BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata kelelahan diterapkan di berbagai macam kondisi. 9

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata kelelahan diterapkan di berbagai macam kondisi. 9"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelelahan Kerja Definisi Kelelahan Kerja Kata kelelahan diterapkan di berbagai macam kondisi. 9 Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan, walaupun ini bukan satu-satunya gejala. 15 Kelelahan kerja merupakan suatu kelompok gejala yang berhubungan dengan adanya penurunan efisiensi kerja, keterampilan serta peningkatan kecemasan atau kebosanan (McFarland, 1972). 16 Kelelahan kerja merupakan kriteria yang kompleks tidak hanya menyangkut kelelahan yang bersifat fisik dan psikis tetapi dominan hubungannya dengan penurunan performans fisik, adanya perasaan kelelahan, penurunan motivasi dan penurunan produktivitas kerja (Cameron, 1973). 16 Kelelahan kerja adalah suatu kondisi yang dihasilkan sebelum stres yang memperlemah fungsi dan performa, fungsi organ saling mempengaruhi yang akhirnya menggangu fungsi kepribadian, umumnya bersamaan dengan menurunnya kesiagaan kerja dan meningkatnya sensasi ketegangan (Dwivedi, 1981). 17 Kelelahan kerja merupakan gejala yang ditandai adanya penurunan kinerja otot, perasaan lelah dan penurunan kesiagaan ( Grandjean, 1985 ). 17 Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Istilah kelelahan

2 biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. 18 Konsep kelelahan dewasa ini, sesudah dilakukan percobaan-percobaan yang luas terhadap manusia dan hewan, menyatakan, bahwa keadaan dan perasaan kelelahan adalah reaksi fungsionil dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri, yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistik, yaitu sistim penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). 19 Banyak defenisi tentang kelelahan ini, tetapi secara garis besarnya dapat dikatakan bahwa kelelahan merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap individu, yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya Jenis kelelahan kerja Kelelahan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu berdasarkan proses, waktu, dan penyebab terjadinya kelelahan Berdasarkan proses, meliputi: 1. Kelelahan otot (muscular fatigue) Kelelahan otot di tunjukkan melalui gejala sakit nyeri yang luar biasa seperti ketegangan otot dan daerah sekitar sendi. Gejala kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang tampak dari luar (external signs). Pada percobaan dengan menggunakan seekor katak, apabila sebagian otot katak tersebut dialiri listrik, ternyata terjadi kontraksi dan berkurangnya kemampuan kerja otot dalam hal melakukan aktivitas pembebanan. 15 Dalam beberapa detik kemudian akan terlihat beberapa hal sebagai berikut : 1. Menurunnya ketinggian beban yang mampu di angkat 2. Merendahnya kontraksi dan relaksasi 3. Interval antara stimuli dan awal kontraksi menjadi lebih lama

3 Pada dasarnya, hasil yang sama dapat ditemukan pada percobaan yang dilakukan pada otot mamalia. Kinerja otot berkurang dengan meningkatnya ketegangan otot sehingga stimulasi tidak lagi menghasilkan respon tertentu. Manusiapun menunjukka reaksi yang sama dengan proses yang terjadi pada hewan percobaan diatas. Irama kontraksi otot akan terjadi setelah melalui suatu periode aktivitas secara terus-menerus. 15 Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui fisik untuk suatu waktu tertentu disebut Kelelahan Otot secara fisiologi, dan gejala yang ditunjukkan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik namun juga pada makin rendahnya gerakan. Pada akhirnya kelelahan fisik ini dapat menyebabkan sejumlah hal yang kurang menguntungkan seperti : melemahnya kemampuan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya dan meningkatnya kesalahan dalam melakukan kegiatan kerja dan akibat fatalnya adalah terjadinya kecelakaan kerja Kelelahan Umum Kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena motoni; intensitas dan lamanya kerja fisik; keadaan lingkungan; sebab-sebab mental; status kesehatan dan keadaan gizi (Grandjean 1993). Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subyektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja, apabila beban kerja melebihi 30-40% dari tenaga aerobik. 18 Gejala umum kelelahan adalah suatu perasaan letih yang luar biasa dan terasa aneh. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena munculnya gejala kelelahan terebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa berat dan merasa mengantuk. 15

4 Berdasarkan waktu terjadi kelelahan, meliputi: 1. Kelelahan akut, yaitu disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh organ tubuh secara berlebihan dan datangnya secara tiba-tiba. 2. Kelelahan kronis merupakan kumulatif respon non spesifik terhadap perpanjangan stress. 10 Keadaan ini tidak hanya disebabkan oleh suatu sebab tunggal seperti terlalu kerasnya beban kerja, namun juga oleh tekanan-tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada suatu masa yang panjang. Pada keadaan seperti ini, gejalanya tidak hanya stres atau sesaat setelah masa stress, tetapi cepat atau lambat akan sangat mengancam setiap saat Berdasarkan penyebab kelelahan, meliputi: Berdasarkan penyebab kelelahan terbagi dua yaitu kelelahan fisiologis dan kelelahan psikologis. Kelelahan fisiologis disebabkan oleh faktor fisik atau kimia yaitu suhu, penerangan, mikroorganisme, zat kimia, kebisingan, circadian rhythms, dll, sedangkan kelelahan psikologis disebabkan oleh faktor psikososial baik di tempat kerja maupun di rumah atau masyarakat sekeliling. 10 Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang timbul karena adanya perubahanperubahan fisiologis dalam tubuh, sementara kelelahan psikologis dapat bersifat objektif dan subjektif, yang timbul karena perasaan orang yang bersangkutan dan terlihat dalam tingkah lakunya, dapat diakibatkan oleh beberapa hal diantaranya: kurang minat dalam pekerjaan, monotoni kerja, tanggung jawab, kekhawatiran, konflik-konflik, yang terkumpul dalam tubuh (benak) dan menimbulkan rasa lelah. 20 Beberapa jenis kelelahan umum menurut Grandjean (1988) adalah: 1) Kelelahan penglihatan, muncul dari terlalu letihnya mata. 2) Kelelahan seluruh tubuh, sebagai akibat terlampau besarnya beban fisik bagi

5 seluruh organ tubuh. 3) Kelelahan mental, penyebabnya dipicu oleh pekerjaan yang bersifat mental dan intelektual. 4) Kelelahan syaraf, disebabkan oleh terlalu tertekannya salah satu bagian dari sistem psikomotorik. 5) Kelelahan kronis, sebagai akibat terjadinya akumulasi efek kelelahan pada jangka waktu yang panjang. 6) Kelelahan Siklus hidup sebagai bagian dari irama hidup siang dan malam serta petukaran periode tidur Faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja Grandjean (1991) menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, dan untuk memelihara/ memepertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan di luar tekanan (cancel out the stress). Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam, tetapi periode istirahat dan waktuwaktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran. 22 Dari sekian banyak jenis kelelahan seperti yang telah diuraikan diatas, maka timbulnya rasa lelah dalam diri manusia merupakan proses yang terakumulasi dari berbagai faktor penyebab dan mendatangkan ketegangan (stress) yang dialami oleh tubuh manusia. 22 Skema di bawah ini akan memberikan analogi tentang faktor-faktor penyebab kelelahan dan proses pemulihannya.

6 lingkungan yang tidak ergonomis sakit, dan lain-lain psikologi, tanggung jawab, emosi, dan lain-lain monotoni intensitas dan durasi kerja fisik/ mental perasaan lelah pemulihan/ istirahat Skema Proses Akumulasi Kelelahan dan Faktor-faktor penyebabnya Istirahat yang diperlihatkan pada skema sebagai jalan satu-satunya pengosongan dari sebuah tabung. Fenomena dari pengambilan waktu istirahat secara normal jika organismenya tidak terganggu atau jika minimal salah satu dari bagian yang penting dalam tubuh tidak merasa stress. Ini menjelaskan bagian penentu berperan pada saat bekerja sehari-hari adalah seluruh waktu istirahat kerja, mulai dari saat istirahat singkat pada saat bekerja sampai tidur pada malam hari. Analogi dari tabung menggambarkan betapa dibutuhkannya waktu istiarahat untuk kehidupan yang normal dalam mencapai keseimbangan antara total beban kerja yang dipikul oleh individu dan jumlah waktu istirahat yang memungkinkan. 23 Menurut Wicken, et al (2004), kelelahan bisa disebabkan oleh sebab fisik ataupun tekanan mental. Salah satu penyebab fatique adalah gangguan tidur (sleep distruption) yang antara lain dapat dipengaruhi oleh kekurangan waktu tidur dan ganguan pada circadian rhythms akibat jet lag atau shift kerja. 24

7 Menurut ILO (1983), Astrand (1986), Green (1992), Suma mur (1994), Payne (1995), faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan yaitu : faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk faktor internal yaitu : 1. Faktor somatis atau fisik, seperti : kesehatan/ gizi/ pola makan, jenis kelamin, usia. 2. Faktor psikis, seperti : pengetahuan, sikap/ gaya hidup/ pengelolaan stress. Sedangkan faktor-faktor eksternal yaitu : 1. Faktor fisik, seperti : kebisingan, suhu, pencahayaan. 2. Faktor kimia, seperti : zat beracun 3. Faktor biologis, seperti : bakteri jamur 4. Faktor ergonomi 5. Faktor lingkungan kerja, seperti : kategori pekerjaan, sifat pekerjaan, disiplin perusahaan, gaji/ uang lembur (insentif), hubungan sosial, posisi kerja. 25 Faktor individu yang mempengaruhi tingkat kelelahan, yaitu : 1. Umur Umur dapat mempengaruhi kelelahan pekerja. Semakin tua umur seseorang semakin besar tingkat kelelahan. Fungsi faal tubuh yang dapat berubah karena faktor usia mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas kerja seseorang. 21 Menurut Setyawati (1994) menyatakan bahwa umur dapat berpengaruh terhadap perasaan lelah tenaga kerja. Pada umur tua seorang tenaga kerja mempunyai stabilitas emosional lebih baik daripada usia muda yang dapat berakibat positif dalam melakukan pekerjaannya. 17

8 2. Masa Kerja Lince (2007) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa semakin lama masa kerja berpengaruh kepada tingkat kelelahan diakibatkan tingkat monotoni kerja yang telah terakumulasi selama bertahun-tahun Tingkat Pendidikan Simanjuntak (1985) menyatakan bahwa pendidikan memberikan pengetahuan bukan saja langsung dengan pelaksanaan tugas, akan tetapi juga landasan untuk mengembangkan diri serta kemampuan memanfaatkan semua sarana yang ada untuk kelancaran pelaksanaan tugas. Pendidikan merupakan suatu kekuatan dinamis dalam mempengaruhi seluruh aspek kepribadian atau kehidupan individu Faktor psikologis juga memainkan peranan besar dalam menimbulkan kelelahan. Seringkali pekerja-pekerja tidak mengerjakan apapun juga, tetapi mereka merasa lelah. Sebabnya ialah adanya tanggung jawab, kecemasan dan konflik. Konflik ini bisa timbul akibat kejadian di lingkungan rumah tangganya. 19 Penyebab kelelahan akibat tidak ergonomis nya kondisi sarana, prasarana dan lingkungan kerja merupakan faktor dominan bagi menurunnya atau rendahnya produktivitas kerja seorang tenaga kerja. Suasana kerja yang tidak ditunjang oleh kondisi lingkungan kerja yang sehat antara lain adalah sebagai penyebab timbulnya kelelahan kerja. Banyak dijumpai kasus kelelahan kerja sebagai akibat pembebanan kerja yang berlebihan, antara lain irama kerja yang tidak serasi, pekerjaan yang monoton dan kondisi tempat kerja yang menggairahkan. 15

9 Tingkat kelelahan kerja tergantung pada faktor antara lain oleh jam kerja, periode istirahat, cahaya, suhu dan ventilasi yang berpengaruh pada kenyamanan fisik, sikap mental output dan kelelahan tenaga kerja, kebisingan dan getaran Gejala-gejala Kelelahan Kerja Berikut ini diberikan suatu daftar yang bisa digunakan sebagai patokan untuk mengetahui telah datangnya gejala-gejala atau perasaan-perasaan dari kelelahan : 1. Perasaan berat dikepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki terasa berat, menguap, pikiran merasa kacau, mengantuk, mata terasa berat, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, dan merasa ingin berbaring. 2. Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi, tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, dan tidak dapat tekun dalam pekerjaan. 3. Sakit kepala, kekakuan bahu, merasa nyeri di punggung, pernapasan merasa tertekan, haus, suara serak, merasa pening, spasme dari kelopak mata, tremor pada anggota badan, dan merasa kurang sehat badan. Gejala-gejala yang termasuk kelompok 1, menunjukkan pelemahan kegiatan, kelompok 2 menunjukkan pelemahan motivasi dan kelompok 3 menunjukkan kelelahan fisik akibat psikologis Proses Terjadinya Kelelahan Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran darah, dimana produk-produk sisa ini bersifat bisa membatasi kelangsungan aktivitas otot. Atau, mungkin bisa dikatakan bahwa produk-produk sisa ini mempengaruhi

10 serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga menyebabkan orang menjadi lambat bekerja jika sudah lelah. 20 Karbohidrat berasal dari makanan, dalam tubuh mengalami perubahan atau metabolisme. Hasil metabolisme karbohidrat antara lain glukosa. Glukosa terdapat dalam darah dapat ditimbun dalam sel yang berupa polimer glukosa atau glikogen. Oleh karena itu dalam suatu kegiatan yang membutuhkan kontraksi otot, sumber energi tubuh dapat diperoleh dari tiga sumber, yakni dari glukosa dalam darah, timbunan glikogen dalam sel hati dan otot rangka, dan simpanan triasilgliserol (lemak) di jaringan adiposa. Kontraksi otot rangka yang lama dan kuat, dimana proses metabolisme tidak mampu lagi meneruskan supply energi yang dibutuhkan serta untuk membuang metabolisme, khususnya asam laktat. Jika asam laktat yang banyak terkumpul, otot akan kehilangan kemampuannya. Terbatasnya aliran darah pada otot (ketika berkontraksi), otot menekan pembuluh darah dan membawa oksigen juga semakin memungkinkan terjadinya kelelahan. 20 Menurut Yassierli dan Iftikar Sutalaksana (2000) jika yang terjadi adalah kontraksi otot statis, maka kontraksi ini akan mengurangi aliran darah secara kontinu selama kontraksi tersebut sedangkan pada kontraksi dinamis tidak demikian, yang terjadi. Ketika aliran darah menurun, metabolit akan terakumulasi dan supply oksigen otot akan berkurang secara cepat. Mungkin ini akan berpindah metabolisme menjadi anaerobik dan meningkatkan asam laktat yang kemudian mempercepat kelelahan. 26 Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan otot yaitu teori kimia dan teori syaraf pusat terjadinya kelelahan. Pada teori kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot, sedangkan perubahan arus listrik

11 pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder. Sedangkan pada teori syaraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya rangsangan syaraf melalui syaraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Rangsangan aferen ini menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan mejadi lambat. Dengan demikian semakin lambat gerakan seseorang akan menunjukkan semakin lelah kondisi otot seseorang. 18 Para ahli banyak melakukan percobaan-percobaan yang tujuannya ingin mengetahui proses terjadinya kelelahan psikologis ini, sehingga ini saat ini ada suatu konsep yang menyatakan, bahwa keadaan dan perasaan kelelahan ini timbuk karena adanya reaksi fungsionil dari pusat kesadaran, yaitu cortex cerebri yang bekerja atas pengaruh dua system antagonistic, yaitu sistem penghambat (inhibisi). Sistem penghambat ini terdapat dalam thalamus, dan bersifat menurunkan kemampuan manusia untuk bereaksi. Sedangkan sistem penggerak terdapat dalam formation retikolaris, yang bersifat dapat merangsang pusat-pusat vegetativ untuk konservasi ergotropis dari peralatan-peralatan tubuh kearah bereaksi. Dengan demikian, keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung pada hasil kerja kedua sistem antagonis ini. Apabila sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat, maka keadaan orang tersebut ada dalam keadaan maka orang tersebut akan mengalami kelelahan. Itulah sebabnya, apabila seseorang yang sedang lelah, dapat melakukan aktivitas secara tiba-tiba apabila mengalami suatu peristiwa yang tidak terduga atau terjadi ketegangan emosi. Demikian juga kerja yang monoton bisa menimbulkan kelelahan

12 walaupun mungkin beban kerjanya tidak seberapa, hal ini disebabkan karena sistem penghambat lebih kuat dibandingkan sistem penggerak Langkah-Langkah Mengatasi Kelelahan Kerja Karakteristik kelelahan kerja akan meningkat dengan semakin lamanya pekerjaan yang dilakukan, sedangkan menurunnya rasa lelah (recovery) adalah didapat dengan memberikan istirahat yang cukup. Istirahat sebagai usaha pemulihan dapat dilakukan dengan berhenti kerja sewaktu-waktu sebentar samapi tidur malam hari. 20 Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara, diantaranya : 1. Sediakan kalori secukupnya sebagai input untuk tubuh 2. Bekerja dengan menggunakan metoda kerja yang baik, misalnya bekerja dengan memakai prinsip ekonomi gerakan 3. Memperhatikan kemampuan tubuh, artinya mengeluarkan tenaga tidak melebihi pemasukannya dengan memperhatikan batasan-batasannya 4. Memperhatikan waktu kerja yang teratur. Berarti harus dilakukan pengaturan terhadap jam kerja, waktu istirahat dan sarana-sarananya masa-masa libur dari rekreasi, dan lain-lain 5. Mengatur lingkungan fisik sebaik-baiknya, seperti temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran bau/ wangi-wangian dan lain-lain. 6. Berusaha untuk mengurangi monotoni dan ketegangan-ketegangan akibat kerja, misalnya dengan menggunakan warna dan dekorasi ruangan kerja, menyediakan musik, menyediakan waktu-waktu olahraga dan lain-lain. 20

13 Observasi yang pernah dilakukan, bahwa perasaan letih seperti haus, lapar dan perasaan lainnya yang sejenis merupakan alat pelindung alami sebagai indikator bahwa keadaan fisik dan psikis seseorang menurun. 15 Berikut ini akan diuraikan secara skematis antara faktor penyebab terjadinya kelelahan, penyegaran dan cara menangani kelelahan agar tidak menimbulkan resiko yang lebih parah seperti pada skema di bawah ini. 18 PENYEBAB KELELAHAN 1. Aktivitas kerja fisik 2. Aktivitas kerja mental 3. Stasiun kerja tidak ergonomis 4. Sikap paksa 5. Kerja statis 6. Kerja bersifat monotoni 7. Lingkungan kerja ekstrim 8. Psikologis 9. Kebutuhan kalori kurang 10. Waktu kerja-istirahat tidak tepat 11. dan lain-lain CARA MENGATASI 1. Sesuai kapasitas kerja fisik 2. Sesuai kapasitas kerja mental 3. Redesain stasiun kerja ergonomi 4. Sikap kerja alamiah 5. Kerja lebih dinamis 6. Kerja lebih bervariasi 7. Redesain lingkungan kerja 8. Reorganisasi kerja 9. Kebutuhan kalori seimbang 10. Istirahat setiap 2 jam kerja dengan sedikit kudapan 11. dan lain-lain. RESIKO 1. Motivasi kerja turun 2. Performansi rendah 3. Kualitas kerja rendah 4. Banyak terjadi kesalahan 5. Stress akibat kerja 6. Penyakit akibat kerja 7. Cedera 8. Terjadi kecelakaan akibat kerja 9. dan lain-lain. MANAJEMEN PENGENDALIAN 1. Tindakan preventif melalui pendekatan inovatif dan partisipatoris 2. Tindakan kuratif 3. Tindakan rehabilitatif 4. Jaminan masa tua Skema: Penyebab Kelelahan, Cara Mengatasi dan Manajemen Resiko Kelelahan

14 Pengukuran Kelelahan Kerja Secara pasti datangnya kelelahan yang menimpa pada diri seseorang akan sulit untuk diidentifikasikan secara jelas. Mengukur tingkatan kelelahan seseorang bukanlah pekerjaan yang mudah. Prestasi ataupun performans kerja yang biasa ditunjukkan dengan output kerja merupakan tolok ukur yang sering dipakai untuk mengevalusi tingkat kelelahan. Selain kuantitas output persatuan waktu, maka pengukuran terhadap kualitas output ataupun jumlah pokok cacat yang dihasilkan dan frekwensi kecelakaan yang menimpa pekerja seringkali juga dipakai sebagai cara untuk mengkorelasikan dengan intensitas kelelahan yang terjadi. Meskipun demikian yang patut untuk diperhatikan adalah bahwa perubahan performans kerja kuantitas ataupun kualitas output kerja ternyata tidaklah semata-mata disebabkan oleh kelelahan saja. 22 Sampai saat ini belum ada cara mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja. Grandjean (1993) mengelompokkan metode pengukuran kelelahan dalam beberapa kelompok sebagai berikut : Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja (waktu yang digunakan setiap item) atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak faktor yang harus dipertimbangkan seperti; faktor sosial; dan perilaku psikologis dalam kerja. Sedangkan kualitas output (kerusakan produk, penolakan produk) atau frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi factor tersebut bukanlah merupakan causal factor.

15 2. Uji psiko-motor (psychomotor test) a) Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya pelambatan pada proses faal syaraf dan otot. b) Sanders & McCormick (1987) mengatakan bahwa waktu reaksi adalah waktu untuk membuat suatu respon yang spesifik saat satu stimuli terjadi. Waktu reaksi terpendek biasanya berkisar antara 150 s/d 200 milidetik. Waktu reaksi tergantung dari stimuli yang dibuat; intensitas dan lamanya perangsangan; umur subjek; dan perbedaan individu-individu lainnya. c) Setyawati (1996) melaporkan bahwa dalam uji waktu reaksi, ternyata stimuli terhadap cahaya lebih signifikan daripada stimuli suara. Hal tersebut disebabkan karena stimuli suara lebih cepat diterima oleh reseptor daripada stimuli cahaya. d) Alat ukur waktu reaksi yang telah dikembang di Indonesia biasanya menggunakan nyala lampu dan denting suara sebagai stimuli. 3. Uji hilangnya kelipan (flicker-fusion test) Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenga kerja untuk melihat kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak

16 anatra dua kelipan. Uji kelipan, di samping untuk mengukur kelelahan juga menunjukkan keadaan kewaspadaan tenaga kerja. 4. Perasaan kelelahan secara subjektif (subjective feelings of fatigue) Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapt untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari : a) 10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan: perasaan berat di kepala, lelah seluruh badan, berat di kaki, menguap, pikiran kacau, mengantuk, ada beban pada mata, gerakan canggung dan kaku, berdiri tidak stabil, ingin berbaring. b) 10 pertanyaan tentang pelemahan motivasi: susah berpikir, lelah untuk berbicara, gugup, tidak berkonsentrasi, sulit memusatkan perhatian, mudah lupa, kepercayaan, merasa cemas, sulit mengontrol sikap, tidak tekun dalam pekerjaan. c) 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik: sakit di kepala, kaku di bahu, nyeri di punggung, sesak nafas, haus, suara serak, merasa pening, spasme di kelopak mata, tremor pada anggota badan, merasa kurang sehat. Sinclair (1992) menjelaskan beberapa metode yang dapat digunakan dalam pengukuran subjektif. Metode tersebut antara lain; ranking methods, rating methods, questionnaire methods, interviews dan checklist. 18 Secara subjektif, perasaan lelah juga dapat di ukur dengan menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) yang disusun oleh setyawati (1994) yang terdiri dari 17 pertanyaan tentang keluhan subjektif yang dapat diderita oleh tenaga kerja, antara lain : sukar berpikir, lelah berbicara, gugup menghadapi sesuatu, tidak pernah

17 berkonsentrasi mengerjakan sesuatu, tidak punya perhatian terhadap sesuatu, cenderung lupa, kurang percaya diri, tidak tekun dalam melaksanakan pekerjaan, enggan menatap orang lain, enggan bekeja dengan cekatan, tidak tenang bekerja, lelah seluruh tubuh, lamban, tidak kuat berjalan, lelah sebelum, daya pikir menurun dan cemas terhadap sesuatu. 13 Bentuk pengukuran dengan menggunakan metoda diatas seringkali dilakukan sebelum, selama, sesudah melakukan aktivitas suatu pekerjaan dan sumber kelelahan dapat disimpulkan dari hasil pengujian tersebut. Walaupun demikian, hasil dari suatu pengukuran mempunyai signifikasi yang sangat relatif, oleh karena hasilnya akan dibandingkan dengan kondisi tenaga kerja yang sehat, atau setidaknya mereka berada pada kondisi yang tidak stress. Kondisi demikian menyebabkan sampai saat ini tidak ada satupun cara pengukuran kelelahan yang dianggap mutlak benar Penjahit Penjahit atau tailor adalah orang yang pekerjaannya menjahit pakaian seperti kemeja, celana, rok, atau jas, baik untuk laki-laki maupun perempuan. Dalam melakukan pekerjaannya, penjahit dapat mengerjakannya baik dengan tangan maupun dengan mesin jahit. 27 Istilah tailor yang berarti penjahit ini sering digunakan oleh para penjahit yang mengerjakan satuan, artinya mereka melayani person to person, mulai dari mungukur, membuat pola, memotong, menjahit, sampai finishing. Mereka sangat memperhatikan ukuran badan dan kemauan pelanggannya, ada yang ingin pressbody ada yang sedang dan ada pula yang ingin longgar, sehingga biasanya mengakibatkan harga yang berbeda, lebih mahal ketimbang pekerjaan yang sifatnya massal. 28

18 Proses usaha tailor bahan baku (kain) dan model busana ditentukan oleh pemesan. Busana tersebut dibuat sesuai dengan tujuan pemesan. Oleh karena itu bahan harus dapat diatur/diolah sehingga dapat dibuat busana sesuai pesanan. Agar pelaksanaan produksi dapat berjalan lancar perlu adanya langkah langkah kerja produksi pada usaha tailor : (a) Menggambar model busana yang dipesan Model busana biasanya sudah dibawa dari pemesan atau langsung memilih model pada buku/majalah yang sudah disediakan. Dalam hal ini penjahit harus memahami model busana dengan jelas, jika tidak jelas maka perlu menanyakan kepada pemesan agar pola yang dibuat tidak keliru dan pakaian yang dihasilkan sesuai keinginan pemesan. (b) Mengambil ukuran badan Pola yang digunakan pada usaha tailor adalah pola konstruksi yaitu pola yang dibuat berdasarkan ukuran pemesan. Untuk itu perlu diambil ukuran badan pemesan. Pengambilan ukuran dengan tepat dan teliti agar menghasilkan pakaian yang pas jika dipakai. Langkah pengambilan ukuran yaitu melepas ikat pinggang dan mengeluarkan blus, kemudian baru mengambil ukuran yang dikehendaki. Dalam tailor ukuran yang diambil adalah ukuran yang pokok seperti lingkar badan, lingkar pinggang, lingkar panggul, lebar muka dan punggung, panjang muka dan punggung serta panjang blus dan celana. (c) Membuat pola Langkah awal dalam pembuatan pola setelah pengukuran adalah memahami model dengan baik, agar hasilnya sama dengan model yang dimaksud. Membuat pola dilakukan pada kertas agar kesalahan mudah diperbaiki dan tidak mengotori kain. Adapula penjahit yang membuat pola langsung diatas kain, hal ini dilakukan pada penjahit yang sudah mahir membuat pola.

19 (d) Menggunting kain Sewaktu menggunting kain pola diatur dengan tepat yaitu memperhatikan panjang dan lebar kain, arah serat lalu menggunting dengan hati hati agar menghasilkan guntingan yang rapi dan lurus sehingga pakaian yang dihasilkan baik. (e) Menjahit Menurut Cony. S (1985) menjahit adalah menggabungkan dua helai kain atau lebih dengan benang sehingga menghasilkan sisa atau kampuh. Agar menghasilkan jahitan yang rapi, kuat dan bermutu perlu memperhatikan sistem menjahit yang tepat. Sistem menjahit tailoring menggunakan ukuran perseorangan, membuat pola dasar, mengubah pola sesuai model, banyak pekerjaan dilakukan dengan tangan. Pada usaha tailor sistem menjahit yang sering digunakan adalah sistem perseorangan dan sistem tailoring. Sistem perseorangan untuk menjahit blus, rok, kemeja. Sedangkan sistem tailoring untuk penyelesaian jas. Sistem kerja tailor adalah perstel/perpotong oleh satu orang artinya setelah kain dipotong diserahkan bagian penjahitan dan dikerjakan sampai pakaian itu jadi. (f) Penyempurnaan (finishing) Pada bagian penyempurnaan melakukan pekerjaan membersihkan benang, memasang kancing, menyetrika dan mengepres Kerangka Pikir Penjahit 1. Umur 2. Masa Kerja 3. Tingkat Pendidikan 4. Status Perkawinan 5. Jumlah Tanggungan 6. Lokasi Kerja Kelelahan Kerja : 1. Kurang Lelah 2. Lelah 3. Sangat Lelah

20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif, penelitian diarahkan untuk menguraikan suatu keadaan dalam suatu komunitas yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran kelelahan kerja pada penjahit di Pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Kota Medan Tahun Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Kota Medan dengan alasan : 1. Ditemukan keluhan-keluhan kesehatan sebagai gejala timbulnya kelelahan kerja pada penjahit. 2. Belum pernah dilakukan penelitian sejenis di tempat tersebut. 3. Adanya izin dari pihak Direksi PD Pasar Kota Medan Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan pada Desember 2009 Maret Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penjahit yang bekerja di pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Kota Medan, yaitu sebagai berikut : 1. Pasar Petisah Tahap 1 : 61 orang 2. Pasar Petisah Tahap 2 : 34 orang

21 3. Pasar Pagi 3 : 7 orang Total populasi berjumlah 102 orang Sampel Besar sampel di tetapkan menggunakan rumus, sebagai berikut : 30 n = N 1+N(d) 2 n = (0,05) 2 n = 102 1,255 n = 81,3 = 81 Keterangan : N = Besar populasi n = Jumlah Sampel d = Galat Pendugaan (0,05) Berdasarkan perhitungan rumus diatas maka diketahui jumlah sampel adalah 81 orang dari total populasi sejumlah 102 orang. Kondisi sampel yang heterogen, maka teknik pengambilan sampel dilakukan secara proporsionate stratified random sampling 31, yaitu sampel diambil berdasarkan masing-masing lokasi tersebut. Rumus : n = (populasi kelas jumlah populasi keseluruhan) x besar sampel Pasar Petisah Tahap I = 61 x 81= 48,44 = 48 orang 102

22 Pasar Petisah Tahap II = 34 x 81 = 27 orang 102 Pasar Pagi 3 = 7 x 81= 5,55 = 6 orang 102 Dari perhitungan diatas diperoleh sampel sebanyak 81 orang dengan perincian untuk lokasi pasar petisah tahap I = 48 orang, tahap II = 27 orang dan pasar pagi 3 = 6 orang Metode Pengumpulan Data Data Primer Data primer diperoleh dengan observasi langsung dan Kuesioner Alat Ukur Kelelahan Kerja (KAUPK2) Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari pihak Direksi PD Pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Kota Medan, yaitu data-data mengenai profil atau gambaran umum Pasar Petisah Definisi Operasional Definisi Operasional dalam penelitian ini adalah : 1) Penjahit adalah perempuan yang pekerjaannya menjahit pakaian seperti baju, celana, rok dengan menggunakan mesin jahit goyang di Pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Kota Medan. 2) Umur adalah lama waktu hidup responden yang dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir saat penelitian dilakukan.

23 3) Masa Kerja adalah Masa kerja adalah rentang waktu sejak responden menjadi penjahit sampai saat penelitian ini dilakukan. 4) Tingkat Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang telah diselesaikan oleh responden. 5) Status perkawinan adalah status responden yang terdiri dari kawin dan tidak kawin 6) Tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang kebutuhannya ditanggung oleh responden 7) Lokasi Kerja adalah tempat penjahit bekerja di pasar petisah yang berada pada pasar petisah tahap I, tahap II dan pasar pagi 3. 8) Kelelahan kerja adalah suatu kelompok gejala yang berhubungan dengan adanya penurunan efisiensi kerja, keterampilan serta peningkatan kecemasan atau kebosanan Aspek Pengukuran Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) KAUPK2 digunakan untuk mengukur tingkat perasaan lelah yang merupakan gejala subjektif yang dialami oleh penjahit. Pengisian kuesioner dilakukan oleh peneliti dengan tanya jawab langsung kepada responden pada waktu sebelum dan sesudah kerja. Setiap jawaban diberi skor dengan ketentuan : a) Skor 3 (tiga) ; diberikan untuk jawaban Ya, sering b) Skor 2 (dua) ; diberikan untuk jawaban Ya, jarang c) Skor 1 (satu) ; diberikan untuk jawaban Tidak pernah

24 Berdasarkan jumlah skor dari kuesioner menggunakan skala interval dengan tiga skala pengukuran Pratomo (1986) tingkat perasaan kelelahan kerja dikategorikan sebagai berikut : 1. Kurang lelah bila jumlah skor KAUPK2 berkisar < 20 ( 40 % dari total skor) 2. Lelah bila jumlah skor KAUPK2 berkisar antara (40%-75% dari total skor) 3. Sangat lelah bila jumlah skor KAUPK2 berkisar antara > 35 (75% dari total skor) 3.7. Pengolahan dan Penyajian Data Pengolahan data statistik dilakukan dengan cara manual dan proses komputerisasi. Pengolahan data ini mencakup editing, coding, dan tabulating hasil pengukuran yang diperoleh dan kemudian di analisa secara deskriptif lalu disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shift Kerja 2.1.1 Defenisi Shift Kerja Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja biasa (08.00-17.00).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Kelelahan Konsep mengenai kelelahan sering ditemui pada pengalaman pribadi, kata kelelahan digunakan untuk menunjukan kondisi yang berbeda yaitu semua yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja :

BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja : BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Postur Kerja Postur atau sikap kerja merupakan suatu tindakan yang diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap

Lebih terperinci

Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test

Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test Titin Isna Oesman 1 dan Risma Adelina Simanjuntak 2 Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta ti_oesman@yahoo.com,risma_stak@yahoo.com

Lebih terperinci

kelelahan (Ryna Parlyna dan Arif Marsal, 2013).

kelelahan (Ryna Parlyna dan Arif Marsal, 2013). 2.1 Kelelahan Kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Definisi Kelelahan Kerja Kata lelah (fatique) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat pada penurunan daya kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbeda, tetapi semuanya berakibat pada penurunan daya kerja dan berkurangnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbeda, tetapi semuanya berakibat pada penurunan daya kerja dan berkurangnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelelahan Kerja 2.1.1 Pengertian Kelelahan Kerja Kata lelah (fatique) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat pada penurunan daya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kualitas kehidupan bekerja adalah dinamika multidimensional yang. (Lau & Bruce dalam Considine & Callus, 2001).

BAB II LANDASAN TEORI. Kualitas kehidupan bekerja adalah dinamika multidimensional yang. (Lau & Bruce dalam Considine & Callus, 2001). BAB II LANDASAN TEORI A. Kualitas Kehidupan Bekerja 1. Definisi Kualitas Kehidupan Bekerja Kualitas kehidupan bekerja adalah dinamika multidimensional yang meliputi beberapa konsep seperti jaminan kerja,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja 1. Definisi Kelelahan Kerja Salah satu ciri makhluk hidup adalah bergerak. Semua gerak dan kesibukan manusia mempunyai arti bagi mereka. Apabila dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Potensi bahaya banyak ditemukan di setiap tempat dimana kita melakukan aktivitas pekerjaan baik dirumah, di jalan, maupun di tempat kerja. Dalam UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ergonomi a. Pengertian Ergonomi adalah ilmu, penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan dengan baik dalam

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja adalah penduduk yang produktif dan oleh karena itu sangat besar peranannya dalam mewujudkan pertumbuhan atau memberikan nilai tambah, kesejahteraan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan kerja 1. Definisi Kelelahan adalah proses yang mengakibatkan penurunan kesejahteraan, kapasitas atau kinerja sebagai akibat dari aktivitas kerja (Mississauga, 2012) Kelelahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan terhadap pasien (Praptiningsih, 2006).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan terhadap pasien (Praptiningsih, 2006). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keperawatan 2.1.1 Definisi Keperawatan Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan bahwa tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah penggunaan tenaga dan penggunaan bagian tubuh seperti tangan

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah penggunaan tenaga dan penggunaan bagian tubuh seperti tangan BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Organisasi atau perusahaan merupakan sebuah tempat dimana pekerja merupakan salah satu bagian penting dalam kesuksesan sebuah perusahaan. Bekerja adalah penggunaan tenaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketahanan tubuh untuk bekerja(suma mur, 2013).Pada umumnya kelelahan kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketahanan tubuh untuk bekerja(suma mur, 2013).Pada umumnya kelelahan kerja 2.1 Kelelahan Kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Kelelahan Kerja Kata lelah (fatigue) menunjukkan keadaan tubuh dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KELELAHAN 1. Pengertian Kelelahan Kelelahan merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif. Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelelahan Kerja Pengertian Kelelahan Kerja Secara garis besar kelelahan kerja dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang ditimbulkan dari aktivitas seseorang, sehingga orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja 1. Pengertian Kelelahan Kerja Pada umumnya kelelahan kerja didefinisikan berkurangnya energi dan motifasi yang dapat berpengaruh pada kemampuan fisik, mental,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suma mur (2014) menyatakan bahwa industri tekstil ditinjau dari segi higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak ditemui dalam industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang yang memiliki jiwa profesional akan melakukan pekerjaan yang dimilikinya dengan penuh suka cita dan bersedia dalam pekerjaannya serta mampu menjadi pekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelelahan merupakan masalah yang harus mendapat perhatian. Semua jenis pekerjaan baik formal dan informal menimbulkan kelelahan kerja. Kelelahan adalah perasaan subjektif,

Lebih terperinci

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin ERGONOMI Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandinavia - Human (factor) engineering atau Personal

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Karakteristik Responden Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pengemudi travel X-Trans Jakarta dengan trayek Jakarta-Bandung yang berjumlah 60 orang. Namun seiring dengan

Lebih terperinci

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. 1. Beban Kerja a. Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah keadaan pekerja dimana dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek terpenting dalam hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek terpenting dalam hal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Waktu Kerja Waktu kerja bagi seseorang menentukan kesehatan yang bersangkutan, efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek terpenting dalam hal waktu kerja meliputi:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kata lelah (fatigue) menunjukan keadaan tubuh fisik dan mental yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kata lelah (fatigue) menunjukan keadaan tubuh fisik dan mental yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelelahan Kerja 2.1.1. Pengertian Kelelahan Kata lelah (fatigue) menunjukan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shift Kerja 2.1.1 Definisi Shift Kerja Shift kerja mempunyai berbagai definisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk diluar jam kerja biasa

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN KUESIONER GAMBARAN GETARAN MEKANIS DAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEMECAH BATU DI BAGIAN PRODUKSI CV. BAROKAT MAQOBUL BINJAI TAHUN 2016 Nama : Jenis Kelamin : *Pr / Lk

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA DI PT. INTI BENUA PERKASATAMA DUMAI Saya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan teh yang terletak di Kebun Ciater merupakan salah satu perusahaan yang beroperasi selama 24 jam. Dengan jam kerja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan, maka

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghasilkan suatu produk dan jasa yang dapat dipasarkan dan dapat mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan, maka perusahaan tersebut harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerja dalam hubungan pertambangan. Pertambangan di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerja dalam hubungan pertambangan. Pertambangan di Indonesia telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena pertambangan pada era globalisasi banyak memunculkan persoalan mengenai higene perusahaan dan kesehatan kerja serta keselamatan kerja dalam hubungan

Lebih terperinci

Peneliti, Pratiwi Andiningsari

Peneliti, Pratiwi Andiningsari Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP TINGKAT KELELAHAN (FATIGUE) PADA PENGEMUDI TRAVEL X TRANS TRAYEK JAKARTA-BANDUNG TAHUN 2009 Yth, Saudara/I Selamat Pagi/

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Masa Kerja Masa kerja dihitung dari hari pertama masuk kerja sampai dengan saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertentu. Semakin lama waktu kerja yang dimiliki oleh seorang tenaga kerja maka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertentu. Semakin lama waktu kerja yang dimiliki oleh seorang tenaga kerja maka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waktu Kerja Waktu kerja merupakan waktu yang ditetapkan untuk melaksanakan pekerjaan, yang dapat dilakukan pada siang, sore dan malam hari. Waktu kerja adalah penggunaan tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi modern memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai hal sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam masyarakat, dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat kerja. Lingkungan tempat kerja merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gabah dan memisahkan lapisan kulit air beras dari beras pecah kulit untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gabah dan memisahkan lapisan kulit air beras dari beras pecah kulit untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggilingan Padi Menurut Suprayono dan Setyono yang dikutip oleh Sijabat (2007) penggilingan padi adalah salah satu proses mekanik memisahkan sekam dari gabah dan memisahkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluhan Muskuloskeletal Menurut Tarwaka (2004), keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat ringan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisik (physical fatigue) dan kelelahan mental (mental fatigue). Kelelahan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisik (physical fatigue) dan kelelahan mental (mental fatigue). Kelelahan dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kelelahan Kerja Kelelahan (fatigue) adalah suatu kondisi yang telah dikenal dalam kehidupan sehari-hari. Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga

Lebih terperinci

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN:

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: Organisasi Kerja Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 Organisasi Kerja Organisasi kerja terutama menyangkut waktu kerja; waktu istirahat;

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelelahan Kerja Pengertian kelelahan kerja Banyak pengertian mengenai kelelahan kerja yang telah dikemukakan oleh para ahli. Secara garis besar kelelahan kerja merupakan suatu kondisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kelelahan Kerja a. Pengertian Kelelahan Kelelahan adalah suatu kondisi yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam bekerja (Maulidi, 2012). Kelelahan

Lebih terperinci

SEJARAH & PERKEMBANGAN

SEJARAH & PERKEMBANGAN Amalia, ST., MT. SEJARAH & PERKEMBANGAN ERGONOMI Suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Kata ergonomi atau dalam bahasa inggris ergonomics berasal dari bahasa Yunani, yaitu ergos yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum, jadi ergonomi dapat diterjemahkan

Lebih terperinci

Pengukuran Kelelahan

Pengukuran Kelelahan Kegiatan Belajar -7.2 Modul 4: Pengukuran Kelelahan Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc Modul-4, data M Arief Latar 1 PENGUKURAN KELELAHAN SECARA SUBYEKTIF (subyective feeting of fatigue) Pengukuran kelelahan mengunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sebuah sumber dari International Labour Organitation (ILO)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sebuah sumber dari International Labour Organitation (ILO) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut sebuah sumber dari International Labour Organitation (ILO) setiap tahun sebanyak dua juta pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga terjadi pemulihan sementara. Menurut Suma mur (2009) kelelahan (fatigue) menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga terjadi pemulihan sementara. Menurut Suma mur (2009) kelelahan (fatigue) menunjukkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja 1. Pengertian Kelelahan Menurut Tarwaka (2010), kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi Ergonomi atau ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja, yang penyebab utamanya adalah mata (kelelahan visual), kelelahan fisik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja berhubungan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja berhubungan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja berhubungan dengan ergonomi, yaitu : sikap dan cara kerja, kegelisahan kerja, beban kerja yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan efek yang negatif yaitu berupa gangguan kesehatan dan keselamatan bagi tenaga kerja maupun

Lebih terperinci

BAB 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Kelelahan Kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh. Kelelahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan kerja dipengaruhi oleh salah satu faktor diantaranya adalah faktor kerja fisik (otot). Kerja fisik ( beban kerja) mengakibatkan pengeluaran energi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan pasti memiliki berbagai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada dalam perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa teori kelelahan kerja yakni : dan berkurangnya kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa teori kelelahan kerja yakni : dan berkurangnya kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelelahan Kerja 2.1.1 Teoritis Kelelahan Kerja Ada beberapa teori kelelahan kerja yakni : a. Kelelahan kerja merupakan proses menurunnya efisiensi, performans kerja, dan berkurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) dan GATT (General Agreement On Tariffs And Trade) yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang, kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum adalah 8 jam kerja dan sebalikanya adalah waktu istirahat. Memeperpanjang waktu kerja lebih dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. posisinya sebagai bagian dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. posisinya sebagai bagian dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawat 2.1.1 Pengertian Perawat Secara sederhana, perawat adalah orang yang mengasuh dan merawat orang lain yang mengalami masalah kesehatan. Namun pada perkembangannya, defenisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak-anak terutama usia sekolah merupakan tahapan yang penting bagi kehidupan seseorang. Pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100 meter sampai dengan 400 meter (Yoyo, 2000). Lari sprint 100 meter merupakan nomor lari jarak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Semua jenis pekerjaan akan menghasilkan kelelahan kerja. Lelah bagi setiap orang akan mempunyai arti tersendiri dan bersifat subyektif. Lelah merupakan suatu perasaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami proses penuaan terlihat dari

Lebih terperinci

BEBAN KERJA & PRODUKTIVITAS PERTEMUAN KE-2

BEBAN KERJA & PRODUKTIVITAS PERTEMUAN KE-2 BEBAN KERJA & PRODUKTIVITAS PERTEMUAN KE-2 BEBAN KERJA Tubuh manusia dirancang untuk melakukan pekerjaan, massa otot beratnya hampir ½ berat badan, memungkinkan dpt menggerakan tubuh Setiap beban kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa defenisi produktivitas kerja, antara lain : adanya peningkatan keterampilan dari tenaga kerjanya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa defenisi produktivitas kerja, antara lain : adanya peningkatan keterampilan dari tenaga kerjanya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Defenisi Produktivitas Kerja Terdapat beberapa defenisi produktivitas kerja, antara lain : Menurut Hasibuan dalam Edyun (2012) produktivitas adalah meningkatnya

Lebih terperinci

FAKTOR ERGONOMI & PSIKOLOGI PERTEMUAN KE-4

FAKTOR ERGONOMI & PSIKOLOGI PERTEMUAN KE-4 FAKTOR ERGONOMI & PSIKOLOGI PERTEMUAN KE-4 FAKTOR ERGONOMI Setiap tempat kerja atau kegiatan yang bisa menyebabkan/ menimbulkan tekanan terhadap fisik/ jiwa ataupun perlakuan yang tidak pantas terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia, yaitu dapat memberikan kepuasan, tantangan, bahkan dapat pula menjadi gangguan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang pesat dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian hanya perusahaan yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Aktivitas Fisik a. Definisi Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini kondisi jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini kondisi jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini masih banyak terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (occupational diseases), baik pada sektor formal maupun sektor informal (seperti sektor

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA 1. Temperatur Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya utk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Fisiologi Fisiologi dari kata Yunani physis = 'alam' dan logos = 'cerita', adalah ilmu yang mempelajari fungsi mekanik, fisik, dan biokimia dari makhluk hidup. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia tentunya sangat berperan dalam suatu perusahaan, sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang terdidik dan siap pakai untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan peningkatan produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi kesehatan yang baik merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pola Tidur Tidur diartikan sebagai suatu keadaan berubahnya kesadaran, dimana dengan adanya berbagai derajad stimulus dapat menimbulkan suatu keadaan yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pekerjaan kita, di mana kita berada dan beraktifitas. Produktifitas dari pekerjaa kita salah

BAB 1 : PENDAHULUAN. pekerjaan kita, di mana kita berada dan beraktifitas. Produktifitas dari pekerjaa kita salah BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan kerja merupakan bagian yang tidak bisa di pisahkan dari jenis dan lokasi pekerjaan kita, di mana kita berada dan beraktifitas. Produktifitas dari pekerjaa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. khusus guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. khusus guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Interaksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu meluangkan banyak waktu untuk bekerja. Hal ini karena bekerja merupakan salah satu kegiatan utama bagi setiap orang atau masyarakat untuk mempertahankan

Lebih terperinci

ANDRIYANTI NIM : D

ANDRIYANTI NIM : D TUGAS AKHIR PENGUKURAN KELELAHAN DENGAN ALAT REACTION TIMER DAN PENGARUH KELELAHAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PADA TENAGA KERJA BAGIAN PENJAHITAN (Studi Kasus : PT. PANJI DANANJAYA Sragen) Disusun dan Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara barat misalnya Inggris dan Amerika Serikat kejadian nyeri punggung (terutama nyeri pada punggung bagian bawah) telah mencapai proporsi epidemik. Satu survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur merupakan aktivitas yang dilakukan setiap hari dan juga salah stau kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Menurut Teori Hirarki Maslow tentang kebutuhan,

Lebih terperinci

DASAR DASAR KESEHATAN KERJA

DASAR DASAR KESEHATAN KERJA DASAR DASAR KESEHATAN KERJA Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 22 Tahun Ajaran 2013 / 2014 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Pendidikan Dokter UNIVERSITAS JAMBI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Intensitas Penerangan a. Pengertian Penerangan Penerangan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga yang sangat membudaya dari zaman kuno sampai ke zaman modern sekarang ini, baik di Indonesia maupun dunia internasional mulai dari wanita atau laki-laki

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Dalam penelitian ini, karakteristik responden terdiri atas usia, status pernikahan, pengalaman kerja, dan tingkat pendidikan. 1. Usia Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angkatan kerja tahun 2009 di Indonesia diperkirakan berjumlah 95,7 juta orang terdiri dari 58,8 juta tenaga kerja laki-laki dan 36,9 juta tenaga kerja perempuan. Sekitar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan

BAB II LANDASAN TEORI. diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan BAB II LANDASAN TEORI A. Moril Kerja 1. Definisi Moril Moril adalah sikap atau semangat yang ditandai oleh adanya kepercayaan diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia bahkan disemua negara telah mengalami perubahan secara terus menerus, sehingga membuat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. hampir semua tenaga kerja pada unit weaving PT. Iskandar Tekstil adalah

BAB V PEMBAHASAN. hampir semua tenaga kerja pada unit weaving PT. Iskandar Tekstil adalah BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini responden berjenis kelamin perempuan dikarenakan hampir semua tenaga kerja pada unit weaving PT. Iskandar Tekstil adalah perempuan. Rata-rata responden berusia produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan, tahun 1988 terdapat 8-12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk (Nanny, 2007). Bising dengan intensitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesegaran Jasmani 2.1.1 Pengertian Kesegaran jasmani sudah umum dipakai dalam bahasa Indonesia, khususnya dalam bidang keolahragaan. Kesegaran jasmani biasa diucapkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gerakan yang dilakukan oleh tangan manusia. Gerakan tangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. gerakan yang dilakukan oleh tangan manusia. Gerakan tangan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh beban tubuh, memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kenyamanan adalah bagian dari salah satu tujuan utama dari ilmu ergonomika yang harus dicapai. Kenyamanan terdiri atas kenyamanan psikis dan kenyamanan fisik. Kenyamanan

Lebih terperinci