Banking Weekly Hotlist (13 April 17 April 2015)
|
|
- Indra Jayadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Senin, 13 April 2015 Banking Weekly Hotlist (13 April 17 April 2015) Bank Cenderung Tempatkan Dana di Instrumen Jangka Pendek Perbankan masih menempatkan kelebihan likuditasnya pada instrumen jangka pendek. Menurut bankir dan ekonom, tren ini disebabkan kondisi likuditas yang masih ketat sehingga perbankan akan lebih mudah menarik dana pada instrumen jangka pendek. Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia, penemnpatan dana industri perbankan pada instrumen Bank Indonesia pada Januari 2015 meningkat 26,14% menjadi Rp 598,78 triliun dibandingkan dengan posisi Januari 2014 sebesar Rp 474,69 triliun. Penempatan dana perbankan pada instrumen fasilitas simpanan Bank Indonesia (Fasbi) meningkat paling tinggi, yaitu 66,9% menjadi Rp 128,87 triliun dibandingkan dengan Rp 77,21 triliun pada Januari (Sumber: Indonesia Finance Today, 13 April 2015, 4) Perbankan Syariah akan Sasar Indonesia Bagian Timur Perbankan syariah diperkirakan akan menyasar Indonesia bagian timur dalam dua hingga empat tahun mendatang seiring dengan semakin ketatnya persaingan pembiayaan dengan bank konvensional di wilayah Indonesia bagian barat. Menurut pengamat perbankan syariah, segmen pembiayaan mikro di Indonesia bagian timur, misalnya Papua, prospek margin pembiayaan dan prospek kredit properti juga tinggi. (Sumber: Indonesia Finance Today, 13 April 2015, 10) Bank Asing Siap Patuhi Aturan Kalangan bank asing akan mematuhi regulasi yang mengharuskan kantor cabang bank asing (KCBA) untuk menjadi badan hukum Indonesia. Kendati demikian, model cabang dinilai lebih
2 efisien bagi bank asing ketimbang harus menjadi perusahaan lokal yang mana entitas dengan induk menjadi terpisah. Sebagaimana diketahui, dalam draft rancangan undang-undang (RUU) perbankan yang tengah dibahas di parlemen, KCBA yang berkedudukan di Indonesia harus berbadan hukum perseroan terbatas. Menurut OJK, KCBA dengan berbadan hukum Indonesia, modal dari induk akan masuk ke dalam negeri karena saat ini modal bank asing hanya bersifat administratif. Adapun modal bank asing secara riil berada di kantor pusatnya. Berdasarkan data statistik OJK per Januari 2015 sepuluh KCBA mencatat perolehan laba sebesar Rp 1,33 triliun atau tumbuh 84,86% dari posisi Januari 2014 sebesar Rp 720 miliar. Pertumbuhan ini jauh melampaui pertumbuhan rata-rata industri yang hanya mencapai 12,41%. (Sumber: Bisnis Indonesia, 13 April 2015, 23) Perbarindo Desak Relaksasi Aturan Kalangan pelaku industri bank perkreditan rakyat (BPR) meminta OJK untuk merelaksasi penerapan manajemen risiko. Menurut Ketua Umum ipro BPR bahwa lebih dari 200 BPR belum memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan kepengurusan. Dengan adanya rencana POJK Tata Kelola BPR hampir dipastikan banyak jabatan direksi dan komisaris yang kosong. Terlebih adanya RPOJK tentang Penerapan Risiko bagi BPR, dapat dipastikan mayoritas BPR belum mampu mengimplementasikannya, baik dari segi kesiapan jumlah dan kualitas SDM maupun aspek pembiayaan terkait biaya tengaa kerja. Dalam RPOJK mengenai Penerapan Manajemen Risiko bagi BPR disebutkan BPR dengan modal inti lebih dari Rp 50 miliar atau lebih, kurang dari Rp 50 miliar, dan dengan modal inti Rp 50 miliar atau lebih tetapi tidak memiliki ukuran dan kompleksitas usaha yang tinggi wajib menerapkan manajemen untuk 4 jenis risiko, yakni risiko kredit, risiko likuiditas, risiko opersional, dan risiko kepatuhan. Sedangkan BPR dengan modal inti kurang dari Rp 50 miliar, namun memiliki ukuran dan kompleksitas usaha yang tinggi wajib menerapkan manajemen risiko untuk 6 jenis risiko, yakni 4 risiko ditambah dengan risiko strategik atau risiko akibat ketidaktepatan BPR dalam mengambil keputusan strategis serta risiko reputasi. Selain itu, kalangan BPR juga meminta pihak otoritas untuk membentuk peraturan yang berpihak kepada BPR. Karena industri perbankan membutuhkan suntikan modal untuk memperbesar bisnisnya. Namun, beberapa pemilik BPR meminta pembagian dividen yang cukup besar. (Sumber: Bisnis Indonesia, 13 April 2015, 23)
3 Selasa, 14 April 2015 OJK Andalkan Agen Laku Pandai OJK akan mengandalkan jaringan agen layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif atau laku pandai untuk meningkatkan indeks literasi keuangan. Fungsi agen laku pandai untuk melakukan edukasi bersifat melekat. Paslnya, dalam menjalankan laku pandai, agen akan juga menjelaskan kepada nasabah terkait produk keuangan yang akan mereka tawarkan. Oleh karen itu, OJK mengharuskan bank untuk memberikan pelatihan dasar terkait dengan edukasi keuangan kepada agen. Total agen yang akan yang akan digunakan oleh 17 bank berjumlah agen dan diyakini bisa menjangkau 75% wilayah Nusantara. (Sumber: Bisnis Indonesia, 14 April 2015, 23) Bank masih Waspadai Sektor Tambang Sektor pertambangan masih menjadi sektor yang diwaspadai bank-bank dalam menyalurkan kredit pada tahun ini. Berdasarkan hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, kegiatan usaha pada triwulan I/2015 tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) sebesar 4,83% atau lebih rendah dari SBT triwulan IV/2014 yang sebesar 11,03%. Perlambatan ini terjadi terutama pada sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami penurunan SBT sebesar 1,12%. Selain mengalami penurunan SBT, sektor pertambangan dan penggalian mengalami penurunan kapasitas produksi dari 79,01% menjadi 69,68%. Angka tersebut berada di bawah sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan yang mengalami penurunan kapasitas produksi dari 81,76% menjadi 71,74%. Kendati mengalami penurunan SBT dan kapasitas produksi, diperkirakan pada sektor pertambangan dan penggalian akan terjadi peningkatan harga jula pada triwulan II/2015 (SBT 0,67%). (Sumber: Bisnis Indonesia, 14 April 2015, 24)
4 Bank Operasional II : Dana PNS Jadi Target Sejumlah bank yang ditunjuk sebagai Bank Operasional II memprediksi adanya peningkatan dana pihak ketiga dan lonjakan permintaan kredit melalui kerja sama ini. Adapun, Dirjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan RI bersama 20 bank umum yang ditunjuk sebagai Bank Operasional II menandatangani kerja sama dalam penyaluran gaji bulanan PNS pusat. Tujuan utama penandatanganan perjanjian ini adalah untuk menciptakan akuntabilitas dalam penyaluran belanja pegawai, serta untuk meningkatkan layanan pembayaran gaji PNS. Ratarata gaji PNS pusat di wilayah Jabar dan Bnaten diperkirakan sebesar Rp 5 juta. Dengan demikian, potensi penambahan DPK, khususnya dana murah, yang bisa digalang diperkirakan mencapai Rp 750 miliar. (Sumber: Bisnis Indonesia, 14 April 2015, 24) Rabu, 15 April 2015 Kriteria Systemically Important Bank Tidak Masuk UU JPSK Pemerintah tidak akan memasukkan kriteria systemically important bank (SIB) dalam Rancangan Undang-Undang Jaringan Pengaman Sistem Keuangan (JPSK). Kriteria SIB akan masuk dalam peraturan pelaksanaan karena undang-undang harus fleksibel. Pemerintah akan mengajukan RUU Pemerintah akan mengajukan RUU JPSK ke DPR sebelum 22 April OJK menyatakan secara substansi poin-poin RUU JPSK sudah selesai dibahas. RUU ini menjadi penting karena merupakan guidelines dan backup hukum dalam mengambil keputusan. Selain itu dalam RUU tersebut, terlihat jelas tugas masing-masing institusi. Lembaga yang terlibat dalam JPSK adalah Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, dan lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Untuk kriteria SIB dan metode resolusi bank, tidak akan dicantumkan dalam UU, tetapi hanya dalam peraturan pelaksana. Gubernur BI mengatakan, RUU JPSK ini menjadi prioritas sejak tiga tahun lalu. Selain UU JPSK, pemerintah juga kan mengajukan revisi UU BI dan revisi UU Perbankan. (Sumber: Indonesia Finance Today, 15 April 2015, 10)
5 Penyaluran Kredit Diestimasi Naik Kuartal II OJK mengestimasi penyaluran kredit perbankan akan meningkat pada kuartal II Menurut pejabat OJK dan survei yang dilakukan BI, kenaikan penyaluran kredit akan ditopang oleh kondisi ekonomi yang mulai membaik dan suku bunga yang relatif stabil. Kenaikan kredit pada kuartal II tercermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) dengan perkiraan kredit baru kuartal II tumbuh 92,8%, lebih tinggi dibandingkan dengan 13,7% pada kuartal sebelumnya. Otoritas juga masih melihat optimisme perbankan nasional dalam menyalurkan kredit tahun ini akan berada pada kisaran 16% hingga 17%. Menurut survei perbankan triwulanan BI, optimisme peningkatan kredit baru tersebut didorong oleh perkiraan responden terhadap membaiknya kondisi ekonomi ke depan dan suku bunga kredit yang relatif stabil. Prioritas utama perbankan dalam penyaluran kredit baru pada kuartal II 2015 adalah sektor perdagangan besar dan eceran serta sektor industri pengolahan dan sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi. Dari sisi orientasi penggunaan, responden masih lebih mengutamakan kredit impor daripada kredit ekspor. (Sumber: Indonesia Finance Today, 15 April 2015, 11) Penjualan Langsung Aset Bank Gagal Diusulkan Masuk RUU LPS mengusulkan agar opsi penjualan langsung aset bank gagal dimasukkan dalam draft RUU Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK). LPS menyatakan metode penanganan atau resolusi bank bermasalah harus diperbanyak, tidak sekedar penyelamatan secara langsung seperti dilakukan terhadap Bank Century pada Ketentuan penaganan aset perlu dimasukkan agar LPS memiliki payung hukum yang rinci ketika harus menangani bank gagal berdampak sistemik. LPS ingin supaya pada saat krisis nanti, di mana LPS harus menyelamtkan beberapa bank gagal, LPS memiliki dasar hukum dan opsi-opsi untuk melakukannya secara efektif, cepat, dan efisien, terutama cost efficiency-nya. Klau tidak, opsi penyelamatan tetap open bank assistance. Usulan LPS didasari pengalaman saat harus mengambil alih 90% saham Bank Century pada 2009 pescapenetapan bank tersebut sebagai bank gagal berdampak sistemik. Adapun dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) No 4/2008 tentang JPSK, penanganan bank gagal oleh LPS tidak dijabarkan secara terperinci. Di sisi lain, BI berharap amanat Presiden (Ampres) segera keluar sehingga RUU dapat diajukan pemerintah ke DPR sebelum reses masa sidang III pada 27 April. Dengan demikian, RUU dapat mulai dibahas ketika masuk masa sidang IV pada 18 Mei. (Sumber: Bisnis Indonesia, 15 April 2015, 4)
6 RPP Jaminan Pensiun : Iuran 8% Dinilai Berlebihan Rencana iuran jaminan pensiun sebesar 8% dinilai berlebihan dan membebani ekonomi. Menurut aktuaris sekaligus pimpinan Dayamandiri Dharmakonsilindo, negara bertanggung jawab penuh terhadap program jaminan pensiun sesuai undang-undang. Penumpukan iuran di BPJS Ketenagakerjaan dari Juli 2015 hingga manfaat kali pertama dibayarkan pada 2030 merupakan tindakan yang keliru. Padahal ada mekanisme lain yakni pay as you go (PAYG) yang dapat diterapkan sehingga tidak membebani dunia usaha. PAYG merupakan skema pendanaan jangka pendek. Perhitungan manfaat pensiun yang disiapkan hanya untuk yang jatuh tempo pada masa tertentu. Metode ini juga tidak bergantung pada asumsi jangka panjang seperti risiko pasar keuangan, inflasi, investasi, kebocoran hingga salah kelola. Adapun program jaminan pensiun yang disiapkan untuk BPJS ketenagakerjaan mendekati skema fully funded. Melalui skema ini, iuran yang dihimpun akan diinvestasikan sehingga cukup untuk membayar manfaat pensiun di masa mendatang. Saat ini beban program wajib yang harus ditanggung pengusaha telah menumpuk. Setidaknya sebuah perusahaan harus membayar iuran wajib 15,24% - 17,74% dari beban gaji setiap bulannya, sedangkan pekerja menanggung 3%. Beban ini akan semakin besar jika iuran jaminan pensiun diterapkan seketika 8% dengan komposisi 5% pengusaha dan 3% pekerja. Besaran jaminan pensiun di Indonesia termasuk yang terendah di dunia karena hanya program Jaminan Hari Tua yang diberlakukan. Namun iuran jaminan negara lain tinggi karena sistem jaminan sosialnya telah berlangsung lama. Sedangkan Indonesia, tidak ada pembayaran pensiun dalam 15 tahun ke depan sehingga tidak perlu langsung diterapkan iuran dalam jumlah besar. Kekhawatiran skema PAYG akibat berakhirnya bonus demografi dan meningkatnya angka harapan hidup, dapat ditanggulangi dengan menjaga rasio ketergantungan penduduk usia lanjut pada kisaran 20%. Rasio ini maka usia pensiun akan bergeser jadi 65 tahun pada tahun (Sumber: Bisnis Indonesia, 15 April 2015, 21) Pasar Keuangan Syariah : IIIB Segera Terbentuk 2016 Tahun depan, Indonesia akan menjadi tuan rumah pembentukan Islamic Investment Infrastructure Bank (IIIB) yang merupakan institusi berskala global dengan pendekatan berbasis syariah. Dengan entitas ini, pertumbuhan aset pasar keuangan syariah di Indonesia diprediksi akan meroket. BI menyatakan bahwa bank infrastruktur berbasis syariah tersebut merupakan entitas patungan antara Islamic Development Bank (IDB) dan Kementerian Keuangan. Pihak IDB
7 sempat menyatakan akan menyetorkan dana senilai US$ 1 miliar untuk lembaga tersebut. Sementara, Kementerian Keuangan masih mengkaji besaran dana yang bakal disuntik untuk entitas syariah tersebut. Nantinya, Islamic Investment Infrastructutre Bank (IIIB) ini akan berbentuk multinational bank karena bakal membiayai proyek-proyek infrastruktur di seluruh negara muslim di dunia. Entitas ini, akan menghimpun dana dari investor untuk membeli project sukuk yang diterbitkan pemerintah. Markasnya di Indonesia, tapi saham mayoritsnya akan dimiliki IDB. Pembentukan entitas berbasis syariah ini juga diprediksi akan mempercepat target regulator agar aset industri syariah di Tanah Air meningkat. Dalam jangka panjang, akan menggandeng OJK dan pemerintah, bank sentral menargetkan setidaknya mampu menjadikan 30% aset industri perbankan di Indonesia akan menggunakan prinsip syariah. Optimisme tersebut juga disumbang pembentukan International Working Group on Zakat Core Principles dan mega bank syariah. (Sumber: Bisnis Indonesia, 15 April 2015, 23) Insentif LDR Rilis Bulan Depan BI segera menerbitkan peraturan baru terkait perluasan cakupan definisi simpanan dan pemberian insentif berupa pelonggaran batas atas loan to deposit ratio (LDR) bulan depan. BI akan segera mengeluarkan kebijakan makroprudensial tersebut untuk mendukung pencapaian target pertumbuhan dana pihak ketiga dan kredit tahun ini, yakni 14% - 16% dan 15% - 17%. Dalam kebijakan makroprudensial tersebut definisi simpanan akan diperluas dengan memasukkan surat-surat berharga yang diterbitkan bank dalam perhitungan LDR dalam kebijakan Giro Wajib Minimum (GWM). LDR. Sedangkan pemberian insentif berupa pelonggaran batas atas LDR akan diberikan bagi bank yang telah memenuhi kewajiban penyaluran kredit ke sektor UMKM secara lebih awal. Untuk jenis surat-surat apa saja yang masuk dalam perluasan definisi simpanan dan berapa batas atas LDR setelah diberi insentif masih dikaji oleh BI. Peraturan baru ini juga sejalan dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 14/22/PBI/2012 tentang Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam Rangka Pengembangan UMKM yang mewajibkan 20% porsi penyaluran UMKM secara bertahap. (Sumber: Bisnis Indonesia, 15 April 2015, 24)
8 Kamis, 16 April 2015 LPS Rate Diproyeksikan Tak Berubah Kendati suku bunga deposito di industri perbankan nasional menunjukkan tren penurunan, LPS mengklaim belum akan mengubah tingkat bunga penjaminan, mengingat likuditas diproyeksi masih akan menghadapi tekanan. Perhitungan tingkat bunga penjaminan didasarkan pada ratrata suku bunga deposito perbankan. Suku bunga LPS juga mencerminkan besaran bunga deposito yang ditawarkan bank-bank di Indonesia. Hingga 14 Mei 2015, LPS Rate untuk simpanan rupiah 7,75% dan valas 1,5%, sedangkan untuk BPR 10,25%. Proyeksi tersebut juga didasarkan pada prediksi masih berlanjutnya pelemahan rupiah serta prospek kenaikan Fed Fund Rate. Selain itu, sinyal yang diberikan BI adalah bias ketat, sehingga masih wait and see. (Sumber: Bisnis Indonesia, 16 April 2015, 24) Jumat, 17 April 2015 Korea Selatan Minati Bisnis Perbankan di Indonesia Perusahaan jasa keuangan di Korea Selatan memiliki minat yang tinggi terhadap industri jasa keuangan Indonesia. Oleh sebab itu, otoritas jasa keuangan Korea Selatan, yakni Korea Financial Services Commission (Korea FSC) dan Korea Financial Supervisory Services (Korea FSS) tertarik menjalin kerja sama resiprokal dengan industri keuangan Indonesia. Kerja sama ini merupakan pengembangan kapasitas kelembagaan dan pertukaran informasi di bidang pengaturan dna pengawasan lembaga jasa keuangan. Kerja sama ini tidak hanya untuk perbankan, tetapi juga untuk semua lembaga keuangan, seperti asuransi dan multifinance. Perjanjian tersebut juga dimanfaatkan sebagai sarana edukasi keuangan untuk masyarakat Indonesia di Korea Selatan. (Sumber: Indonesia Finance Today, 17 April 2015, 7)
9 Penempatan Likuiditas Antarbank Meningkat Penyaluran dana antarbank mencatatkan pertumbuhan yang lebih agresif dibandingkan dengan dana kepada pihak ketiga seiring dengan terbatasnya serapan kredit. Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis OJK penyaluran kredit kepada bank lain tumbuh sebesar 22,97% dari posisi januari Sementara pertumbuhan kredit kepada pihak ketiga hanya 11,54% (yoy). Menurut pelaku perbankan hal ini terjadi karena bank-bank memiliki kelebihan likuiditas. Banyak dana yang tidak terserap ke kredit sehingga diletakkan di antarbank atau Fasbi. Kelebihan likuditas industri perbankan didorong oleh dana pertumbuhan DPK lebih tinggi dari fungsi intermediasi. Dalam Survei Perbankan Kuartal I/2015 yang dirilis Bank Indonesia, pertumbuhan tabungan diperkirakan semakin tinggi pada kuartal II/2015, tercermin dari nilai saldo bersih tertimbang (SBT) yang meningkat dari 92,2% menjadi 95,2%. Di sisi lain, pertumbuhan deposito diperkirakan melambat yang terindikasi dari nilai SBT menjadi 57,3%, lebih rendah dibandingkan 91,8% pada kuartal sebelumnya. Perkiraan suku bunga dana yang stabil dan membaiknya kondisi kecukupan modal responden menjadi faktor utama yang menahan laju pertumbuhan DPK pada kuartal II/2015. (Sumber: Bisnis Indonesia, 17 April 2015, 24) ***
Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015)
Senin, 20 April 2015 Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015) Perbankan Harus Waspadai Kenaikan NPL Sektor Pertambangan Perbankan harus mewaspadai risiko kenaikan kredit bermasalah/ NPL dari empat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan laba perbankan akan tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun 2014 yang pertumbuhannya hanya 5%. Secara
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017)
Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017) PENJAMINAN SIMPANAN Hingga Mei 2017, LPS Jamin 212,6 Juta Rekening Simpanan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merilis data mengenai pertumbuhan jumlah rekening
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016)
Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016) Senin, 04 Januari 2016 Laba Bank Sulit Berkembang OJK menyatakan laba industri perbankan nasional pada kuartal IV/2015 mengalami penurunan dibandingkan
Lebih terperinciSURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%
Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018)
KINERJA PERBANKAN Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018) Deposito Tumbuh Melambat, Bagaimana Likuiditas Bank? Pertumbuhan simpanan berjangka atau deposito tengah mengalami perlambatan. Bank Indonesia
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (23 Maret 27 Maret 2015)
Banking Weekly Hotlist (23 Maret 27 Maret 2015) Senin, 23 Maret 2015 ASEAN Finalisasi Kerangka Kerja Sama Perbankan Bank Negara Malaysia (BNM) mengumumkan bahwa para anggota ASEAN telah menuntaskan ASEAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/11/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL
Lebih terperinciSURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1%
SURVEI PERBANKAN Y jg brg dia TRIWULAN I-2015 PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat.
Lebih terperinciKINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007
KINERJA PERBANKAN (per ) R e f A. Sumber Dana Bank A.1. Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan sumber utama dana perbankan. Hingga total sumber dana bank umum mencapai Rp1.746,80 triliun atau naik 10,89% dibandingkan
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015)
Banking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015) Senin, 23 Februari 2015 Sistem Ditjen Pajak Belum Siap Terkait penerapan Peraturan Dirjen Pajak No, Per-01/PJ/2015 mengenai kewajiban bank untuk melaporkan
Lebih terperinciSURVEI PERBANKAN * perkiraan
SURVEI PERBANKAN TRIWULAN IV-217 PERTUMBUHAN KREDIT TAHUN 218 DIPERKIRAKAN MENINGKAT Hasil Survei Perbankan mengindikasikan pertumbuhan kredit baru pada triwulan IV- 217 secara triwulanan (qtq) meningkat.
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (06 April 10 April 2015)
Banking Weekly Hotlist (06 April 10 April 2015) Senin, 06 April 2015 Hedging Syariah mampu Dorong Eksposur Dolar AS di Bank Syariah Fatwa dan peraturan ini bisa diterapkan oleh unit usaha syariah (UUS)
Lebih terperinci2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Giro Wajib Minimum. Rupiah. Valuta Asing. Bank Umum. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 152). PENJELASAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (2 April 6 April 2018)
KEBIJAKAN MONETER Banking Weekly Hotlist (2 April 6 April 2018) Belum Ada Ruang Penurunan Bank Indonesia menyatakan suku bunga acuan yang kini berada pada level 4,25% sudah mengalami cukup penurunan, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu negara, peranan bank sangatlah penting. Pembangunan ekonomi di suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai penggerak pembangunan dan menjaga stabilitas perekonomian suatu negara, peranan bank sangatlah penting. Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung
Lebih terperinci1. Tinjauan Umum
1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap
Lebih terperinciPolicy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016
Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
Lebih terperinciDr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI
Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI Seminar Nasional dan Expo UMKM Perbarindo. "Modernisasi BPR Dalam Upaya Mendorong Pertumbuhan & Kemudahan Akses Bagi UMKM Dalam Menghadapi Persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1997, ketika itu nilai tukar rupiah merosot tajam, harga-harga meningkat tajam yang mengakibatkan inflasi yang tinggi,
Lebih terperinciPOIN ISI SURAT EDARAAN USULAN PERBARINDO. Matriks Rancangan Surat Edaran OJK Tentang Rencana Bisnis BPR dan BPRS
Final Matriks Rancangan Surat Edaran OJK Tentang Rencana Bisnis BPR dan BPRS POIN ISI SURAT EDARAAN USULAN PERBARINDO I. KETENTUAN UMUM 1 Dalam rangka mencapai tujuan usaha yang berpedoman kepada visi
Lebih terperinciKONDISI TRIWULAN I I II III IV I II III IV I
SURVEI PERBANKAN Triwulan I-007 Target pemberian kredit baru pada triwulan II-007 dan tahun 007 diperkirakan masih akan meningkat Hanya 4,0% responden yang menyatakan realisasi kredit baru dalam triwulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya
Lebih terperinciRANCANGAN POJK PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM
RANCANGAN POJK PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM Batang Tubuh PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2017 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM
Lebih terperinci-2- sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu diperlukan penyempurnaan mekanisme tindak lanjut penanganan permasalahan Ban
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN OJK. Bank Umum. Pengawasan. Tindak Lanjut. Penetapan Status. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 65) PENJELASAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (02 Maret 06 Maret 2015)
Banking Weekly Hotlist (02 Maret 06 Maret 2015) Senin, 02 Maret 2015 Protokol Krisis Harus Segera Diperbaiki Ketua Umum Perbanas mengungkapkan kinerja industri perbankan sepanjang lima tahun terakhir sudah
Lebih terperinciANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III
ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi dalam sebuah negara. Bank memegang peranan penting dalam menyeimbangkan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk kepentingan negara
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Dictionary of Banking and financial service by Jerry Rosenberg dalam Taswan (2010) menyatakan bahwa yang dimaksud bank adalah lembaga yang menerima simpanan
Lebih terperinciTANTANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN Oleh: Djoko Retnadi, Ekonom Senior, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta
1 TANTANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN 2007 1 Oleh: Djoko Retnadi, Ekonom Senior, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta Kinerja perbankan nasional sampai dengan tahun 2006 dianggap belum memuaskan karena
Lebih terperinci2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Nega
No.152, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Giro Wajib Minimum. Rupiah. Valuta Asing. Bank Umum. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5712).
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciSURVEI KREDIT PERBANKAN
SURVEI KREDIT PERBANKAN Triwulan IV-5 Permintaan dan persetujuan kredit baru pada triwulan IV-5 menurun tajam, namun pada triwulan I-6 diperkirakan membaik Suku bunga dana dan kredit pada triwulan IV-5
Lebih terperinciSURVEI KREDIT PERBANKAN
SURVEI KREDIT PERBANKAN Triwulan II-26 Permintaan dan persetujuan kredit baru pada triwulan II-26 meningkat dibandingkan triwulan I-26 dan diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan III-26 Sebagian
Lebih terperinci2017, No Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (L
No.87, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Umum Konvensional. GWM. Rupiah. Valuta. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6047) PERATURAN
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas sektor perbankan dalam suatu negara memegang peranan penting dalam memajukan kehidupan masyarakatnya. Setiap orang dalam melakukan transaksi finansial yang berhubungan
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis
Lebih terperinciMemperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik
Sambutan Gubernur Bank Indonesia Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik Diskusi dan Peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan Yang kami hormati, Jakarta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus pemerintah dalam membuat berbagai kebijakan dengan mempertimbangkan berbagai aspek dan resikonya.
Lebih terperinciSURVEI KREDIT PERBANKAN
SURVEI KREDIT PERBANKAN TRIWULAN I-2005 Permintaan kredit dan persetujuan pemberian kredit baru pada triwulan I-2005 secara indikatif memperlihatkan peningkatan, namun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH
- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor keuangan di Indonesia masih didominasi oleh industri perbankan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor keuangan di Indonesia masih didominasi oleh industri perbankan daripada lembaga keuangan lainnya. Secara umum kegiatan perbankan di Indonesia adalah
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5841 KEUANGAN OJK. Bank. Rencana Bisnis. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 17) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /POJK.03/2017 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /POJK.03/2017 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciRANCANGAN POJK BANK PERANTARA
RANCANGAN POJK BANK PERANTARA Pasal PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR :.../POJK.03/2017 TENTANG BANK PERANTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang:
Lebih terperinciSURVEI KREDIT PERBANKAN
SURVEI KREDIT PERBANKAN B A N K L O A N S U R V E Y TRIWULAN IV-2004 Permintaan dan persetujuan pemberian kredit baru pada triwulan IV- 2004 secara indikatif memperlihatkan peningkatan Peningkatan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perbankan di Indonesia telah memberikan peranan penting yang sangat berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya menjaga keseimbangan
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii
RINGKASAN EKSEKUTIF Stabilitas sistem keuangan pada semester I 2016 membaik walaupun risiko yang berasal dari dampak lambatnya pertumbuhan ekonomi global dan domestik masih cukup besar. Perbaikan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pusat perkantoran (Rusteliana, 2014). Pertumbuhan bisnis properti ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan bisnis properti di Indonesia semakin pesat seiring dengan kemajuan perekonomian Indonesia, bisa dilihat dari banyaknya pembangunan perumahan, apartemen,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. institution) sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediately institution) sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan perekonomian. Sebagai lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang secara eksplisit menetapkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui, kegiatan perbankan syariah di Indonesia baru di mulai sejak tahun 1992. Pengaturan mengenai perbankan syariah pada saat itu masih sangat terbatas.
Lebih terperinciSURVEI KREDIT PERBANKAN
SURVEI KREDIT PERBANKAN B A N K L O A N S U R V E Y TRIWULAN III-2004 Permintaan Kredit dan persetujuan pemberian kredit baru pada triwulan III-2004 secara indikatif memperlihatkan peningkatan Peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar- belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan perusahaan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/7/PBI/2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA
Lebih terperinciKREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN II 2008 MAKIN EKSPANSIF
Suplemen 4 KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN II 2008 MAKIN EKSPANSIF Hasil Survei Kredit Perbankan (SKP) di wilayah Bangka Belitung pada triwulan II 2008 menunjukkan proyeksi perkembangan kredit/pembiayaan
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF : : :
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 (a). Ringkasan Eksekutif - Rencana dan Langkah-Langkah Strategis (b). Ringkasan Eksekutif - Indikator Keuangan BPR dengan modal inti
Lebih terperinciSURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT
Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Otoritas Jasa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penunjang pembangunan ekonomi. Pengelolaan bank dituntut untuk senantiasa
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank sebagai lembaga kepercayaan/lembaga intermediasi masyarakat dan merupakan bagian dari sistem moneter mempunyai kedudukan strategis sebagai penunjang pembangunan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat modern. Sistem pembayaran dan intermediasi hanya dapat terlaksana bila ada sistem keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu kunci penting dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang sehat adalah sinergi antara sektor moneter, fiskal dan riil. Bila ketiganya dapat disinergikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara. Kinerja perbankan yang kuat akan menopang berbagai sektor ekonomi termasuk didalamnya sektor
Lebih terperinciSURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN IV I II III IV I II III IV
SURVEI PERBANKAN Triwulan IV-2006 Target pemberian kredit baru pada triwulan I-2007 dan tahun 2007 diperkirakan meningkat Hanya sekitar 37,5% responden yang realisasi kredit barunya di bawah target yang
Lebih terperinciP u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t
PROFIL INDIKATOR MAKRO FINANSIAL PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 Pengarah : Prof. Dr. Ir. Deny Juanda Puradimaja,DEA Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat Penanggung jawab : H.
Lebih terperinciSURVEI KREDIT PERBANKAN
SURVEI KREDIT PERBANKAN B A N K L O A N S U R V E Y TRIWULAN II-2004 Permintaan (termasuk permintaan kredit baru & permintaan tambahan atas fasilitas kredit yang sudah ada) dan persetujuan pemberian kredit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan permodalan yang masih tergolong tinggi seperti pada CAR yang berada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi industri perbankan nasional saat ini menunjukkan perkembangan yang positif didukung dengan kinerja rentabilitas dan efisiensi yang tergolong baik. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (30 Maret 02 April 2015)
Senin, 30 Maret 2015 Banking Weekly Hotlist (30 Maret 02 April 2015) Ruang Bank Menengah Menyempit Ruang pertumbuhan bisnis tujuh dari 15 bank terbesar Tanah Air kian menyempit dalam kurun waktu tiga tahun
Lebih terperinciTANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21
TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya PBI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama untuk membiayai investasi perusahaan. 1 Di Indonesia terdapat dua jenis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, peran lembaga keuangan sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan perekonomian Indonesia. Menurut SK Menkeu RI No. 792 Tahun 1990, lembaga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat meningkatkan perannya secara optimal sebagai lembaga intermediasi didalam momentum recovery setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat, karena setiap perbankan terus berusaha eksis dalam kegiatan ekonomi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perbankan setiap periodenya menunjukkan kemajuan yang sangat pesat, karena setiap perbankan terus berusaha eksis dalam kegiatan ekonomi dan menciptakan inovasi
Lebih terperinciBoks 4. SURVEI KREDIT PERBANKAN JAMBI: TANTANGAN DI TAHUN 2009
Boks 4. SURVEI KREDIT PERBANKAN JAMBI: TANTANGAN DI TAHUN 2009 Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 serta diikuti dengan penurunan harga-harga komoditas perkebunan berdampak cukup signifikan terhadap
Lebih terperinci-2- II. PASAL DEMI PASAL Pasal I Angka 1 Pasal 1 Angka 2 Pasal 3 Huruf a Perhitungan pemenuhan GWM Primer secara harian dilakukan berdasarkan posisi s
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PERBANKAN. BI. Bank Umum Konvensional. GWM. Rupiah. Valuta. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 87) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK
Lebih terperinciMEMPERSEMPIT KESENJANGAN KEBIJAKAN MONETER DENGAN SEKTOR RIIL Oleh: Djoko Retnadi, pengamat ekonomi dan perbankan 1
1 MEMPERSEMPIT KESENJANGAN KEBIJAKAN MONETER DENGAN SEKTOR RIIL Oleh: Djoko Retnadi, pengamat ekonomi dan perbankan 1 Survey yang dilakukan oleh JBIC (Japan Bank for International Cooperation) terhadap
Lebih terperinciSURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I I II III IV I II III IV I II III IV I
SURVEI PERBANKAN Triwulan I-2008 Permintaan terhadap kredit baru pada triwulan I-2008 mengalami peningkatan dengan angka neto tertimbang 70,4%, lebih rendah dibandingkan triwulan lalu (86,8%) Sebanyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pelaku ekonomi yang melakukan kegiatannya melalui jasa perbankan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era Otonomi Daerah menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Lebih terperinciPRUlink Quarterly Newsletter
PRUlink Quarterly Newsletter Kuartal Kedua 2014 PT Prudential Life Assurance terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Informasi dan analisis yang tertera merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa dan dibahas
Lebih terperinciPENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan sistem perbankan merupakan persyaratan penting untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006). Bank adalah bagian utama dari
Lebih terperinci2017, No mengikat untuk seluruh lembaga jasa keuangan, emiten, dan perusahaan publik; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da
No.169, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Lembaga Jasa Keuangan. Emiten. Perusahaan Publik. Keuangan Berkelanjutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya suatu kegiatan perekonomian maka diperlukan sumber-sumber penyediaan dana guna membiayai kegiatan usaha yang semakin berkembang tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kembali dalam bentuk kredit. Artinya, bank memiliki fungsi sebagai lembaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan lembaga keuangan, khususnya bank, dewasa ini sangat penting bagi kelangsungan perekonomian masyarakat dan negara. Bank menjalankan kegiatan usahanya dengan
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/2/PBI/2013 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM KONVENSIONAL
- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/2/PBI/2013 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kehidupan masyarakat pada masa sekarang ini, tidak pernah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan masyarakat pada masa sekarang ini, tidak pernah luput dari permasalahan ekonomi. Dengan situasi yang cepat berubah, masyarakat memanfaatkan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/10/PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.
Lebih terperinciPRUlink Newsletter Kuartal III 2010
PRUlink Newsletter Kuartal III 2010 Publikasi dari PT Prudential Life Assurance Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Informasi dan analisis yang tertera merupakan hasil pemikiran internal perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melihat secara seksama perusahaan tersebut mempunyai laba/ pertumbuhan atas asetnya sehingga perusahaan tersebut dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan digunakan untuk menunjukkan mengenai kegiatan yang telah dilakukan oleh perusahaan. Dimana didalam laporan keuangan merupakan suatu indikator penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank sebagai lembaga keuangan mempunyai peranan yang cukup besar dalam usaha untuk meningkatkan perhimpunan dana dari masyarakat dan dapat mendorong pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak terlepas dari peran semakin meningkatnya sektor usaha mikro, kecil dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga intermediasi bagi pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Di samping itu, bank juga sebagai suatu industri yang
Lebih terperinciGUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/21/PBI/2004 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit)
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Fungsi utama perbankan Indonesia sebagaimana diamanatkan Undang- Undang Nomor Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah sebagai
Lebih terperinci