BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aseton merupakan keton yang paling sederhana, digunakan
|
|
- Hendri Halim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Aseton Aseton merupakan keton yang paling sederhana, digunakan sebagai pelarut polar dalam kebanyakan reaksi organik. Aseton dikenal juga sebagai dimetil keton, 2-propanon, atau propan-2-on. Aseton adalah senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah terbakar, digunakan untuk membuat plastik, serat, obat-obatan, dan senyawa-senyawa kimia lainnya. Selain dimanufaktur secara industri, aseton juga dapat ditemukan secara alami, termasuk pada tubuh manusia dalam kandungan kecil. Aseton memiliki gugus karbonil yang mempunyai ikatan rangkap dua karbon-oksigen terdiri atas satu ikatan σ dan satu ikatan π. Umumnya atom hidrogen yang terikat pada atom karbon sangat stabil dan sangat sukar diputuskan. Namun lain halnya dengan atom hidrogen yang berada pada karbon () di samping gugus karbonil yang disebut atom hidrogen alfa. Sebagai akibat penarikan elektron oleh gugus karbonil, kerapatan elektron pada atom karbon alfa semakin berkurang, maka ikatan karbon dan hidrogen alfa semakin melemah, sehingga hidrogen alfa menjadi bersifat asam dan dapat mengakibatkan terjadinya substitusi alfa (α). Substitusi α melibatkan penggantian atom pada atom karbon α dengan elektrofil (Wade, L.G. 2006: ). Atom hidrogen alfa pada aseton dapat dilihat pada Gambar 1.
2 9 α α α α α α Gambar 1. Atom hidrogen alfa pada aseton. Aseton mempunyai atom hidrogen alfa bersifat asam, oleh karena itu dapat terionisasi menghasilkan ion enolat. Ion enolat dapat berada dalam dua bentuk yaitu bentuk keto dan bentuk enol yang disebut bentuk tautomerisasi. Tautomer adalah isomer-isomer pada senyawa karbonil yang hanya dibedakan oleh kedudukan ikatan rangkap dan yang disebabkan perpindahan letak atom hidrogen alfa ke atom oksigen. Bentuk keto dan bentuk enol pada aseton dapat dilihat pada Gambar Bentuk keto Bentuk enol Gambar 2. Bentuk keto dan bentuk enol pada aseton. idrogen alfa pada senyawa aseton dapat disubtitusi oleh karbokation sehingga terjadi reaksi alkilasi. Reaksi alkilasi pada aseton terdapat pada Gambar 3.
3 All 3 + RX 3 2 R Gambar 3. Alkilasi pada aseton. + X 2. Senyawa 3-idroksibenzaldehida Senyawa 3-idroksibenzaldehida dengan struktur seperti ditunjukkan pada Gambar 4 merupakan senyawa turunan benzaldehida yang tersubstitusi gugus hidroksi pada posisi meta pada cincin aromatik. Gambar 4. 3-hidroksibenzaldehida Senyawa ini berbentuk kristal berwarna putih, memiliki titik leleh dan titik didih 191 dan larut dalam etanol pada suhu kamar. Salah satu reaksi yang dapat dialami gugus karbonil pada benzaldehida adalah reaksi kondensasi aldol silang dengan aseton menjadi benzalaseton seperti terlihat pada Gambar 5.
4 Gambar 5. Reaksi kondensasi aldol silang antara benzaldehida dengan aseton 3. Senyawa 4-(3-hidroksifenil)-3-buten-2-on Senyawa 4-(3-hidroksifenil)-3-buten-2-on (Gambar 6) merupakan senyawa turunan benzalaseton yang tersubstitusi gugus hidroksi pada cincin aromatik. Senyawa turunan benzalaseton ini memiliki rumus molekul yang analog dengan senyawa turunan asam sinamat (Gambar 7). 4' 3' 2' 5' 6' 1' Gambar 6. Struktur 4-(3-hidroksifenil)-3-buten-2-on R Gambar 7. Turunan Asam Sinamat
5 12 Struktur 4-(3-hidroksifenil)-3-buten-2-on memiliki kemiripan dengan turunan asam sinamat karena sama-sama memiliki senyawa karbonil tak jenuh α,β yang terkonjugasi dengan cincin benzena. Maka diharapkan senyawa tersebut juga memiliki aktivitas sebagai tabir surya. 4. Senyawa Tabir Surya Tabir surya adalah suatu senyawa yang digunakan untuk menyerap secara efektif sinar matahari terutama daerah emisi gelombang UV sehingga dapat mencegah gangguan pada kulit akibat pancaran secara langsung sinar UV tersebut (Titik Taufikurohmah, 2008). Besarnya kemampuan suatu senyawa untuk melindungi kulit dari sinar matahari dapat dilihat dari nilai SPF (Sun Protection Factor) yaitu nilai pelindung terhadap UV yang dapat melindungi kulit terbakar dari sinar matahari. SPF mengindikasikan berapa lama kita dapat berada di bawah paparan sinar matahari langsung tanpa menyebabkan kulit terbakar. Perhitungan SPF menurut Walter adalah SPF=10 A, dengan A adalah absorbansi tiap larutan yang diukur menggunakan alat spektroskopi UV (Ike Yuliastuti dan Jumina, 2002). Senyawa tabir surya yang baik digunakan untuk melindungi kulit dari sinar ultraviolet adalah senyawa yang memiliki kemampuan proteksi maksimal (ultra) tetapi memiliki konsentrasi kecil sehingga tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Jenis proteksi ultra adalah senyawa yang memiliki nilai SPF di atas 15. Sinar ultraviolet dibagi menjadi tiga macam sesuai efek yang ditimbulkannya terhadap sel kulit yaitu UV-A, UV-B, dan UV-. Sinar UV- (λ
6 13 = nm) mempunyai energi tertinggi dan berbahaya, namun tidak sampai ke permukaan bumi karena terserap oleh lapisan termosfer. Sinar UV-B (λ = nm) dengan energi yang relatif tinggi termasuk berbahaya sebab akan sampai ke permukaan bumi walau hanya sebagian kecil saja. Meskipun UV-B hanya akan terserap kulit sampai lapisan epidermis saja namun akan menyebabkan kulit terbakar, efek penuaan dini dan kanker kulit. Sinar UV-A (λ = nm) memiliki energi paling rendah, relatif tidak berbahaya namun mampu menembus lapisan dermis kulit dan dalam waktu yang lama mengakibatkan efek merusak pula seperti UV-B (Agus Dwiono, Jumina dan Iqmal Tahir, 2003 : 34). Senyawa tabir surya yang banyak digunakan dalam industri kosmetika adalah senyawa turunan alkil sinamat. Senyawa turunan alkil sinamat yang populer adalah p-metoksi oktil sinamat. Berdasarkan struktur kimianya, ada dua bagian pada senyawa tersebut yang dimungkinkan berperan penting yaitu bagian rantai alkil dan bagian rantai benzil seperti pada Gambar 8. 3 R Gambar 8. Struktur alkil parametoksisinamat Berdasarkan struktur kimia senyawa tersebut maka terdapat bagian benzena aromatik dan sisi alkil yang bersifat non polar. Efek perlindungan sinar UV dari senyawa tersebut diakibatkan bagian cincin benzena, sedangkan bagian
7 14 sisi alkil digunakan untuk kontribusi sifat non polar senyawa yang berakibat senyawa tak larut dalam air (Ike Yuliastuti dan Jumina, 2002). Kemampuan suatu senyawa tabir surya dalam melindungi kulit dari paparan sinar UV identik dengan panjang gelombang serapan maksimum yaitu panjang gelombang dengan intensitas absorpsi tertinggi atau maksimum. al tersebut tergantung pada struktur elektronik dari setiap senyawa (Sastrohamidjojo, 1991). 5. Kondensasi Aldol silang Reaksi kondensasi adalah suatu reaksi dimana dua molekul kecil bergabung membentuk satu molekul besar dengan atau tanpa hilangnya suatu molekul kecil (misalnya air). Kondensasi aldol adalah reaksi antar aldehida atau antar keton yang sama menggunakan basa sebagai katalis. Syarat terjadinya reaksi adalah tersedianya α pada karbonil yang terlibat dalam reaksi tersebut. Reaksi kondensasi aldol dalam beberapa kasus biasanya diikuti reaksi dehidrasi. Jika aldehida tidak memiliki α, maka dimerisasi dengan kondensasi aldol tidak dapat terjadi, kondensasi dapat terjadi jika pada aldehida tersebut ditambahkan aldehida atau keton yang mempunyai α. Kondensasi aldol melibatkan adisi nukleofilik sebuah enolat keton ke sebuah aldehida, membentuk β-hidroksi keton atau β- hidroksi aldehida dan diikuti dengan dehidrasi, menghasilkan sebuah enon terkonjugasi (Wade, L.G. 2006: ). Bila suatu aldehida yang memiliki atom α diolah dengan basa seperti Na dalam air, maka akan terbentuk ion enolat, yang kemudian dapat bereaksi
8 15 pada gugus karbonil dari molekul aldehida yang lain. asilnya ialah adisi satu molekul aldehida ke molekul aldehida yang lain seperti pada Gambar Asetaldehida (suatu aldehida) hidroksibutanal (suatu aldol) Gambar 9. Adisi satu molekul aldehida ke molekul aldehida yang lain. Kondensasi aldol dengan menggunakan katalis basa akan membentuk ion enolat (Gambar 10), yang kemudian akan terjadi serangan nukleofil oleh enolat pada gugus karbonil lain yang terstabilisasi oleh resonansi (Gambar 11). Produk reaksi ini adalah garam alkoksida, aldol akan terbentuk dan mengalami dehidrasi menghasilkan senyawa karbonil tak jenuh (Gambar 12). Reaksi dengan katalis basa : ion enolat Gambar 10. Pembentukan ion enolat produk aldol + Gambar 11. Serangan enolat pada gugus karbonil.
9 16 3 produk aldol senyawa karbonil tak jenuh 2 Gambar 12. Dehidrasi aldol. Senyawa aldol (β-hidroksialdehida dan β-hidroksiketon) hasil dari reaksi adisi lebih mudah terdehidrasi karena ikatan rangkap dalam produk dehidrasi berkonjugasi dengan gugus karbonil. Konjugasi meningkatkan kestabilan produk dan oleh sebab itu senyawa karbonil tak jenuh α,β-aldehida atau keton mudah diperoleh sebagai produk kondensasi aldol (Bruice, P.Y., 2007 : 873). Bila dehidrasi menghasilkan suatu ikatan rangkap yang berkonjugasi dengan cincin aromatik maka dehidrasi berlangsung spontan. Misalnya β- hidroksiketon yang dibentuk melalui adisi aldol dari asetofenon, karena ikatan rangkap yang baru tidak hanya berkonjugasi dengan gugus karbonil tetapi juga berkonjugasi dengan cincin aromatik, maka dehidrasi berlangsung spontan seperti pada Gambar 13. Konjugasi dapat menstabilkan produk dehidrasi, maka relatif lebih mudah diperoleh (Bruice, P.Y., 2007 : 873).
10 17 Reaksi : 2 3 spontan Gambar 13. Dehidrasi yang menghasilkan suatu ikatan rangkap terkonjugasi dengan cincin aromatik. Suatu aldehida tanpa hidrogen α tidak dapat membentuk ion enolat dan dengan demikian tidak dapat berdimerisasi dalam suatu kondensasi aldol. Namun jika aldehida semacam ini dicampur dengan senyawa lain yang memiliki hidrogen α maka kondensasi antara keduanya dapat terjadi. Reaksi inilah yang disebut aldol silang (cross aldol condensation). Suatu kondensasi aldol silang sangat berguna bila hanya satu senyawa karbonil yang memiliki hidrogen α, kalau tidak akan diperoleh produk campuran (R.J Fessenden & J.S. Fessenden, 1999 : 181). Mekanisme reaksi pembentukan senyawa 4-(3-hidroksifenil)-3-buten-2- on dari reaksi antara aseton dengan 3-hidroksibenzaldehida ditunjukkan seperti pada Gambar 14 berikut:
11 Na Na 3 Na suatu ion alkoksida 2 Na Nal l (3'-hidroksifenil)-3-buten-2-on Gambar 14. Mekanisme reaksi pembentukan 4-(3-hidroksifenil)-3-buten-2-on dengan katalis basa.
12 19 6. Teknik Rekristalisasi Senyawa-senyawa organik yang berbentuk padat dari hasil isolasi maupun dari hasil sintesis reaksi-reaksi organik umumnya jarang diperoleh dalam keadaan murni. Senyawa tersebut biasanya terkontaminasi dengan sejumlah kecil dari senyawa-senyawa lain yang dihasilkan selama reaksi berlangsung. Pemurnian senyawa-senyawa yang berbentuk kristal yang tidak murni, lazimnya dilakukan dengan jalan rekristalisasi dengan berbagai pelarut atau campuran pelarut. Pemurnian zat-zat padat dengan jalan rekristalisasi didasarkan pada kelarutannya di dalam pelarut tertentu atau campuran pelarut. Pada prinsipnya pekerjaan rekristalisasi terdiri atas : a. Melarutkan senyawa yang tidak murni (hasil sintesis atau isolasi) dalam pelarut yang baik (sesuai) atau titik didihnya berdekatan. b. Menyaring larutan yang masih dalam keadaan panas dari partikel-partikel yang tidak larut. c. Mendinginkan larutan panas sehingga zat terlarut menjadi kristal. d. Memisahkan kristal dari larutan yang menyertainya. Karakteristik dari pelarut yang umumnya digunakan untuk rekristalisasi adalah : a. Mempunyai daya melarutkan yang tinggi untuk senyawa yang akan dimurnikan pada suhu yang relatif tinggi dan mempunyai daya melarutkan yang rendah pada suhu kamar atau pada suhu yang lebih rendah. b. Mampu melarutkan sedikit kotoran-kotoran (impurities). c. Mudah menghasilkan bentuk-bentuk kristal dari senyawa yang dimurnikan
13 20 d. Mudah dipisahkan dari kristal-kristal senyawa yang dimurnikan, atau memiliki titik didih yang relatif rendah e. Pelarut tidak bereaksi secara kimia dengan senyawa yang dimurnikan. 7. Kromatografi Lapis Tipis Teknik kromatografi lapis tipis dikembangkan oleh Ismailoff dan Schraibar pada tahun Adsorben dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai penunjang fasa diam. Fasa bergerak akan menyerap sepanjang fasa diam dan terbentuklah kromatogram. Ini dikenal juga sebagai kromatografi kolom terbuka. Biasanya yang sering digunakan sebagai materi pelapisnya adalah silika gel, bubuk selulosa, tanah diatome, dan kieselguhr (ardjono Sastrohamidjojo, 1991: 26-28). Pemilihan sistem pelarut dan komposisi lapisan tipis ditentukan oleh prinsip kromatografi yang akan digunakan. Sampel diteteskan pada salah satu bagian tepi plat kromatografi (0,01 10 µg zat). Kromatografi lapis tipis digunakan untuk memisahkan komponenkomponen atas dasar perbedaan adsorpsi atau partisi oleh fase diam dipisah gerakan pelarut pengembang. Teknik Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dikembangkan oleh Egon Stahl dengan menghamparkan penyerap pada lempeng gelas, sehingga merupakan lapisan tipis. KLT merupakan kromatografi serapan, tetapi dapat juga merupakan kromatografi partisi karena bahan penyerap telah dilapisi air dari udara. Sistem ini sangat popular karena banyak memberikan keuntungan, yaitu peralatan yang diperlukan sederhana, murah, waktu analisis
14 21 yang singkat serta daya pisah cukup baik. Selain itu sampel yang dibutuhkan sangat sedikit (Sudjadi, 1986 : 167). Larutan cuplikan ditotolkan dengan pipet mikro atau injektor pada jarak 1-2 cm dari batas plat. Setelah pelarut dari noda menguap, plat siap untuk dikembangkan dengan fasa gerak yang sesuai hingga jarak eluen/fasa gerak dari batas plat mencapai 7-10 cm. Proses pengembangan dikerjakan dalam wadah tertutup (chamber) yang diisi eluen yang sesuai dengan sampel. hamber tersebut dijenuhi dengan uap eluen agar dihasilkan pemisahan yang baik dan dapat ulang (reproducible). Teknik pengembangan dapat dari bawah ke atas (ascending), dari atas ke bawah (descending) atau mendatar. Jangan sampai terlalu lama mencelupkan plat dalam bejana bila permukaan pelarut telah mencapai garis akhir, karena oleh pengaruh difusi dan penguapan dapat menyebabkan pemancaran dari noda-noda yang terpisah. Langkah berikutnya adalah mengeringkan sisa eluen dalam lapisan tipis dengan didiamkan pada suhu kamar beberapa saat. Noda pada lapisan tipis dapat diamati langsung untuk noda tampak. Jika noda tidak tampak dapat dilihat dengan lampu UV pada panjang gelombang pendek (254 nm) atau pada panjang gelombang (366 nm). Dapat juga dilihat dengan menggunakan pereaksi semprot penimbul warna. Pemilihan eluen yang tepat merupakan langkah yang sangat penting untuk keberhasilan analisis dengan KLT. Pertimbangannya dapat menggunakan prinsip like disolve like. Pemilihan eluen (fasa gerak) sebaiknya menggunakan campuran pelarut organik yang mempunyai polaritas serendah mungkin, hal ini untuk mengurangi
15 22 serapan dari setiap komponen dari campuran pelarut. Jika komponen-komponen yang mempunyai sifat polar yang tinggi (terutama air) dalam campuran akan merubah sistem menjadi sistem partisi. ampuran yang baik memberikan fasafasa bergerak yang mempunyai kekuatan bergerak sedang, tetapi sebaiknya dicegah sejauh mungkin mencampur lebih dari dua komponen terutama karena campuran yang lebih kompleks cepat mengalami perubahan-perubahan fasa-fasa terhadap perubahan-perubahan suhu (ardjono Sastrohamidjojo, 1991 : 28-36). Setelah noda dikembangkan dan divisualisasikan, identitas noda dinyatakan dengan harga Rf (Retordation Factor) yang didefinisikan sebagai rasio jarak noda terhadap titik awal dibagi jarak eluen terhadap titik awal. Secara matematis dapat ditulis: Rf = l h dengan l = jarak noda dari titik awal ke titik akhir setelah proses pengembangan dan h = jarak eluen dari titik awal ke batas akhir eluen. arga Rf berkisar antara 0-0,999. Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapis tipis sehingga mempengaruhi harga Rf antara lain struktur kimia senyawa yang dipisahkan, sifat penyerap, tebal dan kerapatan lapisan penyerap, pelarut (fasa gerak), derajat kejenuhan, teknik pemisahan, jumlah cuplikan, dan suhu (ardjono Sastrohamidjojo, 1991 : 35-36). Alat yang digunakan untuk mengetahui harga Rf secara langsung adalah KLT Scanner. Alat ini akan memberikan data Rf dan luas area yang memberi data tentang persentase kemurnian senyawa yang dipisahkan.
16 23 Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam KLT yang juga mempengaruhi harga Rf (ardjono Sastromidjoyo, 1991 : 35-36) adalah : a. Struktur senyawa yang sedang dipisahkan. b. Sifat adsorben dan derajat aktivitasnya. Perbedaan adsorben memberikan perbedaan yang besar terhadap harga Rf. c. Tebal dan kerataan lapisan adsorben. d. Pelarut fasa gerak (dan tingkat kemurnianya). e. Derajat kejenuhan dan uap dalam bejana pengembangan yang digunakan. f. Teknik percobaan. g. Jumlah cuplikan yang digunakan. Penetesan jumlah cuplikan yang berlebihan memberikan tendensi penyebaran noda-noda dengan kemungkinan terbentuknya ekor. h. Suhu, untuk mencegah perubahan-perubahan dalam komposisi pelarut yang disebabkan oleh penguapan-penguapan atau perubahan-perubahan fasa. 8. Spektroskopi UV Dasar spektroskopi UV adalah serapan cahaya. Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum UV tergantung pada struktur elektronik dari molekul. Spektrum UV dari senyawa-senyawa organik berkaitan erat dengan transisi-transisi diantara tingkatan tenaga elektronik, oleh sebab itu serapan radiasi UV sering dikenal sebagai spektroskopi elektronik (ardjono Sastrohamidjojo,
17 : 11). Spektroskopi UV dapat digunakan untuk menentukan gugus kromofor yang terdapat dalam suatu senyawa yang menyerap radiasi dalam daerah UV. Serapan cahaya (energi) dalam daerah UV dari spektrum elektronik mengakibatkan transisi elektronik, promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar berenergi rendah, ke orbital keadaan tereksitasi berenergi tinggi. Spektrum UV terdiri dari pita serapan lebar pada daerah panjang gelombang yang lebar. Panjang gelombang serapan biasanya dilaporkan sebagai λ maks, yakni panjang gelombang yang memberikan nilai serapan terbesar (ardjono Sastrohamidjojo,1991: 11). Serapan energi direkam sebagai absorbansi. Absorbansi pada panjang gelombang tertentu didefinisikan sebagai : A = log I I Keterangan: A = absorbansi Io = intensitas radiasi yang datang I = intensitas radiasi yang diteruskan Absorbansi suatu senyawa dengan panjang gelombang tertentu bertambah dengan makin banyaknya molekul yang mengalami transisi. Panjang gelombang tergantung pada kuat lemahnya elektron itu terikat pada molekul. Keuntungan penggunaan spektroskopi UV yaitu gugus-gugus karakteristik dapat dikenal dalam molekul-molekul yang sangat kompleks (ardjono Sastrohamidjojo, 1991 : 12). Panjang gelombang cahaya UV bergantung pada mudahnya promosi (eksitasi) elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron (eksitasi) akan menyerap pada panjang gelombang lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada panjang
18 25 gelombang lebih panjang (R.J., Fessenden & J.S., Fessenden, 1999 : 437). Umumnya penggunaan spektroskopi serapan pada senyawa-senyawa organik didasarkan pada transisi elektron n dan π ke excited state ke π * karena energienergi yang diperlukan untuk proses-proses ini cukup rendah, yaitu pada daerah spektrum ( nm) (Sumar endayana, Asep K, AA Sumarna, Asep S, 1994:160). Berdasarkan perumusan rumus empiris oleh Woodward-Fieser, λ secara teoritis dari senyawa 4-(3-hidroksifenil)-3-buten-2-on adalah: maks Struktur 4-(3-hidroksifenil)-3-buten-2-on arga dasar enon asiklik : 215 nm 3 3 tambahan ikatan rangkap 3 x 30 : 90 nm Komponen homodiena : 39 nm + λ maks terhitung : 344 nm Nilai panjang gelombang maksimum (λ maks) sebesar 344 nm menunjukkan potensi senyawa tabir surya UV-A. 9. Spektrofotometer FTIR Spektrum IR digunakan untuk menentukan berbagai macam gugus fungsi yang terkandung dalam suatu senyawa. Kegunaan dari spektroskopi inframerah adalah untuk mengenal (elusidasi) struktur molekul, khususnya gugus fungsional beserta lingkungannya. ampir setiap senyawa yang memiliki ikatan kovalen baik organik maupun anorganik, akan menyerap berbagai frekuensi radiasi
19 26 elektromagnetik dalam daerah spektrum IR. Sinar IR berada pada kisaran gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 0, µm. Daerah yang paling berguna untuk mengenal struktur suatu senyawa adalah pada daerah 1-25 µm atau cm -1. Satuan yang lebih umum dipakai adalah satuan frekuensi (cm - 1), dan bukan satuan panjang gelombang. Serapan setiap tipe ikatan (N-, -, -, -X, =, -, -, =, dan sebagainya) hanya diperoleh dalam bagian-bagian kecil tertentu dari daerah vibrasi infra merah. Kisaran serapan yang kecil dapat digunakan untuk menentukan setiap tipe ikatan. Frekuensi inframerah biasanya dinyatakan dalam satuan bilangan gelombang (wavenumber), yang didefinisikan sebagai banyaknya gelombang per sentimeter. Instrumen biasa memindai (scan) pada kisaran sekitar 700 sampai 5000 cm -1. Kisaran frekuensi ini sama dengan energi sekitar 2 sampai 12 kkal/mol. Jumlah energi ini cukup untuk mempengaruhi getaran (vibrasi) ikatan (gerakan seperti peregangan atau pembengkokan ikatan) tetapi sangat kurang untuk memutus ikatan. Spektrometer FTIR memiliki keuntungan yaitu dapat digunakan pada semua frekuensi dari sumber cahaya secara simultan sehingga analisis dapat dilakukan lebih cepat daripada menggunakan cara pemindaian, sensitifitas FTIR lebih besar daripada cara dispersi disebabkan radiasi yang masuk ke sistem detektor lebih banyak karena tanpa harus melalui celah (Palleros D. R, 2003 : ). Spektra inframerah suatu senyawa dapat dengan mudah diperoleh dalam beberapa menit. Sedikit sampel senyawa diletakkan dalam instrumen dengan
20 27 sumber radiasi inframerah. Spektrometer secara otomatis membaca sejumlah radiasi yang menembus sampel dengan kisaran frekuensi tertentu dan merekam pada kertas berapa persen radiasi yang ditransmisikan. Radiasi yang diserap oleh molekul muncul sebagai pita spektra. Seberapa banyak frekuensi tertentu yang melewati senyawa tersebut diukur sebagai persentase transmitansi (percentage transmittance). Persentase transmitansi dengan nilai 100 berarti bahwa semua frekuensi dapat melewati senyawa tersebut tanpa diserap sama sekali. Pada kenyataannya, itu tidak pernah terjadi, selalu akan ada penyerapan, walaupun kecil, mungkin transmitansi sebesar 95% adalah yang terbaik yang bisa diperoleh. Identifikasi pita absorpsi khas yang disebabkan oleh berbagai gugus fungsi merupakan dasar penafsiran spektra inframerah. Delapan daerah terpenting dan telah ditentukan dengan baik yang digunakan pada pemeriksaan pendahuluan spektra tertera dalam Tabel 1 (ardjono Sastrohamidjojo, 1991 : 82-85). Tabel 1. arga Dasar Serapan Ikatan Gugus Fungsi Daerah Spektra (Bilangan Gelombang, cm -1 ) Ikatan yang menyebabkan absorpsi Regang, N Regang - :, =, Ar Regang : 3, 2,, Regang, N Regang = (asam, aldehid, keton, amida, ester, anhidrida) Regang = (alifatik dan aromatik), =N Lentur Lentur =, Ar (luar bidang)
21 28 Berdasarkan struktur dari senyawa 4-(3-hidroksifenil)-3-buten-2-on, maka dapat diperkirakan kemungkinan gugus fungsi yang akan muncul dalam spektroskopi infra merah diantaranya: a. Adanya gugus karbonil = pada serapan cm -1. Puncak ini biasanya terkuat dengan lebar medium dalam spektrum dan serapan tersebut sangat karakteristik. b. Adanya gugus hidroksi memiliki serapan yang melebar pada daerah cm -1 c. Adanya cincin aromatik memiliki serapan medium tinggi kuat pada daerah cm. -1 d. Adanya ikatan rangkap = yang memiliki serapan pada daerah cm -1.. e. Adanya - alifatik pada daerah serapan kurang dari 3000 cm -1, maupun aromatik pada daerah serapan lebih dari 3000 cm -1. f. Adanya cincin disubtitusi meta pada daerah serapan 671 cm -1 dan satu lagi dekat 780 cm Spektrofotometer 1 -NMR Spektroskopi Resonansi Magnet Inti memberikan gambaran mengenai jenis atom, jumlah, maupun lingkungan atom hidrogen ( 1 NMR). Spektroskopi NMR didasarkan pada penyerapan gelombang radio oleh inti-inti tertentu dalam molekul organik, apabila molekul tersebut berada dalam medan magnet yang kuat (ardjono Sastrohamidjojo, 1991 : 102).
22 29 Interpretasi spektra 1 NMR harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. jumlah sinyal, menunjukkan ada berapa macam perbedaan proton yang terdapat dalam molekul b. kedudukan sinyal, ditunjukkan oleh geseran kimia (δ) ppm, menunjukkan jenis proton c. intensitas sinyal atau harga integrasi masing-masing sinyal, perbandingan harga integrasi menyatakan perbandingan jumlah proton d. pemecahan (spliting), menerangkan tentang limgkungan dari sebuah proton dengan proton lainnya yang berdekatan Perbedaan frekuensi resonansi setiap proton dalam cuplikan diukur relatif terhadap frekuensi resonansi dari proton-proton senyawa standar. Senyawa standar yang umum digunakan yaitu tetrametilsilan (TMS). TMS dipilih karena TMS memberikan puncak tunggal yang tajam dan kuat walaupun digunakan konsentrasi yang rendah. al ini disebabkan duabelas proton pada TMS yang ekuivalen. TMS bersifat inert, memiliki titik didih rendah sehingga mudah diuapkan untuk memperoleh kembali cuplikan, dan TMS juga dapat larut dalam kebanyakan pelarut organik (Kemp W, 1975: 83). Selain itu, proton-proton dari gugus metil pada TMS jauh terlindungi bila dibandingkan dengan kebanyakan senyawa-senyawa lain. al ini disebabkan silikon yang elektropositif mendorong elektron ke gugus metil melalui efek induksi sehingga memberikan efek perlindungan yang sangat kuat (ardjono Sastrohamidjojo, 1985: 111).
23 30 Tabel 2. Tipe Proton dengan Berbagai Pergeseran Kimia Jenis Proton Geseran Kimia ppm ppm ppm --NR2 2,5-4 ppm --l ,5-4,5 ppm -=- vinilik 4,5-7 ppm -=- aromatik 7-8 ppm R ppm R ppm Berdasarkan struktur dari senyawa 4-(3-hidroksifenil)-3-buten-2-on, maka dapat diprediksikan kemungkinan gugus fungsi yang akan muncul dalam spektroskopi 1 -NMR diantaranya: a. Adanya proton dari cincin aromatik akan ditunjukkan oleh puncak pada δ = 7 8 ppm, biasanya muncul dengan puncak tunggal. b. Adanya proton dari primer jenuh 3 pada δ = 0 1 ppm. c. Adanya proton yang terikat pada atom = ditunjukkan oleh puncak pada δ = 5,0 6,5 ppm. d. Adanya proton dari fenol akan ditunjukkan oleh puncak pada δ = 6 8 ppm. B. Penelitian yang Relevan Penelitian relevan yang mendukung penelitian ini adalah 1. Penelitian yang dilakukan oleh Fathul Arifin (2007) yang telah berhasil mensintesis senyawa benzalaseton dan dibenzalaseton menghasilkan senyawa dengan panjang gelombang maksimum 327 nm untuk senyawa benzalaseton
24 31 dan panjang gelombang maksimum 328 nm untuk senyawa dibenzalaseton, sehingga kedua senyawa tersebut memiliki potensi sebagai senyawa tabir surya UV-A. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Gunantyo Decky Wirawan (2008) yang telah berhasil mensintesis senyawa 1,5-difenil-2,4-pentadien-1-on dengan panjang gelombang maksimum 343 nm, sehingga senyawa tersebut memiliki potensi sebagai senyawa tabir surya UV-A. 3. Penelitian yang dilakukan Sri andayani (2009) yang telah berhasil mensintesis senyawa dibenzalaseton asimetris dengan panjang gelombang maksimum 350 nm, sehingga senyawa tersebut memiliki potensi sebagai senyawa tabir surya UV-A.. Kerangka Berfikir Senyawa 3-hidroksibenzaldehida merupakan senyawa turunan benzaldehida yang tersubstitusi gugus hidroksi pada posisi meta. Senyawa ini digunakan sebagai intermediet dalam sintesis organik. Pemanfaatan senyawa ini dalam sintesis perlu dikembangkan, terutama untuk mensintesis suatu senyawa baru yang diharapkan mempunyai banyak manfaat, salah satunya adalah menghasilkan senyawa yang berpotensi sebagai tabir surya. Senyawa 4-(3-hidroksifenil)-3-buten-2-on merupakan senyawa turunan benzalaseton yang diperkirakan mempunyai aktivitas sebagai senyawa tabir surya, karena senyawa ini mempunyai struktur yang mirip dengan senyawa turunan asam sinamat yang merupakan bahan dasar dari senyawa-senyawa turunan alkil sinamat
25 32 yang banyak digunakan sebagai senyawa tabir surya. al ini juga diperkuat dengan nilai panjang gelombang maksimum senyawa 4-(3-hidroksifenil)-3-buten- 2-on sebesar 344 nm yang menunjukkan potensi senyawa tabir surya UV-A. Senyawa ini disintesis dengan menggunakan reaktan 3- hidroksibenzaldehida dan aseton dengan katalis basa menggunakan reaksi kondensasi aldol silang. Reaksi ini melibatkan ion enolat yang terbentuk dari aseton yang akan bertindak sebagai nukleofil yang akan menyerang karbon karbonil senyawa aldehida aromatik menghasilkan senyawa β-hidroksi keton, yang selanjutnya mengalami dehidrasi menghasilkan senyawa α, β-keton tak jenuh 4-(3-hidroksifenil)-3-buten-2-on.
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aseton merupakan keton yang paling sederhana, digunakan sebagai
23 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Aseton Aseton merupakan keton yang paling sederhana, digunakan sebagai pelarut polar dalam kebanyakan reaksi organik. Aseton dikenal juga sebagai dimetil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup semua makhluk hidup, ternyata juga memberikan efek yang merugikan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sinar matahari selain merupakan sumber energi bagi kelangsungan hidup semua makhluk hidup, ternyata juga memberikan efek yang merugikan, antara lain menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cara menghindari paparan berlebihan sinar, yaitu tidak berada di luar rumah pada
17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terletak di daerah tropis dengan paparan sinar matahari sepanjang musim. Sebagian penduduknya bekerja di luar ruangan sehingga mendapat
Lebih terperinciSINTESIS SENYAWA 4-(3-HIDROKSIFENIL)-3-BUTEN-2-ON DAN UJI POTENSINYA SEBAGAI TABIR SURYA
SINTESIS SENYAWA 4-(3-HIDROKSIFENIL)-3-BUTEN-2-ON DAN UJI POTENSINYA SEBAGAI TABIR SURYA SYNTHESIS OF 4-(3-HYDROXYPHENYL)BUT-3-EN-2-ONE COMPOUND AND ITS POTENCY TEST AS SUNSCREEN Yuli Ivanto Saputro, Sri
Lebih terperinciKIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)
KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) 1.PENDAHULUAN 2.KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI 3.SPEKTROSKOPI UV-VIS 4.SPEKTROSKOPI IR 5.SPEKTROSKOPI 1 H-NMR 6.SPEKTROSKOPI 13 C-NMR 7.SPEKTROSKOPI MS 8.ELUSIDASI STRUKTUR Teknik
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCBAAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk membuat, mengisolasi dan mengkarakterisasi derivat akrilamida. Penelitian diawali dengan mereaksikan akrilamida dengan anilin sulfat.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih
Lebih terperinciEfektivitas Katalis Asam Basa Pada Sintesis 2-hidroksikalkon, Senyawa yang Berpotensi Sebagai Zat Warna
Profesionalisme Peneliti dan Pendidik dalam Riset dan Pembelajaran yang Berkualitas dan Berkarakter Yogyakarta, 30 ktober 2010 prosiding seminar nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 2010 ISBN: 978-979-98117-7-6
Lebih terperinciI. KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI
I. KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI Pendahuluan Spektroskopi adalah studi mengenai antaraksi cahaya dengan atom dan molekul. Radiasi cahaya atau elektromagnet dapat dianggap menyerupai gelombang. Beberapa sifat
Lebih terperinciBAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 1 TIJAUA PUSTAKA 1.1 Glibenklamid Glibenklamid adalah 1-[4-[2-(5-kloro-2-metoksobenzamido)etil]benzensulfonil]-3- sikloheksilurea. Glibenklamid juga dikenal sebagai 5-kloro--[2-[4{{{(sikloheksilamino)
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi
2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SENYAWA TURUNAN BENZALASETON SEBAGAI SENYAWA TABIR SURYA DEVELOPMENT OF BENZALACETON DERIVATIVE AS SUNSCREEN AGENT
Pengembangan Senyawa Turunan Benzalaseton... (Susy Yunita Prabawati, dkk) 31 PENGEMBANGAN SENYAWA TURUNAN BENZALASETN SEBAGAI SENYAWA TABIR SURYA DEVELPMENT F BENZALACETN DERIVATIVE AS SUNSCREEN AGENT
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Fraksinasi Sampel buah mahkota dewa yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari kebun percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor dalam bentuk
Lebih terperinciPenentuan struktur senyawa organik
Penentuan struktur senyawa organik Tujuan Umum: memahami metoda penentuan struktur senyawa organik moderen, yaitu dengan metoda spektroskopi Tujuan Umum: mampu membaca dan menginterpretasikan data spektrum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebar luas di alam. Sekitar 5-10% metabolit sekunder tumbuhan adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang paling beragam dan tersebar luas di alam. Sekitar 5-10% metabolit sekunder tumbuhan adalah flavonoid, dengan struktur kimia
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Meneguhkan Peran Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat dalam Memuliakan Martabat Manusia
OPTIMASI WAKTU REAKSI PADA SINTESIS SENYAWA BENZILIDENSIKLOHEKSANON DENGAN MENGGUNAKAN KATALISATOR NATRIUM HIDROKSIDA Erika Rahmawati, Sri Handayani, C. Budimarwanti dan Winarto Haryadi Universitas Negeri
Lebih terperinciBAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN Glibenklamid merupakan sulfonylurea generasi kedua yang digunakan sebagai obat antidiabetik oral yang berperan menurunkan konsentrasi glukosa darah. Glibenklamid merupakan salah satu senyawa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirup 2.1.1 Defenisi Sirup Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambah gliserol, sorbitol atau polialkohol
Lebih terperinciSpektroskopi IR Dalam Penentuan Struktur Molekul Organik Posted by ferry
Spektroskopi IR Dalam Penentuan Struktur Molekul Organik 08.30 Posted by ferry Spektrofotometri inframerah lebih banyak digunakan untuk identifikasi suatu senyawa melalui gugus fungsinya. Untuk keperluan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan karakteristik dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas zat yang digunakan. Dari hasil pengujian, diperoleh karakteristik zat seperti yang tercantum
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Asap Cair Asap cair dari kecubung dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen
Lebih terperinciBeberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :
Kompetensi Dasar: Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan metode pemisahan dengan KLT dan dapat mengaplikasikannya untuk analisis suatu sampel Gambaran Umum KLT Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Senyawa Fenolik Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar tumbuhan kenangkan yang diperoleh dari Desa Keputran Sukoharjo Kabupaten
Lebih terperinciKIMIAWI SENYAWA KARBONIL
BAB 1 KIMIAWI SENYAWA KARBONIL Senyawa karbonil adalah kelompok senyawaan organik yang mengandung gugus karbonil, C=O, gugus fungsional yang paling penting dalam kimia organik. Senyawa karbonil ada di
Lebih terperinciPENENTUAN STRUKTUR MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV- VIS
PENENTUAN STRUKTUR MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV- VIS Anggota Kelompok : Azizah Puspitasari 4301412042 Rouf Khoironi 4301412050 Nur Fatimah 4301412057 Singgih Ade Triawan 4301412079 PENGERTIAN DAN PRINSIP
Lebih terperinciREAKSI SUBSTITUSI ALFA KARBONIL
BAB 5 REAKSI SUBSTITUSI ALFA KARBONIL Dalam bab ini akan dibahas mengenai reaksi substitusi alfa. Ciri utama dari reaksi ini adalah terjadi melalui pembentukan intermediet enol atau ion enolat. 5.1. Keto-enol
Lebih terperinciADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris
BAB IV ASIL DAN PEMBAASAN 4.1. Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris Serbuk daun (10 g) diekstraksi dengan amonia pekat selama 2 jam pada suhu kamar kemudian dipartisi dengan diklorometan.
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Sampel Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar Bringharjo Yogyakarta, dibersihkan dan dikeringkan untuk menghilangkan kandungan air yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kanker Kanker adalah kondisi sel yang kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat, dan tidak terkendali
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui
Lebih terperinciREAKSI-REAKSI KONDENSASI KARBONIL
19/04/013 REAKSIREAKSI KDESASI KARBIL KDESASI ALDL Reagensia yg memiliki suatu atom nukleofilik dapat menyerang karbon positif parsial dari suatu gugus karbonil. Bila suatu aldehida diolah dengan basa
Lebih terperinci4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon
4 Pembahasan 4.1 Sintesis Resasetofenon O HO H 3 C HO ZnCl 2 CH 3 O Gambar 4. 1 Sintesis resasetofenon Pada sintesis resasetofenon dilakukan pengeringan katalis ZnCl 2 terlebih dahulu. Katalis ZnCl 2 merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Struktur khalkon dan asam sinamat
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Khalkon merupakan suatu senyawa organik golongan flavonoid yang dapat dengan mudah ditemukan di alam khususnya pada tumbuh-tumbuhan. Senyawa golongan flavonoid termasuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reaksi oksidasi merupakan reaksi yang memiliki peranan penting dalam metabolisme tubuh manusia. Reaksi oksidasi ini disebabkan oleh senyawa reactive oxygen species
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Uji pendahuluan Uji pendahuluan terhadap daun Artocarpus champeden secara kualitatif dilakukan dengan teknik kromatografi lapis tipis dengan menggunakan beberapa variasi
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)
23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin
digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin B pada pemerah pipi (blush on) yang beredar di Surakarta dan untuk mengetahui berapa
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa Roxb.) menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1. Uji fitokimia daun tumbulian Tabernaenwntana sphaerocarpa Bl Berdasarkan hasil uji fitokimia, tumbuhan Tabemaemontana sphaerocarpa Bl mengandung senyawa dari
Lebih terperinciSINTESIS 4-(4ꞌ-HIDROKSI-3ꞌ-METOKSIFENIL)-3,4-DIHIDROKSIBUTAN- 2-ON MELALUI REAKSI OKSIDASI SENYAWA HASIL SINTESIS ANTARA VANILIN DAN ASETON SKRIPSI
SINTESIS 4-(4ꞌ-HIDROKSI-3ꞌ-METOKSIFENIL)-3,4-DIHIDROKSIBUTAN- 2-ON MELALUI REAKSI OKSIDASI SENYAWA HASIL SINTESIS ANTARA VANILIN DAN ASETON SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciSINTESIS (E)-3-(4-HIDROKSIFENIL)-1-(NAFTALEN-1-IL)PROP-2-EN-1-ON DARI ASETILNAFTALEN DAN 4-HIDROKSIBENZALDEHID. R. E. Putri 1, A.
SINTESIS (E)-3-(4-HIDROKSIFENIL)-1-(NAFTALEN-1-IL)PROP-2-EN-1-ON DARI ASETILNAFTALEN DAN 4-HIDROKSIBENZALDEHID R. E. Putri 1, A. Zamri 2, Jasril 2 1 Mahasiswa Program S1 Kimia FMIPA-UR 2 Bidang Kimia Organik
Lebih terperinciLAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR I SENTESIS BENZIL ALKOHOL DAN ASAM BENZOAT
LAPRAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA RGANIK DASAR I SENTESIS BENZIL ALKL DAN ASAM BENZAT LABRATRIUM KIMIA RGANIK FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAUAN ALAM UNIVERSITAS GADJA MADA YGYAKARTA 2005 SINTESIS BENZIL
Lebih terperinciGambar 1.1 Struktur khalkon
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Senyawa khalkon (C 15 H 12 O) atau benziliena asetofenon atau E-1,3- difenilprop-2-en-1-on, merupakan senyawa golongan flavonoid yang ditemukan dalam tanaman
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.
16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Maret 2013 di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 3.2 Alat
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
19 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Biodiesel Minyak jelantah semula bewarna coklat pekat, berbau amis dan bercampur dengan partikel sisa penggorengan. Sebanyak empat liter minyak jelantah mula-mula
Lebih terperinciPATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 2013
1 PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P00147 Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 13 2, bis(4 HIDROKSI KLORO 3 METOKSI BENZILIDIN)SIKLOPENTANON DAN 2, bis(4 HIDROKSI 3 KLOROBENZILIDIN)SIKLOPENTANON
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis C-3,7-dimetil-7-hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesis C-3,7-dimetil-7-hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena Pada penelitian ini telah disintesis C-3,7-dimetil-7- hidroksiheptilkaliks[4]resorsinarena (CDHHK4R) dari
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)
LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) Disusun oleh: Nama : Eky Sulistyawati FA/08708 Putri Kharisma FA/08715 Gol./Kel.
Lebih terperinciSPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS
SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS PRINSIP DASAR HUKUM BEER INSTRUMENTASI APLIKASI 1 Pengantar Istilah-Istilah: 1. Spektroskopi : Ilmu yang mempelajari interaksi materi dengan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan pengembangan dengan modifikasi struktur melalui sintesis. Kurkumin
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kurkumin Kurkumin adalah salah satu senyawa alam yang telah ditemukan dan dilakukan pengembangan dengan modifikasi struktur melalui sintesis. Kurkumin {1,7-bis-(4
Lebih terperinciKondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin
Laporan Praktikum Senyawa Organik Polifungsi KI2251 1 Kondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin Antika Anggraeni Kelas 01; Subkelas I; Kelompok C; Nurrahmi Handayani
Lebih terperinci4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat
NP 4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat CEt + FeCl 3 x 6 H 2 CEt C 8 H 12 3 C 4 H 6 C 12 H 18 4 (156.2) (70.2) (270.3) (226.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Adisi
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberculosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Mutschler, 1991). Tuberculosis (TB) menyebar antar individu terutama
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan berlangsung selama sintesis, serta alat-alat yang diperlukan untuk sintesis.
II TINJUN PUSTK 2.1 Rancangan nalisis Dalam sintesis suatu senyawa kimia atau senyawa obat yang baik, diperlukan beberapa persiapan. Persiapan tersebut antara lain berupa bahan dasar sintesis, pereaksi,
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di
30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas
Lebih terperinciKromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography)
Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography) Kromatografi DEFINISI Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penyulingan atau destilasi dari tanaman Cinnamomum
Lebih terperinciOPTIMASI WAKTU REAKSI SINTESIS SENYAWA BENZILIDENSIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALISATOR NATRIUM HIDROKSIDA
OPTIMASI WAKTU REAKSI SINTESIS SENYAWA BENZILIDENSIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALISATOR NATRIUM HIDROKSIDA OPTIMIZATION FOR REACTION TIME OF BENZYLIDENECYCLOHEXANONE S COMPOUND SYNTHESIS USING SODIUM HYDROXIDE
Lebih terperinciBerdasarkan interaksi yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat dari interaksi.
TEKNIK SPEKTROSKOPI Teknik Spektrokopi adalah suatu teknik fisiko-kimia yang mengamati tentang interaksi atom maupun molekul dengan radiasi elektromagnetik (REM) Hasil interaksi tersebut bisa menimbulkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ASIL PECBAAN DAN PEMBAASAN Transesterifikasi, suatu reaksi kesetimbangan, sehingga hasil reaksi dapat ditingkatkan dengan menghilangkan salah satu produk yang terbentuk. Penggunaan metil laurat dalam
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Sintesis 1-(2,5-dihidroksifenil)-(3-piridin-2-il) propenon
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sintesis -(,5-dihidroksifenil)-(-piridin--il) propenon Senyawa -(,5-dihidroksifenil)-(-piridin--il) propenon disintesis dengan cara mencampurkan senyawa,5-dihidroksiasetofenon,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pemisahan dengan VLC Hasil pemisahaan dengan VLC menggimakan eluen heksan 100% sampai diklorometan : metanol (50 : 50) didiperoleh 11 fraksi. Pengujian KLT
Lebih terperinciOLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional
OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK Waktu 150 menit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Lebih terperinciPEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI. A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan.
PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan. B. Pelaksanaan Kegiatan Praktikum Hari : Senin, 13 April 2009 Waktu : 10.20 12.00 Tempat : Laboratorium
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.l. Hasil IV.Ll. Hasil Sintesis No Nama Senyawa 1. 2'-hidroksi calkon 0 Rendemen (%) Titik Leleh Rf Spektrum 43 86-87 0,44 (eterheksana Spektrum UV A^fjnm (A): 314,4; 221,8;
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika
Lebih terperinciTUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS OLEH NAMA : RAHMAD SUTRISNA STAMBUK : F1F1 11 048 KELAS : FARMASI A JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Lebih terperinciPERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO
PERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO Septi Nur Diana 10510036 K-02 Kelompok J septinurdiana92@yahoo.com Abstrak Pada percobaan ini telah dilakukan sintesis senyawa organik dengan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus April 2013, bertempat di
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus 2012 -April 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetik Kosmetik merupakan bahan atau komponen kimia yang digunakan untuk mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari berbagai macam senyawa kimia
Lebih terperinci4 Hasil dan pembahasan
4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis
Lebih terperinci4002 Sintesis benzil dari benzoin
4002 Sintesis benzil dari benzoin H VCl 3 + 1 / 2 2 + 1 / 2 H 2 C 14 H 12 2 C 14 H 10 2 (212.3) 173.3 (210.2) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan ksidasi alkohol, keton, katalis logam transisi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Hasil pemisahan ekstrak n-heksana dengan kromatografi kolom Tujuh gram ekstrak n-heksana dipisahkan dengan kromatografi kolom, diperoleh 16 fi-aksi. Hasil
Lebih terperinciSpektrofotometer UV /VIS
Spektrofotometer UV /VIS Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optic dan elektronika
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Meneguhkan Peran Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat dalam Memuliakan Martabat Manusia
OPTIMASI SINTESIS SENYAWA BENZILIDENSIKLOHEKSANON MELALUI VARIASI KONSENTRASI NATRIUM HIDROKSIDA Winarni, Sri Handayani, C. Budimarwanti dan Winarto Haryadi Universitas Negeri Yogyakarta, wind03113@gmail.com,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L etanol, diperoleh ekstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Khalkon atau (E)-1,3-difenil-2-propen-1-on merupakan senyawa yang termasuk flavonoid dan banyak diteliti sebagai therapeutic, yaitu antioksidan, antiinflamasi,
Lebih terperinciJURNAL PRAKTIKUM ANALITIK III SPEKTROSKOPI UV-VIS
JURNAL PRAKTIKUM ANALITIK III SPEKTROSKOPI UV-VIS Disusun Oleh : RENI ALFIYANI (14030194086 ) PENDIDIKAN KIMIA A 2014 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Lebih terperinciPENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT
PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT Desi Eka Martuti, Suci Amalsari, Siti Nurul Handini., Nurul Aini Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian
Lebih terperinciSINTESIS TURUNAN KALKON DARI MIRISTISIN MINYAK PALA
SINTESIS TURUNAN KALKON DARI MIRISTISIN MINYAK PALA Hery Muhamad Ansory *, Anita Nilawati Jurusan Analisis Farmasi dan Makanan, Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi Surakarta Jl. Let. Jend. Sutoyo,
Lebih terperincikamar, dan didapat persentase hasil sebesar 52,2%. Metode pemanasan bisa dilakukan dengan metode konvensional, yaitu cara refluks dan metode
BAB 1 PEDAULUA Pengembangan suatu senyawa aktif dapat dilakukan dengan memodifikasi struktur suatu senyawa aktif atau memodifikasi senyawa induk dengan dasar pemilihan gugus atau substituen secara rasional.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI RASIO MOL SIKLOHEKSANON- BENZALDEHIDA PADA SINTESIS BENZILIDINSIKLOHEKSANON
PENGARU VARIASI RASIO MOL SIKLOEKSANON- BENZALDEIDA PADA SINTESIS BENZILIDINSIKLOEKSANON SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta Guna Memperoleh
Lebih terperinciTINJAUAN MATA KULIAH MODUL 1. TITRASI VOLUMETRI
iii Daftar Isi TINJAUAN MATA KULIAH MODUL 1. TITRASI VOLUMETRI Kegiatan Praktikum 1: Titrasi Penetralan (Asam-Basa)... Judul Percobaan : Standarisasi Larutan Standar Sekunder NaOH... Kegiatan Praktikum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Matahari melalui radiasi yang dipancarkan merupakan sumber energi utama bagi sebagian besar organisme di permukaan bumi baik langsung maupun tidak langsung. Radiasi
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.
18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate
Lebih terperinciPENDAHULUAN. 1 (5 September 2006)
PENDAULUAN Makanan, kebutuhan pokok bagi manusia, dapat mengandung kontaminan kimia yang dapat mengganggu kesehatan. leh karena itu keamanan pangan (food safety) merupakan hal yang sangat penting. Akrilamida
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan
Lebih terperinci4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol
4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol C 12 H 26 O (186.3) OH H 2 SO 4 konz. (98.1) + HBr (80.9) C 12 H 25 Br (249.2) Br + H 2 O (18.0) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Substitusi
Lebih terperinciGambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi
Bab IV Pembahasan IV.1 Ekstraksi selulosa Kayu berdasarkan struktur kimianya tersusun atas selulosa, lignin dan hemiselulosa. Selulosa sebagai kerangka, hemiselulosa sebagai matrik, dan lignin sebagai
Lebih terperinciBAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. NaOH dalam metanol dengan waktu refluks 1 jam pada suhu 60 C, diperoleh
37 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sintesis Senyawa Difeniltimah(IV) oksida Hasil sintesis senyawa difeniltimah(iv) oksida [(C 6 H 5 ) 2 SnO] menggunakan senyawa awal difeniltimah(iv) diklorida [(C 6 H 5 )
Lebih terperinci