TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Fisika. Oleh Nur Aji Wibowo NIM S

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Fisika. Oleh Nur Aji Wibowo NIM S"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id SIMULASI MIKROMAGNETIK MODE MAGNETISASI REVERSAL BERBANTUKAN PANAS PADA NANODOT MAGNETIK BERANISOTROPI TEGAK LURUS DENGAN MENYELESAIKAN PERSAMAAN LANDAU-LIFSHITZ GILBERT TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Fisika Oleh Nur Aji Wibowo NIM S PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2011

2 digilib.uns.ac.id Nur Aji Wibowo, Simulasi Mikromagnetik Mode Magnetisasi Reversal Berbantukan Panas pada Nanodot Magnetik Beranisotropi Tegak Lurus dengan Menyelesaikan Persamaan Landau-Lifshitz Gilbert. TESIS. Pembimbing I : Dr. Eng. Budi Purnama,S.Si,M.Si, II: Drs.Cari,M.A.,Ph.D. Program Studi Ilmu Fisika, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Agustus ABSTRAK Telah dilakukan studi mode magnetisasi reversal berbantukan panas pada nano-dot magnetik beranisotropi tegaklurus melalui simulasi mikromagnetik dengan menyelesaikan persamaan Landau-Lifshift Gilbert. Bagian pertama dari studi ini adalah evaluasi terhadap mode magnetisasi reversal pada suhu ruang. Dari evaluasi ini didapatkan bahwa pada suhu ruang, besarnya medan switching meningkat terhadap kenaikan energi barrier. Bagian kedua dari studi ini adalah evaluasi efek panas pada magnetisasi. Dari bagian ini didapatkan bahwa pengaruh panas terhadap fluktuasi medan effektif mampu secara efektif menurunkan besarnya energi barrier dan waktu reversal. Bagian ketiga dari studi ini adalah evaluasi terhadap mode magnetisasi reversal pada suhu tinggi (skema curie point writing). Hal yang menarik dari bagian ketiga ini adalah didapatkannya pola osilasi medan threshold terhadap peningkatan energi barrier. Dari pola osilasi ini diperoleh nilai medan threshold minimum untuk material yang memiliki energi barrier besar dengan tingkat kestabilan termal yang tinggi. Informasi ini menarik karena memberikan peluang terealisasinya memori dengan kerapatan tinggi namun hanya membutuhkan medan reversal yang cukup kecil dalam proses bacatulisnya (dalam orde ratusan Oersted). Bagian keempat dari studi ini adalah evaluasi terhadap mode magnetisasi reversal pada skema penulisan dengan pulsa ganda (skema double pulse writing). Skema double pulse writing terbukti efektif menurunkan medan threshold hingga 90%. Dan untuk memahami proses bacatulis informasi didalam skema ini, telah dilakukan evaluasi pola kebergantungan medan threshold terhadap lamanya pendinginan. Dan didapatkan bahwa medan threshold bergantung pada lamanya pendinginan dan menjadi konstan setelah 300 ps. Hasil ini terkait dengan kecepatan transfer data dari Hard Disk Drive dalam orde Gb/s. Kata kunci : mikromagnetik, nanodot magnetik, anisotropi tegak lurus, berbantukan panas dan persamaan Landau-Lifshitz Gilbert. vii

3 digilib.uns.ac.id Nur Aji Wibowo, Micromagnetic Simulation of Thermally Assisted Magnetization Reversal Mode on Perpendicular Magnetized Nanodots by Solved Landau-Lifshift Gilbert Equation. TESIS. Supervisor I : Dr. Eng. Budi Purnama, S.Si,M.Si, II: Drs. Cari, M.A.,Ph.D. Postgraduate of Physics Program, Sebelas Maret University, Surakarta. August ABSTRACT Thermally assisted magnetization reversal mode on perpendicular magnetized nano-dots has been studied by micromagnetic simulation which solved Landau-Lifshift Gilbert equation. The investigation begin by the evaluation of the magnetization reversal mode at room temperature. From this section, it was found that at room temperature, the magnitude of the switching field increases with respect to an increasing of energy barrier. Then, thermal effects on a magnetization were evaluated. Thermal effects on an effective field fluctuation effectively reduce an energy barrier and a reversal time. The third part of this study is the evaluation of the magnetization reversal mode at high temperature (curie-point writing scheme). An interesting thing from this section is an oscillation of a threshold field with respect to the increasing of energy barrier. The minimum threshold field for the material which has a large energy barrier with a high level of thermal stability was obtained. This information gives a possibility to realize a high density of memories with small reversal field (hundreds Oersted order) in the reading and writing process. The final part of this study is the evaluation of the magnetization reversal mode of a double pulse writing scheme. The double pulse writing scheme has been proven to be effectively reduces the threshold field down to 90 %. To understand a read-write information process, cooling time dependence of the threshold field has been evaluated. As a result, the threshold field depends on the cooling time and become constant after 300 ps. This result corresponds to data transfer of Hard Disk Drive in the order of Gb/s. Keywords: micromagnetic, magnetized nanodots, perpendicular anisotropy, thermally assisted and Landau-Lifshitz Gilbert equation. viii

4 digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING. HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI.. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS DAN HAK PUBLIKASI.. HALAMAN DAFTAR PUBLIKASI... HALAMAN KATA PENGANTAR. HALAMAN ABSTRAK.. HALAMAN ABSTRACT DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang.. B. Perumusan Masalah.. C. Tujuan Penelitian.. D. Manfaat Penelitian BAB II. LANDASAN TEORI A. Besaran-Besaran Dasar Kemagnetan 1. Momen Magnet 2. Magnetisasi.. 3. Domain dan Dinding Domain.. 4. Kebergantungan Magnetisasi Terhadap Suhu. B. Interaksi Tukar (Exchange Interaction)... C. Anisotropi Magnetik 1. Fenomenologi Pengaruh Suhu... D. Mikromagnetik. E. Kestabilan Termal BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu... B. Peralatan... C. Metode Numerik Mode Magnetisasi reversal pada Suhu Ruang.. 2. Efek Panas terhadap Magnetisasi.. 3. Mode Magnetisasi Reversal pada Suhu Tinggi (Skema Curie Point Writing). halaman i ii iii iv v vi vii viii ix xi xiii ix

5 digilib.uns.ac.id 4. Skema Penulisan dengan Pulsa Ganda (Skema Double Pulse Writing)... BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Mode Magnetisasi Reversal Pada Suhu Ruang. B. Efek Panas terhadap Magnetisasi... C. Mode Magnetisasi Reversal pada Suhu Tinggi (Skema Curie Point Writing) 1. Evolusi Magnetisasi Selama Pendinginan. 2. Probabilitas Switching dan Medan Threshold... D. Skema Penulisan dengan Pulsa Ganda (Skema Double Pulse Writing).. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.... B. Saran.. DAFTAR PUSTAKA x

6 digilib.uns.ac.id 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Material magnetik menjadi bagian penting dalam era sistem penyimpanan data digital dan sejak tahun 1800-an telah menjadi basis dalam sistem perekaman audio-video. Sistem penyimpanan data didalam material magnetik sering disebut dengan penyimpanan magnetik atau magnetic storage. Magnetic storage merupakan aplikasi memori non-volatile yang memanfaatkan keadaan stabil magnetisasi dari material magnetik untuk menyimpan data/informasi. Pada awal kemunculannya, peralatan magnetic storage didesain hanya untuk merekam data audio analog. Namun sejak 25 tahun yang lalu, perekaman data analog perlahanlahan digantikan dengan metode penyimpanan data digital. Oleh karena kepraktisannya, saat ini banyak aplikasi-aplikasi seperti Hard Disk Drive (HDD) dan memori didalam komputer dan hampir semua peralatan penyimpanan audiovideo menggunakan teknik perekaman data secara digital. Penggunaan material magnetik sebagai media penyimpanan informasi dimulai tahun 1888 pada saat Smith mempublikasikan magnetic storage dalam bentuk perekaman audio pada sebuah kawat. Namun demikian, sistem ini tidak mengalami perkembangan yang berarti hingga tahun Setelah itu, beragam media perekaman didesain dalam berbagai bentuk seperti kawat, pita logam dan pita plastik terbungkus lapisan magnetik yang fleksibel (tape recording). Tape recording ini pertama kali dikembangkan oleh Pfleumer pada tahun 1928 (Seidl, 1

7 digilib.uns.ac.id ). Dan sejak tahun 1950, peralatan tape recording sudah mulai dipergunakan oleh studio-studio radio maupun dalam kepentingan jaringan. Pemanfaatan lain dari metode perekaman data berbasis magnetik terdapat didalam perangkat mesin hitung. Kemunculan dari mesin hitung ini menegaskan betapa pentingnya sistem penyimpanan data digital. Untuk keperluan tersebut, mesin hitung memerlukan beberapa jenis memori, yaitu : memori primer dan memori sekunder atau mass storage. Memori primer, yang dikemudian hari dikenal sebagai Random Acces memory (RAM), dipergunakan untuk mengeksekusi instruksi program dan menyimpan hasil sementara. Sedangkan memori sekunder, yang dikemudian hari dikenal sebagai HDD, dipergunakan untuk menyimpan data sehingga mudah untuk diakses kembali. Pada tahun 1950, magnetic drum diperkenalkan sebagai media penyimpanan data primer yang bersifat non-volatil (informasi masih tetap tersimpan tepat seperti pada saat sumber daya dihilangkan). Seiring dengan perkembangannya, media ini kemudian digantikan dengan memori inti magnetik (magnetic core memory). (a) Magnetic Tape (wikipedia.com) (b) Magntic Drum (IBM.com) Gambar 1.1. Beberapa jenis magnetic storage. (a) Magnetic Tape, (b) Magnetic Drum.

8 digilib.uns.ac.id 3 Setelah mempertimbangkan berbagai teknologi bentuk data storage (seperti kawat, pita dan magnetic drum), para insinyur dari IBM menemukan bentuk Disk Drive (Goddard dan Lynott, 1970). Dalam hal harga, disk drive lebih murah dibanding magnetic drum, namun lebih mahal dibandingkan tape recording. Sedangkan dalam hal kecepatan akses data, disk drive lebih lambat dari magnetic drum, namun lebih cepat dibandingkan dengan tape recording. Penggunaan Hard Disk Drive secara komersial dimulai pada tahun 1956 saat IBM memperkenalkan HDD generasi pertama yang diberi nama IBM 305 RAMAC. Gambar 1.2. IBM 305 RAMAC (IBM.com) Kemudian disk drive ini berkembang seiring dengan penemuan Magnetoresistansi (MR). Fenomena MR dibawah suhu ruang ditemukan pertama

9 digilib.uns.ac.id 4 kali pada tahu 1856 oleh Kelvin (Gurney, 2008). Dan pada tahun 1984 ditemukan fenomane MR pada suhu ruang sehingga membuka peluang pemanfaatan MR untuk disk drive. Dan sejak tahun 1988, banyak perusahaan mengembangkan sensor berbasis anisotropi magnetoresistance (AMR). Namun penggunaan material ini dirasakan belum cukup untuk memenuhi ekspektasi dari pasar yang mengharapkan keberadaan disk drive dengan kerapatan tinggi. Oleh karena itu, orientasi pengembangan disk drive beralih kearah pemanfaatan Giant Magnetoresistance (GMR). GMR merupakan suatu fenomena perubahan resistansi listrik yang besar terhadap perubahan susunan dua lapisan ferromagnetik. Resistansi relatif kecil ketika kedua lapisan berada dalam posisi sejajar, dan akan memiliki resistansi yang besar ketika keduanya berkebalikan. Fenomena GMR ini ditemukan pertama kali pada tahun 1988 oleh Fert dan Grunberg (Gurney, 2008). Oleh karena penemuannya tersebut, Fert dan Grunberg mendapatkan Nobel pada tahun Kemunculan GMR ini disebut-sebut sebagai masa dimulainya era spintronik, yaitu era teknologi yang memanfaatkan keberadaan spin elektron dan momen magnetnya. Dan setelah 10 tahun sejak fenomena GMR ditemukan pertama kali, penggunaan sensor berbasis GMR baru dimulai. Pada tahun 1992, penggunaan sensor berbasis spin valve mulai menggantikan keberadaan GMR. Dan pada tahun 1995, mulai berkembang penggunaan sensor dengan menggunakan sebuah elemen Tunnel Magneto- Resistance (TMR), yang disebut magnetic tunnel junction (MTJ). Magnetic tunnel junctions (MTJ) adalah aplikasi storage memory yang tersusun atas dua buah bahan ferromagnetik dengan ketebalan dalam orde nanometer dengan insulator

10 digilib.uns.ac.id 5 diletakkan diantaranya. Pada awal perkembangannya, pemanfaatan materialmaterial tersebut berhasil meningkatkan kapasitas HDD hingga faktor 100 tiap tahunnya. Namun sejak tahun 2002, perkembangan tersebut seolah-olah terhenti oleh karena semakin besarnya medan penulis (medan yang diperlukan untuk menulis informasi) seiring dengan peningkatan kerapatan material. Untuk merealisasikan HDD maupun memori dengan kapasitas besar (Gbit/cm 2 ) dan memiliki kecepatan transfer dalam orde Gbit/s, ukuran sel magnetik harus diperkecil hingga orde nanometer. Ketika ukuran sel magnetik diperkecil hingga orde nanometer, maka arah magnetisasi akan menjadi tidak stabil pada suhu ruang (domain magnetik menjadi rileks oleh karena penurunan suhu terhadap waktu) (Skomski, 2007; Matsumoto dkk, 2006). Untuk menjamin kestabilan termal dari informasi yang tersimpan, maka diperlukan bahan magnetik dengan anisotropi tegak lurus yang kuat (Waseda dkk, 2008). Oleh karena itu, bahan magnetik dengan anisotropi tegak lurus yang kuat (perpendicular magnetic anisotropy-pma) seperti Co x /Pd y, Co x /Pt y, Fe x Pt y dll (Carcia, 2009; Kim dkk, 2010) merupakan bahan yang menjanjikan guna merealisasikan magnetic storage dengan kerapatan tinggi. Namun, penggunaan PMA mengakibatkan orientasi magnetisasi sulit untuk membalik sehingga sulit untuk menulis infromasi (Waseda dkk, 2008). Hal ini berkaitan dengan besarnya medan yang diperlukan untuk membalik orientasi magnetisasi. Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan kapasitas dan performa dari HDD maupun memori berkembang ke arah teknik penulisan informasi guna menurunkan medan penulis. Teknik penulisan yang berkembang antara lain Spin

11 digilib.uns.ac.id 6 Polarized Beam Electron, Dioda Spin Injection, Microwave Assisted Magnetic Recording (MAMR), Spin-transfer torque magnetic dan Thermally Assisted Magnetization Reversal. Spin Polarized Beam Electron merupakan salah satu metode untuk membaca dan menulis informasi dari memori semikonduktor magnetik. Memori jenis ini tersusun atas banyak lokasi penyimpanan. Masing-masing lokasi penyimpanan tersusun atas sebuah material magnetik dan sebuah lapisan semikonduktor yang mampu memancarkan foton. Metode dalam membaca informasi dari memori ini terdiri dari beberapa step, yaitu mengarahkan Spin polarized beam electron pada memori semikonduktor magnetik, dan mendeteksi cahaya yang dipancarkan semikonduktor (Hannah dkk, 2005) Dioda Spin Injected merupakan salah satu teknik yang diaplikasikan pada memori non-volatil. Teknik ini tersusun dari saluran semikonduktor yang mampu dilalui arus listrik, sebuah lapisan ferromagnetik dan sebuah lapisan pemisah antara saluran semikonduktor dengan lapisan ferromagnetik. Pembacaan informasi dilakukan pada saat dioda mendeteksi resistansi antara semikonduktor dengan lapisan ferromagnetik. (Johnson dkk, 1999). Microwave Assisted Magnetic Recording (MAMR) dipatentkan oleh Rivkin, N.T.K.A. Sistem MAMR terdiri dari sebuah bagian yang sanggup menghasilkan medan magnetik penulis, sebuah elemen yang menghasilkan sebuah radio frequency assist magnetic field dan sebuah medium perekam yang bergerak relatif terhadap kutub penulis. Media perekaman diarahkan ke radio frequency assist magnetic field sebelum diarahkan ke medan magnet penulis. Sebuah elemen

12 digilib.uns.ac.id 7 yang memungkinkan untuk menghasilkan radio frequency assist magnetic field adalah kawat yang diposisikan secara tegak lurus terhadap kutub penulis. Alternatif yang lain adalah dengan memposisikan kawat sejajar terhadap kutub penulis sehingga radio frequency assist magnetic field terkopel dengan kutub penulis (Rivkin, N.T.K.A). MAMR dapat mengurangi besarnya medan penulis (medan reversal) secara signifikan ketika frekuensi gelombang mikrowave sesuai dengan frekuensi resonansi ferromagnetik (the ferromagnetic resonance-fmr) dari media. Dan untuk bahan berkerapatan tinggi, masih diperlukan medan reversal yang sangat tinggi untuk aplikasi skema MAMR yang menggunakan media homogen (Li dkk, 2009). Meskipun MAMR pada bahan beransiotropi tegak lurus merupakan salah satu aplikasi penting dalam perkembangan HDD dimasa depan, namun eksperimen-eksperimen yang dilakukan hanya terfokus pada bahan beransiotropi sejajar (in-plane anisotropy). Dan pada tahun 2009, hasil eksperimen MAMR untuk bahan beransiotropi tegak lurus pada multilayer Co/Pd dipublikasikan oleh Nozaki (Nozaki dkk, 2009). Spin-transfer torque magnetic merupakan salah satu teknik penulisan informasi dengan berbasis magnetik. Teknik ini diteliti oleh beberapa peneliti dari Universitas Cornell dengan menggunakan mekanisme spin torque. Elektronelektron akan mentransfer momentum sudutnya ketika berinteraksi dengan magnet didalam tunnel junction. Hal ini akan menimbulkan torka yang sangat kuat. Menurut demonstrasi hasil penelitian yang dipimpin oleh Dan Ralph (Horace White professor of Physics) dan Robert Buhrman (Sweet professor of Applied and Engineering Physics) di universitas Cornell, torka yang sangat kuat

13 digilib.uns.ac.id 8 ini 500 kali lebih efisien daripada penggunaan medan magnet dalam penulisan informasi (Happich, 2011). Thermally Assisted Magnetization Reversal (TAMR) merupakan salah satu teknik yang mulai dikembangkan sejak tahun Teknik ini menjanjikan terealisasinya aplikasi HDD dan memori non-volatil dengan kerapatan tinggi (Gbit/cm 2 ) dan memiliki kecepatan transfer dalam orde Gbit/s. Ide dari teknik ini adalah memanfaatkan bantuan panas guna menurunkan medan penulis (Sousa dan Prejbeanu, 2005). Pada TAMR, sel dipanaskan hingga bahan kehilangan magnetisasinya, dan kemudian informasi ditulis melalui pemberian medan magnet selama sel tersebut didinginkan (Sousa dan Prejbeanu, 2005). Dengan bantuan termal ini, maka tingginya medan penulis sehubungan dengan penggunaan PMA dapat direduksi. Oleh karena itu, TAMR merupakan salah teknik yang realistis untuk menurunkan medan penulis secara efisien tanpa mengorbankan kestabilan termal dari informasi yang tersimpan (Prejbeanu, 2007). Dan pemahaman yang komprehensif mengenai mekanisme TAMR menjadi hal yang sangat penting dalam rangka merealisasikan HDD dan memori dengan kerapatan dan kecepatan yang tinggi. Teknik TAMR ini mulai digunakan didalam beberapa aplikasi magnetic storage, antara lain: memori berbasis magnetik (Magnetoresisitive Random Acces Memory - MRAM) dan Heat Assisted Magnetic Recording (HAMR). MRAM merupakan sebuah apilkasi memori komputer non-volatile yang sudah dikembangkan sejak tahun 1990-an. Perbedaan antara MRAM dengan chip RAM yang ada selama ini adalah dalam hal cara penyimpanan informasinya. Memori

14 digilib.uns.ac.id 9 yang ada sekarang, seperti DRAM, menyimpan informasi dalam bentuk sinyalsinyal listrik. Tabel 1.1. Parameter kunci dari beberapa teknologi memori (Lee, 2006 dan Budi Purnama, 2009). Parameter SRAM DRAM Flash MRAM Kecepatan Membaca Paling cepat Cepat Cepat Cepat Kecepatan Menulis Paling cepat Cepat Lambat Cepat Kerapatan Sel Rendah Tinggi Tinggi Sedang Nonvolatil Tidak Tidak Ya Ya Daya Tahan Tak terbatas Tak terbatas Terbatas Tak terbatas Kebocoran Sel Kecil/besar Besar Kecil Kecil Tegangan Penulisan V V V V Energi Penulisan <200 pj pj 300 pj <100 pj Sedangkan MRAM menyimpan infromasi dalam bentuk magnetisasi. Konsep MRAM diperlihatkan pada Gambar 1.3. Aplikasi ini tersusun atas dua buah keping ferromagnetik yang sanggup menyimpan medan magnet dan dipisahkan oleh sebuah lapisan tipis isolator yanag akan disebut tunnel junction. Salah satu keping tersebut berbahan magnet permanen dengan orientasi tertentu (pinned layer), sedangkan medan magnet dari keping yang lain dapat dirubah sedemikian hingga sesuai dengan keping yang lain untuk menyimpan informasi (storage layer). Konfigurasi ini dikenal sebagai spin valve dan merupakan struktur

15 digilib.uns.ac.id 10 paling sederhana dari aplikasi MRAM. Write Current berfungsi sebagai arus penghasil magnetic field (medan magnet). Transistor berfungsi untuk merubah arah write current. Metode pembacaan yang paling sederhana dari aplikasi ini adalah dengan mengukur resistansi dari sel. Gambar 1.3. Konsep MRAM (Sousa dkk, 2005) Kemunculan MRAM ini menjanjikan keberadaan sebuah memori nonvolatil dengan suplai energi dibandingkan dengan memori yang kecil. MRAM memiliki keunggulan lain yang berbasis semikonduktor. Beberapa perbandingan parameter kunci antara MRAM dengan memori lain berbasis semikonduktor disajikan dalam Tabel 1. Karena keunggulan-keunggulan tersebut, teknologi MRAM diharapkan mampu menggantikan peran sistem RAM komputer maupun HDD dan menjadi sebuah universal memory (Åkerman, 2005). Dengan teknologi ini kita dapat memiliki sistem yang dapat boot up secara instant (instant boot) dan melanjutkan kembali operasi terakhir saat sistem tersebut kita matikan. Fitur instant boot dapat membantu memerangi global warming secara tidak langsung. Apabila

16 digilib.uns.ac.id 11 komputer Anda dapat aktif kembali secara instan, pengguna akan mematikan komputer mereka di malam hari karena proses boot up tidak akan memakan waktu. Perekaman data permanen di RAM dapat menghemat daya secara drastis karena RAM dapat tetap menyimpan data tanpa harus mengambil daya secara konstan dari sumber listrik. MRAM berguna untuk menyimpan data ketika sistem mengalami crash. Sedangkan pada dunia aplikasi hiburan (game misalnya), keberadaan MRAM digunakan pada feature resume, dimana pemain tidak akan kehilangan permainannya ketika terjadi mati listrik. Keunggulan ini membuka kesempatan dalam perkembangan pangsa pasar memori magnetik. Namun jika dilihat dari segi harga, MRAM ini masih jauh lebih mahal dari memori-memori berbasis semikonduktor. Pada bulan februari 2006, Toshiba dan NEC memperkenalkan chip MRAM berkapasitas 16 Mbit dan memiliki kecepatan transfer 200 MB/s. Sedangkan pada bulan Juli 2006, Freescale mulai menjual secara komersial chip MRAM berkapasitas 4Mbit seharga $AS 25/chip. Selain dimanfaatkan dalam MRAM, teknik TAMR juga dimanfaatkan dalam aplikasi HDD, yang disebut dengan HAMR. HAMR merupakan suatu teknologi dalam merekam data secara magnetik pada media dengan stabilitas yang tinggi seperti campuran Fe/Pt dengan bantuan panas laser. Skema HAMR ditunjukkan pada Gambar 1.4. Teknologi ini secara umum tersusun atas media penyimpanan yang dinamis dan dilewatkan pada suatu head yang berfungsi untuk menulis dan membaca informasi. Panas laser dikenakan pada media tersebut guna menurunkan medan penulisan. Pada tahun 2005, HDD yang ada dipasaran memiliki kerapatan sekitar 130 Gbit/in 2. Sejak tahun 1990, kerapatan dari aplikasi

17 digilib.uns.ac.id 12 ini meningkat dari tahun-ketahun hingga 100%, namun mengalami penurunan sejak tahun 2002 (Matsumoto dkk, 2006). Hal ini disebabkan oleh karena permasalahan tingginya medan yang diperlukan dalam penulisan informasi sehubungan dengan penggunaan bahan dengan anisotropi kuat dalam rangka menjaga kestabilan termal. Gambar 1.4. Konsep HAMR (Burks, 2010) Dan keberadaan HAMR menjadi salah satu solusi untuk terus dapat meningkatkan kerapatan dari HDD tanpa mengorbankan permasalahan kestabilan termal. Bahkan salah satu perusahaan pengembang HDD, Seagate, meyakini akan mampu memproduksi HDD berkapasistas 300 terabit (37.5 terabyte) dengan menggunakan teknologi ini. Dalam tesis ini, mode magnetisasi reversal berbantukan termal atau TAMR pada bahan PMA berukuran nanometer guna apilkasi HDD dan memori akan dikaji melalui simulasi dengan menyelesaikan persamaan gerak Landaulifshift Gilbert. Tesis ini tersusun atas lima bab. Isi dari masing-masing bab adalah sebagai berikut: Bab I. Didalam bab ini dipaparkan mengenai latar belakang penggunaan bahan ferromagnetik beransiotropi tegak lurus (PMA) dengan menggunakan

18 digilib.uns.ac.id 13 skema Magnetisasi Reversal Berbantukan Panas (TAMR) didalam penulisan informasinya guna merealisasikan memori dan HDD dengan kerapatan hingga Gbit/s. Didalam Bab II dipaparkan mengenai besaran dasar-dasar kemagnetan seperti : momen magnetik, magnetisasi, domain, interaksi tukar dan ansiotropi. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan mengenai persamaan Landau-lifshift Gilbert yang digunakan didalam simulasi mikromagnetik. Bagian akhir dari bab ini ditutup dengan penjelasan mengenai aktivasi panas dalam mekanisme magnetisasi reversal. Bab III. mendeskribisikan metode numerik yang dipergunakan dalam mengevaluasi mode magnetisasi reversal berbantukan panas pada bahan PMA. Bab IV melaporkan hasil dari penelitian ini yang terdiri dari empat bagian. Bagian pertama membahs pengaruh beberapa parameter fisis terhadap medan switcing pada suhu ruang. Bagian kedua membahas mengenai pengaruh fluktuasi akibat panas terhadap susunan magnetisasi awal dan medan efektif. Sedangkan bagian ketiga membahas mode magnetisasi reversal pada suhu tinggi. Dan bagian keempat membahsa mode magnetisasi reversal dengan skema Double Pulse Writing. Dan akhirnya, hasil dari penelitian ini dirangkum dan disimpulkan pada Bab V.

19 digilib.uns.ac.id 14 B. Perumusan Masalah Berdasar pada latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah dalam penelitian ini, yaitu : 1. Keterkaitan panas terhadap susunan magnetisasi awal dan medan efektif. 2. Keterkaitan besaran-besaran fisis terhadap penurunan medan switching. 3. Keterkaitan penggunaan panas terhadap mode magnetisasi reversal. C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menginvestigasi mode magnetisasi pada suhu ruang. 2. Untuk mengevaluasi pengaruh panas terhadap konfigurasi magnetisasi awal dan fluktuasi medan effektif. 3. Untuk menginvestigasi mode magnetisasi pada suhu tinggi (skema currie point writing). 4. Untuk menginvestigasi mode magnetisasi pada skema double pulse writing. D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi awal mengenai pengaruh panas terhadap mode magnetisasi suatu bahan mangetik guna

20 digilib.uns.ac.id 15 merealisasikan HDD maupun memori dengan kapasitas besar (Gbit/cm 2 ) dan memiliki kecepatan transfer dalam orde Gbit/s.

21 digilib.uns.ac.id 16 BAB II. LANDASAN TEORI Kemagnetan merupakan bagian penting dalam perkembangan aplikasi memori maupun HDD. Oleh karena itu diperlukan pemahaman mengenai besaranbesaran magnetik yang terlibat dalam mekanisme penyimpanan informasi dalam aplikasi memori dan HDD. A. Besaran-Besaran Dasar Kemagnetan 1. Momen Magnet (m) Momen magnetik (m) merupakan besaran vector yang arahnya sejajar dengan medan magnet yang timbul karena loop arus (i) dan tegak lurus terhadap bidang loop tersebut (Buche dkk, 1997). Dalam skala atomik, terdapat dua sumber penyebab munculnya momen magnet, yaitu : arus yang disebabkan oleh gerak elektron dalam mengorbit inti (momen orbital) dan rotasi elektron (momen spin) (Skomski dan Selmyer, 2006). Besarnya momen magnet orbital ( m ) dan spin ( m ) dinyatakan secara berturut-turut dalam persamaan berikut : s o e mo =- L (2.1) 2m e ms =- S (2.2) m dengan L adalah momentum sudut orbital, S adalah momentum sudut spin, e adalah muatan elektron dan m adalah commit massa to user elektron. Sehingga setiap elektron 16

22 digilib.uns.ac.id 17 dalam sebuah atom akan memiliki momentum sudut total J yang merupakan resultan vector dari L dan S (Beiser, 1995). J= L+ S (2.3) Pada umumnya, elektron dalam atom tetap tak berpasangan (spin sejajar) bila memungkinkan. Prinsip ini disebut dengan aturan Hund. Sifat ferromagnetik dari Fe, Ni dan Co merupakan akibat dari terpenuhinya aturan Hund. Sub-kulit 3d dari ketiga material tersebut hanya terisi sebagian dan elektron dalam sub-kulit ini tidak berpasangan sehingga momen magnet spinnya tidak saling meniadakan. Sebagai contoh adalah Fe, lima dari enam elektron 3d Fe mempunyai spin yang sejajar, sehingga setiap atom Fe memiliki momen magnet resultan yang besar (Beiser, 1995). 2. Magnetisasi (M) Kumpulan dari sejumlah N momen magnet dalam sebuah volume (V) disebut dengan magnetisasi (M). Magnetisasi didefinisikan sebagai jumlah momen magnetik yang terkandung dalam suatu bahan tiap satuan volume. N M= m (2.4) V Magnetisasi juga dapat dipandang sebagai tingkat respon suatu bahan ketika dikenai medan magnet eksternal (H). Hubungan antara magnetisasi (M) terhadap medan magnetik (H) dan induksi magnetik (B) dinyatakan sebagai berikut B= H+ 4p M (2.5)

23 digilib.uns.ac.id 18 Ketika suatu bahan ferromagnetik dikenai medan magnet, maka magnetisasi akan terus meningkat hingga pada nilai H tertentu akan meningkat secara perlahan. Pada keadaan ini, magnetisasi bahan dikatakan dalam keadaan tersaturasi dan semua momen magnet yang terkandung dalam bahan memiliki arah sejajar terhadap medan eksternal H. Nilai magnetisasi yang terkait dengan kondisi tersebut disebut dengan saturasi magnetisasi (M s ). 3. Domain dan Dinding Domain Suatu wilayah didalam bahan magnetik yang memiliki orientasi magnetisasi seragam disebut dengan Domain. Domain juga dapat diartikan sebagai wilayah yang tersusun atas banyak momen magnet yang memiliki arah yang sama. Domain magnet dapat diamati dengan menggunakan teknik Magnetic Force Microscopy (MFM). Domain magnetik pada N d F e B yang teramati dengan menggunakan teknik MFM ditunjukkan pada Gambar 2.1. Variasi arah domaindomain penyusun N d F e B direpresentasikan oleh bermacam-macam warna dari domain-domain penyusunnya. Sedangkan dinding domain, δw, merupakan batas yang memisahkan antara domain satu dengan domain yang lain (Cullity dan Graham, 2008) dan diilustrasikan pada Gambar 2.2. Gambar 2.1. Domain magnetik pada N d F e B yang teramati dengan menggunakan teknik Magnetic commit Force Microscopy to user (MFM) (Wei dkk, 2003).

24 digilib.uns.ac.id 19 δw Gambar 2.2. Dinding domain membatasi dua domain yang berbeda arah (Buschow dan De Boer, 2003). Proses magnetisasi suatu bahan saat dikenai medan magnet eksternal dapat diilustrasikan pada Gambar 2.3. Pada titik A, material mula-mula dalam kondisi acak (arah domain-domain penyusun acak). Setelah bahan dikenakan medan magnet eksternal H kearah positif, maka material akan termagnetisasi secara nonlinear hingga seluruh domain searah H (titik B). Pada kondisi ini material dikatakan dalam keadaan tersaturasi. Setelah H diturunkan hingga bernilai 0, maka material masih akan memiliki nilai magnetisasi tertentu yang disebut dengan magnetisasi remanen (titik C). Ketika H diturunkan hingga arahnya berkebalikan, maka magnetisasi akan bernilai 0, yang ditandai dengan keacakan domain-domain penyusun (titik D). Ketika H terus-menerus diturunkan dalam arah kebalikan, maka material akan termagnetisasi hingga searah H (titik E). Pada kondisi ini material dikatakan dalam keadaan tersaturasi arah kebalikan. Kebergantungan magnetisasi suatu bahan terhadap waktu (dinamika magnetisasi) dinyatakan melalui persamaan gerak Landau-Lifshif Gilbert yang akan dibahas pada Sub-bab Mikromagnetik.

25 digilib.uns.ac.id 20 C B D A E Gambar 2.3. Proses magnetisasi suatu bahan selama dikenai medan eksternal H (Young, 1992) 4. Kebergantungan Magnetisasi Terhadap Suhu Besarnya saturasi magnetik (M s ) sangat bergantung terhadap suhu. Seiring dengan peningkatan suhu, maka nilai M s akan berkurang. Kebergantungan saturasi M s terhadap suhu (T ) dinyatakan melalui persamaan (Maaz dkk, 2002) (0) æ T ö M S( T) = M S ç 1- è TC ø Dengan M s (T) adalah nilai magnetisasi saat bersuhu T, M s (0) v (2.6) adalah nilai magnetisasi saat suhu 0 K, v merupakan parameter bloch dan T c adalah suhu curie, yaitu suhu pada saat nilai magnetisasi suatu bahan bernilai 0 (orientasi magnetisasi acak dan saling meniadakan).

26 digilib.uns.ac.id 21 B. Interaksi Tukar (Exchange Interaction) dan Konstanta Exchange Stiffness Momen magnet dan magnetisasi muncul oleh karena interaksi tukar antar elektron atau exchange interaction. Bentuk interaksi tukar ini muncul dari peristiwa berikut, pada dua atom yang berdekatan, elektron 1 mengorbit proton 1, dan elektron 2 mengorbit proton 2. Dalam hal ini electron merupakan partikel takterbedakan dan memungkinkan kedua elektron tersebut bertukar tempat sehingga elektron 1 mengorbit proton 2 dan begitu sebaliknya. Pengandaian ini memunculkan keberadaan bentuk exchange energy yang merupakan bagian penting dari energi total dari banyak molekul didalam benda padat. Heisenberg menunjukkan bahwa exchange energy juga berperan dalam material ferromagnetik. Jika terdapat dua atom i dan j memiliki momentum sudut spin S 2 p dan S 2p, maka exchange energy antara kedua atom tersebut i h j h dinyatakan sebagai berikut (Cullity dan Graham, 2008). w =- 2J S S =-2JS S cosq (2.7) ex ex i j i j dengan J ex merpakan integral istimewa (exchange integral) dan θ adalah sudut antara kedua spin tsb. Jika J ex positif, maka E ex bernilai minimum ketika kedua spin sejajar dan maksimum ketika kedua spin tersebut berlawanan arah. Jika J ex negatif, keadaan energi terendah jika kedua spin berlawanan arah (Cullity dan Graham, 2008). Dengan mengasumsikan sudut antar momen yang berdekatan sangat kecil, maka bentuk ekspansi deret Taylor untuk persamaan diatas menjadi persamaan berikut (Budi Purnama, 2009)

27 digilib.uns.ac.id wex 2JSiS æ ö =- jç 1- q è 2 ø (2.8) C. Anisotropi Magnetik Anisotropi magnetik merupakan parameter kunci dari suatu bahan magnetik. Ini adalah manifestasi relativistik kopling antara spin elektron dan momen orbital (spin-orbit kopling). Oleh karena itu, modifikasi dalam struktur elektronik dipermukaan dan antarmuka diharapkan akan mengakibatkan perubahan anisotropi magnetik. Efek antar muka lokal ini dapat menimbulkan perilaku magnetik yang mencolok dalam lapisan tipis magnetik, seperti antarmuka induksi anisotropi magnetik tegak lurus, yang pertama ditampilkan secara eksperimental oleh Gradmann dan Mu ller pada lapisan tipis Ni 48 Fe 52 (1 1 1). 1. Fenomenologi Break of symmetry pada antarmuka memperkenalkan istilah anisotropi orde rendah, pertama kali ditunjukkan oleh Ne'el. Untuk pendekatan orde kedua, anisotropi permukaan diberikan oleh E = K cos q+ K sin q.cos j (2.9) S S S, P dengan q dan j masing-masing adalah sudut kutub dan azimut dari vektor magnetisasi sehubungan dengan arah tegak lurus ke permukaan. Istilah pertama adalah anisotropi out-of-plane surface, mengikuti notasi Ne'el. Anisotropi tegak lurus terjadi untuk nilai K s negatif. Hal ini memiliki keuntungan bahwa nilai tersebut konsisten dengan fakta bahwa commit energi to user magnetostatik yang bernilai definit

28 digilib.uns.ac.id 23 positif, juga muncul positif dalam notasi ini. Istilah kedua sesuai dengan anisotropi in-plane surface, yang harus dipertimbangkan pada permukaan dengan tingkat kesimetrisan yang lebih rendah, misalnya, FCC (1 1 0), BCC (1 1 0) dan lain-lain. Berdasarkan fenomenologi model pasangan-ikatan anisotropi magnetik ini, Ne'el menyimpulkan ekspresi dari anisotropi permukaan untuk beberapa permukaan kristalografi, dalam hal koefisien elastis dan magnetostriksi, karena efek magnetostatik dan magnetoelastik diharapkan memainkan peranan penting dalam menentukan permukaan anisotropi. Anisotropi tegak lurus efektif uniaksial terhadap bidang film tipis dapat ditulis sebagai berikut K = D M + K + K t (2.10) 2 u, eff 2p m S u S dengan suku pertama adalah kontribusi dari energi dipole magnetik, K u adalah energi magnetokrystalline sebagai kontribusi dari sebagian besar film dan suku terakhir adalah anisotropi permukaan sebagai kontribusi dari energi magnetik. D m adalah faktor out-of- plane demagnetisasi dan besarnya 1 untuk film tipis, tetapi secara umum merupakan fungsi dari ketebalan lapisan tipis. Salah satu kontribusi penting dalam anisotropi lapisan tipis epitaksi magnetik muncul dari tegangan, melalui kopling magnetoelastik. Tegangan berkontribusi pada energi system elastik. Jika kita mempertimbangkan ulang hanya meninjau anisotropi tegak lurus uniaksial, K u,eff menjadi K = M + K + B + K t (2.11) 2 u, eff 2p S u mee S dengan e adalah regangan dan B me adalah koefisien kopling magnetoelastik. Magnetisasi transisi reorientasi spin diamati dalam banyak lapisan tipis, dengan

29 digilib.uns.ac.id 24 sumbu mudah magnetisasi berubah dari out of-plane menjadi in-plane terhadap ketebalan lapisan tipis, hal ini dapat dipahami sebagai akibat dari dominasi antara anisotropi permukaan dan anisotropi volume. Ketebalan kritis dinyatakan sebagai berikut 2 ( p ) t =- 2 K 2 M + K (2.12) SRT S S u K u,eff berubah tanda dari positif ke negatif ketika ketebalan lapisan dibawah t SRT. Pada kondisi tersebut spin cenderung mensejajarkan diri searah dengan normal permukaan, sedangkan untuk lapisan yang tebal, spin cenderung dalam posisi inplane. Penjelasan sederhana tersebut cukup untuk memahami perilaku lapisan tipis magnetik yang lebih luas dan digunakan dalam bagian berikut untuk mendeskribsikan anisotropi magnetik dari lapisan tipis Fe, Co dan Ni. 2. Pengaruh Suhu Ketergantungan suhu dari anisotropi magnetik merupakan aspek penting dari perilaku sistem magnetik dan telah dipelajari secara luas dalam sistem lapisan tipis. Dalam konteks model tunggal interaksi pasangan ion, hubungan antara anisotropi magnetik terhadap temperatur dan magnetisasi pada suhu rendah didapatkan sebagai sebagai berikut ( ) ( ) ( ) ( ) dengan K l (T) adalah koefisien anisotropi yang mempengaruhi ekspansi energi magnetik. Untuk suhu mendekati suhu kritis, eksponen dalam persamaan tersebut diharapkan akan sama dengan l (Vaz dkk, 2008) ( + ) 1 2 K 0 0 l l l T Kl =éë M S T M S ùû (2.13)

30 digilib.uns.ac.id 25 D. Mikromagnetik Pada saat medan megnetik effektif H eff dikenakan pada suatu momen magnetik m, maka momen magnetik ini akan mengalami momen gaya τ sedemikian hingga orientasi m menjadi searah dengan H eff. Momen gaya ini dinyatakan dengan τ= m H (2.14) eff Sedangkan momen gaya juga bisa dinyatakan sebagai perubahan momentum sudut terhadap waktu d τ = L (2.15) dt Dan menurut teori kuantum, hubungan antara momen magnetik dengan momentum sudut dinyatakan m=-g L (2.16) dengan γ adalah ratio gyromagnetik. Sehingga persamaan momen gaya bisa dituliskan sebagai berikut æ mö - ç = m H eff (2.17) tè g ø Persamaan ini menyatakan presisi gyromagnetik dari suatu momen magnetik. Untuk mendeskribsikan gerak momen magnetik menuju kesetimbangan maka keberadaan efek redaman perlu diperhitungkan dalam penghitungan medan H eff. Efek redaman ini sebanding dengan kecepatan, h m, dengan η adalah konstanta t

31 digilib.uns.ac.id 26 positif. Dengan melibatkan efek redaman, persamaan (2.17) dinyatakan sebagai persamaan gerak berikut Dengan menyatakan 1 m æ eff h mö - = m ç H - (2.18) g t è t ø - gh m sebagai konstanta redaman Gilbert α, bentuk lain dari persamaan gerak diatas adalah (Schrelf dkk, 2006) m a m =- g m Heff + m (2.19) t m t Persamaan (2.19) juga bisa dinyatakan dalam bentuk magnetisasi M a M =- g M Heff + M (2.20) t M t Persamaan (2.20) ini dikenal sebagai persamaan Landau-Lifshitz Gilbert (LLG). Suku pertama pada Persamaan (2.20) menyatakan bentuk gerak gyromagnetik dan suku kedua menyatakan bentuk redaman yang menyebabkan momen magnet bergerak kearah medan H. H eff H eff a æ dmö ç M M è dt ø M dm dt =- g M H eff M - g M H eff Gambar 2.4. Gerak presisi dari magnetisasi M dibawah pengaruh medan magnet H eff. (a) a = 0, (b) a<< 1 (Budi Purnama, 2009).

32 digilib.uns.ac.id 27 Untuk medan magnetostatis (H D ), energi demagnetisasi diberikan oleh persamaan berikut w =- M H (2.21) H eff didefinisikan sebagai turunan dari rapat energi (w) terhadap M H D H eff dw =- (2.22) dm Interaksi didalam proses ini dinyatakan bukan sebagai interaksi antar partikel dalam skala atomik, namun ditinjau secara makroskopik dalam bentuk rapat energi (w). Energi total (E) didefinisikan sebagai berikut E =ò wdv (2.23) Dalam kondisi kesetimbangan, w bernilai minimum. Interaksi antara energi pertukaran w ex dengan enrgi magnetostatis w H memunculkan suatu besaran yang disebut dengan exchange length (L ex ) (Stanescu, 2003 dan Zhu, 2005). Besaran ini merepresentasikan daerah batas dengan magnetisasi tidak mengalami perubahan arah secara signifikan (Schäfer). L ex A = (2.24) M 2 s E. Kestabilan Termal Ketika suatu bahan magnetik dipatern hingga ukuran nanometer, maka ketika berada pada suhu ruang, orientasi magnetisasi M menjadi tidak stabil (Skomski, 2007 dan Matsumoto dkk, 2006). Oleh karena itu diperlukan energi barrier (ΔE) yang besar guna menjaga commit kestabilan to user termal. ΔE ini dipengaruhi oleh

33 digilib.uns.ac.id 28 besarnya medan H. Kebergantungan ΔE terhadap H dinyatakan dalam persamaan berikut æ E K0V0 1 H ö D = ç - è H0ø 2 (2.25) dengan K 0, V 0 dan H 0 mendeskribsikan struktur dari bahan magnetik. Secara umum, kestabilan termal dari bahan magnetik dinyatakan oleh hukum Neel- Brown exp æ DE ö t = t 0 ç è kbtø (2.26) -10 dengan nilai t 0» 10 s. Persamaan tersebut juga bisa dinyatakan sebagai berikut æt ö D E= kbt lnç t è 0ø (2.27) Jika sebuah HDD diasumsikan mampu menyimpan data selama 10 tahun, 8 ( s) t» 10years 10, maka besarnya ΔE pada suhu ruang yang diperlukan untuk menjaga kestabilan termal harus lebih besar dari 40k b T (Schrelf dkk, 2006).

34 digilib.uns.ac.id 29 BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Tempat penelitian dilakukan di laboratorium Elektronika dan Instrumentasi Jurusan Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan sejak bulan November 2009 hingga bulan Februari B. Peralatan Peralatan yang dipergunakan didalam penelitian ini antara lain: 1. Desktop dengan spesifikasi sebagai berikut : a. Sistem operasi Windows 7 Ultimate 32-bit. b. Processor Intel(R) Core(TM)2 Duo CPU (2 CPUs), ~2.4GHz. c. Memory 4096MB RAM. d. VGA card Intel(R) G33/G31 Express Chipset Family. 2. Notebook dengan spesifikasi sebagai berikut : a. Sistem operasi Windows 7 Ultimate 32-bit. b. Processor AMD Athlon(tm)X2 DualCore QL-66 (2 CPUs) ~2.2GHz. c. Memory 1024MB RAM. d. VGA card ATI Radeon HD 3200 Graphics. 29

35 digilib.uns.ac.id Software yang digunakan adalah Micromagnetic Simulation karya S. Konishi dkk (gratis) dengan bahasa Fortran. 4. Dalam menampilkan grafis dipergunakan software Sma4Win (gratis). C. Metode Numerik K u t = 20 nm M s w = 50 nm l = 50 nm (a) (b) Gambar 3.1. (a) Permodelan bentuk nanodot dengan dimensi nm 3, (b) Permodelan unit sel (grid) beranisotropi tegak lurus dengan ukuran lebih besar dari ukuran exchange length (L ex ).

36 digilib.uns.ac.id 31 Simulasi ini menggunakan pendekatan sebuah nanodot ferromagnetik dengan anisotropi magnetik tegaklurus yang ditinjau sebagai media memori dan HDD. Nanodot ini memiliki suhu currie sebesar 373 K dan berbentuk empat persegi panjang berdimensi nm 3 seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1 (a). Nanodot ini tersusun atas unit-unit sel (grid) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1 (b). Ukuran grid ini lebih besar dari ukuran exchange length (L ex ). Dinamika magnetisasi reversal berbantukan panas dari sampel ferromagnetik beransiotropi tegak lurus ini disimulasikan secara numerik dengan menyelesaikan persamaan Landau-Lifshift Gilbert pada persamaan (2.20) (Zhong dkk, 2008). Beberapa bentuk medan yang berkontribusi pada medan effektif dalam proses magnetisasi antara lain : medan pertukaran (H ex ), medan anisotropi (H K ), medan demagnetisasi (H D ) dan medan karena fluktuasi panas (H T ) (Schrelf dkk, 2006; Budi Purnama, 2009). Medan pertukaran muncul sebagai konsekuensi dari interaksi antar momen magnetik yang bertetangga; medan anisotropi muncul oleh karena interkasi anatara atom dengan struktur kristal dan menyebabkan momen magnetik cenderung memiliki arah mengikuti orientasi kristal dari bahan; medan demagnetisasi menyebabkan bahan terbagi-bagi menjadi domain-domain dan medan karena fluktuasi panas muncul karena interaksi momen magneti dengan panas dan akan menimbulkan keacakan (Schrelf dkk, 2006). Bentukbentuk energi yang berkontribusi pada proses ini antara lain : energi pertukatran(w ex ), energi anisotropi (w k ), energi magnetostatis (w D ) dan energi termal. Pendekatan yang dilakukan untuk mengevaluasi efek fluktuasi panas

37 digilib.uns.ac.id 32 selama proses magnetisasi adalah dengan memasukkan nilai rata-rata medan effektif diseluruh bagian sama dengan 0 (Schrelf dkk, 2006). ' ( ) H eff t = 0 (3.1) Sedangkan pengaruh efek fluktuasi akibat panas terhadap keacakan medan magnet dihitung dengan menggunakan teori disipasi (Lee dkk, 2002) s = 2k B Ta gvm Dt s (3.2) Kebergantungan magnetisasi terhadap suhu didefinisikan melalui persamaan berikut (Nozaki dkk, 2006) (0) æ T ö M S( T) = M S ç 1- è TC ø 0,5 (3.3) Sedangkan kebergantungan exchange stiffness (A) dan anisotropy magnetik (K) terhada suhu berhubungan dengan penurunan magnetisasi terhadap suhu (Budi Purnama, 2009) A( T) ( T) ( 0) æ M ö ç è M S ø (0) S = A ç 2 ( T) ( 0) æ (0) M ö S K^( T ) = K^ ç M è S ø 2 (3.4) dengan A(T) adalah nilai exchange stiffness saat bersuhu T, A (0) adalah nilai exchange stiffness saat suhu 0 K, K(T) adalah nilai anisotropi magnetik saat bersuhu T, K (0) adalah nilai anisotropi magnetik saat suhu 0 K,

38 digilib.uns.ac.id 33 Beberapa parameter yang diambil didalam simulasi ini antara lain : konstanta redaman Gilbert s α besarnya 0.3, rasio gyromagnetik γ sebesar 1, Oe -1 s -1, konstanta exchange stiffnessa sebesar 1, erg/cmdan step integrasi dt sebesar 0,25 ps. Penelitian ini dilakukan dalam empat bagian, yaitu : 1. Mode Magnetisasi Reversal Pada Suhu Ruang Didalam bagian ini, pengaruh beberapa parameter fisis magnetik yaitu K^, 4πM S dan ΔE terhadap besarnya H swt pada suhu ruang (298 K) dievaluasi dengan memvariasi nilai K^ dan 4πM S. Nilai K^ diambil dari erg/cc hingga erg/cc untuk nilai 4πM S konstan sebesar 3 kg dan nilai 4πM S diambil dari 2.1 kg hingga 3 kg untuk nilai K^ dijaga konstan sebesar erg/cc. Mula-mula bahan magnetik berada pada keadaan termagnetisasi jenuh arah positif. Dengan pemberian medan pengimbas H w kearah negatif yang besarnya meningkat secara linear dari 0 hingga 20 koe selama 2.5 ns pada suhu 298 K, maka bahan tepat akan mengalami reversal waktu tertentu yang bersesuaian dengan perbandingan antara magnetisasi dalam arah sumbu-x dengan saturasi magnetik M easy /M sat = 0. Skema simulasi mode magnetisasi reversal pada suhu ruang diilustrasikan pada Gambar 3.2.

39 digilib.uns.ac.id 34 T w 298 K H w (T) t (ns) 2.5 t (ns) Gambar 3.2. Skema simulasi mode magnetisasi reversal pada suhu ruang. 2. Efek Panas terhadap Magnetisasi Dalam bagian ini, efek panas pada mode magnetisasi reversal berbantukan panas dievaluasi dengan memperbandingkan pola perubahan energi barrier dan pola magnetisasi reversal untuk empat model yang berbeda, yaitu model A, B, C dan D. Model A yaitu proses magnetisasi dengan meniadakan adanya pengaruh suhu terhadap susunan magnetisasi awal dan medan efektif H eff. Untuk model B yaitu proses magnetisasi dengan memperhitungkan efek fluktuasi kondisi awal magnetisasi akibat panas dengan suhu penulisan atau writing temperature,t w, sebesar 300 K, 360 dan 372 K. T w adalah suhu yang dipergunakan untuk proses penulisan informasi. Sedangkan model C yaitu proses magnetisasi dengan memperhitungkan efek fluktuasi H eff akibat panas dengan T w sebesar 300 K, 360 dan 372 K. Dan model D yaitu proses magnetisasi dengan memperhitungkan efek fluktuasi akibat panas pada keduanya, yaitu pada susunan magnetisasi awal dan

40 digilib.uns.ac.id 35 medan efektif H eff dengan T w sebesar 300 K, 360 dan 372 K. Dalam simulasi ini, energi barrier didefinisikan sebagai selisih energi antara level energi maksimum dengan level energi minimum. Dan medan magnet pengimbas (H w ) minimum yang diperlukan untuk melompati energi barier ini agarmagnetisasi membalik ke arah H w didefinisikan sebagai medan switching H swt. Besaran-besaran fisika yang diambil didalam simulasi ini antara lain K^ = erg/cc, 4πM S = 2.1 kg selang waktu 0,25 ns. 3. Mode Mode Magnetisasi Reversal pada Suhu Tinggi (Skema Curie Point Writing) Untuk memahami mode magnetisasi reversal pada suhu tinggi, nanodot dipanaskan hingga mendekati T c dan kemudian didinginkan hingga menuju suhu ruang T R dalam waktu 2.5 ns untuk beberapa nilai H w yang berbeda seperti diilustrasikan pada Gambar 3.3. Oleh karena perhitungan didalam bagian ini melibatkan suhu tinggi yang mengakibatkan efek fluktuasi akibat panas terhadap susunan magnetisasi awal dan H eff, maka untuk mendapatkan probabilitas reversal, perhitungan dilakukan dengan 50 bilangan random yang berbeda. H w dengan nilai probabiltas reversal sama dengan 1 disebut dengan medan threshold (H th ).

41 digilib.uns.ac.id 36 H H w T w 2.5 t (ns) T c T R 2.5 t (ns) Gambar 3.3. Skema Curie Point Writing. 4. Skema Penulisan dengan Pulsa Ganda (Skema Double Pulse Writing) Pada bagian keempat ini, mode magnetisasi reversal berbatukan panas dievaluasi secara lengkap dengan menggunakan skema double pulse writing yang ditunjukkan oleh Gambar 3.4. Skema ini terdiri dari pulsa medan penulisan (H w ) dengan lebar 4.75 ns dan pulsa pemanasan (T w ) dengan lebar 2.5 ns yang diberikan 0.7 ns setelah pulsa medan dikenakan. Dan untuk mengevaluasi efek fluktuasi akibat panas terhadap susunan magnetisasi awal dan H eff,, perhitungan dilakukan dengan 20 bilangan random yang berbeda.

42 digilib.uns.ac.id T w H w 360 H (Oe) T (K) t (ns) Gambar 3.4. Skema double pulse writing

43 digilib.uns.ac.id 38 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambar 4.1(a) menunjukkan mekanisme magnetisasi reversal pada suhu ruang. Mula-mula bahan magnetik berada pada keadaan termagnerisasi jenuh arah positif. Dengan pemberian medan luar sebesar 20 koe, maka bahan mengalami reversal setelah 0,7 ns yang bersesuaian dengan M easy /M sat = 0, dengan M easy adalah magnetisasi searah sumbu mudah dan M sat adalah magnetisasi saturasi. Definisi reversal ini akan digunakan selanjutnya dalam makalah ini. Sedangkan titik yang bersesuaian dengan nilai M easy /M sat = 0 disebut sebagai titik reversal/pembalikan. Didalam makalah ini, satuan energi dinyatakan dalam bentuk K B T (1 K B T = erg/k T w ) dan energi barrier ΔE didefinisikan sebagai selisih energi antara level energi maksimum dengan level energi minimum, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.1(b). Energi barrier ini memisahkan keadaan minimum satu dengan keadaan minimum yang lain. Didalam aplikasi memori dan hard disk, dua keadaan minimum ini berkaitan dengan magnetisasi yang orientasinya berkebalikan satu sama lain (berkebalikan medan pengimbas H w dan searah H w ). Dan untuk selanjutnya, H w minimum yang diperlukan untuk melompati ΔE ini agar magnetisasi membalik ke arah H w didefinisikan sebagai medan switching H swt. Mekanisme magnetisasi reversal di suhu ruang ini juga dapat diamati melalui visualisasi gambar mikromagnetik pada Gambar 4.2. Warna putih menunjukkan kondisi awal sebelum commit proses to user reversal yaitu berada pada kondisi 38

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkaman magnetik berbantukan panas atau Heat Assisted Magnetic

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkaman magnetik berbantukan panas atau Heat Assisted Magnetic BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkaman magnetik berbantukan panas atau Heat Assisted Magnetic Recording (HAMR) merupakan kata kunci untuk merealisasikan perekam magnetis berkapasitas ultra

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Ilustrasi struktur MTJ (tanpa skala) dengan arah lapisan magentisasi (Ali, 2013)

Gambar 1.1 Ilustrasi struktur MTJ (tanpa skala) dengan arah lapisan magentisasi (Ali, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan tentang spintronik memberikan paradigma baru dalam teknologi modern saat ini. Elektron yang semula hanya dipandang sebagai muatannya saja,

Lebih terperinci

Simulasi Mikromagnetik dari Proses Switching dalam Nano Dot Permalloy Magnetik

Simulasi Mikromagnetik dari Proses Switching dalam Nano Dot Permalloy Magnetik Simulasi Mikromagnetik dari Proses Switching dalam Nano Dot Permalloy Magnetik F Rohmah, Utari, B Purnama Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

ABSTRACT STUDY OF THE EFFECT OF DIMENSION AND GEOMETRIC TOWARD MAGNETIC DOMAIN WALL PROPAGATION ON PERMALLOY THIN LAYER ( )

ABSTRACT STUDY OF THE EFFECT OF DIMENSION AND GEOMETRIC TOWARD MAGNETIC DOMAIN WALL PROPAGATION ON PERMALLOY THIN LAYER ( ) ABSTRACT STUDY OF THE EFFECT OF DIMENSION AND GEOMETRIC TOWARD MAGNETIC DOMAIN WALL PROPAGATION ON PERMALLOY THIN LAYER ( ) By Anisa Indriawati 12/336436/PPA/3796 Research of magnetic domain wall propagation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Material Giant-Magnetoresistance (GMR) merupakan material yang sedang dikembangkan di berbagai negara. GMR pertama kali diselidiki oleh Baibich dkk (1988) dalam struktur

Lebih terperinci

Kajian Simulasi Mikromagnetik Ketergantungan Tipe-nukleasi Magnetisasi Reversal terhadap Waktu pada Nano Dot Permalloy

Kajian Simulasi Mikromagnetik Ketergantungan Tipe-nukleasi Magnetisasi Reversal terhadap Waktu pada Nano Dot Permalloy ISSN:2089 0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2012) Vol.2 No.2 halaman 164 Oktober 2012 Kajian Simulasi Mikromagnetik Ketergantungan Tipe-nukleasi Magnetisasi Reversal terhadap Waktu pada Nano

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sensor magnetik berbasis teknologi Giant Magnetoresistance (GMR) pada saat ini menarik minat banyak peneliti. Hal ini dikarenakan material GMR memiliki

Lebih terperinci

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1]

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1] BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Momen Magnet Sifat magnetik makroskopik dari material adalah akibat dari momen momen magnet yang berkaitan dengan elektron-elektron individual. Setiap elektron dalam atom mempunyai

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. DINAMIKA DOMAIN WALL DAN EFEK ANISOTROPI PADA MATERIAL FERROMAGNET Co DAN Ni BERBENTUK NANOWIRE TESIS MARDONA

UNIVERSITAS INDONESIA. DINAMIKA DOMAIN WALL DAN EFEK ANISOTROPI PADA MATERIAL FERROMAGNET Co DAN Ni BERBENTUK NANOWIRE TESIS MARDONA UNIVERSITAS INDONESIA DINAMIKA DOMAIN WALL DAN EFEK ANISOTROPI PADA MATERIAL FERROMAGNET Co DAN Ni BERBENTUK NANOWIRE TESIS MARDONA 1006786820 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PASCA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena optik dapat mendeskripsikan sifat medium dalam interaksinya dengan gelombang elekromagnetik. Hal tersebut ditentukan oleh beberapa parameter optik, yaitu indeks

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. A. Kemagnetan Bahan. Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet. seperti terlihat pada Gambar 2.

BAB II DASAR TEORI. A. Kemagnetan Bahan. Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet. seperti terlihat pada Gambar 2. BAB II DASAR TEORI A. Kemagnetan Bahan Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet seperti terlihat pada Gambar 2. Gambar 2: Diagram pengelompokan bahan magnet (Stancil &

Lebih terperinci

Bahan Listrik. Bahan Magnet

Bahan Listrik. Bahan Magnet Bahan Listrik Bahan Magnet Sejarah Magnet Kata magnet berasal dari bahasa yunani magnitis lithos yang berarti batu magnesia. Magnesia adalah nama sebuah wilayah di Yunani pada masa lalu yang kini bernama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan dunia industri saat ini dan masa yang akan datang menekankan pada peningkatan sistem otomatisasi, keamanan, kenyamanan akan sangat bergantung pada suatu

Lebih terperinci

Elektron Bebas. 1. Teori Drude Tentang Elektron Dalam Logam

Elektron Bebas. 1. Teori Drude Tentang Elektron Dalam Logam Elektron Bebas Beberapa teori tentang panas jenis zat padat yang telah dibahas dapat dengan baik menjelaskan sifat-sfat panas jenis zat padat yang tergolong non logam, akan tetapi untuk golongan logam

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini peran nanoteknologi begitu penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan kehidupan manusia. Nanoteknologi merupakan bidang

Lebih terperinci

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK INDUKSI ELEKTROMAGNETIK Hukum Faraday Persamaan Maxwell Keempat (Terakhir) Induksi Elektromagnetik Animasi 8.1 Fluks Magnet yang Menembus Loop Analog dengan Fluks Listrik (Hukum Gauss) (1) B Uniform (2)

Lebih terperinci

STUDI MAGNETISASI PADA SISTEM SPIN MENGGUNAKAN MODEL ISING 2D

STUDI MAGNETISASI PADA SISTEM SPIN MENGGUNAKAN MODEL ISING 2D STUDI MAGNETISASI PADA SISTEM SPIN MENGGUNAKAN MODEL ISING 2D Dwi Septiani *), Bambang Heru Iswanto, dan Iwan Sugihartono 1 Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Jakarta, Jln. Pemuda No. 10 Rawamangun,

Lebih terperinci

BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar

BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar 2.1.1 Momen Magnet Arus yang mengalir pada suatu kawat yang lurus akan menghasilkan medan magnet yang melingkar di sekitar kawat, dan apabila kawat tersebut dilingkarkan

Lebih terperinci

ketebalan lapisan Cromium (Cr) sebagai lapisan coupling dengan menggunakan metode Current in line with Plane (CIP). Penelitian di bidang lapisan

ketebalan lapisan Cromium (Cr) sebagai lapisan coupling dengan menggunakan metode Current in line with Plane (CIP). Penelitian di bidang lapisan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi memungkinkan pengembangan instrumen yang murah, berkualitas dan otomatis. Salah satu jenis instrumen yang akhir-akhir ini menarik untuk dikembangkan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS

OPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS OPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS HALLEYNA WIDYASARI halleynawidyasari@gmail.com Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Mata Kuliah Arsitektur Komputer Program Studi Sistem Informasi 2013/2014 STMIK Dumai -- Materi 04 --

Mata Kuliah Arsitektur Komputer Program Studi Sistem Informasi 2013/2014 STMIK Dumai -- Materi 04 -- Mata Kuliah Arsitektur Komputer Program Studi Sistem Informasi 2013/2014 STMIK Dumai -- Materi 04 -- This presentation is revised by @hazlindaaziz, STMIK, 2014 Acknowledgement Main Material: Stallings,

Lebih terperinci

TOPIK 8. Medan Magnetik. Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si.

TOPIK 8. Medan Magnetik. Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si. TOPIK 8 Medan Magnetik Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si. ikhsan_s@ugm.ac.id Pencetak sidik jari magnetik. Medan Magnetik Medan dan Gaya Megnetik Gaya Magnetik pada Konduktor Berarus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanopartikel magnetik adalah partikel yang bersifat magnetik, berukuran dalam kisaran 1 nm sampai 100 nm. Ukuran partikel dalam skala nanometer hingga mikrometer identik

Lebih terperinci

SIMAK UI Fisika

SIMAK UI Fisika SIMAK UI 2016 - Fisika Soal Halaman 1 01. Fluida masuk melalui pipa berdiameter 20 mm yang memiliki cabang dua pipa berdiameter 10 mm dan 15 mm. Pipa 15 mm memiliki cabang lagi dua pipa berdiameter 8 mm.

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran

Lebih terperinci

Copyright all right reserved

Copyright  all right reserved Latihan Soal UN SMA / MA 2011 Program IPA Mata Ujian : Fisika Jumlah Soal : 20 1. Gas helium (A r = gram/mol) sebanyak 20 gram dan bersuhu 27 C berada dalam wadah yang volumenya 1,25 liter. Jika tetapan

Lebih terperinci

ANALISIS LANJUTAN. Tingkat Energi & Orbit Elektron. Pita Energi Semikonduktor Intrinsik. Pita Energi Pada Semikonduktor Ter-Doping

ANALISIS LANJUTAN. Tingkat Energi & Orbit Elektron. Pita Energi Semikonduktor Intrinsik. Pita Energi Pada Semikonduktor Ter-Doping Tingkat Energi & Orbit Elektron ANALISIS LANJUTAN Pita Energi Semikonduktor Intrinsik Pita Energi Pada Semikonduktor Ter-Doping Elektronika 1 23 Irwan Arifin 2004 P-N Junction Elektronika 1 24 Irwan Arifin

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013 Soal-Jawab Fisika Teori OSN 0 andung, 4 September 0. (7 poin) Dua manik-manik masing-masing bermassa m dan dianggap benda titik terletak di atas lingkaran kawat licin bermassa M dan berjari-jari. Kawat

Lebih terperinci

BAB 20. KEMAGNETAN Magnet dan Medan Magnet Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet

BAB 20. KEMAGNETAN Magnet dan Medan Magnet Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet DAFTAR ISI DAFTAR ISI...1 BAB 20. KEMAGNETAN...2 20.1 Magnet dan Medan Magnet...2 20.2 Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet...2 20.3 Gaya Magnet...4 20.4 Hukum Ampere...9 20.5 Efek Hall...13 20.6 Quis

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII

SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII 1. Tumbukan dan peluruhan partikel relativistik Bagian A. Proton dan antiproton Sebuah antiproton dengan energi kinetik = 1,00 GeV menabrak proton

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES Nama Kelompok: 1. Diah Ayu Suci Kinasih (24040115130099) 2. Alfiyan Hernowo (24040115140114) Mata Kuliah Dosen Pengampu : Ilmu Material Umum : Dr.

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Vetran Republik Indonesia

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Vetran Republik Indonesia Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Vetran Republik Indonesia Sub Pokok Bahasan : Magnet Bumi Medan Magnet Luar Akuisisi dan Reduksi Data Pengolahan Data MetodaInterpretasi Metode Geomagnetik didasarkan

Lebih terperinci

UM UGM 2017 Fisika. Soal

UM UGM 2017 Fisika. Soal UM UGM 07 Fisika Soal Doc. Name: UMUGM07FIS999 Version: 07- Halaman 0. Pada planet A yang berbentuk bola dibuat terowongan lurus dari permukaan planet A yang menembus pusat planet dan berujung di permukaan

Lebih terperinci

DAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s)

DAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s) DAFTAR SIMBOL n κ α R μ m χ m c v F L q E B v F Ω ħ ω p K s k f α, β s-s V χ (0) : indeks bias : koefisien ekstinsi : koefisien absorpsi : reflektivitas : permeabilitas magnetik : suseptibilitas magnetik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak penelitian dalam fisika material mampat mengenai semikonduktor yang difokuskan untuk aplikasi dalam bentuk divais spintronik, dimana spin elektron

Lebih terperinci

SIMULASI MIKROMAGNETIK MAGNETISASI REVERSAL PADA NANO-PARTIKEL MAGNETIK PERMALLOY

SIMULASI MIKROMAGNETIK MAGNETISASI REVERSAL PADA NANO-PARTIKEL MAGNETIK PERMALLOY SIMULASI MIKROMAGNETIK MAGNETISASI REVERSAL PADA NANO-PARTIKEL MAGNETIK PERMALLOY Disusun Oleh : SHIBGHATULLAH MUHAMMADY M0209050 SKRIPSI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nanoteknologi terus mengalami perkembangan dengan semakin besar manfaat yang dapat dihasilkan seperti untuk kepentingan medis (pengembangan peralatan baru untuk

Lebih terperinci

Bab III INTERAKSI GALAKSI

Bab III INTERAKSI GALAKSI Bab III INTERAKSI GALAKSI III.1 Proses Dinamik Selama Interaksi Interaksi merupakan sebuah proses saling mempengaruhi yang terjadi antara dua atau lebih obyek. Obyek-obyek yang saling berinteraksi dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron PENDAHUUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron bebas dalam satu dimensi dan elektron bebas dalam tiga dimensi. Oleh karena itu, sebelum mempelajari modul

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

DASAR PENGUKURAN LISTRIK DASAR PENGUKURAN LISTRIK OUTLINE 1. Objektif 2. Teori 3. Contoh 4. Simpulan Objektif Teori Contoh Simpulan Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu: Menjelaskan dengan benar mengenai energi panas dan temperatur.

Lebih terperinci

Magnet Rudi Susanto 1

Magnet Rudi Susanto 1 Magnet Rudi Susanto 1 MAGNET Sifat kemagnetan telah dikenal ribuan tahun yang lalu ketika ditemukan sejenis batu yang dapat menarik besi Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, orang telah dapat

Lebih terperinci

Dualisme Partikel Gelombang

Dualisme Partikel Gelombang Dualisme Partikel Gelombang Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung agussuroso10.wordpress.com, agussuroso@fi.itb.ac.id 19 April 017 Pada pekan ke-10 kuliah

Lebih terperinci

Media Penyimpanan 1. SSD

Media Penyimpanan 1. SSD Nama : Dennis Feliawan Aji NIM : 14111084 Prodi : Teknik Informatika Media Penyimpanan 1. SSD Solid State Drive (SSD) adalah inovasi terbaru dari penyimpanan data setelah hardisk. Solidstate drive (SSD)

Lebih terperinci

Bagian 4 Karakteristik Junction Dioda

Bagian 4 Karakteristik Junction Dioda Bagian 4 Karakteristik Junction Dioda Junction Diode Switching Times Pada saat keadaan dioda berubah dari kondisi reverse-biased ke kondisi forward-biased, terdapat transien (proses peralihan) pada respon

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. dibuat melingkar (loop) dengan luasan sebesar da, maka arus I dalam luasan yang

BAB II DASAR TEORI. dibuat melingkar (loop) dengan luasan sebesar da, maka arus I dalam luasan yang BAB II DASAR TEORI A. Momen Magnet Di sekitar kawat berarus listrik terdapat medan magnet. Jika kawat tersebut dibuat melingkar (loop) dengan luasan sebesar da, maka arus I dalam luasan yang ditutup loop

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini banyak dikembangkan penelitian tentang nanopartikel spinel ferrit. Hal ini dikarenakan bidang aplikasinya yang sangat luas yaitu dalam sistem penyimpanan

Lebih terperinci

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R DOKUMEN ASaFN. Sebuah uang logam diukur ketebalannya dengan menggunakan jangka sorong dan hasilnya terlihat seperti pada gambar dibawah. Ketebalan uang tersebut adalah... A. 0,0 cm B. 0, cm C. 0, cm D.

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH INTI KOIL TERHADAP MEDAN MAGNETIK DAN MUATAN PADA KAPASITOR DALAM RANGKAIAN SERI LC. Sri Wahyuni *, Erwin, Salomo

ANALISA PENGARUH INTI KOIL TERHADAP MEDAN MAGNETIK DAN MUATAN PADA KAPASITOR DALAM RANGKAIAN SERI LC. Sri Wahyuni *, Erwin, Salomo ANALISA PENGARUH INTI KOIL TERHADAP MEDAN MAGNETIK DAN MUATAN PADA KAPASITOR DALAM RANGKAIAN SERI LC Sri Wahyuni *, Erwin, Salomo Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Momen Magnetik dan Magnetisasi Secara makroskopis, magnetisasi adalah respon bahan magnetik terhadap medan magnet luar. Secara mikroskopis, magnetisasi suatu bahan pada dasarnya

Lebih terperinci

Getaran Dalam Zat Padat BAB I PENDAHULUAN

Getaran Dalam Zat Padat BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Getaran atom dalam zat padat dapat disebabkan oleh gelombang yang merambat pada Kristal. Ditinjau dari panjang gelombang yang digelombang yang digunakan dan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN iii PERNYATAAN iv PRAKATA v DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR TABEL xiii INTISARI xiv ABSTRACT xv BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Gelombang di Dalam Domain Komputasi Teknis penelitian yang dilakukan dalam menguji disain sensor ini adalah dengan cara menembakkan struktur sensor yang telah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010 PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 200 Mata Pelajaran : Fisika Kelas : XII IPA Alokasi Waktu : 20 menit

Lebih terperinci

BAB III SISTEM DAN PERSAMAAN KEADAAN

BAB III SISTEM DAN PERSAMAAN KEADAAN BAB III SISTEM DAN PERSAMAAN KEADAAN 3.1 Keadaan keseimbangan dan persamaannya 3.2 Perubahan infinit pada keadaan keseimbangan 3.3 Mencari persamaan keadaan 3.1 KEADAAN KESEIMBANGAN DAN PERSAMAANNYA Keadaan

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : FISIKA

Mata Pelajaran : FISIKA Mata Pelajaran : FISIKA Kelas/ Program : XII IPA Waktu : 90 menit Petunjuk Pilihlah jawaban yang dianggap paling benar pada lembar jawaban yang tersedia (LJK)! 1. Hasil pengukuran tebal meja menggunakan

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1996

Fisika EBTANAS Tahun 1996 Fisika EBTANAS Tahun 1996 EBTANAS-96-01 Di bawah ini yang merupakan kelompok besaran turunan A. momentum, waktu, kuat arus B. kecepatan, usaha, massa C. energi, usaha, waktu putar D. waktu putar, panjang,

Lebih terperinci

Materi Pembinaan. Terdapat dua jenis muatan listrik: muatan positif dan muatan negatif. Besar gaya antara dua muatan diberikan oleh hukum Coulomb:

Materi Pembinaan. Terdapat dua jenis muatan listrik: muatan positif dan muatan negatif. Besar gaya antara dua muatan diberikan oleh hukum Coulomb: Materi Pembinaan Draft Materi Pembinaan Teori Singkat Contoh Soal Soal-soal 1. Kemampuan Matematika/dimensi 2. Pengukuran 3. Kinematika 4. Dinamika 5. Dinamila Rotasi 6. Osilasi 7. Gravitasi (Provinsi)

Lebih terperinci

BAB VII NUCLEAR MAGNETIC RESONANCE (RESONANSI

BAB VII NUCLEAR MAGNETIC RESONANCE (RESONANSI BAB VII NUCLEAR MAGNETIC RESONANCE (RESONANSI INTl MAGNIT) 1. Pendahuluan Pada tahun 1945, dua group saijana fisika Purcell, Tony dan Pound (Harvard University) dan Bloch, Hansen dan Packard (Stanford

Lebih terperinci

In te rn al Me m ori

In te rn al Me m ori Organisasi Komputer In te rn al Me m ori STMIK-AUB SURAKARTA Pertemuan ke 6 Memori Tujuan 1. Menjelaskan tentang memori utama komputer 2. Menjelaskan tipe dari memori, waktu dan pengontrolan 2 1 Memori?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini terlihat dari banyaknya komponen semikonduktor yang digunakan disetiap kegiatan manusia.

Lebih terperinci

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121 SBMPTN 017 Fisika Soal SBMPTN 017 - Fisika - Kode Soal 11 Halaman 1 01. 5 Ketinggian (m) 0 15 10 5 0 0 1 3 5 6 Waktu (s) Sebuah batu dilempar ke atas dengan kecepatan awal tertentu. Posisi batu setiap

Lebih terperinci

MODEL ATOM MEKANIKA KUANTUM UNTUK ATOM BERELEKTRON BANYAK

MODEL ATOM MEKANIKA KUANTUM UNTUK ATOM BERELEKTRON BANYAK MODE ATOM MEKANIKA KUANTUM UNTUK ATOM BEREEKTRON BANYAK Pada materi Struktur Atom Hidrogen suda kita pelajari tentang Teori Atom Bor, dimana lintasan elektron pada atom Hidrogen berbentuk lingkaran. Namun

Lebih terperinci

Inti Atom dan Penyusunnya. Sulistyani, M.Si.

Inti Atom dan Penyusunnya. Sulistyani, M.Si. Inti Atom dan Penyusunnya Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Eksperimen Marsden dan Geiger Pendahuluan Teori tentang atom pertama kali dikemukakan oleh Dalton bahwa atom bagian terkecil dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bandpass Filter Filter merupakan blok yang sangat penting di dalam sistem komunikasi radio, karena filter menyaring dan melewatkan sinyal yang diinginkan dan meredam sinyal yang

Lebih terperinci

STRUKTUR ATOM. Perkembangan Teori Atom

STRUKTUR ATOM. Perkembangan Teori Atom STRUKTUR ATOM Perkembangan Teori Atom 400 SM filsuf Yunani Demokritus materi terdiri dari beragam jenis partikel kecil 400 SM dan memiliki sifat dari materi yang ditentukan sifat partikel tersebut Dalton

Lebih terperinci

BAB FISIKA ATOM. a) Tetes minyak diam di antara pasangan keping sejajar karena berat minyak mg seimbang dengan gaya listrik qe.

BAB FISIKA ATOM. a) Tetes minyak diam di antara pasangan keping sejajar karena berat minyak mg seimbang dengan gaya listrik qe. BAB FISIKA ATOM Contoh 9. Hitungan mengenai percobaan Milikan. Sebuah tetes minyak yang beratnya,9-4 N diam di antara pasangan keping sejajar yang kuat medan listriknya 4, 4 N/C. a) Berapa besar muatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

KEMAGNETAN. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-8

KEMAGNETAN. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-8 MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-122 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-8 CAKUPAN MATERI 1. MAGNET 2. FLUKS MAGNETIK 3. GAYA MAGNET PADA SEBUAH ARUS 4. MUATAN SIRKULASI 5. EFEK HALL

Lebih terperinci

Menu hari ini: Induktansi & Energi Magnetik Material Magnet

Menu hari ini: Induktansi & Energi Magnetik Material Magnet Induktans Menu hari ini: Induktansi & Energi Magnetik Material Magnet 2 Hukum Faraday tentang Induksi Perubahan fluks magnet menginduksi GGL Lenz: Induksi melawan perubahan 3 Cara untuk Menginduksi GGL

Lebih terperinci

HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI

HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Kuantum Dosen Pengampu: Drs. Ngurah Made Darma Putra, M.Si., PhD Disusun oleh kelompok 8:.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan nanoteknologi telah mendapat perhatian besar dari para ilmuwan dan peneliti. Nanoteknologi secara umum dapat didefinisikan sebagai teknologi perancangan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti nanowire, nanotube, nanosheet, dsb. tidak terlepas dari peranan penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti nanowire, nanotube, nanosheet, dsb. tidak terlepas dari peranan penting BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sebagaimana yang telah dipaparkan pada latar belakang, material nano seperti nanowire, nanotube, nanosheet, dsb. tidak terlepas dari peranan penting katalis yang berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah dan Pengenalan Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 1821 oleh seorang ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah

Lebih terperinci

MATERI II TINGKAT TENAGA DAN PITA TENAGA

MATERI II TINGKAT TENAGA DAN PITA TENAGA MATERI II TINGKAT TENAGA DAN PITA TENAGA A. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa memahami konsep tingkat tenaga dan pita tenaga untuk menerangkan perbedaan daya hantar listrik.. Tujuan Khusus a. Mahasiswa dapat

Lebih terperinci

I. Pendahuluan Listrik Magnet Listrik berkaitan dengan teknologi modern: komputer, motor dsb. Bukan hanya itu

I. Pendahuluan Listrik Magnet Listrik berkaitan dengan teknologi modern: komputer, motor dsb. Bukan hanya itu I. Pendahuluan Listrik Magnet Listrik berkaitan dengan teknologi modern: komputer, motor dsb. Bukan hanya itu 1 Muatan Listrik Contoh klassik: Penggaris digosok-gosok pada kain kering tarik-menarik dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

KAJIAN EFEK MAGNETOIMPEDANSI FREKUENSI RENDAH PADA MULTI LAPISAN [Ni 80Fe 20/Cu] N KAWAT Cu HASIL ELEKTRODEPOSISI TESIS

KAJIAN EFEK MAGNETOIMPEDANSI FREKUENSI RENDAH PADA MULTI LAPISAN [Ni 80Fe 20/Cu] N KAWAT Cu HASIL ELEKTRODEPOSISI TESIS KAJIAN EFEK MAGNETOIMPEDANSI FREKUENSI RENDAH PADA MULTI LAPISAN [Ni 80Fe 20/Cu] N KAWAT Cu HASIL ELEKTRODEPOSISI TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi

Lebih terperinci

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD.

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD. BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET Hani Nurbiantoro Santosa, PhD hanisantosa@gmail.com 2 BAB 1 PENDAHULUAN Atom, Interaksi Fundamental, Syarat Matematika, Syarat Fisika, Muatan Listrik, Gaya Listrik, Pengertian

Lebih terperinci

Studi Mikromagnetik Dinamika Domain Wall pada Material Permalloy Berbentuk Nanowire dengan Injeksi Arus Terpolarisasi

Studi Mikromagnetik Dinamika Domain Wall pada Material Permalloy Berbentuk Nanowire dengan Injeksi Arus Terpolarisasi Studi Mikromagnetik Dinamika Domain Wall pada Material Permalloy Berbentuk Nanowire dengan Injeksi Arus Terpolarisasi Christianto 1 dan Dede Djuhana 2 1. Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

2-1. Apa itu Komputer?? HARDWARE 1 PERANGKAT SISTEM KOMPUTER. Erwin Harahap

2-1. Apa itu Komputer?? HARDWARE 1 PERANGKAT SISTEM KOMPUTER. Erwin Harahap Erwin Harahap erwin2h@yahoo.com http://erwin2h.wordpress.com 2-1 ORGANISASI SISTEM KOMPUTER HARDWARE 1 PERANGKAT SISTEM KOMPUTER Disampaikan pada perkuliahan pertama Organisasi Sistem Komputer Jurusan

Lebih terperinci

MEDIA PENYIMPANAN BERKAS STRUKTUR & ORGANISASI DATA 1

MEDIA PENYIMPANAN BERKAS STRUKTUR & ORGANISASI DATA 1 MEDIA PENYIMPANAN BERKAS STRUKTUR & ORGANISASI DATA 1 Pendahuluan MEDIA PENYIMPANAN adalah peralatan fisik yang menyimpan representasi data. Media penyimpanan / storage atau memori dapat dibedakan atas

Lebih terperinci

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menambah informasi dan referensi mengenai interaksi nukleon-nukleon

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menambah informasi dan referensi mengenai interaksi nukleon-nukleon F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menambah informasi dan referensi mengenai interaksi nukleon-nukleon di dalam inti atom yang menggunakan potensial Yukawa. 2. Dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

MAKALAH PITA ENERGI. Di susun oleh, Pradita Ajeng Wiguna ( ) Rombel 1. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika dan Teknologi Semikonduktor

MAKALAH PITA ENERGI. Di susun oleh, Pradita Ajeng Wiguna ( ) Rombel 1. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika dan Teknologi Semikonduktor MAKALAH PITA ENERGI Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika dan Teknologi Semikonduktor Di susun oleh, Pradita Ajeng Wiguna (4211412011) Rombel 1 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 1 Doc. Name: AR12FIS01UAS Version: 2016-09 halaman 1 01. Sebuah bola lampu yang berdaya 120 watt meradiasikan gelombang elektromagnetik ke segala arah dengan sama

Lebih terperinci

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM 02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM 2.1. Cacat Kristal Diperlukan berjuta-juta atom untuk membentuk satu kristal. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila terdapat cacat atau ketidakteraturan dalam tubuh kristal.

Lebih terperinci

D. (1) dan (3) E. (2)

D. (1) dan (3) E. (2) 1. Perhatikan gambar percobaan vektor gaya resultan dengan menggunakan 3 neraca pegas berikut ini : Yang sesuai dengan rumus vektor gaya resultan secara analisis adalah gambar... A. (1), (2) dan (3) B.

Lebih terperinci

ANALISIS ENERGI, FUNGSI GELOMBANG, DAN INFORMASI SHANNON ENTROPI PARTIKEL BERSPIN-NOL UNTUK POTENSIAL PӦSCHL-TELLER TRIGONOMETRI DAN KRATZER

ANALISIS ENERGI, FUNGSI GELOMBANG, DAN INFORMASI SHANNON ENTROPI PARTIKEL BERSPIN-NOL UNTUK POTENSIAL PӦSCHL-TELLER TRIGONOMETRI DAN KRATZER ANALISIS ENERGI, FUNGSI GELOMBANG, DAN INFORMASI SHANNON ENTROPI PARTIKEL BERSPIN-NOL UNTUK POTENSIAL PӦSCHL-TELLER TRIGONOMETRI DAN KRATZER HALAMAN JUDUL TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAGIAN 1 PITA ENERGI DALAM ZAT PADAT

BAGIAN 1 PITA ENERGI DALAM ZAT PADAT 1.1. Partikel bermuatan BAGIAN 1 PITA ENERGI DALAM ZAT PADAT - Muatan elektron : -1,6 x 10-19 C - Massa elektron : 9,11 x 10-31 kg - Jumlah elektron dalam setiap Coulomb sekitar 6 x 10 18 buah (resiprokal

Lebih terperinci

Theory Indonesian (Indonesia) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah.

Theory Indonesian (Indonesia) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah. Q3-1 Large Hadron Collider (10 poin) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah. Pada soal ini, kita akan mendiskusikan mengenai fisika dari

Lebih terperinci

Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern

Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern Pokok ahasan Medan Magnetik Abdul Waris Rizal Kurniadi Noitrian Sparisoma Viridi Topik Pengantar Gaya Magnetik Gaya Lorentz ubble Chamber Velocity

Lebih terperinci

Pengantar Memori dan Memori Internal

Pengantar Memori dan Memori Internal Arus Data dalam Komputer Pengantar Memori dan Media Penyimpan DMA Modul I/O Perangkat Eksternal Bagaimana program dijalankan Bagaimana program dijalankan Sistem Operasi - instruksi bhs assembly (mesin)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensial Coulomb untuk Partikel yang Bergerak Dalam bab ini, akan dikemukakan teori-teori yang mendukung penyelesaian pembahasan pengaruh koreksi relativistik potensial Coulomb

Lebih terperinci

d) Dipol magnet merupakan sebuah magnet dipol, akselerator partikel, magnet yang dibangun untuk menciptakan medan magnet homogen dari jarak tertentu.

d) Dipol magnet merupakan sebuah magnet dipol, akselerator partikel, magnet yang dibangun untuk menciptakan medan magnet homogen dari jarak tertentu. Tugas Perbaikan Mid Sifat Magnetik Batuan Soal : 1. Jelaskan tentang : a) Magnetisasi b) Permeabilitas Magnetic c) Suseptibilitas Magnetik d) Dipol Magnetik e) Suhu Curie f) Histeresis 2. Ceritakanlah

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

Setelah Anda mempelajari KB-1 di atas, simaklah dan hafalkan beberapa hal penting di. dapat dihitung sebagai beriktut: h δl l'

Setelah Anda mempelajari KB-1 di atas, simaklah dan hafalkan beberapa hal penting di. dapat dihitung sebagai beriktut: h δl l' Rangkuman: bawah ini! Setelah Anda mempelajari KB-1 di atas, simaklah dan hafalkan beberapa hal penting di 1. Elemen-elemen matrik L lm,l'm' = h l ( l +1) δ ll' L l m, l 'm' dapat dihitung sebagai beriktut:

Lebih terperinci