BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sejarah Singkat PEMDA DKI JAKARTA Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Perwakilan Kota tahun 1952 sementara Djakarta Raya Nomor 18/DK/tanggal 11 September 1952 di bentuk Suku Bagian Padjak, Selanjutnya pada tahun 1956 sebutan Suku Bagian Padjak berubah menjadi Bagian Padjak. Pada tahun 1966 berdasarkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta KDCI Djakarta Nomor B.6/6/52 tahun 1966 tanggal 22 Juni 1966 tentang Struktur Organisasi Sekretariat Pemerintah DCI Djakarta mengalami perubahan dengan sebutan Urusan Pendapatan Padjak DCI Djakarta. Pada tahun 1968 berdasarkan Keputusan KDCI Djakarta Nomor 1B.3/2/1968 Tanggal 3 September 1968 tentang perubahan atau peningkatan status urusan pendapatan dan padjak daerah chusus DCI Djakarta. Tahun 1975 berdasarkan Keputusan Gubernur KDCI Jakarta Nomor B.VII/774/a/1/1975 Tanggal 20 Februari 1975 tentang perubahan dan sebutan susunan organisasi Dinas Pajak dan Pendapatan Daerah Khusus Ibukota Jakarta menjadi Kantor Pajak dan Pendapatan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Tahun 1976 berdasarkan Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor B.VI/585/a/1/1976 Tanggal 1 Juli 1976 tentang Perubahan Kembali Nama atau sebutan dan susunan organisasi serta tata kerja kantor pajak dan pendapatan daerah khusus ibukota Jakarta 48

2 menjadi Dinas Pajak daerah Khusus Ibukota Jakarta. Tahun 1983 berdasarkan Peraturan Daerah; Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 5 Tahun 1983 tentang pembentukan susunan organisasi dan tata kerja Dinas Pendapatan Daerah, Daerah Khusus Ibukota Jakarta berubah menjadi Dinas Pendapatan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Tahun 1995 berdasarkan Peraturan Pemerintah DKI Jakarta Nomor 9 Tahun 1995 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah, Daerah Khusus Ibukota Jakarta tidak terjadi adanya perubahan nama atau sebutan dan tetap dengan sebutan Dinas Pendapatan daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dalam peraturan tersebut hanya menjelaskan pengembangan organisasi yang disesuaikan dengan kondisi. Dengan adanya otonomi daerah Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 serta berdasarkan peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2001 tentang bentuk organisasi dan tata kerja perangkat daerah dan 55 sekretariat dewan perwakilan rakyat daerah Provinsi DKI Jakarta tidak terjadi adanya perubahan nama atau sebutan dan tetap dengan sebutan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta. Tahun 2008 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah mengalami perubahan nama atau sebutan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta menjadi Dinas Pelayanan Pajak Provinsi DKI Jakarta. 49

3 B. Struktur Organisasi Struktur Organisasi adalah alat untuk mencapai tujuan atas dasar kerjasama yang mempunyai bentuk susunan secara jelas dan formal, merumuskan bidang tugasnya masing-masing untuk menegaskan hubungan yang satu dengan yang lain. Setiap perusahaan pada umumnya membuat struktur organisasi tertentu, karena struktur organisasi berfungsi untuk menspesifikan pembagian aktifitas kerja dan menunjukan tingkat spesialisasi aktivitas yang beraneka macam. Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta terdiri dari : 1. Kepala Dinas ; 2. Sekretariat, membawahkan : a) Sub Bagian Umum Kepegawaian b) Sub Bagian Keuangan c) Sub Bagian Program Dan Anggaran d) Sub Bagian Umum 3. Bidang Perencanaan dan Pengembangan Pajak Daerah membawahkan: a) Seksi Perencanaan Pajak Daerah b) Seksi Perencanaan Pengembangan Potensi Pajak Daerah c) Seksi Pengembangan Metode Pajak Daerah 4. Bidang Sistem Informasi Pajak Daerah, membawahkan : a) Seksi Infrastruktur Informasi Pajak Daerah b) Seksi Data Informasi Pajak Daerah 50

4 c) Seksi Sistem Aplikasi Pajak Daerah 5. Bidang Peraturan dan Penyuluhan Pajak Daerah, membawahkan : a) Seksi Peraturan Pajak Daerah b) Seksi Keberatan dan Banding Pajak Daerah c) Seksi Penyuluhan Pajak Daerah 6. Bidang Pengendalian dan Pembinaan, membawahkan : a) Seksi Pengendalian Pajak Daerah b) Seksi Pembinaan dan Pengawasan Kinerja c) Seksi Kerjasama Pajak Daerah Struktur Organisasi tersebut dapat dilihat pada Bagan 2. 51

5 BAGAN 4.2 STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDAPATAN DAERAH DKI JAKARTA Sumber : Dinas Pendapatan Daerah DKI Jakarta 52

6 Struktur Organisasi Unit Pelayanan PKB dan BBNKB dapat dilihat pada Bagan 3. BAGAN 4.3 STRUKTUR ORGANISASI UNIT PELAYANAN PKB & BBNKB DKI JAKARTA Sumber : Dinas Pendapatan Daerah DKI Jakarta 53

7 C. Visi dan Misi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta 1. Visi dan Misi Visi dari Dispenda adalah memberikan pelayanan yang profesional dalam optimalisasi penerimaan pajak daerah. Sedangkan Misi dari Dispenda adalah : a. Mewujudkan perencanaan pelayanan pajak daerah yang inovatif. b. Menjamin ketersediaan peraturan pelaksanaan pajak daerah dan melaksanakan penyuluhan peraturan pajak daerah serta menyelesaikan permasalahan hukum pajak daerah. c. Mengembangkan sistem teknologi informasi dalam kegiatan d. Mengembangkan kualitas dan kuantitas SDM, sarana prasarana perpajakan daerah, pengelolaan keuangan serta perencanaan anggaran dan program dinas. e. Mengoptimalkan pengendalian, monitoring dan evaluasi pelaksanaan pelayanan pajak daerah. f. Meningkatkan kualitas pelayanan pajak daerah. D. Kegiatan Penyelenggaraan Pemungutan Pajak Kegiatan pemungutan pajak daerah sudah menjadi wewenang Suku Dinas Pendapatan Daerah yang diselenggarakan oleh unit-unit melalui seksi-seksi yang ada. Secara berurutan sistem dan prosedur yang dilaksanakan oleh Suku Dinas dalam pemungutan pajak daerah terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berkut : 54

8 1. Pendataan dan Pemeriksaan (P2) Kegiatan pendataan dan pemerikasaan yang dimaksud untuk menjaring dan mengetahui wajib pajak dalam wilayah suku dinas yang bersangkutan. Penyelenggaraan pendataan ini dilaksanakan oleh seksi pendataan dan pemeriksaan yang meliputi kegiatan sebagai berikut : a. Mempersiapkan, mengatur dan menerbitkan surat tugas b. Melakukan pendataan dan pemeriksaan subjek dan objek pajak c. Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap subjek dan objek pajak daerah. d. Melakukan penertiban dan atau penyegelan terhadap pelanggaran aturan perundang-undangan pajak daerah. e. Menyusun program pemeriksaan dinas luar. f. Membuat laporan hasil pendataan, pemeriksaan, pengawasan dan pengendalian serta penertiban dan atau penyegelan terhadap pelanggaran peraturan perundangan pajak daerah. Dilihat dari uraian kegiatan diatas yang dilaksanakan oleh seksi pendataan dan pemeriksaan maka kegiatan seksi ini merupakan kegiatan awal penyelenggaraan pemungutan pajak. Output dari kegiataan pendataan dan pemeriksaan ini pada akhirnya akan dapat menjadi bahan untuk memprediksi besarnya potrensi pajak daerah pada tahun anggaran yang akan memberikan kontribusi terhadap APBD Dispenda DKI Jakarta sebagai salah satu sumber PAD. 55

9 2. Penetapan Kegiatan penetapan merupakan tindak lanjut dari hasil pendataan dan pemeriksaan. Sumber utama untuk menetapkan pajak daerah yang akan dikenakan terhadap wajib pajak ialah kartu data dimana kartu data merupakan hasil pengolahan data yang dilakukan oleh sub seksi dokumen dan pengolahan data yang merupakan sub seksi dari seksi pendataan dan pemeriksaan. Langkah langkah dalam penetapan ini meliputi : a. Membuat risalah perhitungan pajak terutang b. Membuat nota perhitungan pajak terutang untuk disahkan oleh Kasudinpenda c. Mengirim berkas dan nota perhitungan pajak terutang yang telah disahkan ke seksi P3D untuk penerbitan SKP. Dilihat dari uraian kegiatan yang dilaksanakan oleh seksi penetapan diatas maka kegiatan dari seksi ini memerlukan pengetahuan dan ketrampilan khusus serta ketelitian. 3. Penatausahaan Pendapatan Daerah Kegiatan penatausahaan pajak parkir meliputi aktivitas berikut ini : a. Membuat daftar subjek dan objek pajak, menatausahakan dan mendistribusikan berkas wajib pajak. b. Menertibkan dan mendistribusikan SKP c. Membuat perhitungan hasil bersih penetapan pajak daerah secara periodik. 56

10 Berdasarkan uraian kegiatan di atas, jelaslah bahwa tugas penatausahaan ini outputnya akan menunjukkan kinerja aparatur perpajakan terutama dalam mencapai target yang telah ditetapkan. 4. Penagihan Pelaksanaan penagihan penagihan merupakan upaya dalam menegakkan hukum agar wajib pajak daerah memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. Kegiatan pelaksanaan penagihan ini meliputi kegiatan sebagai berikut : a. Menyiapkan dan mendistribusikan surat menyurat dan dokumentasi yang berhubungan dengan penagihan. b. Melaksanakan penagihan. E. Analisis Hasil dan Pembahasan Pajak Kendaraan Bermotor merupakan salah satu pajak daerah yang memiliki potensi yang besar dalam menaikan pendapatan asli daerah DKI Jakarta. Ada beberapa faktor yang menjadi alasan pajak kendaraan bermotor menjadi pajak yang potensial, yaitu: 1. Tingginya tingkat jumlah Kendaraan Bermotor dan industri otomotif Produksi kendaraan bermotor yang terus meningkat dan Industri otomotif yang terus melakukan inovasi-inovasi dalam teknologi mesin membuat para konsumen ingin memiliki kendaraan bermotor tersebut. Dengan begitu tingkat pembelian kendaraan bermotor juga ikut meningkat. Sehingga dengan banyaknya pengguna kendaraan 57

11 bermotor maka dapat dikatakan pajak kendaraan bermotor akan ikut terkena dampak yang positif. 2. Meningkatnya pendapatan per kapita penduduk Dengan meningkatnya pendapatan per kapita penduduk, menyebabkan timbulnya dorongan dalam dinamika masyarakat untuk memiliki kendaraan pribadi. Sehingga dinamika ini ikut mendorong meningkatnya potensi penerimaan pajak kendaraan bermotor. 3. Fasilitas kredit kepemilikan kendaraan yang mudah DKI Jakarta adalah kota dengan jumlah kendaraan yang banyak. Hal ini disebabkan pengkreditan kendaraan bermotor yang mudah. Dengan tingkat uang muka yang terjangkau, tingkat bunga yang rendah, dan angsuran kredit yang tidak terlalu besar membuat para pengguna kendaraan bermotor banyak melakukan kredit kendaraan bermotor. Dengan kemudahan kredit kendaraan bermotor maka jumlah subjek pajak kendaraan bermotor akan bertambah. Dengan begitu potensi penerimaan pajak kendaraan bermotorpun akan meningkat. 4. Sarana transportasi umum yang kurang memadai. Dengan tingkat aktivitas yang tinggi yang terjadi di kota jakarta, maka dibutuhkan pula transportasi yang seharusnya memadai. Akan tetapi, DKI Jakarta sepertinya belum mampu untuk mewujudkan transportasi yang aman dan nyaman. Sehingga membuat para warga DKI Jakarta lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi daripada kendaraan umum. 58

12 Dari faktor-faktor diatas dapat dilihat bahwa pajak kendaraan merupakan pajak yang potensial dalam penerimaan pendapatan asli daerah DKI Jakarta. Oleh karena itu, pajak kendaraan bermotor sangat berperan penting dalam pendapatan asli daerah maupun pajak daerah. Pendapatan Asli Daerah terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan kekayaan, dan Lain-lain PAD yang sah. Dari semua hal tersebut, pajak daerah memberikan kontribusi yang paling besar bagi pendapatan asli daerah. Dalam pajak daerah terdapat salah satu pajak yang juga ikut memberikan peran atas meningkatnya pendapatan asli daerah, yaitu pajak kendaraan bermotor. Pajak kendaraan bermotor ini merupakan pajak daerah yang menjadi primadona diantara pajak daerah yang lain. Dikarenakan pajak ini termasuk pajak yang bernilai besar. Untuk itu kita dapat melihat kontribusi yang diberikan oleh pajak kendaraan bermotor kepada pendapatan asli daerah seperti yang akan ditunjukan pada tabel dibawah ini. 1. Target dan Realisasi APBD DKI Jakarta Pelaksanaan administrasi Pajak Kendaraan Bermotot (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan Pajak Parkir meliputi berbagai aktivitas yang dapat disederhanakan menjadi pendataan dan pemeriksaan, penetapan, penatausahaan dan penagihan. Aktivitas yang berjalan dengan baik akan mempengaruhi penerimaan pajak parkir yang secara tidak langsung akan mempengaruhi penerimaan daerah dalam Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah 59

13 (APBD). Untuk mengetahui peran penerimaan pajak parkir terhadap penerimaan daerah, maka terlebih dahulu lihat target dan realisasi APBD DKI Jakarta. TABEL 4.2 TARGET DAN REALISASI APBD DKI JAKARTA (Dalam Juta Rp) No Tahun Target Realisasi % , , , , , , , , , ,93 97 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah DKI Jakarta Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa target dan realisasi APBD Kota DKI pada tahun 2009 sampai dengan 2011 mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu sebesar 99 % pada tahun 2009, 104 % pada tahun 2010, dan yang terakhir 105% pada tahun 2011, Selanjutnya pada tahun 2012 mengalami penurunan yang semula menargetkan Rp ,- tetapi hanya terealisasi sebesar Rp ,- Dan yang terakhir pada tahun 2013 jumlah realisasi APBD tidak mampu mencapai target yang sebesar Rp ,-. Untuk pencapaian Realisasi penerimaan APBD setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan. 2. Target dan Realisasi PAD DKI Jakarta Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu 60

14 (UU.No 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah), dengan adanya pendapatan daerah memberikan manfaat bagi pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintahan dalam melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Pendapatan Asli Daerah ini pun memberikan kontribusi yang besar terhadap penerimaan daerah. Untuk mengetahui peran penerimaan pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah, maka terlebih dahulu lihat target dan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) DKI Jakarta. TABEL 4.3 TARGET DAN REALISASI PAD DKI JAKARTA TAHUN (Dalam Juta Rp) No Tahun Target Realisasi % , , , , , , , , , , Sumber : Dinas Pendapatan Daerah DKI Jakarta Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa target dan realisasi PAD DKI Jakarta pada tahun 2009 sampai dengan 2011 mengalami 61

15 peningkatan yang sangat signifikan yaitu sebesar 102 % pada tahun 2009, 105 % pada tahun 2010, dan yang terakhir 109 % pada tahun 2011, Selanjutnya pada tahun 2012 mengalami penurunan yang semula menargetkan Rp ,- tetapi hanya terealisasi sebesar Rp ,-. Dan yang terakhir pada tahun 2013 jumlah realisasi PAD mengalami penurunan sebesar 102%. Sedangkan dalam Realisasi penerimaan PAD dari tahun 2009 sampai dengan 2013 selalu mengalami peningkatan. 3. Target dan Realisasi Pajak Daerah Dalam kegiatan penerimaan pajak, pajak daerah pun memberikan suatu kontribusi tersendiri dalam memenuhi dan mendukung penyelenggaraan otonomi daerah. Untuk mengetahui peran penerimaan pajak restoran terhadap pajak daerah, maka terlebih dahulu lihat target dan realisasi pajak daerah DKI Jakarta. TABEL 4.4 TARGET DAN REALISASI PAJAK DAERAH DKI JAKARTA TAHUN (Dalam Juta Rp) No Tahun Target Realisasi % , , , , , , , , ,618, ,

16 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah DKI Jakarta Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa target dan realisasi PAD DKI Jakarta pada tahun 2009 sampai dengan 2011 mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu sebesar 99 % pada tahun 2009, 107 % pada tahun 2010, Selanjutnya 109 % pada tahun 2011, Selanjutnya pada tahun 2012 mengalami penurunan yang semula menargetkan Rp ,- tetapi hanya terealisasi sebesar Rp ,- yaitu hanya sebesar 107 %. Dan yang terakhir pada tahun 2013 jumlah realisasi PAD mengalami penurunan sebesar 103%. 4. Target dan Realisasi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Pajak Kendaraan Bermotor dipungut berdasarkan Peraturan daerah Propinsi Jakarta no. 8 Tahun Dalam hal ini Pemerintah Daerah DKI Jakarta harus lebih menekankan tentang peraturan-peraturan Pajak kendaraan Bermotor. Semakin berkembangnya jumlah kendaraan bermotor seharusnya mampu meningkatkan jumlah realisasi penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor yang selalu meningkat. Perkembangan target dan realisasi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) DKI Jakarta dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini. TABEL 4.5 TARGET DAN REALISASI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (PKB) DKI JAKARTA TAHUN (Dalam Juta Rp) No Tahun Target Realisasi % , ,96 102, , ,74 100, , ,40 104, , ,97 98,96 63

17 , ,21 104,68 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah DKI Jakarta Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa target dan realisasi Pajak Parkir DKI Jakarta pada tahun 2009 sampai dengan 2011 selalu mencapai target, namun pada tahun 2012 mengalami penurunan yang cukup drastis. Tetapi pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Realisasi penerimaan dari tahun 2009 sampai dengan 2013 selalu mengalami peningkatan tetapi tidak sebanding dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang signifikan di DKI Jakarta. 5. Target dan Realisasi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor mampu memberikan kontribusi yang baik pada penerimaan Pendapatan Asli daerah DKI Jakarta. Perkembangan target dan realisasi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini. TABEL 4.6 TARGET DAN REALISASI BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR (BBNKB) DKI JAKARTA TAHUN (Dalam Juta Rp) No Tahun Target Realisasi % , ,93 103, , ,47 111, , ,08 109, , ,71 118, , ,97 105,46 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah DKI Jakarta 64

18 Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa target dan realisasi Pajak Parkir DKI Jakarta pada tahun 2009 sampai dengan 2011 selalu mencapai target, namun pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 109,10 %.. Tetapi pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 118,19 % dan mengalami penurunan kembali pada tahun Realisasi penerimaan dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dari tahun 2009 sampai dengan 2013 selalu mengalami peningkatan yang cukup signifikan 6. Target dan Realisasi Pajak Parkir Pajak Parkir merupakan salah satu dari jenis Pajak Daerah yang dipungut oleh kabupaten atau kota. Dalam hal ini Pemerintah Daerah DKI Jakarta harus lebih menekankan tentang peraturan tentang Pajak Parkir yang menjadi landasan hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan Pajak Parkir di DKI Jakarta. Perkembangan target dan realisasi penerimaan Pajak Parkir DKI Jakarta dapat dilihat pada tabel 7 dibawah ini. TABEL 4.7 TARGET DAN REALISASI PAJAK PARKIR DKI JAKARTA TAHUN (Dalam Juta Rp) No Tahun Target Realisasi % , , , , ,02 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah DKI Jakarta Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa target dan realisasi Pajak Parkir DKI Jakarta pada tahun 2009 sampai dengan 2011 tidak 65

19 ada satupun yang mencapai target, hal tersebut dapat terjadi karena jumlah target yang ditetapkan terlalu tinggi sehingga berdampak pada realisasi penerimaan pajak parkir. Selanjutnya pada tahun 2012 dan 2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan yang dapat melewati target penerimaan, yaitu tingkat realisasi tahun 2012 mencapai 105,19 % dan tahun 2013 mencapai tingkat realisasi sebesar 121,02 %. 7. Rata-rata kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan bermotor dan Pajak Parkir terhadap Pajak Daerah. Perkembangan rata-rata kontribusi Pajak kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama kendaraan Bermotor dan Pajak Parkir DKI Jakarta dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini. TABEL 4.8 RATA-RATA KONTRIBUSI PAJAK KENDARAN BERMOTOR, BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DAN PAJAK PARKIR TERHADAP PAJAK DAERAH DKI JAKARTA TAHUN PKB (%) BBNKB PARKIR No Tahun (%) (%% ,32 29,70 1, ,90 37,18 1, ,07 30,10 1, ,18 31,08 1, ,71 26,29 1,35 Rata-rata 27,32 31,34 1,31 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah DKI Jakarta Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor DKI Jakarta pada tahun 2009 rata-rata mencapai 27,32 % per tahunnya. Selanjutnya pada penerimaan Bea Balik Nama 66

20 Kendaraan Bermotor mencapai 31,34 %, yang rata-rata penerimaannya lebih tinggi dibanding penerimaan dari Pajak Kendaraan bermotor. Sedangkan pada Pajak Parkir hanya mencapai 1,31 % saja dari total penerimaan pajak Daerah DKI Jakarta. 8. Kontribusi Pajak Kendaaran Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah DKI Jakarta. Pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor dan dan pajak parkir merupakan pajak daerah yang potensial dalam meningkatkan pendapatan daerah DKI Jakarta oleh karena itu peran Aparatur Pajak Dinas Pendapatan Daerah DKI Jakarta sangat berarti karena aparatur pajak harus melakukan perhitungan perencanaan penerimaan yang matang. Jumlah Pendapatan Daerah tersebut dapat dilihat di tabel 9 dibawah ini. TABEL 4.9 PERAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR, BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DAN PAJAK PARKIR TERHADAP PAD DKI JAKARTA No Tahun PKB PAD % , ,06 26, , ,99 24, , ,99 20, , ,80 18, , ,34 17,15 No Tahun BBNKB PAD % , ,06 23, , ,99 31, , ,99 25, , ,80 24, , ,34 22,88 67

21 No Tahun Pajak Parkir PAD % , , , ,99 1, , ,99 0, , ,80 1, ,34 1,189 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah DKI Jakarta Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa Peran Pajak kendaraan bermotor DKI Jakarta pada tahun 2009 mencapai 26,10 %, dan mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2010 menjadi 24,10 %, tahun 2011 menjadi 20,55 %, tahun 2012 menjadi 18,63 % dan yang terakhir tahun 2013 menjadi 17,15 %. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan banyak penerimaan yang tidak tertagih karena beberapa faktor. Pada Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor pada tahun 2009 mencapai 23,98 % yang meningkat pada tahun 2010 menjadi 31,01 %, setelah itu selalu mengalami penurunan menjadi 25,70 %, 24,98 % dan 22,88 %. Selanjutnya pada Pajak parkir pada tahun 2009 kontribusi yang diberikan mencapai 1,30%, yang menurun menjadi 1,003 % pada tahun Pada tahun 2011 menurun kembali menjadi 0,880 % selanjutnya meningkat kembali pada tahun 2012 menjadi 1,002 % dan meningkat kembali pada tahun 2013 menjadi 1, 189 %. 9. Hambatan Yang dihadapi dalam penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. 68

22 a. Kurangnya kepatuhan wajib pajak atas kewajiban perpajakannya b. Penghindaraan tarif pajak progresif oleh wajib pajak c. Kendaraan yang mutasi keluar daerah 10. Upaya yang dilakukan dalam menanggulangi hambatan yang terjadi a. Peningkatan Sistem Pelayanan b. Pemberian Surat Panggilan c. Penagihan BDU d. Pemberian Keringanan Denda e. Pemeriksaan Harian f. Pemberian Informasi Melalui Media g. Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat pada umumnya dan wajib pajak PKB dan BBNKB pada khususnya tentang pentignya membayar Pajak kendaraan tepat waktu, penyuluhan ini dapat disampaikan melalui media cetak, media elektronik maupun face to face. h. Memberikan peringatan atau teguran secara langsung kepada wajib pajak i. Mengadakan operasi bersama lalu lintas, selain menindak para penunggak pajak sekaligus dapat menjadi sarana sosialisasi arti pentingnya membayar pajak. 11. Hambatan yang dihadapi dalam penerimaan Pajak Parkir dan Pendapatan Asli Daerah 69

23 a. Terdapatnya target pajak parkir dan pendapatan asli daerah yang telah ditetapkan tidak sebanding dengan potensi sebenarnya. b. Terdapatnya ketidakseimbangan antara potensi sebenarnya yang dimiliki dengan realisasi penerimaan pajak parkir maupun realisasi PAD yang sudah dilakukan. c. Belum adanya peraturan daerah yang menetapkan sanksi apabila parkir di pinggir badan jalan. d. Masih terbatasnya penyedia lahan parkir sehingga tidak meningkatkan penerimaan pajak parkir. 12. Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan penerimaan pajak parkir dan pendapatan asli daerah Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, pemerintah daerah harus melakukan upaya yang positif dalam peningkatan penerimaan pajak khususnya dari sector pajak parkir. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan : a. Memeriksa kembali antara target, potensi dan realisasi yang ada serta menghitung kapasitas penerimaan melalui perencanaan yang lebih baik, untuk menentukan target pajak yang realistis. b. Membuat peraturan daerah yang didalamnya menetapkan sanksi apabila parkir di sembarang pinggir badan jalan. c. Memperluas basis penerimaan untuk meningkatkan pajak parkir dan pendapatan asli daerah. 70

Evaluasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Kasus SAMSAT Jakarta Pusat)

Evaluasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Kasus SAMSAT Jakarta Pusat) Evaluasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Kasus SAMSAT Jakarta Pusat) Viory Sabila Shifa, Yunita Anwar Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Kebon Jeruk Jakarta Barat 11530 Phone

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Pajak Kendaraan Bermotor di Propinsi DKI Jakarta

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Pajak Kendaraan Bermotor di Propinsi DKI Jakarta BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Pajak Kendaraan Bermotor di Propinsi DKI Jakarta Pajak Kendaraan Bermotor merupakan salah satu pajak daerah yang memiliki potensi yang besar dalam menaikan pendapatan asli

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. III.1 Gambaran Umum Kantor Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DKI

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. III.1 Gambaran Umum Kantor Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DKI BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III.1 Gambaran Umum Kantor Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta. III.1.1 Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta. Pendapatan daerah merupakan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III.1 Latar Belakang Objek Penelitian III.1.1 Dinas Pendapatan Daerah Prop. DKI Jakarta 1. Sejarah Dinas Pendapatan Daerah Penyusunan Struktur Organisasi dan Tata Kerja

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

Lebih terperinci

Evaluasi penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah kab. Wonogiri (Tahun Anggaran 1999/2000, 2000/2001, dan 2002)

Evaluasi penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah kab. Wonogiri (Tahun Anggaran 1999/2000, 2000/2001, dan 2002) Evaluasi penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah kab. Wonogiri (Tahun Anggaran 1999/2000, 2000/2001, dan 2002) Oleh: A. Bervian Sonny W F3400001 BAB I GAMBARAN UMUM DIPENDA

Lebih terperinci

BAB III OBYEK PENELITIAN. Sehubungan dengan pemberian hak otonom kepada daerah, pemerintah daerah

BAB III OBYEK PENELITIAN. Sehubungan dengan pemberian hak otonom kepada daerah, pemerintah daerah BAB III OBYEK PENELITIAN III.1 Latar Belakang Obyek Penelitian III.1.1 Sejarah Dinas Pendapatan daerah Sehubungan dengan pemberian hak otonom kepada daerah, pemerintah daerah diharapkan dapat menangani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya sendiri. Salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya sendiri. Salah satu sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaaan negara yang digunakan untuk kepentingan masyarakat dalam berbagai bidang. Sesuai dengan otonomi daerah, yaitu setiap

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA Diubah dengan Perwal Nomor 93Tahun 2012 WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang :

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung Dinas Pendapatan Daerah merupakan salah satu unsur organisasi Pemerintah Daerah yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Pada mulanya Dinas Pendapatan Kota Medan adalah suatu sub bagian pada

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Pada mulanya Dinas Pendapatan Kota Medan adalah suatu sub bagian pada BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan Pada mulanya Dinas Pendapatan Kota Medan adalah suatu sub bagian pada bagian yang mengelola bidang penerimaan dan pendapatan daerah.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN BUPATI TASIKMALAYA B U P A T I TASIKMALAY A

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN BUPATI TASIKMALAYA B U P A T I TASIKMALAY A B U P A T I TASIKMALAY A KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan. Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan. Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta DPPKA dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan

Lebih terperinci

INDIKATOR SASARAN Prosentase SDM Pengelola Keuangan dan

INDIKATOR SASARAN Prosentase SDM Pengelola Keuangan dan MATRIK RENSTRA Keuangan dan Aset KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016-2021 VISI " TERWUJUDNYA SDM PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET SEKRETARIAT DAERAH YANG HANDAL DAN PROFESIONAL " No MISI TUJUAN 1 Mewujudkan Tata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan disegala sektor. Hal ini berkaitan dengan sumber dana

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan disegala sektor. Hal ini berkaitan dengan sumber dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki tujuan pembangunan nasional yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Pembangunan daerah termasuk ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Karanganyar Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENGUMPULAN DATA Dinas Pendapatan Daerah merupakan salah satu unsur pelaksana

BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENGUMPULAN DATA Dinas Pendapatan Daerah merupakan salah satu unsur pelaksana BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENGUMPULAN DATA III.1 Gambaran Umum Perusahaan III.1.1 Sejarah Singkat Sejarah terbentuknya Dinas Pendapatan Daerah pada tanggal 11 September 1952. Dinas Pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah dan Perkembangan DPPKA Surakarta. Kota Surakarta tidak luput dengan sejarah Kota Surakarta sebagai wilayah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah dan Perkembangan DPPKA Surakarta. Kota Surakarta tidak luput dengan sejarah Kota Surakarta sebagai wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah dan Perkembangan DPPKA Surakarta Sejarah dibentuknya Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Kota Surakarta tidak luput dengan sejarah Kota Surakarta

Lebih terperinci

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan 1 GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 64 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN PEMBEBASAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR ATAS PENYERAHAN KEDUA DAN SELANJUTNYA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 22 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM INSTANSI 1. Sejarah Berdirinya Instansi Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada pemda tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN Tempat penelitian ini terlebih dahulu dipilih pada saat peneliti sedang melakukan praktek kerja lapangan, disini peneliti memilih pada instansi Kantor Dinas Pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Boyolali a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali Pada awalnya kantor

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 8 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2011 T E N T A N G PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB - III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB - III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pada tahun 2014 APBD Kabupaten Berau menganut anggaran surplus / defisit. Realisasi anggaran Pemerintah Kabupaten Berau dapat terlihat dalam tabel berikut

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN WONOSOBO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang, dan Visi dan Misi SUDIN Pajak Jakarta Barat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang, dan Visi dan Misi SUDIN Pajak Jakarta Barat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang, dan Visi dan Misi SUDIN Pajak Jakarta Barat 1.1.1 Latar Belakang Provinsi DKI Jakarta merupakan kota dengan banyak peran, yaitu sebagai pusat pemerintahan, pusat kegiatan

Lebih terperinci

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DITEPI JALAN UMUM

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DITEPI JALAN UMUM WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DITEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi saat ini, Pemerintah Indonesia telah mengubah sistem sentralisasi menjadi desentralisasi yang berarti pemerintah daerah dapat mengurus keuangannya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI. A. Sejarah Berdirinya Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI. A. Sejarah Berdirinya Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI A. Sejarah Berdirinya Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan Pada mulanya Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan bernama Dinas Pendapatan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset

BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta 1. Sejarah Singkat Berdirinya Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta (DPPKA) Sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, melalui pajak tersebut Pemerintah mampu membiayai pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, melalui pajak tersebut Pemerintah mampu membiayai pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu pendapatan terbesar dan sangat berpengaruh di Indonesia, melalui pajak tersebut Pemerintah mampu membiayai pengeluaran dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber ekstern tersebut sehingga sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. sumber ekstern tersebut sehingga sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembangunan nasional merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pemerintah membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR ORGANISASI DAN FUNGSI. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan

BAB II STRUKTUR ORGANISASI DAN FUNGSI. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan BAB II STRUKTUR ORGANISASI DAN FUNGSI A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan Pada mulanya DISPENDA Kota Medan adalah suatu suatu sub bagian pada bagian keuangan yang mengelola bidang penerimaan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM Sekilas Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan antara pemerintah pusat dan

BAB IV GAMBARAN UMUM Sekilas Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan antara pemerintah pusat dan BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Sekilas Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan antara pemerintah

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : PERATURAN BUPATI TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA. BAB I KETENTUAN UMUM

MEMUTUSKAN : PERATURAN BUPATI TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA. BAB I KETENTUAN UMUM BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH Menimbang KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PEMUNGUTAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KOTA DEPOK

BAB III GAMBARAN UMUM PEMUNGUTAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KOTA DEPOK BAB III GAMBARAN UMUM PEMUNGUTAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KOTA DEPOK Dalam hal implementasi pemungutan retribusi Izin Mendirikan Bangunan di kota Depok, terdapat dua instansi yang berwenang.

Lebih terperinci

e. merencanakan pelaksanaan koordinasi Integrasi, Sinkronisasi dan Simplikasi dalam pelaksanaan tugas; f. merencanakan dan mengkoordinasikan pelaksana

e. merencanakan pelaksanaan koordinasi Integrasi, Sinkronisasi dan Simplikasi dalam pelaksanaan tugas; f. merencanakan dan mengkoordinasikan pelaksana BAB X UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERPONG PADA DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pasal 38 Susunan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini sebagai negara berkembang Indonesia tengah gencargencarnya melaksanakan pembangunan disegala bidang baik ekonomi, sosial, politik, hukum, maupun bidang

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 35 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa Retribusi Parkir di Tepi

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR : LAMPIRAN : 3 (TIGA) TENTANG TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN KEUANGAN DAERAH

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR : LAMPIRAN : 3 (TIGA) TENTANG TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN KEUANGAN DAERAH BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR : LAMPIRAN : 3 (TIGA) TENTANG TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2011 NOMOR : 13 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2011 NOMOR : 13 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG 408 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS KAB. CIAMIS TAHUN : 2011 NOMOR : 13 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam upaya pelaksanaan pembangunan nasional, hal yang paling penting adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan pengeluaran pemerintah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH,, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2011 URUSAN PEMERINTAHAN 0 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi

Lebih terperinci

d. Kepala Seksi Seksi Pendapatan Lain-lain; e. Kelompok Jabatan Fungsional.

d. Kepala Seksi Seksi Pendapatan Lain-lain; e. Kelompok Jabatan Fungsional. BAB XI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BALARAJA PADA DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pasal 43 Susunan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI TUGAS AKHIR. A. Sejarah Singkat Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI TUGAS AKHIR. A. Sejarah Singkat Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI TUGAS AKHIR A. Sejarah Singkat Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan Pada awalnya Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan adalah suatu sub bagian

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS SERTA TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

DINAS PENDAPATAN. Penyelenggaraan urusan Pemerintahan dan pelayanan di bidang pendapatan. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan.

DINAS PENDAPATAN. Penyelenggaraan urusan Pemerintahan dan pelayanan di bidang pendapatan. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan. DINAS PENDAPATAN Tugas Pokok dan Fungsi Tugas Pokok : Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 tahun 2008 dan Keputusan Gubernur Bali Nomor 45 Tahun 2008, Dinas Pendapatan Provinsi Bali mempunyai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR: 8 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 03 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 65 TAHUN 2012 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 100 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PEMBERIAN BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KEPADA INSTANSI PEMUNGUT DAN INSTANSI/PENUNJANG LAINNYA DENGAN

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG 1 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG PEMBEBASAN POKOK DAN SANKSI ADMINISTRATIF BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR (BBNKB) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS PENDAPATAN DAERAH BULAN : JANUARI T.A 2015 LAPORAN REALISASI ANGGARAN

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS PENDAPATAN DAERAH BULAN : JANUARI T.A 2015 LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS PENDAPATAN DAERAH BULAN : JANUARI T.A 2015 LAPORAN REALISASI ANGGARAN Kode Rekening U r a i a n / % Sisa 1 2 3 4 5 4 1 PENDAPATAN DAERAH 4,870,554,573,000.00 436,379,514,072.86

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu landasan yuridis bagi pengembangan Otonomi Daerah di Indonesia adalah lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Pengganti

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH PELAYANAN TATA KOTA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH PELAYANAN TATA KOTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 139 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH PELAYANAN TATA KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan. BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, batasan penelitian, proses penelitian

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT No. Urut: 02, 2012 LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat, kualitas serta kesejahteraan segenap lapisan masyarakat, untuk itu pembangunan harus dipandang

Lebih terperinci

PROFIL KANTOR PELAYANAN PAJAK DAERAH DI KABUPATEN SLEMAN

PROFIL KANTOR PELAYANAN PAJAK DAERAH DI KABUPATEN SLEMAN PROFIL KANTOR PELAYANAN PAJAK DAERAH DI KABUPATEN SLEMAN PENDAHULUAN Kantor Pelayanan Pajak Daerah Di Kabupaten Sleman (SAMSAT SLEMAN) berlokasi di Jl Magelang Km 12,5 Krapyak Triharjo Sleman dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan untuk membiayai pengeluaran atau kebutuhan negara dalam meningkatkan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

Paragraf 2 Bagian Kesatu Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Pasal 22. Pasal 23

Paragraf 2 Bagian Kesatu Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Pasal 22. Pasal 23 Paragraf 2 Bagian Kesatu Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Pasal 22 Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan Pemerintahan Daerah dibidang pengelolaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA BENGKEL KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika atau biasa. disebut Dishubkominfo di Kota Surakarta adalah salah satu dari

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika atau biasa. disebut Dishubkominfo di Kota Surakarta adalah salah satu dari BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah berdirinya DISHUBKOMINFO Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika atau biasa disebut Dishubkominfo di Kota Surakarta adalah salah satu dari

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN. A. Sejarah singkat Dinas Pendapatan Daerah kota Medan

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN. A. Sejarah singkat Dinas Pendapatan Daerah kota Medan BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN A. Sejarah singkat Dinas Pendapatan Daerah kota Medan Pada mulanya Dinas Pendapatan Daerah kota medan adalah sub bagian pada bagian keuangan yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Binjai

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Binjai BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Binjai Binjai adalah salah satu Kota (dahulu daerah tingkat II berstatus Kotamadya) dalam wilayah provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hakikat mendasar dari prinsip kebijakan otonomi daerah sebagaimana yang dimaksudkan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, adalah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2009 NOMOR 13

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2009 NOMOR 13 BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2009 NOMOR 13 SALINAN PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG FUNGSI DINAS, SEKRETARIAT, BIDANG DAN RINCIAN TUGAS SUB BAGIAN, SEKSI SERTA TATA KERJA PADA DINAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberlangsungan pemerintahan dan pembangunan sebuah negara memerlukan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua potensi

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah;

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah; 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 21 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 71 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 21 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 71 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 21 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 71 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS PADA UNSUR ORGANISASI TERENDAH DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR ORGANISASI DAN FUNGSI. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

BAB II STRUKTUR ORGANISASI DAN FUNGSI. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan BAB II STRUKTUR ORGANISASI DAN FUNGSI A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Pada mulanya DISPENDA Kota Medan adalah suatu suatu sub bagian pada bagian keuangan yang mengelola bidang penerimaan

Lebih terperinci

BUPATI PIDIE QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BUPATI PIDIE QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA SALINAN BUPATI PIDIE QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI PIDIE, Menimbang : a. bahwa Nota Kesepahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik Indonesia disamping sektor migas dan ekspor barang-barang non migas. Sebagai salah satu

Lebih terperinci

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN Lampiran III Peraturan Daerah Nomor Tanggal : : 01 Tahun 2015 12 Januari 2015 PEMERINTAH PROVINSI BENGKULU RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. i Renstra Bapenda Kota Denpasar 2016 ~ 2021

KATA PENGANTAR. i Renstra Bapenda Kota Denpasar 2016 ~ 2021 i Renstra Bapenda Kota Denpasar 2016 ~ 2021 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-nya, sehingga Badan Pendapatan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 70 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR : 05 TAHUN 2006 T E N T A N G RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALOPO

PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR : 05 TAHUN 2006 T E N T A N G RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALOPO PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR : 05 TAHUN 2006 T E N T A N G RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALOPO Menimbang : a. bahwa sebagai upaya mewujudkan kemandirian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan karena dianggap tidak menghargai kaidah-kaidah demokrasi. Era reformasi

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan karena dianggap tidak menghargai kaidah-kaidah demokrasi. Era reformasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahirnya era reformasi yang di prakarsai oleh mahasiswa 10 tahun silam yang ditandai dengan tumbangnya resim orde baru di bawah pimpinan Presiden Suharto, telah membawa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kementrian Dalam Negeri (2013) dalam konteks pengembangan ekonomi suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam upaya menggali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deaerah otonom dibentuk dimaksudkan guna meningkatkan pelaksanaan pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom berwenang untuk mengatur

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR BADAN PENDAPATAN DAERAH Jl. Wr. Soepratman No. 9 Telp. (0342) B L I T A R

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR BADAN PENDAPATAN DAERAH Jl. Wr. Soepratman No. 9 Telp. (0342) B L I T A R PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR BADAN PENDAPATAN DAERAH Jl. Wr. Soepratman No. 9 Telp. (0342) 802596 B L I T A R KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR : 188.4 /16 / 409.203.1 / KPTS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah perpajakan di Indonesia bukan menjadi persoalan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah perpajakan di Indonesia bukan menjadi persoalan pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perpajakan di Indonesia bukan menjadi persoalan pemerintah pusat saja melainkan menjadi perhatian pemerintah daerah (PEMDA). Terutama sejak diberlakukannya Undang-

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 07 TAHUN 2003 TENTANG BIAYA PEMUNGUTAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 07 TAHUN 2003 TENTANG BIAYA PEMUNGUTAN PENDAPATAN ASLI DAERAH LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN 2003 TAHUN 2003 NOMOR 14 S E R I D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG BIAYA PEMUNGUTAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilimpahkan ke daerah. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5

BAB I PENDAHULUAN. dilimpahkan ke daerah. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999. Sistem pemerintahan yang semula sentralisasi berubah menjadi desentralisasi, artinya wewenang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Pajak..., Hendra, Fakultas Ekonomi 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Pajak..., Hendra, Fakultas Ekonomi 2015 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, oleh karena itu menempatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu cara dalam meningkatkan pembangunan nasional di Indonesia adalah dengan cara gotong royong nasional serta adanya kewajiban setiap warga Negara dalam menempatkan

Lebih terperinci

Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah; Pemeriksaan di Bidang Retribusi Daerah;

Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah; Pemeriksaan di Bidang Retribusi Daerah; 2 6. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang

Lebih terperinci

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD )

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD ) PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN ( ) DINAS PENDAPATAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 205 NAMA FORMULIR 2. Ringkasan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah Rincian

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2015 61 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pesatnya perkembangan informasi, komunikasi, dan transportasi dalam kehidupan manusia di segala bidang khususnya bidang ekonomi dan perdagangan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. b. Isu Strategis

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. b. Isu Strategis BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Visi Pemerintah Kota Denpasar dalam membangun Denpasar menekankan pada upaya Denpasar Kreatif Berwawasan Budaya Dalam Keseimbangan Menuju Keharmonisan. Pembangunan yang

Lebih terperinci