BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. hubungan atau kaitan antara penggeneralisasian satu terhadap

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. hubungan atau kaitan antara penggeneralisasian satu terhadap"

Transkripsi

1 BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara penggeneralisasian satu terhadap penggeneralisasian yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010). Kerangka konseptual di bawah ini untuk mengidentifikasi hubungan faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan perilaku merokok pada remaja. Faktor Psikologis: bosan, menghadapi stres ataupun tekanan, kelihatan gagah, relaksasi ataupun ketenangan, memicu ide ataupun inspirasi dan gambaran diri. Faktor Lingkungan: orang tua ataupun saudara kandung, teman, lingkungan tempat tinggal, dan iklan/reklame di media. Faktor Biologis Faktor Regulatori Perilaku Merokok Pada remaja: Derajat Merokok Remaja Tempat Merokok Remaja Management of Affect Keterangan: Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti Skema 3.1. Faktor resiko perilaku merokok pada remaja

2 2. Definisi Operasional Tabel 3.1. Definisi operasional untuk variabel dependen dan independen penelitian. N O Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1. Variabel Dependen Perilaku merokok pada remaja Tingkatan atau jumlah dari tindakan membakar tembakau dan menghirup asap rokok dengan menggunakan alat (pipa) atau langsung dari rokoknya kemudian menghembuskannya kembali asap ke udara yang dilakukan di lokasi/tempat tertentu oleh remaja SMP Negeri di Kec. Percut Sei Tuan. Kuesioner Derajat perilaku merokok : Ringan, dengan skor Sedang, dengan skor Berat, dengan skor Interval 2. Variabel Independen Faktor resiko perilaku merokok pada remaja: Faktor Psikologis Keadaaan atau situasi dalam jiwa remaja yang menyebabkan perilaku merokok pada remaja SMP Negeri di Kecamatan Percut Sei Tuan yang di lakukan pada saat bosan, menghadapi stres ataupun Kuesioner Faktor psikologis : Ringan, dengan skor 0 4 Sedang, dengan skor 5 7 Berat, dengan skor Interval

3 tekanan, kelihatan gagah, relaksasi ataupun ketenangan, memicu ide/inspirasi dan gambaran diri 8 10 Faktor resiko perilaku merokok pada remaja: Faktor Lingkungan Keadaaan atau situasi lingkungan remaja yang menyebabkan perilaku merokok pada remaja SMP Negeri di Kecamatan Percut Sei Tuan yang disebabkan karena orang tua ataupun saudara kandung, teman, dan iklan/reklame di media. Kuesioner Faktor lingkungan: Ringan, dengan skor 0 3 Sedang, dengan skor 4 6 Tinggi, dengan skor 7 8 Interval 3. Hipotesa Penelitian Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesa null : 3.1 Tidak ada hubungan antara faktor psikologis dengan perilaku merokok remaja. 3.2 Tidak ada hubungan antara faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja.

4 BAB 4 METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian (Hidayat, 2007). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional dengan pendekatan korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan. 2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1 Populasi Penelitian Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa (murid laki-laki) SMP Negeri di Kecamatan Percut Sei Tuan sebanyak 2071 orang siswa. Dimana rincian dari jumlah siswa dari seluruh SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan adalah sebagai berikut: a) SMP Negeri 1 Kecamatan Percut Sei Tuan, yang mana siswanya sebanyak 389 orang. b) SMP Negeri 2 Kecamatan Percut Sei Tuan, yang mana siswanya sebanyak 556 orang. c) SMP Negeri 3 Kecamatan Percut Sei Tuan yang mana siswanya sebanyak 320 orang. d) SMP Negeri 4 Kecamatan Percut Sei Tuan yang mana siswanya sebanyak

5 265 orang. e) SMP Negeri 5 Kecamatan Percut Sei Tuan, yang mana siswanya sebanyak 204 orang f) SMP Negeri 6 Kecamatan Percut Sei Tuan yang mana siswanya sebanyak 289 orang. g) SMP Negeri 7 Kecamatan Percut Sei Tuan yang mana siswanya sebanyak 48 orang. Maka jumlah populasi siswanya sebanyak 2071 orang. 2.2 Sampel Penelitian Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Dalam Nursalam (2009) jika jumlah populasi lebih dari 1000 orang maka besar sampel yang diambil 10% - 20% sudah cukup. Jadi dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah 20% dari 2071 populasi yaitu 414 orang (digenapkan dari 414,2). Pelaksanaan penelitian ini sampel tidak mencukupi dari yang sudah ditentukan (414 orang) karena peneliti mendapatkan kendala yang disebabkan siswa (murid laki-laki) yang masih aktif merokok tidak sampai 414 orang di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan, sehingga peniliti mengambil sampel sebanyak 196 orang. Teknik pengambilan sampel ini adalah accidental sampling, dimana peneliti mengambil sampel yang sesuai dengan kriteria penelitian dan yang ditemukan pada saat itu tanpa melewati proses randomisasi (Notoatmodjo, 2010). Proses randomisasi tidak dilakukan karena peneliti mengalami kesulitan terutama dalam hal waktu untuk menskrining para siswa yang sesuai dengan kriteria sampel

6 penelitian. Kriteria sampel pada penelitian ini adalah siswa yang masih aktif merokok dari seluruh siswa di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan. 3. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan. Alasan peneliti memilih tempat penelitian karena belum ada yang meneliti hubungan faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan perilaku merokok pada remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan ini sebelumnya. Pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober s/d November Pertimbangan Etik Melakukan penelitian ini peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan pada bagian pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk melakukan studi pendahuluan dalam penyusunan proposal ini. Kemudian dengan pengantar tersebut peneliti akan memberikan kuesioner kepada responden yang akan diteliti dengan terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden dengan menekankan pada masalah yang meliputi: 1. Informed Consent (Lembar Persetujuan) Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Lembar persetujuan diberikan sebelum penelitian

7 dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak mereka. 2. Anonimity (Tanpa Nama) Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 3. Confidentiality (Kerahasiaan) Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007). 5. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan pustaka. Instrumen pada penelitian ini terdiri dari 3 bagian, yaitu kuisioner data demografi responden, kuesioner faktor perilaku merokok, kuesioner faktor resiko perilaku merokok pada remaja: faktor psikologis, dan kuesioner faktor resiko perilaku merokok pada remaja: faktor lingkungan.

8 Kuesioner data demografi berisi: inisial, tanggal, usia, kelas, pertama sekali merokok, dan pertanyaan apakah ada anggota keluarga di dalam keluarga yang merokok. Kuesioner perilaku merokok terdiri dari 10 pernyataan, perokok berat 2 pernyataan (nomor 1 dan 10), merokok di tempat umum 3 pernyataan (nomor 2, 3, dan 4), merokok di tempat pribadi 1 pernyataan (nomor 5), merokok di toilet 1 pernyataan (nomor 6), perilaku merokok adiktif 1 pernyataan (nomor 7), perokok ringan 1 pernyataan (nomor 8), dan perokok sedang 1 pernyataan (nomor 9). Kuesioner faktor resiko perilaku merokok: faktor psikologis terdiri dari 10 pernyataan, yaitu merokok supaya menunjukkan gambaran diri 2 pernyataan (nomor 1 dan 10), merokok untuk relaksasi ataupun ketenangan 2 pernyataan (nomor 2 dan 4), merokok supaya muncul ide-ide ataupun inspirasi 1 pernyataan (nomor 3), merokok dalam keadaan stres dan dalam tekanan 3 pernyataan (nomor 5, 6 dan 7), merokok dalam keadaan bosan 1 pernyataan (nomor 8), merokok supaya kelihatan gagah 1 pernyataan (nomor 9). Kuesioner faktor resiko perilaku merokok: faktor lingkungan terdiri dari 8 pernyataan, yaitu merokok karena orang tua ataupun saudara kandung 1 pernyataan (nomor 1), merokok karena lingkungan tempat tinggal 2 pernyataan (nomor 5 dan 6), merokok karena teman 4 pernyataan (nomor 2, 3, 7 dan 8), merokok karena iklan atau reklame di media 1 pernyataan (nomor 4).

9 Penilaian menggunakan skala Guttman dan skala Likert. Skala Guttman dengan jawaban ya bernilai 1 atau tidak bernilai 0 dengan total skor terendah pada kuesioner faktor resiko perilaku merokok: faktor psikologis dengan total skor terendah 0 serta total skor tertinggi 10, dimana 0 4 adalah rendah, 5 7 adalah sedang, dan 8 10 adalah tinggi. Serta pada kuesioner faktor resiko perilaku merokok; faktor lingkungan dengan total skor terendah 0 serta total skor tertinggi 8, dimana 0 3 adalah rendah, 4 6 adalah sedang, dan 7 8 adalah tinggi. Skala Likert dengan pilihan jawaban jarang (J) bernilai 1, kadang-kadang (K) bernilai 2, sering (SR) bernilai 3, selalu (SSL) bernilai 4. Total skor terendah adalah 10, sedangkan skor yang tertinggi adalah 40. Dimana adalah ringan, adalah sedang, dan adalah berat. 6. Validitas dan Reliabilitas 6.1 Uji Validitas Validitas adalah suatu indeks yang menunujukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoadmodjo, 2010). Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Instrumen dalam penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti. Untuk instrumen baru perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui seberapa besar derajat kemampuan alat ukur dalam mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur.

10 Uji validitas instrumen dilakukan oleh dua orang dosen yang ahli dalam keperwatan jiwa dan keperawatan komunitas di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan yaitu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep dan Lufthiani S.Kep, Ns, M.Kes. 6.2 Uji Reliabilitas Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010) yang mana lokasinya di SMP PGRI-9 Kecamatan Percut Sei Tuan sebanyak 50 sampel. 7. Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian deskriptif ini dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) serta ke Kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga. 2. Mengirimkan permohonan izin yang diperoleh ke tempat penelitian (SMP Negeri di Kecamatan Percut Sei Tuan). 3. Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti menentukan responden sampel penelitian.

11 4. Menjelaskan pada calon responden tentang prosedur, manfaat penelitian, dan cara mengisi kuisioner. 5. Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian. 6. Calon responden yang bersedia, diminta menandatangani informed consent (surat persetujuan) dan pengumpulan data dimulai. 7. Peneliti melakukan pengumpulan data 8. Analisa Data Setelah semua data terkumpul maka peneliti akan mengadakan analisa data melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut: 1. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan yang dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul 2. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.

12 3. Data Entry Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi. 4. Melakukan Teknik Analisis Analisa dilakukan secara univariat dan bivariat. Analisa univariat yaitu melihat distribusi frekuensi dan persentase untuk faktor psikologis, lingkungan, dan derajat perilaku merokok remaja. Analisa bivariat yaitu menguji hipotesa antara hubungan faktor psikologis dengan derajat perilaku merokok remaja, dan hubungan faktor lingkungan dengan derajat perilaku merokok remaja dengan menggunakan Product Moment Pearson atau biasa disebut Pearson s r. Nilai r berkisar antara -1 sampai +1 untuk menunjukkan derajat hubungan antara 2 variabel. Nilai 0 menunjukkan tidak ada hubungan linear. Untuk menafsirkan hasil pengujian statistik tersebut lebih lanjut digunakan kriteria penafsiran korelasi menurut Burns dan Grove (2001).

13 Tabel 4.1. Kriteria penafsiran korelasi Nilai r Penafsiran -0,1 sampai -0,3 Korelasi negatif rendah: hubungan negatif dengan interpretasi lemah. -0,3 sampai -0,5 Korelasi negatif sedang: hubungan negatif dengan interpretasi memadai. Di atas -0,5 Korelasi negatif tinggi: hubungan negatif dengan interpretasi kuat. 0,1 sampai 0,3 Korelasi positif rendah: hubungan positif dengan interpretasi lemah. 0,3 sampai 0,5 Korelasi positif sedang: hubungan positif dengan interpretasi memadai. Di atas 0,5 Korelasi positif tinggi: hubungan positif dengan interpretasi kuat.

14 BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Pada bagian ini diuraikan tentang hasil penelitian berdasarkan pengumpulan data pada tanggal 7 s/d 13 November 2013 di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan terhadap 196 responden. Penyajian data meliputi karakteristik responden, perilaku merokok remaja, faktor psikologis, faktor lingkungan, dan hubungan faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan. 1.1 Karakteristik Responden Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden berusia 15 tahun (62,24%) dan merupakan siswa kelas 3 SMP (62,24%). Sebagian besar responden (79,08%) pertama sekali merokok awal masuk SMP. Sementara itu anggota keluarga responden sebagian besar (62,24%) didalam keluarga tidak ada anggota keluarga yang merokok.

15 Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan (N = 196) Karakteristik Responden Frekuensi % Usia 13 tahun 21 10,72 14 tahun 53 27,04 15 tahun ,24 Kelas Kelas 1 SMP 21 10,72 Kelas 2 SMP 53 27,04 Kelas 3 SMP ,24 Pertama sekali merokok Sekolah Dasar (SD) 41 20,92 Awal masuk SMP ,08 Anggota keluarga dalam keluarga ada yang merokok Ada 74 37,76 Tidak ada , Perilaku Merokok Remaja Data yang diperoleh dari hasil penelitian bahwa dari semua responden yang memiliki perilaku merokok aktif, sebagian besar responden (87,25%) dimasukkan pada kategori perilaku merokok ringan. Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan persentase perilaku merokok responden SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan (N = 196) Perilaku Merokok Frekuensi % Ringan ,25 Sedang 23 11,73 Berat 2 1,02

16 1.3 Faktor Psikologis Dari penelitian diperoleh data bahwa sebagian besar responden (53,06%) menilai faktor psikologis yang menyebabkan perilaku merokok termasuk dalam kategori bernilai sedang. Tabel 5.3. Distribusi frekuensi dan persentase faktor psikologis responden SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan (N = 196) Faktor Psikologis Frekuensi % Ringan 89 45,41 Sedang ,06 Berat 3 1, Faktor Lingkungan Dari penelitian diperoleh data bahwa sebagian besar responden (68,37%) menilai faktor lingkungan yang menyebabkan perilaku merokok termasuk kategori sedang. Tabel 5.4. Distribusi frekuensi dan persentase faktor lingkungan responden SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan (N = 196) Faktor Lingkungan Frekuensi % Ringan 46 23,47 Sedang ,37 Berat 16 8,16

17 1.5 Hubungan Faktor Psikologis dan Faktor Lingkungan dengan Perilaku Merokok remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan Dalam penelitian ini, analisa dilakukan pada hubungan antara faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan prilaku merokok remaja. Dari hasil analisa pada hubungan antara variabel faktor psikologis dengan perilaku merokok remaja tersebut didapatkan nilai koefisien korelasi Pearson atau r sebesar 0,30 dimana nilai dapat dibaca berdasarkan tabel kriteria penafsiran korelasi menurut Burns dan Groove (2001) memiliki hubungan positif dengan interpretasi memadai (0,3 < r 0,5 ). Uji hipotesa null antara hubungan antara variabel faktor psikologis dengan perilaku merokok remaja tersebut diterima karena p-value 0.07 (p > 0,05) sehingga bermakna tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan. Sedangkan antara variabel faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja tersebut didapatkan nilai koefisien korelasi Pearson atau r sebesar 0,96, dimana nilai tersebut berdasarkan tabel kriteria penafsiran korelasi menurut Burns dan Groove (2001) memiliki hubungan positif dengan interpretasi kuat (r > 0,5). Uji hipotesa null antara variabel faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja tersebut ditolak karena p- value (p < 0.05) sehingga bermakna ada hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan.

18 Tabel 5.5. Hasil analisa hubungan antara faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan perilaku merokok responden SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan Variabel 1 Variabel 2 r p-value Keterangan Faktor Psikologis Perilaku Merokok 0,30 0,07 hubungan Remaja positif dengan interpretasi memadai. Faktor Lingkungan Perilaku Merokok 0,96 0,003 hubungan Remaja positif dengan interpretasi kuat. 2. Pembahasan Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang hubungan faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan. 2.1 Perilaku Merokok Remaja Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (87,25%) termasuk kategori perilaku merokok ringan yang mana alasan seperti dikemukakan Tomkins (1988 dalam Basyir, 2005) dikarenakan perilaku merokok remaja dipengaruhi oleh bertambahnya rasa yang positif, remaja merokok dipengaruhi perasaan negatif (seperti cemas, gelisah, dan marah), perilaku merokok yang adiktif, dan perilaku merokok

19 yang sudah menjadi kebiasaan. Perilaku merokok remaja dalam penelitian ini diukur berdasarkan frekuensi merokok responden berdasarkan pendapat Mu tadin (2002 dalam Kasfi, 2004), tempat dimana responden menghisap rokok berdasarkan pendapat Basyir (2005), pengaruh stimulus eksternal responden terhadap perilaku merokok, ketergantungan, serta kebutuhan psikologis yang menyertai konsumsi rokok berdasarkan pendapat Tomkins (1988 dalam Basyir, 2005) untuk dikategorikan atas perilaku merokok yang ringan, sedang dan berat. Dari hasil penelitian ini juga diperoleh bahwa sebagian besar responden (79,08%) mencoba merokok pertama sekali pada waktu yang belum lama atau sejak masuk SMP. Perilaku merokok responden dengan mencoba rokok pertama sekali belum terlalu lama atau sejak masuk SMP, akan berada pada derajat perilaku merokok ringan karena penelitian Moolchan dkk (2000 dalam Kasfi, 2004) menunjukkan bahwa tiga fase klinikal penting yang mendahului tingkat ketergantungan individu terhadap rokok secara positif adalah trial (coba-coba), occasional use (sesekali merokok), dan daily use (perokok harian). Kemudian sebanyak 20,92% responden mulai merokok pertama sekali saat SD dan 79,08% nya lagi sejak awal masuk SMP mulai merokok. Hal tersebut sesuai dengan survei yang dilakukan Departemen Kesehatan RI di Jakarta (1990 dalam Sitepoe, 2000) dimana laki-laki mulai merokok pada usia remaja 12 sampai 15 tahun dan juga sesuai

20 pendapat Sitepoe (2000) bahwa di Medan banyak dijumpai anak-anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang sudah merokok. 2.2 Faktor Psikologis Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden (53,06%) menilai faktor psikologis yang menyebabkan perilaku merokok termasuk dalam kategori bernilai sedang. Soetjiningsih (2004) mengatakan tentang faktor psikologis yang meliputi rasa ingin tahu untuk mencoba sesuatu yang dianggap baru, untuk relaksasi ataupun ketenangan, berhubungan dengan gambaran diri, dalam stres ataupun tekanan, rasa bosan, ingin terlihat gagah, dan sifat suka menantang akan didapati pada setiap remaja. Sementara itu Gunarsa dan Gunarsa (2003), berpendapat seorang remaja bisa memperlihatkan perilaku merokok yang tampil sebagai pelarian-pelarian karena mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran-pelajaran di sekolah dan kesulitan bersumber pada kemampuan dasar yang kurang baik, taraf kemampuan terletak dibawah rata-rata dan seorang remaja bisa memperlihatkan perilaku yang tampil sebagai sikap menentang, sikap tidak mudah menerima nasihat-nasihat orang lain, serta sikap kompensatoris. Ditinjau dari aspek periode perkembangan remaja (middle adolescence), Hidayat (2009) mengemukakan remaja penuh konflik karena remaja bingung di satu pihak masih anak-anak, tetapi di pihak lain harus bertingkah laku seperti orang dewasa dan penuh dengan kesukaran,

21 bukan masa-masa yang indah serta penuh romantika seperti orang-orang lain tanggapi. Adams dan Galotta (1983 dalam Sarwono, 1997) juga berpendapat tentang cara menghadapi remaja bukanlah pekerjaan yang mudah dalam membantu menyelesaikan masalah mereka. 2.3 Faktor Lingkungan Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden (68,37%) menilai faktor lingkungan yang menyebabkan perilaku merokok termasuk dalam kategori bernilai sedang. Dariyo (2002) menyatakan usia remaja merupakan masa dimana remaja berupaya untuk mencari dan membentuk persahabatan dengan teman kelompok sebayanya serta menomorsatukan hubungan dengan temannya dibandingkan dengan keluarganya. Sebagaimana Soetjiningsih (2004) juga mengatakan bahwa lingkungan berkaitan erat dengan remaja serta penggunaan tembakau antara tiap individu maupun melihat reklame tembakau. Dapat diasumsikan juga bahwa faktor lingkungan ini mengambil faktor resiko supaya responden menjadi merokok. Dari hasil penelitian juga diperoleh data bahwa sebagian besar responden (62,24%) memiliki anggota keluarga dalam keluarga yang tidak merokok. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ali dan Asrori (2004) bahwa bukan di lingkungan keluarga saja yang menyebabkan remaja hidup dalam kesehariannya dan menjadi terpengaruh merokok, akan tetapi lingkungan

22 sekolah serta lingkungan masyarakat juga menjadi lingkungan hidup keseharian remaja yang dapat mempengaruhi perilaku remaja tersebut. 2.4 Hubungan Faktor Psikologis dan Faktor Lingkungan dengan Prilaku Merokok Remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan Hubungan Faktor Psikologis dengan Prilaku Merokok Remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan Hasil analisa statistik dalam penelitian ini adalah bahwa faktor psikologis yang terdiri dari situasi kondisi yang mengakibatkan remaja menghadapi stres, tekanan, ingin kelihatan gagah, saat bosan, tenang, memicu inspirasi, serta gambaran diri dan faktor lingkungan yang terdiri dari situasi kondisi dari orang tua, saudara kandung, teman, serta iklan/reklame di media yang menyebabkan remaja merokok. Hubungan antara variabel faktor psikologis dengan perilaku merokok remaja tersebut didapatkan nilai p-value 0,07 sehingga dapat disimpulkan hipotesa null diterima, dimana p > 0,05 artinya bahwa pernyataan tidak ada hubungan antara faktor psikologis dengan perilaku merokok remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan diterima. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan yang dikemukakan Soetjiningsih (2004) yang menyatakan remaja akan merokok dikarenakan rasa ingin tahu untuk mencoba yang dianggap baru, untuk relaksasi ataupun

23 ketenangan, berhubungan dengan gambaran diri, dalam stres ataupun tekanan, rasa bosan, ingin terlihat gagah, dan sifat suka menantang. Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan yang dikemukakan Mausner dan Platt (1971 dalam Oskamp, 1984) menyatakan motif seseorang merokok adalah: a). Kebiasaan, yang mana perilaku merokok menjadi sebuah perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa adanya motif yang bersifat negatif atau pun positif. Seseorang merokok hanya untuk meneruskan perilakunya tanpa tujuan tertentu. b). Reaksi emosi positif dimana merokok digunakan untuk menghasilkan emosi yang positif, misalnya rasa senang, relaksasi, dan kenikmatan rasa. c). Reaksi untuk penurunan emosi, yang mana merokok ditujukan untuk mengurangi rasa tegang, cemas biasa, ataupun kecemasan yang timbul karena adanya interaksi dengan orang lain. d). Alasan sosial, maksudnya merokok ditujukan untuk mengikuti kebiasaan kelompok (umumnya pada remaja dan anak-anak), identifikasi dengan perokok lain, dan untuk menentukan gambaran diri seseorang. Merokok pada anak-anak juga dapat disebabkan adanya paksaan dari teman-temannya Hubungan Faktor Lingkungan dengan Prilaku Merokok Remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan Kemudian antara variabel faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja tersebut didapatkan nilai p-value sebesar 0,003 dimana dapat disimpulkan hipotesa null ditolak, yang mana p < 0,05 artinya

24 bahwa pernyataan tidak ada hubungan antara faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan tidak dapat diterima. Hasil penelitian ini sejalan yang dikemukakan Ali dan Asrori (2004) menyebutkan lingkungan menjadi tempat proses remaja bersosialisasi, dengan begitu remaja akan dipengaruhi lebih besar oleh lingkungan sekitar untuk merokok dan sejalan juga dengan survey yang diadakan oleh Yayasan Jantung Indonesia (1990 dalam Sitepoe, 2000) yang menunjukkan angka perokok usia <10 tahun (9%), 13 tahun (23%), 14 tahun (22%), dan tahun (28%) karena dipengaruhi oleh salah satu faktor resiko dari lingkungan yaitu oleh ajakan teman-teman yang sukar ditolak sejumlah 70% selebihnya karena coba-coba, dan setelah melihat iklan rokok. Berdasarkan pengamatan terhadap literatur yang didapatkan tentang faktor-faktor resiko prilaku merokok, seharusnya dapat ditemukan hubungan yang signifikan antara faktor psikologis dengan prilaku merokok remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan, akan tetapi yang memiliki hubungan yang signifikan cuma antara hubungan faktor lingkungan dengan prilaku merokok remaja saja. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa permasalahan remaja yang merokok memiliki penyebab multifaktorial dan mungkin lebih dominan yang memberi konstribusi pengaruh prilaku merokok adalah remaja yang bersangkutan, dan dalam hasil penelitian ini didapakan bahwa faktor lingkungan yang

25 menjadi faktor resiko perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan yang cukup tinggi. 3. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini mempunyai keterbatasan dalam pelaksanaan di lapangan diantaranya jumlah sampel tidak mencukupi dari yang sudah ditentukan sebelumnya sehingga kurang representatif, pada saat pengisian kuesioner responden masih ada yang ragu dan takut mengisinya dikarenakan responden mengira mempengaruhi situasi kondisi mereka di lingkungan sekolah serta lingkungan sosial, dan lokasi penelitian jauh dari tempat tinggal peneliti sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sampai ke lokasi penelitian.

26 BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai hubungan faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan. 1. Kesimpulan Pada distribusi frekuensi karakteristik responden sebagian besar berusia 15 tahun (62,24%), mulai merokok pertama sekali awal masuk SMP (79,08%), serta sebesar 62,24% anggota keluarga responden dalam keluarga tidak ada yang merokok. Hubungan antara variabel faktor psikologis dengan perilaku merokok remaja tersebut didapatkan nilai p-value 0,07 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa ditolak, dimana p > 0,05 artinya bahwa pernyataan adanya hubungan antara faktor psikologis dengan perilaku merokok remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan tidak dapat diterima, atau dengan kata lain tidak ada hubungan antara faktor psikologis dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan. Sementara itu antara variabel faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja tersebut didapatkan nilai p-value sebesar 0,003 dimana

27 dapat disimpulkan bahwa hipotesa dapat diterima, yang mana p < 0,05 artinya bahwa pernyataan adanya hubungan antara faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan dapat diterima atau dengan kata lain ada hubungan antara faktor psikologis dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan. 2. Rekomendasi 2.1 Untuk Pendidikan Dalam pemberian ceramah maupun diskusi dalam mata kuliah Keperawatan Jiwa dan Komunitas diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar bagi mahasiswa dan dosen, sehingga perlu ditelaah usaha-usaha penanganan perilaku merokok pada remaja secara komprehensif. 2.2 Untuk Penelitian Kesenjangan antara hasil penelitian (variabel faktor psikologis dengan perilaku merokok) yang diperoleh dengan tinjauan pustaka yang didapatkan dapat dijadikan sebagai data masukan yang menarik bagi penelitian lanjutan tentang masalah merokok pada remaja dan faktorfaktor yang dapat mempengaruhinya. Kemudian juga perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengidentifikasi tentang masalah merokok remaja ini dengan jumlah

28 responden yang lebih representatif di semua sekolah di Kecamatan Percut Sei Tuan dengan menggunakan tehnik sampling yang lebih tepat. 2.3 Untuk Pelayanan Dalam praktik Keperawatan Jiwa-Komunitas perlu mempertimbangkan dilakukannya penyuluhan yang berfokus pada remaja untuk mengurangi prevalensi perokok. Hal yang harus dipertimbangkan adalah kemungkinan adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku merokok remaja selain faktor psikologis dan faktor lingkungan, seperti kepribadian remaja, pola komunikasi keluarga, pengaruh kegiatan yang disponsori perusahaan rokok dan lain sebagainya.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010). 33 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Gorontalo, Kota Gorontalo. 3.1.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional (Nursalam, 2003). Metode penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional (Nursalam, 2003). Metode penelitian dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian Jenis atau rancangan penelitian ini adalah descriptive correlational yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi karena menjelaskan hubungan korelatif antar variabel (Nursalam, 2008). Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan metode non eksperimen yaitu deskriptif kolerasi, jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian observasional dengan rancangan Cross Sectional, yaitu

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian observasional dengan rancangan Cross Sectional, yaitu 37 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian observasional dengan rancangan Cross Sectional, yaitu pengukuran variabel-variabelnya (status merokok orang tua, pergaulan teman sebaya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan Tanggal 17 Mei-03 Juni

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan Tanggal 17 Mei-03 Juni 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Tilote Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. 3.1.2 Waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana diterapkan (Nursalam,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara korelatif antara variabel independen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis & Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi yaitu mendeskripsikan variabel independen dan dependen, kemudian melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Rancangan penelitian ini adalah studi korelasi karena pada hakekatnya merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel independent dan

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel independent dan 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah analitik yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel independent dan dependent melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian non-eksperimental. Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi BAB III METODEOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi non-eksperimental yaitu penelitian korelasi dengan metode cross sectional. Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik, yang mana akan diteliti hubungan variabel dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksplanatory digunakan untuk menjelaskan suatu keadaan atau fenomena sosial yang terjadi secara objektif,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian dan metode penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif non eksperimen dengan rancangan deskriptif korelasi yaitu suatu metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian observasional analitik, yaitu untuk mencari hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah non eksperimen dengan metode kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah non eksperimen dengan metode kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah non eksperimen dengan metode kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah descriptive comparative dengan pendekatan cross-sectional.

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu kuantitatif dengan metode korelasional. Kerangka penelitian ini menggambarkan korelasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian Descriptive Korelasional yang bertujuan untuk menjelaskan adanya hubungan antar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah dekriptif korelasi. Penelitian korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan stroke. Sebagai alat pengumpul data utama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. Demak, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. Demak, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Jenis penelitian ini merupakan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi study yang bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antara variabel independent dan variabel dependent

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. variabel. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. variabel. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Ciri penelitian korelasional mengkaji hubungan antar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian analitik yang menjelaskan hubungan variabel bebas dengan variabel terikat yang menggunakan pendekatan cross

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik yaitu untuk mencari hubungan antara variable bebas dan terikat yang dilakukan dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif korelasi yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif korelasi yaitu suatu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif. Adapun jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif korelasi yaitu suatu metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian yang digunakan adalah survey analitik, yang mana akan diteliti hubungan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian explanatory research yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. korelatif. Penelitian korelasional mengkaji hubungan antara variabel. Peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. korelatif. Penelitian korelasional mengkaji hubungan antara variabel. Peneliti BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Penelitian korelasional mengkaji hubungan antara variabel. Peneliti dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif komparatif yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kreativitas anak ditinjau dari ibu bekerja dan ibu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Nursalam, 2013). Penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner pada

BAB III METODE PENELITIAN. (Nursalam, 2013). Penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner pada BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan jenis rancangan survey yang digunakan untuk menyediakan informasi yang berhubungan dengan prevalensi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik yaitu untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan terikat yang dilakukan dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif analityc dengan rancangan cross sectional study, yaitu setiap variabel diobservasi hanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan Non Equivalent Control Group Design, dimana pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik, adalah penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau rancangan penelitian dan metode pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi. Peneliti melakukan pengukuran variabel independent

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan dengan rancangan deskriptif analitik, yaitu untuk memberi gambaran fenomenayang terjadi dalam

Lebih terperinci

= 141,1 dibulatkan menjadi 141 siswa

= 141,1 dibulatkan menjadi 141 siswa BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian komparasi untuk membandingkan pengetahuan dan sikap remaja perokok dan bukan perokok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik untuk mengetahui faktor

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik untuk mengetahui faktor BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik untuk mengetahui faktor penyebab dan hubungan antara dua variabel. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk menggambarkan hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi deskriptif korelasi yaitu mendeskripsikan variabel independent dan dependent, kemudian melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan hubungan antar

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan hubungan antar BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan hubungan antar variabel dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang menghubungan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat

BAB III METODA PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat BAB III METODA PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional dan dengan pendekatan cross sectional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metoda Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Penelitian korelasi mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif analityc dengan rancangan cross sectional study, yaitu setiap variabel diobservasi hanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan,

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian Non Experimental (Nazir, 1999). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 56 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan survei analitik menggunakan rancangan Cross Sectional yaitu suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan metode explanatory

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan metode explanatory BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan metode explanatory research (penelitian penjelasan) yaitu penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya. BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya. Bila telah mengalami ketergantungan akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan termasuk jenis penelitian non-eksperimental observasional bersifat diskriptif analitik (eksplanatori reseach),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif pendekatan survey. B. Populasi dan sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu penelitian untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penilitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui persepsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah kategori explanatory research karena penelitian ini menganalisa hubungan antara variabel, penelitian ini bersifat diskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara variabel independen dan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian rancangan Survei Analitik dimana mengetahui hubungan antara

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian rancangan Survei Analitik dimana mengetahui hubungan antara BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi & Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo pada bulan Mei tahun 2013. 3.2. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional yaitu dengan melakukan pengukuran vareabel independen (bebas)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Rancangan penelitian ini adalah deskriptif korelasi karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk jenis penelitian Non Experimen (Hidayat, 2007). Dalam rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis/Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional yaitu suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara korelatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain cross sectional, yaitu data variabel bebas ( pengetahuan mobilisasi )

BAB III METODE PENELITIAN. desain cross sectional, yaitu data variabel bebas ( pengetahuan mobilisasi ) BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional, yaitu data variabel bebas ( pengetahuan mobilisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan cross sectional karena

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan cross sectional karena BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini juga menggunakan pendekatan cross sectional karena jenis penelitian yang menggunakan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah korelasi, karena bertujuan untuk mencari hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan cross sectional, yaitu setiap variabel diobservasi hanya satu kali saja dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat penjelasan (Explanatory), yaitu menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi analitik karena pada hakekatnya merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu 5 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan studi analitik untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu tingkat pengetahuan dan variabel terikat yaitu praktik

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tidak perokok pada mahasiswa program studi ilmu keperawatan semester 6

BAB III METODE PENELITIAN. tidak perokok pada mahasiswa program studi ilmu keperawatan semester 6 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah non eksperimen dengan desain penelitian descriptive comparative, yang menunjukan perbedaan HRV perokok dan tidak perokok pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan waktu penelitian, identifikasi variabel dengan definisi operasional,

BAB III METODE PENELITIAN. dan waktu penelitian, identifikasi variabel dengan definisi operasional, BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan urutan langkah dalam melakukan penelitian. Hal-hal yang termasuk dalam metode penelitian adalah desain penelitian yang digunakan, subyek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (kepribadian, pengaruh teman,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yaitu untuk mengetahui peranan antara variabel independent dengan variabel dependent yaitu peranan

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL. gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang infeksi menular seksual.

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL. gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang infeksi menular seksual. BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang infeksi menular seksual. Langkah pertama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis hubungan antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. DesainPenelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan studi observasional yaitu cross sectional yaitu suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan studi observasional yaitu cross sectional yaitu suatu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakkan adalah penelitian eksplantory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan Non Equivalent Control Group Design, dimana pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Ruang kebidanan RSUD.Dr.M.M

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Ruang kebidanan RSUD.Dr.M.M BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Ruang kebidanan RSUD.Dr.M.M Dunda Limboto Tahun 2012. 3.1.2. Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif yaitu menggambarkan hubungan pelayanan komunikasi terapeutik dengan kepuasan pasien pasca operasi rawat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah studi korelasi merupakan penelitian atau hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah diskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik.

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik. BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik. Peneliti akan melakukan pengukuran variabel independent dan dependent, kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian Quasy Experiment dengan menggunakan rancangan penelitian pretest-posttest with

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif yang bertujuan untuk mendiskripsikan atau menjelaskan fenomena. Fenomena

Lebih terperinci