BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Momen Magnetik dan Magnetisasi Secara makroskopis, magnetisasi adalah respon bahan magnetik terhadap medan magnet luar. Secara mikroskopis, magnetisasi suatu bahan pada dasarnya berasal dari gerakan spin dan gerakan orbital elektron mengelilingi intinya. Dari gerakan ini akan menghasilkan momen magnetik spin dan momen magnetik orbital pada suatu elektron. Momen magnetik total suatu atom merupakan resultan dari dua momen magnetik tersebut. Momen magnetik atom pada bahan akan berpasangan satu sama lain, sejajar, berlawanan, atau tidak sejajar dan tidak berlawanan. Suatu momen magnetik atomik dapat berorientasi acak jika tidak ada interkasi antara satu dengan yang lain. (Wu, 2008). Penggambaran momen magnetik spin dan momen magnetik orbital dapat ditunjukkan pada Gambar 2.1(a) dan (b). (a) (b) Gambar 2.1. (a) Momen magnetik spin dan (b) momen magnetik orbital (Coey, 2009). Pada model atom klasik klasik dengan satu elektron bermassa m e dan bermuatan e yang berputar mengelilingi inti atom dengan periode τ pada luasan A, momen magnetik orbital didefinisikan dengan m o, yang dinyatakan pada persamaan (2.1) m o = A I (2.1) dengan I adalah arus listrik, untuk I = e / τ, diperoleh persamaan (2.2) 4

2 m o = e A / τ (2.2) Momentum sudut untuk satu elektron adalah p o = m e r 2 dϕ / dt, dengan m e adalah massa elektron dan r adalah jari-jari lintasan elektron mengelilingi inti atom. Luas area yang dilingkupi oleh gerak elektron dinyatakan dengan persamaan (2.3) A = (½) p o τ / m e (2.3) sehingga momen magnetik orbital m o untuk satu elektron dapat ditunjukkan dengan persamaan (2.4) m o = (e / 2m e ) p o (2.4) Momentum spin elektron p s menghasilkan momen magnetik spin m s yang dinyatakan dengan persamaan (2.5) m s = e p s / m e (2.5) dengan demikian momen magnetik total untuk satu elektron adalah jumlah dari momen magnetik orbital dan momen magnetik spin, dinyatakan dengan persamaan (2.6) m tot = m s + m o = (e / 2m e ) 2p s (e / 2m e ) p o (2.6) Dalam model mekanika kuantum, gerakan orbital elektron mengelilingi inti atom bersifat terkuantisasi. Momentum sudut diberikan dengan bilangan momentum sudut orbital l, sehingga untuk momentum sudut dituliskan dengan persamaan (2.7) p o = l ħ (2.7) 5

3 dengan l = 0, 1, 2, 3 (n-1) dan ħ = 1, Js. Untuk momentum spin diberikan dengan bilangan kuantum spin s. Dengan nilai s selalu ½ untuk satu elektron. Sehingga momentum spin elektron dinyatakan pada persamaan (2.8) p s = sħ (2.8) Momentum sudut total diberikan dengan bilangan kuantum j. Sehingga momentum total dinyatakan dengan persamaan (2.9) p j = j ħ = (l + s) ħ (2.9) Sesuai dengan model mekanika kuantum di atas, momen magnetik orbital dapat dituliskan dengan persamaan (2.10) m o = p = l (2.10) untuk bernilai 9, Am 2, dikenal dengan Bohr magneton, μ B. Sehingga momen magnetik orbital dapat dituliskan dengan persamaan (2.11) m o = μ l (2.11) Sedangkan untuk momen magnetik spin m s dituliskan dengan persamaan (2.12) m s = p = 2 s (2.12) m o = 2 μ s 6

4 Dengan demikian momen magnetik total pada suatu atom dengan satu elektron dapat dituliskan dengan persamaan (2.13) m tot = m o + m s = (μ l + 2 μ s) = (l + 2s) μ (2.13) Jika dalam suatu atom memiliki lebih dari satu elektron, maka untuk menentukan momen magnetik total mengikuti aturan Hund. Aturan ini mengidentifikasi state elektron yang mungkin terisi dan dapat digunakan untuk menghitung momen orbital L, momen spin S dan momen total J untuk suatu atom dari konfigurasi elektronnya dan kulit yang tidak terisi. Aturan Hund dapat diterapkan pada elektron dalam kulit partikel untuk menjelaskan keadaan dasar suatu atom. Tiga aturan berlaku untuk momen spin S, momen orbital L, dan momen total J untuk masing-masing atom. Elektron mengisi keadaan yang tersedia dengan mengikuti aturan berikut : 1. Total momen spin atomik maksimum yang diperbolehkan adalah S = Ʃ m s diperoleh tanpa melanggar prinsip larangan Pauli. 2. Total momen orbital maksimum L = Ʃ m l. 3. Jika kulit atom terisi kurang dari setengah penuh maka momen total J = L S, jika terisi lebih dari setengah penuh J = L + S. Ketika kulit tepat terisi setengah penuh L = 0 maka J = S. Hal ini berarti bahwa elektron akan mengisi suatu kulit atom dengan semua spin sejajar. Elektron tersebut juga akan mulai mengisi keadaan dengan momen orbital terbesar kemudian diikuti momen orbital yang lebih kecil, begitu seterusnya. Momen magnetik per satuan volume adalah perkalian antara jumlah atom per satuan volume n dengan momen magnetik m dari setiap molekul. Kondisi ini disebut dengan magnetisasi saturasi M s yang dirumuskan dengan M s = nm (2.14) 7

5 Pendekatan lain untuk memahami konsep tentang momen magnetik ini dapat digambarkan dengan sebuah magnet dengan kutub-kutub berkekuatan p terletak berdekatan satu sama lain terpisah sejauh l. Kemudian magnet tersebut diletakkan pada sudut θ terhadap suatu medan magnet seragam H. Sehingga torsi bekerja pada magnet untuk menyearahkan magnet agar sejajar dengan medan. Ilustrasi dari kondisi ini ditunjukkan oleh Gambar 2.2. F = ph H θ +p - p l 2 F = ph Gambar 2.2. Sebatang magnet yang berada pada medan magnet seragam (Cullity dan Graham, 2009) Total momen gaya pada gambar 2.2 dapat ditunjukkan pada persamaan (2.15) (ph sin θ) + (ph sin θ) = phl sin θ (2.15) Saat nilai H = 1 Oe dan θ = 90 o, besarnya momen gaya ditunjukkan pada persamaan (2.16) m = pl (2.16) dengan m adalah momen magnetik. Ini adalah momen gaya yang bekerja pada magnet yang ditempatkan pada medan magnet seragam sebesar 1 Oe. 8

6 Pada Gambar 2.2 batang magnet tersebut tidak sejajar dengan medan magnet, sehingga harus mempunyai suatu energi potensial Ep tertentu relatif terhadap posisi sejajar. Usaha yang dilakukan untuk memutar batang magnet melalui sudut sebesar dθ melawan medan ditunjukkan pada persamaan (2.17) de = 2(pH sin θ) dθ = mh sin θ dθ (2.17) Sehingga pada posisi θ = 90 o nilai energinya adalah nol. Sehingga persamaan energi potensial dapat ditunjukkan dengan persamaan (2.18) E = mh sin θ dθ = mh cos θ (2.18) Energi potensial Ep bernilai mh ketika magnet sejajar dengan medan luar, bernilai nol ketika membentuk sudut 90 o, dan bernilai + mh ketika magnet berada pada posisi sejajar dalam arah yang berlawanan. Momen magnetik m adalah sebuah vektor yang digambarkan dari kutub selatan ke kutub utara (Cullity dan Graham, 2009). Momen magnetik per satuan volume disebut dengan magnetisasi M. Hubungan antara momen mgnetik m dengan magnetisasi M ditunjukkan pada persamaan (2.19) M = m / V (2.19) Sebatang magnet dengan rapat fluks Φ di bagian pusat, panjang dipole l dan luas penampang A mempunyai momen magnetik m sebesar m = Φl/µ 0. Sehingga magnetisasi M sebesar M = m/al, sehingga hubungan antara magnetisasi M dengan medan magnet luar ditunjukkan pada persamaan (2.20) M = Φ/µ 0 A = B/µ 0 (2.20) Dalam kasus ini tidak ada arus listrik untuk menghasilkan medan magnet sehingga B = µ 0 M. Jika magnetisasi dan medan magnet keduanya muncul maka kontribusi keduanya dapat dijumlahkan (Jiles, 1998), ditunjukkan pada (2.21) B = H + 4πM (2.21) 9

7 B. Klasifikasi Bahan Magnetik Klasifikasi bahan magnetik dapat dikelompokkan berdasarkan suseptibilitas magnetiknya didefinisikan menurut persamaan (2.22) (Jiles, 1998) χ = M / H (2.22) Berdasar persamaan (2.22), bahan magnetik dapat dklasifikasi menjadi dimagnetik, paramagnetik, ferromagnetik, ferrimagnetik dan antiferromagnetik. Pada bahan diamagnetik, ketika tidak ada medan luar momen magnetiknya nol. Jika diberi pengaruh medan luar maka bahan tersebut akan menghasilkan momen magnetik dengan arah yang berlawanan. Jika medan luar diperbesar maka momen magnetik juga akan semakin besar dalam arah yang berlawanan. Menurut konsep suseptibilitas, bahan diamagnetik merupakan bahan yang memiliki suseptibilitas yang kecil dan negatif, χ Respon magnetiknya melawan medan magnetik luar yang menginduksinya. Pada bahan paramagnetik terdapat momen magnetik namun sangat lemah dan energi panas menyebabkan arah momen magnetik tersebut menjadi acak. Sehingga pada umumnya bahan paramagnetik tidak memiliki momen magnetik tanpa adanya medan luar yang mempengaruhi. Jika terdapat medan luar yang mempengaruhi maka momen magnetik akan memiliki arah yang sama dengan arah medan luar tersebut. Namun hanya sebagian kecil saja yang menjadi searah. Hal ini disebabkan karena pada bahan paramagnetik energi panas memiliki pengaruh yang relatif lebih besar daripada energi magnetik yang diberikan. Bahan paramagnetik memiliki suseptibilitas yang kecil dan positif, χ Bahan ferromagnetik memiliki magnetisasi spontan yang sangat kuat. Momen magnetik atom-atomnya saling mempengaruhi antara satu dengan lain meskipun tidak ada medan luar. Sehingga akan menghasilkan medan magnetik internal permanen yang sangat kuat. Bahan ferromagnetik memiliki suseptibilitas yang besar dan positif, χ Berdasarkan kemudahan untuk dimagnetisasi dan didemagnetisasi, bahan-bahan magnetik dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bahan softmagnetic dan hardmagnetic. Bahan softmagnetic adalah bahan-bahan magnetik yang mudah untuk dimagnetisasi dan didemagnetisasi. Sedangkan bahan hardmagnetic adalah bahan-bahan 10

8 magnetik yang sulit untuk dimagnetisasi dan didemagnetisasi (Cullity dan Graham, 2009). Karakteristik yang membedakan bahan softmagnetic dengan bahan hardmagnetic adalah permeabilitasnya yang tinggi. Hubungan antara permeabilitas bahan softmagnetik dengan medan magnetik mirip seperti hubungan antara konduktifitas logam dengan arus listrik (Coey, 2009). Secara metematis, permeabilitas magnetik µ menunjukkan rasio antara rapat fluks magnetik B dengan medan magnet H, ditunjukan oleh persamaan (2.23) (Cullity dan Graham, 2009) μ = B H (2.23) Jika dihubungkan dengan persamaan (2.21) dan (2.22), induksi magnet B dapat dinyatakan dengan B = (1 + 4π χ) H. Seingga permeabilitas dapat dinyatakan pula dengan persamaan (2.24) µ = (1 + 4π χ) (2.24) Karena memiliki permeabilitas yang tinggi inilah bahan softmagnetic menjadi kandidat kuat dalam penerapan untuk pembuatan sensor. Sensor magnetik dengan menggunakan bahan softmagnetic ini diyakini mampu mendeteksi medan magnet yang sangat kecil (~0,1 nt) (Liu et al,. 2009). Salah satu bahan softmagnetic yang sering digunakan adalah campuran nikelbesi (Ni-Fe) yang mengandung 50 80% Ni, yang secara luas dikenal dengan sebutan permalloy (Culity dan Graham, 2009). Secara umum, bahan yang dipilih untuk pembuatan sensor magnetik adalah bahan dengan resistivitas rendah, permeabilitas magnet tinggi, magnetisasi saturasi tinggi, dan parameter redaman yang rendah (Phan dan Peng, 2008). Pada bahan magnetik berbentuk kawat, permeabilitas bahan magnetik dipengaruhi oleh medan magnetik luar. Dengan memberikan medan magnetik luar yang tegak lurus dengan sumbu kawat dapat meningkatkan permeabilitas bahan magnetik berbentuk kawat. Hal ini disebabkan karena meningkatnya perpindahan dinding 11

9 domain (domain wall) atau proses magnetisasi dalam arah melingkar (Phan & Peng, 2008). Sebaliknya, dengan memberikan medan magnetik luar yang sejajar dengan sumbu kawat juga akan sedikit meningkatkan permeabilitas kawat ketika medan magnetik luar tersebut lebih kecil dari medan pembalik (switching field). Namun jika medan magnetik luar terlalu besar akan menurunkan permeabilitas bahan. C. Domain Magnetik dan Domain Wall Domain magnetik merupakan daerah dimana momen magnetik mempunyai orientasi atau arah yang sama (Coey, 2009). Dalam pembahasan tentang bahan magnetik, konsep domain ini sangat penting. Pemahaman mengenai domain ini bermula dari munculnya fenomena yang menunjukkan bahwa beberapa bahan menunjukkan magnetisasi spontan yang kuat meskipun dengan perlakuan medan luar yang kecil. Beberapa sifat magnetik yang kuat ditemukan karena adanya magnetisasi spontan. Mekanisme dibalik munculnya magnetisasi spontan ini pertama kali diutarakan oleh Pierre Weiss pada Dia mengasumsikan bahwa terdapat suatu medan efektif yang disebut medan molekular (molecular field). Medan molekular ini mencoba untuk menyearahkan arah spin tetangganya agar menjadi searah satu dengan yang lain. Selanjutnya, Heisenberg mengidentifikasi medan molekular ini sebagai efek pertukaran mekanika kuantum (quantum-mechanical exchange effect). Medan molekular ini sangat kuat sehingga dapat memagnetisasi material hingga jenuh meskipun tidak ada perlakuan medan luar. Setiap domain dapat termagnetisasi spontan hingga mencapai magnetisasi jenuh, namun jika arah magnetisasi setiap domain berbeda akan menyebabkan magnetisasi untuk keseluruhan daerah pada bahan magnetik tersebut menjadi nol (Yaying, 2003). Gambaran skematik domain magnetik ditunjukkan oleh Gambar 2.3 Domain magnetik Dinding magnetik Gambar 2.3. Gambaran skematik domain magnetik. 12

10 Struktur domain suatu bahan magnetik satu dengan yang lain berbeda-beda. Sehingga proses magnetisasi dan sifat kemagnetan bahan magnet juga berbeda-beda. Untuk bahan magnet berbentuk kawat terdapat dua model struktur domain magnetik. Struktur domain yang pertama adalah pada inti silindernya membujur (longitudinal easy axis) dan radial di bagian kulitnya. Struktur domain untuk jenis kawat ini ditunjukkan oleh Gambar 2.4. Gambar 2.4. Struktur domain magnetik membujur di bagian inti dan radial di bagian kulit (Phan dan Peng, 2008). Model struktur domain magnetik berikutnya adalah anisotropi di kulit luar melingkar sedangkan anisotropi di inti kawat tegak lurus dengan sumbu kawat. Struktur domain magnetik seperti ini ditunjukkan oleh Gambar 2.4. Struktur domain yang demikian ini juga berlaku untuk kawat hasil elektrodeposisi, namun bagian inti kawat adalah bahan konduktor non-magnetik (Phan dan Peng, 2008). Gambar 2.5. Struktur domain magnetik di bagian inti tegak lurus dan melingkar di bagian kulit (Phan dan Peng, 2008). Selain domain magnetik, juga terdapat domain yang merupakan hasil interaksi antar domain magnetik. Domain ini disebut dengan domain walls. Domain walls ini 13

11 juga muncul pada transisi arah spin up menjadi arah spin down dan kebanyakan perubahan magnetik di bawah pengaruh medan magnetik luar muncul pada domain walls, sehingga pemahaman tentang domain walls ini sangat penting untuk menggambarkan proses magnetisasi (Jiles, 1998). Domain walls dengan lebar W yang terletak diantara dua domain magnetik secara skematik ditunjukkan oleh Gambar 2.6. Gambar 2.6. Gambar skematik domain wall (Bloch Walls) (Jiles, 1998) D. Histeresis pada Ferromagnetik Histeresis menggambarkan proses magnetisasi reversal pada bahan magnetik dari kondisi awal yang tidak termagnetisasi kemudian diinduksi oleh medan magnetik luar sehingga membentuk kurva histeresis. Tipikal kurva histeresis untuk soft ferromagnetik dan hard ferromagnetic ditunjukkan oleh Gambar 2.7(a) dan 2.7(b). (a) (b) (1) (2) (3) (4) Gambar 2.7. Tipikal kurva histeresis (a) Soft ferromagnetic & (b) Hard ferromagnetik (Greiner, 1998). 14

12 Pada Gambar 2.7(b), mula-mula bahan magnetik dalam keadaan tidak termagnetisasi (H = 0, M = 0), kemudian diberi medan magnet pengimbas dengan kuat medan H yang ditingkatkan mengikuti garis putus-putus yang disebut dengan juvenile curve. Hal ini menyebabkan bahan magnetik mencapai kondisi saturasi (1). Kuat medan H yang menyebabkan bahan magnetik mencapai saturasi adalah M sat. Pada kondisi saturasi ini seluruh momen magnetik telah disearahkan sesuai dengan arah medan magnet pengimbas. Jika medan pengimbas tersebut kemudian diperkecil hingga nol, atau dengan kata lain medan pengimbas dihilangkan, masih terdapat medan sisa (magnetik remanen) pada bahan magnetik (2). Untuk menghilangkan medan sisa ini diperlukan medan magnet luar dengan kuat medan tertentu dengan arah yang berlawanan dengan arah semula, sehingga M = 0 (3). Jika medan magnet luar ini terus diperbesar, maka momen magnetik mulai berbalik arah dan akhirnya mencapai kondisi saturasi dengan arah yang berlawanan (4). Medan yang diperlukan untuk menghilangkan magnetisasi sisa dan membalik arah magnetisasi ini disebut dengan medan koersif (H c ). Sedangkan untuk bahan soft ferromagnetik tidak terdapat magnetik remanen dan medan koersifnya sangat kecil (Greiner, 1998). E. Medan Demagnetisasi (H d ) dan Faktor Demagnetisasi (N d ) Suatu medan magnet H dapat dihasilkan oleh arus listrik atau oleh kutub magnet. Jika medan magnet dihasilkan oleh arus listrik, maka garis-garis medan magnet kontinu dan membentuk loop tertutup. Namun jika medan magnet dihasilkan dari kutub magnet, maka garis-garis medan magnet keluar dari kutub utara menuju ke kutub selatan. Misal suatu sampel yang termagnetisasi oleh medan yang diaplikasikan dari kiri ke kanan dan kemudian medan tersebut dihilangkan, maka kutub utara akan terbentuk di ujung sebelah kanan dan kutub selatan terbentuk di ujung sebelah kiri. Sehingga medan magnet keluar secara radial dari kanan ke kiri. Medan tersebut merupakan medan yang berada di luar dan di dalam sampel yang termagnetisasi. Dengan demikian terdapat medan yang berlawanan dengan magnetisasi yang disebut dengan medan demagnetisasi. Medan demagnetisasi (H d ) bekerja dalam arah berlawanan dengan magnetisasi M yang menghasilkannya. Hubungan antara medan demagnetisasi dengan magnetisasi bahan ditunjukkan oleh persamaan (2.25) H d = N d M (2.25) 15

13 Dimana N d adalah faktor demagnetisasi atau koefisien demagnetisasi yang sangat bergantung pada bentuk geometri sampel. Nilai faktor demagnetisasi pada beberapa bentuk sampel ditunjukkan pada Tabel 2.1 Tabel 2.1. Faktor demagnetisasi pada beberapa bentuk geometri sampel (Jiles, 1998) Bentuk geometri Toroid Silinder panjang Silinder l/d = 20 Silinder l/d = 10 Silinder l/d = 8 Silinder l/d = 5 Silinder l/d = 1 Bola Faktor demagnetiasi N d 0 0 0, ,0172 0,02 0,040 0,27 0,33 Pada bahan berbentuk kawat, medan efektif H eff yang bekerja pada kawat merupakan penjumlahan dari medan luar yang diterapkan H app pada bahan dan medan demagnetisasi H d. Pernyataan ini dapat dituliskan dengan persamaan (2.26) (Vazquez, 2002) H eff = H app H d = H app N d M (2.26) dengan N d merupakan faktor demagnetisasi. Untuk bahan berbentuk kawat atau bentuk geometri silinder, faktor demagnetisasi N d pada silinder merupakan rasio antara panjang l dengan diameter d. Semakin besar rasio l/d maka semakin kecil faktor demagnetisasinya, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1. Untuk menghilangkan efek medan demagnetisasi ini diperlukan kawat yang cukup panjang. Namun untuk kawat yang pendek efek medan demagnetisasi secara substansial akan selalu muncul. F. Impedansi dan Magnetoimpedansi Nilai impedansi suatu bahan ditentukan berdasarkan persamaan (2.27) Z = R + X (2.27) 16

14 dengan R adalah resistansi dan X adalah reaktansi. Satuan impedansi adalah Ohm. Dengan demikian impedansi bergantung pada resistansi, reaktansi, dan frekuensi (karena reaktansi bergantung pada frekuensi) (Halliday dan Resnick, 2009). Sedangkan magnetoimpedansi adalah perubahan impedansi pada bahan magnetik yang dialiri arus AC karena pengaruh medan magnet luar (Cortes et al., 2015). Fenomena magnetoimpedansi ini secara grafis ditunjukkan pada Gambar 2.8. Gambar 2.8. Grafik magnetoimpedansi yang menunjukkan perubahan impedansi sebagai fungsi medan magnet luar (Phan dan Peng, 2008). Penentuan rasio magnetoimpedansi menggunakan persamaan (2.28) Z ( Z (%) Z H 0 Z Z H max H max ) 100% (2.28) dengan Z / Z (%) adalah rasio magnetoimpedansi, Z H0 adalah impedansi ketika tidak ada medan magnetik luar, dan Z Hmax adalah impedansi ketika medan magnet eksternal mencapai maksimum. Impedansi maksimum dicapai pada saat tidak ada medan magnet eksternal yang diaplikasikan pada bahan dan berangsur-angsur menurun dengan meningkatnya medan magnet luar (Uppili dan Daglen, 2013). Dalam perkembangan kajian tentang magnetoimpedansi ini disimpulkan bahwa magnetoimpedansi dipengaruhi oleh geometri sampel (Phan dan Peng, 2008), panjang 17

15 sampel (Vazquez et al., 2002), diameter sampel (Garcia et al., 2005), ketebalan sampel (Zhong et al., 2008) dan frekuensi arus AC yang mengalir pada sampel (Sinnecker et al., 2000). Untuk pengukuran magnetoimpedansi pada kawat konduktor magnetik ditunjukkan pada Gambar 2.9. Gambar 2.9. Skema pengukuran magnetoimpedansi pada kawat konduktor (Chaturvedi et al., 2010). Sesuai Gambar 2.9, impedansi Z pada konduktor magnetik diberikan sebagai rasio V ac / I ac, dimana I ac adalah ampiltudio arus AC yang melaui konduktor dan V ac adalah tegangan yang terukur diantara ujung-ujung konduktor. Sehingga untuk kawat konduktor magnetik dengan panjang l dan luas penampang q, impedansi Z dapat dinyatakan dengan persamaan (2.29) Z = = = R (2.29) dengan E adalah medan listrik, j adalah rapat arus dan R dc adalah hambatan dc. Sedangkan j adalah rata-rata nilai pada penampang q. Lebih lanjut, jika dikaitkan dengan keberadaan efek kulit (skin effect), perhitungan tentang impedansi untuk kawat konduktor magnetik berbentuk silinder secara khusus dinyatakan dengan persamaan (2.30) Z = R dc krj 0 (kr) / 2J 1 (kr) (2.30) 18

16 dengan R dc adalah hambatan dc, r adalah jari-jari kawat, dan k = (1 + j) / δ dengan j adalah bagian imaginer, J 0 dan J 1 merupakan fungsi Bessel orde 1, dan δ adalah kedalaman penetrasi pada suatu medium magnetik yang akan dijelaskan selanjutnya. G. Skin Depth Skin depth merupakan kedalaman di bawah permukaan kawat konduktor dimana nilai B atau H turun 37% dari nilainya di permukaan kawat (Culity & Graham, 2009). Pada bahan soft magnetic perubahan impedansi dipengaruhi oleh perubahan skin depth, dimana skin depth sendiri dipengaruhi oleh permeabilitas bahan magnetik yang ditunjukkan oleh persamaan (2.31) 1 f (2.31) dengan σ adalah konduktifitas bahan, µ adalah permeabilitas magnetik dan f adalah frekuensi arus AC (Mishra et al., 2011). Frekuensi arus AC pada kajian fenomena magnetoimpedansi ini dibagi menjadi tiga daerah, yaitu frekuensi rendah, sedang, dan tinggi. Daerah frekuensi rendah adalah di bawah 1 MHz (f 1 MHz). Pada rentang ini pengaruh skin depth sangat lemah. Perubahan impedansi pada bahan akibat adanya pengaruh medan magnet luar terutama dipengaruhi oleh induktansi bahan yang bersesuaian dengan permeabilitas circumferential untuk bahan berbentuk kawat. Daerah frekuensi sedang adalah 1 MHz hingga 1 GHz (1 MHz f < 1 GHz). Pada rentang ini magnetoimpedansi dapat mencapai puncak pada frekuensi 1 10 MHz sebagai konsekuensi dari kontribusi pergerakan domain wall dan rotasional magnetisasi. Penurunan magnetoimpedansi pada frekuensi yang lebih tinggi disebabkan karena munculnya arus eddy yang meredam pergerakan domain wall, sehingga hanya rotasional magnetisasi saja yang berkontribusi pada mganetoimpedansi. Daerah frekuensi tinggi adalah di atas 1 GHz (1GHz f ). Pada rentang frekuensi ini magnetoimpedansi dipengaruhi oleh efek gyromagnetik dan relaksasi feromagnetik. Magnetoimpedansi maksimum bergeser ke arah medan yang lebih tinggi 19

17 dimana bahan telah mengalami magnetisasi saturasi. Arus yang mengalir pada bahan terkonsentrasi di dekat permukaan bahan (Peng et al, 2015). Berdasarkan persamaan (2.28) dan (2.29), magnetoimpedansi dapat dipahami sebagai konsekuensi dari peningkatan skin depth hingga mencapai jari-jari kawat melalui penurunan permeabilitas circumferential kawat konduktor di bawah pengaruh medan magnet searah. Untuk mendapatkan nilai magnetoimpedansi yang besar perlu untuk mengurangi skin depth dengan cara memilih bahan magnetik yang mempunyai permeabilitas besar. Hal ini jelas menunjukkan bahwa permeabilitas yang semakin besar akan mengurangi skin depth yang ditingkatkan oleh medan magnet luar. Fenomena ini ditunjukkan oleh gambar 2.10 (Phan dan Peng, 2008). Gambar Ketergantungan antara skin depth dan permeabilitas dengan medan magnet luar (Phan dan Peng, 2008). Dalam kenyataannya, komponen real dan imajiner dari impedansi Z berubah dengan penerapan medan magnet luar searah, H DC. Pada komponen in-plane atau resistansi R, pada kawat konduktor dapat ditunjukkan dengan persamaan (2.32). R = ( ) (2.32) Dengan ρ adalah resistivitas atau hambatan jenis bahan, l adalah panjang kawat konduktor, r adalah jari-jari kawat konduktor dan δ adalah skin depth. Persamaan (2.32) memberikan pengertian bahwa perubahan skin depth yang disebabkan oleh medan magnet luar searah, H DC, melalui permeabilitas bahan akan merubah resistansi bahan 20

18 begitu pula impedansinya. Sehingga skin depth dapat dievaluasi sebagai fungsi medan magnet melalui pengukuran nilai resistansi R. Oleh karena itu, perubahan pada R berperan untuk merubah impedansi Z begitu pula pada magnetoimpedansi. H. Impedansi pada Sistem Multi Lapisan (Multilayer System) Pembuatan sampel dengan sistem multi lapisan bahan magnetik (multilayer system) terbukti mampu meningkatan magnetoimpedansi (Volchkov et al., 2011; Chaturvedi et al., 2014). Sistem multi lapisan ini terdiri dari dua lapis bahan magnetik identik yang disisipi oleh lapisan konduktif non-magnetik (Fernandez et al., 2012). Ilustrasi dari sistem multi lapisan dapat dilihat pada Gambar l b d 2 d 1 NiFe Cu NiFe Gambar Skema sistem multi lapisan yang terdiri atas dua lapisan magnetik (NiFe) dengan tebal d 2 yang disisipi oleh lapisan konduktif non-magnetik (Cu) dengan tebal d 1 (Fernandez et al., 2012). Fenomena magnetoimpedansi pada struktur multi lapisan disebabkan karena adanya perbedaan resistansi antara lapisan magnetik dan lapisan konduktif. Ketika arus AC I = I 0 exp ( jωt) mengalir maka sebagian besar arus akan mengalir pada lapisan konduktif, yang disebabkan karena konduktifitas lapisan konduktif lebih besar daripada konduktifitas lapisan magnetik. Pada kondisi ini efek dari skin depth dapat dihilangkan karena pengaruh dari ketebalan lapisan konduktif dan lapisan magnetik. Dengan demikian, impedansi pada struktur multilapisan dapat dinyatakan oleh persamaan (2.33). Z = R jωφ/ci (2.33) 21

19 dengan R adalah resistansi dari lapisan konduktif, Φ adalah fluks magnetik yang dihasilkan oleh arus AC ketika mengalir pada lapisan magnetik, c adalah kecepatan cahaya, dan I adalah arus AC yang mengalir. Resistansi (R) sendiri diyatakan persamaan (2.34). R = l / 2σ 1 d 1 b (2.34) dengan l adalah panjang lapisan, σ 1 konduktifitas lapisan konduktif, d 1 ketebalan lapisan konduktif, dan b adalah lebar lapisan. Jika diasumsikan lapisan memiliki panjang tak hingga, maka medan magnet di dalam lapisan magnetik adalah seragam, sehingga fluks magnetiknya adalah dapat ditunjukkan dengan persamaan (2.35) φ = (μh) d l (2.35) dengan µ adalah permeabilitas dan d 2 adalah tebal lapisan magnetik. Pada umumnya medan magnet h memiliki komponen ke arah sumbu y dan x. Nilai dari komponen pada sumbu y memiliki hubungan dengan arus yaitu h y = 2 πi / cb, dan hubungan antara h y dan h x ditentukan dengan kondisi bahwa nilai dari fluks magnetik ke arah sumbu x adalah nol, yang bersesuaian dengan persamaan (2.36) Φ = µ yy h y d 2 l = µ yy d 2 (2 πi / cb) (2.36) sehingga impedansi pada sistem multi lapisan dapat dinyatakan dengan persamaan (2.37) Z = R (1 2 jμ ) (2.37) dengan δ 1 = c / 2πσ ω, merupakan skin depth yang berada di dalam lapisan konduktif. Persamaan (2.37) menunjukkan bahwa rasio magnetoimpedansi dapat menjadi lebih besar pada konfigurasi multi lapisan walaupun diaplikasikan pada frekuensi rendah (Panina & Makhnovskiy, 2003). 22

20 I. Arus Eddy Untuk memahami konsep arus Eddy dapat dijelaskan dengan Gambar Gambar Sebuah bahan magnet diliit dengan kawat kondutor berarus listrik Digambarkan sebuah batang silinder magnet dililit dengan kawat konduktor yang berarus listrik i w. Arus ini akan menyebabkan timbulnya medan H a disepanjang sumbu bahan magnet dan seragam di seluruh bagain tampang lintang batang magnet tersebut. Medan H a ini akan memagnetisasi bahan magnet sehingga akan menghasilkan suatu medan induksi B yang akan meningkat seiring dengan peningkatan kuat medan H a. Selain itu, medan H a ini juga akan membangkitkan suatu arus dengan arah berputar yang disebut dengan arus Eddy i ec. Selanjutnya munculnya arus Eddy ini akan menghasilkan suatu medan H ec yang sejajar namun berlawanan arah dengan medan awal H a yang membangkitkan arus Eddy tersebut. Pada kondisi ini gaya gerak listrik e dapat dinyatakan dengan persamaan (2.38) e = A db/dt (2.38) dengan A adalah luas penampang batang silinder magnet (π r 2 ), B adalah induksi magnetik dan t adalah waktu. Yang perlu diperhatian bahwa gaya gerak listrik e ini akan diinduksikan di semua bahan, baik itu bahan magnet atau non-magnet. Selain itu gaya gerak listrik e akan semakin besar untuk bahan dengan permeabilitas µ yang besar. Hal ini disebabkan karena gaya gerak listrik e bergantung pada db/dt dan dengan memperhatikan kembali persamaan B = µh, sehingga arus Eddy menjadi semakin kuat 23

21 pada bahan softmagnetik yang mempunyai permeabilitas yang besar. Berikutnya arus Eddy juga semakin besar untuk bahan dengan resistivitas yang kecil. Sesuai dengan Gambar 2.12, arus Eddy mengalir melalui tampang lintang batang silinder magnet membentuk serangkaian cincin lingkaran konsentris. Disetiap cincin arus Eddy menghasilkan medan H ec yang sejajar namun berlawanan arah dengan medan dari arus luar. Sehingga medan oleh arus Eddy yang paling kuat adalah di tengah-tengah batang magnet dan semakin melemah pada bagian permukaan batang magnet. Penggambaran total medan sebenarnya yang terjadi di sepanjang batang magnet dapat ditampilkan pada Gambar H a H ec H tot diameter Gambar Penggambaran total medan pada batang magnet dengan pengaruh medan arus eddy. Dengan ilustrasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.13, dapat dipahami bahwa medan yang dihasilkan oleh arus eddy H ed seakan-akan melindungi bahan magnet di bagian interior dari pengaruh medan magnet luar. Akibatnya proses magnetisasi dibagian interior batang dipelambar oleh arus Eddy. Sehingga medan demagnetisasi H d awal lebih kecil dari nilai akhirnya, dan kuat medan H pada permukaan batang pada kondisi awal lebih besar dari kondisi akhirnya karena tidak dilindungi oleh arus Eddy. Akibatnya pada lapisan permukaan menjadi lebih cepat untuk dimagnetisasi (Cullity dan Graham, 2009). Dengan demikian medan efektif yang bekerja pada bahan magnet akhirnya dapat dinyatakan oleh persamaan (2.39). H eff = H app M N d (2.39) 24

22 J. Redaman Arus Eddy Redaman arus Eddy disebabkan oleh medan arus Eddy H ec yang dihasilkan oleh arus Eddy disekitar pergerakan domain wall seperti yang ditunjukkan pada Gambar Gambar Ilustrasi proses terjadinya redaman arus Eddy pada bahan magnetik. Medan luar H a yang diaplikasikan pada bahan magnetik menggerakkan dinding domain dari 1 ke 2, perubahan fluks magnetik di daerah yang terkena medan luar menginduksi gaya gerak listrik yang menyebabkan arus Eddy dan menghasilkan medan arus Eddy H ec yang mempunyai arah berlawanan dengan arah medan luar yang diaplikasikan H a. Karena medan yang sesungguhnya memberikan aksi pada dinding sekarang menjadi lebih kecil dari H a, maka kecepatan pergerakan dinding domain menjadi lebih lambat jika dibandikan apabila tidak ada arus Eddy, dengan kata lain pergerakan dinding domain teredam ole arus Eddy. Untuk memfokuskan pemahaman, pada skala besar, arus Eddy yang muncul pada bahan magnetik disebut dengan arus Eddy makro. Sedangkan arus Eddy yang berhubungan dengan pergerakan domain wall disebut dengan arus Eddy mikro. Adanya hubungan antara arus Eddy mikro dengan pergerakan domain wall ini menghasilkan ketergantungan frekuensi dengan permeabilitas seperti yang ditunjukkan pada persamaan (2.29) yang menggambarkan pergerakan domain wall teredam yang dicirikan dengan suatu frekeunsi relaksasi. Dalam kenyataannya, proses magnetisasi dapat muncul bukan hanya akibat dari pergerakan dinding domain tetapi juga karena rotasi spin. Pada umumnya, relaksasi dari magnetisasi rotasi lebih cepat dari pada 25

23 pergerakan dinding domain. Pada frekuensi yang cukup rendah, penurunan permeabilitas dengan frekuensi adalah berhubungan dengan pergerakan dinding domain yang teredam akibat dari arus eddy. Pada frekuensi rendah (di bawah 1 MHz), ketergantungan antara medan magnet luar dengan impedansi sebanding dengan permeabilitas circumferntial. Hal ini juga menandai pula bahwa kerugian arus eddy pada sampel berbentuk kawat lebih kecil karena memiliki struktur domain sirkular. K. Karakteristik Permalloy Ni 80 Fe 20 dan Cu Permalloy Ni 80 Fe 20 merupakan bahan magnetik yang dibuat dari campuran logam nikel dan besi dengan kadar nikel 80% dan besi 20%. Dari berbagai logam campuran nikel-besi, permalloy mempunyai permeabilitas paling besar ( ) dan medan koersif yang kecil (0,02 Oe) sehingga mudah untuk dimagnetisasi. Karena memiliki permeabilitas yang besar inilah permalloy Ni 80 Fe 20 adalah bahan magnetik yang banyak digunakan untuk pembuatan sensor magnetik. 26

KAJIAN EFEK MAGNETOIMPEDANSI FREKUENSI RENDAH PADA MULTI LAPISAN [Ni 80Fe 20/Cu] N KAWAT Cu HASIL ELEKTRODEPOSISI TESIS

KAJIAN EFEK MAGNETOIMPEDANSI FREKUENSI RENDAH PADA MULTI LAPISAN [Ni 80Fe 20/Cu] N KAWAT Cu HASIL ELEKTRODEPOSISI TESIS KAJIAN EFEK MAGNETOIMPEDANSI FREKUENSI RENDAH PADA MULTI LAPISAN [Ni 80Fe 20/Cu] N KAWAT Cu HASIL ELEKTRODEPOSISI TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi

Lebih terperinci

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1]

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1] BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Momen Magnet Sifat magnetik makroskopik dari material adalah akibat dari momen momen magnet yang berkaitan dengan elektron-elektron individual. Setiap elektron dalam atom mempunyai

Lebih terperinci

BAB 20. KEMAGNETAN Magnet dan Medan Magnet Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet

BAB 20. KEMAGNETAN Magnet dan Medan Magnet Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet DAFTAR ISI DAFTAR ISI...1 BAB 20. KEMAGNETAN...2 20.1 Magnet dan Medan Magnet...2 20.2 Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet...2 20.3 Gaya Magnet...4 20.4 Hukum Ampere...9 20.5 Efek Hall...13 20.6 Quis

Lebih terperinci

PELATIHAN OSN JAKARTA 2016 LISTRIK MAGNET (BAGIAN 1)

PELATIHAN OSN JAKARTA 2016 LISTRIK MAGNET (BAGIAN 1) PLATIHAN OSN JAKATA 2016 LISTIK MAGNT (AGIAN 1) 1. Partikel deuterium (1 proton, 1 neutron) dan partikel alpha (2 proton, 2 neutron) saling mendekat dari jarak yang sangat jauh dengan energi kinetik masing-masing

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1. Umum Motor arus searah (DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah

Lebih terperinci

Lab Elektronika Industri Fisika 2 BAB 5 MAGNET

Lab Elektronika Industri Fisika 2 BAB 5 MAGNET BAB 5 MAGNET 1. MAGNET DAN MEDAN MAGNET Efek magnet telah diketahui dan dimanfaatkan manusia jauh sebelum mengenal listrik. Magnet mempunyai dua kutub yaitu kutub utara (U) dan selatan (S) atau NORTH dan

Lebih terperinci

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS 1. Dua buah bola bermuatan sama (2 C) diletakkan terpisah sejauh 2 cm. Gaya yang dialami oleh muatan 1 C yang diletakkan di tengah-tengah kedua muatan adalah...

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Induksi Elektromagnet Nama : Kelas/No : / - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS BOLAK-BALIK Induksi

Lebih terperinci

V. Medan Magnet. Ditemukan sebuah kota di Asia Kecil (bernama Magnesia) lebih dahulu dari listrik

V. Medan Magnet. Ditemukan sebuah kota di Asia Kecil (bernama Magnesia) lebih dahulu dari listrik V. Medan Magnet Ditemukan sebuah kota di Asia Kecil (bernama Magnesia) lebih dahulu dari listrik Di tempat tersebut ada batu-batu yang saling tarik menarik. Magnet besar Bumi [sudah dari dahulu dimanfaatkan

Lebih terperinci

i : kuat arus listrik (A) a : jarak dari kawat berarus (m)

i : kuat arus listrik (A) a : jarak dari kawat berarus (m) INDUKSI MAGNETIK Hans Christian Oersted pada tahun 18 menemukan bahwa arus listrik dalam sebuah kawat penghantar dapat menghasilkan efek magnetik. Efek magnetik yang ditimbulkan oleh arus tersebut dapat

Lebih terperinci

Bab II Teori Dasar. Gambar 2.1 Fluks medan magnet dari partikel yang bergerak.

Bab II Teori Dasar. Gambar 2.1 Fluks medan magnet dari partikel yang bergerak. Bab II Teori Dasar Salah satu hal utama dalam penelitian tugas akhir ini adalah magnet induksi yang digunakan sebagai aktuator pada sistem steel ball magnetic levitation. Dalam bab ini akan dibahas mengenai

Lebih terperinci

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,

Lebih terperinci

BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar

BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar 2.1.1 Momen Magnet Arus yang mengalir pada suatu kawat yang lurus akan menghasilkan medan magnet yang melingkar di sekitar kawat, dan apabila kawat tersebut dilingkarkan

Lebih terperinci

Setelah Anda mempelajari KB-1 di atas, simaklah dan hafalkan beberapa hal penting di. dapat dihitung sebagai beriktut: h δl l'

Setelah Anda mempelajari KB-1 di atas, simaklah dan hafalkan beberapa hal penting di. dapat dihitung sebagai beriktut: h δl l' Rangkuman: bawah ini! Setelah Anda mempelajari KB-1 di atas, simaklah dan hafalkan beberapa hal penting di 1. Elemen-elemen matrik L lm,l'm' = h l ( l +1) δ ll' L l m, l 'm' dapat dihitung sebagai beriktut:

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII

KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII Nada-Nada Pipa Organa dan Dawai Soal No. 1 Sebuah pipa organa yang terbuka kedua ujungnya memiliki nada dasar dengan frekuensi sebesar 300 Hz. Tentukan besar frekuensi dari

Lebih terperinci

Bahan Magnetik. oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber)

Bahan Magnetik. oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber) Bahan Magnetik oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber) Historis Magnet Gejala kemagnetan merupakan cikal bakal berkembangnya pengetahuan tentang kelistrikan. Ditemukan sejak 2000 tahun

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. A. Kemagnetan Bahan. Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet. seperti terlihat pada Gambar 2.

BAB II DASAR TEORI. A. Kemagnetan Bahan. Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet. seperti terlihat pada Gambar 2. BAB II DASAR TEORI A. Kemagnetan Bahan Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet seperti terlihat pada Gambar 2. Gambar 2: Diagram pengelompokan bahan magnet (Stancil &

Lebih terperinci

MEDAN MAGNET SUGIYO,S.SI.M.KOM

MEDAN MAGNET SUGIYO,S.SI.M.KOM MEDAN MAGNET SUGIYO,S.SI.M.KOM PENDAHULUAN Magnet dalam teknologi terapan KEMAGNETAN Macam macam bentuk magnet Magnet batang, U bulat jarum 6.2 HUKUM COLUMB 6.3 PENGERTIAN MEDAN MAGNET Ruangan disekitar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK MAGNET Praktikum Ke 1 KUMPARAN INDUKSI

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK MAGNET Praktikum Ke 1 KUMPARAN INDUKSI 1 LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK MAGNET Praktikum Ke 1 KUMPARAN INDUKSI A. TUJUAN 1. Mempelajari watak kumparan jika dialiri arus listrik searah (DC).. Mempelajari watak kumparan jika dialiri arus listrik bolak-balik

Lebih terperinci

d) Dipol magnet merupakan sebuah magnet dipol, akselerator partikel, magnet yang dibangun untuk menciptakan medan magnet homogen dari jarak tertentu.

d) Dipol magnet merupakan sebuah magnet dipol, akselerator partikel, magnet yang dibangun untuk menciptakan medan magnet homogen dari jarak tertentu. Tugas Perbaikan Mid Sifat Magnetik Batuan Soal : 1. Jelaskan tentang : a) Magnetisasi b) Permeabilitas Magnetic c) Suseptibilitas Magnetik d) Dipol Magnetik e) Suhu Curie f) Histeresis 2. Ceritakanlah

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB II MOTOR ARUS SEARAH BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1. Umum Motor arus searah (motor DC) adalah mesin yang merubah enargi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Hampir pada semua prinsip pengoperasiannya,

Lebih terperinci

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII gaya F. Jika panjang kawat diperpendek setengah kali semula dan kuat arus diperbesar dua kali semula, maka besar gaya yang dialami kawat adalah. Medan Magnet

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

Gambar (a) Arah medan magnet, (b) Garis-garis medan magnet

Gambar (a) Arah medan magnet, (b) Garis-garis medan magnet Pada pelajaran listrik telah dikaji bahwa jika sebuah muatan diletakkan dalam medan listrik, ia mengalami gaya listrik dan energi listriknya dapat dipakai sebagai tenaga gerak untuk berpindah tempat. Hal

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013 Soal-Jawab Fisika Teori OSN 0 andung, 4 September 0. (7 poin) Dua manik-manik masing-masing bermassa m dan dianggap benda titik terletak di atas lingkaran kawat licin bermassa M dan berjari-jari. Kawat

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - MEDAN MAGNET - MEDAN MAGNET

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - MEDAN MAGNET - MEDAN MAGNET LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Nama : Kelas/No : / Medan Magnet - - MEDAN MAGNET - MEDAN MAGNET A. Medan Magnet 1. Medan Magnet oleh arus listrik

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Vetran Republik Indonesia

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Vetran Republik Indonesia Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Vetran Republik Indonesia Sub Pokok Bahasan : Magnet Bumi Medan Magnet Luar Akuisisi dan Reduksi Data Pengolahan Data MetodaInterpretasi Metode Geomagnetik didasarkan

Lebih terperinci

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK INDUKSI ELEKTROMAGNETIK Hukum Faraday Persamaan Maxwell Keempat (Terakhir) Induksi Elektromagnetik Animasi 8.1 Fluks Magnet yang Menembus Loop Analog dengan Fluks Listrik (Hukum Gauss) (1) B Uniform (2)

Lebih terperinci

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Universitas Pertamina ( , 2 jam)

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Universitas Pertamina ( , 2 jam) Kumpulan Soal Fisika Dasar II Universitas Pertamina (16-04-2017, 2 jam) Materi Hukum Biot-Savart Hukum Ampere GGL imbas Rangkaian AC 16-04-2017 Tutorial FiDas II [Agus Suroso] 2 Hukum Biot-Savart Hukum

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah.

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1 A. 5, 22 mm B. 5, 72 mm C. 6, 22 mm D. 6, 70 mm E. 6,72 mm 5 25 20 2. Dua buah vektor masing-masing 5 N dan 12 N. Resultan kedua

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN iii PERNYATAAN iv PRAKATA v DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR TABEL xiii INTISARI xiv ABSTRACT xv BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

Perkuliahan PLPG Fisika tahun D.E Tarigan Drs MSi Jurusan Fisika FPMIPA UPI 1

Perkuliahan PLPG Fisika tahun D.E Tarigan Drs MSi Jurusan Fisika FPMIPA UPI 1 Perkuliahan PLPG Fisika tahun 2009 Jurusan Fisika FPMIPA UPI 1 Muatan Listrik Dua jenis muatan listrik: positif dan negatif Satuan muatan adalah coulomb [C] Muatan elektron (negatif) atau proton (positif)

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1. Umum Motor arus searah (DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. Listrik statis adalah energi yang dikandung oleh benda yang bermuatan listrik.

LISTRIK STATIS. Listrik statis adalah energi yang dikandung oleh benda yang bermuatan listrik. KELISTRIKAN DAN KEMAGNETAN SITI MAESYAROH STKIP INVADA 2015 LISTRIK adalah adalah sesuatu yang memiliki muatan positif (proton) dan muatan negatif (elektron) yang mengalir melalui penghantar (konduktor)

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran

Lebih terperinci

Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern

Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern Pokok ahasan Medan Magnetik Abdul Waris Rizal Kurniadi Noitrian Sparisoma Viridi Topik Pengantar Gaya Magnetik Gaya Lorentz ubble Chamber Velocity

Lebih terperinci

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 UAN-03-01 Perhatikan tabel berikut ini! No. Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg. ms 1 [M] [L] [T] 1 2 Gaya kg. ms 2 [M] [L] [T] 2 3 Daya kg. ms 3 [M] [L] [T] 3 Dari

Lebih terperinci

Magnet Rudi Susanto 1

Magnet Rudi Susanto 1 Magnet Rudi Susanto 1 MAGNET Sifat kemagnetan telah dikenal ribuan tahun yang lalu ketika ditemukan sejenis batu yang dapat menarik besi Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, orang telah dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena optik dapat mendeskripsikan sifat medium dalam interaksinya dengan gelombang elekromagnetik. Hal tersebut ditentukan oleh beberapa parameter optik, yaitu indeks

Lebih terperinci

Bahan Listrik. Bahan Magnet

Bahan Listrik. Bahan Magnet Bahan Listrik Bahan Magnet Sejarah Magnet Kata magnet berasal dari bahasa yunani magnitis lithos yang berarti batu magnesia. Magnesia adalah nama sebuah wilayah di Yunani pada masa lalu yang kini bernama

Lebih terperinci

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD.

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD. BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET Hani Nurbiantoro Santosa, PhD hanisantosa@gmail.com 2 BAB 1 PENDAHULUAN Atom, Interaksi Fundamental, Syarat Matematika, Syarat Fisika, Muatan Listrik, Gaya Listrik, Pengertian

Lebih terperinci

Gaya Lorentz. 1. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi

Gaya Lorentz. 1. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi ruang / daerah di sekitar magnet dimana benda-benda magnetik yang diletakkan di daerah ini masih dipengaruhi oleh magnet tersebut medan magnetik di sekitar kawat lurus berarus listrik medan magnetik di

Lebih terperinci

SOAL SOAL TERPILIH 1 SOAL SOAL TERPILIH 2

SOAL SOAL TERPILIH 1 SOAL SOAL TERPILIH 2 SOAL SOAL TERPILIH 1 1. Sebuah kumparan mempunyai 50 lilitan dalam waktu 0,02 s kumparan dimasuki fluks 310 mwb, yang kemudian turun hingga 100 mwb. Berapakah GGL induksi rata rata yang dibangkitkan oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik V dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik V dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Analisis Elektrohidrodinamik Analisis elektrohidrodinamik dimulai dengan mengevaluasi medan listrik dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik

Lebih terperinci

Copyright all right reserved

Copyright  all right reserved Latihan Soal UN SMA / MA 2011 Program IPA Mata Ujian : Fisika Jumlah Soal : 20 1. Gas helium (A r = gram/mol) sebanyak 20 gram dan bersuhu 27 C berada dalam wadah yang volumenya 1,25 liter. Jika tetapan

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika Medan Magnet - Latihan Soal Doc. Name: RK13AR12FIS0301 Version: 2016-10 halaman 1 01. Medan magnet dapat ditimbulkan oleh: (1) muatan listrik yang bergerak (2) konduktor

Lebih terperinci

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N 1. Sebuah lempeng besi tipis, tebalnya diukur dengan menggunakan mikrometer skrup. Skala bacaan hasil pengukurannya ditunjukkan pada gambar berikut. Hasilnya adalah... A. 3,11 mm B. 3,15 mm C. 3,61 mm

Lebih terperinci

INFORMASI PENTING. m e = 9, kg Besar muatan electron. Massa electron. e = 1, C Bilangan Avogadro

INFORMASI PENTING. m e = 9, kg Besar muatan electron. Massa electron. e = 1, C Bilangan Avogadro PETUNJUK UMUM 1. Tuliskan NAMA dan ID peserta di setiap lembar jawaban dan lembar kerja. 2. Tuliskan jawaban akhir di kotak yang disediakan untuk di lembar Jawaban. Lembar kerja dapat digunakan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. tersebut berupa putaran rotor. Proses pengkonversian energi listrik menjadi energi

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. tersebut berupa putaran rotor. Proses pengkonversian energi listrik menjadi energi BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1 Umum Motor arus searah ialah suatu mesin listrik yang berfungsi mengubah energi listrik arus searah (listrik DC) menjadi energi gerak atau energi mekanik, dimana energi gerak

Lebih terperinci

D. 2 N E. 1 N. D. (1), (2) dan (3) E. semuanya benar

D. 2 N E. 1 N. D. (1), (2) dan (3) E. semuanya benar 1. Pada gambar di atas Fy = komponen gaya P pada sumbu Y. Jika Fy = 2 N, maka komponen gaya pada sumbu x adalah... A. 4 N B. 2 N C. 2 N Kunci : B Diket : Fy = 2 N Ditanya : Fx Jawab : Fy = F sin 30 2 =

Lebih terperinci

KEMAGNETAN. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-8

KEMAGNETAN. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-8 MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-122 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-8 CAKUPAN MATERI 1. MAGNET 2. FLUKS MAGNETIK 3. GAYA MAGNET PADA SEBUAH ARUS 4. MUATAN SIRKULASI 5. EFEK HALL

Lebih terperinci

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor.

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor. BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1. Umum (8,9) Motor arus searah adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah energi listrik menjadi energi mekanik, dimana energi gerak tersebut berupa putaran dari motor. Ditinjau

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung

BAB II DASAR TEORI. Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung BAB II DASAR TEORI 2.1 Energi Listrik Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Salah satu bentuk energi adalah energi listrik. Energi listrik adalah energi yang berkaitan dengan akumulasi arus elektron,

Lebih terperinci

Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p. Menghasilkan: Merasakan:

Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p. Menghasilkan: Merasakan: KEMAGNETAN Menu hari ini (2 minggu): Medan dan Gaya Magnet Medan Gravitasi Listrik Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p Menghasilkan: Merasakan: Magnet Batang Kutub sejenis

Lebih terperinci

Magnet adalah suatu benda yang memiliki gejala dan sifat dapat mempengaruhi bahan-bahan tertentu yang berada di sekitarnya.

Magnet adalah suatu benda yang memiliki gejala dan sifat dapat mempengaruhi bahan-bahan tertentu yang berada di sekitarnya. Medan Magnetik Muqoyyanah 1 KEMAGNETAN (MAGNETOSTATIKA) Magnet adalah suatu benda yang memiliki gejala dan sifat dapat mempengaruhi bahan-bahan tertentu yang berada di sekitarnya. Cara membuat magnet;

Lebih terperinci

BAHAN AJAR 4. Medan Magnet MATERI FISIKA SMA KELAS XII

BAHAN AJAR 4. Medan Magnet MATERI FISIKA SMA KELAS XII BAHAN AJAR 4 Medan Magnet MATERI FISIKA SMA KELAS XII GAYA LORENTZ Pada percobaan oersted telah dibuktikan pengaruh arus listrik terhadap kutub magnet, bagaimana pengaruh kutub magnet terhadap arus listrik

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2 1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motor Arus Searah Sebuah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanik dikenal sebagai motor arus searah. Cara kerjanya berdasarkan prinsip, sebuah konduktor

Lebih terperinci

BAB II SALURAN TRANSMISI

BAB II SALURAN TRANSMISI BAB II SALURAN TRANSMISI 2.1 Umum Penyampaian informasi dari suatu sumber informasi kepada penerima informasi dapat terlaksana bila ada suatu sistem atau media penyampaian di antara keduanya. Jika jarak

Lebih terperinci

TOPIK 8. Medan Magnetik. Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si.

TOPIK 8. Medan Magnetik. Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si. TOPIK 8 Medan Magnetik Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si. ikhsan_s@ugm.ac.id Pencetak sidik jari magnetik. Medan Magnetik Medan dan Gaya Megnetik Gaya Magnetik pada Konduktor Berarus

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-9

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-9 MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-122 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-9 CAKUPAN MATERI 1. HUKUM AMPERE 2. GAYA OLEH 2 KAWAT PARALEL 3. SOLENOIDA 4. TOROIDA 5. SIFAT-SIFAT MAGNETIK

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA 301) To T p o ik h ari r i ni: Ke K ma m gnetan

Fisika Umum (MA 301) To T p o ik h ari r i ni: Ke K ma m gnetan Fisika Umum (MA 301) Topik hari ini: Kemagnetan Kemagnetan Efek dari magnet alam telah diketahui sejak waktu yang lama. Observasi yang tercatat berasal dari bangsa Yunanai lebih dari 2500 tahun yang lalu.

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya. BAB II TRANSFORMATOR II.. Umum Transformator merupakan komponen yang sangat penting peranannya dalam sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik elektromagnetis statis yang berfungsi

Lebih terperinci

FISIKA MODERN. Pertemuan Ke-7. Nurun Nayiroh, M.Si.

FISIKA MODERN. Pertemuan Ke-7. Nurun Nayiroh, M.Si. FISIKA MODERN Pertemuan Ke-7 Nurun Nayiroh, M.Si. Efek Zeeman Gerakan orbital elektron Percobaan Stern-Gerlach Spin elektron Pieter Zeeman (1896) melakukan suatu percobaan untuk mengukur interaksi antara

Lebih terperinci

Medan Magnet 1 MEDAN MAGNET

Medan Magnet 1 MEDAN MAGNET Medan Magnet 1 MEDAN MAGNET KEMAGNETAN ( MAGNETOSTATKA ) Benda yang dapat menarik besi disebut MAGNET. Macam-macam bentuk magnet, antara lain : magnet batang magnet ladam magnet jarum Magnet dapat diperoleh

Lebih terperinci

Karya Tulis Ilmiah MAGNET

Karya Tulis Ilmiah MAGNET Karya Tulis Ilmiah MAGNET Ditulis oleh : Dina Kurnia Putri 1231120065 POLITEKNIK NEGERI MALANG JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK MALANG 2013 1 DAFTAR ISI Daftar Isi...2 Kata Pengantar...3

Lebih terperinci

DAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s)

DAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s) DAFTAR SIMBOL n κ α R μ m χ m c v F L q E B v F Ω ħ ω p K s k f α, β s-s V χ (0) : indeks bias : koefisien ekstinsi : koefisien absorpsi : reflektivitas : permeabilitas magnetik : suseptibilitas magnetik

Lebih terperinci

Induksi Elektromagnet

Induksi Elektromagnet Induksi Elektromagnet Fluks magnet Sebagaimana fluks listrik, fluks magnet juga dapat diilustrasikan sebagai banyaknya garis medan yang menembus suatu permukaan. n Fluks listrik yang dihasilkan oleh medan

Lebih terperinci

MEDAN IMBAS MAGNET I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

MEDAN IMBAS MAGNET I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MEDAN IMBAS MAGNET I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa akan mampu memahami bahwa arus listrik dapat menimbulkan medan magnet II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 1. Menyelidiki

Lebih terperinci

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R DOKUMEN ASaFN. Sebuah uang logam diukur ketebalannya dengan menggunakan jangka sorong dan hasilnya terlihat seperti pada gambar dibawah. Ketebalan uang tersebut adalah... A. 0,0 cm B. 0, cm C. 0, cm D.

Lebih terperinci

PENGARUH INTI KOIL TERHADAP TEGANGANINDUKTOR DAN RESISTOR YANG DIRANGKAI SECARA SERI. Salomo, Erwin,Surya Ningsih

PENGARUH INTI KOIL TERHADAP TEGANGANINDUKTOR DAN RESISTOR YANG DIRANGKAI SECARA SERI. Salomo, Erwin,Surya Ningsih PENGARUH INTI KOIL TERHADAP TEGANGANINDUKTOR DAN RESISTOR YANG DIRANGKAI SECARA SERI Salomo, Erwin,Surya Ningsih Jurusan Fisika - Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau Kampus

Lebih terperinci

BAB 5 KEMAGNETAN. A. SIFAT MAGNET 1. Garis Gaya Magnet

BAB 5 KEMAGNETAN. A. SIFAT MAGNET 1. Garis Gaya Magnet BAB 5 KEMAGNETAN STANDAR KOMPETENSI Menerapkan konsep magnet dan elektromagnet KOMPETENSI DASAR Menguasai konsep kemagnetan Menguasai hukum magnet dan elektromagnet Menggunakan magnet Menggunakan elektromagnet

Lebih terperinci

Kelas XII Semester 1

Kelas XII Semester 1 MEDAN MAGNET Kelas XII Semester 1 MEDAN MAGNET Standart Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Materi STANDART KOMPETENSI Kelas XII 2 Semester 1 Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai

Lebih terperinci

Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331. Oleh Endi Suhendi 1

Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331. Oleh Endi Suhendi 1 Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331 Oleh Endi Suhendi 1 Menu hari ini (2 minggu): Medan dan Gaya Magnet Oleh Endi Suhendi 2 Medan Gravitasi Listrik Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga

Lebih terperinci

MAKALAH FISIKA. Tentang KEMAGNETAN/INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

MAKALAH FISIKA. Tentang KEMAGNETAN/INDUKSI ELEKTROMAGNETIK MAKALAH FISIKA Tentang KEMAGNETAN/INDUKSI ELEKTROMAGNETIK DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3 ANGGOTA : 1. AMMASE.S 2. ALIYATARRAFI AH 3. ANNISWATI NURUL ISLAMI 4. ASRIANI JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS TARBIYAH

Lebih terperinci

Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF)

Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF) FISIKA II Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF) Jika suatu kawat penghantar digerakkan memotong arah suatu medan magnetic, maka akan timbul suatu gaya gerak listrik pada kawat penghantar tersebut.

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA 301) Topik hari ini. Kemagnetan

Fisika Umum (MA 301) Topik hari ini. Kemagnetan Fisika Umum (MA 301) Topik hari ini Kemagnetan 8/14/2007 Kemagnetan Efek dari magnet alam telah diketahui sejak waktu yang lama. Observasi yang tercatat berasal dari bangsa Yunanai lebih dari 2500 tahun

Lebih terperinci

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan . (5 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan dengan H). Kecepatan awal horizontal bola adalah v 0 dan

Lebih terperinci

BAB FISIKA ATOM. Model ini gagal karena tidak sesuai dengan hasil percobaan hamburan patikel oleh Rutherford.

BAB FISIKA ATOM. Model ini gagal karena tidak sesuai dengan hasil percobaan hamburan patikel oleh Rutherford. 1 BAB FISIKA ATOM Perkembangan teori atom Model Atom Dalton 1. Atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur yang tidak dapat dibagi-bagi 2. Atom-atom suatu unsur semuanya serupa dan tidak dapat berubah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. mesin listrik yang mengubah energi listrik pada arus searah (DC) menjadi energi

BAB II DASAR TEORI. mesin listrik yang mengubah energi listrik pada arus searah (DC) menjadi energi BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum (1,2,4) Secara sederhana motor arus searah dapat didefenisikan sebagai suatu mesin listrik yang mengubah energi listrik pada arus searah (DC) menjadi energi gerak atau energi

Lebih terperinci

Elektron Bebas. 1. Teori Drude Tentang Elektron Dalam Logam

Elektron Bebas. 1. Teori Drude Tentang Elektron Dalam Logam Elektron Bebas Beberapa teori tentang panas jenis zat padat yang telah dibahas dapat dengan baik menjelaskan sifat-sfat panas jenis zat padat yang tergolong non logam, akan tetapi untuk golongan logam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sensor magnetik berbasis teknologi Giant Magnetoresistance (GMR) pada saat ini menarik minat banyak peneliti. Hal ini dikarenakan material GMR memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron PENDAHUUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron bebas dalam satu dimensi dan elektron bebas dalam tiga dimensi. Oleh karena itu, sebelum mempelajari modul

Lebih terperinci

Induksi Elektromagnetik

Induksi Elektromagnetik Induksi Elektromagnetik Agus Suroso (agussuroso@fi.itb.ac.id) Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Agus Suroso (FTETI-ITB) Induksi Elektromagnetik 1 / 21 Materi 1

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA II.1 Umum Motor induksi merupakan motor arus bolak balik ( AC ) yang paling luas digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun rumah tangga. Penamaannya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010 PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 200 Mata Pelajaran : Fisika Kelas : XII IPA Alokasi Waktu : 20 menit

Lebih terperinci

BAB 16. MEDAN LISTRIK

BAB 16. MEDAN LISTRIK DAFTAR ISI DAFTAR ISI... BAB 6. MEDAN LISTRIK... 6. Muatan Listrik... 6. Muatan Listrik dalam Atom... 6.3 Isolator dan Konduktor...3 6.4 Hukum Coulomb...3 6.5 Medan Listrik dan Kondusi Listrik...5 6.6

Lebih terperinci

TUGAS XIII LISTRIK DAN MAGNET

TUGAS XIII LISTRIK DAN MAGNET TUGAS XIII LISTRIK DAN MAGNET 1. Sebuah kapasitor keping sejajar yang tebalnya d mempunyai kapasitas C o. Ke dalam kapasitor ini dimasukkan dua bahan dielektrik yang masing-masing tebalnya d/2 dengan konstanta

Lebih terperinci

GENERATOR SINKRON Gambar 1

GENERATOR SINKRON Gambar 1 GENERATOR SINKRON Generator sinkron merupakan mesin listrik arus bolak balik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik. Energi mekanik diperoleh dari penggerak mula (prime mover)

Lebih terperinci

BAB III MAGNETISME. Tujuan Penmbelajaran : - Memahami dan mengerti tentang sifat-sifat magnet, bahan dan kegunaannya.

BAB III MAGNETISME. Tujuan Penmbelajaran : - Memahami dan mengerti tentang sifat-sifat magnet, bahan dan kegunaannya. BAB III MAGNETISME Tujuan Penmbelajaran : - Memahami dan mengerti tentang sifat-sifat magnet, bahan dan kegunaannya. Magnetisme (kemagnetan) tercakup dalam sejumlah besar operasi alat listrik, seperti

Lebih terperinci

Pembahasan Soal SNMPTN 2012 SELEKSI NASIONAL MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI. Disertai TRIK SUPERKILAT dan LOGIKA PRAKTIS.

Pembahasan Soal SNMPTN 2012 SELEKSI NASIONAL MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI. Disertai TRIK SUPERKILAT dan LOGIKA PRAKTIS. Pembahasan Soal SNMPTN 2012 SELEKSI NASIONAL MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI Disertai TRIK SUPERKILAT dan LOGIKA PRAKTIS Fisika IPA Disusun Oleh : Pak Anang Kumpulan SMART SOLUTION dan TRIK SUPERKILAT Pembahasan

Lebih terperinci

MAGNET JARUM. saklar. Besi lunak. Sumber arus Oleh : DRS. BRATA,M.Pd. SMAN1 KRA. kumparan. lampu. kumparan

MAGNET JARUM. saklar. Besi lunak. Sumber arus Oleh : DRS. BRATA,M.Pd. SMAN1 KRA. kumparan. lampu. kumparan MAGNET JARUM Besi lunak saklar kumparan kumparan lampu Sumber arus Oleh : DRS. BRATA,M.Pd. SMAN1 KRA Jika arus listrik dapat menimbulkan medan magnet, apakah medan magnet juga dapat menimbulkan arus listrik?

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Medan Magnet Suatu Material Magnet[5]

Gambar 2.1. Medan Magnet Suatu Material Magnet[5] BAB II DASAR TEORI II.1. Kemagnetan II.1.1. Magnet Magnet adalah suatu benda yang dibuat dari material tertentu yang menghasilkan suatu medan magnet. Medan magnet suatu magnet adalah daerah sekeliling

Lebih terperinci

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart 1. Hipotesis tentang gejala kelistrikan dan ke-magnetan yang disusun Maxwell ialah... a. perubahan medan listrik akan menghasilkan medan magnet b. di sekitar muatan listrik terdapatat medan listrik c.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Angin Angin adalah gerakan udara yang terjadi di atas permukaan bumi. Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara, ketinggian dan temperatur. Semakin besar

Lebih terperinci

SIMAK UI Fisika

SIMAK UI Fisika SIMAK UI 2016 - Fisika Soal Halaman 1 01. Fluida masuk melalui pipa berdiameter 20 mm yang memiliki cabang dua pipa berdiameter 10 mm dan 15 mm. Pipa 15 mm memiliki cabang lagi dua pipa berdiameter 8 mm.

Lebih terperinci

Magnetostatika. Agus Suroso. Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung. 20 Februari 2017

Magnetostatika. Agus Suroso. Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung. 20 Februari 2017 Magnetostatika Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung 20 Februari 2017 Agus Suroso (FTETI-ITB) Magnetostatika 20 Feb 2017 1 / 28 Materi Definisi gaya Lorentz

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB II MOTOR ARUS SEARAH BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1 Umum Motor arus searah (motor DC) adalah mesin yang merubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Hampir pada semua prinsip pengoperasiannya,

Lebih terperinci