BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. secara sentral oleh otak ( Amrizal, 2005). Menurut Suma mur (1996) kelelahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. secara sentral oleh otak ( Amrizal, 2005). Menurut Suma mur (1996) kelelahan"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelelahan Definisi Kelelahan Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral leh tak ( Amrizal, 2005). Menurut Suma mur (1996) kelelahan adalah reaksi fungsinil dari pusat kesadaran yaitu crtex cerebri yang dipengaruhi leh 2(dua) sistem antagnistik yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi) tetapi semunya bermuara kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh. Kelelahan kerja (jb burnut) adalah sejenis stres yang banyak dialami leh rang rang yang bekerja dalam pekerjaan pekerjaan pelayanan terhadap manusia lainnya seperti perawat kesehatan, transprtasi, keplisian, pendidikan dan sebagainya ( Schuler, 1999). Kelelahan akibat kerja sering kali diartikan sebagai menurunnya efisiensi, perfrmans kerja dan berkurangnya kekuatan /ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan yang harus dilakukan ( Wignjsebrt, 2000) Jenis-jenis Kelelahan Berdasarkan pendapat para ahli sebagaimana yang dikutip leh Silaban (1996) bahwa kelelahan dibedakan berdasarkan 3 (tiga) bagian yaitu : 1. Berdasarkan prses dalam tt yang terdiri dari :

2 a Kelelahan tt, menurut Wignjesebrt (2000) ialah disebabkan munculnya gejala kesakitan yang amat sangat ketika tt harus melakukan beban. b Kelelahan umum, menurut Grandjean (1985) ialah suatu perasaan yang menyebar yang disertai dengan adanya penurunan kesiagaan dan kelambatan pada setiap aktivitas. Astrand dan Rdahl (1986) menyatakan bahwa kelelahan umum dapat menjadi gejala penyakit juga berhubungan dengan faktr psiklgis (mtivasi menurun, kurang tertarik) yang mengakibatkan menurunnya kapasitas kerja. Sebab - sebab kelelahan umum adalah mntni, intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental, keadaan lingkungan, sebabsebab mental (tanggung jawab, kekhawatiran dan knflik) serta penyakitpenyakit. 2. Berdasarkan waktu terjadinya Kelelahan : a Kelelahan akut, terutama disebabkan leh kerja suatu rgan atau seluruh tubuh secara berlebihan b Kelelahan krnis, menurut Grandjean dan Kgi (1972) terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari, berkepanjangan dan bahkan kadang-kadang telah terjadi sebelum memulai suatu pekerjaan 3. Berdasarkan penyebabnya : a Menurut Singletn (1972) disebabkan leh faktr fisik dan psiklgis di tempat kerja b Menurut McFarland (1972) disebabkan leh faktr fisilgis yaitu akumulasi dari substansi tksin (asam laktat) dalam darah dan faktr psiklgis yaitu knflik yang menyebabkan stres emsinal yang berkepanjangan

3 c Menurut Phn (1988) disebabkan leh kelelahan fisik yaitu kelelahan karena kerja fisik, kerja patlgis ditandai dengan menurunnya kerja, rasa lelah dan ada hubungannya dengan faktr psikssial Faktr-Faktr Yang Menyebabkan Kelelahan Kelelahan terjadi karena terkumpulnya prduk-prduk sisa dalam tt dan peredaran darah dimana prduk-prduk sisa ini bersifat bisa membatasi kelangsungan aktivitas tt. Atau mungkin bisa dikatakan bahwa prduk-prduk sisa ini mempengaruhi serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga menyebabkan rang menjadi lambat bekerja jika sudah lelah ( Sutaklaksana, 1979). Timbulnya rasa lelah dalam diri manusia merupakan prses yang terakumulasi dari berbagai faktr penyebab dan mendatangkan ketegangan (stres) yang dialami leh tubuh manusia ( Wignjsebrt, 2000). Green (1992) dan Suma mur (1994) dari prceeding mengemukakan faktrfaktr yang mempengaruhi kelelahan ada dua yaitu faktr internal dan faktr eksternal. Yang termasuk faktr internal antara lain : faktr smatis atau fisik, gizi, jenis kelamin, usia, pengetahuan dan sikap atau gaya hidup sedangkan yang termasuk faktr eksternal adalah keadaan fisik lingkungan kerja (kebisingan, suhu, pencahayaan), faktr kimia (zat beracun), faktr bilgis (bakteri, jamur), faktr ergnmi, kategri pekerjaan, sifat pekerjaan, disiplin atau peraturan perusahaan, upah, hubungan ssial dan psisi kerja atau kedudukan. Barnes (1980) dari prceeding mengatakan ada beberapa faktr yang mempengaruhi tingkat kelelahan antara lain jam kerja, peride istiarahat, kndisi fisik lingkungan kerja yang berpengaruh terhadap kenyamanan fisik, sikap dan mental

4 tenaga kerja sejauh mungkin dikurangi atau dihilangkan agar tercipta kndisi kerja yang menyenangkan ( Wignjsebrt, 2000). Kelelahan yang disebabkan leh karena kerja statis berbeda dengan kerja dinamis. Tarwaka menjelaskan pada kerja tt statis dengan pengerahan tenaga 50 % dari kekuatan maksimum tt hanya dapat bekerja selama 1 menit sedangkan pada pengerahan tenaga < 20% kerja fisik dapat berlangsung cukup lama ( Tarwaka, 2004) Prses Terjadinya Kelelahan Makanan yang mengandung glikgen mengalir dalam tubuh melalui peredaran darah. Setiap kntraksi dari tt selalu diikuti reaksi kimia (ksidasi gluksa) yang merubah glikgen tersebut menjadi tenaga, panas dan asam laktat (prduk sisa). Dalam tubuh dikenal fase pemulihan yaitu suatu prses untuk merubah asam laktat menjadi glikgen kembali dengan adanya ksigen dari pernafasan sehingga memungkinkan tt-tt bisa bergerak secara kntinu ini berarti keseimbangan kerja bisa dicapai dengan baik apabila kerja fisiknya tidak terlalu berat. Pada dasarnya kelelahan ini timbul karena terakumulasinya prduk sisa dalam tt atau peredaran darah yang disebabkan tidak seimbangnya antara kerja dan prses pemulihan. Secara lebih jelas terdapat tiga timbulnya kelelahan fisik yaitu : Pertama, ksidasi glukse dalam tt menimbulkan karbn diksida (CO 2 ), saerlactic, phsphati, dan sebagainya, dimana zat-zat tersebut terikat dalam darah yang kemudian dikeluarkan waktu bernafas. Kelelahan terjadi apabila pembentukan

5 zat-zat tersebut tidak seimbang dengan prses pengeluarannya sehingga timbul penimbunan dalam jaringan tt yang mengganggu kegiatan tt selanjutnya. Kedua, karbhidrat yang didapat dari makanan diubah menjadi gluksa dan disimpan di hati dalam bentuk glukgin. Setiap 1 cm 3 darah nrmal akan membawa 1 mm gluksa berarti setiap sirkulasi darah hanya membawa 0,1 % dari sejumlah glikgen dalam hati akan menipis dan kelelahan akan timbul apabila knsentarsi glikgen dalam hati tinggal 0,7 %.Ketiga, dalam keadaan nrmal jumlah udara yang masuk melalui pernafasan kira-kira 4 lt/ menit, sedangkan dalam keadaan kerja keras dibutuhkan udara kira-kira 15 lt/menit. Ini berarti pada suatu tingkat kerja tertentu akan dijumpai suatu keadaan dimana jumlah ksigen yang masuk melalui pernafasan lebih kecil dari tingkat kebutuhan. Jika hal ini terjadi maka kelelahan akan timbul karena reaksi ksidasi dalam tubuh yaitu untuk mengurangi asam laktat menjadi H 2 O dan CO 2 agar dikeluarkan dari tubuh menjadi tidak seimbang dengan pembentukan asam laktat itu sendiri (asam laktat terakumulasi dalam tt atau dalam peredaran darah). Kelelahan psiklgis timbul dalam perasaan rang yang bersangkutan dan terlihat dengan tingkah lakunya atau pendapat-pendapatnya yang tidak knsekuen lagi serta jiwanya yang labil dengan adanya perubahan walaupun sendiri dalam kndisi lingkungan atau kndisi tubuhnya. Ada suatu knsep yang menyatakan bahwa keadaan dan perasaan kelelahan ini timbul karena adanya reaksi fungsinil dari pusat kesadaran yaitu crtex cerebri yang bekerja atas pengaruh 2 sistem antagnistik yaitu sistem penghambat (inhibisi)

6 dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat ini terdapat dalam thalamus dan bersifat menurunkan kemampuan manusia untuk bereaksi. Apabila sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat maka keadaan rang tersebut ada dalam keadaan segar untuk bekerja. Sebaliknya apabila sistem penghambat lebih kuat dari sistem penggerak maka rang tersebut akan mengalami kelelahan. Kerja yang mntn bisa menimbulkan kelelahan walaupun mungkin beban kerjanya tidak seberapa. Hal ini disebabkan karena sistem penghambat lebih kuat dibandingkan sistem penggerak (Sutaklaksana, 1979) Akibat Kelelahan Knsekuensi kelelahan kerja menurut Randalf Schuler (1999) antara lain : 1. Pekerja yang mengalami kelelahan kerja akan berprestasi lebih buruk lagi daripada pekerja yang masih penuh semangat 2. Memburuknya hubungan si pekerja dengan kerja yang lain 3. Dapat mendrng terciptanya tingkah laku yang menyebabkan menurunnya kualitas hidup rumah tangga seserang. Menurut Suma mur (1996) ada 30 gejala kelelahan yang terbagi dalam 3 kategri yaitu : 1) Menunjukkan terjadinya pelemahan kegiatan. Perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki merasa berat, sering menguap, merasa kacau pikiran, menjadi mengantuk, merasakan beban pada mata, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, mau berbaring. 2) Menunjukkan terjadinya pelemahan mtivasi.

7 Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak berknsentrasi, tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang kepercayaan, cemas terahadap sesuatu, tidak dapat mengntrl sikap, tidak dapat tekun dalam pekerjaan. 3) Menujukkan gambaran kelelahan fisik akibat keadaan umum. Sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa nyeri di punggung, terasa pernafasan tertekan, haus, suara sesak, terasa pening, spasme dari kelpak mata, tremr pada anggta badan, merasa kurang sehat Cara Mengatasi Kelelahan Untuk menghindari rasa lelah diperlukan adanya keseimbangan antara masukan sumber datangnya kelelahan tersebut (faktr-faktr penyebab kelelahan) dengan jumlah keluaran yang diperleh lewat prses pemulihan (recvery). Prses pemulihan dapat dilakukan dengan cara antara lain memberikan waktu istirahat yang cukup baik yang terjadwal atau terstruktur atau tidak dan seimbang dengan tinggi rendahnya tingkat ketegangan kerja. Dengan memperpendek jam kerja harian akan menghasilkan kenaikan utput per jam sebaliknya dengan memperpanjang jam kerja harian akan menjurus memperlambat kecepatan (temp) kerja yang akhirnya berakibat pada penurunan prestasi kerja per jamnya ( Wignjsebrt, 2000). Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang ditujukkan kepada keadaan umum dan lingkungan fisik di tempat kerja. Misalnya, banyak hal dapat dicapai dengan jam kerja, pemberian kesempatan istirahat yang tepat, kamar-kamar istirahat, masa-masa libur dan rekreasi, dan lain-lain. Pengetrapan ergnmi dalam

8 hal pengadaan tempat duduk meja dan bangku-bangku kerja sangat membantu. Demikian pula rganisasi prses prduksi yang tepat. Selanjutnya usaha-usaha perlu ditujukkan kepada kebisingan, tekanan panas, pengudaraan dan penerangan yang baik. Mntni dan tegangan dapat dikurangi dengan penggunaan warna serta dekrasi pada lingkungan kerja, musik di tempat kerja dan waktu-waktu istirahat untuk latihan fisik bagi pekerja yang bekerja sambil duduk. Seleksi dan latihan dari pekerja lebih-lebih supervisi dan penatalaksanaannya juga memegang peranan penting ( Suma mur, 1996). 2.2 Kerja Shift Pekerjaan shift adalah pekerjaan yang mempunyai jadwal diluar jam kerja nrmal (jam ). Jadwal shift kerja yang berlaku sangat bervariasi. Biasanya adalah shift kerja 8 jam atau 12 jam dalam sehari ( Dian Mardi, 2008 ). Mnk dan Flkard dalam Silaban mengkategrikan 3 jenis sistem shift kerja, yaitu shift permanen, sistem rtasi cepat, dan sistem rtasi shift lambat ( Pvilia Dewi, 2006). Pada sidang ke-77 di Jenewa tanggal 26 Juni 1990 dibahas mengenai standar internasinal bagi pekerja malam. Standar yang dimaksud adalah The Night Wrk Cnventin and Recmmendatin. The Night Wrk Cnventin membahas mengenai kesehatan dan keselamatan, transfer kerja siang hari, perlindungan bagi kaum wanita, kmpensasi dan pelayanan ssial. Recmmendatin membahas mengenai batas waktu kerja nrmal, waktu istirahat yang minimum antar shift, transfer kerja siang pada situasi khusus, kesempatan pelatihan ( Dewi, 2006 ).

9 Tabel 1. Standar Internasinal bagi Pekerja Malam N. Bidang Ukuran 1 Jam Kerja Nrmal Tidak lebih dari 8 jam sehari 2 Overtime Tidak ada shift kerja yang penuh berurutan 3 Waktu Istirahat Sekurang-kurangnya 11 jam antar shift 4 Jam Kerja Istirahat Istirahat untuk makan dan istirahat 5 Ibu/ Caln Ibu Penugasan di siang hari (sebelum dan sesudah kehamilan) 6 Pelayanan Ssial Batas waktu transprtasi, biaya, dan perbaikan keselamatan. Perbaikan kualitas istirahat. 7 Situasi Khusus Tleransi pada pekerja yang mempunyai tanggung jawab bagi keluarga, pekerja yang lamban dan tua. 8 Pelatihan Mendapatkan kesempatan pelatihan 9 Transfer Pemikiran khusus untuk ditugaskan siang hari (setelah bertahun-tahun bekerja pada malam hari) 10 Pensiun Pemikiran khusus bagi pekerja yang pensiun sebelum waktunya Dampak Kerja Shift

10 Variabel utama manusia yang berkaitan dengan kerja shift adalah circadian rhytm. Kebanyakan fungsi tubuh manusia berjalan secara ritmik dalam siklus 24 jam. Inilah yang disebut circadian rhytm (ritme sirkadian). Fungsi-fungsi tubuh yang meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari termasuk temperatur tubuh, detak jantung, tekanan darah, kemampuan mental, prduksi adrenalin, dan kemampuan fisik.secara umum, semua fungsi tubuh berada dalam keadaan siap digunakan pada siang hari. Sedangkan pada malam hari adalah waktu untuk istirahat dan pemulihan sumber daya (energi). Fungsi tubuh yang ditandai dengan sirkadian adalah tidur, kesiapan untuk bekerja, dan banyak prses tnm, fungsi vegetatif seperti metablisme, temperatur tubuh, detak jantung, dan tekanan darah. Semua fungsi manusia yang telah dipelajari menunjukkan siklus harian yang teratur. kerja shift malam akan berdampak pada respn fisilgis tubuh, efek ssial, dan efek penampilan kerja ( Pulat, 2002) 1. Efek fisilgis Beberapa efek kerja shift terhadap tubuh: a) Mempengaruhi kualitas tidur. Tidur siang tidaklah seefektif tidur pada malam hari karena terdapat banyak gangguan. Biasanya memakan waktu dua hari istirahat untuk menggantikan waktu tidur malam akibat kerja shift malam. b) Kurangnya kemampuan fisik untuk bekerja pada malam hari. Walaupun masalah penyesuaian sirkadian merupakan alasan yang utama, ada alasan lain yaitu perasaan mengantuk dan lelah. c) Mempengaruhi kemampuan mental. Jhnsn dalam Pulat melaprkan bahwa berkurangnya kapasitas mental mempengaruhi perilaku waspada terhadap

11 pekerjaan seperti pengntrlan dan mnitring kualitas. Lebih lanjut, Kelly dan Schneider dalam Pulat menyatakan bahwa kesalahan dapat meningkat secara bermakna (80% sampai 180%) karena bertambahnya lama kerja shift. d) Gangguan kegelisahan juga telah dilaprkan terjadi di antara pekerja shift malam. Kehilangan waktu tidur dan efek ssial dari kerja shift juga merupakan alasan utama. e) Gangguan saluran pencernaan. Thiis-Eversn melaprkan bahwa dari 6000 pekerja Nrwegia, 35% pekerja shift malam mengalami gangguan perut, 13,4% mengalami ulserasi, dan 30% mengalami gangguan usus. 2. Efek Ssial Sebagai tambahan, kerja shift juga mempengaruhi kehidupan ssial: a) Mengganggu kehidupan keluarga b) Sedikitnya kesempatan untuk berinteraksi dengan kerabat dan rekan. c) Mengganggu aktivitas kelmpk. 3. Efek Perfrmansi Wyatt dan Marritt dalam Pulat mengknfirmasikan bahwa sebagai akibat dari efek fisilgis dan ssial, perfrmansi (penampilan) juga akan menurun pada malam hari. Brwne menemukan bahwa kelambatan atau penundaan menjawab panggilan telepn pada peratr telepn meningkat secara drastis pada shift malam. Bjerner et al mengbservasi kesalahan yang lebih tinggi secara bermakna dilakukan leh pembaca meteran di perusahaan gas pada waktu shift malam dari pada shift

12 lainnya. Mnk dan Embrey menyatakan bahwa kebanyakan dari efek ini akibat kurangnya kewaspadaan pekerja pada waktu shift malam. Penasehat medis perusahaan telah mencatat banyaknya kasus gangguan tidur siang di antara pekerja malam. Gangguan pada tidur siang ini dihubungkan dengan kebisingan, akan tetapi kebanyakan pekerja malam menyatakan mereka merasakan kegelisahan selama siang hari dan tidur siang mereka tidak cukup menyegarkan ( Grandjean, 1988 ) Penanggulangan Dampak Buruk Kerja Shift Upaya-upaya mengurangi dampak buruk akibat kerja shift melalui pendekatan rganisasi dapat dilakukan dengan pengaturan shift kerja secara adil. Terdapat 2 macam pembagian shift kerja, yaitu 2 shift dan 3 shift. Pembagian satu hari kerja menjadi 2 shift yaitu shift pagi (day shift) dengan jam kerja pukul dan shift malam (night shift) dengan jam kerja pukul sedangkan untk pembagian menjadi 3 shift adalah shift pagi yaitu pukul , siang yaitu pukul dan malam yaitu pukul Pengaturan shift kerja yang baik adalah dengan pergantian shift yang pendek misal 2-3 hari sekali, tidak terlalu lama apalagi pergantian tiap minggu sekali. Apabila diperlukan shift kerja malam maka ada persyaratan yang harus dipenuhi leh pihak pengusaha dan pekerja, seperti : 1. Pergantian shift tidak lama (2-3 hari sekali) 2. Usia pekerja antara tahun agar diperleh kematangan mental yang cukup;

13 3. Pekerja tidak menderita penyakit krnis seperti penyakit paru-paru krnis, tekanan darah tinggi, kencing manis, pekerja memiliki penyakit gangguan tidur. 4. Pekerja tidak mengalami gangguan psikssial 5. Lingkungan hidup pekerja tenang 6. Pekerja tidak menderita gangguan lambung maupun memiliki tingkat emsi yang labil 7. Tidak kekurangan gizi, stres dan gangguan jantung 8. Keluarga pekerja yang menunjang. Seygianya sebelum pekerja dinas malam pekerja telah cukup istirahat/ tidur sehingga berangkat bekerja dalam keadaan segar (Sumakmur, 1996 ). Ketika bekerja shift merupakan keharusan dan kita tidak bisa memilih, maka ada beberapa strategi yang dapat dilakukan agar tetap sehat. Diantaranya adalah usahakan untuk cukup tidur, usahakan agar kualitas tidur kita terjaga. Olahraga teratur juga sangat dianjurkan untuk menjaga daya tahan tubuh. Beberapa teknik relaksasi juga dipercaya akan menurunkan beban mental dan tingkat stress. Pilih teknik relaksasi yang paling mudah seperti mendengarkan musik yang menenangkan, berssialisasi dengan teman, atau menekuni hbi. Selain itu, tentunya dianjurkan pula untuk mengknsumsi diet yang sehat. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat knsumsi kudapan ringan di kalangan para pekerja shift lebih tinggi dari pekerja nrmal. Selain itu, kualitas dietnya lebih rendah dan cenderung tidak memenuhi syarat gizi yang seimbang. Keluhan yang sering muncul adalah mual, knstipasi, diare, atau menurunnya nafsu makan. Untuk menghindari persalan gangguan

14 pencernaan ini disarankan pada para pekerja shift untuk mengurangi knsumsi garam dan makanan berlemak, menghindari junk fd, dan mengknsumsi makanan dengan gizi yang seimbang dan baik ( Mardi,2008) 2.3 Pengukuran Kelelahan Pengukuran kelelahan terbagi atas 2 macam yaitu pengukuran secara subjektif dan pengukuran secara bjektif. Secara bjektif dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur untuk mengukur kelelahan kerja antara lain : 1) Pengukuran waktu reaksi Waktu reaksi yang diukur dapat merupakan reaksi sederhana atas rangsangan tunggal atau reaksi-reaksi yang memerlukan krdinasi. Biasanya waktu reaksi adalah jangka waktu pemberian suatu rangsangan sampai pada suatu saat kesadaran atau dilaksanakannya kegiatan tertentu misalnya : Nyala lampu sebagai awal dan pijat tmbl sebagai akhir jangkauan waktu tertentu Denting suara dan injak pedal Sentuhan badan dan pemutaran setir Prsedur kerja alat Whle Bdy Reactin Tester (WBRT) WBRT mengukur gerakan lambat, cepat dan reaksinya dengan mengukur waktu yang diperlukan tubuh terhadap cahaya. Waktu reaksi merupakan yang diperlukan tubuh untuk menaggapi suatu rangsangan. Waktu reaksi biasanya sangat cepat kira-kira milidetik. Pada WBRT, penghitung digital menggunakan elemen kristal silasi dan memberikan hasil yang diteliti dari 1 m detik hingga 9,999 detik yang pengukurannya dengan menggunakan ktak respn. Pengukuran Waktu Reaksi

15 a. Hubungkan ktak respn ke tmbl reaksi (waktu) pada bagian belakang unit dengan wayar yang tersedia. b. Pilih 1/1000 detik untuk tahapan waktu Subyek uji diinstruksikkan untuk berdiri diatas lapik reaksi di depan ktak respn, tekan tmbl tanda start. Apabila subyek uji melihat warna merah, biru atau kuning muncul, maka segera mungkin dia melmpat meninggalkan lapik reaksi dan pengatur waktu seketika itu juga akan berhenti. 2) Uji hilangnya kelipan Dengan kelelahan kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan akan semakin berkurang. Semakin panjang waktu diperlukan untuk jarak antara dua kelipan menujukkan pula kewaspadaan tenaga kerja. 3) Pengamatan tentang krdinasi dan efisiensi gerakan fisik Aneka ragam kegiatan tubuh dan efisienya dapat dinilai seperti : a. Keseimbangan badan ketika berdiri b. Krdinasi mata dan tangan c. Uji akmdasi mata dan tangan d. Kemantapan tangan dan jari 4) Pendekatan dengan kemampuan knsentrasi Kecepatan dan ketelitian untuk menyelesaikan suatu atau serangkaian tugas yang diberikan merupakan determinan dari knsentrasi atau daya pikir yang baik. Pengukuran secara subjektif dilakukan dengan mengukur perasaan lelah dengan menggunakan Kuesiner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) (Sitrus, 1999). Alat ukur yang dipakai dalam penelitian ini adalah KAUPK2.

16 2. 4 SPBU ( Pertamina, 2009 ) SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum) merupakan prasarana umum yang disediakan leh PT. Pertamina untuk masyarakat luas guna memenuhi kebutuhan bahan bakar. Pada umumnya SPBU menjual bahan bakar sejenis premium, slar, pertamax dan pertamax plus. Pada SPBU harus memenuhi prasarana standar yang wajib yaitu : Sarana pemadam kebakaran: Sarana lindungan lingkungan: Instalasi penglahan limbah. Instalasi il catcher dan well catcher: Saluran yang digunakan untuk mengalirkan minyak yang tercecer di area SPBU kedalam tempat penampungan. Instalasi sumur pantau: Sumur pantau dibutuhkan untuk memantau tingkat plusi terhadap air tanah di sekitar bangunan SPBU yang disebabkan leh kegiatan usaha SPBU. Saluran bangunan/drainase sesuai dengan pedman PT. Pertamina. Sistem Keamanan: Memiliki pipa ventilasi tangki pendam; Memiliki grund pint/strip tahan karat; Memiliki dinding pembatas/pagar pengaman;

17 Terdapat rambu-rambu tanda peringatan. Sistem Pencahayaan: SPBU memiliki lampu penerangan yang menerangi seluruh area dan jalur pengisian BBM; Papan penunjuk SPBU sebaiknya berlampu agar keberadaan SPBU mudah dilihat leh pengendara. Peralatan dan kelengkapan filling BBM sesuai dengan standar PT. Pertamina berupa: Tangki pendam; Pmpa; Pulau pmpa. Duiker, dibutuhkan sebagai saluran air umum di depan bangunan SPBU Sensr api dan perangkat Pemadam kebakaran Lambang PT. Pertamina Generatr Racun Api Fasilitas umum: Tilet; Mushla; Lahan parkir. Instalasi listrik dan air yang memadai

18 Rambu-rambu standar PT. Pertamina: Dilarang merkk; Dilarang menggunakan telepn seluler; Jagalah kebersihan; Tata cara penggunaan alat pemadam kebakaran Pelaksanaan Operasinal SPBU Pelaksanaan perasinal SPBU harus sesuai dengan SOP (Standard Operating Prcedure) PT. Pertamina. Perekrutan dan pengadaan karyawan adalah tanggung jawab pemhn, dan para pekerja diwajibkan bekerja sesuai dengan etika kerja standar PT. Pertamina Bangunan SPBU Berdasarkan Standar PT. Pertamina Bangunan SPBU harus memenuhi beberapa criteria sebagai berikut : Desain bangunan harus disesuaikan dengan karakter lingkungan sekitar (cnth: letak pintu masuk, pintu keluar, dan lain-lain); Elemen bangunan yang adaptif terhadap iklim dan lingkungan (sirip penangkal sinar matahari, jendela yang menjrk kedalam, dan penggunaan material dan tekstur yang tepat); Desain bangunan SPBU harus disesuaikan dengan bangunan di lingkungan sekitar yang dminan;

19 Arsitektur bangunan sarana pendukung harus terintegrasi dengan bangunan utama; Seluruh fasade bangunan harus mengekspresikan detail dan karakter arsitektur yang knsisten; Variasi bentuk dan garis atap yang menarik; Bangunan harus adaptif terhadap panas matahari dan pantulan sinar matahari dengan merancang sirip penangkal sinar matahari dan jalur pejalan kaki/ trtar yang tertutup dengan atap; Bangunan dibagi-bagi menjadi kmpnen yang berskala lebih kecil untuk menghindari bentuk massa yang terlalu besar; Panduan untuk kanpi adalah sebagai berikut: Integrasi antara kanpi tempat pmpa bensin dan bangunan diperblehkan; Ketinggian ambang kanpi dihitung dari titik terendah kanpi tidak lebih dari Ketinggian keseluruhan kanpi tidak lebih dari 17 ; Ceiling kanpi tidak harus menggunakan bahan yang bertekstur atau flat, tidak diperblehkan menggunakan material yang mengkilat atau bisa memantulkan cahaya;

20 Tidak diperblehkan menggunakan lampu tabung pada warna lg perusahaan. Sirkulasi/jalur masuk dan keluar: Jalan keluar masuk mudah untuk berbelk ke tempat pmpa dan ke tempat antrian dekat pmpa, mudah pula untuk berbelk pada saat keluar dari tempat pmpa tanpa terhalang apa-apa dan jarak pandang yang baik bagi pengemudi pada saat kembali memasuki jalan raya; Pintu masuk dan keluar dari SPBU tidak bleh saling bersilangan; Jumlah lajur masuk minimum 2 (dua) lajur; Lajur keluar minimum 3 (tiga) lajur atau sama dengan lajur pengisian BBM; Lebar pintu masuk dan keluar minimal Bentuk Kerjasama Dalam Pembangunan SPBU Ada 2 bentuk kerja sama yang di tawarkan yaitu : 1. DODO (Dealer Owned Dealer Operated) adalah SPBU milik swasta, baik lahan, investasi, maupun perasinalnya. 2. CODO (Cmpany Owned Dealer Operate) merupakan SPBU sebagai bentuk kerjasama antara PT. Pertamina dengan pihak-pihak tertentu. Antara lain kerjasama pemanfaatan lahan milik perusahaan ataupun individu untuk di bangun SPBU PT. Pertamina.

21 Klasifikasi SPBU Dalam pembangunan sebuah SPBU, luas minimal lahan tergantung dari letak lahan yang akan dibangun menjadi sebuah SPBU. Apabila lahan yang akan dibangun SPBU terletak dijalan besar/utama, maka luas lahan yang harus dimiliki minimal 2500 m². Sedangkan untuk akses jalan lkal minimal 700 m². SPBU terdiri dari 5 tipe diantaranya adalah tipe A.B.C.D dan E. dimana klasifikasi SPBU tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 2. Klasifikasi SPBU Kmpnen Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D Tipe E Minimal ukuran lahan Minimal lebar muka jalan Jumlah selang Min Max 10 Kapasitas Tangki(kl) Min.160 Min.140 Min. 100 Min. 80 Min Kerangka Knsep Operatr Shift Pagi Malam Kelelahan 2.6 Hiptesis Penelitian

22 H : Tidak ada perbedaan kelelahan kerja pada peratr SPBU antara shift pagi dan shift malam pada SBPU Tanjung Mrawa tahun Ha : Terdapat perbedaan kelelahan kerja pada peratr SPBU antara shift pagi dan shift malam pada SBPU Tanjung Mrawa tahun 2009.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Prfil Singkat Perusahaan Perusahaan ini pertama kali didirikan pada tahun 2006 yang berbentuk perusahaan mitra PT.Pertamina yaitu Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi modern memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai hal sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam masyarakat, dikenal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shift Kerja 2.1.1 Defenisi Shift Kerja Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja biasa (08.00-17.00).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja adalah penduduk yang produktif dan oleh karena itu sangat besar peranannya dalam mewujudkan pertumbuhan atau memberikan nilai tambah, kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Perusahaan ini pertama kali didirikan pada tahun 2007 yang berbentuk

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Perusahaan ini pertama kali didirikan pada tahun 2007 yang berbentuk BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Profil Singkat Perusahaan Perusahaan ini pertama kali didirikan pada tahun 2007 yang berbentuk perusahaan mitra PT.Pertamina yaitu Stasiun Pengusian Bahan Bakar (SPBU)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shift Kerja 2.1.1 Definisi Shift Kerja Shift kerja mempunyai berbagai definisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk diluar jam kerja biasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan

BAB II LANDASAN TEORI. diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan BAB II LANDASAN TEORI A. Moril Kerja 1. Definisi Moril Moril adalah sikap atau semangat yang ditandai oleh adanya kepercayaan diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelelahan merupakan masalah yang harus mendapat perhatian. Semua jenis pekerjaan baik formal dan informal menimbulkan kelelahan kerja. Kelelahan adalah perasaan subjektif,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Kelelahan Konsep mengenai kelelahan sering ditemui pada pengalaman pribadi, kata kelelahan digunakan untuk menunjukan kondisi yang berbeda yaitu semua yang menyebabkan

Lebih terperinci

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. 1. Beban Kerja a. Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah keadaan pekerja dimana dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Potensi bahaya banyak ditemukan di setiap tempat dimana kita melakukan aktivitas pekerjaan baik dirumah, di jalan, maupun di tempat kerja. Dalam UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan bahwa tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja berhubungan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja berhubungan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja berhubungan dengan ergonomi, yaitu : sikap dan cara kerja, kegelisahan kerja, beban kerja yang tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang yang memiliki jiwa profesional akan melakukan pekerjaan yang dimilikinya dengan penuh suka cita dan bersedia dalam pekerjaannya serta mampu menjadi pekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan peningkatan produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi kesehatan yang baik merupakan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA DI PT. INTI BENUA PERKASATAMA DUMAI Saya adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja 1. Definisi Kelelahan Kerja Salah satu ciri makhluk hidup adalah bergerak. Semua gerak dan kesibukan manusia mempunyai arti bagi mereka. Apabila dalam beberapa

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Karakteristik Responden Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pengemudi travel X-Trans Jakarta dengan trayek Jakarta-Bandung yang berjumlah 60 orang. Namun seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat tertentu.temperature kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan

Lebih terperinci

Peneliti, Pratiwi Andiningsari

Peneliti, Pratiwi Andiningsari Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP TINGKAT KELELAHAN (FATIGUE) PADA PENGEMUDI TRAVEL X TRANS TRAYEK JAKARTA-BANDUNG TAHUN 2009 Yth, Saudara/I Selamat Pagi/

Lebih terperinci

B i n t o r o Abdi Negoro arsitektur universitas mercu buana. Side Entrance. Servis. Public. Semi public

B i n t o r o Abdi Negoro arsitektur universitas mercu buana. Side Entrance. Servis. Public. Semi public BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Knsep Masa Bangunan 5.1.1 Zning Side Entrance Servis Private Public Ruang Hijau Main Entrance Semi public Main entrance diletakkan pada tapak sebelah barat, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan salah satu pegawai yang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini kondisi jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini kondisi jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini masih banyak terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (occupational diseases), baik pada sektor formal maupun sektor informal (seperti sektor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ergonomi a. Pengertian Ergonomi adalah ilmu, penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan dengan baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja, yang penyebab utamanya adalah mata (kelelahan visual), kelelahan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah sakit

Lebih terperinci

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin ERGONOMI Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandinavia - Human (factor) engineering atau Personal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kualitas kehidupan bekerja adalah dinamika multidimensional yang. (Lau & Bruce dalam Considine & Callus, 2001).

BAB II LANDASAN TEORI. Kualitas kehidupan bekerja adalah dinamika multidimensional yang. (Lau & Bruce dalam Considine & Callus, 2001). BAB II LANDASAN TEORI A. Kualitas Kehidupan Bekerja 1. Definisi Kualitas Kehidupan Bekerja Kualitas kehidupan bekerja adalah dinamika multidimensional yang meliputi beberapa konsep seperti jaminan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suma mur (2014) menyatakan bahwa industri tekstil ditinjau dari segi higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak ditemui dalam industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama

Lebih terperinci

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS 1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung kirakira 6 minggu. Anjurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami proses penuaan terlihat dari

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Gerakan-gerakan kerja operator untuk tiap stasiun kerja sudah dirancang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja :

BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja : BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Postur Kerja Postur atau sikap kerja merupakan suatu tindakan yang diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adli Hakama, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adli Hakama, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga dari sudut pandang ilmu faal olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Pengukuran Kelelahan

Pengukuran Kelelahan Kegiatan Belajar -7.2 Modul 4: Pengukuran Kelelahan Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc Modul-4, data M Arief Latar 1 PENGUKURAN KELELAHAN SECARA SUBYEKTIF (subyective feeting of fatigue) Pengukuran kelelahan mengunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum adalah 8 jam kerja dan sebalikanya adalah waktu istirahat. Memeperpanjang waktu kerja lebih dari

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jam kerja secara bergilir biasa disebut dengan kerja shift.

BAB I PENDAHULUAN. jam kerja secara bergilir biasa disebut dengan kerja shift. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Didalam dunia kerja, seperti halnya di intansi Rumah Sakit terdapat beberapa pekerjaan yang harus dilakukan secara terus menerus selama 24 jam. Pekerjaan ini membutuhkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Dalam penelitian ini, karakteristik responden terdiri atas usia, status pernikahan, pengalaman kerja, dan tingkat pendidikan. 1. Usia Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas.

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas. 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya mobilitas orang memerlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai, aman, nyaman dan terjangkau bagi masyarakat. Dinamisnya mobilitas penduduk

Lebih terperinci

JURNAL MANAJEMEN OPERASIONAL. Yang dibimbing oleh Roro Arinda Reswanti Julian Pratama, S.E.

JURNAL MANAJEMEN OPERASIONAL. Yang dibimbing oleh Roro Arinda Reswanti Julian Pratama, S.E. JURNAL MANAJEMEN OPERASIONAL Disusun dan diajukkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Operasinal (Praktikum) Yang dibimbing leh Rr Arinda Reswanti Julian Pratama, S.E. Disusun Oleh :

Lebih terperinci

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5468 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Layanan Purna Jual Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indnesia N. 634/MPP/Kep/9/2002 tentang ketentuan dan tata cara pengawasan

Lebih terperinci

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja BAB II: STUDI 2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja yang telah diberikan sebagai pedoman awal dalam perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Umum Jakarta Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan kesehatannya dengan membuka poliklinik. Pada tahun 1986 rumah sakit Ridogalih berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah penggunaan tenaga dan penggunaan bagian tubuh seperti tangan

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah penggunaan tenaga dan penggunaan bagian tubuh seperti tangan BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Organisasi atau perusahaan merupakan sebuah tempat dimana pekerja merupakan salah satu bagian penting dalam kesuksesan sebuah perusahaan. Bekerja adalah penggunaan tenaga

Lebih terperinci

Keselamatan kerja dan Kesehatan lingkungan 1

Keselamatan kerja dan Kesehatan lingkungan 1 MENGASOSIASI : Prinsip K-3 & Penerapan di Bengkel Kerja Anda diharuskan juga untuk mengassiasi atau menerjemahkan kedalam pikiran anda sendiri dan selanjutnya diwujudkan dalam bentuk tulisan atau gambaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata kelelahan diterapkan di berbagai macam kondisi. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata kelelahan diterapkan di berbagai macam kondisi. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelelahan Kerja 2.1.1. Definisi Kelelahan Kerja Kata kelelahan diterapkan di berbagai macam kondisi. 9 Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan

Lebih terperinci

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN:

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: Organisasi Kerja Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 Organisasi Kerja Organisasi kerja terutama menyangkut waktu kerja; waktu istirahat;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (antara lain tenaga kerja perawat), sehingga

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (antara lain tenaga kerja perawat), sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan rumah sakit saat ini mengalami transformasi besar. Pada masa sekarang rumah sakit sedang berada dalam suasana global dan kompetetif, termasuk bersaing

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Masa Kerja Masa kerja dihitung dari hari pertama masuk kerja sampai dengan saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karena tanpa pengaturan sumber daya manusia yang tepat, maka. banyak artinya tanpa dikelola oleh manusia secara baik.

BAB I PENDAHULUAN. Karena tanpa pengaturan sumber daya manusia yang tepat, maka. banyak artinya tanpa dikelola oleh manusia secara baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam melakukan suatu pekerjaan, ada banyak faktor yang mempengaruhi seseorang tersebut berhasil menyelesaikan pekerjaan diantaranya adalah faktor shift kerja.

Lebih terperinci

No : 12 / IV / SEMAKU / 2017 Yogyakarta, 17 April Dengan ini Himpunan Mahasiswa Pendidikan Dokter SEMAKU mengucapkan terima kasih kepada:

No : 12 / IV / SEMAKU / 2017 Yogyakarta, 17 April Dengan ini Himpunan Mahasiswa Pendidikan Dokter SEMAKU mengucapkan terima kasih kepada: No : 12 / IV / SEMAKU / 2017 Yogyakarta, 17 April 2017 Hal : Ucapan Terima Kasih Lamp : - Assalamualaikum wr wb Dengan ini Himpunan Mahasiswa Pendidikan Dokter SEMAKU mengucapkan terima kasih kepada: Nama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan suatu industri dalam melaksanakan proses produksi dan mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri kimia atau industri manufaktur yang menggunakan mesin yang

I. PENDAHULUAN. industri kimia atau industri manufaktur yang menggunakan mesin yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi modern memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai hal sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam masyarakat, dikenal adanya

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN STATUS GIZI DAN ASUPAN ENERGI TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I PABRIK PULAU TIGA TAHUN 2015 Yth. Saudara/I Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam

Lebih terperinci

Mengenal Tanaman Obat Keluarga

Mengenal Tanaman Obat Keluarga Mengenal Tanaman Obat Keluarga Pengertian TOGA Tga adalah singkatan dari tanaman bat keluarga. Tanaman bat keluarga pada hakekatnya sebidang tanah baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang yang digunakan

Lebih terperinci

NAPPING DALAM KEPERAWATAN / KESEHATAN. Elly Nurachmah Departmen Keperawatan Medikal Bedah - FIKUI

NAPPING DALAM KEPERAWATAN / KESEHATAN. Elly Nurachmah Departmen Keperawatan Medikal Bedah - FIKUI NAPPING DALAM KEPERAWATAN / KESEHATAN Elly Nurachmah Departmen Keperawatan Medikal Bedah - FIKUI Prinsip Perawat digaji untuk bekerja bukan untuk tidur Latar Belakang Saat jaga malam, banyak perawat yang

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Gambaran Distribusi Frekuensi Faktor Karakteristik Pengemudi Karakteristik pengemudi meliputi umur, status gizi atau IMT dan Kondisi Tubuh. Di bawah ini akan ditampilkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) dan GATT (General Agreement On Tariffs And Trade) yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang, kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertentu. Semakin lama waktu kerja yang dimiliki oleh seorang tenaga kerja maka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertentu. Semakin lama waktu kerja yang dimiliki oleh seorang tenaga kerja maka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waktu Kerja Waktu kerja merupakan waktu yang ditetapkan untuk melaksanakan pekerjaan, yang dapat dilakukan pada siang, sore dan malam hari. Waktu kerja adalah penggunaan tenaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus. diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus. diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang berbahaya bagi kesehatan, mudah terjangkit

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tujuan dari perancangan Pusat Gerontologi di Jawa Barat merupakan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tujuan dari perancangan Pusat Gerontologi di Jawa Barat merupakan BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. TUJUAN PERANCANGAN Tujuan dari perancangan Pusat Gerontologi di Jawa Barat merupakan sebuah fasilitas kesehatan berupa hunian bagi kaum lansia agar dapat terlihat lebih nyaman

Lebih terperinci

Bab IV. Konsep Perancangan

Bab IV. Konsep Perancangan Bab IV Konsep Perancangan 4.1 Konsep Perancangan Konsep perancangan pada proyek ini didasari oleh tinjauan data mengenai sifat dan karakteristik pasien, dimana beberapa dari pasien dewasa maupun anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia, yaitu dapat memberikan kepuasan, tantangan, bahkan dapat pula menjadi gangguan dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN KUESIONER GAMBARAN GETARAN MEKANIS DAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEMECAH BATU DI BAGIAN PRODUKSI CV. BAROKAT MAQOBUL BINJAI TAHUN 2016 Nama : Jenis Kelamin : *Pr / Lk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya pembangunan industri tentunya akan semakin meningkat pula risiko yang berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja. Bahaya di

Lebih terperinci

TANDA-TANDA AWAL KEHAMILAN. Ditulis oleh Rabu, 02 May :10 -

TANDA-TANDA AWAL KEHAMILAN. Ditulis oleh Rabu, 02 May :10 - Ada banyak pertanda yang menyertai kehamilan, berdasarkan pengalaman para wanita yang telah hamil, tanda dan gejala kehamilan biasanya muncul pada minggu-minggu awal kehamilan. Berikut ini 9 tanda-tanda

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Perancangan Asrama Mahasiswa Universitas Mercu Buana ini diharapkan dapat menjadi hunian asrama yang nyaman aman dan mudah dijangkau bagi mahasiswa Universitas

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki

BAB V PEMBAHASAN. perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini untuk jenis kelamin pada responden seluruhnya adalah perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang berbeda. Kekuatan otot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang ada di tempat kerja yaitu penerangan. berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang ada di tempat kerja yaitu penerangan. berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan ditetapkan bahwa keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

PANDUAN PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN FISIK

PANDUAN PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN FISIK PANDUAN PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN FISIK PANDUAN PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN FISIK, USIA LANJUT, PENDERITA CACAT,ANAK-ANAK DAN YANG BERISIKO DISAKITI PENGERTIAN Kekerasan fisik adalah setiap tindakan

Lebih terperinci

MEMBEDAH STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) di INDONESIA

MEMBEDAH STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) di INDONESIA MEMBEDAH STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) di INDONESIA Risdiyanta, ST., MT *) ABSTRAK Stasiun Pengisian Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)tentu tidak asing bagi masyarakat Indonesia, untuk membeli

Lebih terperinci

PENGANTAR SISTEM KENDALI

PENGANTAR SISTEM KENDALI 1 I PENGANTAR SISTEM KENDALI Deskripsi : Bab ini memberikan gambaran secara umum mengenai sistem kendali, definisi-definisi, pengertian sistem kendali lingkar tertutup dan sistem kendali lingkar terbuka,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan kerja 1. Definisi Kelelahan adalah proses yang mengakibatkan penurunan kesejahteraan, kapasitas atau kinerja sebagai akibat dari aktivitas kerja (Mississauga, 2012) Kelelahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur merupakan aktivitas yang dilakukan setiap hari dan juga salah stau kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Menurut Teori Hirarki Maslow tentang kebutuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan teknologi sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan merugikan manusia

Lebih terperinci

by : Andika Putra Utami; Yunike Rahmi; Dewi Permata Sari; Bismatullah; Ismadi

by : Andika Putra Utami; Yunike Rahmi; Dewi Permata Sari; Bismatullah; Ismadi Manajemen Risik K3 di Perusahaan Pertambangan Psted n 21 Januari 2011 by Aria Gusti by : Andika Putra Utami; Yunike Rahmi; Dewi Permata Sari; Bismatullah; Ismadi Pendahuluan Pertambangan memiliki peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia tentunya sangat berperan dalam suatu perusahaan, sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang terdidik dan siap pakai untuk mendukung

Lebih terperinci

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM TEKNIK SANITASI

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM TEKNIK SANITASI Djk M. Hartn Evy Nvita SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM TEKNIK SANITASI WHY WATER IS ESSENTIAL??? Why water is essential??? Air merupakan kebutuhan untuk melangsungkan hidup (survival) Tubuh manusia terdiri

Lebih terperinci

Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test

Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test Titin Isna Oesman 1 dan Risma Adelina Simanjuntak 2 Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta ti_oesman@yahoo.com,risma_stak@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga terjadi pemulihan sementara. Menurut Suma mur (2009) kelelahan (fatigue) menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga terjadi pemulihan sementara. Menurut Suma mur (2009) kelelahan (fatigue) menunjukkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja 1. Pengertian Kelelahan Menurut Tarwaka (2010), kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia bahkan disemua negara telah mengalami perubahan secara terus menerus, sehingga membuat

Lebih terperinci

Pusat Hiperked dan KK

Pusat Hiperked dan KK Pusat Hiperked dan KK 1. Gangguan pernafasan (sumbatan jalan nafas, menghisap asap/gas beracun, kelemahan atau kekejangan otot pernafasan). 2. Gangguan kesadaran (gegar/memar otak, sengatan matahari langsung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin suksesnya industrialisasi tersebut dituntut tingkat efisiensi yang tinggi terhadap penggunaaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja 1. Pengertian Kelelahan Kerja Pada umumnya kelelahan kerja didefinisikan berkurangnya energi dan motifasi yang dapat berpengaruh pada kemampuan fisik, mental,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbeda, tetapi semuanya berakibat pada penurunan daya kerja dan berkurangnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbeda, tetapi semuanya berakibat pada penurunan daya kerja dan berkurangnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelelahan Kerja 2.1.1 Pengertian Kelelahan Kerja Kata lelah (fatique) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat pada penurunan daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau bersilangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau bersilangan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengertian Persimpangan Jalan Persimpangan menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) adalah dua buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepedulian pemerintah Indonesia terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk meningkatkan kesadaran bagi pihak perusahaan dan tenaga kerja telah diatur dalam

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, yang berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertamina merupakan perusahaan milik negara yang bergerak di bidang energi meliputi minyak, gas serta energi baru dan terbarukan. Pertamina menjalankan kegiatan bisnisnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan terhadap pasien (Praptiningsih, 2006).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan terhadap pasien (Praptiningsih, 2006). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keperawatan 2.1.1 Definisi Keperawatan Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

BAB 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Kelelahan Kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh. Kelelahan

Lebih terperinci