Studi Mikromagnetik Dinamika Domain Wall pada Material Permalloy Berbentuk Nanowire dengan Injeksi Arus Terpolarisasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Studi Mikromagnetik Dinamika Domain Wall pada Material Permalloy Berbentuk Nanowire dengan Injeksi Arus Terpolarisasi"

Transkripsi

1 Studi Mikromagnetik Dinamika Domain Wall pada Material Permalloy Berbentuk Nanowire dengan Injeksi Arus Terpolarisasi Christianto 1 dan Dede Djuhana 2 1. Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, 2. Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. christianto@ui.ac.id Abstrak Dalam bahan feromagnetik terdapat daerah-daerah yang memiliki magnetisasi dalam keadaaan saturasi, yang disebut magnetic domain. Diantara dua buah domain yang berbeda terdapat suatu daerah transisi, yang disebut Domain wall. Domain wall terbentuk akibat adanya interaksi momen magnet yang bersebelahan melalui interaksi exchange dan interaksi demagnetisasi. Ketika domain wall mendapat pengaruh arus listrik, domain wall akan mengalami dinamika yang merupakan akibat munculnya efek spin transfer torque dan dapat menyebabkan perubahan struktur pada domain wall. Kecepatan dinamika domain wall akan bertambah hingga mencapai arus kritis, dimana kecepatan akan berkurang dan seringkali disertai dengan perubahan struktur pada domain wall. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan simulasi mikromagnetik, yang diselesaikan dengan menggunakan persamaan Landau-Lifshitz-Gilbert (LLG). Kata Kunci :magnetic domain, dinamika domain wall, arus kritis, spin transfer torque, mikromagnetik. Mikromagnetic Study of Domain Wall Dynamic on Permalloy Nanowire Induced with Polarized Current. Abstract In the ferromagnetic materials, there are regions contain the saturation magnetization, called magnetic domains. Between two different domains there is a transition region, called Domain wall. Domain wall is formed by the interaction of the magnetic moment through exchange interaction and demagnetization interaction. When a domain wall is under applied electric current, the domain wall dynamics will occur as the effect of spin transfer torque and it can cause structural changes in the domain wall. The dynamics of the domain wall velocity will increase until it reaches the critical current, where the speed will be reduced and often accompanied by structural changes in the domain wall. This study is performed using micromagnetic simulation, which is solved using the Landau-Lifshitz-Gilbert (LLG) equation. Key words : magnetic domain, domain wall, transverse, vortex, antivortex, spin transfer torque, Walker breakdown, micromagnetic.

2 1. Pendahuluan Dewasa ini, perkembangan peralatan elektronik berbasis sifat-sifat dasar spin elektron terjadi dengan sangat cepat. Perkembangan ini dimulai sejak ditemukannya Giant magnetoresistant (GMR) dalam material feromagnet pada tahun 1988 oleh Albert Fert dan Peter Grünberg. Penemuan ini menjadi tonggak kelahiran dari era spintronic. Para peneliti kemudian mempelajari dan mencoba untuk memanfaatkan GMR untuk diterapkan sebagai media penyimpan informasi. Salah satu bahan yang berpotensi menjadi divais spintronik adalah material feromagnetik. Divais ini memanfaatkan sifat magnet dan sifat listrik yang berinteraksi dengan spin-spin elektron dalam suatu bahan feromagnetik. Dengan menambahkan arus listrik (current) kepada bahan feromagnetik, maka magnetisasi bahan tersebut akan termanipulasi sehingga dapat meningkatkan kemampuan bahan tersebut untuk berinteraksi dengan medan magnet [1, 2]. Didalam bahan feromagnetik terdapat daerah-daerah dengan orientasi spin tertentu, yang disebut dengan domain. Batas antara domain-domain dinamakan domain wall. Domain wall ini dapat mengalami pergerakan yang diakibatkan oleh interaksi torka dari spin-spin terpolarisasi pada elektron yang diberikan dalam bahan feromagnetik. Selama beberapa dekade, penelitian mengenai dinamika domain wall ini merupakan topik yang sangat populer dan menarik untuk dilakukan. Dinamika domain wall yang terinduksi oleh arus listrik (Current-induced domain wall (DW)) dipelajari karena sangat memungkinkan untuk digunakan sebagai memori generasi berikutnya [4]. Metode ini pertama kali dipelajari oleh Berger [5-7]. Beliau berpendapat bahwa arus listrik yang diinduksikan ke dalam bahan feromagnetik menghasilkan suatu gaya yang bekerja pada dinding domain melalui exchange coupling [6]. Penelitian ini diharapkan mampu memberi pemahaman mengenai dinamika domain wall akibat arus terpolarisasi. Selain itu, diharapkan juga mampu mengetahui bagaimana pengaruh variasi lebar nanowire terhadap besar kecepatan domain wall. Konstanta nonadiabatis yang juga berpengaruh pada penelitian ini juga diamati untuk mengetahui fenomena yang terjadi. Diharapkan pula penelitian ini mampu memberi informasi besaran arus kritis yang diberikan pada sistem yang mampu mengubah struktur domain wall. 2. Tinjauan Teoritis

3 2.1 Dinamika Magnetisasi Persamaan gerak momen magnet yang bergantung terhadap waktu (time-dependent motion) pertama kali dipublikasikan oleh Brown pada tahun 1932 [13]. Konsep dasar dari sifat magnetik adalah momen magnet yang berada didalam bahan feromagnetik. Momen magnet ini dihasilkan dari spin elektron-elektron di dalam bahan tersebut. Dalam pandangan klasik, momen magnet dihasilkan akibat adanya gerakan berputar yang dilakukan oleh suatu partikel bermuatan, dalam hal ini adalah elektron. Momen magnet elektron dapat dinyatakan eµ eµ r ω µ = r v = (1) dengan =!!. Sisi kanan pada persamaan (1) memiliki bentuk yang mirip dengan persamaan momentum sudut klasik! =!!! =!!!! sehingga bila dinyatakan dalam momentum sudut menjadi eµ 2m 0 µ = L (2) Berdasarkan teori atom Bohr, besar momentum sudut elektron pada keadaan dasar adalah ħ, sehingga persamaan (2) menjadi eµ 2m 0 µ = h (3) Dengan memberikan medan magnet luar, timbulah torsi yang menyebabkan momen-momen magnet termagnetisasi. 2.2 Magnetic Domain dan Domain Wall Pada tahun P. Weiss melakukan pemodelan untuk menjelaskan efek interaksi magnetik yang terjadi pada bahan feromagnetik. Pada bahan tersebut terdapat daerah-daerah kecil yang memiliki magnetisasi dalam keadaan saturasi dibawah temperatur Curie. Daerah inilah yang dinamakan sebagai magnetic domain. Dua buah domain yang berdekatan dipisahkan oleh suatu daerah transisi yang disebut Domain Wall. Arah magnetisasi berubah secara kontinu dari satu domain ke domain lainnya. Hal ini terjadi diakibatkan oleh perubahan arah spin karena adanya exchange interaction antar spin yang berdekatan. Interaksi ini terjadi pada bahan feromagnetik, dimana terdapat energi yang dilepaskan agar spin-spin elektron berputar dan membentuk sudut!, disebut sebagai exchange energy, yang dinyatakan dengan E exc = 2 J S. S (4) i, j i j

4 dengan J adalah exchange integral,!! dan! adalah vektor satuan spin-spin yang berinteraksi. Exchange interaction mempengaruhi perubahan ukuran domain wall pada keseluruhan sistem. Perubahan struktur domain wall tidak akan berhenti sebelum dihentikan oleh interaksi yang lain, yaitu magnetocrystalline anisotropy dan pengaruh magnetostatik. Didapatkan energi domain wall JS K JS K JS K Ú DW = π + π = 2π (5) a a a Energi demagnetisasi pada bahan magnet berasal dari interaksi muatan pada kutub-kutub positif dan negatif (dipol-dipol) pada bahan tersebut. Magnetisasi menyebabkan dipol-dipol berprilaku sebagai magnet dengan medan medan magnetik disekitarnya, yang disebut medan demagnetisasi,!!. Besarnya energi demagnetisasi sangat bergantung pada jumlah dipol serta arah orientasi antara dipol-dipol. Energi demagnetisasi!!, dijelaskan oleh dimana E = µ H. M dv = µ H dv (6) d 2 0 d 2 0 d H adalah medan demagnetisasi, N adalah faktor demagnetisasi yang bergantung d pada bentuk bahan dan arah magnetisasi, dan M adalah magnetisasi. Solusi umum permasalahan medan demagnetisasi terhadap rapat ruang muatan ρ () r = M dan rapat muatan permukaan σ () r = Mn. ditentukan oleh teori potensial. Potensial medan m demagnetisasi pada posisi r yang dihasilkan dengan integral disekitar r m maka medan demagnetisasi H d = φd 1 ρm( r') σ m( r') φd = dv ' ds ' 4 πµ + 0 r r' r r' V S (7) 1. M ( r r') nm. ( r r') Hd = dv' ds' πµ + 0 ' (8) r r r r' V S Dikarenakan nilai konstanta permalloy yang sangat kecil, maka harga konstanta anisotropi yang digunakan adalah nol. Meskipun demikian, domain tetap terbentuk karena adanya interaksi exchange dan demagnetisasi. 2.3 Spin Transfer Torque (STT)

5 Dalam bahan magnetik, pemberian arus terpolarisasi dapat menimbulkan banyak fenomena unik, seperti spin-wave excitation [20], magnetization switching [21-25], dan meningkatkan faktor Gilbert damping [26]. Fenomena-fenomena ini berkontribusi menghasilkan spin transfer torque (STT), yang pertama kali dipelajari oleh Slonczewski [27] dan Berger [28]. Berdasarkan arah aliran elektron dan konfigurasi magnetik, arus spin terpolarisasi dapat membentuk keadaan parallel (P) atau antiparallel (AP), seperti ditunjukan oleh gambar 2.5. Elektroda dengan ketebalan yang lebih kecil, yang dapat mengalami perubahan spin, dinamakan Free Layer (FL). Sedangkan yang lebih tebal disebut Pinned Layer (PL). Induksi magnetisasi akibat STT ini menghasilkan fenomena yang hanya terjadi pada struktur magnetik yang lebih kecil dari nm [30-32]. Struktur makro spin ini bertindak seperti nanomagnet dengan asumsi derajat internal magnetic tetap sehingga dinamika makro spin dapat dijelaskan dengan persamaan Landau-Lifshitz-Gilbert (LLG) dengan tambahan suku STT dm dm M M = γheff M + αm + um. ( M ) + β. um. (9) dt dt x x dengan! adalah vektor kecepatan gpµ B u= j (10) 2eM dimana! adalah kerapatan arus,! adalah Gyromagnetic ratio,! adalah spin polarized yang nilainya 0,5,!! adalah Bohr magneton,! adalah muatan elektron, dan!! adalah magnetisasi saturasi. s Gambar 1. Elektroda yang tebal adalah pinned layer (PL), dan elektroda yang tipis adalah free layer (FL). Ketika elektron mengalir dari PL ke FL, akibat dari efek STT, sistem mencapai keadaan parallel (kiri); sebaliknya, ketika elektron mengalir dari FL ke PL, sistem mencapai keadaan antiparalel.

6 3. Metode Penelitian 3.1 Sistem Mikromagnetik Mikromagnetik adalah salah satu pendekatan yang digunakan untuk menggambarkan keadaan struktur mikro magnetik. Magnetisasi pada bahan menentukan energi magnetik sistem. Struktur magnetik pada bahan akan mencapai keadaan kesetimbangan ketika energi bebas Gibbs berada dalam keadaan minimum terhadap magnetisasi. Konfigurasi magnetisasi pada bahan dapat berubah akibat pengaruh dari luar agar energi minimum dapat tercapai. Simulasi mikromagnetik didasari berdasarkan persamaan Landau-Lifshitz-Gilbert (LLG). Penelitian ini menggunakan software publik OOMMF[10]. OOMMF memiliki beberapa fitur yang memungkinkan untuk mendapatkan tidak hanya nilai energi sistem untuk setiap waktu, tetapi juga gambar struktur domain. 3.2 Prosedur Simulasi Mikromagnetik Pada penelitian dinamika domain wall ini, panjang wire yang digunakan adalah 4000 nm, dengan 3 variasi width, yaitu 100 nm, 150 nm, dan 200 nm, dengan ketebalan 5 nm. Untuk masing-masing width dilakukan 2 variasi β, yaitu! = 0 dan! = 4!. Ukuran sel yang digunakan adalah 5 5 5, dan damping constant! ditetapkan sebesar Material yang digunakan sebagai nanowire adalah permaloy, dengan nilai parameter magnetisasi saturasi!! adalah ! A/m, exchange stiffness coefficient A adalah 13 10!!" J/m, dan magnetocrystalline anisotropy yang bernilai nol. Gambar 2. Gambaran simulasi yang dilakukan pada penelitian ini. Pulsa arus listrik diberikan selama 3 ns terhadap sistem. Pada permulaan, domain wall diletakan di tengah-tengah wire pada keadaan keseimbangan, tanpa adanya pengaruh tambahan dari luar. Tahap selanjutnya adalah memberikan arus listrik selama 3 ns pada arah sumbu x positif. Setelah 3 ns pulsa lalu dimatikan dan domain wall dibiarkan bergerak dalam keadaan tanpa arus listrik.

7 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pergerakan Domain Wall (DW) Kami telah mengamati pergerakan DW pada nanowire dibawah pengaruh medan listrik. Ketika pulsa medan listrik diaktifkan, DW pada sistem akan mengalami pergeseran yang searah dengan arah medan listrik yang diberikan. DW bergerak dengan kecepatan yang bergantung pada bentuk geometri nanowire dan besarnya medan listrik yang diberikan. Arus listrik mempengaruhi momen-momen magnet di dalam nanowire sehingga DW tersebut bergeser. Pergerakan DW untuk variasi ukuran width 100 nm ditunjukkan pada gambar 3. Gambar 3. Pergerakan DW pada nanowire nonadiabatis : (a) β = 0 dan (b) β = 4α. untuk width 100 nm dengan konstanta Gambar 3(a) memperlihatkan perubahan struktur DW selama arus listrik diberikan, sehingga DW bergerak searah dengan pemberian arah arus. Dalam penelitian ini kami tidak memperhitungkan efek perubahan struktur pada domain selain pada DW. Pada keadaan awal (! = 0 s), DW memiliki bentuk struktur tranverse. Dalam pergerakannya, struktur DW ini tidak mengalami perubahan sampai detik 2.78 ns. Setelah waktu tersebut, DW mengalami perubahan struktur, yang terlihat sangat kecil sekali, Kami mendapatkan kecepatan kritis sebesar m/s saat arus densitas yang diberikan sebesar 850 m/s. Gambar 3(b) adalah gambar dinamika pergerakan DW pada nanowire dengan width 100 nm dan konstanta nonadiabatis! = 4!. Kami mendapatkan kecepatan DW mengalami peningkatan ketika nilai konstanta nonadiabatis diperbesar. Akan tetapi, besar rapat arus kritis mengecil menjadi 265 m/s. Selang waktu munculnya perubahan struktur pada DW juga relatif lebih awal, yaitu pada saat! = 2.52 ns. Kami mendapatkan besar kecepatan kritis adalah 438 m/s.

8 Gambar 4(a) adalah gambar dinamika pergerakan DW untuk nanowire dengan width 150 nm dan konstanta nonadiabatis! = 0. Dapat dilihat bahwa perubahan struktur DW terjadi setelah detik ke-1.85 ns saat diberikan rapat arus sebesar 860 m/s. Perubahan struktur pada variasi ini dapat dilihat dengan munculnya bagian berwarna biru tua pada DW. Gambar 4. Pergerakan DW pada nanowire nonadiabatis : (a) β = 0 dan (b) β = 4α. untuk width 150 nm dengan konstanta Gambar 5. Pergerakan DW pada nanowire nonadiabatis : (a) β = 0 dan (b) β = 4α. untuk width 200 nm dengan konstanta Variasi selanjutnya adalah menguji nanowire dengan width 150 nm dan konstanta nonadiabatis! = 4!. Hasil pengamatan dapat dilihat pada gambar 4(b). Fenomena yang terjadi pada pengujian ini mirip dengan fenomena yang muncul pada nanowire dengan width 100 nm. Kecepatan DW menjadi sangat besar bila dibandingkan dengan nanowire pada width yang sama. Perubahan struktur pada DW terjadi setelah detik ke 2.52 ns, pada posisi hampir mencapai ujung wire. Perubahan struktur juga relatif lebih terlihat bila dibandingkan dengan pengamatan sebelumnya, walaupun masih berupa titik kecil berwarna biru tua. Pengamatan dilanjutkan dengan mengamati perubahan struktur pada nanowire dengan width 200 nm dan konstanta nonadiabatis! = 0. Fenomena yang muncul tidak jauh berbeda dengan

9 pengamatan pada nanowire dengan width 100 nm dan 150 nm pada nilai! yang sama. Kecepatan DW relatif lebih lambat pada harga! ini. Besar rapat arus kritis juga lebih besar bila dibandingkan dengan width sebelumnya, yaitu 875 m/s dan kecepatan kritis sebesar 73.1 m/s. Hasil pengamatan ditujukkan pada gambar 5(a). Pengamatan berikutnya dilakukan pada nanowire dengan width 200 nm dan konstanta nonadiabatis! = 4!, seperti ditunjukkan pada gambar 5(b). Penurunan kecepatan DW mulai terjadi saat besar rapat arus adalah 255 m/s, namun perubahan struktur terjadi saat rapat arus sebesar 260 m/s, dengan kecepatan kritis m/s. 4.2 Posisi dan Kecepatan DW pada Nanowire Posisi DW pada nanowire ketika pulsa arus listrik diberikan ditunjukkan pada gambar 6 sampai gambar 8. berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa selama kerapatan arus diberikan, DW mengalami pergeseran, bergerak dari posisi tengah menuju tepi wire dengan pola tertentu. Secara umum, ketika faktor nonadiabatis diperhitungkan, pergerakan DW relatif lebih teratur apabila dibandingkan saat faktor nonadiabatis tidak diperhitungkan. Gradien dari kurva menyatakan kecepatan rata-rata DW. Pada gambar 6 (a), gradien untuk kerapatan arus 1000 m/s relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan gradien pada densitas arus 850 m/s, hal ini dikarenakan telah melewati titik Walker breakdown, sehingga terjadi perubahan struktur pada DW dari tranverse menjadi vortex/antivortex dan menyebabkan penurunan kecepatan rata-rata. Pada saat nilai konstanta nonadiabatis adalah nol (tidak diperhitungkan), DW bergerak dengan kecepatan yang cukup rendah. Hal ini diperlihatkan pada gambar 6 (a), 7(a), dan 8(a). Ketiga gambar ini menunjukkan DW bergerak relatif lebih pendek bila faktor nonadiabatis menjadi diperhitungkan.

10 Gambar 6. Posisi DW di dalam nanowire dengan width 100 nm ketika pulsa arus listrik diberikan selama 3 ns untuk variasi kerapatan arus untuk : (a)! = 0; (b)! = 4!. Gambar 7. Posisi DW di dalam nanowire dengan width 150 nm ketika pulsa arus listrik diberikan selama 3 ns untuk variasi kerapatan arus untuk : (a)! = 0; (b)! = 4!. Gambar 8. Posisi DW di dalam nanowire dengan width 100 nm ketika pulsa arus listrik diberikan selama 3 ns untuk variasi kerapatan arus untuk : (a)! = 0; (b)! = 4!. Gambar 9 sampai gambar 11 menunjukan kecepatan DW di dalam nanowire untuk variasi kerapatan arus. Seperti yang sudah disebutkan diawal, kecepatan rata-rata DW meningkat ketika kerapatan arus listrik yang diberikan juga meningkat. Nilai ini akan meningkat sampai mencapai kecepatan kritis, dimana kecepatan setelah titik kritis ini akan mulai berkurang dan menyebabkan perubahan struktur pada DW. Untuk nilai! = 0, besar kecepatan rata-rata berkurang seiring dengan pertambahan width, dan cenderung tetap untuk! = 4!. Apabila diamati berdasarkan perbedaan nilai!, ketika faktor nonadiabatis diperhitungkan, maka hal ini akan menyebabkan penurunan besar kerapatan arus. Harga! yang lebih besar membutuhkan rapat arus yang lebih kecil untuk membuat DW mengalami perubahan struktur.

11 Pada gambar 11(a), kecepatan rata-rata DW menjadi negatif setelah melalui titik Walker breakdown. Setelah DW mencapai titik walker breakdown, DW bergerak kembali dengan arah berlawanan. Gambar 9. Kurva kecepatan rata-rata DW terhadap rapat arus pada nanowire dengan width 100 nm dan : (a)! = 0; (b)! = 4!. Gambar 10. Kurva kecepatan rata-rata DW terhadap rapat arus pada nanowire dengan width 150 nm dan : (a)! = 0; (b)! = 4!.

12 Gambar 11. Kurva kecepatan rata-rata DW terhadap rapat arus pada nanowire dengan width 200 nm dan : (a)! = 0; (b)! = 4!. Gambar 12(a) menunjukkan pengaruh ukuran width terhadap besar rapat arus yang diperlukan saat DW mengalami perubahan struktur dari transverse menjadi vortex/antivortex. Ketika nilai! = 0, kenaikan rapat arus berbanding lurus dengan kenaikan ukuran width dari nanowire. Sedangkan pada gambar 12(b) terlihat bahwa rapat arus mengalami penurunan ketika width nanowire bertambah dari 100 nm menjadi 150 nm, lalu mengalami penambahan saat width bertambah menjadi 200 nm. Hal ini diakibatkan karena adanya faktor nonadiabatis. Hasil ini memberi konfirmasi bahwa pergerakan DW dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran geometri dari nanowire. Hubungan yang sama juga berlaku untuk kecepatan dari DW. Gambar 12. Kurva besar rapat arus terhadap ukuran width untuk (a)! = 0 dan (b)! = 4!.

13 Tabel 1 menunjukan perbandingan besaran current density dan kecepatan kritis untuk masingmasing ukuran width pada setiap konstanta nonadiabatis. Ketika konstanta nonadiabatis tidak diperhitungkan, nilai kecepatan kritis DW bervariasi. Kecepatan terbesar dialami pada nanowire yang paling sempit, sedangkan kecepatan terkecil terjadi pada ukuran nanowire 150 nm. Tabel 1. Tabel perbandingan current density u dan kecepatan kritis terhadap variasi width dan β. Width (nm) β = 0 β = 4α Current density u (m/s) Kecepatan kritis (m/s) Current density u (m/s) Kecepatan kritis (m/s) Kesimpulan Setelah melakukan penelitian dinamika DW pada bahan Permalloy berbentuk nanowire, didapatkan beberapa kesimpulan a. Mikromagnetik dapat dimanfaatkan untuk mengamati dinamika domain wall pada feromagnetik nanowire. b. Kecepatan domain wall meningkat sebanding bertambahnya kerapatan arus pada feromagnetik nanowire. c. Pada! = 0, kerapatan arus meningkat sebanding dengan penambahan lebar nanowire. Sedangkan pada! = 4! kerapatan arus menurun bervariasi terhadap penambahan lebar nanowire. d. Pada injeksi arus tertentu terjadi perubahan struktur domain wall dari transverse wall menjadi vortex wall. Kepustakaan [1] G. Tatara, H. Kohno. J. Electron Microscopy, 54 (2005) i69-i74 [2] Hubert A and Schafer R (1998) Magnetic Domains (Springer-Verlag, Berlin).

14 [3] de Leeuw F H, Van den Doel R, and Enz U (1980) Rep. Prog. Phys. 43: 659. [4] WU Yong et al. Sci China-Phys Mech Astron (2012) 55: [5] Berger L (1978) J. Appl. Phys 49: [6] Berger L (1984) J. Appl. Phys 55: [7] Berger L (1992) J. Appl. Phys 71: [8] Miltat et al (2001) J. Appl. Phys 89 : [9] D. Djuhana et al Journal of the Korean Physical Society (2013) 63: [10] M. J. Donahue and D. G. Porter, OOMMF User s Guide, math.nist.gov/oommf (2002) [11] [12] [13] T. L. Gilbert, IEEE Trans.Magnetics. 40 (2004), [14] B. Hillebrands dan K. Ounadjela, Spin Dynamics in Confined Magnetic Structure II, Springer-Verlag Berlin Heidelberg, [15] M. Klaȕi, Journal of Physics: Cond.Matter 20 (2008), [16] C. Kittle, Introduction to Solid State Physics 8 th, John Wiley & sons, Inc, [17] Dede Djuhana, Micromagnetic Simulation of Domain Wall Dynamics in Ferromagnetic Nanowires, [18] P. B. He, W. M. Liu, Phys. Rev. B 72, (2005). [19] W. F. Brown. Jr, Micromagnetics, Interscience Publisher, John Wiley & Son, New York, [20] J. C. Slonczewski, J. Magn. Magn. Mater. 195, L261 (1999). [21] J. Z. Sun, J. Magn. Magn. Mater. 202, 157 (1999). [22] C. Heide, P. E. Zilberman, and R. J. Elliott, Phys. Rev. B 63, (2001). [23] S. Zhang, P. M. Levy, and A. Fert, Phys. Rev. Lett. 88, (2002). [24] M. Tsoi, V. Tsoi, J. Bass, A. G. M. Jansen, and P. Wyder, Phys. Rev. Lett (2002). [25] T. Y. Chen, Y. Ji, C. L. Chien, and M. D. Stiles, Phys. Rev. Lett. 93, (2004). [26] Y. Tserkovnyak, A, Brataas, and G. E. W. Bauer, Phys. Rev. Lett. 88, (2002). [27] J. C. Slonczewski, J. Magn. Magn. Mater. 159, L1 (1996). [28] L. Berger, Phys. Rev. B 54, 9353 (1996). [29] Dede Djuhana, Widya Nursiyanto, dan Dita Oktri C.C, Analisis Spektrum Suseptibilitas dan Struktur Domain Magnet dengan Modeling Time-Resolved Imaging

15 Micromagnetic dan Pengukuran Absorpsi Gelombang Mikro Menggunakan Vector Network Analyzer (VNA) pada Material Nanoferromagnet. DRPM UI, [30] J. A. Katine, F. J. Albert, R. A. Buhrman, E. B. Myers, and D. C. Ralph, Phys. Rev. Lett. 84(14), (2000). [31] E. B. Myers, D. C. Ralph, J. A. Katine, R. N. Louie, and R. A. Buhrman, Science 285, (1999). [32] M. Tsoi, A. G. M. Jansen, J. Bass,W.-C. Chiang, V. Tsoi, and P. Wyder, Nature 406, 46 (2000).

UNIVERSITAS INDONESIA. DINAMIKA DOMAIN WALL DAN EFEK ANISOTROPI PADA MATERIAL FERROMAGNET Co DAN Ni BERBENTUK NANOWIRE TESIS MARDONA

UNIVERSITAS INDONESIA. DINAMIKA DOMAIN WALL DAN EFEK ANISOTROPI PADA MATERIAL FERROMAGNET Co DAN Ni BERBENTUK NANOWIRE TESIS MARDONA UNIVERSITAS INDONESIA DINAMIKA DOMAIN WALL DAN EFEK ANISOTROPI PADA MATERIAL FERROMAGNET Co DAN Ni BERBENTUK NANOWIRE TESIS MARDONA 1006786820 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PASCA

Lebih terperinci

ABSTRACT STUDY OF THE EFFECT OF DIMENSION AND GEOMETRIC TOWARD MAGNETIC DOMAIN WALL PROPAGATION ON PERMALLOY THIN LAYER ( )

ABSTRACT STUDY OF THE EFFECT OF DIMENSION AND GEOMETRIC TOWARD MAGNETIC DOMAIN WALL PROPAGATION ON PERMALLOY THIN LAYER ( ) ABSTRACT STUDY OF THE EFFECT OF DIMENSION AND GEOMETRIC TOWARD MAGNETIC DOMAIN WALL PROPAGATION ON PERMALLOY THIN LAYER ( ) By Anisa Indriawati 12/336436/PPA/3796 Research of magnetic domain wall propagation

Lebih terperinci

Simulasi Mikromagnetik dari Proses Switching dalam Nano Dot Permalloy Magnetik

Simulasi Mikromagnetik dari Proses Switching dalam Nano Dot Permalloy Magnetik Simulasi Mikromagnetik dari Proses Switching dalam Nano Dot Permalloy Magnetik F Rohmah, Utari, B Purnama Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Ilustrasi struktur MTJ (tanpa skala) dengan arah lapisan magentisasi (Ali, 2013)

Gambar 1.1 Ilustrasi struktur MTJ (tanpa skala) dengan arah lapisan magentisasi (Ali, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan tentang spintronik memberikan paradigma baru dalam teknologi modern saat ini. Elektron yang semula hanya dipandang sebagai muatannya saja,

Lebih terperinci

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1]

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1] BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Momen Magnet Sifat magnetik makroskopik dari material adalah akibat dari momen momen magnet yang berkaitan dengan elektron-elektron individual. Setiap elektron dalam atom mempunyai

Lebih terperinci

AMPLITUDO OSILASI POSISI DOMAIN WALL BAHAN FEROMAGNETIK NANOWIRE BERKONTRIKSI SEGITIGA KETIKA DIBERI MEDAN LUAR AC DENGAN AMPLITUDO 2 MILITESLA

AMPLITUDO OSILASI POSISI DOMAIN WALL BAHAN FEROMAGNETIK NANOWIRE BERKONTRIKSI SEGITIGA KETIKA DIBERI MEDAN LUAR AC DENGAN AMPLITUDO 2 MILITESLA AMPLITUDO OSILASI POSISI DOMAIN WALL BAHAN FEROMAGNETIK NANOWIRE BERKONTRIKSI SEGITIGA KETIKA DIBERI MEDAN LUAR AC DENGAN AMPLITUDO 2 MILITESLA W. Nursiyanto 1,a), B. Soegijono 2,b), E. Djatmiko 1,c) 1

Lebih terperinci

SIMULASI MIKROMAGNETIK MAGNETISASI REVERSAL PADA NANO-PARTIKEL MAGNETIK PERMALLOY

SIMULASI MIKROMAGNETIK MAGNETISASI REVERSAL PADA NANO-PARTIKEL MAGNETIK PERMALLOY SIMULASI MIKROMAGNETIK MAGNETISASI REVERSAL PADA NANO-PARTIKEL MAGNETIK PERMALLOY Disusun Oleh : SHIBGHATULLAH MUHAMMADY M0209050 SKRIPSI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. ANALISIS OSILASI DAN STRUKTUR DOMAIN WALL DI DALAM KONSTRIKSI NOTCH PADA BAHAN FEROMAGNETIK (Fe, Co, Ni) BERBENTUK NANOWIRE

UNIVERSITAS INDONESIA. ANALISIS OSILASI DAN STRUKTUR DOMAIN WALL DI DALAM KONSTRIKSI NOTCH PADA BAHAN FEROMAGNETIK (Fe, Co, Ni) BERBENTUK NANOWIRE UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS OSILASI DAN STRUKTUR DOMAIN WALL DI DALAM KONSTRIKSI NOTCH PADA BAHAN FEROMAGNETIK (Fe, Co, Ni) BERBENTUK NANOWIRE DISERTASI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA STUDI MICROMAGNETIC PROSES MAGNETISASI DAN SPEKTRUM SUSEPTIBILITAS FERROMAGNETIK ELEMEN DIAMOND-SHAPED TESIS ISMAIL

UNIVERSITAS INDONESIA STUDI MICROMAGNETIC PROSES MAGNETISASI DAN SPEKTRUM SUSEPTIBILITAS FERROMAGNETIK ELEMEN DIAMOND-SHAPED TESIS ISMAIL UNIVERSITAS INDONESIA STUDI MICROMAGNETIC PROSES MAGNETISASI DAN SPEKTRUM SUSEPTIBILITAS FERROMAGNETIK ELEMEN DIAMOND-SHAPED TESIS ISMAIL 1106106975 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. A. Kemagnetan Bahan. Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet. seperti terlihat pada Gambar 2.

BAB II DASAR TEORI. A. Kemagnetan Bahan. Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet. seperti terlihat pada Gambar 2. BAB II DASAR TEORI A. Kemagnetan Bahan Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet seperti terlihat pada Gambar 2. Gambar 2: Diagram pengelompokan bahan magnet (Stancil &

Lebih terperinci

Setelah Anda mempelajari KB-1 di atas, simaklah dan hafalkan beberapa hal penting di. dapat dihitung sebagai beriktut: h δl l'

Setelah Anda mempelajari KB-1 di atas, simaklah dan hafalkan beberapa hal penting di. dapat dihitung sebagai beriktut: h δl l' Rangkuman: bawah ini! Setelah Anda mempelajari KB-1 di atas, simaklah dan hafalkan beberapa hal penting di 1. Elemen-elemen matrik L lm,l'm' = h l ( l +1) δ ll' L l m, l 'm' dapat dihitung sebagai beriktut:

Lebih terperinci

STUDI MAGNETISASI PADA SISTEM SPIN MENGGUNAKAN MODEL ISING 2D

STUDI MAGNETISASI PADA SISTEM SPIN MENGGUNAKAN MODEL ISING 2D STUDI MAGNETISASI PADA SISTEM SPIN MENGGUNAKAN MODEL ISING 2D Dwi Septiani *), Bambang Heru Iswanto, dan Iwan Sugihartono 1 Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Jakarta, Jln. Pemuda No. 10 Rawamangun,

Lebih terperinci

DAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s)

DAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s) DAFTAR SIMBOL n κ α R μ m χ m c v F L q E B v F Ω ħ ω p K s k f α, β s-s V χ (0) : indeks bias : koefisien ekstinsi : koefisien absorpsi : reflektivitas : permeabilitas magnetik : suseptibilitas magnetik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena optik dapat mendeskripsikan sifat medium dalam interaksinya dengan gelombang elekromagnetik. Hal tersebut ditentukan oleh beberapa parameter optik, yaitu indeks

Lebih terperinci

Kajian Simulasi Mikromagnetik Ketergantungan Tipe-nukleasi Magnetisasi Reversal terhadap Waktu pada Nano Dot Permalloy

Kajian Simulasi Mikromagnetik Ketergantungan Tipe-nukleasi Magnetisasi Reversal terhadap Waktu pada Nano Dot Permalloy ISSN:2089 0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2012) Vol.2 No.2 halaman 164 Oktober 2012 Kajian Simulasi Mikromagnetik Ketergantungan Tipe-nukleasi Magnetisasi Reversal terhadap Waktu pada Nano

Lebih terperinci

KEMAGNETAN. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-8

KEMAGNETAN. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-8 MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-122 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-8 CAKUPAN MATERI 1. MAGNET 2. FLUKS MAGNETIK 3. GAYA MAGNET PADA SEBUAH ARUS 4. MUATAN SIRKULASI 5. EFEK HALL

Lebih terperinci

TOPIK 8. Medan Magnetik. Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si.

TOPIK 8. Medan Magnetik. Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si. TOPIK 8 Medan Magnetik Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si. ikhsan_s@ugm.ac.id Pencetak sidik jari magnetik. Medan Magnetik Medan dan Gaya Megnetik Gaya Magnetik pada Konduktor Berarus

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

FISIKA MODERN. Pertemuan Ke-7. Nurun Nayiroh, M.Si.

FISIKA MODERN. Pertemuan Ke-7. Nurun Nayiroh, M.Si. FISIKA MODERN Pertemuan Ke-7 Nurun Nayiroh, M.Si. Efek Zeeman Gerakan orbital elektron Percobaan Stern-Gerlach Spin elektron Pieter Zeeman (1896) melakukan suatu percobaan untuk mengukur interaksi antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sensor magnetik berbasis teknologi Giant Magnetoresistance (GMR) pada saat ini menarik minat banyak peneliti. Hal ini dikarenakan material GMR memiliki

Lebih terperinci

PELATIHAN OSN JAKARTA 2016 LISTRIK MAGNET (BAGIAN 1)

PELATIHAN OSN JAKARTA 2016 LISTRIK MAGNET (BAGIAN 1) PLATIHAN OSN JAKATA 2016 LISTIK MAGNT (AGIAN 1) 1. Partikel deuterium (1 proton, 1 neutron) dan partikel alpha (2 proton, 2 neutron) saling mendekat dari jarak yang sangat jauh dengan energi kinetik masing-masing

Lebih terperinci

UM UGM 2017 Fisika. Soal

UM UGM 2017 Fisika. Soal UM UGM 07 Fisika Soal Doc. Name: UMUGM07FIS999 Version: 07- Halaman 0. Pada planet A yang berbentuk bola dibuat terowongan lurus dari permukaan planet A yang menembus pusat planet dan berujung di permukaan

Lebih terperinci

INFORMASI PENTING. m e = 9, kg Besar muatan electron. Massa electron. e = 1, C Bilangan Avogadro

INFORMASI PENTING. m e = 9, kg Besar muatan electron. Massa electron. e = 1, C Bilangan Avogadro PETUNJUK UMUM 1. Tuliskan NAMA dan ID peserta di setiap lembar jawaban dan lembar kerja. 2. Tuliskan jawaban akhir di kotak yang disediakan untuk di lembar Jawaban. Lembar kerja dapat digunakan untuk melakukan

Lebih terperinci

PENGARUH INTI KOIL TERHADAP TEGANGANINDUKTOR DAN RESISTOR YANG DIRANGKAI SECARA SERI. Salomo, Erwin,Surya Ningsih

PENGARUH INTI KOIL TERHADAP TEGANGANINDUKTOR DAN RESISTOR YANG DIRANGKAI SECARA SERI. Salomo, Erwin,Surya Ningsih PENGARUH INTI KOIL TERHADAP TEGANGANINDUKTOR DAN RESISTOR YANG DIRANGKAI SECARA SERI Salomo, Erwin,Surya Ningsih Jurusan Fisika - Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau Kampus

Lebih terperinci

MEDAN MAGNET SUGIYO,S.SI.M.KOM

MEDAN MAGNET SUGIYO,S.SI.M.KOM MEDAN MAGNET SUGIYO,S.SI.M.KOM PENDAHULUAN Magnet dalam teknologi terapan KEMAGNETAN Macam macam bentuk magnet Magnet batang, U bulat jarum 6.2 HUKUM COLUMB 6.3 PENGERTIAN MEDAN MAGNET Ruangan disekitar

Lebih terperinci

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2 1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah

Lebih terperinci

OPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS

OPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS OPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS HALLEYNA WIDYASARI halleynawidyasari@gmail.com Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Material Giant-Magnetoresistance (GMR) merupakan material yang sedang dikembangkan di berbagai negara. GMR pertama kali diselidiki oleh Baibich dkk (1988) dalam struktur

Lebih terperinci

Reproduksi Kurva Magnetisasi bagi Superkonduktor Mesoskopik Tipe II Berdasarkan Simulasi Numerik Persamaan TDGL

Reproduksi Kurva Magnetisasi bagi Superkonduktor Mesoskopik Tipe II Berdasarkan Simulasi Numerik Persamaan TDGL FOTON, Jurnal Fisika dan Pembelajarannya Volume 11, Nomor 2, Agustus 27 Reproduksi Kurva Magnetisasi bagi Superkonduktor Mesoskopik Tipe II Berdasarkan Simulasi Numerik Persamaan TDGL Hari Wisodo Jurusan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM DAN PERSAMAAN KEADAAN

BAB III SISTEM DAN PERSAMAAN KEADAAN BAB III SISTEM DAN PERSAMAAN KEADAAN 3.1 Keadaan keseimbangan dan persamaannya 3.2 Perubahan infinit pada keadaan keseimbangan 3.3 Mencari persamaan keadaan 3.1 KEADAAN KESEIMBANGAN DAN PERSAMAANNYA Keadaan

Lebih terperinci

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan . (5 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan dengan H). Kecepatan awal horizontal bola adalah v 0 dan

Lebih terperinci

SIMAK UI Fisika

SIMAK UI Fisika SIMAK UI 2016 - Fisika Soal Halaman 1 01. Fluida masuk melalui pipa berdiameter 20 mm yang memiliki cabang dua pipa berdiameter 10 mm dan 15 mm. Pipa 15 mm memiliki cabang lagi dua pipa berdiameter 8 mm.

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH INTI KOIL TERHADAP MEDAN MAGNETIK DAN MUATAN PADA KAPASITOR DALAM RANGKAIAN SERI LC. Sri Wahyuni *, Erwin, Salomo

ANALISA PENGARUH INTI KOIL TERHADAP MEDAN MAGNETIK DAN MUATAN PADA KAPASITOR DALAM RANGKAIAN SERI LC. Sri Wahyuni *, Erwin, Salomo ANALISA PENGARUH INTI KOIL TERHADAP MEDAN MAGNETIK DAN MUATAN PADA KAPASITOR DALAM RANGKAIAN SERI LC Sri Wahyuni *, Erwin, Salomo Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

T 19 Kerapatan Keadaan pada Struktur Nano Berbentuk Sumur Nano, Kawat Nano dan Titik Nano

T 19 Kerapatan Keadaan pada Struktur Nano Berbentuk Sumur Nano, Kawat Nano dan Titik Nano T 19 Kerapatan Keadaan pada Struktur Nano Berbentuk Sumur Nano, Kawat Nano dan Titik Nano Ratno Nuryadi Pusat Teknologi Material, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) BPPT Gedung II Lt. 22.

Lebih terperinci

ENERGI TOTAL KEADAAN DASAR ATOM BERILIUM DENGAN TEORI GANGGUAN

ENERGI TOTAL KEADAAN DASAR ATOM BERILIUM DENGAN TEORI GANGGUAN Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika Vol. 0, No. 02 (207) 28 33 Departemen Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran ENERGI TOTAL KEADAAN DASAR ATOM BERILIUM DENGAN TEORI GANGGUAN LIU KIN MEN *, SETIANTO, BAMBANG

Lebih terperinci

Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern

Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern Pokok ahasan Medan Magnetik Abdul Waris Rizal Kurniadi Noitrian Sparisoma Viridi Topik Pengantar Gaya Magnetik Gaya Lorentz ubble Chamber Velocity

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013 Soal-Jawab Fisika Teori OSN 0 andung, 4 September 0. (7 poin) Dua manik-manik masing-masing bermassa m dan dianggap benda titik terletak di atas lingkaran kawat licin bermassa M dan berjari-jari. Kawat

Lebih terperinci

Simulasi Geometri Nanoserat Hasil Pemintalan Elektrik

Simulasi Geometri Nanoserat Hasil Pemintalan Elektrik Jurnal Nanosains & Nanoteknologi ISSN 1979-0880 Edisi Khusus, Agustus 2009 Simulasi Geometri Nanoserat Hasil Pemintalan Elektrik Sahrul Saehana (a), Mikrajuddin Abdullah, dan Khairurrijal (b) Kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak penelitian dalam fisika material mampat mengenai semikonduktor yang difokuskan untuk aplikasi dalam bentuk divais spintronik, dimana spin elektron

Lebih terperinci

SIMULASI DAN PERHITUNGAN SPIN ROKET FOLDED FIN BERDIAMETER 200 mm

SIMULASI DAN PERHITUNGAN SPIN ROKET FOLDED FIN BERDIAMETER 200 mm Simulasi dan Perhitungan Spin Roket... (Ahmad Jamaludin Fitroh et al.) SIMULASI DAN PERHITUNGAN SPIN ROKET FOLDED FIN BERDIAMETER 00 mm Ahmad Jamaludin Fitroh *), Saeri **) *) Peneliti Aerodinamika, LAPAN

Lebih terperinci

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR A V PERAMATAN GELOMANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR 5.. Pendahuluan erkas (beam) optik yang merambat pada medium linier mempunyai kecenderungan untuk menyebar karena adanya efek difraksi; lihat Gambar

Lebih terperinci

Kata kunci: cermin Einstein, cermin Relativistik, foton, pemantulan cahaya.

Kata kunci: cermin Einstein, cermin Relativistik, foton, pemantulan cahaya. 1 PEMANTULAN CERMIN DATAR RELATIVISTIK: ANALISIS FREKUENSI DAN SUDUT PANTUL CAHAYA TERHADAP KECEPATAN CERMIN DAN SUDUT DATANG Muhammad Firmansyah Kasim, Muhammad Fauzi Sahdan, Nabila Khrisna Dewi Institut

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkaman magnetik berbantukan panas atau Heat Assisted Magnetic

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkaman magnetik berbantukan panas atau Heat Assisted Magnetic BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkaman magnetik berbantukan panas atau Heat Assisted Magnetic Recording (HAMR) merupakan kata kunci untuk merealisasikan perekam magnetis berkapasitas ultra

Lebih terperinci

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD.

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD. BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET Hani Nurbiantoro Santosa, PhD hanisantosa@gmail.com 2 BAB 1 PENDAHULUAN Atom, Interaksi Fundamental, Syarat Matematika, Syarat Fisika, Muatan Listrik, Gaya Listrik, Pengertian

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19

KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19 KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19 NOER AF IDAH 1109201712 DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Darminto, MSc Pendahuluan: Smart magnetic materials Barium M-Heksaferit

Lebih terperinci

STUDI PEMBANGKITAN TORSI PADA CAKRAM BAJA MENGGUNAKAN GAYA-MEDAN MAGNET NEODYMIUM

STUDI PEMBANGKITAN TORSI PADA CAKRAM BAJA MENGGUNAKAN GAYA-MEDAN MAGNET NEODYMIUM Studi Pembangkitan Torsi... (Sigit Iswahyudi) STUDI PEMBANGKITAN TORSI PADA CAKRAM BAJA MENGGUNAKAN GAYA-MEDAN MAGNET NEODYMIUM Sigit Iswahyudi 1, Wandi Arnandi 2 1,2 Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

d) Dipol magnet merupakan sebuah magnet dipol, akselerator partikel, magnet yang dibangun untuk menciptakan medan magnet homogen dari jarak tertentu.

d) Dipol magnet merupakan sebuah magnet dipol, akselerator partikel, magnet yang dibangun untuk menciptakan medan magnet homogen dari jarak tertentu. Tugas Perbaikan Mid Sifat Magnetik Batuan Soal : 1. Jelaskan tentang : a) Magnetisasi b) Permeabilitas Magnetic c) Suseptibilitas Magnetik d) Dipol Magnetik e) Suhu Curie f) Histeresis 2. Ceritakanlah

Lebih terperinci

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,

Lebih terperinci

Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p. Menghasilkan: Merasakan:

Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p. Menghasilkan: Merasakan: KEMAGNETAN Menu hari ini (2 minggu): Medan dan Gaya Magnet Medan Gravitasi Listrik Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p Menghasilkan: Merasakan: Magnet Batang Kutub sejenis

Lebih terperinci

BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar

BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar 2.1.1 Momen Magnet Arus yang mengalir pada suatu kawat yang lurus akan menghasilkan medan magnet yang melingkar di sekitar kawat, dan apabila kawat tersebut dilingkarkan

Lebih terperinci

Inti Atom dan Penyusunnya. Sulistyani, M.Si.

Inti Atom dan Penyusunnya. Sulistyani, M.Si. Inti Atom dan Penyusunnya Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Eksperimen Marsden dan Geiger Pendahuluan Teori tentang atom pertama kali dikemukakan oleh Dalton bahwa atom bagian terkecil dari

Lebih terperinci

Bahan Listrik. Bahan Magnet

Bahan Listrik. Bahan Magnet Bahan Listrik Bahan Magnet Sejarah Magnet Kata magnet berasal dari bahasa yunani magnitis lithos yang berarti batu magnesia. Magnesia adalah nama sebuah wilayah di Yunani pada masa lalu yang kini bernama

Lebih terperinci

ARUS LISTRIK. Di dalam konduktor / penghantar terdapat elektron bebas (muatan negatif) yang bergerak dalam arah sembarang (random motion)

ARUS LISTRIK. Di dalam konduktor / penghantar terdapat elektron bebas (muatan negatif) yang bergerak dalam arah sembarang (random motion) ARUS LISTRIK Di dalam konduktor / penghantar terdapat elektron bebas (muatan negatif) yang bergerak dalam arah sembarang (random motion) Konduktor terisolasi Elektron-elektron tersebut tidak mempunyai

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. dibuat melingkar (loop) dengan luasan sebesar da, maka arus I dalam luasan yang

BAB II DASAR TEORI. dibuat melingkar (loop) dengan luasan sebesar da, maka arus I dalam luasan yang BAB II DASAR TEORI A. Momen Magnet Di sekitar kawat berarus listrik terdapat medan magnet. Jika kawat tersebut dibuat melingkar (loop) dengan luasan sebesar da, maka arus I dalam luasan yang ditutup loop

Lebih terperinci

KB 1. Usaha Magnetik Dan Pendinginan Magnetik

KB 1. Usaha Magnetik Dan Pendinginan Magnetik KB 1. Usaha Magnetik Dan Pendinginan Magnetik 1.1 Usaha Magnetik. Interaksi magnetik merupakan hal yang menarik dalam bidang Fisika. Interaksi magnetik ini merupakan hal yang sangat penting dalam mempelajari

Lebih terperinci

MUATAN LISTRIK DAN MEDAN LISTRIK

MUATAN LISTRIK DAN MEDAN LISTRIK MUATAN LISTIK DAN MEDAN LISTIK Muatan listrik Orang yunani kuno pada tahun 600 SM telah menemukan bahwa bila mereka menggosokkan amber( semacam resin) dengan wol, maka amber itu dapat menarik benda benda

Lebih terperinci

Studi Komparasi Algoritma Metropolis dan Solusi Analitik pada Ising Model 2 Dimensi untuk Identifikasi Transisi Fasa pada Ferromagnet

Studi Komparasi Algoritma Metropolis dan Solusi Analitik pada Ising Model 2 Dimensi untuk Identifikasi Transisi Fasa pada Ferromagnet Studi Komparasi Algoritma Metropolis dan Solusi Analitik pada Ising Model 2 Dimensi untuk Identifikasi Transisi Fasa pada Ferromagnet Pradipto,a), Acep Purqon,b), Laboratorium Fisika Bumi, Kelompok Keilmuan

Lebih terperinci

Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona

Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona Vincensius Gunawan.S.K Laboratorium Fisika Zat Padat, Jurusan Fisika, Universitas

Lebih terperinci

PERCOBAAN EFEK ZEEMAN. Kusnanto Mukti W/ M Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Sebelas Maret Surakarta

PERCOBAAN EFEK ZEEMAN. Kusnanto Mukti W/ M Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Sebelas Maret Surakarta PERCOBAAN EFEK ZEEMAN Kusnanto Mukti W/ M009031 Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK Efek Zeeman adalah gejala tambahan garis-garis spektrum jika atom-atom tereksitasi diletakan

Lebih terperinci

Bab IV Analisis dan Diskusi

Bab IV Analisis dan Diskusi Bab IV Analisis dan Diskusi IV.1 Hasil Perhitungan Permeabilitas Pemodelan Fisis Data yang diperoleh dari kelima model fisis saluran diolah dengan menggunakan hukum Darcy seperti tertulis pada persamaan

Lebih terperinci

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS 1. Dua buah bola bermuatan sama (2 C) diletakkan terpisah sejauh 2 cm. Gaya yang dialami oleh muatan 1 C yang diletakkan di tengah-tengah kedua muatan adalah...

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - MEDAN MAGNET - MEDAN MAGNET

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - MEDAN MAGNET - MEDAN MAGNET LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Nama : Kelas/No : / Medan Magnet - - MEDAN MAGNET - MEDAN MAGNET A. Medan Magnet 1. Medan Magnet oleh arus listrik

Lebih terperinci

BAHAN AJAR 4. Medan Magnet MATERI FISIKA SMA KELAS XII

BAHAN AJAR 4. Medan Magnet MATERI FISIKA SMA KELAS XII BAHAN AJAR 4 Medan Magnet MATERI FISIKA SMA KELAS XII GAYA LORENTZ Pada percobaan oersted telah dibuktikan pengaruh arus listrik terhadap kutub magnet, bagaimana pengaruh kutub magnet terhadap arus listrik

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

Elektron Bebas. 1. Teori Drude Tentang Elektron Dalam Logam

Elektron Bebas. 1. Teori Drude Tentang Elektron Dalam Logam Elektron Bebas Beberapa teori tentang panas jenis zat padat yang telah dibahas dapat dengan baik menjelaskan sifat-sfat panas jenis zat padat yang tergolong non logam, akan tetapi untuk golongan logam

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SYMMETRIC NUCLEAR MATTER PADA TEMPERATUR NOL

KARAKTERISTIK SYMMETRIC NUCLEAR MATTER PADA TEMPERATUR NOL KARAKTERISTIK SYMMETRIC NUCLEAR MATTER PADA TEMPERATUR NOL Annisa Fitri 1, Anto Sulaksono 2 1,2 Departemen Fisika FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424 1 annisa.fitri11@sci.ui.ac.id 2 anto.sulaksono@sci.ui.ac.id

Lebih terperinci

Fisika UMPTN Tahun 1986

Fisika UMPTN Tahun 1986 Fisika UMPTN Tahun 986 UMPTN-86-0 Sebuah benda dengan massa kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari, m. Jika

Lebih terperinci

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121 SBMPTN 017 Fisika Soal SBMPTN 017 - Fisika - Kode Soal 11 Halaman 1 01. 5 Ketinggian (m) 0 15 10 5 0 0 1 3 5 6 Waktu (s) Sebuah batu dilempar ke atas dengan kecepatan awal tertentu. Posisi batu setiap

Lebih terperinci

KB 2. Teknologi Kereta Api Yang Berkecepatan Tinggi. Aplikasi superkonduktor dalam teknologi kereta Api supercepat adalah memanfaatkan

KB 2. Teknologi Kereta Api Yang Berkecepatan Tinggi. Aplikasi superkonduktor dalam teknologi kereta Api supercepat adalah memanfaatkan KB 2. Teknologi Kereta Api Yang Berkecepatan Tinggi Aplikasi superkonduktor dalam teknologi kereta Api supercepat adalah memanfaatkan salah satu sifat dari superkonduktor yang paling menarik, yaitu sifat

Lebih terperinci

Chap 7a Aplikasi Distribusi. Fermi Dirac (part-1)

Chap 7a Aplikasi Distribusi. Fermi Dirac (part-1) Chap 7a Aplikasi Distribusi Fermi Dirac (part-1) Teori Bintang Katai Putih Apakah bintang Katai Putih Bintang yg warnanya pudar/pucat krn hanya memancarkan sedikit cahaya krn supply hidrogennya sudah tinggal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PEMBANGKITAN ENERGI LISTRIK DARI GERAK RELATIF PERISAI MAGNETIK TERHADAP MAGNET DAN KUMPARAN SKRIPSI

UNIVERSITAS INDONESIA PEMBANGKITAN ENERGI LISTRIK DARI GERAK RELATIF PERISAI MAGNETIK TERHADAP MAGNET DAN KUMPARAN SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA PEMBANGKITAN ENERGI LISTRIK DARI GERAK RELATIF PERISAI MAGNETIK TERHADAP MAGNET DAN KUMPARAN SKRIPSI RATNA PRABOWO 0706199804 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO DEPOK JULI

Lebih terperinci

ENERGI TOTAL KEADAAN EKSITASI ATOM LITIUM DENGAN METODE VARIASI

ENERGI TOTAL KEADAAN EKSITASI ATOM LITIUM DENGAN METODE VARIASI Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika Vol 01, No 01 (2017) 6 10 Departemen Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran ENERGI TOTAL KEADAAN EKSITASI ATOM LITIUM DENGAN METODE VARIASI LIU KIN MEN* DAN SETIANTO Departemen

Lebih terperinci

FENOMENA ELEKTROKINETIK DALAM SEISMOELEKTRIK DAN PENGOLAHAN DATANYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGURANGAN BLOK. Tugas Akhir

FENOMENA ELEKTROKINETIK DALAM SEISMOELEKTRIK DAN PENGOLAHAN DATANYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGURANGAN BLOK. Tugas Akhir FENOMENA ELEKTROKINETIK DALAM SEISMOELEKTRIK DAN PENGOLAHAN DATANYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGURANGAN BLOK Tugas Akhir Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains di Program

Lebih terperinci

Keep running VEKTOR. 3/8/2007 Fisika I 1

Keep running VEKTOR. 3/8/2007 Fisika I 1 VEKTOR 3/8/007 Fisika I 1 BAB I : VEKTOR Besaran vektor adalah besaran yang terdiri dari dua variabel, yaitu besar dan arah. Sebagai contoh dari besaran vektor adalah perpindahan. Sebuah besaran vektor

Lebih terperinci

Materi Pembinaan. Terdapat dua jenis muatan listrik: muatan positif dan muatan negatif. Besar gaya antara dua muatan diberikan oleh hukum Coulomb:

Materi Pembinaan. Terdapat dua jenis muatan listrik: muatan positif dan muatan negatif. Besar gaya antara dua muatan diberikan oleh hukum Coulomb: Materi Pembinaan Draft Materi Pembinaan Teori Singkat Contoh Soal Soal-soal 1. Kemampuan Matematika/dimensi 2. Pengukuran 3. Kinematika 4. Dinamika 5. Dinamila Rotasi 6. Osilasi 7. Gravitasi (Provinsi)

Lebih terperinci

Bahan Magnetik. oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber)

Bahan Magnetik. oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber) Bahan Magnetik oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber) Historis Magnet Gejala kemagnetan merupakan cikal bakal berkembangnya pengetahuan tentang kelistrikan. Ditemukan sejak 2000 tahun

Lebih terperinci

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R DOKUMEN ASaFN. Sebuah uang logam diukur ketebalannya dengan menggunakan jangka sorong dan hasilnya terlihat seperti pada gambar dibawah. Ketebalan uang tersebut adalah... A. 0,0 cm B. 0, cm C. 0, cm D.

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

Gaya Lorentz. 1. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi

Gaya Lorentz. 1. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi ruang / daerah di sekitar magnet dimana benda-benda magnetik yang diletakkan di daerah ini masih dipengaruhi oleh magnet tersebut medan magnetik di sekitar kawat lurus berarus listrik medan magnetik di

Lebih terperinci

Asisten: (Heldi Alfiadi/ ) Tanggal Praktikum: ( ) Kata Kunci : Efek Hall, Potensial Hall, Gaya Lorentz

Asisten: (Heldi Alfiadi/ ) Tanggal Praktikum: ( ) Kata Kunci : Efek Hall, Potensial Hall, Gaya Lorentz MODUL 5 EFEK HALL Muhammad Ilham, Rizki, Moch. Arif Nurdin,Septia Eka Marsha Putra, Hanani, Robbi Hidayat. 10211078, 10210023, 10211003, 10211022, 10211051, 10211063. Program Studi Fisika, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BENDA TEGAR FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) Mirza Satriawan. menu. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta

BENDA TEGAR FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) Mirza Satriawan. menu. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta 1/36 FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) BENDA TEGAR Mirza Satriawan Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta email: mirza@ugm.ac.id Rotasi Benda Tegar Benda tegar adalah sistem partikel yang

Lebih terperinci

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 UAN-03-01 Perhatikan tabel berikut ini! No. Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg. ms 1 [M] [L] [T] 1 2 Gaya kg. ms 2 [M] [L] [T] 2 3 Daya kg. ms 3 [M] [L] [T] 3 Dari

Lebih terperinci

PENENTUAN DISTRIBUSI INDUKSI MAGNETIK YANG DITIMBULKAN OLEH BERBAGAI JENIS TELEPON SELULER DENGAN MENGGUNAKAN PROBE MAGNETIK PASCO

PENENTUAN DISTRIBUSI INDUKSI MAGNETIK YANG DITIMBULKAN OLEH BERBAGAI JENIS TELEPON SELULER DENGAN MENGGUNAKAN PROBE MAGNETIK PASCO PENENTUAN DISTRIBUSI INDUKSI MAGNETIK YANG DITIMBULKAN OLEH BERBAGAI JENIS TELEPON SELULER DENGAN MENGGUNAKAN PROBE MAGNETIK PASCO Herianto, Erwin, Mbantun Ginting Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

FUNGSI DELTA DIRAC. Marwan Wirianto 1) dan Wono Setya Budhi 2)

FUNGSI DELTA DIRAC. Marwan Wirianto 1) dan Wono Setya Budhi 2) INTEGRAL, Vol. 1 No. 1, Maret 5 FUNGSI DELTA DIRAC Marwan Wirianto 1) dan Wono Setya Budhi ) 1) Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

Lebih terperinci

Sumber medan magnet. Dede Djuhana Departemen Fisika FMIPA-UI 0-0

Sumber medan magnet. Dede Djuhana Departemen Fisika FMIPA-UI 0-0 Sumber medan magnet Dede Djuhana E-mail:dede@fisika.ui.ac.id Departemen Fisika FMIPA-UI 0-0 Sumber medan magnet Sumber medan magnet paling awal adalah medan magnet permanen yaitu berasal dari batuan mengandung

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 1. Terhadap koordinat x horizontal dan y vertikal, sebuah benda yang bergerak mengikuti gerak peluru mempunyai komponen-komponen

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2008 Fisika

UN SMA IPA 2008 Fisika UN SMA IPA 008 Fisika Kode Soal P44 Doc. Name: UNSMAIPA008FISP44 Doc. Version : 011-06 halaman 1 01. Berikut ini disajikan diagram vektor F 1 dan F! Persamaan yang tepat untuk resultan R = adalah... (A)

Lebih terperinci

Teori Atom Mekanika Klasik

Teori Atom Mekanika Klasik Teori Atom Mekanika Klasik -Thomson -Rutherford -Bohr -Bohr-Rutherford -Bohr-Sommerfeld Kelemahan Teori Atom Bohr: -Bohr hanya dapat menjelaskan spektrum gas hidrogen, tidak dapat menjelaskan spektrum

Lebih terperinci

HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI

HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Kuantum Dosen Pengampu: Drs. Ngurah Made Darma Putra, M.Si., PhD Disusun oleh kelompok 8:.

Lebih terperinci

Efek de Haas-Van Alphen

Efek de Haas-Van Alphen Efek de Haas-Van Alphen Diagmagnetisasi Landau pada suhu rendah menimbulkan efek osilasi dari susceptibilitas magnetik ketika medan magnet luar diturunkan, efek ini disebut efek de Haas-Van Alphen. Secara

Lebih terperinci

V. Medan Magnet. Ditemukan sebuah kota di Asia Kecil (bernama Magnesia) lebih dahulu dari listrik

V. Medan Magnet. Ditemukan sebuah kota di Asia Kecil (bernama Magnesia) lebih dahulu dari listrik V. Medan Magnet Ditemukan sebuah kota di Asia Kecil (bernama Magnesia) lebih dahulu dari listrik Di tempat tersebut ada batu-batu yang saling tarik menarik. Magnet besar Bumi [sudah dari dahulu dimanfaatkan

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2013 Fisika

UN SMA IPA 2013 Fisika UN SMA IPA 2013 Fisika Kode Soal Doc. Name: UNSMAIPA2013FIS Doc. Version : 2013-05 halaman 1 01. Seorang siswa mengukur ketebalan buku menggunakan mikrometer sekrup yang ditunjukkan pada gambar. Hasil

Lebih terperinci

ANALISIS LANJUTAN. Tingkat Energi & Orbit Elektron. Pita Energi Semikonduktor Intrinsik. Pita Energi Pada Semikonduktor Ter-Doping

ANALISIS LANJUTAN. Tingkat Energi & Orbit Elektron. Pita Energi Semikonduktor Intrinsik. Pita Energi Pada Semikonduktor Ter-Doping Tingkat Energi & Orbit Elektron ANALISIS LANJUTAN Pita Energi Semikonduktor Intrinsik Pita Energi Pada Semikonduktor Ter-Doping Elektronika 1 23 Irwan Arifin 2004 P-N Junction Elektronika 1 24 Irwan Arifin

Lebih terperinci

Rangkuman Listrik Statis

Rangkuman Listrik Statis Nama : Adinda Dwi Putri Kelas : XII MIA 2 Rangkuman Listrik Statis (Hukum Coulomb, Medan Listrik dan Potensial Listrik) Hukum Coulomb Pada tahun 1785, seorang ahli fisika Prancis bernama Charles Augustin

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1996

Fisika EBTANAS Tahun 1996 Fisika EBTANAS Tahun 1996 EBTANAS-96-01 Di bawah ini yang merupakan kelompok besaran turunan A. momentum, waktu, kuat arus B. kecepatan, usaha, massa C. energi, usaha, waktu putar D. waktu putar, panjang,

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Vetran Republik Indonesia

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Vetran Republik Indonesia Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Vetran Republik Indonesia Sub Pokok Bahasan : Magnet Bumi Medan Magnet Luar Akuisisi dan Reduksi Data Pengolahan Data MetodaInterpretasi Metode Geomagnetik didasarkan

Lebih terperinci

2. Tiga buah gaya setitik tangkap, besar dan arahnya seperti pada gambar di bawah ini.

2. Tiga buah gaya setitik tangkap, besar dan arahnya seperti pada gambar di bawah ini. 1. Bondan mengukur massa sebuah batu dengan menggunakan neraca Ohauss tiga lengan dengan skala terkecil 0,1 gram, skala hasil pengukurannya terlihat seperti gambar di bawah ini. Massa batu tersebut adalah.

Lebih terperinci

Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika

Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika 14.1 APLIKASI INTEGRAL A. Usaha Dan Energi Hampir semua ilmu mekanika ditemukan oleh Issac newton kecuali konsep energi. Energi dapat muncul dalam berbagai

Lebih terperinci