar Kejar Paket B di PKBM Bina Mandiri? TABEL 5 Apakah usia Bapak/Ibu pada saat ini tergolong usia.. Alternatif Jawaban f P (%) a tahun b tahun c tahun d. 36 tahun keatas Jumlah ,66 33, Sumber, angket nomor 1 Tafsiran : Tabel diatas menunjukan bahwa separuhnya (50 %) mereka berumur 36 tahun keatas, hampir separuhnya (33,34 %) berumur antara tahun, dan sebagian kecil (16,66 %) berumur antara tahun serta tidak seorangpun (0 %) yang berumur antara tahun. Berdasarkan hasil penelitian data tentang peranan tutor dalam memotivasi warga belajar Kejar Paket B di PKBM Bina Mandiri, sekalipun jumlah tutor yang hanya enam orang saja tetapi merupakan tenaga yang cukup potensial dalam menjalankan proses kegiatan belajar mengajar pada Kejar Paket B, kegiatan mereka (tutor) cukup jelas terlihat dari cara kerjanya yang tanpa pamrih dan sama sekali bukan karena honor. Mereka mempunyai dan memiliki rasa tanggungjawab atas kelangsungan hidup program

6 Kejar Paket B tersebut yang berada didaerahnya sendiri, mereka semuanya adalah sosok seorang pendidik atau guru yang selalu didambakan pengabdiannya oleh masyarakat sekitarnya. Kaitannya dengan seluruh warga belajar Kejar Paket B disamping mengajar dan mendidik, juga selalu memberikan bimbingan yang mengarah kepada motivasi demi keberhasilan yang diraih baik secara individu maupun kelompok. Dalam melaksanakan bimbingan motivasi tidak cukup dengan bertatap muka dikelas saja, tetapi mereka sering mengadakan kunjungan kepada warga belajar terutama kepada warga belajar yang dipandang perlu, seperti karena sakit, malas dan yang diperkirakan kurang berminat belajar. Semua hambatan yang mereka temui baik sarana maupun fasilitas tidak menjadikan kendala yang berarti, mereka tetap tegar, berupaya dan berjalan terus sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya masing-masing. Hubungan dengan masyarakat, pengelola, Pembina maupun dengan pihak terkait dalam penyelenggaraan program Kejar Paket B di PKBM Bina Mandiri selalu dipelihara dengan sebaik-baiknya. KESIMPULAN Dalam penelitian ini dapat menghasilkan suatu kesimpulan sebagai jawaban dari seluruhpertanyaan-pertanyaan yang disebarkan kepada responden dengan menghasilkan jawaban semuanya dalam bentuk angket yang terdiri dari item nomor 1 sampai item nomor 24. Pertanyaan penelitian pertama: Bagaimana peranan turor dalam kegiatan belajar mengajar dikelompok kejar Paket B di PKBM Bina Mandiri? Untuk menjawab penelitian tersebut, digunakan angket dari item nomor 1 sampai item nomor 12, yang tertuang dalam tabel 5 sampai dengan tabel 16. Dari hasil penelitian data menunjukan bahwa usia mereka (tutor) paling muda 26 tahun, bahkan separuhnya dari mereka berumur 36 tahun keatas 50 % (tabel 5). Pendidikan mereka separuhnya dari SLTA khusus 50% (table 6), dan hampir setengahnya mereka lulusan program D2 33,34% (tabel 6). Mereka berpengalaman cukup lama dan separuhnya dari mereka berpengalaman mengajar antara tahun 50% (tabel 8) dan seluruhnya berstatus sebagai guru Negeri 100% (tabel 7). Kedudukannya dalam program kegiatan belajar mengajar dikelompok Kejar Paket B di PKBM Bina Mandiri, semua adalah tutor utama 100% (tabel 19), yang selalu rajin menjalankan tugasnya 100% (tabel 11). Mereka berani melibatkan diri pada kegiatan program Kejar Paket B itu, di dorong dengan memiliki rasa tanggung jawab ingin turut mencerdaskan bangsa, khususnya masyarakat Kelurahan Cipageran yang sudah tercatat sebagai warga belajar, dan mereka ( tutor ) mengemban rasa cinta terhadap pendidikan 66% (tabel 13). Kesimpulan dari hasil penelitian tadi, tugas mereka dalam kegiatan belajar mengajar dikelompok belajar Kejar Paket B di PKBM Bina Mandiri, cukup potensial. Peranan mereka adalah mengajar, membimbing dan memberikan dorongan spiritual kepada seluruh warga belajar. Disamping itu pula mereka memberikan pembinaan, agar seluruh warga belajar Kejar Paket B meraih keberhasilan yang baik sesuai dengan harapannya masing-masing. Terhadap program pemerintah mereka turut mensukseskan program Wajib Belajar (Wajar) 9 tahun, dengan melalui program Kejar Paket B. Selanjutnya pertanyaan penelitian kedua: Apa yang menjadi hambatan tutor dan warga belajar dalam proses belajar mengajar Kejar Paket B di PKBM Bina Mandiri? Jawaban penelitian tersebut menggunakan angket dari item nomor 13 sampai item nomor 15tertuang dalam tabel 17 sampai dengan tabel 19. Dari analisa data menunjukan tentang fasilitas yang ada yang dipakai dalam kegiatan proses belajar mengajar perlu ditinjau kembali sehingga adanya penambahan sesuai dengan kebutuhan, baik yang menyangkut sarana dan prasarana, maupun kebutuhan tutor dan semua warga belajar 66,66 % (tabel 18). Kebutuhan tenaga pengajar, perlu adanya penambahan terutama dengan tenaga akhli dalam bidang keterampilan dan kerajinan agar warga belajar termpil dalam suatu kerajinan, yang kelak dapat menjadi mata pencahariannya 100 % (tabel 19). Kesimpulan dari analisa tadi mereka (tutor) menemukan hambatan-hambatan yang harus mendapat perhatian dari semua pihak yang terkait, untuk lebih mendorong kearah keberhasilan program tersebut agar lebih baik. Adapun pertanyaan penelitian ketiga: Usaha apa yang dilakukan tutor atau warga belajar dalam menanggulangi hambatan-hambatan untuk memperlancar kegiatan proses belajar mengajar? Jawaban penelitiannya menggunakan angket dari item nomor 16 sampai dengan item nomor 24, tertuang dalam bentuk tabel 20 sampai dengan tabel 28. Dari analisa data menunjukan bahwa semua tutor merencanakan adanya upaya dengan cara meningkatkan hasil karya warga belajar, 100 % (tabel 20). Seluruhnya dari mereka menyatakan bahwa waktu yang tersedia cukup, 100 % (tabel 21). Seluruhnya juga para tutor menyetujui adanya bimbingan terhadap warga belajar yang kurang berminat belajar dan mengadakan kunjungan kerumah bila diperlukan 100 % (tabel 23) dan 199 % (table 24). Untuk mengukur tingkat kemajuan warga

7 belajar, lebih separuhnya tutor mencobakan tes yang bahannya dari SLTP Negeri yang terdekat 66,66 % (table 25). Pendapat tutor tentang masyarakat, lebih separuhnya menyatakan bahwa masyarakat telah menyadari pentingnya pendidikan 66,66 % (tabel 26). Hubungannya cukup baik, saling menunjang, pamilier, dan untuk menjaga keseimbangan program Kejar Paket B ini menjalin kerjasama dengan pihak yang terkait 66,66 % (tabel 28). Kesimpulan dari analisis diatas tadi, tutor tepat berupaya untuk menanggulangi hambatanhambatan, seperti merencanakan untuk meningkatkan kesejahteraan dengan jalan meningkatkan hasil karya warga belajar dengan bimbingan para akhli dalam keterampilan dan kerajinan. Mengadakan kunjungan rumah bila diperlukan serta memberikan motivasi terhadap warga belajar yang kurang berminat dalam mengikuti kegiatan, hal ini dilaksanakan tanpa pamrih dan tetap memelihara hubungan baik dengan semua pihak yang terkait demi suksesnya program Kejar Paket B ini. Kepada masyarakat yang telah menyadari pentingnya arti pendidikan, tutor berupaya memberikan petunjuk dan pengarahan-pengatahan melalui kesempatan yang tersedia dan pendekatan yang manusiawi. DAFTAR PUSTAKA Atmaja, S.B. (1995). Pengantar Metodologi Penelitian, Bandung : UPI Arikunto, S. (1986., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Bina Aksara. Arif, Z.(1984). Pendidikan Luar Sekolah di Dalam Sistem Pendidikan Nasional. Surabaya : Usaha Nasional. Undang-undang Dasar.( 1945 ). Bandung : Karya Remaja. Garis-garis Besar dan Haluan Negara.( 1993 ). Surakarta : P.T Pabelan. Depdikbud. (1985). Modul Kejar Paket B Setara SLTP. Jakarta : Proyek PembinaanTenaga Kependidikan. Faisal, S. (1981). Pendidikan Luar Sekolah di Dalam Sistem Pendidikan Nasional. Surabaya : Usaha Nasional. Sudjana, D.(1978). Pendidikan Non Formal (Wawasan Sejarah-Azas) Bandung : Karya Remaja Undang-undang RI No.20.(2003). Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung : Sinar Grafika. Poerwadarminta W.J.S. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud. Surachmad. W. (1990). Pengantar Penelitian. Bandung : Tarsito Undang-undang.( 1979 ). Peraturan Pemerintah Desa dan Kelurahan. Instruksi Mendagri dan Peraturan Daerah Tingkat I Jawa Barat, Bandung.

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tugas pemerintah dalam bidang pendidikan berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengenal tiga jalur pendidikan, yaitu jalur pendidikan

Lebih terperinci

Perilaku Kepemimpinan Transpormasional Kepala SMA di Kabupaten Karawang

Perilaku Kepemimpinan Transpormasional Kepala SMA di Kabupaten Karawang Perilaku Kepemimpinan Transpormasional Kepala SMA di Kabupaten Karawang Oleh : Sutarjo, Drs., M.Pd A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional merupakan salah satu tujuan negara, sebagaimana tertuang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan bagian dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bermuara pada peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia secara utuh. Dalam

Lebih terperinci

RENDANYA PARTISIPASI PEMUDA TERHADAP PROGRAM KEGIATAN PKBM DI DESA SIRNARAJA KECAMATAN CIPEUNDEUY KABUPATEN BANDUNG BARAT

RENDANYA PARTISIPASI PEMUDA TERHADAP PROGRAM KEGIATAN PKBM DI DESA SIRNARAJA KECAMATAN CIPEUNDEUY KABUPATEN BANDUNG BARAT RENDANYA PARTISIPASI PEMUDA TERHADAP PROGRAM KEGIATAN PKBM DI DESA SIRNARAJA KECAMATAN CIPEUNDEUY KABUPATEN BANDUNG BARAT ADI HIDAYAT Email: adihidayat411@yahoo.com Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern dewasa ini, maka banyak terjadi perubahan diberbagi aspek kehidupan. Demikian pula dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pendidikan menempati peran sangat strategi dalam pembangunan Nasional. Hal ini tercantum dalam Undang-undang Dasar 1945 yang mengamanatkan pemerintah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia

Lebih terperinci

PERAN PEMBINA PRAMUKA DALAM MENINGKATAKAN PARTISIPASI PENGGALANG DI LINGKUNGAN GUDEP KECAMATAN CIPEUNDEUY KABUPATEN BANDUNG BARAT

PERAN PEMBINA PRAMUKA DALAM MENINGKATAKAN PARTISIPASI PENGGALANG DI LINGKUNGAN GUDEP KECAMATAN CIPEUNDEUY KABUPATEN BANDUNG BARAT PERAN PEMBINA PRAMUKA DALAM MENINGKATAKAN PARTISIPASI PENGGALANG DI LINGKUNGAN GUDEP KECAMATAN CIPEUNDEUY KABUPATEN BANDUNG BARAT ENDANG HIDAYAT Email: endanghidayat315@yahoo.com Pendidikan Luar Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting di dalam peningkatan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting di dalam peningkatan kualitas sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting di dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, kemajuan suatu negara sangat erat hubungannya dengan tingkat pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanah dari Allah SWT, Setiap orang tua menginginkan anakanaknya

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanah dari Allah SWT, Setiap orang tua menginginkan anakanaknya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah dari Allah SWT, Setiap orang tua menginginkan anakanaknya cerdas, berwawasan luas dan bertingkah laku baik, berkata sopan dan kelak suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan. pembangunan nasional, karena pada hakekatnya pendidikan bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan. pembangunan nasional, karena pada hakekatnya pendidikan bukan hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional, karena pada hakekatnya pendidikan bukan hanya merupakan warisan budaya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional pada dewasa ini diarahkan pada taraf hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional pada dewasa ini diarahkan pada taraf hidup dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional pada dewasa ini diarahkan pada taraf hidup dan sumber daya manusia yang berkualitas dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sektor penting yang berperan aktif dalam meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia sekarang ini masih banyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi merupakan tempat atau unit analisa yang dijadikan sebagai tempat pelaksana penelitian atau tempat pengumpulan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkurang apalagi tuntas, hal ini dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. berkurang apalagi tuntas, hal ini dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan terhadap dunia pendidikan dari masa ke masa tidak pernah berkurang apalagi tuntas, hal ini dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia yang potensial dalam pembangunan nasional adalah melalui sektor pendidikan. Pendidikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang memiliki budi pekerti luhur,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang memiliki budi pekerti luhur, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berdasarkan pancasila bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang memiliki budi pekerti luhur, berperikemanusian,

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI MUATAN LOKAL DALAM UPAYA MEMBENTUK KARAKTER KEPRIBADIAN SISWA STUDI DI SMP TRI BHAKTI NAGREG

PERAN PENDIDIKAN BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI MUATAN LOKAL DALAM UPAYA MEMBENTUK KARAKTER KEPRIBADIAN SISWA STUDI DI SMP TRI BHAKTI NAGREG PERAN PENDIDIKAN BACA TULIS AL-QURAN SEBAGAI MUATAN LOKAL DALAM UPAYA MEMBENTUK KARAKTER KEPRIBADIAN SISWA STUDI DI SMP TRI BHAKTI NAGREG IRA YUMIRA EMAIL: http // i.yumira@yahoo.co.id STKIP SILIWANGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencetak peserta didik yang mempunyai intelektual yang tinggi, mempunyai. sesuai dengan norma agama dan norma masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. mencetak peserta didik yang mempunyai intelektual yang tinggi, mempunyai. sesuai dengan norma agama dan norma masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian manusia. Hal ini meliputi proses dalam mengenal jati dirinya, eksistensinya untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 5 WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 5 WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional negara kita adalah pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan nasional sebagai salah satu sistem dari supra sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan merupakan salah satu pilar utama

Lebih terperinci

Sri Teti Setiawati Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi Bandung

Sri Teti Setiawati Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi Bandung UPAYA PENIGKATAN KADER POSYANDU MELALUI PELATIHAN DALAM MEMBINA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI KELURAHAN DUNGUSCARIANG KECAMATAN ANDIR KOTA BANDUNG Sri Teti Setiawati sritetis@yahoo.co.id Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan formal untuk melayani kebutuhan pendidikan masyarakat dalam rangka meningkatkan pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih mengalami hambatan sehingga program-program yang diluncurkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. masih mengalami hambatan sehingga program-program yang diluncurkan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah buta aksara sebagai suatu masalah nasional sampai saat ini masih belum tuntas sepenuhnya. Berbagai usaha dalam upaya penanggulangannya masih mengalami

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 23 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI PESERTA DIDIK PADA PAKET C KELAS TIGA DI SKB KOTA GORONTALO

LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI PESERTA DIDIK PADA PAKET C KELAS TIGA DI SKB KOTA GORONTALO LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI PESERTA DIDIK PADA PAKET C KELAS TIGA DI SKB KOTA GORONTALO SITI YUNUS NIM. 121410009 1 HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Hipotesis pertama adalah adanya dugaan bahwa variabel peran. pendampingan tutor secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang

BAB 6 PEMBAHASAN. Hipotesis pertama adalah adanya dugaan bahwa variabel peran. pendampingan tutor secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang 89 BAB 6 PEMBAHASAN Hipotesis pertama adalah adanya dugaan bahwa variabel peran pendampingan tutor secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan motivasi belajar warga

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 30 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Program Kejar Paket B memiliki sasaran untuk memberikan pendidikan bagi siswa lulus SD dan sederajat yang tidak melanjutkan ke SLTP, serta siswa putus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing dengan negara-negara di dunia internasional. Kecenderungan tersebut yang kemudian mendorong bangsa Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan suatu metode yang sesuai dengan apa yang akan diselidiki maka akan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan suatu metode yang sesuai dengan apa yang akan diselidiki maka akan 80 BAB III METODE PENELITIAN Metodologi penelitian dalam suatu penelitian sangat penting, sebab dengan menggunakan metode yang tepat maka akan mendapatkan hasil yang tepat pula. Artinya apabila seseorang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.877, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Pendidikan Nonformal. Satuan. Pendirian. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang sangat kuat kedudukannya dimana sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang sangat kuat kedudukannya dimana sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam suatu Negara, sumber daya manusia merupakan salah satu komponen yang sangat kuat kedudukannya dimana sumber daya manusia tersebut merupakan aset terbesar

Lebih terperinci

Kinerja Tutor Pada Pembelajaran Program Paket B di Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo

Kinerja Tutor Pada Pembelajaran Program Paket B di Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo Kinerja Tutor Pada Pembelajaran Program Paket B di Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo Olin Raden Ibrahim Yakob Napu, Ummyssalam Duludu JURUSAN PLS UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Abstrak Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan peningkatan mutu manusia Indonesia melalui perbaikan mutu pendidikan untuk semua jalur pendidikan.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG LAYANAN PENDIDIKAN KABUPATEN BULUKUMBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Pembangunan khususnya pembangunan di bidang pendidik. an di Indonesia dari waktu ke waktu terus dikembangkan se

Pembangunan khususnya pembangunan di bidang pendidik. an di Indonesia dari waktu ke waktu terus dikembangkan se BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan khususnya pembangunan di bidang pendidik an di Indonesia dari waktu ke waktu terus dikembangkan se cara terpadu dan serasi dengan pembangunan bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat hadir di Indonesia di tengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat hadir di Indonesia di tengah-tengah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat hadir di Indonesia di tengah-tengah kondisi krisis sosial ekonomi nasional pada tahun 1998. Kehadiran PKBM sebenarnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. 1.1 Latar Belakang Organisasi Dharma Wanita Persatuan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. 1.1 Latar Belakang Organisasi Dharma Wanita Persatuan BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori 1. Organisasi Dharma Wanita Persatuan 1.1 Latar Belakang Organisasi Dharma Wanita Persatuan Sebagaimana telah digariskan dalam Garis-Garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Pendidikan Nasional adalah upaya mencerdasakan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berahlak mulia

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 27 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 27 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 27 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 27 TAHUN 2007 TENTANG WAJIB BELAJAR MADRASAH DINIYAH AWALIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional sangat berperan bagi pembangunan manusia karena dapat mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia, berkarakter produktif dan berdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Raden Aufa Mulqi, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Raden Aufa Mulqi, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan seseorang karena melalui pendidikan, seseorang dapat memiliki karir yang baik dan memiliki kemampuan. Dalam

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENYULUHAN ORANG TUA DALAM MEMOTIVASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI TPA AL HIDAYAH KELURAHAN UTAMA KECAMATAN CIMAHI SELATAN KOTA CIMAHI.

PENTINGNYA PENYULUHAN ORANG TUA DALAM MEMOTIVASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI TPA AL HIDAYAH KELURAHAN UTAMA KECAMATAN CIMAHI SELATAN KOTA CIMAHI. PENTINGNYA PENYULUHAN ORANG TUA DALAM MEMOTIVASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI TPA AL HIDAYAH KELURAHAN UTAMA KECAMATAN CIMAHI SELATAN KOTA CIMAHI. Marliah 8355 marliaheli@yahoo.com PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERANAN MODUL DALAM MENUNJANG KEBERHASILAN BELAJAR KEJAR PAKET B OLEH : SRI NINGSIH SULISTIAWATI

PERANAN MODUL DALAM MENUNJANG KEBERHASILAN BELAJAR KEJAR PAKET B OLEH : SRI NINGSIH SULISTIAWATI PERANAN MODUL DALAM MENUNJANG KEBERHASILAN BELAJAR KEJAR PAKET B OLEH : SRI NINGSIH SULISTIAWATI 1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang sangat pesat menimbulkan kesadaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya pendidikan tersebut, lebih lanjut diuraikan dalam Undang- Undang Pendidikan Nomor 20 tahun 2003, Pasal 5 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya pendidikan tersebut, lebih lanjut diuraikan dalam Undang- Undang Pendidikan Nomor 20 tahun 2003, Pasal 5 yang berbunyi: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas pendidikan berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam menunjang

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL - 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 15 TAHUN 2005 TENTANG MELEK HURUF DI KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 15 TAHUN 2005 TENTANG MELEK HURUF DI KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 15 TAHUN 2005 TENTANG MELEK HURUF DI KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang : a. bahwa tujuan pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang. kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang. kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan faktor pendukung yang memegang peranan penting di seluruh sektor kehidupan. Pembangunan

Lebih terperinci

UPAYA KADER PKK DALAM MENINGKATKAN GIZI KELUARGA MELALUI PENYULUHAN PENCAPAIAN KELUARGA SEHAT DAN SEJAHTERA DI POSYANDU

UPAYA KADER PKK DALAM MENINGKATKAN GIZI KELUARGA MELALUI PENYULUHAN PENCAPAIAN KELUARGA SEHAT DAN SEJAHTERA DI POSYANDU UPAYA KADER PKK DALAM MENINGKATKAN GIZI KELUARGA MELALUI PENYULUHAN PENCAPAIAN KELUARGA SEHAT DAN SEJAHTERA DI POSYANDU Neni Rumniati neni.rumniati@ymail.com Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Fakultas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa agar dalam penyelenggaraan pendidikan di

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 09 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 09 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PROGRAM WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DI PROVINSI MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 19

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 19 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 19 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENUNTASAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup Bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak setiap warga negara dalam memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup Bangsa Indonesia sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah membangun manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah membangun manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah membangun manusia Indonesia seutuhnya. Peningkatan kualitas manusia sebagai sumber daya, mutlak diperlukan untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN MELAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MELAWI, Menimbang

Lebih terperinci

Oleh: Nursyamsi. Program Studi PLS ABSTRAK

Oleh: Nursyamsi. Program Studi PLS ABSTRAK SOSIALISASI STAREGI BELAJAR MENGAJAR GURU PAMONG DALAM MENINGKATAN PRESTASI WARGA BELAJAR PAKET B DI PKBM SRIKANDI KELURAHAN PADASUKA KECAMATAN CIMAHI TENGAH Oleh: Nursyamsi Program Studi PLS ABSTRAK Masalah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 86 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian Setiap kegiatan yang bersifat ilmiah itu harus didasarkan pada sistem dan metode tertentu karena sistem dan metode tersebutlah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pendidikan saat ini sedang memasuki era yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pendidikan saat ini sedang memasuki era yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia pendidikan saat ini sedang memasuki era yang ditandai dengan gencarnya inovasi, sehingga menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan yang selaras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan mempertahankan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fajar Nugroho Muttaqin, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fajar Nugroho Muttaqin, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia yang hidup dalam lingkungan sosial budaya serta bertempat tinggal di suatu daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran dalam membentuk dan mengembangkan kualitas pribadi bangsa. Pendidikan dapat mencakup seluruh

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR DAN PROFESIONALISME GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI IPS EKONOMI KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 JATIROTO TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan. kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan. kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Pendidikan sebagai sarana strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan negara Indonesia adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan suatu metode yang sesuai dengan apa yang akan diselidiki maka akan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan suatu metode yang sesuai dengan apa yang akan diselidiki maka akan BAB III METODE PENELITIAN Metodologi penelitian dalam suatu penelitian sangat penting, sebab dengan menggunakan metode yang tepat maka akan mendapatkan hasil yang tepat pula. Artinya apabila seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dimanapun dan kapanpun didunia ini pasti akan mengalami proses pendidikan, di era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM PAKET C KEJURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM PAKET C KEJURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM PAKET C KEJURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang berusaha melaksanakan pembangunan nasional di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang berusaha melaksanakan pembangunan nasional di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia saat ini sedang berusaha melaksanakan pembangunan nasional di segala bidang, usaha ini tentu sangat dipengaruhi oleh manusia yang berkualitas, karenanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional pada hakekatnya merupakan pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pemerintah mengupayakan pembangunan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di bidang ketenagakerjaan, pihak-pihak yang terlibat didalamnya, yaitu pekerja, pengusaha dan

BAB I PENDAHULUAN. Di bidang ketenagakerjaan, pihak-pihak yang terlibat didalamnya, yaitu pekerja, pengusaha dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di bidang ketenagakerjaan, pihak-pihak yang terlibat didalamnya, yaitu pekerja, pengusaha dan pemerintah akan menimbulkan terselenggaranya hubungan industrial. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera globalisasi, memerlukan pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara dan penyiapan tenaga

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu

1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, melalui pendidikan akan terbentuk manusia yang cerdas, berahlak mulia dan melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya pendidikan merupakan hak dasar bagi setiap warga Negara Indonesia untuk dapat menikmatinya. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 369 TAHUN 1993 TENTANG MADRASAH TSANAWIYAH BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 369 TAHUN 1993 TENTANG MADRASAH TSANAWIYAH BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 369 TAHUN 1993 TENTANG MADRASAH TSANAWIYAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Madrasah Tsanawiyah selanjutnya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah saja tetapi merupakan tanggung jawab seluruh Bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah saja tetapi merupakan tanggung jawab seluruh Bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan merupakan perwujudan dan cita-cita luhur bangsa dan negara, yaitu menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, hasil-hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan mencapai anak dan pada tahun 2012 meningkat menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan mencapai anak dan pada tahun 2012 meningkat menjadi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena anak jalanan di Indonesia adalah isu yang memerlukan perhatian khusus semua elemen masyarakat. Jumlah anak jalanan di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.

Lebih terperinci

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA S A L I N A N BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI MALINAU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PROGRAM WAJIB BELAJAR 16 (ENAM BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALINAU,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah cara mengadakan penelitian dengan menunjukkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah cara mengadakan penelitian dengan menunjukkan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah cara mengadakan penelitian dengan menunjukkan jenis dan tipe penelitian yang diambil. (Arikunto. S, 2006: 79). Setiap penelitian

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PROGRAM KURSUS BAHASA ASING BERBASIS DESA/KELURAHAN KABUPATEN BANYUWANGI.

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PROGRAM KURSUS BAHASA ASING BERBASIS DESA/KELURAHAN KABUPATEN BANYUWANGI. 1. BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM KURSUS BAHASA ASING BERBASIS DESA/KELURAHAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kehidupan masyarakat adalah melalui pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan merupakan unsur yang paling vital dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Industri garmen merupakan salah satu bentuk usaha di bidang busana yang memproduksi pakaian jadi dalam jumlah yang banyak. Industri garmen di Indonesia terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting di seluruh aspek kehidupan manusia. Hal itu disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan kepribadian manusia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS Pada bab ini, peneliti akan memaparkan dan menjelaskan tentang teoriteori yang ditemukan dalam literatur untuk menjelaskan tentang permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. di PKBM Permata Kecamatan Paguat Kabupaten Pohuwato. Peneliti bertindak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. di PKBM Permata Kecamatan Paguat Kabupaten Pohuwato. Peneliti bertindak BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian a. Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian dalam memacu kreativitas tutor dalam pembelajaran paket B di PKBM Permata Kecamatan Paguat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI KARTANEGARA, Menimbang : a. bahwa dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun BAB I PENDUHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam menentukan masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun 2003 tentang sistem

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci