Pembangunan khususnya pembangunan di bidang pendidik. an di Indonesia dari waktu ke waktu terus dikembangkan se
|
|
- Yuliani Wibowo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan khususnya pembangunan di bidang pendidik an di Indonesia dari waktu ke waktu terus dikembangkan se cara terpadu dan serasi dengan pembangunan bidang lainnya baik bidang ekonomi, politik, sosial budaya, dan Hankam. Garis-Garis Besar Haluan Negara 1993 menjelaskan bahwa: Pendidikan nasional dikembangkan secara terpadu dan serasi baik antar berbagai jalur, jenis dan jenjang pendidikan maupun antar sektor pendidikan dan sektor pembangunan lainnya serta antar daerah. Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut, masalah yang dihadapi saat ini antara lain bagaimana menyelenggarakan pendidikan bagi semua orang, meningkatkan pendidikan penduduk setara sekolah lanjutan tingkat pertama dan mengarahkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pembangun an. Untuk itu penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indone sia Nomor 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 10 yaitu dilaksanakan melalui dua jalur yaitu jalur pendidik an sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pen didikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara ber-
2 jenjang dan bersinambungan. Sedangkan jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan bersinambungan. Adapun satuan-satuan pendidikan yang dimiliki pendi dikan luar sekolah yaitu kursus, kelompok belajar (yang untuk selanjutnya disebut Kejar), kelompok bermain, penitipan anak, padepokan pencak silat, panti/balai latihan, dan bengkel/teater. Penyelenggara pendidikan luar sekolah ini dapat terdiri atas pemerintah, badan, kelompok atau perorangan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan jenis pendidikan luar sekolah yang diselenggarakannya. Dengan demikian tanggung jawab pendidikan, khususnya pendidikan luar sekolah, berada pada pihak masyarakat dan pemerintah. Pendidikan luar sekolah sebagai subsistem pendidikan nasional memiliki tiga tujuan sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1991 yaitu: (1) melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya; (2) membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri bekerja mencari nafkah atau melan jutkan ke tingkat dan/atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi; dan (3) memenuhi kebutuhan belajar yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah. Dari tujuan di atas, tampak upaya pendidikan luar sesekolah untuk membelajarkan semua orang dalam setiap lapisan masyarakat. Di samping itu juga dimaksudkan untuk
3 memenuhi kebutuhan akan peningkatan belajar sebagaimana yang dilakukan pendidikan sekolah, seperti Program Kejar Paket A setingkat sekolah dasar, dan Program Kejar Paket B setingkat SLTP. Upaya dan tekad pemerintah untuk meningkatkan pendi dikan bagi penduduknya, yaitu dengan dicanangkannya Pro gram Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun oleh Presiden Soeharto pada tanggal 2 Mei Rintisan pelaksanaan program wajib belajar sembilan tahun telah dimulai tahun 1989 melalui perluasan kesempatan mengikuti pendi dikan sampai sekolah lanjutan tingkat pertama dalam jalur pendidikan sekolah dan pembukaan Program Kejar Paket B da lam jalur pendidikan luar sekolah. Sehubungan dengan wajib belajar pendidikan dasar sem bilan tahun Sutaryat (1993:23) mengemukakan: dilihat dari target populasinya saja yang perlu mendapat perhatian khusus akan meliputi; "'... anak yang melanjutkan ke SLTP pada tahun 1988/1989 adalah 68% sehingga yang tidak melanjutkan ke SLTP adalah 32%. Tetapi jika dilihat persentase keselu ruhan anak usia SLTP yang tertampung adalah 53,59% dan yang tidak tercatat sebagai siswa SLTP cukup besar yaitu 46,41%." Untuk mengatasi masalah anak yang tidak tertam pung atau memperoleh kesempatan memasuki SLTP dalam jalur pendidikan sekolah, maka pemerintah telah membuka Program Kejar Paket B melalui program belajar pendidikan luar se kolah yang setara dengan SLTP. Program ini dimaksudkan
4 untuk menunjang/mendukung pelaksanaan perintisan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Atau dengan perkataan lain program Kejar Paket B pada dasarnya merupa kan bagian tak terpisahkan dari Pendidikan Dasar 9 Tahun melalui jalur pendidikan luar sekolah. Dengan demikian sasaran utama dari program ini adalah lulusan Sekolah Dasar atau sederajat, lulusan Program Kejar Paket A dan anak putus Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Program Kejar khususnya Kejar Paket B sebagai salah satu bentuk satuan pendidikan luar sekolah dikelola/ diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat, seperti kursus Diklusemas, Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Lembaga Swadaya Masyarakat dan organisasi kemasyarakatan lainnya. Penyelenggaraan Program Kejar Paket B ini ditujukan bagi sekumpulan warga belajar untuk memperoleh pendidikan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) setara pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Program Kejar Paket B dalam proses pembelajarannya nenggunakan kurikulum setara Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, yang berarti jumlah mata pelajaran yang dipelajari warga belajar sama dengan jumlah mata pelajaran yang ada dalam kurikulum Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama tahun Kurikulum ini terdiri atas Pendidikan Dasar Umum yang meliputi mata pelajaran dengan modul dan juklak, dan Pendidikan Keterampilan (Pendidikan Mata Pencaharian).
5 Proses pembelajaran baik yang penyampaian bahannya dalam bentuk modul maupun juklak/tidak bermodul perlu dikelola secara baik, sehingga dapat berlangsung sebagaimana yang diharapkan. Untuk menjamin keberlangsungan proses pembelajaran tersebut menurut Sutaryat (1993:30) perlu dipersiapkan petunjuk penyusunan jadwal pertemuan secara teratur antara tutor dengan warga belajar, baik dalam pola belajar kelompok maupun belajar mandiri. Frekuensi perte muan menurut waktu yang sesuai, baik alokasinya yang cukup untuk mempelajari bahan belajar maupun kesesuaian waktu yang tersedia pada warga belajar. Dalam proses pembelajaran Program Kejar Paket B ti dak dapat terlepas dari peran tenaga pendidik atau tutor, walaupun proses pembelajarannya ditekankan pada belajar sendiri. Peran tutor sangat penting dalam menunjang pro ses pembelajaran Kejar Paket B. Oleh karena itu seorang tutor dituntut memiliki kemampuan atau kompetensi profesional yang memadai sehingga mampu mengelola proses pembe lajaran dengan baik. Kemampuan mengelola pembelajaran ini antara lain dapat dicerminkan melalui penyusunan program pembelajaran, pelaksanaan program dan evaluasi terhadap hasil pembelajaran. Di samping faktor tutor, warga belajar itu sendiri juga sangat mewarnai keberhasilan proses belajar membelajarkan, baik itu partisipasinya dalam proses belajar membelajarkan, interaksi dengan tutornya, maupun reaksi yang
6 muncul dari dirinya. B. Rumusan Masalah Dalam mempelajari mata pelajaran, baik yang menggunakan modul maupun juklak pada Program Kejar Paket B, dapat dilakukan dengan cara: 1) belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan sedikit dari tenaga kerja terdidik yang ada di sekitar warga bela jar; 2) saling belajar sesama warga belajar; dan 3) belajar berkelompok dengan bantuan tutor dan fasilitator. Ketiga cara penyelenggaraan pembelajaran tersebut di atas, akan dapat berlangsung dengan lancar bila ditunjang dengan pengelolaan pembelajaran yang baik dari seorang tutor/ fasilitator. Tutor sebagai pengelola pembelajaran secara garis besar memiliki tiga tugas pokok yang berkaitan dengan tahap-tahap pembelajaran yaitu: (1) perencanaan pembelajar an yang meliputi mendiagnosis kebutuhan belajar, menyusun tujuan; (2) pelaksanaan kegiatan belajar yang meliputi penggunaan metode, teknik, media, dan bahan pembelajaran; dan (3) tahap penilaian hasil dan proses pembelajaran. Atas dasar uraian tersebut di atas masalah umum yang perlu dikaji adalah sebagai berikut: "Bagaimana pengelo laan pembelajaran Program Kejar Paket B pada dua kelompok
7 belajar di Kotamadia Yogyakarta ditinjau dari perspektif pendidikan luar sekolah?" C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka dirumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Pengelolaan pembelajaran yang bagaimanakah yang dilaku kan tutor dalam kegiatan pembelajaran Program Kejar Pa ket B baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dan pe nilaian pembelajaran? 2. Bagaimanakah interaksi antara tutor dengan warga bel ajar dalam proses pembelajaran Program Kejar Paket B? 3. Upaya-upaya apakah yang dilakukan tutor dalam membantu memecahkan kesulitan belajar yang dihadapi warga bel ajar dalam proses pembelajaran Program Kejar Paket B? 4. Adakah perbedaan pengelolaan pembelajaran antara matapelajaran-mata pelajaran yang menggunakan modul dengan yang menggunakan juklak/tidak bermodul baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran? 5. Adakah perbedaan pengelolaan pembelajaran antara kelom pok belajar yang memiliki kualifikasi baik dan kurang baik, pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilai an pembelajarannya? 6. Faktor-faktor apakah yang mendukung dan menghambat efektivitas pengelolaan pembelajaran Kejar Paket B?
8 8 D. Definisi Operasional Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah diuraikan terdahulu, maka perlu dijelaskan secara operasional beberapa peristilahan yang digunakan dalam penelitian ini agar tidak menimbulkan pengertian yang salah. Peristilahan yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Pengelolaan pembelajaran Dalam penelitian ini, pengelolaan pembelajaran dibatasi pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan tutor yang meli puti kegiatan; mendiagnosis kebutuhan belajar, merumuskan tujuan, memilih dan menetapkan bahan, memilih dan menggunakan metode, alat peraga/media, dan menilai ha sil dan proses pembelajaran. 2. Interaksi Dalam penelitian ini, interaksi dibatasi pada proses komunikasi antara tutor dengan warga belajar dalam me lakukan kegiatan belajar membelajarkan guna mencapai tujuan belajar. Ditinjau dari segi kedudukan pihak yang berinteraksi maka interaksi tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu; a) interaksi yang sejajar, di mana orang pertama setingkat dengan kedudukan orang yang kedua, dan b) interaksi yang tidak sejajar, di mana kedudukan salah satu pihak lebih berkuasa dari pada pihak lain. Dalam penelitian ini dibatasi pada interak si yang tidak sejajar.
9 3. Tutor dan warga belajar Tutor adalah orang yang ditunjuk sebagai tenaga pembelajar/membantu proses belajar Program Kejar Paket B pa da dua kelompok belajar di Kotamadia Yogyakarta. Warga belajar adalah peserta didik yang sedang mengikuti Program Kejar Paket B pada dua kelompok belajar di Kotamadia Yogyakarta. 4. Modul Modul adalah suatu bahan belajar yang terdiri dari beberapa topik bahasan yang dicetak menjadi suatu buku. Modul ini merupakan bahan belajar utama/pokok yang per lu dipelajari warga belajar dalam mengikuti Program Ke jar Paket B. 5. Juklak Juklak (petunjuk pelaksanaan) yaitu petunjuk khusus bagi warga belajar dalam melakukan kegiatan belajar membelajarkan. 6. Program Kejar Paket B Program Kejar Paket B adalah suatu program belajar yang disetarakan dengan pendidikan SLTP dan dilakukan seba gai rintisan wajib belajar sembilan tahun dalam jalur pendidikan luar sekolah. 7. Memecahkan kesulitan belajar Memecahkan kesulitan belajar yang dimaksud dalam pene litian ini yaitu mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi warga belajar dalam mempelajari suatu ma-
10 10 ta pelajaran tertentu. Kesulitan-kesulitan tersebut me rupakan kesulitan yang sifatnya akademis. 8. Kelompok belajar kualifikasi baik dan kurang baik Suatu kelompok belajar dikatakan baik antara lain jika dilihat dari proses pembelajaran/kegiatan belajar membelajarkan yang dilakukannya tidak sering kosong, cu rahan waktu belajar yang digunakan lebih optimal. Dari segi tutor; yaitu telah memiliki pengalaman menjadi tenaga pendidik, telah mengikuti penataran menjadi tutor Paket B, aktif datang melakukan proses pembela jaran, memiliki kesediaan yang tulus untuk membantu warga belajar. Dari segi tempat belajar; memiliki tempat yang menetap untuk melakukan kegiatan belajar membelajarkan, berada pada lokasi kecamatan intensif dalam bidang Dikmas. Dari segi pengelola; memiliki perhatian yang lebih terhadap jalannya kegiatan belajar membelajarkan. Sedangkan kelompok belajar yang kurang baik ya itu kebalikan dari hal-hal yang telah diutarakan di atas. 9. Efektivitas pengelolaan pembelajaran Efektivitas pengelolaan pembelajaran yaitu kemampuan tutor dalam melakukuan diagnosis kebutuhan belajar, perumusan tujuan, pemilihan dan penetapan bahan, pemilihan dan penggunaan metode, alat peraga/media, dan peni laian hasil dan proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang telah ditetapkan.
11 11 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai pengelolaan pembelajaran yang dilakukan tutor Program Kejar Paket B pada dua kelom pok belajar di Kotamadia Yogyakarta, guna penyelenggaraan proses pembelajaran yang efektif. Secara khusus penelitian ini bertujuan: 1. Mendeskripsikan dan menganalisis tentang pengelolaan pembelajaran yang dilakukan tutor pada Program Kejar Paket B, baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. 2. Menganalisis bentuk interaksi yang dilakukan tutor dengan warga belajar pada proses pembelajaran Program Kejar Paket B. 3. Menemukan bentuk upaya yang dilakukan tutor dalam mem bantu memecahkan kesulitan belajar yang dihadapi warga belajar dalam proses pembelajaran Program Kejar Pa ket B. 4. Menganalisis perbedaan pengelolaan pembelajaran yang dilakukan tutor antara mata pelajaran-mata pelajaran yang menggunakan modul dengan yang menggunakan juklak/ tidak bermodul. 5. Menganalisis perbedaan pengelolaan pembelajaran yang dilakukan tutor antara kelompok belajar yang memiliki kualifikasi baik dan kurang baik.
12 6. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung dan meng hambat efektivitas pengelolaan pembelajaran Program Ke jar Paket B. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dari segi teoritis Penelitian ini berusaha mengkaji secara mendalam kegiatan pengelolaan pembelajaran Program Kejar Pa ket B. Oleh karena itu temuan dari penelitian ini se cara teoritis dapat dijadikan masukan dan kajian lebih Ianjut bagi pengembangan proses pembelajaran dalam rangka penyelenggaraan Program Kejar Paket B di Indone sia. 2. Dari segi praktis Manfaat praktis dari penelitian ini antara lain: a. Dapat dijadikan masukan bagi Pemerintah Kotamadia Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya Seksi Dikmas untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penye lenggaraan pembelajaran Program Kejar Paket B. b. Dapat dijadikan sebagai acuan/referensi bagi para tutor, fasilitator atau pengelola pembelajaran dalam melakukan tugas-tugasnya.
13 & S"SxW: &. : :.
Dalam bab ini disajikan uraian tentang hal-hal yang. sis dan sumber data penelitian, metode dan teknik pengum
BAB III PROSEDUR PENELITIAN Dalam bab ini disajikan uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian, yaitu unit anali sis dan sumber data penelitian, metode dan teknik pengum pulan
Lebih terperincihasil penelitian. Bagian kesimpulan mengemukakan tentang pengelolaan pembelajaran pada tahap perencanaan, pelaksa
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bab ini dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian. Bagian kesimpulan mengemukakan tentang pengelolaan pembelajaran pada tahap perencanaan, pelaksa naan,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1991 TENTANG PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH. Presiden Republik Indonesia,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1991 TENTANG PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH Presiden Republik Indonesia, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 10 ayat (5) Undang-undang Nomor
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1991 TENTANG PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1991 TENTANG PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 10 ayat (5) Undang-undang Nomor
Lebih terperinciPP 73/1991, PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 73 TAHUN 1991 (73/1991)
PP 73/1991, PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 73 TAHUN 1991 (73/1991) Tanggal: 31 DESEMBER 1991 (JAKARTA) Sumber: LN 1991/95; TLN NO.
Lebih terperincipada dasarnya merupakan jawaban terhadap pertanyaan-per
BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN ULASAN KETERBATASAN PENELITIAN" Bab V ini adalah sebagai bab terakhir, menyajikan beberapa kesimpulan hasil penelitian. Kesimpulan tersebut pada dasarnya merupakan jawaban
Lebih terperincitadi, akan diberikan beberapa kesimpulan tentang faktorfaktor 1. Secara umum penyuluhan industri kecil bagi petani gula
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan tadi, akan diberikan beberapa kesimpulan tentang faktorfaktor yang mempengaruhi petani dalam pengolahan
Lebih terperinciPasal 0 PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR Instruksi Presiden (INPRES) Nomor 1 Tahun 1994 Tanggal 15 April 1994 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
1 1994 PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR Pasal 0 PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR Instruksi Presiden (INPRES) Nomor 1 Tahun 1994 Tanggal 15 April 1994 Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencetak peserta didik yang mempunyai intelektual yang tinggi, mempunyai. sesuai dengan norma agama dan norma masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian manusia. Hal ini meliputi proses dalam mengenal jati dirinya, eksistensinya untuk
Lebih terperincibelajar yaitu dengan sistem belajar modul
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Mahasiswa Universitas Terbuka Sejak berdirinya Universitas Terbuka sebagai lembaga pendidikan tinggi negeri yang -ke-45 di Indonesia, dalam perjalanannya
Lebih terperinciGrafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)
Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 memperlihatkan angka transisi atau angka melanjutkan ke SMP/sederajat dan ke SMA/sederajat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Sebagaimana angka
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Mutu merupakan permasalahan yang kompleks dan multidimensional,
BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutu merupakan permasalahan yang kompleks dan multidimensional, seluruh dimensi pendidikan yang satu dengan lainnya saling terkait. Persoalan sistem pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sektor penting yang berperan aktif dalam meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia sekarang ini masih banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kehidupan masyarakat adalah melalui pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan merupakan unsur yang paling vital dalam
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa agar dalam penyelenggaraan pendidikan di
Lebih terperinciRI mengeluarkan Surat Keputusan No. 0124/U/1979 tentang Jenjang Program Pendidikan Tinggi dan Program Akta Mengajar da
BAB I PENDAHULUA N A. PERMASALAHAN 1. Latar belakang permasalahan Tanggal 8 Juni 1979 Menteri ^endidikan dan Kebudayaan- RI mengeluarkan Surat Keputusan No. 0124/U/1979 tentang Jenjang Program Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan bagian dari pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bermuara pada peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia secara utuh. Dalam
Lebih terperinciFAKULTAS PASCA SARJANA KPK I P B - UNWAS 1985
* I STRUKTUR PENGUASAAN TANAH DAN PENOAPATAN RUMAHTANGGA PETANI GENERASI KETURUNAN TRANSMIGRASI Dl KECAMATAN WONOMULYO KABUPATEN DAERAH TINGKAT II POLEWALI MAMASA t SYAHRUL SAHARUDDIN 8352033 FAKULTAS
Lebih terperinciFAKULTAS PASCA SARJANA KPK I P B - UNWAS 1985
* I STRUKTUR PENGUASAAN TANAH DAN PENOAPATAN RUMAHTANGGA PETANI GENERASI KETURUNAN TRANSMIGRASI Dl KECAMATAN WONOMULYO KABUPATEN DAERAH TINGKAT II POLEWALI MAMASA t SYAHRUL SAHARUDDIN 8352033 FAKULTAS
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG
1 GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 20172016 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS, SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, SEKOLAH MENENGAH ATAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Program Kejar Paket B setara SLTP mulai dirintis sejak tahun 1989,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program Kejar Paket B setara SLTP mulai dirintis sejak tahun 1989, dan dilaksanakan secara nasional sejak tahun 1994, dari periode ini dapat dilihat proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan. kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Pendidikan sebagai sarana strategis
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 23 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG
BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SATUAN PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 6, 1989 (PEMBANGUNGAN. PENDIDIKAN. Kebudayaan. Prasarana. Warga Negara. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM PAKET C KEJURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM PAKET C KEJURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinci(2).Memperbanyak instrumen penelitian berbentuk skala pe
BAB PROSEDUR III PENELITIAN Pelaksanaan penelitian lapangan didahului oleh be berapa persiapan administratif dan persiapan teknis seba gai berikut. (l).meminta izin penelitian kepada Kepala Kanwil Depdikbud
Lebih terperinciBUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT
BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang:
Lebih terperinciSISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
Lebih terperincijurusan yaitu : (IAIN "Sunan Ampel", 1984/1985,
BAB I A. Latar Belakang Masalah PBNDAHULUAN Fakultas Tarbiyah IAIN "Sunan Ampel"1 Malang merupakan cabang dari IAIN "Sunan Ampel" Surabaya. Fakultas Tarbiyah IAIN "Sunan Ampel" Malang ini menjadi induk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengelolaan program dalam layanan pendidikan bisa terselenggara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelolaan program dalam layanan pendidikan bisa terselenggara berkat adanya tenaga kependidikan dan tenaga pendidik untuk itu dituntut profesionalisme dari para
Lebih terperinciAceh, Kabupaten Aceh Besar, dan Kabupaten Pidie telah. Kerja Guru tersebut telah dilaksanakan secara efek
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Hasil-hasil penelitian sebagaimana yang telah diuraikan pada Bab IV di muka menunjukkan bahwa, Program Pemantapan Kerja Guru di Kotamadya Banda Aceh, Kabupaten
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional sangat berperan bagi pembangunan manusia karena dapat mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia, berkarakter produktif dan berdaya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS. Program Paket C dinyatakan bahwa: Kegiatan tutorial mencakup 3 hal yaitu
BAB II KAJIAN TEORETIS 1.1 Konsep Standar Proses Pendidikan Kesetaraan Dalam Permendiknas No 3 Tahun 2008 Tanggal 15 Januari 2008 Standar Proses Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, Program Paket B,
Lebih terperincibangan filsafat, pandangan hidup, dan situasi suatu bangsa. Oleh karena itu, sejak Proklamasi Kemerdekaan, Kurikulum
BAR V RANGKUMAN., KESIMPULAN, DAN SARAN A. RANGKUMAN Perkembangan kurikulum tidak dapat lepas dari perkem bangan filsafat, pandangan hidup, dan situasi suatu bangsa. Oleh karena itu, sejak Proklamasi Kemerdekaan,
Lebih terperinciPada bab terakhir ini diuraikan berkenaan dengan kesimpulan, dan. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis dan pembahasannya,
BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN Pada bab terakhir ini diuraikan berkenaan dengan kesimpulan, dan rekomendasi hasil penelitian, baik teorits maupun praktis. A. Kesimpulan Berdasarkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Tugas pemerintah dalam bidang pendidikan berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengenal tiga jalur pendidikan, yaitu jalur pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan titik berat pembangunan dalam memasuki era global. Era globalisasi dan pasar bebas tingkat AFTA dan AFLA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sumber Daya Manusia (SDM) seluruh kemampuan atau potensi penduduk yang berada di dalam suatu wilayah tertentu dengan semua karakteristik atau ciri demografis,
Lebih terperincilah dilaksanakan cukup baik. Akan tetapi sub aspek
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Carl haeil analisis data lapangan, dan diskusi tentang hasil penelitian serta membandingkannya dengan landasan konseptual ataupun teori-teori yang relevan
Lebih terperinciBaB I PMDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini diuraikan dasar-dasar
BaB I PMDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini diuraikan dasar-dasar pemikiran yang dijadikan landasan pokok dalam penulisan tesis yang berjudul "Perilaku Mengajar Guru Agama Lu - lusan Program S1 Fakultas
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN PRASEKOLAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN PRASEKOLAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 12 Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Lebih terperinciPendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
:: Sistem Pendidikan Nasional Pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat (3), yang menjelaskan bahwa pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisi ini masih banyak masyarakat Indonesia yang tingkat pendidikannya masih di bawah standarisasi yang di tentukan pemerintah. Banyak alasan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan peningkatan mutu manusia Indonesia melalui perbaikan mutu pendidikan untuk semua jalur pendidikan.
Lebih terperinciBAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR
BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR 5.1. Matriks Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, dan Pendanaan Indikatif Berdasarkan
Lebih terperinciBUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 5 WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkurang apalagi tuntas, hal ini dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan terhadap dunia pendidikan dari masa ke masa tidak pernah berkurang apalagi tuntas, hal ini dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang.
Lebih terperincipala BAKN No. 5/SE/1976, S.K MENPAN No. 59/1987 jo. 13A988
BAB V P E N U T U P A. Kesimpulan Berdasarkan pengkajian terhadap data lapangan hasil dari kegiatan-kegiatan pengamatan ( observasi ), penja jagan ( survai ), wawancara ( interview ) dan dokumentatif serta
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN JURNAL HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI PESERTA DIDIK PADA PAKET C KELAS TIGA DI SKB KOTA GORONTALO
LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI PESERTA DIDIK PADA PAKET C KELAS TIGA DI SKB KOTA GORONTALO SITI YUNUS NIM. 121410009 1 HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN PRASEKOLAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN PRASEKOLAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 12 Undang-undang Nomor 2
Lebih terperincidan pengambil kebijakan akan dapat menentukan langkah
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kesimpulan berikut ini didasarkan atas hasil penelitian, pembahasan, serta kajian kepustakaan yang relevan dan temuan selama penelitian berlangsung. Secara
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN PENYULUHAN PERIKANAN
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN PENYULUHAN PERIKANAN I. UMUM Bangsa Indonesia dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA BARAT, PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 2017 TENTANG
GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS/ SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR
Lebih terperinciPERTEMUAN 3 KEBIJAKAN PEMERINTAH DI BIDANG PENILAIAN
PERTEMUAN 3 KEBIJAKAN PEMERINTAH DI BIDANG PENILAIAN Mata Kuliah : Asessmen pembelajaran 2008 1 Penilaian yang baik adalah penilaian yang mampu: mendorong mahasiswa belajar lebih baik mendorong dosen mengajar
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN
KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129a/U/2004 TENTANG BIDANG PENDIDIKAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciWALIKOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
WALIKOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5564 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 174) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang
Lebih terperincidiartikan bahwa perguruan tinggi swasta
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar belakang masalah Pendidikan tinggi swasta merupakan salah satu sub sistem pendidikan yang raemegang peranan penting dalam pembangunan nasional, mengingat bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan jaminan pencapaian hak dalam masyarakat, sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi peningkatan kualitas kehidupan dan
Lebih terperinciyang masuk ke Indonesia tanpa melalui perguruan tinggi
BAB I PERMASALAHAN A. Latar Belakang Permasalahan ini adalah sampai sejauh manakah Kuri kulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung relevan dengan Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II Ban
Lebih terperinciMereka sama-sama memandang bahwa semakin tinggi latar belakang
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Sebagai kesimpulan dari penelitian tentang spektrum petugas bimbingan di SMA ini adalah sebagai berikut. 1. Terdapat perbedaan pandangan di antara para pakar
Lebih terperinciUSULAN PROGRAM PENERAPAN IPTEKS PENYULUHAN KADER PEMBINA OLAHRAGA MASYARAKAT DI WILAYAH MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG. Oleh:
USULAN PROGRAM PENERAPAN IPTEKS PENYULUHAN KADER PEMBINA OLAHRAGA MASYARAKAT DI WILAYAH MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG Oleh: JURUSAN FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Lebih terperinciPopulasi dalam penelitian ini adalah hasil belajar. demokrasi, persepsi siswa tentang sikap orang tua dalam
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam bidang studi Pendidikan Moral Pancasila aspek demokrasi, persepsi siswa tentang sikap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang memiliki budi pekerti luhur,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berdasarkan pancasila bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang memiliki budi pekerti luhur, berperikemanusian,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA
PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG LAYANAN PENDIDIKAN KABUPATEN BULUKUMBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menyelenggarakan pembangunan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sektor pembangunan yang cukup penting dalam menciptakan sumber daya manusia. Sementara sumber daya manusia merupakan syarat mutlak yang
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN
Nama SKPD : Dinas Dikbudpora Tahun : 2016 PENDIDIKAN A. Pendidikan Umum * Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 1. Jumlah Sekolah * 249 Sekolah Ada Disdikbudpora 1). Taman Kanak-Kanak (TK)
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, Menimbang : a. bahwa pendidikan harus mampu menjawab
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 29 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 15 Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPP 27/1994, PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Copyright 2000 BPHN PP 27/1994, PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA *33818 Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 27 TAHUN 1994 (27/1994)
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 15 Undang-undang Nomor 2 Tahun
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat akan membawa dampak kemajuan dibidang kehidupan. Agar
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciWALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG
SALINAN WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:
Lebih terperinciBUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK PADA SATUAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan formal untuk melayani kebutuhan pendidikan masyarakat dalam rangka meningkatkan pengetahuan,
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,
Lebih terperincipraktek Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Nege
BAB III RANCANGAN PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Relevansi antara mata kuliah di dalam Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung dengan ma ta
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Syarif Hidayat, 2009 Pengembangan Model Pembelajaran BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian akhir disertasi ini akan diuraikan secara berturut-turut tentang kesimpulan dan rekomendasi. A. Kesimpulan
Lebih terperinciPemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia. Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
1. BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PROGRAM GERAKAN MASYARAKAT PEMBERANTASAN TRIBUTA DAN PENGANGKATAN MURID PUTUS SEKOLAH KABUPATEN BANYUWANGI Menimbang
Lebih terperinciUNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang undang ini yang dimaksud dengan: 1. Pendidikan adalah usaha sadar untuk
Lebih terperinci3. Pada diri anak didik belum tertanam nilai-nilai
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN A. Kesimpulan Dari uraian-uraian dan analisis data di atas, pe nelitian ini menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pengetahuan tentang Pancasila yang diberikan mela
Lebih terperinciUU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA)
UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA) Tentang: KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PRESIDEN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Pendidikan adalah usaha sadar untuk
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN
Lebih terperinci2015 IMPLEMENTASI SISTEM D UAL MOD E UNIVERSITAS TERBUKA
BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, dan definisi operasional. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia diselenggarakan
Lebih terperinciPERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI
PERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI Disampaikan pada Kegiatan Workshop Saka Widya Budaya Bakti Di Pekanbaru Riau tgl 9 April 2015 DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN
Lebih terperinci