PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: MASALAH DAN PETA JALAN KE DEPAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: MASALAH DAN PETA JALAN KE DEPAN"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: MASALAH DAN PETA JALAN KE DEPAN Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas 27 Februari 2015 Slide - 1

2 OUTLINE I. PENDAHULUAN II. KONDISI DAN TANTANGAN: 2.1. KETAHANAN PANGAN 2.2. MENDUKUNG PENINGKATAN DAYA SAING: 1. Pertanian dan Perikanan 2. Produksi Mineral dan Hilirisasi 3. Hasil hutan 4. Keanekaragaman Hayati (Biodiversitas) 2.3. MEMELIHARA KEBERLANJUTAN PEMBANGUNAN 1. Konservasi Hutan 2. Konservasi Laut dan Pesisir 3. Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup 4. Pengendalian Perubahan Iklim 5. Pengarusutamaan Pembangunan Berkelanjutan 2.4. PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN KEMARITIMAN III. RPJMN PERPRES 2/2015 2

3 I. PENDAHULUAN 3

4 PERAN SDALH KETAHANAN PANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI X%, PENURUNAN EMISI 26% KETAHANAN ENERGI EKSPOR NON MIGAS INDUSTRI NON MIGAS INDUSTRI MIGAS DAN PERTAMBANGAN EKSPOR MIGAS DAN PERTAMBANGAN Hilirisasi PEMB. KELAUTAN PRODUKSI PERTANIAN DAN PERIKANAN PRODUKSI KAYU DAN HASIL HUTAN SUMBERDAYA HAYATI DAN JASA LINGKUNGAN MIGAS DAN PERTAMBANGAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP 4

5 KONTRIBUSI PDB (perkiraan tentatif) Rp. Triliun Sektor Pertanian ,2 361,1 373,7 387,1 401,2 416,5 Pertambangan dan penggalian 192,8 194,1 195,1 195, ,2 195,7 % Sektor Pertanian 4,0 3,2 3,3 3,4 3,5 3,6 3,7 Pertambangan dan penggalian 0,1 0,7 0,5 0,3 0,2 0,1-0,2 5

6 Tantangan Yang Akan Dihadapi 1. PANGAN Peningkatan rata-rata produksi padi tahun sebesar 2,71% seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Produktivitas lahan pertanian menurun kandungan C-organik < 2% (seharusnya >2,5%) Luas Lahan Baku (sawah) 8,09 juta ha (2012) untuk memenuhi kebutuhan pangan sebesar 34,86 juta ton beras (2020) perlu ekstensifikasi dan intensifikasi Irigasi 42 waduk dalam kondisi waspada akibat berkurangnya pasokan air selama kemarau. Sepuluh waduk telah kering, sementara 19 waduk masih berstatus normal.. 2. AIR Ketersediaan air di Pulau Jawa m 3 /kapita/tahun, atau sekitar 4,5% dari total air tawar yang ada di Indonesia Jumlah ketersediaan air sungai di Pulau Jawa yang mencapai ,2 juta meter kubik per tahun. Proyeksi kebutuhan air (juta m3/tahun): rumah tangga, kota, industri: 9.205,03 (2013) , 96; Irigasi: ,71 (2013); Peternakan: 830,06 (2013) 1.619,79 (2019); Perikanan: ,76 (2013) ,35 (2019). 6

7 3. ENERGI Indonesia memerlukan 92,9GW listrik pada tahun Pada saat ini Indonesia baru mampu menyediakan 54,6 GW Kapasitas panas bumi Indonesia terbesar di dunia (40% cadangan dunia, atau sekitar MW) pemanfaatan hanya MW. Sumber energi masih bergantung pada bahan bakar fossil (batubara) Akibatnya jika dibakar hanya akan mencemari udara. Kestabilan dan kontinyuitas supply listrik dari PLN belum mapan karena rendahnya total pembangkitan dan instalasi distribusi listrik yang belum optimal. Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan belum optimal target bauran (energi mix) 5,8 % pada tahun Ekosistem daya dukung Ekosistem DAS 108 DAS dalam kondisi kritis prioritas penanganan Ekosistem Hutan ada perbaikan, NAMUN MASIH KURANG: lahan kritis (th 2006) 23,31 juta Ha 22,03 juta Ha (2012) - lahan sangat kritis (th 2006) 6,89 juta Ha 5,27 juta Ha Laju deforestasi ( ) sebesar 1,17 juta Ha pertahun 0,45 juta Ha/tahun ( ) Tutupan lahan hutan (2006) sebesar 93,9 juta Ha 90,9 juta Ha (2010) Ekosistem pesisir: Kerusakan mangrove mencapai 3,2 juta Ha dari total seluas 7,7 juta Ha Kondisi terumbu karang yang rusak mencapai 30% dari total seluas km2 Ekosistem Perkotaan: Penurunan kualitas udara akibat kegiatan transportasi Rendahnya akses RT terhadap layanan pengelolaan sampah, air bersih dan sanitasi Limbah dari kegiatan domestik dan industri belum dikelola dengan baik 7

8 II. KONDISI DAN TANTANGAN 8

9 2.1. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN 9

10 Arahan RPJPN , UU 18/2012 dan UU 19/2013 ARAHAN RPJPN : Menjaga Ketahanan dan Kemandirian Pangan, melalui: Produksi Dalam Negeri Kelembagaan Ketahanan Pangan Untuk menjamin pemenuhan kebutuhan pangan Rumah Tangga (jumlah, mutu, keamanan, harga) ARAHAN UMUM RPJPN UNTUK RPJMN : Pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas ARAHAN UU No. 18/2012 TENTANG PANGAN: Dasar Penyelengaraan Pangan: kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan pangan. Tujuan Penyelenggaraan Pangan: - Peningkatan produksi dan penyediaan pangan yang beraneka ragam; - Kecukupan dan harga pangan yang wajar dan terjangkau; - Peningkatan akses, nilai tambah dan daya saing komoditas Pangan; - Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang Pangan aman, bermutu, dan bergizi bagi konsumsi masyarakat; - Peningkatan kesejahteraan bagi Petani, Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Pelaku Usaha Pangan; ARAHAN RPJMN : 1. Peningkatan produksi pangan pokok: padi, kedelai, gula, daging dan ikan. 2. Stabilisasi harga. 3. Perbaikan kualitas gizi masyarakat. 4. Pemberdayaan dan perlindungan petani/nelayan/pembudidaya ikan. 5. Penigkatan daya saing dan nilai tambah komoditi pertanian dan perikanan. ARAHAN UU No. 19/2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI: Kedaulatan dan kemandirian petani untuk peningkatan taraf kesejahteraan Penyediaan prasarana dan sarana Pertanian Memberikan kepastian Usaha Tani Melindungi Petani dari fluktuasi harga, praktik ekonomi biaya tinggi, dan gagal panen Meningkatkan kemampuan dan kapasitas Petani serta Kelembagaan Petani Menumbuhkembangkan kelembagaan pembiayaan Pertanian 10

11 KERANGKA KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KUALITAS KONSUMSI (Diversifikasi Pangan dan Kualitas Gizi) KETERSEDIAAN (Produksi, Cadangan & Impor) AKSESIBILITAS (Distribusi & Harga Terjangkau) MASALAH PANGAN (Kemiskinan & Bencana Alam) KEMANDIRIAN PANGAN kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi Pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan Pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat KEDAULATAN PANGAN Hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan Pangan yang menjamin hak atas Pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem Pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal 11

12 PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN SANGAT STRATEGIS KARENA : 1. Jumlah kebutuhan pangan yang harus disediakan cukup besar karena jumlah dan pertambahan penduduk yang besar (Jumlah penduduk 2019 diproyeksikan mencapai 268,1 juta jiwa) 2. Inflasi bahan makanan sangat berpengaruh terhadap inflasi umum. (Inflasi umum 2013: 8,38% dengan sumbangan bahan bahan kelompok makanan 2,75%) 3. Memberikan share terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional cukup besar sekitar 15 persen; dimana sub sektor tanaman pangan memiliki share terbesar rata-rata 50% terhadap pembentukan PDB Pertanian. 4. Melibatkan sekitar 26,14 juta rumah tangga petani, 2,8 juta orang nelayan dan 4,5 juta orang pembudidaya ikan. 5. Ketahanan dan kemandirian pangan sangat diperlukan, mengingat kedepan akan semakin sulit apabila kebutuhan pangan mengandalkan terhadap pasar global; 6. Kondisi Pangan dunia masih akan dihadapi dengan fluktuasi pasokan dan harga karena dampak perubahan iklim yang berpengaruh terhadap produksi pangan dunia, serta meningkatnya permintaan bahan pangan akibat pertambahan penduduk dunia dan perkembangan ekonomi; 7. Peningkatan penyediaan bahan pangan yang bergizi sangat penting untuk peningkatan kualitas gizi masyarakat. 12

13 TANTANGAN - ASPEK PENYEDIAAN 1. Peningkatan produksi pangan strategis seperti kedelai, gula, daging sapi dan ikan untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor. 2. Permintaan bahan pangan, baik kuantitas maupun kualitas akibat pertambahan penduduk dan tingkat pendapatan, sementara peningkatan produktivitas dan perluasan areal lahan pertanian semakin sulit ditambah lagi konversi lahan pertanian terus terjadi (Luas lahan pertanian ST 2013: 8,6 juta ha); 3. Industri perbenihan masih kurang berkembang dan menurunnya kemampuan balai-balai benih serta penangkar benih rakyat dalam penyediaan benih-benih unggul; 4. Perluasan areal pertanian semakin sulit karena keterbatasan ketersediaan lahan, serta konversi lahan pertanian yang terus terjadi. 5. Penanganan jaringan irigasi secara serius antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta masyarakat (laju kerusakan 344 ribu ha/tahun, 2010: kondisi rusak 3,76 juta ha); 6. Penyaluran subsidi agroinput (pupuk dan benih) yang masih terjadi kurang tepat sasaran, tepat waktu dan mutu; 7. Paket-paket teknologi yang kurang berdampak terhadap peningkatan produktivitas karena kurang dukungan dari sistem penyuluhan; 8. Realisasi pemanfaatan sumber-sumber pembiyaan pertanian seperti KKP-E, KUPS, dan KRP-EN masih belum optimal. 9. Peningkatan produksi perikanan tangkap dihadapkan pada kondisi overfishing dan eksploitasi penuh disebagian WPP. Tiga dari sebelas (WPP), diantaranya sudah mengalami overfishing, melebihi tangkapan lestari (MSY) sebesar 6,52 juta ton per tahun, yaitu di WPP 571 (Selat Malaka dan Laut Andaman), 573 (Samudera Hindia B/Selatan Jawa - Laut Timor Barat), dan 714 (Teluk Tolo dan Laut Banda). Sementara itu, dua WPP lainnya sudah mengalami fully exploited, yaitu pada WPP 572 (Samudera Hindia A/Barat Sumatera dan Selat Sunda) dan 712 (Laut Jawa). 10. Pemanfaatan lahan untuk perikanan budidaya masih lebih rendah dibandingkan potensinya (6%). Namun demikian, pengembangannya tetap perlu memperhatikan pemilihan lokasi yang tepat dan disesuaikan dengan daya dukung lingkungan dan keseimbangan ekosistem, serta penyusunan zonasi tataruang yang benar. 11. Untuk memenuhi tingkat konsumsi masyarakat sebesar 43,2 kg/kapita/tahun, maka pada tahun 2019, akan dibutuhkan produksi perikanan sekitar 11,6 juta ton. 13

14 TANTANGAN DISTRIBUSI DAN AKSES 1. Gejolak harga pangan setiap saat akan terjadi, untuk itu perlu ditingkatkan kemampuan dan mengelola cadangan pangan dan pengendalian perdagangan bahan pangan (Inflasi 2013 untuk bahan makanan mencapai 11,35%). 2. Kondisi prasarana dan sarana transportasi terutama di luar Jawa masih perlu diperluas dan ditingkatkan kualitasnya, untuk mendukung distribusi bahan pangan secara baik dan lancar; 3. Kelompok masyarakat miskin yang kurang mampu untuk mengakses terhadap pangan masih cukup besar jumlahnya(jumlah penduduk miskin hingga Sept 2012: 28,59 juta orang); KUALITAS KONSUMSI 1. Diversifikasi konsumsi pangan masih belum berhasil : a. Tingkat konsumsi beras masih cukup tinggi (124,89 kg/kapita/tahun). b. Diversifikasi konsumsi belum mengarah kepada bahan pangan bersumberdaya lokal; c. Nilai pola pangan harapan (PPH) masih dibawah yang diharapkan, yaitu baru mencapai 88,9 dari nilai Konsumsi kalori masyarakat masih dibawah Angka Kecukupan Energi kkal per kapita (2012: 1.952,6 kkal per kapita); 3. Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat terdapat pergeseran pola konsumsi masyarakat yang lebih mengarah kepada meningkatnya konsumsi pangan olahan dan protein hewani (perubahan : daging naik 29,19%; makanan dan minuman naik 7,08%). 14

15 TANTANGAN - ASPEK PERMASALAHAN/ GANGGUAN KETAHANAN PANGAN 1. Permasalahan atau gangguan pangan akibat bencana alam, kemungkinan masih sering terjadi : a. Iklim ekstrim banjir, kekeringan, dan ombak tinggi (Luas areal padi terkena puso 2012: 84,4 ribu ha) b. Serangan organisme pengganggu tanaman dan penyakit pada ternak dan Ikan 2. Diperlukan instrumen kebijakan untuk mitigasi dampak risiko akibat bencana alam dan kenaikan harga baik bagi produsen (petani/nelayan/pembudidaya ikan) maupun konsumen; UU No. 19/2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani. 15

16 PERKIRAAN KEBUTUHAN No Uraian Satuan PRODUKSI - KEBUTUHAN KALAU HARUS SWASEMBADA Pertambaha n( ) Pertumbuh an per tahun (%) Beras juta ton Daging ribu ton Gula juta ton Kedelai juta ton Jagung juta ton Ikan (PERKIRAAN) juta ton Konsumsi Kalori kkal Pola Pangan Harapan (PPH) Skor *) Angka Tahun

17 Proyeksi Kebutuhan Lahan, Pupuk dan Air Proyeksi Produksi Padi (Juta Ton) 76,56 78,87 81,23 84,40 88,76 Produksi setara beras (Juta Ton) 43,04 44,34 45,67 47,45 49,9 Kebutuhan lahan ( Ribu Ha) 8.382, , , , ,54 Kebutuhan Pupuk (Juta Ton) 9,68 9,72 9,76 9,89 10,13 Kebutuhan Air (Miliar M3) 75,13 77,30 79,55 81,88 84,29 17

18 SKENARIO PRODUKSI KOMODITAS : IKAN Indikator Rata-rata Pertumbuh an per tahun 1. Perikanan Tangkap (juta ton) 2. Perikanan Budidaya di luar Rumput Laut (juta ton) Total Produksi Ikan (juta ton) 6,16 6,21 6,33 6,45 6,59 1,7%*) 7,29 8,98 11,54 14,80 18,95 27,0% 13,44 15,20 17,87 21,25 25,55 17,4% Asumsi: Pertumbuhan produksi perikanan tangkap rata-rata sebesar 1,7% per tahun, mempertimbangkan faktor tangkapan lestari (MSY). Tingkat tangkapan lestari diusulkan meningkat dari 6,5 juta ton per tahun menjadi 7,3 juta ton per tahun. 18

19 2.2. MENDUKUNG PENINGKATAN DAYA SAING 19

20 (1). PERTANIAN DAN PERIKANAN 20

21 a. PERTANIAN 1. Produksi kelapa sawit (2012) sebesar 23,5 juta ton sebagian besar diekspor (18,8 juta ton). Saat ini baru digunakan 900 ribu KL biodiesel. Kalau utk 10% mandatory akan menyerap 6,6 juta KL biodiesel. 2. Karet diperlukan peningkatan kualitas produk di DN untuk memenuhi standar permintaan ekspor. Produksi 2012: 3 juta ton; Ekspor karet dan produk karet: 3,1 juta ton. 3. Kakao: (i) peremajaan dan intensifikasi untuk peningkatan produktivitas, (ii) perbaikan mutu hasil dan nilai tambah. Produksi 2012: 936,3 ribu ton; Ekspor: 324,7 ribu ton. 21

22 Ekspor Perkebunan Perkembangan Ekspor Pertanian (Ribu Ton) 20, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , *) Periode Kabinet Indonesia Bersatu I Periode Kabinet Indonesia Bersatu II Kakao Kopi Sawit Karet dan Produk Karet 22

23 b. PERIKANAN 23

24 Perkembangan Ekspor dan Impor Perikanan Pada periode , ekspor produk perikanan Indonesia menunjukkan tren meningkat dan masih mendominasi perdagangan produk perikanan nasional. Namun demikian, impor produk perikanan juga menunjukkan gejala meningkat 24

25 POTENSI LAHAN PERIKANAN BUDIDAYA DAN TINGKAT PEMANFAATAANNYA No Jenis Budidaya Potensi (ha)*) Pemanfaatan**) Ha % 1 Tambak ,2% 2 Kolam ,4% 3 Perairan Umum ,1% (karamba/jarimg apung) 4 Sawah ,2% 5 Laut ,4% Keterangan: *) = berdasarkan Statistik Perikanan Budidaya 2009 **) = berdasarkan statistik perikanan budidaya 2012 Sumber: Kelautan dan Perikanan Dalam Angka 2011, KKP 25

26 SEBARAN UNIT PENGOLAHAN IKAN (UPI ) TAHUN 2011 Unit Pengolahan Ikan (UPI) didominasi oleh UPI skala Mikro (95%) dan persebarannya terkonsentrasi di provinsi Jawa Timur Jenis pengolahan yang dominan adalah: penggaraman, pemindangan, pengasapan Sumber: KKP,

27 c. HASIL HUTAN 27

28 Produksi Kayu Bulat Juta m Hutan Alam Hutan Tanaman Produksi kayu dari hutan tanaman meningkat, sementara produksi kayu bulat dari hutan alam yang beroperasi, masih di bawah potensi (9 juta m 3 /tahun) Pemanfaatan secara lestari masih dapat ditingkatkan. 28

29 Produksi Kayu Bulat: Masyarakat Laju Penambahan Hutan Rakyat (ribu ha) Produksi Kayu Bulat dari HR (Juta m3) Terjadi peningkatan laju penambahan luas hutan rakyat di Pulau Jawa. Perlu ditingkatkan produktivitas (produksi per ha). 29

30 Nilai Ekspor Produk Primer Kehutanan (US$ juta) Kayu Gergajian Kayu Lapis Pulp Veneer sheets Particle Board (including OSB) Fibreboard Total Ekspor produk kayu didominasi oleh kayu lapis dan pulp. Produk kayu lain perlu dikembangkan untuk meningkatkan daya saing 30

31 Perkembangan ekspor hasil hutan bukan kayu Type 2007 (USD) 2008 (USD) 2009 (USD) Natural honey 783,167 3,281,473 13,127,371 Sandalwood 387, , ,860 Gaharu 4,494,690 4,063,250 4,642,039 Gum: dammar, resin etc 61,530,479 54,684,787 63,345,446 Bamboos plait &other 2,092,323 2,772,877 2,054,110 Rattan 24,107,899 27,948,348 26,901,677 Terpunten oil 37,108,603 32,203,313 42,281,410 Fuel wood:log, billet 709,738 6,529,385 9,504,630 Total (US$) 131,214, ,914, ,967,543 Sumber : Kemenhut Potensi hasil hutan bukan kayu tinggi, namun pemanfaatan masih belum optimal. 31

32 d. PEMANFAATAN KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) 32

33 JENIS NILAI Nilai konsumtif Nilai produktif Nilai Jasa Lingkungan Nilai eksistensi Nilai pilihan Nilai warisan PENJELASAN Manfaat langsung yang dapat diperoleh dari keanekaragaman hayati, misalnya pangan, sandang maupun papan. Nilai pasar yang didapat dari perdagangan keanekaragaman hayati di pasar lokal, nasional maupun internasio Nilai jasa ekologis seperti ekosistem hutan menjaga siklus hidrologi bagi manusia. Nilai yang dimiliki oleh keanekaragaman hayati karena keberadaannya. Nilai potensi keanekaragaman hayati dalam memberikan keuntungan bagi masyarakat di masa datang. Nilai warisan berkaitan dengan hasrat untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati agar dapat dimanfaatkan oleh generasi mendatang. 33

34 PEMANFAATAN BIODIVERSITY MENGAPA PENTING sumber pendapatan baru dan hijau Nilai pasar global: a. Obat-obatan yang diperoleh dari sumber daya genetis diperkirakan US$ juta per tahun. b. Perdagangan benih di seluruh dunia mencapai US$ 45 miliar, sedangkan total keluaran dari agroekosistem dunia mencapai nilai setara US$ 1,3 triliun setiap tahun c. Ekspor tumbuhan dan satwa liar mencapai sekitar US$450 juta pada tahun Nilai industri bahan spa/kebugaran, suplemen alam dan jamu, industri kosmetik serta bahan lain (kosmetik, dll) Sumber: WEHAB Working Group, 2002 dalam IBSAP

35 Dollar ($) Dollar ($) Perkiraan Devisa Ekspor Tumbuhan dan Satwa Liar Tahun ,000,000 5,500, ,567, ,000, ,631,661 4,500,000 4,424, ,000, ,862,681 3,500, ,000, ,000, ,354, ,232,382 2,181,791 2,318,544 2,352,010 2,500,000 1,500,000 5,000, , Tahun 500,000 Satwa Tumbuhan 35

36 Contoh Nilai Ekonomi (Nilai Konsumstif dan Produktif) KEHATI : Ekosistem Potensi Pemanfaatan a. Jasa Penyerapan Karbon Bioresources Indonesia menghadapi Era Ekonomi Hijau dan Perubahan Iklim b. Bio-akumulator perifiton sebagai penjernih air dan sumber pakan alternatif c. Artificial Floating Habitat) untuk peningkatan produksi perikanan. d. Industri kerahayuan Sumber: Sukara, 2013 Tipe ekosistem Sekuestrasi karbon (ton C/hektar) Ekosistem laut Referensi (Penelitian) Rumput laut 2139,42 Akmal et al. (2009) Mangrove 968 Murdiyarso et al. (2009) Padang lamun 830 Fourqurean et al. (2012) Ekosistem terestrial Hutan alam 325,72 Astutik (2011) Hutan kota 276,87 Ratnaningsih & Suhesti (2010) Hutan campuran 270,96 Noordwijk et al. (2002) Hutan gambut 200 Agus (2007) Hutan sekunder 176 Tomich et al. (1998) Hutan tanaman 170,43 Noordwijk et al. (2002) Agroforestry karet 116 Tomich et al. (1998) Perkebunan karet monokultur 97 Tomich et al. (1998) Padang rumput 63,59 Noordwijk et al. (2002) Rotasi ubi kayu-alang-alang 3 Tomich et al. (1998) Kebun Botani (Kebunraya Cibodas) 150,97 Perkebunan Teh 55,52 Belum dipublikasikan (Joeni, dkk) 36

37 Contoh Nilai Ekonomi KEHATI : Spesies Potensi Pemanfaatan a. Pangan b. Bahan baku industri kerahayuan c. Bahan baku obat Contoh valuasi ekonomi untuk pangan: 1 pohon menghasilkan gula aren sebanyak 360 kg/3 bulan/perbungaan. Harga jual normal gula aren adalah Rp. 8000/kg. Pendapatan petani=rp /bulan/perbungaan. Sumber: Sukara,

38 2.3. MEMELIHARA KEBERLANJUTAN PEMBANGUNAN 1. Konservasi Hutan 2. Konservasi Laut dan Pesisir 3. Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup 4. Pengendalian Perubahan Iklim 5. Pengarusutamaan Pembangunan Berkelanjutan 38

39 KONSERVASI HUTAN Diperlukan untuk: Mengembalikan kesuburan dan kualitas tanah untuk mendukung sektor pertanian Meningkatnya tekanan terhadap daerah tangkapan air (catchment area) Mencegah ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan air - meningkatnya potensi konflik penggunaan air (industri, pertanian, domestik) Meningkatkan keanekaragaman hayati 39

40 5.3. PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP Sektor berbasis SDA masih menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia: - PDB rata-rata sektor pertanian, kehutanan, peternakan, dan perikanan = 15,13% (urutan kedua); - PDB rata-rata sektor pertambangan dan migas = 11,5% (urutan keempat) Meningkatnya kebutuhan SDA (ekstraktif) kerusakan lingkungan Meningkatnya limbah domestik, industri, pertanian, dan emisi kendaraan bermotor menurunnya daya dukung dan daya tampung lingkungan Penegakan hukum yang belum tegas dan konsisten Kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan masih belum tinggi. 40

41 1. IKLH sudah dikembangkan sejak tahun Perlu penyempurnaan: (1) Belum digunakan secara luas; (2) Belum masuk ke RPJM; (3) Kualitas IKLH perlu ditingkatkan. 41

42 IKLH Nasional IKU IKA ITH IKLH Catatan: untuk tahun 2012 merupakan angka sementara Sumber: Data IKLH diolah,

43 2.4. PEMBANGUNAN KELAUTAN dan KEMARITIMAN

44 KONDISI SAAT INI 1. EKONOMI KELAUTAN: Potensi wilayah laut yang luasnya sekitar 70% dari luas wilayah Indonesia belum termanfaatkan secara optimal: a. Potensi perikanan belum dimanfaatkan secara optimal dari jumlah tangkap yang diperbolehkan 5,2 juta ton/tahun, dan masih adanya kapal perikanan asing secara illegal masuk ke perairan Indonesia b. Potensi sumberdaya pertambangan di laut besar namun belum memiliki cukup landasan regulasi dalam pemanfaatannya c. Potensi biodiversity untuk pemanfaatan keekonomian (bioprospect dan wisata bahari) yang belum optimal d. Potensi laut sebagai media transportasi belum juga dimanfaatkan secara optimal untuk konektifitas e. Masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil masih miskin belum banyak tersentuh dalam pelayanan dasar dan kebutuhan dasar serta kesempatan ekonomi

45 POTENSI (MSY) DAN PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP TAHUN 2010 PER WPP MSY = 276 Prod = 316,8 PPS = 1 PPP = 2 MSY = Prod = 572,2 PPN: 3 PPP = 4 Swasta = 2 MSY = 595,6 Prod = 418,5 PPN = 1 PPP =1 MSY = 333,6 Prod = 214,3 PPS = 1 PPP = 3 MSY = 299,1 Prod = 142,8 MSY = 565,2 Prod = 541,5 PPS = 1 PPN = 1 PPP = 6 MSY = 929,7 Prod = 625,8 PPP = 1 MSY = 836,6 Prod = 810,6 PPS = 1 PPN = 3 PPP = 22 Keterangan: Satuan dalam Ribu Ton; MSY= 6,5 juta ton/tahun Jumlah Tangkap yang Diperbolehkan (JTB) adalah 80% dari MSY = over fishing (produksi > MSY), pengelolaan harus hati-hati, tidak ada ijin baru dan perlu pemulihan SDI = produksi > JTB (namun belum melebihi MSY), mengoptimalkan penangkapan dan pemulihan SDI = produksi < MSY, mengoptimalkan hasil tangkapan sampai batas JTB MSY = 491,7 Prod = 431,4 PPS = 1 PPN = 3 PPP = 7 MSY = 278 Prod = 427,6 PPS = 1 PPN = 2 MSY = 855,5 Prod = 537,9 = Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan, Bungus, Nizam Zachman, Cilacap, Kendari, Bitung) = Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Ambon, Brondong, Kejawanan, Pelabuhan Ratu, Pekalongan, Pemangkat, Pengambengan, Prigi, Sibolga, Sungailiat, Tanjung Pandan, Ternate, Tual = Pelabuhan Perikanan Swasta Telaga Punggur dan Barelang (Batam, Kepri) 45

46 PETA SUMBER DAYA MINERAL Sumber: Kemen ESDM (2009)

47 BIODIVERSITY LAUT dan PEMANFAATAN EKONOMI Luasan terumbu Karang Indonesia : km2 Lokasi Jumlah Sangat Cukup Kurang Baik (%) Titik Baik (%) (%) (%) Barat 439 5,47 27,56 33,94 33,03 Tengah 274 5,11 30,29 44,89 19,71 Timur 272 5,88 17,28 34,19 42,65 Indonesia 985 5,48 25,48 37,06 31,98 No A B Kawasan Konservasi Inisiasi Kemenhut (Taman Nasional Laut, Taman Wisata Alam Laut, Suaka Margasatwa Laut, Cagar Alam Laut) Inisiasi KKP dan Pemda (Kawasan Konservasi Perairan Nasional, Kawasan Konservasi Perairan Daerah) Jumlah Kawasan Luas (juta Ha) 32 4, ,09 Jumlah Total ,78 Komitmen Indonesia dalam hasil pertemuan Convention on Biological Diversity (CBD) tahun 2006 luas kawasan konservasi perairan adalah 20 juta pada tahun 2020 Tahun : peningkatan luas kawasan konservasi laut sebesar 4,2 juta ha 47

48 POTENSI WISATA BAHARI Belum dikembangkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat sekitar dan pendapatan daerah. Perlu ditargetkan lokus andalan didukung sektor lain secara komprehensif. Sumber: Kemenparekraf (2009)

49 RUTE ANGKUTAN LAUT PT. PELNI DAN PERINTIS Masih kurang memadainya pengembangan sarana dan prasarana transportasi dari dan ke pulau-pulau kecil KONEKTIVITAS Tahun : Percepatan pembangunan sarana dan prasarana transportasi dari/ke pulau-pulau kecil RENCANA PENGEMBANGAN DAN ARMADA (industri maritim/perkapalan)

50 PETA KEMISKINAN MASYARAKAT PESISIR Keterangan : Sumber : BPS, KKP 2010

51 KONDISI SAAT INI (2) 2. TATA KELOLA - EKSISTENSI: a. Penyelesaian batas wilayah laut dengan 9 negara tetangga b. Dari pulau di Indonesia, baru terdaftar ke PBB sebanyak pulau di tahun Dan sisanya harus selesai tahun Pulau-Pulau Kecil Terluar yg berbatasan dengan negara tetangga Australia Filipina India Malaysia Palau Papua Nugini Singapura Timor Leste Vietnam

52 PULAU-PULAU KECIL TERLUAR (PPKT) No 1 Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Jumlah Pulau kecil terluar Jumlah Pulau kecil terluar berpenghuni 2 Sumatera Utara Kepulauan Riau Sumatera Barat 2 5 Bengkulu Lampung 1 7 Banten 1 8 Jawa Barat 1 9 Jawa Tengah Jawa Timur 3 11 Nusa Tenggara Barat 1 12 Nusa Tenggara Timur Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Maluku Utara 1 17 Maluku Papua 9 5 Total Eksistensi RI di 92 pulau terluar (31 berpenduduk): a. Pengelolaan PPKT Perpres No.78/2005 pengelolaan pulau berpenghuni dan tidak berpenghuni b. Perlu strategi yang jelas untuk mempertahankan eksistensi, pertahanan dan keamanan, serta isu kesejahteraan masyarakat. 52

53 KONDISI SAAT INI (3) 3. PEMANFAATAN GEO-EKONOMI DAN GEO- POLITIK 3 jalur ALKI dan pemanfaatannya Pemanfaatan ALKI untuk perekonomian nasional maupun regional belum banyak dilakukan

54 PERMASALAHAN ISU Ekonomi kelautan Tata kelola laut Batas laut dengan negara tetangga dan keamanan laut PERMASALAHAN Masih banyak pulau-pulau kecil yang belum terkelola dan dimanfaatkan secara optimal Peraturan tentang perijinan/investasi pulau-pulau kecil dan pesisir untuk wisata bahari belum jelas Belum adanya pengaturan tata kelola mineral dasar laut Pengaturan kabel dan pipa dasar laut Pengembangan ekonomi kelautan lainnya: biodiversity, wisata bahari, dll Tata ruang laut belum diatur dan rencana zonasi pesisir (amanat UU No 27/2007) belum selesai disusun Perundingan batas laut dengan beberapa negara masih belum selesai dengan 9 negara tetangga Masih maraknya praktek Illegal fishing

55 PERMASALAHAN ISU Konektivitas antar pulau Bencana dan pencemaran laut dan pesisir SDM dan Iptek Kelautan PERMASALAHAN Sarana dan prasarana pelabuhan perintis yang belum memadai, terutama di wilayah timur Rute dan jumlah moda angkutan perintis yang masih terbatas Aturan untuk pencemaran laut dari pelayaran internasional Kelembagaan dan mekanisme penanganan penegakan hukumnya Kualitas dan kuantitas SDM kelautan yang belum optimal, sebagai contoh sebagian besar ABK kapal perikanan >60 GT dari luar Kelembagaan pendidikan dan pelatihan Masih kurangnya inovasi dan sosialisasi iptek kelautan yang tepat guna. Masih belum berkembangnya wawasan kebangsaan Indonesia sebagai negara kepulauan.

56 III. RPJMN

57 DASAR-DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL Membangun tanpa meningkatkan ketimpangan antarwilayah Memanfaatkan sumber daya alam untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat Membangun dari pinggir dan dari desa Ekonomi harus berorientasi dan berbasiskan pada sektor dan jenis usaha yang memasukkan nilai tambah sebesarbesarnya dengan SDM berkualitas, inovasi, kreatifitas dan penerapan teknologi yang tepat Pembangunan nasional sebagian besar adalah hasil agregasi dari pembangunan daerah yang berkualitas Slide - 57

58 MENUJU INDONESIA YANG JAUH LEBIH BAIK Mengejar peningkatan daya saing Meningkatkan kualitas manusia, termasuk melalui pembangunan mental Memanfaatkan dan mengembalikan potensi yang hilang di sektor maritim dan kelautan Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan basis yang kuat dan berkualitas Mengurangi ketimpangan antarwilayah Memulihkan kerusakan lingkungan Memajukan kehidupan bermasyarakat Slide - 58

59 B. VISI & MISI PEMBANGUNAN (NAWA CITA) VISI : TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI DAN MISI: BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG M1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan. M2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandaskan Negara Hukum. M3. Mewujudkan politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim M4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera M5. Mewujudkan Indonesia yang berdaya saing M6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional M7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan Slide - 59

60 9 AGENDA PRIORITAS PEMBANGUNAN (NAWA CITA) C1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara C2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya C3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan C4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya C5. Meningkatkan kualitas hidup manusia indonesia C6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional C7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi domestik C8. Melakukan revolusi karakter bangsa C9. Memperteguh ke-bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial indonesia Slide - 60

61 VISI: TERWUJUDNYA INDONESIA YG BERDAULAT, MANDIRI DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG 7 MISI 9 PRIORITAS (NAWACITA) 1. MENGHADIRKAN NEGARA UTK MELINDUNGI BANGSA DAN MEMBERI RASA AMAN KPD SELURUH WN 2. MEMBUAT PEM SELALU HADIR DG MEBANGUN TATAKELOLA PEM BERSIH, EFEKTIF, DEMOKRATIS DAN TERPERCAYA 3. MEMBANGUN INDONESIA DARI PINGGIR DG MEMPERKUAT DAERAH DAN DESA DLM KERANGKA NEGARA KESATUAN 4. MEMPERKUAT KEHADIRAN NEGARA DLM MELAKUKAN REFORMASI SISTEM DAN PENEGAKAN HUKUM YG BEBAS KORUPSI, BERMARTABAT, DAN TERPERCAYA 5. MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP MANUSIA INDDONESIA 6. MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS RAKYAT DAN DAYA SAING DI PASAR INTERNASIONAL SHG BANGSA INDONESIA MAJU, BANGKIT BERSAMA BANGSA ASIA LAIN 7. MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN EKONOMI DG MENGGERAKKAN SEKTOR2 STRATEGIS EKONOMI DOMESTIK 8. MELAKUKAN REVOLUSI KARAKTER BANGSA 9. MEMPERTEGUH KEBHINEKAAN DAN MEMPERKUAT RESTORASI SOSIAL INDONESIA

62 INDIKATOR Produksi DN untuk Kedaulatan Pangan 2014 (baseline) 2019 Kementerian Terkait - Padi (Juta Ton) 70,6 82,0 Kementan - Jagung (Juta Ton) 19,1 24,1 Kementan - Kedelai (Juta Ton) 0,92 1,92 Kementan - Gula (Juta Ton) 2,6 3,8 Kementan - Daging Sapi (Ribu Ton) 452,7 755,1 Kementan - Produksi perikanan (juta ton) 24, KKP Pembanguan, Peningkatan dan Rehabilitasi Irigasi: - Pembangunan dan Peningkatan Jaringan irigasi air permukaan, air tanah dan rawa (juta ha) - Rehabililtasi jariangan irigasi permukaan, air tanah dan rawa (juta ha) - Pembangunan dan Peningkatan irigasi tambak (ribu ha) 8,9 9,89 2,71 3,01 189,75 304,75 - Pembangunan waduk Kedaulatan Pangan ARAH KEBIJAKAN: Kemen PU dan Pera Kemen PU dan Pera Kemen PU dan Pera Kemen PU dan Pera CACATAN: Untuk 3 tahun pertama: fokus pada swasembada padi. Untuk kedele fokus pada konsumsi DN utamanya untuk tahu dan tempe; Gula, daging sapi dan garam fokus pada pemenuhan konsumsi rumah tangga. 1. Peningkatan ketersediaan pangan melalui penguatan kapasitas produksi DN: Padi: (i) penyelesaian pengamanan lahan berkelanjutan (menahan konversi sawah) dan perluasan sawah baru 1 juta ha dan jaringan irigasi; (ii) revitalisasi penyuluhan dan sistem perbenihan desa berdaulat benih dan desa pertanian organik; (iv) bank untuk pertanian-ukm- Koperasi; Produk perikanan: 40 juta ton (ikan dll)** 2. Peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap pangan: (i) pembangunan gudang dg fasilitas pasca panen; pengendalian impor melalui pemberantasan mafia impor; (ii) penguatan cadangan pangan dan stabilisasi harga pangan; (iii) pengembangan sistem logistik ikan. 3. Meningkatkan perbaikan kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat: (i) konsumsi protein: telur, ikan, dan daging, sayur dan buah; (ii) penggunaan pangan lokal non beras. 4. Mitigasi gangguan terhadap kedaulatan pangan: (i) benih adaptif perubahan iklim, Slide - 62

63 UPAYA-UPAYA STRATEGIS MENUJU KEDAULATAN PANGAN (DARI : NAWA CITA) KEDAULATAN PANGAN PETANI - KESEJAHTERAAN PRODUKSI KEMANDIRIAN/SWASEMBADA IMPOR - PENURUNAN Penciptaan daya tarik pertanian bagi tenaga kerja muda 2 Unit Kapal Pengangkut Ternak Desa Pertanian Organik Techno park dan science park Rehabilitasi 3 juta ha jaringan irigasi rusak dan 25 bendungan Pemantapan sistem pasca panen Pembentukan Badan Otorita Pangan SISTEM PERBENIHAN DAN PUPUK Desa Mandiri Benih Sekolah Lapang Kedaulatan Pangan Perbaikan Sistem penyaluran benih dan pupuk bersubsidi tepat waktu KAPASITAS SDM DAN PENYULUHAN Peningkatan kemampuan petani, organisasi petani, dan pola hubungan pemerintah Pelibatan aktif perempuan petani LAHAN Pengurangan laju konversi Pemanfaatan lahan ex pertambangan Distribusi 9 juta ha lahan ke petani Pemulihan kualitas kesuburan lahan yang airnya tercemar Perluasan (di luar Jawa-Bali): Sawah baru 1 juta ha Lahan pertanian kering 1 juta ha Bank Khusus Pertanian, UMKM, Koperasi Sistem Inovasi Nasional Pemberantasan Mafia Impor

64 Ton 45,000,000 40,000,000 35,000,000 30,000,000 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 Target Produksi Komoditi Utama 2019 Jawa - Padi Jagung Kedelai Daging Sapi dan Kerbau Banten 2,394,019 23,685 28,293 55,860 - Gula Jawa Timur 13,654,262 6,767, , ,101 1,370,252 DI Yogyakarta 1,011, ,587 75,396 12,610 51,624 Jawa Tengah 11,517,149 3,479, ,242 87, ,143 Jawa Barat 13,303,278 1,299, , , ,527 DKI Jakarta 11, ,339 - Komoditi Target 2019 Padi Jagung Kedelai Daging Gula Keterangan: Produsen padi utama di kawasan Jawa terutama ditargetkan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Banten. Jagung ditargetkan di Jatim, Jateng dan Jabar. Kedelai terutama di Jatim dan disusul oleh Jateng dan Jabar. Daging sapi dan kerbau ditargetkan di Jatim, Jabar dan Jateng. Dan gula ditargetkan terutama di Jatim dan Jateng.

65 Ton Target Produksi Komoditi Utama 2019 Bali - Nusa Tenggara 4,500,000 4,000,000 3,500,000 3,000,000 Komoditi Target 2019 Padi Jagung Kedelai Daging Gula - 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000, ,000 - Padi Jagung Kedelai Daging Sapi dan Kerbau Nusa Tenggara Timur 867, ,407 4,404 20,660 - Nusa Tenggara Barat 2,421, , ,961 18,515 - Bali 976,955 65,878 16,800 12,428 - Gula Keterangan: Di kawasan Bali-Nusa Tenggara, padi terutama ditargetkan di NTB. Untuk jagung ditargetkan di NTB dan NTT. Kedelai terutama di NTB. Daging sapi dan kerbau terutama di NTB, dan Gula tidak diproduksi di kawasan ini.

66 KEMARITIMAN 66

67 MARITIM DAN KELAUTAN (1) INDIKATOR 2014 (baseline) 2019 Kementerian Terkait 1. Memperkuat Jatidiri sbg negara Maritim Penyelesaian pencatatan/deposit pulau-pulau kecil ke PBB KKP, Kemendagri, Kemlu Penyelesaian batas maritim antar negara 1 negara 9 negara KKP dan Kemlu 2. Pemberantasan Perikanan Liar Meningkatnya ketaatan pelaku perikanan 52% 87% KKP, Kemenhan 3. Membangun Konektivitas Nasional: Membangun/mengembangkan pelabuhan - 24 Kemenhub Pengembangan pelabuhan penyeberangan Kemenhub Peningkatan SDM transportasi - 1 juta orang Kemenhub Peningkatan dan pengembangan kapal perintis 15 unit 76 unit Kemenhub 4. Pengembangan Ekonomi Maritim dan Kelautan Produksi hasil perikanan (juta ton ) 22, KKP Pengembangan pelabuhan perikanan 21 unit 23 unit KKP 15,7 juta Peningkatan luas kawasan konservasi laut (%) 20 juta ha KKP ha Slide - 67

68 ARAH KEBIJAKAN 1. Memperkuat Jatidiri sbg negara Maritim dengan Menegakkan kedaulatan dan yurisdiksi nasional melalui: (a) Penyelesaian tata batas dan batas landas kontinen di luar 200 mil laut, serta penamaan pulau2 dan pendaftarannya; Pengaturan dan pengendalian ALKI; (b) Pengembangan dan penerapan tata kelola laut: penyusunan tata ruang laut nasional; Penyusunan rencana aksi dan roadmap Poros Maritim; (c) Peningkatan keamanan laut dan pengawasan SDA kelautan. 2. Pemberantasan Perikanan Liar: (a) Penguatan lembaga pengawasan laut; (b) Peningkatan Koordinasi Dalam Penanganan Pelanggaran Tindak Pidana; (c) Penguatan sarana sistem pengawasan perikanan, termasuk pelaksanaan MCS secara intensif; Mewajibkan pemasangan transmitter VMS bagi kapal berukuran 30 GT, melengkapi sarana dan prasarana pengawasan serta Penataan sistem perijinan usaha perikanan tangkap; (d) Peningkatan Penertiban Ketaatan Kapal di Pelabuhan, termasuk pelaporan hasil tangkapan dan wilayah tangkap. Slide - 68

69 ARAH KEBIJAKAN (2) ARAH KEBIJAKAN (lanjutan): 3. Membangun Konektivitas Nasional KONEKSTIVITAS/TOL LAUT 1. Meningkatkan pembangunan sistem transportasi multimoda: Membangun dan mengembangkan 24 pelabuhan. 2. Melakukan upaya keseimbangan antara transportasi yang berorientasi nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal dan kewilayahan melalui: (a) Pembangunan prasarana dan sarana transportasi (pelabuhan laut dan penyeberangan, kapal perintis) di wilayah perdalaman, perbatasan, dan pulau terluar; (b) Optimalisasi dan integrasi penyelenggaran subsidi angkutan perintis dan Public Service Obligation (PSO) diantara subsidi armada perintis, angkutan laut, penyeberangan. 4. Pengembangan Ekonomi Maritim dan Kelautan 1. Percepatan pengembangan ekonomi kelautan: (a) Inventarisasi dan evaluasi Potensi Sumberdaya Kelautan: pendataan potensi sumberdaya kelautan (perikanan, keanekaragaman hayati, migas dan mineral) dan kualitas lingkungan laut (b) Pengembangan industri kelautan berkelanjutan: pelabuhan perikanan, pengelolaan WPP 2. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas, daya dukung dan kelestarian fungsi lingkungan laut 3. Meningkatkan wawasan dan budaya bahari serta penguatan SDM dan Iptek kelautan: Pengembangan 20 Technopark. 4. Meningkatkan harkat dan taraf hidup nelayan serta masyarakat pesisir: (i) peningkatan produktivitas nelayan kecil; (ii) Pengembangan sentra produksi perikanan; (iii) penyediaan infrastrukltur dasar utk masyarakat di pulau-pulau Kecil. Fokus pada: 100 sentra perikanan. Slide - 69

70 PENINGKATAN PELABUHAN PERIKANAN Sumber: No WILAYAH PPS PP N 2. Jawa 2 PP. Cilacap; PP. Nizam Zachman Jakarta 3. Bali-Nusa Tenggara 6 PP. Pekalongan; PP. Palabuhan Ratu; PP. Kejawanan; PP. Karangantu PP. Brondong; PP. Prigi - 1 PP. Pengambengan

71 2. MENINGKATKAN KUALITAS, DAYA DUKUNG DAN KELESTARIAN FUNGSI LINGKUNGAN LAUT No Lokasi KKPN Luasan (Ha) Laut Sawu, NTT Gili Matra, NTB Laut Banda, Maluku Pulau Pieh, Sumbar Padaido, Papua Kapoposang, Sulsel Aru Tenggara, Maluku Raja Ampat, Papua Barat Waigeo, Papua Barat Anambas, Kepri ,2 Sabuk pantai : Kendal, semarang, serang, tuban, indramayu, karawang Mangrove : Pekalongan, Kendal, Probolinggo Rekayasa Hybrid : Demak, Pati, Brebes, Tegal, Cirebon, Indramayu, Subang KAWASAN LUAS (ribu ha) KKPN (KKP) 5.507,8 KKLD/KKPD 5.581,4 K.Kons.(Kemenhut) 4.694,9 TOTAL ,1

72 Quick Wins Gerakan cinta laut dan Rehabilitasi kawasan pesisir di PANTURA Jawa JAWA-BALI Lokus Banten DKI Jakarta Jawa Barat Kegiatan Penanaman bakau 980 ribu batang Pembangunan sabuk pantai 1,275 km Penanaman bakau 180 ribu batang Penanaman bakau ribu batang Pembangunan sabuk pantai 2,475 km Pembangunan Hybrid Engineering 13,275 km Jawa Tengah Penanaman bakau ribu batang Pembangunan sabuk pantai 2,475 km Pembangunan Hybrid Engineering 15,625 km Jawa Timur Penanaman bakau ribu batang Pembangunan sabuk pantai km

73 Lokus (Provinsi) DKI JAKARTA JAWA BARAT JAWA TENGAH JAWA TIMUR DI YOGYAKARTA BALI NUSA TENGGARA BARAT SCIENCE DAN TECHNOPARK BERBASIS PERIKANAN DAN KELAUTAN Kegiatan Technopark berbasis teknologi kelautan dan perikanan (Jakarta Utara-Muara Kamal, kelautan dan perikanan) Technopark berbasis pengolahan produk KP (Slipi-Jakarta Pusat) Technopark berbasis perikanan budidaya (Depok Ikan Hias dan Subang-Sukamandi Budidaya Air Tawar) Technopark berbasis perikanan (Kebumen, perikanan tangkap) Technopark berbasis perikanan (Banyuwangi, perikanan tangkap, budidaya sidat, dan pengolahan) Technopark berbasis sumberdaya laut dan pesisir (Pamekasan, garam) Technopark berbasis pengolahan produk KP (Pacitan, perikanan) Technopark berbasis perikanan budidaya (Sleman, budidaya tawar) Technopark berbasis teknologi kelautan dan perikanan (Bantul, pengolahan) Technopark berbasis perikanan budidaya (Buleleng-Gondol, budidaya laut) Technopark berbasis sumberdaya laut dan pesisir (Lombok, budidaya laut) 73

74 PENINGKATAN DAYA SAING EKONOMI BERBASIS SDA 74

75 PERTANIAN Arah kebijakan 1. Peningkatan produksi minyak sawit, karet dan kakao 2. Peningkatan kualitas produk Langkah strategis -Perluasan areal kebun terutama di lahan terdegradasi - peningkatan produktivitas melalui pengembangan dan penyediaan bibit unggul, perbaikan budidaya perkebunan. - Penerapan ISPO dan pengelolaan kebun lestari untuk karet dan kakao - Pengembangan kriteria dan standar produk lestari - Perbaikan pasca panen dan peningkatan mutu produk 3. Keterkaitan hulu-hilir -Penyusunan rencana hilirisasi -Integrasi industri pengolahan dan kemampuan penyediaan bahan baku -Mendorong investasi di sektor hilir yang menghasilkan nilai tambah di sektor primer 4. Pembinaan produsen kecil (smallholders) -Peningkatan akses pembiayaan. -Pembinaan mutu produk -Perlindungan usaha Dukungan Sektor Lain Kemenhut, BPN, Pemda KLH, BSN, Kemenperin dan Kemendag, Pemda Kemenperin, Kemendag, Pemda, Asosiasi KemenkopUKM, Pemda 75

76 PERIKANAN (1) Arah Kebijakan Langkah Strategis Dukungan sektor lain Peningkatan Produksi dan Kontinyuitas Produksi Pengelolaan Produksi per WPP Penguatan dan Pengawasan Illegal Fishing di daerah KTI Revitalisasi Tambak Produktif di Jawa Peningkatan produksi benih unggul komoditas andalan seperti Udang di Jawa, ikan Patin di Sumatera Perbaikan Sistem Penanganan Produksi Sesuai Standar Baku, dari Hulu sampai Hilir untuk Peningkatan Kualitas Produk Pemda Bakorkamla dan Pemda PU, Pemda Pemda Kemenperin, BSN 76

77 PERIKANAN (2) Arah Kebijakan Langkah Strategis Dukungan sektor lain Peningkatan Daya Saing Komoditas Peningkatan kualitas/standar ikan Fasilitasi kerjasama UPI dengan Industri Pengaturan impor komoditas yg diproduksi nelayan (ikan selar, kembung, salem) yang biasa diolah sebagai pindang Pengembangan ekspor ke potensial pasar di negara baru, Timur Tengah BSN, Kemeperin Kemenperind, Kemendag Kemendag Kemendag 77

78 PERIKANAN (3) Arah Kebijakan Langkah Strategis Dukungan sektor lain Peningkatan Sarana dan Prasarana Peningkatan kualitas manajemen pelabuhan perikanan Pengembangan jalan produksi di tambak dan balai benih/hatchery Revitalisasi sarana perikanan (Armada Kapal dan Sarana Penyimpanan) Pengembangan data Sislog Ikan dan Perbaikan Sistem Distribusi Dorongan pengembangan pabrik pakan lokal KKP-Pemda PU dan Pemda KKP, Pemda dan PU Kemendag, Perhubungan Pemda 78

79 ARAH KEBIJAKAN DAN LANGKAH STRATEGIS (4) Arah kebijakan Langkah strategis Dukungan sektor lain Peningkatan Inovasi dan SDM Iptek Pengembangan kualitas dan kompetensi SDM Perikanan setempat Penguatan Kolaborasi Riset dan Inovasi Iptek utk Komoditas Unggulan, misal Nila, Kerapu Kemenaker, Kemendiknas Kemenperin, Kemenristek, Perguruan Tinggi 79

80 HASIL HUTAN 80

81 ARAH KEBIJAKAN DAN LANGKAH STRATEGIS Arah Kebijakan Pembinaan Kawasan Hutan Langkah Strategis Pembentukan dan pembangunan KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan/Forest Management Unit) Mendorong KPH sebagai profit center dengan tetap mempertahankan fungsi konservasi dan melindungi kawasan bawahnya (produk kayu, bukan kayu dan jasa lingkungan) Dukungan Sektor Lain Penyelesaian tata batas dengan: Pemda BPN Pemda Penegakan ketentuan pengelolaan hutan lindung oleh Pemda (PP nomor 38 tahun 2007) Pemda 81

82 ARAH KEBIJAKAN DAN LANGKAH STRATEGIS Arah Kebijakan Peningkatan daya saing komoditas hasil hutan Langkah Strategis Peningkatan kemudahan kepada KPH dan mitra kerjanya dalam bidang management, akses kepada teknologi, akses kepada kapital, dan akses kepada pasar Pengembangan Forest Based Cluster Industry sebagai upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas industri turunan berbasis kayu, bukan kayu, dan jasa lingkungan Dukungan Sektor Lain Kemendagri Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan 82

83 PENGEMBANGAN KOMODITAS RAMAH LINGKUNGAN (SUSTAINABLE COMMODITY) SEKTOR Langkah Strategis Kehutanan Pengelolaan hutan lestari pengembangan KPH Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) Pertanian ISPO (dikembangkan untuk karet dan kakao) Pembinaan dan pengawasan kebun Standar dan sertifikasi komoditas lestari Perikanan Pengelolaan WPP lestari Standar dan sertifikasi produksi/produk Industri Pendukung Pengembangan kriteria green business/industri Pengembangan kriteria green procurement Pengembangan green credit Kemenhut dan Pemda Kementan, BSN dan Kemendag KKP, BSN, Kemendag KADIN-KLH- Bappenas- Kemenperind LKPP, Kemenkeu, BI 83

84 Arah kebijakan dan langkah Strategis Arah Kebijakan Revitalisasi dan perkuatan kebijakan dan peraturan Reorientasi dan perkuatan pengelolaan hutan dan lanskap secara terintegrasi Langkah Strategis 1 Penataan dan Penggunaan Ruang 2. Tenurial 3. Pengelolaan hutan dan lahan gambut 4. Pemantauan hutan dan penegakan hukum 5. Moratorium 1. Pengelolaan lanskap secara berkelanjutan 2. Pemanfaatan ekonomi sumber daya alam secara berkelanjutan 3. Konservasi dan rehabilitasi Dukungan Sektor terkait KemenPU BPN KLH Aparat penegak hukum Kemendagri Pemda 84

85 Arah kebijakan dan langkah Strategis Arah Kebijakan Konservasi sumber daya air secara berkelanjutan Langkah Strategis 1. Perlindungan sumber air dalam kawasan hutan 2. Konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS) secara berkelanjutan 3. Perkuatan kelembagaan dan sumber data dan informasi konservasi tanah dan air Dukungan Sektor terkait KemenPU Pemda Kementan 85

86 Arah kebijakan dan langkah Strategis Arah Kebijakan Langkah Strategis Dukungan Sektor Lain Pengendalian kebakaran hutan Pembentukan unit khusus penanganan kebakaran hutan di Kementerian Kehutanan BNPB Pemda Pencegahan kebakaran hutan dengan pemanfaatan teknologi hutan buatan BPPT BNPB Keterpaduan penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan BNPB

87 KONSERVASI LAUT DAN PESISIR No A B Kawasan Konservasi Inisiasi Kemenhut (Taman Nasional Laut, Taman Wisata Alam Laut, Suaka Margasatwa Laut, Cagar Alam Laut) Inisiasi KKP dan Pemda (Kawasan Konservasi Perairan Nasional, Kawasan Konservasi Perairan Daerah) Jumlah Kawasan Luas (juta Ha) 32 4, ,09 Jumlah Total ,78 Target luasan kawasan konservasi perairan adalah 20 juta pada tahun 2020 sesuai komitmen Indonesia dalam hasil pertemuan Convention on Biological Diversity (CBD) tahun Mendorong pencadangan dan penetapan kawasan konservasi perairan daerah melalui koorinasi dengan pemda Harmonisasi pengaturan/pengelolaan kawasan konservasi perairan antar kementerian (Kemenhut dan KKP) Penyelesaian rencana zonasi setiap kawasan konservasi perairan Pengelolaan Kawasan Konservasi prioritas kawasan konservasi yang dikelola secara nasional, antara lain : Gili Matra, Laut Banda, Pulau Pieh, Padaido, Kapoposang, Aru Tenggara, Raja Ampat, Waigeo, Anambas, dan Laut Sawu 87

88 ARAH KEBIJAKAN DAN LANGKAH STRATEGIS Arah Kebijakan Langkah Startegis Dukungan Sektor lain Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut/Pesisir Pengembangan Kawasan Konservasi Sebagai Wisata Bahari di 10 Kawasan Konservasi Perairan Nasional. Penambahan luasan kawasan konservasi seluas 5 juta Ha Penyusunan Peraturan Pemerintah turunan dari UU No.27/2007 dan UU No. 41/1999 Penerapan zonasi dipesisir dan pulau-pulau kecil turunan UU 27/2007 Peningkatan sarana dan prasarana di kawasan wisata bahari, meliputi: pondok informasi, dermaga sandar, akses jalan, sanitasi, dan jaringan air bersih. Promosi dan kemudahan akses (moda transportasi dan trayek wisata) ke kawasan konservasi KKP, Pemda KKP, Kemenhut, Pemda KKP, Kemen PU, Pemda KKP, Kemenparekraf, Kemenhub 88

KEDAULATAN PANGAN DAN KEMARITIMAN

KEDAULATAN PANGAN DAN KEMARITIMAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RANCANGAN AWAL RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2015-2019 KEDAULATAN PANGAN DAN KEMARITIMAN DEPUTI

Lebih terperinci

KEDAULATAN PANGAN DAN KEMARITIMAN

KEDAULATAN PANGAN DAN KEMARITIMAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RANCANGAN AWAL RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2015-2019 KEDAULATAN PANGAN DAN KEMARITIMAN DEPUTI

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP Menuju Industri Perikanan Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP Menuju Industri Perikanan Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP Menuju Industri Perikanan Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan Deputi

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DALAM PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DALAM PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DALAM PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL 2015-2019 Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Jakarta, 28 Januari 2013 KERANGKA I. ARAHAN RPJPN 2005-2025 (UU NO

Lebih terperinci

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN A. KONDISI UMUM Sektor pertanian telah berperan dalam perekonomian nasional melalui sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penerimaan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Oleh: MOHAMAD RAHMAT MULIANDA DIREKTORAT KELAUTAN DAN PERIKANAN Batam, 22 Agustus 2014 1 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011 KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN 2011 DAN 2012 OLEH : ENDAH

Lebih terperinci

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Papua terdiri dari Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua dengan luas total 42,22 juta ha merupakan provinsi terluas dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

REVITALISASI KEHUTANAN

REVITALISASI KEHUTANAN REVITALISASI KEHUTANAN I. PENDAHULUAN 1. Berdasarkan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009 ditegaskan bahwa RPJM merupakan

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana.

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana. MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: SUMBER DAYA ALAM dan LINGKUNGAN HIDUP I Prioritas: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan A Fokus Prioritas:

Lebih terperinci

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1 I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA Provinsi Papua PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH PAPUA 1 Pendidikan Peningkatan akses pendidikan dan keterampilan kerja serta pengembangan

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH MALUKU 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah Meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

PENGERTIAN EKONOMI POLITIK

PENGERTIAN EKONOMI POLITIK PENGERTIAN EKONOMI POLITIK CAPORASO DAN LEVINE, 1992 :31 INTERELASI DIANTARA ASPEK, PROSES DAN INSTITUSI POLITIK DENGAN KEGIATAN EKONOMI (PRODUKSI, INVESTASI, PENCIPTAAN HARGA, PERDAGANGAN, KONSUMSI DAN

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RKP 2016 DAN PAGU INDIKATIF 2016. DEPUTI BIDANG PENDANAAN PEMBANGUNAN Jakarta, 15 April 2015

RANCANGAN AWAL RKP 2016 DAN PAGU INDIKATIF 2016. DEPUTI BIDANG PENDANAAN PEMBANGUNAN Jakarta, 15 April 2015 RANCANGAN AWAL RKP 2016 DAN PAGU INDIKATIF 2016 DEPUTI BIDANG PENDANAAN PEMBANGUNAN Jakarta, 15 April 2015 OUTLINE 1 Rancangan Awal RKP 2016 2 3 Pagu Indikatif Tahun 2016 Pertemuan Tiga Pihak 4 Tindak

Lebih terperinci

Oleh: DIREKTORAT KELAUTAN DAN PERIKANAN. Jakarta, 3 September 2014

Oleh: DIREKTORAT KELAUTAN DAN PERIKANAN. Jakarta, 3 September 2014 Oleh: DIREKTORAT KELAUTAN DAN PERIKANAN Jakarta, 3 September 2014 1 1. Sesuai dengan UU 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Perencanaan Pembangunan Nasional menghasilkan: rencana

Lebih terperinci

PELAKSANAAN RPJMN BIDANG SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DAN DUKUNGAN RISET

PELAKSANAAN RPJMN BIDANG SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DAN DUKUNGAN RISET PELAKSANAAN RPJMN BIDANG SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DAN DUKUNGAN RISET Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup BPPT, 4 Maret 03 KERANGKA PAPARAN I. CAPAIAN PEMBANGUNAN NASIONAL II.

Lebih terperinci

KEDEPUTIAN BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

KEDEPUTIAN BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP KEDEPUTIAN BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP MENJAGA PEMBANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN DAN BERKELANJUTAN PEKAN ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL (CPNS) 2014 Bappenas, 23 Januari 2014 1 STRUKTUR

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Disampaikan dalam Acara: Musrenbang RKPD Provinsi Kepulauan Riau 2015 Tanjung

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I BAB 5 I VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pengertian visi secara umum adalah gambaran masa depan atau proyeksi terhadap seluruh hasil yang anda nanti akan lakukan selama waktu yang ditentukan.

Lebih terperinci

PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN Disampaikan pada Rapat Koordinasi Teknis Tahun 2017 Makassar, 28 Februari 2017 PENGUATAN PERAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH

Lebih terperinci

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN Kementerian Pertanian Seminar Nasional Agribisnis, Universitas Galuh Ciamis, 1 April 2017 Pendahuluan Isi Paparan Kinerja dan permasalahan Posisi

Lebih terperinci

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN Oleh : Tenaga Ahli Badan Ketahanan Pangan Dr. Ir. Mei Rochjat Darmawiredja, M.Ed SITUASI DAN TANTANGAN GLOBAL Pertumbuhan Penduduk

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA KELOMPOK I KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA TOPIK : PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO DAN KIMIA MELALUI PENDEKATAN KLASTER KELOMPOK INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN, KIMIA HULU DAN

Lebih terperinci

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 7.1. Kondisi Wilayah Maluku Saat Ini Perkembangan terakhir pertumbuhan ekonomi di wilayah Maluku menunjukkan tren meningkat dan berada di atas pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN A. KONDISI UMUM Sektor pertanian telah berperan dalam perekonomian nasional melalui sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penerimaan

Lebih terperinci

Pembangunan Kehutanan

Pembangunan Kehutanan KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Pembangunan Kehutanan Sokoguru Pembangunan Nasional Berkelanjutan Dr. Ir. Hadi Daryanto, DEA (Sekretaris Jenderal) Disampaikan dalam Seminar

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN

PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN Pembangunan nasional tahun 2015-2017 menekankan kepada penguatan sektor domestik yang menjadi keunggulan komparatif Indonesia, yaitu ketahanan pangan

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Lokakarya Mengarusutamakan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Agenda

Lebih terperinci

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan merupakan komitmen pemerintah yang ditujukan untuk mewujudkan ketahanan Pangan nasional yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN III PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TANGGAL.. INDIKASI PROGRAM UTAMA LIMA TAHUNAN (KONSEPSI) ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAPET SERAM

LAMPIRAN III PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TANGGAL.. INDIKASI PROGRAM UTAMA LIMA TAHUNAN (KONSEPSI) ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAPET SERAM LAMPIRAN III PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TANGGAL.. LIMA TAHUNAN (KONSEPSI) ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAPET SERAM - 1 - LIMA TAHUNAN (KONSEPSI) ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAPET SERAM

Lebih terperinci

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO 1 VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO V I S I Riau Yang Lebih Maju, Berdaya Saing, Berbudaya Melayu, Berintegritas dan Berwawasan Lingkungan Untuk Masyarakat yang Sejahtera serta Berkeadilan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KEHUTANAN DALAM RPJMN

PEMBANGUNAN KEHUTANAN DALAM RPJMN PEMBANGUNAN KEHUTANAN DALAM RPJMN 2015-2019 DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP Rapat Koordinasi Teknis Pembangunan Kehutanan Bidang Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Jakarta, 24 Agustus

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Unit : Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Indikator Target Terwujudnya koordinasi dan Presentase hasil

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN JANGKA PANJANG

ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN JANGKA PANJANG ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN JANGKA PANJANG K E M E N T E R I A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N N A S I O N A L / B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N N A S I O N A L ( B A

Lebih terperinci

KONTRIBUSI UNTUK INDONESIA POROS MARITIM DUNIA. Kerangka Rencana Strategis Perum Perindo

KONTRIBUSI UNTUK INDONESIA POROS MARITIM DUNIA. Kerangka Rencana Strategis Perum Perindo KONTRIBUSI UNTUK INDONESIA POROS MARITIM DUNIA Kerangka Rencana Strategis Perum Perindo 2016-2020 Laut adalah Masa Depan Peradaban 17.504 Pulau Negara Kepulauan 5,8 juta km2 Luas Wilayah 8500 spesies ikan

Lebih terperinci

Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional

Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional Policy Brief TR 2016 02 Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional Nazla Mariza, M.A.; Bambang Wicaksono, M.Si.; Joanna Octavia, M.Sc. Ringkasan Industri perikanan nasional Indonesia

Lebih terperinci

HASIL PRA MUSRENBANGNAS 2015 PERKUATAN KEDAULATAN PANGAN

HASIL PRA MUSRENBANGNAS 2015 PERKUATAN KEDAULATAN PANGAN KEMENTERIAN PERENCANAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL HASIL PRA MUSRENBANGNAS 2015 PERKUATAN KEDAULATAN PANGAN DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP Jakarta,

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN DAN POSISI IPTEK HASIL LITBANG KEHUTANAN DI ERA PEMERINTAHAN BARU

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN DAN POSISI IPTEK HASIL LITBANG KEHUTANAN DI ERA PEMERINTAHAN BARU KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN DAN POSISI IPTEK HASIL LITBANG KEHUTANAN DI ERA PEMERINTAHAN BARU Oleh: Direktur

Lebih terperinci

NAWACITA SETENGAH TIANG CATATAN ATAS KEDAULATAN PANGAN VERSI NOTA KEUANGAN RAPBN 2016

NAWACITA SETENGAH TIANG CATATAN ATAS KEDAULATAN PANGAN VERSI NOTA KEUANGAN RAPBN 2016 NAWACITA SETENGAH TIANG CATATAN ATAS KEDAULATAN PANGAN VERSI NOTA KEUANGAN RAPBN 2016 ABDUL HALIM Sekretaris Jenderal KIARA KERANGKA PRESENTASI Kedaulatan Pangan versi Presiden Jokowi Sasaran Utama Pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KELAUTAN DALAM RPJMN

PEMBANGUNAN KELAUTAN DALAM RPJMN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEMBANGUNAN KELAUTAN DALAM RPJMN 2015-2019 Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan/Wakil Kepala BAPPENAS Rapat Koordinasi

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016 Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi Jambi, 31 Mei 2016 SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jambi pada Februari 2015 sebesar 4,66

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi pertanian dari kondisi yang kurang menguntungkan menjadi kondisi yang lebih menguntungkan (long

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH NUSA TENGGARA

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH NUSA TENGGARA MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH NUSA TENGGARA PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH NUSA TENGGARA 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah daerah

Lebih terperinci

KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA. Ketahanan Pangan. Dalam Kerangka Revitalisasi Pertanian, Perikanan, Kehutanan

KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA. Ketahanan Pangan. Dalam Kerangka Revitalisasi Pertanian, Perikanan, Kehutanan INDONESIA Ketahanan Pangan Dalam Kerangka Revitalisasi Pertanian, Perikanan, Kehutanan Harmonisasi Kebijakan & Program Aksi Presentasi : Pemicu Diskusi II Bp. Franky O. Widjaja INDONESIA BIDANG AGRIBISNIS,

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH Ir. BEN POLO MAING (Kepala Dinas Kehutanan Provinsi NTT)

DISAMPAIKAN OLEH Ir. BEN POLO MAING (Kepala Dinas Kehutanan Provinsi NTT) DISAMPAIKAN OLEH Ir. BEN POLO MAING (Kepala Dinas Kehutanan Provinsi NTT) DASAR HUKUM DAN ARAHAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN DI PROV. NTT UUD 1945; Pasal 33 BUMI, AIR DAN KEKAYAAN ALAM YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA

Lebih terperinci

tersedianya pangan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (UU No.7 tahun 1996 tentang Pangan).

tersedianya pangan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (UU No.7 tahun 1996 tentang Pangan). Pangan : segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

RPJMN dan RENSTRA BPOM

RPJMN dan RENSTRA BPOM RPJMN 2015-2019 dan RENSTRA BPOM 2015-2019 Kepala Bagian Renstra dan Organisasi Biro Perencanaan dan Keuangan Jakarta, 18 Juli 2017 1 SISTEMATIKA PENYAJIAN RPJMN 2015-2019 RENCANA STRATEGIS BPOM 2015-2019

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL Gamal Nasir Direktorat Jenderal Perkebunan PENDAHULUAN Kelapa memiliki peran strategis bagi penduduk Indonesia, karena selain

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN 2013, No.44 10 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 MOR SP DIPA-32.3-/217 DS4538-239-5974-97 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 7 2012, No.54 LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2012 NOMOR : 2 TAHUN 2012 TANGGAL : 6 JANUARI 2012 RENCANA

Lebih terperinci

VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN

VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN Voluntary National Review (VNR) untuk Tujuan 14 menyajikan indikator mengenai rencana tata ruang laut nasional, manajemen

Lebih terperinci

1. KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN, TANTANGAN DAN HARAPAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA 2. PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN KEMISKINAN

1. KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN, TANTANGAN DAN HARAPAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA 2. PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN KEMISKINAN BAHASAN 1. KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN, TANTANGAN DAN HARAPAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA 2. PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN KEMISKINAN NUHFIL HANANI AR UNIVERSITAS BAWIJAYA Disampaikan

Lebih terperinci

REPOSISI KAPET 2014 BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM

REPOSISI KAPET 2014 BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM REPOSISI KAPET 2014 KELEMBAGAAN DIPERKUAT, PROGRAM IMPLEMENTATIF, KONSISTEN DALAM PENATAAN RUANG MEMPERKUAT MP3EI KORIDOR IV SULAWESI LEGALITAS, KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR PU DALAM MEMPERCEPAT PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2015-2019

RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2015-2019 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2015-2019 Oleh: Menteri PPN/Kepala Bappenas

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Musrenbang Regional Kalimantan Jakarta, 24 Februari 2015 AGENDA 7 NAWACITA : Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN 185 VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN Ketersediaan produk perikanan secara berkelanjutan sangat diperlukan dalam usaha mendukung ketahanan pangan. Ketersediaan yang dimaksud adalah kondisi tersedianya

Lebih terperinci

MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan

MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan Rubrik Utama MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan Oleh: Dr. Lukytawati Anggraeni, SP, M.Si Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor olume 18 No. 2, Desember

Lebih terperinci

Keselarasan antara RPJMD dengan RPJMN DISAMPAIKAN PADA MUSRENBANG RPJMD KABUPATEN KAMPAR PERIODE

Keselarasan antara RPJMD dengan RPJMN DISAMPAIKAN PADA MUSRENBANG RPJMD KABUPATEN KAMPAR PERIODE Keselarasan antara RPJMD dengan RPJMN 2015-2019 DISAMPAIKAN PADA MUSRENBANG RPJMD KABUPATEN KAMPAR PERIODE 2017-2022 OUTLINE 1. Sistem Manajemen Pembangunan Nasional 2. Strategi Pembangunan Nasional Periode

Lebih terperinci

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting : Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Pada 19 Januari 2012 lalu, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk yang padat, setidaknya mampu mendorong perekonomian Indonesia secara cepat, ditambah lagi dengan sumber daya

Lebih terperinci

MENDORONG KEDAULATAN PANGAN MELALUI PEMANFAATAN SUMBERDAYA UNGGUL LOKAL. OLEH : GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Dr.

MENDORONG KEDAULATAN PANGAN MELALUI PEMANFAATAN SUMBERDAYA UNGGUL LOKAL. OLEH : GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Dr. MENDORONG KEDAULATAN PANGAN MELALUI PEMANFAATAN SUMBERDAYA UNGGUL LOKAL OLEH : GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Dr. ERZALDI ROSMAN V I S I 2017-2022 MISI PROVINSI TERKAIT PERTANIAN MISI 1 : MENGEMBANGKAN

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 65.095.787.348 29.550.471.790 13.569.606.845 2.844.103.829 111.059.969.812 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 64.772.302.460

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.583.925.475 29.611.683.617 8.624.554.612 766.706.038 105.586.869.742 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.571.946.166

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

BAB 19 REVITALISASI PERTANIAN

BAB 19 REVITALISASI PERTANIAN BAB 19 REVITALISASI PERTANIAN Revitalisasi pertanian dalam arti luas dilakukan untuk mendukung pencapaian sasaran penciptaan lapangan kerja terutama di perdesaan dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Lebih terperinci

PRIORITAS NASIONAL 10 BIDANG DAERAH TERTINGGAL, TERDEPAN, TERLUAR, DAN PASCA-KONFLIK WILAYAH JAWA BALI

PRIORITAS NASIONAL 10 BIDANG DAERAH TERTINGGAL, TERDEPAN, TERLUAR, DAN PASCA-KONFLIK WILAYAH JAWA BALI PRIORITAS NASIONAL 10 BIDANG DAERAH TERTINGGAL, TERDEPAN, TERLUAR, DAN PASCA-KONFLIK WILAYAH JAWA BALI Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah BAPPENAS Musrenbangnas RKP Tahun 2011 Jakarta,

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

UPAYA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN KABUPATEN CILACAP MELALUI KONSEP BLUE ECONOMY

UPAYA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN KABUPATEN CILACAP MELALUI KONSEP BLUE ECONOMY UPAYA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN KABUPATEN CILACAP MELALUI KONSEP BLUE ECONOMY Oleh: Kevin Yoga Permana Sub: Pengembangan Minapolitan di Kabupaten Cilacap Tanpa tindakan konservasi dan pengelolaan, sektor

Lebih terperinci

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012 Sambutan Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Penyusunan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah

Lebih terperinci

RANGKUMAN HASIL RAKOR PANGAN NASIONAL, FEED INDONESIA FEED THE WORLD II JAKARTA, 26 JULI 2011

RANGKUMAN HASIL RAKOR PANGAN NASIONAL, FEED INDONESIA FEED THE WORLD II JAKARTA, 26 JULI 2011 RANGKUMAN HASIL RAKOR PANGAN NASIONAL, FEED INDONESIA FEED THE WORLD II JAKARTA, 26 JULI 2011 Tujuan Rakor Pangan : Rakor pangan bertujuan mengsinkronisasikan kebijakan dan kegiatan seluruh pemangku kepentingan

Lebih terperinci

6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand).

6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand). GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM 2013 24 Sesi NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG : 2 A. PENGERTIAN NEGARA BERKEMBANG Negara berkembang adalah negara yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi rendah, standar

Lebih terperinci

PERANAN IBSAP DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN

PERANAN IBSAP DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERANAN IBSAP DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

BAB VI LANGKAH KE DEPAN

BAB VI LANGKAH KE DEPAN BAB VI LANGKAH KE DEPAN Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion 343 344 Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion LANGKAH LANGKAH KEDEPAN Seperti yang dibahas dalam buku ini, tatkala Indonesia memasuki

Lebih terperinci

Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan

Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan DIREKTORAT KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KEMENTERIAN KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal Yayuk FB Pembekalan KKP Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB 14 Mei 2011 CONTOH : Hasil identifikasi

Lebih terperinci

Panduan Pengguna Untuk Sektor Pertanian, Konstruksi dan Pertambangan. Indonesia 2050 Pathway Calculator

Panduan Pengguna Untuk Sektor Pertanian, Konstruksi dan Pertambangan. Indonesia 2050 Pathway Calculator Panduan Pengguna Untuk Sektor Pertanian, Konstruksi dan Pertambangan Indonesia Pathway Calculator Daftar Isi 1. Ikhtisar Sektor Pertanian, Konstruksi dan Pertambangan... 3 2. Metodologi... 6 3. Hasil Pemodelan...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan 122 Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan IV.1 Kondisi/Status Luas Lahan Sawah dan Perubahannya Lahan pertanian secara umum terdiri atas lahan kering (non sawah)

Lebih terperinci