PENYAKIT KULIT YANG UMUM DI INDONESIA Sebuah panduan bergambar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYAKIT KULIT YANG UMUM DI INDONESIA Sebuah panduan bergambar"

Transkripsi

1

2 PENYAKIT KULIT YANG UMUM DI INDONESIA Sebuah panduan bergambar Emmy S. Sjamsoe Daili Sri Linuwih Menaldi I Made Wisnu ISBN Buku ini diproduksi oleh para penulis dan penerbit untuk tujuan nir-laba. Isi dapat direproduksi dengan izin, selama tidak bertujuan mencari laba. penerbit : PT MEDICAL MULTIMEDIA INDONESIA Kramat Raya 31, Jakarta Pusat pt_mmi@medical-e-books.com

3 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR 7 PASIEN DENGAN MASALAH KULIT DERMATOTERAPI TOPIKAL DERMATITIS INFEKSI JAMUR Dermatitis kontak Dermatitis popok Dermatitis atopik Pitiriasis Liken simpleks Dermatitis numularis Dermatitis stasis Pitiriasis rosea Psoriasis Dermatitis seboroik Eritroderma Tinea pedis interdigitalis Tinea kapitis Tinea korporis Tinea kruris Tinea imbrikata Onikomikosis Pitiriasis versikolor Kandidosis Kromomikosis Zigomikosis subkutan INFEKSI BAKTERI Impetigo vesikobulosa Impetigo krustosa Folikulitis Furunkel/Karbunkel Ektima Erisipelas Selulitis Abses multipel kelenjar keringat Hidradenitis supurativa

4 Staphylococcus scalded skin syndrome Sifilis stadium II Frambusia Kusta Skrofuloderma INFEKSI VIRUS Infeksi HIV Herpes simpleks Kondilomata akuminata Varisela Herpes Zoster Veruka vulgaris Moluskum kontangiosum INFEKSI PARASIT Creeping eruption Skabies Pedikulosis kapitis Pedikulosis (Phthiriasis) pubis ALERGI IMUNOLOGI A.Penyakit vesikobulosa kronik Pemfigus vulgaris Pemfigoid bulosa B.Penyakit otoimun Lupus eritematosus diskoid Vitiligo C.Erupsi obat Erupsi eksantematosa Eksantema fikstum Urtikaria dan angioudem Dermatitis medikamentosa Eritema multiforme/sindroma Steven Johnson/Nekrolisis epidermal toksik

5 DERMATOKOSMETOLOGI Lentiginosis Efelid Melasma Melanosis Riehl Nevus Ota Akne Erupsi akneiformis TUMOR KULIT LAIN-LAIN Keloid Hemangioma Karsinoma sel basal Karsinoma sel skuamosa Melanoma maligna Pearly penile papules Prurigo hebra Miliaria Urtikaria dan angioudem

6 KATA PENGANTAR Penyakit kulit sekalipun tidak berbahaya, mempunyai dampak yang besar bagi pasien baik secara fisik maupun psikologik. Kecepatan dan ketepatan diagnosis sangat penting untuk pengobatan, yang tentu akan berpengaruh pada kesembuhan dan prognosis pasien. Banyak variasi gambaran klinis dari satu penyakit kulit, dan sebaliknya satu bentuk kelainan klinis bisa didapati pada beberapa penyakit. Hal semacam ini sangat penting diketahui dan dipelajari oleh tenaga kesehatan medis, paramedis dan mahasiswa kedokteran serta keperawatan. Sehubungan dengan hal tersebut, para penulis mencoba membuat buku pedoman tentang berbagai penyakit kulit yang umum ditemukan di Indonesia serta diagnosis bandingnya, dalam bentuk sinopsis dengan gambar. Diharapkan buku ini dapat memudahkan tenaga kesehatan membuat diagnosis penyakit atau memikirkan kemungkinan diagnosis bandingya, terutama bila sarana penunjang tidak memadai. Walaupun para penulis dan tim penyusun buku ini telah berusaha secermat-cermatnya, namun saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan buku selanjutnya. Akhirnya kami ucapkan banyak terima kasih kepada Netherlands Leprosy Relief (NLR) yang membiayai penerbitan buku ini. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini menjadi semakin baik. Semoga sumbangsih ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. 7 Tim editor, 2005

7 PASIEN DENGAN MASALAH KULIT Seorang pasien dengan masalah kulit seringkali mengeluh gatal di seluruh tubuh. Seringkali pasien di kirim/rujuk ke klinik kulit dengan gatal di seluruh tubuh sebagai diagnosis. Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan kulit, anda akan menemukan pasien tersebut menderita berbagai macam kelainan seperti eksim, urtikaria,erupsi obat, infeksi kulit, skabies atau penyakit kulit lain. Pemeriksaan kulit sebaiknya dilakukan dengan cahaya yang baik, dan lebih disukai sinar matahari langsung. Idealnya seluruh kulit tubuh harus diperiksa. Luas dan lokasi seluruh lesi penting untuk membuat diagnosis dan tatalaksana. Beberapa istilah digunakan untuk mendeskripsikan lesi kulit, yaitu: Makula: perubahan warna kulit semata yang berbatas tegas. Papul: suatu penonjolan kecil berbatas tegas dan superfisial. Plak: penonjolan superfisial berbatas tegas, lebih besar dari papul. Likenifikasi: penebalan pada kulit dengan garis kulit yang makin jelas dan dalam, disebabkan oleh garukan dan gesekan. Nodul: proliferasi padat, batas tegas dan terpisah dari jaringan sekitarnya serta seringkali terletak di dermis atau subkutis. Vesikel: gelembung berisi cairan serum. Pustul: vesikel yang berisi pus. Urtika: elevasi kulit yang bersifat sementara disebabkan oleh edema pada dermis bagian atas, mengakibatkan gatal yang berat. Atrofi: penipisan lapisan kulit. DERMATOTERAPI TOPIKAL Setelah mendiagnosis kelainan kulit dengan benar kemudian dibutuhkan pemberian obat topikal,maka jenis vehikulum dan bahan aktif harus dipilih secara tepat. Efektivitas terapeutik obat topikal bergantung dari potensi bahan aktif yang dibawa oleh bahan dasar (vehikulum) yang mampu berpenetrasi menembus lapisan kulit. Vehikulum utama adalah cairan, bedak, dan salap.cairan atau solusio merupakan disolusi antara dua substansi atau lebih menjadi satu larutan homogen yang bening. Cairan selain sebagai obat oles dapat dipakai sebagai kompres atau perendam. Bahan pelarut yang digunakan berupa air, alkohol atau minyak. Bahan aktif sebagai zat terlarut misalnya asam salsilat 1/1000 bersifat antiseptik dan astringen. Kalium permanganat (KMnO4) 1/5000 atau 1/10.000, dapat dipakai sebagai antiseptik dan astringen. Rivanol 1/1000 selain sebagai astringen dan antiseptik berguna juga sebagai deodoran. Untuk antiseptik kuat dapat digunakan AgNO3 0,25-0,5%. Bila pelarutnya alkohol disebut tinktura.

8 Linimen adalah solusio non-aqua; zat pelarutnya dapat minyak atau sabun. Bentuk ini dapat dipakai sebagai pereda iritan, astringen, +antipruritus, emolien dan analgesik. Losio adalah campuran dua fase zat berlainan yang tidak larut dan terdispersi dalam bentuk cair. Sebelum pemakaian harus dikocok, sifat cairan mudah tersebar dan menimbulkan rasa dingin karena proses penguapan. Bedak bersifat menyerap cairan, mendinginkan dan mengurangi gesekan. Daya lekatnya kurang baik sehingga mudah berterbangan, hati-hati bila dipakai pada wajah dan leher anak atau bayi. Bedak tidak boleh diberikan pada lesi basah karena akan mengeras membentuk krusta atau bahkan granuloma. Bahan bedak yang dapat digunakan adalah seng-oksida yang bersifat antiseptik dan proteksi mekanis, serta magnesium silikat yang bersifat mengeringkan dan lubrikasi. Seng-oksida 98% dan feri-oksida 1% disebut bedak kalamin yang bersifat antipruritus. Bedak kocok terdiri atas komposisi: seng-oksida, talkum, kalamin, gliserol, alkohol dan air, serta harus ditambah stabilator. Bila air menguap maka komponen bedak tertinggal. Sediaan ini cenderung mengendap, sehingga perlu dikocok sebelum dipakai. Salap merupakan sediaan semisolid yang mudah menyebar, bersifat proteksi, hidrasi dan lubrikasi. Salap dengan dasar hidrokarbon tidak mampu menyerap air, bersifat lengket, berpenetrasi sangat baik, dapat mengatasi dermatosis tebal. Vaselin album adalah bentuk sediaan yang sering dipakai sebagai vehikulum golongan salap, sedangkan vaselin flavum memberi warna kuning yang menodai pakaian. Salap dengan bahan hidrofilik misalnya lanolin dan turunannya dapat dipakai untuk mencampur obat yang menyerap air. Sifatnya lubrikasi, emolien, dan dapat membentuk emulsi. Sifatnya lengket namun mudah dibersihkan. Bentuk vehikulum salap campuran yang sering dipakai adalah krim, yakni campuran dengan air. Terdapat dua bentuk: krim emulsi air (kadar tidak lebih dari 25%) dalam minyak dan krim emulsi minyak dalam air (kadar 31%-80%). Keuntungan pemakaian krim adalah tidak terlalu lengket, menyebar dengan mudah, dapat bersifat protektif, masih bersifat emolien karena mampu menahan penguapan air dan memberi efek mendinginkan. Namun daya serap krim tidak sebaik salap, emulsi air dalam minyak mempunyai daya absorbsi lebih baik dari minyak dalam air. Bentuk vehikulum campuran lainnya yang sering dipakai adalah pasta. Sediaan ini merupakan campuran antara minyak dan bedak. Pasta berguna sebagai barier impermeabel, proteksi dan dapat dipakai bila diperlukan vehikulum yang penyebarannya terbatas. Bahan ini seringkali dipakai untuk vehikulum tabir surya. Bila dibandingkan dengan salap, pasta kurang lengket, kurang menutup, dan lebih kering.

9 Bahan aktif yang dipakai antara lain asam salsilat, sulfur, ter, kortikosteroid, antibiotik dan anti jamur. Asam salisilat 1/1000 sebagai kompres, 2% bersifat keratoplasti, 3-20% berkhasiat keratolitik, 30-60% destruktif. Sulfur presipitatum dalam konsentrasi 4-20% berkhasiat antisebore, antiakne, antiskabies, antibakteri positif-gram, dan antijamur. Sediaan ter berasal dari batubara, kayu dan fosil. Likuor karbonis detergen merupakan ter berasal dari batubara yang dipakai dalam konsentrasi 3-10%, bersifat sebagai antiproliferasi. Kortikosteroid topikal Sediaan yang banyak dipakai dalam bidang dermatologi. Kekuatan efek vasokonstriksi membagi kortikosteroid menjadi 7 kelas potensi (lemah-sangat kuat). Golongan potensi lemah misalnya hidrokortison, berkhasiat antiinflammasi, tanpa antimitotik sedangkan golongan dengan potensi sangat kuat fungsi antimitotiknya juga kuat, misalnya: klobetasol propionat 0,05%. Kortikosteroid potensi sangat kuat tidak diberikan lebih dari 50 gram/minggu. Efek samping yang harus diperhatikan: atrofi kulit, telangiektasia, purpura, dermatitis perioral, absorbsi perkutan dapat menimbulkan supresi kelenjar adrenal. Antijamur misalnya nistatin mempunyai efek lokal fungistatik terhadap jamur kandidia. Derivat imidazol kini banyak dipakai untuk dermatofita, M furfur, dan kandida. Antibiotik topikal sebaiknya digunakan dari golongan yang tidak dipakai secara sistemik, mempunyai efektivitas yang baik untuk bakteri penyebab, dan tidak menimbulkan sensitasi. Basitrasin, mupirosin, natrium fusidat, polimiksin dan neomisin merupakan jenis yang masuk kriteria di atas dan sering dipakai. Pemakaian neomisin harus berhati-hati sebab sering menimbulkan sensitasi.

10 Blank page

11 DERMATITIS Istilah eksim dan dermatitis seringkali dipakai untuk menggambarkan kondisi yang sama. Dermatitis adalah peradangan non-inflamasi pada kulit yang bersifat akut, subakut, atau kronis, dan dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya faktor konstitusi, iritan, alergen, panas, stres, infeksi, dll. Dermatitis akut menunjukkan eritema, edema, papul, vesikel, membasah dan krusta. Pada stadium subakut kulit masih kemerahan, tetapi sudah lebih kering dan terdapat perubahan pigmentasi. Stadium kronis menunjukkan likenifikasi, ekskoriasi, skuama,dan fisura. Terdapat berbagai macam dermatitis, namun berikut ini akan dibahas tipe yang paling sering dijumpai. Kelainan ini dapat mempunyai stadium-stadium yang lebih dominan. Gatal seringkali menjadi keluhan utama. DERMATITIS KONTAK Dermatitis kontak (DK) adalah kelainan kulit yang bersifat polimorfi sebagai akibat terjadinya kontak dengan bahan eksogen. Jenis dan Patogenesis: - DK iritan. Bahan iritan akan merusak kulit, lapisan lemak permukaan kulit hilang, kandungan air berkurang, sehingga kulit menjadi kering, mudah retak dan terjadi dermatitis - DK alergik, terjadi berdasarkan mekanisme hipersensitivitas tipe IV (Gell dan Coomb). Terdapat 3 tipe sesuai dengan perjalanan penyakit, yaitu akut (eritem, edema, papul, vesikel, dan bula); sub-akut (eritem, edema ringan, dan krusta); dan kronik (hiperpigmentasi, likenifikasi, dan skuamasi). Lokasi dermatitis umumnya terjadi pada daerah yang berkontak dengan bahan penyebab dan berbatas relatif tegas, kecuali untuk bahan yang bersifat gas/ uap karena dapat juga mengenai daerah yang tertutup pakaian. Pemeriksaan penunjang adalah uji tempel. Terdapat 2 cara yaitu terbuka dan tertutup, dengan prinsip menempelkan alergen yang dicurigai sebagai penyebab pada kulit dalam waktu jam, bila positif (sebagai alergen penyebab) akan terjadi dermatitis. 11

12 - - - Penatalaksanaan - menghindari penyebab sesuai dengan hasil uji tempel - obat sistemik hanya diberikan pada keadaan sakit berat dengan lokasi luas, secara simtomatik - obat topikal diberikan sesuai dengan prinsip terapi kulit, bila basah diberi kompres (sol. Permanganas Kalikus 1: atau likuor Vieli) dan bila kering dapat diberi krim atau salap 1 12 Gbr 1. DK alergik akibat plester. Kelainan kulit berbatas tegas, bentuk sesuai dengan bentuk penyebab, dengan efloresensi yang polimorfi terdiri atas eritema, papul, vesikel dan bula. Gbr 2. DK iritan akibat iritan kuat.terlihat vesikel, bula dan ekskoriasi Gbr 3. DK iritan akibat iritan lemah. Ujung jari eritem, tipis, berkilat dan berskuama 3 2

13 DERMATITIS POPOK Dermatitis popok adalah dermatitis yang terletak, paling tidak pada awalnya, pada daerah yang tertutup popok. Keadaan ini hanya terjadi setelah pemakaian popok. Ditandai dengan eritema yang konfluens, berkilat, dapat pula ditemukan papul eritematosa multipel, edema dan skuama, terutama di daerah yang paling lama berkontak dengan popok, misalnya bagian cembung bokong, paha bagian dalam, mons pubis, skrotum, dan labia mayora. Bila sudah terinfeksi dengan jamur kandida, maka akan tampak plak yang sangat Penatalaksanaan Yang perlu diperhatikan adalah menggunakan popok sesuai daya tam-pungnya dan diusahakan diganti sesegera mungkin setelah kotor. Dengan demikian area tersebut terjaga tetap bersih dan kering Topikal : - bila ringan: krim pelindung, dioleskan sebelum memakai popok baru - antifungal topikal: nistatin atau imidazol krim, dioleskan 2x/hari - kortikosteroid topikal potensi ringan, misalnya hidrokortison, dapat diberikan pada dermatitis popok sedang atau berat. - kombinasi mikonazol nitrat dan seng dalam krim, dioleskan 2x/hari Gbr 4. Dermatitis popok kandida. Plak eritematosa ukuran plakat, batas tegas, disekitarnya terdapat lesi satelit

14 DERMATITIS ATOPIK Dermatitis atopik (DA) kadang-kadang disebut juga eksim susu, adalah penyakit kulit yang kronis residif. Merupakan dermatitis tersering dijumpai pada anak. Penyebab utama adalah kulit kering yang menyebabkan barier kulit rusak,selain itu berbagai faktor internal dan eksternal sangat mempengaruhi perkembangannya. Walaupun etiopatogenesis belum semuanya jelas, namun sebagian mekanisme imunopatogenesis DA telah dapat dijelaskan, yaitu hasil interaksi faktor genetik (IgE) yang bereaksi spesifik terhadap alergen lingkungan. Alergen makanan yang sering ditemukan adalah susu sapi, telur, ikan laut, kacang tanah, tomat, jeruk, dan coklat. Bahan alergen hirup, misalnya debu rumah, tungau debu rumah, serbuk sari bunga/tanaman (polen), dan bulu binatang. Kolonisasi Staphylococcus aureus sekitar 74% ditemukan pada kulit pasien DA dan berkorelasi dengan derajat beratnya DA. Menurut fasenya dikelompokkan dalam 3 fase, sebagaimana dicantumkan pada Tabel di bawah ini 14 Bayi (infantil) Anak Dewasa Tempat predileksi simetris di pipi, skalp, ekstensor ekstremitas, kadang di badan simetris di fleksural eks - tremitas, fosa kubiti dan poplitea, lipatan leher, pergelangan kaki simetris di leher, badan, ekstensor tungkai bawah Manifestasi klinis plakat eritematosa berbatas difus, papulovesikular, eksudatif, kadang dengan skuama halus plakat eritematosa berbatas difus, papulo-folikular,skuama, hiper-keratosis, kadang disertai likenifikasi plakat papular, hiperkeratosis, hiperpigmentasi dan likenifikasi. Batas dapat tegas.

15 Fase bayi Gbr 5. Plak eritematosa difus dan kering pada pipi Gbr 6. Pada fossa poplitea dan betis tampak plak eritematosa difus dan eksudatif 2. Fase anak Gbr 7. Plakat eritematosa, erosi, ekskoriasi dan krusta pada fossa kubiti yang meluas ke badan, 3. Fase dewasa Gbr 8. Tampak hyperkeratosis dan likenifikasi 8 15

16 Penatalaksanaan Pada dasarnya pengobatan medikamentosa dan nonmedikamentosa ditujukan untuk memantau penyakit dengan cara mengurangi gatal, mengatasi inflamasi, mengurangi kekeringan kulit, dan mengeliminasi faktor pencetus atau yang memperberat penyakit 16 Pengobatan medikamentosa Obat sistemik - Antihistamin (AH). Sebaiknya pada anak dipilih antihistamin jenis klasik yang bersifat sedatif, contohnya klorfeniramin maleat (klorfenon) dan hidroksisin. - Antihistamin nonsedasi dipilih untuk dewasa atau yang bekerja, diantaranya adalah seterisin, loratadin, terfenadin, dan feksofenadin, - Antibiotik. Diberikan pada DA dengan infeksi sekunder, seperti eritromisin, kloksasilin, metisilin, atau sefalosporin, maksimal selama 2 minggu. - Kortikosteroid. Digunakan pada DA berat dan luas yang sukar diatasi dengan AH dan kortikosteroid topikal. Efek samping pada anak adalah supresi pada axis hipotalamus-pituitari-adrenal korteks (HPA) dan gangguan pertumbuhan tulang. Prednison dengan dosis terapi 2 mg/kg BB cukup bermanfaat. Obat topikal - Kortikosteroid topikal. Merupakan obat pilihan untuk DA.Dianjurkan dimulai dari potensi yang ringan sampai sedang misalnya hidrokortison, atau mometason furoat. Pada kasus yang berat dapat diberikan potensi kuat, tetapi setelah 1 minggu dosis diturunkan perlahan-lahan. - Pelembab (moisturizing) Berbagai pelembab dapat digunakan, antara lain gliserin, propilen glikol, urea, lanolin, vaselin, dan minyak tumbuhan. - Antibiotik topikal. Digunakan bila terdapat infeksi sekunder ringan. Dipilih antibiotik yang tidak digunakan pada terapi sistemik, yaitu golongan asam fusidat 5%, mupirosin 2%, dan kombinasi neomisin-basitrasin-polimiksin B. Pengobatan nonmedikamentosa Pengobatan DA secara komprehensif dan holistik penting pada penatalaksanaan DA, mengingat pengobatan lebih ditujukan untuk mengendalikan penyakitnya. Edukasi pada pasien dan keluarga ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup, cara menghindarkan diri dari alergen, iritan, faktor lingkungan; dan memperbaiki kebiasaan hidup. Kasus DA yang sukar diatasi atau rekalsitrans Sebaiknya berkonsultasi dengan para ahlinya.

17 PITIRIASIS ALBA Sebagian para ahli kulit beranggapan bahwa pitiriasis alba termasuk suatu tanda atopi atau dermatitis atopik, sebagian lagi menyatakan suatu kelainan tersendiri. Namun, sampai saat ini belum jelas penyebab yang sebenarnya. Pitiriasis alba ditandai oleh banyak bercak hipogimentasi berbentuk oval batas tidak jelas, bersisik, permukaannya rata, terdapat pada wajah yaitu di pipi, permukaan ekstensor lengan, dan badan bagian atas. Permukaan agak kasar tertutup oleh akuama halus. Lesi berdiameter 5 sampai 50 mm dalam jumlah banyak. Pitiriasis alba muncul terutama pada usia antara 3 dan 16 tahun, dan sampai 40% anak bisa terkena. Lesi tidak terasa gatal Dapat mengganggu penampilan wajah, terutama bila berkulit gelap, sehingga diperlukan pertolongan medis. Walaupun berlangsung lama, namun dapat menghilang swasirna, dan dapat muncul kembali setelah beberapa tahun. Pengobatan Tidak ada pengobatan spesifik. Pengobatan simtomatik dengan oleum bergamot 15% yang dioleskan pada lesi di pagi hari, atau kortikosteroid potensi tingan. Sebagai pencegahan dapat diberikan tabir surya. 17 Gbr 9. bercak hipopigmentasi multipel, batas tidak tegas, dengan skuama halus di atasnya. 9

18 LIKEN SIMPLEKS Liken simpleks ditandai dengan adanya satu atau lebih bercak pada kulit yang mengalami likenifikasi dan terasa sangat gatal.bercak-bercak tersebut umumnya terlihat di bagian leher, genital dan pada kaki bagian ekstensor. Pengobatan - Lingkaran setan dari gatal garuk likenifikasi harus dihentikan. Oleh karenanya pasien harus betul-betul paham untuk berhenti menggaruk! - Salap coal tar atau pasta zinci yang mengandung coal tar dioleskan malam hari untuk mengurangi rasa gatal. - Pemasangan plester seng-adhesif bisa mencegah agar luka tidak digaruk dan membantu menghentikan lingkaran setan tadi. - Steroid topikal potensi tinggi, khususnya apabila dioleskan pada malam hari dan kemudian dibalut dengan penutup berbahan plastik (misalnya dua kali se-minggu) biasanya sangat efektif. Jangan gunakan oklusi (penutup) berbahan plastik di area genital. 18 Gbr 10. Pada dorsum pedis terdapat hiperpigmentasi dan likenifikasi yang merupakan gambaran khas lesi. Gbr 11. Gambaran eritematosa dan hiperpigmentasi disertai likenifikasi, menunjukkan fase sub akut LSK

19 DERMATITIS NUMULARIS Dermatitis numularis merupakan suatu bentuk dermatitis dengan efloresensi berbentuk papul dan vesikel dengan dasar eritematosa, berbentuk mata uang (coin), berbatas tegas, umumnya mengenai tungkai bawah. Jumlah lesi dapat satu atau lebih. Tempat predileksi lain adalah badan, punggung tangan dan lengan bawah. Penyakit ini cenderung kambuh, bahkan ada yang timbul terusmenerus. Puncak awitan pada usia tahun dan tahun. Sering mengenai pasien dengan stigmata atopi, dan diduga infeksi ikut berperan dengan ditemukannya peningkatan koloni Staphylococcus dan mikrokokus pada lesi. Diagnosis berdasar gambaran klinis, dengan diagnosis banding dermatitis kontak, dermatitis atopik, liken simpleks kronikus dan dermatomikosis. Pengobatan - Bila lesi eksudatif, dilakukan kompres terbuka dengan larutan permanganas kalikus 1/ Setelah lesi kering dapat diberi kortikosteroid topikal potensi sedang sampai berat, dan dapat dikombinasikan dengan preparat ter. - Bila ada infeksi sekunder diberikan antibiotik sistemik. 19 Gbr 12. Bercak seperti uang logam (coin lesion) berwarna merah dan basah, merupakan gambaran khas dermatitis numularis. 12

20 DERMATITIS STATIS Dermatitis stasis atau dermatitis hipostatik adalah salah satu jenis dermatitis sirkulatorius. Biasanya dermatitis stasis merupakan dermatitis varikosum, karena penyebab utamanya ialah insufisiensi vena. Gejala subyektif ialah pruritus. Bila kemudian timbul ulkus stasis, maka akan terasa nyeri. Pada permulaan tampak edema pergelangan kaki, terutama pada sore hari sehabis bekerja. Hemosiderin ke luar dari pembuluh darah, sehingga terlihat bercak-bercak hiperpigmentasi kecoklatan pada bagian medial sepertiga tungkai bawah. Perlahan-lahan timbul dermatitis yang seringkali madidans. Bila timbul infeksi sekunder, maka teraba indurasi subkutan dan kulit di atasnya berwarna coklat-merah. Karena terjadi bendungan serta atrofi kulit, maka dengan mudah akan timbul ulkus. Faktor presipitasi timbulnya ulkus stasis ialah trauma ringan dan infeksi sekunder. 20 Gbr 13. Pada maleolus medialis kiri ditemukan lesi eritematatosa dan hiperpigmentasi disertai varises yang merupakan kelainan khas bagi dermatitis ini. 13 Pengobatan - Pengobatan kausatif terhadap gangguan sirkulasi dengan elevasi tungkai atau menggunakan pembalut elastis. - Bila lesi eksudatif, dilakukan kompres terbuka dengan permanganas kalikus 1/ Setelah lesi kering dapat diberi kortikosteroid topikal potensi ringan sampai sedang, dan dapat dikombinasikan dengan - preparat ter. Bila ada infeksi sekunder diberikan antibiotik sistemik.

21 PITIRIASIS ROSEA Pitiriasis rosea merupakan suatu eksantema peradangan yang ringan, yang belum diketahui penyebabnya Diduga merupakan reaksi erupsi kulit terhadap infeksi virus. Sering terjadi pada anak-anak dan remaja, walaupun dapat ditemukan pada semua usia. Seringkali didahului dengan fase yang tampaknya seperti flu. Gejala klinis diawali dengan adanya bercak induk atau mother patch atau Herald patch, yang terdapat di lengan atas atau badan. Lesi eritem berukuran numuler dengan tepi lebih merah dan bersisik halus. Kemudian diikuti lesi yang lebih kecil di badan dan tersusun sejajar dengan garis lipatan kulit, membentuk pola pohon cemara. Lesi ini biasanya tidak sakit maupun gatal, dan akan swasirna dalam waktu 2 bulan. Perlu dibedakan antara pitiriasis rosea dengan sifilis stadium II (sekunder), untuk itu diperlukan pemeriksaan serologi untuk sifilis. Pengobatan Pengobatan bersifat simtomatik, karena penyakit bersifat swasirna. Losio kalamin atau bila perlu berikan antihistamin untuk gatalnya. Losio, salap atau krim urea 10% untuk kulit kering dan bersisik. 21 Gbr 14. Bercak lentikular dan numular lonjong dengan skuama halus di atasnya, sumbu panjang sejajar dengan lipatan kulit 14

22 22 PSORIASIS Psoriasis adalah peradangan menahun yang ditandai dengan plak eritematosa dengan skuama lebar, kasar, berlapis dan putih seperti mika. Perjalanan penyakit ini kronis residif. Dapat menyerang perempuan maupun laki-laki dengan resiko yang sama. Mengenai semua umur terutama tahun. Faktor genetik mempunyai keterkaitan yang besar dengan psoriasis tipe satu: yaitu psoriasis dengan awitan sebelum berumur 40 tahun. Sebaliknya psoriasis tipe dua yaitu bila awitannya lebih dari 40 tahun sedikit dikaitkan dengan faktor genetik. Biasanya psoriasis menempati daerah ekstensor, skalp, siku, lutut, dan bokong. Dapat juga mengenai lipatan (psoriasis inversa) atau palmo-plantar (psoriasis plamoplantar). Luas lesi dapat terlokalisir atau meluas ke hampir seluruh tubuh. Berbagai bentuk ragam psoriasis dapat dijumpai: Bila ukuran lesi lentikular disebut psoriasis gutata, bentuk tersering adalah psoriasis vulgaris dengan ukuran lebih besar dari lentikular. Selain kulit badan, psoriasis juga menyerang kulit kepala, kuku, sendi dan mukosa (geographic tounge). Psoriasis bentuk berat adalah psoriasis yang luas, psoriasis pustulosa generalisata, psoriasis eritroderma, dan psoriasis arthritis,dan umumnya 1/3 kasus termasuk dalam kategori ini. Kualitas hidup pasien menjadi perhatian utama, walaupun seseorang dengan lesi tidak luas namun mengganggu kualitas hidupnya dapat dikategorikan berat. Lesi sering terasa gatal, panas dan kering. Garukan atau trauma akan memicu reaksi Koebner, yaitu timbul lesi baru pada daerah tersebut. Berbagai faktor dapat menimbulkan kekambuhan antara lain: trauma, infeksi, faktor endokrin, hipokalsemia, stress emosional, obat-obatan (antimalaria, litium, beta andrenergic blocking agent) dan alkohol. Penatalaksanaan - Penjelasan tentang penyakit, jenis obat yang dapat mengatasi dan tersedia di wilayah kerja, efek samping obat-obatan. Kompromi pengobatan dengan pasien agar mendapat kepatuhan yang tinggi - Psoriasis ringan bila luas lesi < 15% luas permukaan tubuh. - Terapi topikal: Pelembab: vaselin album, urea 10% Ter likuor karbonis detergen 5-10%, (untuk kulit dan skalp) dan asam salsilat 3% tidak boleh untuk daerah lipatan Kortikosteroid poten-superpoten (tidak lebih dari 50gram/minggu), dalam waktu kurang dari dua minggu), untuk daerah lipatan pakai kortiko-steroid lemah sedang tergantung ketebalan lesi. Antralin 2%

23 Kalsipotriol (vitamin D3 analog) topikal Tazaroten Lebih dari 15% atau bila rekalsitran - Fototerapi UVB, PUVA Psoriasis berat - Fototerapi: UVB/PUVA - Pengobatan sistemik: metotreksat, asitretin, siklosporin, terapi biologik (antara lain infliximab, alefacept, etanercept, dan efalizumab Gbr 15. Bercak eritematosa dan hipopigmen-tasi lentikular, numular dan plakat berbatas tegas dengan skuama berlapislapis, transparan dan berwarna putih seperti mika Gbr 16. Psoriasis gutata. Bercak eritematosa lberukuran lentikular, berbatas tegas dengan skuama berlapis-lapis.

24 DERMATITIS SEBOROIK Dermatitis seboroik merupakan penyakit papuloskuamosa yang kronik. Kelainan ini dapat mengenai bayi dan dewasa,dan berhubungan dengan peningkatan produksi sebum (sebore) pada skalp dan area yang memiliki banyak kelenjar sebasea di wajah dan badan. Penyebabnya multifaktorial. Faktor konstitusi sebore, P.ovale, stres, imunokompromais dan kelainan neurologis dapat mendasari penyakit ini. Manifestasi klinisnya bervariasi dari bentuk ringan berupa skuama halus saja seperti pada pitiriasis sika (dandruff) sampai papul eritematosa dengan skuama kasar berminyak dan kekuningan disertai krusta pada area predileksi. Pada bayi, sering ditemukan skuama kekuningan yang lekat pada kepala disebut cradle cap. Penyakit ini jika meluas dapat menjadi eritroderma, 24 Pengobatan Kasus dengan faktor konstitusi agak sukar disembuhkan. Faktor predisposisi harus diatasi. Pengobatan topikal dapat diberikan kortikosteroid seperti hidrokortison krim 2 kali sehari atau pemberian sulfur presipitatum 4-20%, resorsin 1-3%, likuor karbonas detergens 2-5%, serta golongan azol. Pada kasus berat dapat diberikan kortikosteroid sistemik, seperti prednison mg sehari atau antimikotik oral seperti ketokonazol 200 mg per hari. 17 Gambar 17. Dermatitis seboroik pada kepala dengan infeksi sekunder, dapat menyerupai tinea kapitis. 18 Gambar 18 Dermatitis seboroik pada wajah, khas mengenai area sebore

25 ERITRODERMA Eritroderma merupakan kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema di seluruh tubuh atau hampir seluruh tubuh, dan biasanya disertai skuama. Berdasarkan penyebabnya, eritroderma dibagi menjadi 3 golongan: - Akibat alergi obat - Akibat perluasan penyakit kulit, seperti psoriasis, penyakit Leiner, dermatitis atopik dan lain-lain - Akibat penyakit sistemik, termasuk keganasan Pengobatan Golongan I : Prednison 3x10 mg sampai 4x10 mg sehari Golongan II : Prednison 4x10 mg sampai 4x15 mg sehari, jika tampak perbaikan, dosis diturunkan perlahan. Pada eritroderma psoriatika diberikan metotreksat atau asitretin. Pada keganasan dapat diberikan sitostatika seperti klorambusil 2-6 mg sehari. Kelainan kulit perlu diberi emolien, seperti salap lanolin 10% Gambar 19. Eritroderma psoriatika. Tampak plak eritematosa dengan skuama, yang tersebar hampir universal

26 Blank page

27 INFEKSI JAMUR Kelainan kulit akibat jamur yang sering dijumpai dapat berupa dermatofitosis yang disebabkan oleh dermatofita, kandidosis oleh kandida dan pitiriasis versikolor oleh Malassezia sp. Jamur merupakan organisme saprofit yang pada lingkungan tertentu yang menguntungkannya akan tumbuh menginvasi jaringan kulit, rambut, atau kuku. Kondisi demikian, atau disebut faktor predisposisi, antara lain adalah kelembaban, suhu panas, trauma, respons imunitas yang turun, dsb. Sehingga untuk mendapatkan kesembuhan dan mencegah kekambuhan, selain pengobatan yang tepat dan adekuat, sangat penting menghilangkan berbagai faktor predisposisi tersebut. TINEA PEDIS INTERDIGITALIS Terdapat 3 bentuk tinea pedis yaitu subakut, moccasin foot, dan interdigitalis.tinea pedis interdigitalis ialah dermatofitosis pada sela jari kaki, merupakan salah satu bentuk tinea pedis yang paling sering ditemukan. Secara klinis pada sela jari kaki IV dan V tampak fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis, dan sering terlihat maserasi. Lesi dapat meluas ke subdigital dan sela jari lainnya. Lesi dapat berlangsung bertahun-tahun dengan sedikit keluhan atau tanpa keluhan sama sekali. Dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri dengan komplikasi selulitis dan limfangitis Gbr 20. Tampak maserasi pada sela jari kaki IV-V 27 Penatalaksanaan - Usahakan agar sela jari kaki tetap kering, bila perlu gunakan kapas diantaranya - Pemilihan terapi topikal atau sistemik antara lain bergantung pada luas lesi dan ada/tidaknya kontraindikasi. Preparat topikal yang dapat digunakan antara lain golongan imidazol atau alilamin. Obat topikal digunakan hingga 1 minggu setelah lesi sembuh. 20

28 TINEA KAPITIS Dermatofitosis pada kulit kepala dan rambut ini umumnya menyerang anak prapubertas. Jamur menyerang stratum korneum dan masuk ke folikel rambut yang selanjutnya akan menyerang bagian luar atau sampai ke bagian dalam rambut, bergantung pada spesiesnya. Ditandai rambut rontok yang patah di atas permukaan kulit (bentuk gray patch) atau patah tepat di pangkal rambut (bentuk black dot) dan kadang disertai peradangan ringan berupa papul, pustul, sampai berat berupa kerion. Pengobatan memerlukan obat sistemik kecuali ada kontra-indikasi, misalnya kehamilan. Peradangan yang berat dapat meninggalkan alopesia permanen.perlu dibedakan kemungkinan infeksi bakterial sekunder Gbr 21. Gray patch. Alopesia, rambut suram dan patah beberapa mm di atas permukaan kulit Gbr 22. Kerion. Massa tumor dengan pustul pustul dan alopesia 22 Penatalaksanaan - Perlu dilacak dan eradikasi sumber penularan yang mungkin dari binatang peliharaan atau orang lain yang terinfeksi. - Griseofulvin mg/kg berat badan per hari selama 6 sampai 8 minggu. - Untuk mempercepat eradikasi jamur dan mencegah penularan perlu ditambahkan penggunaan sampo antijamur, misalnya selenium sulfida 1,8%, ketokonazol 2% setiap hari. - Obat alternatif: itrakonazol mg/ hari atau terbinafin 62,5 mg-250 mg /hari bergantung pada berat badan anak.

29 TINEA KORPORIS Tinea korporis atau tinea sirsinata adalah infeksi jamur golongan dermatofita (berbagai spesies Trichophyton, Microsporum dan Epidermophyton) pada badan, tungkai dan lengan dan mempunyai gambaran morfologi yang khas. Pasien merasa gatal dan kelainan umumnya berbentuk bulat, berbatas tegas, terdiri atas macam-macam efloresensi kulit (polimorf) dengan bagian tepi lesi lebih jelas tanda peradangannya daripada bagian tengah. Beberapa lesi dapat bergabung dan mem-bentuk gambaran polisiklis. Lesi dapat meluas dan memberi gambaran yang tidak khas terutama pada pasien imunodefisiensi. Pada kasus dermatofitosis dengan gambaran klinis tidak khas, diagnosis pasti ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan penunjang berupa peme-riksaan kerokan kulit dengan larutan KOH 10-20%. Penatalaksanaan - Menghilangkan faktor predisposisi, menganjurkan pasien mengusahakan daerah lesi selalu kering dan memakai pakaian yang menyerap keringat. - Bila menggunakan terapi topikal, pengobatan dilanjutkan hingga 1 minggu setelah lesi sembuh. - Jika lesi luas atau gagal dengan terapi topikal, dapat digunakan obat oral seperti griseofulvin mg/hari (dewasa) atau mg/ kgbb/hari (anak-anak) dosis tunggal selama 2-6 minggu atau terbinafin 250 mg/hari (dewasa) selama 1-2 minggu atau itrakonazol 2x100 mg/hr selama 2 minggu atau ketokonazol 200 mg/hr selama hari Gbr 23. Pada daerah abdomen tampak lesi sirsinar, berbatas tegas, polimorfi dengan tepi aktif

30 TINEA KRURIS Merupakan infeksi jamur golongan dermatofita terbanyak di Indonesia, Etiologi serupa dengan tinea korporis. Pria lebih sering terkena daripada wanita, mengenai daerah lipat paha, perineum dan sekitar anus. Lesi kulit dapat meluas hingga daerah gluteus, perut bagian bawah atau bagian tubuh lainnya. Adanya maserasi dan oklusi kulit lipat paha menyebabkan peningkatan suhu dan kelembaban yang akan memudahkan infeksi. 30 Penatalaksanaan - Menghilangkan faktor predisposisi, menganjurkan pasien mengusahakan daerah lesi selalu kering dan memakai pakaian yang menyerap keringat. - Bila menggunakan terapi topikal, pengobatan dilanjutkan hingga 1 minggu setelah lesi sembuh. - Jika lesi luas atau gagal dengan terapi topikal, dapat digunakan obat oral seperti griseofulvin mg/hari (dewasa) atau mg/kgbb/hari (anak-anak) dosis tunggal selama 2-6 minggu atau terbinafin 250 mg/hari (dewasa) selama 1-2 minggu atau itrakonazol 2x100 mg/hr selama 2 minggu atau ketokonazol 200 mg/hr selama hari. Gbr 24. Lesi berbatas tegas, polisiklis, polimorfis dengan tepi aktif 24

31 TINEA IMBRIKATA Tinea imbrikata adalah dermatofitosis kronik rekuren disebabkan Trichophyton concentricum. Di Indonesia penyakit ini ditemukan endemis di wilayah tertentu, antara lain Papua, Sulawesi, Sumatra dan pulau-pulau bagian tengah Indonesia Timur, terutama pada masyarakat terasing. Kerentanan terhadap penyakit ini diduga diturunkan secara genetik dengan pola penurunan autosomal resesif. Gambaran klinis pada kulit berupa lingkaran-lingkaran konsentris terdiri atas lesi papuloskuamosa, dengan stratum korneum yang lepas sisi bebasnya menghadap ke arah dalam lesi, sehingga tampak tersusun seperti genting. Pada keadaan kronik rasa gatal tidak menonjol. Penatalaksanaan - Penyakit ini relatif sukar diobati dan sering kambuh selama pasien berada dilingkungan yang terkontaminasi jamur penyebab, misalnya lantai rumah, alat tidur, baju, dsb. - Griseofulvin micronized 500 mg per hari dapat menolong, tetapi kekambuhan sangat tinggi dan cepat terjadi. - Itrakonazol mg per hari selama 4 minggu. - Terbinafin 250 mg per hari selama 4 minggu. - Pada anak-anak dosis perlu disesuaikan Gbr 25. Cincin-cincin skuama tersusun konsentris. Sisi bebas menghadap ke dalam

32 ONIKOMIKOSIS Onikomikosis adalah infeksi jamur pada lempeng kuku, yang dapat disebabkan oleh dermatofita, kandida, dan jamur kapang lain. Gambaran klinis bervariasi tergantung jenis penyebab maupun cara infeksi. Pada onikomikosis yang disebabkan dermatofita, yakni tinea unguium, gambaran tersering adalah distrofi dan debris pada kuku subungual distal. Sedangkan yang disebabkan kandida sering didahului oleh paronikia atau peradangan jaringan sekeliling kuku yang kronik akibat pekerjaan basah atau iritasi kronik. Penyebab pasti ditentukan dengan pemeriksaan KOH dan kultur yang perlu dilakukan untuk pemilihan obat serta menyingkirkan diagnosis banding. 32 Penatalaksanaan - Itrakonazol 200 mg per hari selama 3-4 bulan, atau 400 mg per hari selama seminggu tiap bulan untuk 3-4 bulan, baik untuk penyebab dermatofita maupun kandida. Griseofulvin tidak lagi merupakan obat pilihan untuk tinea unguium karena memerlukan waktu lama, sehingga kemungkinan terjadi efek samping lebih besar, serta kurang efektif. Obat alternatif untuk tinea unguium adalah terbinafin 250 mg/hari. - Pengikiran kuku yang rusak disertai pemberian obat topikal, misalnya krim /solusio golongan imidazol dan cat kuku siklopiroksolamin dapat merupakan alternatif bagi pasien yang tidak dapat menggunakan obat sistemik. Tetapi cara ini membutuhkan waktu lama dan efektivitasnya rendah. 26 Gbr 26. Lempeng kuku distrofik, infiltrat eritematosa dan edema jaringan sekitar.

33 PITIRIASIS VERSIKOLOR Pitiriasis versikolor (panu) pada daerah punggung Merupakan penyakit jamur superfisial kronik, umumnya tidak memberikan keluhan subjektif kecuali secara kosmetik, dan banyak dijumpai pada usia belasan tahun. Nampak bercak berskuama halus berwarna putih hingga hitam terutama dijumpai bagian atas dada, lengan atas, tungkai atas, leher, muka hingga kulit kepala yang berambut. Disebab-kan oleh flora normal kulit yaitu Malassezia spp yang berubah menjadi patogen dipengaruhi oleh beberapa faktor predisposisi misalnya suhu, kelembaban udara, keringat, defisiensi imun dan genetik Sering ditemukan rekurensi terutama pada terapi inadekuat atau pasien yang sulit menghilangkan faktor predisposisi. Penatalaksanaan - Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten. Obat topikal berupa sampo lebih mudah digunakan untuk seluruh tubuh, kecuali wajah dan genital, misalnya selenium sulfide 1,8%, menit sebelum mandi, 1x/hari, atau sampo ketokonazol 2%. Obat topikal lain adalah solusio tiosulfas natrikus 25% dioleskan 2x/hari setelah mandi selama 2 minggu, dan berbagai derivat imidazol, misalnya krim mikonazol. Pemakaian krim menyulitkan bila lesi luas. - Pada kasus yang memerlukan pengobatan sistemik dapat digunakan ketokonazol 200 mg/hari selama 10 hari. Itrakonazol 200 mg/hari selama 5-7 hari, disarankan untuk kasus kambuhan atau tidak responsif dengan terapi lainnya. - Rekurensi dapat dicegah dengan penggunaan obat topikal 2x/minggu atau 1x/bulan, atau sistemik ketokonazol 400 mg/hari sekali sebulan. - Gejala sisa hipopigmentasi akan menghilang secara perlahan Gbr 27. Pada daerah punggung tampak lesi berupa plak hipopigmentasi dengan skuama halus dan berbatas tegas.

34 34 KANDIDOSIS Merupakan infeksi jamur yang bersifat akut atau subakut, disebabkan oleh Candida spp terutama C. albicans. Terdiri dari kandidosis kutis (kandidosis intertriginosa, generalisata, paronikia, kandidosis popok dan granuloma kandida), kandidosis selaput lendir, paronikia dan onikomikosis, kandidosis sistemik dan reaksi id. Penyakit dipengaruhi oleh faktor predisposisi endogen maupun eksogen, yaitu: - Perubahan fisiologik: misalnya kehamilan, kegemukan, debilitas, iatrogenik Endokrinopati, diabetes melitus Penyakit kronik, defisiensi imun pada infeksi HIV-AIDS, pemakai steroid atau sitostatik. Iklim, suhu dan kelembaban tinggi Kebersihan kulit, kebiasaan merendam kaki dalam air yang akan menimbulkan maserasi dan bentuk anatomi kaki tertentu yang menyebabkan oklusi alamiah. Kandidosis kutis secara klinis tampak berupa lesi eritematosa merah terang disertai lesi satelit papul dan pustul, mengenai kulit glabrosa juga di lipat payudara, intergluteal dan umbilikus. Pada bayi umumnya lesi di daerah popok (perianal, perigenital, lipat paha sampai bokong). Gbr 28. Pada daerah inframammae tampak lesi berukuran plakat, merah terang dan berbatas tegas. 28

35 Penatalaksanaan - Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi. - Untuk lesi basah dapat digunakan kompres dengan larutan kalium permanganas 1/5000 atau larutan Burowi selama menit beberapa kali sehari. - Untuk selaput lendir larutan gentian violet 0,5-1% dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari. - Obat topikal lainnya: Krim,salap dan emulsi nistatin; krim imidazol 2x/hari untuk lesi kulit terbatas, dan imidazol supositoria1x/hari selama 1-3 hari untuk kandidiasis vulvovaginalis. - Bila diperlukan dapat diberikan terapi sistemik : flukonazol 50 mg/hari atau 150mg/minggu, atau itrakonazol 2x100 mg/hari atau ketokonazol 200 mg/ hari. - Griseofulvin tidak efektif pada infeksi kandida Gbr 29. Plak putih susu pada mukosa bibir dan lidah, dasar hiperemis Gbr 30. Lesi eritematosa dengan lesi satelit berupa vesikel dan pustul di bagian perifer 30

36 KROMOMIKOSIS Merupakan mikosis profunda yang disebabkan berbagai jamur kapang berwarna (dematiaceae) antara lain Fonsacea pedrosoi, Phialophora verrucosa, Cladosporium carionii yang dapat ditemukan di alam lingkungan. Kelainan berjalan kronik menahun, terutama ditemukan di daerah yang mudah mengalami trauma, umumnya di ekstremitas bawah. Gambaran klinis mulamula berupa papul yang berkembang menjadi nodus dan selanjutnya plak atau tumor verukosa. Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya jamur berupa spora coklat dengan septa longitudinal dan transversal pada pemeriksaan sediaan kerokan langsung, atau dengan pemeriksaan histopatologi. Kultur dilakukan untuk menentukan spesies. 36 Penatalaksanaan - Kelainan ini sulit diobati dan kurang responsif terhadap berbagai antijamur sistemik yang ada. Tumor dapat mengecil tetapi sering kambuh kembali. - Obat yang dapat digunakan antara lain: - Itrakonazol 200 mg/hari sampai perbaikan (3 bulan sampai 1 tahun). - Flusitosin mg/kg BB/hari dibagi 4 dosis. - Terbinafin 250 mg/hari dilaporkan memberi manfaat pada beberapa kasus. - Kombinasi dengan pemanasan topikal dapat membantu,demikian juga kombinasi dengan bedah beku. Gbr 31. Nodus-nodus dan tumor. Permukaan verukous dengan beberapa ulserasi 31

37 ZIGOMIKOSIS SUBKUTAN Adalah mikosis profunda yang pertama kali dilaporkan dari Indonesia. Disebabkan oleh genus Basidiobolus,terutama oleh spesies Basidibolus ranarum yang dapat ditemukan sebagai organisme komensal dalam intestin reptil dan tumbuhan yang membusuk. Kelainan berupa nodus tanpa nyeri yang perlahan membesar secara sentrifugal membentuk tumor yang teraba keras seperti papan. Permukaan nodus sewarna kulit, kadang dengan eritema keunguan di bagian tepi. Dapat ditemukan rasa gatal yang mengakibatkan garukan. Kelainan terutama pada eks-tremitas, meskipun dapat juga pada badan. Inokulasi jamur penyebab terjadi melalui trauma meskipun diduga juga melalui gigitan nyamuk. Diagnosis berdasarkan pemeriksaan histopatologi, ditemukan hifa tak bersepta dikelilingi massa eosinofilik. Penatalaksanaan - Solusio kalium yodida jenuh (KY) memberi hasil baik,diberikan 3X5 tetes per hari kemudian dinaikkan sebanyak 5 tetes per hari sampai terjadi tanda toksisitas antara lain mual,muntah, hiperlakrimasi,dan hipersalivasi. Selanjutnya dosis diturunkan sampai di bawah dosis toksis dan dipertahankan sampai gejala klinis hilang. - Itrakonazol mg/hari selama1 sampai 3 bulan juga memberi hasil baik. Gbr 32. Tumor datar keras di dada kanan, meluas, tepi kebiruan 37 32

38 Blank page

39 INFEKSI BAKTERI IMPETIGO VESIKOBULOSA (cacar monyet) Impetigo merupakan bentuk pioderma superfisialis yang sering dijumpai. Penyebab tersering adalah Staphylococcus aureus grup faga II. Tempat predileksi di ketiak, dada, dan punggung. Pada neonatus sering ditemukan di daerah selangkangan dan bokong. Kelainan kulit diawali dengan makula eritematosa yang dengan cepat akan menjadi vesikel, bula dan bula hipopion. Bula mudah pecah karena letaknya subkorneal, meninggalkan skuama anular dengan bagian tengah eritema (kolaret), dan cepat mengering. Lesi dapat melebar membentuk gambaran polisiklik. Keadaan umum biasanya tidak dipengaruhi. Pengobatan - Pengobatan non-medikamentosa termasuk menjaga kebersihan dan higiene perorangan serta mengatasi faktor predisposisi. - Topikal: bergantung pada stadium penyakit dan morfologi kelainan kulit,dapat diberikan: - Kompres terbuka:larutan permanganas kalikus 1/5000,larutan rivanol 1. Diberikan pada keadaan akut, madidans dan krusta tebal serta lekat. - Antibiotik topikal: salap/krim asam fusidat 2%, salap mupirosin 2%, salap basitrasin dan neomisin, dioles 2x/hr - Antibiotik sistemik: Penisilin G prokain dan semisintetiknya: amoksisilin, mg/kgbb/hr, 3x/hr; flukloksasilin, 50 mg/kgbb/hr, 4x/hr; atau dikloksasilin, 25 mg/kg BB/hr, 4x/hr, selama 7 hari. Dapat juga diberikan eritromisin, mg/kgbb/hr, 3x/hr, selama 7 hari Gbr 33. Tampak bula, bula hipopion dan ekskoriasi. Pada tepinya terdapat kolaret

40 IMPETIGO KRUSTOSA Impetigo krustosa dapat disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan/ atau Streptococcus β hemolyticus group A. Tempat predileksi tersering di daerah wajah, terutama sekitar lubang hidung dan mulut. Kelainan kulit didahului oleh makula eritematosa kecil sekitar 1-2 mm. Kemudian secara cepat terbentuk vesikel atau pustul yang mudah pecah dan meninggalkan erosi. Cairan serosa dan purulen akan membentuk krusta tebal berwarna kekuningan yang memberi gambaran karakteristik seperti madu (honey coloured).lesi akan melebar dan dapat bergabung membentuk daerah krustasi yang lebar. Eksudat dengan mudah menyebar secara oto-inokulasi. Penatalaksanaan Pengobatan serupa dengan impetigo vesikobulosa 40 Gbr 34. Krusta tebal kekuningan seperti madu disekitar mulut. Tampak vesikel dan pustul 34

41 FOLIKULITIS Folikulitis adalah radang folikel rambut.penyebab utama adalah Staphylococcus aureus. Kelainan kulit ini sering ditemukan pada iklim tropis dengan tempat tinggal yang padat dan higiene buruk. Dikenal 2 bentuk folikulitis, yaitu folikulitis superfisialis dan profunda. Tempat predileksi folikulitis superfisialis adalah di daerah kulit kepala, dagu, ketiak dan ekstremitas. Kelainan kulit diawali dengan pustul pada folikel rambut. Pustul pecah diikuti pembentukan krusta. Erupsi papulopustular umumnya terlokalisir. Sering disertai dengan keluhan pruritus. Folikulitis profuda berbentuk nodus eritematosa, pada perabaan hangat dan nyeri. Pengobatan Pengobatan serupa dengan impetigo vesikobulosa 35 Gbr 35. Papul-papul eritematosa, diskret, diatasnya terdapat pustul 41

42 FURUNKEL/KARBUNKEL Furunkel adalah radang folikel rambut dan sekitarnya, sedangkan karbunkel adalah kumpulan furunkel yang menjadi satu. Kelainan kulit ini sering disertai faktor predisposisi seperti higiene buruk, kurang gizi, adanya penyakit kulit lain (misalnya miliaria, dermatitis). Kelainan kulit ini sering terjadi pada tempat yang banyak mengalami gesekan, misalnya aksila dan bokong, tetapi dapat juga terjadi di kepala dan leher. Keluhan yang ditimbulkan berupa nodus eritematosa berbentuk kerucut, nyeri, dan ditengahnya terdapat pustul. Kemudian nodus melunak menjadi abses, bila pecah dapat membentuk fistel. Penatalaksanaan Bila lesi sedikit, cukup diberi antibiotik topikal, misalnya salap/krim asam fusidat 2%, salap mupirosin 2%, salap basitrasin dan neomisin. Bila lesi banyak atau terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional, dapat diberi antibiotik sistemik seperti ampisilin, amoksisilin, eritromisin mg/kg BB/hari, dibagi 3 dosis. 42 Gbr 36. Nodus eritematosa multipel dengan pustul diatasnya. 36

43 EKTIMA Ektima ialah ulkus superfisial dengan krusta di atasnya,disebabkan oleh Streptococcus β hemolyticus. Sering diawali dengan trauma seperti gigitan serangga, atau dermatitis. Kelainan kulit biasanya berlokasi di tungkai bawah, yaitu tempat yang relatif banyak mendapat trauma. Lesi berupa krusta tebal berwarna kuning dan lekat, jika krusta diangkat tampak ulkus dangkal. Pengobatan - Kompres terbuka seperti (larutan permanganas kalikus 1/5000, larutan rivanol 1 ; atau yodium povidon 7,5% dilarutkan 10x) - Krim/salap antibiotik (salap/krim asam fusidat 2%, salap mupirosin 2%, salap basitrasin dan neomisin). - Antibiotik sistemik dapat diberikan antara lain ampisilin,amoksisilin, eritromisin mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis. Gbr 37. Tampak erosi, ekskoriasi, krusta warna merah-kehitaman, pada kedua tungkai bawah

44 ERISIPELAS Erisipelas adalah infeksi akut epidermis dan dermis yang biasanya disebabkan oleh Streptococcus β hemolyticus dan dapat mengenai semua golongan usia. Gejala utamanya berupa edema, eritematosa berwarna cerah, berbatas tegas, pinggirnya meninggi, disertai tanda radang akut, di atasnya dapat ditemukan vesikel atau bula. Tempat predileksi di wajah dan ekstremitas, biasanya didahului trauma. Pada umumnya disertai gejala konstitusi berupa demam, malese, bahkan mual dan muntah. Bila tidak diobati dapat menjalar ke sekitarnya, terutama ke arah proksimal. Bila sering residif di tempat yang sama dapat terjadi elefantiasis. SELULITIS Selulitis adalah infeksi kulit yang menyerupai erisipelas, merupakan infeksi akut oleh Streptococcus β hemolyticus. Perbedaannya ialah selain mengenai epidermis dan dermis, juga mengenai subkutis. Gejala konstitusi dan tempat predileksi sama dengan erisipelas, tetapi pada selulitis kelainan kulit berupa infiltrat difus di subkutan disertai tanda radang akut. 44 Gbr 38. Erisipelas. Plak eritematosa ukuran plakat, batas tegas Gbr 39. Selulitis. Tumor dengan kelima tanda radang akut. Jika dipalpasi terdapat infiltra difus di subkutan. Penatalaksanaan - Untuk mempercepat penyembuhan pasien harus banyak istirahat baring dengan elevasi tungkai yang terkena. - Secara topikal dapat diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik, misalnya permanganas kalikus 1/5000 atau 1/10000, yodium povidon 7,5% diencerkan 10x, atau rivanol 1. - Sistemik dengan antibiotik misalnya golongan penisilin, linkomisin,kllndamisin eritromisin, atau sefalosporin

PIODERMA. Dr. Sri Linuwih S Menaldi, Sp.KK(K) Dr. Wieke Triestianawati, Sp.KK(K) Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI / RSCM Jakarta

PIODERMA. Dr. Sri Linuwih S Menaldi, Sp.KK(K) Dr. Wieke Triestianawati, Sp.KK(K) Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI / RSCM Jakarta PIODERMA Dr. Sri Linuwih S Menaldi, Sp.KK(K) Dr. Wieke Triestianawati, Sp.KK(K) Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI / RSCM Jakarta DEFINISI Pioderma ialah penyakit kulit yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m 2 dengan berat kira kira 15 %

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis Atopik (DA) adalah penyakit inflamasi pada kulit yang bersifat kronis dan sering terjadi kekambuhan. Penyakit ini terjadi akibat adanya kelainan pada fungsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode cross sectional dengan cara mengambil data rekam medis di

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode cross sectional dengan cara mengambil data rekam medis di BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis Penelitian yang dilakukan adalah observasi analitik dengan menggunakan metode cross sectional dengan cara mengambil data rekam medis di rumah sakit.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoatmodjo(2011),pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoatmodjo(2011),pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu,penginderaan terjadi

Lebih terperinci

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Pada Infeksi Jamur Subkutan

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Pada Infeksi Jamur Subkutan : : Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Pada Infeksi Jamur Subkutan : infeksi jamur subkutan adalah infeksi jamur yang secara langsung masuk ke dalam dermis atau jaringan subkutan melalui suatu trauma.

Lebih terperinci

Masalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra.

Masalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra. Masalah Kulit Umum pada Bayi Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra. Brosur ini memberikan informasi mendasar tentang permasalahan kulit yang lazimnya dijumpai pada usia dini sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LAPORAN KASUS

PENDAHULUAN LAPORAN KASUS PENDAHULUAN Tinea kruris yang sering disebut jock itch merupakan infeksi jamur superfisial yang mengenai kulit pada daerah lipat paha, genital, sekitar anus dan daerah perineum. 1,2,3 Tinea kruris masuk

Lebih terperinci

All about Tinea pedis

All about Tinea pedis All about Tinea pedis Tinea pedis? Penyakit yang satu ini menyerang pada bagian kulit. Sekalipun bagi kebanyakan orang tidak menyakitkan, gangguan kulit yang satu ini boleh dikata sangat menjengkelkan.

Lebih terperinci

Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes

Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes Obat Luka Diabetes Untuk Komplikasi Diabetes Pada Kulit Diabetes dapat mempengaruhi setiap bagian tubuh Anda, termasuk juga kulit. Sebenarnya, permasalahan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN

LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama Umur Negeri asal Suku Agama Jenis Kelamin Pekerjaan Alamat : A : 6 tahun : Jambi : Minang : Islam : Laki-laki : Pelajar : Sungai Penuh, Jambi Seorang pasien anak laki-laki,

Lebih terperinci

KONSEP PEMBERIAN OBAT TOPIKAL

KONSEP PEMBERIAN OBAT TOPIKAL KONSEP PEMBERIAN OBAT TOPIKAL I. Konsep Pemberian Obat Topikal Secara Umum Tujuan Instruksional Khusus Setelah pembelajaran ini diharapkan mahasiswa/i ilmu keperawatan mampu : 1. Menjelaskan pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies 1. Definisi Skabies adalah penyakit kulit yang banyak dialami oleh penduduk dengan kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes scabiei.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan gejala klinis berupa plak eritematosa berbatas tegas dalam berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan gejala klinis berupa plak eritematosa berbatas tegas dalam berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Psoriasis Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit kronis, dan sering rekuren, dengan gejala klinis berupa plak eritematosa berbatas tegas dalam berbagai ukuran yang ditutupi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuku dan rambut, baik yang disebabkan oleh dermatofita maupun non

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuku dan rambut, baik yang disebabkan oleh dermatofita maupun non BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dermatomikosis superfisial Dermatomikosis superfisial adalah infeksi jamur yang mengenai kulit, kuku dan rambut, baik yang disebabkan oleh dermatofita maupun non dermatofita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya disfungsi fungsi sawar kulit adalah dermatitis atopik (DA). Penderita DA

BAB I PENDAHULUAN. adanya disfungsi fungsi sawar kulit adalah dermatitis atopik (DA). Penderita DA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi gangguan fungsi sawar kulit dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit di bidang Dermatologi. Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh adanya disfungsi

Lebih terperinci

ABSTRAK PROFIL PIODERMA PADA ANAK USIA 0-14 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JUNI JUNI 2016

ABSTRAK PROFIL PIODERMA PADA ANAK USIA 0-14 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JUNI JUNI 2016 ABSTRAK PROFIL PIODERMA PADA ANAK USIA 0-14 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JUNI 2015- JUNI 2016 Pioderma merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh kuman staphylococcus, streptococcus,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit jamur yang menyerang kulit. 2 Mikosis dibagi menjadi empat kategori yaitu: (1) superfisialis,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Candida 2.1.1 Definisi Candida Kandida adalah tanaman yang termasuk ke dalam kelompok jamur. Menurut Berkhout (1923), kalsifikasi ilmiah kandida adalah : Kingdom : Fungi Filum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dermatofita, non dermatofita atau yeast, 80-90% onikomikosis disebabkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dermatofita, non dermatofita atau yeast, 80-90% onikomikosis disebabkan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Onikomikosis 2.1.1 Pendahuluan Onikomikosis adalah infeksi kuku yang disebabkan jamur golongan dermatofita, non dermatofita atau yeast, 80-90% onikomikosis disebabkan oleh dermatofita.

Lebih terperinci

Gambar 1. Perluasan lesi pada telapak kaki. 9

Gambar 1. Perluasan lesi pada telapak kaki. 9 BAB 3 DISKUSI Larva migrans adalah larva cacing nematoda hewan yang mengadakan migrasi di dalam tubuh manusia tetapi tidak berkembang menjadi bentuk dewasa. Terdapat dua jenis larva migrans, yaitu cutaneous

Lebih terperinci

The Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta

The Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta The Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta Hubungan Lamanya Paparan Kosmetik dengan Timbulnya Acne Vulgaris pada Mahasiswi

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Kulit Akibat Infeksi Jamur Superfisial 2.1.1. Klasifikasi Menurut Budimulja (2010), mikosis superfisialis terbagi atas dermatofitosis dan nondermatofitosis. Penyakit

Lebih terperinci

TINEA KAPITIS, apa tuh??

TINEA KAPITIS, apa tuh?? TINEA KAPITIS, apa tuh?? Trichophyton tonsurans Taksonomi Trichophyton tonsurans: Kingdom : Fungi Filum : Ascomycota Kelas : Euscomycetes Ordo : Onygenales Famili : Arthrodermataceae Genus : Trichophyton

Lebih terperinci

PTIRIASIS VERSIKOLOR

PTIRIASIS VERSIKOLOR Case Report Session PTIRIASIS VERSIKOLOR Oleh: Fitria Ramanda 0910312137 Miftahul Jannah Afdhal 1010312064 Preseptor: dr. Sri Lestari, Sp. KK (K), FAADV, FINSDV BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSUP

Lebih terperinci

TEAM BASED LEARNING MODUL BINTIL PADA KULIT

TEAM BASED LEARNING MODUL BINTIL PADA KULIT TEAM BASED LEARNING MODUL BINTIL PADA KULIT Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas Disusun Oleh: dr. Idrianti Idrus, Sp.KK, M.Kes Dr. dr. Khairuddin Djawad, Sp.KK(K), FINSDV SISTEM

Lebih terperinci

TINEA. Dr. Fransisca S. K (Fak. Kedokteran Univ. Wijaya Kusuma BAB I PENDAHULUAN

TINEA. Dr. Fransisca S. K (Fak. Kedokteran Univ. Wijaya Kusuma BAB I PENDAHULUAN TINEA Dr. Fransisca S. K (Fak. Kedokteran Univ. Wijaya Kusuma Surabaya @2000) BAB I PENDAHULUAN Tinea Korporis adalah suatu penyakit kulit menular yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan 1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara

I. PENDAHULUAN. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan yang sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan personal hygiene diperlukan untuk

Lebih terperinci

Yang paling sering : Itching (Pruritus) Ekimosis Dryness Lumps (Bengkak)

Yang paling sering : Itching (Pruritus) Ekimosis Dryness Lumps (Bengkak) Pengkajian Sistem Integumen I. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama Yang paling sering : Itching (Pruritus) Ekimosis Dryness Lumps (Bengkak) Lesions Massa b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu Beberapa penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemudian akan mengalami asma dan rhinitis alergi (Djuanda, 2007). inflamasi dan edukasi yang kambuh-kambuhan (Djuanda,2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. kemudian akan mengalami asma dan rhinitis alergi (Djuanda, 2007). inflamasi dan edukasi yang kambuh-kambuhan (Djuanda,2007). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dermatitis atopik atau gatal-gatal masih menjadi masalah kesehatan terutama pada anak-anak karena sifatnya yang kronik residif sehingga mempengaruhi kualitas hidup pasien

Lebih terperinci

DEFINISI Ketombe (juga disebut sindap dan kelemumur; dengan nama ilmiah Pityriasis capitis) adalah pengelupasan kulit mati berlebihan di kulit

DEFINISI Ketombe (juga disebut sindap dan kelemumur; dengan nama ilmiah Pityriasis capitis) adalah pengelupasan kulit mati berlebihan di kulit KETOMBE DEFINISI Ketombe (juga disebut sindap dan kelemumur; dengan nama ilmiah Pityriasis capitis) adalah pengelupasan kulit mati berlebihan di kulit kepala, akibat peradangan di kulit karena adanya gangguan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Prurigo secara umum adalah penyakit kulit yang ditandai dengan gangguan kulit berbentuk papula dan nodul (ukurannya bervarisai), berwarna kecoklatan hingga kehitaman

Lebih terperinci

Pada anak anak yang menggunakan dot, menghisap ibu jari atau yang menggunakan dot mainan, keadaan semua ini juga bisa menimbulkan angular cheilitis.

Pada anak anak yang menggunakan dot, menghisap ibu jari atau yang menggunakan dot mainan, keadaan semua ini juga bisa menimbulkan angular cheilitis. Cheilitis adalah istilah yang luas yang menggambarkan peradangan permukaan yang mempunyai ciri-ciri bibir kering dan pecah-pecah. Sedangkan angular cheilitis merupakan cheilitis yang terjadi pada sudut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tingginya angka morbiditas pada anak-anak terutama di negara-negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tingginya angka morbiditas pada anak-anak terutama di negara-negara 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pioderma 2.1.1 Definisi Penyakit infeksi kulit masih merupakan masalah utama penyebab tingginya angka morbiditas pada anak-anak terutama di negara-negara berkembang dan wilayah

Lebih terperinci

A. Pendahuluan. Sumber: Dokumen Pribadi Penulis (2015). Buku Pendidikan Skabies dan Upaya Pencegahannya

A. Pendahuluan. Sumber: Dokumen Pribadi Penulis (2015). Buku Pendidikan Skabies dan Upaya Pencegahannya A. Pendahuluan Penyakit skabies adalah penyakit gatal pada kulit, yang disebabkan oleh kepadatan, kelembapan, diabaikannya personal higiene. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, tanpa memandang status

Lebih terperinci

HIPERTENSI ESENSIAL. No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : Hj. Umihani,S.SiT,MMKes NIP

HIPERTENSI ESENSIAL. No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : Hj. Umihani,S.SiT,MMKes NIP HIPERTENSI ESENSIAL SOP No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : Pemerintah Kabupaten Cirebon Hj. Umihani,S.SiT,MMKes NIP.19620212 198302 2 001 Puskesmas Astanajapura 1. Pengertian Peradangan

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS TINEA KRURIS PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

LAPORAN KASUS TINEA KRURIS PADA PENDERITA DIABETES MELITUS LAPORAN KASUS TINEA KRURIS PADA PENDERITA DIABETES MELITUS Made Kresna Yudhistira Wiratma Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar ABSTRAK Tinea kruris merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pleomorfik, komedo, papul, pustul, dan nodul. (Zaenglein dkk, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. pleomorfik, komedo, papul, pustul, dan nodul. (Zaenglein dkk, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne atau jerawat adalah kondisi yang paling umum dilakukan oleh dokter di seluruh dunia (Ghosh dkk, 2014). Penyakit akne ini merupakan penyakit peradangan pada unit

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan. Sistem Imunitas

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan. Sistem Imunitas Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sebaran usia mahasiswi yang menggunakan kosmetik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sebaran usia mahasiswi yang menggunakan kosmetik Jumlah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Sebaran usia mahasiswi yang menggunakan kosmetik Penelitian ini melibatkan 85 responden mahasiswi yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Responden tersebut

Lebih terperinci

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Keberhasilan Terapi Tingtura Podofilin 25% Pada Pasien AIDS Dengan. Giant Condyloma Acuminatum

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Keberhasilan Terapi Tingtura Podofilin 25% Pada Pasien AIDS Dengan. Giant Condyloma Acuminatum : : Keberhasilan Terapi Tingtura Podofilin 25% Pada Pasien AIDS Dengan Giant Condyloma Acuminatum Tanggal kegiatan : 23 Maret 2010 : GCA merupakan proliferasi jinak berukuran besar pada kulit dan mukosa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB I PENDAHULUAN Dyshidrotic eczema merupakan varian dari dermatitis yang ditandai oleh adanya vesikel dan bula pada telapak tangan, telapak kaki dan pada permukaan lateral jari tangan yang bersifat rekuren,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Metode Baumann Metode Baumann adalah sebuah metode untuk menentukan tipe wajah berdasarkan kadar kandungan minyak pada wajah. Beberapa studi telah menunjukkan jika banyak pasien

Lebih terperinci

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Dermoskopi Sebagai Teknik Pemeriksaan Diagnosis dan Evaluasi Lesi

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Dermoskopi Sebagai Teknik Pemeriksaan Diagnosis dan Evaluasi Lesi : : Dermoskopi Sebagai Teknik Pemeriksaan Diagnosis dan Evaluasi Lesi Pigmentasi : penggunaan dermoskopi telah membuka dimensi baru mengenai lesi pigmentasi. Dermoskopi merupakan metode non-invasif yang

Lebih terperinci

bahan yang diperoleh adalah tetap dalam isopropil alkohol dan udara kering menengah diikuti oleh budidaya pada Sabouraud agar.

bahan yang diperoleh adalah tetap dalam isopropil alkohol dan udara kering menengah diikuti oleh budidaya pada Sabouraud agar. Kehadiran Candida sebagai anggota flora komensal mempersulit diskriminasi keadaan normal dari infeksi. Sangat penting bahwa kedua temuan klinis dan laboratorium Data (Tabel 3) yang seimbang untuk sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah onikomikosis merupakan suatu istilah yang merujuk pada semua

BAB I PENDAHULUAN. Istilah onikomikosis merupakan suatu istilah yang merujuk pada semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Istilah onikomikosis merupakan suatu istilah yang merujuk pada semua kelompok infeksi jamur yang mengenai kuku, baik itu merupakan infeksi primer ataupun infeksi sekunder

Lebih terperinci

dan sel Langerhans. kemudian menjadi tidak aktif selama tahun akibat stimulasi hormon androgen dari ibu berhenti. Pada orang yang telah mempunyai fakt

dan sel Langerhans. kemudian menjadi tidak aktif selama tahun akibat stimulasi hormon androgen dari ibu berhenti. Pada orang yang telah mempunyai fakt DERMATITIS SEBOROIK I. DEFINISI Dermatitis seboroik DS atau Seborrheic eczema adalah peradangan kulit yang kronis yang ditandai dengan kemerahan dan skuama dan terjadi pada daerah yang banyak mengandung

Lebih terperinci

SISTEM CERDAS DIAGNOSA PENYAKIT KULIT YANG UMUM DI INDONESIA BERBASIS WEB

SISTEM CERDAS DIAGNOSA PENYAKIT KULIT YANG UMUM DI INDONESIA BERBASIS WEB 20 Jurnal Pilar Nusa Mandiri Vol. XI, No.1 Maret 2015 SISTEM CERDAS DIAGNOSA PENYAKIT KULIT YANG UMUM DI INDONESIA BERBASIS WEB Nining Suryani Program Studi Komputerisasi Akuntansi AMIK BSI Bandung Jl.

Lebih terperinci

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI JAMUR. dr. Agung Biworo, M.Kes

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI JAMUR. dr. Agung Biworo, M.Kes FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI JAMUR dr. Agung Biworo, M.Kes Infeksi oleh jamur disebut mikosis. Infeksi ini lebih jarang dibanding infeksi bakteri atau virus. Infeksi oleh jamur biasanya baru terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tinea atau dermatofitosis adalah nama sekelompok penyakit kulit yang disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang tumbuh di lapisan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kandidiasis Kutis Intertriginosa Kandidiasis adalah peyakit jamur yang bersifat akut atau sub akut disebabkan oleh jamur golongan candida, biasanya oleh Candida albicans dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. air, dan menimbulkan vesikel di sisi luar jari, telapak tangan, telapak kaki.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. air, dan menimbulkan vesikel di sisi luar jari, telapak tangan, telapak kaki. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Dyshidrosis adalah tipe dermatitis dengan keluhan melepuh yang biasanya timbul di tangan dan kaki. Kasus terbanyak melibatkan kontak dengan air, dan menimbulkan vesikel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis seboroik merupakan suatu kelainan kulit papuloskuamosa kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang banyak mengandung kelenjar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial kronik ringan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial kronik ringan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pitiriasis Versikolor 2.1.1 Definisi Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial kronik ringan yang disebabkan oleh jamur malassezia dengan ciri klinis discrete atau

Lebih terperinci

ChyntiaBlog Annyeong haseyo terima kasih udah berkenan mengunjungi blog saya semoga bermanfaat dan menghibur :)

ChyntiaBlog Annyeong haseyo terima kasih udah berkenan mengunjungi blog saya semoga bermanfaat dan menghibur :) ChyntiaBlog Annyeong haseyo terima kasih udah berkenan mengunjungi blog saya semoga bermanfaat dan menghibur :) Minggu, 04 November 2012 Laporan Kasus IMPETIGO BULOSA BAB I PENDAHULUAN Impetigo merupakan

Lebih terperinci

MODUL PROBLEM BASED LEARNING KELAS REGULER SISTEM INDRA KHUSUS

MODUL PROBLEM BASED LEARNING KELAS REGULER SISTEM INDRA KHUSUS MODUL PROBLEM BASED LEARNING KELAS REGULER SISTEM INDRA KHUSUS Modul Ilmu Kesehatan Kulit &Kelamin Diberikan Pada Mahasiswa Semester V Fakultas Kedokteran UNHAS Disusun oleh dr. Asnawi Madjid, Sp.KK, MARS,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Akne vulgaris (AV) atau jerawat merupakan suatu penyakit. keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Akne vulgaris (AV) atau jerawat merupakan suatu penyakit. keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akne vulgaris (AV) atau jerawat merupakan suatu penyakit keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, kista, dan pustula.

Lebih terperinci

Aneka kebiasaan turun temurun perawatan bayi

Aneka kebiasaan turun temurun perawatan bayi Aneka kebiasaan turun temurun perawatan bayi ASI Asi harus dibuang dulu sebelum menyusui, karena ASI yang keluar adalah ASI lama (Basi). ASI tak pernah basi! biasanya yang dimaksud dengan ASI lama adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat ditemukan hampir di semua tempat. Menurut Adiguna (2004),

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat ditemukan hampir di semua tempat. Menurut Adiguna (2004), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia termasuk wilayah yang baik untuk pertumbuhan jamur sehingga dapat ditemukan hampir di semua tempat. Menurut Adiguna (2004), insidensi penyakit jamur

Lebih terperinci

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI JAMUR

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI JAMUR FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI JAMUR dr. Agung Biworo, M.Kes Infeksi oleh jamur disebut mikosis. Infeksi ini lebih jarang dibanding infeksi bakteri atau virus. Infeksi oleh jamur biasanya baru terjadi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN MANAJEMEN DERMATITIS KONTAK ALERGI PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT INDERA DENPASAR PERIODE JANUARI JULI 2014

KARAKTERISTIK DAN MANAJEMEN DERMATITIS KONTAK ALERGI PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT INDERA DENPASAR PERIODE JANUARI JULI 2014 KARAKTERISTIK DAN MANAJEMEN DERMATITIS KONTAK ALERGI PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT INDERA DENPASAR PERIODE JANUARI JULI 2014 Pratama Yulius Prabowo 1, I Gede Made Adioka 2, Agung Nova Mahendra 3, Desak

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG PENDAHULUAN

LAPORAN KASUS MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG PENDAHULUAN LAPORAN KASUS MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG PENYUSUN LAPORAN Nama :Cahya Daris Tri Wibowo NIM : H2A008008 Tanda tangan

Lebih terperinci

MICROSPORUM GYPSEUM. Microsporum Scientific classification

MICROSPORUM GYPSEUM. Microsporum Scientific classification MICROSPORUM GYPSEUM Microsporum Scientific classification Kingdom: Fungi Division: Ascomycota Class: Eurotiomycetes Order: Onygenales Family: Arthrodermataceae Genus: Microsporum Spesies: Microsporum gypseum

Lebih terperinci

INFEKSI VIRUS PADA KULIT

INFEKSI VIRUS PADA KULIT INFEKSI VIRUS PADA KULIT VARISELA (Chicken pox, Cacar air) Penyakit kulit dengan kelainan berbentuk vesikel tersebar, terutama menyerang anak-anak, mudah menular disebabkan virus Varisela zoster Kebanyakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian atas. Jerawat terjadi karena pori-pori kulit. terbuka dan tersumbat dengan minyak, sel-sel kulit mati, infeksi

BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian atas. Jerawat terjadi karena pori-pori kulit. terbuka dan tersumbat dengan minyak, sel-sel kulit mati, infeksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jerawat (Akne Vulgaris) merupakan penyakit kulit peradangan kronik folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa komedo, papul,

Lebih terperinci

Dermatitis Kontak Alergi

Dermatitis Kontak Alergi Dermatitis Kontak Alergi PENDAHULUAN Dermatitis kontak alergi (DKA) adalah peradangan kulit yang terjadi setelah kulit terpajan dengan bahan alergen melalui proses hipersensitivitas tipe lambat. Terjadinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Skabies 1. Definisi Skabies (gudik) adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya (Ronny, 2007). 2. Morfologi

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Otomikosis atau otitis eksterna jamur sering melibatkan pinna dan meatus

BAB 1 PENDAHULUAN. Otomikosis atau otitis eksterna jamur sering melibatkan pinna dan meatus BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga (Asroel, 2010). Otomikosis atau otitis eksterna jamur sering melibatkan pinna dan meatus auditori eksternal (Barati

Lebih terperinci

Cara diagnosis dan pengobatan psoriasis TEKNIK DIAGNOSA DAN PENGOBATAN PSORRIASIS DENGAN VIDEO

Cara diagnosis dan pengobatan psoriasis TEKNIK DIAGNOSA DAN PENGOBATAN PSORRIASIS DENGAN VIDEO Cara diagnosis dan pengobatan psoriasis TEKNIK DIAGNOSA DAN PENGOBATAN PSORRIASIS DENGAN VIDEO PENDAHULUHAN Psoriasis adalah penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa bercakbercak eritema

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. dari seorang pakar ke dalam sebuah sistem komputer. Dengan memanfaatkan

BAB III PERANCANGAN SISTEM. dari seorang pakar ke dalam sebuah sistem komputer. Dengan memanfaatkan BAB III PERANCANGAN SISTEM Pembangunan sistem pakar merupakan pemindahan pengetahuan kepakaran dari seorang pakar ke dalam sebuah sistem komputer. Dengan memanfaatkan pengetahuan yang sudah ada, sebagai

Lebih terperinci

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan PANCA INDERA Pengelihatan 1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan (tembus cahaya) yang disebut

Lebih terperinci

lingkungan. Insidens penyakit infeksi kulit dipengaruhi oleh beberapa hal misalnya

lingkungan. Insidens penyakit infeksi kulit dipengaruhi oleh beberapa hal misalnya I. PENDAHULUAN Kulit merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai pertahanan yang terus menerus terpengaruh oleh lingkungan luar dan selalu beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Insidens penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering

BAB I PENDAHULUAN. Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering dianggap sebagai hal ringan, padahal bagi penderitanya dapat mengurangi penampilan atau daya

Lebih terperinci

Tanya-jawab herpes. Apa herpes itu? Seberapa umum kejadian herpes? Bagaimana herpes menular? Apa yang terjadi saat herpes masuk tubuh?

Tanya-jawab herpes. Apa herpes itu? Seberapa umum kejadian herpes? Bagaimana herpes menular? Apa yang terjadi saat herpes masuk tubuh? Apa herpes itu? Herpes adalah masalah kulit yang umum dan biasanya ringan; kebanyakan infeksi tidak diketahui dan tidak didiagnosis Herpes disebabkan oleh virus: virus herpes simpleks (HSV) HSV termasuk

Lebih terperinci

PENYAKIT DARIER PADA ANAK

PENYAKIT DARIER PADA ANAK PENYAKIT DARIER PADA ANAK dr. Imam Budi Putra, SpKK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP H. ADAM MALIK M E D A N PENYAKIT DARIER PADA ANAK Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi Pitiriasis versikolor adalah suatu penyakit jamur kulit yang kronik dan asimtomatik serta ditandai dengan bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 51 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian 3.1.1 Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah pembuatan media konsultasi diagnosis penyakit Kulit berbasis mobile web dengan menjawab pertanyaan

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien menjalani proses perawatan lebih dari 48 jam, namun pasien tidak menunjukkan gejala sebelum

Lebih terperinci

c. Waricella zoster d... e...

c. Waricella zoster d... e... KUMPULAN SOAL KULIT 1. Seorang perempuan 12 tahun datang dengan keluhan gatal terutama malam hari. Pemeriksaan fisik: effloresensi papul, vesikel. Diagnosisnya klinis pasien adalah: a. Scabies b. Pedikulosis

Lebih terperinci

KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU

KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU Oleh Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Makalah ini Disusun Oleh Sri Hastuti (10604227400) Siti Khotijah

Lebih terperinci

Kanker Kulit. Skin Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Kulit. Skin Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Kulit Kanker kulit merupakan kanker yang umum terjadi. Tingkat insidensi kanker kulit di seluruh dunia telah meningkat pesat. Meskipun tingkat insidensi di Hong Kong jauh lebih rendah daripada negara-negara

Lebih terperinci

Cara Mengobati Gatal Jamur Eksim

Cara Mengobati Gatal Jamur Eksim Cara Mengobati Gatal Jamur Eksim Cara Mengobati Gatal Jamur Eksim - Infeksi jamur ditandai dengan kulit kemerahan atau cokelat kehitaman. Namun, gatal-gatal hanya akan terjadi di tepi bagian kulit kemerahan

Lebih terperinci

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS) OTC (OVER THE COUNTER DRUGS) Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,

Lebih terperinci

Tentang Penyakit SIPILIS dan IMPOTEN...!!! Posted by AaZ - 12 Aug :26

Tentang Penyakit SIPILIS dan IMPOTEN...!!! Posted by AaZ - 12 Aug :26 Tentang Penyakit SIPILIS dan IMPOTEN...!!! Posted by AaZ - 12 Aug 2009 19:26 1. SIFILIS Sifilis adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun walaupun frekuensi penyakit ini mulai menurun, tapi

Lebih terperinci

EFLORESENSI. Definisi

EFLORESENSI. Definisi EFLORESENSI Definisi Efloresensi atau ruam adalah kelainan kulit dan selaput lender yang dapat dilihat dengan mata telanjang (secara objektif) dan bila perlu dapat diperiksa dengan perabaan. Efloresensi

Lebih terperinci

BLEFARITIS. Putri Hardyanti

BLEFARITIS. Putri Hardyanti BLEFARITIS Putri Hardyanti 1310211142 Pada kelopak terdapat bagian-bagian : Kelenjar: kelenjar sebasea kelenjar moll atau kelenjar keringat kelenjar zeis kelenjar meibom Otot seperti: M. Orbikularis okuli

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIK KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN MAKALAH PRESENTASI KASUS PERSIAPAN TINEA FASIALIS

MODUL PRAKTIK KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN MAKALAH PRESENTASI KASUS PERSIAPAN TINEA FASIALIS MODUL PRAKTIK KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN MAKALAH PRESENTASI KASUS PERSIAPAN TINEA FASIALIS Disusun oleh Benedicta Mutiara S 0906639713 Calvin Kurnia M 0906639726 Mario Markus N 0906639801

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan bagi remaja dan dewasa muda merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan bagi remaja dan dewasa muda merupakan salah satu faktor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penampilan bagi remaja dan dewasa muda merupakan salah satu faktor penunjang, terutama wajah yang bersih tanpa akne merupakan modal penting dalam pergaulan dan karier.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non melanoma. Kelompok non melanoma dibedakan atas karsinoma sel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa

Lebih terperinci

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

APA ITU TB(TUBERCULOSIS) APA ITU TB(TUBERCULOSIS) TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tubercolusis. Penyakit Tuberkolusis bukanlah hal baru, secara umum kita sudah mengenal penyakit ini. TB bukanlah

Lebih terperinci

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Does Dimenhydrinate Suppress Skin Prick Test (SPT) Response? A. Preliminary Study of Histamine Skin Test

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Does Dimenhydrinate Suppress Skin Prick Test (SPT) Response? A. Preliminary Study of Histamine Skin Test : : Does Dimenhydrinate Suppress Skin Prick Test (SPT) Response? A Preliminary Study of Histamine Skin Test : anti histamine oral akan menekan respon kulit pada uji tusuk kulit (UTK). Dimenhidrinat, yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kosmetik Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal formulasi, dilakukan orientasi untuk mendapatkan formula krim yang baik. Orientasi diawali dengan mencari emulgator yang sesuai untuk membentuk krim air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi luka bakar tertinggi terdapat

Lebih terperinci