TEKNOLOGI PENANGANAN DAN PENGAMANAN SUSU SEGAR DAN OLAHANNYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TEKNOLOGI PENANGANAN DAN PENGAMANAN SUSU SEGAR DAN OLAHANNYA"

Transkripsi

1 TEKNOLOGI PENANGANAN DAN PENGAMANAN SUSU SEGAR DAN OLAHANNYA SRI UsMIATI dan ABUBAKAR Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Kanpus Penelitian Pertanian - Cimanggu, Jl. Tentara Pelajar No. 12, Bogor ABSTRAK Susu merupakan salah satu produk peternakan yang bersifat mudah rusak karena kandungan zat gizinya merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Susu juga mudah terkontaminasi cemaran lain seperti bahan kimia (pestisida), logam berat, antibiotika, dan racun atau toksin (jamur, kapang, khamir). Penanganan yang kurang baik dapat menyebabkan penurunan terhadap keamanan pangan susu. Upaya untuk mengantisipasi penurunan mutu susu telah dilakukan beberapa penelitian yang meliputi manajemen pemerahan melalui penerapan Hazard Analysis Critical Control Points, peningkatan kemampuan sumberdaya manusia pengelola industri susu, introduksi alat perah sederhana serta pembinaannya kepada peternak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan HACCP, peningkatan kemampuan SDM pengelola industri susu dan introduksi alat perah sederhana dapat menurunkan Total Plate Count susu pada semua level mata rantai sejak pemerahan sampai pemasaran dan sekaligus dapat meningkatkan mutu susu di tingkat industri pengolahan susu. Kata kunci : Teknologi, penanganan, keamanan pangan, susu PENDAHULUAN Proses penanganan, pengolahan, pengawetan dan penyimpanan bahan pangan yang kurang baik dapat menimbulkan kerusakan suatu produk pangan terutama dalam hal kualitas, dan keamanan pangannya. Faktor-faktor keamanan pangan yang penting antara lain bebas cemaran dari mikrobiologis, bahan-bahan kimia (pestisida), logam berat, antibiotika, dan racun (toksin dari jamur, kapang dan khamir). Asas Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) perlu diperhatikan dalam rangka memperoleh bahan pangan yang berkualitas, selain mengandung nilai gizi tinggi juga memberi ketentraman bathin kepada konsumen. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diperhatikan mata rantai produksi, mulai dari industri hilir (peternakan) sampai industri hulu (proses) hingga sampai ke konsumen. Jaminan mutu atas keamanan produk pangan secara konvensional yaitu inspeksi produk akhir saja tidak dapat menjamin mutu dan keamanan pangan secara keseluruhan. Konsep jaminan mutu untuk pangan dikenal dengan Hazard analysis critical control points (HACCP) yaitu sistem pengawasan mutu industri pangan yang menjamin keamanan pangan dan mengukur bahaya atau resiko yang mungkin timbul, serta menetapkan pengawasan tertentu dalam usaha pengendalian mutu pada seluruh rantai produksi pangan. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang bersifat mudah rusak, terutama di daerah tropis dan kelembaban tinggi karena mikroba akan berkembangbiak dengan cepat. Susu merupakan bahan pangan yang mengandung gizi lengkap seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin. Kondisi ini tidak ada artinya bi la tidak aman bagi konsumen. Keamanan pangan susu ditentukan oleh proses pemerahan susu, penanganan, dan pengolahan, serta rantai pemasaran. Beberapapenelitian keamanan pangan susu telah dilakukan, antara lain mengenai : (i) Manajemen pemerahan, sumberdaya manusia pengelola industri pengolahan susu, serta penerapan sistem HACCP pada proses pasteurisasi yang meliputi pengawasan bahan baku, penanganan, pengolahan serta distribusi yang baik (MurWIArI et al., 2000) ; (ii) Manajemen penanganan dan pengamanan susu segar, penggunaan pengawet laktoperoksidase pada susu segar, dan proses pasteurisasi susu (MuIDIATi et al., 2002) ; dan (iii) Deteksi cemaran susu, modifikasi dan pelaksanaan Standar operational procedure, serta penggunaan alat perah sederhana oleh petemak (RoswITA et al., 2004 dan 2005). 101

2 KEAMANAN PANGAN SUSU Keamanan pangan adalah masalah yang kompleks karena merupakan interaksi antara status gizi dan toksisitas mikrobiologis serta kimiawi yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Keamanan pangan susu dipengaruhi oleh proses yang terjadi dalam mata rantai produksi. Kontaminasi atau bahaya yang menyebabkan pangan tidak aman dapat terjadi pada setiap proses yaitu di peternakan, saat penanganan, industri pengolahan, transportasi, pengecer, dan terakhir di konsumen. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem dalam pengawasan keamanan pangan sejak pra produksi, proses produksi, pasca produksi hingga pemasaran sampaiterhidang di konsumen. Konsep Hazard analysis critical control points (HACCP)merupakanpengawasanmutuberdasarkan prinsip pencegahan yang banyak diterapkan pada industri pangan. Konsep pengawasan mutu tersebut merupakan sistem jaminan mutu yang berdasarkan atas kesadaran dan pengertian bahwa bahaya akan timbul pada berbagai titik/tahapan produksi, namun upaya pengendalian dapat dilakukan untuk mengontrol bahaya tersebut. Upaya untuk memberdayakan para pelaku yang terlibat dalam sistem keamanan pangan tidak mudah karena tingkat kesadaran dan pemahaman para pelaku usaha relatif masih rendah. Mereka umumnya cenderung ingin mendapatkan keuntungan yang maksimal dengan modal yang minimal tanpa memperhatikan segi keamanan pangan. Hal ini akan merugikan konsumen. Kasus keracunan dan penyakit akibat pangan akhir-akhir ini banyak dilaporkan di berbagai wilayah di Indonesia seperti salmonellosis, keracunan pangan kadaluarsa, serta terdeteksinya berbagai cemaran kimia beracun seperti pestisida, logam berat, antibiotik dan racun/toksin dalam bahan pangan. Keberadaan senyawa beracun dapat menimbulkan keracunan, immunosupresif dan karsinogenik yang berbahaya. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menambah dan membangkitkan kesadaran para pelaku usaha produk pangan asal ternak. Hal ini membuktikan betapa pentingnya faktor keamanan pangan. Pemberlakuan Peraturan Pemerintah No. 22/1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner merupakan kebijakan pemerintah dalam melindungi konsumen dari bahaya yang mengganggu kesehatan akibat mengkonsumsi bahan pangan asal ternak. Juga ditetapkan Undang-Undang Pangan No. 7/1996 yang memuat keamanan pangan dalam satu bab tersendiri. Selain mendefinisikan keamanan pangan sebagai kondisi dan upaya untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia, juga terdapat pasal khusus bahwa setiap orang yang memproduksi pangan untuk diperdagangkan wajib menyelenggara-kan sistem jaminan mutu sesuai dengan jenis pangan yang diproduksi. Melalui Badan Standarisasi Nasional (BSN) pemerintah Indonesia telah mengadaptasi konsep HACCP menjadi SNI beserta pedoman penerapannya untuk diaplikasikan pada berbagai industri pangan di Indonesia. Perkembangan pasar internasional yang menuntut keamanan pangan menjadi isu nasional. World trade organization (WHO) menetapkan standar, pedoman dan rekomendasi masalah perdagangan produk pangan yang ditetapkan oleh Komisi Gabungan FAO/WHO Codex alimentarius sebagai tolok ukur program pengawasan dan keamanan pangan oleh masyarakat internasional. Pengembangan program keamanan pangan nasional perlu didukung oleh penelitian dan teknologi dari berbagai bidang keilmuan dan kebijakan mencakup medis/kesehatan, veteriner, pangan dan pertanian/ petemakan. SUSU DAN PRODUK SUSU Susu merupakan bahan pangan sekresi kelenjar ambing yang bernilai gizi tinggi, diperoleh dari proses pemerahan sapi, kerbau, kuda, kambing dan hewan lainnya serta mengandung komponenkomponen penting seperti lemak, protein, laktosa, mineral, vitamin serta enzim-enzim dan beberapa mikroba (LAMPERT, 1980). Komponenkomponen susu merupakan sumber gizi yang baik bagi manusia, dibutuhkan oleh hampir semua tingkatan umur terutama balita, serta merupakan media pertumbuhan yang baik bagi mikroba yang mengakibatkan kerusakan susu

3 Saat ini konsumsi susu dalam bentuk susu bubuk sebagian besar bahan dasarnya adalah susu impor yang jumlahnya jauh lebih tinggi dibandingkan konsumsi susu murni yang dihasilkan oleh peternakan rakyat di Indonesia. Hal ini antara lain disebabkan mutu dan keamanan pangan susu dari sapi peternak Indonesia masih relatif rendah terutama nilai Total plate count (TPC) yang masih lebih besar dari satu juta per ml susu sehingga industri pengolahan susu (IPS) membatasi pembelian susu dari rakyat. Untuk dapat dikonsumsi, susu harus memenuhi persyaratan keamanan pangan karena merupakan media pertumbuhan yang baik bagi mikroba serta mudah terkontaminasi oleh bakteri pathogen dari lingkungan (peralatan pemerahan, operator sapi), residu pestisida, logam berat, dan aflatoksin dari pakan yang diberikan kepada ternak, serta residu antibiotika saat pengobatan penyakit. Kandungan mikroba yang tinggi menyebabkan susu cepat rusak sehingga pihak IPS memberikan harga penalti atau bahkan menolaknya (FARDiAz, 1992), demikian pula jika susu mengandung residu antibiotika (ANONIMUS, 2001). Adanya residu antibiotika dalam susu telah dilaporkan oleh Sudarwanto pada tahun 1990, residu ini dapat menyebabkan terjadinya resistensi mikroba terhadap antibiotika dalam kesehatan manusia (TOLLEFSON dan MILLER, 2000). Kondisi zat gizi yang tinggi pada susu memberi peluang yang baik bagi pertumbuhan mikroba (bakteri, kapang, khamir). Pertumbuhan mikroba dapat merusak dan merubah mutu dan keamanan pangan susu yang ditandai oleh perubahan rasa, aroma, warna, dan penampakan (konsistensi). Oleh karena itu susu perlu mendapat penanganan yang cepat antara lain melalui pasteurisasi (pemanasan susu dengan suhu dan waktu tertentu untuk membunuh mikroba pathogen), atau introduksi senyawa thiosianat dan hidrogen peroksida jika tidak tersedia pendingin susu untuk memaksimalkan kerja laktoperoksidase (enzim yang secara alamiah terdapat dalam susu dan bersifat bakteriostatis). Namun penggunaan senyawa tersebut di Indonesia masih dikaji terutama mengenai efektivitas dan kontrol residunya. Dalam bidang persusuan, pemerintah telah memiliki beberapa Standar Nasional Indonesia (SNI) antara lain mengenai cooling unit SNI , mengenai tangki susu SNI , dan mengenai kamar susu SNI , dai mengenai batas maksimum cemaran mikroba dan residu dalam makanan asal hewan (susu) SNI dan SNI HASIL PENELITIAN KEAMANAN SUSU Peningkatan mutu dan keamanan produk susu sapi Penelitian difokusk an untuk mengidentifikasi kemungkinan bahaya yang mungkin timbul dalam proses produksi susu pasteurisasi selama dalam rantai produksi. Penelitian dilakukan di Fajar Taurus (FT), Koperasi Produsen Susu (KPS) Bogor, Koperasi Produsen Bandung Selatan (KPBS) dan Alam Murni (AM) Bandung. Dalam rantai proses pasteurisasi, FT, KPBS dan AM melaksanakan standar proses pasteurisasi yang relatif sama yaitu tahap pasteurisasi dilakukan setelah proses pencampuran (mixing) dan homogenisasi sehingga bila terjadi pencemaran mikroba pada proses mixing dan homogenisasi maka mikroba dapat dieliminasi pada proses pasteurisasi. Ditinjau dari unit prosesing yang tersedia diketahui adanya keterkaitan fasilitas termasuk kemampuan personel pelaksana dengan keberadaan cemaran mikroba dalam susu sejak dari mata rantai kedatangan susu dari peternak hingga produk akhir. Industri pengolahan susu FT dan AM memiliki fasilitas pendukung yang memadai untuk menghasilkan susu pasteurisasi yang aman dari cemaran mikroba dibanding-kan KPS dan KPBS yaitu berfungsinya laboratorium pengujian dan ruang prosesing yang tertutup dan terpisah. Selain itu terdapat kontrol terhadap kualitas bahan baku, suhu pasteurisasi, kemasan, produk akhir dan lalu lintas personel dalam ruang prosesing, kebersihan ruang prosesing, tingginya tingkat kesadaran higienik dari pimpinan dengan tingkat pendidikan dan pengalaman yang sesuai. Berdasarkan gambaran kandungan mikroba bahan awal, susu yang diterima oleh FT dari tanki mobil peternakan mengandung nilai 1 0 3

4 Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produ Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat TPC sebesar 10 ribu CFU/g susu dan setelah pasteurisasi menjadi 0, KPS ` Bogor sebesar 10 juta CFU/g setelah pateuri asi menjadi kurang dari 1000 CFU/g, KPBS sebesar 10 juta CFU/g dan setelah pasteurisasi menjadi 1000 CFU/g, dan AM kandungan TPC setelah pasteurisasi menjadi CFU/g. Menurut SNI ambang batas cemaran mikroba dalam susu yang diperbolehkan adalah 30 ribu CFU/g susu, sehingga susu pasteurisasi yang dihasilkan oleh keempat IPS tersebut berada dalam batas aman. Tampak bahwa melalui proses pasteurisasi, jumlah TPC dapat diturunkan atau ditiadakan. Pasteurisasi yang umum digunakan adalah pemanasan pada suhu 72 C selama 15 detik sehingga nilai nutrisi, konsistensi dan tidak merubah rasa susu. Hasil analisis residu antibiotika terhadap bahan baku susu sebelum proses pasteurisasi menunjukkan bahwa hanya susu segar yang diterima KPS yang mengandung residu antibiotika (penisilin 16,67 ppb). Residu antibiotika tersebut tidak dapat hilang selama proses pasteurisasi sehingga dapat membahayakan kesehatan manusia terutama menimbulkan resistensi mikroba lain yang menyerang manusia. Ditinjau dari sistem jaminan mutu HACCP maka beberapa titik kritis dapat diidentifikasi dalam proses pasteurisasi dan bahaya yang mungkin timbul disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Identifikasi bahaya dan cara pencegahan pada proses pembuatan susu pasteurisasi Sumber bahaya Jenis bahaya Pencegahan 1. Bahan baku susu sapi Bakteri pathogen Kesehatan sapi Kebersihan peternakan Sanitasi dalam pemerahan Susu cepat didinginkan Pasteurisasi pada suhu dan waktu yang tepat Residu antibiotika Sapi dalam pengobatan tidak diperah hingga waktu henti obat dilampaui Residu pestisida, logam berat Pakan dan lingkungan peternakan tidak tercemar dan mikotoksin 2. Bahan tambahan (gula, Mikroba pathogen Jarninan dari pemasok bahan (sertifikat) flavoring agent dan lain- pemanasan sebelum dicampur lain) Cemaran pestisida, logam Jarninan dari pernasok bahan (sertifikat) dan bahan kimia lainnya 3. Pasteurisasi Bakteri pathogen Setelah pasteurisasi susu segera dikemas dan didinginkan 4. Peralatan Tidak dapat dioperasikan Maintenance alat secara regular, termasuk dengan tepat kebersihan (rekaman pemeriksaan) 5. Ruang prosesing Bakteri, jamur, cemaran Pembatasan personal keluar masuk ruang kimia prosesing 6. Bahan pengemas (plastik, cup dan lain-lain) 7. Penyimpanan Debu, kotoran Bakteri, jamur Debu, kotoran, cemaran pestisida dan bahan kimia lain Bakteri pathogen Ruangan prosesing terpisah dan tertutup Jaminan dari pemasok bahan (sertifikat) Pencucian bahan kemasan Sterilisasi kemasan seblum pengisian Susu segera disimpan pada suhu penyimpanan 4 C Melalui penerapan sistem HACCP pada didistribusikan secara baik maka dapat dihasilkan proses pasteurisasi yaitu dalam pengawasan bahan produk akhir yang baik dan aman dikonsumsi. baku, penanganan yang baik, pengolahan serta 1 04

5 Teknologi penanganan dan pengamanan susu segar dan olahannya Penelitian penanganan dan pengamanan susu di lapangan Penelitian dilakukan di sentra peternakan sapi perah Koperasi Unit Desa Cipanas Cianjur dan Koperasi Produsen Susu Bogor dalam proses penanganan susu. Berdasarkan analisa kandungan kuman susu, jumlah kuman susu di Cipanas sebesar 100 ribu CFU/ml lebih rendah dibandingkan jumlah kuman susu di Bogor. Pada minggu ketiga terjadi penurunan jumlah kuman (bakteri). Hal ini menunjukkan bahwa peternak mulai melaksanakan perbaikan dalam manajemen pemerahan susu yang mengikuti saran tim peneliti yaitu membersihkan ambing sebelum dan sesudah pemerahan, memandikan sapi setelah pemerahan, ember penampung susu dibersihkan dan dilap sebelum digunakan, susu disaring sebelum disetorkan ke pengumpul, membersihkan kandang dan tangan sebelum pemerahan, membuang air susu pertama yang keluar saat pemerahan, serta segera mendinginkan susu di bawah suhu 10 C atau segera diproses pasteurisasi. Faktor lain sebagai sumber pencemaran mikrobiologis adalah sumber air untuk operasional pemerahan. Air yang dipergunakan berasal dari satu sumber dan dalam keadaan kurang bersih sehingga alat-alat yang dibersihkan menjadi tercemar. Hasil isolasi cemaran bakteri dari ember, saringan dan susu hasil pemerahan menunjukkan terdapat bakteri golongan Coliform spp, Streptococcus spp, Bacillus spp dan Pseudomonas spp. Sedangkan berdasarkan analisis residu antibiotika golongan penisilin, seluruh sampel susu dinyatakan negatif. Hal ini berarti tidak terdapat residu antibiotika atau ada residu tetapi masih di bawah BMR (Batas Maksimal Residu). Teknologi pengawetan susu Pengawetan susu yang dilakukan adalah menggunakan LPS (Laktoperoksidasei sistem) ke dalam susu hasil pemerahan. Susu dari Cipanas yang diberi LPS maupun kontrol (tanpa LPS) pada pagi hari memiliki total mikroba yang sama dibandingkan susu dari Bogor pagi hari yang memiliki total mikroba lebih tinggi pada susu tanpa LPS. Halt ini karena suhu daerah Cipanas yang lebih dingin dibanding Bogor dapat menekan pertumbuhan mikroba. Hasil analisis residu senyawa thiosianat dan hidrogen peroksida pada susu yang diberi LPS maupun kontrol menunjukkan nilai positif karena secara alamiah kedua senyawa tersebut juga terkandung dalam susu, namun pada susu yang diberi LPS kandungan kedua senyawa tersebut lebih tinggi. Penggunaan LPS pada suhu dingin (4 C) menunjukkan bahwa penambahan LPS dapat menghambat pertumbuhan mikroba sampai dengan enam jam sedangkan jumlah mikroba pada susu kontrol terus meningkat setiap jam. Pengolahan dan pengamanan susu pasteurisasi Penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh masa simpan susu pasteurisasi pada suhu 4 C. Terdapat hubungan yang erat antara waktu penyimpanan pada suhu 4 C (refrigerator) dengan total mikroba susu pasteurisasi. Semakin lama susu disimpan maka semakin tinggi jumlah bakteri yang dapat dihitung. Hal ini disebabkan karena pada kondisi yang sesuai mikroba mengalami pertumbuhan mengikuti deret ukur selama penyimpanan (SINGH etal., 1980).Prosespasteurisasi pada susu merupakan proses pemanasan susu yang cukup untuk membunuh sebagian bakteri yang bersifat pathogen, oleh karena itu susu pasteurisasi masih mengandung bakteri (PURNoMO dan ADIONO, 1987). Penelitian perbaikan mutu dan keamanan pangan susu di tingkat peternak dan koperasi susu Penelitian dilaksanakan di peternak sapi perah Koperasi Serba Usaha Tandangsari Kabupaten Sumedang dan Koperasi Unit Desa Sarwamukti Cisarua kabupaten Bandung. Analisis sampel susu meliputi nilai TPC, cemaran logam berat, residu pestisida dan antibiotik, cemaran aflatoksin M 1 dan cemaran rnikrobiologi dari sampel susu yang diambil dari tingkat peternak, pengumpul dan koperasi. Hasil analisis cemaran mikroba menunjukkan bahwa susu dari peternak kedua koperasi mengandung cemaran mikroha 5,53 x 10 7 CFtJ/ 1 0 5

6 ml lebih tinggi dibandingkan persyaratan SNI yaitu 106 CFU/ml. Rata-rata nilai TPC susu dari peternak Sarwamukti lebih tinggi (>10' CFU/ml) dibandingkan nilai TPC susu dari peternak KSU Tandangsari (10 6 CFU/ml). Selain itu susu juga masih positif tercemar bakteri E. coli dan S. agalactiae. Di tingkat pengumpul, nilai TPC susu masih terdeteksi tinggi seperti halnya cemaran kedua jenis mikroba tersebut. Hal ini mengakibatkan tingkat TPC susu di koperasi makin tinggi mengingat koperasi merupakan muara akhir pengumpulan susu dari tingkat peternak dan pengumpul dan makin bertambah banyak selama perjalanan ke koperasi. Nilai TPC susu di tingkat koperasi rata-rata mencapai 8,8 x 10' CFU/ml. Susu di tingkat koperasi juga mengalami kontaminasi bakteri yang sama dengan peternak dan pengumpul. Dari hasil analisis aflatoksin Ml susu di tingkat peternak pada kedua koperasi rata-rata mencapai 0,2275 ppb sedangkan menurut SNI yaitu 0,001 ppm sehingga nilai tersebut masih di bawah BMR dan dianggap masih cukup aman untuk dikonsumsi. Susu dari peternak juga terdeteksi mengandung antibiotik dengan berbagai variasi jenis dari golongan penisilin, tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin, konsentrasi lebih tinggi pada susu dari peternak KUD Sarwamukti namun nilainya masih di bawah BMR SNI Konsentrasi cemaran aflatoksin Ml dan antibiotik pada tingkat pengumpul dan koperasi semakin menurun bahkan beberapa jenis menjadi tidak terdeteksi. Hasil analisis terhadap cemaran logam berat menunjukkan bahwa logam Cd dan Pb ditemukan pada susu dari tingkat peternak di kedua koperasi. Logam Cd terdeteksi sebesar 0,0122 ppm. Nilai cemaran logam Cd dalam susu belum disyaratkan oleh SNI namun nilainya lebih tinggi bila dibandingkam dengan kandungan Cd dalam air minum mineral yang diizinkan yaitu sebesar 0,003 ppm (RSNI 2004). Cemaran Pb terdeteksi pada susu di tingkat peternak di kedua koperasi sebesar 0,04 ppb di petemak KSU Tandangsari dan 0,17 ppb di peternak KUD Sarwamukti sedangkan menurut SNI sebesar 0,3 ppm. Jumlah cemaran Pb semakin menurun konsentrasinya pada susu di tingkat pengumpul dan koperasi. Hasil yang memiliki pola serupa adalah analisis residu pestisida. Susu di tingkat peternak di kedua koperasi masih terdeteksi residu berbagai pestisida seperti lindane, heptaklor, klorpirifos, aldrin, andosulfan dan dieldrin dengan konsentrasi berkisar antara 0,0001-0,006 ppb, sedang menurut SNI batas yang masih diperbolehkan berkisar 0,006-0,2 ppm. Konsentrasi residu pestisida pada susu di tingkat pengumpul dan koperasi mengalami penurunan. Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian m empunyai mandat, diantaranya adalah peningkatan mutu dan keamanan pangan susu dari segi milk handling, tahun 2005 dilakukan penelitian dengan fokus menurunkan nilai TPC susu yang masih relatif tinggi di tingkat peternak, pengumpul dan KUD Sarwamukti. Bila dikaitkan dengan pembinaan prilaku petugas dalam mata rantai produksi susu (peternak, petugas pengumpul dan koperasi), maka dalam rangka meningkatkan kesadaran higienik operasional pemerahan dan penanganan susu dilakukan melalui modifikasi Standar operational procedure (SOP), sosialisasi dan pemantauannya di lapangan (peternakan). Modifikasi SOP dilakukan sebagai upaya menyesuaikan kondisi lapang yang berbeda antara KUD Sarwamukti Bandung dengan KSU Tandangsari Sumedang, dimana pengurus KSU Tandangsari adalah juga peternak yang dapat secara langsung memberikan pembinaan dan contoh mengenai cara penanganan susu sedangkan para pengurus KUD Sarwamukti benar-benar hanya sebagai petugas struktural/administrasi koperasi. Dalam rangka mendukung pelaksanaan SOP modifikasi di peternak sapi perah, tim peneliti telah mengintroduksi alat perah sederhana (Gambar 1). Hasil pengujian alat perah sederhana di lapangan menunjukkan bahwa pada pemerahan susu pagi hari menghasilkan waktu pemerahan rata-rata sebesar 9,5 liter/13 menit, sedangkan pemerahan secara manual adalah 6,6 liter/6 menit. Berdasarkan uji mikrobiologi, nilai TPC susu hasil pemerahan dengan alat perah sederhana adalah 1,6xI0 CFU/ml ( CFU/ml), sedangkan TPC susu yang diperah secara manual adalah 9,5x105 CFU/ml ( CFU/ml)

7 Seminar Nasional Hari Pangan SeduniaYXVII DukrnTgan Teknologi Untuk Meningkatkwi Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat Gambar 1. Satu set alat perch sederhana (kiri) dan alat perah sederhana yang terpasang (kanan) KESIMPULAN 1. Kontrol titik kritis dalam proses pasteurisasi susu harus dilakukan mulai dari penerimaan bahan baku, penyimpanan dalam cooling unit, proses pasteurisasi, pengemasan dalam wadah, hingga penyimpanan pada suhu 4 C sebelum didistribusikan. 2. Perbaikan sanitasi dan sumber air yang berkaitan dengan proses pemerahan susu dan transportasi dapat meningkatkan kualitas susu dari segi penurunan jumlah bakteri yang mencemari susu. 3. Laktoperoksidase Sistem efektif menekan pertumbuhan bakteri dalam susu dengan dosis setengah dosis anjuran FAO (14 mg/ liter susu) dalam penyimpanan susu pada suhu ruang. 4. Susu di tingkat petemak masih terdeteksi cemaran aflatoksin MI, antibiotik, logam berat dan mikrobiologis dengan konsentrasi di bawah SNI dan nilai tersebut makin menurun di tingkat pengumpul dan koperasi. 5. Penggunaan alat perah sederhana dapat menurunkan TPC susu sesuai dengan standar yang disyaratkan oleh industri pengolahan susu (IPS). DAFTAR PUSTAKA ANONMUS Mempertanyakan dasar ilmiah pelarangan AGP. Infovet 063. Him. : BADAN STANDARISASI NASIONAL SNI , Metoda pengujian susu segar. FARDIAz, S Mikrobiologi pengolahan pangan lanjut. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor. LAMPERT, C.M Modem Dairy Product. New York Publishing, Co. Inc. Mui ixn. T. B., M. POELOENGAN, R. MARY.AM, S. RACHAMAWATI, W. SUWITO, E. MASBULAN, S.M. NOOR dan ABUBAKAR Teknologi penanganan dan pengamanan produk segar dan olahan hasil ternak. Laporan akhir Balai Besar Pengembangan Alsintan, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. MURDIxT1, T. B., S. R.Acwvfxw.ATI, A. PRIADI dan YUNINGSIH Peningkatan mutu dan keamanan produk susu sapi perah. Laporan akhir Balai Penelitian Veteriner. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. PURNOMO dan ADIONo Ilmu pangan. Cetakan Pertama. UI Press Jakarta. RoswiTA, S., S.J. MUNARSO, ABUBAKAR, S. USAHATI, H. SETIYANTO, TRIYANTINI, MISGIYARTA, N. NURDJANNAH, N. RICI-LANA, I. MUHADJIR, P. LAKS XLANAHARDJA, E. IMANUEL, SUGIARTo, KUSNINGSIH, G. ADOM, H. HERAW.vi dan DEw! R Penelitian perbaikan mutu dan keamanan pangan susu di tingkat petemak dan koperasi susu. Laporan akhir Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. ROSWITA, S., S.J. MUNARSO, ABUBAK.AR, S. USMATI, H. SETIYANTO, MIsGIYARTA, E. IMANUFI., PUJOYUWONO, WIDANINGRUM, SUGIARTO, dan KUSNINGSIH Penelitian perbaikan mutu dan keamanan pangan susu di tingkat petemak dan koperasi susu. Laporan akhir Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. 107

8 Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Heivani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat RsNI Batasan cemaran logam pada produk TOLLEFSON, L. and M.A. MILLER Antibiotic use in pangan. Badan Standarisasi Nasional. food animals : Controlling the human health impact. SINGH, J.A., KHANNA and H. CHANDER Effect of J ofaoac 83 (2) : incubatioan temperature and heat treatment of milk from cow and buffalo on acid and flavor production by S. thermophillus and L. bulgaricus. J. Food Protection 43 :

REVIEW HASIL-HASIL PENELITIAN KEAMANAN PANGAN PRODUK PETERNAKAN

REVIEW HASIL-HASIL PENELITIAN KEAMANAN PANGAN PRODUK PETERNAKAN REVIEW HASIL-HASIL PENELITIAN KEAMANAN PANGAN PRODUK PETERNAKAN RIDWAN THAHIR, S. JONI MUNARSO, dan SRI USMIATI Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Jl. Tentara Pelajar No. 12,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2012). Sapi berasal dari famili Bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau

BAB I PENDAHULUAN. 2012). Sapi berasal dari famili Bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sapi merupakan hewan ternak yang menghasilkan daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

TINJAUAN PUSTAKA. Susu TINJAUAN PUSTAKA Susu segar Susu adalah susu murni yang belum mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya. Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu Susu adalah sekresi yang dihasilkan oleh mammae atau ambing hewan mamalia termasuk manusia dan merupakan makanan pertama bagi bayi manusia dan hewan sejak lahir (Lukman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu yang baru keluar dari kelenjar mamae melalui proses pemerahan merupakan suatu sumber bahan pangan yang murni, segar, higienis, bergizi, serta mengandung sejumlah

Lebih terperinci

Susu merupakan bahan pangan yang memiliki nilai gizi tinggi karena. vitamin, mineral, dan enzim. Menurut Badan Standart Nasional (2000).

Susu merupakan bahan pangan yang memiliki nilai gizi tinggi karena. vitamin, mineral, dan enzim. Menurut Badan Standart Nasional (2000). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan bahan pangan yang memiliki nilai gizi tinggi karena mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap antara lain lemak, protein, laktosa, vitamin, mineral,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang baik bagi manusia karena mengandung zat gizi yang tinggi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Susu adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging merupakan bahan pangan yang penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi manusia. Selain mutu proteinnya tinggi, daging juga mengandung asam amino essensial yang lengkap

Lebih terperinci

JUMLAH TOTAL BAKTERI DAN COLIFORM DALAM AIR SUSU SAPI SEGAR PADA PEDAGANG PENGECER DI KOTA SEMARANG

JUMLAH TOTAL BAKTERI DAN COLIFORM DALAM AIR SUSU SAPI SEGAR PADA PEDAGANG PENGECER DI KOTA SEMARANG JUMLAH TOTAL BAKTERI DAN COLIFORM DALAM AIR SUSU SAPI SEGAR PADA PEDAGANG PENGECER DI KOTA SEMARANG 1. Dr. Ludfi Santoso, MSc, DTM & H 2. Dra. MG. Isworo Rukmi M. Kes 3. Oneik Lestari Kesehatan Masyarakat,

Lebih terperinci

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK Pada umumnya sumber pangan asal ternak dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) macam, yaitu berupa daging (terdiri dari berbagai spesies hewan yang lazim dimanfaatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi

Lebih terperinci

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006 PENERAPAN HAZARD ANALYSIS AND CRITICAL CONTROL POINTS (HACCP) PADA PROSES PEMERAHAN SUSU SAPI DI TINGKAT PETERNAK (KASUS KOPERASI SUSU SARWAMUKTI KEC. CISARUA KAB. BANDUNG TAHUN 2005) (Application of Hazard

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno-Hatta (BBKPSH) merupakan unit pelaksana teknis (UPT) lingkup Badan Karantina Pertanian yang berkedudukan di Bandara Udara Internasional

Lebih terperinci

Susu Pasteurisasi dan Penerapan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)

Susu Pasteurisasi dan Penerapan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) Susu Pasteurisasi dan Penerapan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) T.B. MURDIATI, A. PRIADI, S. RACHMAWATI dan YUNINGSIH Balai Penelitian Veteriner, PO Box 151, Bogor 16114 (Diterima dewan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, salah satu bahan pangan asal ternak yang dapat digunakan adalah susu. Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan enzim-enzim (Djaafar dan Rahayu, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan enzim-enzim (Djaafar dan Rahayu, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Susu merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan gizi manusia dan diminati berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel susu berasal dari 5 kabupaten yaitu Bogor, Bandung, Cianjur, Sumedang dan Tasikmalaya. Lima sampel kandang diambil dari setiap kabupaten sehingga jumlah keseluruhan sampel

Lebih terperinci

KEAMANAN PANGAN PRODUK PETERNAKAN DITINJAU DARI ASPEK PASCA PANEN: PERMASALAHAN DAN SOLUSI (ULASAN)

KEAMANAN PANGAN PRODUK PETERNAKAN DITINJAU DARI ASPEK PASCA PANEN: PERMASALAHAN DAN SOLUSI (ULASAN) KEAMANAN PANGAN PRODUK PETERNAKAN DITINJAU DARI ASPEK PASCA PANEN: PERMASALAHAN DAN SOLUSI (ULASAN) TANTAN R. WIRADARYA Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor ABSTRAK Pangan produk peternakan yang

Lebih terperinci

II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dalam BAB XA mengenai Hak Asasi Manusia pada pasal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan sampel berdasarkan jumlah susu pasteurisasi yang diimpor dari Australia pada tahun 2011 yaitu 39 570.90 kg, sehingga jumlah sampel yang diuji dalam penelitian ini sebanyak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 media violet red bile agar (VRB). Sebanyak 1 ml contoh dipindahkan dari pengenceran 10 0 ke dalam larutan 9 ml BPW 0.1% untuk didapatkan pengenceran 10-1. Pengenceran 10-2, 10-3, 10-4, 10-5 dan 10-6

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daging adalah semua jaringan hewan, baik yang berupa daging dari karkas, organ, dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA WAKTU TRANSPORTASI SUSU SEGAR TERHADAP TINGKAT KONTAMINAN MIKROB (STUDI KASUS DI WILAYAH KUD SARWAMUKTI, LEMBANG, JAWA BARAT)

PENGARUH LAMA WAKTU TRANSPORTASI SUSU SEGAR TERHADAP TINGKAT KONTAMINAN MIKROB (STUDI KASUS DI WILAYAH KUD SARWAMUKTI, LEMBANG, JAWA BARAT) PENGARUH LAMA WAKTU TRANSPORTASI SUSU SEGAR TERHADAP TINGKAT KONTAMINAN MIKROB (STUDI KASUS DI WILAYAH KUD SARWAMUKTI, LEMBANG, JAWA BARAT) (The Effect of Transportation Periode of Fresh Milk an Microbial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gizi yang tinggi seperti protein, lemak, mineral dan beberapa vitamin lainnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gizi yang tinggi seperti protein, lemak, mineral dan beberapa vitamin lainnya 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Susu Susu merupakan salah satu pangan asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi seperti protein, lemak, mineral dan beberapa vitamin lainnya (Suwito dan Andriani,

Lebih terperinci

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,

Lebih terperinci

VII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN TINGKAT KINERJA

VII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN TINGKAT KINERJA VII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN TINGKAT KINERJA 7.1. Analisis Penilaian Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Penelitian ini menggunakan analisis Importance Performance Analysis (IPA) dan Costumer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mineral yang tinggi dan sangat penting bagi manusia, baik dalam bentuk segar

BAB I PENDAHULUAN. dan mineral yang tinggi dan sangat penting bagi manusia, baik dalam bentuk segar BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Susu merupakan minuman dengan kandungan protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang tinggi dan sangat penting bagi manusia, baik dalam bentuk segar maupun yang sudah

Lebih terperinci

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya. SUSU a. Definisi Susu Air susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan (Hadiwiyoto, 1983). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu adalah bahan pangan dengan kandungan gizi lengkap yaitu terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu bahan pangan yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh manusia, baik dalam bentuk segar maupun sudah diproses dalam bentuk produk. Susu adalah bahan pangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Friesian Holstein (FH)

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Friesian Holstein (FH) TINJAUAN PUSTAKA Sapi Friesian Holstein (FH) Sapi perah FH berasal dari Belanda dengan ciri-ciri khas yaitu warna bulu hitam dengan bercak-bercak putih pada umumnya, namun ada yang berwarna coklat ataupun

Lebih terperinci

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Masyarakat yang sehat dan produktif dapat terwujud melalui perlindungan dan jaminan keamanan produk hewan yang aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH). Salah satu upaya yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak asasi setiap orang untuk keberlangsungan hidupnya. Makanan adalah unsur terpenting dalam menentukan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Total Bakteri; ph; Susu; Sapi Friesian Holstein. ABTRACT

ABSTRAK. Kata Kunci : Total Bakteri; ph; Susu; Sapi Friesian Holstein. ABTRACT On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj TOTAL BAKTERI DAN PH SUSU SEGAR SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH DAN PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL MULYOREJO TENGARAN- SEMARANG

Lebih terperinci

Analisa Mikroorganisme

Analisa Mikroorganisme 19 Analisa Mikroorganisme Pemeriksaan awal terhadap 36 sampel daging ayam dan 24 sampel daging sapi adalah pemeriksaan jumlah mikroorganisme. Hasil yang diperoleh untuk rataan jumlah mikroorganisme daging

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan merupakan salah satu sumber protein hewani yang

I. PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan merupakan salah satu sumber protein hewani yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan merupakan salah satu sumber protein hewani yang didalamnya terkandung nilai gizi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pangan yang aman,

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI. Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt

TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI. Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt Disusun Oleh : Yatin Dwi Rahayu 1006578 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi yang digunakan dalam pengolahan susu oleh sebagian besar peternak sapi perah adalah proses homogenisasi dan proses pendinginan. Proses homogenisasi adalah

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

Food SUSU SUSU. Mitos. Minum BISA PACU TINGGI BADAN? Susu BISA GANTIKAN. for Kids. Makanan Utama? pada Bumil. Edisi 6 Juni Vol

Food SUSU SUSU. Mitos. Minum BISA PACU TINGGI BADAN? Susu BISA GANTIKAN. for Kids. Makanan Utama? pada Bumil. Edisi 6 Juni Vol Edisi 6 Juni Vol 4 2016 Food for Kids I N D O N E S I A SUSU BISA GANTIKAN Makanan Utama? Mitos Minum Susu pada Bumil SUSU BISA PACU TINGGI BADAN? Love Milk Food for Kids I N D O N E S I A DAFTAR ISI Edisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Yani dan Purwanto (2006) dan Atabany et al. (2008), sapi Fries Holland

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Yani dan Purwanto (2006) dan Atabany et al. (2008), sapi Fries Holland 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai prinsip fisik sebagai penghasil susu yang berasal dari sekresi fisiologis kelenjar susu dengan kualitas dan kuantitas

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING (Laporan Penelitian) Oleh PUTRI CYNTIA DEWI JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PETANIAN

Lebih terperinci

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI 1 UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: FITA FINARSIH A 420 100 067 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pengolahan yang aman mulai dari bahan baku, produk setengah

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pengolahan yang aman mulai dari bahan baku, produk setengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk pangan yang bergizi tinggi, sehat dan aman dapat dihasilkan bukan hanya dari bahan baku yang pada dasarnya bermutu baik, namun juga dari proses pengolahan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan air panas. Susu kedelai berwarna putih seperti susu sapi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan air panas. Susu kedelai berwarna putih seperti susu sapi dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu kedelai adalah cairan hasil ekstraksi protein biji kedelai dengan menggunakan air panas. Susu kedelai berwarna putih seperti susu sapi dan mengandung tinggi protein

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah yang sehat dan bersih yang digunakan untuk bahan utama makanan yang sangat komplit. Susu merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengkaji hubungan higiene dan sanitasi berbagai lingkungan peternakan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengkaji hubungan higiene dan sanitasi berbagai lingkungan peternakan dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang penilaian higiene dan sanitasi tempat peternakan sapi dan tempat pemerahan susu sapi segar, jumlah bakteri Coliform

Lebih terperinci

Susu segar-bagian 1: Sapi

Susu segar-bagian 1: Sapi Standar Nasional Indonesia Susu segar-bagian 1: Sapi ICS 67.100.01 Badan Standardisasi Nasional Copyright notice Hak cipta dilindungi undang undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA... 70 LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 2.1. komposisi Kimia Daging Tanpa Lemak (%)... 12 Tabel 2.2. Masa Simpan Daging Dalam Freezer... 13 Tabel 2.3. Batas Maksimum Cemaran Mikroba Pada Pangan...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan tentang gizi mendorong orang untuk mendapatkan bahan pangan yang sehat dan berkualitas agar dapat diandalkan untuk meningkatkan dan memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. vitamin, mineral, laktosa serta enzim-enzim dan beberapa jenis mikroba yang

I. PENDAHULUAN. vitamin, mineral, laktosa serta enzim-enzim dan beberapa jenis mikroba yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi yang diperoleh dari hasil pemerahan hewan seperti sapi, kerbau, kuda, kambing dan unta (Usmiati, 2009). Komponen

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU DAN WAKTU PASTEURISASI TERHADAP MUTU SUSU SELAMA PENYIMPANAN

PENGARUH SUHU DAN WAKTU PASTEURISASI TERHADAP MUTU SUSU SELAMA PENYIMPANAN PENGARUH SUHU DAN WAKTU PASTEURISASI TERHADAP MUTU SUSU SELAMA PENYIMPANAN ABUBAKAR, TRIYANTINI, R. SUNARLIM, H. SETIYANTO, dan NURJANNAH Balai Penelitian Ternak P.O. Box 2, Bogor, Indonesia (Diterima

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN AKTIVATOR LAKTOPEROKSIDASE TERHADAP KETAHANAN SUSU SAPI SEGAR

PENGARUH PENAMBAHAN AKTIVATOR LAKTOPEROKSIDASE TERHADAP KETAHANAN SUSU SAPI SEGAR ISSN: 1412-0917 1 PENGARUH PENAMBAHAN AKTIVATOR LAKTOPEROKSIDASE TERHADAP KETAHANAN SUSU SAPI SEGAR Oleh: Gebi Dwiyanti Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman diperlukan peraturan dalam memproses makanan dan pencegahan terjadinya food borne disease. Selain itu

Lebih terperinci

KAJIAN HASIL MONITORING DAN SURVEILANS CEMARAN MIKROBA DAN RESIDU OBAT HEWAN PADA PRODUK PANGAN ASAL HEWAN DI INDONESIA

KAJIAN HASIL MONITORING DAN SURVEILANS CEMARAN MIKROBA DAN RESIDU OBAT HEWAN PADA PRODUK PANGAN ASAL HEWAN DI INDONESIA KAJIAN HASIL MONITORING DAN SURVEILANS CEMARAN MIKROBA DAN RESIDU OBAT HEWAN PADA PRODUK PANGAN ASAL HEWAN DI INDONESIA YOKI YOGASWARA dan LOKA SETIA Subdit Residu, Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan telah lama dimanfaatkan sebagai sumber protein yang cukup penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan telah lama dimanfaatkan sebagai sumber protein yang cukup penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan salah satu bahan alami yang mempunyai nilai gizi tinggi dan telah lama dimanfaatkan sebagai sumber protein yang cukup penting bagi manusia. Pada umumnya

Lebih terperinci

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Direktorat Produksi 2010 Pendahuluan Dalam rangka menghadapi era globalisasi, maka produk perikanan

Lebih terperinci

STUDI KEAMANAN SUSU PASTEURISASI YANG BEREDAR DI KOTAMADYA MALANG (KAJIAN DARI MUTU MIKROBIOLOGIS DAN NILAI GIZI)

STUDI KEAMANAN SUSU PASTEURISASI YANG BEREDAR DI KOTAMADYA MALANG (KAJIAN DARI MUTU MIKROBIOLOGIS DAN NILAI GIZI) STUDI KEAMANAN SUSU PASTEURISASI YANG BEREDAR DI KOTAMADYA MALANG (KAJIAN DARI MUTU MIKROBIOLOGIS DAN NILAI GIZI) Elok Zubaidah *, Joni Kusnadi *, dan Pendik Setiawan ** Staf Pengajar Jur. Teknologi Hasil

Lebih terperinci

IX. PERMASALAHAN KEAMANAN PANGAN ASAL TERNAK DI INDONESIA

IX. PERMASALAHAN KEAMANAN PANGAN ASAL TERNAK DI INDONESIA IX. PERMASALAHAN KEAMANAN PANGAN ASAL TERNAK DI INDONESIA Indonesia sebagai negara tropis dengan curah hujan dan kelembaban udara yang tinggi merupakan lingkungan yang cocok untuk berkembangbiaknya berbagai

Lebih terperinci

SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food

SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food Safety Food (keamanan pangan) diartikan sebagai kondisi pangan aman untuk dikonsumsi. Safety Food secara garis besar digolongkan menjadi 2 yaitu aman

Lebih terperinci

Alat Pemerahan Peralatan dalam pemerahan maupun alat penampungan susu harus terbuat dari bahan yang anti karat, tahan lama, dan mudah dibersihkan. Bah

Alat Pemerahan Peralatan dalam pemerahan maupun alat penampungan susu harus terbuat dari bahan yang anti karat, tahan lama, dan mudah dibersihkan. Bah TEKNIK PEMERAHAN DAN PENANGANAN SUSU SAPIPERAH G. Suheri Balai Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor PENDAHULUAN Perkembangan dalam pemeliharaan sapi perah pada akhir-akhir ini cukup pesat dibandingkan tahun-tahun

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN AKTIVATOR LAKTOPEROKSIDASE TERHADAP KETAHANAN SUSU SAPI SEGAR

PENGARUH PENAMBAHAN AKTIVATOR LAKTOPEROKSIDASE TERHADAP KETAHANAN SUSU SAPI SEGAR PENGARUH PENAMBAHAN AKTIVATR LAKTPERKSIDASE TERHADAP KETAHANAN SUSU SAPI SEGAR leh: Gebi Dwiyanti Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Pada penelitian ini telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik sekali untuk diminum. Hasil olahan susu bisa juga berbentuk mentega, keju,

BAB I PENDAHULUAN. baik sekali untuk diminum. Hasil olahan susu bisa juga berbentuk mentega, keju, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu adalah suatu sekresi kelenjar susu dari sapi yang sedang laktasi, atau ternak lain yang sedang laktasi, yang diperoleh dari pemerahan secara sempurna (tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebersihan makanan dan minuman sangatlah penting karena berkaitan dengan kondisi tubuh manusia. Apabila makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak terjaga kebersihannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang dan sedang berusaha mencapai

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang dan sedang berusaha mencapai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dan sedang berusaha mencapai pembangunan sesuai dengan yang telah digariskan dalam propenas. Pembangunan yang dilaksakan pada hakekatnya

Lebih terperinci

MENGELOLA KOMPOSISI AIR SUSU

MENGELOLA KOMPOSISI AIR SUSU MENANGANI AIR SUSU MENGELOLA KOMPOSISI AIR SUSU Air susu mengandung zat-zat gizi yg sangat cocok utk perkembangbiakan bakteri penyebab kerusakan air susu. Proses produksi yg tdk hygienes, penanganan yg

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656]

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656] UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656] BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 55 Barangsiapa dengan sengaja: a. menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan,

Lebih terperinci

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) menekankan tentang tantangan dan peluang terkait Keamanan Pangan. Keamanan pangan sangat penting karena keterkaitannya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Susu Kambing. Dipasteurisasi 70 o C. Didinginkan 40 o C. Diinokulasi. Diinkubasi (sampai menggumpal) Yoghurt.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Susu Kambing. Dipasteurisasi 70 o C. Didinginkan 40 o C. Diinokulasi. Diinkubasi (sampai menggumpal) Yoghurt. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa proses pengolahan susu kambing menjadi yoghurt. Melalui beberapa tahapan yang digambarkan melalui bagan alir dbawah ini

Lebih terperinci

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PANGAN SEHAT DAN BEBAS BAHAN BERBAHAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PANGAN SEHAT DAN BEBAS BAHAN BERBAHAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH, WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT \ PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 1 TAHUN 2014 T... TENTANG PANGAN SEHAT DAN BEBAS BAHAN BERBAHAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Antibiotika di Peternakan Antibiotika adalah senyawa dengan berat molekul rendah yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Sebagian besar antibiotika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Produk 2.1.1 Susu Kita mengenal beberapa bahan makanan yang mengandung sedikit atau tidak sama sekali bagian-bagian yang sangat diperlukan (vital) untuk tubuh kita. Dalam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, dan (6) Hipotesis Penelitian.

Lebih terperinci

X. STRATEGI MENGHASILKAN PANGAN ASAL TERNAK YANG AMAN

X. STRATEGI MENGHASILKAN PANGAN ASAL TERNAK YANG AMAN X. STRATEGI MENGHASILKAN PANGAN ASAL TERNAK YANG AMAN A. Penguatan Aspek Kelembagaan Keamanan Pangan Asal Ternak Kelembagaan yang paling berkepentingan dalam mewujudkan keamanan pangan asal ternak di Indonesia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel susu, air dan peralatan berasal dari tujuh peternak dari Kawasan Usaha Peternakan Rakyat (Kunak), yang berlokasi di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Total sampel susu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Kesempurnaan Susu UHT/Uji Kekeruhan (Aschaffenburg test) Pengujian dilakukan terhadap 30 sampel susu UHT dari Australia dengan merek A sebanyak 15 sampel, dan merek B sebanyak 15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media pertumbuhan mikroorganisme. Daging (segar) juga mengandung enzim-enzim

BAB I PENDAHULUAN. media pertumbuhan mikroorganisme. Daging (segar) juga mengandung enzim-enzim 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging adalah salah satu pangan asal hewan yang mengandung zat gizi yang sangat baik untuk kesehatan dan pertumbuhan manusia, serta sangat baik sebagai media pertumbuhan

Lebih terperinci

Inovasi Olahan dan Limbah Meningkatkan SDM dan Ekonomi Petani

Inovasi Olahan dan Limbah Meningkatkan SDM dan Ekonomi Petani Agro inovasi Inovasi Olahan dan Limbah Meningkatkan SDM dan Ekonomi Petani Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jl. Ragunan No.29 Pasar Minggu Jakarta Selatan www.litbang.deptan.go.id 2 AgroinovasI

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN PANGAN SEGAR HASIL PERTANIAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber protein fungsional maupun pertumbuhan, terutama pada anak-anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber protein fungsional maupun pertumbuhan, terutama pada anak-anak usia BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan asal hewan sangat dibutuhkan untuk kesehatan manusia sebagai sumber protein fungsional maupun pertumbuhan, terutama pada anak-anak usia dini yang karena laju pertumbuhan

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Susu pasteurisasi. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI Standar Nasional Indonesia. Susu pasteurisasi. Badan Standardisasi Nasional ICS SNI 01-3951-1995 Standar Nasional Indonesia Susu pasteurisasi ICS 13.040.30 Badan Standardisasi Nasional SNI 01-3951-1995 Daftar isi Daftar isi...i Pendahuluan... 1 Spesifikasi... 1 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR : 436.a/Kpts/PD.670.320/L/11/07

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR : 436.a/Kpts/PD.670.320/L/11/07 KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR : 436.a/Kpts/PD.670.320/L/11/07 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TINDAKAN KARANTINA HEWAN TERHADAP SUSU DAN PRODUK OLAHANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

TINGKAT PENDAPATAN UNIT USAHA SUSU PASTEURISASI PADA KOPERASI SUSU WARGA MULYA KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

TINGKAT PENDAPATAN UNIT USAHA SUSU PASTEURISASI PADA KOPERASI SUSU WARGA MULYA KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA TINGKAT PENDAPATAN UNIT USAHA SUSU PASTEURISASI PADA KOPERASI SUSU WARGA MULYA KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA (Revenue Rate of Pasteurized Milk Unit of "Warga Mulya" Economic Enterprise Sleman Regency Yogyakarta)

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2015 LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726). PERATURAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN xxix HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel daging ayam beku yang diambil sebagai bahan penelitian berasal dari daerah DKI Jakarta sebanyak 16 sampel, 11 sampel dari Bekasi, 8 sampel dari Bogor, dan 18 sampel dari

Lebih terperinci

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan Teknologi Pangan Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan tujuan industri untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing Ditinjau dari Waktu Reduktase dan Angka Katalase

Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing Ditinjau dari Waktu Reduktase dan Angka Katalase Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing Ditinjau dari Waktu Reduktase dan Angka Katalase MURNI SARI, IDA BAGUS NGURAH SWACITA, KADEK KARANG AGUSTINA Laboratorium Kesmavet, Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PEMANASAN TERHADAP KANDUNGAN RESIDU ANTIBIOTIK DALAM AIR SUSU SAPI

PENGARUH SUHU PEMANASAN TERHADAP KANDUNGAN RESIDU ANTIBIOTIK DALAM AIR SUSU SAPI PENGARUH SUHU PEMANASAN TERHADAP KANDUNGAN RESIDU ANTIBIOTIK DALAM AIR SUSU SAPI ELLIN HARLIA, ROOSTITA L. BALIA dan DENNY SURYANTO Jurusan Teknologi Hasil Ternak Fakultas an Universitas Padjadjaran ABSTRAK

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Pencemaran Kuman Listeria monocytogenes

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Pencemaran Kuman Listeria monocytogenes HASIL DAN PEMBAHASAN Tiga puluh sampel keju impor jenis Edam diambil sebagai bahan penelitian. Sampel keju impor diambil didasarkan pada frekuensi kedatangan keju di Indonesia, dilakukan di Instalasi Karantina

Lebih terperinci

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 181). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tahu merupakan makanan yang biasa dikonsumsi bukan hanya oleh masyarakat Indonesia tetapi juga masyarakat Asia lainnya. Masyarakat Indonesia sudah sangat lama mengkonsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya kesadaran masyarakat Indonesia akan kebutuhan gizi dan bertambahnya tingkat pendapatan mayarakat, menyebabkan permintaan bahan pangan yang

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN MINUMAN KHUSUS IBU HAMIL DAN/ATAU IBU MENYUSUI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 2011 sebanyak ekor yang tersebar di 35 Kabupaten/Kota.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 2011 sebanyak ekor yang tersebar di 35 Kabupaten/Kota. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produksi Susu di Jawa Tengah, Kabupaten Banyumas, dan Kabupaten Semarang Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang menjadi pusat pengembangan sapi perah di Indonesia

Lebih terperinci

EVALUASI JUMLAH BAKTERI KELOMPOK KOLIFORM PADA SUSU SAPI PERAH DI TPS CIMANGGUNG TANDANGSARI

EVALUASI JUMLAH BAKTERI KELOMPOK KOLIFORM PADA SUSU SAPI PERAH DI TPS CIMANGGUNG TANDANGSARI EVALUASI JUMLAH BAKTERI KELOMPOK KOLIFORM PADA SUSU SAPI PERAH DI TPS CIMANGGUNG TANDANGSARI EULIS TANTI MARLINA, ELLIN HARLIA dan YULI ASTUTI H Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci