Analisis Potensi dan Kendala Serta Optimalisasi Pajak Parkir terhadap Penerimaan Pajak Daerah di Provinsi DKI Jakarta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Potensi dan Kendala Serta Optimalisasi Pajak Parkir terhadap Penerimaan Pajak Daerah di Provinsi DKI Jakarta"

Transkripsi

1 Analisis Potensi dan Kendala Serta Optimalisasi Pajak Parkir terhadap Penerimaan Pajak Daerah di Provinsi DKI Jakarta Tika Sugiharti, Dahlia Sari Program Studi Ekstensi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi dan kendala serta optimalisasi pajak parkir terhadap penerimaan pajak daerah di Provinsi DKI Jakarta. Penerimaan pajak parkir di Provinsi DKI Jakarta selama tiga tahun tidak mencapai target maka penulis ingin melihat bagaimanakah potensi pajak parkir dan upaya optimalisasi pajak parkir di Provinsi DKI Jakarta. Analisis dilakukan dengan menghitung potensi pajak parkir dari tahun 2010 sampai dengan Penilaian potensi pajak parkir menunjukkan hasil bahwa pajak parkir di Jakarta adalah pajak yang cukup potensial untuk meningkatkan penerimaan daerah. Peneliti menyarankan agar Dinas Pelayanan Pajak melakukan sosialisasi kepada wajib pajak, mengintensifkan online system kepada wajib pajak, mengintensifkan pemeriksaan pajak parkir, dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Kata kunci : Potensi, Kendala, Optimalisasi, Pajak Parkir, DKI Jakarta. Abstract This study purposed to analyze the potential and problem and optimization of the parking tax to the local tax revenue in Jakarta. Parking tax revenue in Jakarta for three years did not reach the target, the authors wanted to see how the potential tax and parking tax optimization efforts parking in Jakarta. Analysis is performed by calculating the potential of the parking tax from 2010 to Potential assessment results show that the parking tax parking tax in Jakarta is considerable potential for tax revenue generation. Researchers suggested that the Tax Agency outreach to taxpayers, intensifying the online system to taxpayers, intensifying the parking tax audit, and improve services to the public. Key words : Potential, Problem, Optimization, Parking Tax, DKI Jakarta.

2 1. Pendahuluan Pelaksanaan otonomi daerah menimbulkan dampak ekonomi yang berbeda bagi setiap daerah. Kondisi ini berhubungan dengan faktor kemampuan keuangan setiap daerah yang selama ini mengandalkan pemerintah pusat sebagai sumber dana utamanya. Pajak merupakan sumber dana utama yang perlu terus ditingkatkan sehingga pembangunan dapat dilaksanakan. Sesuai dengan sistem yang berlaku di Indonesia, pajak dikelola oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pajak yang dikelola pemerintah pusat merupakan sumber penerimaan Negara yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pelaksanaan otonomi daerah mengandalkan sumber daya yang dimiliki daerah tersebut, maka sumber daya yang dimiliki daerah sangat menentukan pembangunan daerah dalam berbagai sektor dan aspek. Oleh karena itu daerah harus memiliki Pendapatan Asli Daerah yang diharapkan menjadi tulang punggung dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Pendapatan Asli Daerah Provinsi DKI Jakarta banyak ditopang dari sektor pajak, dan lain-lain pendapatan asli daerah, baru kemudian retribusi dan laba usaha daerah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta merupakan ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memegang berbagai macam fungsi sekaligus, seperti sebagai pusat pemerintahan, pusat pelayanan berbagai jenis administrasi, pusat bisnis dan perdagangan dan aktivitas lainnya, sehingga menyebabkan mobilitas yang tinggi. Kondisi ini diperlihatkan dengan makin meningkatnya kendaraan pribadi dari tahun ke tahun. Tingginya tingkat kepemilikan kendaraan pribadi masyarakat kota Jakarta membuka peluang pemasukan dana bagi pemerintah daerah maupun masyarakat sendiri untuk membuka jasa fasilitas parkir, hal ini disebabkan karena kecenderungan masyarakat kota menggunakan kendaraan pribadi daripada sarana transportasi umum masih sangat tinggi sehingga secara otomatis kebutuhan masyarakat akan lahan parkir akan sangat tinggi pula. DKI Jakarta memiliki potensi yang cukup besar di bidang jasa perparkiran dikarenakan mobilitas yang tinggi. Ini bisa menjadi salah satu sumber penerimaan pajak daerah yang berasal dari pajak parkir. Pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Pajak parkir terbagi menjadi 2

3 jenis yaitu parkir di badan jalan (On street parking) dan parkir di luar badan jalan (Off street parking). Parkir di badan jalan adalah memanfaatkan tepi jalan sebagai lahan milik Negara untuk menjadi fasilitas parkir. Sedangkan parkir di luar badan jalan adalah parkir yang menggunakan lahan/bangunan tertentu menjadi fasilitas parkir. Tingginya jumlah kendaraan membuka peluang yang sangat besar untuk meningkatkan penerimaan pajak parkir, tetapi dalam kenyataannya presentase realisasi penerimaan pajak parkir dari tahun ke tahun semakin menurun. Hal ini disebabkan karena terdapat kebocoran pajak parkir baik parkir di badan jalan (On street parking) dan parkir di luar badan jalan (Off street parking). Kebocoran yang timbul karena keberadaan parkir ilegal (tepi jalan) yang dikelola secara liar dengan alasan biaya yang dikeluarkan lebih murah dan alasan mudah terjangkau atau lebih dekat serta oknum-oknum yang dalam hal ini para pengusaha parkir yang bermain dalam pelaporan pajak parkir yang akhirnya berdampak pada turunnya penerimaan pajak daerah dari sektor pajak parkir (LAPTA DPP, 2012). Oleh karena itu penelitian ini untuk mengetahui potensi, kendala dan upaya optimalisasi pajak parkir terhadap penerimaan pajak daerah di wilayah DKI Jakarta 2. Landasan Teori 2.1 Pajak Parkir Pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir kendaraan bermotor di luar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha. 2.2 Subjek dan Objek Pajak Parkir Subjek pajak parkir adalah orang pribadi atau badan yang melakukan parkir kendaraan bermotor. Sedangkan wajib pajak parkir adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan tempat parkir. Objek pajak parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Yang tidak termasuk objek pajak parkir adalah : 1. Penyelenggaraan tempat parkir oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 2. Penyelenggaraan parkir oleh kedutaan, konsulat, perwakilan Negara asing, dan perwakilan lembaga-lembaga international dengan asas timbal balik. 3. Penyelenggaraan tempat parkir lainnya yang diatur dengan Peraturan Daerah.

4 2.3 Tarif Pajak Parkir Tarif yang dikenakan untuk pajak parkir adalah ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen). Besaran pokok pajak parkir yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajaknya. Dasar Pengenaan Pajak Parkir (DPP) adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk pemakaian tempat parkir. 2.4 Metode Penelitian Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus meliputi analisis mendalam dan kontekstual terhadap situasi yang mirip dalam organisasi lain, dimana sifat dan definisi masalah yang terjadi adalah serupa dengan yang dialami dalam situasi saat ini (Sekaran, 2009). Studi kasus yang bersifat kualitatif adalah berguna dalam menerapkan solusi pada masalah terkini berdasarkan pengalaman pemecahan masalah dimasa lalu Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Studi kepustakaan (Library research) Dalam metode ini penulis mencari data yang mendukung objek pembahasan dengan mengumpulkan dan mempelajari literatur-literatur ysng berkaitan dengan penelitian. 2. Wawancara (Interview) Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. 3. Dokumentasi (Documentation) Dokumentasi yaitu pengumpulan data-data dengan melihat, serta mempelajari catatan dan arsip yang dimiliki oleh Dinas Pelayanan Pajak. Sumber data bisa diperoleh dari sumber data primer dan data sekunder (Sekaran, 2009): 1. Data Primer Data primer pada penelitian ini data primer diperoleh dari hasil wawancara 2. Data Sekunder Data sekunder pada penelitian ini didapat dengan melakukan studi literatur dan melakukan pencarian data-data pendukung dari berbagai sumber.

5 2.5 Potensi Pajak Potensi pajak merupakan suatu potensi yang diukur dengan cara mengalikan data hasil observasi dengan tarif pajak parkir sehingga ditemukan estimasi jumlah pajak terutang yang ditanggung oleh wajib pajak tersebut. Potensi pajak dapat berubah seiring dengan kemajuan usaha dari wajib pajak tersebut. Sebagai contoh peningkatan potensi pajak parkir itu dipengaruhi oleh penambahan lahan parkir. Untuk menghitung potensi penerimaan pajak parkir diukur dengan cara mengalikan potensi omset dengan tarif pajak parkir yang berlaku. Dinas Pelayanan Pajak Provinsi DKI Jakarta menetapkan perhitungan potensi pajak parkir pada satu objek pajak parkir dengan pola sebagai berikut : 1. Mobil Potensi = (Jj x Km x Tpm x TO x AM x H) x Tarif Pajak Parkir Keterangan : Jj : Jumlah Jam Km : Kapasitas Mobil Tpm : Tarif Parkir Mobil TO : Turn Over AM : Akupansi Marka H : Jumlah hari operasional 2. Motor Potensi = (Jj x Km x Tpm x TO x AM x H) x Tarif Pajak Parkir Keterangan : Jj : Jumlah Jam Km : Kapasitas Motor Tpm : Tarif Parkir Motor TO : Turn Over AM : Akupansi Marka H : Jumlah hari operasional

6 2.6 Efektivitas Pajak Menurut Devas (1989), efektivitas yaitu hubungan antara output dan tujuan atau dapat juga dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output tertentu, kebijakan dan prosedur dari organisasi. Adapun cara untuk mengukur efektivitas pemungutan pajak adalah sebagai berikut: Efektivitas = Realisasi Penerimaan Pajak Daerah x 100% Potensi Penerimaan Pajak Daerah Efektivitas = Realisasi Penerimaan Pajak Daerah x 100% Target Penerimaan Pajak Daerah Penetapan tingkat efektivitas pemungutan pajak adalah sebagai berikut Ø Sangat efektif : >100% Ø Efektif : 90% - 100% Ø Cukup efektif : 80% - 90% Ø Kurang efektif : 60% - 80% Ø Tidak efektif : < 60% 2.7 Rasio Pajak Rasio Pajak merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan pajak daerah dengan produk domestik regional bruto (PDRB). Rasio pajak dapat digunakan untuk mengukur tingkat kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak, mengukur kinerja perpajakan dan melihat potensi pajak yang dimiliki. Adapun cara untuk mengukur rasio pajak adalah sebagai berikut: Rasio Pajak (Tax Ratio) = Penerimaan Pajak Daerah x 100% PDRB 3. Gambaran Umum Objek Penelitian 3.1 Gambaran Umum Dinas Pelayanan Pajak Provinsi DKI Jakarta Pendapatan daerah merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari penyelenggaraan kegiatan dalam pembangunan daerah karena pendapatan daerah merupakan

7 sumber dana yang diperlukan untuk membiayai seluruh kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Karena pentingnya suatu unit kerja yang menampung suatu kegiatan yang menyelenggarakan pemungutan-pemungutan di bidang pendapatan daerah. Kegiatan pungutan sumber-sumber pendapatan daerah harus memiliki suatu wadah yang dinyatakan dalam bentuk struktur organisasi dan tata kerja yang menangani masalah pendapatan daerah. berdasarkan pentingnya struktur organisasi itulah maka dibentuklah Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta yang sekarang bernama Dinas Pelayanan Pajak Provinsi DKI Jakarta. Dalam perjalanannya Dinas Pelayanan Pajak telah beberapa kali mengalami perubahan nama dan Struktur Organisasi. Terakhir Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta berubah nama menjadi Dinas Pelayanan Pajak sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Organisasi Perangkat Daerah. Dinas Pelayanan Pajak Provinsi DKI memiliki tugas pokok yaitu menyelenggarakan pemungutan pajak daerah dan mengadakan koordinasi dengan instansi terkait lain dalam perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian pemungutan pajak daerah. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut Dinas Pelayanan Pajak memiliki fungsi sebagai berikut: a. Penyusunan dan pelaksanaan rencana kerja dan anggaran Dinas Pelayanan Pajak; b. Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan tugas pelayanan pajak daerah; c. Pendataan dan pendaftaran wajib pajak daerah; d. Pemeriksaan pajak daerah; e. Penetapan pajak daerah; f. Penagihan pajak daerah; g. Penyelesaian sengketa pajak daerah; h. Penggalian dan pengembangan potensi pajak daerah; i. Penyediaan, pengelolaan, pendayagunaan prasarana dan sarana pelayanan pajak daerah; j. Pembinaan dan pengembangan tenaga fungsional di bidang pelayanan pajak daerah; k. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang pajak daerah; l. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kerja pelayanan pajak; m. Pemberian dukungan teknis dan administrative kepada masyarakat; n. Pengelolaan kepegawaian keuangan, barang, dan ketatausahaan Dinas Pelayanan Pajak; o. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi.

8 Visi Dinas Pelayanan Pajak adalah menjadikan Dinas Pelayanan Pajak sebagai organisasi yang efisien, efektif dan transparan dalam pelayanan pajak daerah dengan dukungan aktif masyarakat. Dari perumusan visi tersebut, maka misi Dinas Pelayanan Pajak sebagai berikut : a. Menyelenggarakan pelayanan pajak daerah; b. Melaksanakan kegiatan pelayanan pajak daerah dengan prinsip profesionalisme transparan dan pelayanan prima; c. Memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dengan prinsip transparan dan akuntabel; d. Menciptakan kemudahan, keterbukaan, keadilan, kepastian dan tanggungjawab dalam kegiatan pelayanan pajak daerah; e. Mendorong dan menciptakan partisipasi masyarakat dalam pengawasan pelayanan pajak daerah; f. Peningkatan profesionalisme aparat dengan memanfaatkan teknologi informasi dan kegiatan pelayanan pajak daerah. Berdasarkan Peraturan Gubernur No.34 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pelayanan Pajak Provinsi DKI Jakarta, diikuti dengan Peraturan Gubernur No.29 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Pajak Daerah, Struktur Organisasi Dinas Pelayanan Pajak (DPP) sebagai berikut :

9 KEPALA DINAS SEKRETARIAT SUBBAG UMUM SUBBAG KEPEGAWAIAN SUBBAG PROGRAM DAN ANGGARAN SUBBAG KEUANGAN BIDANG PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PAJAK DAERAH BIDANG SISTEM INFORMASI PAJAK DAERAH BIDANG PERATURAN DAN PENYULUHAN PAJAK DAERAH BIDANG PENGENDALIAN DAN PEMBINAAN PAJAK DAERAH PERENCANAAN PAJAK DAERAH INFRASTRUKTUR INFORMASI PAJAK DAERAH PERATURAN PAJAK DAERAH PENGENDALIAN PAJAK DAERAH PERENCANAAN PENGEMBANGAN POTENSI PAJAK DAERAH DATA INFORMASI PAJAK DAERAH KEBERATAN DAN BANDING PAJAK DAERAH PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PAJAK DAERAH PENGEMBANGAN METODE PAJAK DAERAH SISTEM APLIKASI PAJAK DAERAH PENYULUHAN PAJAK DAERAH KERJASAMA PAJAK DAERAH KEPALA SUKU DINAS PELAYANAN PAJAK 10 SUDIN 43 UPPD SUBBAG TATA USAHA SUBBAG TATA USAHA KEPALA UNIT PELAYANAN PAJAK DAERAH PENDAFTARAN & PENATAUSAHAAN PAJAK PENETAPAN PAJAK PENAGIHAN PAJAK PENEYELESAIAN SENGKETA PAJAK PENDATAAN & PELAYANAN PENILAIAN DAN PEMERIKSAAN PENAGIHAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Gambar 3.1 Struktur Organisasi Dinas Pelayanan Pajak Sumber :Laporan Tahunan Dinas Pelayanan Pajak Tahun Analisa Data dan Pembahasan 4.1 Potensi Penerimaan Pajak Parkir di Provinsi DKI Jakarta Potensi pajak merupakan suatu potensi yang diukur dengan cara mengalikan data hasil observasi dengan tarif pajak parkir sehingga ditemukan estimasi jumlah pajak terutang yang ditanggung oleh wajib pajak tersebut. Dinas Pelayanan Pajak Provinsi DKI Jakarta menetapkan perhitungan potensi pajak parkir pada satu objek pajak parkir dengan pola sebagai berikut : Potensi Pajak Parkir = + X 20% MOTOR MOBIL A x B X C x D x E x F A x B X C x D x E x F

10 Dimana : A = Jumlah Jam Operasional B = Kapasitas C = Tarif D = Turnover E = Akupansi F = Jumlah Hari Operasional Untuk menghitung potensi penerimaan pajak parkir diukur dengan cara mengalikan potensi omset dengan tarif pajak parkir yang berlaku. Berikut ini adalah tabel mengenai perhitungan potensi pajak parkir: Tabel 4.5 Perhitungan Potensi Pajak Parkir Tahun 2010 No Wilayah Jumlah Penyele nggara Mobil Kapasitas Motor Potensi Omset 1 Jakarta Pusat ,180 31, ,495,942,000 20% 58,299,188,400 2 Jakarta Selatan ,355 35, ,783,034,000 20% 58,156,606,800 3 Jakarta Barat ,874 16, ,959,956,000 20% 27,591,991,200 4 Jakarta Timur 57 10,062 5,955 51,189,602,400 20% 10,237,920,480 5 Jakarta Utara 95 36,865 20, ,938,802,600 20% 39,787,760,520 Jumlah , , ,367,337, ,073,467,400 Sumber : Bidang Perencanaan dan Pengembangan Dinas Pelayanan Pajak DKI Jakarta Tabel 4.6 Perhitungan Potensi Pajak Parkir Tahun 2011 Tarif Pajak Potensi Pajak Parkir No Wilayah Jumlah Penyelen ggara Mobil Kapasitas Motor Potensi Omset Tarif Pajak Potensi Pajak Parkir 1 Jakarta Pusat ,123 36, ,845,361,115 20% 78,569,072,223 2 Jakarta Selatan ,037 40, ,998,542,080 20% 97,999,708,416 3 Jakarta Barat ,965 23, ,937,977,065 20% 37,787,595,413 4 Jakarta Timur 68 10,433 12,850 45,523,648,106 20% 9,104,729,621 5 Jakarta Utara 98 34,283 21, ,159,997,756 20% 35,031,999,551 Jumlah , ,957 1,292,465,526, ,493,105,224 Sumber : Bidang Perencanaan dan Pengembangan Dinas Pelayanan Pajak DKI Jakarta

11 Tabel 4.7 Perhitungan Potensi Pajak Parkir Tahun 2012 No Wilayah Jumlah Penyele nggara Mobil Kapasitas Motor Potensi Omset Tarif Pajak Potensi Pajak Parkir 1 Jakarta Pusat ,994 56, ,960,708,182 20% 89,792,141,636 2 Jakarta Selatan ,227 66, ,715,692,804 20% 80,143,138,561 3 Jakarta Barat ,019 36, ,991,072,680 20% 51,598,214,536 4 Jakarta Timur 64 10,546 13,937 55,803,286,821 20% 11,160,657,364 5 Jakarta Utara 94 55,470 27, ,910,037,998 20% 57,782,007,600 Jumlah , ,181 1,452,380,798, ,476,159,697 Sumber : Bidang Perencanaan dan Pengembangan Dinas Pelayanan Pajak DKI Jakarta Tabel 4.5, 4.6 dan 4.7 menyajikan data perhitungan Potensi Pajak Parkir Tahun menunjukkan bahwa potensi pajak parkir, kenaikannya cukup signifikan, dapat dilihat yaitu dari tahun 2010 sebesar Rp.194,073,467,400 langsung naik menjadi Rp.258,493,105,224 kemudian naik menjadi Rp.290,476,159,697. Ini menunjukkan bahwa pajak parkir cukup berpotensi dalam hal penerimaan pajak daerah. Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta khususnya Dinas Pelayanan Pajak harus bisa meningkatkan penerimaan pajak parkir dengan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak. 4.2 Efektivitas Pajak Parkir Berikut ini adalah tabel 4.8 mengenai efektivitas pemungutan pajak parkir berdasarkan potensi: Tabel 4.8 Efektivitas Pajak Parkir Berdasarkan Potensi di DKI Jakarta Tahun Tahun Realisasi Penerimaan Pajak Parkir Potensi Penerimaan Pajak Parkir ,693,260, ,073,467, % ,256,146, ,493,105, % ,301,695, ,476,159, % Rata-rata 66.59% Sumber :Bidang Renbang Dinas Pelayanan Pajak DKI Jakarta Dari tabel 4.8 menyajikan data hasil perhitungan efektivitas pajak parkir berdasarkan potensi dari tahun diketahui bahwa dari tahun 2010 sebesar 64.77% (kurang %

12 efektif), mengalami penurunan pada tahun 2011 sebesar 61.22% (kurang efektif) dan mengalami peningkatan pada tahun 2012 sebesar 73.78% (kurang efektif). Ini menunjukkan pemungutan pajak parkir belum efektif karena terdapat perbedaan yang signifikan antara potensi dengan realisasi penerimaan pajak parkir. Walaupun penerimaan pajak parkir meningkat dari tahun ke tahun tetapi belum efektif karena dari segi potensinya juga meningkat dikarenakan sekarang ini banyak terdapat gedung-gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan. Berikut ini adalah tabel 4.9 mengenai efektivitas pemungutan pajak parkir berdasarkan target: Tabel 4.9 Efektivitas Pajak Parkir Berdasarkan Target di DKI Jakarta Tahun Tahun Realisasi Penerimaan Pajak Parkir Target Penerimaan Pajak Parkir ,693,260, ,000,000, % ,256,146, ,000,000, % ,301,695, ,000,000, % Rata-rata 90.46% Sumber : Bidang Renbang Dinas Pelayanan Pajak DKI Jakarta % Dari tabel 4.9 menyajikan data hasil perhitungan efektivitas pajak parkir berdasarkan target dari tahun diketahui bahwa dari tahun 2010 sebesar 83.80% (cukup efektif), mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 85,54% (cukup efektif) dan mengalami peningkatan kembali pada tahun 2012 sebesar 102,05% (sangat efektif). Bila dijadikan acuan sebagai penilai kinerja maka Pemerintah Provinsi DKI Jakarta termasuk dalam standar cukup efektif dan dapat dikatakan kinerjanya cukup memuaskan. 4.3 Pengukuran Rasio Pajak Parkir Untuk menghitung rasio pajak parkir diukur dengan cara membandingkan realisasi penerimaan pajak parkir dengan PDRB atas dasar harga berlaku. Berikut ini adalah tabel 4.10 mengenai perhitungan rasio pajak parkir:

13 Tabel 4.10 Pengukuran Rasio Pajak Parkir di DKI Jakarta Tahun Tahun Realisasi Penerimaan Pajak Parkir PDRB % ,693,260, ,090,000,000, % ,256,146, ,540,000,000, % ,301,695,241 1,103,700,000,000, % Rata-rata % Sumber : Bidang Renbang Dinas Pelayanan Pajak DKI Jakarta Dari hasil perhitungan rasio pajak parkir yang diperoleh dari tahun diketahui bahwa dari tahun 2010 sebesar 0,0146%, mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 0,0161% dan mengalami peningkatan kembali pada tahun 2012 sebesar 0,0194%. Ini menunjukkan bahwa kemampuan masyarakat membayar pajak tergolong tinggi karena mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, ini bisa dikarenakan pertumbuhan ekonomi yang baik di wilayah DKI Jakarta. Pertumbuhan ekonomi yang baik akan meningkatkan potensi penerimaan pajak di wilayah DKI Jakarta. 4.4 Kendala-Kendala Pajak Parkir di Provinsi DKI Jakarta Kendala yang dihadapi dalam mengoptimalisasi pajak parkir adalah kurangnya kepatuhan dari wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya sehingga diperlukan pengawasan yang lebih intensif, kurang optimalnya penerapan law enforcement yang menyebabkan wajib pajak tidak patuh dalam melaksanakan kewajibannya, penerapan Online System yang kurang memadai sehingga memperlambat proses administrasi, kurang optimalnya pelayanan administrasi pajak yang diberikan dikarenakan jumlah pegawai yang masih tergolong kecil dibandingkan dengan wajib pajak. 4.5 Upaya Optimalisasi Penerimaan Pajak Parkir di DKI Jakarta Upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka optimalisasi yaitu dengan mengeluarkan Surat Edaran mengenai Pemungutan Pajak Parkir atas Pelayanan Valet Parkir, dengan melakukan pemeriksaan pajak parkir dengan membentuk Tim Gabungan yang melibatkan Unit Pengelola Perparkiran Dinas Perhubungan, dengan meningkatkan pengawasan terhadap wajib pajak melalui penerapan online system, dengan melakukan penambahan sumber daya manusia serta

14 mengadakan pendidikan dan pelatihan terhadap pegawai untuk meningkatkan kemampuan pegawai tersebut dan penyempurnaan sistem tarif parkir. 5. Kesimpulan dan Saran Penelitian ini memberikan gambaran mengenai potensi pajak parkir menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan. Ini menunjukkan bahwa pajak parkir cukup berpotensi. Efektivitas pemungutan Pajak Parkir tahun berdasarkan target penerimaan mencapai 90.46% atau dengan kata lain sudah efektif. Sedangkan Efektivitas pemungutan Pajak Parkir tahun berdasarkan potensi penerimaan mencapai 66.59% atau dengan kata lain kurang efektif. Pengukuran rasio pajak parkir menunjukkan bahwa kemampuan masyarakat membayar pajak tergolong tinggi karena mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, ini bisa dikarenakan pertumbuhan ekonomi yang baik di wilayah DKI Jakarta. Pertumbuhan ekonomi yang baik akan menjadi potensi penerimaan pajak di wilayah DKI Jakarta. Kendala yang dihadapi dalam mengoptimalisasi pajak parkir adalah kurangnya kepatuhan dari wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya sehingga diperlukan pengawasan yang lebih intensif, kurang optimalnya penerapan law enforcement yang menyebabkan wajib pajak tidak patuh dalam melaksanakan kewajibannya, penerapan Online System yang kurang memadai sehingga memperlambat proses administrasi, kurang optimalnya pelayanan administrasi pajak yang diberikan dikarenakan jumlah pegawai yang masih tergolong kecil dibandingkan dengan wajib pajak. Upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka optimalisasi yaitu dengan mengeluarkan Surat Edaran mengenai Pemungutan Pajak Parkir atas Pelayanan Valet Parkir, dengan melakukan pemeriksaan pajak parkir dengan membentuk Tim Gabungan yang melibatkan Unit Pengelola Perparkiran Dinas Perhubungan, dengan meningkatkan pengawasan terhadap wajib pajak melalui penerapan online system, dengan melakukan penambahan sumber daya manusia serta mengadakan pendidikan dan pelatihan terhadap pegawai untuk meningkatkan kemampuan pegawai tersebut dan penyempurnaan sistem tarif parkir. Saran penelitian ini adalah dengan lebih meningkatkan kegiatan penyuluhan mengenai mekanisme, administrasi dan pelaksanaan pajak parkir kepada wajib pajak parkir, mengintensifkan pengawasan terhadap wajib pajak parkir terhadap pelaksanaan pajak parkir akan menghindari potensi terjadinya penggelapan pajak parkir. Dengan menerapkan law enforcement juga akan membuat efek jera kepada wajib pajak yang

15 tidak patuh, mempercepat penggunaan online system agar memberikan kemudahan administrasi, keakuratan data yang diterima serta efisiensi waktu dan biaya dalam melakukan pengawasan wajib pajak.

16 DAFTAR REFERENSI Darwin. (2010). Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: Mitra Wacana Media. Davey, K.J. (1988). Pembiayaan pemerintah daerah : praktek-praktek inetrnasional dan relevansinya bagi dunia ketiga. Jakarta : UI-Press Dedyanto. (2003). Analisis Efektivitas Pendapatan Retribusi Parkir Provinsi DKI Jakarta. Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Devas, Nick (1989). Financial Local Government In Indonesia. Ohio: Ohio University, Monographs in International Studies,. Dinas Pelayanan Pajak Laporan Akuntabilitas Tahunan Dinas Pelayanan Pajak Tahun DPP Provinsi DKI Jakarta. Keputusan Gubernur Nomor 1623 Tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Parkir di Provinsi DKI Jakarta. Biro Hukum Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Mardiasmo. (2003). Perpajakan. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 4 Tahun 2002 tentang Ketentuan Umum Pajak Daerah. Biro Hukum Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pajak Parkir. Biro Hukum Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Gubernur Nomor 62 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pemeriksaan Pajak Parkir dan Pajak Daerah Lainnya. Biro Hukum Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Gubernur Nomor 120 Tahun 2013 tentang Biaya Parkir pada Penyelenggaraan Fasilitas Parkir untuk Umum di Luar Badan Jalan. Biro Hukum Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Riady, Indra. (2010). Analisis Potensi Penerimaan dan Efektivitas Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Garut. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Sembiring, Fillyanto. (2007). Optimalisasi Pajak Parkir di Provinsi DKI Jakarta. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.

17 Septianawati, Reni. (2012). Analisis Potensi dan Efektivitas Pendapatan Retribusi Parkir di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan. Tesis S2 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sekaran, Uma (2009). Metodologi Penelitian untuk Bisnis Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat. Suandy, Erly. (2008). Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Departemen Dalam Negeri. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Departemen Dalam Negeri. Universitas Indonesia (2008). Pedoman Teknik Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa Universitas Indonesia. Waluyo (2006). Perpajakan Indonesia Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat. / (diakses pada tanggal 14 Juni 2013 pada jam 10.30) (diakses pada tanggal 24 Juni 2013 pada jam 18.30)

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat Daerah

Lebih terperinci

PAJAK & RETRIBUSI PARKIR

PAJAK & RETRIBUSI PARKIR BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PAJAK & RETRIBUSI PARKIR PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 10 TAHUN 2011 PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH Jl. Pemuda 148 Telp. (024)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Karanganyar Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI DAN OPTIMALISASI PAJAK HIBURAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DAERAH TAHUN DI PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS POTENSI DAN OPTIMALISASI PAJAK HIBURAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DAERAH TAHUN DI PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS POTENSI DAN OPTIMALISASI PAJAK HIBURAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DAERAH TAHUN 2008 2011 DI PROVINSI DKI JAKARTA Lusy Marta Subekti, Ayuningtyas Hertianti Program Studi Ekstensi Akuntansi Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pembangunan daerah juga

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pembangunan daerah juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Boyolali a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali Pada awalnya kantor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih BAB I PENDAHULUAN` 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah di Indonesia mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001. dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah menetapkan Undang- Undang (UU)

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang berkaitan dengan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang berkaitan dengan 108 BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang berkaitan dengan Implementasi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam Undang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. masyarakat berdasarkan asas desentralisasi serta otonomi fiskal maka daerah

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. masyarakat berdasarkan asas desentralisasi serta otonomi fiskal maka daerah BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah DPPKAD Kab. Karawang Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan asas desentralisasi serta otonomi fiskal maka daerah

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Tingkat

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali. menjadi Dinas Penghasilan Daerah Tingkat II Boyolali.

BAB III PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali. menjadi Dinas Penghasilan Daerah Tingkat II Boyolali. BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali Pada awalnya Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten DATI II Boyolali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan. Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan. Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta DPPKA dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan

Lebih terperinci

Erniati Rizki Islamiyah & Erika Amelia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Erniati Rizki Islamiyah & Erika Amelia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Vol. 5, No. 1, April 2015 E S E N S I Jurnal Bisnis dan Manajemen ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBERLAKUAN UU NOMOR 28 TAHUN 2009 (STUDI KASUS PENGELOLAAN PENERIMAAN PAJAK PARKIR PADA DINAS PELAYANAN PAJAK PROVINSI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kementrian Dalam Negeri (2013) dalam konteks pengembangan ekonomi suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam upaya menggali

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sejarah Singkat PEMDA DKI JAKARTA Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Perwakilan Kota tahun 1952 sementara Djakarta Raya Nomor 18/DK/tanggal 11 September

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Secara keseluruhan penerapan retribusi daerah DKI Jakarta pada tahun 2008-

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Secara keseluruhan penerapan retribusi daerah DKI Jakarta pada tahun 2008- BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Berdasarkan pada tujuan dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan penerapan retribusi daerah DKI Jakarta pada tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis pajak, tata cara pemungutan pajak dan seterusnya yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pesatnya perkembangan informasi, komunikasi, dan transportasi dalam kehidupan manusia di segala bidang khususnya bidang ekonomi dan perdagangan merupakan

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan. Dan Asset Daerah (Dppkad) Kabupaten Boyolali

`BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan. Dan Asset Daerah (Dppkad) Kabupaten Boyolali `BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah (Dppkad) Kabupaten Boyolali 1. Sejarah Singkat Mengenai Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Asset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semangat otonomi daerah dan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan terhadap bumi atau bangunan berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan

Lebih terperinci

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu sumber utama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan adalah pajak. Sehingga dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA. A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah

BAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA. A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah BAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah Otonomi daerah yang ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN POTENSI PAJAK DAN RETRIBUSI PARKIR DI AREA PARAGON CITY MALL SEMARANG

BAB III PEMBAHASAN POTENSI PAJAK DAN RETRIBUSI PARKIR DI AREA PARAGON CITY MALL SEMARANG BAB III PEMBAHASAN POTENSI PAJAK DAN RETRIBUSI PARKIR DI AREA PARAGON CITY MALL SEMARANG 3.1 DEFINISI PAJAK DAN RETRIBUSI PARKIR 3.1.1 DEFINISI PAJAK PARKIR Pajak Parkir merupakan salah satu sumber pendapatan

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR DI KOTA MEDAN. dengan kebutuhan sehingga lebih bermanfaat. Nugroho mendefinisikan bahwa : 29

BAB II PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR DI KOTA MEDAN. dengan kebutuhan sehingga lebih bermanfaat. Nugroho mendefinisikan bahwa : 29 BAB II PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR DI KOTA MEDAN A. Konsep Pengelolaan Secara umum pengelolaan merupakan kegiatan merubah sesuatu hingga menjadi baik berat memiliki nilai-nilai yang tinggi dari semula.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang diterapkan di Indonesia merupakan bentuk dari desentralisasi fiskal sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Otonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dalam menyelenggarakan pemerintahan serta pembangunan nasional menganut asas desentralisasi dengan memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah untuk menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti jalan, jembatan, rumah sakit. Pemberlakuan undang-undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. seperti jalan, jembatan, rumah sakit. Pemberlakuan undang-undang tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak sebagai salah satu sumber penerimaan terbesar negara, telah banyak memberi manfaat. Beberapa pengeluaran pemerintah menggunakan dana pajak di antaranya

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PAJAK SARANG BURUNG WALET TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BANGKA INDUK

KONTRIBUSI PAJAK SARANG BURUNG WALET TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BANGKA INDUK KONTRIBUSI PAJAK SARANG BURUNG WALET TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BANGKA INDUK SILVY CHRISTINA STIE Trisakti silvy@stietrisakti.ac.id Abstract: This research was conducted at Kantor Dinas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan untuk membiayai pengeluaran atau kebutuhan negara dalam meningkatkan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Karanganyar. Karanganyar yang berkedudukan sebagai Dinas Daerah. DPPKAD

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Karanganyar. Karanganyar yang berkedudukan sebagai Dinas Daerah. DPPKAD BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Karanganyar Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan tata cara pemerintahan terwujud dalam bentuk pemberian otonomi daerah dan desentralisasi fiskal dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Konsekuensi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan Target dan Realisasi Pajak Daerah Pengembangan penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pengelola Keuangan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yaitu dapat melaksanakan pembangunan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Analisis Rasio untuk Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah 333 ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Vidya Vitta Adhivinna Universitas PGRI Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah masalah perimbangan keuangan pusat dan daerah merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. daerah masalah perimbangan keuangan pusat dan daerah merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era desentralisasi fiskal seperti sekarang ini, fungsi dan peran pajak sebagai salah satu sumber penerimaan negara sangatlah penting. Sejalan dengan otonomi daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak bagi pemerintah daerah berperan sebagai sumber pendapatan yang utama dan juga sebagai alat pengatur. Pajak sebagai salah satu sumber pendapatan daerah yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Tinjauan Umum Tentang Perpajakan 2.1.1.1 Pengertian pajak Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG Avian Nur Andianto Universitas Brawijaya Malang aviannurandrian1996@gmail.com Amelia Ika Pratiwi Universitas Brawijaya Malang m3lly_16@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah dan Perkembangan DPPKA Surakarta. Kota Surakarta tidak luput dengan sejarah Kota Surakarta sebagai wilayah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah dan Perkembangan DPPKA Surakarta. Kota Surakarta tidak luput dengan sejarah Kota Surakarta sebagai wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah dan Perkembangan DPPKA Surakarta Sejarah dibentuknya Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Kota Surakarta tidak luput dengan sejarah Kota Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang, dan Visi dan Misi SUDIN Pajak Jakarta Barat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang, dan Visi dan Misi SUDIN Pajak Jakarta Barat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang, dan Visi dan Misi SUDIN Pajak Jakarta Barat 1.1.1 Latar Belakang Provinsi DKI Jakarta merupakan kota dengan banyak peran, yaitu sebagai pusat pemerintahan, pusat kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. misi pembangunan Kabupaten Natuna Tahun , sebagai upaya yang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. misi pembangunan Kabupaten Natuna Tahun , sebagai upaya yang BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Natuna Visi Kabupaten Natuna adalah Menuju Natuna yang Sejahtera, Merata dan Seimbang. Sesuai dengan visi tersebut, maka ditetapkan pula misi pembangunan

Lebih terperinci

BAB VII PERANCANGAN PROGRAM

BAB VII PERANCANGAN PROGRAM BAB VII PERANCANGAN PROGRAM Mardiasmo dan Makhfatih (2000) mengatakan bahwa potensi penerimaan daerah adalah kekuatan yang ada di suatu daerah untuk menghasilkan sejumlah penerimaan tertentu. Untuk melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber ekstern tersebut sehingga sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. sumber ekstern tersebut sehingga sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembangunan nasional merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pemerintah membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali Pada awalnya Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten DATI II Boyolali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berada di wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta jiwa 1. Sedangkan usia produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Kabupaten Sukoharjo. Organisasi Perangkat Daerah, ditegaskan bahwa perangkat daerah berdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Kabupaten Sukoharjo. Organisasi Perangkat Daerah, ditegaskan bahwa perangkat daerah berdiri dari BAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM INSTANSI/LEMBAGA 1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Kabupaten Sukoharjo Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, ditegaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak bukan lagi sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pajak bukan lagi sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak bukan lagi sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia, karena pajak mempunyai peranan yang sangat besar dalam menjalankan roda pemerintahan. Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah disebutkan bahwa Pemerintah Daerah memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah,

Lebih terperinci

PUSAT PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG MANGUPRAJA MANDALA.

PUSAT PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG MANGUPRAJA MANDALA. PUSAT PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG MANGUPRAJA MANDALA www.bapenda.badungkab.go.id info@bapenda.badungkab.go.id KONDISI GEOGRAFIS LUAS 418,52 KM 2 (7,43% LUAS P. BALI) Terdiri dari 6 kecamatan Terbagi atas

Lebih terperinci

Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap Penerimaan Pendapatan Daerah Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Kota Malang (Periode )

Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap Penerimaan Pendapatan Daerah Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Kota Malang (Periode ) Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap Penerimaan Pendapatan Daerah Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Kota Malang (Periode 2010-2014) Disusun Oleh: Januardi 2011110028 Dosen Pembimbing: 1).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keuangan Daerah 2.1.1. Pengertian Keuangan Daerah Keuangan Daerah atau anggaran daerah merupakan rencana kerja pemerintah daerah dalam bentuk uang (rupiah) dalam satu periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengelola daerah masing-masing sesuai dengan Undangundang Nomor 32 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung Dinas Pendapatan Daerah merupakan salah satu unsur organisasi Pemerintah Daerah yang mempunyai

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Halim, Abdul. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat

DAFTAR PUSTAKA. Halim, Abdul. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat DAFTAR PUSTAKA Helvianti. 2009. Skripsi. Kontribusi Pajak Reklame dan Pajak Penerangan Jalan terhadap Pendapatan Asli Daerah pada pemerintahan Kabupaten Rokan Hilir Riau. Ferdiansyah. 2012. Skripsi. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN BUPATI TASIKMALAYA B U P A T I TASIKMALAY A

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN BUPATI TASIKMALAYA B U P A T I TASIKMALAY A B U P A T I TASIKMALAY A KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah Kota Padangsidimpuan Pada awalnya Padangsidimpuan adalah Kota Administratif yang masih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Efektivitas pemungutan retribusi terminal adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. Efektivitas pemungutan retribusi terminal adalah: BAB III METODE PENELITIAN III.1. Definisi Operasional Variabel III.1.1. Efektifitas pemungutan retribusi terminal Efektivitas pemungutan retribusi terminal adalah: Kemampuan untuk mengefektifkan pemungutan

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi Ben

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi Ben - 2-3. 4. 5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi Bengkulu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sejak 1 januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sejak 1 januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era otonomi daearah yang secara resmi mulai diberlakukan di Indonesia sejak 1 januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi dalam mencapai sumber penerimaan

Lebih terperinci

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Landasan Teori Landasan teori yang digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER Jurnal STIE SEMARANG VOL 9 No. 1 Edisi Februari 2017 ( ISSN : 2085-5656) ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder 41 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder atau data pendukung ini adalah semua data yang diperoleh dari studi pustaka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitiatif. Pendekatan ini mempergunakan suatu teori sesuai dengan makna yang

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitiatif. Pendekatan ini mempergunakan suatu teori sesuai dengan makna yang BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitiatif. Pendekatan ini mempergunakan suatu teori sesuai dengan makna yang ada dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi kewajiban pembangunan bangsa, maka pemerintah harus memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber dana negara salah satunya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kewenangan untuk mengelola potensi daerah dalam rangka menggali

BAB I PENDAHULUAN. adalah kewenangan untuk mengelola potensi daerah dalam rangka menggali BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak diterapkannya konsep otonomi daerah, pemerintah daerah semakin memperoleh peluang untuk mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan kemampuan daerah.

Lebih terperinci

BAB II DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA PADANGSIDIMPUAN. di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan.Namun pada tahun 2001,

BAB II DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA PADANGSIDIMPUAN. di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan.Namun pada tahun 2001, BAB II DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA PADANGSIDIMPUAN A. SejarahRingkas Pada awalnya Padangsidimpuan adalah kota Administrasi yang masihberada di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan.Namun pada tahun 2001,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan yang adil dan merata, sangat diperlukan sumber dana dan sumber daya yang berasal dari luar

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DI KOTA PADANG. Oleh: FIKRI ZUHRI PADANG

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DI KOTA PADANG. Oleh: FIKRI ZUHRI PADANG FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DI KOTA PADANG Oleh: FIKRI ZUHRI 05 153 103 Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Menurut Halim (2004:15-16) APBD adalah suatu anggaran daerah, dimana memiliki unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya keadaan dan kondisi suatu negara, tentunya semakin besar pula pengeluaran-pengeluaran yang dibutuhkan oleh negara tersebut. Semakin besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah perubahan dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah perubahan dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan diberlakukan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah perubahan dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, dan Undang-undang Nomor 33

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk 1. 1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dengan diberlakukannya Otonomi Daerah sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33

Lebih terperinci

PROFILE DINAS PELAYANAN PAJAK KOTA BANDUNG

PROFILE DINAS PELAYANAN PAJAK KOTA BANDUNG PROFILE DINAS PELAYANAN PAJAK KOTA BANDUNG Pajak daerah merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Seiring dengan ditetapkannya otonomi daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini pemerintah daerah memiliki kewenangan penuh untuk mengatur dan mengelola pembangunan di daerah tanpa adanya kendala struktural yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO

ANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO ANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO Yanuar Fajar Nugroho Topowijono Tri Henri Sasetiadi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang 115030400111078@mail.ub.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui potensi dan apa yang

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. daerah dan tugas pembantu di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

BAB III PEMBAHASAN. daerah dan tugas pembantu di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. BAB III PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1. Gambaran Singkat Perusahaan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah dipimpin oleh seorang Kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. b. Isu Strategis

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. b. Isu Strategis BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Visi Pemerintah Kota Denpasar dalam membangun Denpasar menekankan pada upaya Denpasar Kreatif Berwawasan Budaya Dalam Keseimbangan Menuju Keharmonisan. Pembangunan yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN. 2.1 Sejarah Singkat dan Aktivitas Utama Instansi Sejarah Singkat Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat

BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN. 2.1 Sejarah Singkat dan Aktivitas Utama Instansi Sejarah Singkat Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN 2.1 Sejarah Singkat dan Aktivitas Utama Instansi 2.1.1 Sejarah Singkat Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat Berdasarkan undang-undang Nomor 22 tahun 1999 pasal 60 Sekertariat

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa lalu Pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Sintang diselenggarakan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 17

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. III.1 Gambaran Umum Kantor Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DKI

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. III.1 Gambaran Umum Kantor Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DKI BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III.1 Gambaran Umum Kantor Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta. III.1.1 Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta. Pendapatan daerah merupakan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENGUMPULAN DATA Dinas Pendapatan Daerah merupakan salah satu unsur pelaksana

BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENGUMPULAN DATA Dinas Pendapatan Daerah merupakan salah satu unsur pelaksana BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENGUMPULAN DATA III.1 Gambaran Umum Perusahaan III.1.1 Sejarah Singkat Sejarah terbentuknya Dinas Pendapatan Daerah pada tanggal 11 September 1952. Dinas Pendapatan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KOTA PALEMBANG

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KOTA PALEMBANG FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KOTA PALEMBANG Windy Sagita (Winbeloved@yahoo.com) Anton Arisman (Arisman@stie-mdp.ac.id).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu

Lebih terperinci

- Dalam Undang-Undang ini diatur tentang :

- Dalam Undang-Undang ini diatur tentang : PEMBENTUKAN DANA CADANGAN PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERDA PROVINSI MALUKU NO. 1 TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepedulian terhadap potensi dan keanekaragaman daerah. daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik

I. PENDAHULUAN. kepedulian terhadap potensi dan keanekaragaman daerah. daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki masa reformasi, penyelenggaraan otonomi daerah semakin dipandang perlu sebagai jawaban terhadap tuntutan penerapan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dulu hingga sekarang pemerintah terus melakukan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dulu hingga sekarang pemerintah terus melakukan peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak dulu hingga sekarang pemerintah terus melakukan peningkatan pembangunan di segala sektor yang bertujuan agar dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Prosedur Perlakuan Pajak Parkir dan Pajak Air Tanah di Dinas Pelayanan

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Prosedur Perlakuan Pajak Parkir dan Pajak Air Tanah di Dinas Pelayanan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Prosedur Perlakuan Pajak Parkir dan Pajak Air Tanah di Dinas Pelayanan Pajak Propinsi DKI Jakarta IV.1.1 Prosedur Perlakuan Pajak Parkir Salah satu sumber penerimaan asli daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran warga negara kepada negara yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran warga negara kepada negara yang akan digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan iuran warga negara kepada negara yang akan digunakan sebagai sumber pembiayaan pembangunan tanpa adanya kontraprestasi langsung sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semangat otonomi daerah dan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENULISAN. Penulis mendapatkan informasi dan data yang bersumber dari:

BAB III METODE PENULISAN. Penulis mendapatkan informasi dan data yang bersumber dari: BAB III METODE PENULISAN 3.1. Sumber Data Penulis mendapatkan informasi dan data yang bersumber dari: 1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari Kantor UPTD Wilayah I Dinas Pendapatan

Lebih terperinci